18
Samuel Von Pufendorf initiator:Ravel Adhy Purna kelompok Mahoni: erwina salsabila dhatu wicaksono nurfadhilah affandi fabe maryona tahitu crystaline sekartaji pricylia wulandari albert Christian putrid kurnia rahmita annisa aryati Muhammad hadyan hirzi pertanyaan 1. apa inti dari pemikiran Samuel von pufendorf terhadap politik, dan apakah anda setuju dengan pendapat dia?berikan alasan nya 2. dalam pembantahan pemikiran Thomas Hobbes mengenai state of nature oleh Samuel von pufendorf, menurut anda pemikiran siapa yang memiliki posisi yang lebih kuat pada saat ini dan berikan juga alasan nya? 1

Diskusi Samuel Von Pufendorf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diskusi Samuel Von Pufendorf

Samuel Von Pufendorf

initiator:Ravel Adhy Purna

kelompok Mahoni:

erwina salsabila

dhatu wicaksono

nurfadhilah affandi

fabe maryona tahitu

crystaline sekartaji

pricylia wulandari

albert Christian

putrid kurnia rahmita

annisa aryati

Muhammad hadyan hirzi

pertanyaan

1. apa inti dari pemikiran Samuel von pufendorf terhadap politik, dan apakah anda setuju

dengan pendapat dia?berikan alasan nya

2. dalam pembantahan pemikiran Thomas Hobbes mengenai state of nature oleh Samuel

von pufendorf, menurut anda pemikiran siapa yang memiliki posisi yang lebih kuat pada

saat ini dan berikan juga alasan nya?

3. seberapa besar peran Samuel von pufendorf pembentukan terhadap organisasi

internasional modern?

4. apakah pemikiran Samuel von pufendorf masih relevan dengan kasus politik

internasional kontemporer, berikan alasan nya?

jalan nya diskusi

1

Page 2: Diskusi Samuel Von Pufendorf

Ravel Adhy Purna1. apa inti dari pemikiran Samuel von pufendorf terhadap politik, dan apakah

anda setuju dengan pendapat dia?berikan alasan nya

Ravel Adhy Purnatulis jawaban d kolom ini ya

Ahmad Rizky Mardhatillah Umarhello.... ada yang lain?

Ahmad Rizky Mardhatillah Umarpada awal chapter II, von Pufendorf menulis bahwa "Because

human actions depend upon the will, but the wills of individuals are not always consistent..." apa

yang dimaksud oleh von Pufendorf sebagai 'will' atau kehendak di sini?

Puteri Kurnia RahmitaPufendorf menjelaskan bahwa negara berfungsi untuk membatasi

kehendak manusia dalam memenuhi kepentingannya karena adanya hukum alam, agar manusia

dapat memenuhi kepentingannya tanpa melanggar hak manusia lain dan tercipta kedamaian yang

merupakan pembawaan alami manusia. .

Ravel Adhy Purnayang lain pada kmn ni

Annisa AryatiInti ajaran Pufendorf adalah melihat bagaimana dunia yang dengan state of nature

yang memiliki kebebasan (liberty). Manusia lahir dengan kehendak untuk melindungi diri sendiri

di satu pihak dan saat bersamaan untuk tidak mengganggu hak orang lain (kedamaian). Sehingga

diperlukan sebuah pengaturan atau kesepakatan bersama diantara individu untuk menekan

perilaku yang tidak positif dalam naungan negara yang berdaulat. Pemikiran ini muncul pada

masa-masa perjanjian Westphalia, sehingga pemikiran negara berdaulat sangat kental. Kemudian

Pufendorf menjelaskan berhasil atau tidaknya negara berdaulat itu dalam mengatur

masyarakatnya dan berinteraksi di dunia internasional terlihat dari bagaimana majelis tinggi

dalam kedaulatan itu terpilih.

Albert ChristianPufendorf menyatakan konsepsi tentang natural law dan tentang organisasi

internasional. Pufendorf sangat menekankan pendapatnya tentang urgensi dari adanya sebuah

hukum yang berlaku dalam relasi antar- negara (law of nature). Moralitas menjadi hal penting

dalam pemikiran Pufendorf, yang mana moralitas tercermin dari adanya hukum yang berlaku.

Pemikiran Pufendorf utamanya tentang science of morals meletakkan bahwa moralitas diperoleh

2

Page 3: Diskusi Samuel Von Pufendorf

ketika ada hukum yang berlaku. Ketika hukum tidak berlaku, maka moralitas hampir dipastikan

tidak ada. Dari moralitas seperti yang diyakini pufendorf, manusia dapat mengurangi konflik

yang terjadi karena sadar akan benar- salah, adil- tidaknya perbuatan yang dilakukannya. saya

setuju dengan pendapat Pufendorf karena itu lebih optimis dalam memandang manusia.

Ravel Adhy Purnaada yabg pgn ngejawab pertanyaan mas umar ttg will oleh pufendorf

Ravel Adhy Purna2. dalam pembantahan pemikiran Thomas Hobbes mengenai state of nature

oleh Samuel von pufendorf, menurut anda pemikiran siapa yang memiliki posisi yang lebih kuat

pada saat ini dan berikan juga alasan nya?

Nurfadhilah Afandymas umar: will menurut Pufendorf dimiliki oleh masing2 manusia. karena

manusia bertidnak berdasarkan willingness namun will tersebut tidak selalu berjalan mulus dan

saling bersinggungan satu sama lain, sehingga untuk menciptakan kedamaian dan masyarakat yg

teratur maka dibutuhkan norm yang juga diperoleh dari terciptanya hukum dari sebuah otoritas

berdaulat

Annisa AryatiMenanggapi pertanyaan mas umar. Mengapa wills of individuals are not always

consistent? Menurut saya ini dikarenakan Pufendorf menggarisbawahi mengenai peran negara

untuk mengatur masyarakatnya. Negara yang memiliki daulat berusaha membuat perjanjian

bersama diantara individu agar tercapai kesepakatan untuk tidak saling ”mengganggu”

kepentingan manusia lainnya demi tercapainya kedamaian. Menurut saya wills disini adalah

keinginan manusia untuk ”mengganggu” manusia lain.

Puteri Kurnia RahmitaMenjawab pertanyaan Mas Umar, setiap manusia pada dasarnya memiliki

will yang mendasari tindakannya. will setiap manusia berbeda-beda dan semua ingin

memenuhinya secara maksimal, sehingga sering terjadi perbenturan kepentingan untuk

memenuhi will ini. peran negara adalah untuk menegakkan moral melalui hukum yang berlaku

agar dalam rangka pemenuhan will, hak manusia lain tidak terganggu sehingga tercipta

kedamaian

Albert Christianmenjawab pertanyaannya Ravel. 2) Secara pribadi, saya lebih setuju dengan

pemikiran Pufendorf. Adapun poin kesetujuan saya terhadap pemikiran pufendorf terletak pada

3

Page 4: Diskusi Samuel Von Pufendorf

moralitas berdasarkan hukum yang berlaku. Hukum mengisyaratkan adanya hal yang harus

dipatuhi yang membutuhkan kerelaan dari aktor2 yang wajib mematuhi hukum itu. Moralitas

tidak lagi memperhitungkan untung- rugi seperti yang diutamakan oleh para realis, tetapi lebih

ke benar- salah, untuk menentukan bagaimana sepantasnya setiap manusia diperlakukan. Rasio

bukanlah hal yang utama apabila dimasukkan ke dalam konteks moralitas. Kemanusiaan tidak

diukur berdasarkan rasio, tapi dari hati nurani. Hobbes yang sangat realis (ingat 'The Hobbesian

Situation') tidak percaya bahwa moral efektif untuk mengatur hubungan antar negara. Dan inilah

yang membuat saya lebih setuju dengan pufendorf, karena pemikirannya lebih manusiawi

daripada Hobbes.

Albert Christianmenjawab pertanyaannya Ravel. 2) Secara pribadi, saya lebih setuju dengan

pemikiran Pufendorf. Adapun poin kesetujuan saya terhadap pemikiran pufendorf terletak pada

moralitas berdasarkan hukum yang berlaku. Hukum mengisyaratkan adanya hal yang harus

dipatuhi yang membutuhkan kerelaan dari aktor2 yang wajib mematuhi hukum itu. Moralitas

tidak lagi memperhitungkan untung- rugi seperti yang diutamakan oleh para realis, tetapi lebih

ke benar- salah, untuk menentukan bagaimana sepantasnya setiap manusia diperlakukan. Rasio

bukanlah hal yang utama apabila dimasukkan ke dalam konteks moralitas. Kemanusiaan tidak

diukur berdasarkan rasio, tapi dari hati nurani. Hobbes yang sangat realis (ingat 'The Hobbesian

Situation') tidak percaya bahwa moral efektif untuk mengatur hubungan antar negara. Dan inilah

yang membuat saya lebih setuju dengan pufendorf, karena pemikirannya lebih manusiawi

daripada Hobbes.

Dhatu WicaksonoDhatu (pertanyaan 1) Inti dari pemikiran Pufendorf ialah mengenai konsepsi

state of nature yang menjadi negasi dari pemikir realis. Ia menjelaskan bahwa kedamaian akan

tercipta bila ada sebuah bentuk pengaturan dan “kompromi” dari masing-masing individu. Hal

ini tentu tak lepas dari konsepsi sifat dasar manusia menurut pufendorf yang membagi sifat

individu menjadi dua yaitu keinginan untuk melindungi diri sendiri, dan kerelaan untuk tidak

mengusik hak individu lain. Bentuk kompromi yang timbul diatas pada akhirnya mengantarkan

kita kepada konsepsi pembentukan sebuah negara berdaulat, dimana individu-individu yang

terdapat didalamnya diatur oleh sebuah payung hukum yang dibentuk secara bersama-sama. Dari

sini kita dapat melihat kemunculan konsep moralitas.

4

Page 5: Diskusi Samuel Von Pufendorf

Nurfadhilah AfandyYang saya fahami dari inti pemikiran Pufendorf adalah ketika masa Post-

westphalian mengakhiri perang ratusan tahun di Eropa, Ia membuat penyimpulan terkait post-

westphalian system yang mana berfokus pada rekonsiliasi dan re-artikulasi kewajiban manusia

sebagai ‘human’ dan sebagai warga negara ‘citizen’. Fokus tersebut kemudian membawa

Pufendor f dalam membedakan dua moral order dalam state of naturenya, yakni antara natural

obligations yakni kewajiban yang telah ada dan datang dari hakikat manusia sebagai makhluk

tuhan dan kedua civil obligations yang mana kewajiban yang mengikat manusia dalam sebuah

komunitas sosial. Pembagian ini kemudian nantinya menjadi asal muasal diberikannya tempat

bagi pertimbangan moral (melalui hukum) yang akan mengatur kewajiban di bawah otoritas

negara (nation-state) .

Annisa AryatiMenanggapi pertanyaan Ravel nomor 2: Saya cenderung lebih setuju dengan

pemikiran Pufendorf yang melihat bahwa sifat dasar manusia yang lebih menyenangi

perdamaian, ”jangan mengganggu orang lain, sampai orang tersebut mengeluh bahwa haknya

benar-benar telah terampas”. Pemikiran Pufendorf melihat bahwa terjadinya perang bukanlah

karena sifat dasar manusia yang menginginkannya, namun karena keperluan untuk membela diri

atas perampasan hak. Sehingga human nature bukan karena ingin atau tidak ingin tapi

berdasarkan perlu atau tidak perlu. Jika melihat pandangan Hobbes yang beranggapan bahwa

perang terjadi karena merupakan kondisi alami manusia dan bahwa hidup itu soliter,

menyedihkan, menjijikkan, miskin, dan begitu singkat. Hal tersebut membuat manusia dipenuhi

perasaan kebencian yang tidak ada akhirnya. Sehingga kondisi perang tidak akan pernah

berakhir. Pufendorf beranggapan perang dapat diselesaikan dengan ada tatanan internasional

yang ajeg mengatur kesepakatan bersama.

Puteri Kurnia RahmitaMenjawab pertanyaan kedua Ravel, menurut saya pemikiran Pufendorf

lebih kuat saat ini karena gagasannya tentang organisasi internasional yang mengatur perilaku

negara. Lagipula Pufendorf juga percaya bahwa kedamaian adalah sifat alami manusia sehingga

manusia sebenarnya dapat diatur dalam artian mau mematuhi hukum demi kedamaian dunia.

Berbeda dengan Hobbes yang menganggap seolah dunia hanya akan dipenuhi peperangan, dan

tidak ada harapan akan kedamaian.

5

Page 6: Diskusi Samuel Von Pufendorf

Nurfadhilah Afandy2.) Pufendorf tidak seekstrim Hobbes dalam menjelaskan state of nature

yakni war of all against all, pufendor melihat pada dasarnya manusia memiliki kapabilitas dan

nature untuk bersikap baik. Karena menurut Pufendorf, konsep self preservation yang juga

dijelaskan Hobbes, bahwa semakin kuat semakin baik itu tidak sepenuhnya berlaku dan dapat

membenarkan tindakan manusia dari kewajibannya sesuai ‘natural law’ untuk bersikap dan

berinteraksi dengan manusia lain. Pufendor tidak sepenuhnya menolak manusia brutish, namun

menurutnya manusia akan didorong oleh mutual aid dan common humanity untuk menciptakan

civil society yang dapat bekerja sama. Saya setuju dengan pemikiran Pufendorf bahwa dengan

adanya optimism akan moralitas manusia, maka manusia akan terdorong untuk memenuhi

afirmasi tersebut, meskipun idealnya war dan friksi pasti terjadi dalam komunitas sosial namun,

pertimbangan moral harus mendapat tempat sehingga hukum bisa diberi otoritas untuk mengatur

manusia.

Puteri Kurnia RahmitaMenjawab pertanyaan ketiga Ravel, dasar-dasar pemikiran yang

Ahmad Rizky Mardhatillah Umarayo, diramein lagi nih diskusinya

Puteri Kurnia RahmitaMenjawab pertanyaan ketiga Ravel, dasar-dasar pemikiran yang

diijelaskan oleh Pufendorf memberi 'pembenaran' atas masa depan organisasi internasional.

Penjelasan bahwa walaupun manusia memiliki will, namun ada tendensi untuk tak mengganggu

hak orang lain, mencerminkan prinsip organisasi internasional modern yang tetap menghormati

negara dengan kedaulatannya walaupun harus mematuhi peraturan dalam organisasi.

Albert Christian 3. pemikiran Pufendorf itu menjadi dasar bagi konsepsi tentang organisasi

internasional modern. Organisasi internasional dapat diibaratkan sebagai seorang manusia, yang

memiliki beragam keinginan. Begitu pula negara, juga bisa dipersonifikasikan. Adapun dalam

perkembangannya, organisasi internasional di era kontemporer telah berubah bentuk menjadi

lebih sistematis.

Annisa Aryati Menjawab pertanyaan ketiga : Pemikiran Pufendorf memberikan signifikansi yang

cukup besar dalam perkembangan organisasi internasional. Pemikiran yang berangkat setelah

adanya perjanjian Westphalia ini memperlihatkan bahwa dunia membutuhkan pengaturan

universal melalui organisasi internasional. Hal ini dikarenakan will manusia yang sangat

6

Page 7: Diskusi Samuel Von Pufendorf

beragam dan adanya potensi untuk “mengganggu†satu sama lain. Dengan adanya organisasi

internasional maka kesepakatan tersebut akan lebih mudah terbentuk.

Dhatu Wicaksono Dhatu (menjawab pertanyaan mas umar) “will†disini menurut saya

merupakan trigger reason dari segala tindakan yang dilakukan oleh individu. Perbedaan pun

tentu sangat beragam. Maka dari itu diperlukan sebuah kesepakatan (kompromi) antar individu

yang dituangkan kedalam bentuk negara. Negara lewat payung hukum yang berlaku, memiliki

peran untuk mengakomodasi segala bentuk kepentingan agar tidak terjadi clash antar individu.

Dhatu Wicaksono Dhatu (menjawab pertanyaan no.2) saya pribadi termasuk orang yang percaya

bahwa hubungan antar aktor internasional (negara) cenderung berpola cost & benefit, karena

didasarkan pada kepentingan nasional masing-masing aktor. Namun sejauh ini, saya cukup

setuju dengan pemikiran Pufendorf. Konsepsi mengenai kedamaian yang dibawa olehnya

diaktualisasikan kedalam bentuk payung hukum yang berlaku demi menekan timbuknya konflik.

Bentuk-bentuk kompromi yang dilakukan oleh individu ini didasari oleh sifatnya yang tak ingin

mengganggu individu lain sampai hak-haknya terampas (moralitas).Tetapi dalam proses

terciptanya sebuah payung hukum bersama (negara yang berdaulat) tersebut, tidak mungkin

semua individu memiliki kerangka pemikiran yang murni berasaskan moral. Konsep untung-rugi

tentu turut bermain didalamnya. Yang perlu digarisbawahi ialah mengenai kerelaan individu

dalam mereduksiœkeuntungannya yang akan diperoleh lewat sebuah kompromi bersama antar

individu lainnya.

Nurfadhilah Afandy 3) Yang menarik adalah ide-ide Pufendorf banyak ditemukan dalam prinsip-

prinsip dasar OI. Misalnya, menurut Punfendor individu bukanlah arbitrator dari benar dan salah,

berdasarkan institusi yang mneyatakan atau kedaulatan yang dimiliki oleh pencetusnya, namun

benar-salah itu ditentukan dari natural law (hukum yang berasal dari hakikat manusia sebagai

makhluk Tuhan) yang saling mengikat kesadaran manusia bahwa moral universal itu ada.

Begitupula negara, menurut pufendor tidak akan pernah terbentuk jika tidak ada insitusi dari

negara tersebut yang bisa membedakan mana yang adil dan tidak, hal ini bisa menjadi basis bagi

OI, jika tidak ada nilai yang dapat dipatuhi oleh negara-negara maka perdamaian dunia sulit

untuk dicapai. Pufendor meyakini: individual/state akan melaksanakan kewajibannya sesuai

hukum dengan meminggirkan perbedaan yang mereka miliki. Menurut Pufendor laws of nature

7

Page 8: Diskusi Samuel Von Pufendorf

lah yang menjadi rule of self preservation, dan jika ini diterapkan oleh masing-masing negara

dalam OI, ide ini kemudianlah yang akan melahirkan ide-ide seperti self-determination dan

common good yang bisa menyatukan negara dalam kerangka kerjasama internasional.

Albert Christian 4) Teori Pufendorf menurut saya masih relevan. Sepanjang dinamika politik

internasional terjadi, masih saja terjadi konflik di antara aktor- aktor yang terlibat di dalamnya.

Pemikiran Pufendorf tentang science of morals menjadi relevan, karena hingga pada saat ini pun

masih ada aktor- aktor yang dianggap terlalu oportunis dan tidak bermoral (seperti occupy wall

street, di mana para demonstran menganggap para pebisnis sukses di wall street berlaku tidak

adil). Atau contoh lain misalnya peperangan Israel- Palestina yang tidak kunjung usai

menandakan bahwa moralitas masih menjadi hal yang mahal. Banyak juga terjadi pelanggaran

terhadap HHI dan HKI (misal kasus Bosnia, atau Perang Dunia dll) di mana nyawa manusia

kurang dihormati dan hukum yang ada masih dilanggar. Inilah yang membuat saya yakin bahwa

Pufendorf masih relevan, karena menitikberatkan pada moralitas dan kepastian hukum

Puteri Kurnia Rahmita Menjawab pertanyaan keempat Ravel, menurut saya pemikiran Pufendorf

masih relevan dengan politik internasional kontemporer. Walaupun cenderung idealis, pemikiran

ini menjelaskan mengapa organisasi internasional masih bertahan hingga saat ini dan mengapa

negara bersedia mengorbankan sebagian kedaulatannya untuk keberlangsungan organisasi atau

kedamaian dunia. Alasan negara untuk bergabung dengan organisasi internasional tak hanya

untuk memenuhi kepentingannya tapi juga untuk perdamaian.

Pricylia Wulandari : Jawaban nomer 2 (dan mungkin berhubungan dengan nomer 3 dan 4):

Menurut saya, pemikiran Pufendorf lah yang memiliki posisi lebih kuat saat ini, karena

pemikiran Pufendorf lebih relevan untuk melihat fenomena hubungan internasional pada masa

kini dimana terdapat baerbagai aktor transnasional yang berinteraksi dan memiliki kepentingan

yang berbeda-beda satu sama lain. Sementara pemikiran Hobbes yang masih ber-basic realis

terlalu fokus pada states sebagai aktor utama. Lagipula, pemikiran Hobbes lebih banyak

menerangkan mengenai konflik dibanding kerjasama internasional. Pemikiran Pufendorf,

sekalipun liberal, namun tidaklah naif karena sekalipun state of nature adalah dunia yang

harmonis, masing-masing individu memiliki kebebasan dan kepentingan masing-masing. Nah,

untuk mengontrol supaya kebebasan dan kepentingan antar individu tersebut tidak berbenturan,

8

Page 9: Diskusi Samuel Von Pufendorf

dibutuhkan suatu organisasi yang bertujuan untuk mengontrol individu-individu dalam kelompok

tersebut (dapat berupa states). Namun, states juga terdiri dari sekelompok individu di dalamnya

yang juga memiliki kepentingan dan apa yang dilakukan negara terkadang belum tentu bijak

karena negara pasti juga mementingkan national interest nya dalam fenomena politik

international. Nah, maka dari itu dibutuhkan peran dari organisasi yang lebih besar untuk

mengawasi perilaku states tersebut, yaitu organisasi internasional. Pemikiran Pufendorf inilah

yang kemudian berperan dalam perkembangan organisasi-organisasi internasional selanjutnya.

Lagipula, dalam konsep liberalisme yang berfokus pada peran masing-masing individu sebagai

aktor dalam hunbungan internasional, organisasi internasional tidak hanya governmental

organization namun juga non-governmental organization yang juga dapat menjalankan peran

dalam mengontrol tindakan antar aktor yang lain, dan juga organisasi-organisasi transnasional

lainnya yang bekerjasama satu dengan yang lain. Maka dari itu saya merasa pemikiran Pufendorf

lebih relevan untuk menganalisa fenomena-fenomena dalam hubungan internasional pada masa

sekarang ini.

Nurfadhilah Afandy 4.Sependapat dgn teman2 sebelumnya, sy juga setuju jika pemikiran

Pufendorf dianggap masih relevan dengan politik internasional kontemporer, keberadaan

organisasi internasional dan HKI masih menjadi aturan bersama negara-negara saat ini, artinya

masih ada nilai bersama yang diberlakukan dan dipatuhi. Contohnya PBB, ICJ yang menghukum

penjahat-penjahat perang, dan konsep Humanitarian intervention, dimana negara-negara anggota

dalam pakta bersama NATO dapat melakukan intervensi ke negara lain yang dianggap tiran dan

anarki berdasarkan moral justification. Hal ini kemudian menunjukkan bahwa moral masih

memperoleh tempat dalam HI, sehingga pemikiran Pufendorf masih sangat relevan menjelaskan

morality dan keberadaan hukum dalam politik internasional saat ini.

Annisa Aryati Menjawab pertanyaan nomor empat : menurut saya, pemikiran Pufendorf masih

relevan dalam konstleasi politik internasional saat ini. Hal ini dikarenakan situasi politik

internasional masih menggambarkan keadaan yang digambarkan Pufendorf. Dunia masih

menghadapi banyak konflik dan kerjasama masih sangat dibutuhkkan. Peran organisasi

internasional sangat diperlukan untuk menengahi dan mencapai sebuah kesepakatan bersama atas

konflik-konflik yang ada.

9

Page 10: Diskusi Samuel Von Pufendorf

Dhatu Wicaksono Dhatu (menjawab pertanyaan no 3) pemikiran pufendorf menurut saya

memberikan dampak yang cukup besar pada perkembangan organisasi internasional saat ini.

konsepsi moral yang diutarakannya sebagai tindakan yang yang sesuai dengan ketentuan hukum

yang disepakati merupakan cri khas organisasi internasional modern. kebutuhan akan hukum

yang berlaku secara luas ini menandakan bahwa diperlukannya keberadaan organisasi

internasional demi terciptanya sebuah keteraturan dan perdamaian.

Pricylia Wulandari Pricyl (aku ga bisa ngepost di kolom kanan), jawaban nomer 2 (dan mungkin

berhubungan dengan nomer 3 dan 4): Menurut saya, pemikiran Pufendorf lah yang memiliki

posisi lebih kuat saat ini, karena pemikiran Pufendorf lebih relevan untuk melihat fenomena

hubungan internasional pada masa kini dimana terdapat baerbagai aktor transnasional yang

berinteraksi dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda satu sama lain. Sementara pemikiran

Hobbes yang masih ber-basic realis terlalu fokus pada states sebagai aktor utama.

Lagipula, pemikiran Hobbes lebih banyak menerangkan mengenai konflik dibanding kerjasama

internasional. Pemikiran Pufendorf, sekalipun liberal, namun tidaklah naif karena sekalipun state

of nature adalah dunia yang harmonis, masing-masing individu memiliki kebebasan dan

kepentingan masing-masing. Nah, untuk mengontrol supaya kebebasan dan kepentingan antar

individu tersebut tidak berbenturan, dibutuhkan suatu organisasi yang bertujuan untuk

mengontrol individu-individu dalam kelompok tersebut (dapat berupa states). Namun, states juga

terdiri dari sekelompok individu di dalamnya yang juga memiliki kepentingan dan apa yang

dilakukan negara terkadang belum tentu bijak karena negara pasti juga mementingkan national

interest nya dalam fenomena politik international. Nah, maka dari itu dibutuhkan peran dari

organisasi yang lebih besar untuk mengawasi perilaku states tersebut, yaitu organisasi

internasional. Pemikiran Pufendorf inilah yang kemudian berperan dalam perkembangan

organisasi-organisasi internasional selanjutnya. Lagipula, dalam konsep liberalisme yang

berfokus pada peran masing-masing individu sebagai aktor dalam hunbungan internasional,

organisasi internasional tidak hanya governmental organization namun juga non-governmental

organization yang juga dapat menjalankan peran dalam mengontrol tindakan antar aktor yang

lain, dan juga organisasi-organisasi transnasional lainnya yang bekerjasama satu dengan yang

lain. Maka dari itu saya merasa pemikiran Pufendorf lebih relevan untuk menganalisa fenomena-

fenomena dalam hubungan internasional pada masa sekarang ini.

10

Page 11: Diskusi Samuel Von Pufendorf

Jadi setelah melakukan diskusi ini dapat di tarik kesimpulan bahwa Samuel Von

Pufendorf merupakan pemikie politik yang memandang manusia jauh lebih optimis jika di

bandingkan pemikir sebelumnya seperti Thomas Hobbes. dia juga meletakan pondasi dasar

terhadap terbentuknya organisasi internasional modern dimana dia meletakan prinsip-prinsip

dasar OI. Misalnya, menurut Punfendor individu bukanlah arbitrator dari benar dan salah,

berdasarkan institusi yang mneyatakan atau kedaulatan yang dimiliki oleh pencetusnya, namun

benar-salah itu ditentukan dari natural law (hukum yang berasal dari hakikat manusia sebagai

makhluk Tuhan) yang saling mengikat kesadaran manusia bahwa moral universal itu ada.

Walau di anggap sebagai pemikir yang idealis tapi pemikiran Samuel Von pufendorf

masih relevan dengan kasus kontemporer seperti menjelaskan mengapa organisasi internasional

masih bertahan hingga saat ini dan mengapa negara bersedia mengorbankan sebagian

kedaulatannya untuk keberlangsungan organisasi atau kedamaian dunia. Alasan negara untuk

bergabung dengan organisasi internasional tak hanya untuk memenuhi kepentingannya tapi juga

untuk perdamaian.

Contoh lain nya adalah contoh lain misalnya peperangan Israel- Palestina yang tidak

kunjung usai menandakan bahwa moralitas masih menjadi hal yang mahal. Banyak juga terjadi

pelanggaran terhadap HHI dan HKI (misal kasus Bosnia, atau Perang Dunia dll) di mana nyawa

manusia kurang dihormati dan hukum yang ada masih dilanggar. Inilah yang membuat saya

yakin bahwa Pufendorf masih relevan, karena menitikberatkan pada moralitas dan kepastian

hukum.

Salah satu pendapat Samuel Von pufendorf mengenai state of nature yang berbanding

terbalik dengan Thomas Hobbes, dimana pufendorf mengatakan dengan state of nature yang

memiliki kebebasan (liberty). Manusia lahir dengan kehendak untuk melindungi diri sendiri di

satu pihak dan saat bersamaan untuk tidak mengganggu hak orang lain (kedamaian). Sehingga

diperlukan sebuah pengaturan atau kesepakatan bersama diantara individu untuk menekan

perilaku yang tidak positif dalam naungan negara yang berdaulat, dilihat dari situ dapat

dikatakan Samuel von pufendorf memandang manusia lebih optimis di banding pemikir

sebelumnya. hampir sebagian besar anggota diskusi lebih memilih pendapat Samuel Von

Pufendorf di banding pemikir sebelumnya.

11