30

Click here to load reader

Draft SPT Anung Nugroho

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Draft SPT Anung Nugroho

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini dalam setiap usaha pembangunan yang melibatkan

lingkungan dan sumber daya alam, boleh dikatakan selalu diajukan konsep

berlabel “berkelanjutan”. Label ini menunjukkan bahwa kegiatan yang

dilakukan harus terus-menerus tetapi tetap harus berwawasan lingkungan.

Pada bidang pertanian, bisa dilakukan dengan menerapkan sistem pertanian

terpadu. Kegiatan dalam sistem pertanian terpadu antara lain meliputi

aktivitas pengelolaan tanaman, pengelolaan tanah, air, terpadu, nutrien,

ternak, hama penyakit, dan jaringan pemasaran secara terpadu dan

berkelanjutan.

Implementasi sistem pertanian terpadu bisa dilakukan dengan

pertanian organik. Petanian organik adalah sebuah bentuk solusi baru guna

menghadapi kebuntuan yang dihadapi petani sehubungan dengan maraknya

intervensi barang-barang sintetis atas dunia pertanian sekarang ini. Dapat

dilihat, mulai dari pupuk, insektisida, perangsang tumbuh, semuanya telah

dibuat dari bahan-bahan yang disintesis dari senyawa-senyawa murni

(biasanya anorganik) di laboratorium. Pertanian organik dapat memberi

perlindungan terhadap lingkungan dan konservasi sumber daya yang tidak

dapat diperbaharui, memperbaiki kualitas hasil pertanian, menjaga pasokan

produk pertanian sehingga harganya relatif stabil, serta memiliki orientasi

dan memenuhi kebutuhan hidup ke arah permintaan pasar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh perlakuan penyiraman terhadap tinggi, diameter,

dan jumlah cabang pada tanaman kangkung?

2. Bagaimana keterkaitan antar subsektor pertanian yang berada di lokasi

praktikum?

3. Bagaimana analisis usaha tani di lokasi praktikum?

1

Page 2: Draft SPT Anung Nugroho

C. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui pengaruh perlakuan penyiraman terhadap tinggi, diameter,

dan jumlah cabang pada tanaman kangkung.

2. Mengetahui keterkaitan antar subsektor pertanian yang berada di lokasi

praktikum.

3. Mengetahui analisis usaha tani di lokasi praktikum.

2

Page 3: Draft SPT Anung Nugroho

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Budidaya Kangkung

Salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan oleh orang Indonesia

untuk keperluan sayuran adalah tanaman kangkung darat. Beberapa orang

yang telah mengkonsumsi sayuran kangkung darat tersebut mengaku

merasakan kantuk. Berdasarkan literatur, dalam 100 gram tanaman kangkung

mengandung 458,00 gram Kalium dan 49,00 gram Natrium. Dimana Kalium

dan Natrium ini merupakan persenyawaan garam bromida. Senyawa-senyawa

ini bekerja sebagai obat tidur berdasarkan sifatnya yang dapat menekan

susunan saraf pusat (Anonim, 2010).

Berdasarkan tempat hidupnya, tanaman kangkung dapat dibedakan

menjadi kangkung darat (Ipomea reptans Poir.) dan kangkung air (Ipomea

aquatiqa Poir.). Akan tetapi, jumlah varietas kangkung darat lebih banyak

dibandingkan kangkung air. Varietas kangkung darat terbagi menjadi varietas

Bangkok, biru, cinde, sukabumi, dan sutra. Sedangkan varietas kangkung air

terbagi menjadi varietas sumenep dan varietas biru. Secara alamiah,

Kangkung ini dapat ditemukan di kolam, rawa, sawa, dan tegalan.

Tumbuhnya menjalar dengan banyak percabangan. Sistem perakarannya

tunggang dengan cabang-cabang akar yang menyebar ke berbagai penjuru.

Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan bentuk helaiannya seperti

hati. Bunganya menyerupai terompet. Bentuk buahnya bulat telur dan di

dalamnya berisi 3 butir biji (Santoso, 2008).

Pemupukan bagi tanaman kangkung terdiri dari pupuk dasar yaitu

pupuk kandang, yang diberikan seminggu sebelum tanam (setelah selesai

pembuatan bedengan). Selain itu juga diberikan pupuk urea, seminggu setelah

tanam, kemudian 2 minggu setelah tanam. Pemberian pupuk urea dicampur

dengan air kemudian disiram pada pangkal tanaman dengan ember penyiram

(Zailani, 1993).

3

Page 4: Draft SPT Anung Nugroho

B. Integrated Crop Management

Integrated Crop Management (ICM) merupakan cara bercocok tanam

yang menyeimbangkan antara keuntungan secara ekonomi dengan

responsibilitas serta kepedulian lingkungan. ICM melibatkan praktek-praktek

menghindari limbah, meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi polusi.

ICM mengkombinasikan teknologi modern terbaik dengan beberapa prinsip

dasar pada praktek pertanian yang baik dan merupakan suatu sistem pertanian

yang utuh, strategi jangka panjang (Warda, 2000).

Salah satu objek utama dari Integrated Crop Management ini adalah

untuk mengurangi penggunaan input eksternal, seperti pupuk anorganik,

pestisida dan bahan bakar, dengan maksud mengganti produksi dan

manajemen input yang baik. ICM melibatkan aplikasi rotasi tanaman; teknik

budidaya yang sesuai; pemilihan varietas yang selektif; mengurangi input

seperti pupuk kimia, pestisida, dan bahan bakar fosil; memelihara ekosistem;

meningkatkan ketersediaan habitat dari satwa liar (Smaling, 1993).

Keuntungan lingkungan dari ICM masih sulit untuk diindentifikasi

dan memerlukan proses yang sangat lama. Untuk skala jangka panjang, akan

meningkatkan biodiversitas, dapat meningkatkan jumlah burung, dan

mengurangi pelindian nitrat dan erosi tanah. Pada beberapa penelitian, dapat

diketahui adanya beberapa indikasi, yaitu: terjadi peningkatan kualitas

produksi, pengurangan biaya produksi sebanyak 20-30%, pengurangan input

pestisida sebanyak 30-70%, serta pengurangan input nitrogen sebanyak 16-

25% (Siddiqui et al., 2008).

C. Integrated Pest Management

Pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh alami

dimaksudkan untuk memberikan peranan yang lebih besar kepada musuh

alami, sebelum memakai insektisida. Pada prinsipnya musuh alami akan

selalu berkembang mengikuti perkembangan hama. Namun bila

perkembangan musuh alami sudah tidak mampu mengikuti perkembangan

hama, artinya keseimbangan biologi tidak tercapai, maka diperlukan taktik

pengendalian yang lain, termasuk penggunaan bahan kimia (Altieri, 1994).

4

Page 5: Draft SPT Anung Nugroho

Penggunaan insektisida merupakan taktik dinamis yang dilaksanakan

dalam kurun waktu pertumbuhan tanaman bila teknik budi daya dan

pengendalian hayati gagal menekan populasi hama di bawah ambang

ekonomi. Ambang ekonomi merupakan komponen yang sangat penting

dalam PHT. Pengendalian hama berdasarkan ambang ekonomi juga bertujuan

untuk mengatasi penggunaan bahan kimia secara berlebihan yang berdampak

terhadap tingginya residu pestisida pada produk pertanian dan pencemaran

lingkungan (Bhat, 2004).

Tujuan dari PHT teknologi adalah untuk membatasi penggunaan

insektisida sintetis dengan memperkenalkan konsep ambang ekonomi sebagai

dasar penetapan pengendalian hama. Pendekatan ini mendorong penggantian

pestisida kimia dengan teknologi pengendalian alternatif, yang lebih banyak

memanfaatkan bahan dan metode hayati, termasuk musuh alami, pestisida

hayati, dan feromon. Dengan cara ini, dampak negatif penggunaan pestisida

terhadap kesehatan dan lingkungan dapat dikurangi (Untung, 2000).

D. Integrated Soil Management

Prospek yang terbatas pada peningkatan luas lahan untuk produksi

tanaman, seiring dengan kemerosotan hasil pada sebagian besar tanaman

pangan di beberapa bagian dunia (Mosier & Kroeze, 2000). Meskipun

demikian, kemerosotan kesuburan tanah secara luas akan menimbulkan

pertanyaan tentang bagaimana keberlanjutan dari tingkat produksi pertanian

tertentu. Bahan induk tanah merupakan unsur yang sangat kritis dalam

agroekosistem, dan harus diolah keberlanjutannya untuk keamanan pangan.

Strategis masa depan yang dapat digunakan untuk meningkatkan

produktivitas pertanian harus difokuskan pada beberapa penggunaan sumber

tanah secara efisien (Sakai, 2009).

Bagian yang terkecil dari penyusun tanah adalah bahan organik.

Meskipun demikian kecil proporsi jumlahnya (kecuali organosol), justru

menjadi kunci bagi berlangsungnya dinamika kehidupan di dalam tanah, atau

dapat dikatakan bahan organik (BO) merupakan kunci bagi dinamika

kesuburan tanah. Bahan organik menjadi kunci karena dengan dinamikanya

5

Page 6: Draft SPT Anung Nugroho

sifat-sifat tanah bisa dikelola menuju kondisi yang ideal bagi tanaman

(Hadisudarmo, 2008).

Dalam rangka mewujudkan pertanian sehat dan menjaga kesehatan

tanah dapat dilakukan dengan memperbaiki dan mendukung siklus biologis

dalam usaha tani dengan memanfaatkan mikrobia, flora dan fauna tanah serta

tumbuhan dan tanaman. Misalnya pada tanaman kacang-kacangan

mempunyai potensi untuk berswasembada hara nitrogen, melaui aktivitas

bakteri rhizobium. Nitrogen yang digunakan berasal dari udara dan melalui

aktivitas bakteri rhizobium, maka mampu menambat nitrogen di udara untuk

pertumbuhan tanaman. Tanaman akan mempunyai kemampuan menambat

nitogen tersebut jika bakteri rhizobium tersebut sudah berada dalam tanah.

Untuk tanah yang jarang digunakan untuk budidaya kacang-kacangan

umumnya keberadaan bakteri tersebut rendah. Untuk keperluan tersebut perlu

adanya pemupukan hayati yang berupa spora dari rhizobium, yang salah satu

nama dagangnya legin. Nitrogen ini dibutuhkan tanaman dalam jumlah paling

banyak, sehingga jika tanaman mampu memenuhi kebutuhan nitrogen sendiri,

akan menekan pengeluaran untuk pupuk. Penggunaan legin ini tidak secara

terus menerus, jika tanaman telah efektif dalam memfiksasi nitrogen, maka

sudah tidak perlu pemupukan legin lagi. Hal ini dapat kita lihat dari banyak

sedikitnya bintil akar yang ada (Hadisudarmo, 2008).

E. Integrated Nutrient Management

Penggunaan pupuk yang berlebihan, manajemen sistem penanaman

yang tidak efisien, dan banyaknya residu yang dihasilkan produk pertanian

menyebabkan penurunan pendapatan masyarakat. Di sisi lain, jika tanaman

tidak diberi nutrisi tambahan maka tanaman akan menguras cadangan nutrisi

yang ada dalam tanah. Resiko lingkungan dapat muncul akibat dari

penggunaan pupuk yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan kemampuan

penyerapan nutrisi oleh tanaman. Jadi, resiko lingkungan ini dapat dikurangi

dengan memadukan antara pemberian pupuk dengan kebutuhan tanaman,

serta melakukan konservasi tanah dan air dengan bijaksana (FAO, 1998).

6

Page 7: Draft SPT Anung Nugroho

Keseimbangan dapat terbentuk untuk setiap nutrisi. Efisiensi produksi

tergantung dari serapan tanaman dibandingkan dengan suplai total nutrisi.

Secara normal, ketidakefisienan dari satu nutrisi dapat mengurangi hasil

pertanaman. Ketersediaan nutrisi yang tidak seimbang dapat memacu

pengurasan cadangan nutrisi dalam tanah. Kelebihan suplai nutrisi juga

mendorong kelebihan serapan pada tanaman, mengurangi produktivitas dari

nutrisi yang bersangkutan. Pemupukan yang tidak seimbang juga

menyebabkan kerugian secara ekonomi (Couston and Pratap, 2000).

Nutrisi tanaman dapat disuplai dari sumber-sumber seperti pupuk

mineral, tanah, air hujan dan debu, air irigasi, serta biofiksasi. Tanaman

menyerap beberapa nitrogen yang tersedia, tanpa melihat asalnya. Nitrogen

tersedia yang tidak diserap oleh tanaman akan hilang ke lingkunga.

Kehilangan ini merupakan selisih antara nitrogen total tersedia dan total

terserap. Pada tingkat suplai N yang rendah, terjadi serapan yang sangat kecil

oleh tanaman namun terjadi kehilangan N dalam jumlah besar ke lingkungan.

Seiring dengan peningkatan suplai nitrogen, tanaman akan menyerap nitrogen

lebih banyak sampai serapannya tidak dapat ditingkatkan lagi. Penambahan

suplai nitrogen menyebabkan peningkatan kehilangan nitrogen ke

lingkungan. Untuk meningkatkan efisiensi penyerapan nitrogen, petani harus

menerapkan pemupukan berimbang dan mengoptimalkan faktor produksi

lainnya (Roy, 1990).

F. Integrated Water Management

Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam bidang

pertanian khususnya untuk produksi pangan. Jika air tidak tersedia maka

produksi pangan akan terhenti. Ini berarti bahwa sumberdaya air menjadi

faktor kunci untuk keberlanjutan pertanian khususnya pertanian beririgasi.

Dalam pertanian terpadu, air juga merupakan faktor penting yang menyokong

sistem dalam pertanian. Pengelolaan air secara sederhana diartikan sebagai

upaya memelihara, memperpanjang, meningkatkan dan meneruskan

kemampuan produktif dari sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi pangan (Narain et al., 1998).

7

Page 8: Draft SPT Anung Nugroho

Guna mewujudkan pertanian berkelanjutan, sumber daya pertanian

seperti air dan tanah yang tersedia perlu dimanfaatkan secara berdaya guna

dan berhasil guna. Kebutuhan akan sumberdaya air dan tanah cenderung

meningkat akibat pertambahan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup,

sehingga kompetisi dalam pemanfaatannya juga semakin tajam baik antara

sektor pertanian dengan sektor non-pertanian maupun antar pengguna dalam

sektor pertanian itu sendiri (Piotrowski et al., 2006).

Kebutuhan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan dapat dibagi ke

dalam tiga kelompok besar, yaitu untuk kebutuhan domestik, pertanian

(irigasi) dan industri. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan

kegiatan pembangunan, maka kebutuhan air akan meningkat pula baik di

daerah perkotaan maupun perdesaan. Seiring dengan pertambahan penduduk

tersebut, keperluan untuk pertanian (irigasi) dalam rangka memenuhi

kebutuhan pangan juga ikut terus meningkat (Shaheen et al., 2009).

G. Integrated Livestock Management

Potensi terbesar untuk sistem pertanian terpadu dengan ikan mungkin

terletak dengan campuran peternakan yang memiliki subsistem tanaman dan

ternak karena kotoran ternak merupakan masukan yang berguna pada kolam.

Peternakan terbagi menjadi 2 antara lain : peternakan sistem pertanian di

semi-gersang dan gersang daerah, dengan potensi yang sedikit untuk

budidaya karena kendala air, dan kebutuhan pakan (Grigg, 1980).

Memperbanyak ternak di pembatasan pada kebutuhan benih, untuk

semua atau kebanyakan makanan diperoleh dari off-farm yang terpisah dari

penggabungan hasil ternak dan tanaman, merupakan satu contoh baik dari

teknologi bertani modern. Memperbanyak ternak di feedlots pada dasarnya

berbeda dari "pemotongan dan angkut" mempraktekkan dimana ternak seperti

pemamah biak kecil atau kelinci adalah "kandang memberi makan dengan

beri makan diperoleh pada atau dekat bertani”. Kemudian, ternak diberi

makan meliputi satu subsisteim bertani. Ternak penghasilan Feedlot telah

diperkenalkan ke negara dunia ketiga (sering pada satu "kunci balik" basis)

8

Page 9: Draft SPT Anung Nugroho

dengan tegak lurus terintegrasi, perusahaan industri agro kecuali ini

menguntung untuk petani yang kecil diragukan (Spedding, 1979).

Ruminansia, khususnya ruminansia besar seperti sapi dan kerbau,

memiliki relevansi khusus untuk pengembangan peternakan terpadu skala

kecil karena mereka digunakan secara luas di Asia sebagai hewan draft.

Namun, banyak masyarakat pertanian di Afrika belum memperkenalkan

membajak dan karena itu tidak menyimpan ternak untuk tujuan konsep.

Ruminansia dapat memproses pakan ternak yang dicerna untuk manusia

tetapi penelitian diperlukan untuk mengidentifikasi strategi untuk upgrade

kualitas pupuk kandang mereka sebagai masukan ruminansia kolam karena

menyerempet di padang rumput kasar dan / atau brangkasan memiliki pupuk

kandang dengan kandungan hara rendah. Ternak kecil (domba dan kambing)

biasanya dianggap hewan dari daerah kering tetapi mereka penting di

beberapa daerah lembab tropis (Edwards, 1980).

H. Integrated Market Link Management

Tujuan pembangunan agroindustri tidak dapat dilepaskan dari peranan

agroindustri itu sendiri. Peranan agroindustri bagi Indonesia yang saat ini

sedang menghadapi masalah pertanian antara lain adalah:

1. Menciptakan nilai tambah hasil pertanian di dalam negeri;

2. Menciptakan lapangan kerja dari sektor pertanian ke sektor industri hasil

pertanian (agroindustri);

3. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil

agroindustri;

4. Memperbaiki pembagian pendapatan; dan

5. Menarik pembangunan sektor pertanian

(Yusdja dan Iqbal, 2002).

Agribisnis sebagai sebuah konsepsi kesisteman yang utuh, terintegrasi

dalam sub sektor pertanian menjadi bagian penting yang patut dikembangkan

untuk kemajuan sektor pertanian. Munculnya pola usaha agribisnis pertanian

disebabkan oleh adanya tuntutan dari usaha pertanian itu sendiri. Usaha

9

Page 10: Draft SPT Anung Nugroho

pertanian tidak akan memberikan keuntungan yang maksimal bila hanya

diusahakan pada tahap budidaya saja (on farm business) (Daniel, 2002).

Usaha tani yang produktif berarti usaha tani yang memiliki

produktivitas yang tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan

penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha atau konsepsi fisik dengan

kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi atau

output yang dapat diperoleh dari suatu kesatuan input. Sedangkan kapasitas

dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk

menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang

sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi secara teknis

produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi atau usaha dengan

kapasitas dalam hal ini adalah tanah (Arifin, 2001).

10

Page 11: Draft SPT Anung Nugroho

III. HASIL PENGAMATAN

A. Perbandingan Budidaya

1. Kangkung

Tabel 1.1 Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Kangkung

PerlakuanSubset for alpha = 0.05

N 1123Sig.

121212

330.775359.625361.975

.268Sumber: Data Rekapan

Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Diameter Batang Tanaman Kangkung

PerlakuanSubset for alpha = 0.05

N 1123Sig.

121212

8.740011.496712.1258

.158Sumber: Data Rekapan

Tabel 1.3 Hasil Pengukuran Jumlah Cabang Tanaman Kangkung

PerlakuanSubset for alpha = 0.05

N 1 2123Sig.

121212

24.3331.25

.510

31.2546.67.148

Sumber: Data Rekapan

Tabel 1.4 Hasil Pengukuran Berat Basah Tanaman Kangkung

PerlakuanSubset for alpha = 0.05

N 1123Sig.

121212

1.51831.81671.8375

.150Sumber: Data Rekapan

11

Page 12: Draft SPT Anung Nugroho

2. Pemasaran Hasil Komoditi

Tabel 1.5 Hasil Pemasaran Hasil Tanaman KangkungProduksi 4 ikat kangkungLokasi pemasaran FP UNSHarga Jual per Ikat Rp 2.500,00

Sumber: Log Book

B. Sistem Pertanian Terpadu di Dukuh Gunung Wijil, Ngringo, Jaten,

Karanganyar

1. Kondisi Umum

Tabel 2.1 Hasil Pengamatan dan Wawancara Kondisi Umum Sistem Pertanian Terpadu di Dukuh Gunung Wijil, Ngringo, Jaten, Karanganyar

AlamatDukuh Gunung Wijil, Ngringo, Jaten, Karanganyar

Luas Lahan 2.600 m2

Topografi Datar

Kondisi GeografiLahan yang digunakan untuk usaha berada di areal seluas 2.600 m2 yang berada di tengah-tengah perumahan warga dan selepan beras.

Sumber: Log Book

2. Komoditas

a. Lele

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan dan Wawancara Komoditas Lele Sistem Pertanian Terpadu di Dukuh Gunung Wijil, Ngringo, Jaten, Karanganyar

Luas lahan yang dipakai 135 m2

8 x 25 m2

Jumlah kolam 15 kolamJumlah ikan lele per kolam 1.600 ekor

Cara pemeliharaan

Ikan lele diberi pakan berupa kangkung dan belatung yang dihasilkan dari kotoran burung puyuh.

Hasil produksi 100-150 kg tiap 2-3 bulanHarga jual Rp 10.000,00/kg

KendalaLele yang baru datang jika terkena hujan akan mati.

Sumber: Log Book

12

Page 13: Draft SPT Anung Nugroho

b. Puyuh

Tabel 2.3 Hasil Pengamatan dan Wawancara Komoditas Puyuh Sistem Pertanian Terpadu di Dukuh Gunung Wijil, Ngringo, Jaten, Karanganyar

Luas lahan yang dipakai 5 x 24,5 m2

Jumlah puyuh 1.400 ekor

Cara pemeliharaan

Burung puyuh diberi makan dedak dan diberi minum. Apabila terjadi perubahan cuaca maka puyuh diberi tambahan vitamin agar tidak mudah terserang penyakit.

Harga jual Rp 30,00 – Rp 50,00/ telur

KendalaPuyuh mudah terserang penyakit jika terjadi perubahan cuaca.

Sumber: Log Book

13

Page 14: Draft SPT Anung Nugroho

IV. PEMBAHASAN

A. Perbandingan Budidaya

Berdasarkan tempat hidupnya, tanaman kangkung dapat dibedakan

menjadi kangkung darat (Ipomea reptans Poir.) dan kangkung air (Ipomea

aquatiqa Poir.). Secara alamiah, Kangkung ini dapat ditemukan di kolam,

rawa, sawa, dan tegalan. Tumbuhnya menjalar dengan banyak percabangan.

Sistem perakarannya tunggang dengan cabang-cabang akar yang menyebar ke

berbagai penjuru. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan bentuk

helaiannya seperti hati. Bunganya menyerupai terompet. Bentuk buahnya

bulat telur dan di dalamnya berisi 3 butir biji Pada praktikum kali ini

kangkung yang ditanam adalah kangkung darat dengan berbagai perlakuan,

yaitu disiram dengan air sumur, air kolam lele, dan dengan air rendaman

kotoran puyuh.

Hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa perlakuan penyiraman dengan air sumur, air kolam lele, dan air

rendaman kotoran puyuh berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman

kangkung, tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diamater batang,

dan berat tanaman kangkung. Hal ini dapat disebabkan karena penyiraman

hanya dilakukan dua kali dalam satu minggu, maka hasil yang didapatkan

kurang maksimal. Selain itu, kangkung darat tidak terlalu menyukai banyak

air, namun terjadi hujan setiap hari pada saat praktikum dilakukan, sehingga

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan berpengaruh juga terhadap

perlakuan yang diberikan. Sehingga apabila beberapa faktor di atas dapat

diatasi maka hasil yang didapatkan juga akan bagus dan macam perlakuan

akan menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman,

diameter batang, dan berat basah tanaman kangkung.

B. Sistem Pertanian Terpadu di Dukuh Gunung Wijil, Ngringo, Jaten,

Karanganyar

Peningkatan input energi seperti pupuk kimia, pestisida maupun bahan

-bahan kimia lainnya dalam pertanian dengan tanpa melihat kompleksitas

14

Page 15: Draft SPT Anung Nugroho

lingkungan disamping membutuhkan biaya usahatani yang tinggi, juga

merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan. Penggunaan

pupuk dan pestisida di luar kontrol akan dapat merusak tanah dan tolerannya

suatu jenis hama dan penyakit tertentu terhadap pestisida disamping juga

dapat menghilangkan jenis predator dan parasitoid yang bermanfaat. Bahan-

bahan kimia tersebut dapat tetap tinggal sebagai residu pada hasil tanaman,

tanah tercuci ke dalam air sungai akibatnya dapat berbahaya bagi kehidupan

manusia maupun hewan. Beberapa alternatif yang dapat dikemukakan dalam

usaha mewujudkan pertanian berkelanjutan melalui pertanian secara terpadu

adalah dengan cara : sistem tanam ganda; komplementari hewan ternak dan

tumbuhan; usaha terpadu peternakan dan perkebunan; agroforestry;

pemeliharaan dan peningkatan sumberdaya genetik; dan pengelolaan hama

terpadu.

Sistem pertanian terpadu yang dilakukan oleh Bapak Suryono ini

bermula pada saat krisis, sebagai seorang dosen gajinya tidak terlalu besar

dan pendapatannya kurang untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Pada mulanya Bapak Suyono hanya memelihara 600 ekor burung puyuh dan

sapi. Lahan yang beliau miliki hanya ditanami rumput gajah dan kotoran

burung puyuhnya digunakan sebagai pupuk.

Jumlah kolam yang ada saat ini adalah 15 kolam, masing-masing

kolam lele berukuran 8 x 25 m2. Jadi, luas area yang digunakan untuk

budidaya lele di tempat Bapak Suryono adalah seluas 135 m2. 1 kolam lele

berisi kurang lebih 1.600 ekor lele yang berumur sama, karena lele bersifat

kanibal, sehingga harus dipisah agar lele yang berumur kecil tidak dimangsa

oleh lele yang berukuran lebih besar. Ikan lele diberi pakan berupa kangkung

dan belatung yang dihasilkan dari kotoran burung puyuh. Panen lele

dilakukan setiap 2-3 bulan sekali dengan produksi antara 100-150 kg. Harga

jual lele Bapak Suryono ini adalah Rp 10.000,00/kg, konsumennya langsung

menimbang sendiri dari kolam Bapak Suryono ini. 1 kg lele berisi kurang

lebih 7-12 ekor lele. Kendala yang dihadapi dalam budidaya lele ini adalah

15

Page 16: Draft SPT Anung Nugroho

pada saat lele baru datang jika terjadi hujan deras maka bibit-bibit lele ini

akan banyak yang mati.

Luas area yang digunakan Bapak Suryono untuk budidaya burung

puyuh adalah 5 x 24,5 m2. Jumlah burung puyuh yang dibudidayakan saat ini

adalah 1.400 ekor, padahal dulu Bapak Suryono memiliki 3.300 ekor burung

putuh Masing-masing burung puyuh diberi pakan sebanyak ± 22

gram/ekor/hari. Apabila terjadi perubahan cuaca maka puyuh diberi tambahan

vitamin yag dicampurkan pada minumannya agar burung puyuh tidak mudah

terserang penyakit. Harga jual telur puyuh adalah Rp 30,00 – Rp 50,00/ butir

telur. Kendala yang dihadapi dalam budidaya burung puyuh ini adalah burung

puyuh mudah terserang penyakit jika terjadi perubahan cuaca, jika ada salah

satu burung terkena penyakit maka akan sangat menular ke burung yang lain.

Kotoran burung puyuh ini digunakan untuk menumbuhkan belatung dan

digunakan sebagai pakan lele. Belatung dari kotoran lele ini memiliki

kandungan protein yang tinggi yaitu antara 80-90%, sehingga baik untuk

pertumbuhan lele.

Saat ini Bapak Suryono memiliki 4 orang pegawai. Masing-masing

pegawai digaji Rp 700.000,00 per bulannya. Kangkung yang ditanam oleh

Pak Suryono hanya digunakan sebagai pakan lele dan tidak dijual untuk

sayuran. Karena memang pendapatan dari lele dan burung puyuh sudah cukup

banyak, yaitu sekitar Rp 12.500.000.

16

Page 17: Draft SPT Anung Nugroho

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Perlakuan penyiraman dengan air sumur, air kolam lele, dan air

rendaman kotoran puyuh berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang

tanaman kangkung, tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman,

diamater batang, dan berat tanaman kangkung.

2. Pada mulanya Bapak Suyono hanya memelihara 600 ekor burung puyuh

dan sapi. Lahan yang beliau miliki hanya ditanami rumput gajah dan

kotoran burung puyuhnya digunakan sebagai pupuk.

3. Jumlah kolam yang ada saat ini adalah 15 kolam, masing-masing kolam

lele berukuran 8 x 25 m2.

4. 1 kolam lele berisi kurang lebih 1.600 ekor lele yang berumur sama,

karena lele bersifat kanibal.

5. Ikan lele diberi pakan berupa kangkung dan belatung yang dihasilkan

dari kotoran burung puyuh.

6. Panen lele dilakukan setiap 2-3 bulan sekali dengan produksi antara 100-

150 kg.

7. Harga jual lele Bapak Suryono ini adalah Rp 10.000,00/kg.

8. Kendala yang dihadapi dalam budidaya lele ini adalah pada saat lele baru

datang jika terjadi hujan deras maka bibit-bibit lele ini akan banyak yang

mati.

9. Luas area yang digunakan Bapak Suryono untuk budidaya burung puyuh

adalah 5 x 24,5 m2.

10. Jumlah burung puyuh yang dibudidayakan saat ini adalah 1.400 ekor.

11. Masing-masing burung puyuh diberi pakan sebanyak ± 22 gram/ekor/hari

dan diberi tambahan vitamin agar burung puyuh tidak mudah terserang

penyakit apabila terjadi perubahan cuaca.

12. Harga jual telur puyuh adalah Rp 30,00 – Rp 50,00/ butir telur.

13. Kendala yang dihadapi dalam budidaya burung puyuh ini adalah burung

puyuh mudah terserang penyakit jika terjadi perubahan cuaca.

17

Page 18: Draft SPT Anung Nugroho

14. Kotoran burung puyuh ini digunakan untuk menumbuhkan belatung dan

digunakan sebagai pakan lele.

15. Bapak Suryono memiliki 4 orang pegawai yang digaji Rp 700.000,00 per

bulannya.

B. SARAN

1. Untuk Sistem Pertanian Terpadu yang dilakukan Bapak Suryono

a. Hasil tanaman kangkung sebaiknya juga dijual untuk konsumsi,

sehingga dapat menjadi penghasilan tambahan.

b. Selain untuk penumbuh belatung, kotoran burung puyuh juga dapat

diolah menjadi pupuk kandang komersial, sehingga dapat menjadi

penghasilan tambahan.

2. Untuk Co-assisten

a. Perlu adanya koordinasi antar co-asisten agar praktikan tidak

bingung ketika bertanya.

b. Sebaiknya penyiraman dilakukan setiap hari agar hasil yang

diharapkan dapat maksimal.

c. Pemilihan lokasi praktikum tidak jauh dari kampus, sehingga

tanaman mudah dikontrol.

18

Page 19: Draft SPT Anung Nugroho

DAFTAR PUSTAKA

Altieri, M. A. 1994. Biodiversity and Pest Management in Agroecosystems. Haworth Press, New York.

Anonim. 2010. Kangkung. http://en.wikipedia.org/sedative. Diakses pada tanggal 17 April 2011 pukul 16.00 WIB.

Arifin, B. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Bhat, R. 2004. Improved Farmer Livelihood. ICM Edition, Bayer Crop Sci. 1: 25.

Couston, J. W. and Pratap Narayan. 2000. Role of fertilizer pricing policies and subsidies in agricultural development. Rome, FAO.

Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Edwards. P. 1980. A review of recycling organic wastes into fish, with emphasis on the tropics. Aquaculture 21(3): 261-279.

Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). 1998. Guide to Efficient Plant Nutrition Management. Land and Water Development Division Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.

Grigg, D.B. 1980. Population growth and agrarian change: a historical perspective. Cambridge Geographical Studies 13. Cambridge University Press. Cambridge.

Hadisudarmo, Purwanto. 2008. Biologi Tanah. Laboratorium Fakultas Pertanian UNS.

Mosier, A. & Kroeze, C. 2000. Potential impact on the global atmospheric N2O budget of the increased nitrogen input required to meet future global food demands. Chemosphere – Global Change Science 2: 465–473.

Narain, P., Singh, R. K., Sindhwal, N.S. & Joshie, P. 1998. Agroforestry for soil and water conservation in the western Himalayan Valley Region of India. Runoff, soil and nutrient losses. Agroforestry Systems 39: 175–189.

Piotrowski, M. R., Doyle, J.R. & Carraway, J.W. 2006. Integrated bioremediation of soil and groundwater at a superfund site. Remediation Journal 2, 293–309.

Roy, R. N. 1990. Integrated Plant Nutrition Systems: State of the Art. Commission on Fertilizers, 11th session. Rome. FAO.

Sakai, N. 2009. The scientific basis and present status of sustainable agriculture. Journal of Developments in Sustainable Agriculture 4: 7–10.

Santosa. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Shaheen, A., Naeem, M. A., Jilani, G. & Shafiq, M. 2009. Integrated soil management in eroded land augments the crop yield and water-use

19

Page 20: Draft SPT Anung Nugroho

efficiency. Acta Agriculturae Scandinavica. Section B, Soil and Plant Science 60:274–282.

Siddiqui, Z. A., Akhtar, M.S. & Futai, K. 2008. Mycorrhizae: Sustainable Agriculture and Forestry. New York: Springer.

Smaling, Eric. 1993. An Agro-ecological Framework for Integrated Nutrient Management. Wageningen.

Spedding. C.R.W. 1979. An introduction to agricultural systems. Applied Science Publishers. London. UK.

Untung, K. 2000. Pelembagaan konsep pengendalian hama terpadu Indonesia. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 6(1): 1-8.

Warda. 2000. Integrated Crop Management: Getting it Right on the Farm on a Wide Scale. WARDA Annual Report.

Yusdja, Y dan M. Iqbal. 2002. Kebijaksanaan Pembangunan Agroindustri dalam Analisis Kebijakan: Paradigma Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agroindustri. Monograph Series No. 21. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Zailani, Kadir. 1993. Estimasi Penggunaan Pupuk Urea pada Percobaan Penanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans POIR) di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Laporan Penelitian. Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.

20