Efusi Pleura Dinda

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    1/21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernapasan masih menduduki

    peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Efusi

    pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau

    eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan

    suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Pada keadaan

    normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang

    membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama

    sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan

    (Kisworo, 1999).

    Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah

    tuberkulosis, infeksi paru non-tuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus

    atau tumpul pada daerah paru, serta gagal jantung kongestif. Di negana-negara

    barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati,

    keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di negara-negana yang sedang

    berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis

    (Kisworo, 1999).

    Pleura terletak dibagian terluar dari paru-paru dan mengelilingi paru-paru.

    Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa yang didalamnya terdapat banyak kapiler

    limfa dan kapiler darah serta serat saraf kecil. Pleura disusun juga oleh sel-sel

    1

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    2/21

    (terutama fibroblast dan makrofag). Pleura paru ini juga dilapisi oleh lapisan

    mesotelia. Pleura merupakan membran tipis, halus, dan licin yang

    membungkus din ding anterior thoraks dan permukaan superior diafragma.

    Lapisan tipis ini mengandung kolagen dan jaringan elastis (Sylvia A. Price dan

    Lorraine M, 2005).

    BAB II

    2

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    3/21

    TINJAUAN PUSTAKA

    2. Efusi pleura

    2.1 Definisi

    Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura akibat

    transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Rongga

    pleura ad alah rongga yang te rlet ak dian ta ra selapu t yang melap is i

    pa ru pa ru dan rongga dada , diantara pe rmukaan vi seral dan pa ri etal .

    Dalam keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan

    sebanyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan

    viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan anta ra permu kaan

    kedua pleura pada waktu pernafasan. Jenis cairan lainnya yang bisa

    terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan seperti

    susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi. Efusi pleura bukan

    merupakan suatu penyakit melainkan pertanda dari suatu penyakit

    (Sylvia A. Price dan Lorra ine,2005).

    Efusi dapat terdiri dari cairan yang relatif jernih yang mungkin

    dapat merupakan cairan transudat atau eksudat, atau dapat mengandung darah dan

    purulen. Transudat yaitu filtrasi plasma yang mengalir menembus dinding kapiler

    yang utuh, terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi p em b en tu k an da n

    reabsorpsi cairan pleura terganggu. Biasanya oleh ketidakseimbangan

    tekanan hidrostatik atau onkotik. Transudat dapat terjadi pada keadaan seperti

    asites, gagal ginjal atau gagal jantung kongestif yang mendasari penumpukan

    cairan. Eksudat yaitu ekstravasasi cairan kedalam jaringan, biasanya terja di

    3

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    4/21

    akibat inflamasi o leh produk bakteri atau tumor yang mengenai

    pe rmu kaan pleura (Sylv ia A. Pr ice dan Lorra ine,2005).

    Gambar 1 Anatomi Paru

    (dikutip dari Poslal Medicina, 2007 : www.google.com)

    2.2 Fisiologi

    Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura

    parietalis dan viseralis bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah

    pemisahan thoraks dan paru yang dapat dianalogkan sebagai dua buah kaca objek

    yang akan saling melekat jika ada air. Cairan pleura akan bergerak dari dinding

    kapiler di d a l am pleura parietalis ke ruang pleura kemudian diserap kembali

    melalui pleura viseralis. Masing-masing dari kedua pl e ur a me r up a ka n

    memb ran mesen k im y an g be rp or i-por i, dimana sejumlah k ec il

    transudat cairan intersti sial dapat terus menerus melaluinya untuk masuk

    kedalam ruang pleura. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalu i

    pleura vis eralis leb ih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan

    4

    http://www.google.com/http://www.google.com/
  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    5/21

    oleh pleura parietalis dan permukaan pl e ur a vi s er a li s le bi h be s a r da ri

    p ad a p le u ra p a r i e t a l i s s e h in g g a d a l a m k e ad aa n normal hanya ada

    beberapa mililiter cairan di dalam rongga pleura (Sy lv ia A. Pr ice dan

    Lorraine,2005).

    Gambar 2 Dinamika Pertukaran Cairan Dalam Ruang Pleura

    (Kusumawidjaja. 2005)

    Dalam keadaan normal rongga pleura mengandung kurang lebih 10-20 ml

    cairan dengan konsentrasi protein rendah yang terdapat di antara pleura

    viseralis dan parietalis yang berfungsi sebagai pelicin agar gerakan kedua pleura

    tidak terganggu. Cairan ini dibentuk oleh kapiler pleura parietalis dan

    direabsorbsi oleh kapiler dan pembuluh getah bening pleura viseralis.

    Keseimbangan ini tergantung pada tekanan hidrostatik dan direabsorpsi

    o l e h k a p i l e r d a n p e m b u l u h g e t a h b e n i n g p l e u r a d a n p e n y a l ur a n

    cai ran pleura oleh saluran getah bening. Pada keadaan patologis

    5

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    6/21

    rongga pleura dapat menampung beberapa liter cairan dan udara (H o o d

    Al sa ga ff da n H. Ab du lMukty, 2002).

    Kapan pun jumlah ini menjadi lebih dari cukup

    untuk memisah k an k ed u a p leu ra , mak a k e leb ih an t e r seb u t ak an

    d ipompa kelua r o leh pembuluh l imfatik (yang membuka secara

    langsung) dari rongga pleura kedalam mediast inum, permukaan

    superior dari diafragma, dan permukaan lateral pleural parietalis. Oleh

    karena itu, ruang pleura (ruang antara pleura parietalis dan pleura

    v i s e r a l i s ) d i s e b u t r u a n g p o t e n s i a l , k a r e n a r u a n g i n i n o r m a l ny a

    b eg i tu s e mpi t sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas (Hanley, M.E

    & Welsh, C.H, 2003).

    2.3 Etiologi

    Jenis cairan pleura Karakteristik Penyebab

    Transudat, faktor

    sistemik yang

    mempengaruhi

    pembentukan dan

    penyerapan cairan

    pleura mengalami

    perubahan.

    Kandungan protein < 3

    g/dl

    Cairan jernih dan sedikit

    kekuningan

    Tersering bilateral

    Cardiac failure

    Hipoproteinemia

    Constrictive pericarditis

    Meigs syndrome

    Myxedema

    Exudat dan

    empyema, faktor

    lokal yang

    mempengaruhi

    pembentukan dan

    Kandungan protein> 3

    g/dl

    Bervariasi dari kuning

    gelap, sedikit berawan

    sampai seperti pus

    Bakterial pneumonia

    Tuberkulosis

    Karsinoma paru

    Metastasis malignancy

    Infark paru

    6

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    7/21

    penyerapan cairan

    pleura mengalami

    perubahan

    Kadang berupa bekuan Infeksi subphrenicus

    Connective tissue disorders

    Pneumonia nonbakterial

    Sindrom post infark myocard

    Pancreatitis

    Primary neoplasia of pleura

    Hemothorax Darah segar Trauma penetrasi dan

    nonpenetrasi (efusi dihubungkan

    dengan neoplasia dan infark

    pulmonary berupa noda darah)

    Chylothorax

    Tinggi lemak murni dan

    asam lemak berisi cairan

    seperti susu

    Trauma- biasanya pembedahan

    Lymphangitis

    Lymphangiomatosis

    Tabel 1 Perbedaan Karakteristik dan Penyebab Berdasarkan Jenis Cairan Pleura

    (Kusumawidjaja. 2005).

    2.4 Patofisiologi

    Dalam keadaan normal, selalu terjadi filtrasi cairan ke dalam rongga

    pleura melalui kapiler pada pleura parietalis tetapi cairan ini segera di reabsorbsi

    oleh saluran limfe, sehingga terjadi keseimbanngan antara produksi dan

    reabsorbsi. Kemampuan untuk reabsorbsinya dapat meningkat sampai 20 kali.

    Apabila antara produk dan reabsorbsinya tidak seimbang maka akan timbul efusi

    pleura (Sylvia A. Price dan Lorraine,2005).

    Da la m ke ad aa n nor ma l ca ir an pl eu ra l dibentuk secara lambat

    sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang terjadi karena

    7

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    8/21

    perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstitial submesotelial

    kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan

    pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura. Pergerakan cairan dari pleura

    parietalis ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan

    hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan diabsorpsi

    oleh sys tem limfatik dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi oleh sistem

    kapiler pulmonal. Hal ya ng me mu da hka n pe ny er ap an ca ir an vi se ra li s

    ad a lah t e r da p a tn y a banyak mikrovili di sekitar sel-sel mesothelial (Richard,

    2005).

    Bila penumpukan cairan dalam rongga pleura disebabkan oleh

    proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga terjadi

    Empiema. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura

    dapat menyebabkan hemotoraks. Penumpukan cairan pleura dapat terjadi bila:

    1. Meningkatnya tekanan intravaskuler dari pleura meningkatkan pembentukan

    cairan pleura melalui pengaruh terhadap hukum Starling. Keadaan ini dapat

    terjadi pada gagal jantung kanan, gagal jantung kiri dan sindroma vena kava

    superior.

    2. Tekanan intra pleura yang sangat rendah seperti terdapat pada atelektasis, baik

    karena obstruksi bronkhus atau penebalan pleura viseralis

    3. Meningkatnya kadar protein dalam cairan pleura dapat menarik lebih banyak

    cairan masuk ke dalam rongga pleura

    8

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    9/21

    4. Hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal bisa menyebabkan

    transudasi cairan dari kapiler pleura ke arah rongga pleura

    5. Obstruksi dari saluran limfe pada pleura parietalis . Saluran limfe bermuara

    pada vena untuk sistemik. Peningkatan dari tekanan vena sistemik akan

    menghambat pengosongan cairan limfe.

    (Halim, 2006)

    2.5 Manifestasi Klinis

    Anamnesa Pemeriksaan fisik (pada sisi yang sakit)

    Sesak nafas Dinding dada lebih cembung dan gerakan

    tertinggal

    Rasa berat pada dada Suara fremitus menurun

    Berat badan menurun pada

    neoplasma

    Perkusi redup sampal flat

    Batuk berdarah pada karsinoma

    bronchus atau metastasis

    Bunyi pernafasan menurun sampai

    menghilang

    Demam subfebris pada TBC, dernarn

    menggigil pada empiema

    Pendorongan mediastinum ke sisi yang

    sehat dapat dilihat pada thorak foto

    Asites pada sirosis hepatis

    Tabel 2 Manifestasi klinik

    (Bahar, Asril 2001)

    2.6 Pemeriksaan penunjang

    1. foto thoraks (X Ray)

    Pada pemeriksaan foto toraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa

    perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang bisanya relatif

    9

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    10/21

    radiopaq dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke arah medial

    bawah. Karena cairan mengisi ruang hemitoraks sehingga jaringan paru akan

    terdorong ke arah sentral/hilus, dan kadang-kadang mendorong mediastinum ke

    arah kontralateral (Kusumawidjaja, 2005).

    Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto toraks tegak adalah

    250-300 ml. Bila cairan kurang dari 250 ml (100-200 ml) dapat ditemukan

    pengisian cairan di sinus costophrenicus posterior pada foto toraks lateral tegak.

    Cairan yang kurang dari 100 ml(50-100 ml), dapat diperlihatkan dengan posisi

    dekubitus dan arah sinar horisontal dimana cairan akan berkumpul disisi samping

    bawah (Kusumawidjaja, 2005).

    Pemeriksaan dengan ultrasonografi pada pleura dapat menentukan adanya

    cairan dalam rongga pleura. pemeriksaan ini sangat membantu sebagai penuntun

    waktu melakukan aspirasi cairan terutama pada efusi yang terlokalisasi.

    Pemeriksaan CT scan dapat membantu adanya perbedaan densitas cairan dengan

    jaringan sekitarnya, sangat menentukan adanya efusi pleura. Pemeriksaan ini tidak

    banyak dilakukan karena biayanya masih mahal (Halim, 2006)

    10

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    11/21

    Gambar 3 Gambar Foto thoraks dengan Efusi Pleura

    (http://www.efusi pleura/080308/thora x/weblog.htm)

    2. Torakosentesis

    Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk

    diagnostik maupun terapeutik (Halim, 2006).

    3. Biokimia

    Transudat Eksudat

    Kadar protein dalam efusi < 3 g/dl > 3 g/dl

    Kadar protein dalam efusi

    dibandingkan dengan kadar protein

    dalam serum

    < 0,5 g/dl > 0,5 g/dl

    Kadar LDL dalam efusi (I.U) < 200 I.U > 200 I.U

    Kadar LDL dalam efusi

    dibandingkan dengan kadar LDH

    < 0,6 I.U > 0,6 I.U

    11

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    12/21

    dalam serum

    Berat jenis cairan efusi < 1,016 > 1.016

    Rivalta Negatif Positif

    Tabel 3 Perbedaan Biokimia Cairan Pleura

    (Halim, 2006)

    4. Sitologi

    Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura sangat penting untuk

    diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau

    dominasi sel-sel tertentu.

    Sel netrofil Infeksi akut

    Sel limfosit Infeksi kronik, misalnya pleuritis tuberkulosa,

    limfoma maligna

    Sel mesotel Meningkat infark paru

    Sel mesotel maligna Mesotelioma

    Sel-sel besar dengan banyak

    inti

    Artritis reumatoid

    Sel L.E SLE

    Sel maligna Paru/metastasis

    Tabel 4 Pemeriksaan Hasil Sitologi

    (Halim, 2006)

    5. Bakteriologi

    Dalam keadaan normal cairan pleura adalah steril, namun kadang-

    kadang dapat mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen

    yang hal tersebut menunjukkan adanya empiema. Efusi yang purulen dapat

    12

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    13/21

    mengandung kuman-kuman yang aerob atau anaerob. Jenis kuman yang sering

    ditemukan dalam cairan pleura adalah Pneumokokus, E.coli, Klebsiela,

    Pseudomonas, Enterobacter. Pada kasus pleuritis tuberkulosa, dilakukan

    biakan cairan terhadap kuman tahan asam yang dapat menunjukkan hasil

    positif sekitar 30% - 40% (Halim, 2006).

    6. Biopsi pleura

    Pemeriksaan histopatologi satu atau beberapa contoh jaringan pleura

    dapat menunjukkan 50%-75% diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkulosis dan

    tumor pleura. Bila ternyata hasil biopsi pertama tidak memuaskan, dapat

    dilakukan biopsi ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumothoraks,

    penyebaran infeksi, hematothoraks (Halim, 2006).

    2.7 Penatalaksanaan

    1. Pengobatan Kausal

    Pleuritis TB diberi pengobatan anti TB. Dengan pengobatan ini cairan

    efusi dapat diserap kembali untuk menghilangkan dengan cepat dilakukan

    thorakosentesis. Pleuritis karena bakteri piogenik diberi kemoterapi sebelum

    kultur dan sensitivitas bakteri didapat, ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3 x

    500 mg. Terapi lain yang lebih penting adalah mengeluarkan cairan efusi yang

    terinfeksi keluar dari rongga pleura dengan efektif (Jeremy,2008).

    13

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    14/21

    2. Aspirasi cairan berulang (Thorakosentesis)

    Merupakan tindakan penanganan yang tidak berbeda dengan

    torakosentesis untuk tujuan diagnostik. Cairan yang dikeluarkan pada setiap kali

    pengambilan sebaiknya tidak lebih dari 1000 ml-1500 ml untuk mencegah

    terjadinya edema paru akibat pengembangan paru secara mendadak. Selain itu,

    pengeluaran cairan dalam jumlah besar secara tiba-tiba bisa menimbulkan refleks

    vagal, berupa batuk-batuk, bradikardi, aritmi yang berat, dan hipotensi

    (Jeremy,2008).

    Indikasinya :

    a. Menghilangkan sesak yang ditimbulkan cairan

    b. Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal

    c. Bila terjadi reakumulasi cairan

    Kerugiannya: hilangnya protein, infeksi, pneumothoraks (Jeremy,2008).

    3. Water Sealed Drainage (WSD)

    Penatalaksanaan dengan menggunakan WSD sering pada empyema dan

    efusi maligna.Indikasi WSD pada empyema :

    a. Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi

    b. Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu

    c. Terjadinya piopneumothorak

    14

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    15/21

    Pemasangan WSD dapat dilakukan sebagai berikut: tempat untuk

    memasukkan selang toraks biasanya di ruang sela iga 5, 6 atau 7 linea aksilaris

    media atau ruang sela iga 2 atau 3 linea medioklavikularis. Setelah dibersihkan

    dan dianestesi, dilakukan sayatan tranversal selebar kurang lebih 2 cm sampai

    subkutis. Kemudian dibuat satu jahitan matras untuk mengikat selang. Jaringan

    subkutis dibebaskan secara tumpul dengan klem sampai mendapatkan pleura

    parietalis. Selang dan trokar dimasukkan ke dalam rongga pleura dan kemudian

    trokar ditarik. Pancaran cairan diperlukan untuk memastikan posisi selang toraks.

    Setelah posisi benar, selang dijepit dengan klem dan luka kulit dijahit serta

    dibebat dengan kasa dan plester. Selanjutnya selang dihubungkan dengan botol

    penampung cairan pleura. Ujung selang sebaiknya diletakkan di bawah

    permukaan air sedalam sekitar 2 cm, agar udara dari luar tidak dapat masuk ke

    dalam rongga pleura.WSD perlu diawasi setiap hari dan jika sudah tidak terlihat

    undulasi pada selang, maka cairan mungkin sudah habis dan jaringan paru sudah

    mengembang. Untuk memastikan hal ini, dapat dilakukan pembuatan foto toraks.

    Selang toraks dapat dicabut jika produksi cairan harian kurang dari 100 ml dan

    jaringan paru telah mengembang, yang ditandai oleh terdengarnya kembali suara

    nafas dan terlihat pengembangan paru pada foto toraks. Selang dicabut pada

    waktu ekspirasi maksimum (Astowo, 2009).

    15

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    16/21

    Gambar 4 Teknik Penatalaksanaan WSD

    (Jeremy,2008)

    4. Pleurodesis

    Tindakan melengketkan pleura viseralis dengan pleura parietalis dengan

    menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium,

    parfum, talk) atau tindakan pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan amat

    banyak dan selalu terakumulasi kembali (Kusumawidjaja 2005).

    16

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    17/21

    2.8 Komplikasi

    1. Fibrothoraks

    Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase

    yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura

    viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrothoraks. Jika fibrothoraks meluas dapat

    menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada

    dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk

    memisahkan membran - membran pleura tersebut (Halim, 2006).

    2. Atelektasis

    Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang

    disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura (Halim, 2006).

    3. Fibrosis paru

    Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat

    paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan

    jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan

    peradangan. Pada efusi pleura, atelektasis yang berkepanjangan dapat

    menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis

    (Halim, 2006).

    4. Kolaps Paru

    17

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    18/21

    Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan

    ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan

    mengakibatkan kolaps paru (Halim, 2006).

    BAB III

    KESIMPULAN

    Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan

    tanda suatu penyakit. Pada keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung

    sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura

    parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara

    permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan. Efusi dapat terdiri dari

    cairan yang rela tif jern ih yang mungkin dapat merupakan cairan transudat

    atau eksudat, atau dapat mengandung darah dan purulen.

    Da la m ke ad aa n nor ma l ca ir an pl eu ra l dibentuk secara lambat

    sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang terjadi karena

    perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstitial submesotelial

    kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan

    pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura. Pergerakan cairan dari pleura

    18

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    19/21

    parietalis ke pleura visceralis dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan

    hidrostatik dan tekanan koloid osmotic.

    Bila penumpukan cairan dalam rongga pleura disebabkan oleh

    proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga terjadi

    Empiema. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura

    dapat menyebabkan hemotoraks. Gejala klinisnya dapat berupa sesak napas, rasa

    berat pada dada, bisa didapatkan batuk berdarah pada karsinoma paru atau

    metastasis.

    Pada pemeriksaan foto toraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa

    perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang bisanya relatif

    radiopaq dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke arah medial

    bawah. Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk

    diagnostik maupun terapeutik.

    Penatalaksanaan secara umum adalah mengobati penyakit kausalnya

    terlebih dahulu. Kemudian bisa dilakukan tindakan torakosentesis. Cairan yang

    dikeluarkan pada setiap kali pengambilan sebaiknya tidak lebih dari 1000 ml-1500

    ml untuk mencegah terjadinya edema paru akibat pengembangan paru secara

    mendadak. Pada kasus empyema dan efusi maligna penatalaksanaanya dengan

    menggunakan WSD. Komplikasi yang dapat terjadi akibat efusi pleura adalah

    fibrothoraks, atelektasis, fibrosis paru, kolaps paru.

    19

  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    20/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.

    Surabaya: Airlangga University Press.

    Astowo, pudjo. 2009. Efusi Pleura, Efusi Pleura Ganas Dan Empiema. Jakarta :

    Departement Pulmonolgy And Respiration Medicine, Division

    CriticalCare And Pulmonary Medical Faculty UI.

    Bahar, Asril. 2001.Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed 3. Jakarta : Balai

    Penerbit FKUI.

    Halim, Hadi 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed 4. Jakarta : Pusat

    Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

    Hanley, M.E & Welsh, C.H. 2003, Current dyagnosis & treatment in pulmonary

    medicine. New York : McGraw-Hill Companies.

    Jeremy, et al. 2008. Penyakit Pleura. At a Glance Sistem Respirasi. Ed 2. Jakarta:

    EGC.

    Kisworo. 1999. Efusi Pleura Keganasan dalam cermin dunia kedokteran,

    http://www.portalkalbe.

    20

    http://www.portalkalbe/http://www.portalkalbe/
  • 7/28/2019 Efusi Pleura Dinda

    21/21

    Kusumawidjaja. 2005. Radiologi Diagnostik Ed 2. Jakarta : Divisi

    Radiodiagnostik, Departemen Radiologi FKUI RSCM.

    Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

    Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta : EGC.

    Richard W. Light. 2005.Harrison's Principles of Internal Medicine 16th Edition.

    Editor: Dennis L. Kasper, Eugene Braunwald, Anthony Fauci, Stephen

    Hauser, Dan Longo, J. Larry Jameson. McGraw-Hill Professional.

    21