Upload
phungduong
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH MACAM LARUTAN NUTRISI PADA HIDROPONIK
SISTEM RAKIT APUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
BABY KAILAN (Brassica oleraceae var. alboglabra)
Jurusan/Program Studi Agronomi
Oleh :
Asri Norma Dewi Wulansari
H0107035
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
PERNYATAAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan pemenuhan gizi
sehari-hari menyebabkan permintaan akan produk sayur dan buah berkualitas
tinggi semakin meningkat, termasuk permintaan terhadap baby kailan. Menurut
Palungkun dan Budiarti (1992), peningkatan permintaan ini disebabkan karena
pengetahuan dan daya beli masyarakat meningkat. Indonesia dengan letak
geografisnya seharusnya sudah dapat memenuhi permintaan sayuran ini, baik
untuk dalam maupun luar negeri. Sayuran termasuk makanan yang tak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Komoditi ini penting karena mengandung
berbagai vitamin. Selain itu, sayuran berfungsi sebagai sumber karbohidrat,
protein, dan mineral penting. Kandungan serat kasarnya juga berguna dalam
mencegah penyakit kanker saluran pencernaan (Setyowati dan Budiarti, 1992).
Baby kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra) merupakan salah satu
jenis sayuran yang mengandung gizi lebih tinggi bila dibandingkan dengan
sayuran hijau daun lainnya. Sayuran ini banyak mengandung vitamin A, C, K
maupun kalsium (Astawan, 2009). Baby kailan termasuk keluarga kubis-kubisan
yang dipanen ketika tanaman masih muda. Menurut Sulistyanti et al. (2003)
bentuk tanaman kailan sepintas mirip caisin dengan bentuk daun relatif bulat dan
berwarna hijau tua. Rasa daunnya segar, renyah, dan tekstur batangnya lebih
lunak.
Di Indonesia, baby kailan termasuk jenis sayuran baru dan belum banyak
dikembangkan meskipun bernilai ekonomi tinggi dan berprospek untuk memenuhi
permintaan supermarket, hotel, restoran bahkan pasar tradisional. Teknik
budidaya yang sesuai untuk jenis sayuran ini, salah satunya dengan sistem
hidroponik. Hidroponik juga dikenal dengan istilah bercocok tanam tanpa tanah.
Pada teknik ini, media yang digunakan hanya sebagai penopang tumbuhnya suatu
tanaman sehingga mutlak diperlukan pemberian nutrisi. Salah satu sistem
hidroponik yang banyak dikembangkan adalah hidroponik rakit apung.
Hidroponik Rakit Apung adalah salah satu cara budidaya tanaman dalam
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
hidroponik yang cukup mudah untuk dilakukan, karena tidak memerlukan biaya
yang banyak dan tidak perlu keterampilan yang lebih. Dalam sistem ini tanaman
hanya ditanam di atas larutan nutrisi yang tertampung dalam wadah, dan
penanamannya menggunakan bantuan styrofoam. Tanaman ditanam pada lubang
styrofoam, kemudian styrofoam diapungkan dalam larutan nutrisi. Dalam sistem
ini, larutan nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil
tanaman sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi, dan
suhunya.
Pang et al. (2008) menyatakan dalam sistem hidroponik, pemberian dan
penggunaan nutrisi pada tanaman lebih efisien. Larutan nutrisi yang biasanya
digunakan berasal dari pupuk anorganik yang berupa garam-garam mineral.
Larutan nutrisi yang digunakan dapat berasal dari ramuan pupuk standar
hidroponik yang sudah banyak di pasaran, dengan kandungan unsur yang lengkap
dan komposisi yang tepat.
Jumlah unsur hara yang dibutuhkan suatu tanaman berbeda seiring
dengan pertumbuhan tanaman. Ketika tanaman masih muda membutuhkan unsur
hara dalam jumlah yang sedikit dan akan meningkat seiring dengan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu saat pengaplikasian larutan nutrisi
perlu memperhatikan tingkat kepekatannya yang disesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan tanaman. Larutan nutrisi yang terlalu pekat sampai batas tertentu
tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Oleh karena itu perlu adanya pengkajian
pengaturan kepekatan larutan nutrisi dalam hidroponik rakit apung yang dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan baby kailan.
B. Perumusan Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman baby kailan yang
dibudidayakan secara hidroponik rakit apung salah satunya ditentukan oleh
ketersediaan larutan nutrisi. Sumber larutan nutrisi yang biasa digunakan adalah
pupuk anorganik. Komposisi nutrisi dari pupuk anorganik tersebut ada yang telah
teruji kelengkapan unsur haranya. Namun perlu adanya penelitian lanjut mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perbedaan pengaruh dari berbagai macam larutan nutrisi terhadap pertumbuhan
dan perkembangan baby kailan.
Dalam pemberian larutan nutrisi perlu memperhatikan tingkat
kepekatannya yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tanaman. Pengaturan
kepekatan yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan uraian di atas maka timbul permasalahan, apakah macam
larutan nutrisi yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil baby
kailan pada sistem hidroponik rakit apung.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam larutan
nutrisi yang optimal terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman baby kailan
(Brassica oleraceae var. alboglabra) pada hidroponik sistem rakit apung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan pemenuhan gizi
sehari-hari menyebabkan permintaan akan produk sayur dan buah berkualitas
tinggi semakin meningkat, termasuk permintaan terhadap baby kailan. Menurut
Palungkun dan Budiarti (1992), peningkatan permintaan ini disebabkan karena
pengetahuan dan daya beli masyarakat meningkat. Indonesia dengan letak
geografisnya seharusnya sudah dapat memenuhi permintaan sayuran ini, baik
untuk dalam maupun luar negeri. Sayuran termasuk makanan yang tak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Komoditi ini penting karena mengandung
berbagai vitamin. Selain itu, sayuran berfungsi sebagai sumber karbohidrat,
protein, dan mineral penting. Kandungan serat kasarnya juga berguna dalam
mencegah penyakit kanker saluran pencernaan (Setyowati dan Budiarti, 1992).
Baby kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra) merupakan salah satu
jenis sayuran yang mengandung gizi lebih tinggi bila dibandingkan dengan
sayuran hijau daun lainnya. Sayuran ini banyak mengandung vitamin A, C, K
maupun kalsium (Astawan, 2009). Baby kailan termasuk keluarga kubis-kubisan
yang dipanen ketika tanaman masih muda. Menurut Sulistyanti et al. (2003)
bentuk tanaman kailan sepintas mirip caisin dengan bentuk daun relatif bulat dan
berwarna hijau tua. Rasa daunnya segar, renyah, dan tekstur batangnya lebih
lunak.
Di Indonesia, baby kailan termasuk jenis sayuran baru dan belum banyak
dikembangkan meskipun bernilai ekonomi tinggi dan berprospek untuk memenuhi
permintaan supermarket, hotel, restoran bahkan pasar tradisional. Teknik
budidaya yang sesuai untuk jenis sayuran ini, salah satunya dengan sistem
hidroponik. Hidroponik juga dikenal dengan istilah bercocok tanam tanpa tanah.
Pada teknik ini, media yang digunakan hanya sebagai penopang tumbuhnya suatu
tanaman sehingga mutlak diperlukan pemberian nutrisi. Salah satu sistem
hidroponik yang banyak dikembangkan adalah hidroponik rakit apung.
Hidroponik Rakit Apung adalah salah satu cara budidaya tanaman dalam
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
hidroponik yang cukup mudah untuk dilakukan, karena tidak memerlukan biaya
yang banyak dan tidak perlu keterampilan yang lebih. Dalam sistem ini tanaman
hanya ditanam di atas larutan nutrisi yang tertampung dalam wadah, dan
penanamannya menggunakan bantuan styrofoam. Tanaman ditanam pada lubang
styrofoam, kemudian styrofoam diapungkan dalam larutan nutrisi. Dalam sistem
ini, larutan nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil
tanaman sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi, dan
suhunya.
Pang et al. (2008) menyatakan dalam sistem hidroponik, pemberian dan
penggunaan nutrisi pada tanaman lebih efisien. Larutan nutrisi yang biasanya
digunakan berasal dari pupuk anorganik yang berupa garam-garam mineral.
Larutan nutrisi yang digunakan dapat berasal dari ramuan pupuk standar
hidroponik yang sudah banyak di pasaran, dengan kandungan unsur yang lengkap
dan komposisi yang tepat.
Jumlah unsur hara yang dibutuhkan suatu tanaman berbeda seiring
dengan pertumbuhan tanaman. Ketika tanaman masih muda membutuhkan unsur
hara dalam jumlah yang sedikit dan akan meningkat seiring dengan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu saat pengaplikasian larutan nutrisi
perlu memperhatikan tingkat kepekatannya yang disesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan tanaman. Larutan nutrisi yang terlalu pekat sampai batas tertentu
tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Oleh karena itu perlu adanya pengkajian
pengaturan kepekatan larutan nutrisi dalam hidroponik rakit apung yang dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan baby kailan.
B. Perumusan Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman baby kailan yang
dibudidayakan secara hidroponik rakit apung salah satunya ditentukan oleh
ketersediaan larutan nutrisi. Sumber larutan nutrisi yang biasa digunakan adalah
pupuk anorganik. Komposisi nutrisi dari pupuk anorganik tersebut ada yang telah
teruji kelengkapan unsur haranya. Namun perlu adanya penelitian lanjut mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perbedaan pengaruh dari berbagai macam larutan nutrisi terhadap pertumbuhan
dan perkembangan baby kailan.
Dalam pemberian larutan nutrisi perlu memperhatikan tingkat
kepekatannya yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tanaman. Pengaturan
kepekatan yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan uraian di atas maka timbul permasalahan, apakah macam
larutan nutrisi yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil baby
kailan pada sistem hidroponik rakit apung.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam larutan
nutrisi yang optimal terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman baby kailan
(Brassica oleraceae var. alboglabra) pada hidroponik sistem rakit apung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Tanaman Kailan
Klasifikasi tanaman kailan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub class : Dillendidae
Ordo : Capparales
Family : Cruciferae/Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea var. alboglabra
Karakteristik kailan adalah berdaun tebal, datar, berlapis lilin, berwarna
hijau menyerupai caisin. Batangnya tebal dengan kepala bunga kecil, mirip
brokoli. Secara umum baby kailan tidak berbeda dengan kailan biasa, kecuali
ukurannya lebih kecil. Batang dan tangkai daun tumbuh panjang dan lunak, tetapi
panjang keseluruhan tanaman ketika dipanen hanya 10-15 cm.
Kailan kaya berbagai vitamin, termasuk vitamin A yang baik untuk
kesehatan mata. Sayur berwarna hijau ini juga mengandung isotiosianat, senyawa
penangkal kanker. Kailan sangat kaya akan komponen glukosinolat, seperti
halnya brokoli. Glukosinolat ini sebenarnya tidak punya manfaat bagi tubuh.
Menurut penelitian ilmuwan dari Ohio State University, senyawa glukosinolat
tidak mempunyai dampak pada sel kanker. Namun, kehadiran glukosinolat di
dalam kailan sangat penting karena komponen tersebut merupakan induk dari
komponen isotiosianat yang mempunyai manfaat sangat luar biasa bagi tubuh,
terutama untuk melawan sel kanker.
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Kandungan zat gizi kailan per 100 gram dapat dilihat pada tabel.
Kandungan zat gizi per 100 gram kailan:
Zat gizi Kadar %AKG*
Energi (kkal) 22 1
Total karbohidrat (g) 3,8 1
Serat pangan (g) 2,5 10
Protein (g) 1,1 1,8
Total lemak (g) 0,7 1
Vitamin A (IU) 1.638 33
Vitamin C (mg) 28,2 31
Vitamin E (mg) 0,5 2
Vitamin K (mkg) 84,8 141
Asam folat (mkg) 99 25
Kalsium (mg) 100 10
Mangan (mg) 0,3 13
Lutein-zeaksantin (mkg) 912 -
*%AKG: persentase terhadap angka kecukupan gizi per hari
Tanaman kailan adalah salah satu sayuran musim dingin atau lembab,
dapat juga pada musim semi, kelembaban tinggi dan tumbuh baik pada ketinggian
1000-2000 dpl. Kailan menghendaki suhu optimum berkisar antara 15°-25°C serta
cukup mendapat sinar matahari. Tanaman kailan yang dibudidayakan umumnya
tumbuh semusim (annual) ataupun dwimusim (biennual) yang berbentuk perdu.
Sistem perakaran relatif dangkal, yakni menembus kedalaman tanah antara 20-30
cm.
Tanaman kailan menghendaki keadaan tanah yang gembur dengan pH
5,5-6,5. Tanaman kailan dapat tumbuh dan beradaptasi di semua jenis tanah, baik
tanah yang bertekstur ringan sampai berat. Jenis tanah yang paling baik untuk
tanaman kailan adalah lempung berpasir. Pada tanah-tanah yang masam (pH
kurang dari 5,5) pertumbuhan kailan sering mengalami hambatan, mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
terserang penyakit akar bengkak atau “club root” yang disebabkan oleh cendawan
Plasmodiophora brassica wor, sebaliknya pada tanah yang basa atau alkalis (pH
lebih besar dari 6,5) tanaman terserang penyakit kaki hitam (blackieg) akibat
cendawan Phoma lingam.
B. Sistem Hidroponik Rakit Apung
Hidroponik merupakan salah satu teknologi budidaya tanaman
dalam lingkungan terkendali. Budidaya tanaman secara hidroponik dilakukan
tanpa tanah, dengan pemberian hara tanaman yang terkendali, serta dapat
dilaksanakan menggunakan media tanam maupun tanpa media tanam
(Savvage, 1985). Hidroponik Sistem Rakit Apung adalah salah satu sistem
budidaya tanaman secara hidroponik yang dikembangkan dari water culture.
Keuntungan menggunakan teknologi hidroponik rakit apung ialah jika
aliran listrik mati selama sehari pun, pertumbuhan tanaman tidak akan
terpengaruh sehingga faktor resiko kematian sangat kecil. Pemakaian listrik pun
hanya sedikit, hanya untuk menjalankan pompa pada saat mengisi air ke dalam
kolam dan menjalankan aerator. Perawatan instalasinya pun mudah dan murah
karena tidak memerlukan pompa air khusus, filter, timer, sprinkler, solenoid
valve, selang polyethylene, dan sebagainya. Disisi lain penggunaan kolam yang
besar dan anti bocor tidaklah murah. Pada sistem ini tidak dilakukan sirkulasi
larutan hara, sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap ketersediaan
energi listrik. Kesederhanaan merupakan keunggulan teknologi ini untuk dapat
secara mudah diaplikasikan oleh petani.
Kekurangan dari sistem ini adalah rendahnya kadar oksigen di zona
perakaran karena terendamnya akar tanaman dalam larutan hara. Morard and
Silvestre (1996) menyatakan bahwa ruang pori yang berisi air dapat
memperlambat atau bahkan memutuskan pertukaran gas antara atmosfer dan
rizosfer, akibatnya konsentrasi oksigen yang diperlukan untuk respirasi akar
menjadi faktor pembatas. Kekurangan oksigen pada aktifitas
sistem perakaran mempengaruhi terjadinya proses penyerapan air dan mineral
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
hara. Menurut Drew and Stolzy (1991), gangguan akar sebagai akibat kekurangan
oksigen (deoksigenasi) adalah pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
tidak sempurna serta menurunnya hasil panen. Hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan aerator yang berfungsi untuk pertukaran gas di daerah perakaran
tanaman sehingga oksigen yang dibutuhkan tanaman tercukupi dan akar tidak
mengalami pembusukan. Untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik,
dapat digunakan potongan botol untuk menopang styrofoam, sehingga ada sela
antara syrofoam dan larutan nutrisi yang berfungsi untuk respirasi akar tanaman.
Oksigen memegang peranan penting dalam hidroponik. Kekurangan
oksigen akan menyebabkan dinding sel sulit untuk ditembus, sehingga tanaman
akan kekurangan air. Dengan demikian tanaman akan cepat layu karena larutan
tidak mengandung oksigen. Pemberian oksigen ke dalam larutan dapat melalui
gelembung udara seperti pompa air gelembung yang dipakai aquarium,
penggantian larutan nutrisi secara rutin, membersihkan atau mencabut akar
tanaman yang terlalu panjang, dan memberikan lubang ventilasi pada tempat
penanaman.
C. Komposisi Nutrisi
Nutrisi untuk tanaman hidroponik mempunyai peran penting dalam
pertumbuhan tanaman karena nutrisi merupakan satu-satunya sumber makanan
pada pertanaman sistem hidroponik. Hal ini berbeda dengan tanaman yang
ditanam di tanah, sebagai sumber makanannya dapat diperoleh dari tanah (unsur
hara yang terdapat di tanah) dan pupuk yang ditambahkan (Prihmantoro dan
Indriani, 1999). Larutan nutrisi harus mengandung unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Biasanya nutrisi dibuat dari campuran garam-garam makro dan mikro
yang dilarutkan dengan kepekatan tertentu, lalu disiramkan dengan frekuensi yang
tertentu pula (Lingga, 2002).
Pupuk hidroponik dibuat khusus untuk tanaman dan mengandung semua
unsur makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman yaitu CaNO3-, H2PO4
-, SO4
2-,
NH4+, K+, Ca++, Mg++, Fe, Mn, Zn,Cu dan Mo. Pupuk ini terdiri dari pupuk A dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
pupuk B. Dalam pupuk A terkandung NO3-, NH4
4, Ca++, Fe dan dalam pupuk B
terkandung H2PO4-, SO4
2-, K+, Mn, B, Cu dan Mo. Kedua pupuk ini tidak boleh
bercampur dalam keadaan pekat. Di dalam pupuk A terdapat unsur Ca sedangkan
di dalam pupuk B terdapat anion sulfat dan fosfat. Bila Ca bercampur dengan
sulfat, maka akan terbentuk CaSO4 atau gips yang merupakan endapan karena
daya larutnya rendah sekali sehingga tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
Begitu pula bila Ca bercampur dengan fosfat, maka akan terbentuk Ca3(PO4)2 atau
kalsium fosfat yang juga merupakan endapan sehingga tidak dapat diserap oleh
akar tanaman (Suhardiyanto, 2002).
Meramu larutan nutrisi hidroponik perlu disesuaikan dengan jenis
tanaman yang akan dibudidayakan. Kailan termasuk jenis sayuran daun dan
batang sehingga secara umum larutan nutrisi yang digunakan harus mengandung
unsur hara makro sebagai berikut: N: 250 ppm, P: 75 ppm, K: 350 ppm, Ca: 200
ppm, Mg: 75 ppm dan S: 135 ppm, sedangkan kandungan unsur hara mikro Fe: 5
ppm, Mn: 2 ppm, Cu: 0,1 ppm, Zn: 0,3 ppm, B: 0,7 ppm dan Mo: 0,05 ppm
(Sutiyoso, 2004).
Menurut Nugraheni (2004), komposisi dan konsentrasi larutan nutrisi
berpengaruh secara terpisah terhadap hasil tanaman selada. Perlakuan komposisi
praktisi memberikan hasil berat segar tajuk yang terbaik dengan rata-rata 22,7
g/tanaman dibandingkan komposisi Taiwan dengan rata-rata 6,3 g/tanaman.
Perlakuan konsentrasi larutan nutrisi 80% standar (Mix AB) juga memberikan
hasil terbaik. Hasil tanaman selada cenderung tidak ada keterkaitan dengan nilai
EC, suhu dan pH larutan nutrisi.
Menurut Kornelius (2004), perlakuan komposisi larutan nutrisi tidak
berinteraksi dengan perlakuan interval penambahan oksigen, perlakuan komposisi
larutan nutrisi berpengaruh terhadap hasil tanaman selada, sedang perlakuan
interval penambahan oksigen tidak berpengaruh terhadap hasil tanaman selada.
Komposisi larutan nutrisi versi praktisi memberikan hasil tanaman terbaik yaitu
26,84 g/tanaman dibandingkan komposisi larutan nutrisi standar mix AB dan versi
Taiwan masing-masing 10,52 g/tanaman dan 2,85 g/tanaman. Pengukuran nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
EC, pH, dan suhu larutan nutrisi tidak berkorelasi dengan pergerakan berat segar
tajuk, kecuali pada suhu larutan nutrisi versi Taiwan.
Konsentrasi larutan nutrisi dan jenis substrat berpengaruh terhadap tinggi
tanaman, berat segar tajuk dan berat kering akar. Perlakuan nutrisi 80% dari
konsentrasi standar dan substrat abu sekam+agregat memberikan hasil paling
baik. Kepekatan larutan nutrisi yang ditunjukkan oleh nilai EC lebih berpengaruh
terhadap hasil tanaman Caisin dibanding dengan nilai pH larutan nutrisi
(Triyuyun, 2003).
D. Pemantauan pH, suhu dan kepekatan nutrisi
Kualitas larutan nutrisi dapat dikontrol berdasarkan pH dan nilai
Electrical Conductivity (EC) larutan. Makin tinggi konsentrasi larutan berarti
makin pekat kandungan garam dalam larutan tersebut, sehingga kemampuan
larutan menghantarkan arus listrik makin tinggi yang ditunjukkan nilai EC yang
tinggi pula. Kepekatan larutan nutrisi dipengaruhi oleh kandungan garam total
serta akumulasi ion-ion yang ada dalam larutan nutrisi. Konduktivitas listrik
dalam larutan dapat mempengaruhi metabolisme tanaman, yaitu dalam hal
kecepatan fotosintesis, aktivitas enzim dan potensi penyerapan ion-ion oleh akar
(Suhardiyanto, 2002). Kepekatan ini juga akan menentukan lama penggunaan
larutan nutrisi dalam penanaman hidroponik (Susanto, 2002).
Pada awal pertumbuhan tanaman dapat digunakan larutan nutrisi dengan
EC sekitar 1,5 mS, pada fase vegetatif dapat ditingkatkan hingga EC mencapai 2,0
mS. Tanaman dalam fase generatif atau sayuran yang sudah besar dapat
digunakan larutan nutrisi dengan EC 2,5 mS. Pengaturan pekatan larutan nutrisi
yang dinyatakan dalam nilai EC dapat digunakan sebagai upaya untuk mengatur
ritme pertumbuhan tanaman. Apabila nilai EC terlampau tinggi, efisiensi
penyerapan unsur hara oleh akar akan menurun karena terlampau tinggi titik
jenuhnya. Pada tanaman jenis sawi-sawian nilai EC maksimum yang dapat
ditolerir adalah 4,2 mS (Karsono et al., 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Dalam pembuatan larutan nutrisi perlu diperhatikan pH, suhu serta
kepekatannya agar unsur-unsur di dalamnya dapat terserap oleh tanaman.
Kebanyakan unsur-unsur hara lebih mudah larut dan tersedia bagi tanaman pada
kisaran pH 6,0-7,0 (Muliawati, 2003).
Pada budidaya hidroponik dipilih kisaran pH 5,5-6,5, dengan pH optimal
6,0. Nilai pH di bawah 5,5 dan di atas 6,5 mengakibatkan beberapa unsur
mengendap sehingga tidak dapat diserap oleh akar dan akibatnya tanaman
mengalami defisiensi unsur. Pada pH optimal, semua unsur berada dalam kondisi
kelarutan yang baik sekali sehingga mudah diserap akar (Sutiyoso 2009). Larutan
hidroponik biasanya menggunakan Fe dalam bentuk Fe-EDTA (organik) untuk
menyediakan unsur logam. Dalam kondisi pH tinggi (lebih dari 6,5) fungsi
chelate agent (EDTA) tidak efektif menahan unsur logam sehingga dapat
membuat ikatan dengan fosfat sehingga Fe tidak dapat dimanfaatkan
(Karsono et al., 2002).
Suhu sangat berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tanaman. Suhu
yang terlalu tinggi tidak saja menyebabkan peningkatan respirasi yang mencolok,
tetapi juga berakibat rusaknya sistem enzim yang akan berpengaruh terhadap
reaksi biokimiawi di dalam sel tanaman. Sebaliknya suhu yang terlalu rendah
akan berakibat kurang aktifnya proses biokimia yang berakibat pada lambat atau
berhentinya pertumbuhan tanaman, bahkan pada kondisi ekstrim dapat
mengakibatkan terjadinya chilling injury. Suhu yang dapat menyokong
pertumbuhan tanaman biasanya berkisar 5o-35oC. Daerah perakaran merupakan
bagian tanaman yang paling peka terhadap fluktuasi suhu. Dalam sistem
hidroponik penting sekali menjaga stabilitas suhu larutan agar tetap optimal untuk
mendukung pertumbuhan akar dan menjaga efektivitas penyerapan hara oleh akar
(Susanto, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2011-Januari 2012
bertempat di Rumah Kaca Fakultas Pertanian UNS Surakarta dengan ketinggian
tempat 96 mdpl dengan letak astronomi 7o 33’ 39,5” LS dan 110o 51’ 31,4” BT.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah benih kailan (Brassica oleraceae var.
alboglabra), Kalium nitrat (KNO3), Kalsium nitrat (CaNO3), Monokalium fosfat
(KH2PO4), Magnesium sulfat (MgSO4), ZA, Fe EDTA, Mangan sulfat (MnSO4),
Tembaga sulfat (CuSO4), Seng sulfat (ZnSO4), Asam borat (H3BO3), Amonium
hepta molibdat (NH4)6MO7O24.4H2O) dan air (dengan EC 0-0,06 mS).
Alat yang digunakan adalah bak pembibitan, terpal, rangka besi,
styrofoam, solder, pH meter, EC meter, klorofilmeter, termometer ruang,
termohigrograf, paranet ukuran 65%, gelas ukur, timbangan digital dan oven.
C. Cara Kerja Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Percobaan yang dilakukan mengasumsikan tiap-tiap perlakuan
merupakan sebuah populasi yang saling bebas. Percobaan terdiri dari 9
perlakuan. Pada tiap-tiap perlakuan merupakan satu sistem yang berupa bak
rakit apung dengan perlakuan seperti yang ditetapkan dengan jumlah populasi
sebanyak 49 tanaman. Dari tiap-tiap bak kemudian ditetapkan 5 tanaman
contoh yang dipilih secara acak untuk diamati.
Perlakuan yang ditetapkan untuk tiap-tiap bak sebagai berikut:
A1 = Komposisi nutrisi Kem Farm Modifikasi dengan kepekatan
larutan nutrisi 4,5%
A2 = Komposisi nutrisi Kem Farm Modifikasi dengan kepekatan
larutan nutrisi 5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
A3 = Komposisi nutrisi Kem Farm Modifikasi dengan kepekatan
larutan nutrisi 5,5%
A4 = Komposisi nutrisi Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi dengan
kepekatan larutan nutrisi 4,5%
A5 = Komposisi nutrisi Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi dengan
kepekatan larutan nutrisi 5%
A6 = Komposisi nutrisi Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi dengan
kepekatan larutan nutrisi 5,5%
A7 = Komposisi nutrisi Yos Modifikasi dengan kepekatan larutan
nutrisi 4,5%
A8 = Komposisi nutrisi Yos Modifikasi dengan kepekatan larutan
nutrisi 5%
A9 = Komposisi nutrisi Yos Modifikasi dengan kepekatan larutan
nutrisi 5,5%
Dengan demikian terdapat 9 bak sistem rakit apung
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan Konstruksi Rakit Apung
Membuat konstruksi rakit apung yang dibuat dengan rangka besi
dengan ukuran 1mx1m meter dan tinggi 15 cm. Rangka tersebut kemudian
dilapisi dengan terpal yang dibuat seperti kolam/bak.
b. Pembibitan
Menyemaikan bibit pada bak yang berisi tanah dan fine kompos
dengan perbandingan 1:1. Sebelum melakukan persemaian, media semai
diaduk dahulu secara merata. Menanam benih kailan dengan cara
meletakkan benih di atas media kemudian menutupnya dengan media yang
tipis. Bibit disiram dengan air 2 kali sehari setiap pagi dan sore, kemudian
setelah berumur 2 minggu dipindahtanamkan.
c. Pembuatan larutan nutrisi
· Pembuatan larutan pekatan hara makro
Nutrisi yang digunakan adalah komposisi Kem Farm Modifikasi,
Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi dan Yos modifikasi. Langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pertama adalah membuat 10 liter pekatan A makro dan 10 liter pekatan
B makro. Pekatan dibuat dengan cara mengambil garam-garam mineral
yang telah ditimbang berdasarkan takaran tiap-tiap komposisi,
kemudian dilarutkan dalam 10 liter aquadest. Untuk pengambilan
larutan pekatan yang akan diencerkan berdasarkan pada tingkat
kepekatan sesuai perlakuan.
· Pembuatan larutan pekatan hara mikro
Pembuatan larutan hara mikro terdiri dari pekatan A dan pekatan B.
Pertama dilakukan pembuatan pekatan A dengan mengambil Fe EDTA
sebanyak 38 g yang dilarutkan dalam air sebanyak 25 l kemudian
dilakukan pengadukan hingga homogen. Tahap kedua adalah
pembuatan pekatan B. Bahan-bahan seperti garam Mangan sulfat
(MnSO4) sebanyak 8 g, Tembaga sulfat (CuSO4) 0,4 g, Seng sulfat
(ZnSO4) 1,5 g, Asam borat (H3BO3) 4,0 g dan Amonium hepta
molibdat (NH4)6MO7O24.4H2O) 0,1 g yang telah disiapkan dilarutkan
dalam air sebanyak 25 l ke dalam ember kemudian dilakukan
pengadukan hingga homogen. Untuk aplikasinya, digunakan 20 ml
mikro A/l dan 20 ml mikro B/l.
· Larutan siap pakai
Kebutuhan per bak adalah 40 liter larutan siap pakai. Cara
membuat 40 liter larutan siap pakai dengan kepekatan 4,5% adalah
dengan mencampurkan 1,8 l makro A + 1,8 l makro B + 800 ml mikro
A + 800 ml mikro B + 34,8 l air.
d. Penanaman
Bibit ditanam dengan cara memasukkan bibit ke dalam tutup botol
(cup) yang telah dilubangi kemudian dimasukkan dalam lubang tanam
styrofoam, setiap lubang ditanam satu bibit. Akar diusahakan menyentuh
larutan nutrisi.
e. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk tanaman yang mati. Paling lambat
dilakukan 1 minggu setelah penanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
f. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi pemantauan pH, EC, suhu larutan, dan
lingkungan. Melakukan pengendalian hama dan penyakit secara mekanik.
g. Pemanenan
Panen dilakukan setelah tanaman berumur 5 MST dengan cara
mencabut tanaman dari lubang styrofoam.
3. Variabel Penelitian
a. Variabel Penelitian
1) Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran dilaksanakan dengan cara mengukur tinggi tanaman
dari pangkal akar sampai titik tumbuh. Pengukuran dilakukan satu
minggu sekali.
2) Jumlah daun (helai)
Menghitung jumlah daun yang tumbuh dengan sempurna.
Penghitungan dilakukan satu minggu sekali.
3) Luas daun (cm2)
Menghitung luas daun dengan metode gravimetri yang
dilakukan pada saat panen.
Perhitungannya sebagai berikut:
LD = BDT/ BDSx n x L
Keterangan :
LD : Luas Daun
BDT : Berat kering daun total
BDS : Berat kering daun sampel
n : Jumlah daun sampel
L : Luas daun sampel
(Sitompul dan Guritno, 1995).
4) Berat segar tajuk (g)
Pengukuran berat segar tajuk dilakukan dengan cara menimbang
batang dan daun tanaman sesaat setelah panen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
5) Berat kering tajuk (g)
Pengukuran berat kering tajuk dilakukan dengan cara mengoven
tajuk baby kailan pada suhu 80oC hingga beratnya konstan.
6) Berat kering akar (g)
Pengukuran berat kering akar dilakukan dengan cara mengoven
akar baby kailan dengan suhu 80oC hingga beratnya konstan.
7) Volume akar (cm3)
Pengukuran volume akar dilaksanakan pada saat panen yaitu
dengan cara akar dikering anginkan kemudian dimasukkan dalam
gelas ukur yang berisi air. Besarnya volume akar setara dengan
penambahan volume air (asumsi: 1 ml = 1 cm3).
8) Kadar hijau daun
Pengukuran kadar hijau daun dengan menggunakan klorofil
meter yang dilakukan pada saat panen dengan cara mengambil tiga
helai daun secara acak sebagai sampel untuk tiap tanaman kemudian
dihitung nilai rata-ratanya.
b. Variabel Pemantauan
1. Nilai EC (Electrical Conductivity)
Pengukuran EC menggunakan EC meter dilakukan setiap 1
minggu sekali.
2. Nilai Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran pH menggunakan pH meter dilakukan setiap 1
minggu sekali.
3. Suhu Lingkungan
Pengukuran suhu lingkungan dilakukan setiap 1 minggu sekali.
4. Kelembaban Udara
Pengukuran kelembaban udara dilakukan setiap 1 minggu sekali
4. Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan perbandingan rerata dari contoh
secara berpasangan pada berbagai perlakuan berdasarkan uji t taraf 5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada saat penelitian, suhu di rumah kaca pada saat awal penanaman
sampai pemanenan cukup fluktuatif yaitu pada pagi hari berkisar antara 25,5-
31oC, dengan suhu larutan cukup yaitu 24-30,2oC. Suhu larutan yang cukup
fluktuatif ini dipengaruhi oleh konsentrasi larutan dan suhu di dalam rumah kaca.
Suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi pada larutan nutrisi dapat
menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan ion nutrisi. Beberapa tanaman
sayuran dan buah dipertahankan mempunyai tingkat pH dan EC tertentu yang
optimal (Savvas and Manos, 1999).
Kelembaban udara di rumah kaca pada saat penelitian cukup baik untuk
pertumbuhan tanaman yaitu 57-85 %. Kondisi kelembaban yang optimal untuk
hidroponik ialah sekitar 70 %. Pada kelembaban tersebut, evapotranspirasi masih
cukup besar untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Nilai pH pada awal
penanaman hingga minggu panen cukup baik yaitu berkisar antara 5,6-7,0. Angka
pH pada saat tanaman berumur 1-3 MST nilai pH masih baik yaitu sekitar 6,0
tetapi pada saat tanaman berumur 5 MST mulai ada yang meningkat yaitu berkisar
7. Adanya peningkatan nilai pH diduga akibat adanya penurunan penyerapan
unsur oleh tanaman yang mengakibatkan terciptanya suasana netral. Pada
budidaya hidroponik, dipilih kisaran pH 5,5-6,5 dengan angka optimal 6,0. Di
bawah angka 5,5 dan di atas angka 6,5 beberapa unsur mulai mengendap sehingga
tidak dapat diserap oleh akar dan akibatnya tanaman mengalami defisiensi unsur
terkait. Pada pH optimal, semua unsur berada dalam kondisi kelarutan yang baik
sekali sehingga mudah diserap akar (Sutiyoso, 2004).
Nilai EC berkisar antara 1,47-4,03 mS. Nilai EC larutan hara tersebut
meningkat seiring dengan berjalannya waktu, hal ini diduga akibat larutan hara
mengalami kehilangan sebagian air akibat evapotranspirasi sehingga larutan hara
mengalami pemekatan. Kebutuhan EC juga di pengaruhi oleh kondisi cuaca
seperti suhu, kelembaban dan penguapan. jika cuaca terlalu panas, sebaiknya
digunakan EC rendah (Bugbee, 2003).
Sayuran daun membutuhkan nutrisi pada tingkat kepekatan larutan
dengan EC sekitar 1,5-2,5 mS. Pada kepekatan larutan nutrisi dengan EC yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
terlampau tinggi, tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah
jenuh. Aliran hara hanya lewat tanpa diserap akar. Batasan jenuh kepekatan
larutan nutrisi untuk sayuran daun adalah dengan EC 4,2 mS. Apabila kepekatan
larutan nutrisi EC jauh lebih tinggi maka akan terjadi toksisitas atau keracunan
dan sel-sel akan mengalami plasmolisis (Sutiyoso, 2003a).
A. Tinggi Tanaman (cm)
Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme.
Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif/ terukur dan tidak dapat kembali ke asal
(irreversibel) yang meliputi pertambahan volume dan massa. Pertumbuhan
tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor internal (dalam)
dan eksternal (luar). Faktor internal meliputi faktor intrasel (sifat
genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim). Faktor eksternal meliputi air
tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya. Salah satu parameter
pertumbuhan yang sering diamati adalah tinggi tanaman, dengan mengetahui
pertambahan tinggi suatu tanaman maka akan dapat dilihat pertumbuhannya
(Sitompul dan Guritno, 1995).
Penggunaan larutan nutrisi harus memperhitungkan konsentrasi dan dosis
yang sesuai untuk setiap jenis tanaman, karena masing-masing mempunyai tingkat
kebutuhan nutrisi yang berbeda. Setiap macam larutan nutrisi juga berbeda
kandungan unsurnya, sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman juga berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman (cm) Baby Kailan Umur 5 MST Hasil Budidaya Hidroponik Rakit Apung dengan Berbagai Perlakuan Larutan Nutrisi
Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata A1 A2 A3
15,3 a 14,5 a 14,9 a
A4 A5 A6
17,1 a 15,9 a 14,8 a
A7 A8 A9
17,6 a 15,6 a 17,4 a
A1 A4 A7
15,3 p 17,1 p 17,6 p
A2 A5 A8
14,5 p 15,9 p 15,6 p
A3 A6 A9
14,9 p 14,8 p 17,4 p
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu sel menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji t taraf 5% - Huruf abc : membaca berdasarkan perbedaan kepekatan pada satu macam
komposisi - Huruf pqr : membaca berdasarkan perbedaan komposisi pada satu tingkat
kepekatan
Pada komposisi Kem Farm Modifikasi, Dinas Pertanian Jakarta
Modifikasi dan Yos Modifikasi, menunjukkan rerata tinggi tanaman yang tidak
berbeda nyata baik pada kepekatan larutan nutrisi 4,5%, 5% dan 5,5% (lihat tabel
1). Meskipun demikian pada perlakuan komposisi Yos Modifikasi dengan
kepekatan larutan nutrisi 4,5% (17,6 cm) cenderung menghasilkan tinggi tanaman
tertinggi dibandingkan dengan perlakuan komposisi Kem Farm Modifikasi dan
Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi.
Hal ini diduga karena kebutuhan oksigen dan larutan nutrisi sudah
mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Menurut Karsono et. al.
(2007) energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan oksigen yang cukup di dalam
larutan akan digunakan oleh akar untuk respirasi dan menghasilkan energi untuk
menyerap air dan hara dari dalam larutan, sehingga proses respirasi dapat berjalan
lancar dan banyak hara yang dapat diserap tanaman. Dengan makin meningkatnya
asupan hara maka pertumbuhan tanaman juga semakin meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
B. Jumlah Daun (helai)
Daun merupakan bagian tanaman yang mempunyai fungsi sangat
penting, karena semua fungsi yang lain tergantung pada daun secara langsung atau
tidak langsung (Nihayatie, 1990). Fungsi daun adalah tempat terjadinya
fotosintesis, organ respirasi, transpirasi dan penghasil fotosintat yang sangat
diperlukan tanaman sebagai sumber energi dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Pengamatan daun dapat didasarkan atas fungsi daun sebagai
penerima cahaya dan alat fotosintesis (Anwarudin et al., 1996).
Dari proses fotosintesis pada daun akan dihasilkan energi yang dapat
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Banyaknya jumlah
daun akan mempengaruhi jumlah asimilat yang dihasilkan yang pada akhirnya
akan berpengaruh pula pada pembentukan daun dan organ tanaman yang lain.
Tabel 2. Rerata Jumlah Daun (helai) Baby Kailan Umur 5 MST Hasil Budidaya Hidroponik Rakit Apung dengan Berbagai Perlakuan Larutan Nutrisi
Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata A1 A2 A3
6,8 a 7,0 a 7,0 a
A4 A5 A6
7,0 a 7,0 a 7,2 a
A7 A8 A9
6,8 a b 6,4 a 7,4 b
A1 A4 A7
6,8 p 7,0 p 6,8 p
A2 A5 A8
7,0 p 7,0 p 6,4 p
A3 A6 A9
7,0 p 7,2 p 7,4 p
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu sel menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji t taraf 5% - Huruf abc : membaca berdasarkan perbedaan kepekatan pada satu macam
komposisi - Huruf pqr : membaca berdasarkan perbedaan komposisi pada satu tingkat
kepekatan
Pada komposisi Kem Farm Modifikasi dan Dinas Pertanian Jakarta
Modifikasi, menunjukkan rerata jumlah daun yang tidak berbeda nyata baik pada
kepekatan larutan nutrisi 4,5%, 5% dan 5,5% (lihat tabel 2). Meskipun demikian
pada perlakuan komposisi Yos Modifikasi dengan kepekatan 5,5% (7,4 helai)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
cenderung menghasilkan jumlah daun terbanyak dibandingkan dengan perlakuan
komposisi Kem Farm Modifikasi dan Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi.
Hal ini diduga karena aerasi dan larutan nutrisi yang dibutuhkan sudah
cukup untuk pertumbuhan tanaman khususnya pada variabel jumlah daun. Nutrisi
yang cukup dan didukung oleh aerasi yang baik berpengaruh pada proses
fotosintesis tanaman untuk menghasilkan fotosintat. Menurut Walker et al (2001),
bahwa nitrogen (N) adalah suatu unsur hara makro untuk tanaman dan apabila
kekurangan N terutama pada proses fotosintesis di dalam daun. Pengurangan di
dalam produksi biomassa di dalam daun mempengaruhi pertumbuhan dari
tanaman dan organ-organ tanaman lainnya, akar, dan tunas.
Menurut Salmin (2005) energi yang dihasilkan dari proses fotosintesis
tersebut digunakan untuk proses pembuatan sel-sel baru yang akan
memperpanjang akar, batang, cabang-cabang dan menumbuhkan daun-daun baru.
Pada siang hari ketika terjadi fotosintesis, jumlah oksigen terlarut cukup banyak.
Sebaliknya pada malam hari, ketika tidak terjadi fotosintesis, oksigen yang
terbentuk selama siang hari akan dipergunakan oleh tanaman.
C. Luas Daun (cm2)
Pengamatan daun dapat didasarkan atas fungsinya sebagai penerima
cahaya dan alat fotosintesis. Atas dasar ini, luas daun akan menjadi pilihan
parameter utama, karena laju fotosintesis per satuan tanaman pada kebanyakan
kasus ditentukan oleh luas daun.
Pertumbuhan luas daun seiring dengan umur tanaman. Makin
meningkatnya pertumbuhan tanaman maka asupan hara akan semakin besar.
Semakin luas daun semakin luas permukaan tanaman. Dalam menyerap sinar
matahari sebagai sumber energi dalam fotosintesis. Daun merupakan tempat
produksi asimilat, sehingga semakin luas daun berarti semakin luas permukaan
tanaman yang dapat melakukan fotosintesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Tabel 3. Rerata Luas daun (cm2) Baby Kailan umur 5 MST Hasil Budidaya Hidroponik Rakit Apung dengan Berbagai Perlakuan Larutan Nutrisi
Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata A1 A2 A3
708,0 a 742,4 a 566,4 a
A4 A5 A6
764,4 a 505,6 a 856,8 a
A7 A8 A9
525,6 a 615,6 a 756,8 a
A1 A4 A7
708,0 p 764,4 p 525,6 p
A2 A5 A8
742,4 p 505,6 p 615,6 p
A3 A6 A9
566,4 p 856,8 p 756,8 p
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu sel menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji t taraf 5% - Huruf abc : membaca berdasarkan perbedaan kepekatan pada satu macam
komposisi - Huruf pqr : membaca berdasarkan perbedaan komposisi pada satu tingkat
kepekatan
Pada komposisi Kem Farm Modifikasi, Dinas Pertanian Jakarta
Modifikasi dan Yos Modifikasi, menunjukkan rerata luas daun yang tidak berbeda
nyata baik pada kepekatan larutan nutrisi 4,5%, 5% dan 5,5% (lihat tabel 3).
Meskipun demikian pada perlakuan komposisi Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi
dengan kepekatan larutan nutrisi 5,5% (856,8 cm2) cenderung menghasilkan luas
daun tertinggi dibandingkan dengan perlakuan Kem Farm Modifikasi dan Yos
Modifikasi.
Semakin tinggi penyerapan unsur hara oleh tanaman semakin banyak
fotosintat yang dihasilkan, semakin besar pula luas daun yang dihasilkan oleh
tanaman. Urnemi (2001) menyatakan bahwa akumulasi fotosintat yang tinggi
mengakibatkan perbesaran dan diferensiasi sel yang dinyatakan dalam perubahan
ukuran luas daun. Hal tersebut diduga karena pasokan hara pada penyerapan akar
terhambat sehingga menyebabkan lingkungan di daerah perakaran terisolasi dan
proses respirasi berjalan kurang maksimal.
D. Kadar Hijau Daun
Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tanaman. Senyawa
inilah yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan
mengubah energi cahaya menjadi energi kimia yang dibutuhkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pertumbuhan. Magnesium (Mg) merupakan komponen atau inti pembentukan
klorofil daun (Sutiyoso, 2003b). Banyaknya klorofil pada pangkal daun akan
berbeda dengan ujung, tengah serta kedua tepi daun. Selain itu perbedaan warna
daun juga menunjukan adanya perbedaan jumlah klorofil. Warna hijau daun
sangat berkolerasi dengan kandungan klorofil. Pada umumnya, semakin hijau
warna daun semakin tinggi kandungan klorofilnya.
Tabel 4. Rerata Kadar Hijau Daun Baby Kailan Umur 5 MST Hasil Budidaya Hidroponik Rakit Apung dengan Berbagai Perlakuan Larutan Nutrisi
Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata A1 A2 A3
43,98 a 48,84 b 48,12 b
A4 A5 A6
46,84 a 51,48 a 49,92 a
A7 A8 A9
50,42 a 49,27 a 51,90 a
A1 A4 A7
43,98 p 46,84 p q 50,42 q
A2 A5 A8
48,84 p 51,48 p 49,27 p
A3 A6 A9
48,12 p 49,92 p q 51,90 q
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu sel menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji t taraf 5% - Huruf abc : membaca berdasarkan perbedaan kepekatan pada satu macam
komposisi - Huruf pqr : membaca berdasarkan perbedaan komposisi pada satu tingkat
kepekatan
Pada komposisi nutrisi Kem Farm Modifikasi dengan kepekatan 5%
(48,84) menghasilkan rerata kadar hijau daun tertinggi dan berbeda nyata
dibandingkan dengan kepekatan 4,5% (43,98) namun tidak berbeda nyata dengan
kepekatan 5,5% (48,12). Kedua perlakuan tersebut menghasilkan rerata kadar
hijau daun lebih kecil dibandingkan dengan kepekatan 5%. Pada komposisi nutrisi
Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi dan Yos Modifikasi, menunjukkan rerata
kadar hijau daun yang tidak berbeda nyata baik pada kepekatan larutan nutrisi
4,5%, 5% dan 5,5% (lihat tabel 4).
Pada kepekatan 4,5% perlakuan komposisi Yos Modifikasi (50,42)
cenderung menghasilkan kadar hijau daun tertinggi dan berbeda nyata
dibandingkan pada perlakuan komposisi Kem Farm Modifikasi (43,98) namun
tidak berbeda nyata dengan komposisi nutrisi Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(46,84). Demikian juga pada kepekatan 5,5%, komposisi Yos Modifikasi (51,90)
menghasilkan kadar hijau daun lebih tinggi, namun tidak berbeda nyata dengan
komposisi Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pada komposisi Yos
Modifikasi dengan kepekatan 5,5% menghasilkan kadar hijau daun tertinggi.
Perlakuan tersebut merupakan perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan
komposisi Kem Farm Modifikasi dan Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi. Hal ini
diduga pada perlakuan tersebut sudah memperoleh nutrisi yang cukup terutama
unsur Mg, N dan Fe karena cukup tersedia bagi pembentukan zat hijau daun.
Demikian juga pada perlakuan Kem Farm Modifikasi dengan kepekatan
4,5% menghasilkan rerata kadar hijau daun terendah. Hal ini diduga karena pada
larutan kekurangan unsur Mg, N dan Fe untuk membentuk kadar hijau daun yang
cukup pada pertumbuhan baby kailan. Selain itu dapat juga disebabkan pada
fungsi perakaran bekerja kurang maksimal sehingga berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman baby kailan.
Tanaman yang memiliki kandungan klorofil tinggi diharapkan sangat
efisien didalam penggunaan energi radiasi untuk melaksanakan proses fotosintesis
yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman.
Tanaman tersebut juga akan mampu memanfaatkan sinar matahari semaksimal
mungkin (Utomo et al., 2001). Menurut Dwidjoseputro (1994), faktor-faktor yang
berpengaruh pada pembentukan klorofil antara lain faktor pembawaan (genetik),
cahaya, oksigen, karbohidrat, unsur hara (nitrogen, magnesium, besi), air, dan
temperatur. Magnesium merupakan bagian dari hijau daun yang tidak dapat
digantikan oleh unsur lain.
Menurut Sutiyoso (2009), kebutuhan unsur Mg untuk sayuran batang dan
daun adalah 75 ppm dan unsur K sebesar 350 ppm. Selain itu Fe (besi) juga
berperan penting dalam pembentukan klorofil yaitu sebagai katalisator atau
koenzim. Keberadaanya sangat diperlukan pada saat pembentukan klorofil dan
sangat penting untuk aktivasi oksigen. Semakin oksigen terlarut yang cukup
dalam air akan membantu perakaran tanaman dalam mengikat oksigen. Bila kadar
oksigen terlarut cukup tinggi maka proses respirasi akan lancar dan energi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dihasilkan akar cukup banyak untuk menyerap hara yang dapat diserap oleh
tanaman, tanaman akan memiliki pertumbuhan yang cepat dan menghasilkan
kadar hijau daun semakin banyak.
E. Berat Segar Tajuk (g)
Berat segar tajuk merupakan salah satu parameter yang sering digunakan
untuk mempelajari pertumbuhan tanaman dan memiliki kepentingan ekonomi.
Berat segar brangkasan merupakan hasil penangkapan energi oleh tanaman pada
proses fotosintesis sehingga pelarut pemelihara tekanan fungsi air memegang
sebagian peranan penting dalam menentukan berat segar brangkasan.
Pertumbuhan dalam arti terbatas merupakan pertambahan ukuran atau berat
tanaman karena adanya perubahan struktur baru pertumbuhan akar, batang dan
daun. Hal ini berhubungan dengan pembelahan dan pemanjangan sel serta
pembentukan jaringan meristem.
Tabel 5. Rerata Berat Segar Tajuk (g) Baby Kailan Umur 5 MST Hasil Budidaya Hidroponik Rakit Apung dengan Berbagai Perlakuan Larutan Nutrisi
Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata A1 A2 A3
27,16 a 29,64 a 22,86 a
A4 A5 A6
28,08 b 19,78 a 19,94 a
A7 A8 A9
16,08 a 16,21 a b 23,80 b
A1 A4 A7
27,16 p q 28,08 q 16,08 p
A2 A5 A8
29,64 q 19,78 p q 16,21 p
A3 A6 A9
22,86 p 19,94 p 23,80 p
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu sel menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji t taraf 5% - Huruf abc : membaca berdasarkan perbedaan kepekatan pada satu macam
komposisi - Huruf pqr : membaca berdasarkan perbedaan komposisi pada satu tingkat
kepekatan
Pada komposisi Kem Farm Modifikasi, menunjukkan rerata berat segar
tajuk yang tidak berbeda nyata baik pada tingkat kepekatan larutan nutrisi 4,5%,
5% maupun 5,5% (lihat tabel 5). Pada komposisi nutrisi Dinas Pertanian Jakarta
Modifikasi, kepekatan 4,5% (28,08 g) menghasilkan rerata berat segar tajuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan kepekatan 5% (19,78 g) dan
kepekatan 5,5% (19,94 g). Pada komposisi nutrisi Yos Modifikasi, kepekatan
5,5% (23,80 g) menghasilkan rerata berat segar tajuk tertinggi dan berbeda nyata
dibandingkan dengan kepekatan 4,5% (16,08 g) namun tidak berbeda nyata
dengan kepekatan 5% (16,21 g).
Pada tingkat kepekatan 4,5%, komposisi Dinas Pertanian Jakarta
Modifikasi (28,08 g)menghasilkan rerata berat segar tajuk tertinggi dibandingkan
dengan Kem Farm Modifikasi (27,16 g) dan Yos Modifikasi (16,08 g). Pada
kepekatan 5%, komposisi Kem Farm Modifikasi (29,64 g) menghasilkan rerata
berat segar tajuk tertinggi dibandingkan dengan perlakuan Dinas Pertanian Jakarta
Modifikasi dan Yos Modifikasi. Pada kepekatan 5,5%, hasil rerata berat segar
tajuk tampak kecenderungan yang berbeda jika dibandingkan pada perlakuan
kepekatan 4,5% dan 5%.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pada komposisi Kem Farm
Modifikasi dengan kepekatan 5% (29,64 g) memberikan rerata berat segar tajuk
tertinggi. Hal ini diduga karena terjadi aerasi yang baik pada daerah perakaran
sehingga cukup meningkatkan kadar oksigen terlarut. Sutiyoso (2004),
menambahkan bahwa kadar oksigen terlarut yang cukup akan menghasilkan
pertumbuhan tanaman yang lebih baik, bobot yang lebih besar, dan penampilan
menarik.
Pada komposisi nutrisi Yos Modifikasi, rerata berat segar tajuk pada
kepekatan 4,5% cenderung memberikan berat segar tajuk yang lebih rendah
dibandingkan kepekatan 5% dan 5,5%. Hal ini diduga pada lingkungan perakaran
terisolasi dan terjadi endapan pada nutrisi sehingga mengganggu proses
fotosintesis dan penyerapan nutrisi oleh tanaman yang mempengaruhi berat segar
tajuk pada baby kailan.
Berat segar suatu tanaman dipengaruhi oleh hasil fotosintesis serta
kandungan air yang terkandung dalam tanaman tersebut. Dwijoseputro (1994),
menyatakan bahwa berat segar suatu tanaman dipengaruhi oleh kadar air dan
kandungan fotosintat yang ada dalam sel-sel dan jaringan tanaman. Sehingga
apabila fotosintat yang terbentuk meningkat maka berat segar tanaman juga akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
meningkat. Berat segar tajuk merupakan akumulasi fotosintat yang dihasilkan
selama pertumbuhan. Hal ini mencerminkan tingginya serapan nutrisi yang
diserap tanaman untuk proses pertumbuhan.
F. Berat Kering Tajuk (g)
Berat kering brangkasan merupakan parameter untuk mengukur tanaman
sebagai penghasil fotosintat, dan hasil suatu tanaman lebih tepat bila dinyatakan
dengan ukuran berat kering, karena berat segar agaknya berfluktuasi, bergantung
pada kelembaban tanaman sehingga kurang bermanfaat. Berat kering brangkasan
seluruh bahan organik hidup yang merupakan akibat dari penimbunan hasil bersih
asimilasi CO2 sepanjang musim pertumbuhan dan biasa didasarkan pada berat
kering oven.
Optimalnya fotosintesis berpengaruh terhadap berat kering brangkasan.
Hal ini didukung oleh Haryadi (l994) yang menyatakan bahwa berat kering suatu
tanaman ditentukan oleh optimalnya fotosintesis. Hasil fotosintesis yang ditimbun
akan menurun, karena berat kering dipengaruhi oleh timbunan karbohidrat di
dalam tubuh tanaman. Lebih lanjut Gardner (l99l) mengatakan bahwa fotosintesis
mengakibatkan meningkatnya berat kering tumbuhan karena pengambilan CO2.
Sedangkan proses katabolisme respirasi menyebabkan pengeluaran CO2 dan
mengurangi berat kering. Produksi fotosintat yang lebih besar memungkinkan
membentuk seluruh organ tanaman yang lebih besar seperti daun dan akar yang
kemudian menghasilkan produksi bahan kering yang lebih besar
(Sitompul dan Guritno, l995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 6. Rerata Berat Kering Tajuk (g) Baby Kailan Umur 5 MST Hasil Budidaya Hidroponik Rakit Apung dengan Berbagai Perlakuan Larutan Nutrisi
Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata A1 A2 A3
1,36 a 1,51 a 1,28 a
A4 A5 A6
1,42 a 1,15 a 1,08 a
A7 A8 A9
0,96 a 1,05 a 1,50 a
A1 A4 A7
1,36 p q 1,42 q 0,96 p
A2 A5 A8
1,51 p 1,15 p 1,05 p
A3 A6 A9
1,28 p 1,08 p 1,50 p
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu sel menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji t taraf 5% - Huruf abc : membaca berdasarkan perbedaan kepekatan pada satu macam
komposisi - Huruf pqr : membaca berdasarkan perbedaan komposisi pada satu tingkat
kepekatan
Pada komposisi Kem Farm Modifikasi, Dinas Pertanian Jakarta
Modifikasi dan Yos Modifikasi, menunjukkan rerata berat kering tajuk yang tidak
berbeda nyata baik pada kepekatan larutan nutrisi 4,5%, 5% dan 5,5% (lihat tabel
6). Meskipun demikian pada perlakuan Kem Farm Modifikasi dengan kepekatan
larutan nutrisi 5% (1,51 g) cenderung menghasilkan berat kering tajuk tertinggi.
Pada kepekatan 4,5%, hasil rerata berat kering tajuk tertinggi terdapat
pada komposisi Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi yaitu 1,42 g, berbeda nyata
dengan komposisi Yos Modifikasi (0,96 g) tetapi tidak berbeda nyata dengan
komposisi Kem Farm Modifikasi (1,36 g).
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pada komposisi Kem Farm
Modifikasi dengan tingkat kepekatan 5%, memberikan rerata berat kering tajuk
terbesar (1,51 g). Perlakuan tersebut merupakan perlakuan terbaik. Hal ini diduga
bahwa kepekatan 5% sudah cukup memenuhi kebutuhan air dan nutrisi sehingga
mampu meningkatkan berat kering baby kailan.
Berat kering tajuk dipengaruhi oleh berat segar tajuk dan proses
fotosintesis. Jika fotosintesis berjalan dengan baik maka fotosintat yang dihasilkan
juga banyak, yang nantinya akan digunakan untuk pembentukan organ dan
jaringan dalam tanaman, misalnya daun dan batang, sehingga berat tajuk semakin
besar. Hubungan berat segar tajuk dan berat kering tajuk umumnya linier.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Berat kering tajuk berkaitan dengan jumlah daun, luas daun dan berat
segar tajuk, dimana semakin banyak jumlah daun, luas daun semakin besar, berat
segar tajuk semakin besar, dan berat kering tajuk juga semakin meningkat. Pada
komposisi Yos Modifikasi dengan kepekatan 4,5%, menghasilkan rerata berat
kering tajuk terendah dibandingkan kepekatan 5% dan 5,5%. Hal ini diduga
karena penyerapan unsur hara yang dilakukan tanaman mengalami hambatan
meskipun oksigen yang tersedia cukup bagi pertumbuhan tanaman baby kailan.
. G. Berat Kering Akar (g)
Berat kering akar merupakan variabel pengamatan akar yang berfungsi
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan akar. Gardner et al. (1991)
menyatakan bahwa definisi pertumbuhan sebagai peningkatan bahan kering,
dimana terjadi proses diferensiasi yang besar sumbangannya dalam penimbunan
berat kering. Pertumbuhan dan perkembangan akar yang baik dan kuat akan
mampu menopang pertumbuhan bagian-bagian tanaman yang berada di atas
tanah.
Tabel 7. Rerata Berat Kering Akar (g) Baby Kailan Umur 5 MST Hasil Budidaya Hidroponik Rakit Apung dengan Berbagai Perlakuan Larutan Nutrisi
Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata A1 A2 A3
0,19 a 0,25 a 0,20 a
A4 A5 A6
0,22 a 0,18 a 0,18 a
A7 A8 A9
0,13 a 0,13 a 0,19 a
A1 A4 A7
0,19 q 0,22 q 0,13 p
A2 A5 A8
0,25 q 0,18 p q 0,13 p
A3 A6 A9
0,20 p 0,18 p 0,19 p
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu sel menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji t taraf 5% - Huruf abc : membaca berdasarkan perbedaan kepekatan pada satu macam
komposisi - Huruf pqr : membaca berdasarkan perbedaan komposisi pada satu tingkat
kepekatan
Pada komposisi Kem Farm Modifikasi dengan kepekatan 5% (0,25 g)
menghasilkan rerata berat kering akar tertinggi dibandingkan dengan kepekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
4,5% (0,20 g) dan kepekatan 5,5% (0,20 g). Pada komposisi Dinas Pertanian
Jakarta Modifikasi dengan kepekatan 4,5% (0,22 g) menghasilkan rerata berat
kering akar tertinggi dibandingkan dengan kepekatan 5% dan 5,5%. Pada
komposisi Yos Modifikasi kepekatan 5,5% (0,19 g) menghasilkan berat kering
akar tertinggi dibandingkan dengan kepekatan 4,5% dan 5%.
Pada kepekatan 4,5%, komposisi Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi
(0,22 g) menghasilkan rerata berat kering akar cenderung lebih tinggi dan berbeda
nyata dibandingkan dengan komposisi Yos Modifikasi (0,13 g) tetapi tidak
berbeda nyata dengan komposisi Kem Farm Modifikasi (0,19 g). Perlakuan
kepekatan 5%, komposisi Kem Farm Modifikasi menghasilkan rerata berat kering
akar lebih besar dan berbeda nyata dibandingkan dengan komposisi Yos
Modifikasi namun tidak berbeda nyata dengan komposisi Dinas Pertanian Jakarta
Modifikasi.
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa pada komposisi Kem Farm
Modifikasi dengan kepekatan 5% (0,25 g) memberikan rerata berat kering akar
yang lebih besar dibandingkan pada komposisi Kem Farm Modifikasi dan Dinas
Pertanian Jakarta Modifikasi. Hal ini diduga bahwa tanaman membentuk akar
yang lebih banyak apabila tumbuh dalam keadaan cukup air. Berat kering akar
dipengaruhi oleh berat segar akar. Semakin besar berat segar akar, maka semakin
besar berat keringnya. Menurut Islami dan Utomo (1995), untuk mendapatkan
pertumbuhan yang baik, tanaman harus memiliki akar serta perakaran yang cukup
luas dan dalam untuk memperoleh hara dan air sesuai dengan kebutuhan.
Sistem perakaran tanaman sendiri lebih dikendalikan oleh sifat genetik
dari tanaman dan dapat pula dipengaruhi oleh kondisi media tumbuh tanaman.
Menurut Lakitan (2010), faktor yang mempengaruhi pola penyebaran akar antara
lain adalah penghalang mekanik, suhu media, aerasi, ketersediaan air dan
ketersediaan unsur hara. Faktor media tanaman berkaitan erat dengan daya
dukungnya terhadap pertumbuhan akar sebagai organ yang berfungsi untuk
menyerap air dan unsur hara sehingga semakin baik pertumbuhan akar maka
semakin baik pula pertumbuhan tanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Menurut Sutiyoso (2003a), akar yang berada dalam air yang berkadar
oksigen terlampau rendah tidak dapat melakukan respirasi dengan sempurna
sehingga energi yang dihasilkan hanya sedikit dan tidak cukup kuat untuk dapat
menyerap hara. Unsur-unsur hara yang terserap sedikit atau tidak terserap sama
sekali sehingga timbul banyak gejala defisiensi dan produksi rendah.
H. Volume Akar (cm3)
Volume akar merupakan salah satu variabel penting dalam penyediaan
air dan hara untuk melakukan fotosintesis. Pertumbuhan akar yang baik mampu
berdiferensiasi sehingga memiliki rambut akar yang banyak. Bentuk akar yang
bulat panjang seperti benang ternyata paling penting bagi penyerapan air dan
unsur hara yang terlarut dalam larutan tanah. Selain akar yang berbentuk benang,
rambut akar juga ikut menyerap ion dan air. Rambut akar yang banyak akan
meningkatkan penyerapan air dan hara yang selanjutnya digunakan untuk
melakukan proses fotosintesis guna menunjang pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Tabel 8. Rerata Volume Akar (cm3) Baby Kailan Umur 5 MST Hasil Budidaya Hidroponik Rakit Apung dengan Berbagai Perlakuan Larutan Nutrisi
Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata A1 A2 A3
1,00 a 1,06 a 0,62 a
A4 A5 A6
0,80 a 0,56 a 1,60 b
A7 A8 A9
1,32 b 0,58 a 1,28 b
A1 A4 A7
1,00 p 0,80 p 1,32 p
A2 A5 A8
1,06 p 0,56 p 0,58 p
A3 A6 A9
0,62 p 1,60 q 1,28 q
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu sel menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji t taraf 5% - Huruf abc : membaca berdasarkan perbedaan kepekatan pada satu macam
komposisi - Huruf pqr : membaca berdasarkan perbedaan komposisi pada satu tingkat
kepekatan
Pada komposisi Kem Farm Modifikasi, menunjukkan rerata volume akar
yang tidak berbeda nyata baik pada kepekatan 4,5%, 5% dan 5,5%. Komposisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi, kepekatan 5,5% (1,60 cm3) menghasilkan
rerata volume akar tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan kepekatan
4,5% (0,80 cm3) dan kepekatan 5,5% (0,56 cm3). Pada komposisi nutrisi Yos
Modifikasi kepekatan 4,5% (1,32 cm3) menunjukkan rerata volume akar yang
tertinggi dan berbeda nyata dengan kepekatan 5% (0,58 cm3).
Pada kepekatan 4,5% perlakuan komposisi Yos Modifikasi (1,32 cm3)
cenderung menghasilkan volume akar tertinggi dan tidak berbeda nyata
dibandingkan pada perlakuan Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi (0,80 cm3)
maupun komposisi nutrisi Kem Farm Modifikasi (1,00 cm3). Pada kepekatan 5%,
volume akar pada semua perlakuan tidak berbeda nyata, sedangkan pada
kepekatan 5,5% perlakuan komposisi Dinas Pertanian Jakarta Modifikasi juga
lebih tinggi dibandingkan komposisi Kem Farm Modifikasi dan Yos Modifikasi,
namun tidak berbeda nyata dengan komposisi Yos Modifikasi.
Hal ini diduga, tanaman dapat menyerap unsur hara lebih optimal pada
pemberian larutan nutrisi dengan kisaran pH 5,6-6,0. Seiring waktu, larutan nutrisi
menjadi lebih pekat, kondisi pH lebih dari 6,0. Diduga pada kisaran pH tersebut,
larutan nutrisi lebih pekat sehingga tidak dapat diserap oleh akar secara
maksimum disebabkan tekanan osmose di dalam sel menjadi lebih kecil
dibandingkan tekanan osmose di luar sel.
Peningkatan pengaturan kepekatan larutan nutrisi memungkinkan
terjadinya peningkatan kandungan unsur hara dalam larutan nutrisi dan
diharapkan dapat memacu pertumbuhan akar tanaman. Kualitas larutan nutrisi
semakin menurun seiring dengan meningkatnya kepekatan larutan nutrisi. Diduga
semakin tinggi tingkat pengaturan kepekatan menyebabkan kondisi larutan nutrisi
menjadi lebih asam dan beberapa kandungan unsur haranya menjadi tidak tersedia
bagi tanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Adanya perbedaan macam larutan nutrisi dalam budidaya sistem hidroponik
rakit apung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman baby kailan
(Brassica oleraceae var. alboglabra).
2. Pada perlakuan komposisi Kem Farm Modifikasi dengan kepekatan 5%
memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada tanaman baby kailan
(Brassica oleraceae var. alboglabra) yang ditunjukan melalui variabel berat
segar tajuk, berat kering tajuk dan berat kering akar tanaman.
B. Saran
Perlu adanya perbaikan atau modifikasi pada sistem agar hasil yang
diperoleh lebih optimal