Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
EFEKTIVITAS PERAN ROHANIAWAN DALAM
MEMBANTU PEMULIHAN PASIEN RAWAT INAP DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL MANAP KOTA
JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Starta Satu
(S.1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah
Oleh:
LILI YUDELIANI
UB 150104
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2019
2
iii
iv
v
MOTTO
ن ل م لا خساراوننز ين ا الم نين ولا يزيد الظ زلمؤم ة ل فاء ورح القرآ ن ما هو ش “Dan kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-
orang zalim selain kerugian”. 1 (QS. Al-Isra’:17, 82)
1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,2006),
290.
vi
ABSTRAK
Bimbingan rohani Islam merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk
menumbuhkan rohani (spiritual) seseorang, sebab pada dasarnya hidup merupakan
penyerahan diri penuh kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Pasien yang
dirawat tentu akan mengalami kecemasan terhadap penyakit yang dideritanya
sehingga memerlukan bimbingan rohani Islam. Pelayanan bimbingan rohani Islam
adalah upaya pembinaan mental dan spiritual yang dilakukan oleh rohaniawan
kepada pasien rawat inap beserta keluarganya dalam membantu proses
penyembuhan pasien.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif dengan
teknik purposive sampling. Penelitian menggunakan metode pengumpulan data
dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini
adalah pasien rawat inap di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi.
Penelitian tentang efektivitas peran rohaniawan dalam membantu pemulihan
pasien di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi ini menunjukkan bahwa proses
pelaksanaan bimbingan rohani Islam berjalan dengan baik namun tidak berjalan
dengan efektif. Hal ini dilihat dari tidak adanya program dan rencana pekerjaan
dalam proses bimbingan rohani, tidak adanya kualitas dan produktivitas serta
kurangnya tenaga kerja.
Keywords: Efektivitas, Rohaniawan.
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang tiada henti memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada setiap umat. Sholawat dan Salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan sepanjang zaman.
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
My Beloved parent
Ayahanda Yubahar dan ibunda Dewi Anneni yang merupakan motivator utama
dan pelita hati dalam kehidupanku, yang selalu memberikan dorongan, do’a, kasih
sayang dan yang selalu berjuang demi keberhasilan anaknya. Semoga Allah SWT
memberikan kebaikan dan kemuliaan di dunia dan akhirat
My beloved sister and brother
Kakakku Yuhelmi devi astuti, Suci Gushar neni, abangku Yudelki Didi Fadlan,
dan adikku M. Taufiq azhari dan Fauzan Musyafa yang selalu mendukung dan
selalu memberikan semangat dalam hidupku.
Almamaterku Fakultas Ushuluddin UIN STS Jambi.
Aku bangga telah menjadi bagian dari Fakultas Dakwah
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Starta Satu
(S.1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam
Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Atas izin Allah SWT peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Efektivitas Peran Bimbingan Rohani Islam dalam Membantu Pemulihan
bagi Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi” dengan baik.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang peneliti hadapi.
Namun peneliti menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan skripsi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan berbagai pihak. Peneliti mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penulisan skripsi
ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas segala bantuan dan bimbingannya kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA. Ph.D selaku Wakil Rektor 1. Dr. H.
Hidayat, M.Pd selaku Wakil Rektor 2. Ibu Dr. Hj. Fadhilah Jamil, M.Pd
selaku Wakil Rektor 3.Bapak Samsu, S.Ag M.Pd Ph.D selaku Dekan
Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
3. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH., M. Hum selaku Wakil Dekan Fakultas
Dakwah.
4. Bapak Sya’roni S. Ag M.Pd selaku Ketua Program Studi Bimbingan
Penyuluhan Islam UIN STS Jambi, sekaligus sebagai dosen pembimbing
skripsi 1 yang telah membimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Massuhartono, S. Pd.I MA.SI selaku dosen pembimbing skripsi 2,
yang telah membimbing sehingga skripsi ini terselesaikan.
6. Bapak Munsarida, M. Fil.l selaku pembimbing Akademik.
7. Bapak M subli sebagai rohaniawan rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi,
yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.
8. Segenap dosen program studi bimbingan penyuluhan Islam Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi yang telah memberikan banyak sekali ilmu yang
bermanfaat.
9. Teman-teman bimbingan penyuluhan Islam UIN STS Jambi angkatan
2015 yang selalu memberi dukungan.
10. Kepada Masturoh, Herman Maulana, dan Puji Lestari yang telah
membantu dalam proses penelitian.
11. Kepada sahabat-sahabat karib Masturoh, Yevit Mardayetty, Cici Indah
Baharti, Nopi Ussa’adah, dan Supanti yang selalu memberikan dukungan
dan semangat.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak bisa disebut satu persatu.
ix
Dalam penulisan ini tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu peneliti dengan lapang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca untuk penyempurnakan dan perbaikan Skripsi ini ke arah yang
lebih baik, sehingga memberi kontribusi dalam memajukan pendidikan di
Indonesia.
Demikian atas perhatiannya peneliti ucapkan terima kasih. Semoga skripsi
ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
bagi kita semua. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Jambi, 2 Mei 2019
Penyusun
Lili Yudeliani
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................ iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Permasalahan........................................................................................ 6
C. Batasan Masalah................................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6
E. Kerangka Teori..................................................................................... 7
F. Metode Penelitian................................................................................. 18
G. Pemeriksaan Keabsahan Data .............................................................. 21
H. Studi Relevan ....................................................................................... 23
BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL MANAP
KOTA JAMBI DAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM
A. Profil Rumah Sakit H. Abdul Manap Kota Jambi
1. Sejarah dan Perkembangan ............................................................ 27
2. Letak geografis RSUD H. Abdul Manap ....................................... 29
3. Visi, Misi, dan Motto ..................................................................... 29
4. Maklumat Pelayanan ...................................................................... 30
5. Tujuan RSUD H. Abdul Manap ..................................................... 30
6. Tugas, Fungsi dan Susunan Organisasi .......................................... 31
B. Profil Rohaniawan
1. Struktur Organisasi Bimbingan Rohani ........................................ 33
2. Keadaan Rohaniawan ..................................................................... 33
3. Peran dan Fungsi Rohaniawan ....................................................... 34
4. Keadaan Sarana dan Prasarana....................................................... 37
5. Tujuan Bimbingan Rohani Islam ................................................... 37
BAB III PROSES ROHANIAWAN DALAM MEMBERIKAN LAYANAN
BIMBINGAN ROHANI ISLAM DI RUMAH SAKIT ABDUL MANAP
KOTA JAMBI
A. Proses Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Abdul Manap Kota Jam .......................................................... 38
xi
B. Materi yang diberikan Rohaniawan kepada Pasien di Rumah Sakit
Abdul Manap Kota Jambi ................................................................... 42
BAB IV EFEKTIVITAS PERAN, KENDALA DAN SOLUSI
ROHANIAWAN DALAM MEMBANTU PEMULIHAN PASIEN RAWAT
INAP DI RUMAH SAKIT ABDUL MANAP KOTA JAMBI
A. Mengukur Efektivitas Peran Rohaniawan dalam Membantu Pemulihan
bagi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi….. 51
B. Kendala dan Solusi Rohaniawan dalam Pelaksanaan Bimbingan Rohani
di Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi ....................................... …. 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ …... 61
B. Implikasi penelitian ........................................................................... …... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
TRANSLITERASI2
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
th ط ` ا
zh ظ B ب
a` ع T ت
gh غ Ts ث
f ف J ج
q ق Ch ح
k ك Kh خ
l ل D د
m م Dz ذ
n ن R ر
w و Z ز
h ه S س
؍ ء Sy ش
y ى Sh ص
Dh ض
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
Aa اى aa ا A ا
Aw ا و ii ا ى U ا
Ay ا ى uu ا و I ا
2Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi (Jambi : Fak.Ushuluddin Iain STS JAMBI, 2014),136-137.
xiii
C. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ini ada dua macam:
1. Ta’ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah/h/.
contoh:
Arab Indonesia
Salaah صلاة
Mir’ah مراة
2. Ta’Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah/t/.
Contoh:
Arab Indonesia
Wizaarat al-Tarbiyah وزارةالتبية
الزمنمراة Mir’at al-zaman
3. Ta’ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
Fajannatan فجئة
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah.3 Saat itupun Allah
menanamkan pada diri manusia kerinduan kepada Surga dan ketakutan akan siksa
Neraka, akan tetapi setan telah mengotori kesucian fitrah ini dan mencurinya
sehingga mampu mengaburkan gambaran Surga yang terdapat dalam akal pikiran
manusia. Keyakinan itu berubah menjadi keraguan. Kesungguhan dan keberanian
ditutupi untuk memunculkan kepengecutan dan penghianatan. Manusia lebih
mempercayai kemampuan yang dimiliki manusia lainnya dibandingkan kekuasaan
Tuhan. Semuanya menjadi terbalik, dunia menjadi kehidupan nyata dan akhirat
menjadi kehidupan khayalan. Untaian nasehat dan lantunan Ayat-ayat suci al-
Quran tidak mampu menghujam ke dalam hati, melainkan al-Quran hanya sebatas
kata-kata indah penghias bibir.
Islam memandang bahwa hakikatnya manusia itu adalah makhluk Allah
SWT yang diciptakan-Nya sebagai khalifah di muka bumi untuk mengabdi kepada-
Nya, sebagaimana yang ditegaskan-Nya dalam Firman Allah SWT dalam surah
Adz-Zaariyat ayat 56.
لي عب د ون إل النو النس ل قت و م اخ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz-Zaariyat: 51, 56).4
Hal ini dipertegas lagi dalam Firman Allah SWT dalam Surah Al-An’am
Ayat 102.
ع ل ىك لهش يءو كيل ك لهش يءف اعب د وه و ه و خ الق ه و ر بك ملإل ه إل ذ لك م الله
3 Bahril Hidayat. Psikologi Islam. (Riau: UIN Sultan Syarif Kasim, 2014), 36. 4 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,2006),
523.
2
“Yang memiliki sifat-sifat yang demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada
Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah
Pemelihara segala sesuatu”. (QS. Al-An’am: 6, 102).5
Di muka bumi ini manusia adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah
SWT, dan memiliki derajat yang paling tinggi di antara makhluk-makhluk Allah
lainnya.6 Karena manusia diberi kelebihan berupa akal dan pikiran agar dapat
membedakan antara yang baik dan yang buruk, dengan keistimewaannya tersebut
diharapkan manusia dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Pada dasarnya, manusia menginginkan dirinya sehat, baik jasmani maupun
rohani. Allah SWT menurunkan al-Quran yang didalamnya ada petunjuk dalam
pengobatan terhadap berbagai penyakit pada diri manusia baik penyakit fisik
maupun psikis. Sebagaimana di jelaskan dalam Q.S Al-Isra Ayat 82.
لا خسارا ين ا الم نين ولا يزيد الظ زلمؤم ة ل فاء ورح ن القرآ ن ما هو ش ل م وننز
“Dan kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-
orang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra’:17, 82).7
Ayat al-Quran tersebut dijelaskan bahwa al-Quran merupakan obat yang
paling mujarab, tidak ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan dihadapan Allah
SWT, baik penyakit fisik maupun penyakit psikis, hanya tinggal bagaimana cara
manusia itu sendiri untuk mengobatinya.
Manusia memiliki tiga keadaan, yaitu: sehat, sakit, dan mati. Ketika sakit
tidak hanya fisik saja yang menderita tetapi juga psikisnya. Mereka mendapatkan
perasaan cemas akan ketidakpastian perawatan yang dijalaninya, sehingga
menimbulkan guncangan pada mental mereka dan jiwanya mengenai penyakit yang
dideritanya. Pada dasarnya manusia menginginkan keadaan sehat baik jasmani
maupun rohani. Sehingga dalam hal ini pengobatan tidak hanya dilakukan dengan
fisik saja, secara non fisik pun perlu dilakukan. Pengobatan non fisik yang berupa
5 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, 141. 6 Yunendra Bangun Mulya. “Metode Bimbingan Rohani dalam Upaya Membentuk Sikap
Religiusitas Lanjut Usia dalam Persiapan Kematian di Pondok Pesantren Darud Dzikri Surakarta”,
Skripsi (Surakarta: IAIN Surakarta, 2017), 17. 7Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, 290.
3
bantuan Spiritual atau bimbingan rohani mampu menimbulkan semangat dan rasa
optimis terhadap menghadapi penyakit sebagai salah satu cobaan dari Allah SWT.
Pelajaran spiritual yang sebenarnya adalah pelajaran yang meningkatkan
kesadara kita, membuat kita lebih sadar sebagai roh dan akhirnya menyatukan kita
dengan sang pencipta. Peningkatan kesadaran untuk lebih sadar sebagai kesadaran
sejati (roh) adalah sesuatu yang sangat alami dan baik untuk semua orang, dari
sudut duniawi maupun dari sudut spiritual itu sendiri. Pelajaran spiritual yang
sebenarnya membuat kita lebih sadar, lebih dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga akan memberikan dampak yang positif dalam kehidupan kita, baik bagi
kita sendiri maupun bagi orang-orang di sekeliling kita.8
Diantara kiat menghibur diri dari musibah, hendaknya seseorang menguatkan
keyakinannya bahwa segala musibah yang menimpanya berasal dari Allah, sudah
merupakan qadha dan qadarNya. Yakni bahwa Allah SWT tidak menakdirkan
semua itu untuk membinasakan dirinya, juga bukan untuk menyiksanya, tetapi
untuk menguji dan memberi cobaan terhadap keridhaan dan kesabarannya,
pengaduan, do’a, dan munajatnya. Jika manusia berfikir taufik, maka terjadilah apa
yang terjadi, dan kalau manusia tidak dapat menerimanya, semua itu akan menjadi
kerugian yang besar bagi dirinya.9
Manusia di tuntut untuk mampu mengembangkan dan menyesuaikan diri
terhadap masyarakat, dan untuk itu manusia telah dilengkapi dengan berbagai
potensi, baik potensi yang berkenaan dengan keindahan dan ketinggian derajat
manusianya maupun berkenaan dengan dimensi kemanusiaannya yang
memungkinkan untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut.10
Di dalam masyarakat, gambaran manusia seutuhnya itu sering ditampilkan
melalui pengembangan paham-paham tertentu yang menjadi dasar ataupun panutan
bagi berbagai gerakan yang amat besar pengaruhnya terhadap kehidupan
masyarakat, baik gerakan politik, ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya.
8 Irmansyah Effendi, Teknik Efektif untuk Meningkatkan Kesadaran dan Energy Spiritual
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2001), 4-5. 9 Muhammad Bin Muhammad Al Manjabi Al Hambali, Hiburan bagi Orang yang
Tertimpa Musibah (Jakarta: Darul Haq. 2001), 30. 10 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Asdi
Mahasatya. 2009), 20-25.
4
Status kesehatan tidak diukur dengan ukuran umum seperti angka kematian
bayi atau umur harapan hidup. Status kesehatan sebagai suatu ukuran dari
kebutuhan pelayanan kesehatan. Asumsinya adalah bahwa ketika terdapat insiden
suatu penyakit, maka muncul kebutuhan pelayanan kesehatan.11
Salah satu persoalan masyarakat adalah keterbebanan di rumah sakit
khususnya pasien rawat inap terutama yang menderita penyakit kronis. Orang yang
sedang sakit akan mengalami timbulnya goncangan mental dan jiwanya karena
penyakit yang dideritanya sehingga memperlambat proses kesembuhannya.
Pasien yang mengalami kondisi tersebut di rumah sakit Abdul Manap Kota
Jambi sangat memerlukan bantuan spiritual yang dapat menimbulkan rasa optimis
dan selalu sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah. Sebagaimana Allah telah
memerintahkan manusia untuk selalu sabar dalam menghadapi segala musibah
yang menghadangnya, baik itu ujian, cobaan, ataupun peringatan dari Allah SWT.
Karena jika dia sabar, maka Allah SWT akan menampakkan kebaikannya, dengan
tujuan agar selanjutnya manusia bisa memahami kebaikan yang tersembunyi di
balik itu semua.
Di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi tidak hanya terdapat dokter yang
menyembuhkan penyakit secara fisik, namun juga terdapat dokter yang
menyembuhkan secara psikis. Rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi merupakan
salah satu rumah sakit yang memiliki layanan bimbingan rohani. Layanan
bimbingan rohani ini disampaikan oleh seseorang yang paham tentang kerohanian
dan lebih mementingkan kehidupan kerohanian dari pada hal yang lainnya, yang
biasanya disebut sebagai rohaniawan. Rohaniawan memiliki peran dan tugas yang
tidak kalah pentingnya dari seorang dokter lainnya. Pasien yang berada di rumah
sakit Abdul Manap Kota Jambi sangat membutuhkan peran rohaniawan yang dapat
memberikan bimbingan rohani yang semua ini tidak terlepas dari kuasa Allah SWT.
Karena kesembuhan itu hanya datang dari Allah SWT bukan dari seorang
rohaniawan tersebut.
11 Hasbullah Thabrany, Pendanaan Kesehatan dan Alternative Mobilisasi Dana Kesehatan
di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 72-73.
5
Peran dari seorang rohaniawan ini adalah melakukan intervensi terhadap
kondisi batin (mental dan kejiwaan) pasien untuk membantu proses penyembuhan
bersama-sama terapi lainnya, di luar ini bukan tanggung jawab rohaniawan.12 Di
rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi bimbingan rohani diberikan ketika pasien
mulai memasuki rumah sakit tidak hanya ketika masa pemulihan.
Di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi, hanya terdapat seorang petugas
rohaniawan yang melakukan bimbingan di setiap ruangan, seperti ruangan penyakit
jantung, paru-paru, mata, ICU dan banyak ruangan lainnya. Petugas rohaniawan
tersebut bernama M. Subli. Dari informasi yang saya peroleh, M. Subli bukan
hanya sebagai seorang rohaniawan namun juga memegang jabatan sebagai ketua
kepengurusan jenazah.13 Rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi hanya memiliki
seorang rohaniawan yang memberikan bimbingan untuk semua pasien rawat inap
sekaligus sebagai kepengurusan jenazah, begitu banyak nya pasien rawat inap yang
hanya di tangani oleh seorang rohaniawan.
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
Efektivitas Peran Rohaniawan dalam Membantu Pemulihan Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Manap Kota Jambi dengan harapan dapat
memberikan pengertian betapa pentingnya peran seorang rohaniawan terhadap
pasien-pasien yang membutuhkan siraman rohani terhadap apa yang terjadi
terutama bagi pasien yang memiliki gangguan mental dan memiliki rohani yang
lemah sehingga sulit untuk menerima keadaan nya saat ini.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah pokok yang diangkat
sebagai kajian utama penalitian ini adalah:
1. Bagaimana proses pelayanan bimbingan rohani bagi pasien rawat inap di
rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi?
12 Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), 62. 13 M Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 04 Mei 2018,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
6
2. Bagaimana efektivitas peran rohaniawan dalam membantu pemulihan
pasien rawat inap di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi?
3. Apa kendala dan solusi rohaniawan dalam pelaksanaan bimbingan rohani di
rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini mengkajian tentang efektivitas peran rohaniawan dalam
membantu pemulihan pasien rawat inap di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi.
Penelitian ini lebih memfokuskan pada Bimbingan Rohani yang dilakukan oleh
rohaniawan Islam terhadap pasien rawat inap di rumah sakit Abdul Manap Kota
Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas peran
rohaniawan dalam membantu pemulihan pasien rawat inap di rumah sakit Abdul
Manap Kota Jambi. Lebih khusus penelitian ini ditujukan pula untuk:
1. Mengetahui proses pelaksanaan bimbingan rohani Islam bagi pasien rawat inap
di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi.
2. Mengetahui efektivitas peran rohaniawan dalam membantu pemulihan pasien
rawat inap di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi.
3. Mengetahui kendala dan solusi rohaniawan dalam pelaksanaan bimbingan
rohani di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: Pertama, dapat mengetahui
proses dan cara pelayanan bimbingan rohani di rumah sakit Abdul Manap Kota
Jambi. Kedua, efektifitas peran rohaniawan Islam dalam memberikan bimbingan
rohani kepada pasien rawat inap di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi. Ketiga,
dapat mengetahui kendala yang dihadapi oleh rohaniawan dalam pelaksanaan
bimbingan rohani dan solusi yang diberikan oleh rohaniawan terhadap kendala
tersebut.
7
E. Kerangka Teori
Untuk mengetahui sumber rujukan yang relevan dengan masalah yang
penulis lakukan perlu disusun kerangka teoritik. Kerangka teoritik adalah tuntunan
untuk menyelesaikan masalah dan menemukan prinsip-prinsip, hipotesis dan teori.
1. Efektivitas
Kata efektivitas bermula dari kata efektif yang berarti diantaranya yaitu
akibatnya, pengaruh dan kesan, manjur, dapat membawa hasil. Sedangkan dalam
kamus ilmiah popular efektivitas adalah ketepatgunaan, hasilguna, menunjang
tujuan.14 Jadi kata Efektifitas dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah di capai
oleh seseorang ataupun suatu lembaga yang mana target tersebut sudah ditentukan
terlebih dahulu. Efektifitas pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau
pencapaian tujuan atas sesuatu yang akan dicapai.
Mardiasmo dalam Ariel S. Sumenge, menyatakan bahwa efektifitas pada
dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna).
Efektifitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang
harus di capai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan
mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.15
Konsep efektivitas dapat dilakukan untuk mengevaluasi jalannya suatu proses
atau kegiatan. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan seberapa
berpengaruhnya seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Suatu pekerjaan
dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur
sedangkan dikatakan efektif bila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan benar dan
memberikan hasil yang bermanfaat.
Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu hal yang
sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan
tergantung pada siapa yang menilai serta menginterprestasikannya. Tingkat
14Widodo et. Al., Kamus Ilmiah Popular dilengkapi EYD dan Pembentukan Istilah
(Yogyakarta: Absolut, 2002), 114. 15 Ariel S. Sumenge, “Analisis Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Minahasa Selatan”, Jurnal EMBA, 1, No. 3
(2013), 75.
8
efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah
ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil
pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan
tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.
Teori Efektivits menurut Duncan yang dikutip Richard M. Steers dalam
jurnal Asfriqi Machfiroh mengatakan mengenai ukuran Efektivitas, sebagai
berikut:
a. Pencapaian tujuan
Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus di pandang
sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin
terjamin, diperlukan pentahapan, baik dan arti pentahapan pencapaian bagian-
bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaiana tujuan
terdiri dari beberapa faktor, yaitu: kurun waktu dan sasaran yang merupakan
target kongkrit.
b. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi
untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan consensus dan komunikasi
dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses
sosialisasi.
c. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian
tenaga kerja. Dengan menggunakan teori ini diharapkan dapat mengukur tingkat
efektivitas.16
Penilaian efektivitas suatu pekerjaan perlu dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana dampak dan manfaat yang dihasilkan oleh pekerjaan tersebut. Karena
efektivitas merupakan gambaran keberhasilan dalam mencapai sasaran yang telah
di tetapkan. Melalui penilaian efektivitas ini dapat menjadi pertimbangan mengenai
kelanjutan program tersebut.
16 Asfriqi Machfiroh, “Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan di Kota Palu”, E-Jurnal Katalogis, 3, No 2 (2015), 180-181.
9
Setiap orang memiliki arti yang berbeda dalam memaknai efektifits, sesuai
sudut pandang, dan kepentingan masing-masing. Hal tersebut diakui oleh Chung
dan Maginson dalam bukunya Mulyasa, “Efektivenes Means Different To Different
People”.
Thomas dalam Mulyasa melihat efektivitas pendidikan dalam kaitannya
dengan prduktivitas, berdasarkan tiga dimensi berikut ini.
a. The administrator production function, fungsi ini meninjau produktivitas
sekolah dari segi keluaran administrative, yaitu seberapa besar dan baik
layanan yang dapat diberikan dalam suatu proses pendidikan, baik oleh guru,
kepala sekolah, maupun pihak lain yang berkepentingan.
b. The psychologist’s production function, fungsi ini melihat produktivitas dari
segi keluaran, perubahan perilaku yang terjadi pada peserta didik, dengan
melihat karakter yang dibentuk pada pribadi peserta didik sebagai suatu
gambaran dari prestasi akademik yang telah dicapainya dalam periode belajar
tertentu di sekolah.
c. The economic’s production function, fungsi ini melihat produktivitas sekolah
ditinjau dari segi keluaran ekonomi yang berkaitan dengan pembiayaan
layanan pendidikan di sekolah.17
Dalam hal ini, Lipham dan Hoeh dalam Mulyasa meninjau efektifitas suatu
kegiatan dari faktor pencapaian tujuan, yang memandang bahwa efektivitas
berhubungan dengan pencapaian tujuan bersama bukan pencapaian tujuan pribadi.
Suatu organisasi atau lembaga, termasuk rumah sakit dikatakan efektif jika tujuan
bersama tercapai dan belum bisa dikatakan efektif meskipun tujuan individu yang
ada di dalamnya dapat dipenuhi.
Pekerjaan seseorang dapat dikatakan efektif jika dapat memberikan hasil
yang sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan, atau sudah mampu mewujudkan
tujuan organisasi dalam aspek yang dikerjakan tersebut. Pada hakikatnya,
efektivitas organisasi bukanlah efektivitas pribadi, melainkan efektivitas menejer,
dan manejer yang efektif akan menghasilkan manajeman yang efektif.
17 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 93-94.
10
Kajian tentang efektifitas harus dilihat secara sistematis mulai dari masalah
input, proses, output, dan outcome, dengan indikator yang tidak hanya bersifat
kuantitatif, tetapi juga bersifat kualitatif. Efektifitas dalam melaksanakan tugasnya,
Sergiovanni dalam Mulyasa mengidentifikasi sebagai berikut:
a. Efektifitas keseluruhan, berhubungan dengan bagaimana organisasi
melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mecapai semua sasarannya.
b. Kualitas, menyangkut jasa atau produk primer yang dihasilkan oleh
organisasi.
c. Produktivitas, menyangkut volume produk atau jasa pokok yang dihasilkan
organisasi. Produktivitas dapat diukur dari tiga tingkatan, yaitu tingkat
individu, kelompok, dan keseluruhan organisasi.
d. Kesiagaan, berhubungan dengan penilian menyeluruh tentang kemungkinan
bahwa organisasi mampu menyelesaikan suatu tugas khusus dengan baik jika
diminta.
e. Efisiensi, mencerminkan perbandingan beberapa aspek prestasi unit terhadap
biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut.
f. Pertumbuhan, berkaitan dengan penambahan, seperti tenaga kerja, fasilitas,
harta, penjualan, laba, bagian pasar, dan penemuan-penemuan baru.
Pertumbuhn ini dilihat dari suatu perbandingan keadaan organisasi sekarang
dengan keadaan masa lalu.
g. Pemberdayaan lingkungan, berkaitan dengan batasan keberhasilan organisasi
berinteraksi dengan lingkungannya, memperoleh sumber daya yang langka,
dan berharga, yang diperlukan untuk efektivitas operasional. Hal ini
dipandang dari rencana jangka panjang yang optimal bukan dalam rencana
jangka pendek yang maksimal.
h. Stabilitas, berkaitan dengan pemeliharaan struktur, fungsi, dan sumber daya
sepanjang waktu, khususnya dalam periode-periode sulit.
i. Semangat kerja, berkaitan dengan kecendrungan anggota organisasi berusaha
lebih keras mencapai tujuan dan sasaran organisasi, termasuk perasaan
terikat. Semangat kerja adalah gejala kelompok yang mengakibatkan usaha
tambahan, kebersamaan tujuan, dan perasaan memiliki (sense of belonging).
11
j. Motivasi, berkaitan dengan kekuatan kecendrungan seseorang individu
melibatkan diri dalam kegiatan dan bersedia atau rela bekerja untuk mencapai
tujuan pekerjaan.
k. Kepuasan, berkaitan dengan tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang
atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi.
l. Keluwesan dan adaptasi, berkaitan dengan kemampuan organisasi untuk
mengubah prosedur standar operasi jika lingkungan berubah, untuk
mencegah kebekuan ransangan lingkungan.
m. Penilaian oleh pihak luar, menyangkut penilaian mengenai organisasi atau
unit organisasi oleh mereka (individu atau organisasi) dalam lingkungan,
yakni pihak dengan siapa organisasi ini berhubungan, kesetiaan, kepercayaan,
dan dukungan yang diberikan kepada organisasi oleh kelompok-kelompok,
seperti pemasuk, pelanggan, pemegang saham, para petugas, dan masyarakat
umum.18
n. Tersedianya sarana dan prasarana, sarana dan prasarana dibutuhkan untuk
menunjang proses dalam pelaksanaan suatu program agar berjalan dengan
efektif.
o. Penyusunan program yang tepat, sesuatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tetap, sebab apabila
tidak para pelaksana akan kurang memiliki pedoman untuk bertindak dan
bekerja.
p. Perencanaan yang matang, diperlukan untuk pengambilan keputusan yang
akan dilakukan untuk mengembangkan program atau kegiatan dimasa yang
akan datang.
q. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, merupakan penentuan cara, jalan atau
upaya yang harus dilakukan dalam mencapai semua tujuan yang sudah di
tetapkan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan.
18 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, 98-99.
12
r. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini ditujukan supaya karyawan atau
pekerja dalam melaksanakan tugasnya dapat mencapai target dan sasaran
yang terarah sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
s. Sistem pengawasan dan pengendalian, pengawasan ini diperlukan untuk
mengatur dan mencegah kemungkinan adanya penyimpangan dalam
pelaksanaan suatu program atau kegiatan, sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai.
t. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan
tujuan yang hendak di capai dan strategi yang telah di tetapkan artinya
kebijkan yang sudah dirumuskan tersebut harus mampu menjembatani
tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa ukuran dari pada efektivitas harus adanya
suatu perbandingan antara input dan output, ukuran dari pada efektivitas mesti
adanya tingkat kepuasan dan adanya penciptaan hubungan kerja yang kondusif
serta intensitas yang tinggi, artinya ukuran dari pada efektivitas adanya rasa saling
memiliki dengan tingkatan yang tinggi.
2. Peran Rohaniawan
a. Pengertian peran
Istilah peran dalam Kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai arti
pemain, pemain sandiwara (film), tukang lawak pada pemain makyong, perangat
tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan pada peserta
didik.19
Istilah peran kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata
peran diartikan dengan posisi atau kedudukan seseorang, atau peran dikaitkan
dengan apa yang dimainkan oleh seorang actor dalam suatu drama. Mungkin
tidak banyak tahu, bahwa kata peran atau role dalam Bahasa inggrisnya,
memang diambil dari dramaturgy atau seni teater. Dalam seni teater seorang
actor diberi peran yang harus dimainkan sesuai dengan plot atau alur ceritanya,
dan dengan macam-macm lakonnya. Lebih jelasnya kata peran atau role dalam
19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), 854.
13
kamus oxpord dictionary diartikan: actor’s part; one’s task of function. Yang
berarti actor; tugas seseorang atau fungsi.20
Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka
seseorang yang diberi (atau mendapatkan) suatu posisi, juga diharapkan
menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan
tersebut. Harapan mengenai peran seseorang dalam posisinya, dapat dibedakan
atas harapan dari si pemberi tugas dan harapan dari orang yang menerima
manfaat dari pekerjaan/posisi tersebut.
b. Pengertian Rohaniawan
Rohaniawan adalah orang yang memberikan Bimbingan Rohani kepada
orang yang membutuhkan dengan maksud agar orang tersebut dapat mengetahui
betapa pentingnya Bimbingan Rohani di dalam kehidupan manusia.
Rohaniawan adalah orang yang diminta bimbingan oleh orang yang memerlukan
dan dia merelakan diri untuk membantu perkembangan rohani orang yang minta
bantuan. Adapun secara umum tugasnya adalah memberikan pelayanan kepada
klien (pasien) supaya mampu mengaktifkan potensi rohani dalam menghadapi
dan memecahkan kesulitan-kesulitan hidupnya.
3. Pengertian Bimbingan Rohani
Menurut Aryatmi dalam Skripsi Nurul Aeni menyatakan bahwa bimbingan
adalah pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah diberikan (dengan
pengetahuan, pemahaman keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan
dalam menolong) kepada orang lain yang memerlukan pertolongan.21
Sedangkan menurut Bimo Walgito dalam Skripsi Nurul Aeni menyatakan
bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh individu
atau sekumpulan individu-individu kepada individu atau sekumpulan individu-
individu lainnya dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
kehidupannya, agar individu-individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan
20 The New Oxford Illustrated Dictionary, (Oxford University Press, 1982), 1466. 21 Nurul Aeni, “Studi Komparatif Model Bimbingan Rohani dalam Memotivasi
Kesembuhan Pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus”,
Skripsi (Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2008), 49.
14
hidupnya. Sedangkan rohani itu sendiri adalah kejiwaan dimana hakikat dari
manusia itu terletak pada kejiwaannya (rohaniyah-nya).22
Jadi dapat di simpulkan bahwa Bimbingan rohani ialah usaha yang dilakukan
untuk menumbuhkan rohani (spiritual) seseorang, sebab pada dasarnya hidup
merupakan penyerahan diri penuh kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
4. Fungsi Bimbingan Rohani Islam
Fungsi dari bimbingan rohani antara lain:
a. Menjadi pendorong (motivator) bagi yang terbimbing agar timbul semangat
dalam menempuh kehidupan.
b. Menjadi pemantap (stabilisator) dan pengerak (dinamisator) untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki dengan motivasi ajaran agama. Sehingga segala
sesuatu tugas dilaksanakan dengan dasar ibadah kepada Tuhan.
c. Menjadi pengarah (direktif) bagi pelaksanaan program bimbingan agar sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan pasien serta melihat bakat dan minat
yang berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapainya.
5. Tujuan Bimbingn Rohani Islam
Tujuan bimbingan rohani diberikan adalah sebagai berikut:
a. Menyadarkan penderita agar dia dapat memahami dan menerima cobaan yang
sedang dideritanya dengan ikhlas.
b. Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan yang sedang
dideritanya.
c. Memberikan pengertian dan bimbingan pada penderita dalam melaksanakan
kewajiban keagamaan harian yang harus dikerjakan dalam batas
kemampuannya.
d. Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman kepada tuntunan
agama.
e. Menunjukan perilaku dan bicara yang sesuai dengan kode etik kedokteran
dan tuntunan agama.
22 Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006), 42.
15
Bagaimanapun tujuan bimbingan rohani adalah menuntun pertumbuhan
hidup rohani orang yang dibimbing dalam rangka memelihara dan meningkatkan
pengamalan ajaran agamanya. Orang yang sakit tentu merasa tubuhnya tidak
stabil, maka bimbingan rohani sangat diperlukan guna penyembuhan dari segi
psikisnya, karena orang yang sakit psikisnya lemah, dengan bimbingan rohani
melalui pendekatan agama maka orang yang sakit merasa tenang.
6. Pasien Rawat Inap
Pasien adalah seseorang atau individu yang mempunyai masalah dan
membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah, untuk menumbuhkan kondisi
rohani, dan lain-lain. Pasien Rawat Inap yaitu pasien yang memperoleh pelayanan
kesehatan menginap di rumah sakit.
Seorang pasien tidak hanya memerlukan bantuan fisik tetapi juga bantuan non
fisik yang berupa bantuan spiritual dan bimbingan rohani yang dapat menimbulkan
rasa optimis dalam menghadapi permasalahan hidup. Oleh karena itu, semakin erat
hubungan antara dokter (terutama dokter jiwa/ rohaniawa) dengan agama, maka
semakin baik pula terapi yang dapat ia berikan sebab kadang-kadang penyakit itu
terjadi disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan agama.
Pasien yang datang ke rumah sakit memiliki berbagai macam perasaan, ada
yang tabah dan sabar, ada yang merasa takut, bingung, kesepian, putus asa, dan
perasaan lainnya. Bagi yang tabah dan sabar, maka mentalitas dan dirinya akan
bertambah kuat serta nilai kerohaniannya akan meningkat, sehingga baginya sakit
bukanlah masalah yang banyak menyita pikiran, karena ia yakin bahwa dibalik sakit
yang dideritanya Tuhan akan memberi hikmah yang banyak, dan akan diberi
kesembuhan. Ini merupakan motivasi dari dalam yang bisa membantu proses
penyembuhan bagi pasien. Sebaliknya bagi yang iman dan jiwanya lemah, maka ia
akan resah dan gelisah yang secara bertahap akan tampak lebih parah dan
menyulitkan bagi orang-orang yang merawat. Dalam kondisi yang demikian maka
16
layanan bimbingan rohani sangat dibutuhkan untuk memberi dorongan moral dan
spiritual bagi pasien tersebut. 23
Rawat inap merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan bagi pasien yang
memerlukan tindakan medis, keperawatan dan non medis lebih lanjut (dalam kurun
waktu tertentu) yang membutuhkan perawatan rawat inap di rumah sakit
(hospitalization), hal ini dikarenakan penyakit yang diderita oleh pasien dianggap
memerlukan perawatan yang intensif oleh tenaga medis, keperawatan dan non
medis untuk mencapai kesehatan yang optimal.24
7. Rumah sakit
a. Pengertian rumah sakit
Rumah sakit sebagai tingkat pelayanan lanjutan setelah puskesmas
tentunya harus mempunyai pelayanan yang lebih baik. Bukan hanya sebagai
penunjang kesehatan di dalam wilayah kecil seperti kecamatan, namun dalam
cakupan lebih luas seperti Kabupaten maupun Kota. Seseorang yang datang
berobat ke rumah sakit mempunyai harapan tinggi akan pelayanan kesehatan
yang diberikan. Karena masyarakat beranggapan pelayanan rumah sakit pasti
berkualitas dengan didukung fasilitas, sumber daya manusia di rumah sakit lebih
bisa menanggulangi masalah kesehatan mereka.
Rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Rumah sakit umum adalah rumah sakit
yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang penyakit. Hakikat
dasar rumah sakit adalah pemenuhan kebutuhan dan tuntutan pasien yang
mengharapkan penyelesaian masalah kesehatannya pada rumah sakit.
Pasien memandang bahwa hanya rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan medis sebagai upaya penyembuhan dan pemulihan atas rasa sakit
23 Nurul Aeni, “Studi Komparatif Model Bimbingan Rohani dalam Memotivasi
Kesembuhan Pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus”,
49. 24 Judianto Limbong, “Pengembangan System Informasi Rawat Inap Pelayanan Penyakit
dalam Guna Mendukung Keputusan Manajemen Pelayanan di RSUD Dr H Soemarno Sosroadmojo
Bulungan Kalimatan Timur”, Tesis. (Kalimantan: Universitas Diponegoro, 2010), 139.
17
yang dideritanya. Pasien mengharapkan pelayanan yang siap, cepat, tanggap,
dan nyaman terhadap keluhan penyakit pasien.25
Rumah sakit merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan
kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui
unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap, pelayanan kesehatan di
RS saat ini tidak bersifat kuratif, tetapi juga pemulihan kesehatan
(rehabilitative), keduanya dilakukan secara terpadu melalui upaya promotif dan
preventif.
Rumah sakit merupakan suatu organisasi pelayanan kesehatan yang
paripurna, bukan hanya melayani individu yang sakit tetapi juga kepada keluarga
dan masyarakat agar kesehatan tetap terjaga seoptimal mungkin.26
b. Fungsi Rumah Sakit
Menurut Permenkes RI No 159b/Men Kes/Per/1998, fungsi rumah sakit
adalah:
1) Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang medik,
rehabilitasi, pencegahan dan peringkatan kesehatan.
2) Menyediakan tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan
paramedic.
3) Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang
kesehatan.27
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelayanan rumah sakit
Berdasarkan penelitian yang dilakukan The National Research
Corporation (NRC) pada rumah sakit, terdapat 14 faktor yang diperhatian
konsumen rumah sakit yaitu: kualitas staf medis, kualitas pelayanan gawat
25 Risky Agustian Listiyono, “Studi Deskriptif Tentang Kualitas Pelaynan di Rumah Sakit
Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi Rumah Sakit Tipe B, Kebijakan
dan Manajemen Public”. 1 No 1 (2015), 2. 26 Judianto Limbong, “Pengembangan System Informasi Rawat Inap Pelayanan Penyakit
dalam Guna Mendukung Keputusan Manajemen Pelayanan di RSUD Dr H Soemarno Sosroadmojo
Bulungan Kalimatan Timur”,12. 27 Wike Diah Anjaryani, “Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Perwat di
RSUD Tugurejo Semarang”, Tesis, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), 18.
18
darurat, kualitas perawatan perawat, tersedianya pelayanan yang lengkap,
rekomendasi dokter, peralatan yang modern, karyawan yang sopan santun,
lingkungan yang baik, penggunaan rumah sakit sebelumnya, ongkos
perawatan, rekomendasi keluarga, dekat dari rumah, ruangan pribadi dan
rekomendasi teman.28
F. Metode Penelitian
Metode adalah cara-cara ilmiah yang digunakan untuk melaksanakan
penelitian. Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji suatu pengalaman, yang dilaksanakan dengan metode-metode ilmiah.29
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Kajian terhadap efektivitas peran rohaniawan dalam membantu pemulihan
pasien rawat inap di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi menggunakan metode
Penelitian Kualitatif. Metode penelitian Kualitatif adalah metode sistematis yang
digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada
manipulasi di dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode
yang alamiah ketika hasil penelitian yang diharapkan bukanlah generalisasi
berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dan fenomena
yang diamati. Sedangkan jenis penelitian yang dilakukan yaitu dengan
menggunakan jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Penelitian ini menggunakan
teknik Purposive Sampling. Sumber datanya berasal dari penelitian lapangan
(fieldresearch).
Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
Deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan sifat suatu
keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa
sebab-sebab dari suatu gejala tersebut.30 Analisis Deskriptif Kualitatif bertujuan
untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik bidang-bidang
28 Judianto Limbong, “Pengembangan System Informasi Rawat Inap Pelayanan Penyakit
dalam Guna Mendukung Keputusan Manajemen Pelayanan di RSUD Dr H Soemarno Sosroadmojo
Bulungan Kalimatan Timur”, 13. 29 Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid 2 (Yogyakarta: Andi Offset. 1989), 4. 30 Consuelo Sevila, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: UI Pers, 2000), 7.
19
tertentu, secara faktual dan cermat dengan menggambarkan keadaan atau struktur
fenomena.31 Kemudian dianalisis dengan melakukan pemeriksaan secara
konseptual atas sesuatu pernyataan, sehingga dapat diperoleh kejelasan arti yang
terkandung dalam pernyataan tersebut.
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul
Manap Kota Jambi, yang beralamat di Jl. SK. Rd. Syahbuddin Mayang Mangurai
Kecamatan Kota Baru Jambi. Pemilihan setting ini berdasarkan atas pertimbangan
yang rasional bahwa banyaknya kesehatan mental yang terjadi dikalangan
masyarakat khususnya pada pasien rumah sakit sendiri yang kurang bahkan tidak
menerima bimbingan rohani secara efektif.
Subjek penelitian ini berpusat pada rohaniawan, pasien, dan karyawan yang
berada di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi. Mengingat subjek yang baik
adalah subjek yang terlibat aktif, cukup mengetahui, memahami, atau
berkepentingan dengan aktivitas yang akan diteliti, serta memiliki waktu untuk
memberikan informasi secara benar.32
3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data adalah subjek dimana data itu dapat di peroleh. Sumber data
dalam penelitian ini terdiri dari manusia, situasi/peristiwa dan dokumentasi. Jenis
data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data yang diperoleh langsung dari subjek sebagai sumber informasi yang dicari
melalui observsi atau wawancara di lapangan. Data sekunder adalah data yang
diperoleh secara tidak langsung dan diperoleh dari objek lain.33 Seperti
dokumentasi, buku serta peristiwa lainnya yang bersifat lisan maupun tulisan.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang tepat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini
31 Suharsini dan Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 245. 32 Suharsimi dan Arikunto, Prosedur Penelitian, 114. 33 Saefuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 91.
20
menggunakan tiga teknik yang dilakukan secara berulang-ulang agar keabsahan
datanya dapat dipertanggung jawabkan, yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya melalui hasil kerja panca indra penglihatan serta dibantu dengan
panca indra lainnya.34 Dalam observasi ini peneliti mengamati secara langsung
tentang keefektifan peran rohaniawan dalam membantu pemulihan pasien di
rumah sakit itu sendiri.
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan melalui
secara lisan atau tatap muka antara peneliti dengan informan. Sebelum
wawancara dilakukan pertanyaan telah disiapkan terlebih dahulu sesuai dengan
data yang akan di peroleh ataupun data yang dibutuhkan. Wawancara merupakan
proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua
orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-
informasi atau keterangan-keterangan.35 Teknik wawancara mendalam
digunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang barbagai informasi yang
terkait dengan persoalan yang sedang di teliti kepada pihak-pihak yang dianggap
dapat memberikan informasi secara utuh tentang persoalan yang akan diteliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data melalui data-data
dokumenter, berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda
ataupun jurnal yang dapat memberikan informasi tentang objek yang akan
diteliti.36 Dokumentasi ini bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya,
monumental dari seseorang.37 Dalam hal ini peneliti akan mencari dokumen-
dokumen yang dapat menambah penjelasan tentang rumah sakit yang meliputi:
34 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan
Public, (Jakarta: Kencana, 2005), 133. 35 Cholid Narbuko dan Chmadi, Metedologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 83. 36 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2012), 240. 37 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), 82.
21
sejarah berdirinya rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi serta kondisi pasien
dan rumah sakit.
5. Metode/Teknik Analisis Data
Pada saat penelitian, teknik analisis yang digunakan adalah model analisis
interaktif. Model ini terdapat tiga komponen yang terdiri dari reduksi data, sajian
data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Aktivitasnya berbentuk interaksi
ketiga komponen analisis secara sistematik sebagai berikut.38
a. Reduksi Data (data reduction),
Reduksi data merupakan cara yang dilakukan peneliti dalam melakukan
analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-
hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga dapat
menarik kesimpulan atau memperoleh pokok temuan. Proses berlangsung
hingga laporan akhir selesai atau dengan kata lain bahwa data adalah proses
seleksi, penafsiran, penyederhanaan dan abstraksi data kasar.
b. Penyajian Data (data display),
Melakukan pemilahan data yang akan digunakan dan pengambilan
kesimpulan sementara dalam penelitian, maka peneliti berusaha menyusunnya
ke dalam penyajian data dengan baik dan jelas agar dapat dimengerti dan
dipahami.
c. Manarik Kesimpulan (conclusion drawing),
Penarikan kesimpulan yang dimaksud yaitu melakukan analisis dengan
menarik kesimpulan yang sudah di dapat dari proses penelitian. Penarikan
kesimpulan sudah dimulai dari proses awal perolehan data. Oleh karena peneliti
sebagai bagian instrument penelitian, data yang sudah didapatkan kemudian
diverifikasi dan diuji kebenarannya.
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat dipercaya, maka peneliti
melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data yang didasarkan atas sejumlah
38Subandi, “Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode dalam Penelitian Pertunjukkan”,
Harmonia, 11 No 2, (2011), 178.
22
kriteria, dalam penelitian kualitatif, upaya pemeriksaan keabsahan data dapat
dilakukan lewat empat cara yaitu:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,
karena kesalahan penilaian data oleh peneliti atau responden, disengaja atau tidak
disengaja.
Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/ kepercayaan
data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang ditemui maupun
sumber data yang lebih baru. Perpanjangan keikutsertaan berarti hubungan antara
peneliti dengan sumber akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin terbuka,
saling timbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak dan
lengkap.
Perpanjangan keikutsertaan untuk menguji kredibilitas data penelitian
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah dipeoleh. Data yang telah
diperoleh secara dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, ada perubahan atau
masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan data yang telah diperoleh sudah
dapat dipertanggungjawabkan, maka perpanjangn keikutsertaan perlu diakhiri.
2. Ketekunan Pengamatan
Meningkatkan ketekunan atau kecermatan secara berkelanjutan maka
kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau direkam dengan
baik, sistematis. Meningkatkan ketekunan merupaan salah satu cara mengontrol/
mengecek pekerjaan apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat, dan disajikan
sudah benar atau belum.
Untuk meningkatkan ketekunan peneliti, dapat dilakukan dengan cara
membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitin terdahulu, dan dokumen-
dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian yang telah diperoleh.
Dengan demikian, maka peneliti akan semakin cermat dalam membuat laporan
yang pada akhirnya laporan dibuat semakin berkualitas.
23
3. Trianggulasi
Terkait dengan pemeriksaan data, trianggulasi berarti sesuatu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dengan cara memanfaatkan hal-hal
(data) lain untuk pengecekan atau perbandingan data. Hal-hal yang dipakai untuk
pengecekan dan perbandingan data itu adalah sumber, metode, peneliti dan teori.
Patton dalam Sumasno Hadi menyatakan bahwa Dalam penelitian kualitatif dikenal
empat jenis teknik trianggulasi yaitu trianggulasi sumber (data triangulation),
trianggulasi peneliti (investigator tringulation), trianggulasi metodologis
(methodological triangulation), dan trianggulasi teoritis (theoretical
triangulation).39
4. Diskusi dengan Teman Sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan melakukan
diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang diterima benar-
benar real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui
cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, dan saran
yang berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.
H. Studi Relevan
Dari judul penelitian yang akan dilakukan, peneliti menyadari bahwa
penelitian tentang Bimbingan Rohani terhadap pasien rawat inap bukan hal yang
baru, oleh karena itu peneliti akan menyampaikan beberapa hasil penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan.
Skripsi Anie Suryanti yang berjudul “Bimbingan Rohani Islam bagi Pasien
Rawat Inap Di Ruang ICU RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga”.40
Mengkaji tentang Bimbingan Rohani terhadap pasien yang berfokus pada ruangan
ICU. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2016. Tujuan utama dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pelaksanaan serta untuk
mengetahui bentuk dan metode Bimbingan Rohani Islam bagi pasien rawat inap di
39 Sumasno Hadi, “Pemeriksaan Keansahan Data Penelitian Kualitatif pada Skripsi”, Jurnal
Ilmu Pendidikan, 22 No 1 (2016), 75. 40 Anie Suryanti. “Bimbingan Rohani Islam bagi Pasien Rawat Inap di Ruang ICU RSUD
Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga”, Skripsi (Purbalingga: IAIN Purwokwrto. 2016), i.
24
ruang ICU. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa proses pelaksanaan
Bimbingan dilakukan dengan melalui tiga tahap, yaitu tahap pra bimbingan, tahap
proses pelaksanaan bimbingan dan tahap akhir proses pelaksanaan bimbingan.
Kemudian metode yang digunakan dalam pelaksanan bimbingan adalah metode
komunikasi langsung dan tidak langsung.
Kemudian Skripsi Aditya Kusuma Wardana yang berjudul “Pelaksanaan
Bimbingan Rohani Islam Bagi Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang (Analisis Bimbingan Konseling Islam)”.41 Mengkaji tentang
pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap, penelitian tersebut
dilakukan pada tahun 2016. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mendeskripsikan serta menganalisis Bimbingan Konseling
terhadap pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam bagi pasien rawat inap. Penelitian
yang bersifat survei ini menggunakan metode observasi dan wawancara terhadap
objek yang berkaitan, seperti manajerial rumah sakit, dokter, perawat medis, dan
keluarga pasien. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Selanjutnya Skripsi Rifki Rostanti yang berjudul “Agama dan Implikasinya
Terhadap Kesembuhan Pasien (Studi Kasus Bimbingan Rohani Di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Sruweng Kebumen)”.42 Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui aktivitas Bimbingan Rohani dalam memotivasi pasien
dan untuk mengetahui implikasi agama dalam proses penyembuhan pasien di
rumah sakit PKU Muhammadiyah sruweng. Penelitian ini merupakan penelitian
lapangan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Metode pengumpulan data
yang dilakukan yaitu metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil
penelitian yang diperoleh yaitu Bimbingan pasien dilakukan pada pasien untuk
membantu proses penyembuhan pasien. Bimbingan rohani dilakukan dengan cara
perorangan, yaitu bina rohani masuk ke bangsal pasien dan memberikan materi-
41 Aditya Kusuma Wardana. “Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam bagi Pasien Rawat
Inap di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (Analisis Bimbingan Konseling Islam)”, Skripsi
(Semarang: UIN Walisongo. 2016), i. 42 Rifki Rostanti. “Agama dan Implikasinya Terhadap Kesembuhan Pasien (Studi Kasus
Bimbingan Rohani di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng Kebumen)”, Skripsi (Sruweng:
UIN Sunan Kalijaga. 2016), i.
25
materi Bimbingan seperti dzikir, fiqih, akhlak dan mengajak pasien selalu berdoa
dan memberi motivasi untuk sembuh.
Skripsi Ina Kaporina yang berjudul “Metode Konseling dalam Proses
Pemulihan Pasien Gangguan Jiwa di Panti Rehabilitasi Wisma Ataraxis Desa
Fajar Baru Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan”. 43 Penelitian ini dilakukan
pada tahun 2017. Tujuan penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui metode
konseling yang dilakukan serta untuk mengetahui penerapan bimbingan konseling
yang diberikan. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu metode konseling yang
digunakan oleh konselor dalam proses pemulihan pasien ganguan jiwa di panti
rehabilitasi gangguan jiwa ataraxis bahwa dalam menangani pasien yang
mengalami gangguan jiwa metode yang diterapkan terdiri dari metode konseling
individu dan keluarga.
Skripsi Nurkohlis Bambang Yuliproyono yang berjudul “Pelaksanaan
Bimbingan Rohani terhadap Pasien Rawat Inap di Rumah Sakir Umum Harapan
Ibu Purbalingga”.44 Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menggambarkan layanan Bimbingan Rohani pasien
dalam membantu proses kesembuhan pasien. Kesimpulan dari hasil penelitian
adalah bahwa proses pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam bagi pasien rawat inap
di Rumah Sakit Harapan Ibu Purbalingga yaitu mengetuk pintu dan mengucapkan
salam, pembimbing rohani mengenalkan diri dengan Bahasa dan sikap yang ramah
dan penuh perhatian, pembimbing rohani mendoakan pasien. Adapun bentuk
layanan yang diberikan yaitu berupa bimbingan spiritual, bimbingan psikologis,
dan bimbingan fiqih sakit.
Skripsi Nur Hasanah yang berjudul “Peran Petugas Bimbingan Rohani Islam
bagi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit H. Abdul Manap Kota Jambi”.45 Penelitian
43 Ina Kaporina, “Metode Konseling dalam Proses Pemulihan pada Pasien Gangguan Jiwa
di Panti Rehabilitasi Wisma Ataraxis Desa Fajar Baru Kecamatan Jati Agunf Lampung Selatan”,
Skripsi (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2017), i. 44 Nurkohlis Bambang Yuliproyono, “Pelaksanaan Bimbingan Rohani terhadap Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Harapan Ibu Purbalingga”, Skripsi (Purbalingga: IAIN
Purwokerto, 2017), 8. 45 Nur Hasanah, “Peran Petugas Bimbingan Rohani Islam bagi Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit H. Abdul Manap Kota Jambi”, Skripsi (jambi: UIN STS Jambi, 2015), 4.
26
ini dilakukan pada tahun 2015. Tujuan dari penelitian ini mengetahui tugas pokok
dari bimbingan rohani, dan bagaimana teknik Pelayanan Bimbingan Rohani Islam
bagi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum (RSUD) Abdul Manap Kota Jambi.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa peran dari seorang petugas rohani adalah
melakukan intervensi terhadap ondisi banti pasien untuk membentu proses
penyembuhan. Sedangkan teknik yang digunakan yaitu dengan bertatap muka
langsung dengan pihak yang dibimbing.
Dari beberapa literature diatas tidak ada yang menjelaskan tentang Efektivitas
Peran Rohaniawan dalam Membantu Pemulihan Pasien Rawat Inap Di Rumah
Sakit Abdul Manap, maka penelitian ini berbeda dengan penelitian atau karya-
karya sebelumnya. Penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan, yang mana peneliti lebih memfokuskan pada efektivitas peran rohaniawan
yang tidak ada dibahas oleh peneliti sebelumnya.
27
BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI DAN
PROFIL BIMBINGAN ROHANI ISLAM
A. Profil Rumah Sakit H. Abdul Manap Kota Jambi
1. Sejarah dan Perkembangan
Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Manap Kota Jambi adalah Rumah
Sakit milik Pemerintah Daerah Kota Jambi. Rumah sakit ini beralamat di Jl. Sk.
Rd. Syahbuddin Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo Kota
Jambi. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 RSUD Kota Jambi
resmi menggunakan nama RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi. Peletakan batu
pertama pembangunan rumah sakit ini dilaksanakan pada tahun 2006 dan pada
tanggal 31 Oktober 2008 RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi diresmikan oleh
Walikota Jambi Drs. Arifien Manap.
RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi mulai beroperasi memberikan pelayanan
kepada masyarakat pada tanggal 25 Maret 2009 melalui izin operasional sementara
yang diberikan oleh Walikota Jambi. Sedangkan izin operasioanl tetap diberikan
pada tanggal 27 Desember 2010 berdasarkan Keputusan Walikota Jambi nomor
666 Tahun 2010 dan telah diperpanjang berdasarkan Keputusan Walikota Jambi
nomor 223 Tahun 2016 tanggal 7 April 2016 hingga lima tahun kedepan.46
RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi dengan kualifikasi rumah sakit type C
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1705/MENKES/SK/XI/2010 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah
H. Abdul Manap Kota Jambi Milik Pemerintah Kota Jambi Provinsi Jambi tanggal
25 November 2010, terletak diatas tanah seluas 5 H dengan bangunan yang
didirikan dan digunakan untuk operasional pelayanan. Hingga saat ini diantaranya
gedung utama seperti pelayanan rawat jalan, rawat inap, IGD dan kantor, di tambah
penunjang palayanan seperti dapur, laundry, CSSD, IPAL, juga
46 Dokumentasi, Profil RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi, 2018, 4-6
28
tersedia asrama perawat, perumahan dinas perawat dan dokter, musholla, rumah
duka dan fasilitas olah raga.
RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi sebagai Lembaga Teknis Daerah Kota
Jambi di bidang pelayanan kesehatan dan satu-satunya rumah sakit umum milik
Pemerintah Kota Jambi memiliki peran strategis dalam meningkatkan derajat
kesehatan melalui upaya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
khususnya di wilayah Kota Jambi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan perlindungan
terhadap pasien, RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi telah mendapatkan sertifikat
Lulus Penilaian Akreditasi Rumah Sakit Tingkat Dasar untuk 5 (Lima) Pelayanan
Dasar oleh Tim Akreditasi Rumah Sakit dengan ketetapan KARS – SERT Nomor
325/1/2012 pada bulan Januari 2012.
Pada bulan Desember tahun 2015 RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi
mendapatkan predikat “Madya” dari Tim Penilaian Akreditasi berdasarkan
Penilaian Akreditasi Versi 2012 dengan ketetapan nomor KARS-
SERT/217/II/2016 tanggal 1 Februari 2016. Dan merupakan satu-satunya rumah
sakit pemerintah yang ada di provinsi Jambi yang mendapatkan Sertifikasi ISO
9001;2008 untuk Hospital Services For Medical Record, Laboratory, Nutrition,
Emergency Unit and Sanitation pada tanggal 15 Desember 2015.
Selain dari upaya-upaya yang telah dicapai tersebut terdapat beberapa inovasi
yang telah dilakukan oleh RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi antara lain:
a. Penambahan ruangan perawatan inap Jantung,
b. Penambahan ruangan perawatan Paru.
c. Perubahan lokasi ruang rawat jalan untuk ruang rawat jalan Jantung, rawat
jalan saraf Saraf, rawat jalan Fisioterapi dan rawat jalan THT yang lebih luas
dan nyaman sehingga mempermudah pasien untuk berobat.
d. Pada ruang rawat jalan fisioterapi tersedia ruang bermain untuk anak.
29
2. Letak Geografis RSUD H. Abdul Manap
RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi terletak di jalan Sk. Rd. Syahbuddin
Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi. RSUD H.
Abdul Manap Kota Jambi terletak diatas tanah seluas ± 5 H dengan bangunan yang
didirikan dan digunakan untuk operasional pelayanan.
RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi berbatasan dengan :
Utara : Rumah Dinas Wakil Walikota
Selatan : Guest Host Rumah Kito Perumahan Puri Mayang
Timur : Jl. Sk. Rd. Syahbuddin Mayang Mangurai
Barat : Perumahan Puri Mayang
3. Visi, Misi dan Motto
a. Visi
Terwujudnya Rumah Sakit sebagai pusat rujukan dan pusat pelayanan
kesehatan yang baik dan bermutu.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan professional dan bermutu untuk
mewujudkan kepuasan pelanggan dengan tetap menjalankan fungsi
sosialnya.
30
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan kualitas
tinggi.
3) Menyelenggarakan pusat pendidikan dan penelitian dalam bidang
kedokteran dan kesehatan
4) Mengembangkan sikap profesinal dalam menyelenggarakan pelayanan
yang bermutu pada pemberdayaan seluruh potensi rumah sakit.
5) Menjadikan rumah sakit sebagai pusat promsi kesehatan.
c. Motto
Melayani dengan setulus hati
4. Maklumat Pelayanan
a. Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi adalah Rumah Kita
b. Kepentingan Pasien adalah yang utama
c. Kuberikan senyum dan ramahku agar kau lekas sembuh
d. Semua Pasien diberikan hak yang sama
e. Insan profesional
f. Bekerja dalam tim
g. Mempersembahkan kinerja yang baik.
5. Tujuan RSUD H. Abdul Manap
Adapun tujuan RDUD H. Abdul Manap Kota Jambi adalah sebagai berikut:
a. Tersedianya sarana dan prasarana siap pakai untuk menunjukan pelayanan
b. Terbentuknya sistem pengelolaan keuangan yang akuntabel atau auditable.
c. Terbentuknya system akuntansi dan pencatatan yang mendukung
kuntabilitas.
d. Terselenggaranya layanan prima di setiap unit pelayanan.
e. Terselenggaranya kegiatan penunjang pelayanan optimal.
f. Tersedianya brang di masing-masing unit pelayanan.
g. Mempersiapkan SDM yang berdaya saing tinggi dan mampu memberikan
pelayanan sesuai kmpetensi.
h. Tersedianya biaya pemeliharaan sarana dan prasarana.
31
6. Tugas, Fungsi, dan Susunan Organisasi
a. Tugas
RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang pelayanan kesehatan,
khususnya pelayanan rumah sakit.
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan
Walikota Nomor 41 Tahun 2009 tentang Fungsi Rumah Sakit, Tata Usaha,
Bidang dan Rincian Tugas Sub Bagian, dan Seksi Tata Kerja Pada Rumah Sakit
H. Abdul Manap Kota Jambi mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Perumusan kebijakan teknis dibidang perumah sakitan
2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang
perumah sakitan.
3) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan paripurna tingkat sekunder dan tersier.
4) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dalam rangka
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam memberikan
layanan kesehatan.
5) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan.
6) Pengkoordinasian hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah
maupun swasta untuk epentingan pelaksanaan tugas.
32
c. Susunan Organisasi.47
47 Dokumentasi, Struktur Organisasi RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi, 2018
33
B. Profil Bimbingan Rohani Islam Di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi
1. Struktur Organisasi Bimbingan Rohani
Manajemen Bimbingan Rohani Islam di rumah sakit memerlukan struktur
organisasi yang jelas dan teratur agar bisa berjalan dengan optimal. Struktur
organisasi tersebut berfungsi mengatur kedudukan, tugas dan tanggung jawab
petugas bimbingan rohani Islam, khususnya di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi
belum memiliki struktur organisasi dalam pelaksanaan bimbingan rohani Islam,
dalam hal ini seorang petugas rohaniawan bekerja dengan pengalaman yang
dimilikinya yang didapat dari buku pengetahuan yang menyangkut tentang
bimbingan rohani Islam, akan tetapi dalam pelaksanaan bimbingan rohani berjalan
dengan yang diinginkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan rohaniawan M. Subli, S.Ag selaku
rohaniawan di Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi beliau menjelaskan:
[S]aya sebagai rohaniawan di rumah sakit Abdul Manap selama bekerja di
rumah sakit ini, bimbingan rohani tidak termasuk kedalam struktur organisasi
rumah sakit namun di daftar tunjangan pasien terdapat tunjangan untuk
bimbingan rohani.48
Jadi dalam kenyataannya bimbingan rohani Islam tidak tertulis secara nyata
dalam struktur organisasi Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi, namun dalam
pelaksanaannya cukup berjalan dengan baik dan jelas, sehingga proses bimbingan
ini tetap berlangsung hingga sekarang.
2. Keadaan Rohaniawan
Rumah sakit H. Abdul Manap Kota Jambi memiliki satu orang petugas
Rohaniawan yang bernama M. Subli, S.Ag yang merupakan alumni S1 Ushuluddin
jurusan filsafat Islam di IAIN STS Jambi, walaupun beliau berasal dari jurusan
filsafat Islam namun beliau cukup mampu dalam memberikan bimbingan rohani
Islam terhadap pasien di rumah sakit.
Rohaniawan M. Subli mulai bekerja di Rumah Sakit Abdul Manap Kota
Jambi pada bulan September 2009 dan bekerja sebagai penyelenggaraan jenazah
48 M Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2019,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
34
dan pada tahun 2011 beliau mulai bertugas sebagai penyelenggaraan jenazah
sekaligus sebagai rohaniawan di rumah sakit sampai saat ini.
Rohaniawan M. subli memiliki peran yang penting dalam terlaksanakannya
bimbingan rohani Islam. Di RSUD H Abdul Manap ini rohaniawan M subli
memiliki beberapa tugas dan wewenang, diantaranya:
a. Kepala ruangan jenazah
b. Rohaniawan yang memberikan bimbingan rohani kepada pasien.
c. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk selalu
bersabar dalam musibah yang menimpanya.
d. Mendoakan pasien agar diberikan ketenangan.
e. Ikut serta dalam penyelenggaraan jenazah, terutama bagi jenazah yang tidak
memiliki keluarganya.
3. Peran dan Fungsi Rohaniawan
Peran dan fungsi rohaniawan rumah sakit Abdul Manap Kota jambi telah
diatur berdasarkan Surat tugas NOMOR: 801/802/TU.2/RSUD-HAM/V/2018 yang
dikeluarkan oleh direktur rumah sakit terhadap rohaniawan yang berisi tentang
tugas rohaniawan di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi. Berdasarkan Surat
tugas tersebut, peran dan fungsi rohaniawan di rumah sakit H. Abdul Manap Kota
Jambi bagi pasien rawat inap adalah sebagai berikut:
a. Memberikan Terapi berupa Penguatan Mental bagi Setiap Pasien Rawat Inap.
Rohaniawan memberikan bimbingan rohani Islam kepada pasien rawat inap
setelah pasien tersebut menerima pengobatan secara fisik, bimbingan rohani
yang diberikan berupa santunan penyejuk batin yang dapat membantu
ketenangan di dalam jiwa pasien.
Terapi penguatan mental dapat berupa:
1) Memberikan motivasi terhadap pasien
2) Memelihara kesabaran pasien
3) Memelihara keikhlasan pasien.
b. Memberikan Bimbingan Ibadah kepada Pasien Terutama Sholat. Ketika
dalam keadaan sakit banyak orang yang meninggalkan ibadah terutama
ibadah sholat dengan kebanyakan alasan misalnya sedang diinfus, tidak boleh
35
terkena air, tidak bisa berdiri, tidak bisa terlalu banyak bergerak, bahkan
banyak alasan yang yang lainnya. Di sinilah peran seorang rohaniawan
dibutuhkan, yaitu dapat mengajarkan bagaimana tatacara sholat ketika sakit,
sehingga saat sakitpun ibadah tetap terpenuhi.
c. Memberikan Bimbingan Do’a dan Zikir.
Do’a adalah obat yang mujarab bagi orang sakit. Sering kita jumpai
baik di rumah sakit atau di tempat lainnya orang yang menderita sakit suka
merintih dan berkeluh kesah, jika hanya sebatas rasa sakit maka hal itu masih
diperbolehkan oleh ajaran Islam. Akan tetapi apabila rintihannya berlebihan
atau keluh kesahnya telah melampaui batas hal itu justru dilarang oleh agama
Islam. Ketika sakit kita dianjurkan untuk banyak berdoa kepada Allah dan
yakin bahwa penyakit yang dideritanya hanya dari Allah SWT dan Allah
SWT jugalah yang akan menyembuhkannya.
Begitu juga halnya dengan berzikir, Nabi Muhammad mengajarkan
bahwa ketika sakit kita harus banyak berdo’a dan berzikir, ada berbagai
macam zikir yang dianjurkan untuk orang yang tertimpa rasa sakit, kesedihan
dan kesulitan. Tujuan dari dibacakannya zikir yaitu untuk memperolah
kesucian diri dan jiwa sekaligus mengangkat berbagai musibah dan bencana.
d. Memberikan Pelayanan Bimbingan Akidah.
Bimbingan akidah ini diberikan dengan tujuan agar pasien selalu
mengingat Allah SWT, meyakini bahwasanya semua penyakit datangnya dari
Allah SWT dan Allah SWT pula yang akan menyembuhkannya. Sedangkan
dokter dan perawat hanya sebagai perantara. Untuk itu pasien dianjurkan
untuk selalu berikhtiar dan berdoa meminta pertolongan kepada Allah, dan
menyakini juga bahwa yang menyembuhkan itu Allah SWT bukan dokter
atau yang lainnya. Seperti yang dikatakan oleh rohaniawan bahwa: “[K]ita
harus memberikan pengertian kepada pasien bahwa kesembuhan itu
datangnya dari Allah SWT bukan dari obat yang diberikan oleh dokter
tersebut, dokter hanya sebagai perantara Allah SWT dalam penyembuhan”.49
49 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2019,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
36
e. Memberikan Pelayanan Bimbingan Akhlak
Hal yang dilakukan rohaniawan dintaranya yaitu:
1) Memberikan bimbingan akhlak baik menyangkut sikap maupun tindakan
yang seharusnya dilakukan oleh orang yang sedang ditimpa musibah sakit;
2) Memberikan bimbingan spiritual kepada para pasien untuk tetap sabar dan
tawakal dengan terus berikhtiar sesuai dengan kemampuan;
f. Memberikan Bimbingan serta Motivasi kepada Keluarga Pasien.
Peran Rohaniawan tidak hanya memberikan bimbingan kepada pasien
semata, namun bimbingan juga perlu dilakukan terhadap keluarganya. Hal ini
dilakukan karena tidak sedikit kecemasan yang datang bukan dari pasien itu
sendiri namun dari keluarga pasien, banyak dari keluarga pasien yang diliputi
rasa sedih, takut dan putus asa atas penyakit yang diderita oleh salah satu
keluarganya terebut. Oleh karena itu peran seorang Rohaniawan sangat
diperlukan untuk membantu pihak keluarga agar selalu bersabar dan tabah
dalam menerima ujian tersebut, Rohaniawan juga membimbing agar keluarga
selalu mendoakan untuk kesehatan pasien.
g. Memberikan Pelayanan Bimbingan Talqin
Memberikan pelayanan talqin dapat berupa:
1) Memberikan bimbingan kepada pasien yang sedang sakaratul maut
(menjelang kematian);
2) Bimbingan dilakukan untuk memberikan dorongan spiritual kepada pasien
agar ia meninggal secara Islam;
3) Bimbingan talqin dilakukan dengan menuntun dan membimbing pasien
mengucapkan kalimat Tauhid.
h. Memberikan Pelayanan Kepengurusan Jenazah.
Pelayanan kepengurusan jenazah yang diberikan oleh rohaniawan
diantaranya yaitu: Memberikan pelayanan untuk memandikan jenazah,
mengkafani jenazah, mensholatkan jenazah, dan menguburkan jenazah.
4. Keadaan Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan bagian dari terlaksananya suatu kegiatan
ataupun program agar suatu kegiatan atau pekerjaan dapat berjalan dengan
37
semestinya. Sarana dan prasarana rohaniawan dalam melakukan bimbingan rohani
merupkan bagian yang harus dipenuhi dan tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan
bimbingan rohani Islam.
Secara khususnya rohaniawan di Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi
memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik seperti ruangan rohaniawan yang
dilengkapi dengan meja, kursi, meja tamu, kipas angin, tempat tidur, WC, dan
sebagainya. Namun dalam proses pelaksanaan bimbingan rohani dilakukan, tidak
ada sarana atau alat yang digunakan untuk membantu proses pelaksanaan
bimbingan rohani. Proses pelaksanaan bimbingan rohani di lakukan di ruangan-
ruangan pasien, prasarana yang dibutuhkan yaitu adanya ruangan bagi setip pasien
untuk menerima bimbingn rohani dengan waktu pelaksanaan sekitar 5-10 menit.
5. Tujuan Bimbingan Rohani Islam
Tujuan bimbingan rohani Islam pada dasarnya memberikan tuntutan atau
memberikan terapi psikis yang berupa dorongan spiritual dan rasa optimis kepada
mereka yang menderita sakit, karena dengan kondisi psikis yang stabil akan sangat
menunjang penyembuhan dari sakit, terlebih lagi yang menderit penyakit
psikosomatik. Tujuan bimbingan rohani Islam adalah:
a. Memberikan ketenangan batin dan keteduhan hati kepada pasien dalam
menghadapi penyakitnya.
b. Memberikan motivasi dan dorongan untuk tetap bersabar dan bertawakal
dalam menghadapi ujian dari Allah SWT.
c. Menumbuhkan suasana ukhuwah dan keakraban kepada pasien untuk saling
berbagi rasa dan cerita.
38
38
BAB III
PROSES ROHANIAWAN DALAM MEMBERIKAN LAYANAN
BIMBINGAN ROHANI ISLAM DI RUMAH SAKIT ABDUL MANAP
KOTA JAMBI
A. Proses Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Abdul Manap Kota Jambi
Pelaksanaan bimbingan rohani Islam yang dilakukan di rumah sakit Abdul
Manap Kota Jambi bisa menunjang kesembuhan pasien yang dikelola dan ditangani
oleh rohaniawan, yaitu dengan memberikan bimbingan kepada pasien, dan keluarga
pasien. Dalam hal ini rohaniawan berusaha meringankan penderita pasien secara
kejiwaan dengan keimanan dan ajaran keagamaan yang ditanamkan.
Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Rudi Maruli H. Pardede sebagai direktur
rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi mengatakan bahwa:
[D]i samping pasien butuh perawatan dan pengobatan medis, seorang pasien
juga membutuhkan santunan rohani, karena betapapun ringannya penyakit yang
dideritanya sedikit banyak pasti akan mempengaruhi rohaninya.50
Proses bimbingan rohani Islam di Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi
dilakukan dengan tahapan-tahapan yang biasa dilakukan oleh seorang pembimbing.
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan atau kegiatan bimbingan rohani Islam bagi
pasien rawat inap di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pra Pelayanan Bimbingan Rohani Islam
Sebelum melakukan bimbingan terhadap pasien terutama yang dilakukan
oleh rohaniawan adalah memeriksa keadaan dirinya apakah keadaan dirinya sudah
baik terutama dalam kesehatannya dan pengetahuan ataupun keilmuan agamanya.
Sebelum proses pelaksanaan bimbingan dilakukan rohaniawan melihat keadaan
sekeliling ruangan dan menanyakan kepada perawat tentang keadaan pasien yang
akan diberikan bimbingan, seperti keadaan sadar pasien.
Seperti yang dikatakan oleh rohaniawan bahwa:
50 Dr. Rudi Maruli H. Pardede, Direktur Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi, Wawancara
dengan Penulis, 20 Februari 2019, Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
39
[K]etika saya akan memberikan bimbingan rohani, hal yang paling utama adalah
memeriksa keadaan diri saya, apabila keadaan diri saya sehat maka saya akan
memberikan bimbingan kepada pasien, namun apabila diri saya terkena penyakit
seperti pilek, batuk atau yang lainnya, maka proses pemberian bimbingan saya
tunda sampai saya dalam keadaan sehat. Hal ini saya lakukan agar pasien tidak
tertular penyakit ataupun penyakitnya bertambah parah.51
2. Tahap Proses Pelayanan Bimbingan Rohani Islam
a. Mengucapkan Salam terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan menanyakan
kabar pasien.
b. Memperkenalkan diri kepada pasien, agar komunikasi yang terjadi antara
pasien dan rohaniawan tidak membingungkan, terutama bagi pasien.
c. Menanyakan keadaan ibadah pasien ketika sakit. Apabila dalam keadaan sakit
pasien tidak melaksanakan ibadah maka rohaniawan dapat memberikan
arahan tentang ibadah ketika sakit terutama tentang sholat.
d. Kemudian rohaniawan menanyakan keluhan tentang penyakit yang diderita
oleh pasien tersebut.
e. Kemudian memberikan motivasi, nasehat-nasehat serta hal-hal yang dapat
menguatkan pasien dan memotivasi pasien untuk sembuh, dan memberikan
pengertian untuk tetap sabar dalam menghadapi cobaan.
f. Berikan sentuha-sentuhan tangan terhadap pasien sebagai rasa empati
terhadap pasien
g. Anjurkan untuk tetap melakukan ibadah sesuai agama pasien dan semampu
pasien
h. Lalu meminta respon ataupun tanggapan dari pasien atas semua hal yang
disampaikan oleh pasien. Pasien bisa menanyakan hal yang kurang ataupun
tidak dipahami oleh pasien kepada rohaniawan.
i. Mendoakan pasien dengan suara lembut. Rohaniawan membantu pasien
untuk menguatkan keyakinan-keyakinan dan batin pasien demi untuk
mencapai kesembuhan pasien.
51 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 24 Desember 2018,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
40
j. Jika semuanya sudah jelas dan tidak ada yang perlu ditanyakan oleh pasien,
rohaniawan berpamitan kepada pasien untuk memberikan bimbingan kepada
pasien lainya, dan diakhiri dengan pengucapan Salam.52
Itulah tahapan-tahapan yang dilakukan oleh rohaniawan kepada setiap pasien
yang akan diberikan bimbingan rohani Islam, hal ini dilakukan demi kelancaran
pelaksanaan bimbingan. Proses bimbingan rohani berlangsung sekitar 5-10 menit
setiap pasien tergantung kondisi pasien dan keadaan ruangan pasien. Bimbingan
rohani Islam dilakukan pada setiap pasien dengan jarak yang cukup dekat, agar
materi yang disampaikan oleh rohaniawan dapat didengar dengan baik oleh pasien
dan rohaniawan tidak perlu mengulanginya.
Seperti yang dikatakan oleh rohaniawan:
[P]elaksanaan bimbingan rohani Islam ini berlangsung sekitar 5-10 menit saja,
tergantung mood pasien, apabila respon pasien baik maka bimbingn mungkin
bisa mencapai 15-20 menit, tapi rata-rata pelaksanaan bimbingan rohani ini
hanya berlangsung sekiat 5-10 menit saja.53
Adapun jadwal kunjungan kerohanian pasien rawat inap RSUD H. Abdul
Manap Kota Jambi adalah sebagai berikut.54
No Hari
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1. Mata VIP Mata VIP Mata VIP
2. Paru Anak Paru Anak Paru Anak
3. Jantung Interne Jantung Interne Jantung Interne
4. Bedah - Bedah - Bedah -
Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh direktur RSUD H. Abdul
Manap Kota Jambi, rohaniawan melakukan proses bimbingan rohani Islam kepada
pasien dengan jadwal yang telah ditetapkan, namun hal ini tidak menutup
kemungkinan untuk mengubah jadwal tersebut apabila ada yang lebih
membutuhkan untuk diberikan bimbingan rohani Islam. Bimbingan rohani Islam
juga diberikan ketika adanya panggilan dari dokter ataupun pegawai rumah sakit
52 Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi, 20 Februari 2019, Observasi Penulis. 53 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 25 Desember 2018,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis. 54 Dokumentasi, Jadwal Kunjungan Kerohanian Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi,
Dokumentasi penulis.
41
apabila adanya pasien yang harus diberikan bimbingan seperti bimbingan talqin
yaitu orang yang akan mengadakan sakaratul maut untuk dibimbing mengucapkan
dua kalimat syahadat agar kata terakhir yang di ucapkan oleh pasien adalah kalimat
Tauhid.
Pelaksanaan bimbingan rohani Islam pada pasien rawat inap rumah sakit
Abdul Manap Kota Jambi, dilaksanakan dari pukul 08:00 – 14:00 WIB. Jadwal
kunjungan juga disesuaikan dengan kondisi pasien dan situasi pada waktu itu.
Kunjungan untuk memberikan bimbingan rohani Islam pada pasien tidak bisa
dilakukan ketika pasien sedang tidur atau sedang membersihkan badannya serta
bimbingan tidak bisa dilakukan pada malam hari karena pada malam hari adalah
waktunya pasien dan keluarga untuk beristirahat. Seperti yang dikatakan oleh
rohaniawan bahwa: “[P]emberian bimbingan rohani di rumah sakit ini berlangsung
anatara pukul 08:00 – 14:00, namun tidak menutup kemungkinan jika ada pasien
yang membutuhkan bimbingan rohani di luar jadwal, maka bimbingan rohani tetap
diberikan”.55
Di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi proses bimbingan rohani Islam
menggunakan metode langsung yaitu metode dimana rohaniawan melakukan
komunikasi langsung dengan pasien yang akan dibimbingnya dengan cara
mendatangi pasien satu persatu yang dilakukan di kamar atau ruangan pasien rawat
inap rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi. Bimbingan ini dilakukan dengan tatap
muka dengan keadaan suasana yang tidak terlalu formal dan penuh keakraban.
Metode langsung ini dilakukan dengan menyampaikan materi agama secara lisan
di hadapan pasien dimana rohaniawan memberi materi berupa sholat, do’a, dan
zikir.56 Materi yang disampaikan oleh rohaniawan kepada setiap pasien adalah
sama, namun yang membedaan hanyalah pemaparan, pengembangan dan rincian
materi tersebut yang dilihat dari kondisi pasien itu sendiri.
Dengan adanya bimbingan ini pasien diharapkan lebih bisa berfikir dan
bertawakal kepada Allah SWT, karena Allah SWT menyuruh kita untuk selalu
55 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2019,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis. 56 Observasi, Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi, 20 Februari 2019, Observasi Penulis.
42
bersyukur kepada-Nya dalam segala keadaan. Bahkan dengan dilakukannya
bimbingan sholat, do’a, zikir dan lain sebagainya dapat membantu proses
penyembuhan pasien, karena dengan melalukan sholat dan berdo’a, hati pasien
akan jauh merasa lebih tenang dan nyaman, sehingga ini sangat membantu untuk
proses penyembuhannya.
B. Materi yang diberikan oleh Rohaniawan kepada Pasien di Rumah Sakit
Abdul Manap Kota Jambi
Materi yang disampaikan oleh rohaniawan kepada setiap pasien adalah sama,
namun yang membedakan hanyalah pemaparan, pengembangan dan rincian materi
tersebut yang dilihat dari kondisi pasien itu sendiri. Materi umum yang dilakukan
yaitu diantaranya:
1. Akidah
Akidah dalam Islam meliputi masalah-masalah keimanan, tauhid dan hal
lainnya. Pemberian materi akidah kepada pasien, dengan tujuan agar pasien selalu
mengingat Allah, meyakini bahwasanya semua penyakit datangnya dari Allah dan
Allah pula yang akan menyembuhkannya. Sedangkan dokter dan perawat hanya
sebagai perantara. Untuk itu pasien dianjurkan untuk selalu berikhtiar dan berdoa
meminta pertolongan kepada Allah SWT, dan menyakini juga bahwa yang
menyembuhkan itu Allah SWT bukan dokter atau yang lainnya.
Selain itu pasien dilarang mencari penyembuhan atau berobat dengan cara
yang haram dan menyalahi akidah. Seperti dukun, dan benda-benda yang dianggap
keramat, karena hal ini bisa mendekati dosa besar yaitu syirik. Seperti yang terdapat
dalam surah Az-Zumar ayat 65.
ن الخا كت ليحبطن عل ولتكونن م آش لئ ن قبل ين م ل الليك وا
ا ين ولقد آوح س
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.57
57 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,2006),
465.
43
2. Ibadah
Setiap Muslim diwajibakn untuk selalu beribadah kepada Allah SWT, baik
diwaktu sehat maupun sakit, karena Allah SWT lah yang Maha Pemberi segala-
galanya, dengan beribadah kepada Allah SWT kita mengaharap perlindungan
darinya. Materi ibadah dapat berupa:
a. Sholat
Allah sangat menyayangi dan memudahkan umatnya untuk selalu
beribadah kepada-Nya, seperti ibadah sholat, kerena sholat merupakan ibadah
yang paling utama dilakukan oleh umat Islam. Seperti dalam firman Allah SWT
tentang sholat terdapat dalam surah Al- Baqarah ayat 185:
ن الهدى والفرقان فمن شهد زنات مز زلناس وبي ى ل يه القرآ ن هد ي آنزل ف شهر رمضان ال
هر نك الش بك اليس م م آخر يريد اللز ن آي ة مز د فليصمه ومن كن مريضا آو عل سفر فع
عل ما هداك ولعلك تشكرو وا اللز ة ولتكبز د ن ولا يريد بك العس ولتكلوا الع
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,
dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur”.58
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa Allah selalu memberikan kepada hambanya
kemudahan terutama berhubungan dengan ibadah. Oleh sebab itu tidak ada
alasan bagi hambanya untuk tidak bisa menunaikan ibadah kepada-Nya.
58 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,2006),
28.
44
Ketika dalam keadaan sakit banyak orang yang meninggalkan ibadah
terutama ibadah sholat dengan kebanyakan alasan misalnya sedang diinfus, tidak
boleh terkena air, tidak bisa berdiri, tidak bisa terlalu banyak bergerak, bahkan
banyak alasan yang yang lainnya. Di sinilah peran seorang rohaniawan
dibutuhkan, yaitu dapat mengajarkan bagaimana tatacara sholat ketika sakit,
sehingga saat sakitpun ibadah tetap terpenuhi.
Rohaniawan M Subli yang mengatakan bahwa:
[B]anyak pasien yang meninggalkan sholat ketika dalam keadaan sakit,
dengan alasan memakai infus, tidak bisa bergerak ke kamar mandi dan
dengan alasan yang lainnya, padahal kita tau bahwa semua keadaan itu tidak
menutup kemungkinan untuk tidak melaksanakan ibadah sholat, mungkin ada
diantara pasien yang memang tidak mengatahui bahwa sholat itu tidak hanya
dilakukan ketika berdiri saja namun dapat juga dilakukan dengan duduk,
baring atau sebagainya.59
Dalam observasi peneliti pada saat pelaksanaan bimbingan rohani Islam,
Rohaniawan menyampaikan Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang
bimbingan ibadah kepada pasien terutama tentang sholat yang terdapat dalam
al-Quran Surah Al- Baqarah ayat 238 yang berbunyi:
قانتين ز لاة الوسطى وقوموا لل لوات والص ظوا عل الص حاف
“Peliharalah semua sholat dan sholat wusta. Dan laksanakanlah sholat karena
Allah dengan khusyuk”.
Firman Allah SWT yang disampaikan oleh rohaniawan bertujuan untuk
memberikan pengetahuan kepada pasien bahwa sholat itu kewajiban bagi setiap
orang Islam, dan memerintahkan pasien untuk tetap menjaga sholatnya
walaupun dalam keadaaan sakit.60
Dalam pelaksanaan sholat, ada beberapa cara yang dapat dijelakan oleh
rohaniawan kepada pasien yaitu sebagai berikut:
1) Dalam mengajarkan pasien untuk sholat maka harus memperhatikan kondisi
kesehatan pasien, bila pasien masih dapat bergerak dengan normal,
59 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 17 Desember 2018,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis. 60 Observasi, Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi, 17 Desember 2018, Observasi Penulis.
45
sebaiknya pasien dianjurkan sholat dengan berdiri, bila tidak bisa sendiri
minta bantuan keluarga atau orang lain.
2) Jika pasien tidak dapat melakukan sholat dengan berdiri, lakukan sholat
sambil duduk, dengan tetap mengahadap kiblat kemudian tetap melakukan
takhbiratul ikhram seperti sholat biasa dan bacaan-bacaan surah seperti
biasanya, sedangkan untuk ruku’ dapat meletakkan tangan dilutut dan
membungkukkan badan sedikit jika memungkinkan dengan bacaan yang
tetap pada keadaan berdiri, kemudian untuk sujud sama seperti yang
dilakukan seperti biasanya.
3) Apabila pasien tidak mampu melakukan sholat dengan cara duduk,
dilakukan sholat dengan cara berbaring. Usahakan untuk tetap menghadap
kiblat, jika tidak bisa, dapat dilakukan sesuai kemampuan pasien, namun
masih dengn bacaan yang sama.
4) Jika pasien tidak mampu sholat dengan berbaring lakukanlah dengan
terlentang kearah kiblat, tahbiratul ikhram dengan gerakan gerakan lainnya
cukup dengan gerakan sederhana semampunya dengan posisi apa adanya,
seperti mengangkat tangan, anggukan kepala dan lain-lain.
5) Namun jika dengan berbaring juga tidak memungkinkan maka dapat
dilakukan dengan isyarat seperti cukup dengan mengedipkan mata sesuai
dengan gerakan-gerakan di dalam sholat, namun tetap membaca bacaan
didalam sholat.
6) Jika dengan isyarat juga tidak mampu, tetapi pikirannya masih bisa berfikir
dengan normal dan baik, maka pasien cukup melakukan sholat dalam hati.
Mungkin untuk gerakan tubuh tidak bisa digunakan lagi dan tidak berfungi
dengan baik namun kondisi masih berjalan dengan baik, namun bacaan
bacaan didalam sholat masih tetap dilakukan sebagaimana sholat biasanya.
Islam mengajarkan kemudahan bagi umat Islam umtuk melaksanakan
semua kewajibannya sebagai umat Muslim, diantaranya sholat yang merupakan
tiang agama bagi seorang Muslim, jadi dalam keadaan apapun seorang Muslim
harus tetap melaksanan kewajibannya namun dengaan keadaan yang berbeda.
46
Sebagaaiman Firman Allah yang dijelaskn dalam al Quran Surah Al-
Baqarah ayat 238
قانتين ز لاة الوسطى وقوموا لل لوات والص ظوا عل الص حاف
“Peliharalah semua sholat dan sholat wusta. Dan laksanakanlah sholat
karena Allah dengan khusyuk”.61
b. Do’a
Do’a adalah obat yang mujarab bagi orang sakit. Sering kita jumpai baik
di rumah sakit atau di tempat lainnya orang yang suka menderita sakit suka
merintih dan berkeluh kesah, jika hanya sebatas rasa sakit maka hal itu masih
diperbolehkan oleh ajaran Islam. Akan tetapi apabila rintihannya berlebihan atau
keluh kesahnya telah melampaui batas hal itu justru dilarang oleh agama Islam.
Ketika sakit kita dianjurkan untuk banyak berdo’a kepada Allah dan yakin
bahwa penyakit yang dideritanya hanya dari Allah SWT dan Allah SWT pulalah
yang akan menyembuhkannya.
Do’a dapat membantu seseorang merasakan ketenangan jiwa, ketentraman
dan kebahagiaan, karena do’a adalah ibadah yang merupakan penangkal yang
sangat ampuh untuk mengatasi berbagai gejala penyakit kejiwaan yang melanda,
doa memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa. Dengan permasalahan yang
menimpa diri, temukanlah nikmatnya berdoa ketika kita tidak sanggup untuk
menerima cobaan kepada Allah SWT. Seperti yang dikatakan oleh rohaniawan
bahwa: “[M]engadulah kepada Allah SWT, jangan putus berdoa insyaallah
Allah SWT mendengar semua yang kita minta”.62
Dalam observasi peneliti pada saat pelaksanaan bimbingan rohani Islam,
Rohaniawan memberikan bimbingan berupa do’a dan zikir yang menjelaskan
tentang pengabulan permohonan do’a bagi orang yang berdo’a kepada Allah
SWT, yang terdapat dalam Surah Al- Baqarah ayat 186:
61 Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahan, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2006), 39. 62 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2019,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
47
يبوا تج ذا دعان فليس اع ا يب دعوة الد نز قريب آج
ي عنز فا باد ذا سأل ع
ل وا
نوا ب لعلهم يرشدون وليؤم
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Firman Allah SWT yang disampaikan oleh rohaniawan berisi tentang
anjuran untuk berdo’a kepada Allah SWT dalam semua hal, mengadulah kepada
Allah ketika hati merasa susah, sehingga dengan berdo’a kita akan mendapatkan
ketenangan dan ketentraman serta harus yakin bahwa Allah SWT akan
mengabulkan do’a-do’a kita. .63
c. Zikir
Nabi Muhammad mengajarkan bahwa ketika sakit kita harus banyak
berdoa dan berzikir, ada berbagai macam zikir yang dianjurkan untuk orang
yang tertimpa rasa sakit, kesedihan dan kesulitan. Tujuan dari di bacakannya
zikir yaitu untuk memperolah kesucian diri dan jiwa sekaligus mengangkat
berbagai musibah dan bencana.
Bacaan zikir yang dianjurkan untuk dilafalkan berulang ulang adalah
sebagai berikut:
1) Maha Suci Allah
2) Allah Maha Besar
3) Tiada Tuhan Selain Allah
4) Aku Mohon Ampun Kepada Allah
d. Ikhlas
Manusia di ciptakan tidak lain diciptakan hanya untuk satu tujuan, yaitu
beribadah kepada Allah SWT. Beribadah kepada Allah SWT ada banyak
jenisnya, mulai dari ibadah wajib hingga ibadah sunah yang dapat digunakan
63 Observasi, Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi, 20 Februari 2019, Observasi Penulis.
48
untuk menambah amal kita di dunia. Akan tetapi beribadah yang diterima oleh
Allah SWT yang adalah ibadah yang dilakukan dengan ikhlas. Ikhlas dalam
beramal dan beribadah kepada Allah SWT.
Di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi, rohaniawan terus mengingatkan
pasien untuk menerima secara ikhlas keadaan dirinya yang diberikan cobaan
oleh Allah SWT berupa sakit, karena dengan ikhlas cobaan yang menimpa
dirinya akan lebih terasa nikmat tanpa terbebani. Seperti yang dikatakan oleh
rohaniawan M. Subli bahwa:
[S]aya terus mengingatkan pasien untuk menerima secara ikhlas atas musibah
yang menimpa dirinya, karena kita tau bahwa Allah SWT memberikan
cobaan itu tidak melebihi batas kemampuan hambanya, serahkan semua
kepada Allah SWT, insyaallah musibah yang menimpa diri kita tidak akan
terbebani karena kita menerima dengan ikhlas.
Seperti dalam firman Allah SWT dalam surah Al- An’am ayat 162-163
yang berbunyi:
ين .١٦٢ ربز العالم ز ن صلات ونسك ومحياي وممات لل قل ا
ل المسل .١٦٣ رت وآن آو آم ين لا شيك ل وبذل م
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (162). Tiada sekutu bagiNya; dan
demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah) (163)”.64
e. Sabar
Sabar adalah sesuatu yang sangat penting dalam ajaran Islam. Oleh karena
pentinya kedudukan sabar itulah, sabar dijadikan oleh Allah SWT sebagai suatu
sebab dari berbagai sebab atau faktor mendapatkan pertolongan dan
kebersamaan bersama Allah SWT. Begitu juga yang dilakukan oleh Rohaniawan
di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi.
Rohaniawan di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi selalu memberikan
penjelasan kepada pasien untuk selalu bersabar dalam mengahadapi cobaan dari
64 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006),
150.
49
Allah SWT, karena Allah menyukai orang-orang yang bersabar. Seperti yang di
jelaskan oleh rohaniawan M. Subli:
[S]akit itu ujian, dengan ujian harus bersabar, bertawakal untuk kesembuhan,
dan ikhtiarnya. Karena kita tau bahwa sakit ini datangnya dari Allah SWT
dan akan kembali kepada Allah SWT juga, sakit ini juga menggugurkan dosa-
dosa bagi orang yang menderitanya.65
Dalam observasi peneliti pada saat pelaksanaan bimbingan rohani Islam,
rohaniawan menyampaikan Firman Allah SWT dalam Surah Al- Baqarah ayat
153 tentang memelihara kesabaran pasien yang berbunyi:
ابرين مع الص ن اللزلاة ا ب والص لص ينوا ب تع ين آ منوا اس ا ال ي آيه
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu , sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Firman Allah SWT yang disampaikan oleh rohaniawan bertujuan untuk
menambah keimanan pasien dan memperkuat sesuatu yang disampaikan oleh
rohaniawan terhadap pasien, sehingga pasien bisa menerima apa yang
disampaikan oleh rohaniawan tersebut. 66
Dengan adanya bimbingan ini seharusnya pasien lebih bisa berfikir dan
bertawakal kepada Allah SWT, karena Allah SWT menyuruh kita untuk selalu
bersyukur kepada-Nya dalam segala keadaan. Bahkan dengan dilakukannya
bimbingan sholat, do’a, zikir dan lain sebagainya dapat membantu proses
penyembuhan pasien, karena dengan melalukan sholat dan berdoa, hati pasien akan
jauh merasa lebih tenang dan nyaman, sehingga ini sangat membantu untuk proses
penyembuhannya. Karena akan ada balasan bagi orang-orang muslim untuk
meninggalkan sholat, seperti yang terdapat dalam firman Allah SWT tentang
bahaya meninggalkan sholat terdapat dalam surah Al Mudatsir ayat 38-47 yang
berbunyi:
65 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 17 Desember 2018,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis. 66 Observasi, Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi, 17 Desember 2018, Observasi Penulis.
50
ينة ما كسبت ره ين .كه نفس ب اب اليم لا آصين عن . ف جنات يتساءلون . ا ما . المجرم
ن المصلزين . سلكك ف سقر سكين . قالوا لم نك م م الم ين . ولم نك نطع .وكنا نوض مع الخائض
ين يوم الدز ب ب . حت آتن اليقين . وكنا نكذز
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (38). kecuali
golongan kanan(39). berada di dalam syurga, mereka tanya menanya (40).
tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa (41). "Apakah yang memasukkan
kamu ke dalam Saqar (neraka)?"(42). Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat (43). dan kami tidak (pula)
memberi makan orang miskin (44). dan adalah kami membicarakan yang bathil,
bersama dengan orang-orang yang membicarakannya (45). dan adalah kami
mendustakan hari pembalasan (46). hingga datang kepada kami kematian"
(47).67
67 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,2006),
576.
51
BAB IV
EFEKTIVITAS PERAN, KENDALA DAN SOLUSI ROHANIAWAN
DALAM MEMBANTU PEMULIHAN BAGI PASIEN RAWAT INAP DI
RUMAH SAKIT ABDUL MANAP KOTA JAMBI
A. Mengukur Efektivitas Peran Rohaniawan dalam Membantu Pemulihan
bagi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Abdul Manap
Untuk mengukur efektivitas peran rohaniawan dalam membantu pemulihan
pasien di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi penulis menggunakan beberapa
alat ukur yaitu: kualitas, produktivitas, kesiagaan, efisiensi, stabilitas, semangat
kerja, kepuasan, tersedianya sarana dan prasarana, penyusunan program yang tepat,
sistem pengawasan dan pengendalian, yang dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Kualitas.
Kualitas mengacu pada kualitas kerja seseorang dalam bekerja, yang meliputi
pengetahuan dan keterampilan. Kualitas yang dimiliki oleh rohaniawan di Rumah
Sakit Abdul Manap Kota Jambi kurang memadai seperti, rohaniawan kurang
memiliki pengetahuan dibidang tersebut karena rohaniawan tidak pernah belajar
tentang hal bimbingan rohani. Begitu juga keterampilan yang dimiliki oleh
rohaniawan, rohaniawan kurang memiliki keterampilan tentang cara, teknik dalam
pelayanan bimbingan rohani terhadap pasien, rohaniawan bisa melakukan dan
memberikan bimbingan rohani kepada pasien dengan belajar secara mandiri dari
buku yang ada. Hal ini disampaikan oleh rohaniawan yang mengatakan bahwa:
[S]aya bekerja di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi ini tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan bimbingan rohani Islam.
Saya mendapatkan pengetahuan tentang bimbingan rohani hanya dari buku
pengetahuan, dari bukulah saya sedikit dapat mengetahui tentang cara dan teknik
dalam memberikan bimbingan rohani, karena selama kuliah saya tidak pernah
belajar sama sekali tentang bimbingan rohani Islam.68
68 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 24 Desember 2018,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
51
52
2. Produktivitas.
Produktivitas berarti kemampuan menghasilkan sesuatu, dan perbandingan
antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu. Setiap tahun
pasien meningkat namun tidak dengan rohaniawan yang tidak adanya penambahan
tenaga kerja. Rohaniawan di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi kekurangan
tenaga kerja, namun hal ini tidak menghambat proses pelayanan bimbingan rohani
Islam. Bimbingan rohani Islam cukup berjalan dengan baik dan hasil dari
bimbingan rohani ini tidak mengecewakan, bahkan rohaniawan mendapatkan
respon yang baik dari pasien. Seperti yang dijelaskan oleh rohaniawan M subli
bahwa: [W]alaupun tenaga kerja rohaniawan kurang, namun proses bimbingan
rohani tetap berjalan dengan baik dan tujuan bimbingan rohani dapat tercapai.69
Dengan waktu bimbingan yang tidak terlalu lama rohaniawan dapat melaksanakan
proses bimbingan rohani pada beberapa ruangan penyakit.
3. Kesiagaan.
Di rumah sakit Abdul Manap rohaniawan bertugas sesuai perintah dari atasan
dengan jadwal yang telah ditentukan. Namun diluar jadwal jika ada pasien yang
membutuhkan bimbingan rohani, rohaniawan dengan siap datang untuk
memberikan bimbingan rohani tersebut. Rohaniawan menggunakan sistem on call,
pelayanan ini dilakukan apabila ada pasien yang membutuhkan untuk diberikan
bimbingan rohani ataupun permintaan dari pasien sendiri. Seperti yang di jelaskan
oleh rohaniawan bahwa “[S]aya bekerja hanya berdasarkan jadwal yang dibuat,
namun terkadang bila ada pasien yang membutuhkan bimbingan rohani saya siap
untuk memberikan bimbingan rohani Islam tersebut”.70
Begitu juga seperti yang dijelaskan oleh satpam Supriyanto yang mengatakan
bahwa:
[B]apak ustad sangat bagus dalam bekerja, beliau cukup ramah kepada pasien,
pak ustad sering mendapatkan telpon dari perawat untuk memberikan bimbingan
69 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 24 Desember 2018,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis. 70 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 24 Desember 2018,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
53
kepada pasien, ataupun ada pasien atau jenazah yang perlu ditangani maka pak
ustad langsung datang untuk memberikan bantuannya tersebut.71
Dari pernyataan satpam Supriyanto dapat kita ketahui bahwa rohaniawan M
Subli sangat siaga dalam hal pemberian bimbingan rohani, karena jika ada pasien
ataupun jenazah yang perlu ditangani, maka rohaniawan dengan sigap
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
4. Efisiensi.
Efisiensi adalah suatu ukuran keberhasilan sebuah kegiatan yang dinilai
berdasarkan besarnya biaya atau sumber daya yang digunkan untuk mencapai hasil
yang diinginkan, dapat dikatakan efisien apabila ada perbaikan pada prosesnya,
seperti dapat menjadi lebih baik atau pembiayan lebih murah.
Di Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi bimbingan rohani Islam dari tahun
ketahun tidak ada perubahan dalam pelaksanaan bimbingan, yang terjadi adalah
bertambahnya pasien namun tidak pada rohaniawannya. Rohaniawannya hingga
saat ini hanya satu, tidak adanya penambahan tenaga kerja. Seperti yang dijelaskan
oleh rohaniawan M Subli bahwa:
[D]ari tahun ketahun tidak terjadi peningkatan, yang ada pasien bertambah
banyak sedangkan saya sendirian tidak adanya penambahan rohaniawan lainnya
ataupun asisiten saya, hal ini mungkin dikarenakan bimbingan rohani tidak
diaggap terlalu penting oleh pihak rumah sakit.72
Sedangkan dalam hal pembiayaan, bimbingan rohani tidak mengeluarkan
pembiayaan, hal ini dikarenakan pihak rumah sakit yang sulit untuk mengeluarkan
dana jika tidak adanya pembayaran yang terlalu besar. Seperti yang dikatakan
rohaniawan: “[P]ihak rumah sakit tidak mau mengeluarkan dana apabila dana yang
diminta itu terlalu kecil, jadi jika ada pembiayaan di dalam proses bimbingan
rohani, duit pribadi saya keluar”.73
71 Supriyanto, Satpam Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2019,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis. 72 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 15 Februari 2019,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis. 73 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 15 Februari 2019,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
54
Di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi tidak terdapat pembiayaan secara
rinci tentang pembiayaan pelaksanaan bimbingan rohani Jadi jika dalam proses
bimbingan rohani terjadi pembiayaan maka dana yang keluar hanya dari uang
pibadi rohaniawan. Dari penjelasan yang dikatakan oleh rohaniawan M Subli,
beliau digaji berdasarkan tunjangan setiap pasien yang menerima bimbingan
rohani, sedangkan pihak rumah sakit hanya memberikan gaji untuk kepengurusan
jenazah.
[D]i rumah sakit ini khususnya dalam proses bimbingan rohani tidak adanya
tunjangan dari rumah sakit, yang ada setiap pasien membayar ketika adanya
proses bimbingan rohani, jadi saya di gaji hanya dari pasien nya bukan dari pihak
rumah sakitnya. Pihak rumah sakit hanya membayar untuk urusan kepengurusan
jenazah, bukan untuk bimbingan rohaninya.74
Walaupun tidak adanya penambahan tenaga kerja dan tidak adanya
pendanaan di dalam proses pemberian bimbingan rohani, namun layanan
bimbingan rohani Islam berjalan dengan baik dan lancar, dan semua urusan dapat
terselesaikan.
5. Stabilitas.
Stabilitas berkaitan dengan pemeliharaan struktur, fungsi, dan sumber daya.
Sedangkan di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi bimbingan rohani Islam tidak
memiliki struktur organisasi, baik yang termasuk dalam struktur organisasi rumah
sakit ataupun struktur organisasi tersendiri. Bimbingan rohani merupakan
pelayanan rumah sakit yang berjalan dengan semestinya tetapi tidak tercatat
sebagai bagian rumah sakit. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan bahwa
betapa pentingnya bimbingan rohani Islam bagi kesehatan pasien sehingga
bimbingan rohani di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi sedikit terabaikan. Hal
ini diketahui dari rohaniawan rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi yang
mengatakan bahwa:
[R]ohaniawan tidak tercatat sebagai salah satu bagian dari rumah sakit
dikarenakan bimbingan rohani tidak termasuk dalam struktur organisasi rumah
sakit, seharusnya rohaniawan masuk ke dalam struktur organisasi karena
rohaniawan bisa dikatakan sama seperti dokter, yang sama-sama mengobati
74 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 24 Desember 2018,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
55
pasien ketika sakit, bedanya dokter mengobati sakit fisik sedangkan rohaniawan
mengobati sakit psikisnya pasien.75
6. Semangat kerja.
Semangat kerja dapat dilihat dari kehadiran, kedisiplinan, ketepatan waktu
menyelesaikan pekerjaan, gairah kerja dan tanggung jawab. Rohaniawan di rumah
sakit Abdul Manap Kota Jambi memiliki semangat kerja yang yang cukup baik,
yang dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari ketika rohaniawan melaksanakan proses
bimbingan, rohaniawan cukup disiplin dalam melakukan sesuatu dan tepat waktu
jika ada kegiatan yang dilakukan di rumah sakit dan saat porses ketika akan
melakukan bimbingan rohani. Hal ini dapat diketahui Fitri Kasubag Humas yang
menyatakan bahwa:
[P]ak ustad itu orang nya disiplin, contohnya saja jika ada kegiatan di rumah
sakit beliau datang tepat waktu, dan ketika ada pasien yang meminta untuk
diberikan bimbingan rohani, walaupun pak ustad masih berada diluar rumah
sakit, beliau langsung menuju rumah sakit untuk memberikan bimbingan
tersebut kepada pasien.76
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa rohaniawan M Subli memiliki
semangat kerja yang bagus, seperti kehadiran, kedisiplinan dan ketepatan waktu
dalam bekerja.
7. Kepuasan.
Bimbingan rohani yang dilakukan oleh rohaniawan di rumah sakit Abdul
Manap Kota Jambi berjalan sesuai yang diharapkan, dengan pengetahuan yang
minim namun dapat membantu banyak orang dalam menyelesaikan
permasalahannya dan dapat membantu pasien untuk terus berusaha dan tidak
berputus asa dengan apa yang menimpa dirinya. Kebanyakan respon dari pasien
dengan adanya bimbingan rohani yang diberikan sangat membantu diri pasien itu
sendiri ataupun pihak keluarga pasien.
Bimbingan rohani hanya berdampak bagi pasien, keluarga pasien dan orang-
orang disekitar pasien. Banyak pasien dan keluarga pasien yang merasa termotivasi
75 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 24 Desember 2018,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis. 76 Fitri, Kasubag Humas Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2019,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
56
dan memiliki semangat setelah mendapatkan bimbingan. Pasien akan merasa lega
dan lebih memiliki semangat untuk sembuh dari penyakit yang dideritanya, namun
ada juga respon pasien yang kurang bagus terhadap rohaniawan. Sedangkan
tanggapan dari keluarga pasien terhadap bimbingan rohani yang diberikan cukup
baik hal ini dilihat dari adanya respon balik dari keluarga pasien atas bimbingan
yang diberikan.77
Seperti yang dikatakan oleh pasien yang bernama ibu Asnawati pasien
penyakit jantung yang mengatakan bahwa:
[A]lhamdulillah dengan pengarahan yang bapak ustad berikan, saya dapat
mengetahui cara beribadah ketika sakit. Saya hanya takut ketika saya sakit saya
merasa tidak bisa beribadah dengan maksimal, karena untuk berjalan ke kamar
mandi saja susah, ternyata setelah mendengar pengarahan dari bapak ustad tadi
saya sedikit mengetahuinya.78
Begitu juga dengan yang ibu Mariana katakan, beliau mengatakan bahwa:
[D]engan bimbingan rohani yang diberikan oleh ustad tadi, saya sebagai pasien
di rumah sakit ini merasa diperhatikan dengan keadaan kesehatan saya, ustad
juga memberikan pengarahan dan motivasi dengan suasana yang tenang dan bisa
membawa suasana untuk orang yang sedang sakit.79
Dari beberapa tanggapan pasien, layanan bimbingan rohani mendapatkan
respon yang cukup baik, hal ini diambil dari sebagian sample yang diambil oleh
peneliti. Tanggapan yang di dapat dari pasien mengenani bimbingan yang diberikan
mendapatkan hasil yang cukup positif.80
Mereka sangat terbuka dan senang dengan adanya kunjungan dari
pembimbing rohani untuk memberikan pengutan-penguatan spiritual. Mereka
mengaku bahwa pelayanan ini perlu diteruskan dan dioptimalkan supaya setiap
pasien dapat diberikan bimbingan dengan efektif, layanan ini cukup membantu
pasien terutama dalam hal beribadah.
77 Observasi, Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi, 20 Februari 2019, Observasi Penulis. 78 Asnawati, Pasien Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2019, Kecamatan
Kota Baru Jambi, Catatan Penulis. 79 Mariana, Pasien Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2019, Kecamatan
Kota Baru Jambi, Catatan Penulis. 80 Observasi, Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi, 20 Februari 2019, Observasi Penulis.
57
8. Tersedianya sarana dan prasarana.
Proses pelaksanaan bimbingan rohani Islam di Rumah Sakit Abdul Manap
Kota Jambi, tidak banyak yang membutuhkan alat ataupun sarana dan prasarana
untuk proses berlangsungnya bimbingan. Hal ini dikarenakan metode yang
digunakan rohaniawan dalam memberikan hanya berupa metode ceramah yang
bermodalkan suara, dan materi yang akan disampaikan, sarana yang dibutuhkan
hanya sebagian kecil seperti buku dan pena.81
Begitu juga halnya dengan yang dikatakan oleh rohaniawan bahwa: “[D]i
dalam proses layanan bimbingan rohani, saya tidak membutuhkan alat apapun,
yang jelasnya ada pasiennya, ruangan pasien, adanya saya, insyaallah proses
bimbingan rohani dapat dilaksanakan”.82
9. Penyusunan program yang tepat.
Di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi, rohaniawan tidak memiliki
program-program tertentu dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dilakukan karena
bimbingan rohani tidak termsuk dalam struktur organisasi rumah sakit dan
dianggap tidak terlalu penting serta tidak terlalu diperhatikan oleh pihak rumah
sakit. Jadi dikarenakan tidak adanya program-program yang harus dipenuhi maka
peerjaan yang dilakukan hanya sebagai formalitas dan tanggung jawab rohaniawan
untuk membantu sesama Muslim.
Seperti yang dijelaskan oleh rohaniawan bahwa:
[S]aya tidak memiliki program kerja yang jelas, yang penting ketika tiba jadwal
saya untuk memberikan bimbingan rohani, maka saya masuk untuk memberikan
bimbingan tersebut, dan saya yang telah bekerja di rumah sakit ini bertahun-
tahun tidak pernah ada namanya program, perencanaan kerja ataupun visi misi
dalam bekerja.
Jadi proses bimbingan rohani Islam di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi
ini berjalan tanpa adanya program-program untuk mencapai tujuan dari bimbingan
rohani tersebut.
81 Observasi, Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi, 20 Februari 2019, Observasi Penulis. 82 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 24 Desember 2018,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
58
10. Sistem pengawasan dan pengendalian.
Bimbingan rohani Islam merupakan bagian dari rumah sakit Abdul Manap
Kota Jambi yang mana rohaniawan menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai
rohaniawan yang diperintahkan oleh atasan atau direktur rumah sakit Abdul Manap
Kota Jambi. Namun pihak rumah sakit tidak pernah mengadakan pengontrolan
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh rohaniawan tersebut. Seperti yang
dikatakan oleh rohaniawan M subli.
[S]elama ini pihak atasan atau rumah sakit ini tidak pernah turun untuk melihat
proses bimbingan rohani Islam yang saya lakukan dan tidak pernah adanya
evaluasi dari pekerjaan yang saya lakukan, bahkan untuk menanyakan apakah
bimbingan berjalan dengan lancar atau tidak pun tidak pernah, semuanya
terserah saya, sehingga saya memberikan bimbingan rohani ini sesuka hati saya
ketika saya mau masuk saya masuk jika tidak saya tidak masuk.83
Dari beberapa poin di atas, terkait dengan efektifitas peran rohaniawan dalam
membantu pemulihan pasien rawat inap di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi
dapat dilihat pada table berikut:
No Standar Efektivitas Keefektifan
1. Kualitas Kurang Efektif
2. Produktivitas Cukup Efektif
3. Kesiagaan Sangat Efektif
4. Efisiensi Tidak Efektif
5. Stabilitas Tidak Efektif
6. Semangat Kerja Efektif
7. Kepuasan Cukup Efektif
8. Tersedianya Sarana dan Prasarana Kurang Efektif
9. Penyusunan Program yang Tepat Tidak Efektif
10. Sistem Pengawasan dan Pengendalian Tidak Efektif
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa efektifitas peran rohaniawan dalam
membantu pemulihan pasien rawat inap di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi
dapat dikatakan Tidak Efektif yang diukur bedasarkan standar efektifitas.
83 M. Subli, Rohaniawan Rumah Sakit, Wawancara dengan Penulis, 20 Februari 2019,
Kecamatan Kota Baru Jambi, Catatan Penulis.
59
B. Kendala dan solusi Rohaniawan dalam Pelaksanaan Bimbingan Rohani di
Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi
Pelaksanaan bimbingan rohani Islam pada pasien tidak selalu berjalan dengan
baik dan lancar, namun ada beberapa faktor penghambat yang menyebabkan
pelaksanaan bimbingan rohani ini kurang maksimal, terdapat beberapa kendala
yang dihadapi oleh rohaniawan dalam pelaksanaan bimbingan rohani Islam
diantaranya.
1. Kurangnya tenaga kerja.
Tenaga rohaniawan yang kurang adalah salah satu penghambat
pelaksanaan, dikarenakan dalam setiap ruangan ada beberapa pasien yang tidak
mendapatkan layanan bimbingan rohani Islam, dan waktu proses bimbingan
hanya berlangsung sekitar 5-10 menit setiap pasien. Walaupun hal ini bukan
menjadi faktor utama penyebab kurangnya pelaksanaan, namun perlu ditinjau
ulang agar rohaniawan dapat memberikan bimbingan dengan cukup
professional. Dengan tenaga kerja yang kurang rohaniawan harus bekerja lebih
lama, pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh banyak orang harus dikerjakan
sendiri.
2. Fasilitas.
Fasilitas yang kurang memadai untuk dilaksanakan bimbingan rohani
Islam menjadi salah satu penghambat, seperti buku panduan ibadah orang yang
sakit seharusnya diberikan kepada setiap pasien sebagai media penunjang
pelayanan. Dengan fasilitas sarana dan prasarana yang kurang hal yang dapat
dilakukan oleh rohaniawan yaitu dengan memanfaatkan semaksimal mungkin
fasilitas yang disediakan dan tersedia di rumah sakit.
3. Pengetahuan rohaniawan yang minim.
Rohaniawan sebagai orang yang memberikan bimbingan rohani Islam
kepada pasien seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup
untuk memberikan pengetahuan tentang rohani Islam, sehingga bimbingan yang
diberikan tepat dan akurat serta untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian
materi. Dengan pengetahuan rohaniawan yang minim, rohaniawan harus lebih
60
banyak membaca buku dan mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan layanan
bimbingan rohani Islam.
4. Masyarakat yang kurang mengerti tentang bimbingan rohani Islam
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya bimbingan rohani
Islam juga merupakan salah satu kendala yang harus dihadapi oleh rohaniawan.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bimbingan rohani membuat
rohaniawan harus menjelaskan secara detail dan perlahan peran seorang
rohaniawan, jika pasien tidak tahu tentang bimbingan rohani Islam akan sedikit
rumit untuk mengerti apa yang disampaikan oleh rohaniawan tersebut.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian skripsi yang berjudul Efektivitas Peran Rohaniawan
dalam Membantu Pemulihan bagi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Daerah H. Abdul Manap Kota Jambi, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pelayanan bimbingan rohani Islam bagi pasien rawat inap di rumah sakit
Abdul Manap Kota Jambi dilakukan dengan tahapan-tahapan yang biasa
dilakukan oleh seorang pembimbing. Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan atau
kegiatan bimbingan rohani Islam bagi pasien rawat inap di rumah sakit Abdul
Manap Kota Jambi yaitu: pertama, tahap pra pelayanan bimbingan rohani Islam,
yang dilakukan yaitu memeriksa keadaan diri rohaniawan sendiri dan keadaan
sekeliling ruangan. Kedua, tahap proses pelayanan bimbingan rohani Islam yaitu
(1) mengucapkan salam, (2) memperkenalkan diri rohaniawan kepada pasien,
(3) menanyakan keluhan yang diderita pasien, (4) menanyakan keadaan pasien,
(5) memberikan nasehat-nasehat serta motivasi-motivasi kepada pasien untuk
kesembuhan pasien, (6) berikan sentuhan-sentuhan tangan sebagai rasa empati,
(7) menanyakan tanggapan kepada pasien jika ada yang ingin ditanyakan pasien,
(8) jika sudah selesai rohaniawan berpamitan dan mengucapkan salam untuk
berpindah memberikan bimbingan kepasien lainnya. Proses bimbingan
berlangsung selama 5-10 menit setiap pasien.
2. Mengukur efektivitas menggunakan sepuluh indikator, dari sepuluh indikator
tersebut hanya beberapa indikator yang terpenuhi diantaranya: kesiagaan,
semangat kerja, dan kepuasan selebihnya tidak terpenuhi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa efektivitas peran rohaniawan dalam membantu pemulihan
pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Manap Kota Jambi
dapat dikatakan TIDAK EFEKTIF. Hal ini dikarenakan ada beberapa kategori
yang tidak dapat dipenuhi oleh rohaniawan dan banyaknya kekurangan yang
terjadi dalam proses pelaksanaan bimbingan rohani Islam diantaranya:
kurangnya kualitas rohaniawan yang meliputi pengetahuan dan keterampilan,
62
produktivitas yang kurang, tidak adanya stabilitas dalam bekerja, keterbatasan
sarana dan prasarana, tidak adanya penyusunan program yang tepat serta tidak
adanya sistem pengawasan dan pengendalian dari pihak rumah sakit.
Kendala dan solusi Rohaniawan dalam Pelaksanaan Bimbingan Rohani di
rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi yang dapat mengganggu pelaksanaan
bimbingan rohani di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi adalah sebagai
berikut: pertama, Kurangnya tenaga kerja, Dengan tenaga kerja yang kurang
rohaniawan harus bekerja lebih lama, pekerjaan yang seharusnya dikerjakan
oleh banyak orang harus dikerjakan sendiri. Kedua, Fasilitas yang kurang
memadai untuk dilaksanakan bimbingan rohani Islam, Dengan fasilitas sarana
dan prasarana yang kurang hal yang dapat dilakukan oleh rohaniawan yaitu
dengan memanfaatkan semaksimal mungkin fasilitas yang disediakan dan
tersedia di rumah sakit. Ketiga, Pengetahuan rohaniawan yang minim, Dengan
pengetahuan rohaniawan yang minim, rohaniawan harus lebih banyak membaca
buku dan mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan layanan bimbingan rohani
Islam. Keempat, Masyarakat yang kurang mengerti tentang bimbingan rohani
Islam, Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bimbingan rohani membuat
rohaniawan harus menjelaskan secara detail dan perlahan peran seorang
rohaniawan, jika pasien tidak tahu tentang bimbingan rohani Islam akan sedikit
rumit untuk mengerti apa yang disampaikan oleh rohaniawan tersebut.
B. Implikasi Penelitian
Penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas peran rohaniawan dalam
membantu proses pemulihan bagi pasien rawat inap di rumah sakit umum dareh H.
Abdul Manap Kota Jambi merupakan penelitian yang mengukur seberapa efektif
peran rohaniawan bagi pasien dalam membantu proses penyembuhan.
Berdasarkan hasil penelitian, saran-saran yang dapat peneliti sampaikan
adalah sebagai berikut:
1. Untuk Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Penelitian tentang efektivitas peran rohaniawan dalam membantu pemulihan
pasien rawat inap di rumah sakit Abdul Manap Kota Jambi merupakan bagian dari
63
penelitian studi bimbingan penyuluhan Islam yang membahas tentang ilmu
kerohanian. Dengan dilakukannya penelitian tentang bimbingan rohani Islam ini
dapat menambah pengetahuan untuk mahasiswa bimbingan penyuluhan Islam
maupun bagi pihak yang membacanya. Bimbingan rohani tidak hanya dapat
dilakukan di rumah sakit saja namun dapat juga dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya memberikan semangat kepada sesama ketika lagi sakit secara tidak
langsung kita sudah memberikan bimbingan rohani Islam walaupun tidak
terstruktur seperti lembaga pada umumnya.
2. Untuk Pihak Rohaniawan
a. Rohaniawan perlu untuk menambah dan meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan agar layanan yang diberikan lebih berkualitas.
b. Perlu adanya penambahan tenaga kerja agar tidak terfokus pada satu
rohaniawan dan pelayanan bimbingan rohani bisa berjalan lebih maksimal.
c. Lebih meningatkan pelayanan bimbingan rohani, seperti penambahan
metode bimbingan misalnya dengan menggunakan selebaran atau buku
tentang doa-doa dan zikir.
d. Sekali kali melakukan pelayanan bimbingan rohani di luar ruangan agar
pasien tidak merasa bosan.
3. Untuk Pihak Rumah Sakit Abdul Manap
a. Menambah tenaga kerja khusunya rohaniawan agar pelaksanaan bimbingan
rohani Islam bisa berlangsung dengan baik dan teratur.
b. Memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan serta melengkapi
fasilitas yang dibutuhkn oleh pegawai rumah sakit terutama rohaniawan.
Lebih menanamkan nilai-nilai agama Islam di lingkungan rumah sakit.
c. Memasukkan pelayanan bimbingan rohani Islam ke dalam struktur
organisasi rumah sakit, agar bimbingan rohani lebih berjalan dan terstruktur.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arifin,Isep Zainal Bimbingan Penyuluhan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005).
Azwar, Saefuddin Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998).
Bungin,Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Public, (Jakarta: Kencana, 2005).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005).
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Maghfirah
Pustaka,2006).
Effendi, Irmansyah Teknik Efektif untuk Meningkatkan Kesadaran dan Energy
Spiritual (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2001).
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006).
Hadi, Sutrisno Metode Research Jilid 2 (Yogyakarta: Andi Offset. 1989).
Hambali,Muhammad Bin Muhammad Al Manjabi Al Hiburan bagi Orang yang
Tertimpa Musibah (Jakarta: Darul Haq. 2001).
Hidayat, Bahril. Psikologi Islam. (Riau: UIN Sultan Syarif Kasim, 2014)
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013).
Narbuko, Cholid dan Chmadi, Metedologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Asdi
Mahasatya. 2009).
Sevila, Consuelo Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: UI Pers, 2000).
Suharsini dan Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2012).
The New Oxford Illustrated Dictionary, (Oxford University Press, 1982), 1466.
Thabrany, Hasbullah Pendanaan Kesehatan dan Alternative Mobilisasi Dana
Kesehatan di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005).
Widodo et. Al., Kamus Ilmiah Popular dilengkapi EYD dan Pembentukan Istilah
(Yogyakarta: Absolut, 2002).
SKRIPSI, DAN TESIS
Aeni,Nurul “Studi Komparatif Model Bimbingan Rohani dalam Memotivasi
Kesembuhan Pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit
Mardi Rahayu Kudus”, Skripsi (Semarang: IAIN Walisongo Semarang,
2008).
Anjaryani, Wike Diah “Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Perwat
di RSUD Tugurejo Semarang”, Tesis, (Semarang: Universitas Diponegoro,
2009), 18.
Hasanah, Nur “Peran Petugas Bimbingan Rohani Islam bagi Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit H. Abdul Manap Kota Jambi”, Skripsi (jambi: UIN STS Jambi,
2015).
Kaporina, Ina “Metode Konseling dalam Proses Pemulihan pada Pasien Gangguan
Jiwa di Panti Rehabilitasi Wisma Ataraxis Desa Fajar Baru Kecamatan Jati
Agunf Lampung Selatan”, Skripsi (Lampung: UIN Raden Intan Lampung,
2017).
Limbong,Judianto “Pengembangan System Informasi Rawat Inap Pelayanan
Penyakit dalam Guna Mendukung Keputusan Manajemen Pelayanan di
RSUD Dr H Soemarno Sosroadmojo Bulungan Kalimatan Timur”, Tesis.
(Kalimantan: Universitas Diponegoro, 2010).
Mulya. Yunendra Bangun “Metode Bimbingan Rohani dalam Upaya Membentuk
Sikap Religiusitas Lanjut Usia dalam Persiapan Kematian di Pondok
Pesantren Darud Dzikri Surakarta”, Skripsi (Surakarta: IAIN Surakarta,
2017).
Rostanti.Rifki “Agama dan Implikasinya Terhadap Kesembuhan Pasien (Studi
Kasus Bimbingan Rohani di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sruweng
Kebumen)”, Skripsi (Sruweng: UIN Sunan Kalijaga. 2016).
Suryanti.Anie “Bimbingan Rohani Islam bagi Pasien Rawat Inap di Ruang ICU
RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga”, Skripsi (Purbalingga:
IAIN Purwokwrto. 2016).
Wardana. Aditya Kusuma “Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam bagi Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (Analisis
Bimbingan Konseling Islam)”, Skripsi (Semarang: UIN Walisongo. 2016).
Yuliproyono, Nurkohlis Bambang “Pelaksanaan Bimbingan Rohani terhadap
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Harapan Ibu Purbalingga”, Skripsi
(Purbalingga: IAIN Purwokerto, 2017).
JURNAL
Hadi, Sumasno “Pemeriksaan Keansahan Data Penelitian Kualitatif pada Skripsi”,
Jurnal Ilmu Pendidikan, 22 No 1 (2016).
Listiyono,Risky Agustian “Studi Deskriptif Tentang Kualitas Pelaynan di Rumah
Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi
Rumah Sakit Tipe B, Kebijakan dan Manajemen Public”. 1 No 1 (2015).
Machfiroh, Asfriqi “Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan di Kota Palu”, E-Jurnal Katalogis, 3, No 2 (2015).
Sumenge,Ariel S. “Analisis Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran
Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Minahasa
Selatan”, Jurnal EMBA, 1, No. 3 (2013).
Subandi, “Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode dalam Penelitian
Pertunjukkan”, Harmonia, 11 No 2, (2011).
JADWAL PENELITIAN.
No Kegiatan
2018
Oktober novembr desmber januari februari maret april
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Penulisan Draf
Proposal x x
2. Konsultasi
Dengan Ka.
Jur/Prodi &
Lainnya Untuk
Fokus
Penelitian
x
3. Revisi Draf
Proposal x
4. Proses Seminar
Proposal x
5. Revisi Draf
Proposal
Setelah
Seminar
x
6. Konsultasi
Dengan
Pembimbing
x
7. Koleksi Data x x x x x
8. Analisa Dan
Penulisan Draf
Awal Skripsi
x x x
9. Draf Awal
Dibaca
Pembimbing
x
10. Revisi Draf
Awal x x
11. Penulisan Draf
Dua x x x x
12. Draf Dua
Dibaca
Pembimbing
X
13. Revisi Draf
Dua x
14. Draf Dua
Revisi Dibaca
Pembimbing
x
15. Penulisan Draf
Akhir x x x
16. Draf Akhir
Dibaca
Pembimbing
x
17. Ujian
Munaqashah x
18. Revisi Skripsi
Setelah Ujian
Munaqashah
x x
19. Penggandaan
Laporan X
20. Mengikuti
Wisuda
X
Catatan : Jadwal Berubah Sesuai Waktu
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
SKRIPSI
EFEKTIVITAS PERAN ROHANIAWAN DALAM MEMBANTU
PEMULIHAN PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT ABDUL MANAP KOTA JAMBI
No Jenis Data Metode Sumber Data
1. Historis dan Letak
Geografis Rumah Sakit
Abdul manap Kota Jambi.
- Observasi
- Dokumentasi
- Setting
- Dokumen Geografis
2. Visi dan Misi Rumah Sakit
Abdul Manap Kota Jambi.
- Dokumentasi - Dokumen Visi dan
Misi Rumah Sakit
Abdul Manap
3. Struktur Organisasi Rumah
Sakit Abdul Manap Kota
Jambi
- Dokumentasi
- Dokumen Rumah
Sakit Abdul Manap.
4. Sarana dan Prasarana
Rumah Sakit Abdul Manap
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
- Keadaan Sarana dan
Prasarana.
- Dokumen Sarana dan
Prasarana
5. Pelaksanaan Bimbingan
rohani di rumah sakit Abdul
Manap
- Wawancara
- Observasi
- Wawancara dengan
rohaniawan
- Cara pelaksanaan
bimbingan
6. Peran rohaniawan - Wawancara
- observasi
- wawancara dengan
rohaniawan
- observasi kegiatan
rohaniawan
7. Keefektifan peran
rohaniawan
- wawancara
- observasi
- wawancara dengan
rohaniawan
- observasi semua yang
menyangkut tentang
peran rohaniawan
1. Panduan Observasi
No. Jenis Data Objek Observasi
1. Letak Geografis Rumah sakit
Abdul Manap
- Keadaan Letak Geografis
2. Sarana dan Prasarana. - Sarana dan Prasarana yang
Tersedia Seperti: Kelengkapan
Fasilitas Ruangan
Rohaniawaan serta keperluan
bimbingan
3. Pelaksanaan bimbingan rohani di
rumah sakit
- Proses pelaksanaan bimbingan
rohani
- Situasi ruangan pasien
2. Panduan Dokumentasi
No. Jenis Data Data Dokumentasi
1. Historis dan Geografis Rumah
Sakit Abdul Manap
- Data Dokumentasi Tentang
Historis dan Geografis.
2. Struktur Organisasi Rumah Sakit
Abdul Manap
- Data Dokumentasi Tentang
Struktur Organisasi.
3. Struktur bimbingan rohani - Data Dokumentasi Tentang
struktur bimbingan rohani
4. Pelaksanaan Bimbingan Rohani - Data Dokumentasi saat
melaksanakan Bimbingan
Rohani
5. Visi, misi dan motto - Dokumen visi dan misi
Rumah sakit
3. Butir-Butir Wawancara
No. Jenis Data Sumber Data & Substansi
Wawancara
1. Historis dan Geografis Rumah
sakit Abdul Manap
- Staff rumah sakit
- Bagaimana Sejarah Berdirinya
rumah sakit Abdul Manap
Kota Jambi?
- Bagaimana Perkembangannya
rumah sakit hingga saat ini?
- Bagaimana Letak Geografis
Rumah Sakit Abdul Manap?
2. Peran rohaniawan - Rohaniawan
- Apa saja peran rohaniawan di
rumah sakit Abdul Manap?
- Apa tujuan dilaksanakannya
bimbingan rohani Islam di
rumah sakit Abdul Manap?
-
3. Pelaksanaan Bimbingan Rohani
Pasien Rumah Sakit Abdul Manap
- Rohaniawan
- Bagaimana metode
Bimbingan rohani yang
berlangsung di rumah sakit
Abdul Manap?
- Bagaimana Proses
pelaksanaan bimbingan rohani
di rumah sakit Abdul Manap?
- Berapa kali bimbingan rohani
diberikan kepada pasien?
- Materi apa yang diberikan
ketika bimbingan?
4. Keefektifan peran rohaniawan di
rumah sakit Abdul Manap Kota
Jambi
- Sarana apa saja yang
dibutuhkan dalam proses
pemberian layanan bimbingan
rohani Islam?
-
DOKUMENTASI
FOTO RUMAH SAKIT H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI
FOTO KETIKA WAWANCARA DENGAN ROHANIAWAN
FOTO KETIKA PROSES BIMBINGAN ROHANI ISLAM BERLANGSUNG
RUANGAN JENAZAH
SURAT TUGAS ROHANIAWAN
JADWAL BIMBINGAN ROHANI ISLAM
CURRICULUM VITAE
A. INFORMASI DIRI
Nama : Lili Yudeliani
Tempat & Tgl Lahir : Jambi 29 Juli 1997
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Sahabat Quran Center Jl. Sunan Gunung Jati
Simpang Hutan Kota. Kel. Kenali Asam Bawah Kec.
Kota Baru Kab. Kota Jambi Prov. Jambi
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 UIN STS Jambi : 2019
MAN Bangko : 2015
MTs N Bangko : 2012
SD 211/IV Bangko : 2009
C. PENGHARGAAN AKADEMIS
1. Juara 1 Muslimah Mode Ma’had Al-jamiah
2. Juara 3 Catur Ma’had Al-jamiah
D. RIWAYAT ORGANISASI/ PEKERJAAN
Mengajar Bimbel di Sahabat Quran Center