15
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setelah pemerintahan khulafa’urrasyidin berakhir, maka Bani Umayyah muncul yang dibentuk oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Bani Umayyah diakui secara resmi melanjutkan khilafah Islam setelah berakhirnya sengketa antara Hasan bin Ali dengan Muawiyah bin Abi Sofyan sebagai lambang penguasa Daulah Umayyah Dalam sistem pemerintahan, Bani Umayyah telah mengubah sistem suksesi kepemimpinan dengan jalan musyawarah menjadi monarkhi atau sistem kerajaan yang diwariskan secara turun temurun. Hal ini dapat dilihat dari sikap Muawiyah mengangkat anaknya sendiri Yazid. Langkah yang diambila Muawiyah inilah yang nantinya dijadikan sebagai rujukan pengangkatan Khalifah pada masa selanjutnya. Sistem monarkhi ini juga yang akan membawa kemunduran bagi dinasti Umayyah. Meski demikian, sejarah tidak bisa memungkiri. Muawiyah bin Abu Sofyan dan para khalifah penerusnya telah memberikan jasa yang luar bisa besar bagi keberlangsungan ke Khilafahan Islam pada saat itu, bahkan kebijakan-kebijakan yang diambil masih tetap digunakan pada masa dinasti selanjutnya. Diantara beberapa torehan yang membagakan pada masa ini adalah di bidang padministrasi dan perekonomian. Oleh karena itu pemakalah merasa perlu untuk membahasa terkait torehan jasa dari Dinasti Umayyah baik dalam segi perekonomian dan administrasi yang kemudian juga akan membahas terkait faktor-faktor penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah ini. 1

Dinasti Umayah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

membahas mengenai dinasti umaiyah dan pencapainya

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSetelah pemerintahan khulafaurrasyidin berakhir, maka Bani Umayyah muncul yang dibentuk oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Bani Umayyah diakui secara resmi melanjutkan khilafah Islam setelah berakhirnya sengketa antara Hasan bin Ali dengan Muawiyah bin Abi Sofyan sebagai lambang penguasa Daulah UmayyahDalam sistem pemerintahan, Bani Umayyah telah mengubah sistem suksesi kepemimpinan dengan jalan musyawarah menjadi monarkhi atau sistem kerajaan yang diwariskan secara turun temurun. Hal ini dapat dilihat dari sikap Muawiyah mengangkat anaknya sendiri Yazid. Langkah yang diambila Muawiyah inilah yang nantinya dijadikan sebagai rujukan pengangkatan Khalifah pada masa selanjutnya. Sistem monarkhi ini juga yang akan membawa kemunduran bagi dinasti Umayyah.Meski demikian, sejarah tidak bisa memungkiri. Muawiyah bin Abu Sofyan dan para khalifah penerusnya telah memberikan jasa yang luar bisa besar bagi keberlangsungan ke Khilafahan Islam pada saat itu, bahkan kebijakan-kebijakan yang diambil masih tetap digunakan pada masa dinasti selanjutnya. Diantara beberapa torehan yang membagakan pada masa ini adalah di bidang padministrasi dan perekonomian.Oleh karena itu pemakalah merasa perlu untuk membahasa terkait torehan jasa dari Dinasti Umayyah baik dalam segi perekonomian dan administrasi yang kemudian juga akan membahas terkait faktor-faktor penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah ini.

B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah makalah ini adalah1. Bagaimana perkembangan ekonomi dalam masa pemerintahan Bani Umayah?2. Bagaimana perkembangan administrasi dalam masa pemerintahan Bani Umayah?3. Apa yang menjadi penyebab kemunduran dan kehancuran bani Umayah?C. Tujuan MasalahAdapun tujuan masalah makalah ini sebagai berikut1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekonomi dalam masa pemerintahan Bani Umayah?2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan administrasi dalam masa pemerintahan Bani Umayah?3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran bani Umayah?BAB IIPEMBAHASAN

A. Perkembangan Ekonomi Bani UmayyahMeski kita tahu pada masa ini kehalifahan Islam dibawa ke sistem monarki (kerajaan) oleh pendiri bani Umayyah yakni Umayyah bin Abu Shofyan. Namun kita tidak bisa memungkiri dalam masa yang relatif singkat, kekuasaan dari Bani Umayyah melakukan sejumlah pembaharuan dalam kepemerintahan. Terutama dalam bidang ekonomi. Terdapat sejumlah kebijakan dari Bani Umayyah yang dirasa sangat membantu terhadap keberlangsungan pemerintahan Islam pada saat itu. Berikut kebijakan yang diambil oleh para Khalifah pada masa Bani Umayyah untuk mendongkrak perekonomian Daulah Islamiyahnya.a. Kewajiban yang harus dibayar oleh warga Negara (Al-Dharaaib)Sumber ekonomi masa Daulah Bani Umayah berasal dari potensi ekonomi negeri-negeri yang telah ditaklukan dan sejumlah budak yang diangkut ke dunia Islam, terutama yang belum masuk Islam, ditetapkan pajak-pajak istimewa. Kebijakan inilah yang nantinya menjadi pemicu adanya perlawanan diberbagai daerah.Sedangkan pada masa Umar bin Abdul Azis di bidang fiskal, Umar memangkas pajak dari orang Nasrani. Tak cuma itu, ia juga menghentikan pungutan pajak dari mualaf. Kebijakannya itu telah mendongkrak simpati dari kalangan non-Muslim. Sejak kebijakan itu bergulir, orangorang non-Muslim pun berbondong-bondong memeluk agama Islam.[footnoteRef:2] [2: Abul Ala Al-Maududi,Khilafah dan Kerajaan, (Bandung: Karisma, 2007).]

Pada masa Bani Umayah ekonomi mengalami kemajuan yang luar biasa. Dengan wilayah penaklukan yang begitu luas, maka memungkinkan untuk mengeksploitasi potensi ekonomi negeri-negeri taklukan juga semakin besar. Mereka juga dapat mengangkut sejumlah besar budak ke Dunia Islam. Penggunaan tenaga kerja ini membuat bangsa Arab hidup dari negeri taklukan dan menjadikannya kelas pemungut pajak dan sekaligus memungkinkannya mengeksploitasi negeri-negeri tersebut, seperti Mesir, Suriah dan Irak.

b. Pengelolaan Baitul MalKetika Dunia Islam berada di bawah kepemimpinan Khilafah Bani Umayah, kondisi Baitul Mal berubah. Al Maududi menyebutkan, jika pada masa sebelumnya Baitul Mal dikelola dengan penuh kehati-hatian sebagai amanat Allah SWT dan amanat rakyat, maka pada masa pemerintahan Bani Umayah Baitul Mal berada sepenuhnya di bawah kekuasaan Khalifah tanpa dapat dipertanyakan atau dikritik oleh rakyat.Pada era kekhalifahan Bani Umayah, pengelolaan baitulmal yang paling bersih terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Begitu Khalifah Umar II itu berkuasa, tanpa ragu dan pandang bulu semua harta kekayaan para pejabat dan keluarga bani Umayah yang diperoleh secara tak wajar dibersihkan. Ia lalu menyerahkannya ke kas negara. Khalifah Umar bin Abdul Aziz berupaya untuk membersihkan Baitul Mal dari pemasukan harta yang tidak halal dan berusaha mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Umar membuat perhitungan dengan para Amir bawahannya agar mereka mengembalikan harta yang sebelumnya bersumber dari sesuatu yang tidak sah.Di samping itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz sendiri mengembalikan milik pribadinya sendiri, yang waktu itu berjumlah sekitar 40.000 dinar setahun, ke Baitul Mal. Harta tersebut diperoleh dan warisan ayahnya, Abdul Aziz bin Marwan. Di antara harta itu terdapat perkampungan Fadak, desa di sebelah utara Mekah, yang sejak Nabi SAW wafat dijadikan milik negara. Namun, Marwan bin Hakam (khalifah ke-4 Bani Umayah, memerintah 684-685 M) telah memasukkan harta tersebut sebagai milik pribadinya dan mewariskannya kepada anak anaknya. Langkah itu dilakukan khalifah demi menyejahterakan dan memakmurkan rakyatnya. Setelah membersihkan harta kekayaan tak wajar di kalangan pejabat dan keluarga bani Umayah, Khalifah Umar bin Abdul Aziz melakukan reformasi dan pembaruan di berbagai bidang.[footnoteRef:3] [3: Ibid, hal. 191]

Pada masanya orang-orang kaya membayar zakat, sehingga kemakmuran benar-benar terwujud. Konon, saat itu sulit menemukan para penerima zakat lantaran kemakmuran begitu merata.[footnoteRef:4]Ibnu Abdil Hakam meriwayatkan, Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu berkata, Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikannya kepada orang- orang miskin. Namun, saya tidak menjumpai seorang pun. Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan semua rakyat pada waktu itu berkecukupan. Akhirnya, saya memutuskan untuk membeli budak lalu memerdekakannya, kisah Yahya bin Said. [4: Hepi Andi Bastoni,Sejarah Para Khalifah,(Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2008), hal. 57]

Kemakmuran itu tak hanya ada di Afrika, tetapi juga merata di seluruh penjuru wilayah Khilafah Islam, seperti Irak dan Basrah. Abu Ubaid mengisahkan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengirim surat kepada Hamid bin Abdurrahman, Gubernur Irak, agar membayar semua gaji dan hak rutin di provinsi itu. Dalam surat balasannya, Abdul Hamid berkata, Saya sudah membayarkan semua gaji dan hak mereka. Namun, di Baitulmal masih terdapat banyak uang. Khalifah Umar memerintahkan, Carilah orang yang dililit utang tetapi tidak boros. Berilah dia uang untuk melunasi utangnya!Abdul Hamid kembali menyurati Khalifah Umar, Saya sudah membayarkan utang mereka, tetapi di baitulmal masih banyak uang. Khalifah memerintahkan lagi, Kalau begitu bila ada seorang lajang yang tidak memiliki harta lalu dia ingin menikah, nikahkan dia dan bayarlah maharnya! Abdul Hamid sekali lagi menyurati Khalifah. Dalam suratnya dia menyatakan, Saya sudah menikahkan semua yang ingin nikah. Namun, di Baitulmal ternyata masih juga banyak uang. Akhirnya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz memberi pengarahan, Carilah orang yang biasa membayarjizyahdankharaj.Kalau ada yang kekurangan modal, berilah mereka pinjaman agar mampu mengolah tanahnya. Kita tidak menuntut pengembaliannya kecuali setelah dua tahun atau lebih.[footnoteRef:5] [5: Republika Newsroom,14 Oktober 2014,Bani Umayyah Memakmurkan Rakyat dengan Baitulmal, hal. 3]

Akan tetapi, kondisi Baitul Mal yang telah dikembalikan oleh Umar bin Abdul Aziz kepada posisi yang sebenarnya itu tidak dapat bertahan lama. Keserakahan para penguasa telah meruntuhkan sendi-sendi Baitul Mal, dan keadaan demikian berkepanjangan sampai masa Kekhilafahan Bani Abbasiyah.Saluran keuangan keluar Baitul Mal pada zaman Daulah Umayah pada umumnya sama seperti permulaan Islam, yaitu untuk:1.Gaji para pegawai dan tentara, serta biaya tata usaha Negara.2.Pembangunan pertanian, termasuk irigasi dan penggalian terusan-terusan.3.Ongkos bagi orang-orang hukuman atau tawanan perang.4.Perlengkapan perang5.Hadiah-hadiah untuk para pujangga dan ulama.c. Kebijakan yang memacu Pertumbuhan EkonomiKebijakan yang dilakukan Bani Umayah tidak hanya mengeksplotasi atau menguras sumber daya alam saja tetapi ada juga kebijakan dan usaha-usaha untuk memakmurkan negeri taklukannya. Hal ini terlihat dari kebijakan Gubernur Irak yang saat itu dijabat oleh al-Hajjaj bin Yusuf. Dia berhasil memperbaiki saluran-saluran air sungai Euphrat dan Tigris, memajukan perdagangan, dan memperbaiki sistem ukuran timbangan, takaran dan keuangan.Dalam bidang pertanian Umayah telah memberi tumpuan terhadap pembangunan sektor pertanian, dan telah memperkenalkan sistem pengairan bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian.Khalifah Umar bin abdul Azis pun menggunakan kas negara untuk memakmurkan dan menyejahterakan rakyatnya. Berbagai fasilitas dan pelayanan publik dibangun dan diperbaiki. Sektor pertanian terus dikembangkan melalui perbaikan lahan dan saluran irigasi. Sumur-sumur baru terus digali untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih. Jalan-jalan di kota Damaskus dan sekitarnya dibangun dan dikembangkan. Untuk memuliakan tamu dan para musafir yang singgah di Damaskus, khalifah membangun penginapan. Sarana ibadah seperti masjid diperbanyak dan diperindah. Masyarakat yang sakit disediakan pengobatan gratis.Kebijakan yang paling strategis pada masa Daulah Bani Ummayah adalah adanya sistem penyamaan keuangan. Hal ini terjadi pada masa Khalifah Abd Al Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, Dia mencetak mata uang sendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Disalah satu sisinya tertulis kalimat tauhid dan sisi lainnya tertulis namanya.[footnoteRef:6]Mata uang tersebut terbuat dari emas dan perak sebagai lambang kesamaan kerajaan ini dengan imperium yang ada sebelumnya, yang kemudian diedarkan keseluruh penjuru negeri Islamkecuali Mesir.[footnoteRef:7] [6: Hepi Andi Bastoni,Sejarah Para Khalifah.......hal. 46] [7: Ibid,]

B. Perkembangan Administrasi Bani UmayahPada permulaan Islam organisasi Administrasi Tata Usaha Negara sangatlah sederhana, tidak diadakan pembidangan usaha yang khusus. Demikian pula keadaannya pada masa Bani Umayyah Administari Negara sangat simple. Pada umumnya didaerah-daerah Islam bekas daerah Romawi dan Persia, Administrasi pemerintahan dibiarkan terus berlaku seperti yang telah ada, kecuali diadakan perubahan-perubahan kecil.[footnoteRef:8] [8: Joseph Schacht,Pengantar Hukum Islam,(Jogjakarta: Islamika, 2003), hal. 172]

a. Dewan Sekretaris Negara (Diwaanul Kitabah)Seperti halnya pada masa permulaan Islam, pada masa Bani Umayyah dibentuk semacam Dewan Sekretaris Negara (Diwaanul Kitabah) untuk mengurusi berbagai bidang urusan pemerintahan. Dalam masa ini urusan pemerintahan telah banyak, maka ditetapkanlah lima orang sekretaris, yaitu :1. Katib ar-Rasaail(Sekretaris Urusan Persuratan),2. Katib al-Kharraj(Sekretaris Urusan Pajak/Keuangan),3. Katib al-Jund(Sekretaris Urusan Ketentaraan),4. Katib asy-Syurthahk(Sekretaris urusan Kepolisian),5. Katib al-Qadhi(Sekretaris Urusan Kehakiman).[footnoteRef:9] [9: A. Hasjmy,Sejarah Kebudayaan Islam,(Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hal. 170]

Diantara para sekretarisKatib ar-Rasaailyang paling penting sehingga kholifah memberikan jabatan ini diberikan kepada kaum kerabat kholifah sendiri atau orang tertentu sajaDimasa ini diadakan satu jabatan baru yang bernamaal-Hijabah,yaitu urusan pengawalan keselamatan kholifah atau dalam masa kini biasa dikenal Paspampres. Jabatan ini dibentuk atas dasar kekuatiran terulangnya peristiwa pembunuhan terhadap Ali dan percobaan pembunuhan terhadap Muawiyah dan Amr bin Ash. Selanjutnya diadakan penjagaan yang sangat ketat terhadap kholifah sehingga siapapun tidak dapat menghadap kholifah sebelum mendapat izin dari para pengawal (Hujjab), kecualiMuazzin,pengantar pos dan pengurus dapur.[footnoteRef:10] [10: Ibid,]

b. Organisasi Tata Usaha Negara (An-Nidhamul Idari)Muawiyah mendirikan Dinas Pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda dengan peralatannya disepanjang jalan. Pegawai pos mengambil seekor kuda dan mengendarainya denga cepat sehingga sampai ke stasion berikutnya. Disana ia mengambil kuda yang telah disiapkan kembali mengendarainya dengan cepat kestasion berikutnya pula. Begitulah seterusnya.[footnoteRef:11]Setelah Khalifah Abdul Malik bin Marwan berkuasa maka diadakan perbaikan-perbaikan dalam Organisasi Pos, sehingga ia menjadi alat vital dalam administrasi Negara. badan ini bertugas menyiarkan berita dari pusat ke daerah atau sebaliknya.[footnoteRef:12]Selanjutnya Khalifah Umar bin Abdul Azis pun memperbaiki pelayanan di dinas pos, sehingga aktivitas korespondesi berlangsung lancar. [11: A. Syalabi,Sejarah dan Kebudayan Islam,Jakarta: (Mutiara Sumber Wijaya, 1995), hal. 40] [12: Hepi Andi Bastoni,Sejarah Para Khalifah....... hal. 46]

Lambang kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah membuat lambang Negara baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai lambang negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.Pada masa Khalifah Abd Al-Malik bin Marwan berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan melakukan perubahan bahasa dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi kebahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.[footnoteRef:13] [13: Abd. Jabbar Adlan,Dirasat Islamiyah; Sejarah dan Pembaharuan Islam, Surabaya: (Anika Bahagia Offset, 1995), hal. 99]

c. Organisasi Pertahanan (An-Nidhamul Harby)Dimasa pemerintahan Muawiyah bin Sufyan berusaha menertibkan angkatan bersenjata sebagai bentuk penyempurnaan dari organisasi pertahanan yang telah dibuat oleh Khalifah Umar. Hanya bedanya pada masa Kholifaturrasyidin tentara Islam adalah tentara sukarela namun pada masa daulah Umayyah orang masuk tentara kebanyakan dengan paksa atau setengah paksa, yang dinamakanNidhamut Tajridil Ijbari(seperti undang-undang wajib militer).[footnoteRef:14] [14: A. Hasjmy,Sejarah Kebudayaan Islam,(Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hal. 175]

Pengembangan angkatan laut yang terkenal sejak masa Utsman sebagai Amir Al-Bahri, tentu akan mengembangkan idenya dimasa Muawiah berkuasa, ketika Byzantium mengerahkan tentaranya untuk mmperluas jajahannya, dan tiba diwilayah kekuasaan Muawiyah. Untuk mengusir tentara Byzantium, Muawiyah mengerahkan kapal perang kecil berjumlah 1700 buah dan mampu menghalau musuh.[footnoteRef:15]Dengan tidak mengenal lelah, kaum Muslimin menaklukkan pulau Cyprus dan Rhodus di laut tengah. [15: Hepi Andi Bastoni,Sejarah Para Khalifa........hal. 31]

Pada masa ini angkatan laut Islam masih sangat sederhana. Namun ketika masa Muawiyah memegang kendali pemerintahan maka dibangunlah armada Islam yang kuat dengan tujuan Untuk mempertahankan daerah-daerah Islam dari serangan armada Romawi dan Untuk memperluas dakwah Islamiyah. Begitu pula Muawiyah membangun armada musim panas dan musim dingin sehingga dia sanggup bertempur disegala musim.[footnoteRef:16] [16: Abd. Jabbar Adlan,Dirasat Islamiyah; Sejarah dan Pembaharuan...... hal. 99]

d. Organisasi Kehakiman (An-Nidhamul Qadhaai)Sedangkan pada bidang pelaksanaan hukum, Daulah Bani Umayyah membentuk lembaga yang bernamaAn Nidzamul Qadhaai(organisasi kehakiman). Kekuasaan kehakiman di zaman ini dibagi kedalam tiga badan yaitu: Al-Qadha:bertugas memutuskan perkara dengan ijtihadnya, karena pada waktu itu belum ada mazhab empat ataupun mazhab-mazhab lainnya. Pada waktu itu para qadhi menggali hukum sendiri dari al-kitab dan as-Sunnah dengan berijtihad. Al-Hisbah:bertugas menyelesaikan perkara-perkara umum dan soal-soal pidana yang memerlukan tindakan cepat. An-Nadhar fil Madhalim: yaitu mahkamah tertinggi atau mahkamah banding.[footnoteRef:17] [17: A. Hasjmy,Sejarah Kebudayaan Islam...... hal. 172]

Pada masa Khalifah Abd Al-Malik bin Marwan membentuk Mahkamah Tinggi untuk mengadili para pejabat yang menyeleweng atau bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat.[footnoteRef:18] [18: Hepi Andi Bastoni,Sejarah Para Khalifah.....hal. 46]

Selain itu, Khalifah Bani Umayyah juga mengangkat pembantu-pembantu sebagai pendamping yang sama sekali berbeda dengan Khalifah sebelumnya. Mereka merekrut orang-orang non Muslim menjadi pejabat-pejabat dalam pemerintahan, seperti penasehat, administrator, dokter dan kesatuan dalam militer. Hal ini terjadi sejak Muawiyah menjabat sebagai Khalifah, yang kemudian diwarisi oleh keturunannya. Tetapi pada zaman Umar bin Abdul Azis kebijakan tersebut dihapus, karena orang-orang non Muslim (Yahudi, Nasrani dan Majusi) yang memperolehprivilagedi dalam pemerintahan banyak merugikan kepentingan umat Islam, bahkan menganggap mereka rendah.[footnoteRef:19] [19: J. Suyuti Pulungan,Fiqh Siyasah; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 166]

C. Faktor Penyebab Mundurnya dan Kehancuran Bani UmayahAda beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru (bidah) bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisaSyiah(para pengikut Abdullah bin Sabaal-Yahudi) danKhawarijterus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah.[footnoteRef:20] Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah. [20: Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II,(Cet. XII, PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta: 2001), hal. 45]

3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelumIslam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golonganmawali(non Arab), terutama diIrakdan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena statusmawaliitu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsaArabyang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunanal-Abbas ibn Abd. Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dariBani Hasyimdankaummawaliyang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.[footnoteRef:21] [21: Ibid,]

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pada masa Dinasti Umayyah terdapat kebijakan untuk mendongkrak perekonomian dan pembaharuan dibidang administrasi yakni:1. Bidang Perekonomian adanya Kewajiban yang harus dibayar oleh warga Negara (Al-Dharaaib), adanya pengelolaan Pengelolaan Baitul Mal, dan Kebijakan yang memacu Pertumbuhan Ekonomi.2. Sedangakan dalam bidang administrasi dibentuk Dewan Sekretaris Negara (Diwaanul Kitabah), Organisasi Tata Usaha Negara (An-Nidhamul Idari), Organisasi Pertahanan (An-Nidhamul Harby), dan Organisasi Kehakiman (An-Nidhamul Qadhaai).3. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduranya adalah:a. Sistem pergantian khalifah melalui yang tidak jelas sehingga menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.b. Kuatnya gerakan oposisi dari kaum Syi`ah dan Khawarij.c. Perselisihan dan pertentangan etnis antara suku Arab yang mengakibatkan para penguasa mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan.1