Upload
abamvc-muhammad-akbar
View
95
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Dismteria
Citation preview
Dismetria -> skill lab hell to knee to toe
Disemetria termasuk ke dalam sindroma serebelar. Dismetria dikenal sebagai
kecepatan untuk memulai dan menghentikan gerakan yang terganggu yang berarti “salah
mengukur”. Jangkauan gerakan voluntary dapat telampapu pendek (hipometria) atau pun
terlampau jauh (hipermetria) dari tujuannya (Mardjono et Sidharta, 2009). Dimetria dapat
terjadi pada tangan ataupun kaki. Dismetria pada kaki dapat diperiksa dengan tes tumit-lutut-
ibu jari kaki dan tes ibu jari kaki-jari telunjuk. Pada tes tumit-lutut-ibu jari kaki, pasien
diminta untuk menempatkan salah satu tumitnya di atas lutut tungkai lainnya, kemudian tumit
itu harus meluncur dari lutut ke pergelangan kaki melalui tulang tibia dan akhirnya memanjat
dorsum pedis untuk menyentuk ibu jari kaki. Tes ini dilakukan oelh kedua kaki secara
bergantian. Pasien yang mempunyai penyakit serebelar tumit meluncur secara terhuyung-
huyung hendak jatuh ke samping os tibia dan akhirnya tumit dijatuhkan di atas jari-jari kaki,
dan bukannya di daratkan secara rapi di atas ibu jari kaki (Sidharta, 2005). Dismetria
mempunya mekanisme yang sama dengan asinergia dan dekomposisi gerakan voluntary.
Mekanismenya yaitu ketidakseimbangan antara aktivitas elektromigrafi agonis dengan
dengan antara antagonis. Lesi pada serbelar menyababkan terjadinya perpanjangan interval
antara perintah dan terjadinya gerkan. Ledakan agonis dapat terlalu panjang atau telalu
pendek atau dapa berlanjut pada ledakan antagonis, yang menghasilkan tambahan kontraksi
agonis-antagonis pada saat onset gerakan (Ropper et Brown, 2005).
Mardjono, Mahar et Priguna Sidharta. 2009. Neurologi Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
Ropper, Allan H. et Robert H. Brown. 2005. Adam Victors Principles of Neurolgy eight ed.
New York: The McGraw-Hill Companies
Sidharta, Priguna. 2005. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi.
Pathological rebound phenomenon skill lab rebound test
Pathological rebound phenomenon terjadi akibat adanya lesi serebelar unilateral.
Pemeriksaan penyakit ini dapat dilakukan dengan test rebound yang dilakukan dengan
meminta pasien untuk menekukkan lengannya di siku, sedangkan pemeriksa menahan
gerakan yang dilakukan pasien. Saat tahanan dihilangkan, terjadi fleksi lengan bawah pasien
sehingga tanggannya dapat memukul dirinya sendiri. Pada orang yang sehat lengan bawah
tidak terlanjur memukul pipi atau wajah tetapi akan berhenti bergerak sebelum tangannya
menerjang pipi atau wajahnya (Baehr et al, 2005; Sidharta, 2005). Pada Pathological
rebound phenomenon, terjadi fase spastik berlebih. Hal ini terjadi akibat keterlambatan dalam
kontraksi otot trisep yang seharusnya menahan fleksi berlebihan dari lengan (Ropper et
Brown, 2005).
Baehr, Mathias; Michael Frotscher; et Wihelm Kueker. 2005. Duss’ Topical Diagnosis in
Neurology Fourth Ed. New York: Thieme
Ropper, Allan H. et Robert H. Brown. 2005. Adam Victors Principles of Neurolgy eight ed.
New York: The McGraw-Hill Companies