Upload
amilia-nurrahmah
View
33
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Jurnal disolusi obat
Citation preview
MAKARA, SAINS, VOL. 14, NO. 1, APRIL 2010: 57-62
DISOLUSI MIKROENKAPSULASI KURKUMIN TERSALUT GELKITOSAN-ALGINAT-GLUTARALDEHIDA
Abstrak
Profil dan mekanisme disolusi kurkumin tersalut gel kitosan-alginat dipelajari secara in vitro pada kondisi optimumnya.Hasil analisis spektrofotometri sinar tampak dari ekstrak menggunakan metoda maserasi dengan pelarut etanol sebesar17,08%, menunjukan kadar kurkumin dalam ekstrak etanol sebesar 10,30%. Dengan menggunakan metode responpermukaan diperoleh kondisi optimum mikrokapsul pada nisbah konsentrasi alginat 0,62% (b/v) dan glutaraldehida4,63% (v/v), sedangkan konsentrasi kitosan dibuat tetap 1,75% (b/v). Uji disolusi dilakukan pada suhu 37 oC dengankecepatan pemutaran 100 rpm selama 8 jam. Alikuot diambil pada selang waktu 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 240,300, 360, 420, 480 menit. Serapan kurkumin diukur pada panjang gelombang 430 nm. Pelepasan kurkumin dengankorelasi linear terbaik diperoleh pada orde pertama dengan nilai tetapan, k = 2,24 10-3 menit-1 dan waktu paruh, t1/2 =5,16 jam. Pelepasan kurkumin terjadi terutama melalui mekanisme difusi matriks sediaan padat melalui membranmikrokapsul. Diperoleh data pelepasan dengan kecocokan yang lebih baik dengan model Higuchi dibandingkan denganmodel Fick.
1. Pendahuluan
Salah satu jenis tanaman yang paling banyak digunakansebagai bahan baku pembuatan jamu dan obat adalahtemulawak (Curcuma xanthorriza Roxb). Hal ini karenatemulawak mengandung senyawa kurkuminoid, yangterdiri atas kurkumin dan desmetoksikurkumin. Rasapahit dengan bau aromatik yang tajam pada temulawak,juga lama penyimpanan yang dapat mengurangi kadarminyak atsiri dan kurkuminoidnya, dapat ditutupidengan menyalutnya dengan mikrokapsul. Selain itu,
bentuk sediaan mikrokapsul mampu memperlambat lajupelepasan obat dalam tubuh [1,2].
Kitosan bersifat non toksik, biokompatibel,biodegradabel, dan polikationik dalam suasana asam [3]dan dapat membentuk gel (hidrogel) karena adanyaikatan silang kitosan-kitosan yang terjadi secara ionik[4]. Kitosan juga memiliki struktur yang hampir samadengan selulosa. Beberapa polimer turunan selulosa,seperti hidroksipropil metil selulosa (HPMC) dan etilselulosa (EC) telah banyak digunakan dalam sediaan
lepas terkendali, baik dalam bentuk matriks maupunmikrokapsul [3]. Ini artinya, kitosan merupakan matriksyang baik dalam sistem pengantaran obat [3]. Studisebelumnya menunjukan bahwa kitosan dapatdigunakan sebagai penyalut obat antiperadanganketoprofen [1] dan propanolol hidroklorida [3]. Gelkitosan-alginat yang diperoleh [5] pada kondisioptimumnya (kondisi dimana kadar zat yang disalutmaksimal) diketahui berpotensi sebagai membran yangbaik dalam sistem pengantaran.
Lebih lanjut, kitosan yang telah dimodifikasi denganalginat juga dapat membentuk membran komplekspolielektrolit (PEC) [6]. Wang et al. [7] melaporkan,pembentukan gel kitosan-poli (vinil alkohol) (PVA)dengan glutaraldehida sebagai penaut silang, dapatmemperbaiki sifat gel yang terbentuk, yaitumenurunkan waktu gelasi dan meningkatkan kekuatanmekanik gel. Modifikasi gel kitosan untuk memperbaikisifat membran-nya adalah dengan menambahkan
hidrokoloid alami, diantaranya dengan gom guar [8],alginat [5], karboksimetil selulosa [9], dan gom xantan[10]. Namun, gel kitosan dengan penambahan alginatdan glutaraldehida memiliki sifat reologi yang palingbaik dan stabil sebagai gel untuk digunakan dalammikro-enkapsulasi [11]. Studi kondisi penyimpananmikroenkapsulasi ekstrak temulawak tersalut gelkitosan, alginat dan glutaraldehida menunjukkan padasuhu kamar, proses penguraiannya mengikuti reaksiorde ke 3 dengan waktu paruh yang cukup lama, yaitusekitar 30 minggu [11,12]. Ini mengindikasikan bahwastudi disolusi mikroenkapsulasi kurkumin tersalut gelkitosan dengan campuran alginat dan glutaraldehida
27,02
%38,58%
32,73%
36,87%
30,4%
PersenKurkumin(%)
24,38%
28,52% 35,75%
31,68%
JOEL-JSM-5310LV dan perangkat lunak Minitab 14untuk alat bantu analisis data.
Persiapan Bahan Kurkumin. Temulawak yangdigunakan dalam penelitian ini adalah bagianrimpangnya. Rimpang temulawak dikeringkan dalamoven suhu 50 oC hingga kadar air mencapai sekitar 10%.Serbuk temulawak sebanyak 4,0 kg berukuran 35 mesh,dimaserasi dengan etanol sebanyak 12,0 L selama 24jam dan sambil diaduk dengan kecepatan 350 rpmmenggunakan overhead stirrer. Selanjutnya, ekstraktemulawak disaring. Residu diekstraksi ulang sebanyak3 kali dengan perlakuan yang sama dengan sebelumnya,masing-masing menggunakan etanol sebanyak 10,0 L.Semua filtrat dikumpulkan kemudian dipekatkan
dengan menggunakan penguap putar. Evaporasidilakukan pada suhu 55 oC, kecepatan 80 rpm dantekanan vakum 110 milibar. Ekstrak pekat selanjutnyadianalisis kadar kurkuminnya dengan cara mengukurserapannya dengan menggunakan spektrofotometri sinartampak pada panjang gelombang maksimum.
Pembuatan Mikrokapsul (Modifikasi dari Yamada etal. [1], Tiyaboonchai dan Rittidej [2]). Mula-muladibuat larutan kitosan 1,75% (b/v) dengan pelarut asamasetat 1% (v/v), sebanyak 228,6 mL larutan. Kemudian,ditambahkan 38,1 mL larutan alginat dengan ragamkonsentrasi 0,5, 0,625, dan 0,750% (b/v) sambil diadukdengan kecepatan 700 rpm hingga homogen. Setelahitu, dilakukan penambahan 7,62 mL glutaraldehida kedalam campuran tersebut dengan ragam konsentrasi 4,4,5, dan 5% (v/v). Penambahan dilakukan tetes demi tetessambil terus diaduk selama 1 jam untuk penyeragaman.
sangat perlu dilakukan.Campuran kitosan-alginat-glutaraldehida tersebut
Pada penelitian ini, profil dan mekanisme disolusimikroenkapsulasi kurkumin tersalut gel kitosan-alginat-glutaraldehida dipelajari secara in vitro pada kondisioptimumnya.
2. Metode Penelitian
Bahan. Rimpang temulawak kering diperoleh dari PT.Vitaher Semarang, sedangkan kitosan dari CV. DinarCikarang Bekasi. Pada penelitian ini juga digunakan airsuling, bufer fosfat (KH2PO4) pH 7,4, CH3COOH 98%teknis, glutaraldehida 25%, metanol p.a., etanol 96%teknis, natrium alginat, standar kurkumin, Tween-80,dan NaOH teknis.
Alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan adalahalat-alat kaca, rotavapor (Heidolph), timbangan analitik(OHAUS-Florham Park USA), lempeng pemanas,pengaduk magnet, pengering semprot Buchi 190 diSeafast PAU IPB, spektro-fotometer UV-SinarTampak/Vis (Hexios), pipet mikro (Socorex-Swiss),Moisture Balance (precisa HA 60), alat uji disolusi tipedayung (tipe 2), mikroskop elektron payaran (SEM)
dicampurkan dengan 4 gram kurkumin yang dilarutkandalam 250 mL etanol 96% untuk membuat suspensilarutan kitosan-alginat-glutaraldehida dan kurkumindengan nisbah kitosan-kurkumin 2 : 1, kemudianditambahkan 5 mL Tween-80 2%. Campuran akhir inidiaduk dengan kecepatan 700 rpm selama 2 jam padasuhu ruang dan diubah menjadi mikrokapsul dengan alatpengering semprot. Alat pengering semprot yangdigunakan mempunyai diameter lubang 1,5 mm dandengan suhu inlet 150 oC, suhu outlet 70 oC, laju alirnya60 rpm dan tekanan semprot pada skala 2 bar. Selain itu,juga dibuat mikrokapsul kosong tanpa penambahankurkumin sebagai blangko. Pembuatan tiap mikrokapsuldilakukan sebanyak dua kali.
Uji Penetapan Kandungan Kurkumin padaMikrokapsul dan Optimisasinya. Mikrokapsulsebanyak 0,05 gram digerus, kemudian dilarutkan dalam25,0 mL etanol 96% dan disaring, kemudian larutandiambil 0,1 mL dan diencerkan dengan etanol 96%hingga 10,0 mL. Kadar kurkumin terlarut ditentukandengan metode spektrofotometri sinar tampak padapanjang gelombang 430 nm.
Data yang diperoleh dari ragam konsentrasi larutanalginat (0,5, 0,625, dan 0,75 [b/v]) dan glutaraldehida(4, 4,5, dan 5% [v/v]) dengan konsentrasi larutankitosan dibuat tetap (1% [b/v]). Data pengukurandioptimisasi dengan memanfaatkan metoda responpermukaan (RSM) yang ada pada piranti lunak MinitabRelease 14 dengan menggunakan konsentrasi alginat,
50
40
30
20
glutaraldehida, dan persen kurkumin dalam mikrokapsulsebagai faktor-faktor yang dioptimasikan, hinggadiperoleh nisbah konsentrasi alginat dan glutaraldehidauntuk kondisi penyalutan optimum.
10
00,5 0,625 0,75
Persen Alginat (%)
Uji Disolusi Secara In Vitro (FI IV 1995 [13]).Sebanyak 0,5 gram mikrokapsul yang diperoleh padakondisi optimum didisolusi dalam 900 mL larutan buferfosfat pH 7,4 menggunakan alat disolusi tipe 2 padasuhu (37 ± 0,5) oC dengan kecepatan pengadukan 100rpm selama 480 menit. Sebanyak 10 mL alikuot darimikrokapsul diambil pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90,120, 150, 180, 240, 300, 360, 420, 480. Setiap kalipengambilan alikuot, volume medium yang terambil
(bufer fosfat pH 7,4) digantikan dengan larutan mediumyang baru dengan volume dan suhu yang sama. Masing-masing alikuot disaring dan ditentukan serapankurkuminnya dengan spektrofotometri sinar tampak.Koreksi terhadap penyalut kitosan-alginat juga dilakukanpada saat pengukuran dengan spektrofotometri sinartampak, caranya dengan menguji disolusi mikrokapsulblanko.
Alginat(mg/L)
Pelepasan(%)
0.65
Data pengukuran yang diperoleh, digunakan untukmempelajari kinetika kurkumin melalui grafikhubungan antara persen pelepasan kurkumin terdisolusiterhadap waktu, dan kemudian ditentukan orde reaksiserta waktu paruh pelepasan kurkumin.
Profil pelepasan kurkumin terdisolusi dipelajari denganmembuat kurva hubungan antara jumlah kurkuminterdisolusi (%) dengan waktu (menit) seperti yangdiprediksi model Fick dan jumlah kurkumin terdisolusi(%) dengan akar waktu (menit1/2) seperti yangdiprediksi model Higuchi. Kemudian dilakukan analisisregresi linear terhadap masing-masing kurva.Mikrokapsul blanko, mikrokapsul yang berisi kurkumindan mikrokapsul terdisolusi kemudian dianalisisstruktur morfologinya menggunakan SEM.
3. Hasil dan Pembahasan
Optimisasi Mikrokapsul. Optimisasi mikrokapsulmerupakan peragaman kondisi penyalutan (konsentrasialginat dan glutaraldehida untuk menentukan kondisioptimum berdasarkan kadar kurkumin yang tersalut).Pada proses ini, penambahan kurkumin dibuat tetapjumlahnya pada setiap variasi konsentrasi alginat danglutaraldehida agar perbedaan sifat penyalutan terlihatjelas. Pengaruh konsentrasi alginat dan glutaraldehidaterhadap persen pelepasan kurkumin yang terekstraksi
Gambar 1. Kadar Kurkumin Glu 4% Glu 4,5% Glu 5%dalam Mikrokapsul untuk beberapaKonsentrasi Alginat (Sumbu-x) danGlutaraldehida (Glu) Konsentrasi Kitosan1,75%
memperlihatkan bahwa kadar kurkumin minimum padasaat konsentrasi alginat 0,5% dan glutaraldehida 5%(Gambar 1). Hal ini karena pada batas konsentrasitersebut campuran mulai menunjukkan sifat gelsehingga kurkumin sudah banyak yang tersalut,berhubung sifat gel dapat menjaga terlepasnya bahanyang disalutnya pada kondisi tertentu. Akan tetapi,nisbah konsentrasi tersebut tidak dapat digunakan padapenelitian ini karena sulitnya proses penyemprotan padaalat pengering semprot dan sulit terlepasnya kurkuminpada saat ekstraksi maupun uji disolusi. Terlihat bahwakadar kurkumin maksimum berada pada saatkonsentrasi alginat 0,625% dan glutaraldehida 4,5%menunjukkan bahwa pada kondisi ini kurkumin dapattersalut dengan baik (Gambar 1).
Pada nisbah konsentrasi tersebut, alginat selain berlakusebagai interpenetrating agent [14] juga ikut sertamemudahkan tersalutnya kurkumin pada saatmikroenkapsulasi dan memudahkan prosespenyemprotan pada alat pengering semprot. Hal inikarena tingginya kehomogenan dan berkurangnyakekentalan campuran.
Kondisi optimum ditentukan berdasarkan analisis kadarkurkumin terbesar yang diperoleh dari hasil ekstraksimikrokapsul dengan menggunakan RSM. Hasil analisisRSM menunjukkan bahwa komponen penyalut yangoptimum terjadi pada konsentrasi alginat 0,620 danglutaraldehida 4,63 untuk konsentrasi kitosan yangdibuat tetap 1,75% (Gambar 2).
Profil dalam bentuk kontur dari kadar kurkuminterhadap alginat dan glutaraldehida (Gambar 2)menunjukkan bahwa kadar kurkumin yang lebih besardari 35% diperkirakan terjadi pada kisaran konsentrasialginat 0,60-0,70 dan konsentrasi glutaraldehida 4,6-4,8%. Gambar 2 menunjukkan secara tepat konsentrasialginat dan glutaraldehida yang optimum berdasarkan
0,75
0,70
0,65
0,60
Kadar(%)
<25,025,0 – 27,527,5 – 30,030,0 – 32,532,5 – 35,0
>35,0
yang terdapat pada jejaring kitosan-kitosan semakinrapat, dan cairan eksternal yang masuk ke dalamstruktur tiga dimensinya semakin sulit.
Uji Disolusi Mikrokapsul. Proses disolusi padapenelitian ini dilakukan secara in vitro, yaitu padamedium basa, kondisi pH 7,4. Hal ini dilakukan untukmelihat laju pelepasan kurkumin dalam tubuh. Disolusi
0,55
0,504.0 4.2 4.4 4.6 4.8 5.0
Glutaraldehida(mg/L)
Gambar 2. Kontur dari Profil Pengaruh KonsentrasiAlginat-Glutaral-Dehida terhadap KadarKurkumin, Panah Menunjukkan Posisi KondisiOptimum (Kondisi dimana Kadar Kurkuminpada Mikrokapsul > 35%)
konsentrasi kurkumin dari mikrokapsul (kurva terarsir
lebih gelap), sedangkan bagian yang terarsir lebih mudamenunjukkan kandungan kurkumin yang rendah.
Kondisi ini terjadi saat konsentrasi alginat diatas 0,7%(terarsir lebih terang) dan di bawah 0,6% (terarsir lebihterang) dan konsentrasi glutaraldehida diatas 4,8%(terarsir lebih terang) dan dibawah 4,6% (terarsir lebihterang).
Rendahnya kadar kurkumin ini diduga karena padakonsentrasi glutaraldehida diatas 4,8%, glutaraldehidamenyebabkan semakin rapatnya jejaring ikatan. Namun,meningkatnya kerapatan ini tidak dapat diimbangi oleh
kandungan alginat. Dalam hal ini, alginat berfungsi untukmelemahkan jejaring ikatan kitosan-glutaraldehida [15],sehingga memudahkan masuknya kurkumin ke dalampenyalut. Kadar kurkumin yang rendah juga terjadi padadaerah konsentrasi alginat di bawah 0,54% (terarsirlebih terang) dan glutaraldehida di bawah 4,25%(terarsir lebih terang). Rendahnya kadar kurkumindiduga karena pada konsentrasi alginat di bawah 0,54%,efek dari pengisian alginat pada jejaring kitosan-glutaraldehida-kitosan tidak diimbangi oleh konsentrasiglutaraldehida sehingga memudahkan pelepasan
diuji pada mikrokapsul optimum penyalut kurkuminpada nisbah konsentrasi alginat-glutaraldehida 0,62%(b/v) : 4,63% (v/v), dengan konsentrasi kitosan dibuattetap 1,75% (b/v).
Pelepasan kurkumin dari matriks kitosan-alginat-glutaraldehida dimulai ketika matriks kontak denganmedium disolusi, terjadi penetrasi cairan ke dalammatriks, sehingga matriks mengembang dan membentukgel. Lapisan gel berfungsi sebagai penghalangdisekeliling matriks yang mengontrol pelepasankurkumin dari dalam matriks. Semakin tebal lapisan gelyang menghalangi, semakin sulit kurkumin berdifusikeluar matriks. Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkanuntuk melepaskan sejumlah kurkumin menjadi lebihlama. Kurkumin yang berada pada lapisan terdekatdengan permukaan matriks adalah yang pertama kaliberdifusi. Gambar 3 memperlihatkan laju pelepasankurkumin dari matriks kitosan-alginat-glutaraldehidaberjalan secara perlahan (< 30% pada t < 500 menit) dandata yang cenderung sesuai dengan orde reaksi < 3.
Berikut ini akan dipelajari mekanisme pelepasankurkumin pada uji disolusi secara lebih detil. Parameteryang ditentukan meliputi orde reaksi dan waktu paruhkurkumin. Pada penelitian ini, penentuan orde reaksidilakukan menggunakan metode grafis, yaitu denganmelihat nilai koefisien determinasi (R2) yang diperolehdari kurva hubungan antara konsentrasi dan waktu.
30 –
20 –
10 –
kurkumin dari mikrokapsul.
Kondisi optimum pada kitosan 1,75%, alginat 0,62%dan glutaraldehida 4,63% menunjukkan bahwa pada
0–
-10 –
-20 –
200 400 600
kondisi ini kurkumin dapat tersalut dengan baik.Penambahan glutaraldehida 4,63% selain sebagai bahanpenguat jejaring kitosan-kitosan juga mengakibatkanstruktur gelnya menjadi lebih kuat dan meningkatkan
-30 –
Waktu (menit)
Orde 1 Orde 2 Orde 3sifat gelnya [7,16] dan membuat kerapatan jejaringnyasedemikian rupa sehingga memudahkan masuk atautersalutnya kurkumin pada saat mikroenkapsulasi. Inisesuai dengan hasil Sugita et al. [8], yaitu bertambahnyakonsentrasi glutaraldehida menyebabkan ikatan silang
Gambar 3. Kurva Pengaruh Waktu terhadap PelepasanKurkumin Rerata pada Medium Disolusi pH7,4. Garis Putus-putus, Garis Lurus, dan GarisTitik-titik adalah Hasil Fitting terhadap OrdeReaksi
Berdasarkan data uji disolusi, pelepasan kurkumin darimikrokapsul mengikuti kinetika orde reaksi ke-1. Halini ditunjukkan oleh nilai R2 yang relatif lebih baikdibandingkan untuk orde reaksi ke-0, ke-2, dan ke-3(Tabel 1).
Kurva hubungan antara konsentrasi kurkumin yangtersisa dalam mikrokapsul ln [a/a-x] = kt terhadapwaktu untuk reaksi orde ke-1 yang merupakan reratadari dua ulangan diperlihatkan pada Gambar 4.
Berdasarkan kurva tersebut, diperoleh persamaan garislurus y = 0,2237x + 8,2412 dengan R2 = 0,979. Nilaitetapan konstanta reaksi, k untuk orde reaksi ke-1tersebut sebesar 2,24 x 10-3 menit-1. Dari nilai k yang
diperoleh, dapat dihitung waktu paruh, t1/2 denganpersamaan, t1/2 = 0,693/k. Nilai waktu paruh yangdiperoleh adalah 5,16 jam atau 309,8 menit, yang berartidibutuhkan waktu sekitar 5,16 jam untuk melepaskankurkumin dari mikrokapsul agar konsentrasinya dalammikrokapsul berkurang menjadi separuh darikonsentrasi awalnya. Hasil ini menunjukkan secarakuantitatif bahwa proses pelepasan kurkumin darimikrokapsul berlangsung lambat.
Hasil uji disolusi selanjutnya, kemudian disajikansebagai kurva hubungan antara jumlah kurkuminterdisolusi dengan waktu (Gambar 5a) dan akar waktu(Gambar 5b). Kemiringan dari kurva memberi informasi
R = 0.979
Pada pH 7,4 pelepasan kurkumin memberikan kurvapelepasan yang linear baik sebagai fungsi waktu (Fick)maupun akar waktu (Higuchi) yang dapat dilihat dariharga R2. Ini berarti pelepasan kurkumin tersebutterutama dikontrol oleh mekanisme difusi.
Hal ini disebabkan oleh komposisi matriks mengandungalginat yang bersifat hidrofilik dan larut dalam basasehingga melarutnya alginat sedikit demi sedikitmembuka jalan bagi air untuk melarutkan kurkumin.Berdasarkan harga R2, data menunjukkan kecocokanyang lebih baik dengan model Higuchi dibandingkan
model Fick. Ini artinya selama proses difusi terjadiperubahan ketebalan mikrokapsul [17]. Hasil inididukung dengan hasil SEM, yaitu sesudah prosesdisolusi mikrokapsul menjadi lebih kisut (Gambar 6).Catatan, harga negatif pada persen pelepasan dariekstrapolasi plot linier yang pada t1/2 = 0 menit1/2(Gambar 5b) dikarenakan kurangnya data ”fitting” padat1/2 < 5 menit1/2. Penambahan jumlah data pada daerah iniakan memperbaiki hasil ekstrapolasi. Juga perlu dicatathasil pengukuran pada t1/2 = 0 menit1/2 mendekati 0.
Pencirian Mikrokapsul dengan SEM. Gambar 6memperlihatkan morfologi mikrokapsul kurkumin hasildisolusi pada pH 7,4 (pH usus) sampai menit ke-480.Pada morfologi mikrokapsul setelah disolusi menit ke-480, masih terdapat mikrokapsul yang berbentuk bulat
tentang laju difusi kurkumin dari mikrokapsul.
Tabel 1. Penentuan Orde Pelepasan Kurkumin Reratadari Mikrokapsul pada Kondisi Optimum. R2Menunjukan Koefisien Determinasi
Orde Persamaan R2
0 y = 0,0479x + 4,2529 0,94151 y = 0,2237x + 8,2412 0,97902 y = 0,1134x ─ 0,5953 0,94713 y = 0,6255x ─ 23,235 0,8511
30
25
20
15
10
5
0
30
Pelepasan (%)
y = 0.0476x + 4.3341
R2 = 0.9455
0 100 200 300 400 500 600Waktu (menit)
(a)Pelepasan (%)
25
140
120
100
80
20
15
10
y = 1.1655x - 0.861660
40
20
y = 0.2237x + 8.24122
5
0
-5
R2 = 0.9875
0 5 10 15 20 25
00 100 200 300 400 500 600
t (menit)
Gambar 4. Kurva Orde Reaksi Ke-1 PelepasanKurkumin dari Mikrokapsul
Akar w aktu (menit1/2)
(b)
Gambar 5. Kurva Pelepasan Kurkumin terhadap (a)Waktu (Model Fick) dan (b) Akar Waktu(Model Higuchi)
0,87-4,33 μm. Proses pelepasan kurkumin terjadimelalui mekanisme difusi dimana berdasarkan hasilpengukuran yang didapat, data mempunyai kesesuaianyang lebih baik dengan model Higuchi dibandingkandengan model Fick. Ini artinya dalam proses difusi darikurkumin terjadi perubahan ketebalan/penyusutan padamikro-kapsul. Hal ini diperkuat dengan analisis hasilSEM.
Daftar Acuan
Gambar 6. Foto SEM Permukaan MikrokapsulMikrokapsul Setelah Uji Disolusi pada Menitke-480, Perbesaran 1500x. SimbolMenunjukkan Mikrokapsul yang Masih Utuh
yang artinya mikrokapsul belum hancur secara
keseluruhan dan matriks gel kitosan-alginat-glutaraldehida yang digunakan belum mengalamipembengkakan optimum. Setelah uji disolusiberlangsung, permukaan mikrokapsul juga terlihat lebihkempis dengan ukuran berkisar 0,87–4,33 μm.
Pada proses disolusi, air dari larutan bufer masuk kedalam permukaan mikrokapsul, berinteraksi dengan
mikrokapsul melintasi pori-pori permukaan matrikskitosan-alginat-glutaraldehida dan mengalami pelepasansecara bertahap yaitu tahap awal terjadi perembesancairan masuk kedalam matriks kitosan-alginat-glutaraldehida kemudian mengembang, tahapselanjutnya terjadi pelarutan kurkumin didalammikrokapsul dan tahap terakhir penembusan larutankurkumin keluar matriks, dan terjadi pelepasankurkumin secara perlahan. Seiring denganbertambahnya waktu disolusi, pori polimer kitosan akanterbuka lebar dan pelepasan kurkumin menjadi lebihoptimum.
4. Kesimpulan
Uji disolusi kurkumin tersalut gel kitosan-alginat-glutaraldehida menunjukkan bahwa proses pelepasankurkumin pada pH (7,4) (kondisi usus) berjalanmengikuti orde ke-1 dengan nilai tetapan reaksi (k)sebesar 2,24 x 10-3 menit-1 dan waktu paruh (t1/2) sebesar5,16 jam. Ini menunjukkan bahwa matriks kitosan-alginat-glutaraldehida benar memiliki kemampuansebagai sediaan lepas lambat. Kondisi optimum alginat-glutaraldehida diperoleh pada konsentrasi 0,62% (b/v)dan 4,63% (v/v) dengan konsentrasi kitosan tetap, yaitusebesar 1,75% (b/v). Ukuran mikrokapsul setelahterdisolusi berdasarkan hasil foto SEM berkisar antara
[1] T. Yamada, H. Onishi, Y. Machida, YakugakuZasshi 121 (2001) 239.
[2] W. Tiyaboonchai, G.C. Ritthidej, SongklanakarinJ. Sci. Technol 25 (2003) 245.
[3] Sutriyo, D. Joshita, R. Indah, Majalah IlmuKefarmasian 2 (2005) 145.
[4] J. Berger, M. Reist, J.M. Mayer, O. Felt, N.A.Peppas, R. Gurny, Eur. J. of Pharm. and Biopharm.57 (2004) 193.
[5] P. Sugita, A. Sjachriza, D. Wahyono, J. Sains danTeknologi Indonesia 8 (2006) 133.
[6] A. Cardenas, W.A. Monal, F.M. Goycoolea, I.H.Ciapara, C. Peniche, Macromol. Biosci. 3 (2003)535.
[7] T. Wang, M. Turhan, S. Gunasekaram, Polym. Int.53 (2004) 911.
[8] P. Sugita, A. Sjachriza, S.I. Lestari, J. Natur. 9(2006) 32.
[9] P. Sugita, A. Sjachriza, Rachmanita, ProsidingSeminar Nasional Himpunan Kimia Indonesia,Bogor, Indonesia, 2006, p.437.
[10] P. Sugita, Sjachriza, D.W. Utomo, Proceedings 1stInternational Conference on Chemical Sciences,Yogyakarta, Indonesia, 2007, p.24.
[11] Herdini, Tesis S2, Sekolah Pascasarjana Kimia,Institut Pertanian Bogor, Indonesia, 2008.
[12] Herdini, L.K. Darusman, P. Sugita, Jurnal MakaraSeri Sains (to be published).
[13] Ditjen POM, Departemen Kesehatan RI,Farmakope Indonesia, edisi 4 (1995) 1083.
[14] P.V. Kulkarni, J. Keshavayya, Int. J. of Pharmacyand Pharm. Sci. 2, Suppl 2 (2010) 77.
[15] R. Rujiravanit, S. Kruaykitanon, A.M. Jamieson,S. Tokura, Macromol. Biosci. 3 (2003) 604.
[16] J.A. Ko, H.J. Park, S.J. Hwang, J.B. Park, J.S. Lee,Int. J. Pharm. 249 (2002) 165.
[17] A.N. Martin, J. Swarbrick, A. Cammarata,Physical Pharmacy. 4th ed., Lea & Febiger,Philadelphia, 1993, p.855.