43
DINAMIKA KOMUNITAS PLANKTON DI KOLAM PENDEDERAN IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii) ANGGIA IMANI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

DINAMIKA KOMUNITAS PLANKTON DI KOLAM PENDEDERAN … · dalam media budidaya dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Fitoplankton berfungsi sebagai penyedia oksigen yang berasal

  • Upload
    vukien

  • View
    240

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

DINAMIKA KOMUNITAS PLANKTON DI KOLAM

PENDEDERAN IKAN TENGADAK

(Barbonymus schwanenfeldii)

ANGGIA IMANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Komunitas

Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari2014

Anggia Imani

NIM C24090077

iv

ABSTRAK

ANGGIA IMANI. Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan

Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Dibimbing oleh NIKEN TUNJUNG

MURTI PRATIWI dan ANI WIDIYATI.

Plankton baik fitoplankton maupun zooplankton merupakan salah satu

faktor penting untuk keberhasilan budidaya ikan. Pemberian pakan buatan pada

ikan yang dipelihara dapat mempengaruhi kondisi plankton yang ada. Plankton

tersebut dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi kelangsungan

hidup ikan yang dipelihara yaitu ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii).

Pengamatan terhadap plankton yang ada diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai dinamika plankton yang terjadi selama pemeliharaan ikan tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fitoplankton yang mendominasi adalah

kelas Chlorophyceae, sedangkan zooplankton adalah Rotifera. Nilai indeks

keanekaragaman yang didapatkan tergolong sedang, nilai indeks keseragaman

yang tinggi serta nilai indeks dominansi yang cenderung rendah baik pada

fitoplankton maupun zooplankton. Hasil uji statistik dengan menggunakan

program SPSS menunjukkan pengaruh perlakuan pemberian pakan tidak

mempengaruhi komposisi kelas plankton maupun kelimpahannya. Pada penelitian

ini tidak ditemukan jenis plankton yang berbahaya sehingga tidak mempengaruhi

kelangsungan hidup ikan tengadak (B. schwanenfeldii) yang dipelihara.

Kata kunci: Ikan Tengadak (Barbonymus scwanenfeldii), Pakan Buatan, Plankton

ABSTACT

ANGGIA IMANI. Dynamics of Plankton Communities in Tengadak

(Barbonymus schwanenfeldii) Ponds. Supervised by NIKEN TUNJUNG MURTI

PRATIWI dan ANI WIDIYATI.

Plankton both phytoplankton and zooplankton is one of essential factor to

establishing the success of aquaculture. Artificial feeding in aquaculture may

affects the condition of plankton. The plankton can give positive or negative

impact to the survival of fish like Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii).

Plankton observations are expected to provide information about the dynamics of

plankton during the fish maintenance. The results of this study indicate that the

phytoplankton was dominated by class of Chlorophyceae and the zooplankton was

dominated by Rotifera. The value of diversity index tend to moderate, with the

value of eveness index tend to high and value of dominance index tend to low for

both phytoplankton and zooplankton. Statistical test results by SPSS program

showed that the effect of feeding treatment did not affect the composition and

abundance of plankton class. In this study, harmful plankton was not found, and

was not affected the survival of Tengadak (B. schwanenfeldii).

Key words: Artificial feed, Plankton, Tengadak (Barbonymus schwanenfeldiii)

DINAMIKA KOMUNITAS PLANKTON DI KOLAM

PENDEDERAN IKAN TENGADAK

(Barbonymus schwanenfeldii)

ANGGIA IMANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Perikanan

pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

ii ii

SKRIPSI

Judul Skripsi : Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan

Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)

Nama Mahasiswa : Anggia Imani

NIM : C24090077

Program Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh:

Dr Ir Niken T. M. Pratiwi, MSi Dr Ir Ani Widiyati, MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh:

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc

Ketua Departemen

Tanggal lulus :

iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala

atas segala karunia dan hidayah-Nya, karena skripsi berjudul Dinamika

Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus

schwanenfeldii) ini dapat diselesaikan dengan baik.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang telah

mendukung dan membantu dalam pelaksanaan penelitian hingga proses

penyusunan skripsi ini. Karenanya penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada,

1. Dr Ir Niken T. M. Pratiwi, MSi dan Dr Ir Ani Widiyati, MSi

selaku pembimbing yang telah memberikan banyak sekali

masukan dan bimbingan untuk penyusunan skripsi ini,

2. Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc dan Ir. Agustinus M. Samosir, M.

Phil, selaku Ketua Departemen dan Ketua Program Studi MSP,

3. Ir Retna Utami, MSc, selaku Kepala Balai Penelitian dan

Pengembangan Air Tawar Bogor, atas kesempatannya untuk

melakukan penelitian ini,

4. Ibu Siti Nursiyamah, selaku Laboran Laboratorium Biomikro,

atas arahan dan bimbingannya,

5. Orang tua penulis, Ir Eman Machmur, dan Dra Ohan Rohayati,

serta Dr Ir Tri Heru Prihadi, MSc, dan Tati Mulyati, adik-adik

penulis Asyifa Nurani, Avia Maulidina, Ali Muhammad

Firdaus, atas semangat, doa serta dukungan yang tidak pernah

berhenti pada penulis,

6. Muhammad Aziz Baharsyah, atas bantuan, semangat dan

dukungannya,

7. Dwi, Nanda, Eka, Dewi, Ara, Janty, Ika, Novi, Fau, Gilang,

Nisa, Viska, Arni, Zia, atas dukungan dan semangatnya,

8. Mas Genta, Mba Aay, Kak Dede, Kak Alim, Kak Zulmi atas

bantuannya,

9. Teman penelitian (Arinta dan Hari), teman-teman MSP 46,

Teman-teman asrama (Eca, Hastuti, Via), teman Wisma Asri,

10. serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi

pedoman penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi. Saran dan kritik sangat

penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini.

Bogor, Februari 2014

Anggia Imani

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE PENELITIAN 3 Waktu dan Tempat 3

Alat dan Bahan 3

Perancangan percobaan 3

Prosedur Kerja 3

Perhitungan Data 5

Kelimpahan Plankton 5

Indeks keanekaragaman (H’) 5

Indeks Keseragaman / Eveness (E) 5

Indeks Dominansi (D) 6

Tingkat Kelangsungan Hidup 6

Analisis Data 6

Indeks Nygaard (IN) 6

Grafik Suksesi Frontier 7

Rancangan Acak Lengkap dalam waktu 8

Uji Wilayah Berganda (Duncan) 9

Analisis cluster 9

Analisis Regresi Berganda 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Hasil 10

Komposisi Kelas Plankton 10

Perkembangan Kelimpahan Plankton 10

Indeks Biologi 14

Grafik Suksesi Frontier 15

Indeks Nygaard 17

Parameter Fisika Kimia Air 18

Analisis cluster 19

Analisis Regresi 19

Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Tengadak 20

Pembahasan 20

KESIMPULAN 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 25

RIWAYAT HIDUP 31

iii

DAFTAR TABEL 1 Parameter kualitas air yang diamati (APHA 2012) 4

2 Sidik ragam RAL dalam waktu 8

3 Hasil regresi kualitas air terhadap kelimpahan fitoplankton 20

4 Hasil regresi kualitas air terhadap kelimpahan zooplankton 20

5 Matriks Hasil pengamatan terhadap perlakuan yang diujikan 23

DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pendekatan masalah dinamika plankton sebagai respon

dari pemberian pakan buatan 2

2 Grafik suksesi frontier 7

3 Komposisi kelas fitoplankton 11

4 Komposisi kelas zooplankton 11

5 Perkembangan kelimpahan fitoplankton 12

6 Perkembangan kelimpahan zooplankton 13

7 Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C)

fitoplankton 14

8 Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C

zooplankton 15

9 Grafik suksesi fitoplankton 16

10 Grafik suksesi zooplankton 17

11 Hasil perhitungan Indeks Nygaard 18

12 Hasil pengukuran kualitas air 18

13 Dendrogram fitoplankton 19

14 Dendrogram zooplankton 19

15 Tingkat kelangsungan hidup ikan tengadak 20

DAFTAR LAMPIRAN 1 Kegiatan penelitian 26

2 Kolam penelitian 26

3 Plankton yang ditemukan 27

4 Jumlah Jenis Fitoplankton 28

5 Jumlah Jenis Zooplankton 28

6 Jumlah Kelimpahan Fitoplankton 29

7 Jumlah Kelimpahan Zooplankton 29

8 Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi setiap kolam 30

9 Indeks Nygaard 30

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) merupakan ikan air tawar yang

berasal dari provinsi Kalimantan Barat yang potensial untuk dibudidayakan karena

dapat mencapai ukuran yang besar (Kusmini et al. 2010) dan disukai oleh masyarakat.

Pada habitat aslinya di Kalimantan Barat, ikan tengadak (B. schwanenfeldii) banyak

ditemukan di sungai-sungai di Kalimantan, namun seiring berjalannya waktu,

kerusakan lahan, penangkapan berlebih serta pencemaran membuat ikan tengadak

menjadi sulit untuk ditemukan, sehingga diperlukan upaya untuk melestarikannya

melalui kegiatan budidaya.

Salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan budidaya adalah

kondisi plankton yang ada pada media budidaya. Plankton merupakan organisme

mikroskopis yang terbagi menjadi dua, yaitu fitoplankton dan zooplankton.

Fitoplankton merupakan organisme produsen di perairan karena memiliki

kemampuan untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan makanannya sendiri

dengan memanfaatkan sinar matahari serta unsur hara sebagai sumber energi,

sedangkan zooplankton adalah plankton yang memiliki kemampuan bergerak secara

terbatas, tidak dapat menghasilkan makanan sendiri, tetapi mendapatkan energi

dengan cara mengkonsumsi fitoplankton. Fitoplankton maupun zooplankton memiliki

peranan penting bagi berjalannya rantai makanan pada ekosistem perairan. Pada

kegiatan budidaya, plankton tersebut dapat memberikan dampak positif seperti dapat

menjadi pakan alami bagi ikan yang dipelihara, namun plankton pun dapat

menimbulkan dampak negatif seperti dapat menimbulkan racun yang dapat

mematikan bagi ikan.

Ketersediaan plankton di perairan dipengaruhi oleh kandungan nutrien, dan

kondisi fisika-kimia perairan. Semakin tinggi kandungan nutrien di suatu perairan,

maka kelimpahan fitoplankton di perairan tersebut pun akan semakin tinggi. Pada

proses budidaya, kandungan nutrien banyak didapatkan dari hasil dekomposisi sisa

pakan, serta pemupukan (Boyd 1992). Plankton yang memanfaatkan bahan anorganik

dalam pertumbuhannya dapat memiliki komposisi jenis yang berbeda-beda sesuai

dengan kondisi perairan. Kondisi perubahan komposisi plankton tersebut disebut

suksesi.

Perumusan Masalah

Pada proses budidaya, pakan yang diberikan pada biota yang dipelihara akan

menimbulkan limbah berupa sisa pakan. Sisa pakan merupakan bahan organik yang

akan terdekomposisi menjadi bahan anorganik. Bahan anorganik inilah yang dapat

dimanfaatkan oleh plankton khususnya fitoplankton dalam pertumbuhannya. Plankton

dalam media budidaya dapat memberikan dampak positif maupun negatif.

Fitoplankton berfungsi sebagai penyedia oksigen yang berasal dari proses fotosintesis

serta perannya sebagai produsen di perairan, dan zooplankton berguna sebagai pakan

alami bagi biota dalam proses budidaya tersebut. Plankton pada media budidaya juga

dapat memberikan dampak negatif, seperti pada tingkat kepadatan yang tinggi,

fitoplankton dapat menjadi kompetitor oksigen yang mematikan ikan, khususnya pada

malam hari serta pada kondisi intensitas cahaya matahari yang sangat rendah (Boyd

1992). Di samping itu kematian masal fitoplankton yang mendadak pada puncak

ledakan populasinya akan diikuti oleh proses dekomposisi yang intensif sehingga

2

mengkonsumsi habis persediaan oksigen terlarut dalam air kolam serta tingginya

konsentrasi senyawa-senyawa nitrit, ammonia, dan asam sulfida (Seymour 1980

dalam Chrismadha dan Ali 2007).

Perkembangan komunitas fitoplankton dalam air kolam pada umumnya dipicu

oleh peningkatan kesuburan air akibat proses pemupukan dan pemberian pakan

buatan (Boyd 1992). Semakin banyak pakan buatan yang diberikan, maka kandungan

nutrien di perairan akan semakin tinggi dan jumlah planktonnya akan semakin

banyak. Apabila jumlah pakan buatan yang diberikan berlebihan, maka akan

menyebabkan eutrofikasi dan dapat menyebabkan ledakan populasi plankton,

sehingga perlu diketahui jenis, kelimpahan, serta suksesi plankton sebagai salah satu

upaya awal dalam mengendalikan jumlah plankton dalam kolam pendederan benih

ikan tengadak (B. schwanenfeldii).

Gambar 1.Kerangka pendekatan masalah dinamika plankton sebagai respon

dari pemberian pakan buatan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dinamika plankton di kolam

pendederan ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) yang diberi perlakuan

pemberian pakan yang berbeda.

Manfaat Penelitian

Informasi dari hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam pengendalian

komunitas plankton pada masa pendederan ikan tengadak (B. schwanenfeldii).

-Pakan buatan

- Feses

-Air media

-Dekomposisi

bahan organik

-Ketersediaan

nutrien

Jenis dan

kelimpahan

plankton

Keberadaan

plankton

-

+

3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan meliputi empat tahapan, yaitu kegiatan persiapan kolam,

persiapan biota uji, perancangan penelitian dan pengumpulan data. Kegiatan

persiapan dilakukan sepuluh hari sebelum penelitian lapangan, dan penelitian

lapangan dilakukan selama 30 hari mulai April 2013 hingga Juni 2013. Penelitian

lapang dilakukan di kolam penelitian Instalasi Lingkungan Perikanan Budidaya dan

Toksikologi, Cibalagung Bogor,analisis contoh dilakukan di Laboratorium Biologi

Mikro Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan persiapan adalah kolam berukuran

200x200x80 cm beserta perangkat kolam lainnya. Pada proses pengambilan contoh,

alat yang digunakan adalahperangkat pengambilan contoh plankton dan kualitas air

menurut APHA (2012) dan pada proses analisis contoh, alat yang dilakukan adalah

perangkat analisis plankton dan air berdasarkan APHA (2012) dan buku identifikasi

menurut Davis (1995) dan Prescott (1970). Bahan yang digunakan dalam proses

persiapan adalah biota uji berupa benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii) ukuran 1-

3 cm sebanyak 30 ekor/m2, beserta bahan-bahan penunjang persiapan kolam, bahan

yang digunakan dalam proses pemeliharaan adalah pakan buatan, pada proses

pengambilan contoh adalah bahan preservasi contoh plankton dan analisis kualitas air

(APHA 2012).

Perancangan percobaan

Pada proses pemeliharaan, benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii) dipelihara

pada kolam dengan perlakuan berupa perbedaan pemberian jumlah pakan yang

diberikan pada benih yaitu sebesar 3% dari biomassa benih untuk perlakuan A, 6%

dari biomassa benih untuk perlakuan B, dan 9% dari biomassa benih untuk perlakuan

C. Rancangan percobaan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan

pakanterhadap komposisi kelas dan kelimpahan plankton adalah rancangan acak

lengkapdalam waktu (RAL dalam waktu). Rancangan ini adalah percobaan yang

melibatkan waktu pengamatan terhadap satu objek. Disamping perlakuan,

penggunaan rancangan acak lengkap dalam waktu diharapkan juga mampu melihat

perkembangan respon selama waktu penelitian berlangsung, sehingga pengaruh waktu

akan sangat bermanfaat untuk dikaji disamping perlakuan yang diberikan.

Prosedur Kerja

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu:

1. Persiapan kolam

Persiapan kolam dilakukan untuk menyediakan media untuk pendederan

ikan tengadak (B. schwanenfeldii). Kolam berukuran 200 x 200 x 80 cm

sebanyak 9 kolam diisi dengan air yang berasal dari Sungai Ciapus Bogor.

Aliran air dalam kolam bersifat tertutup. Selanjutnya dilakukan pengapuran

selama 24 jam untuk membersihkan bakteri. Setelah dilakukan pengapuran, air

4

dibuang dari kolam dan diisi kembali dari sumber yang sama yaitu sungai

Ciapus dengan tinggi ± 40 cm. Selanjutnya benih ditebar di kolam yang telah

disiapkan dengan padat tebar sebanyak 30 ekor/m2.

2. Persiapan biota uji

Persiapan biota uji berupa benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii) yang

berasal dari pembudidaya di Cijeruk meliputi pengukuran panjang dan bobot

dari benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii) yang akan dimasukkan ke kolam.

Pengukuran panjang dan bobot tersebut dilakukan secara acak pada 10% dari

jumlah benih yang akan dimasukkan ke setiap kolam. Berdasarkan hasil

pengukuran tersebut didapatkan biomassa dari benih yang akan dimasukkan ke

kolam yang menjadi acuan untuk pakan yang diberikan pertama kali.

Selanjutnya benih ditebar di kolam yang telah disiapkan dengan padat tebar

sebanyak 30 ekor/m2 (lampiran 1).

3. Pemeliharaan biota uji

Biota uji berupa ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) yang

dipelihara pada 9 kolam dengan perlakuan pakan yang berbeda diberi pakan

secara berkala sebanyak tiga kali setiap harinya (lampiran 2). Selain itu,

dilakukan pengambilan contoh pada biota uji secara berkala setiap 9 hari

dengan melakukan pengukuran panjang dan bobot untuk menentukan biomassa

ikan dan jumlah pakan yang diberikan.

4. Pengumpulan data

Parameter yang diamati meliputi parameter kualitas fisika, kimia, serta

biologi air. Parameter kualitas fisika air yang diukur antara lain suhu,

kecerahan, dan warna, sedangkan parameter kualitas kimia air meliputi pH, DO,

alkalinitas, nitrit (NO2), nitrat (NO3), amonia (NH3), dan ortofosfat. Adapun

parameter biologi yang diamati adalah jenis dan kelimpahan plankton baik

fitoplankton maupun zooplankton serta ikan tengadak (B. Schwanenfeldii) untuk

melihat tingkat kelangsungan hidupnya (SR). Parameter kualitas air yang akan

diukur selama penelitian disajikan pada Tabel 1.

Pengamatan parameter biologi berupa plankton dilakukan setiap pukul

10.00 WIB setiap 3 hari selama masa pendederan. Contoh plankton diambil

dengan cara menyaring air sebanyak 100 liter dengan menggunakan plankton

net, dan dipadatkan menjadi 100 ml. Selanjutnya plankton yang telah tersaring

kemudian disimpan dalam botol sampel dan diawetkan dengan menggunakan

larutan Lugol 1% untuk selanjutnya diidentifikasi dan dilakukan analisis.

Contoh jenis plankton yang ada dapat dilihat pada lampiran 3.

Pengukuran kualitas air dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum

penebaran benih (hari ke-0), pada hari ke-9 dan pada hari ke-27 setiap pukul

Tabel 1. Parameter kualitas air yang diamati (APHA 2012)

No Parameter Satuan Alat/Metode Analisis

A. Fisika

1 Suhu oC Termometer/pemuaian In situ

2 Warna Visual In situ

B. Kimia

1 pH - pH meter In situ

2 DO mg/l DO meter In situ

3 NO3-N mg/l Metode Brucine Laboratorium

4 NH3-N mg/l Metode Phenate Laboratorium

5 NO2-N mg/l Metode Colorimetri Laboratorium

6 Ortofosfat mg/l Metode Asam Askorbat Laboratorium

5

06.30 dengan cara mengambil contoh air dan kemudian dipreservasi untuk

kemudian dianalisis.

Perhitungan Data

Kelimpahan Plankton

Kelimpahan plankton dapat dianalisis dengan menggunakan rumus berikut

(APHA 2012)

Keterangan :

N : Kelimpahan Plankton (ind/L)

Acg : Luas gelas penutup (mm2)

Alp : Luas satu lapang pandang (mm2)

Vt : Volume botol contoh hasil saringan (ml)

Vcg : Volume cover glass (ml)

Vd : Volume air yang disaring (L)

n : Jumlah plankton yang tercacah

Indeks keanekaragaman (H’)

Keanekaragaman mengambarkan keheterogenan spesies dalam suatu

komunitas. Metode yang digunakan untuk perhitungan keanekaragaman adalah

metode Shannon dan Wiener (Odum 1993).

Keterangan :

H’ : Indeks keanekaragaman Shannon

pi : Komposisi organisme jenis ke-i

ni : Jenis organisme

N : Jumlah total organisme

Berikut ini merupakan pengelompokan kategori keanekaragaman berdasarkan nilai

yang didapatkan:

H' <1 : keanekaragaman rendah dengan tekanan ekologi besar

1 <H' <3 : keanekaragaman sedang dengan tekanan ekologi sedang

H'> 3 : keanekaragaman tinggi dan komunitas stabil

Indeks Keseragaman / Eveness (E)

Keseragaman menggambarkan seberapa besar kesamaan penyebaran jumlah

individu pada tingkat komunitas. Berikut merupakan persamaan dalam menentukan

indeks keseragaman (Odum 1993).

Keterangan :

E : Indeks keseragaman

H’ : Indeks keanekaragaman Shannon

S : Jumlah spesies / genus

VdxNx

Vcg

Vtx

Alp

AcgN

1

6

Kisaran nilai indeks keseragaman plankton bernilai antara 0-1 (Odum 1993).

Semakin kecil nilai E, semakin kecil pula keseragaman populasi dalam komunitas.

Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebaran individu tiap jenis tidak merata atau

terdapat kecenderungan satu spesies yang mendominasi. Sebaliknya apabila nilai E

mendekati 1 maka penyebaran individu tiap jenis cenderung rnerata.

Indeks Dominansi (D)

lndeks dominansi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya spesies yang

mendominasi dalam suatu komunitas (Odum 1993).

Keterangan :

D : Indeks Dominansi Simpson

pi : Komposisi organisme jenis ke-i

S : Jumlah spesies / genus

Kisaran nilai indeks dominansi plankton bernilai antara 0-1 (Odum 1993).

Semakin kecil nilai D, semakin kecil pula dominansi populasi dalam komunitas.

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup (survival rate, SR) dihitung menggunakan rumus

Goddard (1996) dalam Harir (2010) yaitu

Keterangan :

SR : Tingkat kelangsungan hidup (SR)

Nt : Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)

N0 : Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

Analisis Data

Indeks Nygaard (IN)

Fitoplankton dapat menjadi salah satu indikator pencemaran perairan, salah

satunya dengan menggunakan Indeks Nygaard. Perhitungan indeks Nygaard (In)

(1949) dalam Amalia (2010) tersebut didasarkan pada komposisi jumlah jenis

fitoplankton. Fitoplankton akan merespon terhadap kondisi lingkungan perairan,

sehingga komposisi jenis dari fitoplankton dapat menjadi suatu indikator status

kesuburan suatu perairan. Komposisi jenis fitoplankton yang diamati dalam

perhitungan indeks Nygaard adalah jumlah jenis dari kelas Myxophyceae, ordo

Chlorococcales, ordo Centric diatom, divisi Euglenophyceae, dan kelas

Desmidiaceae.

7

Nilai indeks gabungan kurang dari 1(In<1), menunjukkan bahwa perairan

tergolong oligotrof. Bila nilai indeks tersebut berkisar antara 1-2,5, perairan tergolong

mesotrof atau eutrof ringan. Bila didapat indeks lebih dari 2,5 (In>2,5) perairan

tersebut merupakan perairan eutrofik.

Grafik Suksesi Frontier

Suatu ekosistem akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan

perubahan tersebut disebut suksesi ekologi. Perubahan lingkungan tersebut tentu saja

berpengaruh terhadap struktur komunitas biota, misalkan fitoplankton yang hidup di

dalam ekosistem bersangkutan, termasuk perubahan komposisi spesies dan laju

pertumbuhan spesies (Basmi 1995). Frontier melihat dan menarik kesimpulan, bahwa

kondisi struktur komunitas pada waktu tertentu adalah merupakan cerminan suksesi

komunitas terakhir, yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan kondisi suksesi yang

sedang terjadi terhadap komunitas biota yang sedang diteliti, atau dalam stadium apa

suksesi komunitas biota yang sedang terjadi. Data yang dibutuhkan adalah:

1. Jenis spesies penyusun komunitas

2. Kelimpahan individu masing-masing spesies

3. Persentase kelimpahan individu masing-masing spesies terhadap jumlah total

individu penyusun komunitas, dan

4. Ranking kelimpahan masing-masing spesies dengan urutan yang paling

melimpah di tempatkan sebagai rangking pertama, dan seterusnya, sampai

kepada spesies dengan kelimpahan paling sedikit sebagai ranking terakhir.

Berdasarkan informasi keempat variabel di atas, frontier menuangkannya

kedalam bentuk grafik yang disebut grafik suksesi frontier. Sumbu y adalah

presentase kelimpahan masing-masing spesies, dan sumbu x adalah rangking masing-

masing spesies kedua sumbu tersebut masing-masing dalam bentuk log sehingga

didapatkan titik-titik hubungan antara presentase kelimpahan individu dan ranking

masing-masing spesies, dan apabila titik tersebut dihubungkan, maka didapatkan satu

grafik dengan bentuk tertentu. Untuk mengerti makna grafik tersebut, kita harus

membandingkannya dengan model grafik suksesi frontier, sebagaimana terlihat pada

gambar 3 berikut (Frontier 1985):

Gambar 2. Grafik Suksesi Frontier

I

II

III

0,1

1

10

100

1 10 100

Pe

rse

nta

se k

elim

pah

an s

pe

sie

s

Peringkat

8

Stadium I : menunjukkan bahwa produktivitas biologi rendah, kondisi struktur

komunitas labil, kompetisi antar spesies tinggi, dan nilai laju

kelangsungan hidup rendah.

Stadium II : menunjukkan bahwa produktivitas biologi tinggi, kondisi struktur

komunitas stabil, kompetisi antar spesies rendah, dan laju

kelangsungan hidup tinggi.

Stadium III : menunjukkan bahwa produksi biologis sedang mengalami penurunan,

kondisi struktur komunitas cenderung labil, laju kelangsungan hidup

moderat, dan kompetisi antar spesies sedang.

Rancangan Acak Lengkap dalam waktu

Model rancangan acak lengkap dalam waktu adalah sebagai berikut

(Mattjik dan Sumertajaya 2002)

Yijk = μ + αi + ij + ωk + γjk+ αωik + ik

Keterangan :

Yijk : nilai parameter berupa kelimpahan plankton

μ : nilai rata-rata kelimpahan plankton

αi : pengaruh perlakuan pakan ke-i, i=A, B, C

δij : komponen acak perlakuan

ωk : pengaruh waktu pengamatan ke-k, k= 0,1,2,3,…,10

γjk : komponen acak waktu pengamatan

αωik : pengaruh interaksi perlakuan pakan ke-i waktu ke-k

ik : komponen acak interaksi waktu dan perlakuan

Dengan hipotesis :

a. H0: tidak pengaruh faktor waktu terhadap nilai kelimpahan plankton

H1: ada pengaruh faktor waktu terhadap nilai kelimpahan plankton

b. H0: tidak ada pengaruh perlakuan pakan terhadap nilai kelimpahan plankton

H1: ada pengaruh perlakuan pakan terhadap nilai kelimpahan plankton

c. H0: tidak pengaruh interaksi faktor perlakuan pakan dan waktu terhadap nilai

kelimpahan plankton

d. H1: ada pengaruh interaksi faktor perlakuan pakan dan waktu terhadap nilai

kelimpahan plankton

Analisis data menggunakan Rancangan Acak Lengkap dalam waktu biasanya

disajikan dalam bentuk tabel sidik ragam (Tabel 2) sebagai berikut

Tabel 2. Tabel Sidik Ragam RAL dalam waktu

Sumber Keragaman Derajat

Bebas (DB)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Kuadrat

Tengah (KT) Fhitung Ftabel (5%)

Perlakuan (a) a-1 JKA KTA KTA/KTG (a) F(V1,V2)

Waktu (b) b-1 JKB KTB

Perlakuan*waktu (a-1)(b-1) JKAB KTI

Galat perlakuan (a) a(r-1) JKG (a) KGI (a) KTAI/KTG (b)

Galat waktu (b) (ab-b)(r-1) JKG (b) KTG (b)

Total abr-1 JKT JKT

Sumber: modifikasi Mattjik dan Sumertajaya (2002) dalam Iswantari (2009)

9

Keterangan:

i : total perlakuan

r : total ulangan untuk semua perlakuan

Penarikan kesimpulan dapat dilihat dari tabel sidik ragam, yaitu sebagai berikut:

Jika nilaiFhitung >Ftabel maka tolak H0, berarti minimal ada satu perlakuan

yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kelimpahan

plankton (τ1 ≠ τ2 ≠ τ3).

Jika nilai Fhitung <Ftabel maka gagal tolak H0, berarti tidak ada perlakuan

yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kelimpahan

plankton (τ1 = τ2 = τ3)

Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam oneway ANOVA.

Apabila hasil analisis ragam memberikan pengaruh yang berbeda nyata (tolak H0),

maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

Uji Wilayah Berganda (Duncan)

Uji Duncan dilakukan apabila minimal ada satu perlakuan yang berpengaruh

nyata. Uji Duncan dilakukan pada selang kepercayaan 95% dengan menggunakan

perangkat lunak SPSS. Kolom yang sama menunjukkan pengelompokan kesamaan

karakteristik yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berpengaruh.

Analisis cluster

Analisis klaster (cluster)merupakan bentuk clustering variabel yang dapat

membantu pengelompokan variabel-variabel menjadi grup berdasarkan indeks

similaritas. Tahap pertama, dua variabel yang memiliki kesamaan bergabung menjadi

satu. Tahap berikutnya, variabel ketiga bergabung dengan dua variabel pertama yang

telah bergabung sebelumnya membentuk klaster berbeda. Setiap tahap menghasilkan

klaster yang berkurang dari tahap sebelumnya dan pada akhirnya, semua variabel

terkombinasi menjadi satu klaster. Ketika dua variabel bergabung menjadi satu

klaster, keduanya bisa bergabung dengan variabel lainnya, tetapi keduanya tetap

dalam satu grup bersama (Wahyudi 2007).

Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda merupakan salah satu metode uji regresi yang dapat dipakai

untuk menentukan pengaruh beberapa variabel bebas terhadap suatuvariabel tak

bebas. Kekuatan hubungan antara dua peubah, yaitu x dan y dilambangkan melalui

sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi (r) antara beberapa variabel bebas

(X1,X2,…,Xn) dan variabel terikat (Y). Bila nilai r mendekati +1 atau -1, hubungan

antara kedua peubah itu kuat dan dapat dikatakan terdapat korelasi yang tinggi antara

keduanya. Akan tetapi bila nilai r mendekati 0, hubungan linear x dan y sangat lemah

atau mungkin tidak ada sama sekali. Berikut ini adalah model persamaan regresi

(Mattjik dan Sumertajaya 2002):

Yi = β0 + β1X1i +β2X2i+ .… +βnXni+ εi

Keterangan:

Yi : Nilai peubah yang dipengaruhi berupa kelimpahan plankton

Xi : Nilai peubah yang mempengaruhi berupa parameter kualitas air

β0 : Intercept

10

β1 : Koefisien kemiringan

εi :Galat percobaan ke-i

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Komposisi Kelas Plankton

Berdasarkan hasil pengamatan fitoplankton dan zooplankton, didapatkan lima

kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae yang terdiri dari 16 genera, Chlorophyceae

24 genera, Cyanophyceae 5 genera, Euglenophyceae 3 genera serta Xanthophyceae 1

genera dan pada zooplankton didapatkan empat kelompok yaitu Rotifera yang terdiri

dari 17 genera, Protozoa 3 genera, Crustacea 4 genera serta Nematoda 1 genera.

Pada semua kolam dari waktu ke waktu, fitoplankton yang ada didominasi

oleh kelas Chlorophyceae dan untuk zooplankton didominasi oleh kelompok Rotifera.

Secara umum, Chlorophyceae memiliki persentase sebesar 40% dari keseluruhan

kelas fitoplankton yang ditemukan, sedangkan Rotifera memiliki persentase sebesar

60% dari keseluruhan kelompok zooplankton yang ditemukan.

Ditinjau dari waktu ke waktu, komposisi kelas fitoplankton cenderung stabil

dari awal hingga akhir pengamatan (lampiran 4), berbeda dengan komposisi kelas

zooplankton yang lebih berfluktuasi. Pada kelompok perlakuan A, setiap kelompok

zooplankton cenderung stabil pada hari ke-0 hingga ke-9, namun mengalami fluktuasi

pada hari ke-12 hingga hari ke-30. Hal ini ditandai dengan munculnya kelas

Nematoda pada hari ke-12, ke-18, dan ke-21, serta hilangnya kelas Protozoa pada hari

ke-15, ke-27, dan ke-30 (lampiran 5). Pada kelompok perlakuan B dan C, pola

komposisi kelompok zooplankton cenderung lebih fluktuatif dari awal hingga akhir

pengambilan contoh, hal ini terlihat dengan naik dan turunnya persentase kelpompok

penyusun komposisi zooplankton selama masa pengamatan, selain itu munculnya

Nematoda dan Protozoa pada waktu tertentu juga membuat pola yang berbeda pada

komposisi zooplankton. Persentase komposisi kelas fitoplankton dan zooplankton

dapat dilihat pada gambar 3 dan 4.

Uji statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pakan

terhadap jenis plankton yang ada, dan hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa

perlakuan pemberian pakan tersebut tidak berpengaruh terhadap kelimpahan baik

fitoplankton maupun zooplankton (p>0.05).

Perkembangan Kelimpahan Plankton

Perkembangan fitoplankton dan zooplankton dari waktu ke waktu pada setiap

perlakuan berfluktuasi namun cenderung meningkat. Kelimpahan fitoplankton

tertinggi dari waktu ke waktu didominasi oleh kelas Chlorophyceae dan kelimpahan

zooplankton didominasi oleh kelompok Rotifera. Kelas Chlorophyceae memiliki pola

perkembangan kelimpahan yang berbeda dari kelas fitoplankton yang lain.

11

Gambar 3. Komposisi kelas fitoplankton (%)

Gambar 4. Komposisi kelas zooplankton (%)

12

Pada kelas Chlorophyceae di semua perlakuan, perkembangannya mengalami

peningkatan yang signifikan hingga mencapai puncak pada pengambilan contoh ke-21

(lampiran 6). Setelah mencapai kelimpahan tertinggi, pola kembali mengalami

penurunan dan diikuti peningkatan kembali pada pengambilan contoh ke-30. Kelas

fitoplankton yang lain cenderung stabil pada semua perlakuan. Puncak kelimpahan

tertinggi baik Chlorophyceae maupun Cyanophyceae terjadi pada hari ke-21. Uji

statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pakan terhadap

komposisi kelas plankton. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa perlakuan

pemberian pakan tidak berpengaruh terhadap komposisi kelas baik fitoplankton

maupun zooplankton (p>0.05). Perkembangan kelimpahan fitoplankton diperlihatkan

oleh Gambar 5 dan perkembangan kelimpahan zooplankton ditunjukkan oleh Gambar

6.

A

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Kelim

paha

n

0

5x105

2x106

3x106

3x106

B

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Kelim

paha

n

0

5.0x105

2.4x106

C

Hari ke-

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Kelim

paha

n

0

5.0x105

1061.5x1062.0x1062.5x1063.0x106

Bacillariophyceae

Chlorophyceae

Cyanophyceae

Euglenophyceae

Xanthophyceae

Gambar 5. Perkembangan kelimpahan fitoplankton

13

Pola perkembangan kelimpahan zooplankton mengalami hal yang hampir

sama dengan fitoplankton, yaitu perkembangan kelimpahan yang memiliki perbedaan

tiap kelompok zooplankton. Kelompok Rotifera memiliki pola perkembangan

kelimpahan yang berbeda dari kelas zooplankton lainnya seperti yang terlihat pada

Gambar 6. Pola perkembangannya juga mengalami fluktuasi dan mencapai

kelimpahan tertinggi pada hari ke-6. Pada kelas Crustacea, kelimpahan tertinggi

terjadi pada hari ke-21 dan ke-30, sedangkan kelas lainnya cukup stabil dari awal

hingga akhir pengamatan (lampiran 7). Gambar 6 menunjukkan bahwa pada

pengambilan contoh ke-21 pada semua perlakuan, seluruh kelompok zooplankton

dapat ditemukan, dan kelimpahan tertinggi terdapat pada kelompok Rotifera.

A

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Kelim

paha

n

0

500

1000

2500

3000

B

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Kelim

paha

n

0

500

1000

2000

2500

3000

C

Hari ke-

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Kelim

paha

n

0

500

1000

2000

2500

3000

Rotifera

Protozoa

Crustacea

Nematoda

Gambar 6. Perkembangan kelimpahan zooplankton

14

Uji statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pakan

terhadap kelimpahan plankton yang ada, dan hasil pengujian tersebut menunjukkan

bahwa perlakuan pemberian pakan tersebut tidak berpengaruh terhadap kelimpahan

baik fitoplankton maupun zooplankton (p>0.05).

Indeks Biologi

Indeks biologi berfungsi untuk mengetahui kondisi ekologi yang terjadi pada

suatu ekosistem. Hasil penghitungan indeks biologi (lampiran 8) untuk masing-

masing perlakuan ditampilkan dalam Gambar 7 dan 8.

Gambar 7. Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C)

fitoplankton

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33

Ind

eks

Kea

nek

arag

aman

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33

Ind

ejs

Kes

erag

aman

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33

Ind

eks

Do

min

ansi

Hari ke- A B C rendah

15

Secara umum, nilai indeks biologi fitoplakton dan zooplankton memiliki

kesamaan. Nilai keanekaragaman yang cenderung sedang, nilai keseragaman

cenderung tinggi dengan nilai dominansi cenderung rendah pada keduanya.

Gambar 8. Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C)

zooplankton

Grafik Suksesi Frontier

Grafik suksesi frontier dapat menunjukkan kondisi ekologis suatu ekosistem.

Perubahan lingkungan akan berpengaruh terhadap struktur komunitas biota, seperti

fitoplankton dan zooplankton yang hidup dalam ekosistem perairan, termasuk

perubahan komposisi spesies dan laju pertumbuhan spesiesnya. Perubahan tersebut

dapat terjadi dari waktu ke waktu, yang disebut dengan suksesi. Berdasarkan analisis

Frontier, bentuk grafik yang dihasilkan untuk semua perlakuan cenderung masuk ke

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33

Ind

eks

Kea

nek

arag

aman

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33

Ind

eks

Kes

erag

aman

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33

Ind

eks

Do

min

ansi

Hari ke- rendah A B C

16

dalam stadium 2. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas biologi tinggi, kondisi

struktur komunitas stabil, kompetisi antar spesies rendah, dan nilai laju kelangsungan

hidup tinggi. Gambar 9 dan 10 memperlihatkan grafik Suksesi Frontier.

Gambar 9. Grafik suksesi fitoplankton

0,1

1

10

100

1 10 100

Per

senta

se k

elim

pah

an A

0,1

1

10

100

1 10 100

Per

senta

se k

elim

pah

an B

0,1

1

10

100

1 10 100

Per

senta

se k

elim

pah

an

Peringkat

C

0 3 6 9 12 15

18 21 24 27 30

17

Gambar 10. Grafik suksesi zooplankton

Indeks Nygaard

Fitoplankton dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesuburan perairan,

salah satunya dengan menggunakan Indeks Nygaard. Perhitungan tersebut didasarkan

pada komposisi jumlah jenis fitoplankton. Fitoplankton akan merespon terhadap

perubahan kondisi lingkungan perairan, sehingga komposisi jenis dari fitoplankton

dapat menjadi suatu indikator status kesuburan suatu perairan.

Status kesuburan setiap kolam, baik dengan perlakuan A, B, maupun C dapat

digolongkan ke dalam mesotrofik hingga eutrofik (lampiran 9). Kolam dengan

perlakuan B cenderung mengalami mesotrofik, sedangkan kolam dengan perlakuan A

dan B lebih banyak mengalami kondisi eutrofik. Hal ini diduga disebabkan karena

adanya pakan yang diberikan secara terus-menerus tanpa adanya sistem sirkulasi air.

0,1

1

10

100

1 10 100

Per

senta

se k

elim

pah

an A

0,1

1

10

100

1 10 100

Per

senta

se k

elim

pah

an B

0,1

1

10

100

1 10 100

Per

senta

se k

elim

pah

an

Peringkat

C

0 3 6 9 12 1518 21 24 27 30

18

Semakin banyak pakan yang diberikan, kandungan nutrien di suatu perairan akan

semakin tinggi kelimpahan fitoplankton di perairan tersebut pun akan semakin tinggi.

Hasil perhitungan indeks Nygaard pada kolam dengan perlakuan A, B, dan C dapat

dilihat pada Gambar 9.

Gambar 11. Hasil Perhitungan Indeks Nygaard

Parameter Fisika Kimia Air

Kualitas air sangat mempengaruhi keberadaan dan perkembangan fitoplankton

maupun zooplankton. Selama masa pengamatan, suhu serta pH dari waktu ke waktu

cenderung mengalami peningkatan, nitrat mengalami penurunan dan parameter

lainnya berupa oksigen terlarut, ortofosfat, nitrit, amonia serta amonium cenderung

berfluktuasi. Pola perkembangan konsentrasi kualitas air dari waktu ke waktu yang

ada dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Hasil Pengukuran Kualitas Air

0

1

2

3

4

5

6

7

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Nil

ai i

nd

eks

Nygaa

rd

Hari ke-

A

B

C

eutrofik

mesotrofik

19

Analisis cluster

Analisis klaster (cluster) merupakan bentuk clustering variabel yang dapat

membantu pengelompokan variabel-variabel menjadi grup berdasarkan indeks

similaritas. Hasil analisis cluster fitoplankton ditunjukkan oleh dendrogram pada

Gambar 13, sedangkan untuk zooplankton ditunjukkan oleh Gambar 14.

Gambar 13. Dendrogram fitoplankton

Gambar 14. Dendrogram Zooplankton

Pada fitoplankton dengan taraf kesamaan 72,77% yang didapatkan

berdasarkan kesamaan kriteria kelimpahan didapatkan 4 kelompok hari, yaitu

kelompok pertama yang terdiri dari hari ke-0, ke-3 dan ke-27, kelompok kedua yang

merupakan hari ke-9, kelompok ketiga yang terdiri dari hari ke-6, ke-18, ke-23 serta

hari ke-30 dan kelompok keempat yang terdiri dari hari ke-15, hari ke-21 serta hari

ke-24. Sedangkan untuk zooplankton dengan taraf kesamaan 72,84%.

Analisis Regresi

Analisis regresi dilakukan terhadap kelimpahan fitoplankton maupun

zooplankton pada saat pengambilan contoh air yaitu pada pengambilan contoh ke-3

dan ke-9. Pada fitoplankton, kualitas air yang berpengaruh terhadap kelimpahan

fitoplankton adalah nitrit, ammonium serta ortofosfat, pada zooplankton kualitas air

20

yang berpengaruh adalah oksigen terlarut (DO) serta amonia. Hasil analisis regresi

antara parameter fisika kimia perairan dan kelimpahan fitoplankton disajikan pada

Tabel 3 dan hasil analisis regresi antara parameter fisika kimia perairan dan

kelimpahan zooplankton ditampilkan dalam Tabel 4.

Tabel 3. Hasil Regresi Kualitas Air Terhadap Kelimpahan Fitoplankton

Hari ke- Persamaan R² R

3 y=14.1387+0.4104 (nitrit)+0.4343 (amonium)

1 1

9 y=18.5485+0.5537(nitrit)+1.18477(ortofosfat)

1 1

Tabel 4. Hasil Regresi Kualitas Air Terhadap Kelimpahan Zooplankton

Hari ke- Persamaan R² R

3 y=16.622-4.987 (DO)+0.4003 (amonia)

1 1

9 y=12.921-0.532 (DO)+1.171 (amonia)

1 1

Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Tengadak

Kelimpahan plankton, komposisi plankton serta kualitas air yang ada pada

kolam akan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup (SR) dari benih ikan tengadak

(Barbonymus schwanenfeldii). Tingkat kelangsungan hidup benih ikan tengadak

disajikan pada Gambar 9.

Gambar 15 . Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Tengadak

Tingkat kelangsungan hidup pada ikan tengadak dapat dikatakan cukup tinggi

karena masih diatas 90% baik pada perlakuan A, B, maupun C. Tingkat kelangsungan

hidup tertinggi terjadi pada perlakuan A yaitu sebesar 96% dan kelangsungan hidup

terendah adalah sebesar 94% yang terjadi pada perlakuan C.

Pembahasan

Pada penelitian ini, fitoplankton yang teramati terdiri atas kelas

Bacillariophyceae, Chlophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae serta

Xanthophyceae, dan pada zooplankton terdiri dari Rotifera, Protozoa, Crustacea dan

Nematoda. Kelas fitoplankton yang mendominasi selama waktu pengamatan adalah

kelas Chlorophyceae dan pada zooplankton adalah Rotifera. Chlorophyceae

merupakan kelas fitoplankton yang sebagian besar hidup di perairan tawar,

21

Chlorophyceae banyak ditemukan di perairan dengan kandungan nitrat yang tinggi

(APHA 1961 dalam Basmi 1995), sesuai dengan kondisi kualitas air di kolam

pemeliharaan, kandungan nitrat memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan

nutrien yang lain dan rotifera adalah zooplankton multiseluler yang hidup di perairan

tawar maupun laut,beberapa jenis zooplankton, telah dibudidayakan untuk menjadi

pakan bagi benih ikan (Shouthern Regional Aquaculture Center 2000 dalam

Hutagalung 2009).

Pada fitoplankton, kelas yang mendominasi adalah Chlorophyceae.Pada hari

ke-21, Chlorophyceae mengalami puncak kelimpahan di semua kelompok perlakuan.

Ditinjau berdasarkan parameter kualitas air pada pengambilan contoh terdekat yaitu

pada hari ke-27, didapatkan nilai nitrat, nitrit, ammonia, dan ortofosfat yang rendah

jika dibandingkan dengan nilai-nilai parameter tersebut pada pengambilan contoh

yang sebelumnya. Hal ini diduga karena pada hari ke-21, nutrien-nutrien tersebut

telah digunakan oleh fitoplankton untuk berkembang dan melakukan fotosintesis

sehingga nilainya menjadi rendah. Dilihat berdasarkan kesuburan perairannya, pada

hari ke-21 terjadi penurunan tingkat kesuburan perairan. Penggunaan indeks Nygaard

ditentukan dengan mencari rasio jumlah jenis fitoplankton (Rawson 1956 dalam

Amalia 2010). Kesuburan adalah kemampuan air dalam menyediakan unsur hara yang

sesuai untuk kehidupan fitoplankton yang menghasilkan produksi yang optimum.

Pada saat kelimpahan fitoplankton tersebut tinggi, kesuburan perairannya cenderung

rendah, karena unsur hara yang ada di perairan telah dimanfaatkan oleh fitoplankton.

Sehingga didapatkan hubungan bahwa pada saat kelimpahan fitoplankton di perairan

tinggi, maka kandungan nutrien di perairan tersebut rendah dan tingkat kesuburannya

menurun.

Menurut Garno (2008) pertumbuhan setiap jenis fitoplankton mempunyai

respon yang berbeda terhadap perbandingan nutrien yang terlarut dalam badan air,

oleh karena itu perbandingan nutrien, khususnya nitrogen dan fosfor terlarut sangat

menentukan dominasi suatu jenis fitoplankton di perairan. Pada proses budidaya,

pemberian pakan dilakukan untuk mencapai hasil panen yang optimal. Pakan yang

dimakan oleh ikan maupun yang terbuang ke perairan akan meningkatkan kandungan

nutrien di perairan. Pakan yang dimakan oleh ikan, kemudian akan dicerna, dan

sisanya akan diekskresikan keluar dari tubuh. Hasil ekskresi yang kaya akan

kandungan N dan P akan meningkatkan kandungan nutrien di perairan, sedangkan

pakan yang tidak termakan akan terdekomposisi di perairan. Menurut Boyd 1992

kandungan nutrien banyak didapatkan dari hasil dekomposisi sisa pakan, serta

pemupukan.

Odum (1993) menyatakan bahwa semakin kecil nilai keanekaragaman berarti

komunitas plankton yang ada cenderung belum stabil dan mendapat tekanan ekologis

yang besar. Nilai keanekaragaman yang masuk dalam kategori sedang tersebut dapat

menunjukkan bahwa kondisi komunitas plankton baik fitoplankton maupun

zooplankton yang ada cenderung mulai stabil. Nilai keseragaman yang didapatkan

cukup tinggi yang menunjukkan bahwa penyebaran jumlah individu di tiap spesies

cenderung merata. Indeks dominansi yang cenderung rendah pun menunjukkan

bahwa tidak terjadi dominansi salah satu plankton yang ada. Pengecualian terjadi

pada fitoplankton di hari ke-21 yang memiliki dominansi tinggi, dengan nilai

keanekaragaman dan keseragaman yang rendah. Hal ini disebabkan oleh

ditemukannya kelas Chlorophyceae dalam jumlah yang melimpah dari kelas lainnya.

Perubahan lingkungan akan berpengaruh terhadap struktur komunitas biota,

seperti fitoplankton dan zooplankton yang hidup dalam ekosistem perairan, termasuk

perubahan komposisi spesies dan laju pertumbuhan spesiesnya. Perubahan tersebut

22

dapat terjadi dari waktu ke waktu, yang disebut dengan suksesi. Berdasarkan analisis

Frontier, bentuk grafik yang dihasilkan untuk semua perlakuan cenderung tergolong

dalam stadium 2. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas biologi tinggi, kondisi

struktur komunitas stabil, kompetisi antar spesies rendah, dan nilai laju kelangsungan

hidup tinggi. Hasil analisis Frontier tersebut sejalan dengan hasil yang didapatkan

dengan menggunakan pendekatan indeks biologi.

Pada fitoplankton, kualitas air yang berpengaruh terhadap kelimpahan

fitoplankton adalah nitrit, amonium serta ortofosfat. Nitrit dapat berperan sebagai

sumber nitrogen bagi fitoplankton saat kondisi oksigen terlarutnya rendah (Effendi

2003). Goldman dan Horne (1983) dalam Pratiwi (2011) menyatakan bahwa

amonium merupakan salah satu bentuk nitrogen yang relatif lebih mudah untuk

dimanfaatkan fitoplankton selain itu fitoplankton hanya dapat menggunakan fosfat

dalam bentuk ortofosfat untuk pertumbuhannya karena dapat dimanfaatkan secara

langsung (Effendi 2003). Pada zooplankton kualitas air yang berpengaruh adalah

oksigen terlarut (DO) serta amonia. Oksigen terlarut (DO) dibutuhkan oleh

zooplankton untuk pernafasan dan juga sebagai pengatur kecepatan proses

metabolisme, sedangkan amonia dapat bersifat toksik bagi organisme akuatik.

Persentase amonia bebas meningkat dengan meningkatnya pH dan suhu perairan.

Toksisitas amonia terhadap organisme akuatik meningkat dengan penurunan kadar

oksigen terlarut, pH dan suhu (Effendi, 2003). Hal tersebut menunjukkan bahwa

kadar amonia sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup zooplankton.

Kelimpahan plankton, komposisi plankton serta kualitas air yang ada pada media

berupa kolam akan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup (SR) dari benih ikan

Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii), tingkat kelangsungan hidup pada ikan

tengadak dapat dikatakan cukup tinggi karena masih diatas 90% baik pada perlakuan

A, B, maupun C. Kondisi kualitas air pada kolam pendederanpun menunjang

pertumbuhan ikan Tengadak yaitu dengan suhu berkisar antara 22.8ºC hingga 26.2ºC

serta pH berkisar antara 6.47 hingga 7.74. Hal ini sesuai dengan Luna 2012 yang

menyatakan bahwa ikan tersebut biasanya hidup di sungai dengan suhu antara 22°C -

25°C dan dengan kisaran pH antara 6.5 hingga 7.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap

keberadaan plankton baik jenis maupun kelimpahannya, namun untuk aplikasi

selanjutnya dapat dilakukan pendekatan berdasarkan matriks yang disajikan dalam

Tabel 5. Pada matriks tersebut, terdapat parameter-parameter hasil pengamatan pada

setiap perlakuan, seperti parameter kualitas air, jumlah jenis dan kelimpahan

plankton, serta kondisi ikan yang dipelihara meliputi SR dan bobot akhir. Hasil

pengukuran kualitas air tidak menunjukan perbedaan yang signifikan, namun dilihat

dari kondisi ikan dan plankton, perlakuan pemberian pakan 9% merupakan perlakuan

yang memberikan hasil lebih baik diantara perlakuan lainnya karena tingkat

kelangsungan hidup ikan yang lebih tinggi, serta bobot akhir ikan yang lebih besar

dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Dilihat dari kondisi plankton yang ada,

kelimpahannya cederung lebih stabil, karena tidak terlalu mengalami perubahan

jumlah yang terlalu drastis, selain itu kelimpahannya yang lebih sedikit diduga karena

plankton yang ada juga dikonsumsi oleh ikan yang dipelihara sehingga dapat

meningkatkan bobot tubuhnya. Jenis plankton yang muncul pun tidak mengganggu

kelangsungan hidup ikan karena tidak ditemukan jenis plankton yang beracun ataupun

berbahaya bagi ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii).

23

Tabel 5. Matriks hasil pengamatan terhadap perlakuan yang diujikan

Parameter

Perlakuan

A B C

Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi

Kualitas Air

Suhu (°C) 22.80 25.90 24.05 25.80 24.05 25.40

pH 6.47 7.45 6.47 7.34 6.47 7.74

DO (mg/L) 2.84 5.32 2.23 4.94 1.63 5.32

Nitrit (mg/L) 0.00 0.48 0.00 0.39 0.02 0.48

Nitrat (mg/L) 0.21 2.29 0.14 2.29 0.14 2.29

Amonia (mg/L) 0.001 0.004 0.001 0.004 0.001 0.005

Amonium (mg/L) 0.282 0.558 0.311 0.558 0.548 0.558

Ortofosfat (mg/L) 0.020 0.340 0.000 0.250 0.003 0.190

Plankton

Jumlah jenis

Fitoplankton 14 30 16 26 17 30

Kelimpahan

fitoplankton (sel/L) 81191 2595828 19324 2857988 89061 1275351

Jumlah jenis

zooplankton 7 15 6 18 7 13

Kelimpahan

zooplankton (sel/L) 445 3271 180 2473 257 2329

Kondisi Ikan

SR 92.50 98.33 91.67 98.33 85.00 99.17

Bobot akhir (gr) 4.67 6.72 7.24 7.51 8.28 11.63

KESIMPULAN

Keberadaan plankton paling berfluktuasi ditunjukkan oleh pemberian pakan

6%, sementara keberadaan plankton paling stabil ditunjukkan oleh pemberian pakan

9%. Selama masa pemeliharaan, kondisi air kolam berada pada tingkat kesuburan

mesotrofik hingga eutrofik, dan tidak ditemukan jenis plankton yang membahayakan

bagi kelangsungan hidup ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldi).

DAFTAR PUSTAKA

APHA (American Public Health Assosiation). 2012. Standard Methods for The Examination

of Water and waste Water. APHA Inc. New York.

Amalia FJ. 2010. Pendugaan Status Kesuburan Perairan Danau Lido Bogor Jawa Barat

Melalui Beberapa Pendekatan. [Skripsi]. Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Basmi J. 1995. Planktonologi: Produksi Primer. [tidak dipublikasikan].Fakultas Perikanan,

Institut Pertanian Bogor.

Boyd CE. 1992. Water quality management for pond fish culture. Elsevier. Amsterdam: 318

pp.

24

Chismadha T dan Ali F. 2007. Dinamika Komunitas Fitoplankton Pada Kolam Sistem Aliran

Tertutup Berarus Deras. Pusat Penelitian Limnologi-LIPI. [jurnal] Oseanologi dan

Limnologi di Indonesia Vol. 33(3) 2007.

Davis CC. 1995. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan. Michigan State University

Press USA.

Effendi H. 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan

Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. 257 hal.

Frontier S. 1985. Diversity and Structure In aquatic Ecosystem. Oceanography and Marine

Biology.Ann.Rev 23:253-312.

Garno YS. 2008. Kualitas Air dan Dinamika Fitoplankton di Perairan Pulau Harapan.

[jurnal] Hidrosfir Indonesia. Vol. 3(2) 87-94.

Harir M. 2010. Produksi Pendederan Benih Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 6

cm Pada Padat Penebaran 2, 3, 4, dan 5 Ekor/Liter. [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor

Hutagalung RA, Sutomo, dan Yohandi. 2009. Pengaruh Jenis Mikroalga dan Tingkat

Kesadahan Terhadap Pertumbuhan Rotifera Brachionus rotundiformis. Pusat

Penelitian Limnologi LIPI. [jurnal]. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2009)

35(3): 311-321

Iswantari A. 2009. Penggunaan fungi Aspergillus sp. dan Penicillium sp. dalam bioremediasi

kandungan bahan organik limbah cair tahu.[Skripsi]. Manajemen Sumberdaya

Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Kusmini II, Gustiano R, dan Mulyasari.2010. Karakterisasi Truss Morfometrik Ikan

Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) Asal Kalimantan Barat Dengan Ikan

Tengadak Albino Dan Ikan Tawes Asal Jawa Barat. Bogor. Balai Riset Perikanan

Budidaya Air Tawar. [Prosiding ] Forum Teknologi Akuakultur 2010 Hal 507-513.

Luna SM, Bailly N. 2012. Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker, 1854): Tinfoil Barb

[terhubung berkala].http://fishbase.org/summary/Barbonymusschwanenfeldii.html

[diacu 5 Februari 2013].

Mattjik AA dan Sumertajaya IM. 2002. Perancangan percobaan dengan aplikasi SAS dan

Minitab. IPB Press. Bogor. 282 hlm.

Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Terjemahan : Samingan, T., Srigandono.

Fundamentals Of Ecology. Third Edition. Gadjah Mada University Press.

Pratiwi NTM, Winarlin, Yuki HEF, Aliati I. 2011. Potensi Plankton Sebagai Pakan Alami

Larva Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.). [jurnal] Akuakultur Indonesia Vol. 10

No. 1 Januari 2011

Prescott GW. 1970. The Freshwater Algae. Dubuque, Iowa. W M C Brown Company

Publisher.

Wahyudi AJ. 2007. Memperkenalkan Cluster Analysis of Variables dalam Minitab 11.12

untuk Kajian Filogeni Suku-Suku Krustasea (Brachyura). Pusat Penelitian

Oseanografi-LIPI. [jurnal]Oseana, Volume XXXII, Nomor 3, Tahun 2007 : 21- 36

25

LAMPIRAN

26

Lampiran 1. Kegiatan penelitian

Penebaran benih ikan Pengambilan sampel plankton Susunan kolam

Lampiran 2. Kolam yang digunakan

Kolam A1 Kolam A2 Kolam A3

Kolam B1 Kolam B2 Kolam B3

Kolam C1 Kolam C2 Kolam C3

27

Lampiran 3. Plankton yang ditemukan

Pediastrum sp. Pediastrum sp. Tabellaria sp.

Gonatozygon sp Stephanodiscus sp. Navicula sp.

Botryococcus sp. Stephanodiscus sp. Scenedesmus sp.

28

Lampiran 4. Jumlah Jenis Fitoplankton

Kolam Jenis Hari ke-

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

A

Bacillariophyceae 9 9 8 11 7 8 5 5 5 5 5

Chlorophyceae 14 16 13 14 12 13 10 7 9 9 10

Cyanophyceae 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1

Euglenophyceae 2 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1

B

Bacillariophyceae 8 8 7 9 5 5 5 5 5 5 5

Chlorophyceae 12 13 12 12 9 8 9 8 10 8 10

Cyanophyceae 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2

Euglenophyceae 1 0 1 2 1 1 1 1 0 1 1

C

Bacillariophyceae 11 11 8 9 6 6 6 6 5 5 5

Chlorophyceae 14 12 10 14 11 10 10 8 9 10 10

Cyanophyceae 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Euglenophyceae 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

Xanthophyceae 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Lampiran 5. Jumlah Jenis Zooplankton

Kolam Jenis Hari ke-

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

A

Rotifera 8 8 10 6 5 8 7 4 3 5 6

Protozoa 1 1 2 1 1 0 1 2 1 0 0

Crustacea 2 3 3 2 2 3 1 2 3 3 3

Nematoda 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0

B

Rotifera 5 7 13 5 5 6 5 6 4 4 6

Protozoa 1 1 3 1 1 1 1 2 1 0 0

Crustacea 4 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2

Nematoda 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0

C

Rotifera 8 7 9 8 6 5 6 6 5 5 6

Protozoa 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0

Crustacea 2 3 1 2 1 1 3 2 2 2 2

Nematoda 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0

29

Lampiran 6. Jumlah Kelimpahan Fitolankton

Kolam jenis Hari ke-

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

A

Bacillariophyceae 4523 3291 6119 16954 12629 26328 12785 7775 16231 16155 27945

Chlorophyceae 70356 45877 79195 117622 288687 381150 899434 2561004 671367 190423 1174025

Cyanophyceae 26164 31997 26067 46400 63234 56244 53639 27049 80382 74097 88686

Euglenophyceae 10 26 334 175 217 443 381 0 324 591 420

B

Bacillariophyceae 2584 3811 7285 19893 13319 24841 13108 39678 15107 29117 83812

Chlorophyceae 11018 22541 44047 298637 140452 359870 81719 2756994 734129 143233 579943

Cyanophyceae 5684 11709 20267 49193 13684 166116 44001 61239 46381 42973 95316

Euglenophyceae 38 0 367 193 142 191 286 77 0 29 77

C

Bacillariophyceae 5313 6022 9868 19994 14353 11861 20527 8870 39669 76546 67468

Chlorophyceae 153893 69926 63778 299304 81369 153034 382023 1218184 303748 465605 488765

Cyanophyceae 19913 13092 22733 44367 46717 38668 111163 48039 55239 87582 103924

Euglenophyceae 25 21 233 75 142 267 0 258 267 96 686

Xanthophyceae 63 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Lampiran 7. Jumlah Kelimpahan Zooplankton

Kolam Jenis Hari ke-

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

A

Rotifera 537 413 2944 469 344 809.55 938 1621 659 233 1394

Protozoa 130 113 250 42 25 0 20 220 20 0 0

Crustacea 47 44 77 134 134 76.19 39 810 449 212 497

Nematoda 0 0 0 0 75 0 305 200 0 0 0

B

Rotifera 98 204 2288 743 193 860 1223 1318 116 202 1185

Protozoa 25 50 159 59 34 143 191 382 29 0 0

Crustacea 57 50 26 50 26 40 59 525 173 58 515

Nematoda 0 0 0 0 184 0 439 48 0 0 0

C

Rotifera 653 205 1870 1844 819 1107 1013 1251 251 622 1242

Protozoa 5 26 100 134 84 58 29 48 0 0 0

Crustacea 26 19 9 109 42 20 135 934 20 107 858

Nematoda 5 7 0 0 200 0 239 96 0 0 0

29

30

Lampiran 8. Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi setiap kolam

Kolam Fitoplankton Zooplankton

H' E C H' E C

A 0.34-2.26 0.13-0.71 0.18-0.88 1.72-2.05 0.76-0.93 0.14-0.25

B 0.38-2.33 0.14-0.74 0.14-0.87 1.50-2.17 0.70-0.94 0.13-0.28

C 0.92-1.92 0.32-0.65 0.20-0.59 1.40-2.05 0.59-0.93 0.14-0.41

Lampiran 9. Indeks Nygaard

Perlakuan

Pengambilan contoh

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A 2.5 2.5 2 4 5 6 4 2 3 ~ 3

eutrofik

ringan

eutrofik

ringan

eutrofik

ringan Eutrofik eutrofik eutrofik eutrofik

eutrofik

ringan eutrofik eutrofik eutrofik

B 2.5 2 2 3 1.5 2 2 1.5 1.5 1.5 2

eutrofik

ringan

eutrofik

ringan

eutrofik

ringan Eutrofik

eutrofik

ringan

eutrofik

ringan

eutrofik

ringan

eutrofik

ringan

eutrofik

ringan

eutrofik

ringan

eutrofik

ringan

C 1.67 3 6 2.5 4 5 3 4 3 4 4

eutrofik

ringan Eutrofik Eutrofik

eutrofik

ringan eutrofik eutrofik eutrofik Eutrofik eutrofik eutrofik eutrofik

30

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Anggia Imani, putri pertama dari empat bersaudara yang

lahir di Bogor pada tanggal 14 Juli 1993 dari bapak Eman Machmur dan ibu Ohan

Rohayati. Penulis memiliki tiga saudara bernama Asyifa Nurani, Avia Maulidina dan

Ali Muhammad Firdaus. Penulis berhasil masuk Institut Pertanian Bogor di

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN). Sebelumnya Penulis mengikuti pendidikan formal di TK Insan

Taqwa dari tahun 1997-1999, SD Insan Kamil Bogor dari tahun 1999-2005, SMP

Insan Kamil Bogor dari tahun 2005-2007, dan SMA Insan Kamil Bogor dari tahun

2007-2009.

Selama mengikuti perkulihan, penulis menjadi asisten praktikum Metode

Penarikan Contoh pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Avertebrata Air

pada tahun ajaran 2013/2014, dan Iktiologi Fungsional ditahun yang sama. Penulis

juga pernah aktif dalam Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia BEM FPIK

IPB, sekretaris Divisi Human Resources and Development HIMASPER IPB dan

beberapa kepanitian. Bulan Juli 2011 penulis melaksanakan kegiatan magang di Balai

Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi

Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan judul “Dinamika Komunitas

Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)”

dibimbing oleh Niken Tunjung Murti Pratiwi dan Ani Widiyati.