Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPENUMBER HEAD TOGETHER DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung
T.P. 2015/2016)
(Skripsi)
Oleh
NI LUH EKA DARMA YANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPENUMBER HEAD TOGETHER DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar
Lampung Pelajaran 2015/ 2016)
Oleh
NI LUH EKA DARMA YANTI
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk
mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri
20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari delapan kelas
dengan sampel kelas VIII E dan VIII H yang dipilih menggunakan teknik
Purposive Sampling. Desain yang digunakan adalah posttest only control design.
Data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa diperoleh dari tes yang
berbentuk uraian. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together efektif ditinjau dari
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa .
Kata Kunci: Efektivitas, Pemahaman Konsep, Numbered Head Together
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPENUMBER HEAD TOGETHER DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung)
T.P. 2015/2016)
Oleh
Ni Luh Eka Darma Yanti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Way Kanan, Kecamatan Banjit tepatnya di Desa
Bali Sadhar Utara pada tanggal 18 Oktober 1993. Penulis adalah anak pertama
dari lima bersaudara pasangan Bapak I Ketut Pondal Artana dan Ibu Ni Kadek
Vitayani.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 4 Bali Sadhar Tengah pada
tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Banjit pada tahun
2008, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Banjit pada tahun 2011.
Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui
jalur Tes Ujian Mandiri dengan mengambil program studi Pendidikan
Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Terintegrasi (KKN-KT) pada tahun
2015 di Pekon Pesanguan, Kecamatan Pematang Sawa, Kabupaten Tanggamus
sekaligus melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri
Satu Atap 1 Pematang Sawa.
MOTTO
“Proses Tak Akan Pernah Menghianati Hasil, Terus
Berusaha dan Berdoa”
“YES, I CAN”
(Ni Luh Eka Darma Yanti)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap Astungkara Wara Nugraha atas asungkerthawara nugraha yang telah diberikan Ida Sang Hyang Widhi Wasa(Brahman), ku persembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan
cinta kasihku kepada:
Bapak (I Ketut Pondal Arthana) dan ibu (Ni Kadek Vitayani)tercinta yang senantiasa ada bersamaku untuk mencintai,membesarkan dengan kasih sayang, sebuah kebanggaan,
merawat, mendidik, memelukku dengan kehangatan dan do’a disetiap waktu tanpa lelah dan penuh keikhlasan.
Adik-adikku (Ni Made Nia L.K,, Ni Komang Tria Nila, Ni KetutCantik Narayani, dan I Gede Bagus Narayana) tercinta yang
senantiasa memberikan do’a, perhatian, kasih sayang,pertolongan, dan juga pertikaian yang senantiasa ku rindukan.
Pamanku I Nengah Pugeg dan I Nengah Ariasa yang selalumemberikan kasih sayang, dukungan moral dan material.
Para pendidik yang telah mendidik, membina, dan memberikanilmu dengan tulus dan sabar.
Dosen pembimbing Dr. Caswita, M.Si.,Drs. M. Coesamin, M.Pd., Dr. Tina Yuniar, M.Si. yang telah
membimbing dengan tulus dan sabar.
Teman-teman seperjuangan KKN-KT ku (Kadek Suriani, Netika,Tika, Vany, Winda, Faradillah, Rohim, Lukman) yang senantiasa
memberi dukungan dan perhatian
Sahabat Tercinta The Mrezeet (Kak Agus, Duta, De Adi, Kak AyuAstiti, Kak Ayu Arini, Nengah Dwi, Made Putri, Luh Gita, Made
Nanda, Putu Ika (dudu), Panca (jegeg), dan Komang Dewi),keluarga, sahabat dan orang-orang sekitarku yang selalu
mendoakan kebahagiaan dan mendukung serta mengharapkankeberhasilanku
Almamater tercinta.
SANWACANA
Astungkara, puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Brahman) yang
telah melimpahkan kesehatan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung
T.P. 2015/2016)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu dan bapakku tercinta serta adik-adikku tercinta yang selalu mendo’akan,
memberikan motivasi, dan perhatian tanpa lelah.
2. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan motivasi kepada penulis sehingga skripsi
ini selesai.
3. Bapak Dr. Caswita, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, memoivasi, menyumbangkan ilmu yang dimiliki
kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.
iii
4. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk bimbingan, memberikan motivasi, menyumbangkan
banyak ilmu, dan memberikan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini
selesai.
5. Bapak Dr. Tina Yuniar, M.Si., selaku pembahas yang telah memberikan
masukan, kritik, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini selesai dan
menjadi lebih baik.
6. Dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan
studi.
7. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
8. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Dekan FKIP Universitas Lam-
pung, beserta staf dan jajarannya.
9. Ibu Muryati, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan
dan masukan selama penelitian.
10. Bapak Wahib,S.Pd.I, selaku Kepala SMPN 20 Bandar Lampung,beserta guru-
guru matematika dan staff yang telah memberikan ijin penelitian dan
kemudahan dalam penelitian di SMPN 20 Bandar Lampung.
11. Sahabat-sahabatku di Pendidikan Matematika angkatan 2011 A: Emilda
Mustapa, Veni Anita Sari, Dina Eka Nurvazly, Rizka Silvianti., Novi Dwi
Lestari, Ayu Anindra Tama, Istasari Syaifatunnisa, serta sahabat-sahabatku di
Pendidikan Matematika angkatan 2011 B: I Gde Arry Waisnawa, Ni Made
Ratna, M. Hasbi Ramadhan dan Hani Ervina Pansa atas motivasi,
persahabatan, dan kebersamaanya selama ini.
iv
12. Sahabat-sahabat KKN-KT ku di Pesanguan: Kadek Suriani, Netika Wuri,
Faradillah Bari, Tika Qurratun, Afriani, Windawati, Hair Vanny Palla,
Muhammad Nur Rohim, dan Luqman Nul Hakim.
13. Siswa-siswi kelas VIII SMPN 20 Bandar Lapung tahun pelajaran 2015/ 2016
atas kerjasamanya.
14. Siswa-siswi SMPN Satu Atap 1 Pematang Sawa 2014/2015 atas ketulusan
dan pengalaman yang telah kalian berikan.
15. Pak Liyanto dan Mbak Eli, penjaga Gedung G, atas bantuannya selama ini.
16. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini ber-
manfaat. Swaha
Bandar Lampung, 16 Juni 2017
Penulis,
Ni Luh Eka Darma Yanti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Efektivitas Pembelajaran ........................................................................... 7
B. Model Pembelajaran Kooperatif ............................................................... 9
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ......................................................... 11
D. Pemahaman Konsep Matematis ............................................................... 15
E. Kerangka pikir................................................................... ...................... 17
F. Anggapan dasar ......................................................................................... 19
G. Hipotesis...................................................................................... .............. 19
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..................................................................................... 20
B. Populasi dan Sampel ............................................................................... 21
C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 21
D. Instrumen Penelitian................................................................................ 22
E. Prosedur Penelitian.................................................................................. 29
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ....................................... 30
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 36
B. Pembahasan ............................................................................................. 41
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................... 47
B. Saran .......................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahap – tahap Model Pembelajaran Kooperatif............................... 11
Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VIII SMP 20 Bandar Lampung................... 19
Tabel 3.2 Posttest Only Control Design........................................................... 20
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis.......................................................................................... 23
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ........................................................................... 25
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ...................................................... 26
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran................................................ 27
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba....................................................... 28
Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa ............................................................................... 29
Tabel 4.1 Data Nilai Posttest Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa ...... 33
Tabel 4.2 Data Nilai Posttest Kemampuan Pemahaman Matematis SiswaPada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan ModelKooperatif Tipe NHT........................................................................ 34
Tabel 4.3 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa ............................................................................... 35
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata - rata Data KemampuanPemahaman Konsep Matematis Siswa ............................................. 36
Tabel 4.5 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa ............................................................................... 36
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan,
wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan
bakat serta kepribadian mereka. Dengan pendidikan, manusia berusaha mengem-
bangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat
adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalah pendidikan perlu men-
dapat perhatian dan penanganan yang lebih baik yang berkaitan dengan kuantitas,
kualitas, dan relevansinya. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap,
melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau
perbaikan secara terus menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode
mengajar, penambahan buku-buku materi, alat-alat laboratorium, serta model yang
digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran, yang juga berlaku pada pelajaran
matematika.
2
Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, ada lima kemampuan yang harus
dimiiki siswa dalam mempelajari matematika salah satunya, memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;
Model pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dengan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang mampu memotivasi siswa agar dapat belajar dengan perasaaan
senang dan nyaman. Kreativitas guru dan gagasan yang baru untuk mengembangkan
cara penyajian materi pelajaran. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan untuk
menanganinya adalah ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran. Model
pembelajaran yang dipilih oleh guru harus sesuai dengan tujuan, jenis, dan sifat
materi yang diajarkan. Di samping itu, kemampuan guru dalam memahami dan
melaksanakan model tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai.
Santoso dkk. (2014: 88-89) menyatakan kebanyakan guru dalam kegiatan belajar
mengajar masih menggunakan model pembelajaran dengan metode ceramah dan
tanya jawab,sehingga siswa diposisikan sebagai pendengar ceramah guru.
Kekurangtepatan guru dalam melaksanakan suatu model dapat menimbulkan
kebosanan siswa, kurang dipahaminya suatu materi dan terasa monoton sehingga
mengakibatkan sikap siswa yang acuh terhadap pelajaran matematika. Masalah ini
3
seringkali menghambat kegiatan pembelajaran. Kurang tepatnya pemilihan model
pembelajaran oleh guru akan memengaruhi prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
Selain itu, pembelajaran masih di dominasi guru, sedangkan siswa hanya menerima
penjelasan dan kurang diberi kesempatan mengungkapkan pendapatnya. Kesalahan
lain yang sering terjadi adalah guru di sekolah tersebut kurang memerhatikan tingkat
pemahaman konsep matematis siswa dalam mengikuti perubahan tahap demi tahap
dalam mencapai materi pelajaran. Dengan kata lain, siswa hanya dibuat tercengang
oleh guru dalam mempermainkan rumus yang begitu runtut dalam sebuah rangkaian
pokok bahasan tanpa memperhatikan apakah konsep dari pelajaran tersebut sudah
dikuasai siswa atau belum.
Salah satu model pembelajaran yang mengarahkan siswa berperan secara aktif dalam
proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Daryanto dan Rahardjo
(2012: 241) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa
yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda
(tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
Salah satu model pembelajaran kooperatifyang dapat dipilih untuk mengefektifkan
pembelajaran di kelas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
4
Together(NHT). Model pembelajaran ini dapat membantu siswa agar berperan aktif
dalam pembelajaran karena mampu memancing daya kreatifitas siswa dalam
memahami konsep pembelajaran. Kagan dalam Ibrahim (2000: 28)menyatakan
sebagai berikut.
Model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk
saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan
penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam
pembelajaran.Denganmelibatkanparasiswadalammenelaahbahan yang
tercakupdalamsuatupelajarandanmengecekpemahamanmerekaterhadapisipelaj
arantersebut.Makaakanlebihmemudahkansiswauntukmemahamidanmengingat
pelajaran yang telahdipelajari.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru bidang studi
matematika kelas VIII B semester genap di SMP Negeri 20Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2015/ 2016, diketahui bahwa dalam pembelajaran di kelas guru masih
menggunakan model pembelajaran konvensional, masih terpusat pada guru. Guru
mengajar dengan metode ceramah dan siswa hanya diberikan latihan soal.
Pembelajaran seperti ini membuat siswa tidak memiliki kesempatan untuk aktif
dalam proses pembelajaran. Mereka hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan
soal sesuai dengan contoh yang diberikan sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
memahami dan menyelesaikan soal yang berakibat pada rendahnya nilai ulangan
matematika siswa. Sebagian besar siswa masih mendapatkan nilai kurang dari
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).
5
Uraian padalatar belakang di atas menunjukkan pentingnya diadakan penelitian
tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII semester ganjil SMP
Negeri 20Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
“Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together(NHT). Efek-
tif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP
Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016
Berdasarkan rumursan masalah di atas, dapat dijabarakan pertanyaan penelitian
secara rinci sebagai berikut:
1. Apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together(NHT)lebih tinggi
daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pem-
belajaran konvensional?
2. Apakah proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemahamankonsepdengan
baik padakelas yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together(NHT)lebih dari 60% ?
6
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 20Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tingkat teoritis
kepada pembaca maupun guru dalam melakukan pembelajaran langsung dengan
pendekatan NHT guna memberikan pembelajaran dikelas lebih baik lagi.
2. Manfaat Praktis
Hasil peneitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap praktisi
pendidikan sebagai bahan pertimbangan terkait dengan penggunaan model
pembelajaran langsung dengan pendekatan NHT sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran
Suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang
tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada
perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu, efektivitas
pembelajaran sering kai diukur dengan tercapainya tujuan pembeajaran, atau dapat
pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola situasi (Warsita, 2008 : 287)
Sutikno (2005: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh sebab itu guru dituntut kreatif dalam menggunakan berbagai
strategi pembelajaran sehingga dapat merancang pembelajaran yang mampu menarik
8
dan memotivasi siswa untuk belajar. Efektivitas pembelajaran dapat dicapai jika
siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan menurut Dick dan Reiser (dalam Warsita, 2008: 288) pembelajaran efektif
adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar
keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta didik
senang. Pembelajaran yang efektif memudahkan peserta didik untuk belajar sesuatu
yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi dengan
sesama, atau suatu hasil belajar yang diinginkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses untuk
mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah yang lebih baik dimana perubahan
tersebut adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap yang
bersikap menetap.
Efektivitas merupakan suatu ukuran keberhasilan dari suatu kegiatan pembelajaran.
Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabilapada kelas yang
menggunakan strategi pembelajaran NHT jumlah siswa yang mendapatkan nilai
minimal 65 lebih dari 60% dari jumlah siswa. Nilai 65 bukan merupakan nilai KKM
yang ditetapkan sekolah, melainkan standar ketuntasan untuk mengukur kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa yang ditentukan dalam penelitian ini.
9
B. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar
dalam kelompok-keompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoksetiap anggota saling bekerjasama dan
membantu memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki
jawaban teman serta kegiatan lainnya dengan tujuan untuk membantu siswa yang satu
dengan siswa yang lainnya agar dapat mencapai sukses bersama secara akademik.
Roger dkk. dalam Huda (2011: 29) menyatakan,
Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang
diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara soaial di antara kelompok-kelompok pembelajar
yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya
sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang
lain.
Daryanto dan Rahardjo (2012: 242) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif sebagai berikut.
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-
beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan gender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing
individu.
Solihatindkk. (2007:4) dalamTaniredja (2011:56) menyatakanbahwa.
10
Padadasarnyacooperative
learningmengandungpengertiansebagaisuatusikapatauperilakubersamadalamb
ekerjaataumembantu di antarasesamadalamstrukturkerjasama yang
teraturdalamkelompok, yang terdiridaridua orang ataulebih di
manakeberhasilankerjasangatdipengaruhiolehketerlibatandarisetiapanggotakel
ompokitusendiri.
Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif agar lebih
menjamin siswa bekerja secara kooperatif menurut Solihatindkk. (2007:4)
dalamTaniredja (2011:56)sebagai berikut.
1. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka
adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus
dicapai.
2. Para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa
masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau
tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh anggota
kelompok itu.
3. Agar mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam
kelompok harus bicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang
dihadapinya.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
akademik. Selain itu model pembelajaran akademik juga efektif untuk
11
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Model pembelajaran ini unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan sistem pembelajaran dimana siswa bekerja atau belajar kelompok yang
terstruktur. Terstruktur artinya saling berinteraksi satu sama lain dan tiap individu
mempunyai tanggung jawab yang sama, karena berhasil atau tidaknya kelompok
menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompoknya. Selain itu
model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan akademik juga
efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together(NHT)
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Numbered Head Together (NHT).
Lie (2004 : 59) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif
dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun1992. Dalam mode pembelajaran
kooperatif tipe NHT setiap siswa diberikan kesempatan untuk saling membangkan
ide-ide dan mepertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, siswa akan termotivasi
untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Pembelajaran kooperatif tipe NHT
dapat digunakan dalam semua materi pembelajaran dan semua tingkat usia anak
didik.
12
Kagan (dalam Foster 2002:11)menyatakanbahwa.
“ Numbered Head Together merupakan suatu tipe model pembelajaran
kooperatif yang merupakan stuktu rsederhana dan terdiri yang digunakan
untuk meriview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur
interaksi siswa”.
Suhermi (2004:43) menyatakanbahwa.
“Numbered Head Together adalah pendekatan yang dikembangkan untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam
suatu pelajarandan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran NHTadalahsuatu model pembelajaran berkelompok yang setiap
anggota kelompoknya bertanggung jawab , sehingga tida kada pemisahan antara
siswa yang satu dengan siswa yang lain yang lainnya.
1 Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT
Kagan (dalamNurhadi2004:66) menyatakan bahwa langkah-
langkahpembelajarankooperatiftipe Numbered Head Together adalah:
1) Penomoran(Numbering): guru membagi para
siswamenjadibeberapakelompokatautim yang beranggotakan 4 hingga 6
siswadanmemberinomorsehinggatiapsiswadalamtimmemilikinomorberbeda,
13
2) PengajuanPertanyaan(Quenstioning): guru mengajukansuatupertanyaankepada
para siswa, 3) BerfikirBersama(Head Together): para
siswaberfikirbersamauntukmenggambarkandanmeyakinkanbahwatiap orang
mengetahuijawabantersebut, 4) PemberianJawaban(Answering): guru
menyebutsatunomordan para
siswadaritiapkelompokdengannomorsamamengangkattangandanmenyiapkanjawaban
untukseluruhkelas.
Krismanto(2003:56) mengemukakanbahwalangkah-langkah model
pembelajaran NHT adalah:
1) Siswadibagidalamkelompok, setiapsiswadalamkelompokmendapatnomor, 2) Guru
memberikantugasdanmasing-masingkelompokmengerjakannya, 3)
Kelompokmendiskusikanjawaban yang
benardanmemastikantiapanggotakelompokdapatmengerjakannyadanmengetahuijawab
annya, 4) Guru memanggilsalahsatunomorsiswadengannomor yang
dipanggilmelaporkanhasilkerjasamamereka, 5) Tanggapandariteman yang lain,
kemudian guru menunjuknomor yang lain, 6) Kesimpulan
Berdasarkanbeberapapendapat di atasdapatdisimpulkanbahwalangkah-
langkahpenggunaan model
pembelajaran NHT adalahmembagisiswamenjadibeberapakelompok,
memberinomorpadamasing-masinganggotakelompok,
14
menjelaskanmateripembelajaran, memberikankuisberupabeberapabuahsoal,
memberikankesempatankepadasiswauntukmembahasbersamakelompoknya,
memanggilsalahsatunomor untukmelaporkanhasil diskusi dankelompok lain
menanggapinyasertadilanjutkandenganmenyimpulkanpelajaran.
2KelebihandanKekurangan NHT
a. Kelebihan NHT
Menggunakan model pembelajarankooperatiftipe NHTmemilikibeberapakelebihan,
seperti yang diungkapkanolehKrismanto (2003:63) “Model pembelajaran
NHTmemilikibeberapakelebihanyaitu: 1)
Melatihsiswauntukdapatbekerjasamadanmenghargaipendapat orang lain, 2)
melatihsiswauntukbisamenjadi tutor sebaya, 3) memupuk rasa
kebersamaan, 4) membuatsiswamenjaditerbiasadenganperbedaan”.
b. Kekurangan NHT
Dalammenggunakan model pembelajaranNHTterdapatbeberapakelemahan yang
harusdiwaspadai, halinidilakukan agar tidakterjadihal-hal yang
tidakdiinginkandalampembelajaran, adapunkelemahan-
kelemahantersebutmenurutKrismanto (2003:65) “1) Siswa yang
sudahterbiasadengancarakonvensionalakansedikitkewalahan, 2) Guru
harusbisamemfasilitasisiswa, 3) tidaksemuamendapatgiliran”. Oleh sebab itu untuk
15
mewaspadai hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaraan, guru sebaiknya
selalu mendampingi siswa selama proses belajar berlangsung. Guru dapat menjadi
fasilitator dan pengarah sehingga tidak terjadi kebingungan pada siswa.
D. Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan dasar yang sangat penting
dimiliki oleh setiap siswa, karena pada matematika terdapat konsep sebagai prasyarat
konsep selanjutnya. Konsep-konsep pada matematika tersusun secara sistematis dari
konsep yang sederhana sampai konsep kompleks. Suherman (2003: 22) menyatakan
bahwa“konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan
sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling
kompleks”. Hal ini membuat siswa harus memiliki konsep yang benar agar dapat
memahami konsep selanjutnya. Saat ini pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa
masih rendah bahkan dipahami secara keliru. Seperti yang dikemukakan oleh
Ruseffendi (2006: 156) bahwa masih banyak siswa yang setelah belajar matematika,
tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun,
banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai
ilmu yang sukar.
16
Menurut Purwanto (1994: 44) “pemahaman adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya” Sedangkan pengertian konsep adalah “suatu ide abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau
kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut” (Ruseffendi,
1998: 157).
Langkah-langkah dalam menanamkan suatu konsep berdasarkan penggabungan
beberapa teori belajar Bruner menurut Hudojo (2003: 123) yaitu: “1) guru
memberikan pengalaman belajar kepada siswa berupa contoh-contoh yang
berhubungan dengan suatu konsep matematika dari berbagai bentuk yang sesuai
dengan struktur kognitif siswa; 2) siswa diberikan dua atau tiga contoh lagi dengan
bentuk pertanyaan; 3) siswa diminta untuk memberikan contoh-contoh sendiri
tentang suatu konsep sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah memahami
konsep tersebut; 4) siswa diberikan kesempatan untuk mendefinisikan konsep
tersebut dengan bahasanya sendiri; 5) siswa diberikan lagi contoh mengenai konsep
dan bukan konsep; 6) siswa mengerjakan latihan soal untuk memperkuat konsep
tersebut”.
17
Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11
November 2004 (dalam Tim PPPG Matematika, 2005: 86) diuraikan bahwa indikator
siswa memahami konsep matematika adalah mampu:
1. menyatakan ulang sebuah konsep,
2. mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya,
3. memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,
4. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
5. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,
6. menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu,
7. mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah..
Berdasarkan uraian di atas maka pemahaman konsep matematis yaitu kemampuan
siswa dalam memahami sebuah konsep yang berupa penguasan materi serta dapat
menjelaskan kembali konsep yang diperolehnya dengan menggunakan kalimatnya
sendiri dan mencakup indikator pemahaman konsep matematis.
E. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran NHT ditinjau dari kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa terdiri dari dua variabelyaitu variabel bebas dan
18
variabe terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah model
pembelajaran NHT(X) Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
pemahaman konsep matematis siswa (Y).
Pemahaman konsep merupakan tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa
mampu memahami konsep, situasi, dan fakta yang diketahui serta dapat menjelaskan
dengan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak
merubah artinya. Jadi, pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa
dalam menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika
berdasarkan pembentukan pengetahuannya sendiri, bukan sekedar menghafal.
Dengan demikian, siswa dapat menemukan dan menjelaskan kaitan suatu konsep
dengan konsep lainnya.
Salah satu alternatif yang efektif meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa adalah melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pembelajaran
kooperatif tipe NHT ini didesain sedemikian rupa untuk pembelajaran secara
berkelompok dengan lebih menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu sesama dalam struktur kerja sama yang teratur yang terdiri
atas empat orang atau lebih. Dalam model ini siswa memiliki tanggung jawab, yaitu
mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk
belajarmelaluipresentasi. Para siswa akan saling belajar satu sama lain karena dalam
19
diskusi mereka mengenai materi, konflik kognitif akan timbul, dan pemahaman
dengan kualitas yang lebih tinggi akan muncul.
F. Anggapan Dasar
Seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung
memperoleh materi pembelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan
kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Faktor lain yang
memengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa selain model
pembelajaran kooperatif tipe NHT diabaikan dalam perhitungan.
G. Hipotesis
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas maka dirumuskan suatu hipotesis
dalam penelitian ini, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif
diterapkan pada siswa-siswa ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2015/2016.
20
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only. Pada desain ini
kelompok ekperimen memperoleh perlakuan berupa pembelajaran kooperatif tipe
NHT, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran konvensional.
Setelah dilakukannya penelitian sebanyak lima kali selanjutnya siswa diberi
posttest untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa.
Sesuai dengan yang dikemukaan oleh Furchan (2007 : 368) yaitu desain
pelaksanaan penelitian digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Bagan Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Posttest
A1 X1 O
A2 X2 O
Keterangan :
A1 = kelas eksperimen
A2 = kelas kontrol
O = observasi
21
X1 = model pembelajaran kooperatif tipe NHT
X2 = model pembelajaran konvensional
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 20Bandar
Lampung tahun ajaran 2015/ 2016 yang yang terdistribusi dalam dua kelas yaitu
kelas VIII-E dan VIII-H. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik Purposive Samplingyaitu memilih sampel secara sederhana dengan beberapa
pertimbangan diantaranya siswa dikelas tersebut mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda dan kemauan belajar yang cukup tinggi.Kelas VIII-E yang
berjumlah 28 siswa sebagai kelas kontrol yang mendapat perlakuan berupa
pembelajaran konvensional. Sedangkan kelas VIII-H yang berjumlah 28 siswa
sebagai sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan berupa pebelajran
kooperatif tipe NHT.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data berupa nilai yang
diperoleh dari tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelas yang
menggunakan model pembelajaran konvensional. Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes untuk mengukur efektivitas kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang diberi perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tes dilakukan di
22
akhir pembelajaran(posttest) berupa soal uraian untuk mengukur efektivitas
kemampuan akhir pemahaman konsep matematis siswa selama mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
D. Instrumen Penelitian
Sebagai upaya mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal
yang ingin dikaji melalui penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen.
Tabel 3.2 Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
No Indikator Keterangan Skor
1.
Menyatakan
ulang suatu
konsep
a. Tidak menjawab 0
b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 1
c. Menyatakan ulang suatu konsep dengan
benar 2
2.
Mengklasifikasi
objek menurut
sifat tertentu
sesuai dengan
konsepnya
a. Tidak menjawab 0
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat
tertentu tetapi tidak sesuai dengan
konsepnya
1
c. Mengklasifikasi objek menurut sifat
tertentu sesuai dengan konsepnya 2
3.
Menyatakan
konsep dalam
berbagai bentuk
representasi
matematika
a. Tidak menjawab 0
b. Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematika tetapi salah 1
c. Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematika dengan benar 2
4. Mengaplikasi-
kan konsep
a. Tidak menjawab 0
b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 1
c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2
Tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang digunakan diharapkan
dapat menunjukkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berdasarkan
indikator pemahaman konsep matematis. Bentuk tes yang digunakan untuk
23
mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa adalah tes tertulis
berbentuk uraian, karena dengan tes tertulis berbentuk uraian peneliti dapat
mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Selanjutnya instrument dianalisis mengenai validitas butir soal, reabilitas soal,
daya pembeda, dan indeks kesukaran.
1. Uji Validitas Butir Soal
Validitas instrumen menurut (Suherman, 2003 : 121)adalah ketepatan dari suatu
instrumen atau alat pengukur terhadap konsep yang akan diukur.
Untuk menguji validitas tes uraian, digunakan rumus Korelasi Produk-Moment
memakai angka kasar (raw score) yaitu,
Keterangan:
: koefisien korelasi variabel X dan Y
X : skor setiap butir soal masing-masing siswa
Y : skor total masing-masing siswa
N : banyaknya subjek uji coba
Untuk menentukan soal tersebut memiliki validitas yang tinggi, sedang, atau
rendah, Guilford (Suherman, 2003: 110) memberikan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.3 Kriteria Validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,80 ≤ rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 ≤ rxy< 0,80 Tinggi
0,40 ≤ rxy< 0,60 Sedang
24
Dalam penelitian ini, nilai validitas butir soal yang digunakan adalah validitas
sangat tinggi, tinggi dan sedang. Interpretasi nilai validitas butir soal hasil uji
coba soal dapat dilihat pada tabel 3.4 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran C.1 untuk soal tes kemampuan awal dan lampiran C.2 untuk soal
tes kemampuan akhir.
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Validitas Butir Soal.
No. Soal Koefesien validitas Interpretasi
1 0,70 (ValiditasTinggi)
2 0,57 (ValiditasSedang)
3 0,52 (ValiditasSedang)
4 0,68 (ValiditasTinggi)
5 0,77 (ValiditasTinggi)
Berdasarkan tabel 3.4, dapat disimpulkan bahwa soal tes kemampuan awal dan tes
kemamampuan akhir memiliki validitas yang tinggi dan sedang sehingga layak
digunakan dalam penelitian ini.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang
memberikan hasil yang tetap sama atau ajeg atau konsisten (Suherman, 2003:
131). Suatu alat ukur disebut reliabel jika hasil pengukuran alat evaluasi itu sama
atau relatif sama, tidak terpengaruh oleh subjeknya maupun situasi dan
0,20 ≤ rxy< 0,40 Rendah
0,00 ≤ rxy< 0,20 Sangat Rendah
r xy< 0,00 Tidak Valid
25
kondisinya. Untuk menghitung koefisien reliabilitas pada soal bentuk uraian
digunakan rumus (Suherman, 2003: 154), sebagi berikut.
r11= (
) (
) dengan
= (
) (
)
Keterangan:
r11 : koefisien reabilitas instrumen (tes)
n : banyaknya butir soal (item)
: varians skor setiap butir soal : varians skor total
N : banyaknya data
:jumlah semua data
:jumlah kuadrat semua data
Untuk menentukan reliabilitas dari soal-soal yang diberikan, Guilford (Suherman,
2003 : 139) memberikan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0,80 ≤ r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 ≤ r11< 0,80 Tinggi
0,40 ≤ r11< 0,60 Sedang
0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah
r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah
Dalam penelitian ini, nilai reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas sangat
tinggi, tinggi dan sedang. Setelah menghitung instrumen tes diperoleh nilai r11 =
0,87 yang berarti instrumen tes memenuhi kriteria realibilitas sangat tinggi dan
dapat digunakan. Reliabilitas hasil uji coba soal dapat dilihat pada tabel 3.5 dan
26
hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.1 untuk reliabilitas
soal tes kemam-puan awal dan lampiran C.2 untuk reliabilitas soal tes
kemampuan akhir.
3. Indeks Kesukaran Butir Soal
Sudijono (2008: 372) mengatakan bahwa suatu tes dikatakan baik jika memiliki
derajat kesukaran sedang, tidak terlalu sukar, dan tidak terlau mudah. Perhitungan
suatu kesukaran butir soal digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
TK : tingkat kesukaran suatu butir soal
: jumlah skor yang diperoleh siswa pada semua butir soal
IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu
butir soal
Selanjutnya menurut Suherman (2003), indeks kesukaran yang diperoleh
diinterpretasikan menggunakan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Kesukaran
Nilai IK Interpretasi
IK = 0,00 Soal Terlalu Sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Soal Sukar
0,30< IK ≤0,70 Soal Sedang
0,70 < IK ≤1,00 Soal Mudah
IK = 1,00 Soal Terlalu Mudah
27
Dalam penelitian ini, butir soal yang dipilih adalah butir soal dengan nilai tingkat
kesukaran mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran hasil uji coba soal dapat
dilihat pada tabel 3.7 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
C.1 untuk soal tes kemampuan awal dan lampiran C.2 untuk soal tes kemampuan
akhir.
Tabel 3.7 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran Tes.
No. Soal Nilai Tingkat Kesukaran
TesKemampuanAwal
Interpretasi
1 0,81 (Mudah)
2 0,63 (Mudah)
3 0,82 (Mudah)
4 0,57 (Sedang)
5 0,65 (Sedang)
Berdasarkan tabel 3.7, dapat disimpulkan bahwa butir soal tes kemampuan awal
dan tes kemampuan akhir memiliki tingkat kesukaran yang tergolong mudah,
sedang dan sukar sehingga layak digunakan dalam penelitian ini.
4. Daya Pembeda Butir Soal
Sudijono (2008: 389-390) mengungkapkan untuk mengetahui daya pembeda
butir soal, digunakan formula sebagai berikut.
DP=
Keterangan:
DP : indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)
28
Selanjutnya menurut Suherman (2003), indeks kesukaran yang diperoleh
diinterpretasikan menggunakan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda
Dalam penelitian ini, butir soal yang digunakan adalah butir soal yang memiliki
daya pembeda yang sangat baik, baik dan sedang. Nilai daya pembeda hasil uji
coba soal dapat dilihat pada tabel 3.10 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran C.1 untuk soal tes kemampuan awal dan lampiran C.2 untuk soal
tes kemampuan akhir.
Tabel 3.10 Interpretasi Nilai Daya Pembeda Tes.
No. Soal NilaiDayaPembeda
TesKemampuanAwal
Interpretasi
1 0,42 (Baik)
2 0,42 (Baik)
3 0,46 (Baik)
4 0,42 (Baik)
5 0,50 (Baik)
Berdasarkan tabel 3.10, dapat disimpulkan bahwa soal tes kemampuan awal dan
tes kemampuan akhir memiliki daya pembeda yang tergolong sedang dan baik
sehingga layak digunakan dalam penelitian ini.
Nilai DP Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00< DP ≤ 0,20 Jelek
0,20< DP ≤ 0,40 Cukup
0,40< DP ≤ 0,70 Baik
0,70< DP ≤ 1,00 Sangat baik
29
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan sebelum melaksanakan penelitian,
yaitu sebagi berikut.
1. Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti (wawancara dengan salah satu
guru matematika di SMP Negeri 20 Bandar Lampung mengenai kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa), kemudian permasalahan yang
dirumuskan beserta batasannya untuk selanjutnya dikaji berbagai sumber
yang mendukung perumusan masalah sebagai acuan dalam menentukan
hipotesis serta menentukan metode dan desain yang akan digunakan dalam
penelitian.
2. Menentukan sampel dan materi yang akan digunakan dalam penelitian.
3. Menyusun proposal penelitian.
4. Membuat instrumen penelitian yang meliputi kisi-kisi soal, tes pemahaman
konsep matematis, pedoman penilaian.
5. Melakukan seminar proposal, kemudian melakukan revisi makalah proposal
dan instrumen penelitian sesuai saran dari dosen pembimbing maupun dosen
penguji.
6. Mengajukan permohonan izin penelitian pada pihak-pihak yang terkait.
7. Melakukan uji coba instrumen tes.
8. Melakukan analisis hasil uji coba instrumen tes.
30
9. Merevisi instrumen penelitian apabila diperlukan.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap pelaksanaan, yaitu sebagai
berikut.
1. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksaan
Pembelajaran) yang teah disusun, yaitu RPP dengan model pembelajaran tipe
NHT di kelas eksperimen dan RPP dengan model pembelajaran konvensional
dikelas kontrol.
2. Pengumpulan Data
3. Analisis Data
4. Penarikan Kesimpulan
5. Penyusunan Laporan
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap pengolahan data, yaitu
sebagai berikut.
1. Mengumpulkan data hasil penelitian.
2. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.
3. Menyusun laporan hasil penelitian.
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Data pada penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data tes kemampuan
pemahaman konsep matematis yang diperoleh dari hasil posttest. Data yang
31
diperolehkemudiandianalisis untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
kooperatif tipe NHTditinjaudari kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa. Analisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal
atau sebaliknya. Uji ini menggunakan uji Shapiro-Wilk.Adapun hipotesis uji
adalah sebagai berikut.
H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan ujiShapiro-Wilk
menggunakan software SPPS versi 17.0 dengan kriteria pengujian, yaitu jika nilai
probabilitas (sig) dari Z lebih besar dari , maka hipotesis nol diterima
dan jika nilai probabilitas (sig) dari Z lebih kecil dari , maka hipotesis
satu yang diterima (Trihendradi, 2009:113).
Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis
Kelas Banyak
Siswa Probabilitas (Sig) Kesimpulan
NHT 28 0,263 Berdisribusi Normal
Konvensional 28 0,070 Berdisribusi Normal
32
Berdasarkan Tabel 3.10 diketahui bahwa probabilitas (sig) pada kedua kelas
eksperimen lebih besar dari 0,05 sehingga H0 diterima. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pada kedua kelas eksperimen data sempel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran C 6.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua
kelompok memiliki variansi yang homogen atau tidak. Adapun hipotesis untuk
uji ini adalah:
H0 : varians kedua populasi homogen
H1 : varians kedua populasi tidak homogen
Dalam penelitian ini, uji homogenitas menggunakan uji Levene dengan software
SPSS versi 17.0 dengan kriteria terima H0 jika nilai sig > 0,05 . Berdasarkan hasil
output uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Levene
nilaisignifikansinya adalah 0,201 . Karena nilai signifikansinya lebih besardari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal
dari populasi yang mempunyai varians yang sama, atau kedua kelas tersebut
homogen. Data selengkapnyadapatdilihatpadaLampiranC 7.
33
3. Uji Hipotesis
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Setelah diketahui kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan memilki
varians yang homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rerata dengan
nilai signifikansinya 0,05.
KriteriapengujiandilakukandenganmenggunakanIndependent Sample t-test
denganasumsikeduavarianshomogen (equal varians assumed)
dengantarafsignifikansinya 0,05. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk hipotesis
statistik sebagai berikut :
H0: μ1 = μ2 (tidak ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran NHT dengan
kemampuan pemahaman matematis yang mengikuti pembe-
lajaran konvensional
H1: μ1>μ2 (kemampuan Pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran NHT lebih baik dari skor kemampuan
pemahaman konsep matematis yang mengikuti pembelajaran
konvensional
Dalam penelitian ini, uji-t menggunakan software SPPS versi 17.0dengan
kriteria pengujian, jika nilai Sig lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol
diterima. Tolak hipotesis nol apabila nilai Sig lebih kecil dari 0,05
(Trihendradi, 2009:146).
34
Berdasarkanhasilperhitunganterlihat sig (2-tailed) adalah 0,02 (0,02< 0,05)
maka H0ditolak.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe NHT lebih
baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensioanal. Data selengkapnya dapat di lihat
lampiran C 8.
4. Uji Proporsi
1. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut.
H0 : = (proporsi siswa tyang memiliki kemampuan pehamanan konsep
dengan baik = 60 % )
H1 : (proporsi siswa tyang memiliki kemampuan pehamanan konsep
dengan baik >60 % )
Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:
Keterangan:
X = banyaknya siswa tuntas belajar
n = jumlah sampel
35
0,60 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan
Kriteria uji: tolak H0 jika hitungz > 5,0z dengan taraf nyata 5%. Harga 5,0z
dipilih dari daftar normal baku dengan peluang (0,5–α). (Sudjana, 2005: 235).
Dari hasilperhitungandiperoleh hitungz = 0,78 dan 5,0z = 0,17 ( hitungz > 5,0z
), maka H0ditolak. Dengan demikian proporsi siswa yang memiliki kemampan
pemahamnan konsep dengan baik lebih dari 60%. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran C 9.
47
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih tinggi daripada
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajar-
an konvensional.
2. Proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep dengan baik
pada kelas yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together lebih dari 60%
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai
berikut:
1. Guru dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai
salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu
mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
48
2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai efektivitas
model pembelajaran kooperatif tipe NHT hendaknya memperhatikan
pembagian waktu sebaik mungkin agar proses pembelajaran sesuai dengan
yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Staregi pembelajaran Kooperatif.Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Jakarta: Bumi Aksara.
. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka.
Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif.Yogyakarta: Gava Media.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik IndonesiaNomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasardan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik IndonesiaNomor 58 Tahun 2014 Jakarta: Depdiknas.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan ModelPenerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-IsuMetodis dan Paradigmatis. Cetakan IV. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan PendekatanSistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Iberita 19 Januari 2015. Pengumuman Hasil UN SMP 2014: Kelulusan Capai9,94 Persen. [online]. Tersedia: http://www.iberita.com/31969/pengumuan-hasil-un-smp-2014-kelulusan-capai-9994-persen [14 September 2015].
Kompas. 2 Juni 2012. Banyak Siswa Tak Lulus Ujian Matematika. [online].ersedia:http://sains.kompas.com/read/2012/06/02/10035432/Banyak.Sisw.Tak.Lulus.Ujian.Matematika [14 September 2015].
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana:Indonesia.
46
___ . 2007. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning diRuang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstekstual (Cooperatif Learning di Ruang ruangKelas). Jakarta: Gramedia Widiasarana.
______, dkk. 2004. Pembelajaran Konstektual (Contextual Teaching andLearning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.
Purwanto, M.N. 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi PengajaranPendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIPBandung Press.
Rusman. 2010. Model Model Pembelajaran. Bandung: Rajagrafindo Persada.
Salim, Peter. 1991. Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Slavin, Robert E (Terjemahan oleh Nurulita Yusron). 2008. Cooperative Learning:Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
___ 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika.. Bandung: PT. Tarsito.
Suherman, H. Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: JICA-UPI.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif Apa dan BagaimanaMengupayakannya. Mataram: NTP Pres.
Taniredja, Tukiran. 2011. Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Tim PPPG Matematika. 2005. Peraturan Dirjen Depdiknas. Jakarta: DirjenDepdiknas.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Trihendradi, C. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis StatistikMenggunakan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Publisher.