105
BAB IV STUDI GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 4.1. Umum Tujuan : (a). Menentukan kapasitas alat pemutus daya (CB) berdasarkan besar arus hubung singkat maksimum yang mungkin dapat terjadi pada setiap titik (rel/bus bar) dalam sistem bila terjadi gangguan hubung singkat. (b). Menentukan kelambatan waktu dari rele berdasarkan besar arus hubung singkat minimum yang mungkin dapat terjadi pada setiap titik dalam sistem yang menggerakkan pemutus daya untuk bekerja guna koodinasi rele. Kelambatan waktu didefinisikan sebagai waktu terlama yang di-izinkan, dimulai dari saat gangguan terjadi sampai rele bekerja untuk menggerakkan pemutus daya. Dalam kasus hubung singkat , generator dikenal mempunyai tiga jenis reaktansi antara lain : a. dan adalah reaktansi sinkron/poteir b. dan adalah reaktansi transient c. dan adalah reaktansi sub-transient Reaktansi (b) dan (c) biasa disebut juga hipotetik Apabila kondisi abnormal terjadi pada suatu sistem tenaga, seperti hubung singkat, maka besar arus gangguan hubung singkat itu sangat tergantung pada lokasi gangguan dan jenis gangguan. Jenis gangguan hubung singkat seimbang IV-1

Diktat Kuliah AST BAB IV

Embed Size (px)

DESCRIPTION

AST

Citation preview

LAPORAN AKHIR TPSDP_2006

BAB IVSTUDI GANGGUAN HUBUNG SINGKAT4.1. Umum Tujuan : (a). Menentukan kapasitas alat pemutus daya (CB) berdasarkan besar arus hubung singkat maksimum yang mungkin dapat terjadi pada setiap titik (rel/bus bar) dalam sistem bila terjadi gangguan hubung singkat.

(b). Menentukan kelambatan waktu dari rele berdasarkan besar arus hubung singkat minimum yang mungkin dapat terjadi pada setiap titik dalam sistem yang menggerakkan pemutus daya untuk bekerja guna koodinasi rele.

Kelambatan waktu didefinisikan sebagai waktu terlama yang di-izinkan, dimulai dari saat gangguan terjadi sampai rele bekerja untuk menggerakkan pemutus daya.Dalam kasus hubung singkat , generator dikenal mempunyai tiga jenis reaktansi antara lain :

a. dan adalah reaktansi sinkron/poteir

b. dan adalah reaktansi transientc. dan adalah reaktansi sub-transient

Reaktansi (b) dan (c) biasa disebut juga hipotetikApabila kondisi abnormal terjadi pada suatu sistem tenaga, seperti hubung singkat, maka besar arus gangguan hubung singkat itu sangat tergantung pada lokasi gangguan dan jenis gangguan. Jenis gangguan hubung singkat seimbang (simetris) adalah gangguan hubung singkat tiga fasa ke tanah atau hubung singkat tiga fasa.

4.2. Transien Pada Saluran Transmisi

i R L

v = V sin (t + )

Gambar 4.1.

Pada bagian ini akan dibahas transien yang mengikuti gangguan hubung singkat pada suatu jaringan transmisi. Asumsi-asumsi yang dibuat adalah sebagai berikut :

(i). Jaringan dicatu oleh suatu sumber tegangan yang konstan (kasus dimana jaringan disuplai oleh mesin sinkron akan dibahas di sub bab berikutnya)

(ii). Hubung singkat terjadi ketika jaringan tidak berbeban.

(iii). Kapasitansi jaringan dapat diabaikan dan jaringan dapat dinyatakan melalui rangkaian RL seri.

Dengan asumsi-asumsi di atas, jaringan dapat dinyatakan oleh model rangkaian seperti Gambar 4.1. Hubung singkat diasumsikan terjadi saat t = 0. Parameter ( mengatur tegangan sesaat ketika hubung singkat terjadi. Telah kita ketahui dari teori rangkaian bahwa arus setelah hubung singkat terjadi terdiri atas dua bagian, yaitu :

i = is + it

(4.1)

dimana

is = arus keadaan mantap (steady state)

it = arus transien (menyusut secara eksponenesial dengan suatu konstanta waktu L/R)

Sehingga arus hubung singkat menjadi :

(4.2)

arus hubung singkat simetris komponen arus DC

Plot dari is, it dan i = is + it diperlihatkan pada Gambar 4.2. Dalam terminologi sistem tenaga, arus steady state sinusoidal disebut arus hubung singkat simetris dan komponen transien disebut komponen arus DC, yang menyebabkan arus hubung singkat total menjadi tidak simetris sampai kondisi transien menyusut.

Dari Gambar 4.2 dapat kita lihat bahwa arus hubung singkat sesaat maksimum (imm) bersesuaian dengan puncak gelombang yang pertama. Jika penyusutan arus transien dalam waktu yang singkat ini diabaikan :

(4.3)

Karena tahanan saluran transmisi kecil, 900

(4.4)

Persamaan ini memiliki harga maksimum pada = 0, yaitu hubung singkat terjadi ketika gelombang tegangan menuju nol. Maka :

(4.5)

= dua kali harga maksimum dari arus hubung singkat simetris

Untuk pemilihan pemutus daya, arus hubung singkat sesaat ditentukan menurut kemungkinan nilai maksimumnya (pilihan yang aman). Pertanyaan selanjutnya adalah : Berapa besarkah arus yang harus diputuskan ? Seperti telah diketahui bahwa pemutus daya modern dirancang untuk memutus arus pada beberapa cycle pertama (lima cycle atau kurang).

Gambar 4.2. Bentuk gelombang arus hubung singkat pada saluran transmisi

Dengan mengacu pada gambar 4.2, hal ini berarti bahwa pada saat arus diputus, komponen DC belum sepenuhnya hilang dan ia akan mengkontribusi terhadap arus yang akan diputus tersebut. Daripada menghitung nilai arus DC pada saat pemutusan (perhitungannya cukup kompleks), lebih baik hanya menghitung arus hubung singkat simetris, lalu untuk memperhitungkan arus DC, arus hubung singkat simetris tersebut dikalikan dengan suatu faktor pengali.

4.3. Hubung Singkat Pada Generator Tanpa Beban.

Pada kondisi hubung singkat, reaksi jangkar dari generator sinkron menghasilkan flux demagnetisasi. Dalam bentuk rangkaian, efek ini dimodelkan sebagai reaktansi Xa yang seri dengan emf induksi. Reaktansi ini ketika dikombinasikan dengan reaktansi bocor Xl pada mesin disebut reaktansi sinkron Xd. Tahanan jangkar yang kecil dapat diabaikan. Model hubung singkat dari mesin sinkron per phasa ditunjukkan pada Gambar 4.3 dibawah ini :

Gambar 4.3Misalkan sekarang terdapat hubung singkat (tiga phasa) pada generator sinkron yang awalnya berada pada kondisi rangkaian terbuka. Mesin tersebut akan mengalami masa transien pada ketiga phasanya dan berakhir pada keadaan steady state. Pemutus daya tentunya harus memutus arus sebelum kondisi keadaan mantap tercapai. Segera setelah hubung singkat, arus komponen DC akan muncul di ketiga phasa masing-masing dengan besar yang berbeda karena titik gelombang tegangan dimana hubung singkat terjadi berbeda tiap phasanya. Arus arus DC ini dihitung terpisah melalui basis empiris, dan oleh karena itu, untuk studi hubung singkat, kita hanya perlu berkonsentrasi pada arus hubung singkat simetris (sinusoidal).

Sesaat setelah hubung singkat, arus hubung singkat simetris hanya akan dibatasi oleh reaktansi bocor mesin. Karena fluks celah udara tidak dapat berubah secara drastis, untuk menghalangi demagnetisasi arus hubung singkat jangkar, arus muncul di belitan medan begitu pula pada belitan peredam dengan arah yang membantu fluks utama. Arus-arus ini menyusut sesuai dengan konstanta waktu belitan. Konstanta waktu dari belitan peredam yang mempunyai induktansi bocor yang rendah adalah lebih kecil dari yang dimiliki belitan medan yang mempunyai induktansi bocor yang tinggi. Maka selama permulaan hubung singkat, belitan peredam dan belitan medan mempunyai arus-arus yang terinduksi didalamnya sehingga pada model rangkaian reaktansi mereka Xf dari belitan medan dan Xdw dari belitan peredam muncul dalam hubungan paralel dengan Xa (Gambar 4.3.b). Karena arus belitan peredam yang pertama kali padam, Xdw akan menjadi rangkaian terbuka dan pada tahapan selanjutnya Xf juga menjadi rangkaian terbuka.

Oleh karenanya reaktansi mesin berubah dari penggabungan paralel Xa, Xf dan Xdw selama periode awal hubung singkat menjadi Xa dan Xf paralel pada periode pertengahan (Gambar 4.3.c), dan terakhir menjadi Xa pada keadaan steady state (Gambar 4.3.a). Reaktansi yang dinyatakan oleh mesin di saat awal hubung singkat :

(4.6)

disebut reaktansi subtransien mesin, sementara reaktansi efektif setelah arus belitan peredam padam :

(4.7)

disebut reaktansi transien mesin. Tentunya reaktansi pada keadaan mantap disebut reaktansi sinkron, dimana Xd" < Xd' < Xd.

Jika kita amati osilogram dari arus hubung singkat pada mesin sinkron setelah komponen arus DC dihilangkan, akan kita temukan bentuk gelombang arus seperti pada gambar 4.4.a. Sampul dari bentuk gelombang arus diberikan oleh gambar 4.4.b. Arus hubung singkat dapat dibagi ke dalam tiga periodeperiode subtransien awal saat arus sangat besar seiring munculnya reaktansi subtransien, periode transien pertengahan dimana timbul reaktansi transien pada mesin, dan terakhir periode steady state dimana muncul reaktansi sinkron pada mesin.

Bila sampul arus transien tersebut diekstrapolasi, perbedaan antara sampul transien dan subtransien adalah arus i" (sesuai dengan arus belitan peredam) yang menyusut cepat sesuai dengan konstanta waktu belitan peredam. Begitu pula, perbedaan antara sampul steady state dengan sampul transien i' menyusut menurut konstanta waktu medan.

Berkenaan dengan osilogram, arus dan reaktansi yang dibahas di atas dapat dituliskan :

(4.8)

dimana :

= arus steady state (rms)

= arus transien (rms) tanpa komponen DC

= arus subtransien (rms) tanpa komponen DC

Xd = reaktans sinkron sumbu langsung

Xd' = reaktansi transien sumbu langsung

Xd" = reaktansi subtransien sumbu langsung

= tegangan tanpa beban per phasa (rms)

4.4. Hubung Singkat Pada Generator Berbeban.

Gambar. 4.5. Model rangkaian dari sebuah mesin berbeban.

Gambar 4.5 menunjukkan model sebuah generator sinkron yang beroperasi pada kondisi mantap memberikan arus beban I0 ke bus pada tegangan terminal V0. Eg adalah emf induksi pada kondisi berbeban dan Xd adalah reaktansi sinkron poros langsung mesin. Bila hubung singkat terjadi pada terminal mesin, model rangkaian yang digunakan untuk menghitung arus hubung singkat diberikan pada gambar 4.6.a untuk arus subtransien dan 4.6.b untuk arus transien.

Emf induksi yang digunakan pada model ini adalah :

(4.9)

tegangan dikenal sebagai tegangan dibelakang reaktansi subtransien dan tegangan dikenal sebagai tegangan dibelakang reaktansi transien.

(a) Model rangkaian untuk meng- (b) Model rangkaian untuk menghitung

hitung arus subtransien arus transien

Gambar 4.6

4.5. Pemilihan Kapasitas Alat Pemutus Daya

Alat pemutus daya pada umumnya mempunyai tiga macam rating arus, yaitu :

a. Rating Arus Kontinu (Rated Continuous Current)Rating arus kontinu adalah arus terbesar yang dapat dialirkan secara kontinu dengan kenaikan temperatur sebesar 30 0C.

b. Rating Arus Yang Dapat Diputuskan (Rated Interrupting Current)Yang dimaksud dengan rating arus yang dapat diputuskan adalah arus total terbesar (AC dan DC) yang dapat diputuskan dengan baik. Besar arus ini tergantung dari waktu membukanya alat pemutus daya itu. Pada umumnya komponen DC tersebut sulit dihitung, jadi untuk mengikut sertakan komponen DC, arus simetris yang diperoleh dikalikan dengan faktor pengali. Faktor pengali tersebut besarnya tergantung dari waktu membukanya alat pemutus daya (lihat tabel 4.1).

Tabel 4.1. Faktor Pengali

Waktu membukanya

Alat pemutus dayaFaktor

Pengali

8 cycle

5 cycle

3 cycle

2 cycle

sesaat1,0

1,1

1,2

1,4

1,6

c. Rating Arus Sesaat (Rated Momentary Current)Rating Arus Sesaat (momentary current/momentary duty) adalah arus total terbesar (AC dan DC) yang dapat dialirkan dengan aman selama 1 detik atau kurang.

Besar arus ini adalah :

(4.10)4.6. Rating Kapasitas MVA PemutusanRating kapasitas MVA pemutusan (rated interrupting MVA capacity) dapat dicari dengan cara sebagai berikut :

Misalnya arus hubung singkat simetris terbesar yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah Ihs, maka kapasitas dari alat pemutus daya adalah :

k x VL-L x (MVA)

(4.11)

dimana : VL-L = tegangan sebelum gangguan (kV)

Ihs = arus hubung singkat (kA)

k = faktor pengali (dari Tabel 1)

Jelas bahwa rating kapasitas pemutusan suatu pemutus daya harus lebih besar atau sama dengan MVA hubung singkat yang akan diputuskan. Dimana MVA hubung singkat ini adalah :

(4.12)

Jika tegangan dan arus dalam nilai per unit, maka MVA hubung singkat :

(4.13)

Contoh 1.Sistem Radial seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.7Gangguan tiga fasa terjadi pada titik F. Tentukan arus gangguan dan tegangan jala-jala pada rel/bus 11 kV pada kondisi gangguan.

Solusi : Pilih besaran Dasar 100 MVA

Tegangan dasar : 11 kV pada generator, 33 kV untuk SUTT

dan 6,6 kV untuk kabel.

Reaktansi G1 =

Reaktansi G2 =

Reaktansi T1 =

Reaktansi T2 =

Impedansi dasar untuk SUTT Zdasar =

Impedansi SUTT ZSUTT =

Impedansi dasar untuk kabel Zdasar =

Impedansi kabel ZKABEL =

Diagram tersebut di atas menunjukkan kondisi sistem terganggu.Sistem pada kondisi tanpa beban sesaat akan mengalami gangguan, tegangan pada kedua generator adalah identik/sama (sefasa dan sama besar) p.u.

Rangkaian generator dapat diganti dengan sumber tegangan tunggal yang terhubung seri dengan reaktansi yang paralel antara kedua generator seperti tersebut di atas.

Impedansi total Ztotal

Arus gangguan

Arus dasar pada bus 6,6 kV

Maka arus gangguan

Impedansi total antara titik F dengan bus 11 kV :

Ztotal

Tegangan pada bus 11 kV

Contoh 2.

Generator 25 MVA, 11 kV dengan reaktansi subtransien Xd = 20 % yang terhubung melalui transformator, jala-jala dan transformator ke rel/bus untuk melayani tiga motor yang identik seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.8Masing-masing motor memiliki Xd = 25 % dan Xd = 30 % pada dasar 5 MVA, 6,6 kV.Kapasitas transformator T1 25 MVA, 11/66 kV dengan reaktansi bocor 10 % dan transformator T2 25 MVA, 66/6,6 kV dengan reaktansi bocor 10 %.

Reaktansi transmisi 15 % pada dasar 25 MVA, 66 kV.

Tegangan bus pada semua motor adalah 6,6 kV ketika gangguan hubung singkat 3 fasa terjadi di titik F.

Hitung : (a). Arus subtransien pada kondisi gangguan

(b). Arus subtransien yang mengalir pada CB di titik B

(c). Arus sesaat pada CB di titik B dan

(d). Arus yang dapat diputus oleh CB di titik B dalam 5 siklus ( 5 cycles)

Solusi : pilih daya dasar 25 MVATegangan dasar generator 11 kV, tegangan dasar jala-jala 66 kV dan tegangan dasar motor 6,6 kV,

(a). Untuk masing-masing motor :

Gambar 4.9Dengan reduksi jala-jala dari (a) sampai (c) dapat ditentukan arus hubung singkat ISC sebesar :

Arus dasar pada bus 6,6 kV

Maka arus gangguan

(b). Dari gambar (c) diperoleh besar arus yang melalui CB adalah :

(c) arus sesaat yang melalui CB

(d). Nilai arus yang dapat diputuskan oleh CB, digunakan reaktansi transien motor sbb :

Dengan reduksi jala-jala (d) dapat ditentukan arus hubung singkat ISC sebesar :

Dengan menggunakan faktor pengali 1,1, ditentukan nilai arus yang dapat diputuskan oleh CB sebesar :

Home work :

Gambar 4.10Generator 1 :100 MVA, 11 kV dan X = 10 %

Generator 2 :100 MVA, 11 kV dan X = 10 %

Transformator identik :100 MVA, 11 110 kV dan X = 5 %.

Jika terjadi gangguan langsung (solid) 3( - T di bus 4, tentukan :

a. arus gangguan di bus 4

b. kontribusi arus gangguan dari masing-masing generator saat terjadi gangguan

c. tegangan setelah gangguan pada masing-masing bus.

Solusi :

Diagram reaktansi pada daya dasar 100 MVA dan tagangan dasar 11 kV

4.7. Algoritma untuk studi Hubung Singkat

Sebelumnya kita telah memahami perhitungan arus hubung singkat untuk sistem sederhana dimana rangkaian pasif dapat dengan mudah direduksi. Disini akan dikembangkan studi untuk sistem yang lebih besar. Ada empat langkah yang dilakukan dalam perhitungan hubung singkat yang lebih mudah pada sistem yang besar sebagai berikut :

Gambar 4.11Sistem tenaga di atas yang memiliki n-bus yang beroperasi pada beban konstan.Langkah pertama yang mengarah ke proses perhitungan hubung singkat adalah menetapkan tegangan sebelum gangguan terjadi pada semua bus dan arus pada semua jaringan melalui studi aliran daya.Andaikan tegangan tersebut dinyatakan dengan vektor tegangan sebelum gangguan atau kondisi normal seperti :

(4.15)Andaikan bahwa bus r mengalami gangguan hubung singkat melalui impedansi gangguan Zf . vektor tegangan bus setelah gangguan terjadi menjadi :

(4.16)

adalah vektor perubahan tegangan pada bus akibat gangguan yang terjadi.Langkah ke-dua digambarkan rangkaian Thevenin pasif dari sistem dengan mengganti generator dengan reaktansi transien atau subtransien dan emfnya dihubung singkat.

Gambar 4.12Langkah ke-tiga, pada rangkaian Thevenin pasif dibangkitkan sumber sebesar terhubung seri dengan Zf seperti pada gambar di atas.Vektor terdiri dari tegangan bus dalam sistem, sehingga

(4.17)dimana ZBUS adalah matrik impedansi bus dari rangkaian Thevenin pasif.

(4.18) vektor injeksi arus bus

(4.19)

(4.20)Langkah ke-empat, besar tegangan pada bus r yang terganggu menjadi :

(4.21)Tegangan akan sama dengan

(4.22)Karena kedua persamaan di atas adalah sama maka,

(4.23)Pada bus ke-i diperoleh

Jika disubstitusi I f akan diperoleh bentuk persamaan seperti berikut ini.

(4.24)Arus pada setiap saluran dari i ke j adalah

(4.25)Contoh :

Gambar 4.13Generator 1 :100 MVA, 11 kV dan X = 10 %

Generator 2 :100 MVA, 11 kV dan X = 10 %

Transformator identik :100 MVA, 11 110 kV dan X = 5 %.

Jika terjadi gangguan langsung (solid) 3( - T di bus 4, tentukan :

a. arus gangguan di bus 4

b. tegangan setelah gangguan pada masing-masing bus c. kontribusi arus gangguan dari masing-masing generator saat terjadi gangguan

Solusi :

Diagram reaktansi pada daya dasar 100 MVA dan tagangan dasar 11 kV

Matrik admitansi YBUS adalah :

Matrik impedansi diperoleh dengan meng-inverse YBUS

Tegangan setiap bus diperoleh dengan rumus :

Kondisi sebelum terjadi gangguan tanpa beban,

Arus gangguan yang terjadi di bus 4 sebesar

Arus gangguan yang mengalir pada setiap saluran pada sistem adalah :

4.8. Algoritma Pembentukan Matrik Impedansi Bus

Sebelum kita membicarakan pembuatan algoritma matrik impedansi bus, ada sejumlah definisi dari aturan teori graph akan diperkenalkan. Graph dari suatu jaringan menggambarkan struktur secara geometrik jaringan. Graph terdiri dari penggambaran ulang jaringan dengan suatu garis yang menyatakan setiap elemen jaringan.

Graph jaringan untuk gambar 2.7(a) sebelum gangguan diperlihatkan dalam gambar 2.7(b) berikut :

gambar (a)

gambar (b)

gambar (c)

Gambar 2.7. Sistem tenaga sederhanaBus dinyatakan sebagai simpul atau titik dan impedansi oleh segmen garis yang disebut elemen atau edges. Tree dari suatu hubungan graph adalah suatu hubungan subgraph yang menghubungkan semua simpul2 tanpa membentuk loop (rangkaian tertutup). Elemen2 suatu tree adalah cabang/saluran2 . Secara umum suatu graph memiliki beberapa tree. Jumlah cabang dalam setiap tree yang dipilih ditandai dengan b adalah selalu jumlah simpul dikurangi satu.

n adalah jumlah simpul atau bus termasuk bus referensi 0. Ketika suatu tree untuk suatu graph telah didefinisikan, elemen2 yang tertinggal atau tersisa ditujukan sebagai link. Kumpulan link disebut cotree. Bila e adalah jumlah total elemen2 dalam suatu graph, maka jumlah link (l) dalam suatu cotree adalah:

Suatu loop yang memiliki satu link disebut loop dasar.

Jumlah loop dasar menjadi unik atau spesifik yang samadengan jumlah link dan sekaligus menjadi jumlah persamaan loop bebas . suatu cut set adalah suatu set minimal dari cabang2 yang mana jika cut membagi graph menjadi dua hubungan subgraph. Suatu cut set fundamental adalah suatu cut set yang terdiri dari hanya satu cabang. Jumlah cut set fundamental adalah unik, yang samadengan jumlah cabang2 dan samadengan jumlah persamaan simpul yang bebas.

Gambar 2.7(c) menunjukkan suatu tree dari graph dengan cabang2 tree dengan garis dan cotree ditandai oleh garis putus2.

Matrik impedansi bus dapat dibentuk yang diawali dengan suatu elemen tunggal dan prosesnya dilanjutkan hingga seluruh simpul/bus dan elemen2 cabang. Dimisalkan matrik impedansi bus Zbus timbul untuk suatu jaringan partial (sebagian dari jaringan) yang mempunyai m simpul/bus dan referensi simpul 0 seperti terlihat pada gambar 2.8 dibawah ini.

gambar 2.8. Model jaringan partial sistem tenaga

Persamaan jaringan untuk jaringan partial ini adalah :

Untuk sistem n bus, m bus termasuk didalam jaringan dan Zbus mempunyai ukuran m m . Kita akan menambahkan satu elemen pada saat tertentu dari bagian yang tersisa dari jaringan hingga seluruh elemen tercakup. Penambahan elemen dapat berupa suatu cabang atau link seperti yang dijelaskan berikut ini.4.8.1. Penambahan suatu cabang

Bila elemen yang ditambahkan adalah suatu cabang, satu simpul/bus baru tercipta atau bertambah ke jaringan partial yang akan menambah baris dan kolom baru dari matrik impedansi sehingga ukuran matriknya menjadi (m+1)(m+1). Tambahkan satu cabang dengan impedansi primitif zpq dari bus p ke bus baru q seperti pada gambar 2.9(a).

(a)

(b)

Gambar 2.9. Model jaringan partial sistem tenaga penambahan satu cabangpersamaan jaringan menjadi :

(4.26)

Penambahan cabang tidak mempengaruhi matrik asal, tetapi membutuhkan perhitungan untuk elemen2 pada baris dan kolom q. Oleh sebab elemen2 jaringan sistem tenaga adalah linier dan bilateral, maka Zqi = Ziq untuk setiap q = 1, 2, .., m.

Pertama, kita akan tentukan elemen dari Zqi untuk i = 1, 2, , m dan i ( q. menentukan elemen2 ini, kita akan menggunakan sumber arus 1 p.u pada simpul/bus ke-i sehingga Ii = 1 p.u

dan menjaga bus lain dalam kondisi terbuka. Artinya Ik = 0, untuk k = 1, 2, , m. dan k ( i.

Berdasarkan persamaan di atas diperoleh :

(4.27) Gambar 2.9(a) menunjukkan bahwa :

(4.28) dimana (pq adalah jatuh tegangan pada cabang yang ditambahkan dengan impedansi zpq dan besarnya adalah :

(4.29)karena elemen p-q yang ditambahkan adalah suatu cabang, maka ipq = 0, sehingga (pq = 0 dan diperoleh :

i = 1, 2, , m dani ( q (4.30) Untuk menentukan besarnya elemen diagonal Zqq , dilakukan dengan menginjeksikan sumber arus 1 p.u pada bus q , iq = 1 p.u sementara bus lain dalam kondisi terbuka.

sehingga diperoleh :

Pada saat arus yang di-injeksikan pada bus q mengalir ke bus p , maka ipq = - Iq = - 1 p.u.

sehingga :

(4.31) dan

(4.32)untuk i = q , maka Vq = Zqq dan Vp = Zpq sehingga menjadi :

(4.33)Bila simpul/bus p adalah sebagai simpul/bus referensi seperti terlihat pada gambar 2.9(b) , Vp = 0 akan diperoleh bahwa :

i = 1, 2, , m dani ( q Dengan demikian akan diperoleh elemen diagonal :

(4.34)2.5.2. Penambahan suatu link

Ketika elemen yang ditambahkan adalah suatu cotree link di antara bus p dan bus q tidak terjadi penambahan bus baru. Ukuran matrik Zbus tetap sama, tetapi semua elemen2nya perlu dihitung. Andaikan ditambahkan suatu link dengan impedansi zpq di antara dua bus yang ada, bus p dan bus q seperti terlihat pada gambar 2.10(g).

gambar (a)

gambar (b)

Gambar 2.10. Model jaringan partial sistem tenaga penambahan satu linkjika Il adalah arus yang mengalir melalui link yang ditambahkan dengan arah seperti pada gambar 2.10(a) , maka akan diperoleh bahwa :

(4.35) atau

(4.36)Akibat penambahan link menyebabkan arus Ip berubah menjadi (Ip - Il ) dan arus Ip berubah menjadi (Ip + Il ) seperti pada gambar 2.10(b) di atas dan persamaan jaringan menjadi :

(4.37)Jika Vp dan Vq pada pers. (4.37) disubstitusikan ke pers. (4.36) maka diperoleh :

(4.38)Bila pers. (4.37) ditambahkan ke pers. (4.38) akan diperoleh sistem persamaan simultan sebanyak (m +1) yang dapat ditulis dalam bentuk matrik sebagai berikut :

(4.39)dimana

(4.40) dan

(4.41) Kemudian arus link Il dapat dieliminasi. Pers. (4.38) di atas dapat ditulis dalam bentuk matrik partisi sebagai berikut :

(4.42)dimana

Bila pers. (4.41) dituliskan dalam bentuk persamaan, maka diperoleh bentuk sebagai berikut :

(4.43)dan

atau

Bila arus link Il disubstitusikan ke-pers. (4.43) , maka didapatkan :

atau

dimana

(4.44)Perhatikan bahwa pers. (4.44) di atas, mereduksi ukuran matrik ke ukuran awal. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi penambahan simpul baru tetapi hanya menghubungkan dua simpul yang ada di dalam sistem.

Matrik impedasi bus dapat dibentuk dengan penambahan cabang dan link pada tahap berikutnya. Kadang2 merupakan hal terbaik untuk memilih suatu tree yang terdiri dari elemen2 yang dihubungkan ke simpul referensi. Jika lebih dari satu elemen dihubungkan di antara simpul dan simpul referensi, hanya satu elemen dapat dipilih sebagai cabang yang menempati elemen yang lain di dalam cotree. Prosedur tahap demi tahap untuk membentuk matrik impedansi bus yang diambil dari matrik impedansi bus yang ada ke matrik impedansi bus disimpulkan sebagai berikut :

Aturan 1 : penambahan cabang tree ( tree branch) kepada referensi

Dimulai dengan cabang2 yang terhubung ke simpul referensi. Penambahan suatu cabang zq0 di antara simpul baru q dan simpul referensi 0 yang memiliki matrik impedansi lama dengan ukuran (m m ), dan akan menghasilkan matrik impedansi baru dengan ukuran (m+1)(m+1) dan diperoleh :

(4.45)Matrik tersebut di atas adalah matrik diagonal dengan nilai impedansi cabang pada diagonal.

Aturan 2 : Penambahan cabang tree dari suatu simpul/bus baru ke simpul lama

Melanjutkan dengan cabang2 yang tersisa dari tree yang menghubungkan simpul baru dengan simpul yang ada. Penambahan satu cabang zpq di antara simpul baru q dan simpul yang ada p yang menghasilkan matrik impedansi lama dengan ukuran (m m ), dan akan menghasilkan matrik impedansi baru dengan ukuran (m+1)(m+1). Jadi diperoleh :

(4.46)Aturan 3 : Penambahan suatu link cotree di antara dua simpul Yang ada

Ketika suatu link dengan impedansi zpq ditambahkan di antara dua simpul yang ada p dan q, kita akan meniadakan matrik impedansi dengan baris baru dan kolom baru, akan diperoleh :

(4.47)dimana

(4.48)

Baris dan kolom baru setelah dieliminasi diperoleh, (Z yang didefinisikan sebagai :

(4.49)

Bila simpul/bus q sebagai simpul referensi, Zqi = Ziq = 0 untuk i = 1, .., m dan berubah menjadi :

(4.50)

dimana

(4.51)

(4.52)Algoritma pembentukan matrik impedansi bus Zbus dengan penambahan satu elemen pada saat tertentu dapat juga dipergunakan untuk menghilangkan/melepaskan suatu cabang atau generator dari jaringan. Prosedurnya identik dengan penambahan elemen, dalam hal ini elemen yang akan dihilangkan dipandang sebagai impedansi negatif, dengan kata lain akan meniadakan efek elemen tersebut.

4.9. Jenis Gangguan

Teori Peritungan Arus Gangguan Hubung Singkat

1.Analisis gangguan hubung singkat seimbang tiga fasa

Gambar 4.14. Gangguan hubung singkat tiga fasaPada gangguan seimbang komponen urutan nol dan urutan negatifnya tidak muncul, maka pada gangguan seimbang hanya muncul komponen urutan positif

Bentuk rangkaian untuk gangguan seimbang 3 fasa ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.15. Rangkaian Urutan Positif Untuk Gangguan hubung singkat tiga fasa

Berdasarkan gambar 4.15., diketahui bahwa :

tetapi :

terkecuali untuk maka :

untuk :

Contoh Soal :1.

Gambar 4.16Generator 1 :50 MVA, 13,8 kV dan X = 25 %

Generator 2 :25 MVA, 13,8 kV dan X = 25 %

Transformator :75 MVA, 13,8 69 kV dan X = 10 %.

Sebelum gangguan terjadi, tegangan pada sisi tegangan tinggi dari transformator 66 kV.

Transformator tidak dibebani. Tentukan arus subtransient masing-masing generator pada saat terjadi gangguan tiga phasa di sisi tegangan tinggi transformator .

Gambar 4.17Ambil dasar pada sisi tegangan tinggi : 69 kV dan 75 MVA.

dan pada sisi tegangan rendah menjadi 13,8 kV

Generator 1 :

Generator 2 :

Transformator :

Gambar 4.17. memperlihatkan diagram reaktansi sebelum terjadi gangguan. Bila suatu gangguan 3 phasa ke tanah terjadi di titik p disimulasikan oleh saklar S ditutup.

Tegangan dalam Eg dari kedua generator yang terhubung paralel dengan syarat tegangan dan urutan phasa identik bila tidak ada arus sirkulasi di antara kedua generator tersebut.

Reaktansi subtransient ekuivalen paralel adalah :

Gambar 4.18Arus gangguan :

Tegangan di sisi delta transformator menjadi :

Arus subtransien pada masing-masing generator :

EMBED Equation.3 Arus subtransien dalam ampere menjadi :

EMBED Equation.3 2.Suatu alternator dan motor sinkron kapasitas 30 MVA, 13,2 kV, keduanya memiliki reaktansi subtransient X= 20 %. Reaktansi saluran yang menghubung keduanya Xs = 10 % pada dasar kapasitas mesin2 listrik.

Motor menyerap daya 20 MW pada faktor daya 0,8 terdahulu dan tegangan terminal Vt = 12,8 kV ketika suatu gangguan tiga phasa terjadi diterminal motor. Tentukan arus subtransien dalam alternator, motor dan gangguan menggunakan tegangan internal dari mesin2 listrik.

Sebelum gangguan

gambar 4.19

Selama gangguan

solusi : pilih sebagai daya dasar 30 MVA, 13,2 kV.

Sebelum terjadi gangguan Eg dan Em dapat diganti dengan Eg dan Em .

Bila digunakan tegangan pada titik gangguan Vf sebagai phasor referensi :

Arus dasar =

Untuk generator :

Vt = 0,97 + j 0,1 ( 0,69 + j 0,52 ) = 0,97 + j 0,069 0,052

= 0,918 + j 0,069 p.u

Untuk motor :

Arus gangguan di titik P :

Jika diselesaikan dengan metode thevenin sebagai berikut akan diperoleh hasil :

Arus gangguan dari generator

Arus gangguan dari motor

Untuk memperoleh arus total subtransient dalam mesin listrik tambahkan arus beban sebelum terjadi gangguan ke arus gangguan dari masing2 mesin listrik.

Catatan : umumnya arus beban diabaikan didalam menghitung arus pada setiap jaringan/saluran yang mengalami gangguan. Dalam metode thevenin, arus beban diabaikan yang berarti bahwa arus sebelum terjadi gangguan dalam setiap saluran tidak ditambahkan ke komponen arus yang mengalir menuju gangguan pada saluran.

Dalam contoh di atas (bukan thevenin), arus beban dapat diabaikan jika tegangan dibelakang reaktansi subtransient dari semua mesin2 listrik yang ada dianggap samadengan tegangan Vf pada titik gangguan sebelum terjadi gangguan, artinya tidak ada arus yang mengalir di setiap titik dalam jaringan ke titik gangguan.Dengan mengabaikan arus beban dalam contoh (thevenin), arus gangguan sebesar :

Dari generator

: 3,23 1.312 A = 4.240 A

Dari Motor

: 4,85 1.312 A = 6.360 A

Arus gangguan: 8,08 1.312 A = 10.600 A

Bila arus beban diperhitungkan, maka arus gangguan menjadi :

Dari generator

: |905 j 3.550| A = 3.660 A

Dari Motor

: | 905 j 7.050| A = 7.200 A

Arus gangguan: 8,08 1.312 A = 10.600 A

3.Untuk sistem tenaga dibawah ini diketahui :

Generator G1 : 100 MVA, X = 0,20 p.u, 11 kV

Generator G2 : 60 MVA, X = 0,15 p.u, 11 kV

Trafo (masing-masing) : 50 MVA, X = 0,15 p.u, 12 kV/110 kV

Reaktor X = 0,2 p.u pada daya dasar 100 MVA

Saluran transmisi masing-masing : X = 100 Ohm

Tegangan sistem transmisi 110 kV. Pilih daya dasar 100 MVA.

Hubung singkat tiga phasa terjadi ditengah-tengah salah satu saluran transmisi,di titik F.

Hitunglah besar arus gangguan yang disumbangkan oleh G1 ?.

1

G1

Tr1 Tr3 reaktor 3 2

G2 Tr2 F Tr4 Gambar 4.20

Gambar 4.21

Jadi besar kontribusi arus gangguan dari generator G1 = 0,1951065 p.u4.

MVA dasar = 100 MVA

Tentukan tegangan tiap bus dan besar arus pada saluran antar bus selama terjadi gangguan seimbang tiga phasa di bus 3, dengan impedansi gangguan j 0,16 dan tegangan sebelum gangguan disemua bus 1 p.u.

Kerjakan juga masing-masing untuk bus 1 dan 2.

Gambar 4.22

Gambar 4.23

(a)

(b)Gambar 4.24

Berdasarkan gambar 3. (a) arus gangguan dibagi di antara kedua generator masing-masing sebesar :

Perubahan tegangan bus akibat arus gangguan terjadi sebesar :

Tegangan selama gangguan terjadi dapat diperoleh dengan men-superposisi-kan antara tegangan bus sebelum gangguan dan perubahan tegangan bus akibat emf ekuivalen yang terhubung ke bus terganggu seperti terlihat pada gambar 1.

Kontribusi arus hubung singkat pada cabang/saluran dalam sistem sebesar :

Gambar 4. 25(a)

Gambar 4. 25(b)

Gambar 4. 26(a)

Gambar 4. 26(b)

Berdasarkan gambar 4. 26(a) arus gangguan dibagi di antara kedua generator masing-masing sebesar :

Berdasarkan gambar 4.25(a), perubahan tegangan bus akibat arus gangguan sebesar :

Tegangan selama gangguan terjadi dapat diperoleh dengan men-superposisi-kan antara tegangan bus sebelum gangguan dan perubahan tegangan bus akibat emf ekuivalen yang terhubung ke bus terganggu seperti terlihat pada gambar 4.25(b).

Kontribusi arus hubung singkat pada cabang/saluran dalam sistem sebesar :

Pada contoh di atas arus beban diabaikan dan semua tegangan bus sebelum gangguan dianggap samadengan 1.0 p.u. untuk mempeoleh hasil perhitungan yang lebih teliti, tegangan bus sebelum gangguan dapat diperoleh dari solusi aliran daya. Didalam suatu sistem tenaga, beban dinyatakan tetapi arus beban tidak diketahui. Satu cara untuk mengikutsertakan pengaruh arus beban dalam analisis gangguan adalah dengan menyatakan beban-beban tersebut dengan suatu impedansi beban konstan yang ditentukan berdasarkan tegangan bus sebelum gangguan. Ini menjadi suatu pendekatan yang paling baik dalam mendapatkan hasil dari persamaan simpul linier.Langkah-langkah perhitungan disimpulkan di bawah ini :

1. Tegangan bus sebelum gangguan didapatkan dari hasil solusi aliran daya.2. Didalam hal to preserve the linearity feature of jaringan beban-beban dikonversikan ke admitansi konstan dengan menggunakan tegangan bus sbelm gangguan3. Jaringan terganggu direduksi ke bentuk rangkaian ekuivalen Thevenin ang dilihat dari sisi bus terganggu atau titik gangguan. Dengan menggunakan teori Thevenin perubahan tegangan bus dapat diperoleh.

4. Tegangan bus selama gangguan diperoleh dengan superposisi tegangan bus sebelum gangguan dan perubahan tegangan bus yang tela dihitung sebelumnya

5. Arus selama gangguan dalam semua cabang dalam sistem dapat ditentukan.

4.10. Metode Komponen Simetris

Menurut Fortescue, tiga fasor yang tidak seimbang dari sistem tiga fasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan-himpunan seimbang dari ketiga komponen tersebut antara lain :

a) Komponen Urutan Positif

Terdiri dari 3 fasor yang sama besar dan terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120o dan mempunyai urutan fasa yang sama dengan fasor-fasor aslinya.

b) Komponen Urutan Negatif

Terdiri dari 3 fasor yang sama besar dan terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120o dan mempunyai urutan fasa berlawanan dengan fasor-fasor aslinya.

c) Komponen Urutan Negatif

Terdiri dari 3 fasor yang sama besar dengan pergeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lainnya.

Komponen urutan positif dari fasor tidak seimbang dinyatakan dengan abc. Sedangkan urutan fasa dari komponen-komponen urutan negatif adalah acb. Jika 3 set komponen simetris diberi tanda tambahan 1 untuk urutan positif, 2 untuk urutan negatif, dan 0 untuk urutan nol, maka tegangan urutan positif akan ditulis Va1, Vb1, Vc1 ; Va2, Vb2, Vc2 untuk urutan negatif dan Va0, Vb0, Vc0 untuk urutan nol, seperti terlihat pada Gambar 4.27. dibawah ini.

Misalkan ketiga fasor tegangan Va, Vb dan Vc diuraikan ke dalam komponen simetrisnya yaitu :

dimana Va1, Va2, Va0, Vb1, Vb2, Vb0, Vc1, Vc2 dan Vc0 adalah masing-masing komponen simetris dari Va, Vb dan Vc.

4.11. Fasa Referensi Dan Operator a

Pemilihan fasor referensi adalah sembarang, tetapi pada umumnya dipilih fasor a sebagai referensi. Huruf a digunakan untuk menunjukkan operator yang menyebabkan perputaran sebesar 120o dalam arah yang berlawanan dengan arah jarum jam. Operator semacam ini adalah bilangan kompleks yang besarnya 1 dan sudutnya 120o dan didefinisikan sebagai :

Jika operator a dikenakan pada fasor dua kali berturut-turut, maka fasor itu akan diputar dengan sudut sebesar 240o. Untuk pengenaan tiga kali berturut-turut akan diputar dengan 360o.

Jadi : dan 4.12. Komponen-Komponen Simetris Dari Fasor-Fasor Yang Tidak Seimbang

Jika perputaran 120o diganti oleh suatu operator a yaitu dan dipilih fasa a sebagai fasa acuan, maka :

Fasor tegangan urutan positif :

Fasor tegangan urutan negatif :

Fasor tegangan urutan nol :

Dengan demikian diperoleh bentuk sebagai berikut :

Atau dalam bentuk matrik :

untuk mempermudah dimisalkan T adalah matrik operator a :

dan inverse matrik operator a adalah :

Tegangan urutan dapat dinyatakan sebagai berikut :

jika dalam bentuk persamaan diperoleh :

Untuk arus berlaku rumus-rumus yang sama dengan menggantikan V (tegangan) dengan I (arus) sehingga diperoleh :

dan :

4.13. Gangguan-Gangguan Tak SimetrisUntuk maksud perhitungan, Sebuah jaringan tiga fasa dapat direpresentasikan oleh sebuah jaringan satu fasa selama hal itu masih dibebani dengan pembebanan seimbang (hal ini juga dapat digunakan pada kasus gangguan hubung singkat tiga fasa).

Pada kondisi pengoperasian tak seimbang (sebagai contoh gangguan hubung singkat satu fasa atau dua fasa), penggambaran atau representasi menggunakan satu fasa pada kondisi tersebut tidak lagi cukup untuk digunakan. Sebuah metode perhitungan, seperti yang digambarkan oleh Fortescue, disebut dengan metode komponen simetris, pada saat sekarang umum digunakan pada kasus-kasus tersebut. Disini, sistem-sistem tiga fasa tak seimbang direduksi menjadi sistem-sistem seimbang dimana mereka saling dikopel atau dihubungkan dengan baik satu dengan lainnya ( disebut juga komponen-komponen sistem) dengan begitu perhitungan-perhitungan dengan cara biasa dapat dilakukan.

Dua sistem yang dihasilkan melalui perhitungan dari sistem-sistem simetris tiga fasa adalah fasa fasa dengan pergeseran atau beda sudut fasa 120o antara satu dengan lainnya, dan disebut dengan sistem urutan positif dan urutan negative ; sistem yang ketiga dengan tiga buah arus dan tegangan dari fasa yang sama ditunjukkan oleh sistem urutan nol.

Sistem urutan nol tidak terdapat jika sistem tiga fasa tersebut menggunakan tiga buah konduktor tanpa menggunakan sebuah konduktor atau antaran balik ( pentanahan, kawat tanah, konduktor netral).

Awalnya, tidak terdapat hubungan antara komponen-komponen sistem ini. Hanya terjadi pada gangguan tak seimbang dimana hubungan sebuah karakteristik komponennya dihasilkan dalam menyesuaikan tipe gangguan.

Impedansi fasa urutan positif di dalam suatu unit listrik merupakan hasil bagi antara tegangan fasa dengan arus pada konduktor ketika disuplai dari sistem fasa urutan positif. Sama halnya dilakukan untuk impedansi saluran transmisi, impedansi hubung singkat untuk transformator- transformator dan kumparan reaktor, dan untuk generator pada impedansi efektif generator pada saat terjadinya hubung singkat.

Impedansi fasa urutan negatif pada suatu unit merupakan hasil bagi antara tegangan fasa dengan arus pada konduktor ketika disuplai dari sistem fasa urutan negative. Di dalam instalasi statis (sebagai contoh saluran dan transformator) impedansi fasa urutan negatif adalah sama dengan impedansi fasa urutan positif, selama tidak memberikan pengaruh pada urutan fasa tersebut pada tingkat arus tertentu.

Impedansi fasa urutan nol pada suatu unit merupakan hasil bagi antara tegangan dengan arus ketika ketiga fasa semuanya disuplai dengan menggunakan tegangan AC tunggal. Ketiga fasa dari peralatan atau unit adalah parallel dan terdiri dari konduktor pengisi, pada saat keempat konduktor (konduktor netral, pentanahan, kawat tanah, kabel pelindung) berfungsi sebagai saluran antaran balik biasa.

Impedansi fasa urutan nol selalu mengacu kepada unit peralatan dengan hubungan bintang. Peralatan yang memiliki hubungan delta tidak dapat ditunjukkan adanya sebuah impedansi fasa urutan nol.

Tidak terdapat hubungan yang umum diantara impedansi fasa urutan nol dengan impedansi fasa urutan positif atau impedansi fasa urutan negative pada sebuah peralatan / unit. Di dalam saluran-saluran transmisi, sebagai contoh, impedansi fasa urutan nol tergantung pada tipe dari saluran ( saluran udara atau kabel ), konstruksi saluran (kawat tanah atau pelindung kabel/ cable armor ) maupun konduktivitas tanah, dimana dapat dianggap sebuah bagian dari fungsi sebagai saluran / antaran balik.

Dalam pelajaran dasar mengenai berbagai tipe individual hubung singkat diilustrasikan sebagai jaringan adalah seperti pada gambar 4.28 di bawah ini, yang terdiri dari generator, transformator, dan saluran transmisi.

Gambar 4.28. Hubung singkat pada network dengan tipe individual

Berdasarkan Regulasi IEC, Didalam perhitungan, sebuah network/jaringan tanpa beban dapat di asumsikan. Kapasitansi yang bekerja pada saluran dapat diabaikan. Pada gambar diatas Z merupakan impedansi pentanahan pada jaringan, yang memiliki nilai mulai dari 0 ( pentanahan titik netral secara langsung) dan sampai pada nilai yang terhingga ( pada titik netral yang mengambang ), tergantung kepada tipe hubungan titik netral.

Dalam hal menentukan arus gangguan pada hubung singkat dengan tipe individual, dapat digunakan metode komponen simetris. Tergantung kepada tipe hubung singkat, pada kondisi tertentu yang mana dapat ditetapkan, kapan level dari komponen dapat digeser atau dipindahkan, dan menentukan bagaimana komponen-komponen pada sistem terhubung satu dengan lainnya. Tegangan pada generator memiliki sisa-sisa karakteristik simetris pada beban tak simetris, hal ini menunjukkan bahwa jaringan yang tidak simetris semata-mata disebabkan oleh masing-masing gangguan.

Untuk alasan ini, tegangan efektif generator pada komponen sistem tampak hanya pada sistem urutan fasa positif, ketika sistem urutan fasa negatif dan sistem urutan fasa nol tidak menyalurkan atau menyuplai tenaga. Tegangan yang muncul pada saat terjadi hubung singkat dianggap sebagai tegangan awal atau tegangan subtransient E.

4.13.1.Gangguan Hubung Singkat Fasa ke Tanah

Untuk sebuah gangguan satu fasa ke tanah didalam suatu network dengan menggunakan pentanahan resistansi rendah (hubung singkat ke tanah), diasumsikan terjadi hubungan atau hantaran sebuah konduktor terluar dengan tanah.

Gambar 4.29. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah

(

(

(

Gambar 4.30. Hubungan Rangkaian Urutan Gangguan hubung Singkat satu fasa ke tanah4.13.2. Gangguan Hubung Singkat Fasa ke Fasa

Gambar 4.31. Gangguan hubung singkat fasa ke fasa

Gambar 4.32. Hubungan Rangkaian Urutan Gangguan Hubung Singkat Fasa ke FasaTelah diketahui bahwa :

dimana : dengan manipulasi matematis :

kemudian :

4.13.3. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah Seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.33 terdapat hubungan pada dua buah konduktor fasa b dan c ke tanah adalah merupakan prasyarat terjadinya ganguan dua fasa - tanah.

Gambar 4.33. Rangkaian Pengganti Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa Ke Tanah

(

(

Gambar 4.34. Hubungan Rangkaian Urutan Untuk Gangguan hubung singkat 2 Fasa - TTelah diketahui bahwa :

substitusi kedalam persamaan

untuk adalah :

diandaikan :

tegangannya adalah :

Contoh Soal :

1.

Komponenkapasitas MVATegangan

kerjaX1(p.u)X2(p.u)X0(p.u)

G1G2T1T2Saluran (1-2)

Saluran (1-3)

Saluran (2-3)100

100

100

100

100

100

10025 kV

13,8 kV

25/230 kV

13,8/230 kV

230 kV

230 kV

230 kV0,20

0,20

0,05

0,05

0,10

0,10

0,100,20

0,20

0,05

0,05

0,10

0,10

0,100,05

0,05

0,05

0,05

0,30

0,30

0,30

semua reaktansi dalam p.u pada daya dasar 100 MVA.

Gambarkan rangkaian urutan sistem di atas

Reduksi sistem di atas dalam bentuk Thevenin pada referensi bus 3.

Solusi :

2. Generator 30 MVA, 13,8 kV, 60 Hz, hubungan belitan Y dengan netralnya ditanahkan menggunakan reaktansi j 3 yang beroperasi melayani dua motor M1 dan M2 pada diagram satu garis di bawah ini.

Data Generator G : X1 = X2 = j 0,15 p.u

Xo = j 0,05 p.u pada 30 MVA dan 13,2 kV

Xn = j 3 Data transformator T1 : X1 = X2 = Xo = j 0,25 p.u, 35 MVA dan 13,2 / 115 kV. T2 : X1 = X2 = Xo = j 0,30 p.u, 35 MVA dan 13,2 / 115 kV.Data motor listrik M1 : X1 = X2 = j 0,2 p.u , Xo = j 0,05 p.u, 20 MVA dan 12,5 kV. M2 : X1 = X2 = j 0,25 p.u , Xo = j 0,05 p.u, 10 MVA dan 12,5 kV.Data saluran X1 = X2 = j 85 dan Xo = j 200 .

Reaktansi pentanahan motor Xn = j 3 .

Tentukan Arus gangguan hubung singkat dititik e jika jenis gangguan adalah :

i. gangguan h.s K T

ii. gangguan h.s K K - TSolusi :

Rangkaian Urutan Positip

Rangkaian Urutan Negatip

Rangkaian Urutan Nol

Soal-Soal Latihan

1. Dua generator masing-masing 100 MVA, 60 Hz, hubungan belitan Y dengan netralnya ditanahkan langsung yang beroperasi pada tegangan nominal 1 p.u seperti pada diagram satu garis di bawah ini.

3 T1 1 2 T2 4

G1 G2

KomponenX1X2X0

G1G2T1T2Saluran (1-2)0,10

0,10

0,25

0,25

0,300,10

0,10

0,25

0,25

0,300,05

0,05

0,25

0,25

0,50

Semua reaktansi dalam p.u pada daya dasar 100 MVA.

Tentukan : Reaktansi urutan Thevenin untuk gangguan h.s 2-phasa ke tanah di bus 2 ?.

Arus gangguan h.s dua phasa (phasa b dan c ) ke tanah di bus 2 dalam p.u ?.

2. Generator sinkron 60 Hz, dengan konstanta inersia H = 5 MJ/MVA dengan reaktansi transien Xd = 0,3 p.u yang dihubungkan pada bus 2 di jauh tak berhingga melalui jaringan seperti berikut di bawah ini.

E= 1,17 p.u 1 2

G1 F ~

Xd V = 1,0 p.u

Reaktansi trafo = 0,2 5 p.u dan reaktansi saluran ganda (1-2) masing-masing 0,4 p.u.

Semua reaktansi dinyatakan dalam daya dasar 100 MVA, dan generator membangkitkan daya real Pe sebesar 0,8 p.u ke bus 2.

Suatu gangguan h.s 3 phasa sementara terjadi di titik F.

Tentukan sudut pemutusan kritis (c dan waktu pemutusan kritis tc ?

3. Dua generator masing-masing 100 MVA, 60 Hz, yang beroperasi pada tegangan nominal 1 p.u seperti pada diagram satu garis di bawah ini.

3 T1 1 2 T2 4

G1 G2

j 0,05

KomponenX1X2X0X n

G1G2T1T2Saluran (1-2)0,10

0,10

0,25

0,25

0,300,10

0,10

0,25

0,25

0,300,05

0,05

0,25

0,25

0,500,00

0,05

0,00

0,00

0,00

Semua reaktansi dalam p.u pada daya dasar 100 MVA.

Tentukan :

Arus gangguan h.s (If ) dua phasa (phasa b dan c ) ke tanah di bus 4 dalam p.u ?.

% This program forms the complex bus impedance matrix by the method% of building algorithm. Bus zero is taken as reference.% function [Zbus] = zbuild(linedata)nl = linedata(:,1); nr = linedata(:,2); R = linedata(:,3);X = linedata(:,4);nbr=length(linedata(:,1)); nbus = max(max(nl), max(nr));for k=1:nbr if R(k) == inf | X(k) ==inf R(k) = 99999999; X(k) = 99999999; else, endendZB = R + j*X;Zbus = zeros(nbus, nbus);tree=0; %%%%new% Adding a branch from a new bus to reference bus 0 for I = 1:nbr ntree(I) = 1; if nl(I) == 0 | nr(I) == 0 if nl(I) == 0 n = nr(I); elseif nr(I) == 0 n = nl(I); end if abs(Zbus(n, n)) == 0 Zbus(n,n) = ZB(I);tree=tree+1; %%new else Zbus(n,n) = Zbus(n,n)*ZB(I)/(Zbus(n,n) + ZB(I)); end ntree(I) = 2; else,end end% Adding a branch from new bus to an existing buswhile tree < nbus %%% new for n = 1:nbus nadd = 1; if abs(Zbus(n,n)) == 0 for I = 1:nbr if nadd == 1; if nl(I) == n | nr(I) == n if nl(I) == n k = nr(I); elseif nr(I) == n k = nl(I); end if abs(Zbus(k,k)) ~= 0 for m = 1:nbus if m ~= n Zbus(m,n) = Zbus(m,k); Zbus(n,m) = Zbus(m,k); else, end end Zbus(n,n) = Zbus(k,k) + ZB(I); tree=tree+1; %%new nadd = 2; ntree(I) = 2; else, end else, end else, end end else, endendend %%%%%%new% Adding a link between two old buses for n = 1:nbus for I = 1:nbr if ntree(I) == 1 if nl(I) == n | nr(I) == n if nl(I) == n k = nr(I); elseif nr(I) == n k = nl(I); end DM = Zbus(n,n) + Zbus(k,k) + ZB(I) - 2*Zbus(n,k); for jj = 1:nbus AP = Zbus(jj,n) - Zbus(jj,k); for kk = 1:nbus AT = Zbus(n,kk) - Zbus(k, kk); DELZ(jj,kk) = AP*AT/DM; end end Zbus = Zbus - DELZ; ntree(I) = 2; else,end else,end end end% The program lgfault is designed for the single line-to-ground% fault analysis of a power system network. The program requires% the positive-, negative- and zero-sequence bus impedance matrices,% Zbus1 Zbus2,and Zbus0.

%function Lgfault(zdata0, Zbus0, zdata1, Zbus1, zdata2, Zbus2, V)if exist('zdata2') ~= 1zdata2=zdata1;else, endif exist('Zbus2') ~= 1Zbus2=Zbus1;else, endnl = zdata1(:,1); nr = zdata1(:,2);nl0 = zdata0(:,1); nr0 = zdata0(:,2);nbr=length(zdata1(:,1)); nbus = max(max(nl), max(nr));nbr0=length(zdata0(:,1));R0 = zdata0(:,3); X0 = zdata0(:,4);R1 = zdata1(:,3); X1 = zdata1(:,4);R2 = zdata1(:,3); X2 = zdata1(:,4);for k=1:nbr0 if R0(k)==inf | X0(k) ==inf R0(k) = 99999999; X0(k) = 99999999; else, endendZB1 = R1 + j*X1; ZB0 = R0 + j*X0;ZB2 = R2 + j*X2;if exist('V') == 1 if length(V) == nbus V0 = V; else, endelse, V0 = ones(nbus, 1) + j*zeros(nbus, 1);endfprintf('\nLine-to-ground fault analysis \n')ff = 999;while ff > 0nf = input('Enter Faulted Bus No. -> ');while nf nbus fprintf('Faulted bus No. must be between 1 & %g \n', nbus) nf = input('Enter Faulted Bus No. -> '); endfprintf('\nEnter Fault Impedance Zf = R + j*X in ')Zf = input('complex form (for bolted fault enter 0). Zf = ');fprintf(' \n')fprintf('Single line to-ground fault at bus No. %g\n', nf)a =cos(2*pi/3)+j*sin(2*pi/3);sctm = [1 1 1; 1 a^2 a; 1 a a^2];Ia0 = V0(nf)/(Zbus1(nf,nf)+Zbus2(nf, nf)+ Zbus0(nf, nf)+3*Zf); Ia1=Ia0; Ia2=Ia0;I012=[Ia0; Ia1; Ia2];Ifabc = sctm*I012;Ifabcm = abs(Ifabc);fprintf('Total fault current = %9.4f per unit\n\n', Ifabcm(1))fprintf('Bus Voltages during the fault in per unit \n\n')fprintf(' Bus -------Voltage Magnitude------- \n')fprintf(' No. Phase a Phase b Phase c \n')for n = 1:nbusVf0(n)= 0 - Zbus0(n, nf)*Ia0;Vf1(n)= V0(n) - Zbus1(n, nf)*Ia1;Vf2(n)= 0 - Zbus2(n, nf)*Ia2;Vabc = sctm*[Vf0(n); Vf1(n); Vf2(n)];Va(n)=Vabc(1); Vb(n)=Vabc(2); Vc(n)=Vabc(3);fprintf(' %5g',n)fprintf(' %11.4f', abs(Va(n))),fprintf(' %11.4f', abs(Vb(n)))fprintf(' %11.4f\n', abs(Vc(n)))endfprintf(' \n')fprintf('Line currents for fault at bus No. %g\n\n', nf)fprintf(' From To -----Line Current Magnitude---- \n')fprintf(' Bus Bus Phase a Phase b Phase c \n')for n= 1:nbus for I = 1:nbr if nl(I) == n | nr(I) == n if nl(I) ==n k = nr(I); elseif nr(I) == n k = nl(I); end if k ~= 0 Ink1(n, k) = (Vf1(n) - Vf1(k))/ZB1(I); Ink2(n, k) = (Vf2(n) - Vf2(k))/ZB2(I); else, end else, end end for I = 1:nbr0 if nl0(I) == n | nr0(I) == n if nl0(I) ==n k = nr0(I); elseif nr0(I) == n k = nl0(I); end if k ~= 0 Ink0(n, k) = (Vf0(n) - Vf0(k))/ZB0(I); else, end else, end end for I = 1:nbr if nl(I) == n | nr(I) == n if nl(I) ==n k = nr(I); elseif nr(I) == n k = nl(I); end if k ~= 0 Inkabc = sctm*[Ink0(n, k); Ink1(n, k); Ink2(n, k)]; Inkabcm = abs(Inkabc); th=angle(Inkabc); if real(Inkabc(1)) > 0 fprintf('%7g', n), fprintf('%10g', k), fprintf(' %11.4f', abs(Inkabc(1))),fprintf(' %11.4f', abs(Inkabc(2))) fprintf(' %11.4f\n', abs(Inkabc(3))) elseif real(Inkabc(1)) ==0 & imag(Inkabc(1)) < 0 fprintf('%7g', n), fprintf('%10g', k), fprintf(' %11.4f', abs(Inkabc(1))),fprintf(' %11.4f', abs(Inkabc(2))) fprintf(' %11.4f\n', abs(Inkabc(3))) else, end else, end else, end end if n==nf fprintf('%7g',n), fprintf(' F'), fprintf(' %11.4f', Ifabcm(1)),fprintf(' %11.4f', Ifabcm(2)) fprintf(' %11.4f\n', Ifabcm(3)) else, endendresp=0; while strcmp(resp, 'n')~=1 & strcmp(resp, 'N')~=1 & strcmp(resp, 'y')~=1 & strcmp(resp, 'Y')~=1 resp = input('Another fault location? Enter ''y'' or ''n'' within single quote -> '); if strcmp(resp, 'n')~=1 & strcmp(resp, 'N')~=1 & strcmp(resp, 'y')~=1 & strcmp(resp, 'Y')~=1 fprintf('\n Incorrect reply, try again \n\n'), end end if resp == 'y' | resp == 'Y' nf = 999; else ff = 0; endend % end for while% Contoh Program_1zdata1 = [ 0 1 0.00 0.20 0 10 0.00 0.15 0 11 0.00 0.25 1 2 0.00 0.06 2 3 0.00 0.30 2 5 0.00 0.15 2 6 0.00 0.45 3 4 0.00 0.40 3 6 0.00 0.40 4 6 0.00 0.60 4 9 0.00 0.70 4 10 0.00 0.08 5 7 0.00 0.43 6 8 0.00 0.48 7 8 0.00 0.35 7 11 0.00 0.10 8 9 0.000 0.48];zdata0 = [ 0 1 0.00 0.06+3*0.05 0 10 0.00 0.04+3*0.05 0 11 0.00 0.08 0 2 0.00 0.06 0 7 0.00 0.10+3*.08 1 2 inf inf 2 3 0.00 0.60 2 5 0.00 0.30 2 6 0.00 0.90 3 4 0.00 0.80 3 6 0.00 0.80 4 6 0.00 1.00 4 9 0.00 1.10 4 10 0.00 0.08 5 7 0.00 0.80 6 8 0.00 0.95 7 8 0.00 0.70 7 11 inf inf 8 9 0.00 0.90];zdata2=zdata1;Zbus0 = zbuild(zdata0)Zbus1 = zbuild(zdata1)Zbus2 = Zbus1;Lgfault(zdata0, Zbus0, zdata1, Zbus1, zdata2, Zbus2)% Contoh Program_2Zdata1=[0 1 0 0.25 0 2 0 0.25 1 2 0 0.125 1 3 0 0.15 2 3 0 0.25];Zbus1 = zbuild(Zdata1)Zdata0=[0 1 0 0.40 0 2 0 0.10 1 2 0 0.30 1 3 0 0.35 2 3 0 0.7125];Zbus0 = zbuild(Zdata0)z12012 = [j*0.3; j*0.125; j*0.125];z13012 = [j*0.35; j*0.15; j*0.15];z23012 = [j*0.7125; j* 0.25; j*0.25];Z13012 = [Zbus0(1,3); Zbus1(1,3); Zbus1(1,3)];Z23012 = [Zbus0(2,3); Zbus1(2,3); Zbus1(2,3)];Z33012 = [Zbus0(3,3); Zbus1(3,3); Zbus1(3,3)];%sctm; % Symmetrical components transformation matrixZf = j*0.1;disp('(a) Balanced three-phase fault at bus 3 through a fault imp. Zf = j0.1')I31 = 1.0/(Zbus1(3,3) + Zf);I32= 0; I30 = 0;I3012 = [I30; I31; I32]I3abc = sctm*I3012;I3abcp = rec2pol(I3abc)V1f012=[0; 1; 0] - Z13012.*I3012V2f012=[0; 1; 0] - Z23012.*I3012V3f012=[0; 1; 0] - Z33012.*I3012V1fabc = sctm*V1f012;V2fabc = sctm*V2f012;V3fabc = sctm*V3f012;V1fabcp=rec2pol(V1fabc)V2fabcp=rec2pol(V2fabc)V3fabcp=rec2pol(V3fabc)I21012 = (V2f012-V1f012)./z12012I13012 = (V1f012-V3f012)./z13012I23012 = (V2f012-V3f012)./z23012I21abc = sctm*I21012;I13abc = sctm*I13012;I23abc = sctm*I23012;I21abcp = rec2pol(I21abc)I13abcp = rec2pol(I13abc)I23abcp = rec2pol(I23abc)disp('(b) Single line-to-ground fault at bus 3 through a fault imp. Zf = j0.1')I30 = 1.0/(Zbus1(3,3) + Zbus1(3,3)+ Zbus0(3,3)+3*Zf);I31= I30; I32 = I30;I3012 = [I30; I31; I32]I3abc = sctm*I3012I3abcp = rec2pol(I3abc);%I3abcM=abs(I3abc), %I3abcA=angle(I3abc)*180/piV1f012=[0; 1; 0] - Z13012.*I3012V2f012=[0; 1; 0] - Z23012.*I3012V3f012=[0; 1; 0] - Z33012.*I3012V1fabc = sctm*V1f012;V2fabc = sctm*V2f012;V3fabc = sctm*V3f012;V1fabcp=rec2pol(V1fabc)V2fabcp=rec2pol(V2fabc)V3fabcp=rec2pol(V3fabc)I21012 = (V2f012-V1f012)./z12012I13012 = (V1f012-V3f012)./z13012I23012 = (V2f012-V3f012)./z23012I21abc = sctm*I21012;I13abc = sctm*I13012;I23abc = sctm*I23012;I21abcp = rec2pol(I21abc)I13abcp = rec2pol(I13abc)I23abcp = rec2pol(I23abc)disp('(c) Line-to-line fault at bus 3 through a fault imp. Zf = j0.1')I30 = 0;I31 = 1.0/(Zbus1(3,3) + Zbus1(3,3)+ Zf);I32 = -I31;I3012 = [I30; I31; I32]I3abc = sctm*I3012;I3abcp = rec2pol(I3abc)%I3abcM=abs(I3abc), I3abcA=angle(I3abc)*180/piV1f012=[0; 1; 0] - Z13012.*I3012V2f012=[0; 1; 0] - Z23012.*I3012V3f012=[0; 1; 0] - Z33012.*I3012V1fabc = sctm*V1f012;V2fabc = sctm*V2f012;V3fabc = sctm*V3f012;V1fabcp=rec2pol(V1fabc)V2fabcp=rec2pol(V2fabc)V3fabcp=rec2pol(V3fabc)I21012 = (V2f012-V1f012)./z12012I13012 = (V1f012-V3f012)./z13012I23012 = (V2f012-V3f012)./z23012I21abc = sctm*I21012;I13abc = sctm*I13012;I23abc = sctm*I23012;I21abcp = rec2pol(I21abc)I13abcp = rec2pol(I13abc)I23abcp = rec2pol(I23abc)disp('(d) Double line-to-ground fault at bus 3 through a fault imp. Zf = j0.1')I31 = 1.0/(Zbus1(3,3) + Zbus1(3,3)*(Zbus0(3,3) + 3*Zf)/(Zbus1(3,3)+Zbus0(3,3)+ ...3*Zf));I32 = -(1.0 - Zbus1(3,3)*I31)/Zbus1(3,3);I30 = -(1.0 - Zbus1(3,3)*I31)/(Zbus0(3,3) + 3*Zf);I3012 = [I30; I31; I32]I3abc = sctm*I3012;%I3abcM=abs(I3abc), %I3abcA=angle(I3abc)*180/piI3abcp = rec2pol(I3abc)I3f=I3abc(2)+I3abc(3); I3f=rec2pol(I3f)V1f012=[0; 1; 0] - Z13012.*I3012V2f012=[0; 1; 0] - Z23012.*I3012V3f012=[0; 1; 0] - Z33012.*I3012V1fabc = sctm*V1f012;V2fabc = sctm*V2f012;V3fabc = sctm*V3f012;V1fabcp=rec2pol(V1fabc)V2fabcp=rec2pol(V2fabc)V3fabcp=rec2pol(V3fabc)I12012 = (V1f012-V2f012)./z12012I13012 = (V1f012-V3f012)./z13012I23012 = (V2f012-V3f012)./z23012I12abc = sctm*I12012;I13abc = sctm*I13012;I23abc = sctm*I23012;I12abcp = rec2pol(I12abc)I13abcp = rec2pol(I13abc)I23abcp = rec2pol(I23abc)PUSTAKA

1. W.F. Tinney and C.E. Hart, Power Flow Solution By Newtons Method, IEEE Transactions on Power System, November 1967.

2. Glenn W. Stagg and Ahmed H. El-Abiad. Computer Methods in Power Sistem Analysis. McGraw-Hill Book Company, New Delhi, 1968.

3. B. Stott, Review of Load-Flow Calculation Methods, Proceeding of IEEE, July 1974

4. Pai M.A., Computer Techniques in Power System Analysis, Tata McGraw-Hill Co. Ltd New Delhi, 1980.

5. I..J. Nagrath & D.P Kothari, Modern Power System Analysis, Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd, New Delhi, 1983

6. George L. Kusic, Computer Aided Power System Analysis, Prentice Hall Englewood Cliff, New Jersey, 1986.

7. Charles A. Gross ,Power Sistem Analysis, John Wiley & Son 1986.8. Turan Gonen, Modern Power System Analysis, John Wiley & Sons, New York, 1988.

9. John J Grainger and William D. Stevenson, JR, Power System Analysis, McGraw-Hill, International Edition, 199410. William D. Stevenson, Jr., Analisa Sistem Tenaga Listrik, Edisi Keempat, Erlangga, 1994

11. Hadi sadaat., Power System Analysis., McGraw-Hill Book Company, New Delhi, 1999.

Xa

(b) Pendekatan Model Rangkaian keadaan

hubung singkat selama periode subtransient

1

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

-

Z

L3

L2

L1

A

+

-

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

Rangkaian Urutan

Positif

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

-

(c) Pendekatan Model Rangkaian keadaan

hubung singkat selama periode transient

Xl

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

T1

g

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

-

+

EMBED Equation.3

c

b

a

EMBED Equation.3

Rangkaian

Urutan

Nol

Rangkaian

Urutan

Positif

Rangkaian

Urutan

Negatif

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

G1

EMBED Equation.3

h

-

-

-

+

+

+

+

+

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

Rangkaian

Urutan

Nol

Rangkaian

Urutan

Positif

Rangkaian

Urutan

Negatif

-

-

-

EMBED Equation.3

+

+

+

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

Ic=0

c

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

referensi

:

:

:

m

0

q

referensi

:

:

:

m

0

p

2

1

Jaringan

Partial

EMBED Equation.3

q

F

G2

G1

xg1

xg2

XT1

Xs

XT3

XT2

XT4

Xr

G1

G2

F

xg1

xg2

X

X2F

X4F

Xr

G1

G2

F

xg1

xg2

XFS

X2F

Xr

G1

G2

F

xg1

xg2

XF

X1S

s

X2S

G1

G2

F

xg1S

xg2S

XF

s

G

F

xgF

XF

G

F

Xthev

If

j 0,1

j 0,1

j 0,2

j 0,2

2

1

3

G1

G2

j 0,8

j 0,4

j 0,4

j 0,2

j 0,4

2

1

3

G2

G1

j 0,8

j 0,4

j 0,4

G2

I3 (F)

+

-

Vth = V3(0)

j 0,4

2

1

3

Zf = j 0,16

j 0,2

j 0,2

j 0,1

I3 (F)

+

-

Vth = V3(0)

s

j 0,2

3

G1

I3 (F)

+

-

Vth = V3(0)

Z33 = j 0,34

3

j 0,1

Zf = j 0,16

I3 (F)

G1

j 0,1

Vth = V3(0)

j 0,24

+

j 0,05

-

I3 (F)

Zf = j 0,16

j 0,4

j 0,4

j 0,8

G2

3

1

2

j 0,4

j 0,2

j 0,15

4

j 0,1

j 0,2

j 0,15

3

G2

I2 (F)

Zf = j 0,16

j 0,2

j 0,4

2

1

Xg

Zf = j 0,16

G2

j 0,4

Xm2

Xm1

Zf = j 0,16

I2 (F)

+

-

Vth = V2(0)

Xm1

Xsal

XT1

Xg

e

Xm2

Xm1

Xsal

XT1

Xg

XT2

M2

M1

G

e

e

2

Zf = j 0,16

I2 (F)

+

-

Vth = V2(0)

Z22 = j 0,24

d

T2

M2

M1

Zf = j 0,16

G1

j 0,4

j 0,4

j 0,8

+

-

3

1

2

j 0,4

j 0,2

Xm2

e

3Xn

3Xn

XT1

Xsal

XT2

G1

G2

Eg1

Eg2

j 0,375

S

P

j 0, 75

j 0, 10

-

+

-

+

I

S

P

Eg

j 0, 25

j 0, 10

-

+

Ig

j 0, 10

P

j 0, 20

+

-

Eg

+

-

Em

j 0, 20

If

Im

IL

j 0, 10

P

j 0, 20

+

-

Eg

+

-

Em

Vf

j 0, 20

Rangkaian

Urutan

Negatif

Rangkaian

Urutan

Positif

Rangkaian

Urutan Nol

p

2

1

Jaringan

Partial

EMBED Equation.3

referensi

:

:

:

m

0

i

2

1

Jaringan

Partial

EMBED Equation.3

5

4

3

2

1

1

3

2

0

5

4

3

2

1

1

3

2

0

G2

Zf

G1

Ihs

j X13

j X23

j X12

3

1

2

j Xg2

j Xg1

(a) Rangkaian hubung singkat steady

State dari mesin sinkron

Reaktansi transient poros

langsung

Eg

Xl

Eg

Reaktansi subtransient poros

langsung

Reaktansi sinkron

Eg

Xd

Xf

Xa

Xf

Xl

Xa

Xdw

a

b

c

0

t

mantap

Subtransien

transien

Perkiraan keadaan mantap

Perkiraan sampul transien

Sampul sebenarnya

(a) Arus jangkar hubung singkat simetris pada mesin sinkron

0

i

i

g

d

h

c

b

a

Gambar 4.4

(b) sampul arus hubung singkat dari mesin sinkron

Waktu

arus

sampul arus

Amplitude arus keadaan mantap

Perkiraan sampul transien

+

V0

I0

Eg

Xd

Xd

+

V0

I0

Eg

Xd

+

V0

I0

Eg

10 MVA, Xg2 = 12,5 %

G2

G1

F

6,6 kV

33 kV

11 kV

10 MVA, Xg1 = 15 %

10 MVA, XT1 = 10 %

5 MVA, XT2 = 8 %

SUTT,30 km z = (0,27+ j 0,36)/ km

kabel,3 km z = (0,135 + j 0,08)/ km

+

-

+

-

j 1,0

j 1, 25

F

j 1,5

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

T1

T2

SUTT

kabel

G2

G1

j 1,6

(0,744+j 0,99)

(0,93+j 0,55)

G

+

-

j 1, 25

j 1,5

EMBED Equation.3

Bus 11 kV

EMBED Equation.3

66/6,6 kV

T1

P

G1

A

j 0,1

j 1,25

j 0,55

j 0,15

T2

Q

F

B

11/66 kV

M1

M2

M3

EMBED Equation.3

G1

G

EMBED Equation.3

F

j 0,1

j 0,15

j 0, 2

j 1,25

EMBED Equation.3

j 1,25

j 1,25

G1

G1

j 0,1

F

G

j 1,25

j 1,25

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

j 1,25

j 1,25

j 1,25

EMBED Equation.3

j 0, 2

G

j 0,1

F

j 0,55

EMBED Equation.3

j 1,5

G

j 1,5

j 1,5

F

ISC CB

(a)

(b)

(c)

(d)

CB

CB

j 0,15

j 0,1

j 0,05

j 0,15

4

j 0,1

j 0,2

j 0,15

G2

3

1

2

j 0,1

j 0,1

j 0,05

+

2

3

1

4

j 0,15

-

Eg

reaktansi generator seri dengan reaktansi transformator

reaktansi generator seri dengan reaktansi tansformator

G1

G1

+

-

Gr

Gn

G2

Sistem

1

2

r

n

n

r

2

1

Sistem

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

G1

I2 (F)

Zf = j 0,16

j 0,4

j 0,4

j 0,8

G2

G1

3

1

2

j 0,4

j 0,2

1

2

j 0,1

j 0,1

j 0,05

arus sesaat

maksimum

imm

t

it

t

t

i = is + it

v

is

XT2

EMBED Equation.3

Urutan Nol

Urutan Negatif

Urutan Positif

Gambar 4.27. Komponen simetris dari 3 fasor tidak seimbang

Jaringan

Partial

EMBED Equation.3

1

2

p

0

m

:

:

referensi

q

Jaringan

Partial

EMBED Equation.3

1

2

p

0

m

:

:

referensi

q

b

a

EMBED Equation.3

Ia=0

c

b

a

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

Ia=0

c

b

a

j x13

j x23

j x12

G1

G1

4

2

3

5

j 0,03

j 0,03

3

j 0,3

j 0,3

j 0,3

ref.

1

4

2

5

j 0,05

j 0,05

j 0,05

j 0,09

j 0,05

j 0,09

urutan nol

j 0,19

ref.

j 0,05

3

j 0,1

j 0,1

j 0,1

ref.

3

j 0,05

j 0,3

j 0,3

j 0,3

j 0,19

j 0,29

ref.

j 0,15

3

j 0,1

j 0,1

j 0,099

ref.

3

j 0,199

ref.

3

3

j 0,1

j 0,1

j 0,1

ref.

1

4

2

5

j 0,05

j 0,05

j 0,2

j 0,2

urutan positip

~

~

+

-

-

+

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

3

j 0,1

j 0,1

j 0,1

ref.

1

4

2

5

j 0,05

j 0,05

j 0,2

j 0,2

urutan negatip

3

ref.

j 0,175

3

ref.

j 0,075

j 0,1

j 0,0333

3

j 0,2833

ref.

j 0,2833

j 0,25

j 0,1

j 0,0333

j 0,0333

j 0,0333

3

j 0,25

ref.

j 0,25

j 0,25

j 0,1

j 0,1

j 0,1

j 0,25

3

ref.

3

ref.

j 0,175

3

ref.

j 0,075

j 0,1

j 0,0333

3

j 0,2833

ref.

j 0,2833

j 0,25

ref.

j 0,25

j 0,0333

j 0,0333

j 0,0333

3

j 0,1

j 0,1

j 0,25

3

ref.

EMBED Equation.3

urutan negatip

j 0,175

3

+

-

urutan nol

j 0,199

3

~

urutan positip

j 0,175

3

PAGE IV-66

_1287998514.unknown

_1288448688.unknown

_1288539247.unknown

_1288582744.unknown

_1288585004.unknown

_1288586428.unknown

_1293028298.unknown

_1293028555.unknown

_1293028593.unknown

_1293033645.unknown

_1293028343.unknown

_1288586863.unknown

_1293028180.unknown

_1293028182.unknown

_1288587093.unknown

_1288587272.unknown

_1288587321.unknown

_1288587257.unknown

_1288586977.unknown

_1288586664.unknown

_1288586726.unknown

_1288586559.unknown

_1288585628.unknown

_1288586009.unknown

_1288586382.unknown

_1288585962.unknown

_1288585329.unknown

_1288585545.unknown

_1288585133.unknown

_1288583230.unknown

_1288583719.unknown

_1288583788.unknown

_1288583416.unknown

_1288583077.unknown

_1288583084.unknown

_1288582827.unknown

_1288540013.unknown

_1288540443.unknown

_1288582534.unknown

_1288582574.unknown

_1288540775.unknown

_1288582500.unknown

_1288540622.unknown

_1288540632.unknown

_1288540207.unknown

_1288540355.unknown

_1288540055.unknown

_1288539805.unknown

_1288539848.unknown

_1288539988.unknown

_1288539706.unknown

_1288539728.unknown

_1288539785.unknown

_1288539679.unknown

_1288537900.unknown

_1288538308.unknown

_1288538900.unknown

_1288539146.unknown

_1288539241.unknown

_1288538984.unknown

_1288538576.unknown

_1288538750.unknown

_1288538444.unknown

_1288538015.unknown

_1288538163.unknown

_1288538245.unknown

_1288538162.unknown

_1288537982.unknown

_1288538003.unknown

_1288537923.unknown

_1288450051.unknown

_1288506484.unknown

_1288507033.unknown

_1288537359.unknown

_1288537642.unknown

_1288537870.unknown

_1288537605.unknown

_1288537408.unknown

_1288507750.unknown

_1288537179.unknown

_1288537188.unknown

_1288537163.unknown

_1288537144.unknown

_1288507467.unknown

_1288507519.unknown

_1288507390.unknown

_1288507308.unknown

_1288506779.unknown

_1288506980.unknown

_1288506581.unknown

_1288506640.unknown

_1288506551.unknown

_1288502975.unknown

_1288505411.unknown

_1288506043.unknown

_1288505465.unknown

_1288505227.unknown

_1288501987.unknown

_1288502833.unknown

_1288502942.unknown

_1288502214.unknown

_1288502079.unknown

_1288450114.unknown

_1288450133.unknown

_1288450096.unknown

_1288449430.unknown

_1288449831.unknown

_1288450007.unknown

_1288450033.unknown

_1288449904.unknown

_1288449598.unknown

_1288449807.unknown

_1288449554.unknown

_1288449164.unknown

_1288449279.unknown

_1288449294.unknown

_1288449251.unknown

_1288448939.unknown

_1288449130.unknown

_1288448878.unknown

_1288077558.unknown

_1288181759.unknown

_1288182646.unknown

_1288448266.unknown

_1288448541.unknown

_1288448583.unknown

_1288448482.unknown

_1288448243.unknown

_1288182711.unknown

_1288448204.unknown

_1288182177.unknown

_1288182613.unknown

_1288182621.unknown

_1288182534.unknown

_1288181853.unknown

_1288181946.unknown

_1288181814.unknown

_1288180297.unknown

_1288180850.unknown

_1288181334.unknown

_1288181501.unknown

_1288181180.unknown

_1288180387.unknown

_1288180501.unknown

_1288180336.unknown

_1288180132.unknown

_1288180230.unknown

_1288180273.unknown

_1288180161.unknown

_1288179903.unknown

_1288180024.unknown

_1288077969.unknown

_1288062139.unknown

_1288075495.unknown

_1288076739.unknown

_1288077088.unknown

_1288077124.unknown

_1288077008.unknown

_1288076091.unknown

_1288076607.unknown

_1288075652.unknown

_1288074923.unknown

_1288075278.unknown

_1288075421.unknown

_1288075112.unknown

_1288071998.unknown

_1288072181.unknown

_1288073184.unknown

_1288073185.unknown

_1288073183.unknown

_1288072753.unknown

_1288072169.unknown

_1288071011.unknown

_1288071126.unknown

_1288070787.unknown

_1288013661.unknown

_1288014572.unknown

_1288061843.unknown

_1288061968.unknown

_1288014573.unknown

_1288013935.unknown

_1288014361.unknown

_1288013902.unknown

_1287999158.unknown

_1287999427.unknown

_1288010263.unknown

_1287999251.unknown

_1287998787.unknown

_1287999131.unknown

_1287998648.unknown

_1252821492.unknown

_1254894869.unknown

_1254895612.unknown

_1287994388.unknown

_1287994896.unknown

_1287998354.unknown

_1287998479.unknown

_1287996164.unknown

_1287996288.unknown

_1287994984.unknown

_1287994511.unknown

_1287994714.unknown

_1287994409.unknown

_1254895778.unknown

_1287994232.unknown

_1287994369.unknown

_1254895873.unknown

_1254895893.unknown

_1254895912.unknown

_1254895807.unknown

_1254895711.unknown

_1254895754.unknown

_1254895663.unknown

_1254895358.unknown

_1254895503.unknown

_1254895564.unknown

_1254895592.unknown

_1254895532.unknown

_1254895447.unknown

_1254895478.unknown

_1254895426.unknown

_1254895228.unknown

_1254895296.unknown

_1254895329.unknown

_1254895268.unknown

_1254895174.unknown

_1254895200.unknown

_1254894884.unknown

_1254894573.unknown

_1254894695.unknown

_1254894776.unknown

_1254894817.unknown

_1254894727.unknown

_1254894607.unknown

_1254894644.unknown

_1254894578.unknown

_1252821912.unknown

_1254894469.unknown

_1254894473.unknown

_1254894384.unknown

_1254894459.unknown

_1252821925.unknown

_1252821546.unknown

_1252821818.unknown

_1252821518.unknown

_1231046122.unknown

_1231688142.unknown

_1231741247.unknown

_1231742121.unknown

_1231743293.unknown

_1232371864.unknown

_1232371898.unknown

_1231743505.unknown

_1231743842.unknown

_1232206296.unknown

_1231743405.unknown

_1231743037.unknown

_1231743261.unknown

_1231742318.unknown

_1231741884.unknown

_1231741963.unknown

_1231741574.unknown

_1231689648.unknown

_1231740360.unknown

_1231741169.unknown

_1231739927.unknown

_1231689353.unknown

_1231689369.unknown

_1231689568.unknown

_1231688775.unknown

_1231689264.unknown

_1231075354.unknown

_1231076666.unknown

_1231666440.unknown

_1231666578.unknown

_1231666676.unknown

_1231666560.unknown

_1231076806.unknown

_1231076860.unknown

_1231666302.unknown

_1231076832.unknown

_1231076692.unknown

_1231075913.unknown

_1231075976.unknown

_1231076640.unknown

_1231075946.unknown

_1231075751.unknown

_1231075789.unknown

_1231075376.unknown

_1231047496.unknown

_1231048098.unknown

_1231048153.unknown

_1231074893.unknown

_1231047807.unknown

_1231047387.unknown

_1231047483.unknown

_1231046169.unknown

_1041507156.unknown

_1230902044.unknown

_1231003936.unknown

_1231045649.unknown

_1231045946.unknown

_1231045481.unknown

_1230903476.unknown

_1231003684.unknown

_1230902651.unknown

_1230886258.unknown

_1230887483.unknown

_1230900977.unknown

_1230886828.unknown

_1041507469.unknown

_1160758726.unknown

_1230882361.unknown

_1160758772.unknown

_1142786777.unknown

_1160758695.unknown

_1128923081.unknown

_1041507341.unknown

_1036509308.unknown

_1040164155.unknown

_1040210992.unknown

_1041486293.unknown

_1041487352.unknown

_1040335571.unknown

_1040215145.unknown

_1040201585.unknown

_1040201693.unknown

_1040201900.unknown

_1040164338.unknown

_1040163535.unknown

_1040164057.unknown

_1040164097.unknown

_1040163835.unknown

_1040070321.unknown

_1040163345.unknown

_1040069768.unknown

_148193700.unknown

_148193889.unknown

_148194441.unknown

_148195484.unknown

_148195485.unknown

_148194991.unknown

_148193972.unknown

_148193822.unknown

_148193838.unknown

_148193821.unknown

_148191159.unknown

_148191908.unknown

_148193580.unknown

_148193628.unknown

_148192375.unknown

_148191824.unknown

_148191874.unknown

_148191742.unknown

_148191814.unknown

_148191682.unknown

_148190586.unknown

_148190672.unknown

_148191028.unknown

_148191129.unknown

_148190681.unknown

_148188713.unknown

_148189442.unknown

_148190565.unknown

_148190573.unknown

_148189289.unknown

_148188555.unknown

_148188611.unknown

_148188692.unknown

_148188505.unknown