27
Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah Fraktur I. Konsep Medis A. Pengertian Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan sesuai jenis dan luasnya yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstern. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh menyebabkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. B. Etiologi a. Kekerasan langsung Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring. b. Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan. c. Kekerasan akibat tarikan otot

fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

  • Upload
    dangnga

  • View
    224

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah Fraktur

I. Konsep MedisA. Pengertian

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau

tulang rawan sesuai jenis dan luasnya yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir

mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstern. Meskipun tulang patah, jaringan

sekitarnya juga akan terpengaruh menyebabkan edema jaringan lunak, perdarahan ke

otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh

darah.

B. Etiologi

a. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.

Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah

melintang atau miring.

b. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat

terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam

jalur hantaran vektor kekerasan.

c. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa

pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan

penarikan.

C. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk

menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap

tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau

terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah

serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.

Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga

medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan

Page 2: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai

dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian

inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,

waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk

timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan

kepadatan atau kekerasan tulang.

D. Klasifikasi Fraktur

Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi

menjadi beberapa kelompok, yaitu:

1) Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa

komplikasi.

Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan

antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

2) Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.

a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau

melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.

b. Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang

seperti:

Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)

Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan

kompresi tulang spongiosa di bawahnya.

Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya

yang terjadi pada tulang panjang.

3) Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.

a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan

akibat trauma angulasi atau langsung.

Page 3: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap

sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.

c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang

disebabkan trauma rotasi.

d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang

mendorong tulang ke arah permukaan lain.

e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot

pada insersinya pada tulang.

4) Berdasarkan jumlah garis patah.

a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan.

b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan.

c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada

tulang yang sama.

5) Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen

tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga

disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu

dan overlapping).

Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

6) Berdasarkan posisi frakur

Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :

a. 1/3 proksimal

b. 1/3 medial

c. 1/3 distal

7) Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

8) Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan

lunak sekitar trauma, yaitu:

Page 4: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak

sekitarnya.

b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan

subkutan.

c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam

dan pembengkakan.

d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan

ancaman sindroma kompartement.

E. Manifestasi Klinik

Deformitas

Bengkak/edema

Echimosis (Memar)

Spasme otot

Nyeri

Kurang/hilang sensasi

Krepitasi

Pergerakan abnormal

Rontgen abnormal

F. Test Diagnostik

a. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi/luasnya fraktur/luasnyatrauma, skan

tulang, temogram, scan CI: memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

b. Hitung darah lengkap : HB mungkin meningkat/menurun.

c. Peningkatan jumlal sop adalah respons stress normal setelah trauma.

d. Kreatinin : traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal.

e. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple,

atau cederah hati.

G. Penatalaksanaan Medik

1) Fraktur Terbuka

Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan

disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman belum

terlalu jauh meresap dilakukan:

Pembersihan luka

Exici

Page 5: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Hecting situasi

Antibiotik

2) Seluruh Fraktur

a. Rekognisis/Pengenalan

Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan tindakan

selanjutnya.

b. Reduksi/Manipulasi/Reposisi

Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti

semula secara optimun. Dapat juga diartikan Reduksi fraktur (setting tulang)

adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasfanatomis

(brunner, 2001).

Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk

mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun

prinsip yang mendasarinya tetap, sama. Biasanya dokter melakukan reduksi

fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilaugan

elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan

kasus, roduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami

penyembuhan.

Reduksi tertutup.

Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan

fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan

manipulasi dan traksi manual. Ekstremitas dipertahankan dalam posisi yang

diinginkan, sementara gips, biadi dan alat lain dipasang oleh dokter. Alat

immobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk

penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui apakah

fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.

Traksi.

Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imoblisasi.

Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Sinar-x

digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen

tulang. Ketika tulang sembuh, akan terlihat pembentukan kalus pada

sinar-x. Ketika kalus telah kuat dapat dipasang gips atau bidai untuk

melanjutkan imobilisasi.

Reduksi Terbuka.

Page 6: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan

bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,

kawat, sekrup, plat paku, atau batangan logam digunakan untuk

mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya sampai penyembuhan

tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau

langsung ke rongga sumsum tulang, alat tersebut menjaga aproksimasi dan

fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.

c. Retensi/Immobilisasi

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali

seperti semula secara optimun.

Imobilisasi fraktur. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus

diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai

terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau

interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu,

pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk

fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi

fraktur.

d. Rehabilitasi

Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya

diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan

imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (mis.

pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah

ortopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler. Kegelisahan,

ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan (mis.

meyakinkan, perubahan posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika).

Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse

dan meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari

diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan harga-diri.

Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai batasan

terapeutika. Biasanya, fiksasi interna memungkinkan mobilisasi lebih awal. Ahli

bedah yang memperkirakan stabilitas fiksasi fraktur, menentukan luasnya

gerakan dan stres pada ekstrermitas yang diperbolehkan, dan menentukan

tingkat aktivitas dan beban berat badan.

H. Proses Penyembuhan Tulang

Page 7: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur

merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk

tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel

tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:

a. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-

sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat

tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan

perdarahan berhenti sama sekali.

b. Stadium Dua-Proliferasi Seluler

Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago

yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami

trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang

lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis.

Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen

tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai,

tergantung frakturnya.

c. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus

Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik,

bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga

kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai

berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal

dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada

permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman

tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4

minggu setelah fraktur menyatu.

d. Stadium Empat-Konsolidasi

Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah

menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast

menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast

mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini

adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat

untuk membawa beban yang normal.

e. Stadium Lima-Remodelling

Page 8: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama

beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi

dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan

pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang,

rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan

normalnya.

I. Komplikasi

1) Komplikasi Awal

a. Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,

CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada

ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan

posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

b. Kompartement Syndrom

Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena

terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini

disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan

pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan

yang terlalu kuat.

c. Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering

terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang

dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat

oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,

tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.

d. Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada

trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam.

Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena

penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

e. Avaskuler Nekrosis

Page 9: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak

atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan

adanya Volkman’s Ischemia.

f. Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya

permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini

biasanya terjadi pada fraktur.

2) Komplikasi Dalam Waktu Lama

a. Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai

dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan

karena penurunan supai darah ke tulang.

b. Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan

memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan.

Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur

yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena

aliran darah yang kurang.

c. Malunion

Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya

tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan

dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

II. Konsep Keperawatan

Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses

keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Aktivitas / Istirahat

Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.

Sirkulasi

Tanda : Hipertensi ( respon terhadap nyeri / ansietas ) atau hipotensi ( respon

kehilangan darah ). Takikardi ( respon stres, hipovolemia ), penurunan / tak ada

nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada

Page 10: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

bagian yang terkena. Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi

cedera.

Neurosensori

Gejala : Hilang gerakan / sensasi, spasme otot, kesemutan/ parestesis.

Tanda : Deformitas lokal : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi

( bunyi berderit ), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi. Agitasi

( mungkin berhubungan dengan nyeri / ansietas atau trauma lain ).

Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri berat tiba – tiba pada saat cedera, spasme / kram otot (setelah

imobilisasi).

Keamanan

Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna,

pembengkakan lokal.

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan ronsen : menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma.

Skan tulang, tomogram, skan CT / MRI : memp[erlihatkan fraktur, juga

dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

Darah lengkap : Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi ) atau

menurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

trauma multipel ). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal

setelah trauma.

Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi

multipel atau cedera hati.

B. Diagnosa Keperawatan, Tujuan dan Perencanaan.

a. Resiko trauma b.d kehilangan integritas tulang ( fraktur ).

Hasil yang diharapkan :

Pasien akan mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur.

Pasien akan menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan

stabilitas pada sisi fraktur.

Pasien akan menunjukan pembentukan kalus/ mulai penyatuan fraktur

dengan tepat.

Intervensi :

Mandiri

Page 11: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi. Beri

sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak /

membalik.

Letakkan papan dibawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada

tempat tidur ortopedi.

Gips / Bebat

Sokong fraktur dengan bantal/gulungan selimut. Pertahankan

posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir, pembebat,

papan kaki.

Traksi

Pertahankan posisi/integritas traksi ( contoh : Buck, Dunlop,

Pearson, Russel ).

Pastikan bahwa semua klem berfungsi. Minyaki katrol dan periksa

tali terhadap tegangan. Amankan dan tutup ikatan dengan plester

perekat.

Pertahankan katrol tidak terhambat dengan beban bebas

menggantung, hindari mengangkat/menghilangkan berat.

Bantu meletakkan beban dibawah roda tempat tidur bila

diindikasikan

Kaji ulang tahanan yang mungkin timbul karena terapi.

Kaji integritas alat fiksasi eksternal.

Kolaborasi

Kaji ulang foto/evaluasi

Berikan/pertahankan stimulasi listrik bila digunakan.

b. Nyeri b.d spasme otot ; gerakan fragmen tulang ; alat traksi stres, ansietas.

Hasil yang diharapkan :

Pasien mengatakan nyeri hilang.

Pasien akan menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam

aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat.

Pasien akan menunjukkan keterampilan relaksasi dan aktivitas

terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual.

Intervensi :

Mandiri

Page 12: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring,

gips, pembebat, traksi.

Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan

karakteristik, termasuk intensitas ( skala 0 –10 ). Perhatikan

petunjuk nyeri non verbal ( perubahan pada tanda vital dan emosi /

perilaku ).

Tinggikan dan topang ekstremitas yang terkena.

Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan

cedera.

Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan.

Motivasi dengan menggunakan teknik manajemen stres, contoh

teknik relaksasi, latihan napas dalam, teknik imagery. Sentuhan

terapeutik.

Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi : narkotik dan analgesik non narkotik.

Lakukan kompres dingin / es 24 – 48 jam pertama dan sesuai

keperluan.

c. Aktual / Resiko kerusakan integritas kulit / jaringan b.d cedera tusuk; fraktur

terbuka; bedah perbaikan; pemasangan traksi / pen / kawat / sekrup

Hasil yang diharapkan :

Pasien akan menyatakan ketidaknyamanan hilang

Pasien akan menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan

kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi

Pasien akan mencapai penyembuhan luka sesuai waktu

Intervensi :

Mandiri :

Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan,

perubahan warna, kelabu, memutih.

Masase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur

kering dan bebas kerutan. Tempatkan bantalan air/bantalan lain

bawah siku/tumit sesuai indikasi.

Kaji posisi cincin bebat pada alat traksi.

Kolaborasi

Page 13: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Buat gips dengan katup tunggal, katup ganda atau jendela, sesuai

protokol.

d. Resiko infeksi b.d tak adekuatnya pertahanan primer; kerusakan kulit; trauma

jaringan; terpajan pada lingkungan, prosedur invasif, traksi tulang.

Hasil yang diharapkan :

Pasien akan mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase

purulen atau eritema dan demam.

Intervensi :

Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas.

Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protokol.

Waspada nyeri yang tiba – tiba / keterbatasan gerakan dengan edema

lokal/eritema ekstremitas cedera.

Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi, contoh :

Antibiotik IV/topikal

Tetanus toksoid

Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh :

Hitung darah lengkap

LED

Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang

Skan radioisotop

Berikan irigasi luka/tulang dan berikan sabun basah/hangat sesuai

indikasi.

Bantu prosedur, contoh insisi/drainase, pemasangan drain, terapi O2

hiperbarik.

e. Resiko terjadi disfungsi neurovaskuler perifer b.d penurunan aliran darah :

cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus;

hipovolemia.

Hasil yang diharapkan :

Pasien akan mempertahankan perfusi jaringan ditandai dengan

terabanya nadi, kulit hangat/kering, sensasi normal, sensori biasa, tanda

vital biasa dan haluran urin adekuat untuk keadaan individu.

Intervensi :

Mandiri

Page 14: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Lepaskan perhiasan dari ekstremitas yang sakit.

Evaluasi kualitas nadi perifer distal terhadap cedera melalui

palpasi. Bandingkan dengan ekstremitas yang sakit.

Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada fraktur.

Kaji jaringan sekitar akhir gips untuk titik yang kasar/tekanan.

Selidiki keluhan “ rasa terbakar “ di bawah gips.

Kaji keseluruhan panjang ekstremitas yang cedera untuk

pembengkakan/pembentukan edema. Ukur ekstremitas yang

cedera. Perhatikan penampilan/luasnya hematoma.

Selidiki tanda iskemia ekstremitas tiba – tiba, contoh penurunan

suhu kulit dan peningkatan nyeri.

Pantau tanda vital. Perhatikan tanda – tanda pucat/sianosis umum,

kulit dingin, perubahan mental.

Kolaborasi

Berikan kompres es sekitar fraktur sesuai indikasi.

Berikan kaus kaki antiembolik/tekanan berurutan sesuai indikasi.

Pantau Hb/Ht, pemeriksaan : koagulasi, contoh kadar protrombin.

f. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuskuler :

nyeri/ketidaknyamanan : terapi restriktif ( imobilisasi tungkai ).

Hasil yang diharapkan :

Pasien akan meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan

mengkompensasi bagian tubuh.

Pasien meningkatkan/ mempertahankan mobilitas pada tingkat yang

mungkin paling tinggi.

Intervensi :

Mandiri

Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan

perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.

Awasi tekanan darah dengan melakukan aktivitas. Perhatikan

keluhan pusing.

Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk/napas

dalam.

Page 15: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera

mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat

mobilitas.

Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral.

Pertahankan penurunan kandungan protein sampai setelah defekasi

pertama.

Kolaborasi

Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau spesialis

rehabilitasi.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d

salah interpretasi informasi/tidak mengenal sumber informasi.

Hasil yang diharapkan :

Pasien akan menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan

pengobatan.

Pasien akan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan

menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi :

Mandiri

Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.

Beri informasi metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi

dengan terapis fisik bila diindikasikan.

Identifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat, contoh

tim rehabilitasi, pelayanan perawatan di rumah.

Diskusikan perawatan gips.

Demonstrasikan penggunaan kantung plastik untuk menutup

plester gips selama cuaca lembab atau saat mandi. Gips bersih

dengan pakaian agak lembab dan bedak penggosok.

Diskusikan instruksi pasca pengangkatan gips :

Instruksikan pasien untuk melanjutkan latihan.

Informasikan pasien bahwa kulit dibawah gips secara umum

lembab dan tertutup dengan kalus atau serpihan kulit yang matu.

Cuci kulit dengan perlahan dengan sabun, betadine dan air.

Minyaki dengan minyak pelindung.

Page 16: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Informasikan pasien bahwa otot dapat tampak lembek dan atrofi

( massa otot kurang ). Anjurkan untuk memberi sokongan pada

sendi diatas dan di bawah bagian yang sakit dan gunakan alat

bantu mobilitas, contoh ; verban elastik, bebat, penahan, kruk,

walker atau tongkat.

Tinggikan ekstremitas sesuai kebutuhan

C. Implementasi

Mengacu pada intervensi tiap diagnosa.

D. Evaluasi

Keadaan stabilisasi dan posisi fraktur.

Pasien rasa nyaman, nyeri mulai berkurang.

Pasien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau

eritema dan demam.

Pasien mempertahankan perfusi jaringan ditandai dengan terabanya nadi, kulit

hangat/kering, sensasi normal, sensori biasa, tanda vital normal.

Pasien mengerti dengan kondisi, prognosis dan pengobatan penyakitnya.

Daftar Pustaka

Doengoes, Marlyn, et al . ( 1999 ). Proses Keperawatan. Edisi III. Penerbit Buku Kedokteran, EGC

Page 17: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.

Long. C. Barbara, ( ). Perawatan Medikal Bedah . Edisi Ke 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Oswari. E. ( 2000 ). Bedah dan Perawatannya. Penerbit Fakultas Kedokteran UI

Smeltzer, S. C and Bare, B. G, (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC :Jakarta.

Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Jakarta.

Price, S. And Wilson, L. M., (2003). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

www.google.com

Page 18: fery07041.files.wordpress.com … · Web viewPatofisiologi. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

Fery Rahman Arsyad, S.kep., Ns.