33
DINAMIKA BUDAYA INDONESIA A. DEFINISI KEBUDAYAAN Apa yang dimaksud dengan kebudayaan, telah banyak ahli-ahli Antropologi yang mengkaji tentang kebudayaan itu, dan mencoba menerangkannya atau setidak-tidaknya telah menyusun definisinya. Sebelum kita mengemukakan beberapa definisi atau pengertian yang disampaikan oleh ahli-ahli tersebut, sebelum kita harus mengetahui asal-usul kata kebudayaan tersebut. Dilihat dari asal- usul katanya, kebudayaan berasal dari kata Sanskerta, yaitu Buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti "budi atau akal". Dalam bahasa Latin/Yunani kebudayaan berasal dari kata "colere" yang berarti mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya dan usaha manusia untuk merubah alam. Di antara para ahli tersebut ada dua sarjana Antropologi, yakni A. L Kroeber dan C. Kluckhohn, yang mencoba mengumpulkan sebanyak mungkin definisi kebudayaan yang termaktub dalam banyak buku yang berasal dari berbagai pengarang dan sarjana. Dari hasil penyelidikannya diterbitkan sebuah buku yang bernama Culture, A Critical Review of Concept and Definition tahun 1952. Menurut A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn, definisi kebudayaan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa

Dinamika Budaya Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dinamika Budaya Indonesia

DINAMIKA BUDAYA INDONESIA

A. DEFINISI KEBUDAYAAN

Apa yang dimaksud dengan kebudayaan, telah banyak ahli-ahli

Antropologi yang mengkaji tentang kebudayaan itu, dan mencoba

menerangkannya atau setidak-tidaknya telah menyusun definisinya. Sebelum kita

mengemukakan beberapa definisi atau pengertian yang disampaikan oleh ahli-

ahli tersebut, sebelum kita harus mengetahui asal-usul kata kebudayaan tersebut.

Dilihat dari asal-usul katanya, kebudayaan berasal dari kata Sanskerta, yaitu

Buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti "budi atau akal". Dalam

bahasa Latin/Yunani kebudayaan berasal dari kata "colere" yang berarti

mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah. Dari arti ini berkembang arti

culture sebagai segala daya dan usaha manusia untuk merubah alam.

Di antara para ahli tersebut ada dua sarjana Antropologi, yakni A. L

Kroeber dan C. Kluckhohn, yang mencoba mengumpulkan sebanyak mungkin

definisi kebudayaan yang termaktub dalam banyak buku yang berasal dari

berbagai pengarang dan sarjana. Dari hasil penyelidikannya diterbitkan sebuah

buku yang bernama Culture, A Critical Review of Concept and Definition tahun

1952. Menurut A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn, definisi kebudayaan dapat

diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe definisi, yaitu kebudayaan sebagai

tingkah laku yang dipelajari sampai ke tradisitradisi, alas-alas untuk

memecahkan masalah, produk atau artefak, ide-ide simbol.

Adapun ahli Antropologi yang pertama-tama merumuskan definisi

kebudayaan adalah E.B. Tylor (1874), yang menulis dalam bukunya "Primitive

Culture", yaitu:

Kebudayaan itu adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya

terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat

istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia

sebagai anggota masyarakat.

Definisi lain tentang kebudayaan dikemukakan oleh R. Linton dalam

bukunya "The Culture Background of Personality" (1947), menyatakan bahwa

Page 2: Dinamika Budaya Indonesia

kebudayaan adalah konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah

laku yang unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota

masyarakat tertentu. Selanjutnya, Koentjaraningrat (1990:180), menyatakan

bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia

dengan belajar.

Sejalan dengan pemikiran Koentjaraningrat, Selo Soemardjan dan

Soelaeman Soemardi (1964:114), mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua

hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Soekmono dalam bukunya “Pengantar

Sejarah Kebudayaan 1” (1973), mengatakan bahwa kebudayaan adalah segala

ciptaan manusia dalam usahanya merubah dan memberi bentuk dan susunan barn

terhadap pemberian Tuhan sesuai dengan kebutuhan, jasmani dan rohaninya.

Parsudi Suparlan (1981), mengatakan bahwa kebudayaan merupakan

keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang dimanipulasikan

untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi dan untuk

menciptakan serta mendorong terciptanya kelakuan.

Menurut Suhandi (1994:6), kebudayaan memiliki ciri-ciri umum, yaitu

sebagai berikut.

1. Kebudayaan dipelajari.

2. Kebudayaan diwariskan atau diteruskan.

3. Kebudayaan hidup dalam masyarakat.

4. Kebudayaan dikembangkan dan berubah.

5. Kebudayaan itu terintegrasi.

Sifat hakikat dari kebudayaan ini menurut Williams dalam Soekanto

(1986:164), sebagai berikut.

1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.

2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi

tertentu, dan tidak akan coati dengan habisnya usia generasi yang

bersangkutan.

3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.

4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,

Page 3: Dinamika Budaya Indonesia

tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang

dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.

Kebudayaan ini dapat berwujud ide atau gagasan, norma-norma atau

peraturan, dan aktivitas sosial maupun wujud kebendaan. Hal ini sesuai dengan

pembagian wujud kebudayaan yang dilakukan oleh Koentjaraningrat (1990: 186-

187), yaitu sebagai berikut:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilainilai,

norma-norma, peraturan. Wujud kebudayaan ini bersifat abstrak, tak dapat

diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala-kepala, atau dengan

perkataan lain ada dalam slam pikiran dari warga masyarakat di mans

kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Sekarang kebudayaan ideal jugs

banyak tersimpan dalam disk, tipe, arsip, koleksi microfilm dan microfish,

kartu komputer, silinder, dan tipe komputer. Ide-ide dan gagasan manusia

banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa kepada

masyarakat itu. Para ahli Antropologi dan Sosiologi menyebut sistem ini

sistem budaya atau cultural system. Dalam bahas Indonesia sering disebut

adat, atau adat istiadat untuk bentuk jamaknya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan dari

kelompok manusia. Wujud kedua dari kebudayaan yang sering disebut

sistem sosial. Mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem

sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi,

berhubungan, serta bergaul dengan yang lain, yang dari detik ke detik, dari

hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu mengikuti pola-pola tertentu

yang berdasarkan adat tata kelakuan.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ketiga

dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Oleh karena merupakan seluruh

total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam

masyarakat, sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal

yang dapat diraba, dilihat, dan difoto, ada benda-benda yang besar dan indah

seperti suatu candi yang indah atau ada pula benda-benda kecil seperti kain

batik, atau yang lebih kecil lagi yaitu kancing baju.

Page 4: Dinamika Budaya Indonesia

B. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

Menurut Kluckhon yang dikutip Koentjaraningrat (1990:2003-204),

terdapat tujuh unsur dari kebudayaan di dunia, antara lain berikut ini.

1. Bahasa.

2. Sistem pengetahuan.

3. Organisasi sosial.

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi.

5. Sistem mats pencaharian hidup.

6. Sistem religi.

7. Kesenian.

Setiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalarn

ketiga wujud kebudayaan terurai di atas, yaitu berupa sistem budaya, sistem

sosial dan berupa unsur-unsur kebudayaan fisik.

1. Bahasa

Kemampuan berbahasa adalah ciri khas dari makhluk yang namanya

manusia. Kebutuhan akan kemampuan berbahasa sejalan dengan kebutuhan

akan interaksi sosial. Interaksi sosial di sini ticlak hanya interaksi

antarindividu dalam kelompok, tetapi juga dengan kelompok lain. Di samping

bahasa daerah yang digunakan dalam lingkungan-lingkungan yang terbatas

yakni lingkungan suku bangsa masing-masing maka dalam pergaulan yang

lebih luas antara orang-orang yang berasal dari suku bangsa yang berlainan,

digunakan bahasa Indonesia.

Bahasa dapat dibedakan atas berikut ini.

a. Bahasa isyarat misalnya bunyi keuntungan, gerakan tangan, anggukan atau

gelengan kepala dan isyarat lainnya yang diterima berdasarkan kesepakatan

suatu masyarakat.

b. Bahasa lisan diucapkan melalui mulut.

c. Bahasa tulisan melalui buku, gambar, surat, koran.

2. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan itu mencakup semua pengetahuan yang dimiliki

anggota-anggota suatu masyarakat tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang,

Page 5: Dinamika Budaya Indonesia

ruang dan waktu, serta benda-benda yang terdapat di sekeliling tempat hidup

masyarakat, suku bangsa atau bangsa yang bersangkutan.

Sistem pengetahuan itu timbul akibat kebutuhan-kebutuhan praktis dan

berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia di dalam

kehidupannya sehari-hari, serta digunakan oleh manusia untuk keperluan-

keperluan praktis pula, seperti untuk bercocok tanam, berburu, berlayar,

bepergian, dan mengobati berbagai penyakit yang diderita manusia.

3. Organisasi Sosial

Kesatuan sosial yang paling dekat dan mesra adalah kesatuan kerabatnya

yaitu keluarga inti yang dekat, dan kaum kerabat yang lain. Kemudian, ada

kesatuan-kesatuan di luar kaum kerabat, tetapi masih dalam lingkungan

komunitasnya.

Pada setiap masyarakat mempunyai aturan tentang dengan siapa

anggotanya boleh dan tidak boleh melangsungkan perkawinan. Ada dua

macam aturan perkawinan, yaitu endogami dan eksogami.

Endogami adalah kebiasaan masyarakat yang mengharuskan anggotanya

kawin dengan orang yang masih kerabatnya sendiri atau kelompoknya sendiri'

atau kampungnya sendiri.

Eksogami adalah kebiasaan masyarakat yang mengharuskan anggotanya

kawin dengan orang yang berasal dari luar kerabatnya atau luar kelompoknya

atau luar kampungnya.

Dalam ketentuan endogami pada beberapa suku bangsa membolehkan

perkawinan sepupu bersilang atau cross cousin, dan perkawinan sepupu

sejajar atau paralel cousin.

Keluarga luas (Extended family) adalah gabungan 2 keluarga inti atau

lebih. Berarti ada penambahan anggota keluarga orang lain, misalnya adik ibu,

adik ayah, anak yang sudah menikah, tetapi masih tinggal dengan orang

tuanya. Poligami adalah mempunyai istri atau suami lebih dari satu. Apabila

suami mempunyai dua istri atau lebih disebut poligini, dan apabila istri

mempunyai dua suami atau lebih disebut poliandri.

Cara menarik garis keturunan tersebut, antara lain berikut ini.

Page 6: Dinamika Budaya Indonesia

a. Unilineal: keturunan ditelusuri melalui satu garis keturunan

Baja, melalui ayah atau ibu.

1) Matrilineal: garis keturunan dari pihak istri atau Ibu.

Contoh: Suku Minangkabau, Kisar dan Leti.

2) Patrilineal: garis keturunan dari pihak suami atau

Bapak. Contoh: Suku Batak, Buru, Seram, Kei, Aru dan suku bangsa

di Irian.

b. Bilineal: garis keturunan ditelusuri melalui garis ibu dan

ayah secara bersama-sama. Contoh: Suku Sunda, Jawa, Bali.

Sistem kekerabatan yang bersifat unilineal dan masih dapat ditelusuri

ikatan darahnya oleh individu (ego) disebut Lineage. Sedangkan mereka yang

masih menganggap satu garis keturunan, tetapi sudah tidak dapat ditelusuri

lagi disebut dan (marga).

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Sistem peralatan hidup adalah segala alat-alat yang digunakan manusia

dalam kegiatan sehari-hari dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya teknologi. Artinya,

bahwa teknologi merupakan keseluruhan cara yang secara rasional mengarah

pada ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia. Ahli lain, Kast &

Rosenweig menyatakan Teknologi is the art of utilizing scientific knowledge.

Sedangkan Iskandar Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih jelas dan

lengkap tentang teknologi: “Teknologi ialah cara melakukan sesuatu untuk

memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alas dan akal sehingga seakan-

akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh,

pancaindra, dan otak manusia”.

Teknologi tradisional mengenal paling sedikit delapan macam sistem

peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang dipakai oleh manusia yang hidup

dalam masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan

yang hidup dari pertanian, yaitu (a) alat-alat produktif, (b) senjata, (c) wadah,

(d) alat-alat menyalakan api, (e) makanan, minuman, bahan' pembangkit

gairah, dan jamu-jamuan, (f) pakaian dan perhiasan, (g) tempat berlindung

Page 7: Dinamika Budaya Indonesia

dan perumahan, (h) alat-alat transpor.

5. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Berbagai sistem tersebut adalah berburu dan meramu, beternak, bercocok

tanam di ladang, menangkap ikan, dan bercocok tanam menetap dengan

irigasi.

Berdasarkan tingkat teknologi yang dipergunakan, sistem ekonomi dapat

di bagi atas berikut ini.

a. Masyarakat pemburu dan peramu (Food Gathering Economics)

Ciri-cirinya: hidup berpindah-pindah tempat, ketergantungan terhadap

alam tinggi, hidup dalam kelompok kecil, peralatan yang dipergunakan

sederhana, perbedaan sosial berdasarkan jenis kelamin dan usia, pemilikan

barang bersama (komunal), dan biasanya bersifat eksogamuos (perkawinan

dengan anggota di luar kelompoknya).

b. Pertanian berpindah-pindah atau berladang (primitive farming)

Lahan pertanian dipilih hutan-hutan asli dekat sumber air, tumbuhan

hutan ditebang, ranting dan daunnya dibakar, tanah langsung, ditanami

tanpa diolah lebih dulu, peralatan sederhana, penggunaan lahan relatif

pendek 2 atau 3 kali panen, lain ditinggalkan mencari lahan hutan baru,

hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

c. Pertanian intensive (intensive farming)

Hidup menetap (sidenter), sudah mempergunakan alat bantu hewan,

sudah mengenal pemeliharaan tanaman, irigasi, usaha peningkatan

kesuburan lahan, dan pemilihan benih.

d. Industri (manufacturing)

Usaha pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau

bahan jadi. Industri dicirikan dengan menggunakan mesin-mesin mulai

yang sederhana sampai modern.

Alokasi tenaga kerja ada jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Sukarela

2) paksaan atau perbudakan

3) sistem gaji/upah melalui perjanjian.

Page 8: Dinamika Budaya Indonesia

Pendistribusi hasil produksi ada 3 macam, yaitu sebagai berikut.

a. Barter atau tukar menukar barang, terdapat pada masyarakat pemburu

dan peramu. Seseorang yang punya singkong ditukar dengan B yang punya

daging. Dalam pertukaran ini tidak melihat nilai barang, yang penting

kebutuhan terpenuhi. Dalam Antropologi disebut jugs reciprocity, yaitu

pemberian yang mengharapkan balasan dalam bentuk barang yang berbeda

atau sama, dalam waktu yang berbeda pula. Reciprocity masih ada pula

pada masyarakat modern.

b. Redistribusi: barang-barang produksi dikumpulkan oleh seseorang

atau sekelompok orang berwenang, kemudian dibagikan lagi.

c. Sistem pasar, yaitu proses menjual dan membeli barang di suatu

tempat dengan mempergunakan alat tukar uang. Sistem pasar di dugs mulai

timbul pada masyarakat bertani menetap.

Saat itu timbullah pertukaran jasa dan-4 barang. Orang yang ahli

membuat pacul menjual produksinya ke petani, petani menjual padinya ke

tukang pacul, begitu seterusnya sehingga timbul kerja sama antarindividu

yang keahliannya berbeda.

Pada saat pertanian menetap, sudah mengenal adanya surplus atau

kelebihan produksi. Di suatu tempat ada yang surplus padi, di lain tempat

mempunyai surplus ikan, kain, kayu ataupun jenis barang lainnya.

Transportasi dan komunikasi diperlukan, timbul supir, bengkel, pembuat

jalan dan pekerjaan lainnya.

6. Sistem Religi

Pada hakikatnya unsur kebudayaan yang disebut religi adalah amat

kompleks, dan berkembang di berbagai tempat di dunia. Sungguhpun

demikian, kalau kita tinjau sebanyak mungkin bentuk religi dari sebanyak

mungkin suku bangsa di dunia maka akan tampak adanya empat unsur pokok

dari religi pada umumnya, ialah berikut ini.

a. Emosi keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan manusia

menjalankan kelakuan religi.

b. Sistem kepercayaan atau bayang-bayangan dunia, alam gaib, hidup, coati,

Page 9: Dinamika Budaya Indonesia

surga, neraka.

c. Sistem upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia

gaib berdasarkan atas sistem kepercayaan tersebut.

d. Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang

mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi beserta sistem upacara-upacara

keagamaannya.

Para ahli antropologi, terutama yang berasal dari abad ke-19 dan ke-20, sampai kira-kira

menjelang zaman Perang Dunia ke –II, dalam hat membicar gejala religi Bering mengupas

berbagai macam bentuk religi, sebagai berikut:

No. Jenis Kepercayaan Penjelasan

1. Animisme Kepercayaan manusia purba terhadap

roh nenek moyang yang telah

meninggal dunia.

2. Dinamisme Kepercayaan bahwa semua benda

mempunyai kekuatan gaib, seperti

gunung batu, dan api. Bahkan benda-

benda buatan manusia diyakini juga

mempunyai kekuatan gaib, seperti

patung, keris, tombak, dan jimat.

3. Totemisme Kepercayaan atas dasar keyakinan

bahwa binatang-binatang tertentu

merupakan nenek moyang suatu

masyarakat atau orang-orang tertentu.

Biasanya binatang-binatang yang

dianggap nenek moyang itu, tidak boleh

diburu dan dimakan, kecuali untuk

keperluan upacara tertentu.

4. Fetisisme Bentuk religi yang berdasarkan

kepercayaan akan adanya jiwa dalam

benda-benda tertentu dan yang terdiri

dari aktivitas-aktivitas keagamaan guna

memuja benda-benda berjiwa.

Page 10: Dinamika Budaya Indonesia

5. Politeisme Bentuk religi yang berdasarkan

kepercayaan kepada satu sistem yang

luas dari dewa-dewa, dan terdiri dari

upacara-upacara guna memuja dewa-

dewa tadi.

6. Monotheisme Bentuk religi yang berdasarkan

kepercayaan kepada satu dewa atau

Tuhan, dan terdiri dari upacara-upacara

guna memuja dewa atau Tuhan tadi.

7. Mystic Bentuk religi yang berdasarkan

kepercayaan kepada satu Tuhan yang

dianggap, meliputi segala hal dalam

slam, dan sistem religi ini terdiri dari

upacara-upacara yang bertujuan

mencapai kesatuan dengan Tuhan.

Fedyani (1992: 2). Sungguhpun demikian, agama dan kebudayaan itu

berbeda. Agama, seperti yang diyakini oleh pendukungnya berasal dari Tuhan,

sedangkan kebudayaan berasal dan sepenuhnya bersandar pada manusia.

Koentjaraningrat (1992: 230) mendefinisikan bahwa agama adalah suatu

sikap hidup yang membuat orang mampu mengatasi kesulitan sebagai

manusia, dengan memberikan jawaban yang memberikan kepuasan spiritual

pada pernyataan mendasar tentang teka-teki alam semesta dan peranan

manusia di dalamnya, dengan memberikan ajaran praktis untuk hidup di alam

semesta.

Sementara itu Anthony F.C. Wallace (Koentjaraningrat, 1987: 68)

mengatakan bahwa agama merupakan seperangkat upacara yang diberi mhos-

mhos, dan yang menggerakkan kekuatan-kekuatan supranatural dengan tujuan

untuk mencapai sesuatu, atau yang merugikan pada kondisi manusia dan alam.

Moenawir Cholil (1970:19), dalam bukunya yang berjudul "Definisi dan

Sendi Agama" berpendapat bahwa perkataan agama terdiri dari bahasa

Sansekerta, yang terdiri dari dua kata "A" yang artinya tidak dan "Gama" yang

Page 11: Dinamika Budaya Indonesia

artinya kocar-kacir, kacau, atau berantakan. Artinya sama dengan perkataan

Grik, Chaos. Jadi, arti agama itu tidak kacau, tidak kocar-kacir atau tidak

berantakan, lebih jelasnya arti agama itu ialah teratur, beres dengan tepat

dapat dikatakan suatu "peraturan".

Endang Saifuddin Anshari (1983: 9) memberikan pengertian tentang

agama, yaitu sebagai berikut:

Agama, religi, dien (pada umumnya) adalah suatu sistem credo (tata

keyakinan atau tata keimanan) atas adanya suatu yang mutlak di guar

manusia dan suatu sistem ritus (tata peribadatan manusia yang

dianggapnya yang mutlak itu, serta sistem norms (tata kaidah) yang

menyatakan hubungan manusia dengan manusia dengan alam lainnya,

sesuai dan sejalan tata keimanan dan tata peribadatan termaktub.

7. Kesenian

Kesenian sering diartikan sebagai sarana atau alat untuk mencurahkan

perasaan keindahan manusia. Dipandang dari sudut cara kesenian sebagai

ekspresi hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati maka dapat dibagi

menjadi seni rupa, seni suara, seni tari dan seni drama.

C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN

Oleh karena kebudayaan adalah semua hasil pengetahuan dan ciptaan

manusia yang diperoleh dari belajar.

Perubahan kebudayaan ini dapat disebabkan oleh faktor dari dalam

(internal) masyarakat itu sendiri dan dapat pula oleh faktor yang berasal dari luar

(eksternal) masyarakat itu sendiri.

Faktor yang berasal dari dalam, yaitu sebagai berikut.

1. Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap sistem nilai yang

berlaku dalam masyarakat.

2. Adanya individu yang menyimpang dari sistem yang berlaku, apabila

penyimpangan ini dibiarkan maka akan diikuti oleh individu-individu lainnya

sehingga terjadi perubahan.

3. Adanya penemuan-penemuan barn (inovasi) yang diterima oleh anggota

Page 12: Dinamika Budaya Indonesia

masyarakat dan membawa perubahan kebudayaan.

4. Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk.

Faktor yang berasal dari luar masyarakat misalnya:

1. bencana alam: gunung meletus, banjir, gempa dan sebagainya;

2. peperangan;

3. kontak dengan masyarakat lain yang berbeda budayanya.

Penjalaran, penyebaran unsur-unsur budaya dari satu kelompok ke

kelompok lain; atau dari satu tempat ke tempat lain disebut difusi. Bersamaan

dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi,

turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia yang

disebut proses difusi (diffusion).

Difusi dapat terjadi kalau:

1. adanya kontak atau hubungan yang intensif antara dua kelompok yang

berbeda kebudayaannya;

2. tersedianya sarana komunikasi;

3. adanya rangsangan kedua belah pihak akan kebutuhan unsur baru;

4. adanya kesediaan mental kedua belah pihak untuk menerima unsur baru;

5. adanya kesiapan keterampilan untuk menerima unsur baru.

Ada 3 bentuk difusi

1. Difusi ekspansi: suatu proses di mans informasi atau material menjalar dari

satu daerah ke daerah lain semakin lama semakin meluas; Contoh: urbanisasi,

penyebaran sistem uang, berita dari koran atau TV.

2. Difusi relokasi: informasi atau mated pindah meninggalkan daerah asal ke

suatu daerah baru, Contoh; transmigrasi

3. Difusi cascade atau bertingkat: penjalaran melalui tingkatan, dari atas ke

bawah disebut top down contoh: KB atau dapat pula dari bawah ke atas

(Bottom up) contoh: kebutuhan sarana jalan dari masyarakat, diteruskan ke

kepala desa, ke camat, bupati dan seterusnya.

Syarat utama untuk terjadinya akulturasi adalah adanya kontak social dan

komunikasi antara dua kelompok masyarakat yang berbeda kebudayaannya.

Kebudayaan acing akan relatif mudah diterima apabila:

Page 13: Dinamika Budaya Indonesia

1. Tidak adanya hambatan geografis, seperti daerah yang bergunung relatif sukar

dijangkau sehingga kontak dengan masyarakat luar menjadi sukar.

2. Kebudayaan yang datang memberikan manfaat lebih besar apabila

dibandingkan dengan unsur kebudayaan yang baru.

3. Adanya persamaan dengan unsur kebudayaan lama.

4. Adanya kesiapan pengetahuan dan keterampilan.

5. Kebudayaan yang datang bersifat kebendaan.

Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses

asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas.

D. KEANEKARAGAMAN BUDAYA INDONESIA

Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya

mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf

kesejahteraan dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta sumber-

sumber alam yang ada di sekitarnya. Kebudayaan beleh dikatakan sebagai

perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi

dalam proses penyesuaian diri mereka dengan lingkungan.

Walaupun pada dasarnya beragamnya kebudayaan itu berkembang

sebagai hasil upaya manusia dalam mempermudah usahanya untuk memenuhi

kebutuhan pokok (biologis) yang bersifat universal. Akan tetapi, pemenuhan

kebutuhan pokok itu sendiri menimbulkan berbagai kebutuhan sampingan

(denved needs) yang jauh lebih banyak ragamnya.

Kerangka acuan itu terwujud dan tercermin dalam tujuh unsur

kebudayaan yang universal. Adapun unsur-unsur kebudayaan yang universal itu

ialah bahasa, organisasi sosial, ekonomi, pengetahuan, teknologi kesenian dan

religi. Betapa pun kehidupan suatu kelompok manusia, pasti is mengembangkan

bahasa sebagai sistem lambang. Untuk mempermudah sesama anggota

menyampaikan, pengalaman, pemikiran dan perasaan.

Unsur kebudayaan lainnya ialah sistem religi yang memberikan pedoman

pada anggota masyarakat dalam memahami lingkungan semesta dan

hubungannya dengan kekuatan gaib. Sistem pengetahuan ini sangat penting

Page 14: Dinamika Budaya Indonesia

artinya sebagai pedoman dalam menanggapi tantangan yang timbul dan harus

dihadapi dalam proses penyesuaian masyarakat terhadap lingkungannya dalam

arti luas. Sedang sistem kesenian merupakan unsur kebudayaan yang

memberikan pedoman bagi anggota masyarakat yang bersangkutan untuk

menyatakan rasa keindahan yang dapat dinikmati secara bersama.

Sementara Clifford Geertz (1993), mencoba menyederhanakan aneka

ragam kebudayaan yang berkembang di Indonesia ke dalam dua tipe yang

berbeda berdasarkan ekosistemnya, yaitu kebudayaan yang berkembang di

"Indonesia dalam" (Jawa, Bali) dan kebudayaan yang berkembang di "Indonesia

luar", yaitu di luar Pulau Jawa dan Bali. Kebudayaan yang berkembang di

"Indonesia dalam" itu ditandai oleh tingginya intensitas pengolahan tanah secara

teratur dan telah menggunakan sistem pengairan dan menghasilkan pangan padi

yang ditanam di sawah. Adapun yang dimaksud dengan kebudayaan masyarakat

petani berpengairan seperti yang berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Sama

halnya dengan apa yang dikemukakan oleh Clifford Geertz.

Kategori kebudayaan di pantai ditandai dengan pengaruh Islam yang kuat

serta kegiatan dagang yang menonjol. Kebudayaan tersebut tersebar sepanjang

pantai Sumatera dan Kalimantan yang didukung oleh orang-orang Melayu, dan

orang-orang Makassar dari Sulawesi Selatan.

Kategori ke tiga itu meliputi kebudayaan orang Toraja di Sulawesi

Selatan, orang Dayak di pedalaman Kalimantan, orang Halmahera, suku-suku di

pedalaman Seram, di kepulauan Nusa Tenggara, orang Gayo di Aceh, orang

Rejang di Bengkulu dan Lampung di Sumatra Selatan. Pada umumnya

kebudayaan mereka itu berkembang di atas sistem pencaharian perladangan

ataupun penanam padi ladang, sagu, jagung maupun akar-akaran.

Namun demikian, dikatakan oleh Hildred Geertz, bahwa intensifikasi

sistem administratif pemerintah mulai mengendorkan kesatuan sosial yang

berlandaskan ikatan kekerabatan.

Pada hakikatnya, menurut Josselin de Jong, kebudayaan yang tersebar di

Indonesia itu mempunyai landasan, antara lain berikut ini.

1. Bahwa pada mass lampau masyarakat Indonesia itu terdiri dari

Page 15: Dinamika Budaya Indonesia

beberapa persekutuan yang berlandaskan ikatan kekerabatan yang menganut

garis keturunan secara unilineal, baik melalui keibuan maupun kebapakan.

2. Di antara persekutuan kekerabatan itu terjalin hubungan kawin secara

tetap sehingga terjelma tata hubungan yang mendudukkan kelompok kerabat

pemberi pengantin wanita lebih tinggi daripada kedudukan kelompok kerabat

yang menerima pengantin wanita.

3. Seluruh kelompok kekerabatan yang ada biasanya terbagi dalam dua

puluh masyarakat yang dikenal dengan istilah antropologis "Moiety" yang

satu sama lain ada dalam hubungan saling bermusuhan maupun dalam

berkawan sehingga nampaknya persaingan yang diatur oleh adat.

4. Keanggotaan setiap individu karenanya bersifat ganda dalam arti

bahwa setiap prang bukan hanya menjadi anggota kelompok kerabat yang

unilineal, melainkan juga anggota kesatuan paruh masyarakat atau Moiety.

5. Pembagian masyarakat dalam dua paruh masyarakat itu

mempengaruhi pengertian masyarakat terhadap isi semesta ke dalam dua

kelompok yang seolah-olah saling mengisi dalam arti serba dua yang

dipertentangkan dan sebaliknya juga saling diperlukan adanya.

6. Akibatnya juga tercermin dalam sistem penilaian dalam masyarakat

yang bersangkutan. Ada pihak yang baik dan sebaliknya ada pula pihak yang

jahat atau busuk.

7. Seluruh susunan kemasyarakatan itu erat dihubungkan dengan sistem

kepercayaan masyarakat yang bersangkutan, terutama yang berkaitan dengan

kompleks totemisme yang didominasi dengan upacara-upacara keagamaan

dalam bentuk rangkaian upacara inisiasi dan diperkuat dengan dongeng-

dongeng suci baik yang berupa kesusastraan ataupun tradisi lisan.

8. Sifat serba dua juga tercermin dalam tata susunan dewa-dewa yang

menjadi pujaan masyarakat yang bersangkutan. Walaupun dikenal lebih dari

dua dewa, mereka menggolongkan ke dalam dua golongan dewa yang baik

dan dewa yang buruk. Dewa yang tergolong buruk atau buruk biasanya

mempunyai sifat ganda, sebab di satu pihak is digambarkan sebagai anggota

masyarakat Dewa yang mewakili golongan atas dan yang dipuja.

Page 16: Dinamika Budaya Indonesia

9. Tata susunan masyarakat Dewa itu ternyata mempengaruhi tata

susunan kepemimpinan masyarakat dalam kehidupan politik yang wring kali

merupakan pencerminan tentang kepercayaan yang berpangkal pada

kehidupan dewata.

Walaupun pada lahirnya di Indonesia ini berkembang lebih dari dua ratus

lima puluh bahasa yang berbeda, namun mereka itu masih serumpun, yaitu

rumpun bahasa Malayo Polinesia, di samping rumpun bahasa Halmahera Utara

dan rumpun bahasa Papua Melanesian yang tersebar di Irian Jaya maupun pulau-

pulau di sekitarnya.

Sementara itu B.Z.N. Ter Haar dalam bukunya yang berjudul Beginselen

en Stelsel Van Het Adatrecht (1946) menyederhanakan lingkungan kebudayaan

di Indonesia ke dalam 19 rechtsringen yang sesungguhnya dapat diperinci lebih

lanjut.

Page 17: Dinamika Budaya Indonesia

Upaya Pelestarian Budaya Asli

Keanekaragaman dalam kesamaan itu seperti juga yang tersirat dalam

Bhinneka Tunggal Ika, yaitu "berbeda-beda, tetapi satu jua" mencerminkan kekayaan

budaya bangsa Indonesia. Di samping perasaan bangga bagi bangsa kits atas

kekayaan kebudayaan bangsa itu, juga kadang-kadang timbul masalah yang

disebabkan oleh sifat aneka ragam itu, terutama masalah-masalah yang berhubungan

dengan kebudayaan nasional Indonesia.

Walaupun cita-cita kemerdekaan dan tekad bersatu untuk membentuk

satu bangsa yang merdeka dan bebas dari segala bentuk penindasan sudah

diikrarkan dalam Sumpah Pemuda pada tahun 1928, namun pelaksanaannya

tidak sesederhana bunyi sumpah pemuda itu sendiri.

Pada awal perkembangannya, masyarakat Indonesia yang telah berhasil

menumbangkan dominasi kolonial dan menggantikannya dengan sistem politik yang

mewakili rakyat yang dikukuhkan dengan ideologi baru, yaitu Pancasila.

Kurangnya perhatian terhadap kemajemukan masyarakat upaya pembangunan

bangsa itu sering kali menimbulkan kesenjangan perkembangan (asymmetry of

development) yang justru menghambat tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa

(G.M. Smith, 1960).

Perkembangan yang terjadi dalam perkembangan sosial budaya di Indonesia

itu oleh C. Geertz disebut sebagai revolusi integratif itu mengandung arti bahwa

ikatan kelompok primordial yang dilandasi oleh hubungan kerabat, keagamaan, dan

kebahasaan meluas ke arah kelompok :yang lebih besar dalam masyarakat bangsa.

Dengan demikian, keberhasilan pembangunan bangsa atau integrasi nasional dalam

masyarakat majemuk sering kali diartikan sebagai pergeseran ikatan primordial yang

tradisional dan bersifat lokal ke arah identitas nasional yang baru (Deutch, 1961).

Kesadaran itu dituangkan dalam UUD 1945, Pasal 32 yang berbunyi:

"Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia". Selanjutnya dipertegas

UUD 1945 hasil amandemen, Pasal 32 ayat 1 berbunyi: "Negara memajukan

kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin

kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai

budayanya". Ayat 2 berbunyi "Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah

Page 18: Dinamika Budaya Indonesia

sebagai kekayaan budaya nasional"

Oleh karena itu, cepat atau lambatnya perkembangan suatu kebudayaan lebih

banyak dipacu oleh kontak-kontak kebudayaan. Melalui kontak-kontak kebudayaan

itulah akan terbawa serta pemikiran, pola-pola tingkah laku, serta teknologi yang

sesuai dengan tingkat kebutuhan serta minat masyarakat yang bersangkutan.

Keberagaman kebudayaan daerah secara vertikal maupun horizontal sedemikian

itulah yang nampaknya melandasi tersusunnya Pasal 32 UUD 1945 yang

mengamanatkan perkembangan kebudayaan nasional Indonesia, di samping

kebutuhan akan perangkat pemikiran yang dapat memperkokoh persatuan dan

kesatuan Bangsa. Apa yang dimiliki bangsa Indonesia di awal kemerdekaan ialah

kebudayaan-kebudayaan Indonesia yang tersebar di kepulauan nusantara.

Persatuan dan kesatuan bangsa yang terwujud dari sejumlah suku bangsa yang

semula merupakan masyarakat yang berdiri sendiri dan mendukung kebudayaan yang

beraneka ragam itu perlu diperkokoh dengan kerangka acuan yang bersifat nasional,

yaitu kebudayaan nasional. Oleh karena itu, kebudayaan nasional yang hendak

dikembangkan itu telah ditetapkan landasan dan arah tujuan yang dituangkan dalam

penjelasan Pasal 32 UUD 45 yang berbunyi.

"Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai bush usaha budinya

rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan- kebudayaan lama, dan asli yang

terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh

Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus

menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak

bahan-bahan barn dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau

memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat

kemanusiaan bangsa Indonesia".

Penjelasan Pasal 32 memberikan empat ketentuan arah dan tujuan

pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Pertama, kebudayaan nasional yang

hendak dikembangkan itu harus benar-benar merupakan perwujudan hasil upaya dan

tanggapan aktif masyarakat Indonesia dalam proses adaptasi terhadap lingkungannya

dalam arti luas. Kedua, kebudayaan nasional itu merupakan perpaduan puncak-

puncak kebudayaan daerah sehingga mewujudkan konfigurasi budaya bangsa. Ketiga,

Page 19: Dinamika Budaya Indonesia

pengembangan kebudayaan nasional itu harus menuju ke arah kemajuan adab yang

dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Keempat, tidak menutup

kemungkinan untuk menyerap unsur-unsur kebudayaan asing yang dapat

mengembangkan dan memperkaya kebudayaan nasional, serta mempertinggi

kemanusiaan bangsa Indonesia.

Konfigurasi budaya itu amat penting artinya sebagai inti penggerak yang akan

menjiwai, memberi makna serta mengarahkan kehidupan berbangsa dan bernegara di

kalangan masyarakat Indonesia yang majemuk. Dalam masyarakat sedemikian itu

diperlukan suatu kerangka acuan, yaitu kebudayaan yang dapat menjembatani

pergaulan antarsuku dan golongan secara nasional. Kerangka acuan yang dapat

bertahan dan dapat memperoleh dukungan aktif dari masyarakat secara nasional ialah

kebudayaan yang tidak, hanya berfungsi dalam situasi dan lokasi serta keterbatasan

jangkauan sosial, melainkan kerangka acuan yang dapat memberikan makna dan arah

kehidupan berbangsa serta memberi kebanggaan bagi para pendukungnya.

Apa yang perlu diperhatikan dalam upaya pembaruan itu ialah kepentingan

nasional, yang dalam kaitan itu perlu dipegang teguh wawasan Nusantara untuk

menghindarkan kesenjangan sosial yang dapat memperlemah persatuan dan kesatuan

bangsa yang mungkin timbul sebagai akibat kesenjangan pemahaman dan

penghayatan kebudayaan nasional di daerah-daerah. Hal itu berarti bahwa dalam

upaya memperkembangkan kebudayaan nasional yang sesuai dengan perkembangan

Daman perlu pula diperhatikan kenyataan adanya kesenjangan perkembangan daerah

yang masih berfungsi sebagai acuan lokal.

Apa yang perlu diperhatikan adalah kemampuan masyarakat untuk menyerap

kebudayaan Asing yang diperlukan dan tidak bertentangan dengan nilai inti

Pancasila. Dalam menyerap unsur-unsur kebudayaan asing, perlu diperhatikan

patokan-patokan untuk memilah-milah unsur-unsur mana yang patutnya diambil alih,

yaitu unsur-unsur yang dapat mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa.

Berbagai peraturan yang menata kehidupan sosial politik di Indonesia yang

diterbitkan oleh pemerintah sejak maklumat No. X Tahun 1945. Tanpa mengabaikan

tradisi yang ada, masyarakat Indonesia telah mengembangkan teknologi dan ilmu

pengetahuan yang memang diperlukan untuk meningkatkan derajat kemanusiaan

Page 20: Dinamika Budaya Indonesia

bangsa sesuai dengan amanat UUD 1945. Sesungguhnya pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional tidak

dapat mengabaikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat

universal. Akibat sampingan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

industrialisasi ialah perkembangan masyarakat industri dengan perangkat nilai

budayanya. Di samping itu, pengembangan sistem pendidikan nasional dalam rangka

pengembangan kebudayaan nasional sangat penting artinya sebagai sarana integrasi.

Sistem pendidikan nasional tidak terbatas menata kegiatan pendidikan di

sekolah, melainkan lebih meluas mencakup pendidikan dalam lingkungan keluarga,

lingkungan kerja dan di lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, pengembangan

sistem pendidikan nasional boleh dikatakan sebagai keberhasilan masyarakat dan

pemerintah mengembangkan sistem reproduksi sosial dalam sistem organisasi sosial

sebagai unsur kebudayaan nasional.

Akhirnya salah satu unsur kebudayaan nasional yang amat penting akan tetapi

sering kali dilupakan orang ialah bahasa Indonesia. Sejak Sumpah Pemuda 1928,

kehadiran akan bahasa nasional sebagai sarana pemersatu secara tegas telah

diungkapkan.