75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER SKRIPSI OLEH JOKO LELONO K5608054 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGK AI

TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER

SKRIPSI

OLEH

JOKO LELONO

K5608054

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Joko Lelono

NIM : K5608054

Jurusan/ProgramStudi : POK/Penkepor

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” PERBEDAAN PENGARUH METODE

LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI 100

METER” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber

informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan

Joko Lelono

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGK AI

TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER

Oleh :

JOKO LELONO

K5608054

Skripsi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A

Juli 2012

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, juli 2012

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Agus Margono M.Kes. Drs. Agustiyanta, M.Pd. NIP. 19580822 198403 1 002 NIP. 19680818 199403 1 001

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Senin

Tanggal : 17 Juli 2012

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Fadilah Umar, S.Pd, M.Or.

Sekretaris : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes

Anggota I : Drs. H. Agus Margono, M.Kes

Anggota II : Drs. Agustiyanta, M.Pd.

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

a.n. Dekan,

Pembantu Dekan I

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si. NIP. 19660415 199103 1 002

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi indah

dengan agama hidup menjadi terarah.

(A.H. Mukti Ali)

Ilmu dapat membuat orang lebih bijaksana, mencegah berbuat aniaya dan membuat

yang tak tahu arah menjadi terarah.

(Al Imam Al Mawardi)

Orang cerdas adalah orang yang ingat mati

(Al Hadis)

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

� Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendo’akan aku dalam hidupku

� Kakak dan saudaraku yang selalu memberi semangat dalam kuliahku

� Teman-temanku Angkatan ’08 FKIP JPOK UNS Surakarta

� SMK BINA PATRIA 1 SUKOHARJO

� Teman-teman Atletik.

� Seseorang yang telah memberi inspirasi.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAK

Joko Lelono. PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER . Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. (2) Perbedaan pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukharjo. (3) Ada tidaknya interaksi antara metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 60 siswa. Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 40 siswa dengan ciri panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek. Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran. Untuk mengukur panjang tungkai dengan tinggi berdiri dikurangi tinggi duduk. Untuk mengukur hasil kecepatan lari 100 meter dengan tes lari 100 meter. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varians 2 X 2 dilanjutkan dengan Newman-Keuls.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa: Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo.. Dari analisis data menunjukkan nilai F0 6,44 > Ft 4,11 (2) Ada perbedaan pengaruh antara panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. Dari analisis data menunjukkan nilai F0 12,29> Ft 4,11. Ada interaksi antara metode latihan dengan pendekatan metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo . Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Fo 15,45 > Ft 4,11.

Simpulan penelitian ini adalah(1) Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. (2) Ada perbedaan pengaruh antara panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. (3) Ada interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ABSTRACT

Joko Lelono. THE INFLUENCE OF THE TRAINING METHODS AND LEGS LENGTH VARIANCE TOWARD THE SPEED OF 100 METERS SPRINT. Bachelor Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta, July 2012.

The aims of the research were (1) to know the influence of acceleration sprint and repetition sprint training method variances toward the speed of 100 meters sprints at extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo (2) to know the influence of the short and legs variances toward the speed of 100 meters sprints at extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo (3) to know the interaction between acceleration sprint and repetition sprint training method and legs length toward the speed of 100 meters sprints at extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo

The methodology of the research was experimental. The population of the research was the extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo in the academic year of 2011/2012. The population was 60 male students. The sample was taken by using purposive sampling technique. There were 40 students with characteristic of having long legs and short legs as the sample. The data was collected by using test and measurement. The length of the legs can be measured by diminishing the high of standing position with sitting position. 100 meters sprint test was used to measure the speed result of 100 meters sprint. The data were analyzed using variants analysis 2x2 continued by Newman-Keuls.

The result of the research showed that: there was a difference influence between acceleration sprint and repetition sprint training method toward the speed of 100 meters sprint at the extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. The data analysis showed that the value of 6,44 > Ft 4,11 (2) there was a difference influence between the long legs and the short legs length toward the speed of 100 meters sprint at the extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. The data analysis showed that the value of F0 12, 29> Ft 4, 11 (3) there was interaction between training method with method approach training and the legs length toward the speed of 100 meters sprint at extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. The data analysis showed that the value Fo 15, 45 > Ft 4, 11.

The conclusion of the research were (1) there was a difference influence between acceleration sprint and repetition sprint training method toward the speed of 100 meters sprint at the extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo (2) there was a difference influence between the long legs and the short legs length toward the speed of 100 meters sprint at the extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo (3) there was an interaction between training method and the legs length toward the speed of 100 meters sprint at extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo.

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................………………………………...

PERNYATAAN ...............................................................…………………………

PENGAJUAN .........................……………………..................................…………

PERSETUJUAN ..............................………................................…………………

PENGESAHAN ........................................................................................................

MOTTO .....................…………..................................……………………………

PERSEMBAHAN ............................................................…………………………

ABSTRAK .................................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................………………………………..............

DAFTAR GAMBAR ...................................……………………………….

DAFTAR GRAFIK …………………………………………………………

DAFTAR TABEL ....................……………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN ...............................………………………………

KATA PENGANTAR .....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………....

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………..........

B. Identifikasi Masalah ..……………………………………………...........

C. Pembatasan Masalah ...................………………………………..……...

D. Perumusan Masalah ......………………………………………………...

E. Tujuan Penelitian .....………………………………………….………...

F. Manfaat Penelitian .....…………………………………………………...

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………….....

A. Tinjauan Pustaka ...……………………………………………………...

1. Sprint 100 meter………….....………………………………..……..

a. Pengertian Sprint 100 Meter........………………………..……....

b. Tinjauan Biomekanika Sprint 100 Meter...……………………....

c. Teknik Sprint 100 Meter..................................………………...

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xii

xiii

1

1

4

5

5

6

6

7

7

7

7

18

12

Halaman

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

2. Latihan.............………….…….……………………………..……..

a. Pengertian Latihan……..………………………………….………

b. Tujuan Latihan…………………………………………..……….

c. Aspek-aspek Latihan........................…………………………….

d. Prinsip-prinsip Latihan.................................................................

e. Komponen-komponen Latihan ....................................................

4. Latihan Acceleration Sprint……………………………..................

5. Latihan repetition Sprint..........……………………………………..

5. Panjang Tungkai…………………………………....……………..

a. Definisi Panjang Tungkai………….........………………………

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai…………...

c. Otot-otot yang Terdapat pada Tungkai ......................................

B. Kerangka Berpikir .......………………………………….…………......

C. Hipotesis ............………………………….…….………………….......

BAB III METODE PENELITIAN .............…………………………………….....

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....……………………………….…........

B. Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………….....

C. Teknik Pengumpulan Data…………………………….……………......

D. Rancangan Penelitian……………………………………………….......

E. Teknik Analisis Data……………………………………………….......

. BAB IV HASIL PENELITIAN ...................………………………………..

A. Deskripsi Data ...............………………………………………..

B. Mencari Reliabilitas…………………………………………… .....

C. Uji Prasyarat Analisis……………………………………………

1. Uji Normalitas ………………………………………………

2. Uji Homogenitas ……………………………………………

D. Pengujian Hipotesis…………………………………………….

1. Pengujian Hipotesis Pertama…………………………………

2. Pengujian Hipotesis Kedua…………………………………..

3. Pengujian Hipotesis Ketiga………………………………….

E. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………..

14

14

15

15

19

23

25

27

28

28

29

30

31

33

34

34

34

35

35

37

43

43

45

46

46

46

46

47

48

48

48

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........………. …………

A. Simpulan……………………………………………………….

B. Implikasi ....................…………………………………………

C. Saran .........................…………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA .............................…………………………………….

LAMPIRAN............…………………………………………………………

51

51

51

52

53

55

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Posisi Dasar Balok Start....……...............…………..........

Gambar 2 Urutan Gerak Start Sprint.................................................

Gambar 3 Tinggi Berdiri......................................................................

Gambar 4 Tinggi Duduk......................................................................

Gambar 5 Pengarahan..........................................................................

Gambar 6 Pemmanasan.........................................................................

18

25

77

78

79

79

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1 Nilai Rata - Rata Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter

Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Panjang Tungkai........

Grafik 2 Nilai Rata - Rata Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Antara

Kelompok Perlakuan............................................................

44

45

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Aspek-aspek dalam Sprint Ada 3 Macam.............................

Tabel 2 Hal-hal yang Harus Dihindari Saat Berlari...........................

Tabel 3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan Saat Berlari....................

Tabel 4 Rancangan Penelitian Anava Dua Jalur dengan Design

Rancangan Faktorial 2 X 2…………………………………..

Tabel 5 Ringkasan Anava untuk Eksperimen Faktorial 2 X 2…..

Tabel 6 Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Hasil.....

Tabel 7 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes

Akhir.....................………………………………………..........

Tabel 8 Range Kategori Reliabilitas…………………..........…..........

Tabel 9 Hasil Uji Normalitas dengan Liliefors………………… .....

Tabel 10 Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet………............

Tabe111 Ringkasan Nilai Rerata Kecepatan Lari 100 Meter

Berdasarkan Metode Latihan dan Panjang Tungkai Sebelum

dan Sesudah Diberi Perlakuan………...……...........................

Tabel 12 Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Jalur

Tabel 13 Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi

Faktor Utama terhadap Kecepatan Lari 100 Meter...................

Tabel 14 Tabel Anava.............................................................................

Tabel 15 Ringkasan Analisis Anava Faktorial 2 x 2..........................

8

11

12

35

39

43

49

45

45

46

46

47

50

74

76

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanan Tes Lari Sprint 100 Meter................

Lampiran 2 Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran Panjang Tungkai...........

Lampiran 3 Program Latihan Lari 100 Meter Dengan Acceleration

Sprint ...............................................................................

Lampiran 4 Program Latihan Lari 100 Meter Dengan Repetition

Sprit...........................................................................................

Lampiran 5 Data Tes Awal Lari 100 Meter............................................

Lampiran 6 Uji Reliabelitas Data Tes Awal Lari 100 Meter...............

Lampiran 7 Uji Normalitas Tes Awal Kelompok 1 (A1B1) Dan

Kelompok 2 (A2B1)...................................................................

Lampiran 8 Uji Normalitas Tes Awal Kelompok 3 (A1B2) Dan

Kelompok 4 (A2B1).................................................................

Lampiran 9 Data Tes Akhir Lari 100 Meter............................................

Lampiran 10 Uji Reliabelitas Data Tes Akhir Lari 100 Meter................

Lampiran 11 Uji Homogenitas Peningkatan Tes Lari 100 Meter............

Lampiran 12 Rekapitulasi Data Tes Awal, Tes Akhir dan Peningkatan

Kecepatan Lari 100 Meter Kelompok 1 dan 2......................

Lampiran 13 Rekapitulasi Data Tes Awal, Tes Akhir dan Peningkatan

Kecepatan Lari 100 Meter Kelompok 3 dan 4.......................

Lampiran14 Tabel Anava 2 x 2 .................................................................

Lampiran 18 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian......................................

55

57

60

61

62

63

65

66

67

68

70

72

73

76

77

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan

skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi

berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs.H. Agustyanto, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

sekaligus sebagai pembimbing II

4. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., sebagai pembimbing I yang telah memberikan

pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik.

5. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus

memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.

6. Kepala SMK Bina Patria 1 Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk

mengadakan penelitian.

7. Guru penjaskes dan siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo.

8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

. Akhirnya penulis berharap semogra skripsi yang sederhana ini dapat

bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua, yang telah

dilakukan oleh manusia. Atletik merupakan dasar bagi cabang olahraga yang lainya, olah karana itu tidaklah berlebihan sejarah mengemukakan bahwa atletik adalah Ibu dari semua cabang olahraga. Atletik sendiri merupakan cabang olahraga yang mempunyai peran penting untuk menunjang perkembangan gerakan anak kearah gerakan atletik. Atletik merupakan pembentukan gerak dasar khususnya pembentukan gerak dasar atletik adalah suatu dorongan dalam usaha mengalihkan bentuk-bentuk gerakan yang telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah menjadi bentuk-bentuk gerakan dasar yang mengarah pada atletik”. Kemampuan gerak dasar anak dapat ditingkatkan melalui berlatih atletik. Oleh karena itu, cabang olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang wajib diajarkan disekolah-sekolah karena gerakan-gerakan dalam atletik sangat erat dengan aktivitas sehari-hari, misalnya: jalan, lari, lompat, dan lempar.

Nomor-nomor yang sering dilombakan dalam olahraga atletik terdiri dari jalan, lari, lompat dan lempar. Dari nomor-nomor tersebut, masing-masing didalamnya terdapat beberapa nomor yang telah ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku. Untuk nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, menengah,jauh serta lari gawang, sambung, cross country. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit dan lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing, tolak pluru dan lontar martil. Diantara nomor yang dilombakan yang sangat bergensi adalah nomor lari sprint.

Sprint 100 meter merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang olahraga baik nasional maupun internasional. Sprint 100 meter merupakan gerakan lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start sampai garis finish dengan waktu secepat-cepatanya. Artinya seseorang harus melakukan lari secepat-cepatnya dengan mengerahkan seluruh kekuatanya mulai awal sampai dengan melewati garis akhir.

Agar atlit dapat berprestasi harus memenuhi beberapa faktor baik faktor

endoren maupun eksteren. Faktor endoren yang meliputi kesehatan, genetik, fisik,

mental yang baik. Bentuk tubuh yang selaras dengan cabang olahrag yang diikuti ,

kondisi fisik yang baik, aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik dan adanya

kematangan juara yang mantap. Faktor eksteren yang meliputi pelatih, keuangan,

partisipasi pemerintah, lingkungan, sarana dan prasarana serta sistem kompetisi

yang baik. Dari beberapa faktor diatas faktor yang paling dominan untuk

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

berprestasi adalah genetik dan fisik. Faktor gen merupakan faktor bawaan sejak

lahir bahwasannya didalam tubuh atlet sudah terdapat otot putih atau otot cepat.

Dengan sedikit latihan saja sudah terlihat prestasi yang baik. Faktor fisik

merupakan faktor yang harus dikembangkan atau dilatih untuk berprestasi.

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang dengan meningkatkan beban latihan secara bertahap yang dilakukan secara teratur dan terprogram untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Ada berbagai macam bentuk dan metode latihan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecepatan lari 100 meter. Metode untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter diantaranya adalah acceleration sprint, hollow sprint dan repetition sprint. Latihan acceleration sprint dan repetition sprint merupakan bentuk latihan yang menekankan pada pengulangan gerak, latihan ini sangat baik untuk lari 100 meter. Acceleration sprint merupakan merupakan bentuk latihan yang pelaksanaannya dimulai dari pelan, semakin cepat, dan berlari secepatnya. Repetition sprint merupakan program latihan yang dilakukan dengan intensitas atau kecepatan penuh. Dari kedua latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga memungkinkan memiliki pengaruh yang berbeda pula dalam meningkatkan kemampuan lari 100 meter. Disamping itu juga kemampuan lari seseorang tidak hanya dipengaruhi metode latihan dan program latihan yang diterapkan dalam latihan, tetapi faktor interen atau kemampuan fisik yang dimiliki siswa sangat berpengaruh dalam pencapaian prestasi. Faktor fisik merupakan faktor penentu prestasi, terdiri dari beberapa komponen dasar , yaitu kekuatan (strength), dayatahan(endurance), daya ledak otot (muscular power), kecepatan ( speed), kelentukan (flekxibility), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), dan koordinasi (coordination). Dari beberapa faktor diatas faktor kecepatan, daya ledak otot (power) dan acceleration merupakan faktor penentu dalam lari 100 meter. Semua itu perlu dilatih agar mencapai prestasi maksimal.

Selain fisik yang bagus untuk dapat berprestasi haruslah ditunjang

dengan faktor yang lain. Salah satu faktor yang menunjang prestasi adalah faktor

anatomi tubuh yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu: 1) ukuran tinggi dan

panjang tungkai. 2) ukuran besar, dan berat badan. 3) somatotype (bentuk tubuh).

Postur tubuh sangat berpengaruh terhadap olahraga, terutama yang dimaksudkan

untuk meraih prestasi yang tinggi (olahraga prestasi). Dengan postur tubuh yang

tinggi dan tungkai yang panjang akan sangat menguntungkan bagi seorang pelari,

dengan tungkai yang panjang maka langkah kaki juga semakin panjang sehingga

sangat menguntungkan bila dibandingkan dengan pelari yang tungkainya pendek.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Misal seorang pelari yang tungkainya panjang dari start sampai finish

membutuhkan 60-65 langkah kaki sedangkan pelari yang tungkainya pendek

pastinya membutuhkan lebih dari 65 langkah bahkan lebih. Namun apakah benar

seorang atlet lari yang memiliki pajang tungkai yang bagus akan mampu

berprestasi atau berlari lebih cepat bila dibandingkan dengan pelari yang

memiliki panjang tungkai pendek. Nampaknya hal tersebut perlu dikaji lagi,

karena kemampuan lari seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor panjang

tungkai saja, tetapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti

penguasaan teknik, kelentukan, kekuatan, dayatahan, kecepatan serta faktor yang

lainnya.

Siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun

pelajaran 2011/2012 adalah subyek yang akan digunakan dalam penelitian ini

untuk membuktikan dan menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian

ini. Ditinjau dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler telah berjalan dengan baik,

namun dari kegiatan yang dilaksanakan khususnya dalam melakukan lari 100

meter para siswa ektrakurikuler belum menunjukkan kemampuan yang optimal,

sehingga prestasi para siswa masih belum maxsimal. Masih rendahnya kecepatan

lari tersebut perlu ditelusuri faktor – faktor penyebabnya, apakah penguasaan

teknik, kemampuan fisik yang tidak mendukung ataukah metode latihan yang

kurang tepat. Kondisi yang demikian seorang guru atau pelatih harus mampu

mengevaluasi dari berbagai faktor baik dari pihak guru (pelatih) sendiri ataukah

dari pihak siswa. Menguasai suatu keterampilan olahraga terutama kemampuan

berlari dibutuhkan cara atau metode latihan yang tepat dan harus didukung

kemampuan fisik yang memadai dari siswa itu sendiri. Metode latihan dan

kemampuan fisik merupakan dua komponen yang saling berhubungan untuk

menguasai suatu keterampilan, dalam hal ini khususnya keterampilan lari 100

meter.

Dari pemaparan permasalahan yang dikemukakan di atas yang melatar belakangi judul penelitian ”Perbedaan Pengaruh Metode Latihan dan Panjang Tungkai Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter ”

B. Identifikasi Masalah

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Dalam peningkatan prestasi lari 100 meter diperlukan metode latihan yang

tepat.

2. Belum diketahui pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai

pendek terhadap kecepatan lari 100 meter.

3. Masih banyak kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam melakukan lari

100 meter dan belum ditelusuri faktor penyebabnya.

4. Belum diketahui pengaruh metode latihan acceleration sprint dan repetition

sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler

SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

5. Belum diketahui metode latihan sprint yang tepat untuk meningkatkan

kecepatan lari 100 meter siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1

Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah

yang diteliti dalam penelitian ini maka perlu adanya batasan. Pembatasan masalah

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint terhadap

kecepatan lari 100 meter.

2. Pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap

kecepatan lari 100 meter.

3. Kecepatan lari 100 meter putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo

tahun pelajaran 2011/2012.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,

masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

1. Adakah perbedaan pengaruh metode latihan acceleration sprint dan metode

latihan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra

ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?

2. Adakah perbedaan pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai

pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler

SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?

3. Adakah interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap

kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1

Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh metode latihan acceleration sprint dan metode latihan

repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra

ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

2. perbedaan pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek

terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK

Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

3. Interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari

100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo

tahun pelajaran 2011/2012.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti

maupun guru dan siswa yang dijadikan obyek penelitian antara lain:

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

1. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru penjaskes di SMK

Bina Patia 1 Sukoharjo pentingnya metode latihan yang tepat dan efektif

untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter, sehingga akan diperoleh

prestasi yang maksimal

2. Siswa yang dijadikan obyek penelitian dapat meningkatkan kecepatan larinya.

3. Sebagai bahan informasi dan menambah wawasan, serta pengetahuan bagi

penelitian tentang karya ilmiah untuk dapat di kembangkan lebih lanjut

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua, yang telah

dilakukan oleh manusia. Atletik merupakan dasar bagi cabang olahraga yang

lainya, olah karana itu tidaklah berlebihan sejarah mengemukakan bahwa atletik

adalah Ibu dari semua cabang olahraga. Atletik sendiri merupakan cabang olahraga

yang mempunyai peran penting untuk menunjang perkembangan gerakan anak

kearah gerakan atletik. Atletik merupakan pembentukan gerak dasar khususnya

pembentukan gerak dasar atletik adalah suatu dorongan dalam usaha mengalihkan

bentuk-bentuk gerakan yang telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah

menjadi bentuk-bentuk gerakan dasar yang mengarah pada atletik”. Kemampuan

gerak dasar anak dapat ditingkatkan melalui berlatih atletik. Oleh karena itu,

cabang olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang wajib diajarkan

disekolah-sekolah karena gerakan-gerakan dalam atletik sangat erat dengan

aktivitas sehari-hari, misalnya: jalan, lari, lompat, dan lempar.

Nomor-nomor yang sering dilombakan dalam olahraga atletik terdiri dari

jalan, lari, lompat dan lempar. Dari nomor-nomor tersebut, masing-masing

didalamnya terdapat beberapa nomor yang telah ditentukan berdasarkan peraturan

yang berlaku. Untuk nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, menengah,jauh serta

lari gawang, sambung, cross country. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat

tinggi, lompat jangkit dan lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar

cakram, lempar lembing, tolak pluru dan lontar martil. Diantara nomor yang

dilombakan yang sangat bergensi adalah nomor lari sprint.

Sprint 100 meter merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang

olahraga baik nasional maupun internasional. Sprint 100 meter merupakan gerakan

lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start sampai garis finish

dengan waktu secepat-cepatanya. Artinya seseorang harus melakukan lari secepat-

cepatnya dengan mengerahkan seluruh kekuatanya mulai awal sampai dengan

melewati garis akhir.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Agar atlit dapat berprestasi harus memenuhi beberapa faktor baik faktor

endoren maupun eksteren. Faktor endoren yang meliputi kesehatan, genetik, fisik,

mental yang baik. Bentuk tubuh yang selaras dengan cabang olahrag yang diikuti ,

kondisi fisik yang baik, aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik dan adanya

kematangan juara yang mantap. Faktor eksteren yang meliputi pelatih, keuangan,

partisipasi pemerintah, lingkungan, sarana dan prasarana serta sistem kompetisi

yang baik. Dari beberapa faktor diatas faktor yang paling dominan untuk

berprestasi adalah genetik dan fisik. Faktor gen merupakan faktor bawaan sejak

lahir bahwasannya didalam tubuh atlet sudah terdapat otot putih atau otot cepat.

Dengan sedikit latihan saja sudah terlihat prestasi yang baik. Faktor fisik

merupakan faktor yang harus dikembangkan atau dilatih untuk berprestasi.

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang

dengan meningkatkan beban latihan secara bertahap yang dilakukan secara teratur

dan terprogram untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Ada berbagai

macam bentuk dan metode latihan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan

kecepatan lari 100 meter. Metode untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter

diantaranya adalah acceleration sprint, hollow sprint dan repetition sprint. Latihan

acceleration sprint dan repetition sprint merupakan bentuk latihan yang

menekankan pada pengulangan gerak, latihan ini sangat baik untuk lari 100 meter.

Acceleration sprint merupakan merupakan bentuk latihan yang pelaksanaannya

dimulai dari pelan, semakin cepat, dan berlari secepatnya. Repetition sprint

merupakan program latihan yang dilakukan dengan intensitas atau kecepatan

penuh. Dari kedua latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga

memungkinkan memiliki pengaruh yang berbeda pula dalam meningkatkan

kemampuan lari 100 meter. Disamping itu juga kemampuan lari seseorang tidak

hanya dipengaruhi metode latihan dan program latihan yang diterapkan dalam

latihan, tetapi faktor interen atau kemampuan fisik yang dimiliki siswa sangat

berpengaruh dalam pencapaian prestasi. Faktor fisik merupakan faktor penentu

prestasi, terdiri dari beberapa komponen dasar , yaitu kekuatan (strength),

dayatahan(endurance), daya ledak otot (muscular power), kecepatan ( speed),

kelentukan (flekxibility), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), dan

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3 koordinasi (coordination). Dari beberapa faktor diatas faktor kecepatan, daya ledak

otot (power) dan acceleration merupakan faktor penentu dalam lari 100 meter.

Semua itu perlu dilatih agar mencapai prestasi maksimal.

Selain fisik yang bagus untuk dapat berprestasi haruslah ditunjang

dengan faktor yang lain. Salah satu faktor yang menunjang prestasi adalah faktor

anatomi tubuh yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu: 1) ukuran tinggi dan

panjang tungkai. 2) ukuran besar, dan berat badan. 3) somatotype (bentuk tubuh).

Postur tubuh sangat berpengaruh terhadap olahraga, terutama yang dimaksudkan

untuk meraih prestasi yang tinggi (olahraga prestasi). Dengan postur tubuh yang

tinggi dan tungkai yang panjang akan sangat menguntungkan bagi seorang pelari,

dengan tungkai yang panjang maka langkah kaki juga semakin panjang sehingga

sangat menguntungkan bila dibandingkan dengan pelari yang tungkainya pendek.

Misal seorang pelari yang tungkainya panjang dari start sampai finish

membutuhkan 60-65 langkah kaki sedangkan pelari yang tungkainya pendek

pastinya membutuhkan lebih dari 65 langkah bahkan lebih. Namun apakah benar

seorang atlet lari yang memiliki pajang tungkai yang bagus akan mampu

berprestasi atau berlari lebih cepat bila dibandingkan dengan pelari yang memiliki

panjang tungkai pendek. Nampaknya hal tersebut perlu dikaji lagi, karena

kemampuan lari seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor panjang tungkai

saja, tetapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti penguasaan

teknik, kelentukan, kekuatan, dayatahan, kecepatan serta faktor yang lainnya.

Siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran

2011/2012 adalah subyek yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk

membuktikan dan menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.

Ditinjau dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler telah berjalan dengan baik,

namun dari kegiatan yang dilaksanakan khususnya dalam melakukan lari 100 meter

para siswa ektrakurikuler belum menunjukkan kemampuan yang optimal, sehingga

prestasi para siswa masih belum maxsimal. Masih rendahnya kecepatan lari

tersebut perlu ditelusuri faktor – faktor penyebabnya, apakah penguasaan teknik,

kemampuan fisik yang tidak mendukung ataukah metode latihan yang kurang tepat.

Kondisi yang demikian seorang guru atau pelatih harus mampu mengevaluasi dari

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4 berbagai faktor baik dari pihak guru (pelatih) sendiri ataukah dari pihak siswa.

Menguasai suatu keterampilan olahraga terutama kemampuan berlari dibutuhkan

cara atau metode latihan yang tepat dan harus didukung kemampuan fisik yang

memadai dari siswa itu sendiri. Metode latihan dan kemampuan fisik merupakan

dua komponen yang saling berhubungan untuk menguasai suatu keterampilan,

dalam hal ini khususnya keterampilan lari 100 meter.

Dari pemaparan permasalahan yang dikemukakan di atas yang melatar

belakangi judul penelitian ”Perbedaan Pengaruh Metode Latihan dan Panjang

Tungkai Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka masalah

dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Dalam peningkatan prestasi lari 100 meter diperlukan metode latihan yang

tepat.

2. Belum diketahui pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai

pendek terhadap kecepatan lari 100 meter.

3. Masih banyak kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam melakukan lari 100

meter dan belum ditelusuri faktor penyebabnya.

4. Belum diketahui pengaruh metode latihan acceleration sprint dan repetition

sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK

Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

5. Belum diketahui metode latihan sprint yang tepat untuk meningkatkan

kecepatan lari 100 meter siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1

Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah

yang diteliti dalam penelitian ini maka perlu adanya batasan. Pembatasan masalah

tersebut adalah sebagai berikut :

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5 1. Pengaruh metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint terhadap

kecepatan lari 100 meter.

2. Pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap

kecepatan lari 100 meter.

3. Kecepatan lari 100 meter putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo

tahun pelajaran 2011/2012.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,

masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh metode latihan acceleration sprint dan metode

latihan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra

ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?

2. Adakah perbedaan pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai

pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler

SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?

3. Adakah interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan

lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo

tahun pelajaran 2011/2012?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh metode latihan acceleration sprint dan metode latihan

repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra

ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

2. perbedaan pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek

terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina

Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6 3. Interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari 100

meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun

pelajaran 2011/2012.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti

maupun guru dan siswa yang dijadikan obyek penelitian antara lain:

1. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru penjaskes di SMK

Bina Patia 1 Sukoharjo pentingnya metode latihan yang tepat dan efektif untuk

meningkatkan kecepatan lari 100 meter, sehingga akan diperoleh prestasi yang

maksimal

2. Siswa yang dijadikan obyek penelitian dapat meningkatkan kecepatan larinya.

3. Sebagai bahan informasi dan menambah wawasan, serta pengetahuan bagi

penelitian tentang karya ilmiah untuk dapat di kembangkan lebih lanjut

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sprint 100 Meter

a. Pengertian Sprint 100 Meter

Lari cepat atau sprint atau istilah lainnya lari jarak pendek merupakan lari

yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start sampai garis finish dengan

waktu sesingkat mungkin. Seperti yang dikemukakan Soegito (1992: 8) bahwa, “

lari ialah gerak maju yang diusahakan agar dapat mencapai tujuan (finish) secepat

mungkin atau dalam waktu singkat”. Pada dasarnya gerakan lari pada semua jenis

lari adalah sama. Lari adalah gerakan berpindah dengan kaki dari satu tempat ke

tempat lain untuk mencapai tujuan. Sedangkan lari jarak pendek atau sprint adalah

suatu cara dimana seorang atlet harus menempuh jarak dengan kecepatan

semaksimal mungkin. Selanjutnya yang dimaksud lari jarak pendek menurut Yusuf

Adisasmita (1992 : 35) adalah “ Semua nomor lari yang dilakukan dengan

kecepatan penuh (sprint) atau kecepatan maksimal, sepanjang jarak yang

ditempuh”. Dalam sprint ada tiga nomor yang sering di ajarkan di sekolah dan

sering diperlombakan diantaranya sprint jarak 100 meter, 200 meter, dan 400 meter

bahkan dalam dunia perlombaan atletik ketiga jarak atau nomor tersebut menjadi

nomor utama atau sering disebut nomor bergengsi dalam kejuaraan atletik.

Sprint 100 meter merupakan salah satu nomor lari jarak pendek. Sprint

100 meter merupakan lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start

sampai garis finish menempuh jarak 100 meter. Hal ini sesuai pendapat Aip

Syarifudin (1992: 41) bahwa

Lari jarak pendek atau lari cepat (sprint) adalah cara lari dimana atlet harus menempuh seluruh jarak (100 meter) dengan kecepatan semaksimal mungkin. Artinya harus melakukan lari yang secepat-cepatnya dengan mengerahkan seluruh kekuatannya mulai awal (mulai dari start) sampai melewati garis akhir (finish). Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, sprint 100 meter

merupakan suatu cara lari menempuh jarak 100 meter yang dilakukan dengan

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8 kecepatan maksimal dari garis start sampai garis finish. Lari harus dilakukan

dengan secepat-cepatnya menempuh jarak 100 meter dengan waktu sesingkat

mungkin .

b. Tinjauan Biomekanika Sprint 100 Meter

Memahami aspek-aspek pokok dalam pembelajaran sprint sangatlah

penting. Karena hal tersebutlah yang digunakan siswa dalam melakukan sprint 100

meter. Dalam sprint 100 meter ini, dibagi menjadi tiga diantaranya: saat start,

gerakan lari dan gerakan masuk finish.

Tabel 1: Aspek-aspek dalam sprint ada 3 macam, diantaranya adalah:

Aspek Penjelasan 1) Posisi/persiapan

saat start

Posisi atau persiapan gerakan saat start adalah suatu gerakan awal yang dilakukan oleh seorang pelari dimana si pelari mempersiapkan diri, berkonsentrasi penuh untuk memulai gerakan lari dengan secepat-cepatnya kearah depan dengan tolakan/dorongan kaki kedepan dengan kuat. Dalam proses ini pelari mempersiapkan diri menggunakan start jongkok.

2) Gerakan saat lari

Gerakan saat lari merupakan gerakan kelanjutan dari gerakan start. Gerakan berlari dengan mengayunkan kedua lengan dan kedua kaki secepat-cepatnya kedepan untuk menyelesaikan jarak yang sudah ditentukan, gerakan berlari harus benar sesuai teknik dan stabil sampai kegaris finish

3) Gerakan akhir/masuk finish

Gerakan ini merupakan gerakan paling akhir dalam sprint. Dalam gerakan ini menampilkan beberapa gerakan memasuki garis finish seperti membusungkan dada dan kecepatan lari harus tetap maksimal, tidak dikurangi sedikitpun sampai menyentuh garis finish.

Pelari pada dasarnya mengunakan tiga bentuk dasar posisi dalam

melakukan start, dalam pelaksanaan start ini jaraknya bervariasi. Dalam

pelaksanaan pengambilan start hendaknya disesuaikan dengan panjang tungkai,

kekuatan tungkai dan koordinasi. Start dalam sprint sendiri dibagi menjadi tiga

macam diantanya start panjang (longated start), menengah (medium start), dan

start pendek (bunched start)

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Gambar 1. Tiga Posisi Dasar Balok Start (Adang Suherman, Yudha M. Saputra,Yudha Hendrayana, 2001: 97)

Tinjauan sprint dilihat dari segi biomekanika adalah sebagai berikut:

Tinjauan:

Suatu start yang baik ditandai dengan sifat-sifat berikut: • Konsentrasi penuh dan menghapus semua gangguan dari luar saat

dalam posisi aba-aba “Bersedia”; • Mengadopsi sikap yang sesuai pada posisi saat aba-aba “Siap”; • Suatu dorongan eksplosif oleh kedua kaki terhadap start-blok, dalam

suatu sudut start yang optimal. Teknik yang digunakan untuk start harus menjamin bahwa kemungkinan power yang terbesar dapat dibangkitkan oleh si atlit sedekat mungkin dengan sudut start optimum 45°. Setelah kemungkinan reaksi yang tercepat harus disusul dengan suatu gerak (lari) percepatan yang kencang dari titik pusat gravitasi dan langkah-langkah pertama harus menjurus kemungkinan maksimum (IAAF,2001: 6-7)

Aba-aba Start “Bersedia”:

Sejak pelari mengambil sikap awal atau posisi “bersedia”, kaki yang

paling cepat/ tangkas ditempatkan pada permukaan sisi miring blok yang depan.

Tangan diletakkan dibelakang garis start dan menopang badan. Kaki belakang

ditempatkan pada permukaan blok belakang. Mata memendang tanah/ lintasan

kedepan, leher rileks, kepala segaris dengan tubuh.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Aba-aba “Siap”:

Pada aba-aba ini, berat badan dipindahkan kedepan dan keatas sebagai

hasil dari gerakan aktif kaki-kaki terhadap start-blok sampai ini ditopang oleh

kedua tangan dan kaki. Kedua kaki berada dalam kotak penuh dipermukaan blok.

Pinggul lebih sedikit dari bahu, kaki depan membentuk sudut kerja yang sesuai

kira-kira 90°, kaki belakang membentuk sudut kira-kira 110°-130°. Pelurusan

kedua kaki yang ditahan dengan kontak terhadap blok-blok memungkinkan

penegangan awal otot-otot kaki yang diperlukan untuk start yang eksplosif.

Bila pistol start telah ditembakkan, gerakan start dimulai dengan suatu

gerak eksplosif dan dorongan hampir serentak oleh kedua kaki dan lengan. Adalah

penting bahwa daya kekuatan meluruskan kaki depan bekerja optimal pada titik

pusat gravitasi mendorong badan saat start-blok. Kaki belakang dan badan bagian

atas harus membentuk garis lurus yang pada gilirannya membentuk suatu sudut

kira-kira 42°- 45° dengan permukaan lintasan lari. Suatu ayunan kebelakang yang

aktif dan kuat dari siku-siku menunjang gerakan start dan suatu ayunan aktif

kedepan dari kaki belakang didahului oleh lutut, memperlancar terciptanya suatu

langkah pertama yang cepat.

Aba-aba “GO” (Letusan Pistol-start)

Dalam dua langkah pertama, kaki-kaki kontak dengan tanah/lintasan

dibelakang proyeksi vertikal titik pusat gravitasi dan ada suatu kecondongan

kedepan yang tegas dari badan. Dalam langkah-langkah berikutnya kaki-kaki

ditempat dbawah proyeksi vertikal titik pusat gravitasi, memungkinkan terjadinya

kontak dengan tanah/lintasan yang singkat/cepat, dan badan demi sedikit menjadi

lurus tegak untuk mencapai postur tinggi pada jarak kira-kira 20-30meter.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Gambar 2. Urutan Gerak Start Sprint . Tamsir Riyadi, (1985: 35)

Tabel 2. Saran/Hal-hal yang Harus Dihindari

Hal-hal yang Harus Dihindari

1. Tidak cukup dorongan kedepan dan kurang tingginya lutut diangkat

2. Menjejakkan keras-keras kaki diatas tanah dan mendaratkannya dengan

tumit

3. Tubuh condong sekali ke depanatau melengkung kebelakang

4. Memutar kepala dan menggerakkan bahusecar berlebihan

5. Lengan diayun terlalu keatas

6. Pelurusan yang kurang sempurna dari kaki yang kan dilangkahkan

7. Berlari zig-zag dengan gerakan kekiri dan kekanan

8. Pada aba-aba atau komando siap, kepala diangkat, dagu terlalu tinggi atau

terlalu rendah, langkah yang kurang sempurna dan mencondongkan badan

kedepan secara tiba-tiba.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Tabel 3. Saran/ Hal-hal yang Harus Diutamakan Hal-hal yang harus Diutamakan

1. Membuat titik tertinggi pada kaki yang mengayun (kaki yang bebas) sama

besar ekstensinya dengan kaki yang mendorong (kaki yang menyentuh tanah)

2. Membuat mata kaki yang yang dilangkahkan ini seelastis mungkin.

3. Menjaga posisi tubuh sama seperti posisi waktu berjalan biasa.

4. Menjaga kepala tetaptegak dan pandangan lurus kedepan.

5. Mengayun lengan sejajar denangan pinggul dan sedikit menyilang ke badan

6. Membuat gerak kaki yang sempurna dengan melangkah secar horizontal

bukan vertikal.

7. Lari pada saat garis lurus dengan meletakkan kaki yang satu tempat didepan

kaki yang lainnnya.

8. Pada komando siap, gerakan tubuh condong kedepan dan bila tanda bunyi

pistol dibunyikan tubuh digerakkan kedepan dengan lengan dan kaki.

Pokok-pokok lari 100 meter diatas sangat penting untuk dipahami dan

dimengerti oleh setiap guru, siswa bahkan pelatih yang terjun didunia atletik

khususnya nomor lari 100 meter. Kesalahan dalam teknik lari akan merugikan

dirinya karena catatan waktu pasti tidak baik dan kurang sempurna. Keseluruhan

prinsip tersebut hendaknya dilaksanakan setiap kali latihan ataupun dalam

pembelajaran, sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.

c. Teknik Sprint 100 Meter

Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam

melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga, dengan kata lain teknik sprint

merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang

memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau perlombaan.

Peningkatan prestasi lari cepat/sprint 100 meter menuntut adanya

perbaikan dan pengembangan unsur-unsur teknik dalam sprint. Menurut Aip

Syarifudin (1992 : 41) bahwa, “dalam lari jarak pendek ada tiga teknik yang harus

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13 dipahami dalam situasi yaitu mengenai : (1) teknik start, (2) teknik lari dan, (3)

teknik melewati garis finish”.

1) Teknik start

Start atau pertolakan merupakan kunci petama yang harus dikuasahi.

Kecerobohan atau keterlambatan dalam melakukan start berarti kerugian besar bagi

seorang sprinter. Kemampuan melakukan start yang baik sangat dibutuhkan, karena

lari 100 meter rugi persekian secon saja sudah rugi besar.bila seorang sprinter

terlambat sedikit saja maka akan sulit baginya untuk mengejar lawan tandingnya,

apalagi tertinggal oleh lawan tentunya ada tekanan mental didalamnya. Oleh karena

itu kesalahan sekecil apapun harus dihindari termasuk kesalahan dalam melakukan

start.

2) Teknik lari cepat

Untuk dapat sprint dengan baik dan benar, maka harus menguasai teknik

lari cepat dengan baik dan benar. Dalam gerakan berlari khususnya pada nomor lari

jarak 100 meter, pelari akan berlari dengan secepat-cepatnya dengan mengerahkan

tenaga yang kuat untuk mendorong tanah kedepan. Menurut Rusli Lutan dkk.

(1992: 137) bahwa “posisi badan lari cepat dipertahankan tetep menghadap

kedepan dan agak condong ke depan. Sikap badan seperti ini memungkinkan titik

berat badan selalu berada di depan”. Menurut Soedarminto (1991 : 249) bahwa, “

badan bergerak maju karena akibat dari gaya dorong kebelakang terhadap tanah.

Gaya maju ini dan efisiensi penggunaannya merupakan kunci kecepatan yang dapat

dikembangkan oleh pelari”. Dalam berlari badan dicondongkan kedepan kurang

lebih 20 derajat untuk mengatasi hambatan udara dan cenderung dapat memelihara

letaknya titik berat badan selalu kedepan. Disamping tolakan kaki saat mendorong

tanah dilakukan dengan jari-jari kaki saat telapak kaki diluruskan agar mendapat

gaya tolak sebesar-besarnya. Hal ini menurut Soedarminto (1991 : 251) “dilakukan

agar kaki benar-benar lurus dan tegang pada saat mendorong supaya gaya dorong

kebelakang seluruhnya dapat diubah menjadi gerak kedepan”. Gerakan lengan yang

dilakukan berlawanan dengan gerakan kaki. Gerakan menyilang berlawanan

dengan kaki didepan badan berfungsi membangun putaran panggul.

3) Teknik Memasuki Garis Finish

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Memasuki garis finis merupakan faktor penting menentukan kalah atau

menang dalam kejuaraan lari. Teknik melewati garis finish terbagi menjadi tiga

cara yaitu:

a) Dengan cara lari terus secepat-cepatnya melewati garis finish dengan

tidak mengubah posisi lari.

b) Saat akan menyentuh pita atau melewati garis finish, dada

dicondongkan ke depan.

c) Saat akan menyentuh pita atau garis finish dada diputar sehingga salah

satu bahu maju ke depan terlebih dahulu.

Teknik memasuki finish tersebut di atas sangat penting untuk dipahami dan

dikuasahi oleh seorang pelari, sebab meskiun mempunyai kecepatan yang baik bisa

saja kalah pada waktu memasuki garis finish. Seorang pelari bebas teknik mana

yang mau dipakai tergantung individu masing-masing yang dianggap lebih efektif

dan efisien. Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan saat memasuki garis finish

sebagai berikut

2. Latihan

a. Pengertian Latihan

Ada beberapa definisi menurut para ahli mengenai latihan. Menurut

Harsono (1988:101),” latihan adalah proses yang sistematis dari latihan tau bekerja,

yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah

latihannya atau pekerjaannya”. Menurut Suharno HP (1993:7) “Latihan adalah

suatu proses penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi

maksimal dengan diberi beban-beban fisik,teknik, tatik, dan mental secara teratur,

terarah, meningkat, bertahap dan berulang-ulang waktunnya”. Menurut Yusuf

Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145) bahwa, “Latihan adalah proses yang

sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari

kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”. Dari batasan

yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan bahwa latihan olahraga adalah

aktifitas olahraga yang dilakukan berulang-ulang, secara kontinyu dengan

peningkatan beban latihan secara periodik dan berkelanjutan serta dilakukan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15 berdasar jadwal, pola dan sistem serta metodik tertentu untuk mencapai tujuan

yaitu meningkatkan prestasi olahraga.

Penambahan beban harus secara teratur dan terus menerus dikontro.

Dengan cara ini atlit tersebut mendapatkan informasi obyektif tentang

kemajuannya. Dan pelatih mempunyai umpan baliik tentang efisiensi langkah-

langkah latihan.

Jossef Nossek (1982:3), mengemukakan pengaturan latihan dilaksanakan dalam lima langkah yaitu :

1) Penentuan (diaknosis) teentang tingkat kondissi awal dan aktual dengan menggunakan berbagai jenis tes.

2) Persiapan program latihan, yang mempertimbangkan titik-titik kelemahan, kekurangan dan kelebihan.

3) Pelaksanan program latihan untuk periode tertentu yang telah direncanakan.

4) Pengecekan peningkatan kondisi fisik tersebut dengan menggunakan metode observasi, penilaian dan tes-tes kondisi yangkhusus atau kompetitif.

5) Perbandingan standar kondisi awal dengan kondisi sekarang, evaluasi dan penyimpulan.

b. Tujuan Latihan

Tujuan latihan dapat dicapai secara optimal jika berpedoman pada prinsip

latihan yang benar. Dari prinsip-prinsip latihan tersebut harus dipahami dan

dilaksanakan dengan baik dalam latihan. Latihan tanpa berpedoman pada prinsip-

prinsip latihan yang tidak benar , maka tujuan latihan tidak akan tercapai. Menurut

Fox, (1984: 47-51) “keberhasilan dalam penampilan olahraga tidak hanya

ditentukan oleh pencapaian pada domain fisik saja, melainkan jaga ditentukan oleh

pencapaian pada domain psikomotor, domain kognitif dan afektif”. Keempat

domain tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain. Dalam pencapaian tujuan

latihan harus diperhatikan beberapa prinsip dasar latihan khusus.

c. Aspek- aspek latihan

Prestasi olahraga merupakan akumulasi dari kualitas fisik, teknik, taktik

dan kematangan mental atau psikis. Untuk mencapai prestasi yang tinggi

diperlukan persiapan perancanaan dengan sasaran yang tepat meliputi persiapan

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16 fisik, teknik, taktik dan mental. Menurut Harsono, (1998: 100) “ Untuk mencapai

tujuan latihan, ada empat aspek yang perlu diperhatikan oleh pelatih, yaitu latihan

fisik, latihan teknik, latihan taktik dan latihan mental”.

Keempat latihan tersebut sangatlah penting untuk pencapaian hasil

latihhan yang maksimal, dikarenakan kempat aspek tersebut merupakan hal hal

yang mendasar atau pondasi bagi seorang atlit dalam pertandingan atau perlombaan

untuk mencapai prestasi yang maksimal. Keempat aspek latihan diuraikan sebagai

berikut:

1) Latihan Fisik

Pengertian fisik dalam olahraga adalah kemampuan biomotor atau

komponen kebugaran atau fitnes yang diperlukan atlet sesuai dengan cabang

olahraga dan perannya. Pembinaan fisik merupakan pembinaan awal dan sebagai

dasar pokok dalam latihan olahraga untuk mencapai suatu prestasi. Oleh karena itu

kondisi fisik yang prima haruslah dimiliki oleh setiap atlit sesuai dengan cabang

olaahraga yang ditekuninya. Latihan fisik prinsipnya adalah memberikan latihan

secara teratur, sistematik, dan berkesinambungan sehingga meningkatkan

kemampuan didalam melakukan aktifitas fisik sesuai dengan cabang olahraga yang

ditekuninya.

Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga sangat penting sekali dan pertama

yang harus dilatih secara intensif, karena fisik merupakan fondasi dari bangunan

prestasi , sebab teknik, taktik dan psikis dapat dikembangkan dengan baik apabila

atlet memiliki bekal kualitas fisik yang baik. Beberapa komponen fisik yang perlu

dilatih dan dikembangkan adalah dayataha, kekuatan, kelentukan dan kecepatan.

2) Latihan Teknik

Pengertian teknik dalam olahraga adalah cara paling efisien dan sederhana

untuk memecahkan kuajiban fisik atau masalah yang dihadapi dalam pertandingan.

Latihan teknik juga dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan

kebiasaan-kebiasaan motorik dan neuromuskuler menuju gerakan otomatis.

Kesempurnaan teknik dasar setiap cabang olahraga akan menentukan sempurnanya

keseluruhan gerakan. Oleh karena itu teknik diperlukan setiap cabang olahraga

harus dikuasai dan dilatih dengan baik mulai dari teknik dasar, menengah dan

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17 teknik tinggi sehingga menjadi gerakan yang otomatisasi. Untuk mendukung

tercapainya kecakapan teknik antara lain adalah analisis gerakan, mekanika,

kinesiologi, dan biomekanika. Pada hakikatnya pengembangan teknik merupakan

bagian dari usaha meningkatkan keterampilan menuju gerakan yang cermat, efisien

dan efektif. Hal ini sesuai pendapat Suharno HP. (1993: 22) bahwa, “Untuk

mengotomatisasikan penguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik dan keterampilan

yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi

sebanyak-banyaknya secara kontinyu”.

Mengulang-ulang gerakan merupakan salah satu cara untuk menguasai

suatu teknik cabang olahraga. Setiap pengulangan gerakan teknik hendaknya

dimulai dari gerakan yang mudah meningkat ke yang lebih sulit atau kompleks dan

dapat dimulai dari bagian menuju keseluruhan atau sebaliknya.

Berdasarkan jenisnya penguasaan teknik menurut Sudjarwo (1993: 43)

dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

1) Teknik dasar, ialah penguasaan teknik tingkat awal yang terdiri dari gerakan dasar dari proses gerak, bersifat sederhana dan mudah dilakukan. Teknik ini biasanya diberikan bagi mereka yang baru belajar keterampilan olahraga tingkat pemula.

2) Teknik menengah, ialah penguasaan teknik yang sudah menuntut kemampuan fisik yang meningkat, misalnya kekuatan, kecepatan, kelincahan, koordinasi dan sebagainya.

3) Teknik tinggi merupakan penguasaan tingkat akhir dari pengembangan tingkat dasar dan tingkat menengah yang menuntut gerakan dengan tempo tinggi, ketepatan dan kecermatan. Penguasaan teknik tinggi memerlukan kualitas kemampuan fisik seperti kecepatan, koordinasi, keseimbangan dan daya ledak (power) guna menunjang gerakan-gerakan yang sulit, simultan bahkan dalam posisi dan kondisi yang sulit pula. Penguasaan teknik yang baik sangat penting dalam usaha pencapaian

prestasi olahraga. Oleh karena itu, penguasaan teknik perlu dibina secara cermat

dan teratur dengan frekuensi pengulangan yang sebanyak mungkin, sehingga dapat

dikuasai dengan baik.

3) Latihan Taktik

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Pengerttian latihan taktik dalam olahraga adalah siasat yang digunakan

untuk mencapai kemenangan secara sportif pada saat bertanding. Latihan taktik

juga dapat diartikan sebagai latihan untuk menumbuhkan perkembangan daya tafsir

pada atlit, pola-pola permainan, strategi, atau siasat untuk mencapai kemenangan.

Menurut H. M. Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 118) bahwa, “

taktik adalah kecakapan rohaniah atau kecakapan berfikir dalam melakukan

kegiatan olahraga untuk mencapai kemenangan”. Yusuf Adisasmita dan Aip

Syarifuddin (1996: 119) menyatakan faktor-faktor pendukung taktik yaitu:

1) Kemampuan fisik. Kemampuan fisik yang baik tidak akan menyebabkan menurunnya tempo bertanding, sehingga tetap mampu melaksanakan taktik dengan segala macam variasinya.

2) Kemampuan teknik. Kecakapan teknik sangat membantu lancarnya tugas-tugas taktik. Dengan memiliki kemahiran teknik maka konsentrasi hanya tertuju kepada taktik saja.

3) Team work. Kerjasama menentukan berhasilnya suatu team. Team work menentukan pengertian-pengertian satu sama lain dalam melaksanakan taktik.

4) Distribusi energi. Pengaturan distribusi energi selama pertandingan harus sesuai dan tepat. Hal ini untuk menghindari menurunya tempo karena kehabisan tenaga sebelum atau selesai bertanding atau tempo bertanding rendah karena tidak menggunakan tenega semestinya.

5) Penguasaan pola-pola pertandingan. Pola pertandingan sebaiknya jangan statis, pola pertandingan hendaknya mempunyai variasi-variasi. Hal ini perlu agar tidak dapat diterka lawan. Di samping itu, dengan adanya variasi dapat digunakan untuk merubah taktik apabila usaha yang terdahulu gagal.

Taktik dalam bertanding akan sangat bermanfaat atau berjalan dengan

lancar jika didukung kemampuan fisik yang prima, penguasaan teknik yang baik,

memiliki kerjasama yang kompak, distribusi energi yang baik serta penguasaan

pola-pola pertandingan. Bagian-bagian tersebut saling berkaitan satu dengan

lainnya, oleh karena itu harus dikuasai dan dimiliki oleh setiap atlet. Sasaran

latihan taktik adalah pengembangan pola pikir untuk mengkondisikan saat

bertanding.

4) Latihan Mental

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Pengertian psikis atau mental dalam olahraga adalah aspek abstrak berupa

daya penggerak dan pendorong untuk mewujudkan kemampuan fisik, teknik

maupun taktik. Perkembangan mental atlit tidak kalah penting dari perkembangan

faktor fisik, teknik dan taktik. Seperti apapun sempurnanya kemampuan kondisi

fisik, taktik dan mental seorang atlit, prestasi puncak tidak mungkin tercapai

apabila mental atau psikis atlit tersebut lemah. Sebab setiap pertandingan bukan

hanya pertandingan atau perlombaan fisik, namun juga pertandingan atauu

perlombaan mental, bahkan 70% adalah mental dan hanya 30% masalah yang

lainya. Jadi ketika saat bertanding mental yang mempuyai peran yang sangat

penting dapat dikatakan sebagai faktor pembeda dan penentu hasil suatu

pertandingan. Andi Suhendro (1999: 63) menyatakan, “Mental merupakan daya

penggerak dan pendorong untuk mengejawantahkan kemampuan fisik, teknik dan

taktik atlet dalam penampilan olahraga”.

Mental merupakan kondisi psikologis yang penting dalam kegiatan

olaharga. Mental berfungsi sebagai penggerak, pendorong dan pemantap bagi atlet

untuk mempraktekkan kemampuan fisik dan skill dalam mencapai pretasi yang

tinggi. Alet yang memiliki mental baik akan mampu mengatasi segala kesulitan

seperti kegagalan, gangguan emosi, putus asa dan lain sebagainya dengan penuh

kesabaran, pengertian dan latihan yang teratur. A. Hamidsyah Noer (1995: 357)

menyatakan, “Faktor-faktor penyebab yang dapat mempengaruhi kondisi mental,

dapat dikelompokkan dalam dua faktor yaitu: (1) faktor-faktor yang berasal dari

dalam atlet (faktor intern), (2) faktor-faktor yang berasal dari luar diri atlet (faktor

ekstern)”.

d. Prinsip-Prinsip Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratrur guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan latihan maka harus

berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut Sudjarwo (1993: 21)

bahwa, “Prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat

dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan

dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Agar tujuan latihan dapat dicapai

secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat.

Menurut Andi Suhendro (1999: 3.7) meliputi: “(1) Prinsip beban lebih, (2) Prinsip

perkembangan menyeluruh, (3) Prinsip spesialisasi, (4) Prinsip individual, (5)

Prinsip latihan bervariasi”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip latihan yang harus

diperhatikan meliputi lima aspek. Penerapan prinsip-prinsip latihan yang benar

akan lebih memperbesar kemungkinan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.

Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip latihan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Prinsip Beban Lebih (Over Load Principle)

Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus dipahami seorang pelatih

dan atlet. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk

memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan seseorang dapat

meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat, yaitu

di atas dari beban latihan yang biasa diterimanya. Andi Suhendro (1999: 3.7)

menyatakan, “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam latihan

mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95)

berpendapat:

Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, prinsip beban

lebih bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh.

Pembebanan latihan yang lebih berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh

untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan

meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat mempunyai peluang untuk

mencapai prestasi yang lebih baik.

Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan beban

latihan harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan. Beban latihan yang

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21 terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet, tetapi justru sebaliknya

yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet

menjadi sakit.

2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh

Prinsipnya komponen kondisi fisik merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisah-pisahkan baik dalam peningkatan maupun dalam pemeliharaannya.

Perkembangan menyeluruh dari kemampuan kondisi fisik merupakan dasar dalam

pembentukan prestasi, meskipun pada akhirnya tujuan dalam latihan adalah

kemampuan yang bersifat khusus, namun kemampuan yang bersifat khusus

tersebut harus didasari oleh kemampuan kondisi fisik secara menyeluruh. Harsono

(1988: 109) menyatakan, “Secara fungsional spesialisasi dan kesempurnaan

penguasaan suatu cabang olahraga didasarkan pada perkembangan multilateral”.

Perkembangan menyeluruh merupakan dasar (pondasi) bagi pelaksanaan

program latihan setiap cabang olahraga. Prinsip perkembangan menyeluruh harus

diberikan kepada atlet-atlet muda sebelum memilih spesialisasi dalam cabang

olahraga tertentu dan mencapai prestasi puncak. Ketika perkembangan ini

mencapai tingkat yang memuasakan, khususnya perkembangan fisik, maka atlet

memasuki jenjang perkembangan kedua, yaitu spesialisasi pada olahraga tertentu.

Jenjang ini akan membimbing atlet menggeluti karier olahraga yang paling tinggi,

yaitu penampilan puncak yang merupakan prestasi atlet dalam bidang olahraga.

3) Prinsip Spesialisasi

Pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan pada dasarnya bersifat khusus,

sesuai dengan karakteristik gerakan keterampilan, unsur kondisi fisik dan sistem

energi yang digunakan selama latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 10)

menyatakan, "Latihan harus dikhususkan pada olahraga yang dipilihnya serta

memenuhi kebutuhan khusus dan strategi untuk olahraga yang dipilih". Menurut

Soekarman (1986: 60) "Latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan

atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan".

Pendapat lain dikemukakan Bompa dalam Andi Suhendro (1999:3.13) menyatakan:

Spesialisasi latihan olahraga dianjurkan sebagai aktivitas-aktivitas motorik khusus. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam spesialisasi yaitu (1) melakukan latihan-latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

olahraga. Misalnya pemain sepakbola melakukan latihan secara khusus terhadap kemampuan dribble, shooting, dan (2) melakukan latihan mengembangkan kemampuan motorik yang dibutuhkan oleh cabang olahraga yang menjadi spesialisasinya. Misalnya latihan-latihan fisik khusus sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuni.

Berdasarkan prinsip spesialisasi latihan dapat disimpulkan bahwa,

program latihan yang dilaksanakan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan

tujuan yang akan dicapai. Bentuk latihan yang dilakukan harus memiliki ciri-ciri

tertentu sesuai dengan cabang olahraga yang akan dikembangkan, baik pola gerak,

jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan

jenis olahraga yang dikembangkan.

4) Prinsip Individual

Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di dalam pelaksanaan latihan

didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara atlet

yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya

juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan dalam

pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) menyatakan, "Meskipun

sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi

kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Menurut Andi Suhendro

(1999: 3.15) bahwa, “Prinsip individual merupakan salah satu syarat dalam

melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan kepada setiap atlet,

sekali atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep latihan ini harus disusun

dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan latihan dapat

tercapai”.

Berdasarkan dua pendapat tentang prinsip individual dapat disimpulkan

bahwa, latihan yang diterapkan harus bersifat individu. Manfaat latihan akan lebih

berarti jika program latihan yang diterapkan direncanakan dan dilaksanakan

berdasarkan karakteristik dan kondisi setiap atlet. Seperti dikemukakan Patte

Rotella Mc. Clenaghan (1993: 318) bahwa, "Faktor umur, seks (jenis kelamin),

kematangan, tingkat kebugaran saat itu, lama berlatih, ukuran tubuh, bentuk tubuh

dan sifat-sifat psikologis harus menjadi bahan pertimbangan bagi pelatih dalam

merancang peraturan latihan bagi tiap olahragawan".

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

5) Prinsip Latihan Bervariasi

Prestasi yang tinggi dalam olahraga dibutuhkan proses waktu latihan yang

cukup lama. Latihan yang memakan waktu cukup lama tentu akan menimbulkan

rasa jenuh atau bosan bagi atlet. Untuk itu seorang pelatih harus pandai untuk

menghidari rasa bosan atau jenuh dari atlet. Seorang pelatih harus mampu

merangcang program latihannya secara bervariasi, agar atlet tetap senang dalam

berlatih, sehingga kondisi fisik maupun mental atlet tetap terpelihara dengan baik.

Konsep ini harus dipegang teguh oleh seorang pelatih, agar atlet selama mengikuti

latihan merasa senang dan dapat berkonsentrasi mengikuti latihan.

e. Komponen-Komponen Latihan

Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan seorang atlet, akan mengarah

kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia dan

kejiwaan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai,

jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya

intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Apabila seorang pelatih

merencanakan suatu latihan yang dinamis, maka harus mempertimbangkan semua

aspek yang menjadi komponen latihan tersebut di atas.

Semua komponen dibuat sedemikian dalam berbagai model yang sesuai

dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga yang

dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan secara

pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai tujuan

penampilannya yang telah direncanakan. Untuk lebih jelasnya komponen-

komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :

1) Volume Latihan

Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat penting

untuk mendapatkan teknik yang tinggi dan pencapaian fisik yang lebih baik.

Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang

menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat

ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang ditempuh”.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua cabang

olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga pada cabang olahraga yang

menuntut kesempurnaan teknik atau keterampilan taktik. Hanya jumlah

pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah

keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif.

Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan

jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan.

2) Intensitas Latihan

Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat penting

untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun

waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu

akan lebih tinggi pula intensitasnya.

Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan

dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan geraknya,

variasi interval atau istirahat diantara tiap ulangannya. Suharno HP. (1993: 31)

menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan

pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun

pertandingan”.

Hasil latihan dapat dicapai secara optimal, maka intensitas latihan yang

diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu latihan yang

tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat

kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan terlalu tinggi

dapat menimbulkan cidera.

3) Densitas Latihan

Menurut Andi Suhendro (1999: 3.24) bahwa, “Density merupakan ukuran

yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”. Dengan

demikian densitas berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam waktu

antara kerja dan pemulihan. Densitas yang mencukupi akan menjamin efisiensi

latihan, menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan. Densitas yang

seimbang akan mengarah kepada pencapaian rasio optimal antara rangsangan

latihan dan pemulihan.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Istirahat interval yang direncanakan diantara dua rangsangan, bergantung

langsung pada intensitasnya dan lamanya setiap rangsangan yang diberikan.

Rangsangan di atas tingkat intensitas submaksimal menuntut interval istirahat yang

relatif lama, dengan maksud untuk memudahkan pemulihan seseorang dalam

menghadapi rangsangan berikutnya. Sebaliknya rangsangan pada intensitas rendah

membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan terhadap

organismenya pun juga rendah.

4) Kompleksitas Latihan

Kompleksitas dikaitkan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan

dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi,

dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan. Keterampilan

teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan

akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama

tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran

kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan

dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek. Seperti

dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa (1990: 28) “Semakin sulit bentuk

gerakan latihan semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi

mekanismenya”. Misal pada olahraga lari 100 meter gerakan kompleks dimulai

dari gerakan start sampai gerakan lari.

3. Latihan Acceleration Sprint

Metode acceleration sprint merupakan suatu bentuk latihan yang dimulai

dari lari pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya semaksimal dengan kecepatan

yang dimilikinya. Acceleration sprint yakni meningkatkan kecepatan berlari dari

sikap rolling start ke jogging, ditingkatkan lagi ke striding kemudian ke pace

maksimal. Untuk mencapai kecepatan maksimum seorang pelari harus dapat

mengembangkan kecepatan start atau kecepatan reaksi waktu start secepat

mungkin. Menurut Fox (1984: 208) bahwa, “akselerasi adalah pertambahan secara

gradual dalam kecepatan lari, mulai dari pelan- pelan, semakin cepat, dan

secepatnya dalam jarak 50-120 yard”. Pelari atau sprinter yang bagus adalah pelari

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26 yang mencapai kecepatan maksimum lebih cepat, mampu mempertahankan

kecepatan maksimum pada jarak yang lebih panjang, dan kecepatan maksimum

menurun lebih lambat dari pada rata-rata pelari cepat yang lain. Dengan metode

latihan acceleration sprint pelari akan lebih mudah untuk membenahi teknik lari

yangg belum sempurna. Akselerasi sprint dimulai dari kecepata rendah sehingga

pelari dapat memperbaiki teknik larinnya. Latihan acceleration sprint bila

dilakukan secara berulang-ulangtentunya dapat meningkatkan prestasi lari 100

meter.

a. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Acceleration Sprint

Metode acceleratian sprint merupakan bentuk latihan yang

pelaksanaannya dimulai dari pelan, samakin cepat, mempertahankan kecepatan

maksimal sampai pada jarak tertentu. Tujuan metode latihan acceleration sprint

adalah menekankan dan mempertahankan komponen teknik sprint(gerak teknik

sprint) ketika kecepatan lari meningkat. Ditinjau dari pelaksanaan latihan

acceleratian sprint ada kelebihan dan kelemahan pada metode latihan ini.

Kelebihan latihan dengan metode acceleration sprint antara lain:

1) Waktu latihan lebih efisien, karena latihan acceleration sprint dilakukan

secara berkelanjutan dalam satu set.

2) Penguasaan teknik lari lebih cepat tercapai, karana dalam latihan

acceleration sprint terdapat session latihan dimulai dari intensitas

rendah yang memungkinkan untuk memperbaiki teknik lari.

Sesuai dengan pendapat Frank S. Pyke( 1991 : 136) mngemukakan bahwa “

peningkatan teknk terjadi pada kecepatan rendah dengan memperbaiki kesalahan

yang memerlukan perhatian”.

Disamping kelebihan di atas latihan acceleration sprint jaga memiliki

beberapa kelemahan. Kelemahan acceleration sprint diantaranya: kurangnya

frekuensi latihan kecepatan dengan intensitas maksimal karena dalam

pelaksanannya hanya sekitar sepertiga jarak yang ditempuh. Lari acceleration

sprint jika dilakukan secara berulang-ulang dapat meningkatkan kecepatan lari 100

meter tentunya dengan latihan dan program latihan yang benar. Perkembangan

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27 kondisi fisik latihan acceleration sprint juga berpengaruh terhadap sistem energi.

Menurut Mulyono B (1988: 4) “ATP-PC bila 98% dan LA-O2 sebesar 2%, hal ini

menandakan bahwa sistem energi yang baik pada lari 100 meter adalah ATP-PC

LA atau anaerob”.

4. Latihan Repetition Sprint

Repetition sprint merupakan metode latihan yang dilakukan dengan

intensitas tinggi atau kecepatan maksimal, pada latihan ini dibutuhkan jarak yang

tetap, kecepatan lari yang konstan (80-100% kecepatan maksimal). Pada metode

repetition sprint dibuttuhkan waktu istirahat atau waktu pemulihan yang cukup tiap

repetisinya hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan bentuk dan kualitas teknik

gerak. Menurut Mulyono B (1998: 8) bahwa “repetition sprint adalah suatu

aktifitas yang dilakukan berulang-ulang dan setiap kali diselingi aktifitas yang

lebih ringan”. Bentuk latihan dalam repetition sprint dapat berupa lari cepat dengan

jarak tertentu.

• Pelaksanaan latihan repetition sprint pada lari 100 meter dengan intensitas

tinggi dilakukan berulang-ulang pada jarak tertentu, misal dengan jarak 30

meteran, 40 meteran secara berulang-ulang dengan diselingi istirahat

diantara ulangan repetisinya. Jadi tiap satu kali repetisi dilakukan dengan

kecepatan maksimal. Menurut Suharno HP(1993: 49) bahwa “volume

beban latihan lari cepat 5-10 kalii giliran lari, tiap-tiap giliran lari secepat-

cepatnya dengan jarak 30-80 meter. Frekuensi dan tempo secepat-

cepatnya”.

a. Kelebihan dan kelemahan Metode Repetition Sprint

Metode repetisi sprint merupakan bentuk latihan yang pelaksanaannya

dari awal hingga finis berlari dengan menggunakan intensitas tinggi atau kecepatan

maksimal yang pelaksanaannya diselingi istirahat tiap repetisinya.

Ditinjau dari pelaksanaan repetition sprint dapat diidentifikasikan

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan lari dengan metode repetition sprint antara

lain :

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

1) Frekuensi latihan kecepatan lebih efektif, karena jarak yang ditempuh

harus dengan intensitas maksimal.

2) Terdapat waktu recover atau waktu istirahat yang cukup, hal ini

dikarenakan pemulihan diperlukan setelah melakukan kerja dengan

intensitas beban latihan yang tinggi.

Disamping kelebihan diatas, metode repetition sprint juga memiliki

kelemahan yaitu :

1) Penguasaan teknik sulit tercapai, karena gerakan yang dilakukan secara

terus-menerus dengan intensitas tinggi hal ini menyebabkan kelelahan

sehingga berpengaruh pada ketidak sempurnaan teknik.

2) Pengontolan dan perbaikan geraksulit dilakukan, karena gerakan yang

terlalu cepat.

Repetition sprint yang dilakukan secara berulang-ulang dapat

meningkatkan kemampuan kecepatan lari sesuai dengan tipe kerja dan sistem

energi yang dikembangkan. Sistem energi pada repetition sprint adalah sistem

anaerobic yaitu aktifitas kerja yang dilakukan dalam jangka waktu yang singkat

dan memerlukan kerja dengan intensitas tinggi dan maksimal.

5. Panjang Tungkai

a. Definisi Panjang Tungkai

Setiap cabang olahraga menuntut syarat-syarat khusus dalam mencapai

dalam mencapai prestasi secara maksimal, faktor antropometri mempunyai peranan

penting pada cabang olahraga, untuk mendukung pencapaian prestasi yang

maksimal. Menurut M Sajoto (1995:11) menyatakan “ salah satu aspek pencapaian

prestasi dalam olahraga adalah asppek biologis yang meliputi struktur dan postur

tubuh yaitu: (1) Ukuran tinggi dan panjang tungkai serta lengan, (2) Ukuran besar,

lebar dan berat badan, (2) Somato type (bentuk tubuh)”. Beberapa faktor yang

mempengaruhi kecepatan menurut Suharno HP (1993: 48) faktor-faktor kecepatan

sprint: (1) Tergantung pada kekuatan otot yang bekerja. (2) Panjang Tungkai, (3)

Frekuensi gerak, (4) teknik lari yang sempurna.”

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Pengertian panjang tungkai menurut Paket Penelitian Pembibitan Litbang

KONI Jawa Tengah (1986: 1) dijelaskan bahwa “ panjang tungkai adalah ukuran

panjang yang diukur dari telapak kaki sampai pada spina illiaca anterior superior”.

Bentuk tubuh yang atletis dan tungkai yang panjang disertai otot-otot yang bagus

akan sangat berperan dalam prestasi olah raga. Yusuf hadisasmita dan Aip

Syarifudin (1996: 73) mengatakan “ orang yang tinggi umumnya anggota badannya

seperti lengan dan tungkainya juga panjang”.

Atlet yang mempunyai tungkai panjang, titik berat badannya lebih tinggi

dari pada atlet yang mempunyai tungkai pendek. Atlet yang mempunyai tungkai

panjang akan menghasilkan titik proyeksi berat badan yang lebih jauh dari titik

tolaknya, dibandingkan dengan atlet yang tungkainya pendek. Jadi atlet yang

mempunyai tungkai panjang akan mempunyai keuntungan lebih bila dibandingkan

dengan yang tungkainya pendek. Karena atlet yang tungkainya panjang titk berat

badannya lebih tinggi yang menyebabkan titik proyeksi berat badan lebih jauh.

Sehingga dari teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang yang

mempunyai tungkai yang lebih panjang akan diuntungkan dangan jarak tempuh

terhadap sasaran, dibanding dengan yang mempunyai tungkai lebih pendek akan

memerlukan sedikit pengaturan jarak tembak terhadap sasaran.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai

Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh seiring dengan pertumbuhan

dan perkembangan anak. Pada usia tertentu ukuran dan proporsi tubuh selalu

mengalami perkembangan. Demikian juga panjang tungkai juga mengalami

peningkatan seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anak. Sugiyanto

(1998: 194) menyatakan “secara proporsi anak, kaki dan tangan tumbuh lebih cepat

dibandingkan pertumbuhan togok”. Hal ini seperti halnya terjadi pada masa anak

kecil. Dengan percepatan pertumbuhan kaki dan pertumbuhan togok tidak sama,

maka anak yang masa pertumbuhan umumnya yang nampak adalah panjang

tungkainya.

Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh dipengaruhi oleh makanan yang

di komsumsi sehari-hari. Makanan yang bergizi tinggi dan dikomsumsi sehari-hari

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30 akan mempengaruhi pertumbuhan seseorang, baik rangka tubuh maupun otot-otot

dan jaringan tubuh. Selain faktor gizi, keturunan merupakan faktor yang sangat

menentukan panjang dan tinggi fisik seseorang. Sugiyanto (1996: 37)

mengemukakan bahwa “ faktor keturunan atau genetik merupakan sifat bawaan

lahir yang diperoleh dari orang tuanya”. Faktor ini juga menentukan potensi

maksimum dan penampilan fisik.

Pendapat diatas menunjukan bahwa, faktor keturunan atau genetik sangat

menentukan potensi dan penampilan fisik seseorang yang diturunkan dari orang

tuanya. Lebih lanjut Sugiyanto (1996: 37) mengemukakan bahwa “terhadap sifat

dan pertumbuhan fisik, faktor keturunan sangat berpengaruh nyata, yaitu terhadap

ukuran, bentuk dan kecepatan atau irama pertumbuhan”.

c. Otot- otot yang Terdapat pada Tungkai

Yang dimaksud dengan tungkai adalah anggota gerak badan bagian bawah

yang terdiri dari tulang anggota gerak bawah bebas (skeleton extremitas inferior

liberae). Adapun menurut Sudarminto (1992: 60) tuang- tulang anggota gerak

bagian bawah terdiri dari:

1) Femur (tulang paha) 2) Crus (tungkai bawah)

a) Tibia b) Fibula

3) Ossa pedis (kaki) a) Ossa tarsalia: tulang-tulang pergelangan kaki yang terdiri dari 7buah

tulang. b) Ossa metatarsalia: tulang-tulang telapak kaki yang terdiri dari 5 buah

tulang. c) Ossa palangea digitorum pedis: tulang jari-jari kaki yang terdiri dari 3

ruas tulang kecuali ibu jari yang terdiri dari 2 ruas tulang.

Sebagai tulang anggota gerak bawah (skeleton extremitas inferior liberae),

tungkai bawah mempunyai tugas yang sangat penting untuk melakukan gerak.

Namun untuk melakukan gerak tersebut secara sistematis harus merupakan hasil

dari gerak yang dilaksanakan oleh adanya suatu sistem penggerak yang meliputi

otot, tulang, sendi dan saraf. Dalam hal ini otot-otot tungkai serta tulang-tulang

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31 yang ada di tungkai, articulatio coxae, articulatio genus, articulatio talocruralis

dan syaraf-syaraf daerah tungkai.

Ada tiga otot besar yang menggerakan tungkai, dimana masing-masing

penggerak terdiri dari beberapa otot yaitu:

1) Otot penggerak tungkai atas : iliopsoas, rectus femoris, gluteus maximus,

gluteus medius, gluteus minimus, tensor fascialatae, piriformis, adductor

brevis, adductor longus, adduktor magnus, gracilis.

2) Otot penggerak tungkai bawah : rectus femoris, vastus lateralis, vastus

medialis, vastus intermedius, sartorius biceps femoris, semitendonsus,

semi membranosus.

3) Otot penggerak kaki : tibialis anterior, gastrocnemius, soleus, peroneus

longus, peroneus brevis, tibialis posterior, peroneus tertius.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas, maka dapat

disampaikan suatu kerangka berpikir sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Metode Acceleration Sprint dan Repetition sprint

Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter

Latihan acceleration sprint dan repetition sprint merupakan suatu metode

latihan untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter. Latihan ini merupakan

metode latihan keterampilan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Masing–

masing metode latihan tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan.

Pelaksanaan metode latihan acceleration sprint dilakukan dengan lari

pelan atau jogging kemudian ditingkatkan lagi ke striding kemudian kecepatan

maksimal dilanjutkan istirahat. Latihan ini diulangi lagi dengan diselingi istirahat

penuh. Tujuan metode ini adalah menekankan dan mempertahankan komponen

teknik sprint (gerak teknik sprint) ketika kecepatan berlari meningkat. Penguasaan

teknik lari lebih cepat tercapai, karana dalam latihan acceleration sprint terdapat

session latihan dimulai dari intensitas rendah yang memungkinkan untuk

memperbaiki teknik lari. Kelemahan acceleration sprint diantaranya: kurangnya

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32 frekuensi latihan kecepatan dengan intensitas maksimal karena dalam

pelaksanannya hanya sekitar sepertiga jarak yang ditempuh.

Sedangkan metode latihan repetition sprint dilakukan dengan kecepatan

lari yang tetap dan maksimal dilakukan berulang-ulang, dan diselingi waktu

pemulihan yang cukup. Kelebihan lari dengan metode repetition sprint yakni

frekuensi latihan kecepatan lebih efektif, karena jarak yang ditempuh harus dengan

intensitas maksimal. Disamping kelebihan diatas, metode repetition sprint juga

memiliki kelemahan yakni penguasaan teknik sulit tercapai, karena gerakan yang

dilakukan secara terus-menerus dengan intensitas tinggi hal ini menyebabkan

kelelahan sehingga berpengaruh pada tidak sempurnanya teknik.

Berdasarkan karakteristik dari masing-masing metode latihan tersebut di

atas tentunya akan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kecepatan lari 100

meter. Perbedaan latihan atau perlakuan yang diberikan akan menimbulkan respon

yang berbeda, sehingga hal ini akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula

terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.

2. Perbedaan Pengaruh Panjang Tungkai Panjang dan Panjang Tungkai

Pendek Terhadap Prestasi lari 100 meter

Langkah panjang merupakan salah satu faktor yang mendukung untuk

pencapaian prestasi yang maksimal sebagai seorang sprinter. Keterlibatan panjang

tungkai pada lari 100 meter yaitu, pada saat berlari akan menentukan panjang

langkah. Atlet yang mempunyai tungkai panjang, titik berat badannya lebih tinggi

dari pada atlet yang mempunyai tungkai pendek. Atlet yang mempunyai tungkai

panjang akan menghasilkan titik proyeksi berat badan yang lebih jauh dari titik

tolaknya, dibandingkan dengan atlet yang tungkainya pendek. Jadi atlet yang

mempunyai tungkai panjang akan mempunyai keuntungan lebih bila dibandingkan

dengan yang tungkainya pendek. Karena atlet yang tungkainya panjang titk berat

badannya lebih tinggi yang menyebabkan titik proyeksi berat badan lebih jauh.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang yang mempunyai tungkai yang

lebih panjang akan diuntungkan dangan jarak tempuh terhadap sasaran, dibanding

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33 dengan yang mempunyai tungkai lebih pendek akan memerlukan sedikit

pengaturan jarak tembak terhadap sasaran.

3. Interaksi Antara Metode Latihan dan Panjang Tungkai Terhadap

Kecepatan Lari 100 meter

Metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint merupakan

metode latihan yang memiliki karakteristik berbeda. Dalam pencapaian prestasi lari

100 meter baik dengan metode latihan acceleration dan repetition tidak lepas dari

dukungan faktor fisik khususnya panjang tungkai. Metode latihan acceleration

sprint dan repetition sprint dituntut melakukan gerakan frekuensi langkah yang

cepat dan panjang langkah yang jauh, hal ini akan membutuhkan panjang tungkai

agar langkahnya bisa maksimal. Panjang tungkai akan mendukung pencapaian

prestasi lari 100 meter menjadi lebih baik. Dengan demikian antara metode latihan

dan panjang tungkai memiliki interaksi di antara keduanya.

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh metode latihan acceleration sprint dan metode latihan

repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra

ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Ada perbedaan pengaruh antara panjang tungkai panjang dan panjang tungkai

pendek terhadap kecepatan pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria1

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Ada interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan

100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2011/2012.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan SMK Bina Patria 1 Sukoharjo

jalan wandyopranoto No.39 Sukoharjo. Tlpn (0271) 593487.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan mulai

dari tes awal tanggal 16 April 2012, perlakuan atau treatment tanggal 18 April

sampai dengan tanggal 30 Mei 2012, dengan 22 kali pertemuan dan tes akhir pada

tanggal 11 Juni 2012.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa putra peserta

ekstrakurikuler olahraga SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2011/2012, yang berjumlah 60 siswa.

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan adalah purposive

sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa dengan

ciri panjang tungkai tinggi dan panjang tungkai pendek. Cara menentukan jumlah

dan kriteria sampel yaitu: keseluruhan siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria

1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 60 siswa yang diukur

panjang tungkainya. Dari hasil pengukuran panjang tungkai kemudian dirangking

dari nilai tertinggi sampai nilai terendah dan diklasifikasi menjadi tiga yaitu:

panjang tungkai tinggi, panjang tungkai sedang dan panjang tungkai pendek.

Setelah diketahui panjang tungkai tinggi, pannjang tungkai sedang dan panjang

tungkai pendek, kemudian diambil 20 siswa dengan kategori panjang tungkai tinggi

dan 20 siswa dengan kategori panjang tungkai pendek. Sedangkan siswa yang

memiliki kategori panjang tungkai sedang dihilangkan atau tidak digunakan

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35 sebagai sampel. Selanjutnya dari 40 siswa yang terpilih dikelompokkan menjadi 4

kelompok sesuai rancangan faktorial 2 X 2.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran. Tes dan

pengukuran meliputi:

1) Untuk mengukur panjang tungkai dengan pengukuran panjang tungkai dikutip

dari Barry L. Johnson & Jack K. Nelson (1986: 180)

2) Tes Petunjuk Pelaksanaan Tes Lari Sprint 100 meter (PASI 2008). Petunjuk

pelaksanaan tes terlampir.

D. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah anava faktorial 2 x 2.

Menurut Sugiyanto (1994 : 30) bahwa:

Rancangan faktorial adalah rancangan dimana bisa dimasukkan dua variabel atau lebih untuk memanipulasi secara simultan. Dengan rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen, dan juga pengaruh interaksi antara variabel-variabel independen.

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan gambar rancangan penelitian ini

sebagai berikut :

Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2x2

Metode Latihan Panjang Tungkai

Acceleration sprint (A1)

Repetition sprint (A2)

Panjang (B1) A1B1 A2B1

Pendek (B2) A1B2 A2B2

Keterangan :

A1B1 : Kelompok metode latihan acceleration sprint dengan kriteria sampel

panjang tungkai tinggi

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36 A1B2 : Kelompok metode latihan acceleration sprint dengan kriteria sampel

panjang tungkai pendek.

A2B1 : Kelompok metode latihan repettion sprint dengan kriteria sampel panjang

tungkai panjang.

A2B2 : Kelompok metode latihan repetition sprint dengan kriteria sampel panjang

tungkai pendek.

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu variabel

terikat (dependen) yaitu:

1. Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini yaitu:

a. Variabel manipulatif terdiri atas :

1) Metode latihan acceleration sprint

2) Metode latihan repetition sprint.

b. Variabel atributif adalah variabel yang melekat pada diri sampel yang

dibedakan atas:

1) Panjang tungkai panjang.

2) Panjang tungkai pendek.

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah kecepatan lari 100 meter.

2. Definisi Operasional Variabel

Perincian operasional variable penelitian sebagai berikut:

a. Variabel independen meliputi:

1) Variabel manipulatif

• Latihan acceleration sprint merupakan suatu bentuk latihan yang dimulai

dari pelan, semakin cepat, dan lari maksimal secepatnya. Dalam latihan

acceleration sprint misal dengan jogging, striding, dan dilanjutkan dengan

kecepatan maksimal.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

• Repetition sprint merupakan suatu bentuk latihan yang dimulai dari awal

sampai finish kecepatan maksimal. Dalam latihan repetition sprint harus

dengan kecepatan maksimal sampai finish.

2) Variabel atributif

Adapun yang dimaksud dengan panjang tungkai adalah ukuran panjang

yang diukur dengan hasil dari tinggi berdiri dikurangi dengan tinggi

duduk. Dalam penelitian ini panjang tungkai dibedakan menjadi dua, yaitu

panjang tungkai kategori panjang dan panjang tungkai kategori pendek.

b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecepatan lari 100 meter

merupakan lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start

sampai garis finish dengan waktu sesingkat mungkin.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini meliputi uji reliabilitas, uji prasyarat

analisis dan pengujian hipotesis. Adapun langkah-langkah dari analisis data sebagai

berikut:

1. Mencari Reliabilitas

Tingkat keajegan hasil tes diketahui melalui uji reliabilitas. Uji reliabilitas

penelitian ini menggunakan korelasi interklas dengan rumus sebagai berikut :

R = A

WA

MS

MSMS −

Keterangan :

R = Koefisien reliabilitas

MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok

MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok

2. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji

homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat tersebut sebagai

berikut:

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

a. Uji Normalitas (Metode Lilliefors)

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian

ini berasal dari populasi yang normal atau tidak.

Langkah-langkah :

1) Pengamatan X1,X2,X3,………….Xn dijadikan bilangan baku

Z1,Z2,Z3,………..Zn, dengan menggunakan rumus :

Zi = { X i – X }/ SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan

simpangan baku.

2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor

tertinggi.

3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi normal

baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi).

4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu :

S(Zi) = i/n.

5) Mencari selisih antara F(Zi) – S(Zi), dan ditentukan harga mutlaknya.

6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.

Rumusnya : Lo = | F(Zi) – S(Zi) | maksimum.

Kriteria :

Lo < Ltab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Lo > Ltab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas ( Metode Bartlet)

Uji Homogenitas dilakukan dengan Uji Bartlet. Langkah-langkah

pengujiannya sebagai berikut :

1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom – kolom kelompok sampel :

dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2.

2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel.

Rumusnya : ( )( )

( )1

1...............1 22

−−=

n

SdnSD i

( )12 −= nSdLogB i

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39 3) Menghitung X2

Rumusnya : X2 = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1………(2)

Dengan (Ln 10) = 2,3026

Hasilnya ( X2 hitung ) kemudian dibandingkan dengan ( X2 tabel ), pada taraf

signifikansi α = 0,05 dan dk (n-1).

4) Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima.

Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung > X2

tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi beberapa langkah.

Langkah-langkah pengujian hipotesis sebagai berikut:

a. ANAVA Rancangan Faktorial 2 x 2

1) Metode AB untuk Perhitungan ANAVA Dua Faktor

Tabel 2. Ringkasan ANOVA untuk Eksperimen factorial 2 x 2

Sumber Variasi

Dk JK RJK Fo

Rata – rata Perlakuan A B AB

1

a-1 b-1

(a-1) (b-1)

Ry

Ay

By ABy

R

A B

AB

A/E B/E

AB/E

Kekeliruan ab(n-1) Ey E

Keterangan :

A = Taraf factorial A N = Jumlah sampel

B = Taraf factorial B

Langkah- langkah perhitungan :

a) 2

11

2ij

b

j

a

i

Υ=Υ ∑∑ ∑−−

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

b) abn

R

b

j

a

i

y

∑∑−−= 11

c) ( ) yij

b

j

a

i

RJJab −= ∑∑−−

2

11

d) ( ) yi

a

iy Rbn −Α=Α ∑

/2

1

e) ( ) yi

b

jy Ran −Β=Β ∑

/2

1

f) yyaby Jb Β−Α−=Α

g) )(2yyyyy R ΑΒ+Β−Α−−Υ=Ε

2) Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika ( ) ( )211 VVFF −−≥ α , maka hipotesis nol ditolak.

Jika ( ) ( )211 VVFF −−< α , maka hipotesis nol di terima dengan : dk

pembilang ( )1−ΚiV dan dk penyebut ( )αknknV −+= .............12 = taraf

signifikan untuk pengujian hipotesis.

Keterangan :

∑Y2 : Jumlah kuadrat data

Ry : Rata-rata peningkatan karena perlakuan

Ay : Jumlah peningkatan pada kelompok berdasarkan latihan

acceleration sprint dan latihan repetition sprint.

By : Jumlah peningkatan berdasarkan panjang tungkai.

Aby : Selisih antara jumlah peningkatan data keseluruhan dan jumlah

peningkatan kelompok perlakuan dan panjang tungkai .

Jab : Selisih jumlah kuadrat data dan rata-rata peningkatan perlakuan.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

b. Uji Rentang Newman – Keuls setelah ANAVA

Menurut Sudjana (1994:36) langkah-langkah untuk melakukan uji

Newman –Keuls adalah sebagai berikut :

1) Susun rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil sampai

ke yang terbesar.

2) Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJK disertai dk-nya.

3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus:

( )N

KekeliruanRJKS E

y = RJK (Kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman

ANAVA.

4) Tentukan taraf signifikan α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji

Newman – Keuls, diambil V = dk dari RJK (Kekeliruan) dan P = 2,3…,k.

Harga – harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P

supaya dicatat.

5) Kalikan harga – harga yang didapat di titik…….. di atas masing – masing yS

dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan

terkecil (RST).

6) Bandingkan selisih rata – rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih

rata – rata terbesar dan rata – rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-1),

dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata – rata terbesar

kedua rata – rata terkecil dengan RTS untuk P = (k-1), selisih rata-rata terbesar

kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-2), dan

seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada ( )12/1 −kK pasangan yang

harus dibandingkan. Jika selisih – selisih yang didapat lebih besar dari pada

RST-nya masing – masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

siknifikan antara rata – rata perlakuan.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

c. Hipotesis Statistik

Hipotesa 1 210 Α≥Α= µµH

21 Α<Α= µµAH

Hipotesa 2 210 Β≥Β= µµH

21 Β<Β= µµAH

Hipotesa 3 00 =Β×Α= InteraksiH

0≠Β×Α= InteraksiH A

Keterangan

µ = Nilai rata – rata

A1 = Latihan acceleration sprint

A2 = Latihan repetition sprint

B1 = Panjang tungkai tinggi

B2 = Panjang tungkai pendek

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Tujuan penelitian dapat dicapai melalui pengambilan data terhadap sampel

yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data tes awal secara

keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi empat sesuai rancangan factorial 2

X 2. Rangkuman hasil analisis data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk

tabel.

A. Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data kecepatan lari 100 meter pada siswa putra

ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012 sesuai

dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

Tabel 3. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Kecepatan lari 100 meter Menurut Kelompok Penelitian.

Metode Latihan Panjang Tungkai

Statistik Tes Awal

Tes Akhir

Peningkatan

Acceleration sprint (A1)

Panjang (B1) Jumlah 148,56 137,62 10,94 Mean 14,86 13,76 1,09 SD 0,74 0,78 0,30

Pendek (B2) Jumlah 142,45 137,81 4,64 Mean 14,25 13,78 0,46 SD 0,62 0,62 0,23

Repetition Sprint (A2)

Panjang (B1) Jumlah 142,08 136,62 5,46 Mean 14,21 13,66 0,55 SD 0,61 0,62 0,19

Pendek (B2) Jumlah 145,02 139,20 5.82 Mean 14,50 13,92 0,58 SD 0,81 0,60 0,33

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk mengetahui gambaran menyeluruh dari nilai rata

kemampuan smash normal sebelum dan

dibuat grafik perbandingan nilai

Grafik 1. Nilai Rata

Tiap Kelompok Perlakuan dan

Agar nilai rata

kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan kemampuan smash

normal pada tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk grafik sebagai

berikut:

0

20

40

60

80

100

120

140

160

jum

lah

me

an

SD

Panjang tungkai

tinggi(B1)

Untuk mengetahui gambaran menyeluruh dari nilai rata

kemampuan smash normal sebelum dan sesudah diberi perlakuan maka dapat

dibuat grafik perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:

Nilai Rata-Rata Peningkatan Kecepatan lari 100 meter

Tiap Kelompok Perlakuan dan Panjang Tungkai

Agar nilai rata-rata peningkatan kecepatan lari 100 meter

kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan kemampuan smash

normal pada tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk grafik sebagai

jum

lah

me

an

SD

jum

lah

me

an

SD

jum

lah

me

an

SD

44

Untuk mengetahui gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata peningkatan

sesudah diberi perlakuan maka dapat

Kecepatan lari 100 meter Berdasarkan

kecepatan lari 100 meter yang dicapai tiap

kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan kemampuan smash

normal pada tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk grafik sebagai

tes awal

tes akhir

peningkatan

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Grafik 2. Nilai Rata Antara Kelompok Perlakuan

Tingkat reliabilitas hasil tes

reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes ak

dalam penelitian sebagai berikut:

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Tes

Awal Akhir

Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut,

menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari

Mulyono B.(1992: 15) sebagai berikut:

Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas

Kategori

Tinggi sekali

Tinggi

Cukup

Kurang

Tidak signifikan

00.20.40.60.8

11.2

panjang

tungkai

tinggi(B1)

Nilai Rata-Rata Peningkatan Kecepatan lari 100 meterAntara Kelompok Perlakuan

B. Mencari Reliabilitas

Tingkat reliabilitas hasil tes kecepatan lari 100 meter diketahui melalui uji

reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir kecepatan lari 100 meter

dalam penelitian sebagai berikut:

Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Kecepatan lari 100 meterNilai Reliabilitas Kategori

0,897 0,880

Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut,

menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter

Mulyono B.(1992: 15) sebagai berikut:

Range Kategori Reliabilitas

Validitas Reliabilitas

0,80 – 1,0 0,90 – 1,0

0,70 – 0,79 0,80 – 0,89

0,50 – 0,69 0,60 – 0,79

0,30 – 0,49 0,40 – 0,59

0,00 – 0,29 0,00 – 0,39

panjang

tungkai

tinggi(B1)

Panjang

tungkai

pendek(B2)

panjang

tungkai

tinggi(B1)

Panjang

tungkai

pendek(B2)

Repetition Sprint

(A2)

Rata-rata peningkatan

Rata

45

Kecepatan lari 100 meter

diketahui melalui uji

cepatan lari 100 meter

Kecepatan lari 100 meter Kategori

Tinggi Tinggi

Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut,

Book Walter seperti dikutip

Obyektivitas

0,95 – 1,0

0,85 – 0,94

0,70 – 0,84

0,50 – 0,69

0,00 – 0,49

Rata-rata peningkatan

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46 C. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya.

Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors. Hasil

uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors.

Kelompok N Mean SD Lhitung L tabel Keterangan A1B1 10 14,86 0,73 0,2389 0,258 Normal A2B1 10 14,21 0,61 0,1239 0,258 Normal A1B2 10 14,25 0,618 0,1406 0258 Normal A2B2 10 14,50 0,812 0,1681 0,258 Normal

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa L0 < Lt. Hal ini

menunjukkan bahwa sampel yang terambil berasal dari populasi yang berdistribusi

normal. Dengan demikian persyaratan normalitas data telah terpenuhi. Rincian dan

prosedur uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.

2. Uji Homogenitas

Dengan data yang sama, setelah dianalisis menggunakan uji bartlet,

maka diperoleh hasil pengujian homogenitas seperti tabel berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet.

∑ Kelompok Ni S2 X2hit X2

tabel Kesimpulan

4 10 0,0718 3,271 7,81 Homogen Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui X2

hit lebih kecil dari pada X2tabel.

Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian bersifat homogen. Dengan demikian

persyaratan homogenitas juga dipenuhi. Mengenai rincian dan prosedur analisis uji

homogenitas varians dapat diperiksa pada lampiran.

D. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis berdasarkan pada hasil analisis data dan interprestasi

analisis varians. Uji rentang newman keuls ditempuh sebagai langkah uji rerata

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47 setelah anava. Bila anava menghasilkan kesimpulan tentang perbedaan pengaruh

kelompok yang dibandingkan, maka uji rentang newman keuls dimaksudkan untuk

mengetahui pengaruh kelompok mana yang lebih baik.

Berkenaan dengan hasil analisis dan uji rentang newman keuls, ada

beberapa hipotesis yang harus diuji. Hasil analisis data dapat dilihat seperti

tabel berikut ini:

Tabel 8. Ringkasan Nilai Rerata Kecepatan lari 100 meter Berdasarkan Metode Latihan dan Panjang Tungkai Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan.

Rerata Acceleration sprint (A1) Repetition Sprint(A2)

Tungkai Panjang (B1)

Tungkai pendek (B2)

Tungkai Panjang(B1)

Tungkai Pendek (B2)

Sebelum 14,86 14,25 14,21 14,50 Sesudah 13,76 13,78 13,66 13,92

Peningkatan 1,09 0,46 0,55 0,58

Tabel 9. Ringkasan Analisis Anava Dua Jalur

Sumber Varians JK Db KR Fhitung Ftabel Rerata lat 18,04 1 18,03649

A 0,46 1 0,46225 6,441 4,11 B 0,88 1 0,88209 12,291

AB 1,11 1 1,10889 15,451 Kekeliruan 2,58 36 0,017688

Total 23,07 39

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Latihan dengan acceleration sprint dan repetition sprint dari hasil

penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan

kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil penghitungan yang telah

dilakukan diperoleh nilai F0 = 6,411 lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf

signifikansi 5%. Ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan,

latihan dengan acceleration sprint dan repetition sprint terdapat perbedaan yang

signifikan terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48 2. Pengujian Hipotesis Kedua

Berdasarkan panjang tungkai siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina

Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012 hasil penelitian menunjukkan ada

perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan kecepatan lari 100 meter. Dari

hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 = 12,291 yang lebih

besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini artinya hipotesis nol

(H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan antara siswa yang memiliki panjang tungkai

panjang dan panjang tungkai pendek terdapat perbedaan yang signifikan terhadap

kecepatan lari 100 meter pada siswa ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Pengaruh interaksi faktor utama penelitian dalam bentuk interaksi dua

faktor menunjukkan ada interaksi antara model metode latihan dan panjang

tungkai. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai F0 = 15,451 ternyata lebih besar

dari Ft = 4,11 (F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5% sehingga H0 ditolak. Dengan

demikian dapat disimpulkan, metode latihan dan panjang tungkai memiliki

pengaruh interaksi terhadap kecepatan lari 100 meter.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut

mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya.

Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga simpulan yaitu: (1) ada

perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan dengan acceleration

sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada cabang atletik

pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2011/2012. (2) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara panjang tungkai

panjang dan panjang tungkai pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa

putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.

(3) ada pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap

kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Simpulan analisis tersebut dapat dipaparkan

secara rinci sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Antara Acceleration Sprint Dan

Repetition Sprint Terhadap Kecepatan Lari 100 meter.

Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan, ada perbedaan

pengaruh antara acceleration sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan larii

100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria1 Sukohajo Tahun

Pelajaran 2011/2012. Kelompok siswa yang diberi perlakuan dengan acceleration

sprint mempunyai peningkatan lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa

yang diberi perlakuan dengan repetition sprint.

Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0

sebesar 6,441 > Ft 4,11. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada

perbedaan pengaruh antara metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint

terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina

Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012, dapat diterima kebenarannya.

2. Perbedaan Pengaruh Antara Panjang Tungkai panjang Dan Panjang

Tungkai Pendek Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter

Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan, ada perbedaan

pengaruh antara panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap

kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Siswa yang memiliki panjang tungkai

tinggi memiliki kecepatan lari yang lebih baik daripada siswa yang memiliki

panjang tungkai pendek.

Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0

12,291> Ft 4,11. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan

pengaruh antara panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap

kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1

Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012, dapat diterima kebenarannya.

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50 3. Pengaruh Interaksi Antara Metode Latihan Dan Panjang Tungkai

Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter

Tampak ada interaksi secara nyata antara kedua faktor utama

penelitian. Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah

tabel sebagai berikut:

Tabel 10. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Kecepatan Lari 100 Meter

Accaleration Sprint (A1)

Repetition Sprint (A2)

Rerata

Panjang Tungkai Panjang (B1) 1,09 0,55 0,82 Panjang Tungkai Pendek (B2) 0,46 0,58 0,52

Rerata 0,78 0,57 0,67

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan, dalam menerapkan metode latihan

kecepatan lari perlu mempertimbangkan panjang tungkai yang dimiliki siswa.

Siswa yang memiliki panjang tungkai panjang lebih cocok diberi latihan dengan

acceleration sprint, hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat tabel pengaruh

sederhana, pengaruh utama dan interaksi faktor utama terhadap peningkatan

kecepatan lari pada kelompok A1B1 yang menunjukkan hasil 1,09 lebih baik

hasilnya daripada kelompok A2B1 dengan hasil 0,5.5 Sedangkan siswa yang

memiliki panjang tungkai pendek lebih cocok diberi latihan dengan repetition

sprint, hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat tabel melihat tabel pengaruh

sederhana, pengaruh utama dan interaksi faktor utama terhadap peningkatan

kecepatan lari yang menunjukkan bahwa kelompok A2B2 dengan hasil 0,58 lebih

baik hasilnya daripada kelompok A1B2 dengan hasil 0,46. Karena siswa yang

memiliki panjang tungkai tinggi memiliki peningkatan kecepatan lari yang lebih

besar lebih besar daripada siswa yang memiliki panjang tungkai pendek sebesar

0,67. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada interaksi antara metode

latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra

ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012, dapat

diterima kebenarannya.

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan dengan acceleration sprint dan

repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra

ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 SukoharjoTahun Pelajaran 2011/2012. (nilai

Fo 6,44 > Ft 4,11).

2. Ada perbedaan pengaruh antara panjang tungkai panjang dan panjang tungkai

pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler

SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. (nilai Fo 12,29 > Ft

4,11).

3. Ada interaksi antara metode latihan dengan pendekatan metode latihan dan

panjang tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra

ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012..

(nilai Fo 15,45 > Ft 4,11).

a. Siswa yang memiliki panjang tungkai panjang lebih cocok diberi metode

latihan dengan metode latihan dengan acceleration sprint.

b. Siswa yang memiliki panjang tungkai pendek lebih cocok diberi metode

latihan dengan metode latihan dengan repetition sprint.

B. Implikasi

Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide

yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar

simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:

1. Secara umum dapat dikatakan bahwa metode latihan kecepatan dengan

acceleration sprint dan repetition sprint serta panjang tungkai merupakan

variabel-variabel yang dapat mempengaruhi peningkatan kecepatan lari 100

meter.

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN ......dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya bersedia menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52 2. Metode latihan kecepatan dengan acceleration sprint memberi pengaruh yang

lebih baik daripada metode latihan repetition sprint terhadap kecepatan lari

100 meter. Hal ini karena, sampel yang digunakan adalah pemula, sehingga

secara teknik maupun kondisi fisik belum baik, sehingga metode latihan

acceleration sprint sesuai diberikan untuk siswa pemula.

3. Perbedaan panjang tungkai merupakan variabel yang mempengaruhi

peningkatan keccepatan lari. Siswa yang memiliki panjang tungkai tinggi lebih

cocok diberi metode latihan dengan acceleration sprint. Siswa yang memiliki

panjang tungkai pendek lebih cocok diberi metode latihan dengan repetition

sprint.

C. Saran

Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang

ditimbulkan, maka kepada guru Penjas di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo,

disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Upaya untuk meningkatkan kemampuan sprint 100 meter harus diterapkan

metode latihan yang tepat agar diperoleh peningkatan keterampilan yang

optimal.

2. Untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter dapat diterapkan metode latihan

dengan menggunakan acceleration sprint dan repetition sprint untuk

mengoptimalkan kemampuan siswa.

3. Bagi siswa SMK Bina Patria 1 Sukoharjo hendaknya selalu tekun dan

senantiasa melakukan latihan yang optimal agar kemampuan olahraga

khususnya kemampuan lari 100 meter.