Draft Permenkes Rehab Medis

Embed Size (px)

Citation preview

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... . TENTANG REHABILITASI MEDIS PECANDU, PENYALAHGUNA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Rehabilitasi Medis Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

-2144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Wajib Lapor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ); 9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 494/Menkes/SK/VII/2006 tentang Penetapan Rumah Sakit dan Satelit Uji Coba Pelayanan Terapi Rumatan Metadon Serta Pedoman Program Terapi Rumatan Metadon Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit; 10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/X/2007 Tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran; 11. Peraturan Menteri Kesehatan 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis; Nomor

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran; 13. Peraturan Menteri 340/Menkes/Per/III/2010 Sakit; Kesehatan tentang Klasifikasi Nomor Rumah

14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 420/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif Pada Gangguan Penggunaan NAPZA Berbasis Rumah Sakit;

-3-

15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 421/Menkes/SK/III/2010 tentang Standar Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penggunaan NAPZA; 16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 422/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA;

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG REHABILITASI MEDIS PECANDU, PENYALAHGUNA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. 2. Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Penyalahguna Narkotika adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Korban Penyalahgunaan Narkotika adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan Narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/atau diancam untuk menggunakan Narkotika. Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakanNarkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila

3.

4. 5.

6.

-4penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, akan menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas. 7. Fasilitas rehabilitasi medis adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan Narkotika, melalui kegiatan pengobatan secara terpadu baik fisik, psikis, spiritual dan sosial. Detoksifikasi adalah suatu proses intervensi medis yang bertujuan untuk membantu pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika mengatasi gejala putus zat akibat penghentian Narkotika dari tubuh pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan yang mengalami ketergantungan fisik. Terapi rumatan medis adalah suatu terapi jangka panjang minimal 6 bulan bagi klien ketergantungan Opioida dengan menggunakan golongan opioid sintetis agonis (misalnya Metadon) atau agonis parsial (misalnya Bufrenorfin) dengan cara oral atau sub-lingual, dibawah pengawasan dokter terlatih, dengan merujuk pada pedoman nasional.

8.

9.

10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. 11. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan upaya kesehatan. BAB II FASILITAS Pasal 2 (1) (2) Rehabilitasi medis dilaksanakan di fasilitas rehabilitasi medis yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat. Fasilitas rehabilitasi medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi rumah sakit, puskesmas atau lembaga rehabilitasi tertentu yang menyelenggarakan rehabilitasi medis. Lembaga rehabilitasi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. lembaga rehabilitasi NAPZA milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah; dan b. klinik rehabilitasi medis NAPZA yang diselenggarakan oleh masyarakat. Pasal 3 (1) Rumah sakit dan puskesmas yang menyelenggarakan rehabilitasi medis ditetapkan oleh Menteri.

(3)

-5(2) (3) Menteri dapat mendelegasikan penetapan rumah sakit dan puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Direktur Jenderal. Penetapan rumah sakit milik pemerintah daerah atau masyarakat dan puskesmas sebagai penyelenggara rehabilitasi medis dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari pemerintah daerah. Pasal 4 (1) (2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang menyelenggarakan rehabilitasi medis wajib mendapatkan izin dari Menteri. Permohonan izin diajukan dengan melampirkan kelengkapan administratif sebagai berikut: a. surat rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota setempat; b. salinan/fotokopi pendirian badan usaha bagi klinik rehabilitasi medis NAPZA milik masyarakat; c. identitas lengkap pemohon; d. surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat; e. bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal selama 5 (lima) tahun bagi yang menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan; f. dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); g. profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan, tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang diberikan. Pasal 5 (1) (2) Pimpinan lembaga rehabilitasi tertentu mengajukan permohonan tertulis untuk mendapatkan izin kepada Menteri melalui Direktur Jenderal. Direktur Jenderal melakukan evaluasi terhadap kelengkapan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan melakukan peninjauan ke lembaga pemohon. Peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh tim yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan diterima. Paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah evaluasi terhadap kelengkapan administrasi dinyatakan lengkap dan laporan hasil peninjauan diterima, Direktur Jenderal atas nama Menteri memberi atau menolak izin.

(3)

(4)

-6Pasal 6 (1) (2) Izin berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi ketentuan yang berlaku. Perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengajukan permohonan perpanjangan izin 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlakunya izin. Permohonan perpanjanganan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal dengan melampirkan fotokopi izin yang lama dan laporan penyelenggaraan rehabilitasi medis yang telah dilakukan. Pasal 7 (1) Setiap perubahan nama, kepemilikan, atau pindah alamat/pindah lokasi harus dilakukan perubahan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1). Permohonan perubahan izin diajukan dengan melampirkan kelengkapan administrasi sebagai berikut: a. fotokopi izin yang lama; b. identitas lengkap pemohon; c. salinan/fotokopi pendirian badan usaha bagi klinik rehabilitasi medis NAPZA milik masyarakat (untuk perubahan kepemilikan); d. surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat (untuk pindah alamat/lokasi); e. bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal selama 5 (lima) tahun bagi yang menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan (untuk pindah alamat/lokasi); f. profil klinik (untuk perubahan nama); g. laporan penyelenggaraan rehabilitasi medis yang telah dilakukan. Tata cara permohonan perubahan izin mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. Pasal 8 (1) (2) Fasilitas rehabilitasi medis harus memasang papan nama sebagai penyelenggara rehabilitasi medis. Lembaga rehabilitasi medis tertentu harus mencantumkan nomor izin pada papan nama.

(3)

(2)

(3)

-7Pasal 9 Fasilitas rehabilitasi medis mempunyai kewajiban: a. menyelenggarakan rehabilitasi medis sesuai standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional; b. melaksanakan fungsi sosial; c. berperan serta dalam jejaring dan melaksanakan fungsi rujukan; d. melaksanakan serangkaian terapi dan upaya pencegahan penularan penyakit melalui penggunaan narkotika suntik; e. menyusun standar prosedur operasional penatalaksanaan rehabilitasi sesuai dengan modalitas yang digunakan dengan mengacu pada standar dan pedoman penatalaksanaan medis; dan f. melakukan pencatatan dan pelaporan dalam penyelenggaraan rehabilitasi medis. BAB III ASESMEN Pasal 10 (1) Institusi Penerima Wajib Lapor wajib melakukan asesmen terhadap pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan Narkotika untuk mengetahui kondisinya. Asesmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan urin dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana terlampir. Asesmen dilakukan oleh tim yang terdiri dari dokter sebagai penanggung jawab dan tenaga kesehatan lain yang terlatih. Hasil asesmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat rahasia dan merupakan dasar rencana rehabilitasi medis terhadap pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan Narkotika yang bersangkutan. BAB IV PENYELENGGARAAN REHABILITASI MEDIS Bagian Kesatu Umum Pasal 11 (1) Rehabilitasi medis dapat dilaksanakan melalui rawat jalan dan/atau rawat inap sesuai dengan rencana rehabilitasi yang telah disusun dengan mempertimbangkan hasil asesmen. Pelaksanaan rawat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

(2)

(3) (4)

(2)

-8a. intervensi medis antara lain melalui program detoksifikasi, terapi simtomatik, dan/atau terapi rumatan medis serta terapi penyakit komplikasi sesuai indikasi; dan b. intervensi psikososial antara lain melalui konseling adiksi narkotika, wawancara motivasional, terapi perilaku dan kognitif (Cognitive Behavior Therapy), dan pencegahan kambuh. (3) Pelaksanaan rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. intervensi medis antara lain melalui program detoksifikasi, terapi simtomatik, dan terapi penyakit komplikasi sesuai indikasi; b. intervensi psikososial antara lain melalui konseling individual, kelompok, keluarga, dan vokasional; c. pendekatan filosofi therapeutic community (TC) dan/atau metode 12 (dua belas) langkah dan pendekatan filosofi lain yang sudah teruji secara ilmiah. Rehabillitasi medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan standar dan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 12 Proses pemulihan pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan Narkotika yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional harus bekerjasama dengan Rumah Sakit dan Puskesmas yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 13 (1) (2) Fasilitas rehabilitasi medis dalam menyelenggarakan rehabilitasi medis wajib membuat rekam medis. pelayanan

(4)

Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 14

Pelayanan rehabilitasi medis harus memperoleh persetujuan (informed consent) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 15 Fasilitas rehabilitasi medis dilarang menggunakan kekerasan fisik dan kekerasan psikologis/mental dalam melaksanakan pelayanan rehabilitasi medis.

-9Pasal 16 Pelaksanaan rehabilitasi medis kesetaraan dan keadilan gender. dilaksanakan dengan memperhatikan

Pasal 17 (1) Pelaksanaan rehabilitasi medis dan penyusunan rencana terapi terhadap pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika yang berusia kurang dari atau sama dengan 18 (delapan belas) tahun harus memperhatikan kondisi perkembangan mental emosional dan mempertimbangkan hak untuk memperoleh pendidikan. Rawat inap terhadap pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika yang berusia kurang dari atau sama dengan 18 (delapan belas) tahun tidak boleh digabungkan dengan rawat inap dewasa. Pasal 18 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas biaya pelaksanaan rehabilitasi medis bagi pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan Narkotika yang tidak mampu sesuai peraturan perundang-undangan. Pemerintah bertanggung jawab atas biaya pelaksanaan rehabilitasi medis bagi pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan Narkotika yang yang telah diputus oleh pengadilan. Bagian Kedua Penyelenggaraan Rehabilitasi Medis Terkait Putusan Pengadilan Pasal 19 Rehabilitasi medis terhadap pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika yang telah diputus oleh pengadilan diselenggarakan di fasilitas rehabilitasi medis milik pemerintah yang telah ditetapkan oleh Menteri. Pasal 20 (1) Rehabilitasi medis terhadap pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika yang telah diputus oleh pengadilan dilaksanakan melalui tahapan: a. program rawat inap awal; b. program lanjutan; dan c. program pasca rawat.

(2)

(2)

- 10 (2) Program rawat inap awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan selama minimal 3 (tiga) bulan untuk kepentingan asesmen lanjutan, serta penatalaksanaan medis untuk gangguan fisik dan mental. Program lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi program rawat inap jangka panjang atau program rawat jalan yang dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Pelaksanaan program lanjutan dengan program rawat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dapat dilaksanakan untuk pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika yang telah diputus bersalah oleh pengadilan dengan pola penggunaan rekreasional dan jenis narkotika amfetamin, dan ganja, dan/atau berusia di bawah 18 tahun. Pola penggunaan rekreasional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah penggunaan narkotika hanya untuk mencari kesenangan pada situasi tertentu dan belum ditemukan adanya toleransi serta gejala putus zat. Program rawat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali seminggu dengan pemeriksaan urin berkala atau sewaktu-waktu. Program pasca rawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi rehabilitasi sosial dan program pengembalian kepada masyarakat.

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Bagian Ketiga Penyelenggaraan Rehabilitasi Medis Terhadap Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika yang sedang Menjalani Proses Penyidikan, Penuntutan, dan Persidangan Pengadilan Pasal 21 (1) Penetapan rehabilitasi medis terhadap pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika yang sedang menjalani proses penyidikan, penuntutan, dan persidangan pengadilan dilakukan atas rekomendasi dari tim dokter. Tim dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari dokter dari fasilitas rehabilitasi medis, rumah sakit kepolisian dan Badan Narkotika Nasional Provinsi atau Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota. Tim dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Badan Narkotika Nasional setelah berkoordinasi dengan Kepala Daerah. Pasal 22 Rehabilitasi medis terhadap pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika yang sedang menjalani proses penyidikan,

(2)

(3)

- 11 penuntutan, dan persidangan pengadilan diselenggarakan di fasilitas rehabilitasi medis milik pemerintah yang memenuhi standar keamanan tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23 Rehabilitasi medis terhadap pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika yang sedang menjalani proses penyidikan, penuntutan, dan persidangan pengadilan diselenggarakan sesuai standar dan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri. BAB IV PELAPORAN Pasal 24 (1) (2) Fasilitas rehabilitasi medis wajib melakukan pelaporan kepada Menteri melalui mekanisme sistem pelaporan. Sistem pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkala meliputi rekapitulasi data yang meliputi: a. jenis kelamin; b. usia; c. status perkawinan; d. latar belakang pendidikan; e. latar belakang pekerjaan; f. jenis zat narkotika yang disalahgunakan; g. lama pemakaian (usia pertama kali pakai); h. cara pakai zat; i. diagnosis; dan j. jenis terapi/rehabilitasi. Sistem pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengikuti sistem informasi kesehatan nasional dan diintegrasikan dengan sistem informasi pecandu narkotika yang diselenggarakan oleh Badan Narkotika Nasional. Rekapitulasi data yang telah dilaporkan dapat diakses oleh pihak yang berkepentingan dalam pengembangan kebijakan dan program baik lembaga pemerintah maupun masyarakat.

(3)

(4)

- 12 Pasal 25 (1) Fasilitas rehabilitasi medis melaporkan perkembangan program rehabilitasi medis kepada lembaga penegak hukum yang meminta dilakukannya rehabilitasi medis. Tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2)

BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 26 (1) Untuk meningkatkan kemampuan fasilitas rehabilitasi medis, Menteri dan Kepala Dinas Kesehatan melakukan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan fasilitas rehabilitasi medis. Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dan Kepala Dinas Kesehatan dapat melibatkan Badan Narkotika Nasional. Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan rehabilitasi medis, Menteri melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program rehabilitasi medis. Dalam melakukan kegiatan pembinaan dan pengawasan, Menteri dapat membentuk suatu Tim dengan melibatkan unsur pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota melalui kepala dinas kesehatan/kepala biro NAPZA, organisasi profesi di bidang kesehatan, BNN Provinsi/Kabupaten/Kota atau organisasi kemasyarakatan terkait lainnya. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri dapat mengambil tindakan administratif kepada fasilitas rehabilitasi medis terhadap pelanggaran ketentuan Pasal 4, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 20, berupa: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; atau c. pencabutan izin.

(2)

(3)

(4)

(5)

- 13 BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, maka semua fasilitas rehabilitasi medis yang menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi medis bagi pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan Narkotika harus menyesuaikan dengan Peraturan ini dalam jangka waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 996/MENKES/SK/VIII/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan Dan Ketergantungan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) sepanjang yang menyangkut Narkotika dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 29 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Kesehatan ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal ... MENTERI KESEHATAN

ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,

PATRIALIS AKBAR BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR

FORMULIR ASESMEN WAJIB LAPOR DAN REHABILITASI MEDIS

Tanggal Kedatangan : Nomor rekam medik : Nama : Tanggal Lahir : Data Demografis 1. 2. 3. 4. Alamat tempat tinggal Telp / HP Status perkawinan Riwayat pendidikan : : : :

Informasi Medis (tanggal asesmen)

1. Riwayat rawat inap yang tidak terkait masalah Narkotika: Jenis penyakit Dirawa Lam t tahun rawat

2. Riwayat penyakit kronis? Ya/tidak Jenis penyakit: ..... 3. Saat ini sedang menjalani terapi medis? Ya/tidak Jenis terapi medis yang dijalani saat ini: ..... 4. Status kesehatan: Ya Tidak Ket 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Status Pekerjaan/ Dukungan Hidup Intoksikasi Gejala putus zat HIV HCV TB IMS Kandidiasis mulut (+) Diare kronis (+) Kelainan kulit (+)

1. Status pekerjaan: Tidak bekerja/Bekerja 2. Pola pekerjaan: purna waktu/paruh waktu/tidak tentu (coret salah satu) 3. Kode pekerjaan (lihat petunjuk) 4. Keterampilan teknis yang dimiliki ...... 5. Adakah yang memberi dukungan hidup bagi anda? Ya/tidak Bila Ya, siapa? Dalam bentuk apa? (finansial, tempat tinggal, makanan, pengobatan/perawatan)

-2-

Riwayat penggunaan NAPZA

Jenis Cara Penggunaan: 1. Oral 2. Nasal/Sublingual/Suppositoria 3. Merokok 4. Injeksi Non-IV 5. IV*Catat cara penggunaan yang biasa atau paling akhir. Kalau lebih dari satu cara, pilihlah yang paling parah. Cara penggunaan ditulis dari kurang parah ke paling parah.30 Hari Terakhir Sepanjang Hidup (tahun)Cara Pakai

D1 Alkohol (penggunaan bbg bentuk) D2 Heroin D3 Metadon / Subutex D4 Opiat lain/analgesik D5 Barbiturat D6 Sedatif/Hipnotik D7 Kokain D8 Amfetamin D9 Kanabis D10 Halusinogen D11 Inhalan D13 Lebih dari1 zat per hari (termasuk alkohol)

1. Jenis zat utama yang disalahgunakan: 2. Pernahkah menjalani terapi rehabilitasi? Ya/Tidak 3. Bila ya, jenis terapi rehabilitasi yang dijalani:....... 4. Pernahkah mengalami overdosis? Ya/Tidak 5. Bila Ya, kapan dan bagaimana penanggulangannya? Waktu overdosis Cara penanggulangan (isi dengan salah satu: perawatan di RS/Puskesmas atau sendiri)

-3Status Legal 1. Berapa kalikah dalam hidup anda ditangkap dan dituntut dengan hal berikut:1. Mencuri di toko/vandalisme

2. Bebas bersyarat/Masa percobaan 3. Masalah Narkoba 4. Pemalsuan 5. Penyerangan bersenjata 6. Pembobolan dan Pencurian 7. Perampokkan 8. Penyerangan 9. Pembakaran rumah 10. Perkosaan 11. Pembunuhan 12. Pelacuran 13. Melecehkan pengadilan 14. Lain: .......* Masukkan jumlah total pengadilan, tidak hanya vonis hukuman. Jangan masukkan kejahatan anak-anak (sebelum usia 18), kecuali kalau mereka dituntut sebagai orang dewasa.

2. Berapa kali tuntutan diatas berakibat vonis hukuman?

-4-

Riwayat Keluarga

1. Dalam situasi seperti apakah anda tinggal 3 tahun belakangan ini?:1. 2. 3. 4. 5. Dg Dg Dg Dg Dg pasangan & anak pasangan saja anak saja orangtua keluarga 6. 7. 8. 9. Dg teman Sendiri Lingkungan terkontrol Kondisi yg tidak stabil

* Pilihlah

situasi yang paling menggambarkan 3 tahun terakhir. Jika terdapat situasi yang berganti-ganti maka pilihlah situasi yang paling terakhir.

2. Apakah anda hidup dengan seseorang yang mempunyai masalah penyalahgunaan zat sekarang ini?: 0-Tidak 1-Ya 3. Jika jawaban nomor 2 iya, Siapakah orang tersebut? Ya Tidak a. saudara kandung/tiri b. ayah/ibu c. pasangan d. Oom/Tante e. lainnya ....... 4. Apakah anda memiliki berhubungan dengan: konflik30 Hari Terakhir

seriusSepanjang Hidup

dalam

1. Ibu 2. Ayah 3. Adik/Kakak 4. Pasangan 5. Anak-anak 6. anggota Keluarga yang lain (jelaskan ..........................) 7. Teman akrab 8. Tetangga 9. Teman sekerjaKet: 0 - Tidak 1 - Ya

-5-

Status Psikiatris

1. Apakah anda pernah mengalami hal-hal berikut ini (yang tidak merupakan akibat langsung dari penggunaan zat):0 Tidak 1-Ya30 Hari Terakhir Sepanjang hidup

1. Mengalami depresi serius (kesedihan,2. 3. 4. 5. 6. putus asa, kehilangan minat, kesukaran konsentrasi sehari-hari?) Mengalami rasa cemas serius / ketegangan, gelisah,merasa khawatir berlebihan? Mengalami halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada obyeknya) Mengalami kesulitan berkonsentrasi atau mengingat? Mengalami kesukaran mengontrol perilaku kasar, termasuk kemarahan atau kekerasan Mengalami pikiran serius utk bunuh diri?

7. Berusaha utk bunuh diri? 8. Menerima pengobatan dari psikiater?

Pemeriksaan Fisik

1. Tanda Vital: TD :./ Nadi :./menit RR : /menit Suhu :Celsius 2. Pemeriksaan Sistemik:Sistem Pencernaan Sistem jantung dan pembuluh darah Sistem pernapasan Sistem Saraf Pusat THT dan Kulit

3. Hasil Urinalisis Jenis Zat Benzodiazepin Cannabis Opiat Amfetamin Kokain Barbiturat Alkohol

+

-

-6-

Diagnosa kerja

Klien memenuhi kriteria diagnosis:

Rencana Rehabilitasi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Asesmen lanjutan / mendalam Evaluasi Psikologis Program detoksifikasi Wawancara Motivasional Intervensi Singkat Terapi rumatan ______________ Rehabilitasi rawat inap ________________ Konseling ___________________

Mengetahui dokter

Tanda tangan / Nama jelas

Menyetujui pasien

Tanda tangan / Nama jelas

-7PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR ASESMEN WAJIB LAPOR & REHABILITASI MEDIS Tanggal kedatangan: catat tanggal kedatangan awal pasien pada institusi wajib lapor / rehab medis Saudara Nomor wajib lapor: bila belum tersedia mekanisme nomor registrasi wajib lapor, dapat diisi dengan nomor rekam medik

A. Data demografis: sudah jelas B. Informasi medis: catat tanggal asesmen dilakukan. Informasi medis hendaknya dilakukan pada saat kedatangan awal: 4. Status kesehatan: lihat kondisi fisik dan pengakuan pasien tentang penggunaannya. Apabila dalam kondisi intoksikasi atau putus zat, lakukan tindakan medis yang diperlukan dan tunda asesmen selanjutnya. C. Status pekerjaan / dukungan hidup: 3. Untuk kode pekerjaan, dapat dilihat pada kotak berikut ini. (1) Eksekutif lebih tinggi, profesional utama, pemilik perusahaaan besar. (2) Manajer bisnis jika bisnis ukuran menengah, profesi: misalnya, dokter, perawat, ahli kaca mata, ahli farmasi, pekerja sosial, guru, psikolog. (3) Tenaga administratif, manajer, profesional minor, pemilik perusahaan kecil, misalnya, roti, penjualan mobil, bisnis barang ukiran, dekorator, aktor, reporter, agen perjalanan. (4) Klerk dan sales, tekhnisi, bisnis kecil (kasir bank/teller, petugas pembukuan, klerk, juru gambar, pencatat waktu, sekretaris). (5) Manual terlatih - biasanya mempunyai pelatihan (tukang roti, tukang cukur, montir, kepala juru masak/koki, montir listrik, anggota pemadam kebakaran, tukang kawat, masinis, tukang cat, tukang reparasi, penjahit, tukang las, polisi, tukang patri). (6) Semi-terlatih (pembantu rumah sakit, tukang cat, pelayan, pengemudi bus, tukang potong, koki, drill press, penjaga garasi, pemeriksa, pelayan, tukang las, operator mesin). (7) Tidak terlatih (pembantu/pelayan, penjaga, konstruksi, penolong, tenaga kerja/buruh, pengantar barang/penjaga pintu, pak ogah, tukang parkir). (8) Ibu rumah tangga. (9) Mahasiswa / pelajar 4. Untuk keterampilan teknis, dapat diisi dengan keterampilan seperti mengetik, komputer, kecantikan, montir, dan lain-lain. D. Riwayat Penggunaan NAPZA: 1. Jenis zat utama yang disalahgunakan: pewawancara harus menentukan penyalahgunaan zat utama berdasarkan lamanya penggunaan, jumlah terapi/rehabilitasi yang pernah dijalani terkait zat tersebut, jumlah kejadian komplikasi medis atau overdosis. Jika informasi yang tersedia tidak ada indikasi yang jelas tentang masalah zat, tanyakan pada pasien apa yang ia anggap adalah masalah zat utama 15. Jenis terapi / rehabilitasi yang pernah diikuti: 1=Rawat jalan 2=Rawat inap jangka pendek

-83=Rawat inap jangka panjang / therapeutic community 4=Program terapi rumatan (metadon / bufrenorfin) 5=Detoksifikasi 6=Lainnya (mis. pesantren, support group, dll): Jelaskan E. Status Legal 15. Berapa kali tuntutan di atas berakibat vonis hukuman?: diisi frekuensi penangkapan dan penuntutan yang berujung pada penghukuman, baik berupa denda, masa percobaan, pemidanaan rehabilitasi atau penahanan di lapas. F. Riwayat Keluarga 1. Situasi tempat tinggal 3 tahun belakangan: a. Lingkungan terkontrol: adalah lingkungan dimana akses untuk narkoba (secara teoritis) terbatas, seperti misalnya lapas/rutan, rumah sakit, pesantren, lembaga rehabilitasi, dan lain-lain. b. Kondisi yang tidak stabil: adalah situasi dimana pasien tidak memiliki tempat tinggal yang tetap karena berbagai alasan. 4. Yang dimaksud dengan konflik serius adalah adanya perbedaan pendapat yang muncul secara intensif, mengganggu pola hubungan yang ada, dan pada sebagian orang mengakibatkan putusnya kontak komunikasi G. Status Psikiatris - Sudah cukup jelas H. Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan urin hendaknya dilakukan untuk minimal 3 jenis zat yang sangat sering disalahgunakan di Indonesia dan yang termasuk dalam golongan narkotika: opiat cannabis amfetamin

I.

Diagnosa KerjaF F F F F F 10 11 12 13 14 15 : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioid : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabis : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan Sedatif Hipnotik : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lainnya : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan Halosinogenik : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau : Gangguan mental dan perilaku akibat zat pelarut yang mudah menguap, atau zat multipel dan zat psiko aktif lainnya

F 16 F 17 F 18, F 19

J. Rencana Rehabilitasi Penentuan rencana rehabilitasi merujuk pada modul penyusunan rencana rehabilitasi