16
Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) M. Yusuf STAI Darussalam Krempyang Nganjuk Email : [email protected] Abstract. If we pay attention to the real conditions among educational institutions around us, especially Islamic-based educational institutions, as if we see these institutions managed as they are without activities that stand out in relation to managerial processes, even if there is no managerial activity at all from the manager. The existence of an educational institution is very instrumental in answering what is, what has actuality, everything that is experienced and emphasizes that something exists, and reaches the perfection of an educational institution. Islamic education is determined by the basic theories, methodologies and praxis established in formal objects and material objects. Formal Objects of Management science Islamic education is the science of management (the science of management), for example from Frederick Winslow Taylor. As a science, the formal approach used by Islamic Education Management is scientific research in the field of management.. Keyword : Esistensi, Paradigma, MPI Accepted : July, 11 2018 Reviewed : August 29 2018 Published : October 30 2018 Pendahuluan Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas tingkat pendidikan pada masyarakatnya, dan pendidikan akan langsung berimplikasi atas kemakmuran dari masyarakat tersebut. Dengan demikian, kemakmuran suatu masyarakat sangat dipengaruhi atas tingkat pendidikannya. Dalam konsep pendidikan islam bahkan dijelaskan bahwa proses pendidikan sudah dimulai sejak manusia dilahirkan sampai manusia meninggalkan dunia, yang dalam istilah barat “Long Life Education1 . Pendidikan adalah kebutuhan yang sangat krusial terhadap keberlangsungan hidup manusia, karena langsung berhubungan dengan kebutuhan hidup manusia, karena pendidikan merupakan wahana strategis bagi upaya perbaikan mutu kehidupan, mulai dari meningkatnya level kesejahteraan, 1 Clarence Edward Beeby, “The Quality of Education,” Developing Countries (1966).

Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan Islam (MPI)

M. Yusuf STAI Darussalam Krempyang Nganjuk

Email : [email protected]

Abstract. If we pay attention to the real conditions among educational

institutions around us, especially Islamic-based educational institutions, as

if we see these institutions managed as they are without activities that

stand out in relation to managerial processes, even if there is no managerial

activity at all from the manager. The existence of an educational institution

is very instrumental in answering what is, what has actuality, everything

that is experienced and emphasizes that something exists, and reaches the

perfection of an educational institution. Islamic education is determined by

the basic theories, methodologies and praxis established in formal objects

and material objects. Formal Objects of Management science Islamic

education is the science of management (the science of management), for

example from Frederick Winslow Taylor. As a science, the formal approach

used by Islamic Education Management is scientific research in the field of

management..

Keyword : Esistensi, Paradigma, MPI

Accepted : July, 11 2018 Reviewed : August 29 2018 Published : October 30 2018

Pendahuluan

Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas tingkat pendidikan pada

masyarakatnya, dan pendidikan akan langsung berimplikasi atas kemakmuran dari

masyarakat tersebut. Dengan demikian, kemakmuran suatu masyarakat sangat

dipengaruhi atas tingkat pendidikannya. Dalam konsep pendidikan islam bahkan

dijelaskan bahwa proses pendidikan sudah dimulai sejak manusia dilahirkan

sampai manusia meninggalkan dunia, yang dalam istilah barat “Long Life

Education”1.

Pendidikan adalah kebutuhan yang sangat krusial terhadap

keberlangsungan hidup manusia, karena langsung berhubungan dengan

kebutuhan hidup manusia, karena pendidikan merupakan wahana strategis bagi

upaya perbaikan mutu kehidupan, mulai dari meningkatnya level kesejahteraan,

1 Clarence Edward Beeby, “The Quality of Education,” Developing Countries (1966).

Page 2: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 49

menurunnya derajat kemiskinan dan terbukanya berbagai alternatif opsi dan

peluang mengaktualisasikan diri di masa depan. Maka membincangkan pendidikan

selalu menarik untuk dikaji dan selalu berkembang.

Disisi lain, dalam upaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas,

berbagai upaya dan formula telah diimplementasikan guna tercapainya target dan

tujuan yang telah ditetapkan, baik dari pemerintah maupun swasta, mulai dari

program pendidikan gratis, sertifikasi guru, sampai program bantuan-bantuan

untuk meningkatkan mutu pendidikan. Langkah-langkah ini tidak hanya pada

pendidikan dibawah naungan kementerian pendidikan saja, namun juga

kementerian agama, yang rata-rata adalah pendidikan berbasis islam. Program dan

langkah tersebut juga tidak hanya ditingkat dasar saja, namun disemua tingkatan,

dan tidak hanya pendidikan yang dikelola pemerintah saja, namun juga pendidikan

yang dikelola masyarakat. Namun demikian, sampai hari ini, kita semua

mengetahui bahwa pendidikan kita masih belum maksimal disemua tingkatan.

Dalam beberapa hasil pengamatan dan penelitian serta pendapat para

pakar pendidikan, kemajuan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh komponen

dan faktor-faktor pendidikan, namun juga ada hal lain yang mempengaruhi

keberhasilan pendidikan, salah satunya adalah manajemen.

Manajemen merupakan kebutuhan yang niscaya untuk memudahkan

pencapaian tujuan manusia dalam organisasi, serta mengelola berbagai

sumberdaya organisasi, seperti sarana dan prasarana, waktu, SDM, metode dan

lainnya secara efektif, inovatif, kreatif, solutif, dan efisien, termasuk dalam hal ini

adalah organisasi pendidikan2. Jika manajemen sudah tertata dengan baik dan

membumi, semua akan tertata dengan baik dan akan dapat tercapai tujuan yang

dirumuskan. Manajemen pada dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses

(aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan

empat fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controlling dalam

penggunaan sumberdaya organisasi3.

Kajian Pustaka

Eksistensi

Eksistensi berasal dari kata bahasa latin existere yang artinya muncul, ada, timbul,

memiliki keberadaan aktual. Kedua, eksistensi adalah apa yang memiliki aktualitas.

Ketiga, eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan menekankan bahwa

sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi adalah kesempurnaan.Eksistensi berasal dari

kata bahasa latin existere yang artinya muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan

2 Daftar Isi, “Manajemen Sumber Daya Manusia” (PT Grasindo: Jakarta, 2002). 3 M A Muhaimin, Manajemen Pendidikan (Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana

Pengembangan Sekolah/Madrasah) (Prenada Media, 2015).

Page 3: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 50

aktual. Existere disusun dari ex yang artinya keluar dan sistere yang artinya

tampil atau muncul4.

Terdapat beberapa pengertian tentang eksistensi yang dijelaskan menjadi 4

pengertian. Pertama, eksistensi adalah apa yang ada. Kedua, eksistensi adalah apa

yang memiliki aktualitas. Ketiga, eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan

menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi adalah kesempurnaan.

Eksistensi Keilmuan Manajemen Pendidikan Islam

Jika kita memperhatikan kondisi riil dikalangan lembaga pendidikan yang berada

disekitar kita, terutama lembaga pendidikan berbasis Islam, seakan kita melihat

lembaga-lembaga tersebut dikelola apa adanya tanpa adanya kegiatan yang

menonjol kaitannya dengan proses manajerial, bahkan seakan tidak ada sama

sekali kegiatan manajerial dari pengelola. Hal ini, Nampak sekali jika kita melihat

dari dekat lembaga-lembaga pendidikan tersebut.

Pendapat semacam ini tidak hanya dari kita sendiri, kalangan yang dekat

dengan lembaga pendidikan tersebut, namun juga dari pihak lain yang sering

menjadikan hal tersebut sebagai sebuah pertanyaan dalam kajian-kajian atau

forum-forum diskusi ilmiah, baik dikalangan para mahasiswa, dosen, masyarakat,

maupun para pakar pendidikan.

Seorang pakar Manajemen Pendidikan Islam, Prof. Dr. H. Mujamil Qomar,

Guru Besar IAIN Tulungagung menuturkan, terutama ketika berinteraksi dengan

pelbagai kalangan dalam kerangka pembelajaran, beliau sering mendapatkan

pertanyaan yang cukup menggelitik, yaitu apakah manajemen pendidikan itu ada?

Qomar kemudian menyatakan bahwa eksistensi atau keberadaan manajemen

pendidikan Islam itu nyata adanya dimana setidaknya dapat ditinjau dari tiga

sudut pandang5.

Pertama, dari segi pengalaman atau penerapan, bahwa manajemen

pendidikan Islam telah dipraktikkan oleh Rasulullah S.A.W. secara lebih makro,

lebih rumit, dan lebih kompleks dalam mengelola pendidikan masyarakat.

Kedua, dari segi konsep normatifteologis, bahwa banyak ayat Al-Qur‟an dan

teks Hadits yang memberi inspirasi terhadap manajemen pendidikan Islam, baik

secara redaksional maupun substansif.

Ketiga, dari segi bangunan teori, bahwa manajemen pendidikan Islam

merupakan embrio bangunan ilmu yang berdiri sendiri yang hingga sekarang

belum dianggap mapan secara teoritis sehingga membutuhkan keterlibatan para

pakar pendidikan Islam dalam memberikan kontribusi teori untuk memperkokoh

konstruksi ilmu manajemen pendidikan Islam.

4 Elvira Purnamasari, “KEBEBASAN MANUSIA DALAM FILSAFAT EKSISTENSIALISME (STUDI KOMPARASI PEMIKIRAN MUHAMMAD IQBAL DAN JEAN PAUL SARTRE),” Manthiq 2, no. 2 (2017): 119–132.

5 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam (Erlangga, 2007).

Page 4: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 51

Namun dalam penerapan dan pengelolaannya di lembaga pendidikan Islam,

Qomar menyebutkan ada beberapa hambatan dalam implementasi manajemen

pendidikan Islam, yaitu6;

Pertama, ideologi, politik, dan tekanan (pressure) kelompok kelompok yang

berkepentingan. Dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam terutama yang

berstatus negeri, sering kali terjadi pertentangan ideology antar organisasi social

keagamaan utamanya, misalnya Muhammadiyah dan NU, atau antar organisasi

kemahasiswaan seperti HMI dengan PMII dan sebagainya. Nuansa politik yang

terjadi di lingkungan pendidikan, baik di kalangan dosen (guru, pendidik),

mahasiswa (siswa, peserta didik), bahkan karyawan yang sangat dominan,

mengalahkan nuansa akademik yang harusnya mengarah kepada pemberdayaan

intelektual bukan pada gerakan-gerakan politik. Lantaran pertentangan-

pertentangan ini, akhirnya politik kepentingan memasuki arena lembaga

pendidikan dengan memberikan tekanan-tekanan tertentu.

Dengan demikian, menguatnya ideologi dari organisasi menyebabkan

kecenderungan ini memasuki wilayah pendidikan. Hasilnya, proses pendidikan

yang semestinya diniatkan untuk membangun sumber daya manusia yang pandai,

berakhlak dan terampil bergeser karena mereka dibentuk menjadi orang-orang

yang militan dan fanatik mengikuti organisasi sosial-keagamaan.

Kedua, kondisi sosio-ekonomik masyarakat dan animo-finansial lembaga.

Masyarakat lembaga pendidikan Islam di Indonesia secara sosio ekonomik rata-

rata berada dalam kategori kelas menengah ke bawah. Ekonomi orang tua siswa

lemah, ekonomi karyawan, pengajar bahkan pemimpinnya juga berekonomi

lemah. Ini merupakan kendala serius bagi lembaga pendidikan Islam untuk

memacu kemajuan yang signifikan.

Bagaimana seorang kepala madrasah ataupun pengajar lembaga-lembaga

pendidikan Islam dituntut untuk mengelola, melakukan inovasi strategi,

pendekatan, metode dan desian pembelajaran dengan baik sementara ekonomi

keluarganya amburadul ataupun sampai kebutuahan dasar sehari-harinya saja

tidak terpenuhi?

Ketiga, kompetisi status kelembagaan dan diskriminasi kebijakan

pemerintah kebijakan pemerintah. Mayoritas lembaga pendidikan Islam berstatus

swasta dananya bersumber dari usaha swadaya masyarakat (wali murid) ang

kondisi ekonominya tergolong level menengah ke bawah. Minimnya keuangan

lembaga pendidikan Islam menyebabakan posisi lembaga pendidikan tersebut

selalu terbelakang dan sulit maju. Sebab, semua peningkatan komponen lembaga

pendidikan membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan pembiayaan ini

menentukan apakah lembaga pendidikan ini segera bisa ditingkatkan atau

dibiarkan dalam kondisi yang memprihatinkan. Dalam waktu yang bersamaan,

kebijakanpemerintah tidak pernah berpihak kepada lembaga pendidikan Islam

6 Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pendidikan Islam (Emir, 2015).

Page 5: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 52

swasta. Kepedulian dan keberpihakan pemerintah hanya banyak terarah pada

lembaga pendidikan negeri sehingga beban lembaga pendidikan Islam swasta

semakin berat.

Keempat, keadaan potensi intelektual siswa/mahasiswa. Rata-rata

siswa/mahasiswa yang mendaftar di berbagai lembaga pendidikan Islam adalah

mereka yang merasa tidak mungkin diterima di lembaga pendidikan umum yang

maju dan terutama berstatus negeri karena menyadari kemampuannya yang

rendah, sehingga tidak pernah mendaftar sama sekali.

Sebagian dari meraka adalah yang telah gagal masuk ke lembaga

pendidikan umum negeri kemudian memilih lembaga pendidikan Islam. Keadaan

ini menunjukkan adanya unsur keterpaksaan. Kalaulah bukan keterpaksaan,

setidaknya lembaga pendidikan Islam tetap bukan pilihan utama bagi

siswa/mahasiswa. Kondisi psikologis ini tentunya tidak dapat memberikan

pengaruh positif untuk membangkitkan gairah belajar guna mengejar pengusaan

pengetahuan, baik yang difasilitasi lembaga atau inisiatif sendiri.

Pada bagian yang lain, lembaga pendidikan Islam tidak mampu melakukan

seleksi penerimaan peserta didik baru secara ketat dan kompetitif. Biasanya selisih

antara kuota yang direncanakan dengan jumlah siswa/mahasiswa yang mendaftar

tak berbeda jauh, bahkan tak jarang peserta didik yang mendaftar lebih sedikit

dari pada kuota yang direncanakan. Jadi, sulit untuk melakukan seleksi. Keadaan

ini membuat dilema bagi pemimpin lembaga pendidikan Islam. Jika tak ada seleksi,

maka peserta didik yang diterima bisa jadi berasal dari kalangan yang rendah

secara intelektual. Akan tetapi, jika diseleksi secara ketat hanya akan diperoleh

siswa/mahasiswa yang amat sedikit, yang akan menimbulkan masalah untuk

meningkatkan potensi keuangan lembaga.

Kelima, keberadaan motif dakwah pada pendirian lembaga pendidikan

Islam. Motif dakwah dalam pendirian lembaga pendidikan Islam membawa

dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah memiliki kekuatan untuk

survive meskipun jumlah siswa/mahasiswanya hanya sedikit. Sementara itu, segi

negatifnya terkadang menimbulkan kondisi serba tidak teratur, tidak terencana

dengan matang, serba tidak kompetitif, dan serba mengalami kemunduran. Dengan

adanya motif dakwah, timbulah konsekuensi-konsekuensi yang menjadi akibat.

Misalnya, lembaga didirikan secara asal-asalan tanpa melalui perencanaan yang

matang untuk memenuhi berbagai komponen pendukungnya. Layaknya gerakan

dakwah yang berangkat dari bawah, dengan menggunakan pendekatan pahala dan

konsep lillahi ta’ala sehingga terkadang mengabaikan kesejahteraan pegawai dan

menerima semua pendaftar tanpa seleksi.

Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan Islam

Paradigma adalah model utama, pola atau metode (untuk meraih beberapa jenis

tujuan). Seringkali paradigma merupakan sifat yang paling khas atau dasar dari

Page 6: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 53

sebuah teori atau cabang ilmu. Menurut konteks, artinya bisa: (dalam

epistemologi) sebuah paradigma ilmiah Kuhnian paradigm7.

Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap

diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif),

bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti

seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam

memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam

disiplin intelektual.

Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang

merupakan kata serapan dari bahasa Latin pada tahun 1483 yaitu paradigma yang

berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang

berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan

(deik)8.

Konsep Dasar dan Hakekat Manajemen Pendidikan Islam

Beberapa isu penting epistemologi organisasi adalah menyelidiki; 1) aspek-

aspek kualitas dari teori organisasi yang diperkirakan dapat memperkuat praktik

manajemen; 2) sejumlah perangkat kognitif dan strategi penjelasan rasional teori

tersebut sehingga dapat meligitimasi eksistensi manajemen sebagai sebuah ilmu.

Di dalam ilmu manajemen, tindakan yang memperhitungkan kualitas suatu

ilmu disebut dengan manajemen ilmu (knowledge management). Bidang ini

bertujuan mengkaji kreativitas, inovasi dan proses bagaimana publik mengklaim

keabsahan sebuah ilmu (context of justification). Oleh karena itu manajemen ilmu

memerlukan ilmu tentang ilmu, agar ia memiliki sebuah keyakinan tentang ilmu

yang diklaimnya. Seorang konsultan manajemen mengklaim bahwa ia telah

menghadirkan kesadaran tentang chaos pada sebuah organisasi. Maka

kehadirannya harus dipandang penting, misalnya, karena ia telah menstimulasi

organisasi tersebut agar senantiasa mengembangkan dan mencipta ilmu baru yang

berhubungan dengan tindakan mengelola organisasi yang dapat mengantisipasi

perubahan zaman yang cepat, kompleks dan tidak teratur.

Aktivitas kependidikan islam ada sejak adanya manusia itu sendiri (Nabi

Adam dan Ibu Hawa), bahkan ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW adalah bukan perintah tentang sholat, puasa dan lainnya,

tetapi justru perintah iqra (membaca, merenung, menelaah, meneliti atau

mengkaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan manusia yang

merupakan inti dari aktivitas pendidikan9.

7 Gary Gutting, “Paradigms and Revolutions Appraisals and Applications of Thomas Kuhn’s

Philosophy of Science” (1980). 8 Erek Göktürk, “What Is ‘Paradigm,’” Visited at December Accesed at http://heim. ifi. uio. no/~

erek/essays/paradigm. pdf (2005). 9 Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam (Penerbit Erlangga, 2013).

Page 7: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 54

Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pendidikan

islam, tetapi pada intinya ada dua yaitu10 :

Pertama, pendidikan islam merupakan aktivitas pendidikan yang

mengejawantahkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam . Dalam prakteknya di

Indonesia, pendidikan islam ini setidak-tidaknya dapat dikelompokkan ke dalam

lima jenis, yaitu :

a) Pondok Pesantren atau Madrasah Diniyah, menurut UU No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional disebut sebagai pendidikan keagamaan

(islam) formal, seperti pondok pesantren / Madrasah Diniyah.

b) PAUD / RA, BA, TA, Madrasah dan pendidikan lanjutan seperti IAIN / STAIN

atau Universitas Islam Negeri dibawah naungan Departemen Agama.

c) Pendidikan Usia Dini / RA, BA, TA Sekolah / Perguruan Tinggi yang

diselenggarakan oleh dan / atau dibawah naungan yayasan dan organisasi

islam.

d) Pelajaran agama islam di sekolah / madrasah / perguruan tinggi sebagai suatu

mata pelajaran atau mata kuliah, dan / atau sebagai program studi.

e) Pendidikan islam dalam keluarga atau tempat-tempat ibadah dan / atau

forum-forum kajian ke islaman, majelis taklim dan institusi-institusi yang

sedang digalakkan oleh masyarakat, atau pendidikan (islam) melalui jalur

pendidikan formal dan informal.

Kedua, pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan

dari dan disemangati atai dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai islam . Dalam

pengertian yang kedua ini pendidikan islam mencakup:

a) Pendidik / guru / dosen, Kepala Madrasah / Sekolah atau pemimpin perguruan

tinggi dan / atau tenaga kependidikan lainnya yang melakukan dan

mengembangkan aktivitas kependidikannya disemangati atau dijiwai oleh

ajaran dan nilai-nilai islam.

b) Komponen-komponen pendidikan lainnya seperti tujuan, materi / bahan ajar,

alat / media / sumber belajar, metode, evaluasi, lingkungan / kontek,

manajemen yang dijiwai oleh ajaran dan nilai islam.

Manajemen Pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam

pengembangan pendidikan dalam arti, ia merupakan seni dan ilmu mengelola

sumber daya pendidikan islam untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara

efektif dan efisien, bisa juga didefinisikan sebagai proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya pendidikan islam

untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efisien.

Lembaga pendidikan islam dikategorikan sebagai lembaga industri mulia

(noble industy) karena mengemban misi ganda yaitu profit sekaligus sosial. Misi

10 Rahendra Maya and Iko Lesmana, “PEMIKIRAN PROF. DR. MUJAMIL QOMAR, M. AG. TENTANG MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM,” Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 2 (2018): 291–316.

Page 8: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 55

profit yaitu untuk mencapai keuntungan, ini dapat dicapai ketika efisiensi dan

efektivitas dana bisa tercapai, sehingga pemasukan (income) lebih besar dari

operasional, misi sosial bertujuan untuk mewariskan dan menginternalisasikan

nilai luhur. Misi kedua ini dapat dicapai apabila lembaga pendidikan islam

memiliki modal human capital dan social capital yang menandai dan juga memiliki

tingkat keefektifan dan efisiensi yang tinggi itu sebabnya mengelola lembaga

pendidikan islam tidak hanya dibutuhkan profesionalisme yang tinggi tetapi juga

misi, niat suci dan mental berlimpah .

Manajemen pendidikan Islam adalah manajemen yang harus dijiwai

oleh ajaran Islam yang berlandaskan al-qur’an dan hadits tanpa

mengesampingkan fungsi utama dari manajemen sebagai kegiatan mengelola

dan menyiasati pencapaian tujuan.

Tanpa menjelaskan satu persatu susunan kata yang menyusunnya,

Qomar menjelaskan makna definitif dari manajemen pendidikan Islam sebagai

proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami dengan cara

menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk

mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.

Dalam buku yang lain, Strategi Pendidikan Islam, Qomar menegaskan

bahwa manajemen pendidikan Islam yang dimaksudkan adalah manajemen

pendidikan Islam yang ideal, yaitu manajemen pendidikan yang murni

ditangkap dan dipahami dari pesan-pesan ajaran Islam, bukan manajemen

pendidikan yang sudah terpengaruh oleh manajemen barat, yang kini banyak

diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Manajemen pendidikan Islam

yang ideal adalah manajemen yang dirumuskan berdasarkan ajaran Islam yang

tertuang di dalam Al-Qur‟an dan Hadits.

Dari kedua definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa dalam perspektif

Qomar yang dimaksud dengan manajemen pendidikan Islam adalah manajemen

yang harus dijiwai oleh ajaran Islam yang berlandaskan al-qur’an dan hadits

tanpa mengesampingkan fungsi utama dari manajemen sebagai kegiatan

mengelola dan menyiasati pencapaian tujuan.

Lebih lanjut Qomar menjelaskan bahwa dari makna definitif manajemen

pendidikan Islam tersebut memiliki implikasi sebagai berikut:

Pertama, proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara Islami; hal

ini menghendaki adanya muatan-muatan nilai Islami misalnya penekanan pada

penghargaan, maslahat, kualitas, kemajuan, dan pemberdayaan dengan

berlandaskan pesan-pesan al-qur’an dan hadits.

Kedua, terhadap lembaga pendidikan Islam; bahwa objek dari

manajemen secara khusus diarahkan untuk menangani lembaga pendidikan

Islam dengan segala keunikannya, antara lain pesantren, madrasah, perguruan

tinggi Islam, dan sebagainya.

Page 9: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 56

Ketiga, proses pengelolaan lembaga pendidikan Islami menghendaki

adanya sikap inklusif dan eksklusif; hal ini menunjukkan sikap inklusif, yang

berarti kaidah-kaidah manajerial yang dirumuskan bisa dipakai untuk

pengelolaan pendidikan selain pendidikan Islam selama ada kesesuaian sifat

dan misinya. Sedangkan yang dimaksud menunjukkan sifat eksklusif karena

terfokus pada lembaga pendidikan Islam yang menjadi objek langsungnya.

Keempat, dengan cara mensiasati; hal ini mengandung strategi yang

menjadi salah satu pembeda antara administrasi dengan manajemen.

Kelima, sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait; hal ini

memiliki cakupan yang cukup luas dan meliputi banyak hal Keenam, tujuan

pendidikan Islam; hal ini merupakan arah dari seluruh kegiatan manajemen

terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lembaga pendidikan Islam.

Ketujuh, efektif dan efisien; maksudnya adalah berhasil guna dan berdaya

guna.

Demikianlah pendapat Mujamil Qomar tentang hakikat manajemen

pendidikan Islam dan implikasinya dalam pendidikan Islam itu sendiri.

Obyek Formal dan Material Manajemen Pendidikan Islam

Pendidikan Islam ditentukan oleh dasar teori, metodologi dan praksis yang

ditetapkan dalam objek formal dan objek materialnya. Objek formal ilmu

Manajemen Pendidikan Islam adalah ilmu manajemen (the science of

management), misalnya dari Frederick Winslow Taylor11. Sebagai ilmu, maka

pendekatan formal yang digunakan Manajemen Pendidikan Islam adalah riset

ilmiah (scientific research) bidang manajemen.

Mujamil Qomar berpandangan bahwa ditinjau dari sistem filsafat,

rumusan definitif manajemen pendidikan Islam sebagaimana tersebut di atas,

telah mencakup sisi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi sebagai

objek pengelolaan, berupa lembaga pendidikan Islam, sumber-sumber belajar,

dan hal-hal lain yang terkait; epistemologi sebagai “cara atau metode”

pengelolaan, berupa proses pengelolaan dan cara menyiasati; sedangkan

aksiologi sebagai hasil pengelolaan berupa pencapaian tujuan pendidikan Islam.

Adapun istilah efektif dan efisien merupakan keterangan yang menjelaskan

aksiologi dan epistemologi. Efektif menekankan pada aksiologi, sedangkan efisien

menitikberatkan pada epistemologi.

Disamping itu, menurut pendapatnya, juga menyatakan bahwa Manajemen

Pendidikan Islam memiliki objek bahasan yang cukup kompleks yang dijadikan

bahan untuk kemudian diintegrasikan untuk mewujudkan manajemen

pendidikan Islam yang berciri khas Islami. Kata “Islam”, menurutnya menjadi

identitas manajemen pendidikan Islam dimaknai sebagai Islam wahyu yang

meliputi Al-Qur‟an dan Hadits atau Islam budaya yang meliputi ungkapan

11 Frederick Winslow Taylor, The Principles of Scientific Management (Harper, 1914).

Page 10: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 57

sahabat Nabi Muhammad S.A.W., pemahaman cendekiawan Muslim, dan budaya

umat Islam.

Oleh karena itu, objektifitas manajemen pendidikan Islam secara praksis

juga meliputi:

a) Teks-teks wahyu, baik Al-Qur‟an maupun Hadits yang terkait dengan

manajemen pendidikan Islam.

b) Perkataan-perkataan (aqwâl) para sahabat Nabi maupun ulama dan

cendekiawan Muslim yang terkait dengan manajemen pendidikan.

c) Realitas perkembangan lembaga pendidikan Islam.

d) Kultur komunitas (pimpinan dan pegawai) lembaga pendidikan Islam.

e) Ketentuan kaidah-kaidah manajemen pendidikan

Poin a sampai d merefleksikan ciri khas Islam pada bangunan manajemen

pendidikan Islam, sedangkan bahan e merupakan tambahan yang bersifat

umum dan karenanya dapat digunakan untuk membantu merumuskan

bangunan manajemen pendidikan Islam. Tentunya setelah diseleksi berdasarkan

nilai-nilai Islam dan realitas yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam.

Nilai-nilai Islam tersebut merupakan refleksi wahyu, sedangkan realitas

tersebut sebagai refleksi budaya atau kultur.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa objektifitas Manajemen

Pendidikan Islam dalam perspektif Qomar meliputi objek filosofis berkaitan

dengan aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi serta meliputi objek

idealitas berupa wahyu dan objek realitas berupa kultur atau budaya kaum

muslimin12.

Obyek Manajemen Pendidikan Islam

Disisi lain berdasarkan pengalaman di lapangan tentang perkembangan

pendidikan Islam di Indonesia yang sangat bervariasi dan secara kuantitatif

banyak jumlahnya, dalam buku Dimensi Manajemen Pendidikan Islam Qomar 13 mendeteksi bahwa objek pembahasan manajemen pendidikan Islam memiliki

banyak dimensi. Baik yang bersifat informal, nonformal, maupun formal

sebagai sebuah pohon dengan cakupan dimensinya masing-masing yang dapat

diibaratkan sebagai batang, cabang, ranting, dan sub-sub ranting.

Secara garis besar, dimensi manajemen pendidikan Islam tersebut dapat

dipetakan sebagai berikut:

a) Dimensi Manajemen Pendidikan Agama dalam Keluarga, cabang dimensinya

meliputi :

1) Manajemen Pendidikan Agama pada Anak

12 Barid Nizarudin Wajdi, “The Differences Between Management And Leadership,” Sinergi : Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen 7, no. 1 (July 21, 2017), accessed October 21, 2017, http://ejournal.unitomo.ac.id/index.php/feb/article/view/31.

Page 11: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 58

2) Manajemen Pendidikan Agama dalam Keluarga Karir

2) Manajemen Pendidikan Agama dalam Keluarga Broken Home

3) Manajemen Pendidikan Agama pada Remaja

4) Manajemen Pendidikan Agama pada Remaja Pengangguran

5) Manajemen Pendidikan Agama pada Orang Dewasa

6) Manajemen Pendidikan Agama pada Suami-Istri

7) Manajemen Pendidikan Agama pada Orang Tua Manajemen Pendidikan

Agama pada Pembantu Rumah Tangga

b) Dimensi Manajemen Pengajian dalam Masyarakat, cabang dimensinya meliputi:

1) Manajemen Pengajian di Rumah Ustadz/Kiai

2) Manajemen Pengajian di Langgar/Surau/Masjid

3) Manajemen Pengajian dalam Kelompok Tahlilan

4) Manajemen Pengajian dalam Kuliah Tujuh Menit

5) Manajemen Pengajian Majelis Taklim

6) Manajemen Pengajian dalam Kursus Privat

7) Manajemen Pengajian Umum

8) Manajemen Khotbah Jum‟at

9) Manajemen Pengajian dalam Hajatan Keluarga

10) Manajemen Pembinaan Kepribadian Muslim Melalui ESQ

c) Dimensi Manajemen Pendidikan Pesantren, cabang dimensinya meliputi :

1) Manajemen Pendidikan Pesantren Anak-anak

2) Manajemen Pendidikan Pesantren Siswa

3) Manajemen Pendidikan Pesantren Mahasiswa (PESMA)

4) Manajemen Pendidikan Pesantren Kampus

5) Manajemen Pendidikan Pesantren Ma‟had Ali

6) Manajemen Pendidikan Pesantren Takhassus

7) Manajemen Pendidikan Pesantren Al-Qur‟an

8) Manajemen Pendidikan Pesantren Bahasa

9) Manajemen Pendidikan Pesantren Keterampilan

10) Manajemen Pendidikan Pesantren Kilat

11) Manajemen Pendidikan Pesantren Ramadhan

12) Manajemen Pendidikan Pesantren Rehabilitasi

13) Manajemen Pendidikan Pesantren Buruh

14) Manajemen Pendidikan Pesantren Virtual

d) Dimensi Manajemen Pendidikan Madrasah, cabang dimensinya meliputi:

1) Manajemen Pendidikan Madrasah Diniyah

2) Manajemen Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah

3) Manajemen Pendidikan Madrasah Al-Qur‟an

4) Manajemen Pendidikan Madrasah Aliyah Program Keterampilan (MAPK)

5) Manajemen Pendidikan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

13 Qomar, Strategi Pendidikan Islam.

Page 12: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 59

6) Manajemen Pendidikan Madrasah Terpadu

7) Manajemen Pendidikan Madrasah Unggulan/Model

e) Manajemen Pendidikan Agama Islam di PAUD, Sekolah, dan Perguruan Tinggi

Umum, cabang dimensinya meliputi:

1) Manajemen Pendidikan Agama Islam di Taman Penitipan Anak/Kelompok

Bermain

2) Manajemen Pendidikan Agama Islam di Taman Kanak-kanak (Raudhatul

Athfal)

3) Manajemen Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum/Kejuruan

4) Manajemen Pendidikan Agama Islam di Sekolah-sekolah Islam

5) Manajemen Pendidikan Agama Islam di Sekolah Islam Unggulan/Elit

6) Manajemen Pendidikan Agama Islam di Sekolah NonMuslim

7) Manajemen Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa

8) Manajemen Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum

9) Manajemen Pendalaman Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum

10) Manajemen Program Studi/Konsentrasi Keislamana di Perguruan Tinggi

Umum

f) Manajemen Pendidikan Perguruan Tinggi Agama Islam, cabang dimensinya

meliputi:

1) Manajemen Pendidikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri

2) Manajemen Pendidikan Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta

3) Manajemen Fakultas Keagamaan di Universitas Islam Negeri

4) Manajemen Fakultas Keagamaan di Universitas Islam Swasta

5) Manajemen Pengkajian Islam pada Jurusan/Program Studi Umum di

Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri

6) Manajemen Pengkajian Islam pada Jurusan/Program Studi Umum di

Universitas Islam Swasta

g) Manajemen Pembinaan Agama Islam di Lembaga-lembaga Non pendidikan,

cabang dimensinya meliputi:

1) Manajemen Pembinaan Agama Islam di Panti Sosial

2) Manajemen Pembinaan Agama Islam di Panti Asuhan Yatim-Piatu

3) Manajemen Pembinaan Agama Islam di Penampungan Tenaga Kerja

4) Manajemen Pembinaan Agama Islam di Perkantoran

5) Manajemen Pembinaan Agama Islam di Kemiliteran

6) Manajemen Pembinaan Agama Islam di Perusahaan

7) Manajemen Pembinaan Agama Islam di Rumah Sakit.

8) Manajemen Pembinaan Agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan

9) Manajemen Pembinaan Agama Islam di Kompleks Lokalisasi

10) Manajemen Pendidikan Pesantren Waria

Page 13: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 60

Dimensi manajemen pendidikan seperti yang telah dipetakan Qomar

sebagaimana tersebut di atas, bisa saja belum mencakup semua dimensi

manajemen yang telah terjadi dan akan terus berkembang dalam realitas lembaga

pendidikan Islam, baik informal, nonformal, maupun formal.

Ciri dan Karakter Manajemen Pendidikan Islam

Qomar menegaskan bahwa kata “Islam” pada “manajemen pendidikan” secara

tidak langsung menuntut tanggung jawab intelektual untuk menjelaskan ciri-

ciri manajemen pendidikan Islam sebagai identitas pembeda dengan jenis

manajemen pendidikan lainnya)14.

Oleh karena itu, ciri dan karakteristik dari manajemen pendidikan

Islam yang cukup panjang-lebar dikemukakan Qomar dapat diringkas sebagai

berikut:

Pertama, berdasarkan pada wahyu (al-qur’an dan hadits) sehingga nilai-

nilai Islam mewarnai seluruh komponen maupun kegiatan manajemen

pendidikan Islam.

Kedua, bangunan manajemen pendidikan Islam diletakkan di atas empat

sandaran, yaitu sandaran teologis, rasional, empiris, dan teoritis. Sandaran

teologis berupa teks-teks wahyu, baik Al-Qur‟an maupun Hadits yang terkait

dengan manajemen pendidikan. Sandaran rasional berupa pendapat-pendapat

atau perkataan-perkataan (aqwâl) para sahabat Nabi, tabiin, mujtahid,

mujadid, ulama, maupun cendekiawan Muslim yang terkait dengan manajemen

pendidikan. Sandaran empiris yaitu berupa realitas perkembangan lembaga

pendidikan Islam dan kultur komunitas (pimpinan dan pegawai) lembaga

pendidikan Islam. Sedangkan sandaran teoritis berupa ketentuan kaidah

manajemen pendidikan yang telah diseleksi berdasarkan nilai-nilai Islam dan

realitas yang dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam.

Ketiga, manajemen pendidikan Islam bercorak theoantroposentris

(berpusat pada Tuhan dan manusia) yang memiliki orientasi yang seimbang

antara hablu min Allah (orientasi kepada Tuhan) dan hablu min an-nas

(orientasi kepada manusia) sebagai konsekuensi penerapan sandaran teologis,

rasional, empiris, dan teoritis.

Keempat, Manajemen Pendidikan Islam mengembangkan misi

emansipatoris dalam membebaskan semua pelaku pendidikan Islam dari

keterpasungan guna merintis dan membangun kehidupan masa depanyang

lebih berperadaban dan berkebudayaan tinggi untuk meraih kesejahteraan

hidup bagi manusia.

Kelima, praktek Manajemen Pendidikan Islam dilakukan melalui

mekanisme transformatif dengan memusatkan konsentrasi kegiatannya pada

14 Mohamad Mustafid Hamdi, “Konsep Pengembangan Kurikulum,” Intizam, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 1 (2017): 1–13.

Page 14: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 61

upaya mentransformasikan dari keadaan, kondisi, kecenderungan, tradisi,

budaya, pandangan, mindset, pola sikap, pola hidup, pola bergaul, pola

interaksi, pola kepemimpinan, pola kerja, dan pola belajar yang serba negatif,

destruktif, dan kontraproduktif berubah menjadi positif, konstruktif, dan

produktif.

Keenam, Manajemen Pendidikan Islam mengutamakan proses

pembentukan kepribadian Muslim berupa terbentuknya kualitas kepribadian

Muslim yang utama yang diharapkan benar-benar terbukti dan teruji di

tengah-tengah masyarakat.

Ketujuh, keberhasilan atau kemajuan yang ingin diraih oleh Manajemen

Pendidikan Islam adalah integrasi kematangan kematangan spiritual (iman),

intelektual, amal, ketrampilan, dan akhlak yang merefleksikan dan

menampilkan kepribadian Muslim yang utuh.

Inilah tujuh ciri dan karakteristik manajemen pendidikan Islam yang berhasil

dideskripsikan oleh Qomar secara bernas.

Perbedaan Antara Manajemen Pendidikan Islam dan Manajemen

Pendidikan

Setelah mendeskripsikan hakikat, objektifitas, dan ciri / karakteristik manajemen

pendidikan Islam, secara sekilas terdapat beberapa kesamaan antara

manajemen pendidikan Islam dengan manajemen pendidikan. Namun bila

diperhatikan secara cermat antara keduanya, terdapat beberapa perbedaan

ringkas sebagai berikut15:

1) Dasar utama manajemen pendidikan Islam berupa wahyu, sedangkan dasar

utama manajemen pendidikan berupa aliran filsafat naturalisme. Ringkasnya,

bila filsafat telah melahirkan ilmu, maka wahyu telah melahirkan filsafat

dan ilmu sekaligus.

2) Sandaran manajemen pendidikan Islam meliputi sandaran teologis, sandaran

rasional, sandaran empiris, dan sandaran teoritis. Sedangkan sandaran

manajemen pendidikan hanya dua, yaitu sandaran rasional dan sandaran

empiris.

3) Manajemen pendidikan Islam bercorak theoantroposentris yang seimbang,

sedangkan manajemen pendidikan bercorak antroposentris (berpusat pada

manusia semata)

4) Manajemen pendidikan Islam mengembangkan misi emansipatoris,

sedangkan manajemen pendidikan mengembangkan misi kapitalisme yang

menyebabkan komersialisasi pendidikan.

5) Mekanisme yang ditempuh manajemen pendidikan Islam adalah mekanisme

transformatif, sedangkan mekanisme dalam manajemen pendidikan

15 Ahmad Saifudin, “Manajemen Pesantren Dalam Menghadapi Perubahan,” Intizam, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 1 (2017): 61–77.

Page 15: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 62

mekanisme transfer yang lebih cenderung untuk menekankan pada input

yang pandai untuk menghasilkan output yang pandai juga.

6) Manajemen pendidikan Islam menekankan pada kemampuan memproses

yang mengandalkan tahap tengah antara lain dalam upaya atau rekayasa.

Sedangkan manajemen pendidikan menekankan pada kemampuan

menampung modal (kualitas yang baik pada input) pada tahap awal antara

lain dengan mengandalkan rata-rata nilai yang baik sejak permulaannya.

7) Tujuan yang ingin diraih oleh manajemen pendidikan Islam adalah

keberhasilan mengintegrasikan kematangan dan keunggulan spiritual (iman),

intelektual, amal, keterampilan, dan akhlak. Sedangkan tujuan yang ingin

dicapai oleh manajemen pendidikan hanyalah keunggulan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan yang sangat dipengaruhi oleh Taksonomi Bloom.

Ketujuh perbedaan yang telah dikemukakan Qomar tersebut menurutnya jika

ditelaah lebih mendalam, kemungkinan masih banyak perbedaan lain dari

keduanya.

Kesimpulan

Manajemen pendidikan Islam merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan Islam, baik secara teoritis-konseptual maupun dalam tataran realitas-ekspektasional dimana seharusnya mendapatkan atensi perhatian yang tinggi. Manajemen pendidikan Islam adalah manajemen yang harus dijiwai oleh ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur‟an dan Hadits tanpa mengesampingkan fungsi utama dari manajemen sebagai kegiatan mengelola dan menyiasati pencapaian tujuan.Ditinjau dari sistem filsafat, rumusan definitif manajemen pendidikan Islam telah mencakup sisi ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Ontologi sebagai objek pengelolaan, berupa lembaga pendidikan Islam, sumber-sumber belajar, dan hal-hal lain yang terkait; epistemologi sebagai “cara atau metode” pengelolaan, berupa proses pengelolaan dan cara menyiasati; sedangkan aksiologi sebagai hasil pengelolaan berupa pencapaian tujuan pendidikan Islam. Adapun istilah efektif dan efisien merupakan keterangan yang menjelaskan aksiologi dan epistemologi. Efektif menekankan pada aksiologi, sedangkan efisien menitikberatkan pada epistemology.

References

Beeby, Clarence Edward. “The Quality of Education.” Developing Countries (1966).

Göktürk, Erek. “What Is ‘Paradigm.’” Visited at December Accesed at http://heim. ifi. uio.

no/~ erek/essays/paradigm. pdf (2005).

Gutting, Gary. “Paradigms and Revolutions Appraisals and Applications of Thomas Kuhn’s

Philosophy of Science” (1980).

Hamdi, Mohamad Mustafid. “Konsep Pengembangan Kurikulum.” Intizam, Jurnal

Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 1 (2017): 1–13.

Page 16: Eksistensi dan Paradigma Keilmuan Manajemen Pendidikan

INTIZAM : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Oktober 2018

ISSN : 2622-6162 (Online) 2598-8514 (Print)

M. Yusuf 63

Isi, Daftar. “Manajemen Sumber Daya Manusia.” PT Grasindo: Jakarta, 2002.

Maya, Rahendra, and Iko Lesmana. “PEMIKIRAN PROF. DR. MUJAMIL QOMAR, M. AG.

TENTANG MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM.” Islamic Management: Jurnal

Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 2 (2018): 291–316.

Muhaimin, M A. Manajemen Pendidikan (Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana

Pengembangan Sekolah/Madrasah). Prenada Media, 2015.

Purnamasari, Elvira. “KEBEBASAN MANUSIA DALAM FILSAFAT EKSISTENSIALISME

(STUDI KOMPARASI PEMIKIRAN MUHAMMAD IQBAL DAN JEAN PAUL SARTRE).”

Manthiq 2, no. 2 (2017): 119–132.

Qomar, Mujamil. Dimensi Manajemen Pendidikan Islam. Emir, 2015.

———. Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan

Islam. Erlangga, 2007.

———. Strategi Pendidikan Islam. Penerbit Erlangga, 2013.

Saifudin, Ahmad. “Manajemen Pesantren Dalam Menghadapi Perubahan.” Intizam, Jurnal

Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 1 (2017): 61–77.

Taylor, Frederick Winslow. The Principles of Scientific Management. Harper, 1914.

Wajdi, Barid Nizarudin. “The Differences Between Management And Leadership.” Sinergi :

Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen 7, no. 1 (July 21, 2017). Accessed October 21, 2017.

http://ejournal.unitomo.ac.id/index.php/feb/article/view/31.