Upload
santri-gus-dur
View
224
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Â
Citation preview
Jawaban: Soal qunut: Islam itu satu. Tetapi pemahaman atas Islam sangatlah banyak. Fikih
yang mengatur hukum Islam merupakan hasil dari pemahaman dan penafsiran para ulama
terhadap sumber-sumber Islam. Dalam menyikapi masalah doa Qunut, para ulama berbeda
pendapat:
Pendapat 1) Menurut Imam Syafi'i dan Imam Malik, Qunut pada shalat subuh hukumnya
sunnah. Menurut Imam Nawawi, hukumnya sunnah muakkad. Pendapat ini berdasarkan
hadits yang menerangkan bahwa Rasulullah saw senantiasa berdoa qunut hingga akhir
hayatnya;
Pendapat 2) Menurut Hanafiyah, Hanabilah, Imam Tsauri, dan sejumlah ulama salaf, qunut
hukumnya tidak sunah. Mereka bersandar pada sebuah hadits yang menerangkan bahwa
awalnya Rasulullah berdoa qunut tetapi pada waktu selanjutnya beliau meninggalkannya.
Kata "meninggalkan" (tarakahu) dalam hadits menunjukkan bahwa qunut telah dihapus
hukumnya.
Perbedaan dalam qunut sebaiknya jangan sampai menimbulkan konflik. Imam Syafi'i telah
memberi kita contoh yang arif. Beliau yang berpendapat qunut hukumnya sunnah, suatu hari
pernah meninggalkan doa qunut saat shalat subuh yang dilakukan di dekat makam Abu
Hanifah yang tidak mensunahkan doa qunut. Tujuan Imam Syafii meninggalkan qunut adalah
untuk menghormati Abu Hanifah. Kita boleh meninggalkan doa qunut pada saat berjamaah
dengan imam yang tidak berdoa qunut dengan niat menghormatinya, sebagaimana yang
dilakukan oleh Imam Syafi'i. Inilah salah satu contoh toleransi dalam berfikih.
Belakangan ini, saya sering melihat yang terjadi di kompleks perumahannya
bentangan spanduk di berbagai ustadz Arifin Ilham beberapa waktu
sudut kota Yogyakarta yang yang lalu.
bertuliskan “Syi’ah bukanlah Islam”, Yang membuat saya lebih
“Syi’ah sesat”, “Syi’ah mengancam NKRI”, prihatin, di mana bapak polisi atau
dan sebagainya. Sebagai orang awam, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
saya hanya bisa ngelus dada. Umat Islam yang katanya biasa ikut menjaga
seperti diaduk-aduk, akibat banyak stabilitas kerukunan di tengah-tengah
provokasi yang berisikan kebencian kita? Karena spanduk-spanduk yang
terhadap kelompok lain. Saya prihatin, tersebar itu—kalau dipampang secara
sebab provokas i spanduk yang u m u m — b i a s a n y a m e n d a p a t
terpampang begitu menyolok, bisa periijinanan. Kalau ihwal itu diijinkan
menyulut api perseteruan, sebagaimana berarti ketegangan di tengah-tengah
Buletin SANTRI Edisi 03Jum’at, 06 Maret 2015 1Buletin SANTRI Edisi 01
Jum’at, 06 Maret 20154
Pertanyaan: Assalamu'laikum ustadz nanya. Saya sering kali jama'ah subuh berpindah-pindah
tempat. Krn saya adl seorang pedagang sayuran di pasar yg harus buka lapak ketika pagi buta. Jadi,
saya juga trkdang sholat di jama'ah entah itu masjidnya kelompok mama. Yg saya alami, kadanh
saya do'a qunut kadang nggak pake' doa qunut. Bagaimana sholat saya ustad. Krn seringkali saya
mengalami kebimbangan. Dan harus bgimna ktk saya sholat yg nggak pake do'a. Qunut, apakah
saya hrs sujud sahwi. Terimakasih.
Sholat Subuh Pakai
Qunut
Edisi 03/2015
Memanusiakan Manusia:
Ajaran Kanjeng NabiOleh Rifqi Rafiq
kita sengaja dipelihara. Begitu su’udzon tidak suka kepada satu golongan. “Hai
hasanah saya mengenai hal ini. Dan saya orang-orang yang beriman hendaklah
berdo’a , semoga ke tegangan- kamu jadi orang-orang yang selalu
ketegangan seperti ini akan segera usai. menegakkan (kebenaran) karena Allah,
Sepertihalnya pepatah orang Jawa, ora menjadi saksi dengan adil. Dan
elok. Istilah ora, atau kurang elok bukan janganlah sekali-kali kebencianmu
semata-mata perkara benar atau salah. terhadap sesuatu kaum, mendorong
Bisa jadi benar, hanya saja kurang sedap kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
dipandang. Dulu, sewaktu di pesantren, adillah, karena adil itu lebih dekat
saya pernah belajar kitab grammar Arab kepada takwa.” (QS 5 : ayat 9).
Jurumiyah. Di dalam kitab itu dijelaskan Dengan sederhana, saya
bahwa kalam atau kalimat mempunyai membayangkan tentang statemen,
syarat-syarat yang harus dipenuhi. Salah Syi’ah bukan Islam atau Syi’ah
satunya mempunyai unsur “mufid”, mengganggu NKRI, kelompok ini sesat,
yakni mempunyai faedah, untuk kelompok ini harus dibasmi dari NKRI.
memahamkan, atau memberi informasi Bagaimanapun kalimat tersebut
bagi orang lain. Dengan demikian, kata- kemudian mempengaruhi perilaku,
kalimat yang keluar dari lisan kita tidak pola pikir dan opini masyarakat umum.
benar-benar merdeka dari interaksi kita P a d a a k h i r n y a , k i t a h a r u s
dengan orang lain. Kata-kata yang bertanggungjawab atas apa yang kita
keluar dari kita sedikit-banyaknya pasti keluarkan dari pernyataan itu kepada
akan mempengaruhi pikiran, maupun publik.
perbuatan orang lain. Saya jadi teringat dengan
Sebagai muslim, kita diperintah nasehat Kiai saya, tentang memaknai
untuk sangat menjaga sikap dalam ayat ud’uu ilaa sabiili Rabbika bil-
bertutur. Bahkan dalam mbatin hikmah, wa mau’idhati hasanah, wa
prasangka kita terhadap orang lain. jaadilhum bi al-latii hiya ahsan. Di ayat
Boleh saja kita tidak cocok secara prinsip ini, jika kita cermati, tidak ada maf’ul-
dengan orang lain, tapi bukan nya, atau tidak ada objek yang
kemudian menggembar-gemborkan diperintah. Lantas, siapa yang diajak,
ketidaksukaan kita kepada khalayak kalau begitu?
ramai bahwa kita tidak suka dengan Ketika terdapat kata perintah
mereka. “ajaklah ke jalan Tuhanmu”, maka
Kitab suci al-Qur’an sudah objeknya tentu adalah “mereka yang
mewanti-wanti jangan sampai kita tidak di jalan Tuhanmu”. Ketika anda
terseret perilaku tidak adil hanya karena mengajak seseorang untuk naik bus
misalnya, maka anda sudah pasti akan sebagai umatnya Nabi Muhammad
mengajak orang yang belum naik bus, SAW harus bisa meniru akhlaknya yang
atau yang ada di luar bus. Maka ajakan “memanusiakan manusia”. Sebab, titik
di ayat tersebut adalah bagi mereka temu di antara sekian perseteruan di
yang kita anggap di luar ‘bus’ Tuhan. tengah-tengah kita tak lain adalah
Oleh karenanya, jika memang bahwa kita harus menyadari kalau kita
saudara-saudara Syi’ah diasumsikan ini sama-sama manusia. Kita sama-
tidak di jalan Tuhan, maka ajaklah sama umat Islam. Dan dari ajaran
mereka dengan hikmah, nasehat yang manapun, saya kira tidak dibenarkan
baik, atau debatlah dengan cara dan untuk mengolok manusia lain. Ketika
argumen yang baik. Bukan dengan anda tidak ingin dipukul, maka jangan
nasehat dan perkataan di sudut-sudut memukul. Ketika saya tidak ingin dicela,
j a l a n a n y a n g p ro vo k a t i f n a n maka saya sebisa mungkin untuk tidak
menyakitkan. Dalam mencermati mencela yang lain.
fenomena tentang Syi’ah ini, tidak perlu Karena ketika melihat sesama
memaksakan aqidah atau apa yang kita I s l a m b e r s e t e r u , a d a y a n g
yakini kepada mereka. Karena saya bertepuktangan di luar sana. Saat umat
yakin masing-masing aliran sudah saling mencela dan mengolok-olok, ada
demikian fanatik dan memegang teguh yang bilang: “eh, lihat! Itu umat Islam
ajaran masing-masing. pada olok-olokan sendiri!” dan tertawa
Memanusiakan manusia di luar sana.
Kekhawatiran seperti ini , Dan ketika melihat sesama muslim
sepertinya sudah diprediksi oleh saling berseteru, Saya sama sekali tidak
Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Di bangga. Karena di situ saya merasa
mana menjelang wafatnya beliau, yang sedih.
dikhawatirkan olehnya bukanlah
keadaan dirinya yang mendekati ajal. Wallahu a’lam bis-shawab.
T e t a p i , u m a t n y a ;
“ummati..ummati..ummati..” bagaimana Yogyakarta, 28 Februari 2015.
nanti kondisi umatku, wahai umatku,
umatku. Begitu cerita dalam Sirah Penulis adalah seorang muslim, masih
ngangsu kawruh di UGM.Nabawi yang sering saya dengar dan
baca.
Sebab itu, kalau kita memang mengaku
Buletin SANTRI Edisi 03Jum’at, 06 Maret 2015
Buletin SANTRI Edisi 01Jum’at, 06 Maret 2015
“Saya jadi teringat
dengan nasehat Kiai saya,
tentang memaknai ayat
ud’uu ilaa sabiili Rabbika
bil-hikmah...”
kita sengaja dipelihara. Begitu su’udzon tidak suka kepada satu golongan. “Hai
hasanah saya mengenai hal ini. Dan saya orang-orang yang beriman hendaklah
berdo’a , semoga ke tegangan- kamu jadi orang-orang yang selalu
ketegangan seperti ini akan segera usai. menegakkan (kebenaran) karena Allah,
Sepertihalnya pepatah orang Jawa, ora menjadi saksi dengan adil. Dan
elok. Istilah ora, atau kurang elok bukan janganlah sekali-kali kebencianmu
semata-mata perkara benar atau salah. terhadap sesuatu kaum, mendorong
Bisa jadi benar, hanya saja kurang sedap kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
dipandang. Dulu, sewaktu di pesantren, adillah, karena adil itu lebih dekat
saya pernah belajar kitab grammar Arab kepada takwa.” (QS 5 : ayat 9).
Jurumiyah. Di dalam kitab itu dijelaskan Dengan sederhana, saya
bahwa kalam atau kalimat mempunyai membayangkan tentang statemen,
syarat-syarat yang harus dipenuhi. Salah Syi’ah bukan Islam atau Syi’ah
satunya mempunyai unsur “mufid”, mengganggu NKRI, kelompok ini sesat,
yakni mempunyai faedah, untuk kelompok ini harus dibasmi dari NKRI.
memahamkan, atau memberi informasi Bagaimanapun kalimat tersebut
bagi orang lain. Dengan demikian, kata- kemudian mempengaruhi perilaku,
kalimat yang keluar dari lisan kita tidak pola pikir dan opini masyarakat umum.
benar-benar merdeka dari interaksi kita P a d a a k h i r n y a , k i t a h a r u s
dengan orang lain. Kata-kata yang bertanggungjawab atas apa yang kita
keluar dari kita sedikit-banyaknya pasti keluarkan dari pernyataan itu kepada
akan mempengaruhi pikiran, maupun publik.
perbuatan orang lain. Saya jadi teringat dengan
Sebagai muslim, kita diperintah nasehat Kiai saya, tentang memaknai
untuk sangat menjaga sikap dalam ayat ud’uu ilaa sabiili Rabbika bil-
bertutur. Bahkan dalam mbatin hikmah, wa mau’idhati hasanah, wa
prasangka kita terhadap orang lain. jaadilhum bi al-latii hiya ahsan. Di ayat
Boleh saja kita tidak cocok secara prinsip ini, jika kita cermati, tidak ada maf’ul-
dengan orang lain, tapi bukan nya, atau tidak ada objek yang
kemudian menggembar-gemborkan diperintah. Lantas, siapa yang diajak,
ketidaksukaan kita kepada khalayak kalau begitu?
ramai bahwa kita tidak suka dengan Ketika terdapat kata perintah
mereka. “ajaklah ke jalan Tuhanmu”, maka
Kitab suci al-Qur’an sudah objeknya tentu adalah “mereka yang
mewanti-wanti jangan sampai kita tidak di jalan Tuhanmu”. Ketika anda
terseret perilaku tidak adil hanya karena mengajak seseorang untuk naik bus
misalnya, maka anda sudah pasti akan sebagai umatnya Nabi Muhammad
mengajak orang yang belum naik bus, SAW harus bisa meniru akhlaknya yang
atau yang ada di luar bus. Maka ajakan “memanusiakan manusia”. Sebab, titik
di ayat tersebut adalah bagi mereka temu di antara sekian perseteruan di
yang kita anggap di luar ‘bus’ Tuhan. tengah-tengah kita tak lain adalah
Oleh karenanya, jika memang bahwa kita harus menyadari kalau kita
saudara-saudara Syi’ah diasumsikan ini sama-sama manusia. Kita sama-
tidak di jalan Tuhan, maka ajaklah sama umat Islam. Dan dari ajaran
mereka dengan hikmah, nasehat yang manapun, saya kira tidak dibenarkan
baik, atau debatlah dengan cara dan untuk mengolok manusia lain. Ketika
argumen yang baik. Bukan dengan anda tidak ingin dipukul, maka jangan
nasehat dan perkataan di sudut-sudut memukul. Ketika saya tidak ingin dicela,
j a l a n a n y a n g p ro vo k a t i f n a n maka saya sebisa mungkin untuk tidak
menyakitkan. Dalam mencermati mencela yang lain.
fenomena tentang Syi’ah ini, tidak perlu Karena ketika melihat sesama
memaksakan aqidah atau apa yang kita I s l a m b e r s e t e r u , a d a y a n g
yakini kepada mereka. Karena saya bertepuktangan di luar sana. Saat umat
yakin masing-masing aliran sudah saling mencela dan mengolok-olok, ada
demikian fanatik dan memegang teguh yang bilang: “eh, lihat! Itu umat Islam
ajaran masing-masing. pada olok-olokan sendiri!” dan tertawa
Memanusiakan manusia di luar sana.
Kekhawatiran seperti ini , Dan ketika melihat sesama muslim
sepertinya sudah diprediksi oleh saling berseteru, Saya sama sekali tidak
Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Di bangga. Karena di situ saya merasa
mana menjelang wafatnya beliau, yang sedih.
dikhawatirkan olehnya bukanlah
keadaan dirinya yang mendekati ajal. Wallahu a’lam bis-shawab.
T e t a p i , u m a t n y a ;
“ummati..ummati..ummati..” bagaimana Yogyakarta, 28 Februari 2015.
nanti kondisi umatku, wahai umatku,
umatku. Begitu cerita dalam Sirah Penulis adalah seorang muslim, masih
ngangsu kawruh di UGM.Nabawi yang sering saya dengar dan
baca.
Sebab itu, kalau kita memang mengaku
Buletin SANTRI Edisi 03Jum’at, 06 Maret 2015
Buletin SANTRI Edisi 01Jum’at, 06 Maret 2015
“Saya jadi teringat
dengan nasehat Kiai saya,
tentang memaknai ayat
ud’uu ilaa sabiili Rabbika
bil-hikmah...”
Jawaban: Soal qunut: Islam itu satu. Tetapi pemahaman atas Islam sangatlah banyak. Fikih
yang mengatur hukum Islam merupakan hasil dari pemahaman dan penafsiran para ulama
terhadap sumber-sumber Islam. Dalam menyikapi masalah doa Qunut, para ulama berbeda
pendapat:
Pendapat 1) Menurut Imam Syafi'i dan Imam Malik, Qunut pada shalat subuh hukumnya
sunnah. Menurut Imam Nawawi, hukumnya sunnah muakkad. Pendapat ini berdasarkan
hadits yang menerangkan bahwa Rasulullah saw senantiasa berdoa qunut hingga akhir
hayatnya;
Pendapat 2) Menurut Hanafiyah, Hanabilah, Imam Tsauri, dan sejumlah ulama salaf, qunut
hukumnya tidak sunah. Mereka bersandar pada sebuah hadits yang menerangkan bahwa
awalnya Rasulullah berdoa qunut tetapi pada waktu selanjutnya beliau meninggalkannya.
Kata "meninggalkan" (tarakahu) dalam hadits menunjukkan bahwa qunut telah dihapus
hukumnya.
Perbedaan dalam qunut sebaiknya jangan sampai menimbulkan konflik. Imam Syafi'i telah
memberi kita contoh yang arif. Beliau yang berpendapat qunut hukumnya sunnah, suatu hari
pernah meninggalkan doa qunut saat shalat subuh yang dilakukan di dekat makam Abu
Hanifah yang tidak mensunahkan doa qunut. Tujuan Imam Syafii meninggalkan qunut adalah
untuk menghormati Abu Hanifah. Kita boleh meninggalkan doa qunut pada saat berjamaah
dengan imam yang tidak berdoa qunut dengan niat menghormatinya, sebagaimana yang
dilakukan oleh Imam Syafi'i. Inilah salah satu contoh toleransi dalam berfikih.
Belakangan ini, saya sering melihat yang terjadi di kompleks perumahannya
bentangan spanduk di berbagai ustadz Arifin Ilham beberapa waktu
sudut kota Yogyakarta yang yang lalu.
bertuliskan “Syi’ah bukanlah Islam”, Yang membuat saya lebih
“Syi’ah sesat”, “Syi’ah mengancam NKRI”, prihatin, di mana bapak polisi atau
dan sebagainya. Sebagai orang awam, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
saya hanya bisa ngelus dada. Umat Islam yang katanya biasa ikut menjaga
seperti diaduk-aduk, akibat banyak stabilitas kerukunan di tengah-tengah
provokasi yang berisikan kebencian kita? Karena spanduk-spanduk yang
terhadap kelompok lain. Saya prihatin, tersebar itu—kalau dipampang secara
sebab provokas i spanduk yang u m u m — b i a s a n y a m e n d a p a t
terpampang begitu menyolok, bisa periijinanan. Kalau ihwal itu diijinkan
menyulut api perseteruan, sebagaimana berarti ketegangan di tengah-tengah
Buletin SANTRI Edisi 03Jum’at, 06 Maret 2015 1Buletin SANTRI Edisi 01
Jum’at, 06 Maret 20154
Pertanyaan: Assalamu'laikum ustadz nanya. Saya sering kali jama'ah subuh berpindah-pindah
tempat. Krn saya adl seorang pedagang sayuran di pasar yg harus buka lapak ketika pagi buta. Jadi,
saya juga trkdang sholat di jama'ah entah itu masjidnya kelompok mama. Yg saya alami, kadanh
saya do'a qunut kadang nggak pake' doa qunut. Bagaimana sholat saya ustad. Krn seringkali saya
mengalami kebimbangan. Dan harus bgimna ktk saya sholat yg nggak pake do'a. Qunut, apakah
saya hrs sujud sahwi. Terimakasih.
Sholat Subuh Pakai
Qunut
Edisi 03/2015
Memanusiakan Manusia:
Ajaran Kanjeng NabiOleh Rifqi Rafiq