18
Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 18 Pages pp. 20- 37 Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 20 EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI LAWE BULAN KABUPATEN ACEH TENGGARA Akmal 1 , Masimin 2 , Ella Meilianda 3 1) Magister Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 2) Ir. M.Sc. Dr. Dosen JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 3) ST. MT. Dr. Dosen JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 Abstract: Irrigation water has an important role in improving food production, especially rice. However, because of the increasingly limited water availability, it is important to conduct the procedure of irrigation water distribution more efficiently. Irrigation is an attempt to provide water for rice farming is done by regular on rice plots. The water distribution will be expressed efficiently if water flow is supplied optimally through the irrigation in accordance with the rice plants needs in potential agricultural field. Irrigation efficiency is defined as the ratio between the supplied water amounts minus a given amount of water loss. Irrigation water management issues will arise if water deficiency occurs in tertiary unit, this study was conducted directly in the field using a drum technique for the rice and inflow-outflow technique in tertiary field unit. The parameters observed in direct measurements of the field were the irrigation water discharge, evapotranspiration, percolation, and effective rainfall. Results of this study indicated that the efficiency of irrigation value in rice fields (Ea) was 55.70%. The study results recommended that the irrigation efficiency by Irrigation Planning Standards need to be accounted for the rice fields, so that the obtained value of irrigation efficiency was 36.21% and the irrigation efficiency based on the planning was 37.60%. The irrigation efficiency in tertiary field unit of the rice crops in Lawe Bulan irrigation area was expected to be a feedback to the goverment in making policy about the irrigation water distribution systems more efficient in the use of irrigation water for solving the water deficiency problem in tertiary field unit. Keywords : Irrigation Efficiency, Tertiary Plot Rice, Drum Technique. Abstrak : Air irigasi berperan penting dalam peningkatan produksi pangan terutama padi. Namun dengan ketersedian air yang semakin terbatas, maka penting untuk melaksanakan tata cara pemberian air irigasi yang lebih efisien. Irigasi adalah suatu usaha memberikan air untuk keperluan pertanian tanaman padi yang dilakukan dengan cara teratur pada petak-petak sawah. Pemberian air dapat dinyatakan efisien bila debit air yang disalurkan melalui sarana irigasi seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan tanaman padi pada lahan pertanian yang potensial. Efisiensi irigasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah air yang diberikan dikurangi dengan jumlah kehilangan air yang diberikan. Permasalahan pengelolaan air irigasi akan timbul jika terjadi kekurangan air di petak tersier sawah, penelitian ini dilakukan secara langsung di lapangan dengan menggunakan tekhnik drum padi dan teknik inflow - outflow di petak tersier sawah. Parameter-parameter yang diamati dalam pengukuran langsung di lapangan adalah debit air irigasi, evapotranspirasi, perkolasi, dan curah hujan efektif. Hasil penelitian ini menunjukan nilai efisiensi irigasi pada petak sawah (Ea) sebesar 55.70%. Hasil penelitian merekomendasikan efisiensi irigasi berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi perlu diperhitungkan sampai ke petak sawah, sehingga di peroleh nilai efisiensi irigasi sebesar 36.21% dan efisiensi irigasi berdasarkan perencanaan menjadi sebesar 37.60%. Efisiensi irigasi pada petak tersier sawah untuk tanaman padi di Daerah Irigasi Lawe Bulan diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak-pihak terkait dalam mengambil kebijakan mengenai sistem pemberian air irigasi yang lebih efisien dalam penggunaan air irigasi sehingga membantu mengatasi masalah kekurangan air pada petak tersier sawah. Kata Kunci : Efisiensi Irigasi, Petak tersier Sawah, Teknik Drum.

EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

  • Upload
    vanthuy

  • View
    231

  • Download
    10

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 18 Pages pp. 20- 37

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 20

EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH

IRIGASI LAWE BULAN KABUPATEN ACEH TENGGARA

Akmal 1, Masimin

2, Ella Meilianda

3

1) Magister Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana, Universitas Syiah Kuala

Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 2) Ir. M.Sc. Dr.

Dosen JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111 3) ST. MT. Dr.

Dosen JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111

Abstract: Irrigation water has an important role in improving food production, especially rice. However, because of the increasingly limited water availability, it is important to conduct the procedure of irrigation water distribution more efficiently. Irrigation is an attempt to provide water for rice farming is done by regular on rice plots. The water distribution will be expressed efficiently if water flow is supplied optimally through the irrigation in accordance with the rice plants needs in potential agricultural field. Irrigation efficiency is defined as the ratio between the supplied water amounts minus a given amount of water loss. Irrigation water management issues will arise if water deficiency occurs in tertiary unit, this study was conducted directly in the field using a drum technique for the rice and inflow-outflow technique in tertiary field unit. The parameters observed in direct measurements of the field were the irrigation water discharge, evapotranspiration, percolation, and effective rainfall. Results of this study indicated that the efficiency of irrigation value in rice fields (Ea) was 55.70%. The study results recommended that the irrigation efficiency by Irrigation Planning Standards need to be accounted for the rice fields, so that the obtained value of irrigation efficiency was 36.21% and the irrigation efficiency based on the planning was 37.60%. The irrigation efficiency in tertiary field unit of the rice crops in Lawe Bulan irrigation area was expected to be a feedback to the goverment in making policy about the irrigation water distribution systems more efficient in the use of irrigation water for solving the water deficiency problem in tertiary field unit.

Keywords : Irrigation Efficiency, Tertiary Plot Rice, Drum Technique.

Abstrak : Air irigasi berperan penting dalam peningkatan produksi pangan terutama padi. Namun

dengan ketersedian air yang semakin terbatas, maka penting untuk melaksanakan tata cara pemberian

air irigasi yang lebih efisien. Irigasi adalah suatu usaha memberikan air untuk keperluan pertanian

tanaman padi yang dilakukan dengan cara teratur pada petak-petak sawah. Pemberian air dapat

dinyatakan efisien bila debit air yang disalurkan melalui sarana irigasi seoptimal mungkin sesuai dengan

kebutuhan tanaman padi pada lahan pertanian yang potensial. Efisiensi irigasi didefinisikan sebagai

perbandingan antara jumlah air yang diberikan dikurangi dengan jumlah kehilangan air yang diberikan.

Permasalahan pengelolaan air irigasi akan timbul jika terjadi kekurangan air di petak tersier sawah,

penelitian ini dilakukan secara langsung di lapangan dengan menggunakan tekhnik drum padi dan

teknik inflow - outflow di petak tersier sawah. Parameter-parameter yang diamati dalam pengukuran

langsung di lapangan adalah debit air irigasi, evapotranspirasi, perkolasi, dan curah hujan efektif. Hasil

penelitian ini menunjukan nilai efisiensi irigasi pada petak sawah (Ea) sebesar 55.70%. Hasil penelitian

merekomendasikan efisiensi irigasi berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi perlu diperhitungkan

sampai ke petak sawah, sehingga di peroleh nilai efisiensi irigasi sebesar 36.21% dan efisiensi irigasi

berdasarkan perencanaan menjadi sebesar 37.60%. Efisiensi irigasi pada petak tersier sawah untuk

tanaman padi di Daerah Irigasi Lawe Bulan diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak-pihak

terkait dalam mengambil kebijakan mengenai sistem pemberian air irigasi yang lebih efisien dalam

penggunaan air irigasi sehingga membantu mengatasi masalah kekurangan air pada petak tersier sawah.

Kata Kunci : Efisiensi Irigasi, Petak tersier Sawah, Teknik Drum.

Page 2: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

21 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara

dapat dibagi ke dalam dua zone, yaitu zona

wilayah dengan topografi dataran rendah

dan zona wilayah dengan topografi dataran

bergelombang. DI. Lawe Bulan termasuk ke

dalam zona wilayah kedua yaitu zona

wilayah dengan topografi dataran

bergelombang. Dari struktur geologi

memiliki jenis tanah yang beragam terdiri

dari dataran tinggi, perbukitan, pegunungan

lipatan dan patahan Terdapat adanya jenis

tanah berwarna merah, kuning serta batuan

induk hasil endapan, batuan beku dan

batuan-batuan lainnya dengan tingkat

kesuburan tanah agak subur hingga kurang

subur. Areal pertanian cocok untuk tanaman

pangan seperti padi, palawija, sayuran, dan

buah-buahan yang di kelola secara

tradisional.

Irigasi merupakan pendukung

keberhasilan pembangunan pertanian dan

merupakan kebijakan Pemerintah yang

sangat strategis guna mempertahankan

produksi swasembada beras. Diperlukan

pengelolaan dan perhatian khusus dalam

pengelolaan sumber daya air karena sangat

berpengaruh terhadap pemanfaatan air untuk

kebutuhan tanaman, kehilangan air selama

proses penyaluran air irigasi (distribution

losses) dan selama proses pemakaian (field

application losses).

Pengelolaan sumber daya air yang

dimaksudkan di sini adalah peningkatan

kinerja pendistribusian dan pengalokasian air

secara efektif dan efisien dalam hal ini memberikan

air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan

tepat waktu. Permasalahan pengelolaan air irigasi

akan timbul jika terjadi kekurangan air di petak

tersier sawah.

Berdasarkan informasi dari masyarakat

bahwa di Daerah Irigasi Lawe Bulan yang terletak

di Kabupaten Aceh Tenggara gejala krisis air sudah

mulai tampak di mana salah satu indikasinya yaitu

menurunnya debit air Irigasi Lawe Bulan, selain itu

tingkat efisiensi pemanfaatan air irigasi yang masih

rendah. Sehubungan dengan permasalahan tersebut

diatas maka Daerah Irigasi Lawe Bulan perlu

dilakukan penelitian dan pertimbangan kembali

dalam mengevaluasi nilai efisiensi irigasi pada

petak tersier sawah.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah

dipaparkan maka perlu dilakukan penelitian

terhadap efisiensi irigasi pada petak tersier sawah

untuk mengetahui efisiensi irigasi sebenarnya

sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kehilangan air selama proses

pemakaian air pada petak tersier sawah serta

perkiraan pemakaian air dilapangan (pada petak

tersier) yang sangat berpengaruh terhadap hasil

produksi padi.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai

efisiensi irigasi pada petak tersier sawah yang

sebenarnya melalui pengukuran langsung di

lapangan.

Page 3: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 22

Sedangkan manfaat penelitian ini

diharapkan adanya informasi terhadap

efisiensi irigasi pada petak tersier sawah

untuk tanaman padi di Daerah Irigasi Lawe

Bulan dan dapat menjadi masukan kepada

pihak-pihak terkait dalam mengambil

kebijakan mengenai sistem pemberian air

irigasi yang lebih efisien

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan pada satu musim

tanam yaitu musim tanam kedua (MT. 2),

dilakukan di petak tersier sawah Jaringan

Irigasi D.I Lawe Bulan di Kabupaten Aceh

Tenggara menggunakan teknik drum padi

dan teknik inflow - outflow sebagai neraca

kesetimbangan debit air di petak tersier

sawah dengan mengamati parameter-

parameter evapotranspirasi, perkolasi, dan

curah hujan pada petak tersier sawah.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka ini berisikan teori,

pengertian dan rumus-rumus yang berkaitan

erat dengan efisiensi irigasi pada petak

tersier.

Pengertian Irigasi

Irigasi merupakan kegiatan

penyediaan dan pengaturan air untuk

memenuhi kepentingan pertanian dengan

memanfaatkan air yang berasal dari

permukaan dan air tanah.

Ditinjau dari proses penyediaan,

pemberian, pengelolaan dan pengaturan air,

sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

jenis yaitu : (1) Sistem irigasi permukaan (surface

irrigation system), (2) Sistem irigasi bawah

permukaan (sub surface irrigation system), (3)

Sistem irigasi dengan pemancaran (sprinkle

irrigation system) dan (4) Sistem irigasi dengan

tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system)

Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi yaitu prasarana irigasi, yang

terdiri dari bangunan air dan saluran pemberi air

pertanian beserta perlengkapannya.

Berdasarkan pengelolaannya dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu (Kartasapoetra dan

Sutedjo, 1994) : (1). Jaringan irigasi utama dan (2).

Jaringan irigasi tersier

Dari segi konstruksi jaringan irigasinya,

Pasandaran (1991) mengklasifikasikan sistem

irigasi menjadi empat jenis yaitu : (1). Irigasi

Sederhana, (2). Irigasi Setengah Teknis, (3). Irigasi

Teknis dan (4). Irigasi Teknis Maju

Kebutuhan Air Irigasi Di Petak Tersier Sawah

Faktor yang berpengaruh pada analisa

kebutuhan air untuk jenis tanaman padi adalah

penyiapan lahan, penggunaan konsumtif/

kebutuhan air bagi tanaman, perkolasi, pergantian

lapisan air dan curah hujan efektif. Kebutuhan air

di petak tersier sawah dapat digunakan persamaan :

N F R = Etc + P - R e + WLR .......................(1)

Keterangan :

NFR = Kebutuhan air di petak tersier sawah

(mm/hari);

Page 4: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

23 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Etc = Kebutuhan air tanaman,

merupakan total kedalaman air

yang diperlukan selama periode

waktu tertentu dan disediakan

oleh curah hujan dan irigasi

permukaan sehingga tidak

membatasi pertumbuhan

tanaman atau hasil tanaman

(mm/hari);

P = Perkolasi (mm/hari);

Re = Hujan efektif (mm/hari);

WLR = Penggantian lapisan air

(mm/hari).

Kebutuhan Air Selama Pengolahan

Lahan

Tujuan dari pengolahan tanah/lahan

terutama untuk memperbaiki tata udara

tanah, menciptakan kondisi lumpur sebagai

tempat tumbuh yang baik bagi padi sawah,

membantu terciptanya lapisan kedap yang

berguna membantu mencegah meresapnya

air, serta memberantas gulma (Supriatno,

2003).

Kebutuhan air untuk persiapan lahan

termasuk kebutuhan air untuk persemaian

dan kebutuhan air untuk pengolahan tanah

sangat dipengaruhi oleh sifat tanah.

Besarnya laju kebutuhan air pada

pengolahan digunakan rumus yang

dikemukakan oleh Van de Goor dan Ziljstra

(1968) sebagai berikut:

LP = Mek ..............................(2)

(ek-1)

k = M.T S

M = Eo + P

Keterangan :

LP = Kebutuhan air selama pengolahan/penyiapan

lahan (mm/hari);

M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan

air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah

yang sudah dijenuhkan (mm/hari);

P = Perkolasi (mm/hari);

E0 = evaporasi air terbuka yang diambil 1.1 x Eto

selama penyiapan lahan (mm/hari);

T = Waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan

lahan (hari);

S = Air yang dibutuhkan untuk penjenuhan dan

ditambah dengan genangan 50 mm, jadi 50

+ 200 = 250 mm;

e = Bilangan dasar logaritma natural 2.71828.

Kebutuhan Air Bagi Tanaman

Linsley dan Franzini (1979) mengemukakan

bahwa kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh

faktor-faktor evaporasi, transpirasi yang kemudian

dihitung sebagai evapotrasnpirasi.

Perkolasi

Perkolasi adalah gerakan air ke bawah zona

tidak jenuh yang terletak di antara permukaan

tanah sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh).

Linsley dan Franzini (1979) mengemukakan bahwa

laju perkolasi dipengaruhi oleh tekstur tanah, tinggi

muka air, lapisan top soil, lapisan kedap dan

topografi. DI. Lawe Bulan termasuk ke dalam zona

wilayah dengan topografi dataran bergelombang.

Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif adalah bagian dari curah

hujan yang jatuh selam masa tumbuh yang dapat

dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air

Page 5: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 24

komsumtif tanaman (Arsyad, 1989), dengan

kata lain hujan efektif adalah besar hujan

yang dapat digunakan untuk memberi

sumbangan kebutuhan air untuk tanaman

pada masa pertumbuhannya, meliputi untuk

evapotranspirasi dan perkolasi.

Besarnya hujan efektif dapat

diperkirakan dengan persamaan berikut:

R e = R - S R - E T - P . . . . . . . . . . . . . . . (3)

Keterangan :

Re = Curah hujan efektif (mm/hari);

R = Curah hujan (mm/hari);

SR = Limpasan Permukaan (mm/Hari);

ET = Evapotranspirasi (mm/hari);

P = Perkolasi (mm/hari).

Tanaman Padi

Kartasapoetra (1994) tanaman padi

merupakan jenis tanaman yang terdapat di

tanah persawahan dan tanaman padi sebagai

tanaman penghasil beras yang kebutuhan

airnya diperoleh dari air hujan ataupun dari

air irigasi yang dialirkan ke petak-petak

tersier sawah.

Syarat dalam membudidayakan

tanaman padi dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu tanaman padi dapat hidup

dengan baik di daerah yang berhawa panas

dan banyak mengandung uap air. Kebutuhan

air sangat diperlukan tanaman padi sawah

untuk pertumbuhan.

Pemberian Air di Tingkat Tersier

Sosrodarsono dan Takeda (1976)

mengemukakan bahwa air irigasi dapat diberikan

dengan cara pemberian air terputus-putus

(intermitten), pemberian air terus menerus

(continious) dan pemberian air aliran balik (reused

water). Dalam hal ini petak tersier yang ditinjau

menggunakan sistim aliran Irigasi terputus-putus

(intermitten) yaitu cara pemberian air irigasi

dengan selang waktu tertentu yakni ± 5 hari sekali.

Efisiensi Air Irigasi di Petak Tersier Sawah

Efisiensi penggunaan air di sawah adalah

perbandingan antara jumlah air irigasi yang

diperlukan tanaman dengan jumlah air yang sampai

ke petakan sawah.

Efisiensi di petak tersier (Tertiary Unit

Efficiency) adalah perbandingan antara jumlah air

yang diberikan kepada akar tanaman dengan

jumlah air yang diberikan kepada lahan usaha tani.

Dengan kata lain gabungan efisiensi di saluran

tersier dengan efisiensi penggunaan air di sawah.

Efisiensi pemakaian air di petak tersier

sawah (Field Application Efficiency) dinyatakan

dengan persamaan:

Vf

VmEa

…………………………………(4)

Keterangan :

ea = efisiensi penggunaan air di petak tersier

sawah (%)

Vf = volume air yang diberikan ke sawah

(mm/hari)

Vm = volume air irigasi yang diperlukan

oleh tanaman (mm/hari)

Page 6: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

25 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Evapotranspirasi, perkolasi, curah

hujan efektif dan debit air irigasi merupakan

parameter-parameter yang sangat

mempengaruhi efisiensi pemberian air

irigasi pada petak tersier sawah. Parameter-

parameter tersebut diperoleh melalui

pengukuran langsung di lapangan dengan

menggunakan metode teknik drum.

Pengukuran Kebutuhan Air Irigasi di Petak

Tersier Sawah

Untuk mengetahui besarnya kebutuhan air

untuk tanaman pada suatu lahan sawah dapat

dilakukan dengan pengukuran langsung di

lapangan yaitu penggunaan teknik drum padi.

Dastane (1974) menggunakan kontainer atau teknik

drum untuk menilai evapotranspirasi, perkolasi,

kebutuhan air dan juga curah hujan yang tidak

efektif dari tanaman padi

Gambar 1 Teknik Drum untuk menilai evapotranspirasi, perkolasi dan curah hujan efektif (Dastane, 1974)

Tiga kontainer (drum) A, B, dan C,

dengan kapasitas 40 galon, diameter 50 cm

dan tinggi 125 cm, ditanam di sawah dan

seperempat dari tinggi drum dibiarkan di

atas permukaan tanah. Untuk wadah B dan

C tidak menggunakan dasar wadah. Untuk

kontainer C, pipa outlet dipasang pada

interval 0,5 cm untuk mengendalikan

ketepatan air. Wadah yang diisi dengan

tanah dan padi ditanam di dalam, bersama

dengan tanaman pada petak tersier sawah.

Tinggi air di drum dipertahankan pada

tinggi yang sama seperti di petak tersier sawah.

Perbedaan nilai pada dua hari berturut-turut

yang diperlihatkan oleh kehilangan air harian

dalam wadah A, mewakili evapotranspirasi,

sedangkan di wadah B, menunjukkan total

kebutuhan air harian. Perbedaan tinggi air harian

antara wadah A dan B adalah hilangnya perkolasi.

Kontainer C untuk menilai curah hujan tidak

efektif. Kedalaman maksimum perendaman diatur

oleh tinggi tanaman padi dan tinggi dari pematang

sawah di lapangan, yang mana yang lebih kecil.

Setiap curah hujan yang merendam tanaman di luar

ketinggian kritis tertentu atau yang melebihi

A : ET ; B : ET + Percolation ;

C A B

C1 C3 C2

bund

C : ET + Percolation + run-off ;

Page 7: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 26

ketinggian pematang sawah adalah tidak

efektif. Semakin tinggi peningkatan

tanaman, outlet yang terpasang atau strip

geser semakin didorong ke atas hingga

ketinggian pematang menjadi faktor

pembatas.

Ketinggian air ditetapkan pada

ketinggian yang dipilih dalam wadah C.

ketinggian ini dapat disesuaikan dengan

meningkatnya pertumbuhan tanaman.

Evapotranspirasi dan perkolasi berlanjut dan

membuat defisit setiap hari. Ketika hujan

turun, pertama kali menjadi defisit. Ketika

berlebihan, surplus mengalir keluar melalui

pipa outlet. Ini adalah curah hujan tidak

efektif. Perbedaan antara kadar air dalam

wadah B dan C adalah curah hujan tidak

efektif. Jika tidak ada hujan, tingkat air di

wadah C secara bertahap akan mencapai

permukaan tanah dan tanaman akan

memerlukan irigasi sesuai dengan yang

dibutuhkannya.

Penelitian-Penelitian Terdahulu

Iwan Syahdi (2012). Melakukan

penelitian tentang studi efisiensi irigasi pada

petak sawah di daerah irigasi pandrah.

Penelitian ini menunjukan bahwa D.I

Pandrah mengalami kekurangan air pada

petak tersier bangunan pandrah kanan 3

tersier 1 (BPKn3T1) kurang mendapatkan

air irigasi, sehingga perlu diadakan

pembagian air secara giliran dan golongan.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut

maka dilakukan penelitian pemberian air

irigasi dan mengevaluasi efisiensi irigasi pada

petak sawah guna memenuhi kebutuhan air irigasi

untuk tanaman padi.

Rahmi Putri Yantri (2012). Melakukan

penelitian tentang studi efisiensi irigasi pada petak

sawah dalam upaya peningkatan hasil padi di

daerah irigasi Krueng Jreue. Penelitian dilakukan

pada satu musim tanam yaitu musim tanam kedua

di petak sawah pada Jaringan BJKr21 D.I Krueng

Jreue yaitu di Desa Gani Kecamatan Ingin Jaya

Kabupaten Aceh Besar. Penelitian dilakukan

langsung di lapangan dengan menggunakan teknik

drum padi dan teknik inflow-outflow di petak

sawah. Hasil pengukuran dihitung dan di analisa

berdasarkan parameter-parameter yang diamati di

lapangan yaitu debit air irigasi, evapotranspirasi,

perkolasi, dan curah hujan untuk mendapatkan nilai

efisiensi irigasi pada petak sawah.

METODE PENELITIAN

Penelitian efisiensi irigasi pada petak tersier

sawah ini, hanya dilakukan untuk tanaman padi

yaitu pada musim tanam ke-2 (Juli 2013 -

November 2013). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode pendugaan. Metode

pendugaan adalah melakukan estimasi terhadap

nilai dugaan/taksiran suatu parameter tertentu,

karena pada umumnya nilai parameter suatu

distribusi tidak diketahui. Metode ini meliputi

pengumpulan data, metode pengukuran langsung

dilapangan dan analisa data terhadap efisiensi

irigasi pada petak tersier sawah pada saat

pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman padi.

Page 8: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

27 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lahan

persawahan tanaman padi yang

menggunakan air sungai Lawe Bulan yang

dialirkan melalui jaringan irigasi dengan

luas areal sawah 1.389 Ha dibangun pada

tahun 2000 di Kabupaten Aceh Tenggara.

Mengingat luasnya petak tersier sawah

untuk Daerah Irigasi Lawe Bulan maka

dalam penelitian ini teknik pengambilan

sampel dengan cara metode sampel random

sederhana dengan luas areal pengamatan

0,09 Ha dilakukan di petak tersier sawah

yang umumnya berada didaerah hilir Desa

Salang Sigotom Kecamatan Deleng

Pokhisen

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian

ini dilakukan dengan mengumpulkan data

sekunder yang diperoleh dari instansi

terkait, terdiri dari peta Kabupaten, Skema

Jaringan Irigasi dan data lain yang dapat

mendukung serta data primer yang diperoleh

langsung dari lapangan pada saat penelitian

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian terdiri dari

pengumpulan data sekunder dan primer.

Semua data primer yang terkumpul

termasuk data curah hujan harian,

evapotranspirasi, perkolasi, curah hujan

efektif dan debit air irigasi di petak tersier

sawah dicatat pada tabel pencatatan dengan

proses pengambilan data dilakukan setiap hari yaitu

pada pukul 07.00 WIB.

Prosedur Pengukuran Penelitian

Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Padi

Pengamatan dan pengukuran dilakukan pada

saat penyiapan lahan sampai masa pertumbuhan

tanaman padi di petak tersier sawah dengan luas

areal pengamatan 0,09 Ha dengan ukuran (19 m x

47 m) atau ± 893 m2 yang berada didaerah hilir

Desa Salang Sigotom Kecamatan Deleng Pokhisen.

Waktu penelitian 125 hari diawali dari masa

pengolahan lahan (25 juli 2013), masa tanam

sampai dengan berbunga-matang penuh (26

November 2013) pada musim tanam ke-2. Semua

data primer yang terkumpul dicatat pada tabel

pencatatan, untuk mendapatkan data akurat proses

pengambilan data dilakukan sehari sekali atau 24

jam sekali, yaitu setiap hari pada pukul 07.00 WIB,

sebelum terjadinya perubahan cuaca pada siang

hinggga sore hari akibat dari tiupan angin dan

penguapan udara dari sinar matahari.

Pertumbuhan tanaman padi diamati dalam

dua fase (fase vegetatif dan fase generatif). Fase

vegetatif dimulai sejak masa tanam sampai dengan

masa anakan maksimum yang membutuhkan waktu

rata-rata selama 45 hari dengan tinggi tanaman

mencapai ± 70.1 cm, sedangkan fase generatif

dimulai sejak masa anakan maksimum sampai

dengan masa butir padi matang penuh (siap panen)

yang membutuhkan waktu rata-rata selama 41 hari

dengan tinggi tanaman mencapai ± 94.5 cm

Page 9: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 28

Pengukuran Pemberian Air Irigasi di

Petak Tersier Sawah

Pengukuran dilakukan sebanyak 3

(tiga) kali pengulangan untuk memperoleh

nilai rata-rata, pada saat air irigasi melewati

pintu masuk dan keluar dari pematang

sawah, debit air ditampung dan diukur

dengan menggunakan wadah ember dalam

waktu yang bersamaan selama 5 detik.

Material yang digunakan adalah pipa

paralon diameter 3 inchi, ember kapasitas 10

liter dan stopwatch.

Selisih antara air yang masuk dan air

yang keluar merupakan jumlah air yang

diberikan atau digunakan pada petak tersier

sawah.

Melalui teknik inflow-outflow pada

penelitian ini dapat diperoleh air irigasi

yang digunakan pada petak tersier sawah dengan

persamaan berikut :

sawah)petak darikeluar (air outflow

sawah)kepetak masuk (air inflow

Q

QQ

..................(5)

Pengukuran Evapotranspirasi, Perkolasi dan

Curah Hujan Efektif

Pengukuran evapotrasnpirasi, perkolasi dan

curah hujan menggunakan metode teknik drum

dengan pengaturan seperti yang telah dijelaskan

diatas.

Mekanisme pengukuran untuk memperoleh

nilai evapotranspirasi ditunjukkan pada Gambar 3.2

dimana ketinggian air pada drum C1 dihari pertama

dikurangi dengan ketinggian air pada drum A2

dihari kedua, perbedaan ketinggian air drum C1 dan

drum A2 menunjukkan nilai evapotranspirasi.

Gambar 2. Pengukuran teknik drum pada saat masa tanam

Page 10: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

29 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Gambar 3. Pengukuran evapotranspirasi menggunakan teknik drum

Evapotranspirasi = C 1 (air dalam drum C h-1) —

A2 (air dalam drum A h-

2).............(6)

Apabila terjadi hujan dan adanya

pemberian air irigasi maka ketinggian air

pada drum C1 ditambah dengan pemberian

air irigasi dan hujan harian. Pengukuran ini

dapat ditunjukkan dengan persamaan

sebagai berikut :

Evapotranspirasi = C1 + Hujan harian +

Air irigasi- A2....................(7)

Perkolasi diperoleh berdasarkan perbedaan

harian antara tinggi air drum A dan drum B.

Pengukuran ini dapat ditunjukkan dengan

persamaan sebagai berikut :

Perkolasi =

A(air dalam drum A) - B(air dalam drum B) ........(8)

Gambar 4. Pengukuran perkolasi menggunakan teknik drum

Mekanisme pengukuran untuk

memperoleh hujan efektif adalah pada saat

hujan turun. Air yang berlebih pada drum C

akan mengalir keluar melalui pipa outlet.

Air yang keluar dari pipa outlet disebut

curah hujan tidak efektif atau surface run-

off.

Perbedaan antara kadar air dalam drum B

dan drum C adalah curah hujan tidak efektif, nilai

curah hujan tidak efektif yang didapat akan

dikurangi dengan curah hujan harian yang terjadi

untuk mendapatkan nilai curah hujan efektif. Curah

hujan harian dalam penelitian ini menggunakan alat

ukur hujan biasa (manual rain-gauge). Pengukuran

Page 11: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 30

ini dapat ditunjukkan dengan persamaan

sebagai berikut:

CH t i d a k e f e k t i f = B(air dalam drum B) - C(air dalam drum

C)...(9)

CHe f e k t i f = CHh a r i a n — CHt i d a k

e f e k t i f . . . . . . . . . . . .(10)

Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari hasil

pengamatan pertumbuhan tanaman padi

adalah jumlah hari dan tinggi tanaman pada

setiap fase tumbuh tanaman padi. Data yang

diperoleh dari hasil pengukuran adalah

evapotranspirasi, perkolasi dan jumlah air

irigasi yang diberikan di petak tersier sawah

dicatat dan dikelompokan berdasarkan masa

pengolahan lahan dan masa pertumbuhan

tanaman.

Hasil pengukuran ini kemudian

dianalisis untuk mendapatkan kebutuhan air

di petak tersier sawah dan pemberian air di

petak tersier sawah.

Analisis Efisiensi Air Irigasi di Petak

Tersier Sawah

Evapotranspirasi, perkolasi, curah

hujan efektif dan debit air irigasi merupakan

parameter-parameter yang sangat

mempengaruhi efisiensi pemberian air

irigasi pada petak tersier sawah. Parameter-

parameter tersebut diperoleh melalui

pengukuran langsung di lapangan dengan

menggunakan metode teknik drum.

Efisiensi air irigasi di petak tersier

sawah dapat dihitung dengan menggunakan

Persamaan (4) mengikuti metode pengukuran

lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan ini meliputi

pengamatan dan pengukuran lapangan, kebutuhan

air di petak sawah, efisiensi irigasi di petak sawah

serta evaluasi efisiensi irigasi.

Pengamatan dan Pengukuran Lapangan

Data Hasil Pengamatan Dilapangan

Pengamatan dilakukan pada saat penyiapan

lahan sampai masa pertumbuhan tanaman padi di

petak sawah seluas 0,09 Ha . Bibit padi yang

ditanam pada lokasi penelitian menggunakan jenis

bibit padi hibrida. Pengukuran inflow-outflow pada

petak sawah saat pemberian air irigasi dilakukan

pengulangan sebanyak 3 (tiga) kali pengukuran

untuk diperoleh nilai rata-rata.

Data pertumbuhan tanaman padi dibedakan

antara fase vegetatif dan fase generatif. Fase

generatif dimulai sejak masa tanam sampai dengan

masa anakan maksimum yang membutuhkan waktu

rata-rata selama 45 hari, sedangkan fase generatif

dimulai sejak masa anakan maksimum sampai

dengan masa butir padi matang penuh (siap

dipanen) yang membutuhkan waktu rata-rata

selama 42 hari.

Pada fase vegetatif tinggi tanaman mencapai

± 70.1 cm dan pada fase generatif tinggi tanaman

mencapai ± 94.5 cm

Page 12: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

31 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Tabel 1 Data Pertumbuhan Tanaman Padi

Fase Tanggal Jumlah Hari Tinggi (Cm)

Pengolahan Lahan

24-07-2013

38

s/d -

31-08-2013

Vegetatif

Tanam 01-09-2013

Anakan 26-09-2013 25 39.8

Maks. Anakan 17-10-2013 21 70.1

Generatif

Berbunga 02-11-2013 16 87.4

Panen 26-11-2013 24 94.5

Data Hasil Pemberian Air Irigasi Di Petak Sawah

Gambar 5. Pemberian air irigasi pada petak sawah

Pada Gambar 5 terlihat bahwa pada

masa pengolahan lahan membutuhkan air

irigasi yang lebih besar untuk proses

penggenangan yaitu 1.33 liter/detik/ha dari

pada masa pertumbuhan tanaman rata-rata

0.97 liter/detik/ha. Pada masa pertumbuhan

tanaman yaitu fase tanam-anakan air irigasi

yang diberikan ke petak sawah cukup

sedikit atau selama menanam tanah agak

dikeringkan dengan tujuan agar akar

tanaman padi dapat melekat pada tanah. kemudian

pemberian air irigasi di petak sawah ditambah

sedikit demi sedikit disesuaikan dengan masa

pertumbuhan tanaman. Pada fase berbunga-matang

penuh pemberian air irigasi mulai dikurangi sedikit

demi sedikit dan pemberian air irigasi mulai

dihentikan satu minggu sebelum masa panen. Hal

ini bertujuan agar pemberian air irigasi dapat

digunakan secara optimal di seluruh areal petak

Page 13: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 32

sawah sehingga tidak terjadi kekurangan air

di daerah hilir petak persawahan.

Kebutuhan Air Tanaman Padi

Evapotranspirasi hasil pengukuran di

petak sawah sejak fase tanam sampai

dengan fase berbunga mengalami kenaikan

dan menjelang fase matang penuh

mengalami penurunan. Hasil pengukuran

dari masa pengolahan lahan hingga masa

pertumbuhan tanaman rata-rata adalah 3.50

mm/hari, Perkolasi rata-rata adalah 2.65

mm/hari dan curah hujan efektif rata-rata adalah

1.21 mm/hari.

Kebutuhan Air di Petak Tersier Sawah

Kebutuhan air di petak sawah yang dihitung

pada penelitian ini adalah kehilangan air akibat

evapotranspirasi tanaman dan kehilangan air akibat

perkolasi. Hasil perhitungan kebutuhan air di petak

sawah akibat kehilangan air pada masing-masing

fase pertumbuhan tanaman.

Tabel 2 Hasil perhitungan kebutuhan air di petak sawah

Fase - Fase

Pertumbuhan Tanaman

Etc

(mm/hari)

P

(mm/hari)

Re

(mm/hari)

WLR

(mm/hari)

NFR

(mm/hari)

Pengolahan lahan 4.07 2.21 0.6 63.75 5.68

Tanam – Anakan 4.48 2.64 2.92 45 4.2

Anakan - Maksimum Anakan 4.45 2.85 0.05 45 7.25

Maksimum Anakan – Berbunga 4.77 2.88 2.94 45 4.71

Berbunga - Matang Penuh 4.33 2.68 1.63 45 5.39

Pergantian lapisan air (WLR) pada

fase vegetatif dan generatif setelah

pemupukan perlu dijadwalkan dan

mengganti lapisan air menurut kebutuhan.

Penggantian lapisan air ini dilakukan

sebanyak 2-3 kali masing-masing 45 mm

satu bulan dan dua bulan setelah

transplantasi (3,0 mm/hari selama 1/2

bulan). Selanjutnya untuk pergantian lapisan

air (WLR) pada petak sawah fase

pengolahan lahan 63.75 mm satu bulan

(4,25 mm/hari selama 1/2 bulan), nilai rata-

rata pergantian lapisan air dari masa

pengolahan lahan hinga pertumbuhan tanaman

matang penuh yaitu 48.75 mm/hari.

Hasil pengamatan dilapangan, kehilangan air

di petak tersier sawah selain akibat

evapotranspirasi dan perkolasi juga disebabkan

adanya kehilangan air akibat rembesan pada petak

tersier sawah. Rembesan yang terjadi disebabkan

oleh pematang sawah yang kurang baik, sehingga

mengakibatkan kebocoran/ rembesan air di areal

pematang sawah.

Page 14: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

33 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Gambar 6 Kebutuhan air di petak sawah berdasarkan teknik drum padi

Dari Gambar 6 di atas dapat dilihat

bahwa kebutuhan air tanaman pada fase

pengolahan lahan lebih besar dari pada fase

tanam anakan, hal ini disebabkan oleh faktor

kondisi tanah yang relatif kering sehingga

pada proses menggemburkan dan membajak

diperlukan air yang lebih banyak. Selain itu

faktor tingkat curah hujan yang rendah

menyebabkan evaporasi menjadi lebih besar

dari pada fase pertumbuhan tanaman.

Pada tiap-tiap fase pertumbuhan

tanaman, terlihat bahwa pada fase anakan-

maks kebutuhan air tanaman yang lebih

besar dari fase-fase pertumbuhan tanaman

lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor

kondisi tanaman padi, dimana tanaman padi

di sawah mulai beranak dan daunnya

bertambah sehingga tingkat transpirasi

bertambah. Selain itu faktor tingkat curah

hujan yang rendah menyebabkan

evapotranspirasi menjadi lebih besar.

Efisiensi Air Irigasi di Petak Tersier Sawah

Sistem pemberian air irigasi pada petak

sawah dilakukan dengan cara pemberian air

terputus-putus antara satu petak sawah dengan

petak sawah lainnya. Efisiensi penggunaan air

irigasi di petak sawah terhadap kebutuhan air

irigasi dihitung berdasarkan Persamaan (4) diatas.

Evapotranspirasi, perkolasi dan debit air

irigasi merupakan parameter-parameter efisiensi

penggunaan air irigasi di petak tersier sawah.

Perhitungan efisiensi penggunaan air irigasi di

petak tersier sawah pada setiap fase dapat dilihat

pada Tabel 3.

Dari Tabel 3 dapat dilihat kebutuhan air

tanaman (Vm) pada tiap fase pertumbuhan tanaman

senantiasa tidak tetap tergantung pada kondisi

dilapangan, dengan demikian besarnya air irigasi

(Vf) yang diberikan disesuaikan dengan keadaan

tanaman padi di lapangan dan diharapkan tidak

diberikan secara berlebihan.

Page 15: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 34

Tabel 3 Efisiensi air irigasi di petak sawah tiap fase pertumbuhan tanaman

Fase - Fase Pertumbuhan Tanaman Vm (mm/hari) Vf (mm/hari) Ea (%)

Pengolahan lahan 5.68 11.52 49.30

Tanam – Anakan 4.20 8.41 49.97

Anakan - Maks. Anakan 7.25 11.20 64.74

Maks. Anakan-Berbunga 4.71 9.47 49.74

Berbunga - Matang Penuh 5.39 8.32 64.75

Rata-rata 5.45 9.78 55.70

Gambar 7 Grafik Efisiensi Irigasi Pada Tiap Fase Pertumbuhan Tanaman

Berdasarkan hasil analisis

perhitungan efisiensi irigasi pada petak

tersier sawah (Ea) secara keseluruhan

sebesar 55,7% seperti diperlihatkan pada

tabel 3 diatas.

Dari hasil analisis dapat diketahui

bahwa untuk tiap fase pertumbuhan

kebutuhan air irigasi yang diberikan ke

petak tersier sawah (Vf) lebih besar dari

pada kebutuhan air yang diperlukan oleh

tanaman padi (Vm) hal ini menunjukan

salah satu penyebab terjadinya kekurangan

air di daerah hilir. Diketahui bahwa tanaman

padi di sawah apabila kekurangan air akan

menurunkan hasil produksi, oleh karena itu dalam

pemberian air kebutuhan tanaman padi harus tepat

waktu dan jumlahnya agar dapat menghemat air

irigasi sehingga di daerah hilir air tercukupi.

Efisiensi irigasi pada petak tersier sawah

dapat ditingkatkan dengan membuat bangunan

pematang sawah yang baik

Evaluasi Efisiensi Irigasi

Di Daerah Irigasi Lawe Bulan nilai efisiensi

irigasi berdasarkan hasil perencanaan sebesar

67,50% yaitu pada saluran primer 90%, saluran

Page 16: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

35 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014

sekunder 90% dan saluran tersier 85%

dengan luas sawah yang diairi sebesar

±10,91 ha. Namun dari hasil pengukuran di

lapangan (tabel 4) nilai efisiensi turun

menjadi 37,6%, yang mengakibatkan luas sawah

yang diairi menjadi berkurang.

Tabel 4 Efisiensi Irigasi

Fase - Fase Pertumbuhan Tanaman Ea Ej Etotal

(%) (%) (%)

Pengolahan lahan 49.3 67.5 33.28

Tanam - Anakan 49.97 67.5 33.73

Anakan - Maksimum Anakan 64.74 67.5 43.7

Maksimum Anakan - Berbunga 49.74 67.5 33.58

Berbunga - Matang Penuh 64.75 67.5 43.71

Rata-rata 55.7 67.5 37.6

Kondisi ini dapat ditingkatkan

kembali apabila permasalahan di lapangan

dapat dicegah atau diatasi sehingga efisiensi

irigasi kembali meningkat ke kondisi sesuai

Standar Perencanaan Irigasi sebesar 65%

atau mencapai efisiensi irigasi sesuai

perencanaan irigasi Lawe Bulan sebesar

67,5%.

Perhitungan peningkatan efisiensi

irigasi dan peningkatan luas sawah yang

diairi dapat dihitung kembali.

Hal lain yang juga berperan dalam

meningkatkan efisiensi irigasi yaitu

memperbaiki pola perilaku petani daerah

hulu yang dalam penggunaan air irigasi

yang masih bersifat boros. Perilaku petani

tersebut mengakibatkan petani di daerah

hilir mengalami kekurangan air sehingga

pembagian air di daerah hulu dan hilir tidak

merata terutama pada musim kemarau.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Pada saat penggenangan lahan air harus cukup

agar struktur tanah menjadi lumpur setelah

tanah dibajak 2 kali, penggenangan lahan

dibiarkan selama 2-3 hari, agar akar tanaman

padi dapat mudah melekat pada tanah.

2. berdasarkan hasil pengukuran dilapangan

efisiensi irigasi lawe bulan pada petak sawah

(Ea) sebesar 55,70 %.

3. Pemberian air irigasi pada petak sawah nilai

(Vf) pada masa pengolahan lahan sebesar 1.33

liter/detik/ha dan masa pertumbuhan tanaman

padi sebesar 0.97 liter/detik/ha.

4. Dengan menggunakan teknik drum kebutuhan

air pada petak sawah yaitu masa pengolahan

lahan nilai Vm sebesar 5.68 mm/hari dan masa

pertumbuhan tanaman rata-rata 5.45 mm/hari.

Page 17: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 36

5. Nilai efisiensi irigasi berdasarkan

Standar Perencanaan Irigasi sebesar

65%, pada petak sawah masa

pengolahan lahan 32.04% dan masa

pertumbuhan tanaman rata-rata 37.25%

atau rata-rata masa pengolahan lahan

dan pertumbuhan tanaman 36.21%

sedangkan efisiensi irigasi berdasarkan

Perencanaan Daerah Irigasi Lawe

Bulan sebesar 67.50%, dimana masa

pengolahan lahan 33.28% dan masa

pertumbuhan tanaman rata-rata 38.68%

atau rata-rata masa pengolahan lahan

dan pertumbuhan tanaman 37.60%.

6. Peningkatan nilai efisiensi irigasi dapat

dilakukan apabila ada kesadaran yang

tinggi dari para petani untuk

memelihara saluran dan sarana

bangunan irigasi yang ada dan juga

dalam penggunaan air irigasi di

sesuaikan dengan kebutuhan air di

petak sawah dengan membuat

pematang sawah yang baik agar

terhindar dari rembesan.

7. Evapotranspirasi, perkolasi, curah

hujan efektif dan debit air irigasi

merupakan parameter-parameter yang

sangat mempengaruhi efisiensi

pemberian air irigasi pada petak tersier

sawah.

8. Curah hujan efektif digunakan untuk

mendefinisikan sebagian kecil dari

jumlah air hujan yang berguna untuk

memenuhi kebutuhan air untuk

tanaman pada masa pertumbuhannya,

meliputi untuk evapotranspirasi dan perkolasi.

Saran

Dari penelitian yang dilakukan, peneliti

memberi beberapa saran sebagai berikut :

1. Untuk menghindari rembesan air irigasi pada

pematang sawah, maka diharapkan kepada

kelompok petani setempat untuk melakukan

perawatan/pemeliharaan pematang sawah.

2. Pemberian air irigasi masih dapat dihemat lagi

berdasarkan kebutuhan, diharapkan dalam

pemberian air irigasi tidak berlebih yang mana

kelebihan air irigasi dapat digunakan untuk

mengatasi areal sawah yang kekurangan air atau

untuk memperluas lahan pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Ambler, J.S., 1991. Irigasi di Indonesia Dinamika

Kelembagaan Petani, LP3ES, Jakarta.

Arsyad, S., 1989, Konservasi Tanah dan Air, Penerbit

IPB Press, Bogor.

Bos, M.G. and Nugteren, J., 1990, On Irrigation

Efficiencies, Intern.Instit.for Land Reclamation

and Improvement/ILRI, Wageningen The

Netherlands.

Brouwer, C., A.Goffeau, dan M. Heibloem., 1985,

Irrigation Water Management, Training

Mhanual No. 1 - FAO Introduction to Irrigation,

Rome.

Dastane, ND., 1974, Effective Rainfall In Irrigate

Agriculture, Irrigation and Drainage Paper Vol.

25 FAO, Rome.

Direktorat Jenderal Pengairan, 1986, Standar

Perencanaan Irigasi, Departemen Pekerjaan

Umum, CV. Galang Persada, Bandung.

Doorenbos, J., and W. O. Pruit., 1984, Guidelines for

Predicting Crop Water Requirement, FAO

Irrigation and Drainage Paper, Roma.

Israelsen, W.O., dan Hansen, 1962, Dasar-Dasar dan

Praktek Irigasi. Terjemahan Endang. Erlangga,

Jakarta.

Kartasapoetra, A.G., dan M. Sutedjo, 1994, Teknologi

Pengairan Pertanian Irigasi, Bumi Aksara,

Jakarta.

Linsley, R.K and J.B. Franzini, 1979, Water Resources

Engineering, Mc Graw Hill Book Co, New York.

Jurnal Teknik Sipil

Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala

Page 18: EFISIENSI IRIGASI PADA PETAK TERSIER DI DAERAH IRIGASI ...prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol3/3.3.mts/... · sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi empat

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

37 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014

Pasandaran, E., 1991, Irigasi di Indonesia,

Strategi dan Pengembangan. LP3ES,

Jakarta.

Purba, W.F., 1974, Kebutuhan Air untuk

Pertanaman Serta Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya, Makalah Seminar

Penerapan Teknologi Madya pada

Industri Pertanian, FATEMETA IPB,

Bogor.

Salim, M., 2007, Peranan Saluran Irigasi

Bendung Pesayangan Untuk Mencukupi

Kebutuhan Tanaman Padi Petak Sawah

di Kecamatan Talang Kabupaten Tegal,

Tesis Doktoral, Universitas Negeri

Semarang.

Sosrodarsono, S. dan Takeda, 1976, Hidrologi

untuk Pengairan, Pradnya Paramita,

Jakarta.

Sudjarwadi, 1987, Teknik Sumberdaya Air,

Diktat kuliah Jurusan Teknik Sipil UGM,

Yogyakarta.

Supriatno, M., 2003, Optimasi Sistem

Pengelolaan Air Irigasi di Daerah Irigasi

KruengAceh, Tesis, Universitas Syiah

Kuala, Banda Aceh.

Syahdi, I., 2012, Studi Efisiensi Irigasi Pada

Petak Sawah Di Daerah Irigasi Pandrah.

Tesis. Magister Teknik Sipil. Universitas

Syiah kuala. Banda Aceh.

Triatmodjo, B., 2009, Hidrologi Terapan, Beta

Offset, Yogyakarta.

Van de Goor G.A.W. dan Zijlstra G. 1968

Irrigation requirements for double

cropping of lowland rice in Malaya. ILRI

Publication 14. Wageningen

Vergara BS, Chang TT. 1985. The flowering

response of the rice plant to photoperiod,

4th edn. Los Banos, Philippines: IRRI.

Yantri,P.R., 2012, Studi Efisiensi Irigasi Pada

Petak Sawah Dalam Upaya Peningkatan

Hasil Padi Di Daerah Irigasi Krueng

Jreue. Tesis. Magister Teknik Sipil.

Universitas Syiah kuala. Banda Aceh.