Upload
truongdan
View
252
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA
INOVATIF UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI
TEMBANG MACAPAT SISWA KELAS IV
SD NEGERI 01 NGEPUNGSARI
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
ARGITA IMANNING TYAS
K7108091
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Argita Imanning Tyas
NIM : K7108091
Jurusan/Program Studi : FKIP/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK
MENINGKATKAN APRESIASI TEMBANG MACAPAT SISWA KELAS
IV SD NEGERI 01 NGEPUNGSARI TAHUN 2011/2012” ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Argita Imanning Tyas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA
INOVATIF UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI
TEMBANG MACAPAT SISWA KELAS IV
SD NEGERI 01 NGEPUNGSARI
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
ARGITA IMANNING TYAS
K7108091
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Lies Lestari, M.Pd Matsuri, M.Pd
NIP. 19540327198103 2 001 NIP. 19790323 200212 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapat gelar sarjana Pendidikan.
Hari : Kamis
Tanggal : 19 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd
Anggota I : Dra. Lies Lestari, M. Pd
Anggota II : Matsuri, M. Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
a.n Dekan
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Argita Imanning Tyas. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARANEKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK MENINGKATKANAPRESIASI TEMBANG MACAPAT SISWA KELAS IV SD NEGERI 01NGEPUNGSARI TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan apresiasi tembangmacapat melalui pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatifpada siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari tahun ajaran 2011/2012 denganmenerapkan pemecahan masalah, membimbing proses kreatif,mengkomunikasikan hasil, dan apresiasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakankelas (PTK) sebanyak dua siklus yaitu enam kali pertemuan. Setiap siklus terdiridari tiga kali pertemuan. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaituperencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitianadalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari tahun ajaran 2011/2012sebanyak 20 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi,wawancara, dan tes. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dantriangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisisinteraktif dan diskriptif komparatif.
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan apresiasi tembangmacapat setelah diadakan tindakan kelas dengan pengembangan modelpembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif. Peningkatan rata-rata apresiasi tembangmacapat tersebut yaitu: pada keadaan awal adalah 73,7 kemudian meningkat padasiklus I menjadi 76,8 dan pada siklus II meningkat menjadi 82,2. Sebelumdilaksanakan penelitian, siswa yang memperoleh nilai apresiasi tembang macapatyang mencapai KKM ≥75 sebanyak 8 siswa (40%), pada siklus I menjadi i4 siswa(70%), dan pada siklus II meningkat menjadi 18 siswa (90%).
Simpulan dari penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaranEkspresi Estetika Inovatif dapat digunakan untuk meningkatkan apresiasi tembangmacapat siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari Tahun Ajaran 2011/2012.
Kata kunci : pemecahan masalah, membimbing proses kreatif,mengkomunikasikan hasil, apresiasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Argita Imanning Tyas. DEVELOPING INNOVATIVE AESTHETICEXPRESSION MODEL OF LEARNING TO IMPROVE GRADE IVSTUDENT’S APPRECIATION OF TEMBANG MACAPAT IN SDN 01NGEPUNGSARI ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis, Teacher Training andEducation Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta, July 2012.
The purpose in this research is to increase the appreciation of tembangmacapat through the developing innovative aesthetic expression model of learningon the fourth grade student in SDN 01 Ngepungsari academic year 2011/2012byapplying problem solving, guiding creative process, communicating results, andapreciation.
Method that used in this research is class action research (CAR) as muchas two cycle that is six meetings. Every cycle consist of three times meetings. Thisresearch prosedur consist of four stages that are planning, action execution,observation, and reflection. The subjects in this research is the fourth gradestudents of SDN 01 Ngepungsari academic year 2011/2012 as much as 20 studentthat consist of 9 men students and 11 woman students. The data collectingtechnique that used is observation, documentation, interview, and test. The datavalidity that used is triangulating data and triangulating method. The data analysistechnique that used is interactive model and discriptive comparative.
Result of this research showed that there is improvement of tembangmacapat appreciation, after implementing the classroom action research withdeveloping innovative aesthetic expression. The improvement of the averagetembang macapat appreciation that is: in beginning condition is 73,7, then in thefirst cycle increase to became 76,8, and in the second cycle increase again tobecame 82,2. Before carried out, student that get value tembang macapatappreciation achieves KKM ≥75 as much as 8 students (40%), in the first cycle is14 student (70%), and in the second cycle increase to became 18 students (90%).
Concluded of this research is developing innovative aesthetic expressioncan be used to increase tembang macapat appreciation in the fourth grade studentof SD Negeri 01 Ngepungsari on academic year 2011/2012.
Keyword : problem solving, guiding creative process, communicating results, andapreciation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Suatu ilmu dapat bermanfaat bukan karena kehebatan ilmu ataupun penemunya,
melainkan manfaat ilmu tersebut bagi masyarakat umum
dan penerapannya yang sesuai.
(Albert Einstein)
Manusia tidak merancang untuk gagal, tetapi gagal untuk merancang
(William J. Siegel)
Hidup memerlukan pengorbanan, pengorbanan memerlukan perjuangan,
perjuangan memerlukan ketabahan, ketabahan memerlukan keyakinan, keyakinan
pula menentukan kejayaan, kejayaan juga yang akan menentukan kebahagiaan.
(Argita Imanning Tyas)
“Nguri-uri kabudayan Jawi iku wajib kanggone wong
kang tumrap ing tanah Jawi”
(Argita Imanning Tyas)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
“Bapak dan Ibuku Tercinta”
Terimakasihku atas do’a yang tulus, kasih sayang yang tiada putus, serta
pengorbanan yang tiada henti. Tiada kata seindah do’a yang keluar darimu
untukku.
“Adikku (Idha Arrum Fidinning Tyas)”
Yang telah banyak membantuku selama penelitian berlangsung dan
semangat yang engkau berikan.
“PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta”
Almamaterku tercinta yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi masa
depanku yang cerah.
“Mahasiswa PGSD FKIP UNS Kelas A angkatan 2008”
Terima kasih atas motivasi, bantuan, dan dukungannya.kalian selalu
memberikan arti dalam hidupku dan selalu membuatku tersenyum dalam
menghadapi apapun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif untuk
Meningkatkan Apresiasi Tembang Macapat Siswa Kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari Tahun Ajaran 2011/2012” guna memenuhi persyaratan mendapat
gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam menyusun skripsi ini, tentunya penulis tidak lepas dari bimbingan,
arahan, petunjuk, dukungan dan saran–saran dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini peneliti dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Lies Lestari, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Matsuri, M. Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen PGSD yang telah memberikan arahan dan motivasi
kepada penulis.
7. Sulasiningsih, S. Pd selaku Kepala SD Negeri 01 Ngepungsari, Kecamatan
Jatipuro, Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan izin kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri 01 Ngepungsari.
8. Bapak dan Ibu guru, beserta siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari,
Jatipuro, Karanganyar yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada
penulis.
9. Para siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari yang telah bersedia dan
berpartisipasi dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar hasil penelitian ini bisa lebih bermanfaat bagi penulis sendiri
khususnya, serta pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK........................................................................ vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... x
DAFTAR ISI.......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv
DAFTAR TABEL.................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah....................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .......................................................... 7
1. Hakikat Apresiasi Tembang Macapat ..................... 7
2. Hakikat Model Pembelajaran Ekspresi Estetika
Inovatif .................................................................... 19
B. Penelitian yang Relevan ............................................... 27
C. Kerangka Berpikir ....................................................... 29
D. Hipotesis Tindakan........................................................ 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... 31
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ....................................... 31
C. Subjek dan Objek Penelitian ........................................ 33
D. Sumber Data ................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 33
F. Validitas Data ............................................................... 35
G. Teknik Analisis Data..................................................... 36
H. Indikator Kinerja ........................................................... 38
I. Prosedur Penelitian ....................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................. 55
B. Deskripsi Pratindakan .................................................... 56
C. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................. 59
1. Tindakan Siklus 1..................................................... 59
2. Tindakan Siklus II .................................................... 77
D. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................... 95
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan.......................................................................... 101
B. Implikasi .......................................................................... 101
C. Saran ................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 105
LAMPIRAN........................................................................................... 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir .................................................. 29
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ..................................... 31
Gambar 3.2 Model Analisis Interaktif ............................................... 37
Gambar 3.3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................. . 38
Gambar 4.1 Grafik Nilai Apresiasi Tembang Macapat Sebelum
Tindakan ....................................................................... . 56
Gambar 4.2 Grafik Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siklus I ...... . 66
Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Hasil Apresiasi Tembang
Macapat Sebelum Tindakan dengan Siklus I ............... . 73
Gambar 4.4 Grafik Nilai Apresiasi Tembang Macapat ................... . 84
Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Hasil Apresiasi Tembang
Macapat Siklus I dengan Siklus II ............................... . 91
Gambar 4.6 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Apresiasi
Tembang Macapat dan Ketuntasan Klasikal Sebelum
Tindakan, Siklus I, dan Siklus II .................................. . 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Apresiasi
Tembang Macapat............................................................. 16
Tabel 3.2 Indikator Ketercapaian Tujuan ......................................... 37
Tabel 4.1 Nilai Apresiasi Tembang Macapat Semester I ………… .
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Apresiasi Tembang Macapat
Sebelum Tindakan .......................................................... . 56
Tabel 4.3 Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siklus I …………… .
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Apresiasi Tembang Macapat
Siklus I ............................................................................ . 66
Tabel 4.5 Perkembangan Hasil Apresiasi Tembang Macapat
Sebelum Tindakan dengan Siklus I ................................ . 73
Tabel 4.6 Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siklus II …………... . 86
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Apresiasi Tembang Macapat
Siklus II ............................................................................ 83
Tabel 4.8 Perkembangan Hasil Apresiasi Tembang Macapat
Siklus I dengan Siklus II ................................................. . 91
Tabel 4.9 Nilai Rata-rata Apresiasi Tembang Macapat dan
Persentase Ketuntasan Klasilkal Sebelum Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II ....................................................... 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Alokasi Waktu Penelitian ....................................................... 109
Lampiran 2. Lembar Wawancara dengan Guru Sebelum
Menggunakan Pengembangan Model Pembelajaran
Ekspresi Estetika Inovatif (pra-siklus) ................................... 110
Lampiran 3. Lembar wawancara dengan Siswa Sebelum
Menggunakan Pengembangan Model Pembelajaran
Ekspresi Estetika Inovatif (pra-siklus) ................................... 112
Lampiran 4. Daftar Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siswa Kelas
IV SD Negeri 01 Ngepungsari Semester I Sebelum
Tindakan................................................................................. 114
Lampiran 5. Silabus Pembelajaran Bahasa Jawa ........................................ 115
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Pertemuan I ..................................................................... ......117
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Pertemuan II ........................................................................... 135
Lampiran 8. Rencana Kegiatan Siklus I Pertemuan III .............................. 150
Lampiran 9. Soal Evaluasi siklus I.............................................................. 151
Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Pertemuan I............................................................................. 159
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Pertemuan II ........................................................................... 176
Lampiran 12. Rencana Kegiatan Siklus II Pertemuan III ............................. 191
Lampiran 13. Soal Evaluasi Siklus II............................................................ 192
Lampiran 14. Daftar Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siswa Kelas
IV SD Negeri 01 Ngepungsari pada Siklus I..........................198
Lampiran 15. Daftar Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siswa Kelas
IV SD Negeri 01 Ngepungsari pada Siklus II ........................199
Lampiran 16. Pedoman Penilaian Kemampuan Guru ..................................200
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 17. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus I
Pertemuan ke-1.......................................................................216
Lampiran 18. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus I
Pertemuan ke-2.......................................................................219
Lampiran 19. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus I
Pertemuan ke-3.......................................................................222
Lampiran 20. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus II
Pertemuan ke-1.......................................................................225
Lampiran 21. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus II
Pertemuan ke-2.......................................................................228
Lampiran 22. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus II
Pertemuan ke-3.......................................................................231
Lampiran 23. Pedoman Penilaian Aktivitas Siswa .......................................234
Lampiran 24. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan
I...............................................................................................235
Lampiran 25. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan
II .............................................................................................237
Lampiran 26. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Pertemuan I.............................................................................239
Lampiran 27. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Pertemuan II ...........................................................................241
Lampiran 28. Rubrik Penilaian Psikomotorik Apresiasi Tembang
Macapat Siswa Kelas IV ........................................................243
Lampiran 29. Lembar Penilaian Psikomotorik Apresiasi Tembang
Macapat Siswa Kelas IV Siklus IPertemuanIII ......................246
Lampiran 30. Lembar Penilaian Psikomoorik Apresiasi Tembang
Macapat Siswa Kelas IV Siklus IIPertemuan III....................248
Lampiran 31. Lembar Wawancara dengan Guru Setelah
Menggunakan Pengembangan Model Pembelajaran
Ekspresi Estetika Inovatif .......................................................250
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 32. Lembar Wawancara dengan Siswa Setelah
Menggunakan Pengembangan Model Pembelajaran
Ekspresi Estetika Inovatif .......................................................252
Lampiran 33. Rekapitulasi Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siswa
Kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari ………………... .........254
Lampiran 34. Contoh Foto Pelaksanaan Tindakan ............................. .........255
Lampiran 35. Surat Perijinan ………………………………………. .........257
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Jawa di Sekolah Dasar merupakan bagian dari kurikulum Muatan
Lokal (Mulok) terdiri dari beberapa standar kompetensi diantaranya
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra di Sekolah
Dasar yang merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan mata pelajaran
tersebut. Mengingat adanya era globalisasi di zaman sekarang ini mendukung
merosotnya moralitas anak bangsa. Kemajuan peradaban yang melaju pesat akhir-
akhir ini sangat berpengaruh pada perubahan tingkah laku sosial masyarakat
lingkup paling kecil sampai tingkat bangsa dan negara. Demikian pula yang
terjadi dengan masyarakat Jawa, kemajuan teknologi mampu merubah pola pikir
yang pada waktu lalu menjunjung tinggi nilai kebersamaan tetapi sekarang
berubah menjadi masyarakat yang mempunyai kecenderungan sifat
individualistis.
Di bidang pendidikan, orang menganggap pengetahuan-pengetahuan
berorientasi pada kepandaian berpikir logis dan matematis lebih utama jika
dibandingkan pengetahuan tentang estetis, misalnya seni dan Bahasa Jawa,
sehingga penghargaan terhadap sesuatu yang sifatnya estetis jauh lebih memadai.
Kurniatun berpendapat pula mengenai penghargaan terhadap budaya bangsa
sendiri yang kian luntur dan memudar warnanya. Bahasa dan seni menjadi asing
dan kadang tidak dikenal sama sekali. Fakta tersebut mengakibatkan usaha-usaha
melestarikan budaya bangsa menjadi sangat tertatih-tatih bahkan hampir lumpuh.
Di satu sisi pemerintah menganggap budaya bangsa khususnya bahasa Jawa
adalah sesuatu yang tinggi nilainya, namun di sisi lain usaha ke arah apresiasi
yang benar dan wajar kurang maksimal, meskipun penanaman apresiasi sudah
dilakukan pada masyarakat yang paling dasar yaitu melalui pendidikan dari yang
paling dasar sekalipun (2005). Bahasa Jawa di Sekolah Dasar dituntut untuk
mengembangkan watak pribadi peserta didik yang bermoral dan tidak melupakan
budaya yang adi luhung yang salah satunya terdapat dalam pembelajaran Bahasa
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Jawa adalah tembang macapat. Selain sebagai budaya, macapat merupakan suatu
karya seni dimana macapat berhubungan dengan seni suara atau vokal. Oleh
karena itu dalam melaksanakan pembelajaran tembang macapat di Sekolah Dasar
tidak dapat terlepas dari pendidikan seni.
Pembelajaran Bahasa Jawa memiliki peranan dalam pembentukan pribadi
atau sikap mental peserta didik yang harmonis. Hal ini dikarenakan pembelajaran
Bahasa Jawa memfokuskan diri pada kebutuhan perkembangan anak dalam
mencapai kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial. Kecerdasan emosional
dicapai dengan beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan
sensitivitas dan apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya
dalam mata pelajaran Bahasa Jawa, salah satunya adalah tembang macapat, serta
kompetensi untuk mengekspresikannya. Kecerdasan sosial dicapai melalui:
membina dan memupuk hubungan timbal balik; demokratis; empatik dan
simpatik; menjunjung tinggi hak asasi manusia; ceria dan percaya diri;
menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; serta berwawasan
kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara (Sayuti,
2003).
Berangkat dari hal tersebut, pembelajaran Bahasa Jawa khususnya
tembang macapat perlu ditingkatkan eksistensinya. Namun untuk melakukan hal
tersebut tidaklah mudah, hal ini dikarenakan kurangnya guru Sekolah Dasar yang
berwawasan seni secara khusus. Yayah dan Atiqa (2004) mengatakan bahwa
“dalam penyampaian ragam macapat siswa kurang tertarik dan tidak
memperhatikan setiap jenis macapat yang diperdengarkan. Hal ini terjadi ada
beberapa kemungkinan diantaranya lagu macapat dalam irama ritmis, ambitus
anak yang diperdengarkan, dan ada beberapa materi tembang macapat yang
bahasanya sulit dimengerti” (hlm. 152).
Penyampaian materi tembang macapat idak terlepas dari factor budaya
dan seni. Pendidikan seni adalah pintu masuk untuk membentuk anak menjadi
makhluk sempurna. Dalam pendidikan seni anak akan terlatih dalam mengasah
kreativitas, kepekaan rasa musikal, estetis, sosial, toleransi, solidaritas, dan
sebagaianya. Bila kepekaan rasa telah terasah dengan baik maka emosi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
muncul akan terkendali sehingga anak dapat terarah dan mapan dalam bertindak.
Untuk mengasah kepekaan estetis anak, maka langkah paling sederhana yang
dapat dilakukan adalah mengajak mereka bermain (Kurniatun, 2005).
Kenyataan di lapangan terutama di Sekolah Dasar menunjukkan bahwa
kemampuan apresiasi tembang macapat masih kurang. Siswa kurang aktif dalam
pembelajaran Bahasa Jawa khususnya dalam Kompetensi Dasar apresiasi tembang
macapat. Hal ini juga terjadi pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siswa menyatakan bahwa
pembelajaran apresiasi tembang macapat masih dirasa sulit terutama untuk
melagukan tembang macapat. Hal ini karena siswa masih kurang paham dengan
materi tersebut. Adapun pembelajaran Bahasa Jawa yang dilakukan di kelas IV
SDN 01 Ngepungsari saat ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan belum
mendukung pencapaian hasil belajar. Pembelajaran Bahasa Jawa masih dominan
menggunakan metode ceramah dan metode drill yang berpusat pada guru. Metode
tersebut memang berhasil dalam kompetisi menghafal sejumlah informasi tapi
kurang berhasil dalam menyiapkan siswa memiliki kemampuan kritis, apresiatif,
kreatif, dan inovatif untuk mampu bersaing dan hidup kompetitif. Perolehan nilai
siswa pada apresiasi tembang macapat semester I masih kurang karena nilainya
tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari seluruh siswa kelas IV
yang berjumlah 20, ada 12 siswa (60%) yang nilainya tidak mencapai KKM ≥ 75
dari skala 100 (lampiran 4).
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan terdapat beberapa problem
pendidikan Bahasa Jawa di SD Negeri 01 Ngepungsari, antara lain: (1)
Pembelajaran Bahasa Jawa dianggap kurang begitu penting oleh sebagian
masyarakat maupun sekolah itu sendiri, Bahasa Jawa masih dipandang sebagai
mata pelajaran pelengkap; (2) Guru-guru mata pelajaran Bahasa Jawa terbawa
arus oleh persepsi yang salah terhadap hasil pendidikan, sehingga menganggap
bahwa siswa yang berhasil adalah siswa yang serba tahu tentang Bahasa Jawa itu
sendiri. Padahal tujuan utama mata pelajaran ini sebenarnya adalah pembentukan
sikap mental dan watak siswa. Dengan sendirinya model pembelajaran yang
diterapkan sekarang ini jelas menjadi tidak sesuai dengan tujuan mata pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Bahasa Jawa yang sebenarnya tersebut; (3) Lingkup kompetensi yang harus
dicapai cukup banyak yang meliputi: mendengarkan, membaca, menulis, dan
apresiasi sementara alokasi waktu sangat terbatas yaitu 2 jam per minggu; (4)
Terbatasnya kemampuan guru untuk menyampaikan mata pelajaran tersebut; (5)
Selama ini pembelajaran Bahasa Jawa masih belum banyak diperhatikan, baik
dalam aspek proses belajar mengajar, media dan bahan ajar maupun bentuk
penilaiannya; (6) Terbatasnya kemampuan guru untuk mampu memberdayakan
potensi lingkungan budaya dan potensi sekolah untuk mendukung pembelajaran
Bahasa Jawa terutama apresiasi tembang macapat.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional (Balitbang
Diknas) melakukan penelitian pengembangan model pembelajaran yang
berhubungan dengan pembelajaran seni budaya di Sekolah Dasar tahun 2008 yang
disebut Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif. Pengembangan model
pembelajaran tersebut merupakan pengembangan model pembelajaran inovatif,
diikuti dengan pengembangan perangkat pembelajarannya sebagai kelengkapan
penerapan di kelas. Strategi yang digunakan untuk mengembangkan model
pembelajaran tersebut mengadaptasi model siklus pengembangan instruksional
yang dikembangkan oleh Fenrich pada tahun 1997. Pengembangan model
pembelajaran ini meliputi fase analisis, perancangan, pengembangan, dan
implementasi. Fase evaluasi dan revisi merupakan kegiatan berkelanjutan
dilakukan pada tiap fase di sepanjang siklus. Selanjutnya Balitbang Diknas
menyatakan bahwa pembelajaran ekspresi estetika mengukur dampak
pembelajaran terhadap perubahan kemampuan psikomotorik dan sikap kreatif
(2008). Yang paling menarik dan membuat peneliti menggunakan hasil
pengembangan model tersebut adalah karena di dalam strategi atau langkah-
langkah pembelajarannya terdapat salah satu komponen yang penting
berhubungan dengan masalah yang akan diperbaiki yaitu apresiasi. Jadi dalam
setiap pembelajaran siswa diwajibkan untuk melakukan apresiasi sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. Sehingga dapat meningkatkan
kemampuan apresiasi siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pembelajaran ekspresi estetika digunakan dalam penelitian ini untuk
meningkatkan apresiasi siswa dalam melagukan tembang macapat.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti berharap guru dalam
memberikan pelajaran menggunakan model pembelajaran yang sesuai dan dapat
meningkatkan apresiasi tembang macapat siswa dalam pelajaran Bahasa Jawa.
Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut
dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
untuk Meningkatkan Apresiasi Tembang Macapat Siswa Kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Perumusan Masalah
Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian,
dibawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,
yaitu :
Apakah dengan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika
Inovatif dapat meningkatkan apresiasi tembang macapat siswa kelas IV SDN 01
Ngepungsari tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi tembang macapat
siswa kelas IV SDN 01 Ngepungsari tahun ajaran 2011/2012 dengan
pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat
teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
a. Menambah khasanah ilmu tentang apresiasi tembang macapat.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi pembelajaran
yang inovatif bagi peneliti lain mengenai model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam melakukan
apresiasi tembang macapat.
2) Mengembangkan kreatifitas yang dimiliki siswa dalam melagukan
tembang macapat.
3) Meningkatkan nilai apresiasi dan penghargaan terhadap budaya
Jawa, khususnya tembang macapat.
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kualitas kerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran apresiasi tembang macapat.
2) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran
apresiasi tembang macapat dengan adanya pengembangan model
pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif.
3) Sebagai sarana untuk membina kreativitas siswa dalam
mengapresiasikan tembang macapat.
4) Mewujudkan pembelajaran apresiasi tembang macapat yang
inovatif.
c. Bagi sekolah
1) Meningkatnya kualitas sekolah dalam pembelajaran Bahasa Jawa
khususnya tembang macapat.
2) Melalui pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika
Inovatif sekolah dapat memperoleh bibit-bibit siswa yang pandai
dalam pelajaran Bahasa Jawa dan siswa yang terampil melagukan
tembang macapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Apresiasi Tembang Macapat
a. Pengertian Apresiasi
Apresiasi di Sekolah Dasar merupakan suatu kompetensi yang wajib
dimiliki oleh siswa. Apresiasi terdapat pada Kompetensi Dasar pembelajaran
Bahasa Jawa. Namun demikian pengertian apresiasi sangat beragam, seperti
diungkapkan oleh beberapa ahli, diantaranya Aminuddin (2009) mengungkapkan
apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti mengindahkan atau
menghargai. Dalam Bahasa Inggris appreciate yang berarti “menyadari,
memahami, dan menilai”. Ketika dibedakan menjadi appreciation yang artinya
“penghargaan, pemahaman, dan penghayatan” (hlm. 34). Sedangkan Dick
Hartoko (1987) mengartikan “apresiasi sebagai penghargaan. Apresiasi sastra
adalah penghargaan karya sastra. Apresiasi berarti mengenal, memahami,
menikmati dan menilai” (hlm. 3).
Apresiasi merupakan suatu penghargaan terhadap karya seni. Hal ini
dapat dikaitkan dengan kesimpulan seorang peneliti yang menyatakan “apresiasi
biasanya dikaitkan dengan seni” (Waluyo, 2001: 44). Begitu juga Sukarya (2008)
berpendapat “apresiasi dapat juga diartikan berbagi pengalaman antara penikmat
dan seniman, bahkan ada yang menambahkan, menikmati sama artinya dengan
menciptakan kembali” (hlm. 5.1).
Apresiasi dapat diartikan sebagai suatu pendekatan dari diri penikmat terhadapsuatu karya seni pada umumnya. Cakupan apresiasi amatlah luas, meliputiberbagai aspek kehidupan manusia, khususnya yang mengandung nilai padatingkatan yang lebih tinggi, seperti kesenian (lukis, musik, sastra, tari, dan lain-lain), budi pekerti, dan kehidupan beragama. (Yus Rusyana,1979: 23).
Mengenai apresiasi, Soedarso berpendapat bahwa “apresiasi adalah
mengerti dan menyadari sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi
sensitif terhadap segi-segi estetiknya sehingga mampu menikmati dan menilai
karya tersebut dengan semestinya” (1990: 5).
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Sedangkan Dharsono (2005) mengungkapkan apresiasi seni merupakan
proses sadar yang dilakukan peghayat dalam menghadapi dan menghargai karya
seni. Apresiasi tidak sama dengan penikmatan, mengapresiasi adalah proses
pengenalan nilai karya seni untuk menghargai, dan menafsirkan makna (arti) yang
terkandung di dalamnya (hlm. 38).
Pendapat lain mengenai apresiasi juga dikemukakan oleh Hardy (2005)
yang mengungkapkan “seseorang yang appreciate terhadap sesuatu maka orang
tersebut menikmati (enjoy) sesuatu tersebut (enjoyment)” (hlm. 15), dan Dewey
(2001) yang menyatakan bahwa “apresiasi dapat dimaknai sebagai menikmati
suatu pengalaman atau kesenangan (enjoyment) terhadap sesuatu” (hlm. 248).
Pendidikan Seni yang berkaitan dengan apresiasi, Sukarya
mengungkapkan secara umum apresiasi seni atau mengapresiasi karya seni
berarti, mengerti sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif
terhadap segi-segi estetikanya. Apresiasi dapat juga diartikan berbagi pengalaman
antara penikmat dan seniman, bahkan ada yang menambahkan, menikmati sama
artinya dengan menciptakan kembali. Tujuan pokok penyelenggaraan apresiasi
seni adalah menjadikan masyarakat "melek seni" sehingga dapat menerima seni
sebagaimana mestinya. Dengan kata-kata yang lebih lengkap, apresiasi adalah
kegiatan mencerap (menangkap dengan pancaindera), menanggapi, menghayati
sampai kepada menilai sesuatu (dalam hal ini karya seni) (2008).
Sependapat dengan Sukarya, Tom Barone&Liora Bresler (2005) dalam
International Journal of Education & the Arts menyatakan bahwa: “Art
Appreciation is a course designed to teach students to write and speak about the
content, form, and contexts of visual art”. Apresiasi Seni adalah program yang
dirancang untuk mengajarkan siswa untuk menulis dan berbicara tentang bentuk,
isi, dan konteks seni rupa.
Seorang pengamat perkembangan seni, Yayah (2004) mengungkapkan
bahwa “peristiwa apresiasi adalah perenungan tentang “pengertian” yang
diinterpretasikan, mempersoalkan interpretasi, menimbangnya dengan fakta-fakta
lain, mempertimbangkan kebenaran, dan sampai dimana maknanya” (hlm. 133).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Sedangkan rekannya mendefinisikan apresiasi sebagai dicapainya kemampuan
untuk memahami kesenian dengan penuh pengertian (Atiqa, 2004).
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, terdapat berbagai makna dari
apresiasi, tergantung darimana kita melihat apresiasi tersebut. Secara garis besar,
yang disebut sebagai apresiasi adalah suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan
suatu pemahaman, pemanfaatan, ketertarikan, kesenangan, perhatian, dan
partisipasi.
b. Apresiasi untuk Siswa SD
Telah dipaparkan di depan bahwa apresiasi merupakan salah satu
Kompetensi yang harus dicapai oleh siswa Sekolah Dasar (SD). Yus Rusyana
menjelaskan bahwa apresiasi terdiri atas tiga tingkatan, yaitu tingkat pertama
terjadi apabila seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam karya itu
dengan terlibat secara intelektual, emosional, dan imajinatif. Apresiasi tingkat
kedua adalah apabila daya intelektual pembaca lebih giat, dan mampu
memperoleh pengalaman yang lebih dalam serta kenikmatan yang lebih tinggi.
Pada tingkat ketiga, pembaca menyadari pula adanya hubungan antara karya
sastra itu dengan dunia di luarnya, sehingga pemahaman dan penikmatannya pun
dapat dilakukan secara lebih luas dan mendalam (1979).
Pendapat lain berkaitan dengan tahapan apresiasi dikemukakan Bastomi
(1981/1982) bahwa tahapan apresiasi, yaitu: kegiatan mengamati, kegiatan
menghayati, kegiatan mengevaluasi, dan kegiatan berapresiasi (Sukarya, 2008:
5.2).
1) Kegiatan Mengamati
Pada tahap kegiatan ini pengamat melakukan reaksi terhadap
rangsangan yang datang dari objek. Bentuk kegiatan yang dilakukan
pengamat berupa observasi, meneliti dan menganalisa, menilai objek,
sehingga terjadi tanggapan tentang objek itu.
2) Kegiatan Menghayati
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan penghayat adalah
mengadakan seleksi terhadap objek sehingga terjadi proses penyesuaian
antara nilai yang terkandung di dalam objek dengan hasil pengamatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dilakukan oleh penghayat. Pada tahap ini penghayat dapat menerima nilai-
nilai estetis yang terkandung di dalam objek itu, namun demikian ada
kalanya penghayat menerimanya tanpa kesadaran dan tanpa kritik, sehingga
seluruh objek diterima sepenuhnya.
3) Kegiatan Berapresiasi
Pada tahap kegiatan berapresiasi perasaan seseorang telah tergetar
oleh seni dan hanyut bersama-sama seni itu. Apresiator merasa bahwa
dirinya berada di dalam karya itu, artinya ia seakan-akan merasakan sendiri
apa yang dirasakan oleh pencipta dapat memproyeksikan diri ke dalam
bentuk hasil seni, perasaannya ditentukan oleh apa yang diketemukan di
dalamnya.
Metodologi yang dikembangkan di kelas adalah pengalaman praktik dan
apresiasi siswa. Pengalaman praktik ini terkait dengan proses kreatif siswa dalam
merespon stimulus yang diberikan guru. Pengalaman apresiasi siswa diperoleh
melalui pengamatan, analisis, dan evaluasi terhadap materi yang disajikan oleh
guru secara audio-visual (Yayah, 2004: 126).
Jadi apresiasi untuk siswa sekolah dasar yaitu sampai tahapan atau
tingkatan ketiga yaitu apresiasi tingkat dasar. Dimulai dari melihat atau
mengamati hingga siswa dapat mengapresiasi atau memberikan penilaian terhadap
suatu karya yaitu tembang macapat.
c. Pengertian Tembang Macapat
Tembang macapat merupakan suatu bentuk karya seni yang terdapat pada
zaman nenek moyang kita saat masa-masa sebelum kemerdekaan. Banyak tokoh-
tokoh masyarakat yang menciptakan suatu karya seni yang berkembang di
Indonesia yang berkembang hingga saat ini bahkan dijadikan sebagai kebudayaan
bangsa yaitu tembang macapat. Berkaitan dengan hal tersebut pengertian tembang
macapat muncul dari beberapa ahli diantaranya Saputra (2001) menyebutkan,
“macapat adalah suatu bentuk puisi Jawa yang menggunakan bahasa Jawa baru,
diikat oleh persajakan yang meliputi guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu”
(hlm. 121). Di sisi lain, Soetarno (mengutip pendapat R. Tanojo) dalam bukunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
yang berjudul “Kumpulan Makalah tentang Budaya Nusantara” mengaakan
“macapat lagu adalah serat waosan ke empat yang lebih dikenal dengan nama
macapat atau sekar Alit” (2007: 6). Bisa juga macapat menjadi maca papat-papat
yang artinya dibaca setiap empat suku kata, Mardimin menyatakan bahwa
tembang macapat berasal dari kata maca+cepat yang artinya dibaca cepat (1990).
1) Macam-macam Tembang Macapat
Jenis tembang tergolong dalam tembang macapat terdapat 11
macam, yaitu: Dhandhanggula, Sinom, Asmaradana, Pangkur, Pocung,
Kinanthi, Mijil, Gambuh, Durma, Megatruh, dan Maskumambang.
(Darsono, 1955: 4)
Menurut Waluyo (menuliskan pendapat dari Padmosoekotjo)
tembang macapat mulanya ada sembilan macam, yaitu: Mijil, Kinanthi,
Sinom, Asmaradana, Durmo, Dhandhanggula, Pangkur, Maskumambang,
dan Pocung. Sekarang telah bertambah dimana ada 2 tembang tengahan
yang dimasukkan dalam golongan tembang macapat yaitu: Gambuh dan
Megatruh (1995: 1).
Selanjutnya Mardimin dalam bukunya “Sekitar Tembang Macapat”
berkata menurut pengertian yang tersebar di masyarakat (termasuk di
kalangan pendidikan), tembang Macapat ada 11 (sebelas) macam, yaitu :
Dhandhanggula, Sinom, Kinanthi, Asmaradana, Pangkur, Mijil, Pocung,
Durma, Maskumambang, Megatruh, dan Gambuh (2007).
2) Sifat/watak Tembang Macapat
Sadjijo Prawiraisastra (1991) menjelaskan bahwa adanya
bermacam-macam nama tembang, macapat itu pertanda bahwa penggunaan
pupuh tembang itu tidak boleh sekehendak hati, melainkan harus
disesuaikan dengan sifat/watak tembang (pupuh tembang) tersebut (hlm.
402-425). Secara tradisional, sifat/watak tembang itu dikatakan :
a) Pocung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Berwatak sesuka hati, lucu, menggelikan. Cocok untuk
menggambarkan hal-hal yang menggelikan dan kurang
kesungguhan.
b) Gambuh
Kekeluargaan, familier, sumadulur. Cocok untuk pengungkapan
hal-hal yang bersifat kekeluargaan, nasehat, kependidikan,
kesungguhan hati.
c) Pangkur
Bergairah, keras hati, marah. Cocok untuk pemberian nasehat yang
keras, cinta kasih berapi-api, cerita yang bernada keras.
d) Durma
Bersikeras, marah, bergairah. Cocok untuk mengungkapkan
kemarahan, rasa jengkel, cerita peperangan.
e) Maskumambang
Sedih, iba hati, menyesal. Cocok untuk melukiskan perasaan sedih,
memilukan dan penyesalan.
f) Megatruh
Sedih, prihatin, menyesal. Cocok untuk penggambaran hal-hal yang
mengandung rasa sedih, kecewa, dan penyesalan.
g) Mijil
Berwatak prihatin, cinta kasih. Cocok untuk pemaparan suasana
cinta kasih, keprihatinan, imbauan dan pengajaran.
h) Kinanthi
Bersifat senang, kasih sayang. Cocok untuk memberikan nasehat,
pemaparan kasih sayang, dan sebagainya.
i) Asmaradana
Kasih sayang, sedih, cinta asmara. Cocok untuk penggambaran hal-
hal yang mengandung rasa kasih sayang, asmara, dan sebagainya.
j) Sinom
Kasih sayang, lincah, tangkas. Cocok untuk hal-hal yang serba
lincah, melukiskan sifat kelincahan gerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
k) Dhandhanggula
Luwes, menyenangkan, menggembirakan. Cocok untuk
penggambaran berbagai hal/suasana.
3) Fungsi Tembang Macapat
Fungsi Sosial Tembang Macapat menurut Soetarno (2007)
a) Fungsi Penghayatan Estetika
Tembang macapat yang disajikan pada peristiwa tertentu / misalnya
dalam acara pernikahan atau seni pertunjukan akan memberikan
rasa keindahan bagi para pendengar.
b) Fungsi Hiburan
Tembang macapat tidak jarang dilagukan pada peristiwa dalam seni
pertunjukan seperti pertunjukan wayang.
c) Fungsi Komunikasi
Tembang macapat yang disajikan dalam seni pertunjukan tari,
legendarian, ketoprak, wayang kulit dalam bentuk palaran, adalah
merupakan wahana komunikasi antara tokoh-tokoh yang satu
dengan tokoh lain.
d) Fungsi sebagai Ungkapan Jatidiri
Upacara ruwatan di daerah Surakarta tidak jarang dilakukan dengan
cara melagukan tembang-tembang macapat seperti sekar
Dhandhanggula, Sinom dan sebagainya. Upacara ruwatan adalah
merupakan tingkah laku yang mempunyai kaitan dengan
kepercayaan tertentu. Dengan demikian upacara ruwatan dengan
tembang merupakan ungkapan jiwa seniman pelaku upacara yang
merupakan ungkapan jatidiri masyarakat pendukung budaya Jawa.
e) Fungsi sebagai Alat Propaganda
Lewat kesenian ternyata masyarakat lebih tertarik dan mudah
memahami pesan itu dan lebih efektif.
f) Fungsi sebagai Media Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Dalam siklus kehidupan manusia seperti dalam upacara kelahiran,
sepasaran, selapanan, perkawinan, midodareni, wetonan, sering
dilagukan tembang-tembang macapat yang syairnya/cakepannya
mengambil dari karya sastra seperti Wulangreh, Wedhatama,
Tripama dan sebagainya. Dengan demikian fungsi tembang di sini
adalah lebih pada fungsi pendidikan (hlm. 7).
4) Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu
a) Guru Gatra
Waluyo (1995) mengungkapkan guru gatra adalah tiap bait/pada
sekar macapat terdiri dari sejumlah gatra yang bersifat tetap bagi
“metrum” (nama pada) tembang yang sama (hlm. 6). Sutiman (2007)
guru gatra adalah kalimat lagu dari setiap baris (hlm. 3).
b) Guru Wilangan
Kurniatun (2005) menjelaskan bahwa guru wilangan adalah jumlah
suku kata pada setiap baris (hlm. 43). Waluyo (1995) mengatakan
bahwa guru wilangan ialah aturan jumlah suku kata dalam setiap
gatra pada sekar macapat tertentu (hlm. 6).
c) Guru Lagu
Sutiman (2007) menjelaskan guru lagu ialah jatuhnya suara (vokal a,
i, u, e, o) pada setiap akhir gatra (hlm. 3). Sedangkan Kurniatun
(2005) mengungkapkan guru lagu adalah bunyi vokal pada akhir
baris (hlm. 43).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tembang macapat terdiri
dari sebelas macam yang masing-masing memiliki watak tertentu dan mempunyai
banyak fungsi ataupun manfaat yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu, tembang macapat juga mempunyai tiga unsur di dalamnya yaitu
meliputi guru gatra, guru wilangan dan guru lagu. Ketiga unsur tersebut
merupakan unsur yang sangat penting dalam tembang macapat karena merupakan
patokan atau ancer-ancer dari suatu tembang macapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Pengertian Apresiasi Tembang Macapat
Berkaitan dengan apresiasi tembang macapat, Sutardjo (1991)
menjelaskan dalam pemberian materi pembacaan sastra kapujanggan yang berupa
tembang macapat, sesungguhnya seseorang terlibat dalam proses berpikir
(keterampilan menyimak) yang memungkinkannya secara mandiri mampu
menyanyikan tembang macapat sastra kapujanggan (keterampilan membaca),
keterlibatan dalam kegiatan diskusi (keterampilan berbicara), dan menganalisa
tembang macapat (keterampilan menulis) (hlm. 3).
Apresiasi mengenai tembang macapat bisa dilakukan hanya dengan
mendengarkan tembang macapat yang dilagukan. Bisa juga dilakukan dengan
melihat orang yang melagukan tembang macapat. Kemudian mengomentari
tembang macapat tersebut sesuai apa yang didengar. Apresiasi tertinggi dari
tembang macapat yaitu dengan melagukan tembang macapat itu sendiri.
Berkaitan dengan apresiasi tembang macapat, Rizanur Gani (1980)
mengemukakan bahwa :
Pembelajaran sastra kapujanggan bertujuan membina apresiasi sastra karyapara raja dan pujangga dalam istana sentris dan mengembangkan kearifanmenangkap berbagai isyarat kehidupan. Karena sastra dalam keutuhanbentuknya menyentuh perilaku kehidupan kaum terdidik yang dapat mewarnailiku-liku hidup yang bersangkutan. Cakupannya minimal meliputi empatmanfaat, yaitu (1) menunjang keterampilan berbahasa (bernyanyi), (2)meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan rasa karsa, dan (4)pembentukan watak (hlm. 2).
Hal tersebut relevan dengan UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun
2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan (merupakan) proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.
Apresiasi tembang macapat dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan dengan tujuan tertentu yang di dalamnya melibatkan suatu
pemahaman, pemanfaatan, ketertarikan, kesenangan, perhatian, dan partisipasi
mengenai tembang macapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
e. Pembelajaran Apresiasi Tembang Macapat di SD
Pembelajaran apresiasi tembang macapat di Sekolah Dasar terdapat pada
mata pelajaran Bahasa Jawa. Menurut Mulyana (dikutip dari Farida Nugrahani)
menjelaskan bahwa:
melalui pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa, siswa diharapkan tumbuhmenjadi manusia yang berkepribadian luhur, berbudipekerti halus, memilikirasa kemanusiaan yang tinggi, dan peka untuk mengapresiasi budayanyasehingga mampu menyalurkan gagasan, imajinasi dan ekspresinya secarakreatif dan konstruktif. Pembelajaran Bahasa Jawa dapat dimanfaatkan untukpeningkatan pengetahuan dan pemahaman budaya, baik lokal maupun global.Melalui pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa yang berwawasan multikultural,diharapkan dapat terbentuk lulusan yang mampu berpikir global namun tetapbertindak dengan karakteristik dan potensi lokal (think globally but act locally)(2008: 105).
Selain itu Sukarya (2008) menyatakan bahwa siswa SD memiliki
karakteristik melihat dunia secara holistik, memiliki minat, kemampuan dan cara
belajar yang spesifik (hlm. 11). Menurut Sarwiji Suwandi (2003), hasil
pendidikan yang demikian itu memiliki kualitas yang akan dapat
dipertanggungjawabkan baik secara lokal, nasional, maupun global (hlm. 2).
Sementara itu, menurut Budianta dkk (mengutip Danziger & Johnson), sastra
sebagai bentuk seni yang menggunakan medium bahasa, memiliki fungsi penting
dalam sosialisasi nilai-nilai budaya, moral, dan ideologi. Rosenblatt
(http://education.ua.edu. The University of Alabama) menambahkan bahwa tugas
sastra sebagai seni adalah menawarkan pengalaman yang unik tentang berbagai
model kehidupan. Melalui apresiasi sastra siswa dapat mengembangkan wawasan,
kepekaan perasaan dan pemahaman nilai- nilai kehidupan, sehingga tumbuh
kesadaran yang lebih baik terhadap diri dan masyarakat sekitarnya (2003: 7).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Jawa
di sekolah-sekolah sangatlah penting. Di Sekolah Dasar terdapat pelajaran Bahasa
Jawa yang masuk kurikulum Muatan Lokal dengan Standar Kompetensi yang
terdiri dari aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi
sastra. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian pada aspek apresiasi sastra
dengan materi tembang macapat. Berikut ini adalah SK dan KD yang harus
diajarkan di kelas IV semester II Sekolah Dasar :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Apresiasi Tembang
Macapat
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. MENDENGARKAN.
Mampu mendengarkan dan
memahami ragam wacana lisan
dalam berbagai ragam
bahasa(ngoko, kromo, dialek)
1.1 Mengapresiasi tembang macapat.
5. APRESIASI SASTRA.
Mampu mengapresiasi sastra jawa.
5.1 Mengapresiasi tembang macapat.
Materi tembang macapat yang diajarkan di SD khususnya kelas IV
semester 2 terdapat beberapa tembang macapat yang telah disesuaikan dengan
kurikulum dan tingkatan pendidikannya yaitu Sekar Pocung, Mijil, Megatruh dan
Gambuh. Contoh tembang-tembang tersebut adalah sebagai berikut :
Pocung, Laras Slendro Pathet Sanga
2 2 2 2 6 6 6 ! 5 5 3 2Ba-pak po- cung du- du wa- tu du- du gu- nung
6 ! 5 2 1 6Da- wa ka- ya u- la
6 ! ! ! 6 6 5 5An- cik an- cik we- si mi- ring
5 6 ! @ ! ! 6 5 6 ! @ !Yen lu- ma- ku si Po- cung ngum- bar su- wa ra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Mijil, Laras Pelog Pathet Nem
6 6 ! @ @ @ @ z@c! 2 3Ku- du- ku- du mrih a- wak pri- ba- di
! 6 ! ! z!c@ @La- li ing le- la- kon
@ @ # z!c@ 6 5 5 5 z6c5 3Ra- tu i- ku Ra- tu- ne wong a- keh
2 3 5 6 5 3 3 3 3 3Lan gu- nem- e ka- la- mun ti- na- ri
5 6 6 6 6 6Pa- sa- mu- wan sa- mi
2 3 5 5 z6c5 z3c2No- ra bi- sa me- tu
Megatruh, Laras Pelog Pathet Barang
7 5 6 7 7 6 7 5 3 5 6 7Si- gra mi- lir sang ge-thek si-nang- ga ba- jul
7 7 7 7 6 6 z7c6 5Ka-wan-da- sa kang nja- ge- ni
2 3 5 5 5 6 6 6Ing ngar- sa mi-wah- ing pung- kur
3 2 2 2 2 2 z3c2 uTa-na- pi ing ka- nan ke- ring
3 5 6 6 7 5 z6c5 z3c2Sang ge-thek lam- pah- nya a- lon
Namun tidak semua tembang tersebut diajarkan di kelas IV semester II.
Sesuai dengan kurikulum terdapat salah satu tembang saja yang diajarkan sesuai
dengan bahan ajar yang digunakan. Tembang-tembang lain di atas digunakan
untuk Standar Kompetensi mendengarkan yang akan dilagukan guru di depan
siswa dengan Kompetensi Dasar apresiasi tembang macapat. Dalam penelitian ini,
yang akan ditingkatkan adalah apresiasi terhadap tembang macapat Gambuh
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambuh, Laras Pelog Pathet Nem
2 3 5 5 5 3 z5c6Pra sis- wa wa- jib- i- pun
6 5 3 2 2 3 5 5 z3c5 6ku- du sre- gep nggo-ne ngu- di ngel- mu
2 1 y z1c2 2 2 2 2 3 1 y tma- ca bu- ku ngga-rap tu- gas o- ra la- li
1 2 2 2 3 1 2 3se- ko- lah- e o- ra mblu- rut
3 5 6 5 3 z2c3 1 2ge- ga- yuh- an bi- sa kla- kon
Pada semester I siswa diajarkan mengenai tembang macapat
Maskumambang, dan pada semester II siswa mendapat materi tembang macapat
Gambuh. Hal ini telah disesuaikan dengan bahan ajar di Sekolah Dasar sesuai
tingkatan kelasnya.
2. Hakikat Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
a. Pengertian Model Pembelajaran
Mengenai model, terdapat beberapa pengertian diantaranya Suprijono
(mengutip dari Mills) yang mengutarakan model merupakan bentuk representasi
akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok
orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi
terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem
(2003: 7). Lain halnya dengan Smith (mengutip pendapat Dorin) yang
mengartikan model sebagai sebuah gambaran mental yang membantu kita
memahami sesuatu yang tidak bisa kita lihat alami secara langsung (2009: 77).
Sedangkan mengenai pembelajaran, dapat diartikan bahwa pembelajaran
merupakan terjemahan dari learning. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal
berarti proses, cara, atau perbuatan mempelajari. Isjoni (2010) menjelaskan
“pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta
didik melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran bertujuan agar efisiensi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dapat terwujud” (hlm.
11). Sedangkan menurut Suprijono (2009) pada “pembelajaran guru mengajar
diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru” (hlm. 13).
Jika kedua pengertian diatas digabung maka diperoleh pengertian
mengenai model pembelajaran. Sugiyanto (mengutip pendapat Winataputra)
mengungkapkan model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan suatu pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan pengajar dalam membuat rencana dan melakukan
kegiatan pembelajaran (2008: 7). Sedangkan Suprijono (2009) menjelaskan
“model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial” (hlm. 46).
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat diperoleh pengertian model
pembelajaran dapat diartikan sebagai rancangan atau prosedur yang sistematis dan
dapat digunakan sebagai pedoman untuk memudahkan proses pembelajaran dalam
mencapai suatu tujuan belajar.
b. Pengertian Pengembangan
Pengembangan mempunyai beberapa pengertian. Di bawah ini terdapat
beberapa pengertian pengembangan yang didefinisikan menurut para ahli.
Pengembangan menurut Wiryokusumo (2008) adalah upaya pendidikan baik
formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah,
teratur, dan bertanggungjawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,
membimbing, dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh
dan selaras, pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta
kemampuan-kemampuannya, sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa
sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesama, maupun
lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi
yang optimal dan pribadi yang mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Stanley I. Greenspan (2004) dalam The Journal of Developmental and
Learning Disorders menyatakan bahwa “Development is a transactional process,
a wide variety of environmental interactive experiences can produce physical
changes and visa versa”. Pengembangan adalah proses transaksional, berbagai
pengalaman interaktif lingkungan dapat menghasilkan perubahan fisik dan
sebaliknya.
Setiap manusia yang hidup akan berkembang, begitu juga dengan
pengetahuan dan kreativitas. Berkaitan dengan hal tersebut Sukarya (2008)
mengungkapkan pengembangan pengetahuan dan pengalaman diperlukan untuk
memperkaya tujuan apresiasi yang meliputi respek untuk para ahli, penilaian
produk yang dihasilkan oleh kemampuan para ahli, perasaan/pemahaman
mengenai ”emotions function cognitively” untuk aturan yang dimainkan oleh seni
rupa dalam kebudayaan manusia, dan rasa toreransi bagi perbedaan orang- orang,
kelompok, budaya, gambar dan objek/benda (hlm. 5.5.2).
Mengenai pengembangan kreativitas juga diungkapkan Csikszentmihalyi
(1996) mengkaji ciri-ciri atau faktor-faktor yang memungkinkan atau membantu
kreativitas seseorang muncul dan berkembang. Ia menegaskan bahwa mungkin
ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah predisposisi genetis
(genetic predisposition) untuk ranah tertentu. Seseorang yang sistem sensorinya
peka terhadap warna dan cahaya lebih mudah menjadi pelukis, sedangkan
seseorang yang mempunyai kepekaan terhadap nada lebih mudah
mengembangkan bakat dalam musik. Selain itu, yang juga penting adalah minat
pada usia dini untuk ranah tertentu. Minat itulah yang menjadikan mereka terlibat
secara mendalam terhadap ranah itu, sehingga mencapai kemahiran dan
keunggulan kreativitas (hlm. 50).
Pengembangan hampir didefinisikan seperti perubahan. Sebagaimana
dinyatakan Arifin (2007) bahwa “pengembangan bila dikaitkan dengan
pendidikan berarti suatu proses perubahan secara bertahap kearah tingkat yang
berkecenderungan lebih tinggi dan meluas dan mendalam yang secara menyeluruh
dapat tercipta suatu kesempurnaan atau kematangan” (1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Pengembangan dapat disimpulkan sebagai perubahan menuju kearah
yang lebih baik menuju kemampuan yang lebih mendalam agar tercipta suatu
kesempurnaan.
c. Pengertian Ekspresi Estetika
Edi Darmawan (mengutip pendapat Charles Burnette) mengungkapkan
bahwa “ekspresi merupakan pengalaman dari suatu keindahan yang diapresiasikan
lebih atau kurang dari tampilan bentuk yang bagus dan terpilih dalam gambaran
fikiran dan apa yang kita lihat” (2005: 16). Sedangkan Poedio Boedojo (1986)
mengatakan “ekspresi adalah suatu hal yang nyata, maka seseorang yang
mengamati harus mengartikan hal yang diamati sama dengan orang yang
membuat hal tersebut mengartikan hal tersebut” (hlm. 18).
Estetika berasal dari bahasa Yunani aisthetika berarti hal-hal yang dapat
diserap oleh pancaindera. Oleh karena itu estetika sering diartikan sebagai
persepsi indera (sense of perception). Jelantik mengatakan bahwa estetika adalah
suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan,
mempelajari semua aspek yang disebut keindahan (1999). Sedangkan Sachari
(menerjemahkan pendapat Van Mater Ames) mengungkapkan estetika merupakan
suatu telaah yang berkaitan dengan penciptaan, apresiasi, dan kritik terhadap
karya seni dalam konteks keterkaitan seni dengan kegiatan manusia dan peranan
seni dalam perubahan dunia (2007: 3).
Di sisi lain Dharsono (2005) berpendapat bahwa estetika kadang-kadang
dirumuskan sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan “teori keindahan”
(Theory of beauty). Jika definisi keindahan memberitahu orang untuk mengenali,
maka teori keindahan menjelaskan bagaimana memahaminya (hlm. 10). Menurut
Djelantik ( 1999) meyatakan bahwa estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari
segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek yang
disebut keindahan (hlm. 3).
Berkaitan dengan hal ini, Dharsono (mengutip pendapat dari Nooryan)
juga mengungkapkan bahwa semua bentuk seni beserta ekspresi estetis yang hadir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dan berkembang dalam setiap kebudayaan, cenderung berbeda dalam corak dan
ungkapan, dan mempunyai ciri khas masing-masing yang unik (2005: 114).
Secara kodrati, ekspresi estetis merupakan sifat fitrah dari manusia
disamping sifat kodrat yang lain, yakni untuk mengetahui sesuatu yang benar dan
menginginkan sesuatu yang baik. Dalam sejarah kehidupan manusia ada tiga
pokok nilai yang senantiasa ingin dicapai yakni kebenaran (truth), kebaikan
(goodness), dan keindahan (beauty). Tiga nilai tersebut merupakan satu kesatuan
yang utuh dan menjadi modal untuk menjadikan hidupnya lebih bermakna
(Balitbang Diknas, 2008: 11-12).
Ekspresi estetika dapat disimpulkan sebagai suatu cara yang dilakukan
untuk mengungkapkan perasaan berdasarkan pengalaman yang telah dialami atau
diterima baik secara sadar ataupun tidak yang berhubungan dengan segala sesuatu
tentang keindahan.
d. Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
Menurut Bachman (2005) pembelajaran didefinisikan sebagai penciptaan
kondisi sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara optimal.
Sementara inovatif diartikan sebagai ide atau gagasan baru. Dengan demikian
pembelajaran inovatif adalah implementasi ide atau gagasan baru dalam tataran
mikro di kelas sehingga tercipta kondisi yang memungkinkan siswa belajar secara
optimal (hlm. 81).
Prinsip yang mendasari strategi pembelajaran inovatif menurut Wena
(2008), antara lain: (a) pemahaman dibangun melalui pengalaman, (b) pengertian
diciptakan dari usaha untuk menjawab pertanyaan sendiri dan memecahkan
masalah sendiri, (c) pembelajaran seharusnya mengembangkan insting alami
siswa dalam melakukan penyelidikan dan berkreasi; (d) strategi berpusat pada
siswa akan membangun ketrampilan berfikir kritis, penalaran, dan selanjutnya
kreativitas serta ketaktergantungan (hlm. 118).
Tujuan pendidikan ekspresi estetika ialah membimbing pertumbuhan
pribadi manusia, disamping membuat harmonis kepribadiannya dalam kelompok
sosial. Dan untuk itu pendidikan estetika menjadi sangat fundamental. Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
estetis hakaketnya berfungsi : (1) menjaga/memelihara kemampuan segala macam
persepsi dan sensasi; (2) mengkoordinasikan berbagai cara persepsi dan sensasi,
antara yang satu dengan yang lainnya dalam hubungannya kepada lingkungan; (3)
mengekspresikan perasaan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan; (4)
mengekspresikan dalam wujud bentuk dari segala macam pengalaman mental
(Sutjipto, 1973: 7).
Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif merupakan model
pembelajaran inovatif yang dapat digunakan untuk pembelajaran yang
berhubungan dengan nilai-nilai estetis atau keindahan, misalnya seni rupa, seni
suara, seni musik, ataupun sastra dengan cara yang inovatif dengan pembaharuan
pengalaman estetika yang diungkapkan melalui perasaan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran model ini dikemukakan oleh
Balitbang Diknas (2008: 19) sebagai berikut :
1) Mengorientasikan siswa pada masalah;
Pada tahap ini siswa difokuskan pada suatu masalah atau
persoalan yang harus dikerjakan, baik secara kelompok ataupun individu.
Siswa dapat mengamati benda-benda di sekitar atau di sekelilingnya
untuk mendapatkan pemecahannya.
Seperti halnya Wena (mengutip pendapat Suharsono, 1991)
yang menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
sangat penting artinya bagi masa depan siswa. Persoalan tentang
bagaimana mengajarkan pemecahan masalah tidak akan pernah
terselesaikan tanpa memperhatikan jenis masalah yang ingin dipecahkan,
saran dan bentuk program yang disiapkan untuk mengajarkannya, serta
variabel-variabel pembawaan siswa (2009: 53).
2) Merancang proses pemecahan masalah atau menjawab
pertanyaan;
Proses pemecahan masalah diutarakan secara runtut dan rinci.
Pemecahan masalah dibicarakan secara kelompok. Dalam hal ini siswa
dituntut untuk menjawab pertanyaan dengan baik dan benar dan juga
mengemukakan pertanyaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Wena (mengutip dari Kramers, dkk, 1988) mengungkapkan
bahwa pemecahan masalah sistematis (systematic approach to problem
solving) adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi
untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Secara operasional tahap-tahap pemecahan masalah sistematis terdiri atas
empat tahap, yaitu:
a. Memahami masalahnya.
b. Membuat rencana penyelesaian.
c. Melaksanakan rencana penyelesaian.
d. Memeriksa kembali, mengecek hasilnya (2009: 60).
3) Membimbing proses kreatif;
Siswa secara berkelompok mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru dengan idenya sendiri. Membuat suatu karya yang baik dan
bernilai tinggi. Dapat menghargai, menghayati suatu karya dengan
penggunaan media secara tepat.
Bachman (2005) mengemukakan bahwa dalam membentuk
proses kreatif sangat diperlukan pemahaman secara menyeluruh dan
menganalisa sasaran dasar dari persoalan. Sasaran ini sebaiknya dipecah
menjadi kemungkinan tingkatan terendah dan kemungkinan ekspresi
pailng sederhana ( hlm. 88).
4) Mengkomunikasikan hasil;
Hasil kerjasama kelompok dibahas di depan kelas bersama guru
dan siswa lainnya. Siswa saling berinteraksi secara multi arah dan
memberikan tanggapan kepada siswa lain yang mengkomunikasikan
hasil pekerjaannya. Siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran baik
individu maupun kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
keaktifan siswa di dalam kelas. Dengan mengkomunikasikan hasil
diharapkan siswa lebih mampu mengutarakan apresiasinya terhadap
pelajaran yang diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
5) Apresiasi dan konfirmasi;
Sikap apresiatif menjadikan siswa dapat menghargai sebenarnya
nilai yang ada di dalam kandungan seni. Timbal baliknya siswa dapat
menghargai perasaan sendiri, sehingga dapat mencapai kenikmatan dan
kepuasan karenanya. Dengan apresiasi siswa diharapkan mampu
mengutarakan atau mengekspresikan perasaannya melalui suatu karya
yang dimilikinya. Dilanjutkan dengan adanya konfirmasi yaitu suatu
tanggapan atau timbal balik dari siswa lain terhadap siswa yang
berapresiasi. Pemberian penguatan kepada siswa yang berhasil atau
mempunyai nilai baik.
Sukarya (2008) menuliskan apresiasi melalui pendekatan
aplikatif ditumbuhkan dengan melakukan kegiatan berkarya seni secara
langsung, di studio, di sekolah, di rumah atau di mana saja. Melalui
praktek berkarya, apresiasi tumbuh dengan serta merta akibat dari
pertimbangan dan penghayatan terhadap proses berkarya dalam hal
keunikan teknik, bahan, dsb (hlm. 5.1.14).
6) Evaluasi dan refleksi.
Evaluasi dilaksanakan diakhir pelajaran. Evaluasi dapat berupa
evaluasi kelompok atau individu. Pengadaan tanya jawab guru kepada
siswa dan siswa kepada guru tentang materi yang dipelajari. Pemberian
umpan balik kepada siswa. Yayah dan Atiqa (2004) mengungkapkan
bahwa evaluasi dalam pendidikan seni harus mempunyai bentuknya
sendiri disesuaikan dengan karakteristik pelajarannya yang lebih
mengutamakan aspek apresiasi dan kreativitas. Bentuk evaluasinya pun
harus bertolak dari keduanya (hlm. 145).
e. Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
Mengenai pengembangan model pembelajaran ekspresi estetika inovatif,
Balitbang Diknas (2008) menjelaskan bahwa:
Model pembelajaran yang dikembangkan ini didukung oleh teori Bandura yangterkenal dengan teori belajar sosial. Menurut teori ini, seseorang belajarmelalui pengamatan secara selektif perilaku orang lain (model) yang menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Di dalam model pembelajaran, model yang akan di tiru oleh siswa berasal darifenomena atau proses atau perilaku masyarakat yang ada di sekitar siswa. Sifatintegratif pembelajaran ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuansiswa dalam melihat sistem, bahwa semua proses yang terjadi pada dasarnyatidak sendiri, tapi kait-mengkait satu sama lain (hlm. 18-19).
Tujuan pengembangan model ini adalah untuk: eksplorasi, optimalisasi,
dan pemberdayaan seluruh potensi siswa melalui olah hati, olah pikir, olahrasa,
dan olah raga. Tujuan khusus adalah pengembangan kecakapan hidup dan
mengefektifkan capaian akademik siswa (konsepsi, apresiasi, dan kreasi).
Sedangkan asumsi yang mendasari model pembelajaran inovatif ini adalah: (a)
Siswa belajar melalui pengamatan selektif terhadap perilaku yang menyenangkan;
(b) Siswa belajar secara aktif merangkai pengalaman untuk membangun
pengetahuannya sendiri; (c) Siswa belajar tidak bisa dilepaskan dari konteksnya
(budaya, lingkungan, kehidupan, sosial); (d) siswa merupakan makhluk sosial
sekaligus makhluk individu; (e) Belajar merupakan proses sosial sekaligus proses
individual; (f) Belajar bukan hanya kerja otak tapi juga merupakan kerja melalui
multi indra; (g) Belajar berlangsung dalam konteks menyenangkan;dan (h) Belajar
merupakan proses membangun makna dan berlangsung kontinyu.
Berdasarkan uraian di atas, pengembangan model pembelajaran ekspresi
estetika inovatif merupakan upaya perubahan model pembelajaran tersebut
dengan cara yang lebih bervariasi dan mampu meningkatkan kreativitas siswa
dalam pembelajaran seni budaya khususnya tembang macapat. Dalam penelitian
ini peneliti mengembangkan model pembelajaran pada media yang digunakan,
dan langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan. Pengembangan model
pembelajaran ekspresi estetika inovatif berkaitan dengan karya seni, karya sastra,
dan budaya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Heni Sri Sugiyarti (2009) dalam skripsinya yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Tembang Macapat Dengan Pendekatan
Kontekstual Elemen Masyarakat Belajar pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Jatiyoso Kabupaten Karanganyar”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan
Pendekatan Kontekstual Elemen Masyarakat Belajar hasil tes menunjukan adanya
peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi tembang macapat.
Peningkatan kemampuan mengapresiasi tembang macapat prasiklus ke siklus I
sampai siklus II dapat dilihat dari nilai siswa yang masuk kategori baik.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-
sama mengkaji apresiasi tembang macapat. Perbedaannya terletak pada bentuk
tindakan yang dilakukan.
Lina Ratnawati (2009) dalam skripsinya yang berjudul ”Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Puisi melalui Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas V SD Negeri Jono 1
Tanon Sragen”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran apresiasi puisi. Penelitian dilakukan sampai tahap siklus III dengan
tercapainya indikator kinerja yang telah ditentukan. Persamaan dengan penelitian
ini adalah sama-sama mengkaji tentang apresiasi, namun berbeda pada masalah
apresiasi yang diteliti yaitu mengenai apresiasi puisi dan bentuk tindakan yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL).
Widada (2007) dalam tesisnya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan
Apresiasi Puisi dengan Strategi Pembelajaran Cooperative Learning pada Siswa
Kelas VII SMP Negeri 2 Boyolali”. Penelitian ini dilakukan hingga tiga siklus
dengan peningkatan sebesar dan menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran
Cooperative Learning dapat meningkatkan apresiasi puisi pada siswa kelas VII
SMP 2 Boyolali tersebut. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel
apresiasi, namun apresiasi yang diteliti berbeda yaitu mengenai apresiasi puisi.
Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian yang dilakukan yaitu tesis, dan
juga pada variabel yang mengobati yaitu menggunakan strategi pembelajaran
Cooperative Learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan observasi awal dan pengamatan mengenai kondisi awal
sebelum tindakan dilaksanakan, diperoleh gambaran bahwa apresiasi tembang
macapat siswa kelas IV SDN 01 Ngepungsari rendah apabila dibandingkan
dengan nilai aspek-aspek keterampilan pada mata pelajaran yang lain. Hal ini
karena dari 20 siswa, ada 12 siswa atau 60% yang belum memenuhi KKM ≥ 75.
Selain itu metode mengajar guru yang kurang inovatif dan kurang bervariasi
dalam menggunakan model pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan model
pembelajaran yang tepat agar apresiasi siswa terhadap tembang macapat
meningkat.
Peneliti memberikan solusi melalui pengembangan model pembelajaran
ekspresi estetika inovatif untuk diaplikasikan di dalam pembelajaran apresiasi
sastra Bahasa Jawa. Penelitian ini menggunakan model pelatihan untuk mengukur
apresiasi siswa. Peneliti bekerjasama dengan guru kelas merumuskan bentuk
pembelajaran yang menarik dan menimbulkan minat siswa untuk mengapresiasi
tembang macapat. Salah satu upaya menarik minat siswa adalah dengan model
pembelajaran yang menarik. Bila tindakan tersebut dilakukan, maka diduga
pembelajaran apresiasi tembang macapat akan berlangsung aktif dan menarik. Di
dalam pembelajaran Bahasa Jawa khusunya apresiasi tembang macapat dengan
pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif ini nantinya siswa
diajak untuk belajar inovatif dengan media yang menarik dalam model
pembelajaran yang menyenangkan. Indikator ketercapaian yang akan diraih dalam
penelitian adalah 70 % pada siklus I dan 80 % pada siklus II dan apabila belum
berhasil pada siklus II maka akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Pada kondisi akhir setelah menggunakan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi tembang macapat
maka apresiasi siswa terhadap tembang macapat meningkat. Perwujudan
pembelajaran apresiasi yang demikian itu, cenderung membuat siswa akan lebih
tertarik, senang, aktif, dan termotivasi. Untuk lebih jelasnya tentang kerangka
berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka diduga
terdapat peningkatan apresiasi tembang macapat melalui pengembangan model
pembelajaran ekspresi estetika inovatif pada siswa kelas IV SDN 01 Ngepungsari
Tahun Ajaran 2011/2012.
KondisiAwal
KondisiAkhir
Tindakan
a. Pembelajaran apresiasitembang macapat kuranginovatif
b. Pembelajaran apresiasikurang berhasil
c. Penggunaan modelpembelajaran kurangbervariasi.
Pembelajaran apresiasitembang macapat dengan
pengembangan modelpembelajaran
Ekspresi Estetika Inovatif
Melalui pengembangan modelpembelajaran Ekspresi Estetika
Inovatif dapat meningkatkanapresiasi tembang macapat
siswa SD Negeri 01Ngepungsari
1. Kemampuanapresiasi siswarendah.
2. Sebanyak 60% siswabelum mencapaiKKM ≥ 75
SiklusI
SiklusII
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
4. Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 01 Ngepungsari yang beralamat Dusun
Kepuh, Desa Ngepungsari, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar. Tempat
ini dipilih karena pertama, peneliti sudah mengenal karakteristik siswa di sekolah
tersebut. Kedua, terdapat nilai apresiasi tembang macapat yang tergolong rendah
di kelas IV SDN 01 Ngepungsari. Sekolah ini terdiri dari 6 kelas mulai dari kelas I
sampai kelas VI, dengan jumlah siswa tiap kelas berkisar 20 sampai 35 siswa.
Sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran antara lain blackboard, alat
peraga, perpustakaan dan yang lainnya. Ruang kelas IV berada di tengah-tengah
antara kelas III dan kelas V, dan menghadap ke barat. Berdasarkan pengamatan
peneliti ruangannya cukup bersih dan penerangannya pun cukup bagus.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012,
selama 7 bulan, mulai dari bulan Januari 2012 sampai Juli 2012. Tahap
perencanaan dan persiapan dilaksanakan pada pertengahan bulan Januari 2012
sampai April 2012. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi tembang macapat
dilaksanakan pada bulan Mei 2012 dengan perincian siklus I dilakukan sebanyak
tiga kali pertemuan yaitu dua kali disetiap minggu. Siklus II dilakukan sebanyak
tiga kali pertemuan selama dua minggu berturut-turut setelah pelaksanaan siklus I.
Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal pelajaran dan jam tambahan Bahasa Jawa
di kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Data yang diperoleh dan dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat
dari kegiatan peneliti di lapangan sehingga bentuk model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan pendekatan yang dilakukan
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dalam melaksanakan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau
isilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Slamet &
Suwarto (2007) mengemukakan PTK dilakukan bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas (sekolah) (hlm. 61).
PTK menggunakan strategi tindakan dari identifikasi masalah,
penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan
refleksi. Rangkaian kegiatan secara berurutan yang dimulai dari rencana indakan
sampai dengan refleksi disebut satu tindakan penelitian. Apabila dalam
pelaksanaan tindakan ditemukan permasalahan yang dapat mengganggu
tercapainya tujuan PTK maka guru dapat memperbaiki permasalahan tersebut
pada tindakan selanjutnya.
2. Strategi Penelitian
Pada strategi penelitian tindakan kelas, langkah-langkah yang diambil
adalah strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti
hanya satu sekolah. Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK meliputi : (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) analisis
dan refleksi. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat dalam gambar 2 :
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Refleksi Aksi
Observasi
Observasi
Perencanaan Ulang
AksiRefleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari
Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 20 terdiri
dari 11 orang siswa perempuan dan 9 orang siswa laki-laki, serta guru kelas IV
Ibu Ami Rahayu. Peneliti memilih kelas ini karena berdasarkan pendekatan dan
survei awal, siswa kelas ini mempunyai kelemahan dalam mengapresiasi tembang
macapat. Objek penelitian ini adalah pembelajaran Bahasa Jawa (Muatan Lokal)
pada materi apresiasi tembang macapat di kelas IV SDN 01 Ngepungsari Tahun
Ajaran 2011/2012.
D. Sumber Data
Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian dan
pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Pertama yaitu informan,
dalam penelitian ini adalah guru kelas IV yaitu Ibu Ami Rahayu dan siswa kelas
IV SD Negeri 01 Ngepungsari yang berjumlah 20 anak karena dalam kelas ini
pembelajaran apresiasi tembang macapat masih tergolong rendah. Kedua, yaitu
peristiwa proses belajar mengajar apresiasi tembang macapat. Data yang
dikumpulkan yaitu data tentang bagaimana proses pembelajaran apresiasi
tembang macapat yang berlangsung di kelas IV. Sumber yang terakhir yaitu data
dokumen yang berupa nilai hasil apresiasi siswa, tes siklus I dan II, dan lembar
observasi guru dan siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Tes
Pemberian tes berupa tes individu dan kelompok. Setiap pertemuan
diberikan tes kepada siswa, pada pertemuan I&II diberikan tes kelompok pada
kegiatan elaborasi dan tes individu pada setiap akhir pertemuan. Pada akhir siklus
(pertemuan ketiga) diberikan tes khusus yang soal-soalnya merupakan gabungan
dari materi pertemuan I&II, serta tes praktik melagukan tembang macapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
(penilaian individu). Tes ini dilakukan kepada siswa kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran apresiasi
tembang macapat. Dengan diketahui hasil tes ini peneliti dapat merencanakan
kegiatan yang akan dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran.
Selain itu, tes digunakan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan
pelaksanaan tindakan.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan terhadap dua hal, yaitu observasi terhadap
siswa dan observasi terhadap guru. Pertama, Observasi dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung yaitu pada saat pelaksanaan siklus I dan siklus II.
Peneliti bertindak sebagai observer mengisi data yang harus diobservasi pada
siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari. Observasi tersebut dilakukan untuk
mengamati perkembangan pembelajaran apresiasi tembang macapat yang
dilakukan siswa dan guru kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari sejak sebelum
pelaksanaan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu
peneliti dan guru kelas IV sebagai pengamat langsung melihat dan mengadakan
pengamatan secara langsung pada kegiatan pembelajaran siswa, kemudian
mencatat kegiatan siswa dan peristiwa yang terjadi pada keadaan yang
sebenarnya.
Observasi yang kedua, adalah observasi terhadap guru (praktikan)
dilakukan oleh guru kelas IV dengan mengisi lembar observasi/penilaian terhadap
guru (praktikan). Hasil observasi peneliti kemudian didiskusikan dengan guru
yang bersangkutan untuk kemudian dianalisis bersama-sama untuk mengetahui
berbagai kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi yang tepat. Observasi
terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas,
merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.
Sedangkan observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran, motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran yang
berlangsung terutama pembelajaran apresiasi dengan menggunakan
pengembangan model pembelajaran ekspresi estetika inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3. Teknik in-dept Interview (wawancara mendalam)
Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan, yaitu sebelum
memasuki siklus I dan setelah pelaksanaan siklus II. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan pembelajaran apresiasi,
berbagai informan mengenai kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran
apresiasi, serta faktor-faktor penyebabnya. Selain itu, peneliti juga melakukan
wawancara dengan siswa untuk mengetahui model pembelajaran apresiasi yang
diterapkan oleh guru dan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap
cara mengajar yang digunakan oleh guru tersebut, serta untuk mengetahui
kemampuan apresiasi siswa.
4. Dokumentasi
Dokumen berupa data mengenai nilai apresiasi tembang macapat diambil
dari dokumentasi nilai siswa semester I yang digunakan peneliti untuk
merencanakan pembelajaran menggunakan pengembangan model pembelajaran
ekspresi estetika inovatif. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa
nama siswa dan data nilai siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari,
Karanganyar. Selain itu, dokumentasi dilaksanakan selama proses pembelajaran
apresiasi tembang macapat siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari.
Dokumentasi dilakukan oleh teman sejawat berupa video dan foto proses
pembelajaran. Dokumentasi dilakukan bertujuan untuk mengamati proses
pembelajaran apresiasi tembang macapat siswa kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari.
F. Validitas Data
Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Triangulasi Data
Peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia dalam
pengumpulan data. Membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan
suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.
Informasi dari narasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari
narasumber lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode memanfaatkan sumber data yang berbeda-beda untuk
menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data yang berbeda-beda
untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data dari narasumber
dengan teknik wawancara mendalam yang kebenarannya dapat dibuktikan dengan
mengadakan observasi secara cermat terhadap objek penelitian. Dengan demikian,
informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari
narasumber lain.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik deskriptif
komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil
antarsiklus. Sedangkan teknik analisis interaktif berkaitan dengan data kualitatif.
Teknik analisis interaktif mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan
kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan
kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang
ada.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis interaktif. Hasil
analisis dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap
berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Model analisis ini mempunyai tiga
komponen yaitu: (1) Reduksi Data (Data Reduction), (2) Penyajian Data (Data
Display), (3) Penarikan Kesimpulan (Verification) dan refleksi (Refflection).
Teknik analisis data seperti terlihat pada gambar berikut ini :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Sutopo (2002) menjelaskan reduksi data merupakan proses seleksi,
pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Dalam reduksi
data yang diperoleh dari hasil observasi yang ditulis dalam bentuk data,
dikumpulkan, dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok, kemudian dicari
polanya. Jadi, data sebagai bahan data mentah singkat disusun lebih sistematis,
ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih tajam hasil pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dalam penelitian ini, juga mempermudah peneliti untuk mencatat kembali data
yang diperoleh bila diperlukan (hlm. 91).
2. Penyajian Data (Data Display)
Menurut Sutopo (2002), sajian data merupakan suatu rakitan organisasi
informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian
dapat dilakukan. Pada tahap ini data yang telah direduksi dan dikelompokkan
dalam berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk
melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis
dalam paparan data. Penyajian data adalah suatu sekumpulan informasi tersusun
yang memungkinkan penelitian dapat dilakukan dan adanya penarikan kesimpulan
tindakan (hlm. 92).
3. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data
agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh hasil analisis yang
terdapat dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu simpulan.
Penarikan simpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara
bertahap mulai dari simpulan sementara, simpulan yang ditarik pada akhir siklus
I, dan simpulan terakhir yaitu pada akhir siklus II. Simpulan yang pertama sampai
dengan yang terakhir harus terkait. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk
menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.
Menurut Sutopo (2002: 96) model analisis interaktif dapat ditampilkan
pada Gambar 2 :
Gambar 3.2 Model Analisis Interaktif
Pengumpulan data
Penarikan simpulan/verifikasi
Reduksi data Sajian data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
H. Indikator Kinerja
Indikator ketercapaian tujuan dari penelitian mengenai apresiasi tembang
macapat siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 3.2 Indikator Ketercapaian Tujuan
Aspek yang Diukur Presentase Siswa
yang Ditargetkan
Cara Mengukur
Kemampuan siswa dalam
menyanyikan tembang
macapat
70%
Dinilai dari hasil praktik
individu menyanyikan
tembang macapat di depan
kelas.
Kemampuan siswa
memahami materi
tentang apresiasi
tembang macapat
80%
Dihitug dari jumlah siswa
yang mendapat nilai
ketuntasan belajar (KKM)
sesuai yang ditetapkan di
sekolah sebesar ≥ 75.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana Arikunto (2008) mengembangkan kerangka berpikir (mengutip dari
Supardi) bahwa prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut:
(1) perencanaan (planing); (2) penerapan tindakan (action); (3) mengobservasi
dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation); dan (d)
melakukan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan
yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan) (hlm. 104).
Secara jelas langkah-langkah penelitian tersebut dapat digambarkan pada
gambar 3.1 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Gambar 3.3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2008:74)
Tahapan-tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. SIKLUS I
Pertemuan I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti melakukan persiapan yang
meliputi :
1) Guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk
pembelajaran apresiasi tembang macapat dengan menggunakan model
pembelajaran ekspresi estetika inovatif.
Permasalahan PerencanaanTindakan I
PelaksanaanTindakan I
Refleksi I Pengamatan/Pengumpulan
Data I
PerencanaanTindakan II
PelaksanaanTindakan II
Refleksi IIPengamatan/
Pengumpulan Data
Permasalahanbaru hasilrefleksi
Apabila Permasalahanbelum terselesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Menyediakan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran apresiasi tembang macapat.
3) Membuat soal tes, baik individu maupun kelompok.
4) Mempersiapkan instrumen penelitian diantaranya menyusun lembar
observasi guru dan siswa, lembar penilaian apresiasi tembang macapat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dari rencana pembelajaran (RPP) yang telah
dipersiapkan. Secara garis besar, tindakan yang akan dilaksanakan yaitu
penggunaan model pembelajaran ekspresi estetika inovatif dalam
pembelajaran Bahasa Jawa apresiasi tembang macapat. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan RPP, dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu:
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/ penutup.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran
ekspresi estetika inovatif :
1) Kegiatan Awal
(a) Guru mempersiapkan siswa dan mengkondisikan kelas.
(b) Guru melakukan apersepsi yaitu tanya jawab mengenai materi
yang sebelumnya pernah dipelajari siswa yaitu lagu dolanan.
(c) Guru memberikan motivasi untuk penyemangat bagi siswa berupa
sebuah tepuk yang diberi nama “Tepuk Jempol”.
(d) Guru memberikan orientasi kepada siswa yaitu dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran, diantaranya:
- Melalui kerja kelompok siswa dapat mengidentifikasi macam-
macam tembang macapat dan masing-masing watak yang
dimiliki tembang macapat dengan tepat.
- Melalui penugasan siswa dapat menyebutkan macam-macam
tembang macapat dengan benar.
- Melalui ceramah siswa dapat menjelaskan watak-watak yang
dimiliki tembang macapat dengan baik dan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
- Melalui tanya jawab siswa dapat menjawab pertanyaan yang
dilontarkan oleh guru mengenai tembang macapat dengan baik
dan benar.
- Melalui penugasan peserta didik dapat mempresentasikan
macam-macam tembang macapat dan watak-watak yang
dimiliki dengan lancar.
2) Kegiatan Inti
(a) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu
tentang KD apresiasi tembang macapat.
(b) Guru menjelaskan tentang macam-macam dan watak-watak
tembang macapat melalui media LCD.
(c) Guru mengajarkan tembang macapat Gambuh secara klasikal.
(d) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai tembang
macapat yaitu macam-macam tembang macapat dan watak-watak
yang dimiliki oleh tembang macapat.
(e) Guru memberikan soal kepada siswa untuk dipecahkan secara
berkelompok.
(f) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok.
(g) Guru menuntun siswa untuk menggunakan media kartu-papan
macapat berpasangan dalam menjawab pertanyaan dengan
mencocokkan kartu yang diberikan guru yaitu mengenai macam-
macam dan watak tembang macapat.
(h) Guru mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik
untuk menyelesaikan masalah.
(i) Guru meminta siswa maju membacakan hasil pekerjaannya dan
menyanyikan tembang macapat Gambuh secara berkelompok,
setiap kelompok maju di depan kelas.
(j) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan hasil kerja mereka dan mengomentari hasil kerja
temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
(k) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
(l) Memberikan penguatan dan penyimpulan.
3) Kegiatan Akhir
(a) Mengajak siswa melakukan refleksi tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari.
(b) Memberi evaluasi berupa soal dan pekerjaan rumah mengenai
tembang macapat.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung
dengan mengamati siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari serta guru
ketika menerapkan pembelajaran Bahasa Jawa materi tembang macapat
dengan model pembelajaran ekspresi estetika inovatif. Observasi dilakukan
dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya,
yaitu dengan mengisi data tentang kegiatan siswa, menilai siswa dalam
kerjasama, partisipasi, dan perhatian pada saat proses pembelajaran apresiasi
tembang macapat. Data hasil observasi kemudian digunakan untuk refleksi.
d. Refleksi
Peneliti dan guru kelas menganalisis dan mengolah nilai yang
terdapat pada lembar observasi siswa dan lembar evaluasi individu, dari hasil
analisis siklus I pertemuan I yang menunjukkan belum tercapainya indikator
keberhasilan karena diketahui masih banyak nilai siswa yang berada di
bawah KKM ≥ 75. Hal ini dilakukan setelah proses pembelajaran Bahasa
Jawa materi apresiasi tembang macapat. Pencapaian ketuntasan siswa sebesar
70% dengan rata-rata kelas 76,8. Karena indikator keberhasilan yang harus
dicapai sebesar 80%, penelitian dikatakan belum berhasil. Maka
direncanakan perbaikan kembali pada siklus I pertemuan II agar
pembelajaran apresiasi tembang macapat pada siklus berikutnya berhasil.
Pertemuan II
a. Perencanaan Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti melakukan persiapan yang
meliputi :
1) Guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk
pembelajaran apresiasi tembang macapat dengan menggunakan model
pembelajaran ekspresi estetika inovatif.
2) Menyediakan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran apresiasi tembang macapat.
3) Membuat soal tes, baik individu maupun kelompok.
4) Mempersiapkan instrumen penelitian diantaranya menyusun lembar
observasi guru dan siswa, lembar penilaian apresiasi tembang
macapat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran
ekspresi estetika inovatif :
1) Kegiatan Awal
(a) Guru mempersiapkan siswa dan mengkondisikan kelas.
(b) Guru melakukan apersepsi yaitu tanya jawab mengenai materi
sebelumnya yaitu macam-macam dan watak-watak tembang
macapat.
(c) Guru memberikan motivasi untuk penyemangat bagi siswa yaitu
bernyanyi bersama lagu “Cublak-Cublak Suweng”
(d) Guru memberikan orientasi kepada siswa yaitu dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu :
- Melalui kerja kelompok siswa dapat mengidentifikasi guru
lagu dan guru wilangan dalam tembang macapat dengan tepat.
- Melalui ceramah siswa dapat menjelaskan isi tembang macapat
dengan benar.
- Melalui kerja kelompok siswa dapat melatih untuk membuat
tembang macapat dengan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
- Melalui tanya jawab siswa dapat menunjukkan guru lagu dan
guru wilangan yang terdapat pada tembang macapat dengan
baik dan benar.
- Melalui demonstrasi siswa dapat melagukan tembang macapat
dengan baik dan benar.
2) Kegiatan Inti
(a) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu
tentang KD apresiasi tembang macapat.
(b) Guru menyanyikan tembang Gambuh.
(c) Guru menjelaskan tentang isi tembang macapat Gambuh yang
dinyanyikan.
(d) Guru menjelaskan pengertian gatra, guru lagu dan guru
wilangan menggunakan media LCD.
(e) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai guru lagu
dan guru wilangan yang dimiliki oleh masing-masing tembang
macapat.
(f) Guru memberikan soal kepada siswa untuk dipecahkan secara
berkelompok.
(g) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok.
(h) Guru menuntun siswa untuk menggunakan media papan puzzle
tembang macapat.
(i) Guru mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik
untuk menyelesaikan masalah.
(j) Guru meminta siswa maju membacakan hasil pekerjaannya dan
menyanyikan tembang macapat Gambuh secara berkelompok,
dengan membaca papan puzzle yang dipasanganya.
(k) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyajikan
hasil kerja mereka dan mengomentari hasil kerja temannya.
(l) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
(m) Memberikan penguatan dan penyimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3) Kegiatan Akhir
(a) Mengajak siswa melakukan refleksi tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari.
(b) Memberi evaluasi berupa soal dan pekerjaan rumah mengenai
tembang macapat.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran. Peneliti
mengobservasi siswa dan guru kelas mengobservasi peneliti (praktikan).
Observasi terhadap guru dilakukan selama proses pembelajaran apresiasi
tembang macapat yaitu dengan mengisi lembar observasi yang telah dibuat.
Dan observasi siswa dilakukan selama proses pembelajaran baik dalam
bentuk individu ataupun kelompok agar dapat digunakan untuk
mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus I pertemuan II.
d. Refleksi
Peneliti dan guru kelas menganalisis dan mengolah nilai yang
terdapat pada lembar observasi, baik observasi terhadap siswa maupun guru
untuk diambil kesimpulan dan lembar evaluasi, baik individu maupun
kelompok. Dari hasil analisis siklus I pertemuan II siswa sudah menunjukkan
sedikit peningkatan akan tetapi belum mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan, pencapaian ketuntasan siswa sebesar 70% dengan rata-rata kelas
76,8. Karena indikator keberhasilan yang harus dicapai sebesar 80%,
penelitian dikatakan belum berhasil maka perlu diadakan perbaikan pada
siklus II, dengan materi yang sama.
Pertemuan III
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti melakukan persiapan yang
meliputi :
1) Guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk
pembelajaran apresiasi tembang macapat dengan menggunakan model
pembelajaran ekspresi estetika inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2) Membuat soal tes evaluasi hasil pelaksanaan siklus I.
3) Mempersiapkan instrumen penelitian diantaranya menyusun lembar
observasi guru dan siswa, lembar penilaian apresiasi tembang
macapat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran
ekspresi estetika inovatif :
1) Kegiatan Awal
(a) Guru mempersiapkan siswa dan mengkondisikan kelas.
(b) Guru melakukan apersepsi yaitu tanya jawab mengenai materi
tembang macapat.
(c) Guru memberikan motivasi untuk penyemangat bagi siswa yaitu
bernyanyi bersama tembang macapat Gambuh.
(d) Guru memberikan orientasi kepada siswa yaitu dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
(a) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu
tentang KD apresiasi tembang macapat.
(b) Guru menyanyikan tembang Gambuh sebagai contoh
pembelajaran yang akan diujikan.
(c) Guru memberikan soal evaluasi siklus I kepada siswa untuk
dikerjakan secara individu.
(d) Guru meminta siswa maju satu per satu ke depan kelas
menyanyikan tembang macapat Gambuh yang telah diajarkan.
(e) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
(f) Memberikan penguatan dan penyimpulan.
3) Kegiatan Akhir
(a) Mengajak siswa melakukan refleksi tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari.
(b) Memberi pekerjaan rumah mengenai tembang macapat.
c. Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Kegiatan observasi pada siklus I pertemuan III dilaksanakan selama
proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan untuk mengamati siswa kelas
IV SD Negeri 01 Ngepungsari serta guru ketika menerapkan pembelajaran
Bahasa Jawa materi tembang macapat dengan model pembelajaran ekspresi
estetika inovatif. Observasi dilakukan dengan berpedoman pada lembar
observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Pada pertemuan III, lembar
observasi siswa menggunakan lembar observasi penilaian psikomotor yaitu
siswa melagukan tembang macapat yang sudah diajarkan oleh guru.
d. Refleksi
Peneliti dan guru kelas menganalisis dan mengolah nilai yang
terdapat pada lembar observasi dan lembar evaluasi individu pada siklus I
pertemuan III, dari hasil analisis menunjukkan belum tercapainya indikator
keberhasilan. Setelah digabung dan dirata-rata nilai dari pertemuan I, II, dan
III ternyata belum menunjukkan tercapainya indikator ketercapaian.
Pencapaian ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 70% dengan rata-rata
kelas 76,8. Karena penelitian yang dilakukan pada siklus I hanya mencapai
70% dan belum mencapai indikator keberhasilan ≥80%, maka perlu diadakan
perbaikan pada siklus II.
2. SIKLUS II
Pertemuan I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti melakukan persiapan yang
meliputi :
1) Mengidentifikasi masalah pada siklus I dan menetapkan alternatif
pemecahan masalah.
2) Membuat perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran pada KD
apresiasi tembang macapat dan membandingkan apresiasi tembang
macapat menggunakan model pembelajaran ekspresi estetika
inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3) Mempersiapkan pembelajaran dengan model pembelajaran ekspresi
estetika inovatif dengan lebih baik agar kekurangan-kekurangan
pada siklus I tidak terulang.
4) Membuat soal tes, baik individu maupun kelompok.
5) Mempersiapkan instrumen penelitian diantaranya menyusun lembar
observasi guru dan siswa, lembar penilaian apresiasi tembang
macapat.
6) Mempersiapkan media LCD untuk pembelajaran pada pertemuan
pertama siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran
ekspresi estetika inovatif :
1) Kegiatan Awal
(a) Guru mempersiapkan siswa dan mengkondisikan kelas.
(b) Guru melakukan apersepsi yaitu tanya jawab mengenai materi
tembang macapat, yaitu watak-watak yang dimiliki tembang
macapat.
(c) Guru memberikan motivasi untuk penyemangat bagi siswa yaitu
menyanyi sambil bertepuk tangan lagu “Disini Senang”
menggunakan bahasa Jawa.
(d) Guru memberikan orientasi kepada siswa yaitu dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran apresiasi tembang macapat,
yaitu :
- Melalui kerja kelompok siswa dapat mengidentifikasi macam-
macam tembang macapat dan masing-masing watak yang
dimiliki tembang macapat dengan tepat.
- Melalui penugasan siswa dapat menyebutkan macam-macam
tembang macapat dengan benar.
- Melalui ceramah siswa dapat menjelaskan watak-watak yang
dimiliki tembang macapat dengan baik dan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
- Melalui tanya jawab siswa dapat menjawab pertanyaan yang
dilontarkan oleh guru mengenai tembang macapat dengan baik
dan benar.
- Melalui penugasan peserta didik dapat mempresentasikan
macam-macam tembang macapat dan watak-watak yang
dimiliki dengan lancar.
2) Kegiatan Inti
(a) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu
tentang KD apresiasi tembang macapat.
(b) Guru menjelaskan kembali tentang macam-macam dan watak-
watak tembang macapat melalui media LCD.
(c) Guru menampilkan sebuah tayangan siswa yang mengikuti lomba
macapat lagu sebagai media untuk apresiasi.
(d) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai tembang
macapat yaitu macam-macam tembang macapat dan watak-watak
yang dimiliki oleh tembang macapat.
(e) Guru memberikan soal kepada siswa untuk dipecahkan secara
berkelompok.
(f) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok.
(g) Guru mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik
untuk menyelesaikan masalah.
(h) Guru meminta siswa maju membacakan hasil pekerjaannya dan
menyanyikan tembang macapat Gambuh secara berkelompok,
setiap kelompok maju di depan kelas.
(i) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyajikan
hasil kerja mereka dan mengomentari hasil kerja temannya.
(j) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
(k) Memberikan penguatan dan penyimpulan.
3) Kegiatan Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
(a) Mengajak siswa melakukan refleksi tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari.
(b) Memberi evaluasi berupa soal dan pekerjaan rumah mengenai
tembang macapat.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Observasi meliputi partisipasi, kerjasama, dan perhatian siswa.
Observasi untuk mengamati siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari serta
guru ketika menerapkan pembelajaran Bahasa Jawa materi tembang macapat
dengan pengembangan model pembelajaran ekspresi estetika inovatif.
Observasi dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah
disiapkan sebelumnya. Observasi pada siklus II pertemuan I ini digunakan
untuk kegiatan refleksi.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti dan guru kelas dengan cara menganalisis
dan mengolah nilai yang terdapat pada lembar observasi dan lembar evaluasi
pada siklus II pertemuan I, kemudian diambil suatu kesimpulan. Pencapaian
indikator keberhasilan yang harus dicapai sebesar 80% atau setidaknya 16
siswa dengan rata-rata kelas 82,2. Karena siklus belum berakhir pada
pertemuan I maka dilanjutkan pada siklus II pertemuan II.
Pertemuan II
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti melakukan persiapan yang
meliputi :
1) Guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk
pembelajaran apresiasi tembang macapat dengan menggunakan
model pembelajaran ekspresi estetika inovatif.
2) Menyediakan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran apresiasi tembang macapat.
3) Membuat soal tes, baik individu maupun kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4) Mempersiapkan instrumen penelitian diantaranya menyusun lembar
observasi guru dan siswa, lembar penilaian apresiasi tembang
macapat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran
ekspresi estetika inovatif :
1) Kegiatan Awal
(a) Guru mempersiapkan siswa dan mengkondisikan kelas.
(b) Guru melakukan apersepsi yaitu tanya jawab mengenai guru
gatra, guru lagu, dan guru wilangan.
(c) Guru memberikan motivasi untuk penyemangat bagi siswa yaitu
bernyanyi bersama lagu “Gundhul-gundhul Pacul”.
(d) Guru memberikan orientasi kepada siswa yaitu dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu :
- Melalui kerja kelompok siswa dapat mengidentifikasi guru
lagu dan guru wilangan dalam tembang macapat dengan tepat.
- Melalui ceramah siswa dapat menjelaskan isi tembang macapat
dengan benar.
- Melalui kerja kelompok siswa dapat melatih untuk membuat
tembang macapat dengan tepat.
- Melalui tanya jawab siswa dapat menunjukkan guru lagu dan
guru wilangan yang terdapat pada tembang macapat dengan
baik dan benar.
- Melalui demonstrasi siswa dapat melagukan tembang macapat
dengan baik dan benar.
2) Kegiatan Inti
(a) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu
tentang KD apresiasi tembang macapat.
(b) Guru mengajak siswa ke rumah Pak Carik yang mempunyai
gamelan sebagai media pembelajaran.
(c) Guru menyanyikan tembang Gambuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
(d) Guru menjelaskan tentang isi tembang macapat Gambuh yang
dinyanyikan.
(e) Guru memberikan contoh kepada siswa memukul gamelan sesuai
notasi.
(f) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai guru lagu
dan guru wilangan yang dimiliki oleh masing-masing tembang
macapat.
(g) Guru memberikan soal kepada siswa untuk dipecahkan secara
berkelompok.
(h) Memperhatikan kegiatan siswa baik secara individu ataupun
kelompok.
(i) Guru mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik
untuk menyelesaikan masalah.
(j) Guru meminta siswa maju membacakan hasil pekerjaannya dan
menyanyikan tembang macapat Gambuh secara berkelompok.
(k) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyajikan
hasil kerja mereka dan mengomentari hasil kerja temannya.
(l) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
(m) Memberikan penguatan dan penyimpulan.
3) Kegiatan Akhir
(a) Mengajak siswa melakukan refleksi tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari.
(b) Memberi evaluasi berupa soal dan pekerjaan rumah mengenai
tembang macapat.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran pada
siklus II pertemuan II. Observasi ini dilaksanakan untuk mengamati siswa
kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari serta guru ketika menerapkan
pembelajaran Bahasa Jawa materi tembang macapat dengan model
pembelajaran ekspresi estetika inovatif. Observasi dilakukan dengan
berpedoman pada lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Lembar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
observasi diisi sesuai dengan keadaan siswa pada saat pembelajaran
berlangsung yang meliputi partisipasi, kerjasama, dan perhatian siswa.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti dan guru kelas dengan menganalisis dan
mengolah nilai yang terdapat pada lembar observasi dan lembar evaluasi
pada siklus II pertemuan II. Hasil refleksi menyimpulkan bahwa pada siklus
II pertemuan II terdapat peningkatan yang signifikan pada hasil evaluasi
siswa. Pencapaian indikator keberhasilan yang harus dicapai sebesar 80%
atau setidaknya 16 siswa dengan rata-rata kelas 82,2. Namun demikian,
penelitian masih dilanjutkan pada siklus II pertemuan III.
Pertemuan III
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti melakukan persiapan yang
meliputi :
1) Guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk
pembelajaran apresiasi tembang macapat dengan menggunakan model
pembelajaran ekspresi estetika inovatif.
2) Membuat soal tes evaluasi hasil pelaksanaan siklus II.
3) Mempersiapkan instrumen penelitian diantaranya menyusun lembar
observasi guru dan siswa, lembar penilaian apresiasi tembang
macapat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran
ekspresi estetika inovatif :
1) Kegiatan Awal
(a) Guru mempersiapkan siswa dan mengkondisikan kelas.
(b) Guru melakukan apersepsi yaitu tanya jawab mengenai materi
tembang macapat.
(c) Guru memberikan motivasi untuk penyemangat bagi siswa yaitu
bernyanyi bersama tembang macapat Gambuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
(d) Guru memberikan orientasi kepada siswa yaitu dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
(a) Guru mengatarkan siswa pada materi yang akan dipelajari yaitu
tentang KD apresiasi tembang macapat.
(b) Guru menyanyikan tembang Gambuh sebagai contoh
pembelajaran yang akan diujikan.
(c) Guru memberikan soal evaluasi siklus II kepada siswa untuk
dikerjakan secara individu.
(d) Guru meminta siswa maju satu per satu ke depan kelas
menyanyikan tembang macapat Gambuh yang telah diajarkan.
(e) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
(f) Memberikan penguatan dan penyimpulan.
3) Kegiatan Akhir
(a) Mengajak siswa melakukan refleksi tentang apa yang telah
mereka lakukan dan pelajari.
(b) Memberi pekerjaan rumah mengenai tembang macapat.
c. Observasi
Kegiatan observasi pada siklus II pertemuan III dilaksanakan untuk
mengamati siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari serta guru ketika
menerapkan pembelajaran Bahasa Jawa materi tembang macapat dengan
model pembelajaran ekspresi estetika inovatif. Observasi dilakukan dengan
berpedoman pada lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Sama
halnya pada siklus I, maka pada siklus II pertemuan III observasi terhadap
siswa secara individu dengan lembar penilaian observasi psikomotorik siswa.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti dan guru kelas dengan menganalisis dan
mengolah nilai yang terdapat pada lembar observasi dan lembar evaluasi
pada siklus II pertemuan III. Pencapaian ketuntasan siswa sebesar 90%
dengan rata-rata kelas 82,2 dari indicator ketercapaian 80%. Oleh karena itu
penelitian dihentikan dan dianggap berhasil atau selesai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
SD Negeri 01 Ngepungsari berdiri tahun 1946. Sejak awal berdiri, status
SD Negeri 01 Ngepungsari adalah Sekolah Dasar Negeri dengan Nomor Statistik
Sekolah 101031301006. Sejak awal berdiri, SD Negeri 01 Ngepungsari telah
mengalami beberapa pergantian Kepala Sekolah. Kepala Sekolah saat ini adalah
Ibu Sulasiningsih, S.Pd yang menjabat sejak tahun 2003. Saat ini SD Negeri 01
Ngepungsari merupakan salah satu sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di
Karanganyar.
Secara geografis, SD Negeri 01 Ngepungsari beralamat di Dusun Kepuh,
RT: 05/XII, Kelurahan Ngepungsari, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten
Karanganyar. Lokasinya terletak di wilayah pedesaan sehingga udaranya masih
sangat sejuk dan sangat nyaman untuk situasi pembelajaran.
SD Negeri 01 Ngepungsari pada Tahun Ajaran 2011/2012 dipimpin oleh
seorang Kepala Sekolah, memiliki 6 guru yang telah berstatus Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan 9 orang tenaga pengajar serta 2 karyawan yang masih Wiyata
Bakti. Guru kelas berjumlah 6 orang yang mengajar kelas I-VI, guru Pendidikan
Agama Islam, guru Penjaskes, guru Bahasa Inggris, dan guru khusus yang
bertugas membimbing siswa berkebutuhan khusus.
Jumlah seluruh siswa SD Negeri 01 Ngepungsari Tahun Ajaran
2011/2012 adalah 103 siswa yang terdiri dari 54 siswa laki-laki dan 49 siswa
perempuan. Siswa terbagi dalam 6 kelas yakni kelas I sebanyak 15 siswa, kelas II
sebanyak 14 siswa, kelas III sebanyak 20 siswa, kelas IV sebanyak 20 siswa, kelas
V sebanyak 14 siswa dan kelas VI sebanyak 20 siswa. Siswa berasal dari berbagai
latar belakang sosial serta ekonomi yang berbeda-beda. Sebagian besar orang tua
siswa bekerja sebagai petani.
Ruangan yang ada di SD Negeri 01 Ngepungsari secara keseluruhan
sudah cukup memadai untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Ruangan yang
ada meliputi 6 ruang kelas, ruang Kepala Sekolah, ruang guru, perpustakaan,
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
UKS, mushola, ruang multimedia, gudang, dan 6 kamar mandi. Penjaga sekolah
tinggal di rumah pribadi yang lokasinya dekat dengan sekolah. SD Negeri 01
Ngepungsari mempunyai halaman yang cukup luas yang digunakan untuk
upacara, olahraga, dan kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah serta
tempat bermain bagi para siswa ketika jam istirahat.
Fasilitas pendidikan yang ada di sekolah ini cukup memadai. Beberapa
jenis alat peraga untuk mata pelajaran cukup tersedia. Alat peraga tersebut ada
yang diletakkan di dalam kelas, ada pula yang ditaruh di ruang guru maupun di
ruang perpustakaan. Selain alat peraga, buku penunjang proses pembelajaran juga
tersedia di ruang perpustakaan. Hal ini merupakan salah satu usaha sekolah
meningkatkan pengetahuan serta informasi siswa.
B. Deskripsi Pratindakan
Sebelum dilaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti melaksanakan
kegiatan observasi awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di
lapangan. Observasi tersebut ditujukan pada kelas IV SDN 01 Ngepungsari
tentang proses pembelajaran apresiasi tembang macapat dan hasil tesnya.
Diperoleh informasi sebagai data awal berupa nilai hasil tes apresiasi tembang
macapat pada semester I serta gambaran proses pembelajarannya. Dari hasil tes
apresiasi tembang macapat tersebut menunjukkan bahwa apresiasi tembang
macapat kelas IV kurang maksimal. Kurang maksimalnya hasil nilai dari tes
semester I apresiasi tembang macapat disebabkan oleh kurang sadar dan
berminatnya sebagian besar siswa untuk belajar Bahasa Jawa, ketika proses
pembelajaran berlangsung, sebagian besar siswa kurang memperhatikan dan tidak
terfokus, penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat dalam
penyampaian materi apresiasi tembang macapat oleh guru yakni masih
menggunakan metode ceramah dan metode drill, dan kurang bervariasinya
penggunaan pendekatan dan media pendukung saat pembelajaran.
Hasil tes apresiasi tembang macapat pada semester I dengan
menggunakan pendekatan metode ceramah dan metode drill dikatakan kurang
maksimal karena dari jumlah 20 siswa, terdapat 12 siswa belum mencapai Kriteria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥ 75. Berarti ketuntasan belajar siswa secara
klasikal baru mencapai 40% dari jumlah siswa atau sebanyak 8 siswa yang tuntas
dari 20 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 60% dari jumlah siswa.
Untuk lebih jelasnya maka kondisi nilai apresiasi tembang macapat sebelum
dilaksanakan tindakan (semester gasal) pada siswa kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1 Nilai Apresiasi Tembang Macapat Semester I
No. Nama L/P Nilai Status
1. Shintia Putri Rahayu P 78 Diatas KKM
2. Vatia Fahrunisa R P 77 Diatas KKM
3. Teddy Arya Hariyadi L 80 Diatas KKM
4. Lucky Dwi Oktapiyanto L 85 Diatas KKM
5. Intan Permatasari P 65 Dibawah KKM
6. Ricky Vandika L 65 Dibawah KKM
7. Ahmad Tri Zainal L 72 Dibawah KKM
8. Rita P 74 Dibawah KKM
9. Aisyah Salsabila Nur Azizah P 85 Diatas KKM
10. Alam Mulhuda L 81 Diatas KKM
11. Angga Kristianto L 71 Dibawah KKM
12. Bobi Kurniadi L 67 Dibawah KKM
13. Chaerudin Ismail L 80 Diatas KKM
14. Dea Ardhelia P 72 Dibawah KKM
15. Eric Arya Dwi Nugroho L 70 Dibawah KKM
16. Nabila Alma Aulina P 80 Diatas KKM
17. Tri Wahyuningsih P 74 Dibawah KKM
18. Tutik Naryani P 67 Dibawah KKM
19. Widi Astuti P 68 Dibawah KKM
20. Laras Mar’atus Sholecha P 70 Dibawah KKM
Rata-rata nilai = 73,7
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa siswa yang belum mencapai
KKM ≥75 pada kondisi awal sebanyak 12 siswa atau 60% dan 8 siswa yang telah
mencapai KKM ≥75 atau 40%. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 di
bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Apresiasi Tembang Macapat Sebelum
Tindakan
NoInterval
NilaiFrekuensi
(fi)Median
(xi)fi.xi
Persentase(%)
Relatif Kumulatif1 65 - 68 5 66,5 332,5 25 252 69 - 72 6 70,5 423 30 553 73 - 76 2 74,5 149 10 654 77 - 80 4 78,5 314 20 855 81 - 84 1 82,5 82,5 5 906 85 - 88 2 86,5 173 10 100
Jumlah 20 385 1474 100,00Nilai Rata-rata = 1474 : 20 = 73,7
Ketuntasan Klasikal (≥75) = (8 : 20) x 100% = 40 %
Nilai Di bawah KKM (<75) = (12 : 20) x 100% = 60 %
Nilai Tertinggi = 85
Nilai Terendah = 65
Berdasarkan tabel 4.2 di atas maka dapat disajikan grafik berikut pada gambar
4.1, grafik apresiasi tembang macapat sebelum dilaksanakan tindakan:
5
6
2
4
1
2
0
1
2
3
4
5
6
7
65-68 69-72 73-76 77-80 81-84 85-88
Frek
uens
i
Interval Nilai
Pra Tindakan
Gambar 4.1 Grafik Nilai Apresiasi Tembang Macapat Sebelum Tindakan
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1 grafik apresiasi tembang macapat
sebelum dilaksanakan tindakan di atas, dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pengembangan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif dari 20 siswa kelas IV SDN 01 Ngepungsari sebanyak 12 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
memperoleh nilai di bawah batas kriteria ketuntasan minimal dengan persentase
siswa tidak tuntas sebanyak 60%. Sedangkan 8 siswa memperoleh nilai lebih dari
atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal dengan persentase siswa tuntas
40%. Lebih lanjut dari tabel 4.2 dan grafik 4.1 dapat diuraikan sebagai berikut:
siswa mendapat nilai antara 65-68 sebanyak 5 siswa atau 25%, nilai antara 69-72
sebanyak 6 siswa atau 30%, nilai antara 73-76 sebanyak 2 siswa atau 10%, nilai
antara 77-80 sebanyak 4 siswa atau 20%, nilai antara 81-84 sebanyak 1 siswa atau
5%, dan 85-88 sebanyak 2 siswa atau 10% dari jumlah siswa.
Berpijak dari data nilai hasil apresiasi tembang macapat sebelum
dilaksanakan tindakan, peneliti dengan guru kelas IV berdiskusi tentang
pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan apresiasi tembang
macapat pada siswa kelas IV SDN 01 Ngepungsari. Tindak lanjut dari pemecahan
masalah tersebut menggunakan pengembangan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif yang dikembangkan oleh Tim Peneliti Balitbang Diknas 2008
dalam pembelajaran apresiasi tembang macapat. Hal ini bertujuan untuk
membantu siswa yang kemampuan apresiasi tembang macapatnya masih rendah,
agar lebih meningkat sehingga hasil pembelajarannya pun lebih memuaskan.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, yaitu pada
tanggal 8 Mei 2012, 9 Mei 2012, dan 14 Mei 2012. Masing-masing pertemuan
terdiri 2x35 menit. Adapun tahap-tahap yang dilakukan pada siklus I sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Selasa, 8 Mei 2012.
Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan, rancangan tindakan didasarkan pada solusi permasalahan yang
muncul yakni dengan mengunakan pengembangan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif dalam pembelajaran apresiasi tembang macapat. Selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan pada
tanggal 8 Mei 2012, 9 Mei 2012, dan 14 Mei 2012.
Adapun perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun 3xpertemuan. Masing-
masing pertemuan 2x35 menit. Rencana pelaksanaan pembelajaran mencakup:
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan
penilaian (Lampiran 6, Lampiran 7).
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah:
a) Mempersiapkan media pengembangan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif.
b) Ruang kelas ditata sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan.
c) Lembar evaluasi yang digunakan sebagai tes akhir dalam proses
pembelajaran.
d) Lembar penilaian yang digunakan sebagai instrumen penelitian hasil tes
siswa.
3) Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru dan
lembar observasi siswa. Lembar observasi guru digunakan sebagai instrumen
penelitian kinerja guru selama proses pembelajaran (Lampiran 16, 17, 18)
sedangkan lembar observasi siswa digunakan sebagai instrumen penelitian
aktivitas siswa selama proses pembelajaran (Lampiran 23, 24, 28).
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas melaksanakan
pembelajaran apresiasi tembang macapat dengan menggunakan pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif. Peneliti sebagai pengajar dan guru
sebagai observer.
1) Pertemuan 1
Pertemuan pertama pelajaran Bahasa Jawa kelas IV mempelajari
apresiasi tembang macapat tentang jenis dan watak-watak tembang macapat.
Langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
(1) Siswa mempersiapkan diri menerima pembelajaran.
(2) Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang sebelumnya
pernah diajarkan oleh guru kelas IV yaitu Lagu Dolanan.
(3) Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan tepuk jempol
bersama, misalnya :
“Tepuk Jempol”
Jempol tengen (menunjukkan jempol kanan)
Bertepuk tangan 3x tepuk
Jempol kiwa (menunjukkan jempol kiri)
Bertepuk tangan 3x tepuk
Sip,sip,sip
(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran apresiasi tembang
macapat.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan
untuk pembelajaran.
(b) Guru menggunakan media LCD kemudian menjelaskan jenis-
jenis dan watak-watak tembang macapat
(c) Materi diproyeksikan di papan tulis kelas IV dan dibuat
semenarik mungkin dengan gambar-gambar yang disukai
anak-anak. Pada saat layar diproyeksikan guru sambil
bertanya “Watake tembang macapat Gambuh apa? Coba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
diwaca!” dan siswa menjawab “watake rumaket, kulina,
wanuh wani”.
(d) Guru kemudian menunjukkan notasi Tembang Macapat
Gambuh sebagai perkenalan siswa tentang tembang yang akan
diajarkan. Misalnya “notasine tembang Gambuh gatra siji
kuwi diwaca bareng-bareng” kemudian siswa membaca notasi
baris pertama.
(e) Selanjutnya guru menyanyikan tembang macapat Gambuh dan
ditirukan oleh siswa. Misalnya
2 3 5 5 5 3 z5c6Dibaca ro, lu, ma, ma, ma, lu, ma, nem.
6 5 3 2 2 3 5 5 z3c5 6Dibaca nem, ma, lu ro, ro, lu, ma, ma ,lu, ma, nem
Dan seterusnya...
(2) Elaborasi
(a) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Bentuk meja dan tempat duduk
disesuaikan dengan kelompok masing-masing.
(b) Guru membagikan lembar kerja siswa yang diberi nama kartu
papan berpasangan.
(c) Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang bagaimana
menggunakan kartu papan berpasangan, yaitu “carane yaiku di
goleki pasangane. Ing papan wis ana jinising tembang, murid-
murid tugase nggoleki watak-watake tembang sing ana nggon
papan iku banjur ditempelake.”
(d) Siswa berdiskusi kelompok mendiskusikan jawaban dari soal
yang terdapat dalam papan dengan mencari kartu yang tersedia.
(e) Siswa berkompetisi memperoleh jawaban dengan benar.
(f) Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk
membacakan hasil diskusinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
(g) Kelompok lain menanggapi jawaban teman apakah jawaban benar
atau salah dan memberi komentar.
(h) Setiap kelompok maju ke depan kelas dengan seluruh anggotanya
untuk menyanyikan tembang macapat Gambuh yang terdapat
dalam buku ajar dan dinyanyikan bersama-sama satu kelompok.
(3) Konfirmasi
(a) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa, apabila siswa bertanya guru menjawab hingga siswa
memahami materi.
(b) Guru memberikan penguatan kepada siswa atas hasil kerja
kelompok maupun individu. Kerja kelompok dengan
memperoleh nilai baik dan bintang untuk papan skor kelompok,
kemudian individu dengan papan skor individu.
(c) Guru bersama siswa membuat kesimpulan di papan tulis dan
siswa mencatat di buku tulis.
c) Kegiatan Akhir
(1) Melakukan refleksi, mengulang kembali sekilas materi watak-watak
tembang macapat.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu untuk siklus I pertemuan I
(3) Guru memberikan pekerjaan rumah di buku paket.
(4) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.
2) Pertemuan 2
Pertemuan kedua pelajaran Bahasa Jawa mempelajari apresiasi tembang
macapat tentang guru gatra, guru wilangan dan guru lagu dengan
menggunakan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif.
Langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
(1) Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran.
(2) Guru meminta siswa mengumpulkan pekerjaan rumah siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
(3) Guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab mengenai watak-
watak tembang macapat.
(4) Untuk memotivasi siswa guru mengajak siswa bernyanyi bersama
lagu “Cublak-cublak Suweng”.
(5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran apresiasi tembang macapat.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru menyiapkan media pembelajaran berupa LCD proyektor dan
puzzle tembang macapat.
(b) Guru menyanyikan tembang macapat Gambuh dan diikuti oleh
siswa berikut dengan syairnya.
(c) Guru menjelaskan isi dari tembang macapat Gambuh yang
dinyanyikan, misalnya :
“Isine tembang macapat ing dhuwur iku apa? Isine yaiku wajibe
para siswa iku kudu sregep nuntut ilmu, golek ilmu. Carane maca
buku lan nggarap tugas, sekolahe uga ora mblurut utawa males.
Supaya gegayuhane utawa cita-citane bisa klakon”
(d) Guru menjelaskan tentang pengertian guru gatra, guru wilangan,
dan guru lagu.
Gambuh, laras pelog pathet Nem
2 3 5 5 5 3 z5c6Pra sis- wa wa- jib- i- pun
6 5 3 2 2 3 5 5 z3c5 6ku- du sre- gep nggo-ne ngu- di ngel- mu
2 1 y z1c2 2 2 2 2 3 1 y tma- ca bu- ku ngga-rap tu- gas o- ra la- li
1 2 2 2 3 1 2 3se- ko- lah- e o- ra mblu- rut
3 5 6 5 3 z2c3 1 2ge- ga- yuh- an bi- sa kla- kon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
“Guru gatra yaiku cacahing ukara saben sapada. Guru Wilangan
yaiku : Guru cacahing wanda saben sagatra. Wanda iku suku
kata ing bahasa Indonesia. Guru lagu yaiku tibaning swara ana
ing pungkasaning gatra, uga diarani dhong dhing.”
“Tuladhane” :
Tembang Gambuh ana ing dhuwur mawa paugeran :
a. Guru gatrane ana lima.
b. Guru lagune : gatra kapisan u, gatra kapindho u, gatra
katelu i, gatra kapat u, gatra kalima o.
Guru wilangane : gatra kapisan 6, gatra kapindho 10, gatra
katelu 12, gatra kapat 8, gatra kalima 8.
(e) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang guru gatra, guru
wilangan dan guru lagu yang dimiliki oleh tembang macapat lain.
Misalnya : “guru gatrane tembang macapat pocung iku ana pira
murid-murid?”
(2) Elaborasi
(a) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing kelompok
terdiri dari 4-5 siswa.
(b) Guru membagikan lembar kerja siswa dan papan puzzle macapat
dengan memanggil perwakilan atau ketua dari masing-masing
kelompok.
(c) Guru memberikan penjelasan mengenai cara menggunakan puzzle
macapat. “carane nggarap yaiku huruf lan angka sing ana jero
plastik dibukak riyen. Yen uwis, banjur ditata lan ditempelake ana
ing dhuwur gabus manut notasine dhewe-dhewe.”
(d) Siswa secara berkelompok mengidentifikasi guru gatra, guru
wilangan dan guru lagu melalui papan puzzle macapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
(e) Perwakilan dari setiap kelompok satu orang untuk diperlihatkan
dan dibaca di depan kelas, sementara kelompok lain menanggapi
kebenaran dan kesalahan temannya.
(f) Seluruh anggota tiap kelompok maju ke depan kelas untuk
menyanyikan tembang macapat Gambuh bersama-sama
menggunakan papan puzzle tembang macapat yang telah
dikerjakan.
(3) Konfirmasi
(a) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
Misalnya “Sinten sing dereng mudheng guru gatra, guru wilangan
lan guru lagune tembang macapat?”
(b) Guru memberikan penguatan kepada siswa atas hasil kerja
kelompok maupun individu. Kerja kelompok dengan memperoleh
nilai baik dan bintang untuk papan skor kelompok, kemudian
individu dengan papan skor individu.
(c) Guru bersama siswa membuat kesimpulan di papan tulis dan siswa
mencatat di buku tulis.
c) Kegiatan Akhir
(1) Melakukan refleksi, mengulang kembali sekilas materi guru gatra,
guru wilangan dan guru lagu tembang macapat.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu siklus I pertemuan II.
(3) Guru memberikan pekerjaan rumah.
(4) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.
3) Pertemuan 3
Pertemuan ketiga pelajaran Bahasa Jawa kelas IV merupakan tes akhir
siklus I, yaitu tes evaluasi siklus I yang merupakan gabungan dua materi dan
praktik individu menyanyikan tembang macapat. Langkah-langkah
pembelajarannya mencakup kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
(1) Siswa mempersiapkan diri menerima pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
(2) Guru memberikan motivasi yaitu dengan menyanyikan tembang
macapat Gambuh bersama-sama.
(3) Guru menyampaikan kegiatan atau evaluasi yang akan diadakan pada
pertemuan ini.
b) Kegiatan Inti
(1) Guru memberikan soal evaluasi siklus I kepada siswa untuk
dikerjakan secara individu.
(2) Guru memberitahukan aspek-aspek yang dinilai dalam praktik
menyanyikan tembang macapat.
(3) Guru meminta siswa maju satu per satu ke depan kelas menyanyikan
tembang macapat Gambuh yang telah diajarkan, sesuai nomor absen
siswa masing-masing.
(4) Selama proses berlangsung guru berkolaborasi dengan guru kelas IV
untuk memberikan penilaian kepada siswa.
c) Kegiatan Akhir
(1) Melakukan refleksi, mengulang kembali sekilas materi tembang
macapat.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I (merupakan gabungan materi
pada pertemuan I dan II)
(3) Guru memberikan pekerjaan rumah.
(4) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Hasil tes apresiasi tembang macapat pada siklus I terdapat pada
lampiran 14. Berdasarkan pada hasil tes apresiasi tembang macapat
pertemuan pertama, kedua dan ketiga maka didapatkan rekapitulasi nilai dari
siklus I. Untuk lebih jelasnya maka kondisi nilai apresiasi tembang macapat
siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari pada siklus I dapat dilihat dari tabel
4.3 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.3 Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siklus I
No. Nama L/P Nilai Status
1. Shintia Putri Rahayu P 80 Diatas KKM
2. Vatia Fahrunisa R P 80 Diatas KKM
3. Teddy Arya Hariyadi L 80 Diatas KKM
4. Lucky Dwi Oktapiyanto L 85 Diatas KKM
5. Intan Permatasari P 65 Dibawah KKM
6. Ricky Vandika L 65 Dibawah KKM
7. Ahmad Tri Zainal L 75 Diatas KKM
8. Rita P 75 Diatas KKM
9. Aisyah Salsabila Nur Azizah P 85 Diatas KKM
10. Alam Mulhuda L 90 Diatas KKM
11. Angga Kristianto L 75 Diatas KKM
12. Bobi Kurniadi L 70 Dibawah KKM
13. Chaerudin Ismail L 95 Diatas KKM
14. Dea Ardhelia P 75 Diatas KKM
15. Eric Arya Dwi Nugroho L 70 Dibawah KKM
16. Nabila Alma Aulina P 85 Diatas KKM
17. Tri Wahyuningsih P 80 Diatas KKM
18. Tutik Naryani P 70 Dibawah KKM
19. Widi Astuti P 70 Dibawah KKM
20. Laras Mar’atus Sholecha P 75 Diatas KKM
Rata-rata nilai = 76,8
Berdasarkan data nilai apresiasi tembang macapat pada siklus I dapat
dilihat bahwa siswa yang nilainya di atas KKM ≥75 sebanyak 14 siswa atau 70%
dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 6 siswa atau 30% dari jumlah
keseluruhan 20 siswa. Lebih jelasnya mengenai peningkatan nilai apresiasi
tembang macapat dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.4 Distribusi Frkuensi Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siklus I
NoInterval
NilaiFrekuensi
(fi)Median
(xi)fi.xi
Persentase(%)
Relatif Kumulatif1 65 – 70 6 67,5 405 30 302 71 – 76 5 73,5 367,5 25 553 77 – 82 4 79,5 318 20 754 83 – 88 3 85,5 256,5 15 905 89 – 94 1 91,5 91,5 5 956 95 – 100 1 97,5 97,5 5 100
Jumlah 20 495 1536 100,00Nilai Rata-rata = 1536 : 20 = 76,8
Ketuntasan Klasikal (≥75) = (14 : 20) x 100% = 70 %Nilai Di bawah KKM (<75) = (6 : 20) x 100% = 30 %
Nilai Tertinggi = 95Nilai Terendah = 65
Berdasarkan tabel 4.4 maka dapat disajikan dengan grafik pada gambar 4.2 :
6
5
4
3
1 1
0
1
2
3
4
5
6
7
65 – 70 71 – 76 77 – 82 83 – 88 89 – 94 95 – 100
Frek
uens
i
Interval Nilai
Siklus I
Gambar 4.2 Grafik Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siklus I
Berdasarkan tabel 4.4 dan grafik pada gambar 4.2 di atas, nilai apresiasi
tembang macapat setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media
kartu dan puzzle tembang macapat pada siklus I diperoleh nilai sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
siswa mendapat nilai antara 65-70 sebanyak 6 siswa atau 30%, nilai antara 71-76
sebanyak 5 siswa atau 25%, nilai antara 77-82 sebanyak 4 siswa atau 20%, nilai
antara 83-88 sebanyak 3 siswa atau 15%, nilai antara 89-94 sebanyak 1 siswa atau
5%, nilai antara 95-100 sebanyak 1 siswa atau 5% dari jumlah siswa.
Nilai terendah, tertinggi, nilai rata-rata klasikal, dan persentase ketuntasan
klasikal berdasarkan tabel 4.4 Distribusi Frkuensi Nilai Apresiasi Tembang
Macapat Siklus I diketahui nilai terendah 65, nilai tertinggi 95, nilai rata-rata
klasikal 76,8 dan ketuntasan klasikal sebesar 70 % atau 14 siswa dari 20 siswa.
c. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran apresiasi
tembang macapat dengan menggunakan pengembangan model pembelajaran
Ekspresi Estetika Inovatif untuk mendapatkan data berupa aktivitas pembelajaran.
Serta untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan pembelajaran apresiasi tembang
macapat dengan menggunakan pengembangan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun. Observasi ini menggunakan alat bantuan berupa lembar observasi.
Uraian hasil observasi pada siklus I, sebagai berikut:
1) Pertemuan 1 (satu)
a) Aktivitas Siswa
Berdasarkan pada lembar observasi aktivitas siswa (lampiran 24),
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1) Kerjasama siswa dalam berdiskusi selama proses pembelajaran
sudah baik.
(2) Partisipasi siswa selama proses pembelajaran sudah baik,
(3) Perhatian siswa selama proses pembelajaran sudah baik.
Dari hasil observasi didapat skor rata-rata A- dengan kategori baik
(lampiran 24).
b) Aktivitas Guru
Berdasarkan pada lembar observasi (lampiran 17), dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
(1) Aspek pra pembelajaran yaitu guru sudah memeriksa kesiapan siswa
dalam menerima pembelajaran serta sudah mempersiapkan ruang
dan media pembelajaran dengan sangat baik.
(2) Aspek membuka pembelajaran yaitu guru sudah sangat baik dalam
melakukan kegiatan absensi dan menyampaikan kompetensi (tujuan)
yang akan dicapai serta rencana kegiatan dengan sangat baik.
(3) Aspek kegiatan pembelajaran yaitu guru sudah menguasai materi dan
menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai hierarki belajar serta
karakteristik siswa dengan baik. Guru sudah mengaitkan materi
dengan pengetahuan lain yang relevan dan realitas kehidupan dengan
sangat baik.
(4) Aspek pendekatan/strategi pembelajaran yaitu guru sudah sangat
baik dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa dan bersifat
kontekstual. Guru melaksanakan pembelajaran secara runtut,
menguasai kelas dan melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi
waktu yang direncanakan dengan baik.
(5) Aspek pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran yaitu guru
sudah memanfaatkan media dan sumber yang efektif dan efisien
dengan sangat baik. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan
media/sumber dan melaksanakan pembelajaran yang bersifat
kontekstual dengan sangat baik. Guru menghasilkan pesan yang
menarik dengan baik.
(6) Aspek pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan
siswa yaitu guru sudah menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran dengan sangat baik. Guru menunjukkan sikap terbuka
terhadap respon siswa, menunjukkan hubungan antar pribadi yang
kondusif, menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam
belajar dengan sangat baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
(7) Aspek penilaian proses dan hasil yaitu guru sudah mamantau
kemajuan belajar selama proses, dan guru melakukan penilaian akhir
sesuai dengan kompetensi (tujuan) dengan sangat baik.
(8) Aspek penggunaan bahasa yaitu guru menggunakan bahasa lisan dan
tulisan secara jelas, baik, benar, dan lancar dengan baik serta
menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai dengan sangat baik.
(9) Aspek penutup yaitu guru melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa dengan sangat baik dan
melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai remidi/pengayaan dengan baik.
Dari hasil observasi didapat skor rata-rata 3,72 dengan kategori baik
(lampiran 17).
2) Pertemuan 2 (dua)
a) Aktivitas Siswa
Berdasarkan pada lembar observasi aktivitas siswa (lampiran 25),
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1) Kerjasama siswa dalam berdiskusi selama proses pembelajaran
sudah baik,
(2) Partisipasi siswa selama proses pembelajaran sudah baik,
(3) Perhatian siswa selama proses pembelajaran sudah baik.
Dari hasil observasi didapat skor rata-rata A- dengan kategori baik
(lampiran 25).
b) Aktivitas Guru
Berdasarkan pada lembar observasi (lampiran 18), dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
(1) Aspek pra pembelajaran yaitu guru sudah memeriksa kesiapan siswa
dalam menerima pembelajaran dengan sangat baik serta sudah
mempersiapkan ruang dan media pembelajaran dengan sangat baik.
(2) Aspek membuka pembelajaran yaitu guru sudah melakukan kegiatan
absensi dan menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
serta rencana kegiatan dengan sangat baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
(3) Aspek kegiatan pembelajaran yaitu guru sudah menguasai materi
dengan baik. Guru telah menyampaikan materi dengan jelas dan
sesuai hierarki belajar serta karakteristik siswa dengan baik. Guru
mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan dan
realitas kehidupan dengan sangat baik.
(4) Aspek pendekatan/strategi pembelajaran yaitu guru melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
dan karakteristik siswa dan bersifat kontekstual dengan sangat baik.
Guru melaksanakan pembelajaran dengan runtun dan sudah
menguasai kelas sehingga memungkinkan tumbuhnya kebiasaan
positif (dampak pengiring) dengan baik. Guru melaksanakan
pembelajaran yang sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
dengan sangat baik.
(5) Aspek pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran yaitu guru
sudahmenghasilkan pesan yang menarikdengan baik. Guru sudah
memanfaatkan media dan sumber yang efektif dan efisien dengan
melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual dengan sangat
baik serta melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/sumber
dengan sangat baik.
(6) Aspek pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan
siswa yaitu guru sudah menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran, menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa dan
hubungan antar pribadi yang kondusif dengan sangat baik serta
dalam menumbuhkan keceriaan dan antusiasme sudah sangat baik.
(7) Aspek penilaian proses dan hasil yaitu guru sudah mamantau
kemajuan belajar selama proses, dan guru melakukan penilaian akhir
sesuai dengan kompetensi (tujuan) dengan sangat baik
(8) Aspek penggunaan bahasa yaitu guru menggunakan bahasa lisan dan
tulisan secara jelas, baik, benar, dan lancar serta menyampaikan
pesan dengan gaya yang sesuai dengan sangat baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
(9) Aspek penutup yaitu guru melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa dengan sangat baik dan
melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai remidi/pengayaan dengan baik.
Dari hasil observasi didapat skor rata-rata 3,75 dengan kategori baik
(lampiran 18).
3) Pertemuan 3 (tiga)
a) Aktivitas Siswa
Berdasarkan pada lembar observasi aktivitas siswa (lampiran 29),
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1) Kerjasama siswa dalam berdiskusi selama proses pembelajaran
sudah baik,
(2) Partisipasi siswa selama proses pembelajaran sudah baik,
(3) Perhatian siswa selama proses pembelajaran sudah baik.
Dari hasil observasi didapat skor rata-rata A- dengan kategori baik
(lampiran 29).
b) Aktivitas Guru
Berdasarkan pada lembar observasi (lampiran 19), dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
(1) Aspek pra pembelajaran yaitu guru sudah memeriksa kesiapan siswa
dalam menerima pembelajaran dengan sangat baik serta sudah
mempersiapkan ruang dan media pembelajaran dengan sangat baik.
(2) Aspek membuka pembelajaran yaitu guru sudah melakukan kegiatan
absensi dan menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
serta rencana kegiatan dengan sangat baik.
(3) Aspek kegiatan pembelajaran yaitu guru sudah menguasai materi
dengan baik. Guru telah menyampaikan materi dengan jelas dan
sesuai hierarki belajar serta karakteristik siswa dengan baik. Guru
mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan dan
realitas kehidupan dengan sangat baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
(4) Aspek pendekatan/strategi pembelajaran yaitu guru melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
dan karakteristik siswa dan bersifat kontekstual dengan sangat baik.
Guru melaksanakan pembelajaran dengan runtun dan sudah
menguasai kelas sehingga memungkinkan tumbuhnya kebiasaan
positif (dampak pengiring) dengan baik. Guru melaksanakan
pembelajaran yang sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
dengan sangat baik.
(5) Aspek pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran yaitu guru
sudahmenghasilkan pesan yang menarik dengan baik. Guru sudah
memanfaatkan media dan sumber yang efektif dan efisien dengan
melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual dengan sangat
baik serta melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/sumber
dengan sangat baik.
(6) Aspek pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan
siswa yaitu guru sudah menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran, menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa dan
hubungan antar pribadi yang kondusif dengan sangat baik serta
dalam menumbuhkan keceriaan dan antusiasme sudah sangat baik.
(7) Aspek penilaian proses dan hasil yaitu guru sudah mamantau
kemajuan belajar selama proses, dan guru melakukan penilaian akhir
sesuai dengan kompetensi (tujuan) dengan sangat baik
(8) Aspek penggunaan bahasa yaitu guru menggunakan bahasa lisan dan
tulisan secara jelas, baik, benar, dan lancar serta menyampaikan
pesan dengan gaya yang sesuai dengan sangat baik
(9) Aspek penutup yaitu guru melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa dengan sangat baik dan
melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai remidi/pengayaan dengan baik.
Dari hasil observasi didapat skor rata-rata 3,78 dengan kategori baik
(lampiran 19).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
d. Refleksi
Data-data yang deperoleh dari observasi dan tes pada siklus I
dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil anailisis tindakan pada
siklus I, peneliti merefleksi sebagai berikut:
1) Berdasarkan hasil observasi pada aktivitas siswa dikategorikan baik.
2) Berdasarkan observasi kemampuan guru dikategorikan baik.
3) Berdasarkan hasil tes apresiasi tembang macapat pada siklus I diperoleh
rata-rata kelas yaitu 76,8. Siswa yang memperoleh nilai <75 sebanyak 6
siswa atau 30% dan siswa yang memperoleh nilai ≥75 sebanyak 14 siswa
atau 70% dari jumlah siswa. Data perkembangan apresiasi tembang
macapat diperoleh dari data tabel 4.2 dan data tabel 4.4, perkembangan
apresiasi tembang macapat disajikan pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Perkembangan Hasil Apresiasi Tembang Macapat Sebelum Tindakandengan Siklus I
Keterangan Rata-rata Nilai Ketuntasan KlasikalSebelum Tindakan 73,7 40%Siklus I 76,8 70%
Dari tabel 4.5 dapat disajikan dalam grafik perkembangan apresiasi tembang
macapat pada gambar 4.3 :
Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Hasil Apresiasi Tembang Macapat SebelumTindakan dengan Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I terdapat beberapa kekurangan,
antara lain:
1)Guru
a) Penggunaan media kartu-papan berpasangan dan papan puzzle
tembang macapat dengan pengembangan model pembelajaran
Ekspresi Estetika Inovatif masih kurang efektif, karena penggunaan
media kurang efisien waktu.
2)Siswa
a) Siswa belum terbiasa bekerja secara berkelompok, sehingga siswa
belum dapat bekerja sama dengan baik, dan pembagian tugas antar
siswa belum terorganisasi dengan baik.
b) Siswa belum terbiasa menggunakan kartu atau puzzle, sehingga
siswa masih sering bingung dalam penggunaannya.
Berdasarkan kekurangan yang dipaparkan diatas, maka dicari solusinya
yaitu (1) Guru menggunakan media yang mudah dipahami siswa dalam
penggunaannya, (2) Guru menjelaskan cara dan arti dari kerja kelompok dalam
pembelajaran, (3) Guru menjelaskan tentang cara mempresentasikan hasil diskusi
di depan kelas.
Dari hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilaksanakan pada
siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Penelitian
dikatakan berhasil apabila indikator keberhasilan mencapai 80% siswa
mendapatkan nilai minimal 75. Pada siklus I ini baru mencapai 70% (14 siswa)
dari jumlah siswa sebanyak 20 yang mendapatkan nilai minimal 75, sedangkan 6
siswa atau 30% dari jumlah siswa mendapatkan nilai < 75. Karena tindakan pada
siklus I belum dapat mencapai indikator keberhasilan, maka perlu adanya
perbaikan yang dilanjutkan penelitian pada siklus II.
2. Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 15
Mei 2012, 22 Mei 2012 dan 23 Mei 2012. Masing-masing pertemuan terdiri 2x35
menit. Adapun tahap-tahap yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada tindakan siklus I, maka perlu
diadakan perbaikan pada siklus II. Perencanaan Siklus II dilaksanakan pada
hari Sabtu, 10 Maret 2012. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan
tindakan yang akan dilaksanakan, rancangan tindakan didasarkan pada solusi
permasalahan pada siklus I. Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan
tindakan pada siklus II dilaksanakan pada Selasa, 15 Mei 2012; Selasa, 22 Mei
2012 dan Rabu, 23 Mei 2012. Adapun upaya yang perlu diperbaiki guru dalam
pembelajaran apresiasi tembang macapat dengan menggunakan
pengembangan model pembelajaran Ekspresi Esetika Inovatif, sebagai
berikut:
1) Memilih media yang mudah dipahami oleh siswa, yaitu berhubungan
dengan konteks di masyarakat atau kehidupan sehari-hari.
2) Memberi bimbingan dan arahan yang tepat dan jelas untuk pembelajaran
yang akan dilaksanakan oleh siswa.
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-
kegiatan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun 3xpertemuan. Masing-
masing pertemuan 2x35 menit. Rencana pelaksanaan pembelajaran mencakup:
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran,
dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan
penilaian. (Lampiran 10,11)
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk
pelaksanaan pembelajaran adalah:
a) Mempersiapkan media pengembangan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif.
b) Ruang kelas ditata sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan.
c) Lembar evaluasi digunakan sebagai tes akhir dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
d) Lembar penilaian yang digunakan sebagai instrumen penyaji hasil tes
siswa.
3) Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru dan
lembar observasi siswa. Lembar observasi guru digunakan sebagai instrumen
penyaji kinerja guru selama proses pembelajaran, sedangkan lembar observasi
siswa digunakan sebagai instrumen penyaji aktivitas siswa selama proses
pembelajaran. Pedoman dan lembar observasi kemampun guru dapat dilihat
dalam lampiran 19, 20, 21, 22. Pedoman dan lembar observasi aktivitas siswa
dapat dilihat dalam lampiran 23, 26, 27, 28, dan 30.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas
melaksanakan pembelajaran apresiasi tembang macapat dengan menggunakan
pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif. Peneliti
sebagai pengajar dan guru sebagai observer.
1) Pertemuan 1
Pertemuan pertama pelajaran Bahasa Jawa kelas IV mempelajari
apresiasi tembang macapat tentang jenis dan watak-watak tembang macapat.
Langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
(1) Siswa mempersiapkan diri menerima pembelajaran.
(2) Guru melakukan tanya jawab tentang materi watak-watak tembang
macapat yang sebelumnya pernah diajarkan.
(3) Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan bernyanyi
bersama, yaitu lagu “Di sini Senang” menggunakan Bahasa Jawa
menjadi berikut ini:
Neng kene seneng (hore)
Neng kono seneng (hore)
Neng ngendi-ngendi atiku seneng
(Dilakukan sebanyak dua kali)
Lalalalalalala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
lalalalalalala
lalalalalalala
lalalala...
(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran apresiasi tembang
macapat.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan
untuk pembelajaran.
(b) Guru menggunakan media LCD kemudian menjelaskan jenis-
jenis dan watak-watak tembang macapat
(c) Materi diproyeksikan di papan tulis kelas IV dan dibuat
semenarik mungkin dengan gambar-gambar yang disukai
anak-anak. Pada saat layar diproyeksikan guru sambil
bertanya “Watake tembang macapat Pangkur apa? Coba
diwaca!” dan siswa menjawab “sereng, kang nggambarake
karep kang ora gampang nglokro (putus asa)”.
(d) Selanjutnya guru menyanyikan tembang macapat Gambuh dan
ditirukan oleh siswa. Misalnya
2 3 5 5 5 3 z5c6Dibaca ro, lu, ma, ma, ma, lu, ma, nem.
6 5 3 2 2 3 5 5 z3c5 6Dibaca nem, ma, lu ro, ro, lu, ma, ma ,lu, ma, nem
Dan seterusnya...
(e) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai watak-watak
tembang macapat misalnya “sinten sing tasih kelingan watake
tembang macapat Maskumambang?"
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
(2) Elaborasi
(a) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Bentuk meja dan tempat duduk
disesuaikan dengan kelompok masing-masing.
(b) Guru membagikan lembar kerja siswa yang diambil oleh
perwakilan masing-masing kelompok.
(c) Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang bagaimana
mengerjakan soal yaitu “bu guru nyetelake video murid SD Putra
Bangsa sing melu lomba tembang macapat. Murid-murid
midangetke banjur pertanyaane diisi. Mboten pareng rame!”
(d) Guru kemudian menampilkan tayangan siswa yang mengikuti
lomba macapat menggunakan media LCD.
(e) Siswa berdiskusi kelompok mendiskusikan jawaban dari soal
yang terdapat dalam selembar kertas.
(f) Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk
membacakan hasil diskusinya.
(g) Kelompok lain menanggapi jawaban teman apakah jawaban benar
atau salah dan memberi komentar.
(h) Setiap kelompok maju ke depan kelas dengan seluruh anggotanya
untuk menyanyikan tembang macapat Gambuh yang terdapat
dalam buku ajar dan dinyanyikan bersama-sama satu kelompok.
(3) Konfirmasi
(a) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa, apabila siswa bertanya guru menjawab hingga siswa
memahami materi.
(b) Guru memberikan penguatan kepada siswa atas hasil kerja
kelompok maupun individu. Kerja kelompok dengan
memperoleh nilai baik dan bintang untuk papan skor kelompok,
kemudian individu dengan papan skor individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
(c) Guru bersama siswa membuat kesimpulan di papan tulis dan
siswa mencatat di buku tulis.
c) Kegiatan Akhir
(1) Melakukan refleksi, mengulang kembali sekilas materi watak-watak
tembang macapat.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu untuk siklus II pertemuan I
(3) Guru memberikan pekerjaan rumah di buku paket.
(4) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.
2) Pertemuan 2
Pertemuan kedua pelajaran Bahasa Jawa mempelajari apresiasi tembang
macapat tentang guru gatra, guru wilangan dan guru lagu dengan
menggunakan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif.
Langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
(1) Siswa mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran.
(2) Guru meminta siswa mengumpulkan pekerjaan rumah siswa.
(3) Guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab mengenai guru gatra,
guru wilangan dan guru lagu.
(4) Untuk memotivasi siswa guru mengajak siswa bernyanyi bersama
lagu “Gundhul-gundhul Pacul”.
(5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran apresiasi tembang macapat.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Guru mengajak siswa menuju rumah warga yang dekat di sekitar
sekolah, masyarakat biasa menyebutnya rumah Pak Carik. Di
rumah beliau terdapat seperangkat gamelan Jawa yang dapat
digunakan sebagai media.
(b) Guru menyanyikan tembang macapat Gambuh dan diikuti oleh
siswa berikut dengan syairnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
(c) Guru menjelaskan isi dari tembang macapat Gambuh yang
dinyanyikan, misalnya :
“Isine tembang macapat ing dhuwur iku apa? Isine yaiku wajibe
para siswa iku kudu sregep nuntut ilmu, golek ilmu. Carane maca
buku lan nggarap tugas, sekolahe uga ora mblurut utawa males.
Supaya gegayuhane utawa cita-citane bisa klakon”
(d) Guru menjelaskan tentang pengertian guru gatra, guru wilangan,
dan guru lagu.
“Guru gatra yaiku cacahing ukara saben sapada. Guru Wilangan
yaiku : Guru cacahing wanda saben sagatra. Wanda iku suku
kata ing bahasa Indonesia. Guru lagu yaiku tibaning swara ana
ing pungkasaning gatra, uga diarani dhong dhing.”
“Tuladhane” :
Tembang Gambuh ana ing dhuwur mawa paugeran :
a. Guru gatrane ana lima.
b. Guru lagune : gatra kapisan u, gatra kapindho u, gatra
katelu i, gatra kapat u, gatra kalima o.
Guru wilangane : gatra kapisan 6, gatra kapindho 10, gatra
katelu 12, gatra kapat 8, gatra kalima 8.
Gambuh, laras pelog pathet Nem
2 3 5 5 5 3 z5c6Pra sis- wa wa- jib- i- pun
6 5 3 2 2 3 5 5 z3c5 6ku- du sre- gep nggo-ne ngu- di ngel- mu
2 1 y z1c2 2 2 2 2 3 1 y tma- ca bu- ku ngga-rap tu- gas o- ra la- li1 2 2 2 3 1 2 3se- ko- lah- e o- ra mblu- rut
3 5 6 5 3 z2c3 1 2ge- ga- yuh- an bi- sa kla- kon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
(e) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang guru gatra, guru
wilangan dan guru lagu yang dimiliki oleh tembang macapat lain.
Misalnya : “guru gatra, guru wilangan lan guru lagune tembang
macapat Mijil iku apa wae murid-murid?”
(2) Elaborasi
(a) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing kelompok
terdiri dari 4-5 siswa.
(b) Guru memberikan soal kepada siswa untuk dipecahkan secara
berkelompok.
(c) Siswa dituntun oleh guru masing-masing kelompok untuk
menentukan nada dengan memukul gamelan yang paling mudah
yaitu saron atau demung. Misalnya:
“saiki notasi angka ro (2) dithuthuk”
(d) Guru memberikan penjelasan mengenai tugas yang akan diberikan
kepada siswa.
(e) Siswa berkelompok membuat tembang macapat dengan kata-
katanya sendiri sesuai dengan guru gatra, guru lagu, dan guru
wilangan.
(f) Perwakilan dari setiap kelompok satu orang untuk diperlihatkan
dan dibaca di depan kelas.
(g) Seluruh anggota tiap kelompok maju ke depan kelas untuk
menyanyikan tembang macapat Gambuh bersama-sama.
(3) Konfirmasi
(a) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
Misalnya “Sinten sing dereng mudheng guru gatra, guru wilangan
lan guru lagune tembang macapat?”
(b) Guru memberikan penguatan kepada siswa atas hasil kerja
kelompok maupun individu. Kerja kelompok dengan memperoleh
nilai baik dan bintang untuk papan skor kelompok, kemudian
individu dengan papan skor individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
(c) Guru bersama siswa membuat kesimpulan di papan tulis dan siswa
mencatat di buku tulis.
c) Kegiatan Akhir
(1) Melakukan refleksi, mengulang kembali sekilas materi guru gatra,
guru wilangan dan guru lagu tembang macapat.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu siklus II pertemuan II.
(3) Guru memberikan pekerjaan rumah.
(4) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.
3) Pertemuan 3
Pertemuan ketiga pelajaran Bahasa Jawa kelas IV merupakan tes akhir
siklus II, yaitu tes evaluasi siklus II yang merupakan gabungan dua materi dan
praktik individu menyanyikan tembang macapat. Langkah-langkah
pembelajarannya mencakup kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
(1) Siswa mempersiapkan diri menerima pembelajaran.
(2) Guru memberikan motivasi yaitu dengan menyanyikan tembang
macapat Gambuh bersama-sama.
(3) Guru menyampaikan kegiatan atau evaluasi yang akan diadakan pada
pertemuan ini.
b) Kegiatan Inti
(1) Guru memberikan soal evaluasi siklus II kepada siswa untuk
dikerjakan secara individu.
(2) Guru memberitahukan aspek-aspek yang dinilai dalam praktik
menyanyikan tembang macapat.
(3) Guru meminta siswa maju satu per satu ke depan kelas menyanyikan
tembang macapat Gambuh yang telah diajarkan, sesuai nomor absen
siswa masing-masing.
(4) Selama proses berlangsung guru berkolaborasi dengan guru kelas IV
untuk memberikan penilaian kepada siswa.
c) Kegiatan Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
(1) Melakukan refleksi, mengulang kembali sekilas materi tembang
macapat.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II (merupakan gabungan
materi pada pertemuan I dan II)
(3) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Hasil tes apresiasi tembang macapat pada siklus II dapat dilihat pada
lampiran 15. Berdasarkan pada hasil tes apresiasi tembang macapat pertemuan
pertama, kedua, dan ketiga maka didapatkan rekapitulasi nilai dari siklus II nilai
apresiasi tembang macapat siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari pada siklus
II dapat dilihat dari tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6 Nilai Apresiasi Tembang Macapat pada Siklus II
No. Nama L/P Nilai Status
1. Shintia Putri Rahayu P 85 Diatas KKM
2. Vatia Fahrunisa R P 85 Diatas KKM
3. Teddy Arya Hariyadi L 85 Diatas KKM
4. Lucky Dwi Oktapiyanto L 90 Diatas KKM
5. Intan Permatasari P 70 Dibawah KKM
6. Ricky Vandika L 70 Dibawah KKM
7. Ahmad Tri Zainal L 80 Diatas KKM
8. Rita P 80 Diatas KKM
9. Aisyah Salsabila Nur Azizah P 90 Diatas KKM
10. Alam Mulhuda L 100 Diatas KKM
11. Angga Kristianto L 80 Diatas KKM
12. Bobi Kurniadi L 75 Diatas KKM
13. Chaerudin Ismail L 100 Diatas KKM
14. Dea Ardhelia P 80 Diatas KKM
15. Eric Arya Dwi Nugroho L 80 Diatas KKM
16. Nabila Alma Aulina P 90 Diatas KKM
17. Tri Wahyuningsih P 85 Diatas KKM
18. Tutik Naryani P 75 Diatas KKM
19. Widi Astuti P 75 Diatas KKM
20. Laras Mar’atus Sholecha P 80 Diatas KKM
Rata-rata nilai = 82,2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Berdasarkan data nilai hasil apresiasi tembang macapat pada siklus II di
atas dapat dilihat bahwa siswa yang telah memenuhi KKM ≥75 sebanyak 18 siswa
atau 90%, sedangkan siswa yang belum bisa mencapai KKM sebanyak 2 siswa
atau 10%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siklus II
NoInterval
NilaiFrekuensi
(fi)Median
(xi)fi.xi
Persentase(%)
Relatif Kumulatif1 65 – 70 2 67,5 135 10 102 71 – 76 3 73,5 220,5 15 253 77 – 82 6 79,5 477 30 554 83 – 88 4 85,5 342 20 755 89 – 94 3 91,5 274,5 15 906 95 – 100 2 97,5 195 10 100
Jumlah 20 495 1644 100,00Nilai Rata-rata = 1644 : 20 = 82,2
Ketuntasan Klasikal (≥75) = (18 : 20) x 100% = 90 %Nilai Di bawah KKM (<75) = (2 : 20) x 100% = 10 %
Nilai Tertinggi = 100Nilai Terendah = 70
Berdasarkan tabel 4.7 maka dapat disajikan dengan grafik pada gambar 4.4:
2
3
6
4
3
2
0
1
2
3
4
5
6
7
65 – 70 71 – 76 77 – 82 83 – 88 89 – 94 95 – 100
Frek
uens
i
Interval Nilai
Siklus II
Gambar 4.4 Grafik Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Berdasarkan tabel 4.7 dan grafik pada gambar 4.4 di atas, nilai apresiasi tembang
macapat setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pengembangan
model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif pada siklus II diperoleh nilai
sebagai berikut: siswa mendapat nilai antara 65-70 sebanyak 2 siswa atau 10%,
nilai antara 71-76 sebanyak 3 siswa atau 15%, nilai antara 77-82 sebanyak 6 siswa
atau 30%, nilai antara 83-88 sebanyak 4 siswa atau 20%, nilai antara 89-94
sebanyak 3 siswa atau 15%, dan nilai antara 95-100 sebanyak 2 siswa atau 10%
dari jumlah siswa. Berdasarkan pada tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Apresiasi
Tembang Macapat Siklus II diketahui nilai terendah 70, nilai tertinggi 100, nilai
rata-rata klasikal 82,2 dan ketuntasan klasikal sebesar 90% atau 18 siswa dari 20
siswa.
c. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran apresiasi
tembang macapat dengan menggunakan pengembangan model pembelajaran
Ekspresi Estetika Inovatif untuk mendapatkan data berupa aktivitas
pembelajaran. Serta untuk mengetahui kesesuian pelaksanaan pembelajaran
apresiasi tembang macapat dengan menggunakan pengembangan model
pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Observasi ini menggunakan alat
bantuan berupa lembar observasi.
Uraian hasil observasi pada siklus II, sebagai berikut:
1) Pertemuan 1 (satu)
a) Aktivitas Siswa
Berdasarkan pada lembar observasi aktivitas siswa
(lampiran 26), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1) Perhatian siswa selama proses pembelajaran sudah baik,
(2) Kerjasama siswa dalam berdiskusi selama proses pembelajaran
sudah baik,
(3) Keaktifan siswa selama proses pembelajaran sudah baik,
(4) Tanggung jawab siswa selama proses pembelajaran sudah baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Dari hasil observasi didapat skor rata-rata A- dengan kategori baik
(lampiran 26).
b) Aktivitas Guru
Berdasarkan pada lembar observasi (lampiran 20), dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1) Aspek pra pembelajaran yaitu guru sudah memeriksa kesiapan
siswa dalam menerima pembelajaran dengan sangat baik serta
sudah mempersiapkan ruang dan media pembelajaran dengan baik.
(2) Aspek membuka pembelajaran yaitu guru sudah melakukan
kegiatan absensi dan menyampaikan kompetensi (tujuan) yang
akan dicapai serta rencana kegiatan dengan sangat baik.
(3) Aspek kegiatan inti pembelajaran yaitu guru sudah menguasai
materi dengan baik. Guru mengaitkan materi dengan pengetahuan
lain yang relevan dan realitas kehidupan dengan sangat baik.
Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai hierarki belajar
serta karakteristik siswa dengan baik.
(4) Aspek pendekatan/strategi pembelajaran yaitu guru melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
dan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran yang
memungkinkan tumbuhnya dampak positif (dampak pengiring) dan
menguasai kelas dengan sangat baik.Melaksanakan pembelajaran
secara runtun, bersifat kontekstual sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan dengan baik.
(5) Aspek pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran yaitu guru
sudah sangat baik memanfaatkan media dan sumber yang efektif
dan efisien. Menghasilkan pesan yang menarik, melibatkan siswa
dalam pemanfaatan media/sumber, melaksanakan pembelajaran
yang bersifat kontekstual dengan sangat baik.
(6) Aspek pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan
siswa yaitu guru menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran dan menunjukkan hubungan antar pribadi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
kondusif dengan sangat baik. Guru menunjukkan sikap terbuka
terhadap respon siswa, menumbuhkan kecerian dan antusiasme
siswa dalam belajar dengan sangat baik.
(7) Aspek penilaian proses dan hasil yaitu guru sudah mamantau
kemajuan belajar selama proses dan guru melakukan penilaian
akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) dengan sangat baik
(8) Aspek penggunaan bahasa yaitu guru sudah sangat baik dalam
menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik, benar, dan
lancar. Guru menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
dengan sangat baik
(9) Aspek penutup yaitu guru melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa dengan sangat baik. Guru
melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai remidi/pengayaan dengan baik.
Dari hasil observasi didapat skor rata-rata 3,81 dengan kategori baik
(lampiran 20).
2) Pertemuan 2 (dua)
a) Aktivitas Siswa
Berdasarkan pada lembar observasi aktivitas siswa (lampiran
27), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1) Perhatian siswa selama proses pembelajaran sudah baik,
(2) Kerjasama siswa dalam berdiskusi selama proses pembelajaran
sudah baik,
(3) Keaktifan siswa selama proses pembelajaran sudah baik,
(4) Tanggung jawab siswa selama proses pembelajaran sudah baik.
Dari hasil observasi didapat skor rata-rata A dengan kategori sangat
baik (lampiran 27).
b) Aktivitas Guru
Berdasarkan pada lembar observasi (lampiran 21), dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
(1) Aspek pra pembelajaran yaitu guru sudah memeriksa kesiapan
siswa dalam menerima pembelajaran dengan sangat baik serta
sudah mempersiapkan ruang dan media pembelajaran dengan
sangat baik.
(2) Aspek membuka pembelajaran yaitu guru sudah melakukan
kegiatan absensi dan menyampaikan kompetensi (tujuan) yang
akan dicapai serta rencana kegiatan dengan sangat baik.
(3) Aspek kegiatan inti pembelajaran yaitu guru menguasai materi dan
menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai hierarki belajar serta
karakteristik siswa dengan baik. Guru mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan dan realitas kehidupan dengan
sangat baik.
(4) Aspek pendekatan/strategi pembelajaran yaitu guru melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
dan karakteristik siswa, bersifat kontekstual dan melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya dampak positif
(dampak pengiring) dengan sangat baik. Guru sudah sangat baik
dalam menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran secara runtun
dan sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
(5) Aspek pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran yaitu guru
sudah memanfaatkan media dan sumber yang efektif dan efisien,
melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/sumber melaksanakan
pembelajaran yang bersifat kontekstual dengan sangat baik. Guru
menghasilkan pesan yang menarik dengan baik.
(6) Aspek pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan
siswa yaitu guru sudah menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran dengan sangat baik. Guru menunjukkan hubungan
antar pribadi yang kondusif, menumbuhkan kecerian dan
antusiasme siswa dalam belajar dengan sangat baik, serta
menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa dengan sangat
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
(7) Aspek penilaian proses dan hasil yaitu guru sudah mamantau
kemajuan belajar selama proses dengan sangat baik, guru
melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
dengan sangat baik
(8) Aspek penggunaan bahasa yaitu guru menggunakan bahasa lisan
dan tulisan secara jelas, baik, benar, dan lancar dengan sangat baik
serta menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai dengan sangat
baik.
(9) Aspek penutup yaitu guru melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa, melaksanakan tindak lanjut
dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai
remidi/pengayaan dengan sangat baik.
Dari hasil observasi didapat skor rata-rata 3,83 dengan kategori baik
((lampiran 21).
3) Pertemuan 3 (tiga)
a) Aktivitas Siswa
Berdasarkan pada lembar observasi aktivitas siswa (lampiran
30), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1) Perhatian siswa selama proses pembelajaran sudah baik,
(2) Kerjasama siswa dalam berdiskusi selama proses pembelajaran
sudah baik,
(3) Keaktifan siswa selama proses pembelajaran sudah baik,
(4) Tanggung jawab siswa selama proses pembelajaran sudah baik.
Dari hasil observasi didapat skor rata-rata A dengan kategori sangat
baik (lampiran 30).
b) Aktivitas Guru
Berdasarkan pada lembar observasi (lampiran 22), dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1) Aspek pra pembelajaran yaitu guru sudah memeriksa kesiapan
siswa dalam menerima pembelajaran dengan sangat baik serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
sudah mempersiapkan ruang dan media pembelajaran dengan
sangat baik.
(2) Aspek membuka pembelajaran yaitu guru sudah melakukan
kegiatan absensi dan menyampaikan kompetensi (tujuan) yang
akan dicapai serta rencana kegiatan dengan sangat baik.
(3) Aspek kegiatan inti pembelajaran yaitu guru menguasai materi dan
menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai hierarki belajar serta
karakteristik siswa dengan baik.Guru mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan dan realitas kehidupan dengan
sangat baik.
(4) Aspek pendekatan/strategi pembelajaran yaitu guru melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
dan karakteristik siswa, bersifat kontekstualdan melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya dampak positif
(dampak pengiring) dengan sangat baik. Guru sudah sangat baik
dalam menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran secara runtun
dan sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
(5) Aspek pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran yaitu guru
sudah memanfaatkan media dan sumber yang efektif dan efisien,
melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/sumber melaksanakan
pembelajaran yang bersifat kontekstual dengan sangat baik. Guru
menghasilkan pesan yang menarik dengan baik.
(6) Aspek pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan
siswa yaitu guru sudah menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran dengan sangat baik. Guru menunjukkan hubungan
antar pribadi yang kondusif, menumbuhkan kecerian dan
antusiasme siswa dalam belajar dengan sangat baik, serta
menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa dengan sangat
baik.
(7) Aspek penilaian proses dan hasil yaitu guru sudah mamantau
kemajuan belajar selama proses dengan sangat baik, guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
dengan sangat baik
(8) Aspek penggunaan bahasa yaitu guru menggunakan bahasa lisan
dan tulisan secara jelas, baik, benar, dan lancar dengan sangat baik
serta menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai dengan sangat
baik.
(9) Aspek penutup yaitu guru melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa, melaksanakan tindak lanjut
dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai
remidi/pengayaan dengan sangat baik.
Dari hasil observasi didapat skor rata-rata 3,86 dengan kategori cukup
(lampiran 22).
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh dari observasi dan tes pada siklus II
dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil anailisis tidakan pada siklus
II, peneliti merefleksi sebagai berikut:
1) Berdasarkan hasil observasi pada aktivitas siswa dikategorikan baik.
2) Berdasarkan observasi kemampuan guru dikategorikan baik.
3) Berdasarkan hasil tes apresiasi tembang macapat pada siklus II diperoleh
rata-rata kelas yaitu 82,2. Siswa yang memperoleh nilai <75 sebanyak 2
siswa atau 10% dan siswa yang memperoleh nilai ≥75 sebanyak 18 siswa
atau 90% dari jumlah siswa. Data perkembangan apresiasi tembang
macapat diperoleh dari data tabel 4.4 dan data tabel 4.7, perkembangan
apresiasi tembang macapat disajikan pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Perkembangan Hasil Apresiasi Tembang Macapat Siklus I denganSiklus II
Keterangan Rata-rata nilai Ketuntasan klasikalSiklus I 76,8 70%Siklus II 82,2 90%
Dari tabel 4.8 dapat disajikan dalam grafik perkembangan apresiasi tembang
macapat pada gambar 4.5 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Hasil Apresiasi Tembang Macapat Siklus Idengan Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II, dilihat dari frekuensi data
nilai apresiasi tembang macapat pada pembelajaran Bahasa Jawa siswa dengan
menggunakan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
berhasil. Ditunjukkan dengan jumlah siswa yang mencapai nilai ≥75 sebanyak 18
siswa atau mencapai indikator keberhasilan dari penelitian, bahkan lebih tinggi
dari yang ditargetkan yaitu 90%. Maka dapat disimpulkan bahwa melalui
pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif dapat
meningkatkan apresiasi tembang macapat siswa kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari tahun ajaran 2011/2012 yang telah mencapai target penelitian,
bahkan lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian tindakan kelas
diakhiri pada siklus II.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan Kondisi Awal
Sebelum dilaksanakan tindakan, apresiasi tembang macapat pada siswa
kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari kurang optimal. Dari hasil tes tersebut
didapatkan data sebagai berikut: siswa mendapat nilai antara 65-69 sebanyak 5
siswa atau 25%, nilai antara 70-74 sebanyak 7 siswa atau 35%, nilai antara 75-79
sebanyak 2 siswa atau 10%, nilai antara 80-84 sebanyak 4 siswa atau 20%, nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
antara 85-89 sebanyak 2 siswa atau 10% dari jumlah siswa. Berdasarkan data
tersebut sebanyak 15 siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal, dan 11
siswa mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal.
Jadi persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 40%. Nilai terendah dari hasil
tes sebelum dilaksanakan tindakan yaitu 65, nilai tertinggi yaitu 85, dan rata-rata
nilai secara klasikal yaitu 73,7.
2. Pembahasan Siklus I
Pembelajaran apresiasi tembang macapat pada siklus I dengan
menggunakan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif.
Dari hasil tes apresiasi tembang macapat pada siklus I diperoleh data sebagai
berikut: siswa mendapat nilai antara 65-70 sebanyak 6 siswa atau 30%, nilai
antara 71-76 sebanyak 5 siswa atau 25%, nilai antara 77-82 sebanyak 4 siswa atau
20%, nilai antara 83-88 sebanyak 3 siswa atau 15%, nilai antara 89-94 sebanyak 1
siswa atau 5%, nilai antara 95-100 sebanyak 1 siswa atau 5% dari jumlah siswa.
Berdasarkan data tersebut sebanyak 6 siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan
minimal, dan 14 siswa mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan kriteria
ketuntasan minimal. Jadi persentase ketuntasan secara klasikal meningkat 35%
dari sebelum tindakan yaitu dari 40% menjadi 70% pada siklus I. Nilai terendah
dari hasil tes sebelum dilaksanakan tindakan yaitu 65 masih terdapat 2 siswa pada
siklus I, nilai tertinggi meningkat yaitu 95, dan rata-rata nilai secara klasikal
meningkat dari sebelum tindakan yaitu 73,7 menjadi 76,8 pada siklus I.
3. Pembahasan Siklus II
Pembelajaran apresiasi tembang macapat siklus II dengan menggunakan
pendekatan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif yang
telah disempurnakan. Dari hasil tes apresiasi tembang macapat pada siklus II
diperoleh nilai apresiasi tembang macapat sebagai berikut: siswa mendapat nilai
antara 65-70 sebanyak 2 siswa atau 7,70%, nilai antara 71-76 sebanyak 2 siswa
atau 7,70%, nilai antara 77-82 sebanyak 1 siswa atau 3,84%, nilai antara 83-88
sebanyak 3 siswa atau 11,53%, nilai antara 89-94 sebanyak 2 siswa atau 7,70%,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
dan nilai antara 95-100 sebanyak 16 siswa atau 61,53% dari jumlah siswa.
Berdasarkan data tersebut sebanyak 2 siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan
minimal, dan 18 siswa mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan kriteria
ketuntasan minimal. Jadi persentase ketuntasan secara klasikal meningkat sebesar
20% dari siklus I yaitu 70% menjadi 90% pada siklus II. Namun masih ada 10%
yang tidak tuntas, karena satu siswa menempuh pendidikan inklusi dan satu siswa
tidak mampu mencapai hasil maksimal. Nilai terendah dari hasil tes setelah
dilaksanakan tindakan siklus II yaitu 70, nilai tertinggi yaitu 100, dan rata-rata
nilai secara klasikal meningkat dari siklus I yaitu 76,8 menjadi 82,2 pada siklus
II.
4. Hubungan antar Siklus
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan perhitungan rata-rata nilai
tes apresiasi tembang macapat dan ketuntasan belajar apresiasi tembang macapat
kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari mengalami peningkatan. Peningkatan terlihat
dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan Siklus II yang
masing-masing terdiri dari 3 pertemuan. Dari tabel 4.4 dan tabel 4.7 tentang
perkembangan apresiasi tembang macapat siswa dapat dibuat tabel 4.9 tentang
peningkatan apresiasi tembang macapat sebelum tindakan sampai siklus II sebagai
berikut:
Tabel 4.9 Nilai Rata-Rata Apresiasi Tembang Macapat dan PersentaseKetuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Nilai Rata-rata ApresiasiTembang Macapat
Persentase Ketuntasan Klasikal
SebelumTindakan
SiklusI
SiklusII
SebelumTindakan
SiklusI
SiklusII
73,7 76,8 82,2 40% 70% 90%
Dari tabel 4.9 diatas dapat disajikan dalam grafik pada gambar 4.6 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
0102030405060708090
Nilai Rata-rata PersentaseKetuntasan Klasikal
Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.6 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Apresiasi Tembang Macapat danKetuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Dari gambar 4.6 terlihat bahwa nilai rata-rata apresiasi tembang macapat
sebelum tindakan 73,7 yang kemudian meningkat pada siklus I menjadi 76,8 dan
meningkat lagi pada siklus II menjadi 82,2. Sedangkan dari segi persentase
ketuntasan belajar apresiasi tembang macapat sebelum tindakan ketuntasan
sebesar 40% (8 siswa) kemudian pada siklus I ketuntasan belajar meningkat
sebesar 75% (15 siswa) dan pada siklus II ketuntasan belajar meningkat lagi
sebesar 90% (18 siswa).
Berkaitan dengan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa apresiasi
tembang macapat siswa meningkat dengan penggunaan pengembangan model
pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif dalam pembelajarannya. Ditandai dengan
adanya peningkatan hasil tes siswa, yaitu nilai rata-rata kelas yang semula 73,7
meningkat menjadi 76,8 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 82,2 pada
siklus II. Ketuntasan belajar meningkat yaitu semula 40 % meningkat menjadi
75% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 90% pada siklus II.
Selama dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pengembangan model
pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif, ditemukan kondisi pembelajaran sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
1. Penggunaan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan.
2. Penggunaan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovaif
membawa siswa ke pembelajaran yang lebih nyata, sehingga apresiasi
tembang macapat yang semula sulit dipahami menjadi mudah dipahami oleh
siswa.
3. Penggunaan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
melibatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran yaitu siswa belajar
dengan konteks kehidupan sehari-hari dan berhubungan dengan elemen
masyarakat sekitar yang diberikan oleh guru, sehingga apa yang dipelajari
lebih bermakna dan melekat dalam ingatan siswa.
4. Bekerja kelompok dapat membangun interaksi yang multi arah, yaitu antar
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang lain.
Selama penelitian tidak terlepas dari suatu hambatan, hambatan-hambatan
yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-beda. Hambatan tersebut
diantaranya: hambatan pada siklus I yakni (1) siswa belum terbiasa bekerja secara
berkelompok, sehingga siswa belum dapat bekerja sama dengan baik, dan
pembagian tugas antar siswa belum terorganisasi dengan baik, (2) siswa belum
terbiasa menggunakan media kartu dan puzzle, sehingga siswa masih sering
bingung dalam menggunakannya, (3) siswa belum terbiasa mempresentasikan
hasil diskusi, sehingga saat mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas masih
banyak dibimbing oleh guru. (4) siswa masih bingung dalam upaya menyanyikan
tembang macapat secara berkelompok. Upaya untuk mengatasi hambatan yang
ada pada siklus I disempurnakan pada siklus II yakni dengan (1) Guru
menjelaskan cara dan arti dari kerja kelompok dalam pembelajaran, (2) Guru
menggunakan media yang lebih mudah dipahami siswa yang berhubungan dengan
konteks kehidupan sehari-hari, (3) Guru menjelaskan tentang cara
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. (4) Guru memberikan cara untuk
menyanyi secara kompak saat bernyanyi bersama kelompok masing-masing. Pada
siklus II pembelajaran sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan apresiasi pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari yaitu
dengan menggunakan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika
Inovatif. Dikarenakan penggunaan pengembangan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif dapat memberikan pembelajaran yang berbeda dan
menyenangkan sehingga mudah dipahami oleh siswa, serta dapat membuat siswa
telibat secara langsung dalam pembelajaran. Jadi melalui pengembangan model
pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif dapat meningkatkan apresiasi tembang
macapat siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari tahun ajaran 2011/1012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus tersebut, maka dapat ditarik simpulan bahwa penerapan hasil
pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif dapat
meningkatkan apresiasi tembang macapat pada siswa kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar (KKM ≥75)
sebanyak 8 siswa atau 40% pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan
menjadi 14 siswa atau 70% pada siklus I, dan 18 siswa atau 90% pada siklus II.
Nilai rata-rata siswa tiap siklusnya juga mengalami peningkatan, yaitu pada
kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan sebesar 73,7 menjadi 76,8 pada
siklus I, dan 82,2 pada siklus II. Dengan demikian, penerapan pengembangan
model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif dapat meningkatkan apresiasi
tembang macapat siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari Tahun Ajaran
2011/2012.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat diketahui
bahwa penerapan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
dapat meningkatkan apresiasi tembang macapat siswa kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari Tahun Ajaran 2011/2012. Tindakan penelitian yang terdiri dari dua
siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2012, 9 Mei 2012, dan 14 Mei
2012, sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2012, 22 Mei 2012,
dan 23 Mei 2012. Setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berkaitan dengan
hasil penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai
berikut:
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
1. Memberikan informasi bagi guru untuk menerapkan serta memanfaatkan
pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif dalam
pembelajaran Bahasa Jawa materi apresiasi tembang macapat untuk
meningkatkan kemampuan apresiasi siswa.
2. Pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif dapat
memotivasi siswa untuk memiliki keberanian dalam mengungkapkan
pendapatnya dalam kelompok, kemauan bekerjasama dengan kelompok,
kemampuan menyampaikan hasil diskusi kelompok dengan baik, kemampuan
berinteraksi dengan guru maupun siswa lain, mengembangkan inisiatif dan
kreatifitas sehingga partisipasi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Jawa
pun meningkat.
3. Mendorong guru untuk menggunakan berbagai model pembelajaran salah
satunya pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif yang
dapat menumbuhkan partisipasi siswa serta menciptakan suasana
pembelajaran Bahasa Jawa yang kondusif sehingga menyebabkan siswa
merasa senang dan nyaman selama mengikuti proses pembelajaran.
4. Menumbuhkan kesadaran pada guru tentang pentingnya mengenali berbagai
kendala yang timbul dalam pembelajaran Bahasa Jawa sedini mungkin serta
mencari berbagai alternatif dalam usaha mengatasi masalah yang ada dalam
proses pembelajaran melalui pengembangan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
a. Hendaknya sekolah dapat memberi motivasi pada guru supaya
melakukan pembelajaran Bahasa Jawa yang aktif, menarik, kondusif,
efektif, serta efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan
penghargaan kepada guru yang berhasil dalam pembelajaran dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
bimbingan mengenai pengembangan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif
b. Hendaknya sekolah memenuhi sarana serta prasarana yang dapat
mendukung berlangsungnya proses pembelajaran Bahasa Jawa bagi
siswa dalam pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika
Inovatif.
c. Hendaknya sekolah dapat menciptakan suasana yang kondusif sehingga
siswa dan guru merasa senang serta nyaman dalam pembelajaran Bahasa
Jawa khususnya tembang macapat dengan pengembangan model
pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif.
d. Hendaknya di sekolah menggunakan Bahasa Jawa pada hari-hari terentu
dalam proses belajar mengajar seperti “English Day”, namun dalam hal
ini dapat disebut “Java Day” (hari berbahasa Jawa).
2. Bagi Guru
a. Hendaknya membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam
menerapkan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika
Inovatif pada pembelajaran apresiasi tembang macapat.
b. Hendaknya memotivasi siswa serta menarik perhatian siswa dalam
mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa materi apresiasi tembang macapat.
Hal ini bisa dengan menyajikan pembelajaran yang menarik,
menyediakan berbagai macam media, membentuk kelompok kreatif,
lebih kaya ide atau gagasan yang bersangkutan dengan kelompok
masyarakat, dan memberikan penghargaan bagi siswa atau bias disebut
sebagai pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif.
c. Hendaknya lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajaran apresiasi
tembang macapat dengan pengembangan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif.
3. Bagi Siswa
a. Diharapkan lebih sering mempelajari Bahasa Jawa khususnya tembang
macapat untuk menambah wawasan siswa tentang budaya dan lebih
mudah memahami materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
b. Hendaknya lebih aktif dalam pembelajaran Bahasa Jawa sehingga mudah
menyerap ilmu pengetahuan serta informasi yang disampaikan guru dalam
pembelajaran melalui pengembangan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif.
c. Hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran Bahasa Jawa untuk
menambah pengetahuan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
dengan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif.
d. Melalui pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
hendaknya ikut berperan aktif dalam pembelajaran Bahasa Jawa
khususnya apresiasi tembang macapat dan rajin belajar sehingga dapat
memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian pada permasalahan
dan pokok bahasan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan
pengkajian teori-teori yang berkaiatan dengan apresiasi tembang macapat dengan
menggunakan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
guna melengkapi kekurangan yang ada, serta sebagai salah satu alternatif dalam
meningkatkan kemampuan siswa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar
diperoleh hasil yang lebih baik.