32
RUU Zakat dan Kesejahteraan Umat Salah satu rancangan undang-undang yang masuk dalam Prolegnas 2010 dan kini sedang intensif dibahas adalah RUU Pengelolaan Zakat, yang merupakan amendemen terhadap Undang-Undang No. 38 Tahun 1999. RUU Zakat ini menjadi penting mengingat potensi dananya yang besar dan perannya yang strategis dalam pengentasan masyarakat miskin dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks masyarakat madani Indonesia yang demokratis, RUU Zakat akan mengukuhkan peran negara dalam memberi perlindungan bagi warga negara yang menjadi pembayar zakat (muzakki), menjaga ketertiban umum dengan mencegah penyalahgunaan dana zakat, memfasilitasi sektor amal untuk perubahan sosial, dan memberi insentif bagi perkembangan sektor amal. Dalam pembahasan RUU Zakat ini terdapat beberapa isu utama yang penting untuk didorong masuk ke pembahasan dan debat publik, yaitu desentralisasi pengelolaan zakat dengan regulator yang kuat dan kredibel, konsolidasi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) menuju dunia zakat nasional yang efisien, dan kemitraan pemerintah-OPZ untuk akselerasi pengentasan kemiskinan. Otoritas zakat Di bawah rezim UU No. 38/1999, dunia zakat nasional berjalan tanpa tata kelola yang memadai. Ribuan OPZ, baik bentukan pemerintah (Badan Amil Zakat/BAZ) maupun masyarakat (Lembaga Amil Zakat/LAZ), muncul tanpa mendapat regulasi dan pengawasan yang memadai. Hal ini secara jelas rawan memunculkan penyimpangan dana zakat masyarakat oleh pengelola yang tidak amanah. Kebangkitan dunia zakat nasional di tangan masyarakat sipil era 1990-an, yang telah mentransformasikan zakat dari ranah amal-sosial- individual ke ranah ekonomi-pembangunan -keumatan, terancam tergerus oleh “penumpang- penumpang gelap” di dunia zakat. Perkembangan dunia zakat nasional juga berjalan lambat karena tidak ada upaya koordinasi dan sinergi antar-OPZ yang berjalan dengan agenda masing-masing. Hasilnya, kinerja dunia zakat nasional, khususnya dalam pengentasan masyarakat dari kemiskinan, terasa jauh dari optimal. Maka, agenda terbesar dunia zakat nasional saat ini adalah mendorong tata kelola yang baik dengan mendirikan otoritas zakat yang kuat dan kredibel, katakan Badan Zakat Indonesia (BZI), yang akan memiliki kewenangan regulasi dan pengawasan di tiga aspek utama, yaitu kepatuhan syariah, transparansi dan akuntabilitas keuangan, serta efektivitas ekonomi dari pendayagunaan dana zakat. BZI dibentuk di tingkat pusat dan dapat membuka perwakilan di tingkat provinsi jika dibutuhkan. 1

Ekonimi Islam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bacaan

Citation preview

RUU Zakat dan Kesejahteraan Umat Salah satu rancangan undang-undang yang masuk dalam Prolegnas 2010 dan kini sedang intensif dibahas adalah RUU Pengelolaan Zakat, yang merupakan amendemen terhadap Undang-Undang No. 38 Tahun 1999. RUU Zakat ini menjadi penting mengingat potensi dananya yang besar dan perannya yang strategis dalam pengentasan masyarakat miskin dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks masyarakat madani Indonesia yang demokratis, RUU Zakat akan mengukuhkan peran negara dalam memberi perlindungan bagi warga negara yang menjadi pembayar zakat (muzakki), menjaga ketertiban umum dengan mencegah penyalahgunaan dana zakat, memfasilitasi sektor amal untuk perubahan sosial, dan memberi insentif bagi perkembangan sektor amal.

Dalam pembahasan RUU Zakat ini terdapat beberapa isu utama yang penting untuk didorong masuk ke pembahasan dan debat publik, yaitu desentralisasi pengelolaan zakat dengan regulator yang kuat dan kredibel, konsolidasi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) menuju dunia zakat nasional yang efisien, dan kemitraan pemerintah-OPZ untuk akselerasi pengentasan kemiskinan.

Otoritas zakat

Di bawah rezim UU No. 38/1999, dunia zakat nasional berjalan tanpa tata kelola yang memadai. Ribuan OPZ, baik bentukan pemerintah (Badan Amil Zakat/BAZ) maupun masyarakat (Lembaga Amil Zakat/LAZ), muncul tanpa mendapat regulasi dan pengawasan yang memadai. Hal ini secara jelas rawan memunculkan penyimpangan dana zakat masyarakat oleh pengelola yang tidak amanah. Kebangkitan dunia zakat nasional di tangan masyarakat sipil era 1990-an, yang telah mentransformasikan zakat dari ranah amal-sosial- individual ke ranah ekonomi-pembangunan -keumatan, terancam tergerus oleh penumpang-penumpang gelap di dunia zakat. Perkembangan dunia zakat nasional juga berjalan lambat karena tidak ada upaya koordinasi dan sinergi antar-OPZ yang berjalan dengan agenda masing-masing. Hasilnya, kinerja dunia zakat nasional, khususnya dalam pengentasan masyarakat dari kemiskinan, terasa jauh dari optimal.

Maka, agenda terbesar dunia zakat nasional saat ini adalah mendorong tata kelola yang baik dengan mendirikan otoritas zakat yang kuat dan kredibel, katakan Badan Zakat Indonesia (BZI), yang akan memiliki kewenangan regulasi dan pengawasan di tiga aspek utama, yaitu kepatuhan syariah, transparansi dan akuntabilitas keuangan, serta efektivitas ekonomi dari pendayagunaan dana zakat. BZI dibentuk di tingkat pusat dan dapat membuka perwakilan di tingkat provinsi jika dibutuhkan.

Wacana yang digulirkan pemerintah dan sebagian ormas untuk melakukan sentralisasi pengelolaan zakat oleh pemerintah dalam rangka memperbaiki kinerja zakat nasional adalah tidak valid, ahistoris, dan mengingkari peran masyarakat sipil dalam Indonesia kontemporer yang demokratis. Kinerja penghimpunan dan pendayagunaan dana zakat lebih banyak ditentukan oleh legitimasi dan reputasi lembaga pengumpul, bukan oleh sentralisasi kelembagaan oleh pemerintah. Kinerja zakat justru meningkat setelah dikelola oleh masyarakat sipil. Kegiatan operasional organisasi nirlaba yang transparan dan akuntabel lebih disukai dan menumbuhkan kepercayaan muzakki. Kepercayaan (trust) menjadi kata kunci di sini. Kepercayaan masyarakat inilah yang dibangun melalui tata kelola yang baik, yaitu operator zakat (OPZ) mendapat regulasi dan pengawasan yang memadai dari otoritas zakat (BZI).

Konsolidasi

Di bawah rezim UU No. 38/1999, jumlah OPZ melonjak sangat pesat. Hal ini secara jelas mengindikasikan inefisiensi dunia zakat nasional dalam kaitan dengan penghimpunan dana zakat yang relatif masih kecil. Hingga kini setidaknya terdapat BAZNAS dan 18 LAZ nasional, 33 BAZ provinsi, dan 429 BAZ kabupaten/kota, belum termasuk 4.771 BAZ kecamatan, ribuan LAZ provinsi-kabupaten- kota dan puluhan ribu amil tradisional berbasis masjid serta pesantren. Pengelolaan zakat nasional menjadi tidak efisien, karena mayoritas OPZ beroperasi pada skala usaha yang terlalu kecil. Dampak zakat pun menjadi minimal.

Langkah reformasi paling mendasar di sini adalah dengan memperketat pendirian OPZ baru dan melarang pihak yang tidak berhak untuk menghimpun dan mengelola zakat. Langkah berikutnya adalah mendorong upaya konsolidasi OPZ menuju dunia zakat nasional yang efisien dan efektif. UU Zakat harus mendorong upaya reward and punishment bagi OPZ dalam upaya konsolidasi dunia zakat nasional ini, yaitu dalam bentuk peningkatan kapasitas OPZ, merger dan akuisisi antar-OPZ, serta penurunan status OPZ dengan kinerja rendah menjadi UPZ (Unit Pengumpul Zakat).

Untuk mendorong konsolidasi, UU Zakat harus memberi batasan minimal penghimpunan dana, katakan Rp 5 miliar per tahun, agar sebuah OPZ dapat terus beroperasi. Jika batas ini tak dapat dipenuhi, OPZ harus merger dengan OPZ lain, bergabung dengan OPZ jangkar, atau diturunkan statusnya menjadi UPZ. UPZ berbasis masjid, pesantren, perusahaan dan institusi harus berafiliasi dan berinduk kepada OPZ dan dapat melakukan pendayagunaan dana maksimal 50 persen untuk prioritas lokal, termasuk bagian amil. UPZ dengan penghimpunan dana di bawah Rp 100 juta per tahun tidak berhak melakukan pendayagunaan dana, kecuali bagian amil.

Di sisi lain, OPZ besar didorong beroperasi lintas negara menjadi OPZ berskala internasional, katakan dengan penghimpunan dana di atas Rp 500 miliar per tahun. Sedangkan OPZ dengan penghimpunan dana antara Rp 100-500 miliar, didorong menjadi OPZ nasional, yang melakukan penghimpunan dan pendayagunaan secara umum di seluruh Nusantara. Sedangkan OPZ dengan penghimpunan dana di bawah Rp 100 miliar per tahun diarahkan menjadi OPZ fokus wilayah atau fokus program pendayagunaan (seperti kesehatan, pendidikan, pemberdayaan UKM, anak jalanan, petani dan nelayan gurem, buruh migran/TKI, desa tertinggal, dan lain-lain).

Dengan konsolidasi dan sistem kelembagaan jejaring, pengelolaan zakat secara formal kelembagaan akan optimal. Semua potensi zakat dapat dihimpun, dan didayagunakan secara professional dan amanah untuk kesejahteraan umat. Di sisi lain, format kelembagaan khusus bagi UPZ akan memberdayakan potensi amil tradisional dengan tetap memberi peluang bagi penggunaan untuk kepentingan lokal.

Kemitraan

Berbagai wacana muncul dalam RUU Zakat untuk mendorong kinerja dunia zakat nasional, antara lain zakat sebagai pengurang pajak penghasilan (tax credit) dan sanksi bagi muzakki yang lalai. Zakat sebagai tax credit diyakini akan menjadi insentif yang memadai bagi muzakki dalam menunaikan kewajibannya. Namun wacana ini, jika terealisasi, akan memberi dampak signifikan bagi penerimaan pajak, berpotensi disalahgunakan, dan bermasalah secara yuridis karena ketentuan soal pajak semestinya diatur dalam UU Perpajakan. Karena itu, diperkirakan wacana ini sulit diterima dan diimplementasikan oleh otoritas pajak. Sedangkan wacana sanksi bagi muzakki cenderung tidak produktif karena secara politis akan mendapat banyak stigma negatif dan secara ekonomi diyakini tidak akan efektif pelaksanaannya.

Wacana yang lebih menarik dan progresif untuk meningkatkan kinerja dunia zakat nasional adalah mendorong kemitraan pemerintah dan OPZ untuk akselerasi pengentasan masyarakat dari kemiskinan. UU Zakat harus mengamanatkan bahwa pemerintah akan secara aktif mengikutsertakan OPZ dalam program penanggulangan kemiskinan. Kemitraan pemerintah-OPZ dalam program penanggulangan kemiskinan dapat berupa pemberian hibah (block-grant) ataupun kontrak penyediaan jasa sosial (specific-grant) , dengan pemerintah menerapkan kriteria dan persyaratan (eligibility criteria) bagi OPZ penerima dana program penanggulangan kemiskinan, seperti transparansi finansial, efektivitas pendayagunaan dana, dan kesesuaian dengan prioritas nasional/daerah.

Terdapat beberapa keuntungan bagi pemerintah bila melakukan pola pendayagunaan dana pengentasan masyarakat miskin melalui kemitraan dengan OPZ seperti ini. Pertama, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas program pengentasan masyarakat miskin. Kedua, menurunkan tingkat penyalahgunaan dana pengentasan masyarakat miskin dan meningkatkan efektivitasnya. Ketiga, memperkenalkan iklim persaingan di dalam birokrasi pengelolaan dana pengentasan masyarakat miskin.

Oleh: Yusuf Wibisono, Wakil Kepala Pusat Ekonomi & Bisnis Syariah FEUI Sumber: Koran TempoKategori: Kesejahteraan, Zakat 0 Responses

http://ekisopini.blogspot.com/2010/05/ruu-zakat-dan-kesejahteraan-umat.htmldi cari hari jumat tgl 26 november 2010 jam 07:18

Pengertian Zakat Infak dan ShadaqahMukadimahZakat merupakan salah satu pokok agama yang sangat penting dan strategis dalam Islam, karena zakat adalah rukun Islam ketiga setelah syahadat dan shalat. Jika shalat berfungsi untuk membentuk keshalihan dari sisi pribadi seperti mencegah diri dari perbuatan keji dan munkar, maka zakat berfungsi membentuk keshalihan dalam sistem sosial kemasyarakatan seperti memberantas kemiskinan, menumbuhkan rasa kepedulian dan cinta kasih terhadap golongan yang lebih lemah. Pembentukan keshalihan pribadi dan keshalihan dalam sistem masyarakat inilah salah satu tujuan diturunkannya Risalah Islam sebagai rahmatallil alamin oleh Allah SWT kepada manusia.Dengan zakat, Allah SWT menghendaki kebaikan kehidupan manusia dengan ajaran-Nya agar hidup tolong menolong, gotong royong dan selalu menjalin persaudaraan. Adanya perbedaan harta, kekayaan dan status sosial dalam kehidupan adalah sunatullah yang tidak mungkin dihilangkan sama sekali. Bahkan adanya perbedaan status sosial itulah manusia membutuhkan antara satu dengan lainnya. Dan zakat (juga infaq dan shadaqah) adalah salah satu instrumen paling efektif untuk menyatukan umat manusia dalam naungan kecintaan dan kedamaian hidupnya di dunia, untuk menggapai kebaikan di akhirat.Pengertian Zakat Dan Perbedaannya Dengan Infaq dan Shadaqah1. Makna Zakat Secara Bahasa (lughat), berarti : tumbuh; berkembang dan berkah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan: "Pungutlah zakat dari sebagian kekayaan mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.". (QS : At-Taubah : 103). Sedangkan istilah zakat berarti derma yang telah ditetapkan jenis, jumlah, dan waktu suatu kekayaan atau harta yang wajib diserahkan; dan pendayagunaannya pun ditentukan pula, yaitu dari umat Islam untuk umat Islam.2. Makna Infaq Pengertian infaq adalah lebih luas dan lebih umum dibanding dengan zakat. Tidak ditentukan jenisnya, jumlahnya dan waktunya suatu kekayaan atau harta harus didermakan. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk menetukan jenis harta, berapa jumlah yang yang sebaiknya diserahkan.3. Makna Shadaqah Adapun Shadaqoh mempunyai makna yang lebih luas lagi dibanding infaq. Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah, waktu dan juga yang tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk non materi, misalnya menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta, memberikan senyuman dan wajah yang manis kepada saudaranya, menyalurkan syahwatnya pada istri dsb. Dan shadaqoh adalah ungkapan kejujuran (shiddiq) iman seseorang.

FIQH PRIORITASZakat sifatnya wajib bagi setiap muslim yang hartanya telah memenuhi syarat tertentu sedangkan infaq atau shadaqah adalah sunnah. Dengan demikian ibadah wajib harus lebih dahulu setelah sunnah.

ZAKATHUBUNGAN ZAKAT DAN SHALATDi masyarakat kita pengetahuan, kesadaran dan pengalaman terhadap perintah shalat sudah cukup merata, namun tidak begitu dengan perintah zakat. Sementara Al-Qur'an menyebutkan perintah shalat dan zakat dalam 27 tempat atau ayat, sehingga pelaksanaan shalat dan zakat merupakan satu kesatuan yang tidak mungkin dipisahkan. Hal ini tercermin pula pada masa pemerintahan Abu Bakar ra, saat melihat dalam masyarakat mulai ada pemilahan antara perintah zakat dan shalat, beliau meng- ungkapkan: "Demi Allah, saya akan memerangi orang-orang yang memisahkan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah kewajiban atas harta". (HR Jama'ah ).PERINTAH MENUNAIKAN ZAKAT Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan (maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda) dan mensucikan mereka (maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka) dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At Taubah 103) Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS At Taubah : 71)

ANCAMAN BAGI YANG MENINGGALKANNYA ..Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (QS At Taubah : 34-35)

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah s.a.w bersabda : Tiada seorangpun yang menyimpan harta dan tak berkeinginan untuk mengeluarkan zakatnya kecuali akan dipanaskan harta itu di neraka jahanam dan akan dijadikan keping-kepingan lalu disetrikakan ke kedua pinggang dan keningnya samapi Allah mengadili hamba-hambaNya di suatu hari yang lamanya sama dengan lima puluh perhitungan sekarang kemudian akan dilihatkan nasibnya, apakah akan masuk syurga atau ataukah neraka. Dan tidak seorangpun pemilik unta yang tidak membayarkan zakatnya kecuali akan ditelentangkan di sebuah lapangan yang amat luas lalu unta itu dihalaukan menginjak-injak tubuhnya. Setiap yang akhir selesai menginjaknya, kembali dihalau kepadanya. Demikianlah seterusnya samapai Allah meberi ketentuan tentang hamba-hambaNya yakni pada suatu hari yang lamanya sama dengan lima puluh tahun sekarang, kemudian akan dilihat nasibnya apakah akan masuk surga ataukah neraka.Dan tidak seorangpun pemilik kambing yang tidak membayarkan zakatnya kecuali akan akan ditelentangkan di suatu lapangan yang amat luas dimana hewan-hewan itu akan menginjak-injaknya dengan kuku-kuku kakinya dan menanduknya dengan tanduknya sedang tidak seekorpun diantara kambing-kambing itu yang tanduknya melengkung atau tidak bertanduk (Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim)HUKUM BAGI YANG TIDAK MENUNAIKANNYA1. Zakat merupakan salah satu kewajiban yang telah diakui umat Islam secara ijma bahkan Al Quran sering memasangkannya atau mensejajarkannya dengan shalat (aqimishholah wa atuzzakah) sehingga seseorang yang tidak menunaikan zakat karena ia mengingkari hukum wajibnya berzakat maka ia dinyatakan telah keluar dari agama Islam.Dari Abu Hurairah ra katanya: Setelah Rasulullah saw wafat dan Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah sepeninggalan beliau dan beberapa orang yang murtad dari bangsa Arab telah murtad, Umar bin Khatab mengatakan kepda Abu Bakar : Mengapa engkau perangi orang-orang itu pdahal Rasulullah saw telah bersabda : Aku diperintahkan memerangi manusia sampai mengucapkan Tiada tuhan selain Allah niscaya harta dan jiwanya terjamin kecuali menurut hak (keadilan) sedang perhitungannya dikembalikan kepada Allah. Abu Bakr menjawab : Demi Allah! Sesungguhnya akan saya perangi siap yang membedakan antara shalat dan zakat karena zakat itu adalah kewajiban yang berkenaan dengan harta. Demi Allah! Kalau mereka tidak mau mebayar zakat yang pernah dahulu mereka berikan kepada Rasulullah saw niscaya mereka akan saya perangi karena itu. Kata Umar: Demi Allah! Saya telah melihat bahwa Allah telah membukakan hati Abu Bakar untuk berperang, lalu saya mengetahui itulah yang benar. (Shahih Bukhari Jilid IV)2. Seseorang yang tidak mengingkari wajibnya menunaikan zakat tetapi ia enggan untuk mengeluarkannya maka ia memikul dosa disebabkan keengganan itu tanpa mengeluarkannya dari Agama Islam. Dan hakim atau lembaga resmi hendaknya mengambil zakat itu secara paksa dan menjatuhkan tazir.3. Seseorang yang tidak menunaikan zakat karena ketidaktahuannya tentang hukum itu maka ia dimaafkan dan ia diwajibkan untuk menuntut ilmu untuk mengetahui kewajiban-kewajibannya itu.ATAS SIAPA DIWAJIBKANZakat wajib (fardhu) atas setiap muslim yang merdeka yang memiliki satu nishab (batas minimum terkena zakat) dari salah satu jenis harta yang wajib dikenakan zakat.SAATNYA JATUH TEMPO WAJIB ZAKATMenurut Abdari ada dua macam :1. Zakat yang dikenakan pada harta ketika kita mendapatkannya, seperti hasil pertanian saat panennya, hasil temuan harta karun.2. Zakat yang dikenakan pada harta yang harus dibayarkan setelah satu tahun kemudian (atau menunggu haulnya), seperti zakat pada emas, perak, barang-barang perniagaan, serta ternak. Awal perhitungan satu tahun terdapat dua pendapat :1. Dimulai dari saat terpenuhinya nishab yang cukup selama satu tahun, dan bila ditengah tahun terjadi kekurangan nishab, maka terputuslah hitungan tahunnya. Jika setelah itu nishabnya kembali cukup, maka hitungan awal tahunpun dihitung kembali dari saat cukupnya nishab itu. Demikian mazhab Malik, Ahmad, dan Jumhur.2. Perhitungannya dimulai dari adanya nishab pada awal tahun dan akhir tahun dan tidak peduli terjadinya kekurangan nishab dalam waktu satu tahun itu. Misl seseorang memeiliki 40 ekor kambing (sudah kena nishab) dan ditengah tahun kambingnya tinggal seekor, tetapi diawl tahun kambingnya kembali menjadi 40 ekor maka ia wajib mengeluarkan zakatnya (hitungan awal tahun tidak digeser atau dihitung ulang)ORANG YANG MEMILIKI NISHAB TAPI BERHUTANGPendapat sebagian besar ulama mengatakan : Seseorang memiliki harta dari jenis yang wajib dizakati tapi ia berhutang, hendakalah ia menyisihkan lebih dahulu sebanyak hutangnya, lalu mengeluarkan zakat dari sisanya jika sampai nishab. Jika tidak, maka ia tidak wajib zakat.BERNIAT SEBAGAI SYARAT DALAM MENUNAIKAN ZAKATSetiap perbuatan itu adalah tergantung kepad niat dan setiap orang akan memperoleh apa yang diniatkannya. (Shahih Bukhari dan Muslim)MENDOAKAN ORANG YANG BERZAKATDisunnatkan mendoakan orang yang berzakat sewaktu menerima zakat. Berdasarkan firman Allah Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At Taubah 103)Bahwa Rasulullah saw bila diserahkan kepadanya zakat beliau berdoa: Ya Allah limpahkanlah karunia atas mereka! (Allahumma sholli alaihim). Juga ketika bapakku menyerahkan zakat kepadanya beliau berdoa: Ya Allah limpahkanlah kurnia atas keluarga Abu Aufa . (HR Ahmad)MACAM-MACAM ZAKAT 1. Zakat Nafs disebut juga Zakat Fitrah 2. Zakat Maal (harta) sejumlah harta benda tertentu yang wajib dikeluarkan guna membersihkan kekayaan dan menyucikan pemiliknyaJenis Zakat1. Zakat Fitrah/FidyahZakat Nafs (jiwa), disebut juga Zakat Fitrah Zakat pribadi yang harus dikeluarkan pada bulan Ramadhan sebelum sholat ied.Besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,176 kg. Sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan yang disebut nash hadits yaitu tepung, terigu, kurma, gandum, zahib (anggur) dan aqith (semacam keju). Untuk daerah/negara yang makanan pokoknya selain 5 makanan di atas, mazhab Maliki dan Syafi'i membolehkan membayar zakat dengan makanan pokok yang lain.Menurut mazhab hanafi pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan dengan membayarkan harganya dari makanan pokok yang di makan.Pembayaran zakat menurut jumhur 'ulama : 1. Waktu wajib membayar zakat fitrah yaitu ditandai dengan tenggelamnya matahari di akhir bulan Ramadhan 2. Membolehkan mendahulukan pembayaran zakat fitrah di awal. Keterangan: Bagi yang tidak berpuasa Ramadhan karena udzur tertentu yang dibolehkan oleh syaria't dan mempunyai kewajiban membayar fidyah, maka pembayaran fidyah sesuai dengan lamanya seseorang tidak berpuasa.2. Zakat Maal Zakat Maal (harta) sejumlah harta benda tertentu yang wajib dikeluarkan guna membersihkan kekayaan dan menyucikan pemiliknya 1. Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib di Zakati :

a. Milik PenuhArtinya harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat Islam, seperti : usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya.

b. BerkembangArtinya harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang.

c. Cukup NishabArtinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara'. sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat dan dianjurkan mengeluarkan Infaq serta Shadaqah

d. Lebih Dari Kebutuhan PokokKebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarga yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya. Artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat hidup layak. Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum, misal, belanja sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, dsb.

e. Bebas Dari hutangOrang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus dibayar pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas dari zakat.

f. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul)Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah belalu (mencapai) satu tahun. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedangkan hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.

2. Harta (maal) yang Wajib di Zakati

a. Binatang TernakHewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba).

b. Emas Dan PerakNishabnya ialah 85 gr emas murni dalam satu tahun = zakatnya 2,5%. Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh karena segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk kedalam kategori emas dan perak. sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan dengan emas dan perak.Pada emas dan perak atau lainnya yang berbentuk perhiasan yang digunakan, asal tidak berlebihan maka tidak diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut.

c. Barang Perniagaan/PerdaganganNishabnya ialah senilai 85 gram emas murni dalam satu tahun = zakatnya 2,5%Barang perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjualbelikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Contoh: Jika Pak Amat berjualan beras dengan modal sebesar Rp 2 jt dimulai pada bulan Februari 2003 maka pada bulan February 2004 ia harus menghitung seluruh aset jualbelinya (modal dan labanya). Jika misalnya menjadi Rp 4jt maka saat itu ia telah mencapai nishab (nilainya telah melebihi harga emas murni 85 gr) dan harus mengeluarkan zakat sebesar 2,5% dari Rp4jt = Rp 100rb. Jika ternyata ia merugi dan kemudian asetnya menjadi kurang dari nilai emas 85 gr maka ia tidak wajib mengeluarkan zakat, sebab tidak memenuhi nishab.Perniagaan tersebut dapat diusahakan secara perorangan atau perserikatan seperti : CV, PT, Koperasi, dsb.

d. Hasil Pertanian Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS Al Baqarah : 267)Bahwa Rasulullah mengutus mereka ke Yaman untuk mengajari mereka tentang agama. Maka mereka dititahkan agar tidak memungut zakat kecuali dari empat macam ini : gandum, padi, kurma dan anggur kering. (Diriwayatkan oleh Daruquthni, Hakim, Thabrani yang mengatakan perawinya dapat dipercaya dan hadist ini muttashil)Bahwa Abdulllah bin Mughirah bermaksud hendak memungut zakat dari hasil tanah Musa bin Thalhah berupa sayur-mayur. Maka kata Musa bin Thalhah: Tidak dapat anda memungutnya, karena Rasulullah saw pernah mengatakan bahwa tidak wajib zakat pada sayur-sayuran. (Diriwayatkan oleh Daruquthni, Hakim dan hadist ini mursal dan kuat).Terdapat beberapa pendapat atas dasar hadist jenis tananaman yang terkena zakat diatas:1. Hasil pertanian yang terkena wajib pajak ialah hanya seperti tersebut diatas (gandum, padi, kurma dan anggur kering) Pendapat Hasan Bashri2. Hasil pertanian yang tumbuh-tumbuhan atau tanaman merupakan makanan pokok (pendapat Imam Syafii). 3. Hasil pertanian yang tanamannya bernilai ekonomis baik makanan pokok atau sayur-sayuran dan buah-buahan kecuali rumput dan pohon yang tidak berbuah.e. Kekayaan LautMa'din (hasil tambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah,tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu-bara, dll. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara, ambar, marjan, dll.

f. Rikaz/ Barang temuanRikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan harta karun. Termasuk didalamnya harta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya.

3. Zakat Profesi/PendapatanZakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, wiraswasta, dll.Zakat profesi memang tidak dikenal dalam khasanah keilmuan Islam, sedangkan hasil profesi yang berupa harta dapat dikategorikan ke dalam zakat harta (simpanan/kekayaan). Dengan demikian hasil profesi seseorang apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat maka wajib baginya untuk menunaikan zakat.Perhitungan Zakat Pendapatan/ProfesiNisab zakat pendapatan / profesi setara dengan nisab zakat tanaman dan buah-buahan sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah setara dengan 520 kg beras, kadar zakatnya sebesar 2,5 %. Waktu untuk mengeluarkan zakat profesi pada setiap kali menerima diqiyaskan dengan waktu pengeluaran zakat tanaman yaitu setiap kali panen. "Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya ( dengan dikeluar kan zakat nya ). ( QS : Al-An'am : 141 ).Contoh perhitungan: Nisab sebesar 520 kg beras, asumsi harga beras 2000 jadi nilai nisab sebesar 520 x 2000 = 1.400.000 Jumlah pendapatan perbulan Rp 2.000.000,- Zakat atas pendapatan ( karena telah mencapai nisab ) 2,5 % x 2.000.000,- = 50.000,-

4. Zakat Uang SimpananUang simpanan ( baik tabungan, deposito, dll ) dikenakan zakat dari jumlah terendah bila telah mencapai haul. Besarnya nisab senilai dengan 85 gr emas ( asumsi 1 gr emas Rp 75.000, nisab sebesar Rp 6.375.000 ). Kadarnya zakatnya sebesar 2,5 %.

Uang Tabungan Tanggal Masuk Keluar Saldo01/03/99 20.000.000 20.000.00025/03/99 2.000.000 18.000.00020/05/99 5.000.000 13.000.00001/06/99 200.000* 13.200.00012/09/99 1.000.000 12.200.00011/10/99 2.000.000 14.200.00031/02/00 1.000.000 15.200.000* Bagi hasil 1. Jumlah saldo terakhir dalam tabel di atas adalah 15.200.000 telah melebihi nisab (asumsi 1 gr emas Rp 75.000, nisab sebesar Rp 6.375.000) dan genap satu tahun. Tahun haul menurut contoh di atas 01/03/99 - 31/02/00.. uang bagi hasil ini dikeluarkan terlebih dahulu sebelum perhitungan zakat.Perhitungan : Tahun haul : 01/03/99 - 31/02/00 Nisab : Rp 6.375.000,- Saldo terakhir : Rp 15.200.000,- - Rp 200.000,- = Rp 15.000.000,- Besarnya zakat : 2,5 % x Rp 15.000.000,- = Rp 375.000,-Bila seseorang mempunyai beberapa tabungan maka semua buku dihitung setelah dilihat haul dan saldo terendah dari masing-masing buku.Perhitungan: Haul : 01/03/99 - 31/02/00 Saldo terakhir:- Buku 1: 5.000.000- Buku 2: 3.000.000- Buku 3: 2.000.000 Jumlah total : Rp 10.000.000 Zakat : 2,5 % x Rp 10.000.000 = Rp 250.000,-

2. Simpanan DepositoSeseorang mempunyai deposito di awal penyetoran tanggal 01/04/99 sebesar Rp 10.000.000 dengan jumlah bagi hasil 300.000 setahun. Haul wajib zakat adalah tanggal 31/03/00, nisab sebesar 6.375.000. Maka setelah masa haul tiba zakat yang harus dikeluarkan sebesar : 2.5 % x Rp 10.000.000 = Rp 250.000Bila seseorang mempunyai beberapa simpanan deposito maka seluruh jumlah simpanan deposito dijumlahkan. Bila mencapai nisab dengan masa satu tahun kadar zakatnya sebesar 2,5 % dengan perhitungan seperti di atas.5. Zakat Emas/PerakSeorang muslim yang mempunyai emas dan perak wajib mengeluarkan zakat bila sesuai dengan nisab dan haul. Adapun nisab emas sebesar 85 gr dan nisab perak 595 gr.1. Emas yang tidak dipakaiEmas yang tidak dipakai adalah perhiasan emas yang tidak digunakan atau sekali pun dipakai hanya sekali setahun. Dengan demikian bila seseorang menyimpan me-nyamai atau melebihi 85 gr maka ia wajib mengeluarkan zakat emas tersebut. Ada pun kadar zakatnya besarnya 2,5 % di hitung dari nilai uang emas tersebut. Misalnya : seseorang mempunyai 90 gr emas. Harga 1 gr emas 70.000. Maka besarnya zakat yang dikeluarkan sebesar : 90 x 70.000 x 2,5 % = 157.500 2. Emas yang dipakaiEmas yang dipakai adalah dalam kondisi wajar dan tidak berlebihan. Jadi bila seorang wanita mempunyai emas 120 gr, dipakai dalam aktivitas sehari-hari sebanyak 15 gr. Maka zakat emas yang wajib dikeluarkan oleh wanita tersebut adalah 120 gr - 15 gr = 105 gr. Bila harga emas 70.000 maka zakat yang harus dikeluarkan sebesar : 105 x 70.000 x 2,5 % = 183.750Keterangan :Perhitungan zakat perak mengikuti cara per hitungan di atas.6. Zakat InvestasiZakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi. Diantara bentuk usaha yang masuk investasi adalah bangunan atau kantor yang disewakan, saham, rental mobil, rumah kontrakan, investasi pada ternak atau tambak, dll.Dilihat dari karakteristik investasi, biasanya modal tidak bergerak dan tidak terpengaruh terhadap hasil produksi maka zakat investasi lebih dekat ke zakat pertanian. Pendapat ini diikuti oleh ulama modern seperti Yusuf Qordhowi, Muhammad Abu Zahrah, Abdul Wahab Khalaf, Abdurahman Hasan, dll.Dengan demikian zakat investasi dikeluarkan pada saat menghasilkan sedangkan modal tidak dikenai zakat. Kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 5 % atau 10 %. 5 % untuk penghasilan kotor dan 10 untuk penghasilan bersih.7. Zakat Hadiah dan Sejenisnya 1. Jika hadiah tersebut terkait dengan gaji maka ketentuannya sama dengan zakat profesi/pendapatan. Dikeluarkan pada saat menerima dengan kadar zakat 2,5 %. 2. Jika komisi, terdiri dari 2 bentuk : pertama, jika komisi dari hasil prosentasi keuntungan perusahaan kepada pegawai, maka zakat yang dikeluarkan sebesar 10 % (sama dengan zakat tanaman), kedua, jika komisi dari hasil profesi seperti makelar, dll maka digolongkan dengan zakat profesi. Aturan pembayaran zakat mengikuti zakat profesi. 3. Jika berupa hibah, terdiri dari dua kriteria, pertama, jika sumber hibah tidak di duga-duga sebelumnya, maka zakat yang dikeluarkan sebesar 20 %, kedua, jika sumber hibah sudah diduga dan diharap, hibah tersebut digabung kan dengan kekayaan yang ada dan zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5 %.

8. Zakat Perniagaan-Zakat Perdagangan"Rasulullah SAW memerintahkan kami agar mengeluarkan zakat dari semua yang kami persiapkan untuk berdagang." ( HR. Abu Dawud )Ketentuan zakat perdagangan: 1. Berjalan 1 tahun ( haul ), Pendapat Abu Hanifah lebih kuat dan realistis yaitu dengan menggabungkan semua harta perdagangan pada awal dan akhir dalam satu tahun kemudian dikeluarkan zakatnya. 2. Nisab zakat perdagangan sama dengan nisab emas yaitu senilai 85 gr emas 3. Kadarnya zakat sebesar 2,5 % 4. Dapat dibayar dengan uang atau barang 5. Dikenakan pada perdagangan maupun perseroan.Perhitungan :(Modal diputar + Keuntungan + piutang yang dapat dicairkan) - (hutang + kerugian) x 2,5 %Contoh : Harta perniagaan, baik yang bergerak di bidang perdagangan, industri, agroindustri, ataupun jasa, dikelola secara individu maupun badan usaha (seperti PT, CV, Yayasan, Koperasi, Dll) nishabnya adalah 20 dinar (setara dengan 85 gram emas murni). Artinya jika suatu badan usaha pada akhir tahun (tutup buku) memiliki kekayaan (modal kerja dan untung) lebih besar atau setara dengan 85 gram emas (asumsi jika per-gram Rp 75.000,- = Rp 6.375.000,-), maka ia wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5 % Pada badan usaha yang berbentuk syirkah (kerjasama), maka jika semua anggota syirkah beragama Islam, zakat dikeluarkan lebih dulu sebelum dibagikan kepada pihak-pihak yang bersyirkah. Tetapi jika anggota syirkah terdapat orang yang non muslim, maka zakat hanya dikeluarkan dari anggota syirkah muslim saja (apabila jumlahnya lebih dari nishab)Cara menghitung zakat :Kekayaan yang dimiliki badan usaha tidak akan lepas dari salah satu atau lebih dari tiga bentuk di bawah ini : 1. Kekayaan dalam bentuk barang2. Uang tunai3. Piutang Maka yang dimaksud dengan harta perniagaan yang wajib dizakati adalah yang harus dibayar (jatuh tempo) dan pajak. Contoh :Sebuah perusahaan meubel pada tutup buku per Januari tahun 1995 dengan keadaan sbb : - Sofa atau Mebel belum terjual 5 set Rp 10.000.000 - Uang tunai Rp 15.000.000 - Piutang Rp 2.000.000 - Jumlah Rp 27.000.000 - Utang & Pajak Rp 7.000.000 - Saldo Rp 20.000.000 - Besar zakat = 2,5 % x Rp 20.000.000,- = Rp 500.000,- Pada harta perniagaan, modal investasi yang berupa tanah dan bangunan atau lemari, etalase pada toko, dll, tidak termasuk harta yang wajib dizakati sebab termasuk kedalam kategori barang tetap (tidak berkembang) Usaha yang bergerak dibidang jasa, seperti perhotelan, penyewaan apartemen, taksi, renal mobil, bus/truk, kapal laut, pesawat udara, dll, kemudian dikeluarkan zakatnya dapat dipilih diantara 2 (dua) cara: Pada perhitungan akhir tahun (tutup buku), seluruh harta kekayaan perusahaan dihitung, termasuk barang (harta) penghasil jasa, seperti taksi, kapal, hotel, dll, kemudian keluarkan zakatnya 2,5 %. Pada Perhitungan akhir tahun (tutup buku), hanya dihitung dari hasil bersih yang diperoleh usaha tersebut selama satu tahun, kemudian zakatnya dikeluarkan 10%. Hal ini diqiyaskan dengan perhitungan zakat hasil pertanian, dimana perhitungan zakatnya hanya didasarkan pada hasil pertaniannya, tidak dihitung harga tanahnya. 9. Zakat PerusahaanZakat perusahaan hampir sama dengan zakat perdagangan dan investasi. Bedanya dalam zakat perusahaan bersifat kolektif. Dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika perusahaan bergerak dalam bidang usaha perdagangan maka perusahaan tersebut mengeluarkan harta sesuai dengan aturan zakat perdagangan. Kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5 % 2. Jika perusahaan tersebut bergerak dalam bidang produksi maka zakat yang dikeluarkan sesuai dengan aturan zakat investasi atau pertanian. Dengan demikian zakat perusahaan dikeluarkan pada saat menghasilkan sedangkan modal tidak dikenai zakat. Kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 5 % atau 10 %. 5 % untuk penghasilan kotor dan 10 % untuk penghasilan bersih.Catatan :Bila dalam perusahaan tersebut ada penyertaan modal dari pegawai non muslim maka penghitungan zakat setelah dikurangi kepemilikan modal atau keuntungan dari pegawai non muslim

Nishab dan Kadar Zakat Yang Di Keluarkan1. ZAKAT PETERNAKAN

1. Zakat UntaNishab unta adalah 5 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 5 ekor unta maka ia terkena kewajiban zakat. Selanjtnya zakat itu bertambah, jika jumlah unta yang dimilikinya juga bertambah Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Anas bin Malik, maka dapat dibuat tabel sbb: Nishab Zakat5-9 1 ekor kambing10-14 2 ekor kambing15-19 3 ekor kambing20-24 4 ekor kambing25-35 1 ekor bintu makhad betina (unta genap 1 tahun sampai 2 tahun)36-45 1 ekor bintu labun (genap 2 tahun masuk 3 tahun)46-60 1 ekor hiqqoh (genap 3 tahun masuk 4 tahun)61-75 1 ekor jadzah (genap 4 tahun masuk 5 tahun)76-90 2 ekor bintu labun91-120 2 ekor hiqqohKeterangan: < 5 tidak wajib zakat Lebih dari 120, setiap 40 ekor 1 ekor bintu labun dan pada setiap 50 ekor 1 ekor hiqqoh Lebih dari 120 129, 3 ekor bintu labun2. Zakat SapiNishab sapi adalah 30 ekor. Artinya jika seseorang telah memiliki sapi, maka ia telah terkena wajib zakat.Nishab Zakat30-39 1 ekor sapi jantan/betina tabi' (a)40-59 1 ekor sapi jantan/betina tabi' (b)60-69 2 ekor sapi tabi' atau tabiah70-79 2 ekor sapi musinnah dan 1 ekor tabi'80-89 2 ekor sapi musinnahKeterangan : a. Sapi berumur 1 tahun, masuk tahun ke-2 b. Sapi berumur 2 tahun, masuk tahun ke-3 Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi'. Dan jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor musinnah. 3. Zakat Kambing/dombaNishab kambing/domba adalah 40 ekor, artinya bila seseorang telah memiliki 40 ekor kambing/domba maka ia telah terkena wajib zakat.Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Anas bin Malik, maka dapat dibuat tabel sbb : Nishab Zakat40-120 1 ekor kambing (2th) atau domba (1th)121-200 2 ekor kambing/domba201-300 3 ekor kambing/domba(Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor).4. Ternak Unggas (ayam, bebek, burung, dll) dan PerikananNishab pada ternak unggas dan perikanan tidak diterapkan berdasarkan jumlah (ekor), sebagaimana halnya sapi, dan kambing. Tapi dihitung berdasarkan skala usaha.Nishab ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 Dinar (1 Dinar = 4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas. Artinya bila seorang beternak unggas atau perikanan, dan pada akhir tahun (tutup buku) ia memiliki kekayaan yang berupa modal kerja dan keuntungan lebih besar atau setara dengan 85 gram emas murni, maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5 %Contoh :Seorang peternak ayam broiler memelihara 1000 ekor ayam perminggu, pada akhir tahun (tutup buku) terdapat laporan keuangan sbb: 0. Ayam broiler 5600 ekor seharga Rp 15.000.000 1. Uang Kas/Bank setelah pajak Rp 10.000.000 2. Stok pakan dan obat-obatan Rp 2.000.000 3. Piutang (dapat tertagih) Rp 4.000.000Jumlah Rp 31.000.000 4. Utang yang jatuh tempo Rp 5.000.000Saldo Rp 26.000.000Besar Zakat = 2,5 % x Rp. 26.000.000,- = Rp 650.000 Catatan :Kandang dan alat peternakan tidak diperhitungkan sebagai harta yang wajib dizakati.Nishab besarnya 85 gram emas murni, jika @ Rp 25.000,00 maka 85 x Rp 25.000,00 = Rp 2.125.000,00

2. SYARAT ZAKAT HEWAN : Sampai haul Mencapai nisabnya Digembalakan dan mendapatkan makanan di lapangan tempat pengembalaan terbuka Tidak dipekerjakan Tidak boleh memberikan binatang yang cacat dan tua (ompong) Pembiayaan untuk operasional ternak dapat mengurangi dan bahkan meng- gugurkan zakat ternak

3. ZAKAT HASIL PERTANIANNishab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 650 kg. Contoh hasil pertanian termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, kurma, dll, maka nishabnya adalah 650 kg dari hasil pertanian tersebut.Tidak wajib zakat (hasil pertanian) jika banyaknya kurang dari lima wasaq. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Baihaqi dengan sanad hadist yang baik)Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/mata/air, maka 10%, apabila diairi dengan cara disiram / irigasi (ada biaya tambahan) maka zakatnya 5%.Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami zakatnya 5%. Artinya 5% yang lainnya didistribusikan untuk biaya pengairan. Imam Az Zarqoni berpendapat bahwa apabila pengolahan lahan pertanian diairi dengan air hujan (sungai) dan disirami (irigasi) dengan perbandingan 50;50, maka kadar zakatnya 7,5% (3/4 dari 1/10).Pada sistem pertanian saat ini, biaya tidak sekedar air, akan tetapi ada biaya lain seperti pupuk, insektisida, dll. Maka untuk mempermudah perhitungan zakatnya, biaya pupuk, intektisida dan sebagainya diambil dari hasil panen, kemudian sisanya (apabila lebih dari nishab) dikeluarkan zakatnya 10% atau 5% (tergantung sistem pengairannya)

PIHAK ATAU TEMPAT MEMBERIKAN ZAKAT

Yang berhak menerima zakat itu ada 8 golongan, landasannya :

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS At Taubah: 60)

1. Fakir orang yang tidak memiliki batas minimum kekayaan untuk keperluan pokok bagi dirinya dan anak-anaknya seperti tempat tinggal, sandang, pangan atau keperluan lain yang tidak dapat diabaikan2. Miskin orang-orang fakir yang manahan dirinya dari berbuat meminta hingga keadaannya tidak diketahui umum.3. Amilin orang-orang yang ditugaskan oleh Imam, kepala pemerintahan untuk mengumpulkan zakat termasuk juga orang-orang yang mengurus administrasinya. Mereka hendaknya diambil dari kaum muslimin dan bukan dari golongan yang tidak dibenarkan menerima zakat, yaitu keluarga Rasul (Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib)4. Muallaf golongn yang diusahakan merangkul dan menarik serta mengukuhkan hati mereka dalam keislaman disebabkan belum mantapnya keimanan mereka.5. Budak belian6. Gharimin orang-orang yang dibebani hurang dan ia kepayahan dalam membayarnya.7. Fi Sabilillah jalan menyampaikan kepada keridhaan Allah, baik berupa ilmu atau amal. Jumhur ulama berpendapat, yang dimaksud ialah tentara atau laskar sukarela yang turut membela Agama Islam tetapi tidak mendapatkan gaji dari pemerintah. Di masa sekarang ini, menafkahkan fi sabilillah diantaranya ialah membiayai dan menyiapkan penyebar-penyebar agama Islam dan mengirim mereka ke pelosok-pelosok dengan perbekalan dana yang cukup. Termasuk juga di dalamnya membiayai sekolah-sekolah dan para pengajarnya.8. Ibnu Sabil orang yang kehabisan bekal dalam perjalanannya dan perjalanannya bukan untuk kemaksiatan.

METODA PENYAMPAIAN ZAKAT KEPADA 8 GOLONGAN1. Pendapat pertama berdasarkan Surat At Taubah :60 diatas: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, dan seterusnya maka zakat yang telah dikumpulkan harus dibagikan kepada semua pihak tersebut secara menyeluruh dan tidak boleh meninggalkan/melewatkan satu golongan pun dlam ayat itu (pendapat Imam Syafii)

2. Pendapat kedua ayat di atas hanya untuk menjelaskan dan membedakan jenis-jenis orang yang berhak menerima zakat, bukan untuk menyatakan berserikat sehingga kewajiban zakat telah terpenuhi bila zakat yang telah terkumpulkan hanya diberikan kepada satu atau beberapa golongan saja tergantung kondisi social di masyarakat itu mana yang lebih prioritas. Menyalurkan zakat secara merata kepada delapan golongan tersebut maka disamping menyulitkan (apalagi bila zakat yang terkumpul hanya sedikit) juga sasaran zakat menjadi tidak tercapai optimal (pendapat Jumhur ulama)

PIHAK ATAU ORANG YANG TERLARANG MENERIMA ZAKAT1. Orang-orang kafir dan golongan atheis2. Bani Hasyim atau keluarga Nabi3. Orang tuanya & anak-anaknya. Alasannya ialah karena telah menjadi kewajiban bagi pembayar zakat untuk memberi nafkah kepada mereka (keluarganya). Kewajiban berzakat tidak menggugurkan kewajiban memberikan nafkah.4. Istrinya. Alasannya seperti di atasGlossaryMuzakkiAdalah orang yang berkewajiban membayarkan zakat karena memiliki harta yang melebihi ukuran tertentu. MustahiqAdalah orang yang berhak menerima zakat karena termasuk salah satu dari golongan orang yang disebut dalam Al-Qur'an sebagai penerima zakat. AmilAdalah orang atau badan/lembaga yang mengkhususkan diri untuk mengelola zakat, infaq, dan sedekah. NisabAdalah batas minimal untuk harta yang perlu dikeluarkan zakatnya. Harta yang jumlahnya di bawah nishab tidak wajib dikeluarkan zakatnya. HaulUntuk beberapa jenis harta, kewajiban zakat dikenakan jika harta tersebut sudah dimiliki selama jangka waktu tertentu (satu tahun). Jangka waktu ini disebut haul.

http://www.semuabisnis.com/articles/169611/1/Pengertian-Zakat-Infaq-Shadaqah-dan-Perbedaannya/Page1.html

jam 07:25 wib

Waqaf Dari SegiEkonomiMOTIVASI WAQIF DALAM BERWAQAF DITINJAU DARI SEGI EKONOMIOleh : M.Irfansyah Putra ( Staf Pengajar di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, Paya Bundung, Medan.Mahasiswa semester IV Akuntansi Fakultas Ekonomi UISU Medan)MuqaddimahDalam banyak kesempatan Cak Nur sering menyampaikan bahwa kita bangsa Indonesia ini masih tergolong sebagai bangsa konsumen di bidang ekonomi, meski kita sudah menjadi produsen namun di sektor ekonomi global kita masih sebagai konsumen dari produksi bangsa lain. Bahkan suatu ketika kita akan dikenal sebagai bangsa kuli yang hanya dapat menyediakan faktor produksi tenaga kerja, dan tidak mampu menguasai faktor yang lain seperti modal dan teknologi. Dengan keadaan seperti ini, maka tidak ada artinya kita memiliki sumber daya alam yang melimpah namun tak dapat dimanfaatkan karena terbatasnya sarana pemanfaatnnya terkhusus dari faktor-faktor ekonomi .Setelah tejadinya krisis moneter pada awal 1998, Indonesia mengalami kemundutran dalam bidang ekonomi yang signifikan dan terus bertahan hingga saat ini. Hal ini dapat kita lihat dari tingginya tingkat kemiskinan, harga yang melambung tinggi. Belum lagi ditambah bencana alam serta kebobrokan moral yang dimiliki pejabat yang menjadi tikus penggrogot harta yang bukan haknya. Ini semua yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi berbalik arah.Salah satu solusi alternatif dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah Waqaf, nantinya akan penulis jelaskan peranan waqaf dalam pertumbuhan ekonomi. Namun sebelum itu alangkah baiknya kita mengenal waqaf terlebih dahulu.Pengertian WaqafWaqaf berasal dari kata waqafa yang menurut bahasa menahan atau berhenti. Dalam hukum fikih istilah tersebut berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama zatnya kepada seseorang, atau nazir (penjaga waqaf), atau kepada suatu badan pengelola, dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya digunakan kepada hal-hal sesuai dengan ajaran syariat islam. Dalam hal tersebut benda yang diwaqafkan bukan lagi hak milik yang mewaqafkan, dan bukan pula hak milik tempat menyerahkan, tetapi ia menjadi hak Allah (umum).Waqaf disebut juga sedekah jariyah, seperti didapati dalam sebuah hadis yang menjelaskan bahwa hanya tiga macam manfaat dari perbuatan seseorang yang selalu mengalir kepadanya setelah mati : yaitu anak yang shaleh yang mendoakan orang tuanya, ilmu yang diajarkannya yang dimanfaatkan orang dan sedekah jariyah (HR Muslim) yang dimaksud sedekah jariyah dalam hadis tersebut adalah waqaf.Waqaf dalam Ensklopedi Agama Dan Filsafat diartikan menahan harta yang kekal zatnya, yang dapat diambil manfaat guna diberikan ke jalan kebaikan. Berdasarkan atas firman Allah dalam surah Al-Hajj : 77:Perbuatlah oleh kamu kebaikan semoga kamu dapat kemenanganDalam terminologi hukum,Waqaf berarti menahan harta dan memberikan manfaat dan profitnya pada jalan Allah untuk kemashlahatan umum. Pada dasarnya, kata waqaf tidak ditemukan dalam terminologi Al-Quran, akan tetapi dalam QS, 5: 103 disebutkan bahwa bangsa arab jahiliyah pada zaman dahulu memiliki kebiasaan untuk menahan suatu manfaat dari hewan seperti bahirah, saibah, wasilah dan hamy. Namun penahanan yang mereka lakukan itu bukan untuk mengambil manfaatnya, jadi bukan seperti pengertian waqaf yang kita maksud yaitu menahan suatu asset untuk diambil manfaatnya. Maka jika seekor hewan telah diwakafkan menurut adat Arab Jahiliyah, ia tidak lagi di ambil susunya, tidak disembelih dan tidak pula ditunggangi.Dengan semakin berkembangnya zaman, waqaf juga mengalami perkembangan baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Waqaf yang dulunya hanya berlaku pada jenis barang yang tidak bergerak dapat juga menggunakan jenis barang yang bergerak, bahkan terhadap barang-barang yang dulunya tidak dapat diwaqafkan karena sifatnya yang tidak kekal seperti uang, komputer dan sebagainya sesuai dengan defenisi yang telah disampaikan di atas.Sejarah WaqafAsal mula disyariatkan waqaf dalam islam ialah pada waktu Umar bin Khattab mendapat sebidang tanah perkebunan di Khaibar. Kepada rasulullah, Umar bin Khattab meminta pendapat mengenai hartanya itu. Rasulullah menasehatkan jika Umar mau, lebih baik diwaqafkan saja tanah itu dan hasilnya disedekahkan kepada orang yang sedang membutuhkan. (HR Bukhari Muslim). Tanah tersebut akhirnya diwaqafkan oleh Umar bin Khattab dan hasilnya disedekahkan kepada orang-orang fakir miskin, untuk memerdekakan budak dan kepentingan-kepentingan lain di jalan Allah. Sedangkan nazirnya diberi pula pembagian yang layak.Hadis yang menceritakan asal muasal waqaf di atas menunjukkan adanya institusi waqaf pertama dalam islam. Di dalam hadis terdapat petunjuk wakaf itu adalah menyerahkan kemanfaatannya, tanahnya teteap milik yang punya, tidak boleh dijual, tidak boleh dipindahtangankan, dan tidak boleh diberikan kepada orang, dan boleh pula dipusakakan.Masyarakat muslim, di Indonesia khususnya, sangat memahami teori dan defenisi namun kurang memahami dalam hal praktek tentang wakaf tersebut termasuk para pewaqif yang mewaqafkan hartanya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak mengetahui esensi dari waqaf yang sebenarnya, dikarenakan tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang waqaf. Hingga akhirnya sering kita dapatkan orang yang mengaku telah mewaqafkan hartanya namun juga masih mengambil kesempatan dalam pemanfaatan harta waqaf tersebut. Bahkan mereka dengan beraninya mengklaim bahwa itu adalah harta mereka atau keluarga padahal sebelumnya mereka telah berikrar bahwa ini adalah harta ummat.Jenis WaqafDalam hukum islam dikenal dua macam waqaf. Yaitu 1. Waqaf ZurriWaqaf ini disebut juga dengan waqaf ahly yanitu waqaf yang dikhusukan oleh yang mewakafkannya untuk kerabatnya seperti anak, cucu, saudara atau ibu bapaknya. Wakaf ini bertujuan untuk membela nasib mereka. Dalam islam barang siapa yang ingin mewakafkan hartnya maka ia dianjurkan untuk memperhatikan sanak familinya terlebih dahulu. Jika ada yang sedang membutuhkan maka akan lebih baik jika diberikan kepada mereka.1. Waqaf KhairiAdapun waqaf ini ialah wakaf yang diperuntukkan kepada amal kebaikan secara umum. Wakaf bentuk inilah yang dilakukan oleh sahabat Umar Bin Khatab pada tanah yang diberikan kepadanya.Menurut DR Mochtar Effendy SE, waqaf dapat berbentuk :1. Terus-menerus , yaitu kepad orang orang yang telah ada dan terus menerus tidak putus-putusnya. Bentuk ini yang umum dan tidak ada perselisihan pendapat ulama.2. Terputus-putus. Ini juga terbagi kembali dalam 3 macam : a. putus awalnya, umpanya saya waqafkan ini pada anak-anak saya, kemidian pada fakir miskin.b. Putus ditengah jalan, umpamanya saya waqafkan ini pada anak-anakku ini, kemudian pada seseorang, dengan tidak ditentukan, kemudian pada orang miskin.c. Putus ujungnya, umpanya saya waqafkan beberapa anak dari si A. Dengan tidak diterangkan kemudian itu pada siapa. Ini berarti setelah si A, benda waqaf kembali kepada yang mewaqafkannya kembali.Waqaf Dari Segi EkonomiJika ditinjau dari segi ekonomi, waqaf menjadi berkembang dan bertambah ragamnya. Dikenal dengan sebutan waqaf tunai (cash waqf) sebagai aplikasi dari waqaf produkktif. Pola ini telah lama dikembangkan di dunia Arab. Di Bangladesh, Prof. M. A. Mannan berhasil mengembangkan sertifikat waqaf tunai di negerinya. Ia mengemukakan banyak sasaran yang bisa dicapai dengan waqaf tunai. Perbankan bisa menjadi fasililtator untuk mensosialisasikan budaya waqaf tunai dan membantu dalam pengelolaan harta waqaf menuju produktifitas dan efektifitas. Malah menurut Mannan, waqaf tunai dapat mengingkatkan investasisosial dan mentransformasikan tabungan masyarakat menjadi modal. Serta membantu pengembangan social capital market.Dr Muhammad Muwaffaq Arnaut dalam bukunya : The Role of Endowment in the islamic Societies, menjelaskan bahwa wakqaf tunai merupakan pilar sisitem ekonomi yang andal pada masa Empirium Ottoman. Yang dikembangkan saat itu adalah produktifitas waqaf tunai melalui sewa tanah, rumah, toko bahkan hasil sewa alat-alat transportasi yang diperguankan untuk pembiayaan pembangunan fasilitas sosial, mulai dari pembangunan gedung, sekolah, rumah sakit, perpustakaan dan instalasi air.Bagaimana di Imdonesia ?, waqaf tunai masih merupakan hal yang baru dan masih sebatas wacana. Harus diakui, bahwa pemahaman masyarakat kita masih sangat minim berkaitan dengan waqaf tunai. Mayoritas umat masih menganut paham konvensional bahwa waqf haruslah barang yag tidak bergerak seperti tanah, bangunan atau kuburan. Itu sebabnya, sosialisasi waqaf produkktif itu menjadi sangat penting. Menurut Prof. Monzer Kahf pakar ekonomi di Islamic Development Bank (IDB) dalam suatu seminar di Kota Medan menyatkan bahwa manfaat waqaf model ini sangat besar. Ia memberi ilustrasi, bila 10 juta dari umat Islam di Indonesia ini menyerahkan Rp 100.000,- saja, maka dalam kalkulasi sederhana telah diperoleh dan waqaf tuaniRp sebesar 1 triliun. Dana itu kemudian diserahkan ke pengelola profesional dan accountable (amanah) yang memberi jaminan bahwa esensi jumlahnya tidak akan berkurang dan malah bertambah karena digulirkan sebagai investasi. Lalu apa yang segera didapat ? taruhlah dana itu sekedar dititipkan di Bank Syariah, yang setelah setahun diberikan bagi hasil sembilan persen. Maka, akan tersedia pada akhir tahun dana segar sebesar Rp 90 Miliar. Dia memberi jaminan bahwa nilai wakaf tunai ternyata tak kalah besarnya dibandingkan dengan zakat atau kewajiban membayar pajak nasional.Secara estimologi, investasi berasal dari kata istasmara yang berarti usaha untuk mendapatkan buah (samrah). Dari arti leksikal tersebut, maka pengertian secara terminologis sinyatakan bahwa waqaf yang tumbuh dan berkembang melalui berbagai cara yang diperbolehkan oleh syara.Banyak cara pengmbangan waqaf yang yang biasa dilakukan sejak pemerintahan islam pertama, seperti sewa bangunan, pertokoan, tanah,]-tanah waqaf, pertanian waqaf, irigasi dan perawatan perkebunan, penjualan hasil dan buah-buahan, melakukan tukar ganti aset wakaf dengan lainnya karena adanya kebuthan atau mashlahat yang lebih baik dan sebagainya yang akan dikaji dalam tata cara manjajemen waqaf.Pada masa Dinasti Usmaniyah, problema waqaf pun semakin berkembang dan banyak sehingga cara-cara pengembangan di atas dirasa kurang memadai sebagai alternatif pengambangan wakaf. Maka dibutuhkan pola baru sebagai bagian dari perkembangan peradaban, pembangunan dan perdagangan. Pada masa tersebut, dikembangkan beberapa sistem pengambangan waqaf, diantaranya :1. Sistem ihkar (quitrent)Ihkar adalah memberikan tanah waqaf yang belum tergarap kepada seseorang dengan syarat ia memberi uang tunai hampir seharga tanah tersebut sebagai biaya sewa in advance/dowm payment (uang muka). Dengan pembiayaan tersebut dia bisa memiliki hak memutuskan selmanya, dan berhak ntuk mengolah sekhendaknya laksana pemilik seah tanah tersebut.1. Penyewaan GandaAdanya kesepakatan nazir waqaf dengan seseorang agar bersedia membiayai pembangunan gedung di atas tanah waqaf karena administrasi sendiri tidak akan mampu untuk melakukannya, dengan kompensasi bahwa investor memiliki hak memutuskan selamnya dan membayar harga sewa tahunan dengan nilai yang kecil.1. Sistem Marsad (Appropriation)Marsad adalah pemberian izin bagi penyewa yang dilakukan hakim atau nazir waqaf guna membangun gedung di atas tanah waqaf karena administrasi waqaf tidak mampu membangunnya.1. Sistem Khuluw (Good-Will)Sistem ini khusus untuk penyewaan pertokoan, yaitu pembelian hak memutuskan dan hak tinggal di gedung yang diwakafkan secara kontinyu dan abadi dengan membayar sewa saja.1. Sewa Jangka PanjangMerupakan penyewaan properti waqaf lebih dari setahun yang diperguanakn sebagai gedung, rumah dan pertokoan dalam jangka lebih dari tiga tahun untuk tanah, baik dengan sekali transaksi atau berulang-ulangAcuan dasa manjemen waqaf adalah agar nazir waqaf berusaha dengan segala daya mewujudkan mashlahat waqaf dan menyalurkan profitnya sesuai dengan amanah pewaqif, dengan memperhatikan syarat-syarat yang diberikan oleh pewakif saat akad. Dari kaidah ini dapat diterjemahkan menjadi beberapa poin sebagai pedoman bagi pengelolaan waqaf, yaitu :1. menjalankan amanah pewaqif2. pengembangn waqaf3. menyewakan asset waqaf4. menanami tanah waqaf5. membangun gedung waqaf untuk disewakan6. perubahan harta waqaf7. pemeliharaan hak-hak waqaf8. melunasi hutang-hutang waqaf9. memenuhi hak-hak yang berkepentingan dalam waqaf10. mengganti waqaf berdasarkan mashlahat yang lebih besarPenutupWaqaf adalah salah satu saran untuk membangun ekonomi masyarakat, apalagi di Indonesia, waqaf sangat dibutuhkan untuk membantu saudara-saudara kita yang berada di garis kemiskinan. Dengan membaca tulisan di atas, kita jadi tahu bahwa waqaf tidak hanya untuk barang yang tidak bergera namun juga bahan yang bergerak.Sehingga banyak sarana yang dapat digunakan untuk berwaqaf. Bahkan menjadi lebih berkembang sejalan dengan perkembangan zaman khusunya di bidang ekonomi. Bahkan sudah ada Akuntansi Waqaf Sehingga waqaf tidak hanya ditinjau dario segi agama dan sosial saja namun juga dari segi ekonomi. Wallahu alam bisshawabDaftar PustakaAl-Quranul KarimAl-Ibrah, Jurnal Studi-Studi Islam, Penerbit Ponpes Ar-Raudhatul Hasanah. Medan Cetakan Petama.Ensiklopedi Islam Indonesia, Prod. DR. H. Harun Nasution, Penerbit DjambatanEnsiklopedi Agama Dan Filsafat, DR. Mochtar Effendy, SE, Penerbit Universitas Sriwijaya ~ oleh mrirfun di/pada November 9, 2007.Ditulis dalam Hikmah Like

http://mrirfun.wordpress.com/2007/11/09/waqaf-dari-segi-ekonomi/jam 07:31 wib

Sistem EkonomiIslamDecember 14, 2006 by trimudilah Sistem Ekonomi Islam Menurut Kehendak TuhanSumber : Rufaqa OnlineSistem ekonomi Islam tidak sama dengan sistem-sistem ekonomi yang lain. Ia berbeza dengan sistem ekonomi yang lain. Ia bukan dari hasil ciptaan akal manusia seperti sistem kapitalis dan komunis. Ia adalah berpandukan wahyu dari Allah SWT.Sistem ciptaan akal manusia ini hanya mengambil kira perkara-perkara lahiriah semata-mata tanpa menitikberatkan soal hati, roh dan jiwa manusia. Hasilnya, matlamat lahiriah itu sendiri tidak tercapai dan manusia menderita dan tersiksa kerananya. Berlaku penindasan, tekanan dan ketidakadilan. Yang kaya bertambah kaya dan yang miskin bertambah miskin. Ekonomi Islam pula.sangat berbeza.Di antara ciri-ciri ekonomi Islam ialah:1. Melibatkan TuhanOrang Islam berekonomi dengan niat kerana Allah dan mengikut peraturan dan hukum-hakam Allah Taala. Matlamatnya ialah untuk mendapat redha dan kasih sayang Allah. Syariat lahir dan batin ditegakkan dan hati tidak lalai dari mengingati Tuhan. Aktiviti berniaga dianggap zikir dan ibadah kepada Allah SWT. Ia adalah jihad fisabilillah dan menjadi satu perjuangan untuk menegakkan Islam dan mengajak manusia kepada Tuhan. Sesibuk manapun berniaga, Allah SWT tidak dilupakan. Berekonomi dan berniaga secara Islam adalah di antara jalan untuk menambah bekalan taqwa.2. Berlandaskan taqwaKegiatan ekonomi dalam Islam merupakan jalan untuk mencapai taqwa dan melahirkan akhlak yang mulia. Ini adalah tuntutan Tuhan. Kalau dalam sistem ekonomi kapitalis, modalnya duit untuk mendapatkan duit, tetapi dalam ekonomi Islam modalnya taqwa untuk mendapatkan taqwa.Dalam Islam, berekonomi adalah untuk memperbesar, memperpanjang dan memperluaskan syariat Tuhan. Ekonomi itu jihad dan ibadah. Oleh itu tidak boleh terkeluar dari konsep dan syarat-syarat ibadah. Niatnya, perlaksanaannya dan natijahnya kena betul. Kegiatan ekonomi atau perniagaan yang dibuat itu tidak haram dan tidak melibatkan perkara-perkara yang haram. Ibadah asas seperti solat, puasa dan sebagainya tidak boleh ditinggalkan. Kalau solat ditinggalkan, ibadah berekonomi sepertimana juga ibadah-ibadah yang lain akan dengan sendirinya tertolak.Hasil dari ekonomi yang berlandaskan taqwa, akan lahir ukhuwah dan kasih sayang, kemesraan, bertolong bantu, bersopan santun, mendahulukan kepentingan orang lain dan berbagai-bagai lagi sifat-sifat yang luhur. Premis perniagaan berasaskan taqwa adalah pusat bina insan yang cukup praktikal dan menguntungkan.Semua yang terlibat dengan kegiatan ekonomi Islam ini akan menjadi tawadhuk dan rendah diri. Akan terhapus penindasan, penekanan, penzaliman dan ketidakadilan. Tidak ada krisis, pergaduhan dan jenayah. Ketakutan dan kebimbangan akan lenyap. Akhirnya masyarakat jadi aman, damai dan hidup penuh harmoni.Ekonomi Islam lebih mementingkan sifat taqwa daripada modal kewangan yang besar. Ilmu, pengalaman, kemahiran, kekayaan alam semulajadi dan sebagainya. Orang bertaqwa itu dibantu Tuhan seperti dalam firman-Nya maksudnya:Allah itu pembela bagi orang-orang yang bertaqwa (Al Jasiyah: 19).Orang yang bertaqwa itu, usahanya sedikit tetapi hasilnya banyak. Apatah lagi kalau usahanya banyak. Kalau orang yang bertaqwa menghadapi masalah, Allah akan mengadakan baginya jalan keluar dan dia diberi rezeki oleh Allah dari sumber-sumber yang tidak disangka-sangka.3. Penuh suasana kekeluargaanDalam premis perniagaan Islam di mana ada tuan punya atau pengurus dan pekerja, terjalin kemesraan dan kasih sayang seperti dalam satu keluarga. Pengurus seperti ayah. Penyelia-penyelia seperti kakak dan abang. Para pekerja seperti anak. Ayah menjaga keperluan lahir batin anak-anak. Ini termasuk didikan agama, makan minum, keselamatan, kesihatan, pakaian, tempat tinggal, kebajikan dan sebagainya.4. Penuh kasih sayangIslam menganggap berekonomi itu ibadah. Iaitu ibadah menerusi khidmat kita kepada sesama manusia. Manusialah yang Tuhan tuntut supaya kita berkasih sayang dengan mereka.Justeru itu, pelanggan dan ahli-ahli masyarakat tidak dilihat seperti orang lain bahkan saudara-mara. Pelanggan yang datang kepada premis perniagaan dilayan sebaik mungkin seperti tetamu. Mereka datang membawa rahmat dan kembalinya menghapuskan dosa. Pelangganlah tempat mereka mencurah bakti dan khidmat. Pelanggan jugalah orang yang membantu mereka memperbaiki dan mendidik hati. Oleh itu, pelanggan sungguh mahal dan sungguh istimewa. Mereka diberi kemesraan dan kasih sayang. Berbakti dan berkhidmat bukan setakat memberi pelanggan apa yang mereka mahu. Ia termasuk pembelaan dan kebajikan. Kalau ada pelanggan yang memerlukan barangan dan khidmat tetapi nyata tidak mampu membayar harganya, demi Tuhan yang mengurniakan kasih sayang, dia dibolehkan membayar ikut sesuka hatinya. Kalau dia fakir dan miskin hingga tidak mampu bayar langsung, maka menjadi tanggungjawab pihak yang berniaga pulalah untuk memberikan keperluannya itu dengan percuma. Tuhanlah yang akan membayarkan untuknya. Inilah ekonomi taqwa dan kasih sayang.Dalam ekonomi kapitalis, tidak ada kasih sayang. Mereka hanya mahukan duit para pelanggan. Jangankan hendak membantu manusia, bahkan mereka sanggup menyusahkan, menekan, menindas dan menipu manusia demi untuk mengejar keuntungan.5. Keuntungan perniagaan untuk masyarakatDalam ekonomi Islam, keuntungan ada dua bentuk. Satu adalah keuntungan maknawi dan satu lagi keuntungan maddi (material). Islam mengajar ahli ekonomi dan peniaganya untuk mengutamakan untung maknawi daripada untung material. Kalaupun ada keuntungan material, ia perlu dihalakan semula dan diperguna untuk kepentingan masyarakat. Islam tidak menganjurkan keuntungan material ditumpu kepada diri sendiri, keluarga, kelompok atau golongan. Keuntungan boleh diambil sekadar perlu tetapi selebihnya mesti dikembalikan kepada Tuhan melalui bantuan kepada fakir miskin dan masyarakat. Inilah apa yang dikatakan bersyukur.Ekonomi Islam lebih mementingkan khidmat kepada masyarakat daripada mengumpulkan keuntungan material yang besar. Keuntungan material kalaupun ada, perlu disalurkan semula kepada masyarakat.6. Tidak ada hutang berunsur ribaIslam tidak membenarkan riba. Iaitu pinjaman berfaedah (berbunga) tetap untuk jangka masa yang tertentu. Islam ada cara tersendiri untuk menjana model dan kewangan. Antaranya ialah mudharabah, musyarakah, berkorban dan sebagainya.Riba mencetus berbagai masalah dan krisis. Ia sangat menekan, menindas dan mencekik si peminjam. Si peminjam boleh terjerat dalam satu ikatan yang dia tidak mampu ungkaikan atau terjatuh ke dalam satu lubang yang dia tidak mampu keluar. Orang atau pertubuhan yang memberi pinjaman riba menjadi kaya tanpa usaha. Dia menjadi kaya atas titik peluh orang lain.Riba dalam ekonomi membuatkan harga barangan dan khidmat menjadi tinggi kerana untung lebih terpaksa dicari untuk membayar kadar faedah riba. Usaha ekonomi yang berasaskan riba juga tertakluk kepada tekanan kerana lagi lama pinjaman tidak dibayar, lagi banyak faedah atau bunganya

http://trimudilah.wordpress.com/2006/12/14/sistem-ekonomi-islam/jam 07:48

14