Dinasti Hamdaniyah

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    1/21

    DINASTI HAMDANIYAH

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur

    Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam II

    Asuhan: Wawan Hermawan, M.Ag

    Oleh:

    Anan Bahrul Khoir

    NIM: 1121020005

    JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

    FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SUNAN GUNUNG DJATI

    BANDUNG

    2013

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    2/21

    i

    KATA PENGANTAR

    Salam Sejahtera,

    Puji Tuhan Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakasih, yang telah

    melimpahkan kasih kasihnya kepada kita semua, sehingga Penyusun dapat menyelesaikan

    makalah ini sesuai dengan waktunya. Tidak lupa, semoga salam dan pujian tetap tercurahkan

    kepada Nabi Kita, beserta keluarganya, para sahabatnya, hingga umatnya sampai akhir jaman

    nanti.

    Penyusun ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah

    membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusun tidak dapat menyebutkan-nya satu

    persatu, oleh karena keterbatasan waktu dan tempat.

    Juga, Penyusun merasa bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

    Penyusun memohon kritik dan saran membangun supaya dapat memperbaiki kekurangan dari

    makalah ini.

    Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya untuk Penyusun

    dan masyarakat pada umumnya.

    Bandung, 11 November 2013

    Penyusun

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    3/21

    ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

    DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

    C. Tujuan Masalah .......................................................................................... 2

    BAB II KEMUNCULAN, KEMAJUAN, DAN KEMUNDURAN DINASTI

    HAMDANIYAH ............................................................................................. 3

    A. Kemunduran Dinasti Abbasiyah ................................................................ 3

    B. Sebab Munculnya Dinasti Hamdaniyah ..................................................... 8

    C. Kemajuan Dinasti Hamdaniyah ................................................................. 10

    D. Kemunduran Dinasti Hamdaniyah ............................................................. 12

    BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 14

    A. Kesimpulan ................................................................................................. 14

    B. Saran ........................................................................................................... 15

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

    INDEKS ............................................................................................................................ 18

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    4/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kemunculan dinasti-dinasti kecil, baik di sekitar Baghdad maupun di luar Baghdad,

    adalah dampak dari menurunnya pengaruh dinasti besar yang menjadi pusat dinasti-

    dinasti kecil tersebut. Perasaan kecewa dan tidak puas terhadap pemerintahan pusat,

    menjadikan mereka melepaskan diri dari kekuasaan pusat. Kekecewaan dan

    ketidakpuasan ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, diantaranya adalah pergolakan

    politik yang bergejolak terlalu besar sehingga penguasa pada waktu itu tidak mampu

    menanganinya.

    Dinasti Abbasiyah, yang merupakan satu-satunya dinasti besar yang menjadi pusat

    pemerintahan pada waktu itu, yang menggantikan dinasti besar lainnya, Dinasti

    Umayyah. Kemajuan-kemajuan yang telah berhasil dicapai Dinasti Abbasiyah pada

    masanya, tidak mampu menjadi alasan untuk tetap bergabung dalam dinasti yang telah

    kelihatan kehancurannya. Khalifah terakhir Dinasti Abbasiyah, al-Musta’sim (1242-1258

    M.), hanya meneruskan pemerintahan secara formalitas belaka; karena pada dasarnya,

    Dinasti Abbasiyah sudah dikuasai oleh para perwira dan tentara Turki.1

    Salah satu dinasti kecil yang muncul adalah dinasti Hamdaniyah (929-1002 M).

    Dinasti ini berkuasa di daerah Aleppo dan Mosul. Masa kekuasaannya tidak terlalu lama,

    1Al-Mu’tashim (833-842 M) adalah khalifah pengganti al-Ma’mun (813-833 M) yang mulai memasukkan

    unsur-unsur Turki ke dalam pemerintahan. Mulanya, tentara Turki dipakai sebagai tentara pengawalnya.

    Kehebatan tentara Turki menjadikan pengaruh Turki begitu besar dalam pemerintahan dan mulai berkuasa di

    Istana. Akhirnya tentara Turki menguasai Dinasti Abbasiyah dan khalifah-khalifah dinasti tersebut hanyaboneka-boneka perwira dan tentara Turki. Jadi, pada hakikatnya, orang-orang Turkilah yang memerintah, bukan

    para khalifah dinasti Abbasiyah.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    5/21

    2

    hanya berlangsung selama 73 tahun. Kekuasaan yang berlangsung singkat ini tidak 

    sedikit memberikan sumbangsih khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan.

    B. Rumusan Masalah

    Kemunculan Dinasti Hamdaniyah ini menjadi topik penting pada makalah ini. Oleh

    karena itu, muncul beberapa masalah yang ingin diketahui oleh Penulis, khususnya.

    Rumusan masalah yang diambil oleh Penulis diantaranya:

    1. Bagaimana kemunculan Dinasti Hamdaniyah?

    2. Apakah kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Dinasti Hamdaniyah?

    3. Bagaimana kemunduran dan kejatuhan Dinasti Hamdaniyah?

    C. Tujuan Masalah

    Tiga rumusan masalah di atas adalah garis besar masalah yang akan dibahas dalam

    makalah ini. Namun, tidak menutup kemungkinan ada pembahasan-pembahasan lainnya

    yang berhubungan dengan Dinasti Hamdaniyah. Oleh karena itu, tujuan masalah dari

    makalah ini diantaranya:

    1. Untuk mengetahui bagaimana kemunculan Dinasti Hamdaniyah.

    2. Untuk mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Dinasti Hamdaniyah.

    3. Untuk mengetahui bagaimana kemunduran dan kejatuhan Dinasti Hamdaniyah.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    6/21

    3

    BAB II

    KEMUNCULAN, KEMAJUAN,

    DAN KEMUNDURAN DINASTI HAMDANIYAH

    A. Kemunduran Dinasti Abbasiyah

    Kemunduran Dinasti Abbasiyah merupakan faktor awal terhadap lahirnya dinasti-

    dinasti kecil di sekitarnya. Secara de facto dan de jure, Dinasti Abbasiyah diserang dan

    dihancurkan oleh Hulagu Khan2

    pada tahun 1258.Khalifah al-Musta’sim (1242-1258),

    khalifah terakhir Dinasti Abbasiyah, tidak mampu mengimbangi kekuatan pasukan

    lawan.3

    Oleh karena itu, dinasti ini ditutup oleh al-Musta’sim yang dikalahkan oleh

    kekuatan dari luar.4

    Al-Musta’sim harus menanggung beban-beban dari beberapa khalifah sebelumnya,

    diantaranya adalah politik. Pergolakan politik yang terjadi pada Dinasti Abbasiyah dari

    awal sampai akhir pemerintahannya, sebenarnya kelanjutan juga dari dinasti sebelumnya,

    Dinasti Umayyah. Hanya saja, disintegrasi dalam bidang politik ini memuncak pada

    masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah.5

    2 Hulagu Khan adalah seorang berkebangsaan Mongol. Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan

    Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan, dan Manchuria Barat

    serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua orang kembar, Tatardan Mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku bangsa besar, bangsa Mongol dan bangsa Tatar. Mongol itu

    mempunyai anak bernama Ilkhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di kemudian hari.

    Lihat Ahmad Syalabi, Mausu’ah al -Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Juz VII, (Kairo: Maktabah

    al-Nahdhah al-Mishriyah, 1979), hlm. 745. Lihat jugaBadri Yatim,  Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT.

    RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 113.3 Tentara perang yang dikirimkan oleh Hulagu Khan pada tahun 656 H/1258 M.Berjumlah sekitar 200.000

    tentara.4 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008, Cetakan ke-10), hlm. 32.5 Ibid., hlm. 33.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    7/21

    4

    Faktor lain selain disintegrasi politik adalah dominasi bangsa Turki6

    pada pemerin-

    tahan. Masuknya pengaruh Turki dalam pemerintahan Abbasiyah dimulai oleh khalifah

    al-Mu’tasim (833-842), yang merupakan seorang anak dari Ibu berkebangsaan Turki. Ia

    merekrut dan melatih tentara Turki dan menjadikannya sebagai pengawalnya.7

    Al-

    Mu’tasim adalah khalifah pengganti al-Ma’mun (813-833).Berbagai kebijakan yang

    dikeluarkannya memberikan peluang yang besar bagi bangsa Turki untuk mengendalikan

    negara. Alasan al-Mu’tasim memasukkan unsur Turki dalam pemerintahannya, di

    samping ibunya yang berkebangsaan Turki, adalah al-Mu’tasim yang sedang menjabat

    sebagai khalifah merasa terancam oleh pihak-pihak pendukung al-Ma’mun yang terdiri

    dari orang-orang Persia dan pihak-pihak pendukung al-Amin yang terdiri dari orang-

    orang Arab. Ia berusaha mencari pendukung dari luar yang berbeda dari khalifah

    sebelumnya. Oleh karena itu, Ia membentuk prajurit-prajurit khusus andalannya yang

    terdiri dari orang-orang Turki. Pembentukan prajurit khusus ini bermaksud menjadikan-

    nya sebagai pengawal pribadi khalifah.

    Masuknya unsur Turki dalam kenegaraan pada masa awal pemerintahan al-

    Mu’tasim belumlah terlihat. Namun, dengan waktu yang singkat, dominasi bangsa Turki

    mulai tampak. Terlebih ketika al-Mu’tamid membunuh khalifah sebelumnya, al-

    Mutawakkil (232-247 H/847-861 M), yang juga ayah dari al-Mu’tamid sendiri, maka

    unsur Turki mulai menguasai pemerintahan beserta khalifahnya. Mereka menguasa

    administrasi negara. Mereka mempunyai kekuasaan menurunkan, mengangkat,

    memenjarakan, atau membunuh khalifah Abbasiyah yang tidak disukainya.8

    Badri Yatim (2008: 67) mencatat bahwa perebutan kekuasan di pusat pemerintahan

    yang terjadi antaranak khalifah. Masing-masing memperoleh dukungan dari orang-

    6Orang-orang Turki pernah menjabat jabatan penting dalam pemerintahan, diantaranya: Ahnaz, Wazir,

    Wasif, Begha Kabir, Begha Saghir, Musa bin Begha, Itakh bin Khaqan, dan lain-lainnya.7

    Supriyadi, op.cit., hlm. 31.8Tsuroya Kiswati,  Al-Juwaini: Peletak Dasar Teologi Rasional dalam Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007,

    Cetakan ke-7), hlm. 20.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    8/21

    5

    orangTurki yang sengaja mengadu domba antara satu dengan yang lainnya. Akibatnya,

    pemerintahan semakin parah. Akibatnya, kekuasaan khalifah hanya khalifah boneka

    yang digerakkan oleh dalangnya, orang-orang Turki. Wewenang seorang khalifah hanya

    pada persoalan keagamaan belaka. Ia hanya diperkenankan berkhutbah Jumat di masjid.

    Sedangkan urusan negara sepenuhnya berada di tangan ‘ayan dan ‘amir atau kepala

    rumah tangga istana yang semuanya terdiri dari orang-orang Turki.9

    Kekacauan ini tidak disia-siakan oleh para pemberontak dan para gubernur yang

    ingin melepaskan diri dari kekuasaan pusat, Baghdad. Akibatnya, muncullah banyak 

    dinasti kecil yang memproklamirkan diri sebagai negara yang berdiri sendiri dan tidak 

    terikat lagi dengan kekuasaan pusat.10

    Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah Pertama11

    atau dari khalifah Abu al-

    Abbas (750-754) hingga al-Wathiq (843-847), sebenarnya telah muncul beberapa dinasti

    kecil yang melepaskan diri dari pemerintahan pusat, seperti dinasti Aghlabiyah di

    Tunisia, Idrisiyah di Maroko, dan Thahariyah di Khurasan.

    Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah Keduasemakin banyak dinasti-dinasti

    kecil yang memisahkan diri dari pemerintahan pusat, seperti dinasti Syafawiyah di Persia,

    Samawiyah di Khurasan, Ghaznawiyah di India, Hamdaniyah di Mosul dan Halb,

    Tuluniyah dan Ikhsidiyah di Mesir dan Syam, Fathimiyah di Afrika Utara, Umayyah di

    Cordova, Buwaihiyah di Persia, Zaidiyah di Tabaristan, Ray dan Jibal, Ya’qubiyah di

    San’a dan dinasti Saljukiyah di Transoxania, Khurasan, Persia, Irak , Syam, dan Anatolia

    atau Asia Kecil.

    9 Ibid., hlm. 21.10 Ibid.

    11 Periodesasi ini dikemukakan oleh A. Hasymy, seorang ulama Indonesia. Menurutnya, perodesasi sejarah

    Islam terbagi menjadi delapan, yaitu: Permulaan Islam (610-661); Daulah Ammawiyah (661-750); Daulah

    Abbasiyah Pertama (750-847); Daulah Abbasiyah Kedua (847-946); Daulah Abbasiyah Ketiga (946-1075);Daulah Mughal (1261-1520); Daulah Utsmaniyah (1520-1801); dan Kebangkitan (1801-sekarang). Lihat Ali

    Hasymi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978, Cetakan ke-2), hlm. 58.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    9/21

    6

    Akhirnya, wilayah kekuasaan pusat semakin menyempit dan yang tersisa hanya

    Baghdad, Sawad, dan Irak. Pada tahun 1258, Hulagu dari Mongol datang

    menghancurkan dan merampas Baghdad dari tangan Khalifah Abbasiyah. Akibatnya,

    dinasti Abbasiyah hancur dan hilang dari permukaan bumi untuk selamanya.12

    Ada beberapa alasan mengapa bidang politik lebih bergejolak dibandingkan dengan

    bidang-bidang lainnya. Kemungkinan, para khalifah Abbasiyah sudah merasa puas

    dengan upeti yang dikirimkan oleh tiap provinsi. Pertama, khalifah tidak memiliki

    kekuatan militer yang kuat untukmenundukkan provinsi-provinsi tertentu;13

    kedua, para

    khalifah lebih menitikberatkan pada peningkatan peradaban dan kebudayaan daripada

    politik dan perluasan wilayah. Akibatnya banyak provinsi-provinsi yang melepaskan diri

    dari penguasa pemerintahan pusat. Hal ini kemungkinan bisa dilakukan melalui dua cara,

    yaitu:  pertama, seorang gubernur atau pemberontak melakukan pemberontakan dan

    berhasil memperoleh kemerdekaannya, seperti daulah Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah

    di Maroko. Kedua, seseorang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kemudian

    kedudukannya semakin bertambah kuat, seperti daulah Aghlabiyah di Tunisia dan

    Thahariyah di Khurasan.14

    Watt mengatakan bahwa keruntuhan dinasti Abbas terlihat sejak awal abad

    kesembilan. Hal ini terjadi dikarenakan para khalifah menunjuk orang-orang tertentu

    dalam bidang militer untuk menjadi pengawalnya.15

    Kekuatan militer Abbasiyah waktu

    itu mengalami kemunduran, sehingga mereka merekrut orang-orang profesional dalam

    bidang militer dan melatihnya secara independen. Dan yang paling berpengaruh sekali

    12Kiswati, op.cit., hlm. 21-22.13Sir William Muir, The Caliphat, (New York: AMS Inc., 1975), hlm. 432.14

    Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008,edisi ke-20), hlm. 64.

    15 W. Montgomery Watt, Politik Islam dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: P3M, 1998), hlm. 152.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    10/21

    7

    adalah para tentara Turki yang selanjutnya menjadi ancaman besar bagi dinasti

    Abbasiyah.16

    Dinasti-dinasti yang melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa dinasti

    Abbasiyah, diantaranya:

    1. Yang berbangsa Persia

    a. Thahiriyah di Khurasan (205-259 H/820-872 M);

    b. Shafariyah di Fars (254-290 H/868-901 M);

    c. Samaniyah di Transoxania (261-389 H/873-998 M);

    d. Sajiyah di Azerbaijan (266-318 H/878-930 M); dan

    e. Buwaihiyah(320-447 H/932-1055 M).

    2. Yang berbangsa Turki

    a. Thuluniyah di Mesir (254-292 H/837-903 M);

    b. Ikhsidiyah di Turkistan (320-560 H/932-1163 M);

    c. Ghaznawiyah di Afganistan (351-585 H/962-1189 M);dan

    d. Dinasti Seljuk (429-700H/1037-1299M).

    3. Yang berbangsa Kurdi

    a. Al-Barzuqani (348-406 H/959-1015 M);

    b. Abu Ali (380-489 H/990-1095 M); dan

    c. Ayubiyah (564-648 H/1167-1250 M).

    4. Yang berbangsa Arab

    a. Idrisiyah di Maroko (172-375 H/788-985 M);

    b. Aghlabiyah di Tunisiyah (184-289 H/800-900 M);

    c. Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H/825-898 M);

    d. Alawiyah di Tabaristan (250-316 H/864-928 M);

    16 Yatim, op.cit.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    11/21

    8

    e. Hamdaniyah di Aleppo dan Mosul (317-394 H/929-1002 M);

    f. Mazyadiyah di Hillah (403-545 H/1011-1150 M);

    g. Ukailiyyah di Mosul (386-489 H/996-1095 M); dan

    h. Midasiyah di Aleppo (414-472 H/1023-1079 M).

    5. Yang mengaku dirinya sebagai Khalifah

    a. Muawiyah di Spanyol; dan

    b. Fathimiyah di Mesir.

    B. Sebab Munculnya Dinasti Hamdaniyah

    Terdapat perbedaan (pada referensi yang Penulis gunakan) tahun berdiri dan

    berakhirnya Dinasti Hamdaniyah ini. Pertama, Badri Yatim mencatat bahwa dinasti ini

    didirikan pada tahun 929 dan berakhir pada tahun 1002 (317-394 H/929-1002 M)17

    ;

    kedua, Dedi Supriyadi mencatat tahun berdirinya dinasti ini adalah tahun 972 dan

    berakhir pada tahun 1152.18

    Penulis tidak menemukan mengapa terjadi perbedaan

    tersebut, namun Penulis menggunakan kedua referensi tersebut pada makalah ini.

    Ketika dinasti Ikhsidiyah berkuasa di sebelah utara Mesir, muncul dinasti lain

    sebagai tandingannya, yaitu dinasti Hamdaniyah yang beraliran syi’ah.19

    Dalam konteks

    ini, Watt mencatat bahwa para penguasa Hamdaniyah dianggap bersimpati terhadap

    ideologi Syi’ah, tetapi Syi’ah Moderat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kebijakan

    yang dikeluarkan oleh khalifah Hamdaniyah. Jauh sebelum pembentukan dinasti

    Hamdaniyah, pada masa khalifah al-Mu’tamid, sebenarnya kelompok ini telah

    melakukan beberapa pemberontakan dan makar namun selalu gagal. Usaha mereka

    berhasil ketika kekhalifahan jatuh ke tangan al-Muqtadir.

    17Yatim, op.cit., hlm. 66;Lihat juga Jurji Zaidan,  History of Islamic Civilization, (New Delhi: Kitab

    Bhavan, 1978), hlm. 263.18

    Supriyadi, op.cit., hlm. 167.19http://sejukkan-iman.blogspot.com/2012/10/dinasti-islam-di-seluruh-dunia.html diakses pada tanggal 31

    Oktober 2013 pada pukul 14:12 WIB.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    12/21

    9

    Dinasti ini didirikan oleh Hamdan bin Hamdun yang bergelar Abul Haija, seorang

    Amir dari suku Taghlib. Putranya, al-Husain, adalah panglima pemerintahan Abbasiyah

    dan Abu al-Haija Abdullah diangkat menjadi gubernur Mosul, Irak, oleh khalifah al-

    Muktafi pada tahun 905.

    Abu Hamdan bin Hamdun pernah ditangkap oleh khalifah Abbasiyah karena

    beraliansi dengan kaum Khawarij untuk menentang kekuasaan bani Abbas. Akan tetapi,

    putranya menyelamatkannya dan Abu Hamdan di ampuni oleh khalifah Abbasiyah.

    Wilayah kekuasaan dinasti Hamdaniyah terbagi menjadi dua, yaitu wilayah

    kekuasaan di Mosul, Irak; dan wilayah kekuasaan di Halb, Aleppo.

    Setelah meninggal Haija, tahta kerajaan di Mosulberalih kepada putranya, yaitu

    Hassan bin Abu Haija yang diberi gelar oleh khalifah sebagai Nashir ad-Daulah dan Ali

    bin Abu Haija yang bergelar Syaif ad-Daulah. Syaif ad-Daulah inilah yang berhasil

    menguasai daerah Halb dan Hims dari kekuasaan dinasti Ikhsidiyah yang kemudian

    menjadi pendiri dinasti Hamdaniyah di Halb.

    Tiga orang bersaudara memperoleh jabatan penting dan diangkat menjadi gubernur

    pada saat diangkatnya al-Muqtadir diangkat sebagai khalifah dinasti Abbas, diantaranya:

    Abdullah bin Hamdan diangkat menjadi gubernur Mosul; Said bin Hamdan diangkat

    menjadi gubernur Nahawad; dan Ibrahim bin Hamdan diangkat menjadi gubernur untuk 

    daerah-daerah suku Rabi’ah. Diantara keturunan Abdullah bin Hamdan, Abu

    Muhammad bin Abdullah yang bergelar Nashir ad-Daulah adalah anaknya yang paling

    menonjol sehingga gubernur Mosul selanjutnya digantikan oleh Abu Muhammad.

    Sedangkan anaknya yang lain, Husein bin Abdullah yang bergelar Sayf ad-Daulah

    ditempatkan di Halb, Aleppo.

    Keduanya melakukan beberapa kebijakan yang menyebabkan dinasti ini

    berkembang pesat. Abu Muhammad melakukan perluasan dan berusaha

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    13/21

    10

    mempertahankan wilayah kekuasaannya dari serangan bangsa Romawi. Ia pun mengaju

    kepada penguasa dinasti Ikhsidiyah untuk menyerahkan wilayah utara Syria kepadanya

    untuk mempermudah pengawasan apabila terjadi penyerangan yang dilakukan oleh

    bangsa Romawi. Bahkan Ikhsidiyah membayak upeti kepada dinasti Hamdaniyah dengan

    syarat tidak mengganggu Damaskus yang menjadi wilayah kekuasaan dinasti Ikhsidiyah.

    Kehebatan Abu Muhammad pernah membuat tunduk Baghdad selama kurang lebih satu

    tahun dari genggaman dinasti Buwaihi. Abu Muhammad berhasil mendesak dan

    mengusir dinasti Buwaihi. Akan tetapi, ketika kekuatan dinasti Buwaihi kembali, mereka

    menyerang dinasti Hamdaniyah di Baghdad dan berhasil mengusirnya.

    Setelah kematian dua penguasa terkuat dinasti ini, kekuasaannya mulai redup. Abu

    Muhammad meninggal pada tahun 356 H, sedangkan Husein meninggal dua tahun

    sesudahnya, yaitu pada tahun 358 H.

    C. Kemajuan Dinasti Hamdaniyah

    Seperti dijelaskan sebelumnya, dinasti ini menguasai dua wilayah yang berbeda,

    yaitu Halb di Aleppo dan Mosul di Irak. Wilayah kekuasaan di Halb terkenal dengan

    kesusastraan Arab dan ilmu pengetahuan. Kemajuan dalam bidang sastra pada masa

    dinasti Hamdaniyah ini mengingatkan kita pada masa al-Rasyid dan al-Ma’mun.Pada

    masa dinasti Hamdaniyah, muncul ilmuwan-ilmuwan muslim terkenal, seperti Abi al-

    Fath dan Usman bin Jinny yang menggeluti bidang nahwu, Abu Thayyib al-Mutannabi20

    ,

    20Nama lengkapnya adalah Abu Thayyib Ahmad bin Husain al-Mutannabi. Al-Mutannabi (w. 303 H/915-

    965 M) mengabadikan nama Syaif ad-Daulah pada beberapa syairnya yang awalnya dinyanyikan untuk 

    memujanya, tetapi kemudian dinyanyikan untuk mengejeknya; lihat Philip K. Hitti,  History of The Arabs,(Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006, Cetakan ke-2), hlm. 578. Contoh Bait syair karya al-Mutannabi

    seperti berikut:

    Orang yang tak mampu mencapai batas-Mu adalah tebusan bagi-Mu

    Oleh karena itu, dia tidak memiliki pilihan kecuali menebus-Mu

    Lihat Abu Abdirrahman al-Sulami, Tasawuf: Buat yang Pengen Tahu, (Jakarta: Penerbit Erlanggam 2007,

    Cetakan ke-11), hlm. 32.

    Nama al-Mutannabi disinggung oleh tokoh Orientalis, Regis Blachere (1900-1973). Ia memperoleh gelardoktornya dengan dua karya, karya pertamanya  berjudul “Syair Arab dari Abad keempat Hijriah: Abu ath-

    Thayyib al-Mutannabi” dan karya keduanya yang merupakan diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    14/21

    11

    Abu Firas Husain bin Nashr ad-Daulah, Abu A’la al-Ma’ari, al-Isfahani21

    , dan Syaif ad-

    Daulah sendiri mendalami ilmu sastra bahkan Ia merupakan pelindung sastra Arab.

    Juga, lahir seorang filosof terkenal, yaitu al-Farabi22

    .23

    Ia membuktikan kerja

    samanya dengan pemerintahan dinasti Hamdaniyah, yaitu Syaif ad-Daulah. Karena

    kehebatan al-Farabi pada masa itu, Syaif ad-Daulah memanfaatkannya dengan baik 

    sehingga rakyat menjadi makmur dan sejahtera.24

    Selain dari itu, Ibnu Sina (370-429 H/980-1037 M) atau terkenal di Barat dengan

    nama Avicenna pernah menjabat menteri pada pemerintahan dinasti Hamdaniyah karena

    kecakapannya sebagai seorang dokter, filosof, dan ahli ilmu pengetahuan lainnya.

    Karena kemampuannya mengobati Nuh bin Mansur (976-997 M), seorang penguasa

    dinasti Samaniyah, Ia diangkat menjadi menteri oleh khalifah dinasti Hamdaniyah

    selama dua periode, namun pada akhirnya ia dipecat dari jabatannya sebagai seorang

    menteri, dan di penjarakan karena pemikirannya dianggap merugikan

    penguasa.25

    ( Ensiklopedi Islam, 2005:3, 103)

    yaitu“Thabaqat al-Umam-nya Shaid al- Andalusi” yang isinya diserta komentar-komentarnya yang cukup

    penting. Abdurrahman Badawi, Ensiklopedi Tokoh Orientalis, (Yogyakarta: LKIS, 2003), hlm. 93.21 Ia juga merupakan seseorang yang ahli dalam bidang musik. Lihat Hitti, op.cit., hlm. 580.22

    Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Auzalagh. Ia lahir di Wasij,

    distrik Farab (sekarang di kenal dengan kota Atrar/Transoxiana), Turkistan pada tahun 257 H (870 M). Ayahnya

    seorang jenderal berkebangsaan Persia dan ibunya berkebangsaan Turki. Di kalangan orang-orang Latin abad

    Pertengahan, al-Farabi lebih dikenal dengan Abu Nashr (Abunaser), sedangkan sebutan nama al-Farabi diambil

    dari nama kota Farab, tempat ia dilahirkan.Al-Farabi lahir pada masa pemerintahan al-Mu’tadid (870-892). Situasi ketika itu sedang diguncang. Tidak 

    ada stabilitas politik sama sekali. Timbul banyak tantangan, bahkan pemberontakan terhadap kekuasaan

    Abbasiyah dengan berbagai motif.

    Yang Ia pelajari adalah: bahasa dan sastra Arab kepada Abu Bakar as-Saraj; Logika dan filsafat kepada

    Abu Bisyr Mattitus bin Yunus; berguru kepada Yuhana bin Jilad.

    Usia 75 tahun Ia pindah ke Damaskus dan berkenalan dengan Saif ad-Daulah al-Hamdani, sultan dinastiHamdan di Aleppo. Sultan memberinya kedudukan sebagai seorang ulama istana dengan tunjangan yang besar

    sekali, tetapi al-Farabi lebih memilih zuhud. Ia hanya perlu empat dirham untuk kebutuhan sehari-harinya, dan

    sisa tunjangannya, Ia serahkan kepada fakir miskin dan amal sosial di Aleppo dan Damaskus. Lihat Dedi

    Supriyadi, Filsafat Islam: Konsep, Filsuf, dan Ajarannya, (Bandung: Pustaka Setia, 2010, Cetakan ke-2), hlm.

    80.23 Supriyadi, op.cit., hlm. 167-168.24

    Fauzul Iman, Lensa Hati, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), hlm. 58.25Muhammad Sholikhin, Filsafat dan Metafisika dalam Islam: Sebuah Penjelajahan Nalar, Pengalaman

     Mistik, dan Perjalanan Aliran Manunggaling Kawula-Gusti, (Yogyakarta: Narasi, 2008), hlm. 150.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    15/21

    12

    Syaif ad-Daulah terkenal dalam sejarah Arab karena perhatian dan dukungannya

    yang besar dalam bidang pendidikan; juga semangat juangnya membangkitkan semangat

    perlawanan terhadap musuh-musuh Islam dari kalangan Kristen yang sekian lama tidak 

    dilakukan oleh para penguasa Muslim.26

    Perlu dicatat bahwa dinasti Hamdaniyah merupakan salah satu dinasti yang mampu

    menjadi benteng pertahanan terhadap serangan bangsa Romawi.27

    Kekuasan lainnya adalah pada bidang militer. Terbukti ketika Abu Muhammad

    berhasil menyerang dinasti Buwaihi dan menguasai Baghdad dari genggamannya.

    Walaupun berkuasa kurang lebih hanya satu tahun, namun hal ini menunjukkan bahwa

    kekuatan militer dinasti Hamdaniyah pada waktu itu begitu kuat.

    D. Kemunduran Dinasti Hamdaniyah

    Kemunduran dinasti Hamdaniyah disebabkan karena beberapa faktor. Pertama,

    walaupun dinasti ini berkuasa di daerah yang cukup subur dan makmur serta memiliki

    pusat perdagangan yang strategis, sikap kebaduiannya yang tidak bertanggungjawab dan

    destruktif tetap Ia jalankan. Karena sikapnya yang demikian, Suriah dan Aljazair merasa

    menderita karena kerusakan perang yang ditimbulkan karena peperangan. Hal inilah

    menjadikan simpati terhadap dinasti Hamdaniyah berkurang dan wibawanya jatuh.

    Setelah wafatnya dua orang bersaudara, yaitu Abu Muhammad dan Husein; para

    penggantinya selalu berebut kekuasaan sehingga mereka hanya terfokus pada perebutan

    kekuasaan saja. Inilah yang menyebabkan melemahnya struktur pemerintahan dan sendi-

    sendi kekuatan militer.

    Kedua, bangkitnya kembali dinasti Bizantium di bawah kekuasaan Macedonia yang

    bersamaan dengan berdirinya dinasti Hamdaniyah di Suriah menyebabkan dinasti

    Hamdaniyah tak bisa menghindar dari invasi wilayah yang dilancarkan oleh Bizantium.

    26

    Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006, Cetakan ke-2), hlm. 580.27http://bijehpade.blogspot.com/2011/10/kekhalifahan-abbasiyah diakses pada tanggal 31 Oktober pada

    pukul 14:15 WIB.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    16/21

    13

    Invasi yang dilakukan oleh Bizantium terhadap Suriah mengakibatkan Aleppo dan Hims

     jatuh ke tangan Bizantium.

    Ketiga, kebijakan ekspansionis Fathimiyah28

    ke Suriah bagian selatan, juga

    melumpuhkan dinasti ini. Bahkan sampai terbunuhnya Said ad-Daulah yang sedang

    memegang kekuasaan dinasti Hamdaniah. Akhirnya dinasti ini takluk kepada dinasti

    Fatimiahpada tahun 394 H/1004 M.29

    28

    Ekspansi dinasti Fatimiyah selalu berhasil, terbukti dengan ditaklukannya beberapa dinasti kecil disekitarnya, seperti: Idrisiyah, Aghlabiyah, Ikhsyidiyah, dan Hamdaniyah pun ditaklukannya.

    29 Supriyadi, Sejarah..., (Bandung: Pustaka Setia, 2008, Cetakan ke-10), hlm. 168.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    17/21

    14

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Dinasti-dinasti kecil lahir dari buruknya politik yang sedang melanda pemerintahan

    dinasti Abbasiyah. Puncak dari munculnya dinasti-dinasti kecil tersebut adalah pada

    periode Daulah Abbasiyah Kedua atau sekitar abad kesembilan.

    Dinasti Hamdaniyah adalah salah satunya. Terlepas dari politik yang buruk, wilayah

    kekuasaan dinasti ini cukup jauh dari jangkauan pemerintahan pusat yang menyebabkan

    dengan mudah melepaskan diri darinya. Walaupun khalifah pertama dinasti Hamdaniyah

    pernah dihukum oleh khalifah Abbasiyah, namun pendirian dinasti ini tidak pernah surut.

    Beberapa kemajuan dicapai oleh dinasti ini namun hanya sedikit saja, yaitu pada

    bidang sastra Arab dan beberapa ilmu pengetahuan, seperti filsafat. Tercatat beberapa

    nama yang ahli pada bidang sastra Arab pada masanya, dan al-Farabi tercatat sebagai

    filsuf yang berasal dari Syam. Bahkan Ia dipekerjakan di kerajaan oleh Khalifah Hamdan

    bin Hamdun dengan bayaran yang sangat besar.

    Keruntuhan dinasti ini seperti beberapa dinasti kecil sebelumnya yang ada di timur

    Baghdad, yaitu diserang dan dihancurkan oleh dinasti Fathimiah. Walaupun keduanya

    adalah dinasti berhaluan syiah, namun dinasti Fathimiah ingin melakukan ekspansi yang

    lebih jauh. Oleh karena itu, Mesir yang lebih dahulu ditaklukan oleh Fathimiah, sehingga

    Syam adalah daerah terdekat selanjutnya yang ditaklukan. Memang benar bahwa

    kekuatan militer dinasti Fathimiah ini sangat kuat hingga tiap penyerangannya selalu

    berhasil mengalahkan dinasti-dinasti lawannya.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    18/21

    15

    3.2 Saran

    Penulis rasa makalah ini sangat jauh dari kata baik. Hal ini karena kurangnya

    referensi yang Penulis temukan. Beberapa buku sejarah hanya mencatut namanya saja

    sebagai hiasan bukunya belaka tanpa ada detail mengenainya. Pun beberapa buku

    menjelaskannya namun tidak lebih dari dua lembar yang membahas dinasti ini.

    Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat

    membangun sehingga Penulis dapat memperbaiki makalah ini dikemudian hari. Seperti

    kata pepatah, “tak ada gading yang tak retak.”

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    19/21

    16

    DAFTAR PUSTAKA

    a. Buku

    Badawi, Abdurrahman. 2003.

     Ensiklopedi Tokoh Orientalis. Yogyakarta: LKIS.

    Iman, Fauzul. 2005.

     Lensa Hati. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

    Kiswati, Tsuroya. 2007.

     Al-Juwaini: Peletak Dasar Teologi Rasional dalam Islam. Jakarta: Erlangga. Cetakan

    ke-7.

    Muir, Sir William. 1975.

    The Caliphate. New York: AMS Inc.

    Philip K. Hitti. 2006.

     History of The Arabs. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. Cetakan ke-2.

    Sholikhin, Muhammad. 2008.

    Filsafat dan Metafisika dalam Islam: Sebuah Penjelajahan Nalar, Pengalaman

     Mistik, dan Perjalanan Aliran Manunggaling Kawula-Gusti. Yogyakarta: Narasi.

    Supriyadi, Dedi. 2008.

    Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia. Cetakan ke-10.

    Supriyadi, Dedi. 2010.

    Filsafat Islam: Konsep, Filsuf, dan Ajarannya. Bandung: Pustaka Setia. Cetakan ke-2.

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    20/21

    17

    Syalabi, Ahmad. 1979.

     Mausu’ah al -Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah. Kairo: Maktabah al-

    Nahdhah al-Mishriyah. Juz VII.

    Watt, W. Montgomery. 1998.

    Politik Islam dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: P3M.

    Yatim, Badri. 2008.

     Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Edisi ke-20.

    Zaidan, Jurji. 1978.

     History of Islamic Civilization. New Delhi: Kitab Bhavan.

    b. Internet

    http://bijehpade.blogspot.com/2011/10/kekhalifahan-abbasiyah-terpecah-dinasti.html

    http://sejukkan-iman.blogspot.com/2012/10/dinasti-islam-di-seluruh-dunia.html

  • 8/17/2019 Dinasti Hamdaniyah

    21/21

    18

    INDEKS

     A

    Abbasiyah...............1, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 12, 13, 15, 17

    Abu al-Abbas................ ......................................... 5

    Abu al-Abbas (750-754) ........................................ 5

    Aleppo ........................................2, 8, 10, 11, 12, 14

    Al-Farabi........................................................ 12, 15

    Al-Mu’tashim ........................................................ 1

     B

    Baghdad....................................1, 5, 6, 7, 11, 13, 16

    Buwaihiyah.............................. .......................... 6, 7

     F

    Fathimiyah................................................... 6, 8, 14

     H 

    Halb ........................................................... 6, 10, 11

    Hamdan bin Hamdun....................................... 9, 15

    hamdaniyah...............2, 3, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15

    Hamdaniyah........2, 3, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15

    Hulagu Khan............................ .......................... 3, 4

     I 

    Ikhsidiyah ................................................ 6, 8, 9, 10

    Irak........................................................ . 6, 9, 10, 11

     K 

    Khawarij.................................................................9

     M 

    Mongol............................ ................................... 3, 6

    Mosul ............................................. 2, 6, 8, 9, 10, 11

    Mu’tadid (870-892).......................................... .... 12

    Mutannabi ........................................................ .... 11

     R

    Romawi..... ..................................................... 10, 13

    S

    Syaif ad-Daulah ................................. 10, 11, 12, 13

    Syi’ah .....................................................................9

    Turki ....................................................1, 4, 5, 7, 12

    Umayyah.................................................... 1, 4, 6, 7