Diktat Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Manusia adalah merupakan makhluk sosial. Oleh sebab itu manusiamanusiayang ada didunia ini secarah naluriah akan tidak dapat dihindarkanuntuk berinteraksi dan berkomunikasi agar dintara sesamanya satu sama laindapat bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya danmensejahterakan hidup dan kehidupannya.

Citation preview

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan 1

    MATERI PERTEMUAN KE I

    KULIAH UMUM

    KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN INDONESIA

    Nama Mata Kuliah : KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN INDONESIA SKS : 03 Sifat : Wajib Konsentrasi Jumlah tatap Muka : 14 min 16 maksimal Dosen :Drs. H.M. Ridwan

    A. Sejarah Lahirnya Studi Kepemimpinan Pemerintahan Dari Segi Empiris

    Manusia adalah merupakan makhluk sosial. Oleh sebab itu manusia-

    manusia yang ada didunia ini secarah naluriah akan tidak dapat dihindarkan

    untuk berinteraksi dan berkomunikasi agar dintara sesamanya satu sama lain

    dapat bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan

    mensejahterakan hidup dan kehidupannya. Pada masyarakat baik yang

    masih sederhana atau tradisional maupun masyarakat yang sudah maju atau

    modern, maka dalam upaya memenuhi kebutuhan masing-masing mereka

    memerlukan kepemimpinan yang dapat untuk mengatur dan mengawasi

    interaksi yang berjalan diantara masing-masing mereka. Sebab tanpa diatur

    dan diawasi manusia berinteraksi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,

    maka mungkin akan terjadi seperti apa yang dikemukakan oleh filosif

    terkenal yaitu Thomas Hobbes yakni manusia yang kuat katanya akan

    menindas manusia yang lemah atau dengan kata lain manusia merupakan

    serigala bagi manusia lain.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    2

    Keperluan akan adanya kepemimpinan dimaksudkan untuk mengatur

    tingkah laku dari setiap manusia agar dapat berjalan menurut aturan-aturan

    pokok atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat maupun untuk

    menjaga agar peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan dapat

    berjalan dengan sebaik-baiknya. Tanpa kehadiran Kepemimpinan

    (Pemimpin) ditengah masyarakat baik yang sudah maju maupun yang sudah

    modern akan terjadi pertikaian-pertikaian atau konflik antara sesama

    manusia.

    Pengkajian masalah kepemimpinan Pemerintahan ini sudah ada

    semenjak manusia atau masyarakat terlibat dalam kehidupan berorganisasi

    Pemerintahan, Namun walaupun demikian pembicaraan tentang

    kepemimpinan Pemerintahan masih bersifat normatif atau filosofis yaitu

    membicarakan dari sifat-sifat kepemimpinan Pemerintahan mana yang baik

    dan mana yang buruk.

    Pendekatan dari segi normatif atau filosofis tersebut belum mampu

    dapat memberikan gambaran tentang kepemimpinan Pemerintahan dari

    berbagai aspek yang secara nyata berkembang ditengah masyarakat. Hal ini

    dikarenakan bukan hanya sifat-sifat kepemimpinan Pemerintahan yang baik

    saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin kalau ditinjau dari segi

    normatif, tetapi banyak faktor dan aspek yang menentukan seseorang untuk

    dapat muncul dan mampu sampai pada puncak kepemimpinan Pemerintahan.

    Untuk mengkaji masalah kepemimpinan yang lebih sistematis dan

    empiris baru dimulai pada awal abad ke 19 dengan mendapat tanggapan yang

    serius dari kalangan ilmu sosial, terutama dari kalangan sosiologi dan ilmu

    politik pada tahun 1930 an. Adapun tiga tokoh utama yang mula-mula

    mengembangkan konsep dan teori tentang kepemimpinan yaitu :

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    3

    A. Vilfredo Pareto dengan buku-bukunya Les Systems Socialis tes tahun

    1902, dan The Mind and Society.

    B. Gaetano Mosca dengan bukunya yang paling terkenal yaitu The

    Rulling Class tahun 1939.

    C. Robert Michels dengan bukunya Political Partie pada tahun 1949.

    Ketiga ahli diatas mengkaji secara empiris dan sistematis mengenai

    aspek-aspek kepemimpinan, seperti meneliti dari mana para pemimpin itu

    berasal, bagaimana mereka bertahan dipuncak kepemimpinan, bagaimana

    mereka berganti dan bagaimana bentuk kepemimpinan yang cocok dan

    sesuai ditengah masyarakat. Oleh karena itu Vilfredo Pareto, Gaetano Mosca

    dan Robert Michels adalah merupakan orang-orang yang pertama

    membicarakan studi kepemimpinan dari segi empiris.

    B. Satuan Acara Pembelajaran (SAP) MATERI POKOK PERTEMUAN II Ruang Lingkup Kepemimpinan Pemerintahan A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kepemimpinan B. Pengertian Pemerintahan C. Kepemimpinan Pemerintah Indonesia MATERI POKOK PERTEMUAN III Tugas,Prinsip-Prinsip Dasar Kepemimpinan pemerintahan A. Tugas dan Peran Pemimpin B. Prinsip-prinsip Dasar Kepemimpinan C. Kepemimpinan Pemerintahan Sebagai Seni D. Kepemimpinan pemerintahan sebagai moral. E. Filosofi Kepemimpinan Pemerintahan F. Kepemimpinan dalam Islam MATERI POKOK PERTEMUAN IV Kepemimpinan dan Kekuasaan A. Filsafat Kekuasaan

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    4

    B. Sumber Hukum C. Cara berkuasa D. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan MATERI POKOK PERTEMUAN V Kepemimpinan dalam Kerangka Manajemen A. Sifat dan Fungsi Manajemen B. Perbandingan Manajemen Dan Kepemimpinan C. Perbedaan Manajer Dan Pemimpin D. Perbedaan Kepala dengan pimpinan dan pemimpin

    MATERI POKOK PERTEMUAN VI Kewibawaan Pemimpin dan Bawahan dalam Lingkup Pemerintahan A. Pengertian Kewibawaan B. Kewibawaan Kepemimpinan C. Sumber-sumber Kewibawaan MATERI POKOK PERTEMUAN VII Teori Kepemimpinan Pemerintahan A. Tipe Otokratis dalam Kepemimpinan Pemerintahan B. Teori Sifat ( Trait Theory) C. Teori Perilaku D. Teori Situasional dan Model Kontingensi E. Tiga Tiori Besar tentang Kepemimpinan

    MATERI POKOK PERTEMUAN VIII Mid Semester UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) MATERI POKOK PERTEMUAN IX Variabel-Variabel Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia A. Variabel situasi dan kondisi Pemerintahan B. Variabel Orang Banyak Sebagai Pengikut C. Variabel Penguasa sebagai Pemimpin Pemerintah D. Filsafat Manusia

    MATERI POKOK PERTEMUAN X Gaya dan Model Kepemimpinan Pemerintahan A. Gaya Kepemimpinan B. Gaya Kepemimpinan Pemerintahan

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    5

    C. Gaya Birokrasi Dalam Kepemimpinan Pemerintahan D. Gaya Kebebasan Dalam Kepemimpinan Pemerintahan E. Gaya Otokratis Dalam Kepemimpinan Pemerintahan MATERI POKOK PERTEMUAN XI Perkembangan Tugas-tugas Pemerintahan A. Teknik-Teknik Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia B. Model kepemimpinan. C. Kompetensi Kepemimpinan MATERI POKOK PERTEMUAN XII Komunikasi Kepemimpinan Pemerintahan A. Definisi Komunikasi B. Komunikasi Terbuka Antara Pemimpin Dan Bawahan C. Saluran Komunikasi D. Hambatan-Hambatan Dalam Komunikasi

    MATERI POKOK PERTEMUAN XIII Kepemimpinan Pemerintahan yang Strategis, Efektif, dan Motivator A. Pengertian Kepemimpinan yang Strategis B. Pengertian Kepemimpinan yang Efektif C. Pengertian Motivasi D. Teori Motivasi

    MATERI POKOK PERTEMUAN XIV Kepemimpinan Pemerintahan dan Pemberdayaan A. Penegrtian Pemberdayaan B. Pemberdayaan Bawahan C. Alasan Utama Penerapan Pemberdayaan

    Bawahan Oleh Pemimpin Pemerintahan D. Kondisi Dasar Bagi Penerapan Pemberdayaan E. Elemen Dari Pemberdayaan F. Penerapan Pemberdayaan Pada Kepemimpinan Pemerintahan

    MATERI POKOK PERTEMUAN XV KEPEMIMPINAN ADMINISTRASI A. Pengertian Adminsitrasi B. Konsep Dasar Organisasi C. Hambatan-Hambatan dalam Mengambil Keputusan

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    6

    MATERI POKOK PERTEMUAN KE II A. Pengertian dan Ruang Lingkup Kepemimpinan Secara etimologi kepemimpinan dapat diartikan sebagai berikut:

    1. Berasal dari kata dasar pimpin (dalam bahasa Inggris lead)

    berarti bombing atau tuntun, dengan begitu di dalamnya ada dua

    pihak yaitu yang dipimpin (umat) dan yang memimpin (imam)

    2. Setelah ditambah dengan awalan pe menjadi pemimpin (dalam

    bahasa inggris leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak

    lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain

    tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

    3. Apabila ditambah dengan akiran an menjadi pimpinan artinya

    orang yang mengepalai. Antara pemimpin dengan pimpinan dapat

    dibedakan yaitu pimpinan (kepala) cenderung lebih oktokratis,

    sedangkan pemimpin (ketua) cenderung lebih demokratis.

    4. Setelah dilengkapi awalan ke menjadi Kepemimpinan (dalam

    bahasa Inggris ledearship) berarti kemampuan dan kepribadian

    seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihgak lain agar

    melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan

    demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses

    kelompok.

    Beberapa pakar telah memberikan definisi mengenai kepemimpinan

    yang berbeda-beda diantaranya:

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    7

    1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu

    dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau

    beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961,

    24).

    2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan

    aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal,

    Hemhiel & Coons, 1957, 7).

    3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas

    kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch &

    Behling, 1984, 46).

    4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat

    sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala

    keinginannya.

    5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti

    kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan

    untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990,

    281).

    Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa

    kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik

    individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja

    mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan

    hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan

    bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.

    Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen

    akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat

    dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    8

    yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan

    mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa

    menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang

    aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan

    memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara,

    Page 23).

    Dari seluruh definisi kepemimpinan diatas Ralph M. Stogdill (`974)

    menghimpun sebelas kelompok dari seluruh definisi tentang kepemimpinan

    yaitu sebagai berikut:

    1. Kepemimpinan sebagai pusat proses kelompok

    2. Kepreibadian yang berakibat

    3. Kepemimpinan sebagai Seni menciptakan kesepakatan

    4. Kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi

    5. Kepemimpinan sebagai tindakan perilaku

    6. Kepemimpinan sebagai suatu bentuk bujukan

    7. Kepemimpinan sebagai suatu hubungan kekuasaan

    8. Kepemimpinan sebagai sarana pencapaian tujuan

    9. Kepemimpinan sebagai hasil interaksi

    10. Kepemimpinan sebagai pemisahan peranan

    11. Kepemimpinan sebagai awal struktur.

    B. Pengertian Pemerintahan

    Secara etimologis Pemerintah berasal dari kata perintah. Menurut

    W.Y.S Poerwadarmita yaitu sebagai berikut:

    a. Perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan

    sesuatu.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    9

    b. Perintah adalah kekuasaan perintah suatu Negara (Daerah, Negara)

    atau badan yang tertinggi yang memerintah suatu Negara (seperti

    kabinet merupakan suatu pemerintah).

    c. Pemerintah adalah perbuatan (cara, hal, urusan dan sebagainya)

    memerintah.

    Samual Edward Finer mengakui ada Pemerintah Dan Pemerintahan

    dalam arti luas, dengan adanya Pemerintah dan Pemerintahan dalam arti luas.

    Maka tentunya akan mempunyai pengertian Pemerintah dan Pemerintahan

    dalam arti luas dan sempit. Yaitu :

    1. Pemerintah (an) dalam arti sempit, yaitu : perbuatan memerintah

    yang dilakukan oleh Eksekutif, yaitu Presiden dibantu oleh para

    Menteri-menterinya dalam rangka mencapai tujuan Negara.

    2. Pemerintah (an) dalam arti luas, yaitu : Perbuatan memerintah yang

    dilakukan oleh Legislatif, Eksekutif dan yudikatif dalam rangka

    mencapai tujuan Pemerintahan Negara.

    Sedangkan menurut Inu Kencana Syafie yang mengutip dari C.F

    Strong dalam bukunya yang berjudul Ekologi Pemerintahan, sebagai

    berikut:

    Maksudnya Pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan

    untuk memelihara perdamaian dan keamanan Negara, ke dalam dan

    keluar. Oleh karena itu, pertama harus mempunyai kekuatan militer

    atau kemampuan untuk mengendalikan angkatan perang. Kedua

    harus mempunyai kekuatan Legislatif atau dalam arti pembuatan

    Undang-undang. Ketiga, harus mempunyai kekuatan

    finansial/kemampuan untuk mencukupi keuangan masyarakat dalam

    rangka membiayai ongkos keberadan Negara dalam

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    10

    menyelengggarakan peraturan, hal tersebut dalam rangka kepentingan

    Negara.

    Sedangkan J.A Corry seperti yang dikutip Muchtar Affandi

    menyatakan bahwa pemerintah merupakan pengejawantahan yang kongkret

    dari negara yang terdiri dari badan-badan dan orang-orang yang

    melaksanakan tujuantujuan negara. Setidak-tidaknya untuk negara-negara

    demokrasi maka pemerintah pada saat khusus manapun adalah lebih kecil

    dari negara.

    Tidak hanya ahli-ahli dari luar yang mengajukan masalah

    pemerintahan ini, melainkan ada pula dari Indonesia sendiri. Salah satunya

    adalah Muchtar Affandi yang menyatakan bahwa di dalam gerombolan yang

    primitif, pemegang kekuasaan itu berwujud pimpinan yang nyata oleh

    seseorang yang diangggap oleh seluruh gerombolan itu sebagai primus inter

    pares artinya sebagai seorang yang nomor satu diantara sesamanya karena

    dialah yang paling menonjol dalam keberanian, kecerdikan, kepandaian, atau

    kecakapan diantara sesama mereka sendiri.

    Setiap anggota gerombolan diwajibkan tunduk pada kekuasan

    pimpinan itu dan siapa yang tidak mau tunduk dapat dipaksa untuk tunduk

    dengan kekerasan. Dengan demikian timbulah suatu authority atau gezag

    atau kewibawaan pimpinan yang dapat menimbulkan dan memelihara suatu

    tatanan yang teratur. Organisasi pimpinan di dalam negara yang mempunyai

    otoritas inilah yang disebut pemerintah itu. Sebagai pelaksana kekuasaan

    negara, pemerintah merupakan suatu organisasi teknis yang dilengkapi

    kewenangankewenangan tertentu yang diperlukan untuk pengaturan dan

    pelaksanaan segala tugasnya itu.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    11

    Pemerintahan dapat dipahami dalam arti luas dan dalam arti sempit.

    Dalam arti luas, pemerintahan mencakup semua kekuasan yang meliputi

    seluruh fungsi negara. Menurut Corry dalam arti umum yang menyeluruh,

    pemerintahan menunjukan keseluruhan rangkaian lembaga-lembaga yang

    dipakai segolongan orang untuk memerintah dan yang menyebabkan

    orangorang lainnya tunduk. Jadi pemerintahan dalam arti luas tersebut,

    apabila merujuk pada ajaran Montesquieu, meliputi keseluruhan lembaga

    negara yang menjalankan kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan

    kekuasaan yudikatif. Ketiga lembaga tersebut merupakan unsur-unsur

    kekuasaan negara.

    Di dalam arti sempit, pemerintahan kerap kali dipahami sebagai

    aktivitas dari lembaga kekuasaan eksekutif. Termasuk dalam pengertian ini

    adalah keseluruhan unsur-unsur yang tercakup di dalam pengertian lembaga

    eksekutif tersebut misalnya: kepala pemerintahan, menteri-menteri

    departemen-departemen, pemerintah daerah, dinas-dinas daerah dan unit-unit

    kerja pemerintahan lainnya.

    Pendapat lain menurut Pranadjaja dalam bukunya yang berjudul

    Hubungan antar Lembaga Pemerintahan, pengertian Pemerintah adalah

    sebagai berikut :

    Istilah Pemerintah berasal dari kata perintah, yang berarti perkataan

    yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu, sesuatu yang harus

    dilakukan. Pemerintah adalah orang, badan atau aparat yang

    mengeluarkan atau memberi perintah.

    Menurut Ndraha pemerintah memegang pertanggung jawaban atas

    kepentingan rakyat. Lebih lanjut Ndraha juga mengatakan bahwa

    pemerintah adalah semua beban yang memproduksi, mendistribusikan, atau

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    12

    menjual alat pemenuhan kebutuhan masyarakat berbentuk jasa publik dan

    layanan civil.

    Sebagai cabang ilmu pemerintahan pada gilirannya kepemimpinan

    pemerintahan akan menjadi disiplin ilmu, bila kepemimpinan secara umum

    masih berbagai titik pandang disiplin ilmu yang memilikinya seperti ilmu

    jiawa, ilmu administrasi, ilmu manajemen, ilmu politik maka kepemimpinan

    pemerintahan berbeda dengan kepemimpinan swasta yang spesifik, maka

    kepemimpinan pemerintahan untuk sementara dapat dikaji secara khas

    objek, subjek, sistimatika, metode, keuniversalan, terminology, filosofi,

    teori, prinsip, dalil, rumus dan cara mempelajarinya yaitu antara lain sebagai

    berikut:

    Objek forma kepemimpinan pemerintahan adalah hubungan antara

    pemimpin dengan yang dipimpin dalam hal ini yang memimpin adalah

    pemerintah sedangkan yang dipimpin adalah rakyat. Objek materialnya

    adalah manusia. Jadi berbeda dengan ilmu pemerintahan yang objek

    materianya adalah Negara maka karena kepemimpinan pemerintahan

    bertumpang tindih denga ilmujiwa, ilmu administrasi, ilmu manajemen,

    bahkan ilmu ekonomi.

    Teori kepemimpinan pemerintahan sebagaimana yang akan diuraikan

    nanti sama dengan teknik kepemimpinan secara umum hanya saja lebih

    berkonotasi dengan kekuasaan di sati pihak dan pelayanan di pihak lain yaitu

    otokratis, phiskologis, sosiologis, suportif, lingkungan, sifat, kemanusiaan,

    pertukaran, situasional, dan kontingensi. Kekuasaan ditujukan untuk

    pemusnahan dekadensi moral ( nahi mungkar) sedangkan pelayaan ditujukan

    hanya untuk yang baik dan benar (amar makruf)

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    13

    C. Tugas dan Peran Pemimpin

    Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:

    1. Pemimpin bekerja dengan orang lain

    Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang

    lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan

    lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi.

    2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan

    mempertanggungjawabkan (akontabilitas).

    Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas

    menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome

    yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan

    stafnya tanpa kegagalan.

    3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas

    Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat

    menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya

    pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-

    tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur

    waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.

    4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual

    Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan

    konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan

    akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan

    menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.

    5. Manajer adalah seorang mediator

    Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena

    itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    14

    6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat

    Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan

    kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus

    dapat mewakili tim atau organisasinya.

    7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit

    Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

    Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :

    1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya

    sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur,

    mentor konsultasi.

    2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan

    juru bicara.

    3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha,

    penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator

    D. Prinsip-prinsip Dasar Kepemimpinan Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan

    motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk

    membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997),

    prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin

    prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah

    kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat

    atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4

    dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    15

    kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-

    prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:

    1. Seorang yang belajar seumur hidup

    Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah.

    Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan

    mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk

    sebagai sumber belajar.

    2. Berorientasi pada pelayanan Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip

    pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan

    utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih

    berprinsip pada pelayanan yang baik.

    3. Membawa energi yang positif Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi

    yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung

    kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk

    membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau

    bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan.

    Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi

    yang positif, seperti ;

    a. Percaya pada orang lain Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf

    bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan

    mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu,

    kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.

    b. Keseimbangan dalam kehidupan

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    16

    Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya.

    Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan

    diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi.

    Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia

    dan akherat.

    4. Melihat kehidupan sebagai tantangan Kata tantangan sering di interpretasikan negatif. Dalam hal

    ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan

    segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu

    tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang

    datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada

    inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian,

    dinamisasi dan kebebasan.

    5. Sinergi Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu

    katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya

    sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan

    memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New

    Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu

    kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari

    pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus

    dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman

    sekerja.

    6. Latihan mengembangkan diri sendiri Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri

    untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    17

    berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri

    terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1)

    pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan

    pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4)

    mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6)

    merefleksikan

    kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang

    diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali

    menjadi diri sendiri lagi.

    Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena

    beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan

    keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi.

    Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang

    terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan

    perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan

    keputusan.

    Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan

    pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding

    perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai

    keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali

    dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar

    mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan

    memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih

    pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan,

    mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang

    memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    18

    Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari

    pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan

    bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk

    menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan

    dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang

    berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara

    intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).

    E. Kepemimpinan Pemerintahan Sebagai Seni

    Menurut George R terry Art is personal creative power plus skill in

    performance ( maksudnya seni adalah kekuasaan pribadi seseorang yang

    kreatif ditambah dengan keahlian yang bersangkutan dalam menampilkan

    tugas pekerjaannya) Jadi seni merupakan kemampuan dan kemahiran

    seseorang untuk mewujudkan cipta, rasa dan karsa yang dimiliki yang

    bersangkutan dalam tugas dan fungsinya sebagai seniman.

    Kepemimpinana pemerintahan sebagai seni berarti bagaimana

    seseorang pemimpin pemerintahan dengan keahliannya mampu

    menyelenggarakan pemerintahan secara indah. Sehingga tercapai

    penyelenggaraan pemerintahan yang berdayaguna dan berhasilguna.

    Dengan begitu seni memerintah tidak lebih dari profesi seseorang

    yang ahli dalam pemerintahannya.. sebagai suatu seni kepemimpinan

    pemerintahan juga berkenaan dengan bagaimana suatu seni membujuk

    (persuasive), seni mendorong (motivatif), seni menghubungkan

    (komunikatif), seni memfasilitasi, seni mematangkan hubungan, seni menjadi

    teladan yang dapat dicontoh orang lain.

    F. Kepemimpinan pemerintahan sebagai moral.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    19

    Sebagai penjaga malam pemimpin pemerintahan mengendalikan

    masyarakatnya , antisipasi seperti diistilahkan dengan negative sedangkan

    kejadian yang juga diistilahkan dengan negative, dengan begitu secara

    matematis antara negative dikalikan dengan negative akan menjadi positif,

    hal ini hanya boleh diperlakukan untuk pemimpin pemerintahan.

    Sebaliknya untuk masyarakat yang berlaku baik dan benar pemimpin

    pemerintahan harus melayani karena akan terjadi berbagai permohonan

    pertolongan bagi pelayanan public, seperti fakir miskin dan anak terlantar,

    orang tua jompo, bencana alam seperti banjir, kebakaran dan lain-lain, untuk

    ini pemim,pin pemerintahan memberikan pelayananya.

    Selanjutnya antara kekuasaan untuk kejahatan dan pelayanan untuk

    kebaikan seperti ini tidak boleh dibalik pelakunya, yaitu kekuasaan

    digunakan untuk orang-orang yang baik dan benar (disebut dengan zalim)

    sedangkan pelayanan yang diberikan kepada pelaku kejahatan (disebut

    dengan fasik) seperti melayani lokasi pelacuran, perjudiaan dan sejenis

    lainnya. Itulah sebabnya sebagai pemimpin pemerintahan harus bermoral

    artinya yang bersangkutan selain ulama (rohaniwan) juga harus umara

    (negarawan).

    G. Filosofi Kepemimpinan Pemerintahan

    Negara dapat juga mengeksploitasi tenaga rakyat mereka yang

    membangkang kepada pemerintah Negara dianggap pemberontak, separatis,

    pengacau keamanan, gerombolan dan lain-lain, kecuali jika pemberontak itu

    begitu besar lalu mampu mengganti pemerintah yang lama dalam suatu

    revolusi, reformasi atau penggantian secara damai dalam sebuah pemilihan

    umum.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    20

    Berdasarkan apa yang disampaikan ini maka pemerintah suatu

    Negara pada abad ini berjuang menggeser paradigm kekuasaan menjadi

    paradigm pelayanan, pemerintah dijadikan abdi masyarakat dengan ukuran

    bila rakyat menghendaki pelayanan kepengurusn sesuatu maka sebaiknya

    cepat, bermuitu, murah dan menimbulkan kepuasaan kepada masyarakat.

    Yang menjadi persoalan sekarang adalah rakyat banyak tidak seluruhnya

    berprilaku agamis, apalagi tingkat kepuasaan berbeda karena perbedaan

    selera, kultur, rasa, situasi serta kondisi.

    Kepemimpinan pemerinatahan harus berakar dan berangkat dari

    pengkajian filsafat, apa yang baik dan benar bagi masyarakat dan pemerintah

    itu sendiri, jauh dari fanatisme apalagi fundamentalis.

    Baik adalah dari ukuran moral bagi aparat pemerintah sedangkan

    kebenaran adalah ukuran logika kepemerintahan, mereka yang

    menghandalkan logika tanpa moral cenderung tirani, dalam kekuasanannya.

    Sedangkan mereka yang mengandalkan moral tanpa logika akan membiarkan

    masyarakatnya bertindak anarkis, karena segolongan umat adalah pemerintah

    itu sendiri, yang baik dan benar dalam pemerintahannya.. inilah yang

    kemudian berkembang menjadi good governance dan cleant government

    Memasukan kitab suci ke dalam ilmiah popular seperti ini adalah

    dalam rangka menolak sekularisme, apalagi dalam sub bab filsafat

    kepemimpinan pemerintahan ini filsafat adalah kata lain dari hakekat

    kendati hakekat adalah salah satu dari nama lain alguran yang mutlak

    dijadikan rujukan. Saying berbagai kelompok islam menolak berbagai kajian

    filsafat kendati hal itu adalah kitab suci mereka sendiri.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    21

    H. Kepemimpinan dalam Islam

    Pada dasarnya, kepemimpinan itu adalah amanah yang akan

    dipertanggungjawabkan di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, Islam telah

    menggariskan beberapa kaedah yang berhubungan dengan kepemimpinan.

    Kaedah-kaedah tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

    a. Kepemimpinan Bersifat Tunggal Dalam khazanan politik Islam, kepemimpinan negara itu bersifat

    tunggal. Tidak ada pemisahan, ataupun pembagian kekuasaan di dalam

    Islam. Kekuasaan berada di tangan seorang Khalifah secara mutlak. Seluruh

    kaum Muslim harus menyerahkan loyalitasnya kepada seorang pemimpin

    yang absah. Mereka tidak diperbolehkan memberikan loyalitas kepada orang

    lain, selama Khalifah yang absah masih berkuasa dan memerintah kaum

    Muslim dengan hukum Allah SWT.

    Dalam hal ini, Rasulullah Saw bersabda:

    Siapa saja yang telah membaiat seorang Imam (Khalifah), lalu ia

    memberikan uluran tangan dan buah hatinya, hendaknya ia mentaatinya jika

    ia mampu. Apabila ada orang lain hendak merebutnya (kekuasaan itu) maka

    penggallah leher orang itu. [HR. Muslim].

    b. Kepemimpinan Islam Itu Bersifat Universal Kepemimpinan Islam itu bersifat univeral, bukan bersifat lokal

    maupun regional. Artinya, kepemimpinan di dalam Islam diperuntukkan

    untuk Muslim maupun non Muslim. Sedangkan dari sisi konsep

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    22

    kewilayahan, Islam tidak mengenal batas wilayah negara yang bersifat tetap

    sebagaimana konsep kewilayahan negara bangsa. Batas wilayah Daulah

    Khilafah Islamiyyah terus melebar hingga mencakup seluruh dunia, seiring

    dengan aktivitas jihad dan futuhat. Al-Quran telah menjelaskan hal ini

    dengan sangat jelas. Allah SWT berfirman:

    Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia

    seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan,

    tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Qs. Saba[34]: 28).

    Katakanlah: Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah

    kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi;

    tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan

    dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, Nabi

    yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatNya

    (kitab kitabNya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. (Qs. al-

    Arf [7]: 158).

    c. Kepemimpinan Itu Adalah Amanah

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    23

    Pada dasarnya, kepemimpinan itu adalah amanah yang membutuhkan

    karakter dan sifat-sifat tertentu. Dengan karakter dan sifat tersebut seseorang

    akan dinilai layak untuk memegang amanah kepemimpinan. Atas dasar itu,

    tidak semua orang mampu memikul amanah kepemimpinan, kecuali bagi

    mereka yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Sifat-sifat kepemimpinan

    yang paling menonjol ada tiga.

    Pertama, al-quwwah (kuat). Seorang pemimpin harus memiliki

    kekuatan ketika ia memegang amanah kepemimpinan. Kepemimpinan tidak

    boleh diserahkan kepada orang-orang yang lemah. Dalam sebuah riwayat

    dituturkan, bahwa Rasulullah Saw pernah menolak permintaan dari Abu

    Dzar al-Ghifariy yang menginginkan sebuah kekuasaan.

    Diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa Abu Dzar berkata, Aku

    berkata kepada Rasulullah Saw, Ya Rasulullah tidakkah engkau

    mengangkatku sebagai penguasa (amil)? Rasulullah Saw menjawab,

    Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang yang lemah. Padahal,

    kekuasaan itu adalah amanah yang kelak di hari akhir hanya akan menjadi

    kehinaan dan penyesalan, kecuali orang yang mengambilnya dengan hak,

    dan diserahkan kepada orang yang mampu memikulnya.Yang dimaksud

    dengan kekuatan di sini adalah kekuatan aqliyyah dan nafsiyyah.

    Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan akal yang menjadikan

    dirinya mampu memutuskan kebijakan yang tepat dan sejalan dengan akal

    sehat dan syariat Islam. Seorang yang lemah akalnya, pasti tidak akan

    mampu menyelesaikan urusan-urusan rakyatnya. Lebih dari itu, ia akan

    kesulitan untuk memutuskan perkara-perkara pelik yang harus segera

    diambil tindakan. Pemimpin yang memiliki kekuatan akal akan mampu

    menelorkan kebijakan-kebijakan cerdas dan bijaksana yang mampu

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    24

    melindungi dan mensejahterakan rakyatnya. Sebaliknya, pemimpin yang

    lemah akalnya, sedikit banyak pasti akan merugikan dan menyesatkan

    rakyatnya.

    Selain harus memiliki kekuataan aqliyyah, seorang pemimpin harus

    memiliki kekuatan nafsiyyah (kejiwaan). Kejiwaan yang kuat akan

    mencegah seorang pemimpin dari tindakan tergesa-gesa, sikap emosional,

    dan tidak sabar.

    Seorang pemimpin yang lemah kejiwaannya, cenderung akan mudah

    mengeluh, gampang emosi, serampangan dan gegabah dalam mengambil

    tindakan. Pemimpin seperti ini tentunya akan semakin menyusahkan rakyat

    yang dipimpinnya.

    Kedua, al-taqwa (ketaqwaan). Ketaqwaan adalah salah satu sifat

    penting yang harus dimiliki seorang pemimpin maupun penguasa. Sebegitu

    penting sifat ini, tatkala mengangkat pemimpin perang maupun ekspedisi

    perang, Rasulullah Saw selalu menekankan aspek ini kepada para amirnya.

    Dalam sebuah riwayat dituturkan bahwa tatkala Rasulullah Saw melantik

    seorang amir pasukan atau ekspedisi perang belia berpesan kepada mereka,

    terutama pesan untuk selalu bertaqwa kepada Allah SWT dan bersikap baik

    kepada kaum Muslim yang bersamanya.[HR. Muslim & Ahmad].

    Pemimpin yang bertaqwa akan selalu berhati-hati dalam mengatur

    urusan rakyatnya. Pemimpin seperti ini cenderung untuk tidak menyimpang

    dari aturan Allah SWT. Ia selalu berjalan lurus sesuai dengan syariat Islam.

    Ia sadar bahwa, kepemimpinan adalah amanah yang akan dimintai

    pertanggungjawaban kelak di hari akhir. Untuk itu, ia akan selalu menjaga

    tindakan da perkataannya. Berbeda dengan pemimpin yang tidak bertaqwa.

    Ia condong untuk menggunakan kekuasaannya untuk menindas, mendzalimi

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    25

    dan memperkaya dirinya. Pemimpin seperti ini merupakan sumber fitnah dan

    penderitaan.

    Ketiga, al-rifq (lemah lembut) tatkala bergaul dengan rakyatnya.

    Sifat ini juga sangat ditekankan oleh Rasulullah Saw. Dengan sifat ini,

    pemimpin akan semakin dicintai dan tidak ditakuti oleh rakyatnya. Dalam

    sebuah riwayat dikisahkan, bahwa Aisyah ra berkata, Saya mendengar

    Rasulullah Saw berdoa di rumah ini, Ya Allah, siapa saja yang diserahi

    kekuasaan untuk mengurusi urusan umatku, kemudian ia memberatkannya,

    maka beratkanlah dirinya, dan barangsiapa yang diserahi kekuasaan untuk

    mengurus urusan umatku, kemudian ia berlaku lemah lembut, maka bersikap

    lembutlah kepada dirinya. [HR. Muslim].

    Selain itu, seorang pemimpin mesti berlaku lemah lembut, dan

    memperhatikan dengan seksama kesedihan, kemiskinan, dan keluh kesah

    masyarakat. Ia juga memerankan dirinya sebagai pelindung dan penjaga

    umat yang terpercaya. Ia tidak pernah menggunakan kekuasaannya untuk

    menghisap dan mendzalimi rakyatnya. Ia juga tidak pernah memanfaatkan

    kekuasaannya untuk memperkaya diri, atau menggelimangkan dirinya dalam

    lautan harta, wanita dan ketamakan. Ia juga tidak pernah berfikir untuk

    menyerahkan umat dan harta kekayaan mereka ke tangan-tangan musuh.

    Dirinya selalu mencamkan sabda Rasulullah Saw, Barangsiapa

    diberi kekuasaan oleh Allah SWT untuk mengurusi urusan umat Islam,

    kemudian ia tidak memperhatikan kepentingan, kedukaan, dan kemiskinan

    mereka, maka Allah SWT tidak akan memperhatikan kepentingan, kedukaan,

    dan kemiskinannya di hari kiamat. [HR. Abu Dwud & at-Tirmidzi].

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    26

    BAB II

    TEORI KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

    A. Tipe Otokratis dalam Kepemimpinan Pemerintahan Kepemimpinan secara otokratis adalah kepemimpinan yang cara

    memimpinnya menganggap organisasi sebagai miliknya sendiri. Sehingga

    seorang pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap para anggota

    organisasinya dan menganggap mereka itu sebagai bawahannya dan

    merupakan alat atau mesin, tidak diperlakukan sebagaimana manusia.

    Bawahan hanya menurut dan menjalankan perintah atasannya serta tidak

    boleh membantah, karena pimpinan tidak mau menerima kritik, saran dan

    masukan.

    Tipe kepemimpinan otokratis ini dapat kita jumpai dalam

    pemerintahan feodal oleh kerajaan-kerajaan pada zaman abad pertengahan.

    Kepemimpinan yang otokratis biasanya dikendalikan oleh seorang pemimpin

    yang mempunyai perasaan harga diri yang sangat tinggi. Bawahannya

    dianggap bodoh, tidak berpengalaman, dan selayaknya diperintah sesuka

    mereka.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    27

    Dengan egoisme yang sangat tinggi, seorang pemimpin yang

    otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam

    kehidupan organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan

    orang lain dalam organisasi, ketergantungan total para anggota organisasi

    mengenai nasib masing-masing dan sebagainya.

    B. Teori Sifat ( Trait Theory)

    Pada pendekatan teori sifat, analisa ilmiah tentang kepemimpinan

    dimulai dengan memusatkan perhatiannya pada pemimpin itu endiri. Yaitu

    apakah sifat-siftat yang membuat seseorang itu sebagai pemimpin. Dalam

    teori sifat, penekanan lebih pada sifat-sifat umum yang dimilki pemimpin,

    yaitu sifat-sifat yang dibawa sejak lahir.

    Teori ini mendapat kritikan dari aliran perilaku yang menyatakan

    bahwa pemimpin dapat dicapai lewat pendidikan dan pengalaman.

    Sehubungan dengan hal tersebut , Keith Davis (dalam Kartini Kartono,

    1994:251) merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai

    pengaruh terhadap keberhasilan efektifitas kepemimpinan yaitu:

    a. Kecerdasan, hasil penelitian pada umunya membuktikan bahwa

    pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan yang dipimpin.

    b. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, pemimpin cenderung

    menjadi matang dan mempunyai perhatian yang luas terhadap

    aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan

    dihargai.

    c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi, para pemimpin secara relatif

    mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    28

    bekerja berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik

    dibandingkan dengan ekstrinsik.

    d. Sikap dan hub ungan kemanusiaan, pemimpin-pemimpin yang

    berhasil mau mengakui harga diri dan kekuatan para pengikutnya

    dan mampu berpihak kepadanya.

    C. Teori Perilaku

    1. Teori X dan Teori Y Mc. Gregor

    A. Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada

    orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas Mc

    Gregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para

    manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis

    pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori

    y.

    B. 1. Teori X

    Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk

    pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari

    pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja

    memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun

    menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam

    bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan

    agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

    C. 2. Teori Y

    Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia

    seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    29

    diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki

    pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan

    perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi,

    kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas

    pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala

    potensi diri yang dimiliki dalam bekerja. Penelitian teori x dan y

    menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi

    kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan

    struktur.

    2. Teori Kepribadian Perilaku

    1. Studi dari University of Michigan

    a.) Pemimpin yang Job-centered

    Pemimpin yang berorientasi pada tugas menerapkan pengawasan

    ketat sehingga bawahan melakukan tugasnya dengan

    menggunakan prosedur yang telah ditentukan. Pemimpin ini

    mengandalkan kekuatan paksaan, imbalan dan hukuman untuk

    mempengaruhi sifat-sifat dan prestasi kerja pengikutnya.

    b.) Pemimpin yang berpusat pada bawahan

    Mendelegasikan pengambilan keputusan pada bawahan dan

    membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya dengan

    cara menciptakan lingkungan kerja yang suportif. Pemimpin yang

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    30

    berpusat pada karyawan memiliki perhatian terhadap kemajuan,

    pertumbuhan dan prestasi pribadi pengikutnya.

    2. Studi dari Ohio State University

    a.) Membentuk Struktur

    Melibatkan perilaku dimana pemimpin mengorganisasikan dan

    mendefiniskan hubungan-hubungan di dalam kelompok,

    cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas

    dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas yang benar.

    b.) Konsiderasi

    Melibatkan perilaku yang menunjukkan persahabatan, saling

    percaya, menghargai, kehangatan dan kimunikasi antara pimpinan

    dan pengikutnya. Pemimpin yang memilik konsiderasi tinggi

    menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka dan partisipasi.

    D. Teori Situasional dan Model Kontingensi.

    Dalam model kontingensi memfokuskan pentingnya situasi dalam

    menetapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan permasalahan yang

    terjadi. Sehingga model tersebut berdasarkan kepada situasi untuk efektifitas

    kepemimpinan. Menurut Fread Fiedler, kepemimpinan yang berhasil

    bergantung kepada penerapan gaya kepemimpinan terhadap situasi tertentu.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    31

    BAB III

    GAYA DAN MODEL KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

    A. Gaya Kepemimpinan

    Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai

    suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut

    kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk

    suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang

    demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan

    Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin

    secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan

    tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    32

    Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat

    diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini.

    1. Teori Genetis (Keturunan). Inti dari teori menyatakan bahwa

    Leader are born and nor made (pemimpin itu dilahirkan (bakat)

    bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan

    pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin

    karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam

    keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah

    ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai

    pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini

    tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.

    2. Teori Sosial. Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada

    satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti

    aliran teori sosial ini ialah bahwa Leader are made and not born

    (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini

    merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini

    mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa

    menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman

    yang cukup.

    3. Teori Ekologis. Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya

    mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori

    tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori

    ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil

    menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat

    kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui

    pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    33

    dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi

    positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan

    merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian,

    penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat

    mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan

    timbulnya sosok pemimpin yang baik.

    Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya

    kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa

    gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga

    komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses

    kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut,

    Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya

    kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b)

    dan situasi tertentu (s)., yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s).

    Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang

    dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja

    maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi

    akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam

    bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda,

    seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan

    adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu

    perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau

    tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu

    organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena

    sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    34

    ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan

    dengan secermat mungkin.

    Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu

    keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat

    tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti

    kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi

    misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak

    sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya

    telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya

    kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan

    unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat

    keberhasilan kepemimpinan.

    B. Gaya Kepemimpinan Pemerintahan 1. Gaya demokratis dalam kepemimpinan pemerintahan

    Gaya demokratis dalam kepemimpinan pemerintahan adalah cara

    dan irama seseorang pemimpin pemerintahan dalam menghadapi bawahan

    dan masyarakatnya dengan memakai metode pembagian tugas dengan

    bawahan begitu juga antara bawahan dibagi tugas secara merata dan adil,

    kemudian pemilihan tugas tersebut dilakukan secara terbuka, antara bawahan

    dianjurkan berdiskusi tentang keberadaannya untuk membahas tugasnya,

    baik bawahan yang terrendah sekalipun boleh menyampaikan saran serta

    diakui hanynya, dengan demikian dimiliki persetujuan dan consensus atas

    kesepakatan bersama.

    Oleh karena itu harus dibuat ketentuan tertentu dalam

    pendemokrasian ini karenakekuasaan berada di tangan bawahan, hal

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    35

    ini untuk mencegah anarkisme yang mungkin terjadi. Karena hak

    azasi disanjung dalam organisasi pada gilirannya nanti antar bawahan

    dan masyarakat diharapkan terjadi persaingan keahlian, dalam

    kalangan ideology Islam dinela dengan Syura, dengan motto wa am

    ruhum syura bainahum ( musyawarahkan urusanmu) dengan begitu

    akan terjadi fas tabiul chairat (berlomba-lomba dalam amal

    kebajikan). Musyawarah seperti ini akan melahirkan kebijaksanaan

    (wisdom) disamping berbagai perintah yang turun dari atas disebut

    kebijakan (policy) yang dapat diubah sesuai kebutuhan sepanjang

    tidak menyalahi aturan (syariah).

    C. Gaya Birokrasi Dalam Kepemimpinan Pemerintahan Gaya birokrasi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah cara dan

    irama seseorang pemimpin pemerintahan dalam menghadapi bahwahan dan

    masyarakatnya dengan memakai metode tanpa penadang bulu, artinya setiap

    bawahan dan masyarkat harus diperlakukan sama disiplinnya, spesalisasi

    tugas yang khusus, kerja yang ketat pada aturan (rule), sehingga kemudian

    bawahan menjadi kaku tetapi sederhana (zakelijk)

    Dalam kepemimpinan pemerintahan seperti ini segala sesuatunya

    dilakukan secara resmi di kantor pada jam dinas tertentu dan dengan tata cara

    formal, pengaturan dari atas ke bawah sedangkan pertanggungjawaban dari

    bawah ke atas secara sentralistik, serta harus berdasarkan logika bukan

    perasaan (irasional), tata dan patuh (obedience) kepada aturan (discipline)

    serta terstruktur dalam kerjanya.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    36

    Pakar yang selalu menganjurkan tentang kepemimpinan

    pemerintahan yang birokrasi ini adalah Max Weber, tetapi kemudian

    dikolaborasi oleh Warren Bennis sebagai berikut:

    1. Perlu kebijaksanaan di luar peraturan yang sudah berjalan

    2. Tugas yang satu dengan yang lain harus dikoordinasikan

    3. Harus ada seni dalam menerapkannya yang berkonotasi rasa

    4. Bawahan diperkenankan member saran yang produktif

    5. Pembagian tugas hendaknya lebih demokratis desentralistis

    Sedangkan Nicholas Henry memberikan kontribusi agar tidak terjadi kutub

    ekstrim ketiranian atasan, yaitu sebagai berikut:

    1. Tugas rutin hanya dalam kondisi stabil

    2. Harus ada spesialisasi tugas

    3. Penekanan pada cara kerja

    4. Konflik diselesaikan dari atas

    5. Kesetiaan setiap orang pada unitnya

    6. Struktur hirarkis organisasi pyramid

    7. Pimpinan dianggap mengetahui segalanya

    8. Mengutamakan kesetiaan pada organisasi.

    D. Gaya Kebebasan Dalam Kepemimpinan Pemerintahan Gaya kebebasan dalam kepemimpinan pemerintahan adalah cara dan

    irama seseorang pemimpinan pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan

    masyarakatnya dengan memakai metode pemberian kelulusaan pada

    bawahan seluas-luasnya , metode ini dikenal juga dengan laissez Faire atau

    liberalism . Dengan begitu dalam gaya ini setiap bawahan bebas bersaing

    dalam berbagai strategi ekonomi, politik, hokum dan administrasi. Jadi

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    37

    pimpinan pemerintahan memberikan peluang besar pada kegiatan organisasi.

    Hal ini hanya cocok pada daerah yang sudah modern dengan pola piker biasa

    dipertanggungjawabkan, tetapi bila di daerah tradisonal akan membuat

    masyarakat semakin berada di alam keterbelakangan.

    Resiko kehidupan bebas dalam organisasi ini akan menimbulkan

    hubungan atasan dan bawahan seperti kekasih, baik dalam pakaian, suasana

    kantor maupun dalam tatakrama pergaulan

    Dalam kepemimpinan pemerintahan bila memakai gaya bebas seprti

    ini tidak menutup kemungkinan pimpinan pemerintahan akan membuka

    berbagai lokasi perjudian, lokasi pelacuran, lokasi mabuk mabukan untuk

    penghasilan pendapatan Negara bahkan untuk mempertahankan diri

    mayrakat sipil diperkenankan untuk berdagang senapang api.

    Bila bagi masyarakat yang memiliki selera hodonisme dan

    materialism yang tinggi akan membuka lua bisnis film cabul, dan pers yang

    mengkritik pemerintah dengan kecaman pedas. Sudah barang tentu

    kebebasan pemerintah seperti ini akan dimanfaatkan oleh para pemilik modal

    yang berjaringan (kolongmerat) untuk antara lain sebagai berikut:

    1. Memproduksi barang secara besar-besaran

    2. Menumpuk barang untuk kemudian dijual setelah mahal

    3. Memberlakukan pasar bebas dengan permainan harga monopoli.

    E. Gaya Otokratis Dalam Kepemimpinan Pemerintahan Gaya otokratis dalam kepemimpinan pemerintahan adalah cara dan

    irama seorang pimpinan pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan

    masyarakatnya dengan memakai metode paksaan kekuasaan (coercive

    power)

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    38

    Cara ini cocok untuk mempercepat waktu di kalangan meliter,

    karena itu diterapkan system komando dengan one way traffic dalam

    komunikasi pemerintahannya sehingga efektif hasilnya. Tetapi sangat

    berakibat fatal bagi daerah-daerah yang sudah maju karena ketakutan

    bawahan hanya ketika pimpinan pemerintahan sedang memiliki kekuasaan

    saja.

    Jadi gaya kepemimpinan pemerintahan dengan gaya seperti ini hanya

    dapat diterapkan pada keadaan dan situasi antara lain sebagai berikut di

    bawah ini:

    1. Untuk menimbulkan rasa persatuan dan eksatuan

    2. Untuk keseragaman antara bawahan

    3. Agar pimpinan pemerintah tidak diganggu gugat

    4. Agar menekan faham separatism

    5. Untuk meningkatkan pengawasan

    6. Untuk mempercepat mencapai tujuan

    Dari uraian tersebut maka pimpinan pemerintahan yang nerapkan gaya

    otokratis ini hanya cocok untuk Negara-negara yang antara lain:

    1. Negara yang sudah berperang dengan Negara lain

    2. Negara yang sedang bersengketa dengan daerahnya

    3. Negara yang sedang membangun dengan cepat

    4. Negara yang heterogen dan sulit diatur.

    Sehingga suatu gaya kepemimpinan akan efektif pabila gaya

    kepemimpinan tersebut digunakan dalam situasi yang tepat. Sehubungan

    dengan hal tersebut Fiedler (dalam Abi Sujak, 1990:10) mengelompokkan

    gaya kepemimpinan sebagai berikut:

    a. Gaya kepemipinan yang berorientasi pada orang (hubungan).

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    39

    Dalam gaya ini pemimpin akan mendapatkan kepuasan apabila

    terjadi hubungan yang mapan diantara sesama anggota kelompok

    dalam suatu pekerjaan. Pemimpin menekankan hubungan pemimpin

    degan bwahan atau anggota sebagai teman sekerja.

    b. Gaya kepemimpinan yang beroreitasi pada tugas.

    Dalam gaya ini pemimpin akan merasa puas apabila mampu

    menyelesaikan tugas-tugas yang ada padanya. Sehingga tidak

    memperhatikan hubungan yang harmonis dengan bawahan atau

    anggota, tetapi lebih berorentasi pada pelaksanaan tugas sebagai

    prioritas yang utama.

    Delapan kondisi kepemimpinan yaitu:

    1. Hubungan atasan dan bawahan baik, struktur tugas berpola dan

    wibawa pemimpin yang kuat

    2. Hubungan atasan dan bawahan baik, struktur tugas berpola tetapi

    wibawa pemimpin yang lemah

    3. Hubungan atasan dan bawahan baik, struktur tugas tidak berpola,

    wibawa pemimpin yang kuat

    4. Hubungan atasan dan bawahan baik, struktur tugas tidak berpola,

    wibawa pemimpin yang kuat

    5. Hubungan atasan dan bawahan buruk struktur tugas bepola, wibawa

    pemimpin yang kuat

    6. Hubungan atasan dan bawahan buruk, struktur tugas yang tidak

    berpola, wibawa pemimpin yang lemah

    7. Hubungan atasan dan bawahan buruk, struktur tugas tidak berpola,

    wibawa pemimpin yang kuat

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    40

    8. Hubungan atasan dan bawahan buruk, struktur tugas tidak berpola,

    wibawa pemimpin yang lemah.

    BAB IV

    TEKNIK KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

    A. Teknik-Teknik Kepemimpinan Pemerintahan Teknik adalah cara atau strategi yang dilakukan seseorang untuk

    mencapai tujuannya. Pemimpin pemerintahan harus mempunyai berbagai

    teknik dalam mempengaruhi para bawahannya atau masyarakatnya agar

    tujuan segera tercapai, sesuai dengan kemampuan pemimpin pemerintahan

    itu sendiri. Berikut ini disampaikan beberapa teknik dalam kepemimpinan.

    a. Teknik Persuasive Dalam Kepemimpinan Pemerintahan

    Teknik persuasive dalam kepemimpinan pemerintahan adalah strategi

    pimpinan pemerintahan seperti camat, bupati, gubernur ataupun walikota

    membujuk bawahannya untuk bekerja lebih rajin. Bujukan biasanya

    termasuk strategi lunak dan baik ( be good approach) maka dilakukan

    dengan lemah lembut. Hal ini berlaku pula ketika camat, bupati gubernur

    ataupun walikota tersebut menghadapi masyarakatnya. Misalnya dengan

    melakukan perjanjian dan menanamkan kesadaran betapa pentingnya

    menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan bersama. Jadi bawahan dan

    masyarakat jauh-jauh hari dengan penuh keterbukaan telah diberi informasi

    apa-apa yang menjadi rencana dan tujuan organisasi pemerintahan di mana

    para staf dan masyarakat terlibat, sebagai objek dan subjek organ isasi,

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    41

    sepanjang mereka dapat menyeimbangkan hak dan kewajiban mereka,

    sehingga pada gilirannya nanti pekerjaan berjalan dengan lancer. Janji

    terselubung seperti ini disebut dengan implicit bargaining.

    Jadi dengan teknik persuasive ini pimpinan pemerintahan melakukan

    pendekatan bujukan di mana untuk memotivasi bawahan dan masyarakat

    dipergunakan strategi pemanjaan, dengan bawahan dan masyarakat

    melaksanakan pekerjaan karena alas an baik hatinya atasan ( sang pemimpin)

    Dengan demikian orang lain yang dipimpin oleh pemimpin

    pemerintahan seperti ini diharapkan akan bekerja dengan rajin sebagai balas

    budi atau pun untuk memperoleh kerelaan pembayaran lebih besar. Rutin dan

    lancer. Hal ini sulit dilaksanakan karena hanya berpengaruhg selagi sang

    pemimpin senanatiasa bermanis muka dan selalu memberikan hadiah.

    b. Teknik Komunikatif Dalam Kepemimpinan Pemerintahan Teknik komunikatif dalam kepemimpinan pemerintahan adalah

    strategi camat, bupati atau walikota dan gubernur mempelancar pekerjaannya

    mencapai tujuan,melakukan hubungan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu

    komunikasi, yaitu apa yang diinginkan oleh pemerintah sebagai pemberi

    pesan sama dengan apa yang diterima bawahan dan masyarakat.

    Itulah sebabnya disebut dengan komunikasi karena commune berarti

    sama, kalau tidak demikian akan terjadi berbagai kesalahan antara lains

    ebagaiberikut:

    a. Kesalahan dalam memahami ( misperception)

    b. Kesalahan dalam menfsirkan (misinterpretation)

    c. Kesalahan dalam mengartikan(misunderstanding)

    d. Kesalahan dalam menyamakan (miscommunication)

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    42

    Oleh karena itu bawahan dan masyarakat harus diperkenankan

    bertanya memberik masukan, berdialog dalam suatu komunikasi yang dua

    arah (tou way traffic) perintah tegas, tanpa adanya tanyajwab dan bantahan

    dalam komunikasi satu arah ( one way traffic) hanya saja banyak pesan yang

    tidak jelas dan membingungkan

    Jadi pimpinan pemerintahan harus memiliki media komunikasi yang

    baik dan benar antara lain:

    b. Berbahasa dengan baik dan benar

    c. Menuliskan pesan dengan jelas

    d. Mempergunakan pengeras suara yang memadai

    e. Berada pada tempat yang resmi

    f. Ciptakan sityuasi di mana bawahan dan masyarakat serius.

    Hal tersebut di atas sering dilupakan oleh pemimpin pemerintahan, mereka

    menganggap pesan sudah disampaikan namun orang lain tidak mengerti,

    tidak mendengar, ataupun tidak mengidahkan.

    c. Teknik Fasilitas Dalam Kepemimpinan Pemerintahan Teknik fasilitas dalam kepemimpinan pemerintahanadalah strategi

    pemimpin pemerintahan seperti camat, bupati, walikota dan gubernur

    memberikan fasilitas kepada bawahan atau masyarakatnya untuk

    mempelancar pekerjaan karena bawahan dan masyarakat tersebut terikat

    oleh pemberian tersebut, hal ini disebut dengan kekuatan pemberian (reward

    power)

    Pemerintah dipaksa meyombongkan diri apa yang telah

    dilakukannya, ini karena manusia terkadang melupakan apa yang telah

    diperjuangkan orang lain, dank arena teknik fasilitas ini adalah agar orang

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    43

    merasa bersyukur atas fasilitas yang dimilikinya (baik material maupun

    immaterial/rohani), maka perlu diutamakan sebagai bahan pemikiran

    masyarakat banyak yang harus menjaganya sebagai perwujudan rasa

    syhukur mereka kepada Yang Maha Kuasa, yang suatu ketika dapat saja

    menggantikannya dengan berbagai cobaan yang rasanya sulit ditanggulangi.

    d. Teknik Motivasi Dalam Kepemimpinan Pemerintahan

    Teknik motivasi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah strategi

    camat, bupati, walikota dan gubernur mendorong bawahan dan

    masyarakatnya bekerja serta membangun lebih rajin dengan berbagai cara

    misalnya:

    1. Memenuhi kebutuhan fisik bawahan atau masyarakatnya

    2. Memberikan rasa aman kepada masyarakat

    3. Memberikan rasa nyaman dalam pergaulan

    4. Memberikan penghormatan yang tepat pda bawahan dan masyarakat

    5. Memenuhi kebutuhan penampilan diri

    6. Memberikan keleluasaan pada setiap orang sesuai dengan

    kemampuannya

    7. Memberikan pada setiap bawahan atau masyarakatnya kebebasan

    untuk menjaga dan menguasai hak miliknya sepanjang tidak

    melanggar peraturan perundang-undangan

    8. Memberikan pada setiap bawahan dan masyarakatnya untuk

    berkumpul, bersyarikat, berorganisasi, bergaul sepanjang tidak

    bertentangan dengan pearturan perundang-undangan yang berlaku.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    44

    9. Memberikan dorongan kepada bawahan dan masyarakatnya untuk

    berpartisipasi dalam pembangunan.

    e. Teknik Keteladanan Dalam Kepemimpinan Pemerintahan

    Teknik keteladanan dalam kepemimpinan pemerintahan adalah

    strategi pemimpin pemerintahan seperti camat, bupati, walikota dan gubernur

    dalam meberikan contoh yang baik kepada bawahannya dan mayarakatnya

    sendiri.

    Di Indonesia yang terkenal bapakisme, paternalistic, dan

    pengkulturan individuaannya besar, maka seorang tokoh dalam hal ini

    pemimpin pemerintahan di suatu tempat senantiasa dijadikan panutan, oleh

    karena itu hendaknya memberikan contoh yang baik.

    B. Tipologi / gaya kepemimpinan pemerintahan. Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut

    berkembang beberapa tipe kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian

    berikut (Siagian,1997).

    a. Tipe Otokratis.

    Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki

    kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai

    pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan

    organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak

    mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada

    kekuasaan formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering

    memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan

    bersifat menghukum.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    45

    b. Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang

    pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin

    organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah

    seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam

    menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering

    dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung

    kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada formalitas yang

    berlebih-lebihan; Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari

    bawahan; Sukar menerima kritikan dari bawahannya; Menggemari

    upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

    c. Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang

    paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut :

    menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;

    bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan

    kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang

    memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil

    inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

    mengembangkan daya kreasi dan fantasinya; dan sering bersikap

    maha tahu.

    d. Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-

    sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    46

    Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai

    daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya

    mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun

    para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa

    mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya

    pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin

    yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin

    yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural

    powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan

    sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya,

    Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F

    Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun

    umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika

    Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai

    orang yang ganteng.

    e. Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe

    pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi

    modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki

    karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan

    selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk

    yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan

    kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan

    pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan

    bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    47

    kerjasama dan team work dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas

    memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya

    untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu

    tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk

    berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan

    bawahannya lebih sukses daripadanya; dan berusaha

    mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

    Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe

    demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang

    demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin

    berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.

    C. Model kepemimpinan. Model kepemimpinan didasarkan pada pendekatan yang mengacu

    kepada hakikat kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku dan

    keterampilan seseorang yang berbaur kemudian membentuk gaya

    kepemimpinan yang berbeda. Beberapa model yang menganut pendekatan

    ini, di antaranya adalah sebagai berikut.

    1. Model Kepemimpinan Kontinum (Otokratis-Demokratis).

    Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994)

    berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa

    cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan

    perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya

    yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku otokratis, pada umumnya

    dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang berasal dari

    adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin, karena

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    48

    pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta

    memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi

    melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan

    ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat

    memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan

    keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis

    ini adalah pada tugas.

    Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber

    kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika

    bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan

    kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk

    mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan

    bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan

    keputusan kelompok. Namun, kenyataannya perilaku kepemimpinan ini tidak

    mengacu pada dua model perilaku kepemimpinan yang ekstrim di atas,

    melainkan memiliki kecenderungan yang terdapat di antara dua sisi ekstrim

    tersebut.

    Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994)

    mengelompokkannya menjadi tujuh kecenderungan perilaku kepemimpinan.

    Ketujuh perilaku inipun tidak mutlak melainkan akan memiliki

    kecenderungan perilaku kepemimpinan mengikuti suatu garis kontinum dari

    sisi otokratis yang berorientasi pada tugas sampai dengan sisi demokratis

    yang berorientasi pada hubungan.

    2. Model Kepemimpinan Ohio.

    Dalam penelitiannya, Universitas Ohio melahirkan teori dua faktor

    tentang gaya kepemimpinan yaitu struktur inisiasi dan konsiderasi (Hersey

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    49

    dan Blanchard, 1992). Struktur inisiasi mengacu kepada perilaku pemimpin

    dalam menggambarkan hubungan antara dirinya dengan anggota kelompok

    kerja dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan

    metode atau prosedur yang ditetapkan dengan baik. Adapun konsiderasi

    mengacu kepada perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan

    timbal-balik, rasa hormat dan kehangatan dalam hubungan antara pemimpin

    dengan anggota stafnya (bawahan). Adapun contoh dari faktor konsiderasi

    misalnya pemimpin menyediakan waktu untuk menyimak anggota

    kelompok, pemimpin mau mengadakan perubahan, dan pemimpin bersikap

    bersahabat dan dapat didekati. Sedangkan contoh untuk faktor struktur

    inisiasi misalnya pemimpin menugaskan tugas tertentu kepada anggota

    kelompok, pemimpin meminta anggota kelompok mematuhi tata tertib dan

    peraturan standar, dan pemimpin memberitahu anggota kelompok tentang

    hal-hal yang diharapkan dari mereka. Kedua faktor dalam model

    kepemimpinan Ohio tersebut dalam implementasinya mengacu pada empat

    kuadran, yaitu : (a) model kepemimpinan yang rendah konsiderasi maupun

    struktur inisiasinya, (b) model kepemimpinan yang tinggi konsiderasi

    maupun struktur inisiasinya, (c) model kepemimpinan yang tinggi

    konsiderasinya tetapi rendah struktur inisiasinya, dan (d) model

    kepemimpinan yang rendah konsiderasinya tetapi tinggi struktur inisiasinya.

    3. Model Kepemimpinan Likert (Likerts Management System).

    Likert dalam Stoner (1978) menyatakan bahwa dalam model

    kepemimpinan dapat dikelompokkan dalam empat sistem, yaitu sistem

    otoriter, otoriter yang bijaksana, konsultatif, dan partisipatif. Penjelasan dari

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    50

    keempat sistem tersebut adalah seperti yang disajikan pada bagian berikut

    ini.

    a. Sistem Otoriter (Sangat Otokratis).

    Dalam sistem ini, pimpinan menentukan semua keputusan

    yang berkaitan dengan pekerjaan, dan memerintahkan semua

    bawahan untuk menjalankannya. Untuk itu, pemimpin juga

    menentukan standar pekerjaan yang harus dijalankan oleh

    bawahan. Dalam menjalankan pekerjaannya, pimpinan

    cenderung menerapkan ancaman dan hukuman. Oleh karena

    itu, hubungan antara pimpinan dan bawahan dalam sistem

    adalah saling curiga satu dengan lainnya.

    b. Sistem Otoriter Bijak (Otokratis Paternalistik).

    Perbedaan dengan sistem sebelumnya adalah terletak kepada

    adanya fleksibilitas pimpinan dalam menetapkan standar yang

    ditandai dengan meminta pendapat kepada bawahan. Selain

    itu, pimpinan dalam sistem ini juga sering memberikan pujian

    dan bahkan hadiah ketika bawahan berhasil bekerja dengan

    baik. Namun demikian, pada sistem inipun, sikap pemimpin

    yang selalu memerintah tetap dominan.

    c. Sistem Konsultatif.

    Kondisi lingkungan kerja pada sistem ini dicirikan adanya pola

    komunikasi dua arah antara pemimpin dan bawahan.

    Pemimpin dalam menerapkan kepemimpinannya cenderung

    lebih bersifat menudukung. Selain itu sistem kepemimpinan ini

    juga tergambar pada pola penetapan target atau sasaran

    organisasi yang cenderung bersifat konsultatif dan

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    51

    memungkinkan diberikannya wewenang pada bawahan pada

    tingkatan tertentu.

    d. Sistem Partisipatif.

    Pada sistem ini, pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang

    lebih menekankan pada kerja kelompok sampai di tingkat

    bawah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemimpin biasanya

    menunjukkan keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang

    tinggi pada bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan

    keputusan dan penentuan target pemimpin selalu melibatkan

    bawahan. Dalam sistem inipun, pola komunikasi yang terjadi

    adalah pola dua arah dengan memberikan kebebasan kepada

    bawahan untuk mengungkapkan seluruh ide ataupun

    permasalahannya yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.

    Dengan demikian, model kepemimpinan yang disampaikan oleh

    Likert ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari model-model yang

    dikembangkan oleh Universitasi Ohio, yaitu dari sudut pandang struktur

    inisasi dan konsiderasi.

    1. Model Kepemimpinan Managerial Grid.

    Jika dalam model Ohio, kepemimpinan ditinjau dari sisi struktur

    inisiasi dan konsideransinya, maka dalam model manajerial grid yang

    disampaikan oleh Blake dan Mouton dalam Robbins (1996)

    memperkenalkan model kepemimpinan yang ditinjau dari perhatiannya

    terhadap tugas dan perhatian pada orang. Kedua sisi tinjauan model

    kepemimpinan ini kemudian diformulasikan dalam tingkatan-tingkatan, yaitu

    antara 0 sampai dengan 9.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    52

    Dalam pemikiran model managerial grid adalah seorang pemimpin

    selain harus lebih memikirkan mengenai tugas-tugas yang akan dicapainya

    juga dituntut untuk memiliki orientasi yang baik terhadap hubungan kerja

    dengan manusia sebagai bawahannya. Artinya bahwa seorang pemimpin

    tidak dapat hanya memikirkan pencapaian tugas saja tanpa memperhitungkan

    faktor hubungan dengan bawahannya, sehingga seorang pemimpin dalam

    mengambil suatu sikap terhadap tugas, kebijakan-kebijakan yang harus

    diambil, proses dan prosedur penyelesaian tugas, maka saat itu juga

    pemimpin harus memperhatikan pola hubungan dengan staf atau

    bawahannya secara baik. Menurut Blake dan Mouton ini, kepemimpinan

    dapat dikelompokkan menjadi empat kecenderungan yang ekstrim dan satu

    kecenderungan yang terletak di tengah-tengah keempat gaya ekstrim

    tersebut. Gaya kepemimpinan tersebut adalah

    Grid 1.1 disebut Impoverished leadership (Model Kepemimpinan

    yang Tandus), dalam kepemimpinan ini si pemimpin selalu

    menghidar dari segala bentuk tanggung jawab dan perhatian terhadap

    bawahannya.

    Grid 9.9 disebut Team leadership (Model Kepemimpinan Tim),

    pimpinan menaruh perhatian besar terhadap hasil maupun hubungan

    kerja, sehingga mendorong bawahan untuk berfikir dan bekerja

    (bertugas) serta terciptanya hubungan yang serasi antara pimpinan

    dan bawahan.

    Grid 1.9 disebut Country Club leadership (Model Kepemimpinan

    Perkumpulan), pimpinan lebih mementingkan hubungan kerja atau

    kepentingan bawahan, sehingga hasil/tugas kurang diperhatikan.

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    53

    Grid 9.1 disebut Task leadership (Model Kepemimpinan Tugas),

    kepemimpinan ini bersifat otoriter karena sangat mementingkan

    tugas/hasil dan bawahan dianggap tidak penting karena sewaktu-

    waktu dapat diganti.

    Grid 5.5 disebut Middle of the road (Model Kepemimpinan Jalan

    Tengah), di mana si pemimpin cukup memperhatikan dan

    mempertahankan serta menyeimbangkan antara moral bawahan

    dengan keharusan penyelesaian pekerjaan pada tingkat yang

    memuaskan, di mana hubungan antara pimpinan dan bawahan

    bersifat kebapakan.

    Berdasakan uraian di atas, pada dasarnya model kepemimpinan

    manajerial grid ini relatif lebih rinci dalam menggambarkan kecenderungan

    kepemimpinan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwasanya model

    ini merupakan pandangan yang berawal dari pemikiran yang relatif sama

    dengan model sebelumnya, yaitu seberapa otokratis dan demokratisnya

    kepemimpinan dari sudut pandang perhatiannya pada orang dan tugas.

    2. Model Kepemimpinan Kontingensi.

    Model kepemimpinan kontingensi dikembang-kan oleh Fielder.

    Fielder dalam Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1995) berpendapat bahwa

    gaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuah organisasi bergantung

    pada situasi di mana pemimpin bekerja. Menurut model kepemimpinan ini,

    terdapat tiga variabel utama yang cenderung menentukan apakah situasi

    menguntukang bagi pemimpin atau tidak. Ketiga variabel utama tersebut

    adalah : hubungan pribadi pemimpin dengan para anggota kelompok

    (hubungan pemimpin-anggota); kadar struktur tugas yang ditugaskan kepada

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    54

    kelompok untuk dilaksanakan (struktur tugas); dan kekuasaan dan

    kewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi).

    Berdasar ketiga variabel utama tersebut, Fiedler menyimpulkan

    bahwa : para pemimpin yang berorientasi pada tugas cenderung berprestasi

    terbaik dalam situasi kelompok yang sangat menguntungkan maupun tidak

    menguntungkan sekalipun; para pemimpin yang berorientasi pada hubungan

    cenderung berprestasi terbaik dalam situasi-situasi yang cukup

    menguntungkan.

    Dari kesimpulan model kepemimpinan tersebut, pendapat Fiedler

    cenderung kembali pada konsep kontinum perilaku pemimpin. Namun

    perbedaannya di sini adalah bahwa situasi yang cenderung menguntungkan

    dan yang cenderung tidak menguntungkan dipisahkan dalam dua kontinum

    yang berbeda.

    3. Model Kepemimpinan Tiga Dimensi.

    Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Redin. Model tiga

    dimensi ini, pada dasarnya merupakan pengembangan dari model yang

    dikembangkan oleh Universitas Ohio dan model Managerial Grid.

    Perbedaan utama dari dua model ini adalah adanya penambahan satu dimensi

    pada model tiga dimensi, yaitu dimensi efektivitas, sedangkan dua dimensi

    lainnya yaitu dimensi perilaku hubungan dan dimensi perilaku tugas tetap

    sama.

    Intisari dari model ini terletak pada pemikiran bahwa kepemimpinan

    dengan kombinasi perilaku hubungan dan perilaku tugas dapat saja sama,

    namun hal tersebut tidak menjamin memiliki efektivitas yang sama pula. Hal

    ini terjadi karena perbedaan kondisi lingkungan yang terjadi dan dihadapi

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    55

    oleh sosok pemimpin dengan kombinasi perilaku hubungan dan tugas yang

    sama tersebut memiliki perbedaan. Secara umum, dimensi efektivitas

    lingkungan terdiri dari dua bagian, yaitu dimensi lingkungan yang tidak

    efektif dan efektif. Masing-masing bagian dimensi lingkungan ini memiliki

    skala yang sama 1 sampai dengan 4, dimana untuk lingkungan tidak efektif

    skalanya bertanda negatif dan untuk lingkungan yang efektif skalanya

    bertanda positif.

    D. Kompetensi Kepemimpinan Suatu persyaratan penting bagi efektivitas atau kesuksesan pemimpin

    (kepemimpinan) dan manajer (manajemen) dalam mengemban peran, tugas,

    fungsi, atau pun tanggung jawabnya masing-masing adalah kompetensi.

    Konsep mengenai kompetensi untuk pertamakalinya dipopulerkan oleh

    Boyatzis (1982) yang didefinisikan kompetensi sebagai kemampuan yang

    dimiliki seseorang yang nampak pada sikapnya yang sesuai dengan

    kebutuhan kerja dalam parameter lingkungan organisasi dan memberikan

    hasil yang diinginkan. Secara historis perkembangan kompetensi dapat

    dilihat dari beberapa definisi kompetensi terpilih dari waktu ke waktu yang

    dikembangkan oleh Burgoyne (1988), Woodruffe (1990), Spencer dan

    kawan-kawan (1990), Furnham (1990) dan Murphy (1993).

    Menurut Rotwell, kompetensi adalah an area of knowledge or skill

    that is critical for production ke outputs. Lebih lanjut Rotwell menuliskan

    bahwa competencies area internal capabilities that people brings to their

    job; capabilities which may be expressed in a broad, even infinite array of on

    the job behaviour. Spencer (1993) berpendapat, kompetensi adalah an

    undderlying characteristicof an individual that is causally related to

  • Kepemimpinan Dalam Pemerintahan

    56

    criterion referenced effective and/or superior performance in ajob or

    situation. Senada dengan itu Zwell (2000) berpendapat Competencies can

    be defined as the enduring traits and characteristics that determine

    performance. Examples of competencies are initiative, influence, teamwork,

    innovation, and strategic thinking.

    Beberapa pandangan di atas mengindikasikan bahwa kompetensi

    merupakan karakteristik atau kepribadian (traits) individual yang bersifat

    permanen yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Selain traits dari

    Spencer dan Zwell tersebut, terdapat karakteristik kompetensi lainnya, yatu

    berupa motives, self koncept (Spencer, 1993), knowledge, dan skill ( Spencer,

    1993; Rothwell and Kazanas, 1993).

    Menurut review Asropi (2002), berbagai kompetensi tersebut

    mengandung makna sebagai berikut : Traits merunjuk pada ciri bawaan yang

    bersifat fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap berbagai situasi atau

    informasi. Motives adalah sesuatu yang selalu dipikirkan atau diinginkan

    seseorang, yang dapat mengarahkan, mendorong, atau menyebabkan orang

    melakukan suatu tindakan. Motivasi dapat mengarahkan seseorang untuk

    menetapkan tindakan-tindakan yang memastikan dirinya mencapai tujuan

    yang diharapkan (Amstrong, 1990). Self concept adalah sikap, nilai, atau

    citra yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri; yang memberikan

    keyakina