18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1 1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, 2) berak-berak 3) tinja mengandung darah dan lendir. Disentri basiler atau shigellosis adalah suatu infeksi akut pada kolon yang disebabkan kuman genus shigella. Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili enterobactericiae. Ada 4 spesies shigella yaitu s. Dysentriae, s. Flexneri, s. Bondii dan s. Sonnei. 1.2 Epidemiologi 1

Disentri Basiler Fix 00

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Disentri Basiler Fix 00

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 DefinisiDisentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni:1

1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus,

2) berak-berak

3) tinja mengandung darah dan lendir.Disentri basiler atau shigellosis adalah suatu infeksi akut pada kolon yang disebabkan kuman genus shigella. Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili enterobactericiae. Ada 4 spesies shigella yaitu s. Dysentriae, s. Flexneri, s. Bondii dan s. Sonnei.1.2 Epidemiologi

Shigellosis adalah endemik di seluruh dunia di mana dia bertanggung jawab untuk sekitar 120 juta kasus disentri yang parah dengan darah dan lendir dalam tinja, mayoritas terjadi di negara berkembang dan melibatkan anak-anak kurang dari lima tahun. Sekitar 1,1 juta orang diperkirakan meninggal akibat infeksi Shigella setiap tahun, dengan 60% dari kematian yang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun.11.3 Kelainan Anatomi

Basil disentri tidak ditemukan diluar rongga usus dan tidak merusak selaput lendir. Jelainan selaput lendir disebabkan oleh toksin kuman. Lokasi usus yang terkena adalah usus besar dan dapat mengenai seluruh usus besar, dengan kelainan terberat biasanya di daerah sigmoid, sedang pada ileum hanya ditemukan hiperemik saja.1Pada keadaan akut dan fatal ditemukan mukosa usus hiperemis, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan sub akut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan tranversum didapatkan ulkus yang dangkal dan ekcil, tepi ulkus menebal dan adanya infiltrat, tetapi tidak pernah berbentuk ulkus bergaung ( sperti pada disentri amuba). Selaput lendir yang rusak ini mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput tebalnya sampai 1,5cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan dengan peritonium.11.4 Etiologi Disentri basiler disebabkan kuman Shigella dysentriae yang terdiri dari 3 golongan besar, yaitu2,3:

1. Shigella shiga yang banyak di daerah tropis termasuk Indonesia, Shigella ambigua, Shigella boydii.

2. Shigella flexneri yang sering disebut Shigella paradysentriae yang terutama terdapat di daerah garis lintang utara.

3. Shigella sonnei ( basilus Sonne-Duvel )

Sifat organisme ini ialah tidak bergerak, gram negatif, tidak bersimpai dan tidak tahan panas.

Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia. Sebaliknya S. sonnei paling sering ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju.1,2,3Shigella, penyebab diare disentri yang paling sering pada anak usia 6 bulan sampai 10 tahun di Amerika Serikat dan negara berkembang. Shigella tahan terhadap keasaman lambung dan membutuhkan inokulum yang kecil untuk menyebabkan diare sehingga mudah ditularkan ke orang lain. Penularan terjadi dalam kondisi banyak orang berkumpul dalam satu tempat seperti di penitipan anak, panti asuhan atau tempat penampungan. 3,4Rendahnya sanitasi, pasokan air yang buruk, dan fasilitas yang pipa tidak dapat memberi sumbanagan terhadap peningkatan risiko infeksi. Shigella menginvasi dan berproliferasi di dalam epitel kolon. Kemudian menghasilkan suatu toksin dengan efek sekretori dan sitotoksik dan menyebabkan ulkus sehingga tinja mengandung lendir dan darah, secara mikroskopis ditemukan leukosit dan sel-sel darah merah.5,6

Gambar 1 : bakteri Shigella dysentriae51.5 Cara infeksiShigella memasuki host melalui mulut. Karena secara genetik bertahan terhadap PH yang rendah, mereka dapat melewati barier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air, makanan, lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Secara endemik pada daerah tropis penyebaran melalui air yang tercemar oleh tinja pasien, makanan yang etrcemar oleh lalat, dan pembawa hama ( cariier). Untuk menemukan carrier diperlukan pemeriksaan biakan tinja dengan teliti karena basil shigella mudah mati, untuk itu diperlukan tinja yang baru.11.6 Patofisiologi

Sifat virulensi dasar yang dimiliki bersama oleh semua shigella adalah kemampuannya menginvasi epitel kolon. Sifat ini dikodekan pada plasmid besar yang menyebabkan sintesis kelompok polipeptida yang terlibat pada invasi dan pembunuhan sel. Shigella yang kehilangan virulensi plasmidnya tidak lagi berperan sebagai patogen.1,3,5Pada disentri terjadi proses inflamasi submukosa pada ileum terminal dan usus besar. Proses inflamasi disebabkan oleh adanya invasi bakteri patogen. karena invasi oleh bakteri patogen yang menyebabkan edema, perdarahan mukosa dan infiltrasi leukosit. Leukosit dan darah kemudian dikeluarkan ke lumen usus melalui tinja. Penyerapan cairan yang merupakan fungsi utama usus besar akhirnya menurun sehingga terjadi diare. Iritasi dan peradangan menyebabkan peningkatan motilitas usus, peningkatan frekuensi defekasi, tinja lendir dan darah serta seringkali dengan gejala klinis demam, nyeri perut dan tenesmus.2

gambar 2 : Invasi bakteri Shigella. Patogen invasif mengaktivasi sitoskeleton aktin yang menyebabkan kerusakan membran, macropinocytosis, dan invasi. Selanjutnya terjadi edema dan kerusakan mukosa dan infiltrasi leukosit (Sel Polimorfonuklear).5Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, disertai eksudat inflamasi yang mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air, makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya.5

Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileum terminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerah sigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatal ditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung.51.7 PatogenesaShigella termasuk dalam family Enterobacteriacae, gram negatif berbentuk batang, tidak bergerak, tidak berkapsul, dan lebih tahan asam dibanding enteropatogen lain. Shigella mampu menginvasi permukaan sel epitel kolon, jarang menembus sampai melewati mukosa, sehingga tidak ditemukan pada biakan darah walaupun ada gejala hiperpireksia dan toksemia.1,3,5 Setelah menginvasi enterosit kolon, terjadilah perubahan permukaan mikrovili dari brush border yang menyebabkan pembentukan vesikel pada membran mukosa. Selanjutnya dapat menghancurkan vakuola fagositik intraselular, memasuki sitoplasma untuk memperbanyak diri dan menginvasi sel yang berdekatan. Kemampuan menginvasi sel epitel ini dihubungkan dengan adanya plasmid besar (120-140 Mdal) yang mampu mengenali bagian luar membran protein seperti plasmid antigen invasions (Ipa). 6,7Sel epitel akan mati dan terjadi ulserasi serta inflamasi mukosa. Dari bagian yang mengalami inflamasi tersebut shigella menghasilkan ekso-toksin yang berdasarkan cara kerja toksin dikelompokkan menjadi neurotoksik, enterotoksik, dan sitotoksik. Toksin yang terbentuk inilah yang menimbulkan berbagai gejala shigellosis, seperti demam, malaise, dan nyeri otot. Shigella dysenteriae tipe 1 menghasilkan suatu sitotoksin protein poten yang dikenal dengan toksin Shiga yang terdiri dari dua struktur sub unit, yaitu 1. Subunit fungsional. Pada sitoplasma subunit fungsional akan mengkatalisasi dan menghidrolisis RNA 28S dari subunit 60S ribosom, sehingga menyebabkan hambatan pada sintesis protein yang bersifat permanen sehingga mengakibatkan kematian sel. 2. Sub unit pengikat. Bagian sub unit pengikat merupakan suatu glikolipid (globotriaosilserami) yang berfungsi untuk mengikat reseptor seluler spesifik. Pengikatan ini akan diikuti oleh pengaktifan mediator reseptor endositosis dari toksin yang dihasilkan. Shiga toksin dapat menyebabkan terjadinya sindrom hemolitik uremik dan trombotik trombositopenik purpura. Kejadian tersebut sering dihubungkan dengan reaksi silang akibat infeksi serotipe E.coli yang juga dapat menghasilkan toksin yang mirip dengan toksin Shiga. Mekanisme dari efek pato-genisitas ini mungkin melibatkan suatu toksin pengikat sel endotel (binding toxin endothelial cell), yang dapat menyebabkan mikroangiopati hemolisis dan lesi pada glomerulus.1.8 Manifestasi Klinik Masa tunas penyakit ini berlangsung dari bebrapa jam sampai 3 hari, jarang lebih dari 3 hari. Mulia terjangkit sampai timbulnya gejala khas biasanya berlangsung cepat, sering secara mendadak, tetapi dapat juag timbul perlahan - lahan. Gejala yang timbul bervariasi : defekasi sedikit sedikit dan dapat terus - menerus, skait perut dengan rasa kolik dan mejan, muntah muntah, skait kepala.1,6,7Sifat kotoran mulanya sedikit sedikit sampai isi usus terkuras habis, selanjutnya pada keadaan ringan masih dapat mengeluarkan cairan, sedangkan bila keadaan berat tinja berlendir dengan warna kemerah merahan (red currant jelly) atau lendir yang bening dan berdarah, bersifat basa. Secara mikroskopis didapatkan sel sel pus, sel sel darah putih/merah, sel makrofag yang besar, kadang kadang dijumpai entamoeba coli. Suhu tubuh bervariasi dari rendah tinggi, nadi cepat, dan gambaran sel sel darah tepi tidak mengalami perubahan.

Bentuk klinis dapat bermacam macam dari yang ringan sedang sampai berat. Bentuk yang berat (fulminating cases) : biasanya disebabkan oleh S. Dysentriae. Berjangkitnya cepat, berak berak seperti air, muntah muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi, renjatan septik, dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong.1Kadang kadang gejala tidak khas daoat berupa seperti gejala kolera atau keracunan makanan. Pada kasus berat ini gejala gejala timbul secara mendadak dan berat, dengan pengeluaran tinja yang banyak berlendir dan berdarah serta ingin berak yang terus menerus. Akibatnya timbul rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi. Muka jadi warna kebiruan, ekstremitas dingin, dan vsikositas darah meningkat (hemokonsentrasi). Sakit perut terutama dibagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung.1,2,3Di daerah anus terjadi luka dan nyeri, kadang kadang timbul prolaps. Bila ada hemoroid yang biasanya tidak timbul akan menjadi mudah muncul keluar. Suhu badan tidak khas biasnaya lebih tinggi dari 39 0C tetapi bisa juga sub normal. Nadi cepat halus, muntah muntah. Nyeri otot dan kejang kadang - kadang ada. Perkembangan selanjutnya berupa keluhan keluhan yang bertambah berat, keadaan memburuk, inkontinensia urin, gelisah tetapi kesadaran masih tetap baik, kelainan kelainan menjadi beratambah berat.1,2,3Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer, anuria dan koma uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan. Angka ini bertambah pada keadaan malnutrisi, dan keadaan darurat misalnya kelaparan. Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat membaik secara perlahan lahan tetapi memerlukan waktun penyembuhan yang lama, penyembuhan cepat jarang terjadi. Bentuk yang sedang : keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih berbentuk, mungkin dapat mengandung sedkit darah / lendir.1Bentuk yang ringan: keluhan keluhan atau gejala tersebut diatas lebih ringan. Bentuk yang menahun. Terdapat serangan seperti bentuk akut secara menahun. Bentuk ini jarang sekali bila mendapat pengobatan yang baik. Hipokalsemia atau hiponatremia dapat disertai kejang pada sejumlah kecil penderita. Walaupun gejala-gejala sering memberi kesan infeksi sistem saraf sentral, dan pleositosis cairan serebrospinal dengan kenaikan kadar protein minimal dapat terjadi, meningitis karena shigella jarang.11.9 Diagnosis

Walaupun tanda-tanda klinis memberi kesan shigellosis, tanda ini tidak cukup spesifikuntuk memberikan diagnosis yang meyakinkan. Data dugaan mendukung diagnosis disentri basiler termasuk tanda leukosit tinja (memperkuat adanya kolitis) dan adanya leukositosis darah perifer dengan pergeseran kekiri yang dramatis (sering dengan neutrofil bentuk pita lebih banyak dari pada segmen). Angka leukosit total biasanya 5.000 - 15.000 sel/mm3, walaupun leukopenia dan reaksi leukomoid terjadi.1Biakan tinja maupun sedimen pulas mengoptimiskan peluang diagnosis infeksi shigella. Biakan merupakan gold standart untuk diagnosis tetapi tidak absolut. Biakan tinja relawan dewasa dengan disentri sesudah penelanan shigella gagal mendeteksi organisme pada hampir 20% subjek. Penelitian ledakan serangan yang disebarkan makanan memberi kesan satu biakan memungkinkan diagnosis sekitar setengah penderita shigellosis bergejala.1Walaupun alat tambahan yang memperbaiki diagnosis sedang dikembangkan, ketidakcukupan diagnosis biakan membuatnya wajib pada klinisi menggunakan pertimbangan pada manajemen sindrom klinis yang sesuai dengan shigellosis. Pada anak yang tampak toksis, biakan darah harus diambil terutama penting pada bayi yang amat muda karena resiko bakterimia bertambah.11.10 Diagnosis Dengan Cara Khusus

Pemeriksaan lain yang dapat membantu untuk menegakkan diagnosis disentri basiler adalah pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab secara biakan hapusan (rectal swab). Metode diagnostik lainnya adalah polymerase chain reaction (PCR) yang spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai secara luas. Pemeriksaan enzim immunoassay dapat mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar penderita yang terinfeksi dengan S. Dysentriae atau toksin yang dihasilkan E. Coli. Pada stadium lanjut dilakukan pengerokan daerah sigmoid untuk pemeriksaan sitologi ( sigmoidoskopi). Aglutinasi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua. Maksimum pada hari keenam. Pada S. Disentruae aglutinasi dinyatakan positif pada pengenceran 1/50, dan pada S. Flexneri aglutinasi antibodi sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain maka jarang dipakai.11.11 Diagnosis Banding Diagnosis banding disentri basiler ialah radang kmolon yang disebabkan oleh kuman enterohemoragik dan entero invasif E. Coli, salmonella entereditis, dan entamoeba histolitica1.1.12 Pencegahan

Penyakit disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :5

1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan teliti.

2. Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.

3. Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.

4. Memasak makanan sampai matang.

5. Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.

6. Mengatur pembuangan sampah dengan baik.

7. Mengendalikan vector dan binatang pengerat.

1.13 Pengobatan

Bila penderita dalam keadaan dehidrasi, maka harus dilakukan pemberian cairan intravena, selanjutnya diberikan diet yang sesuai dengan toleransi penderita. Kemoterapi preparat sulfa dari golongan sulfonamid misalnya sulfadiazin, gantrisin dengan dosis 100-200 mg/kgbb/hari. Bila didapatkan kesulitan pemberian peroral karena misalnya penderita muntah-muntah, dapat dipertimbangkan pemberian kotrimoksazol intaravena.7Antibiotika yang diberikan Chlorampenicol dengan dosis 50-100 mg/kgbb/hari peroral dibagi 3 dosis. Tetrasiklin dengan dosis 30-50 mg/kgbb/jari peroral dibagi 4 dosis. Neomycin dengan dosis 50-100 mb/kgbb/hari peroral dibagi 4 dosis.1.14 Komplikasi

komplikasi shigellosis paling sering adalah dehidrasi dengan resiko gagal ginjal. Komplikasi utama lain, terutama pada anak kurang gizi yang amat muda adalah sepsis dan koagulasi intravaskuler tersebar.1BAB IIIKESIMPULAN

Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. Khas adalah nyeri abdomen berat, mendadak ingin buang air besar, dan terjadi defekasi. Pemeriksaan fisik pada saat ini menunjukkan kembung perut dan nyeri, suara usus hiperaktif, dan nyeri rektum pada pemeriksaan digital.

Disentri basiler disebabkan kuman Shigella dysentriae yang terdiri dari 3 golongan besar, yaitu :

1. Shigella shiga yang banyak di daerah tropis termasuk Indonesia, Shigella ambigua, Shigella boydii.

2. Shigella flexneri yang sering disebut Shigella paradysentriae yang terutama terdapat di daerah garis lintang utara.

3. Shigella sonnei ( basilus Sonne-Duvel )

Sifat organisme ini ialah tidak bergerak, gram negatif, tidak bersimpai dan tidak tahan panas.

Biakan merupakan gold standart untuk diagnosis tetapi tidak absolut. Biakan tinja relawan dewasa dengan disentri sesudah penelanan shigella gagal mendeteksi organisme pada hampir 20% subjek. ketidakcukupan diagnosis biakan membuatnya wajib pada klinisi menggunakan pertimbangan pada manajemen sindrom klinis yang sesuai dengan shigellosis.Daftar Pustaka

1. Syaroni,akmal, buku ajar ilmu penyakit dalam. Disentri basiler. Cetakan kedua. Internal publishing. Jakarta. 2010

2. Badriul Hegar, Dr.PhD. SpA(K). Disentri basiler. .Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM.Ikatan Dokter Anak Indonesia. 3. Antonius H. Pudjiadi. Dkk. Pedoman pelayanan medis. Jilid II. Ikatan dokter anak indonesia. Jakarta. 20114. WHO. Hospital Care for Children, Guidelines for theManagement of Common Illnesses with Limited Resources. World Health Organization. Jakarta. 20055. Anonim. Disentri basiler. 2008. http://id.wikipedia.org/6. Rusepno hassan, dkk. Ilmu kesehatan anak. Jilid I. FKUI. Jakarta. 2007

7. Herry garna, dkk. Infeksi dan pediatri tropis. Edisi keII. IDAI. Jakarta.20101