Upload
truongnhan
View
227
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
eeee----JournalJournalJournalJournal
Peternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan TropikaPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
email: [email protected]
eeee----journal journal journal journal
FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD Universitas Universitas Universitas Universitas
UdayanaUdayanaUdayanaUdayana
Elektronik Jurnal Peternakan Tropika
dipublikasikan oleh:
Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1
Telp. 0361-235231/222096
email: [email protected]
email: [email protected]
Volume Nomor Tahun Halaman
IV 1 2016 1 - 284
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA
KETUA EDITOR
I Made Mudita, S.Pt., MP
EDITOR
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS
Prof. Ir. I Gusti Lanang Oka, M.Agr., Ph.D
Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS
Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS
Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, Msi
Eny Puspani, SPt., Msi
I Wayan Wirawan, SPt., MP
Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi
ALAMAT REDAKSI:
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleksLantai 1
Telp. 0361- 222096 / 235231
Email: [email protected]
Email: [email protected]
www.ojs.unud.ac.id
tiket kereta toko bagus berita bola terkini anton nb Ane ka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep masakan menghilangkan jerawat villa di p uncak recepten berita harian game online hp d ijual windows gadget jual console voucher onl ine gos ip terbaru berita terbaru windows gadget toko game cerita horor
Volume 4 No. 1 Tahun 2016
Daftar Isi
PENERAPAN MANAJEMEN PENCEGAHAN PENYAKIT DI PETERNAKAN P4S
MUPU AMERTA, BANJAR SALE, DESA ABUAN, BANGLI
Suyasa I K. G., N. P. Sarini, S. A. Lindawati 1-6
DAMPAK FORTIFIKASI UBI UNGU (Ipomoeabatatas) PADAPROSES
FERMENTASI SUSU KEFIRTERHADAPSIFAT-SIFAT ANTIOKSIDAN SELAMA
PENYIMPANAN
Rumapea D. K., I N. S. Miwada, S. A. Lindawati 7-21
EVALUASI AKTIVITAS ANTIMIKROBA KEFIR UBI UNGU PADA MASA
SIMPAN BERBEDA TERHADAP BAKTERI PATOGEN
Melati - N.P.Y, Lindawati S.A, Miwada I N.S 22-34
NILAI ORGANOLEPTIK KEFIR HASIL FORTIFIKASI UBI UNGU PADA PROSES
FERMENTASI SUSU SELAMA PENYIMPANAN
Yanti N K.A.W.P, Lindawati S.A, Miwada I N.S 35-50
AKTIVITAS ENZIM ISOLAT BAKTERI SELULOLITIK YANG DIISOLASI DARI
CACING TANAH (Lumbricus rubellus) PADA BERBAGAI SUBSTRAT SELULOSA
Antari N L.D, Cakra I G.L.O, Mudita I M, Sutama I N.S 51-65
KEMAMPUAN DEGRADASI ISOLAT BAKTERI LIGNOSELULOLITIK ASAL
CACING TANAH (Lumbricus rubellus) TERHADAP BERBAGAI SUBSTRAT
LIGNOSELULOSA
Slamet I K, I G.L.O Cakra, I M Mudita 66-79
KEMAMPUAN DEGRADASI SUBSTRAT LIGNOSELULOSA DARI INOKULAN
DENGAN BERBAGAI TINGKAT PENGGUNAAN CACING TANAH
(Lumbricusrubellus)
Juliartawan I K, Cakra I G.L.O, Mudita I M 80-92
KANDUNGAN NUTRIEN DAN POPULASI BAKTERI DARI INOKULAN YANG
DIPRODUKSI DENGAN MEMANFAATKAN ISOLAT BAKTERI KOLON SAPI
BALI DAN SAMPAH ORGANIK
Suardita I K.G, I M Mudita, N W. Siti, A.A.P.P Wibawa 93-108
KOMPONEN NON KARKAS ITIK BALI JANTAN UMUR 8 MINGGU YANG
DIBERI RANSUM BIOSUPLEMEN YANG MEMANFAATKAN BAKTERI
UNGGUL ASAL RAYAP
Suartiningsih N P.M, G.A.M.K Dewi, I.A.P Utami, I N.S Sutama 109-125
BERAT RECAHAN KARKAS ITIK BALI JANTAN UMUR 8 MINGGU YANG
DIBERI RANSUM DENGAN BIOSUPLEMEN MENGANDUNG BAKTERI
UNGGUL ASAL RAYAP
Suparman I K.A, G.A.M.K Dewi, I W. Wijana, I N.S Sutarpa 126-141
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN KEMBANG TELANG (Clitoria
ternatea) PADA BERBAGAI LEVEL APLIKASI PUPUK BIO-SLURRY
Parwata I N.A, N N.C. Kusumawati, N N. Suryani 142-155
PENGARUH PEMBERIAN KULTUR BAKTERI SELULOLITIK ISOLAT RUMEN
KERBAU MELALUI AIR MINUM SEBAGAI SUMBER PROBIOTIK TERHADAP
LEMAK ABDOMEN DAN KOLESTEROL DARAH ITIK BALI
Somadiarsa I K., I G.N.G Bidura, N W. Siti 156-169
PENGARUH RANSUM YANG MENGANDUNG AMPAS TAHU DIFERMENTASI
DENGAN KHAMIR Saccharomyces sp.TERHADAP KOMPOSISI FISIK KARKAS
BROILER UMUR 6 MINGGU
Sari N.M.L.P, I G.N.G Bidura, N W. Siti 170-183
PERSENTASE DAGING DADA DAN PAHA BROILER YANG DIBERI PAKAN
MENGANDUNG AMPAS TAHU TERFERMENTASI DENGAN KHAMIR
Saccharomyces sp. SEBAGAI INOKULAN PROBIOTIK
Pravita N.P.W.N, I G.N.G. Bidura, D.P.M.A Candrawati 184-195
PENGARUH PEMBERIAN LEVEL ENERGI TERHADAP KECERNAAN
NUTRIEN RANSUM SAPI BALI BUNTING 7 BULAN
Upeksa I G.N.D, N N. Suryani, N P. Sarini 196-207
SINTESIS PROTEIN MIKROBA RUMEN SAPI BALI JANTAN YANG DIBERI
RANSUM DENGAN KANDUNGAN PROTEIN DAN ENERGI BERBEDA
Setiawan I P.I.B, N P. Mariani, I K.M Budiana 208-219
PENGARUH PEMBERIAN KULTUR BAKTERI SELULOLITIK RUMEN
KERBAU DALAM RANSUM MENGANDUNG 10% AMPAS TAHU TERHADAP
PENAMPILAN ITIK BALI JANTAN UMUR 0-8 MINGGU
Wicaksana I K.A., I G.N.G Bidura, I.A.P Utami 220-233
POPULASI MIKROBA PADA RANSUM BERBASIS LIMBAH PERTANIAN
DIFERMENTASI DENGAN INOKULAN ISOLAT BAKTERI KOLON SAPI BALI
DAN SAMPAH ORGANIK
Riandani N W., I G.L.O Cakra, I M. Mudita, I W. Wirawan 234-252
PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN YANG DIPRODUKSI DENGAN
INOKULAN CACING TANAH DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN
ITIK BALI UMUR 2-8 MINGGU
Banurea M.R, I M. Mudita, I W. Suberata, I G.N. Kayana 253-266
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN Stylosanthes guianensis PADA
BERBAGAI LEVEL APLIKASI PUPUK Bio-Slurry
Susanti P.R.N, A.A.A.S Trisnadewi, N M. Witariadi 267-284
PANDUAN BAGI PENULIS
Ketentuan Umum
1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan
(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1, S2, S3 minimal
berasal dari naskah seminar yang telah disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing,
sedangkan untuk penulis lain naskah disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku
umum)
2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk
hasil penelitian, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang
ditentukan
4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy
(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft
Word.
5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:
Redaksi eJournal Peternakan Tropika
d.a Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Gedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD Denpasar
Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali
Telp. 0361-222096 / HP. 081338791005
Email: [email protected]
Email: [email protected]
Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali
Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah
dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point;
margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm, sedangkan margin kanan dan margin
bawah berukuran 2,5 cm.
2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil
dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka
ditulis dengan Huruf Kapital. 12 point (Bold). Font Time New Roman.
3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan
diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di
Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,
penulisan di Bold
4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman diberi nomor secara
berurutan.
5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,
alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode
(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar
pustaka.
Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama
penulis dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP),
abstrak (dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan
pembahasan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.
TATA CARA PENULISAN NASKAH
1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah,
maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian
Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.
Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 12 point (Bold), jarak
1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.
2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh
Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan
penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis
mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan
nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti
dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama
penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama
utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan
umum yang berlaku.
3. Nama Lembaga/Instansi/Institusi, nama lembaga/institusi ditulis secara lengkap
disertai alamat.
4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang
ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan
dipublikasikan
5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris
(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 (satu) paragraf yang berisikan tujuan
penelitian, metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu
spasi
6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata
utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.
7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka
mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat
orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et
al. (2002)
8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.
Metode pelaksanaan penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan
sumbernya.
9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan
hasil secara jelas dan komprehensif
Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)
a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul
singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup
kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi
b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point
(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang
disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang
selanjutnya wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut
c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa
dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt
setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan
analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama
yang menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01)
d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan
tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).
e. Grafik, gambar dan Foto:
- Grafik dibuat dalam program excel
- Gambar baik berupa gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi
f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)
g. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi tanda
petik
10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas
11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu
sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi gagasan, pemilik
proyek/penyandang dana, dll
12. DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah, disusun
menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan semua nama
penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal dicantumkan nama
penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi dan halaman.
Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul
buku, penerbit dan tempat. Artikel internet dicantumkan nama penulis, tahun dibuat,
judul tulisan, alamat web, waktu akses.
e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
email: [email protected]
e-journal
FAPET UNUD Universitas
Udayana
93
KANDUNGAN NUTRIEN DAN POPULASI BAKTERI DARI INOKULAN
YANG DIPRODUKSI DENGAN MEMANFAATKAN ISOLAT
BAKTERI KOLON SAPI BALI DAN SAMPAH ORGANIK
Suardita, I K.G., I M. Mudita, N W. Siti, Dan A.A.P.P. Wibawa
Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar
E-mail: [email protected], HP. 081936516532
ABSTRAK
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrien dan populasi bakteri
dari inokulan yang diproduksi menggunakan kombinasi isolat bakteri unggul 1 dan/atau 2
asal kolon sapi bali dan sampah organik telah dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Penelitian dilaksanakan dengan
Rancangan Acak Lengkap/RAL 12 perlakuan dan 3 ulangan yang didasarkan pada sebelas
jenis inokulan yang diproduksi dan ditambah satu medium inokulan sebagai kontrol.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi kandungan protein terlarut, kalsium,
fosfor, seng, belerang, total bakteri anaerob, populasi bakteri lignoselulolitik, populasi
bakteri asam laktat dan derajat keasaman/pH inokulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
inokulan yang diproduksi dari isolat bakteri unggul 1 dan/atau 2 asal kolon sapi bali dan
sampah organik (perlakuan BS12; BK12; BS1K1; BS1K2 ; BS2K1; BS2K2; BS12K1; BS12K2;
BS1K12; BS2K12 dan BS12K12) mampu menghasilkan inokulan dengan derajat keasaman/pH
lebih rendah serta kandungan nutrien (protein terlarut, fosfor, kalsium, seng, dan belerang)
yang lebih tinggi dan berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan medium inokulan (IS0K0).
Terhadap populasi bakteri inokulan, pemanfaatan isolat bakteri unggul 1 dan/atau 2 asal
kolon sapi bali dan sampah organik (perlakuan BS12; BK12; BS1K1; BS1K2; BS2K1; BS2K2;
BS12K1; BS12K2; BS1K12; BS2K12 dan BS12K12) mampu meningkatkan total bakteri anaerob,
bakteri lignoselulolitik maupun bakteri asam laktat secara nyata (P<0,05) dibandingkan
medium inokulan (IS0K0). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan kombinasi isolat bakteri unggul 1 dan 2 asal kolon sapi bali dan sampah organik
sebagai sumber inokulan dapat meningkatkan kandungan nutrien dan populasi bakteri
inokulan yang dihasilkan.
Kata kunci : Inokulan, Kandungan Nutrien, Populasi Bakteri
THE NUTRIENTS CONTENT AND BACTERIAL POPULATIONS OF
INOCULANT PRODUCED BY USING BACTERIA ISOLATES
FROM BALI CATTLE COLON AND ORGANIC WASTE
ABSTRACK
The research aimed to determine the nutrients content and bacterial populations of
inoculants manufactured using a combination of superior 1 and/or 2 bacteria isolated from
bali cattle colon and organic waste has been carried out in the Laboratory of Animal
Nutrition and Feed, Faculty of Animal Husbandry at Udayana University. The research was
conducted with completely randomized design/CRD 12 treatments and 3 replications based
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 94
on eleven produced the type of inoculant and inoculant plus one medium as a control. The
variables were observed in this research were the content of soluble protein, calcium,
phosphorus, zinc, sulfur, the population of anaerobic bacteria, the population of
lignocellulolytic bacteria, the population of lactic acid bacteria and acidity/pH inoculant. The
results showed that inoculants manufactured from superior 1 and/or 2 bacteria isolated from
bali cattle colon and organic waste (treatment BS12; BK12; BS1K1; BS1K2; BS2K1; BS2K2;
BS12K1; BS12K2; BS1K12; BS2K12 and BS12K12) able to produce inoculants with lower of
acidity degree/pH and higher nutrients content (soluble protein, phosphorus, calcium, zinc,
and sulfur) and significantly different (P<0.05) than medium inoculant (IS0K0). The
population of bacteria inoculant, the use of superior 1 and/or 2 bacteria isolated from bali
cattle colon and organic waste (BS12; BK12; BS1K1; BS1K2; BS2K1; BS2K2; BS12K1; BS12K2;
BS1K12; BS2K12 and BS12K12) were able to significantly (P<0.05) increased of anaerobic
bacteria population, lignocellulolytic bacteria, and lactic acid bacteria compared than
medium inoculant (IS0K0). Based on the results of this study concluded that the use of a
combination of superior 1 and 2 bacteria isolated from bali cattle colon and organic waste as
a source of inoculants can increased nutrients content and bacteria population of inoculant.
Keywords: Inoculants, Nutrients Content, Bacterial Populations
PENDAHULUAN
Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan merupakan salah satu solusi
alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi keberadaan limbah dan mengatasi
kekurangan pakan. Dilihat dari segi nutrien yang terkandung, limbah pertanian mempunyai
kandungan nutrien yang cukup tinggi bagi ternak. Namun, pemanfaatan limbah pertanian
sebagai pakan sering menghadapi kendala terutama dalam proses degradasi bahan asal
limbah tersebut. Tingginya kandungan serat kasar terutama senyawa lignoselulosa
merupakan faktor pembatas utama dalam pemanfaatan limbah pertanian sebagai produk
yang bermanfaat, sehingga perlu diberikan perlakuan untuk menghilangkan atau
memutuskan ikatan yang terjadi diantara komponen serat. Oleh karena itu, diperlukan
aplikasi teknologi pengolahan untuk mengatasi berbagai kendala yang ada dalam
pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan. Teknologi fermentasi menggunakan inokulan
melalui pemanfaatan bakteri yang berasal dari limbah kolon sapi bali dan sampah organik
merupakan salah satu strategi yang potensial untuk dikembangkan dalam mengatasi
permasalahan tersebut.
Kolon sapi kaya bakteri pendegradasi serat pakan, baik bakteri lignolitik, selulolitik,
hemiselulolitik, amilolitik maupun proteolitik serta berbagai probiotik (Chiquette, 2009;
Rigobelo dan Avila, 2012; Singh et al., 2001). Wahyudi et al. (2010) mengungkapkan bahwa
bakteri lignoselulolitik dari kolon dan sekum kerbau mempunyai kemampuan degradasi
serat yang lebih tinggi daripada bakteri rumen yang ditunjukkan tingkat aktivitas enzim
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 95
lignoselulase (lignase, cellulase, dan xilanase) yang lebih tinggi. Hasil penelitian Mudita et
al. (2014) menunjukkan bahwa isolat bakteri dengan kode BCC 4 LC dan BCC 12.1 LC asal
kolon sapi bali mempunyai kemampuan degradasi substrat yang tinggi yaitu dengan luas
zone bening masing-masing sebesar 3,357 cm2; 0,045 cm2; 4,206 cm2; 5,864 cm2 dan 3,130
cm2; 0,044cm2; 3,901 cm2; 5,759 cm2 untuk substrat lignoselulosa, asam tanat, CMC dan
xylan. Pada hasil penelitian tersebut juga tampak bahwa isolat bakteri dengan kode BCC 4
LC dan BCC 12.1 LC mempunyai aktivitas enzim lignase, cellulase dan xilanase yang tinggi
masing-masing sebesar 0,0563 U dan 0,0563 U; 0,0682 U dan 0,0716 U; 6,4018 U dan
21,3392 U.
Sampah organik juga berpotensi sebagai sumber bakteri lignoselulolitik. Sampah
organik yang telah mengalami pelapukan atau pengomposan seperti misalnya sampah
organik yang menumpuk di TPA mengandung banyak bakteri lignoselulolitik yang
mempunyai kemampuan degradasi serat yang tinggi (Pathma dan Sakthivel, 2012; Permana,
2008; Sarkar et al., 2011). Pathma dan Sakthivel (2012) mengungkapkan bakteri yang
terdapat pada kompos sampah organik juga mempunyai kemampuan mendegradasi berbagai
senyawa antinutrisi serta berperan sebagai growth promotor. Hasil penelitian Mudita et al.
(2014) menunjukkan bahwa isolat bakteri dengan kode BW 1 LC dan BW 4 LC asal sampah
organik mempunyai kemampuan degradasi substrat yang tinggi yaitu dengan luas zone
bening masing-masing sebesar 2,314 cm2; 0,051 cm2; 1,548 cm2; 0,435 cm2 dan 3,603 cm2;
0,047 cm2; 1,565 cm2; 0,419 cm2 untuk substrat lignoselulosa, asam tanat, CMC dan xylan.
Pada hasil penelitian tersebut juga tampak bahwa isolat bakteri dengan kode BW 1 LC dan
BW 4 LC mempunyai aktivitas enzim lignase, cellulase dan xilanase yang tinggi masing-
masing sebesar 0,0597 U dan 0,0563 U; 0,0780 U dan 0,0759 U; 29,5806 U dan 32,3767 U.
Adanya bakteri lignoselulolitik dan growth promotor, mengakibatkan limbah kolon
sapi bali dan sampah organik mempunyai potensi yang cukup tinggi sebagai sumber
inokulan konsorsium bakteri yang berkualitas dan mempunyai kemampuan tinggi dalam
mendegradasi serat. Penggunaan kombinasi isolat dari sumber yang berbeda sebagai sumber
inokulan sudah tentu akan mempengaruhi kandungan nutrien dan populasi bakteri dari
inokulan yang diproduksi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini perlu
dilaksanakan untuk mengetahui kandungan nutrien dan populasi bakteri dari inokulan yang
diproduksi dengan menggunakan kombinasi isolat bakteri kolon sapi bali dan sampah
organik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
kandungan nutrien dan populasi bakteri dari inokulan yang diproduksi dari kombinasi isolat
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 96
bakteri kolon sapi bali dan sampah organik serta menjadi salah satu solusi dalam optimalisasi
pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan.
MATERI DAN METODE
Isolat Bakteri Sumber Inokulan
Isolat yang dipergunakan sebagai sumber inokulan dalam penelitian ini adalah isolat
bakteri unggul hasil penelitian Mudita et al. (2014) yaitu isolat bakteri unggul 1 (BCC12.1LC
atau Bacteria Cattle Colon 12.1 Lignocellulolytic) dan isolat bakteri unggul 2 (BCC4LC atau
Bacteria Cattle Colon 4 Lignocellulolytic) dari limbah isi kolon sapi bali serta isolat bakteri
unggul 1 (BW1LC atau Bacteria Waste 1 Lignocellulolytic) dan isolat bakteri unggul 2
(BW4LC atau Bacteria Waste 4 Lignocellulolytic) dari sampah organik.
Medium Inokulan dan Teknik Produksinya
Pembuatan medium inokulan dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan seperti
yang disajikan pada Tabel 1. Bahan-bahan alami seperti jerami padi, serbuk gergaji kayu,
dan dedak padi terlebih dahulu dipreparasi dengan cara dikeringkan dalam oven 70-80oC
selama 48 jam untuk mendapatkan berat keringnya kemudian dilanjutkan dengan
penggilingan halus dengan saringan berdiameter 1 mm. Sedangkan bahan-bahan lainnya
langsung dimanfaatkan dalam produksi medium inokulan. Pencampuran semua bahan
medium dilakukan hingga homogen menggunakan digital hot stirrer “vorteks” selama 30
menit pada temperatur 80-100oC. Medium inokulan yang telah tercampur homogen
selanjutnya disterilisasi pada autoclave selama 15 menit pada suhu 121oC. Setelah medium
inokulan mulai mendingin (suhu ± 40oC), medium siap dimanfaatkan untuk produksi
inokulan.
Tabel 1. Komposisi bahan penyusun medium inokulan alami (dalam 1 liter)
No Bahan Penyusun Komposisi
1 Thioglicollate Medium (g) 0,1
2 Molases (ml) 50
3 Urea (g) 1
4 Asam Tanat (g) 0,025
5 CMC (g) 0,025
6 Xilan (g) 0,025
7 Tepung Jerami padi (g) 0,25
8 Tepung/serbuk gergaji kayu (g) 0,25
9 Dedak Padi (g) 0,25
10 Tepung Tapioka (g) 0,25
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 97
11 Supernatan Cairan rumen (ml) 0,5
12 Mineral-vitamin “Pignox” (g) 0,15
13 Air Bersih hingga volumenya menjadi 1 liter
Sumber: Mudita et al., 2014
Sarana dan Prasarana Penunjang
Sarana dan prasarana penunjang yang digunakan pada penelitian ini meliputi
medium pertumbuhan bakteri selektif (thioglicollate medium), larutan pengencer, medium
cair, autoclave, laminar air flow, inkubator 39oC, oven 70-800C, pH meter, mikropipet,
pengaduk magnetik, pipet otomatis, api bunsen, vorteks, timbangan elektrik, tabung reaksi,
gelas ukur, kapas, gelas beaker, erlenmeyer, cawan petri, ember, botol plastik, aquades,
kantong kertas, lilin, korek api, dan alat tulis.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Udayana, Denpasar selama 3 bulan yaitu mulai 1 januari 2015
sampai dengan 31 Maret 2015.
Rancangan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap/RAL dengan 12
perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan didasarkan pada sebelas (11) jenis inokulan yang
diproduksi dan ditambah 1 perlakuan kontrol (medium inokulan tanpa isolat bakteri).
Perlakuan terdiri atas :
1. IS0K0 = Medium inokulan tanpa isolat bakteri (perlakuan kontrol)
2. BS12 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 dari sampah organik
3. BK12 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 dari kolon sapi bali
4. BS1K1 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 sampah organik dan isolat unggul 1 kolon
sapi bali
5. BS1K2 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 sampah organik dan isolat unggul 2 kolon
sapi bali
6. BS2K1 = Inokulan isolat bakteri unggul 2 sampah organik dan isolat unggul 1 kolon
sapi bali
7. BS2K2 = Inokulan isolat bakteri unggul 2 sampah organik dan isolat unggul 2 kolon
sapi bali
8. BS12K1 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 sampah organik dan isolat unggul
1 kolon sapi bali
9. BS12K2 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 sampah organik dan isolat unggul
2 kolon sapi bali
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 98
10. BS1K12 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 sampah organik dan isolat unggul 1 dan
2 kolon sapi bali
11. BS2K12 = Inokulan isolat bakteri unggul 2 sampah organik dan isolat unggul 1 dan
2 kolon sapi bali
12. BS12K12 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 sampah organik dan isolat unggul
1 dan 2 kolon sapi bali
Pembuatan Larutan Pengencer
Larutan pengencer merupakan medium No. 14 Bryant and Burkey (Ogimoto dan
Imai, 1981), dengan komposisi 7,5 ml mineral I; 7,5 ml mineral II; 0,05 g HCl-cystein; 0,3
g Na2CO3; 0,1 ml larutan rezasurin 0,1%; 100 ml H2O. Seluruh bahan dicampur dalam
tabung erlenmeyer dan disterilisasi dengan autoclave pada temperatur 45-50oC, tabung
dialiri dengan gas CO2 sampai indikator rezasurin berubah dari warna pink menjadi tidak
berwarna, kemudian ditutup dengan penutup karet steril dan disimpan dalam refrigenerator
(lemari es) sebagai sediaan.
Larutan mineral yang dibuat merupakan formula No. 32 Bryant and Burkey
(Ogimoto dan Imai, 1981). Larutan Mineral I dibuat dengan cara menimbang 6 g K2HPO4
dan melarutkannya dalam 1 liter aquades. Sedangkan Larutan Mineral II dibuat
menggunakan 6 g KH2PO4; 12 g (NH4)2SO4; 12 g NaCl; 2,5 g MgSO47H2O; 1,2 g CaCl2
yang dicampur homogen dalam 1 liter aquades.
Pembuatan Medium Cair
Medium pertumbuhan cair untuk isolat-isolat bakteri lignoselulolitik asal kolon sapi
bali dan sampah organik dibuat menggunakan Fluid Thioglicollate Medium/FTM ditambah
CMC, asam tanat, xylan dan aquades. Setiap 100 ml medium cair yaitu menggunakan 2,98
g FTM ditambah 0,1 g asam tanat; 0,1 g CMC; 0,1 g xylan dan aquades hingga volume 100
ml. Semua bahan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dihomogenkan dengan cara di
vorteks pada suhu 100oC selama 5 menit. Selanjutnya disterilisasi dalam autoclave pada
suhu 121oC selama 15 menit.
Penumbuhan Kultur Bakteri
Penumbuhan kultur bakteri dilaksanakan dengan cara terlebih dahulu menumbuhkan
isolat bakteri yang telah diisolasi pada medium selektif padat ke dalam medium
pertumbuhan cair dan/atau medium pertumbuhan cair selektif yang telah disiapkan. Isolat
bakteri dari medium padat dilarutkan dalam larutan pengencer pada absorban 0,5 dengan
panjang gelombang 600 nm dan diinokulasikan sebanyak 10% kedalam tabung erlenmeyer
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 99
yang telah berisi medium pertumbuhan cair tersebut. Kemudian diinkubasikan pada suhu
39oC selama 5 hari dan setiap hari dihomogenkan dengan cara divorteks. Kultur medium
cair inilah yang selanjutnya digunakan dalam produksi inokulan.
Produksi Inokulan
Inokulan konsorsium bakteri diproduksi dengan menginokulasikan 1% kombinasi
kultur isolat bakteri pada medium inokulan secara anaerob. Produksi inokulan konsorsium
bakteri lignoselulolitik dilakukan dalam laminar air flow dengan cara mencampur kultur
bakteri yang akan dipakai dengan medium inokulan dalam wadah botol plastik kapasitas 1
liter yang dilakukan dalam kondisi steril dan suasana anaerob (dialiri gas CO2). Setelah
bakalan inokulan tercampur homogen segera ditutup rapat dan diinkubasi pada suhu 39oC
selama 1 minggu. Inokulan yang telah jadi ditandai dengan aroma inokulan yang harum dan
asam. Inokulan yang telah jadi atau tumbuh selanjutnya dianalisis kandungan nutrien dan
populasi bakterinya.
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Kandungan nutrien inokulan yaitu kandungan protein terlarut, kadar kalsium (Ca),
kadar fosfor (P), kadar belerang (S), seng (Zn), dan derajat keasaman/pH.
2. Populasi bakteri inokulan yang meliputi jumlah total bakteri anaerob/anaerob total
plate count, populasi bakteri lignoselulolitik dan populasi bakteri asam laktat.
Analisis Kandungan Nutrien dan Derajat Keasaman (pH) Inokulan
Kandungan nutrien yang akan di evaluasi antara lain kandungan protein terlarut,
kalsium (Ca), fosfor (P), belerang (S), dan seng (Zn). Analisis kandungan protein terlarut
inokulan dilakukan dengan metode biuret pada panjang gelombang 520 nm standar
BSA/Bovine Serum Albumin, Ca dianalisis dengan EDTA Method, analisis kadar P dan Zn
menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometre (AAS) pada panjang gelombang 660
nm, dan penentuan kadar S dengan metode Iodometri. Derajat keasaman/pH inokulan diukur
dengan menggunakan pH meter merk Beckman.
Penghitungan Populasi Bakteri Inokulan
Populasi bakteri yang diamati adalah total bakteri anaerob/anaerob total plate count,
populasi bakteri lignoselulolitik dan populasi bakteri asam laktat. Perhitungan populasi
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 100
bakteri dilakukan dengan metode pengenceran berseri menggunakan medium pertumbuhan
selektif cawan petri (Jenie dan Pardiaz, 1989). Medium pertumbuhan selektif dibuat dengan
cara sebagai berikut :
1) Untuk medium pertumbuhan total bakteri anaerob, setiap 100 ml medium dibuat dengan
mencampurkan 2,98 g FTM (Fluid Thioglycollate Medium), 2,5 g bacto agar, dan
ditambahkan aquades hingga volumenya 100 ml.
2) Untuk medium pertumbuhan populasi bakteri lignoselulolitik, setiap 100 ml medium
dibuat dengan mencampurkan 2,98 g FTM (Fluid Thioglycollate Medium), 1 g asam
tanat, 1 g CMC, 1 g xylan, dengan 2,5 g bacto agar, dan ditambahkan aquades hingga
volumenya 100 ml.
3) Untuk medium pertumbuhan populasi bakteri asam laktat, setiap 100 ml medium dibuat
dengan mencampurkan 5,2 g MRS (de-Mann Rogosa Sharpe) dan ditambahkan aquades
hingga volumenya 100 ml
Medium yang baru dicampur selanjutnya dihomogenkan dengan menggunakan
digital hot stirrer “vorteks” (dalam kondisi tertutup dengan aluminium poil) selama 10-15
menit pada suhu 1000C. Setelah homogen selanjutnya disterilisasi dalam autoclave pada
suhu 1210C selama 15 menit. Setelah selesai sterilisasi dan mulai mendingin (suhu ± 400C)
medium siap dimanfaatkan untuk penumbuhan bakteri selektif. Proses pembiakan bakteri
selektif dilakukan dalam laminar air flow. Proses inokulasi bakteri dilakukan dalam kondisi
steril dan suasana anaerob (tanpa oksigen). Inokulasi dilakukan dengan cara terlebih dahulu
menuangkan 250 µl inokulan dari seri pengenceran 10-5 dan 10-7 pada cawan petri, setelah
itu baru tuangkan medium inokulan sebanyak 20 ml. Setelah inokulasi, dilanjutkan dengan
inkubasi selama 24 jam dalam inkubator T 390C. Setelah diinkubasi selama 24 jam baru
dilakukan penghitungan populasi bakteri inokulan.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini selanjutnya dianalisis dengan bantuan
program SPSS 16.0 dan apabila pada pengujian terdapat hasil berbeda nyata (P<0,05), maka
analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s (Hartono, 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Nutrien dan Derajat Keasaman (pH) Inokulan.
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 101
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulan yang diproduksi dari isolat bakteri
unggul 1 dan/atau 2 asal kolon sapi bali dan sampah organik (perlakuan BS12; BK12; BS1K1;
BS1K2; BS2K1; BS2K2; BS12K1; BS12K2; BS1K12; BS2K12 dan BS12K12) mampu
meningkatkan secara nyata (P<0,05) kandungan nutrien baik protein terlarut, mineral
fosfor/P, kalsium/Ca, seng/Zn dan belerang/S dibandingkan dengan kandungan nutrien dari
medium inokulan (IS0K0) (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa isolat bakteri mempunyai
peranan yang sangat penting dalam penentuan dan penyediaan nutrien dari inokulan. Adanya
isolat bakteri yang bekerja secara sinergis akan mampu meningkatkan degradasi substrat dari
medium inokulan menjadi komponen yang lebih sederhana. Disamping itu, isolat bakteri
(sel tubuh bakteri) mengandung berbagai nutrien terutama protein dan berbagai mineral
(Hungate, 1966; Leng, 1997; Ogimoto dan Imai, 1981) sehingga inokulasi isolat bakteri akan
meningkatkan kandungan nutrien inokulan.
Tabel 2. Kandungan nutrien dan pH inokulan kolon sapi bali dan sampah organik
Inokulan1)
Kandungan Nutrien Inokulan
pH Protein
Terlarut (%)
Fosfor/P
(ppm)
Kalsium/Ca
(ppm)
Seng/Zn
(ppm)
Belerang/S
(ppm)
IS0K0 2,29a 144,81a 836,07a 4,80a 204,67a 5,40i
BS12 2,75b2) 153,42b 917,21b 7,07b 241,97b 4,47h
BK12 2,70b 161,30c 917,59b 7,11b 245,32bc 4,40gh
BS1K1 3,72d 173,32ef 929,33bcd 7,15b 255,48def 4,21de
BS1K2 3,05c 165,64cd 919,30bc 7,14b 249,55cd 4,30f
BS2K1 3,11c 169,97de 922,67bc 7,15b 249,81cd 4,29ef
BS2K2 2,89bc 162,32c 915,96b 7,11b 246,22bc 4,33fg
BS12K1 4,16e 179,39fgh 947,00cd 7,64c 258,43ef 4,02ab
BS12K2 3,64d 176,39efg 940,33bcd 7,57c 255,08def 4,17cd
BS1K12 4,03e 182,72gh 953,67d 7,71c 259,80ef 4,09bc
BS2K12 3,73d 174,72ef 938,97bcd 7,56c 253,74de 4,14cd
BS12K12 4,10e 185,24h 982,42e 7,98d 260,56f 3,99a
SEM3) 0,08 2,22 8,77 0,08 1,92 0,03
Keterangan: Hasil Analisis Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet UNUD (2015)
1) Perlakuan yang diberikan (Jenis inokulan yang diproduksi)
IS0K0 = Medium inokulan tanpa isolat bakteri (perlakuan kontrol); BS12 = Inokulan isolat bakteri
unggul 1 dan 2 dari sampah organik; BK12 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 dari kolon
sapi bali; BS1K1 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 sampah organik dan isolat unggul 1 kolon
sapi bali; BS1K2 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 sampah organik dan isolat unggul 2 kolon
sapi bali; BS2K1 = Inokulan isolat bakteri unggul 2 sampah organik dan isolat unggul 1 kolon
sapi bali; BS2K2 = Inokulan isolat bakteri unggul 2 sampah organik dan isolat unggul 2 kolon
sapi bali; BS12K1 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 sampah organik dan isolat unggul 1
kolon sapi bali; BS12K2 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 sampah organik dan isolat unggul
2 kolon sapi bali; BS1K12 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 sampah organik dan isolat unggul 1
dan 2 kolon sapi bali; BS2K12 = Inokulan isolat bakteri unggul 2 sampah organik dan isolat unggul
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 102
1 dan 2 kolon sapi bali; BS12K12 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 sampah organik dan
isolat unggul 1 dan 2 kolon sapi bali
2) Huruf dengan superskrip yang sama pada kolom yang sama, berbeda tidak nyata (P>0,05)
3) SEM = Standard Error of The Treatment Means
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa inokulan yang diproduksi dari kombinasi
isolat bakteri unggul 1 dan/atau 2 asal kolon sapi bali dan sampah organik (perlakuan BS1K1;
BS1K2; BS2K1; BS2K2; BS12K1; BS12K2; BS1K12; BS2K12 dan BS12K12) mampu
menghasilkan inokulan dengan kandungan nutrien yang lebih tinggi daripada inokulan yang
diproduksi dari satu sumber isolat (perlakuan BS12 dan BK12) (Tabel 2). Hal tersebut
menunjukkan penggunaan kombinasi isolat dari sumber yang berbeda mampu menciptakan
efek sinergis dimana antar isolat bakteri saling menutupi kelemahan yang dimiliki oleh
masing – masing isolat tersebut dalam mendegradasi substrat sehingga proses degradasi
substrat dapat dilakukan secara sempurna yang mengakibatkan ketersedian nutrien pada
inokulan menjadi tinggi. Penggunaan kombinasi isolat dari sumber yang berbeda mampu
menghasilkan pertumbuhan dan aktivitas bakteri yang lebih baik yang ditunjukkan adanya
populasi bakteri yang tinggi (Tabel 3). Pertumbuhan dan aktivitas bakteri yang tinggi telah
mendukung dihasilkannya kandungan nutrien inokulan yang lebih tinggi yang kemungkinan
berasal dari pemecahan/degradasi senyawa kompleks dari bahan medium inokulan menjadi
senyawa-senyawa sederhana serta nutrien yang berasal dari komponen sel tubuh
mikroba/bakteri yang memang tersusun atas protein/asam amino serta berbagai nutrien
lainnya baik senyawa organik maupun anorganik (Hungate, 1966; Leng, 1997; Ogimoto dan
Imai, 1981).
Derajat keasaman/pH pada inokulan hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
penurunan pH secara nyata (P<0,05) dibandingkan medium inokulan (IS0K0). Medium
inokulan (IS0K0) memiliki pH tertinggi yaitu sebesar 5,40, sedangkan inokulan perlakuan
BS12; BK12; BS1K1; BS1K2 ; BS2K1; BS2K2; BS12K1; BS12K2; BS1K12; BS2K12 dan BS12K12
memiliki pH bertururt-turut sebesar 17,22%; 18,52%; 22,04%; 20,37%; 20;56%; 19,81%;
25,56%; 22,78%; 24,26%; 23,33%; 26,11% nyata lebih rendah (P<0,05) dari medium
inokulan (IS0K0) (Tabel 2). Derajat keasaman (pH) dari inokulan mencerminkan lingkungan
tempat tumbuhnya mikroba (khususnya bakteri) dari inokulan yang dipengaruhi oleh
kandungan nutrien khususnya asam-asam organik yang terdapat dalam medium inokulan.
Derajat keasaman yang tinggi (nilai pH rendah) menunjukkan semakin banyaknya asam-
asam organik yang terbentuk dari pemecahan substrat komponen medium inokulan. Pada
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 103
penelitian ini tampak bahwa peningkatan populasi bakteri asam laktat (Tabel 3) akan
meningkatkan produksi asam-asam organik yang ditunjukkan oleh rendahnya pH pada
inokulan. Terjadi penurunan pH pada inokulan diakibatkan oleh terjadinya peningkatan
populasi bakteri dari inokulan tersebut. Populasi bakteri yang tinggi khususnya bakteri
lignoselulolitik dan bakteri asam laktat (Tabel 3) akan meningkatkan degradasi substrat
termasuk senyawa lignoselulosa menjadi asam-asam organik. Howard et al. (2003)
menyatakan bahwa bakteri lignoselulolitik akan mendegradasi senyawa lignoselulosa
menghasilkan asam-asam organik (VFA maupun asam malat), CO2 dan H2O. Ross (1984)
menyatakan bahwa keberadaan bakteri asam laktat pada inokulan merupakan sesuatu yang
vital dalam mempercepat dan meningkatkan produksi asam laktat sehingga semakin tinggi
populasi bakteri asam laktat maka pH inokulan akan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa populasi bakteri asam laktat yang tinggi pada
inokulan (Tabel 3) akan menghasilkan derajat keasamaan inokulan yang tinggi pula (pH
rendah) (Tabel 2). Hasil penelitian ini sejalan dengan Mudita et al. (2012) menunjukkan
bahwa peningkatan populasi mikroba (bakteri dan fungi) akibat peningkatan level cairan
rumen dan rayap akan meningkatkan derajat keasaman inokulan yang dihasilkan. Lebih
lanjut diungkapkan oleh Aisjah (1995) bahwa semakin tinggi dosis inokulum, maka semakin
banyak populasi mikroba (bakteri dan fungi) dan semakin banyak pula komponen substrat
yang dirombak menjadi asam-asam organik seperti VFA yang mengakibatkan terjadinya
penurunan pH inokulan (derajat keasaman tinggi).
Populasi Bakteri Inokulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulan yang diproduksi dari isolat bakteri
unggul 1 dan/atau 2 asal kolon sapi bali dan sampah organik (perlakuan BS12; BK12; BS1K1;
BS1K2; BS2K1; BS2K2; BS12K1; BS12K2; BS1K12; BS2K12 dan BS12K12) mampu
meningkatkan populasi bakteri anaerob, bakteri lignoselulolitik maupun bakteri asam laktat
secara nyata (P<0,05) terhadap medium inokulan (IS0K0) (Tabel 3). Peningkatan populasi
bakteri pada inokulan yang diproduksi dengan memanfaatkan kombinasi isolat bakteri
unggul 1 dan/atau 2 asal kolon sapi bali dan sampah organik menunjukkan adanya hubungan
sinergis dimana bakteri saling mendukung dan bekerja sama dalam mendegradasi substrat
sehingga proses degradasi substrat dapat berjalan dengan lebih baik yang mengakibatkan
ketersediaan nutrien siap pakai (ready fermentable) untuk pertumbuhan bakteri itu sendiri
akan semakin tinggi. Ketersediaan nutrien yang lebih tinggi seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 2 akan memberikan peluang peningkatan populasi bakteri yang semakin tinggi (Tabel
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 104
3). Hal ini sependapat dengan Kamra (2005) bahwa semakin banyak bakteri/sumber
inokulan yang diinokulasikan serta didukung ketersediaan nutrisi dan kondisi lingkungan
yang kondusif, maka populasi bakteri yang tumbuh akan semakin tinggi. Lebih lanjut
diungkapkan oleh Dewi et al. (2013) bahwa tersedianya nutrien yang cukup akan
mendukung proses pertumbuhan dan aktivitas mikroba, sehingga populasi mikroba (bakteri
dan fungi) inokulan dapat meningkat.
Tabel 3. Populasi bakteri inokulan kolon sapi bali dan sampah organik
Inokulan1)
Populasi Bakteri Inokulan Total Bakteri
Anaerob Bakteri
Lignoselulolitik Bakteri Asam
Laktat (x 108 kol/ml) (x 108 kol/ml) (x 106 kol/ml)
IS0K0 0,84a 0,46a 0,75a BS12 23,43b 13,49b 19,06b2) BK12 32,12c 22,12c 20,81bc BS1K1 36,92efg 26,92efg 23,89def BS1K2 35,23de 25,23de 23,09de BS2K1 35,59def 25,59def 23,09de BS2K2 34,47d 24,49d 22,76cd BS12K1 38,13g 28,12g 27,14gh BS12K2 37,25efg 27,25efg 25,13efg BS1K12 37,49fg 27,44fg 26,08fgh BS2K12 37,33efg 27,29efg 24,86def BS12K12 38,13g 28,13g 27,50h SEM3) 0,65 0,66 0,72
Keterangan: Hasil Analisis Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet UNUD (2015)
1) Perlakuan yang diberikan (Jenis inokulan yang diproduksi)
IS0K0 = Medium inokulan tanpa isolat bakteri (perlakuan kontrol); BS12 = Inokulan isolat bakteri
unggul 1 dan 2 dari sampah organik; BK12 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 dari kolon
sapi bali; BS1K1 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 sampah organik dan isolat unggul 1 kolon
sapi bali; BS1K2 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 sampah organik dan isolat unggul 2 kolon
sapi bali; BS2K1 = Inokulan isolat bakteri unggul 2 sampah organik dan isolat unggul 1 limbah
kolon sapi bali; BS2K2 = Inokulan isolat bakteri unggul 2 sampah organik dan isolat unggul 2
kolon sapi bali; BS12K1 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 sampah organik dan isolat unggul
1 kolon sapi bali; BS12K2 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 sampah organik dan isolat
unggul 2 kolon sapi bali; BS1K12 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 sampah organik dan isolat
unggul 1 dan 2 kolon sapi bali; BS2K12 = Inokulan isolat bakteri unggul 2 sampah organik dan
isolat unggul 1 dan 2 kolon sapi bali; BS12K12 = Inokulan isolat bakteri unggul 1 dan 2 sampah
organik dan isolat unggul 1 dan 2 kolon sapi bali
2) Huruf dengan superskrip yang sama pada kolom yang sama, berbeda tidak nyata (P>0,05)
3) SEM = Standard Error of The Treatment Means
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa inokulan BS12K1 dan BS12K12 mampu
menghasilkan inokulan yang mempunyai kandungan total bakteri anaerob paling tinggi
(38,13 x 108 kol/ml ) dan berbeda nyata (P<0,05) dengan inokulan IS0K0; BS12 ; BK12;
BS1K2; BS2K1 dan BS2K2 namun tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan inokulan BS1K1;
BS12K2; BS1K12 dan BS2K12. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi isolat
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 105
bakteri unggul 1 dan/atau 2 asal kolon sapi bali dan sampah organik mampu memberi
dampak yang baik terhadap peningkatan populasi bakteri anaerob yang kemungkinan
disebabkan karena kombinasi tersebut mampu menciptakan konsorsium yang sinergis.
Konsorsium yang sinergis akan memberikan kondisi yang sesuai dimana bakteri dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik sebagai akibat semua bakteri bekerja saling
mendukung dalam mendegradasi substrat, serta tidak terjadi kompetisi antar isolat bakteri
sepanjang kebutuhan nutrien untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri terpenuhi
dengan baik.
Penggunaan kombinasi isolat bakteri unggul 1 dan/atau 2 asal kolon sapi bali dan
sampah organik sebagai sumber inokulan juga mampu meningkatkan populasi bakteri
lignoselulolitik secara nyata (P<0,05) terhadap medium inokulan (IS0K0). Inokulan BS12K12
mempunyai kandungan bakteri lignoselulitik tertinggi sebesar 28,13 x 108 kol/ml dan
berbeda nyata (P<0,05) terhadap inokulan IS0K0; BS12; BK12; BS1K2; BS2K1 dan BS2K2
namun berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan inokulan BS1K1; BS12K1; BS12K2; BS1K12 dan
BS2K12. Tingginya populasi bakteri lignoselulolitik pada inokulan BS12K12 menunjukkan
bahwa inokulan BS12K12 merupakan kombinasi terbaik untuk pertumbuhan bakteri
lignoselulolitik sehingga populasi bakteri lignoselulolitik semakin tinggi serta didukung oleh
pasokan nutrien yang berasal dari medium inokulan yang cukup tinggi mengakibatkan
bakteri dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga populasi bakteri
lignoselulolitik pada inokulan menjadi tinggi. Kolon sapi kaya bakteri pendegradasi serat
pakan, baik bakteri lignolitik, selulolitik, hemiselulolitik, amilolitik, proteolitik maupun
probiotik (Chiquette, 2009; Rigobelo dan Avila, 2012; Singh et al., 2001). Sampah organik
juga mengandung berbagai bakteri lignoselulolitik (Permana, 2008; Sarkar et al., 2011).
Pathma dan Sakthivel (2012) mengungkapkan bahwa berbagai bakteri menguntungkan
dapat diisolasi dari sampah organik seperti Bacillus spp, Bacillus megaterium, B. subtilis, B.
pumilis, Rhizobium trifolli, R. japonicum, dll. Tingginya populasi bakteri lignoselulolitik
yang dihasilkan pada inokulan menunjukkan inokulan tersebut berpotensi sebagai fermentor
yang mempunyai kemampuan tinggi sebagai pendegradasi senyawa lignoselulosa bahan
pakan asal limbah pertanian.
Populasi bakteri asam laktat pada inokulan yang diproduksi dari kombinasi isolat
bakteri unggul 1 dan/atau 2 asal kolon sapi bali dan sampah organik lebih tinggi dan berbeda
nyata (P<0,05) terhadap medium inokulan (IS0K0). Populasi bakteri asam laktat tertinggi
terdapat pada inokulan BS12K12 sebesar 27,50 x 106 kol/ml dan berbeda nyata terhadap
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 106
inokulan IS0K0; BS12; BK12; BS1K1; BS1K2; BS2K1; BS2K2; BS12K2 dan BS2K12 namun
berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap inokulan BS12K1 dan BS1K12 (Tabel 3). Peningkatan
populasi bakteri asam laktat disebabkan karena penggunaan kombinasi isolat bakteri unggul
1 dan/atau 2 asal kolon sapi bali dan sampah organik sebagai sumber bakteri inokulan dapat
meningkatkan ketersediaan nutrien pada inokulan tersebut sehingga pertumbuhan dan
perkembangan bakteri menjadi cukup baik apalagi produksi inokulan dikondisikan pada
kondisi anaerob juga akan mendukung peningkatan populasi bakteri asam laktat. Tinggi
rendahnya bakteri asam laktat dipengaruhi oleh kemampuan bakteri asam laktat dalam
membentuk asam laktat yang ditentukan oleh jumlah starter, jenis starter yang digunakan,
lingkungan fermentasi dan jumlah nutrien yang tersedia selama masa inkubasi (Kosikwoksi
1977 dalam Murti 2010). Selain itu, pH inokulan juga mempengaruhi dalam pertumbuhan
setiap bakteri terutama bakteri asam laktat (Todar, 2011). Semakin rendah pH inokulan maka
semakin tinggi populasi bakteri asam laktat pada inokulan tersebut. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa inokulan BS12K12 yang mempunyai pH terendah
(Tabel 2) mempunyai kandungan bakteri asam laktat tertinggi (Tabel 3). Tingginya
kandungan bakteri asam laktat pada inokulan menunjukkan inokulan tersebut sangat bagus
jika digunakan sebagai fermentor. Ross (1984) mengungkapkan bahwa ketersediaan bakteri
asam laktat merupakan sesuatu yang penting, mengingat bakteri asam laktat akan mampu
menghasilkan produk fermentasi yang bersifat homofermentatif yang merupakan jenis
fermentasi berkualitas tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan kombinasi isolat
bakteri unggul 1 dan 2 asal kolon sapi bali dan sampah organik sebagai sumber inokulan
dapat meningkatkan kandungan nutrien dan populasi bakteri inokulan yang dihasilkan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan untuk memanfaatkan inokulan
BS12K12 sebagai starter fermentasi guna optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian sebagai
pakan ternak.
UCAPAN TERIMAKASIH
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 107
Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Andi Udin Saransi; Dr. Ir. Ni Putu
Mariani, M.Si; Ni Made Witariadi, S.Pt., MP dan Ir. Tjokorda Istri Putri, MP yang telah
membantu penulis dari awal penulisan sampai akhir penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Aisjah, T., 1995. Biokonversi limbah umbi singkong menjadi bahan pakan sumber protein
oleh jamur rhizophus serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan ayam pedaging.
Disertasi. Universitas Padjajaran Bandung.
Chiquette, J. 2009. The role of probiotics in promoting dairy production. WCDS Advances
in Dairy Technology. 21: 143-157
Dewi, G.A.M.K, I W. Wijana, N W. Siti dan I M. Mudita. 2013. Optimalisasi Pemanfaatan
Limbah dan Gulma Tanaman Pangan dalam Usaha Peternakan Itik Bali Melalui
Produksi Biosuplemen Berprobiotik Berbasis Limbah Isi Rumen. Laporan Penelitian
Unggulan Udayana.
Hartono. 2008. SPSS 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Howard R. L., Abotsi E., J.V. Rensburg E.L., dan Howard S. 2003. Lignocellulose
biotechnology; Issues of Bioconversion and Enzyme Production. Review. African
Journal of Biotechnology. 2 (12) : 602-619
Hungate, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press, inc., New York
Jenie, B.S.L dan S. Fardiaz. 1989. Petunjuk Laboratorium Uji Sanitasi dalam Industri
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kamra, D.N. 2005. Rumen microbial ecosystem. Special Section: Microbial Diversity.
Current Science. 89 (1) : 124-135. Available from: URL:
http://www.ias.ac.in/currsci/jul102005/124.pdf (akses 12 Januari 2016)
Leng, R.A. 1997. Tree Foliage in Ruminant Nutrition. Food and Agriculture Organization
of the United Nations Rome, Italy.
Mudita, I M., A.A.P.P. Wibawa, dan I W. Wirawan. 2014. Isolasi dan Pemanfaatan
Konsorsium Bakteri Lignoselulolitik Kolon Sapi Bali dan Sampah TPA sebagai
Inokulan Biosuplemen Berprobiotik Peternakan Sapi Bali Berbasis Limbah Pertanian.
Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun I. Universitas Udayana, Denpasar
Mudita, I M., I W. Wirawan, A.A.P.P. Wibawa, dan I G.N. Kayana. 2012. Penggunaan
Cairan Rumen dan Rayap dalam Produksi Bioinokulan Alternatif serta Pemanfaatannya
dalam Pengembangan Peternakan Sapi Bali Kompetitif dan Sustainable. Fakultas
Peternakan Universitas Udayana
Suardita et al. Peternakan Tropika Vol. 4. No. 1 Th. 2016: 93 -108 Page 108
Murti, T,W. 2010. Evaluasi Komposisi Kimia Susu Kambing Segar yang Difortifikasi
Bakteri Asam Laktat dengan Kehadiran Ekstrak Susu Kedelai. Semarang: Unika.
Soegijapranata
Ogimoto, K. dan S. Imai. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Scientific Societies
Poress, Tokyo
Pathma, J. dan N. Sakthivel. 2012. Microbial diversity of vermicompost bacteria that exhibit
useful agricultural traits and waste management potential. Springer Plus. 1 (26) : 1-19
Permana, 2015. Kandungan Nutrien dan Populasi Mikroba Inokulan yang Diproduksi dari
Level Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Skripsi Fakultas Peternakan Universitas
Udayana.
Permana, Y.A. 2008. Identifikasi Bakteri Aerob Pendegradasi Sampah Organik di TPA
Sampah Benowo Surabaya. Tesis. Institut Teknologi Surabaya
Rigobelo, E.C., dan F.A.D. Avila. 2012. Protective Effect of Probiotics Strain in Ruminants.
Chapter 2. In Probiotic in Animal. Edited by Everlon Cid Rigobelo. Intech.
Ross, G.D. 1984. Microbiology of Silage. Silage in The 80s. Proceeding of a National
Workshop, Armidale, New South Wales, Australia.
Sarkar, P., M. Meghvanshi dan R. Singh. 2011. Microbial consortium; a new approach in
effective degradation of organic kitchen waste. International Journal of
Environmenmtal Science and development. 2 (3) : 170-174
Singh, B., Tej K. Bhat dan Bhupinder Singh. 2001. Exploiting gastrointestinal microbes for
livestock and industrial development. Review. Asian-aust. J. Anim. Sci. 14 (4) : 567-
586
Todar, K., 2011. Fermentation of Food by Lactic Acid Bacteria. Todars Online Textbook of
Bacteriology.
Wahyudi, A., M.N. Cahyanto, M. Soejono, dan Z. Bachruddin. 2010. Potency of
lignocellulose degrading bacteria isolated from buffalo and horse gastrointestinal tract
and elephant dung for feed fiber degradation. J. Indonesian Trop. Anim.Agric. 35 (1) :
34-41