9
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155 1 DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM (PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG JAMU FERMENTASI DIFFERENTIATION OF SIAMESE JAMBAL FISH LEUKOCYTES (PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) GIVEN FEED CONTAINING FERMENTED HERBS Juwita Lestari 1 , Henni Syawal 2 , Morina Riauwaty 2 1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau 2)Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau [email protected] ABSTRAK Bahan alami dalam pembuatan jamu fermentasi, seperti kunyit, kencur, dan temulawak. Bahan-bahan ini bersifat antibakteri dan antimikroba, serta dapat meningkatkan kesehatan ikan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan jamu fermentasi pada pakan terhadap diferensiasi leukosit ikan jambal siam setelah diuji tantang dengan Aeromonas hydrophila. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menerapkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan yaitu Kn: (pemberian pakan tanpa diberi jamu fermentasi dan tidak diuji tantang), Kp: (pemberian pakan tanpa diberi jamu fermentasi dan diuji tantang), P1: P2; dan P3 (Pakan diberi jamu fermentasi dosis 200, 250, dan 300 ppm dan dilakukan uji tantang). Ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 40x30x30cm dengan padat tebar 1 ekor/3 L, pemberian pakan sebanyak 10% dari bobot tubuh ikan diberikan tiga kali sehari. Hari ke- 32 dilakukan ujitantang dengan A. hydrophila, secara intramuscular dengan kepadatan bakteri 10 8 CFU/mL sebanyak 0,1mL/ekor. Pengambilan darah dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pertama sebelum perlakuan, kedua hari ke-30 pemeliharaan dan ketiga 14 hari pascaujitantang. Hasil penelitian menunjukkan P2 (Pakan yang diberi jamu fermentasi dosis 250 ppm) adalah yang terbaik dengan Total Leukosit 10,26x10 4 sel/mm 3 , Limfosit 83,00%, Monosit 8.33%, dan Neutrofil 9,00%. Aktivitas Fagositik 36,33%, tingkat perlindungan relatif 90% dan kelulus hidupan 93,33 %. Kata kunci: MAS (Motl Aeromonas septicemia), jamu fermentasi, hematologi, Catfish ABSTRACT Natural ingredients used in the manufacture of fermented herbal medicine, such as turmeric, kencur, and ginger. These plants are antibacterial and antimicrobial and increase the growth of fish.This study aims to determine the effect of giving fermented herbal medicine on the differentiation of leucocytes of siamese shark and challenged with Aeromonas hydrophila. The method used was an experimental method with a completely randomized design (CRD), one factor, namely the feed containing fermented herbal medicine with 5 levels of treatment and three replications. Kn: (feeding without being given fermented herbal medicine and not being challenged with A. hydrophila bacteria), Kp: (feeding without being given fermented herbs and being challenged with A. hydrophila bacteria), P1: Feed containing fermented herbal medicine with a dose of 200 ppm, P2: a dose of 250 ppm, P3: a dose of 300 ppm. Fish are reared in an aquarium measuring 30x30x40cm with a stocking density of 1 heads / 3 L, feeding 10% of the body weight of the fish and feeding three times a day. Blood sampling of the test fish was carried out 3 times, and on the 32 day a challenge test was conducted.namely at the time of adaptation intramuscularly with a density of 10 8 CFU/mL bakteria as much as 0,1 mL/ head. after 30 days of maintenance and 14 days after the challenge test with A. hydrophila. The results showed that P2 (feed containing fermented herbal medicine at a dose of 250 ppm) was the best treatment with Total leukocytes 10.26x104 cells / mm 83.00% Lymphocyte 8.33% Monocytes, 9.00% Neutrophils. phagocytic activity 36.33%, survival rate 93.33% relative protection level 90% and survival rate 93.33%. Kata kunci: MAS (Motl Aeromonas septicemia), fermented herbal medicine, hematology, Catfish

DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

1

DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM

(PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) YANG DIBERI PAKAN

MENGANDUNG JAMU FERMENTASI

DIFFERENTIATION OF SIAMESE JAMBAL FISH LEUKOCYTES

(PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) GIVEN FEED CONTAINING

FERMENTED HERBS

Juwita Lestari1, Henni Syawal2, Morina Riauwaty2

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

2)Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

[email protected]

ABSTRAK

Bahan alami dalam pembuatan jamu fermentasi, seperti kunyit, kencur, dan temulawak. Bahan-bahan ini

bersifat antibakteri dan antimikroba, serta dapat meningkatkan kesehatan ikan. Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui pengaruh penambahan jamu fermentasi pada pakan terhadap diferensiasi leukosit ikan

jambal siam setelah diuji tantang dengan Aeromonas hydrophila. Metode yang digunakan adalah metode

eksperimen dengan menerapkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan yaitu Kn:

(pemberian pakan tanpa diberi jamu fermentasi dan tidak diuji tantang), Kp: (pemberian pakan tanpa diberi

jamu fermentasi dan diuji tantang), P1: P2; dan P3 (Pakan diberi jamu fermentasi dosis 200, 250, dan 300

ppm dan dilakukan uji tantang). Ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 40x30x30cm dengan padat

tebar 1 ekor/3 L, pemberian pakan sebanyak 10% dari bobot tubuh ikan diberikan tiga kali sehari. Hari ke-

32 dilakukan ujitantang dengan A. hydrophila, secara intramuscular dengan kepadatan bakteri 108 CFU/mL

sebanyak 0,1mL/ekor. Pengambilan darah dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pertama sebelum perlakuan,

kedua hari ke-30 pemeliharaan dan ketiga 14 hari pascaujitantang. Hasil penelitian menunjukkan P2 (Pakan

yang diberi jamu fermentasi dosis 250 ppm) adalah yang terbaik dengan Total Leukosit 10,26x104 sel/mm3,

Limfosit 83,00%, Monosit 8.33%, dan Neutrofil 9,00%. Aktivitas Fagositik 36,33%, tingkat perlindungan

relatif 90% dan kelulus hidupan 93,33 %.

Kata kunci: MAS (Motl Aeromonas septicemia), jamu fermentasi, hematologi, Catfish

ABSTRACT

Natural ingredients used in the manufacture of fermented herbal medicine, such as turmeric, kencur, and

ginger. These plants are antibacterial and antimicrobial and increase the growth of fish.This study aims to

determine the effect of giving fermented herbal medicine on the differentiation of leucocytes of siamese

shark and challenged with Aeromonas hydrophila. The method used was an experimental method with a

completely randomized design (CRD), one factor, namely the feed containing fermented herbal medicine

with 5 levels of treatment and three replications. Kn: (feeding without being given fermented herbal

medicine and not being challenged with A. hydrophila bacteria), Kp: (feeding without being given

fermented herbs and being challenged with A. hydrophila bacteria), P1: Feed containing fermented herbal

medicine with a dose of 200 ppm, P2: a dose of 250 ppm, P3: a dose of 300 ppm. Fish are reared in an

aquarium measuring 30x30x40cm with a stocking density of 1 heads / 3 L, feeding 10% of the body weight

of the fish and feeding three times a day. Blood sampling of the test fish was carried out 3 times, and on

the 32 day a challenge test was conducted.namely at the time of adaptation intramuscularly with a density

of 108 CFU/mL bakteria as much as 0,1 mL/ head. after 30 days of maintenance and 14 days after the

challenge test with A. hydrophila. The results showed that P2 (feed containing fermented herbal medicine

at a dose of 250 ppm) was the best treatment with Total leukocytes 10.26x104 cells / mm 83.00%

Lymphocyte 8.33% Monocytes, 9.00% Neutrophils. phagocytic activity 36.33%, survival rate 93.33%

relative protection level 90% and survival rate 93.33%.

Kata kunci: MAS (Motl Aeromonas septicemia), fermented herbal medicine, hematology, Catfish

Page 2: DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

2

1. PENDAHULUAN

Ikan jambal siam (Pangasianodon

hypophthalmus) merupakan salah satu

komoditas yang digemari masyarakat, sehingga

pembudidaya dituntut untuk dapat meningkatkan

produksi agar memenuhi permintaan pasar.

Permintaan yang tinggi maka pembudidaya

intensif yang dapat mempengaruhi produksi.

Jenis ikan ini sangat rentan terhadap penyakit

yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila

(Rahma ningsih, 2012).

Salah satu arlternatif yang dapat

digunakan untuk menang-gulangi penyakit

bakterial pada ikan adalah dengan

menggunakan bahan-bahan alami, seperti kunyit,

temulawak, dan kencur, yang mana bahan-bahan

ini mengandung zat aktif seperti tannin, kuinon,

dan mineral, yang bersifat, antiinflamasi,

antifungi, dan antibakteri (Gupta et al., 2015).

Upaya pencegahan terhadap penyakit dapat

dilakukan melalui oral (pakan), perendaman atau

penyuntikan.

Menurut Syawal et al., (2019) pemberian

suplemen herbal yang telah difermentasi

ditambahkan ke pakan, mampu merangsang

nafsu makan ikan,meningkatkan kesehatan ikan

terhadap penyakit dan mengurangi stres ikan

terhadap perubahan lingkungan.dimana didapat

mortalitas pada ikan 5% dan bobot mutlak 95,5

g.

Adanya infeksi bakteri pada ikan dapat

menyebabkan terjadinya perubahan pada

gambaran darah leukosit, seperti total leukosit,

diferensiasi leukosit, dan aktivitas fagositosis.

Pemberian suplemen herbal (jamu fermentasi)

pada pakan dengan dosis 200ml/kg dapat

meningkatkan pertumbuhan ikan jambal siam,

total leukosit 11,41x104 sel/mm3 , limfosit

81,76%, monosit 6,33% dan neutrofil 5,33%

(Kurniawan 2019), namun pada penelitian

tersebut tidak dilakukan uji tantang dengan A.

hydrophila Oleh karena itu, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian untuk melihat

respons non spesifik dari ikan jambal siam

setelah diujitantang dengan A. Hydrophila

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Maret sampai Mei 2020 bertempat di

Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas

Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

Metode yang digunakan adalah metode

eksperimen dengan Ran-cangan Acak Lengkap

(RAL), satu faktor dengan 5 taraf perlakuan.

Kn : Kontrol negatif (pemberian pakan tanpa

jamu fermentasi dan tidak diuji tantang)

Kp : Kontrol positif (pemberian pakan tanpa

diberi jamu fermentasi tetapi diuji

tantang)

P1 : Pakan diberi jamu fermentasi kadar 200

ppm.

P2 : Pakan diberi jamu fermentasi dengan

kadar 250 ppm

P3 : Pakan diberi jamu fermentasi dengan

kadar 300 ppm.

Persiapan Wadah

Wadah pemeliharaan yang digunakan

adalah akuarium berukuran 40x30x30 cm

sebanyak 15 unit. masing-masing akuarium

dimasukkan ikan patin dengan padat tebar 1

ekor/ 3 L.

Pembuatan Jamu Fermentasi

Bahan yang digunakan untuk

pembuatan jamu fermentasi adalah kunyit,

kencur, dan temulawak dengan berat masing-

masing 100 g, molase 175 ml, minuman

probiotik 65 ml , ragi tape 50 mg dan air bersih 3

L. Pembuatan diawali dengan mencuci bersih

bahan-bahan, lalu diiris tipis dan diblender

hingga halus, setelah itu disaring hingga

didapatkan larutan dan selanjutnya ditambahkan

air bersih sebanyak 3 L, lalu direbus hingga

mendidih. Kemudian setelah dingin, tambahkan

molase, minuman probiotik , ragi tape sesuai

takaran, dan selanjutnya diaduk hingga

homogen. Setelah itu dimasukkan ke dalam

wadah tertutup dan difermentasi selama 7 hari

hingga terjadi perubahan aroma dan tidak

berbentuk gas. Gas dihasilkan selama fermentasi

dikeluarkan dengan cara membuka wadah setiap

hari ± 5 menit, setelah itu ditutup kembali

(Syawal et al.,2017).

Adaptasi Ikan Uji

Ikan uji berukuran 8–12 cm diperoleh

Berkah Farm Pekanbaru, diadaptasikan selama 7

hari dan diberi pakan komersil (pellet) sebanyak

3 kali dalam sehari.

Pemeliharaan Ikan

Page 3: DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

3

Pemeliharaan dilakukan selama 46 hari

dengan pemberian pakan yang telah

ditambahkan jamu fermentasi dan diuji tantang

dengan A. hydrophila. Pemberian pakan

diakukan tiga kali sehari, yaitu pada pukul 08.00,

13.00 dan 18.00 WIB sebanyak 10% dari bobot

tubuh. Setiap 10 hari sekali dilakukan

pengukuran bobot tubuh ikan untuk mengetahui

jumlah pakan yang diberikan pada pemeliharaan

selanjutnya.

Sterilisasi Alat dan Persiapan Media

Tumbuh Bakteri A.hydrophila Sterilisasi dilakukan dengan cara mencuci

cawan petri, tabung reaksi dan elenmeyer sampai

berrsih. Setelah bersih dikeringkan dan

dibungkus dengan kertas serta bagian mulut

tabung ditutup dengan kain kasa. Selanjutnya

alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam autoclave

untuk disterilisasi pada suhu 1210C tekanan 1

atm selama 15 menit. Begitu juga dengan media

tumbuh bakteri yang digunakan untuk uji tantang

terlebih dahulu disterilisasi.

Media tumbuh inokulan bakteri adalah

media agar padat GSP (Glutamate Strech

Phenol), TSA (Triptic Soya Agar) dan media cair

TSB (Triptic Soya Broth). Perbandingan dengan

akuades yang telah ditentukan, yaitu media GSP

45 g/l akuades, media TSA 40 g/l akuades dan

media TSB 30 g/l akuades.

Isolat A. hydrophila diperoleh dari

koleksi Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

Riau.

Uji Tantang

Uji tantang dilakukan pada hari ke-32

dengan kepadatan bakteri 108 CFU/mL,

sebanyak 0,1 mL/ekor dengan cara penyuntikan

secara intramuscular menggunakan syringe

ukuran 1 mL. Setelah ujitantang, ikan kembali

dipelihara dalam akuarium selama 14 hari dan

diamati gejala klinis.

Pengambilan Darah Ikan

Pengambilan darah dilakukan sebanyak 3

kali, yaitu pertama sebelum perlakuan, kedua

pada hari ke-32, dan ketiga hari ke- 14

pascaujitantang. Pengambilan darah dilakukan di

bagian vena caudalis dengan menggunakan

syrenge 1mL yang telah dibasahi dengan EDTA

10 % untuk mencegah pembekuan darah.

Sebelum darah diambil terlebih dahulu ikan

dibius dengan minyak cengkeh sebanyak 0,1

ml/L, kemudian darah dimasukkan ke dalam

tabung ependorf yang juga telah diberi

antikoogulan.

Pengamatan Total Leukosit

Prosedur perhitungan total leukosit, dan

differesiasi leukosit mengacu pada Blaxhall dan

Daisley (1973) yaitu dengan rumus sebagai

berikut :

∑ Leukosit = ∑ n x 50 sel/mm3

Keterangan:

∑ n = Jumlah total leukosit pada 4 kotak

besar

50 = Faktor pengenceran

Diferensiasi Leukosit

Persentase sel = ∑ n x 100%

Keterangan :

∑ n = jumlah sel yang dihitung

Aktivitas Fagositosis

Persentase sel-sel fagositik dapat

dihitung dengan cara mengamati jumlah sel-sel

yang memfagosit bakteri.

A.Fagositosis =∑ 𝐒𝐞𝐥 𝐅𝐚𝐠𝐨𝐬𝐢𝐭

100 𝑥 100%

Dimana : ∑ sel fagosit = Jumlah sel fagositosis

Tingkat Kelulushidupan

Menurut Effendie (2002), tingkat

kelulushidupan dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

SR = 𝑵𝒕

𝑵𝒐𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Dimana : SR = Kelulushidupan (%)

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada

akhir penelitian (ekor)

No = Jumlah ikan yang hidup pada

awal penelitian (ekor)

Tingkat Perlindungan Relatif

Menutut Ellis (1988), menghitung tingkat

perlindungan relatif dengan cara sebagai berikut:

RPS = [1 − 𝑀𝑣

𝑀𝑐] x 100%

Keterangan:

PPS = Tingkat perlindungan relatif (%)

Mv = Kematian ikan yang diberi jamu fermentasi

(%)

Mc = Kematian ikan kontrol (%)

Page 4: DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

4

Analisis Data

Data penelitian menggunakan

analisa variansi (ANOVA). Uji statistic

menggunakan perangkat lunak SPSS versi 22.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Total Leukosit

Perhitungan total leukosit dilakukan di

awal , hari ke-30 dan 14 hari pascaujitantang

dengan A.hydrophila Adapun total leukosit dari

masing-masing perlakuan ditampilkan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Total Leukosit (x104 sel/mm3) pada Ikan Jambal Siam Selama Penelitian.

Perlakuan

Total Leukosit (x104 sel/mm3)

Awal

Pemeliharaan Hari ke-30

Pasca Uji tantang (14

Hari)

Kn 6,30 7,18±0,10a 7,19±0,80a

Kp 6,84 7,16±0,11a 9,24±0,49b

P1 7,25 7,35±0,60 c 9,35±0,22c

P2 7,16 7,87±0,13d 10,26±0,76e

P3 7,21 7,27±0,14b 9,95±0,60d

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan bahwa antar perlakuan

berbeda nyata (P<0,05); ± Standar Deviasi (SD).

Berdasarkan Tabel 1, jumlah rata-rata

leukosit pada ikan jambal siam pada pengamatan

30 hari berkisar antara 7,16 -7,87x104 sel/mm3.

Uji statistik analisis variansi (ANOVA)

menunjukkan pemberian pakan yang diberi jamu

fermentasi memberikan pengaruh terhadap total

leukosit pada ikan jambal siam (P<0,05) . Hasil

uji lanjut Newman-Keuls menunjukkan Kn dan

Kp berbeda nyata perlakuan P1, P2 dan P3.

Hasil penelitian ini menunjukkan total

leukosit ikan jambal siam pada masing-masing

perlakuan bila dibandingkan dengan perlakuan

kontrol. Hal ini diduga karena adanya pengaruh

dari pemberian jamu fermentasi yang

mengandung zat kurkumin. Peningkatan jumlah

leukosit terjadi karena kurkumin dapat

menormalkan fungsi jaringan tubuh dan

melawan racun Dayanti (2012). Pascaujitantang

jumlah total leukosit berkisar 7,19 x 10,26x104

sel/mm3. Jumlah leukosit tertinggi terdapat pada

perlakuan P2 sedangkan yang terendah pada

perlakuan Kn, hal ini diduga karena pada

perlakuan Kn tidak dilakukan uji tantang

sehingga jumlah sel leukosit tidak terjadi

perubahan yang signifikan.

Peningkatan total leukosit menunjukkan

bahwa ikan memberikan respons terhadap

adanya benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

Berdasarkan uji statistik analisis

variansi (ANOVA) menunjukkan pemberian

pakan yang mengandung jamu fermentasi

memberikan pengaruh nyata terhadap total

leukosit ikan jambal siam pascaujitantang.

Peningkatan jumlah leukosit disebabkan karena

leukosit berfungsi sebagai pertahanan dalam

tubuh yang bereaksi cepat terhadap masuknya

antigen ke tubuh ikan (Sukenda et al., (2008)

dalam Bahariansyah (2014)).

Diferensiasi Leukosit

Perhitungan diferensiasi leuko-sit

dilakukan untuk melihat peru-bahan jumlah jenis

leukosit yang terjadi setelah pemeliharaan ikan

jambal siam (P.hypophthalmus) selama 30 hari

yang diberi pakan mengandung jamu fermentasi

dan diuji tantang dengan A. hydrophila. Nilai

diferensiasi leukosit yang diambil merupakan

rata-rata prosentase tiga jenis sel leukosit yaitu:

limfosit, monosit dan neutrofil. Hasil

pengamatan diferensiasi leukosit dapat dilihat

pada Tabel 2.

Page 5: DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

5

Tabel 2. Diferensiasi Leukosit pada Ikan Jambal Siam (Pangasianodon hypophthalmus) Selama

Penelitian.

Diferensiasi Leukosit Perlakuan Limfosit(%) Monosit(%) Neutrofil(%)

Awal Pemeliharaan

Kn 78,00 8,33 12,67

Kp 80,33 10,66 9,33

P1 75,33 12,33 12,66

P2 81,33 8,33 10,33

P3 79,00 9,00 12,00

Hari ke-30

Pemeliharaan

Kn 76,66±1,52a 11,33±1,00b 11,66±0,57b

Kp 77,33±1,15a 11,00±1,00b 12,00±2,08b

P1 80,66±1,15b 9,00±0,57ab 10,33±1,00ab

P2 84,00±1,00c 7,66±0,57a 9,00±0,57a

P3 81, 33±0,57b 9,66±0,57ab 10,20±1,15ab

Hari ke-14 Pascauji

tantang

Kn 76,00±1,00b 11,66±1,00c 11,00±1,00a

Kp 72,66±0,57a 13,00±0,57d 14,00±0,57b

P1 80,33±1,00cd 9,66±0,57b 10,66±1,15ab

P2 83,00±1,00d 8,33±0,57a 9,00±0,57a

P3 79,66±2,08c 10,33±1,00b 10,66±2,51ab

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata

(P<0,05) antar perlakuan; ± Standar Deviasi (SD).

Limfosit

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa

limfosit ikan jambal siam setelah pemeliharaan

30 hari berkisar antara 76,66-84,00%. Sesuai

dengan uji statistik analisis variansi (ANOVA)

tampak bahwa pemberian pakan yang

mengandung jamu fermentasi setelah 30 hari

pemeliharaan memberikan pengaruh terhadap

limfosit 30 hari pemeliharaan (P<0,05). Hasil

penelitian pasca uji tantang diketahui bahwa

limfosit ikan jambal siam mengalami

peningkatan berkisar antara 72,66-83,00, dimana

yang tertinggi pada perlakuan P2 dan terendah

pada perlakuan Kp dan Kn. Berdasarkan uji

statistik analisis variansi (ANOVA)

menunjukkan pemberian pakan yang

mengandung jamu fermentasi pasca uji tantang

memberikan pengaruh terhadap limfosit pasca

uji tantang (P<0,05). ikan masih mengalami

stress akibat terinfeksi bakteri patogen.

Rendahnya limfosit karena sel-sel limfosit

berpoliferasi membentuk sel T dan sel B yang

didistribusikan ke situs luka dan infeksi untuk

melisiskan dan menetralkan toksin dari antigen

dengan cara keluar dari dinding kapiler,

melepaskan pembuluh darah untuk menuju

kebagian infeksi (Abdullah, 2008).

(Mundriyanto et al., 2002), menyatakan bahwa

mekanisme kerja sel limfosit dalam peranannya

sebagai sistem kekebalan tubuh berfungsi

menyediakan zat kebal untuk pertahanan tubuh

dengan cara mengenali antigen melalui reseptor

spesifik pada membran sel.

Monosit

Antara 7,66-11,33. Berdasarkan uji statistik

analisis variansi (ANOVA) Berdasarkan Tabel 2,

diketahui bahwa monosit ikan jambal siam

setelah pemeliharaan 30 hari berkisar

menunjukkan pemberian pakan yang

mengandung jamu fermentasi memberikan

pengaruh terhadap monosit 30 hari pemeliharaan

(P<0,05). Hal ini diduga karena ikan masih

dalam keadaan normal karena belum ada infeksi

dari bakteri yang masuk kedalam tubuh ikan

yang merangsang monosit didalam tubuh ikan.

Hasil penelitian pasca uji tantang

diketahui bahwa monosit ikan jambal siam

mengalami peningkatan berkisar antara 8,33-

13,00, dimana yang tertinggi pada perlakuan Kp.

Berdasarkan uji statistik analisis variansi

(ANOVA) menunjukkan pemberian pakan yang

mengandung jamu fermentasi memberikan

pengaruh terhadap monosit pasca uji tantang

(P<0,05). Hal ini diduga karena monosit dalam

darah berperan aktif memfagosit agen penyebab

Page 6: DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

6

penyakit. Hal ini sesuai pendapat Santoso et al.,

(2013).

Penurunan jumlah monosit menunjukkan

ikan dalam keaadaan sehat sesuai Hartika et

al.,(2014) penerunan nilai monosit disebabkan

karena ikan dalam kondisi sehat untuk itu tidak

diperlukan sel monosit untuk memfagosit

dikarenakan adanya infeksi yang masuk kedalam

tubuh atau belum adanya rangsangan dari benda-

benda asing untuk memproduksi monosit.

Neutrofil

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa

neutrofil ikan jambal siam setelah pemeliharaan

30 hari berkisar antara 9,00-11,66. Berdasarkan

uji statistik analisis variansi (ANOVA)

menunjukkan pemberian pakan yang

mengandung jamu fermentasi memberikan

pengaruh terhadap neutrofil 30 hari

pemeliharaan (P<0,05). Hasil uji Newman Keuls

menunjukkan P2 berbeda nyata terhadap

perlakuan Kn dan Kp. Hal ini diduga karena ikan

masih dalam keadaan normal karena belum ada

infeksi dari bakteri yang masuk kedalam tubuh

ikan yang merangsang neutrofil didalam tubuh

ikan.

Hasil penelitian pasca uji tantang

diketahui bahwa neutrofil ikan jambal siam

mengalami peningkatan berkisar antara 9,00-

14,00, dimana yang tertinggi pada perlakuan Kp.

Berdasarkan uji statistik analisis variansi

(ANOVA) menunjukkan pemberian pakan yang

mengandung jamu fermentasi memberikan

pengaruh terhadap neutrofil pasca uji tantang

(P<0,05). Hasil uji Newman Keuls menunjukkan

bahwa perlakuan Kp berbeda nyata dengan

perlakuan Kn, P1, P2 dan P3. Pada perlakuan Kp

terjadi peningkatan sel neutrofil, hal ini diduga

karena sel neutrofil masih bekerja dalam proses

menekan infeksi bakteri yang terjadi. Pada saat

terjadi infeksi, neutrofil meningkat karena dalam

tubuh ikan telah terbentuk sistem pertahanan

tubuh, sehingga saat terjadi infeksi neutrofil

diproduksi oleh limfa dan dikirim ketempat

terjadinya infeksi.

Aktivitas Fagositosis

Perhitungan aktivitas fagositosis

dilakukan untuk melihat kemampuan sel leukosit

untuk memakan benda asing khususnya serangan

bakteri patogen pada pegamatan aktivitas

fagositosis sel leukosit ikan jambal siam siam (P.

hypophthalmus) selama penelitian dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Presentase Aktivitas Fagositosis Ikan Jambal Siam (Pangasianodon hypophthalmus)

Selama Penelitian

Perlakuan

Aktivitas Fagositosis (%)

Awal Pemeliharaan Pemeliharaan

(30 Hari)

Pasca uji tantang

(14 Hari)

Kn 19,00 19,00±0,57a 20,66±1,00b

Kp 19,66 19,33±1,00a 17,33±0,57a

P1 21,33 26,00±2,64b 32,66±1,52c

P2 20,00 27,66±1,00b 36,33±1,00d

P3 21,66 27,00±1,52b 35,33±0,57d

Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan bahwa antar perlakuan

berbeda nyata (P<0,05); ± Standar Deviasi (SD).

Berdasarkan Tabel 3, kisaran aktivitas

fagositosis setelah pemeliharaan selama 30 hari

adalah 19,00-27,66%. Nilai yang terendah

terdapat pada perlakuan Kp 19,33% dan tertinggi

pada perlakuan P2 27,66%. Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian pakan dengan penambahan

jamu fermentasi mampu meningkatkan aktivitas

fagositosis sel leukosit ikan jambal siam.

Menurut Rustikawati (2012) bahwa fagositosis

merupakan mekanisme yang paling penting dan

merupakan fungsi utama sel leukosit saat terjadi

peradangan. Berdasarkan uji statistik analisis

variansi (ANOVA) menunjukkan pemberian

pakan yang mengandung tepung kunyit setelah

30 hari penelitian memberikan pengaruh

terhadap indeks fagositosis ikan jambal siam

(P<0,05).

Aktivitas fagositik ikan jambal siam

pasca uji tantang dengan A. hydrophila berkisar

17,33%-36,33%. Pada perlakuan Kp,

Page 7: DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

7

menunjukkan penurunan jumlah sel yang

melakukan aktivitas fagositosis dan pada

perlakuan P1, P2 dan P3 terlihat peningkatan. Hal

ini diduga karena jamu fermentasi mampu

menstimulasi aktivitas sel fagosit. Dengan

adanya kandungan kunyit ,kencur dan

temulawak didalam pakan semakin

memudahkan sel fagosit melakukan fungsinya

dalam memfagositosis antigen yang masuk

kedalam tubuh ikan sehingga dapat mencegah

serangan benda asing yang bersifat patogen

didalam tubuh ikan (Wagini et al., 2014 pakan

yang mengandung jamu fermentasi pasca uji

tantang dengan A. hydrophila memberikan

pengaruh nyata terhadap indeks fagositosis ikan

jambal siam (P<0,05).

Tingkat Perlindungan Relatif (RPS)

Tingkat perlindungan relatif (RPS) ikan

jambal siam (P. hypophthalmus) selama 46 hari

pada masa pemeliharaan menggunakan jamu

fermentasi pada pakan, A. hydrophila yang

diisolasi dari ikan jambal siam (P.

hypophthalmus) dan saat uji tantang dengan

bakteri A. hydrophila dapat dilihat pada Gambar

1.

Gambar 1. Tingkat perlindungan relatif (RPS) ikan jambal siam (Pangasianodon

hypopthalmus) selama penelitian

Berdasarkan Gambar 1 tampak bahwa

tingkat perlindungan relatif (RPS) ikan jambal

siam (P. hypopthalmus) setelah uji tantang

69,33-90%, dimana tingkat perlindungan relatif

yang tertinngi terdapat pada perlakuan P2, yaitu

sebesar 90% sedangkan yang terendah pada

perlakuan P1 (69,33%) dan P3 (75%). hal ini

menunjukkan pemberian jamu fermentasi dapat

menurunkan tingkat mortalitas akibat infeksi

bakteri A.hydropyla.

Pemberian pakan dengan penambahan

jamu fermentasi dapat meningkatkan daya tahan

tubuh ikan jambal siam yang diinfeksi bakteri

A.hydrophila dikarenakan selain bersifat

antibakteri kunyit, kencur dan temulawak juga

meningkatkan nafsu makan ikan sehingga

penyerapan zat nutrisi lebih baik dan meningkat

imunitas ikan dan memicu pertumbuhan

(Samsundari,2006). Menurut

Jusadi et al.,(2006) bahwa vitamin C

berperan penting dalam menormalkan fungsi

kekebalan tubuh dan mengurangi stres.

Kandungan vitamin C dalam jamu fermentasi

yang terdapat pada kunyit mampu dimanfaatkan

untuk pertumbuhan ikan, karena berperan dalam

metabolisme tubuh. Vitamin C juga dapat

meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan dan

protein efisiensi rasio karena pakan dapat

dimanfaatkan dan dicerna tubuh dengan baik

(Komalasari et al., 2016).

Tingkat Kelulushidupan

Kelulushidupan ikan jambal siam (P.

Hypophthalmus) dapat dilihat pada Gambar 2.

69,33

9075

0

20

40

60

80

100

P1 P2 P3

RP

S%

Perlakuan

Page 8: DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

8

Gambar 2. Tingkat Kelulushidupan Ikan Jambal Siam Sesuai Perlakuan

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat

bahwa kelulushidupan ikan jambal siam tertinggi

terdapat pada perlakuan Kn dan P2 yaitu 93,33%.

Tingginya tingkat kelulushidupan pada

perlakuan P2 dikarenakan adanya senyawa aktif

yang terdapat dalam tepung kunyit yaitu

kurkumin dan minyak atsiri yang mampu

meningkatkan sistem imun, sehingga daya tahan

tubuh ikan saat terinfeksi bakteri Aeromonas

hydrophila dalam kondisi kuat dan dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Pemberian jamu fermentasi yang dicampur pada

pellet dapat memicu pertumbuhan ikan dan

menekan angka mortalitas (Syawal et al.,(2019).

kemampuan kurkumin dalam meningkatkan

sistem kekebalan ikan ,sebagai antioksidan

,antimikroba, antiinflamasi dan mampu

memelihara, mencegah dan memperbaiki

jaringan yg rusak akibat infeksi benda – benda

asing atau mikroba ,secara tidak langsung

dengan kondisi ikan yang sehat dapat

meningkatkan nafsu makan, pertumbuhan bobot

dan kelulushidupan ikan (Marwadi, 2016).

Presentase kelulushidupan terendah

terdapat pada perlakuan Kp, yakni sebesar

33,33%. Rendahnya kelulushidupan pada

perlakuan Kp dikarenakan tidak ada diberi

perlakuan penambahan jamu fermentasi dalam

pakan sehingga pada pasca infeksi dengan

bakteri .Menurut Gufron dan Kordi (2004), stress

pada ikan akan mengakibatkan kepekaan ikan

tersebut terhadap penyakit sehingga

mempengaruhi pada kelangsungan hidup ikan,

Yanuhar (2012), mengatakan bahwa infeksi

bakteri adalah salah satu penyebab terjadinya

radikal bebas sehingga mengakibatkan

mortalitas pada ikan.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penam-bahan jamu fermentasi ke pakan

berpengaruh terhadap diferensiasi leukosit ikan

jambal siam (Panga-sianodon hypophthalmus)

dan diuji tantang dengan A. hydrophila

menunjukkan bahwa dosis 250 ppm/kg adalah

yang terbaik ditandai dengan nilai Limfosit

83,00%, Neutrofil 9,00%, Monosit 8,33%, Total

Leukosit 10,26x104 sel/mm3. Aktivitas

Fagositosis 36,33%, tingkat perlingdungan

relatif (RPS) 90%. dan kelulushidupan 93,33 %.

Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut

mengenai penggunaan jamu fermentasi yang

diformulasikan dalam pakan untuk melihat

histopatologi organ pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA

Akram. M., S.Uddin, A. Ahmed., K.

Usmanghani, A., Hannan, E., Mohiuddin,

M. ASIF. 2010. Curcuma Longa And

Curcumin: a review article. Rom. J. Biol.

– plant biol. 55(2): 65–70.

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan,

2017,Statistik Perikanan Tangkap

Indonesia 2014-2017, Jakarta, (ID):

Dinas Kelautan dan Perikanan.

Lukistyowati I. dan H. Syawal.2013. Potensi

Pakan yang Mengandung Sambiloto

(Andrographis paniculata) dan Daun

Jambu Biji (Psidium guajava) untuk

Menanggulangi Bakteri Aeromonas

hydrophila pada Ikan Baung (Mystus

100 100 100 100 100100

33,33

80

93,3383,33

0

20

40

60

80

100

KN KP P1 P2 P3

Setelah 30 hari14 hari Pasca ujitantang

Kel

ulu

shid

up

an

(%)

Page 9: DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM …

JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155

9

nemurus). Jurnal Akuakultur Rawa

Indonesia.1 (2) : 135-147.

Mundriyanto, H., Taufik, P., dan Taukhid 2002.

Respon Histologis Tubuh Kodok (Rana

catesberana Shaw) terhadap infeksi

Bakteri Patogen dan Potensi

Saccharomyces cerevisiae Sebagai

Imunostimulan. Jurnal Penelitian

Perikanan Indonesia. 8 (3): 53-63.

Pangestika, D,, E, Mirani,, I,D, Mashoedi,

2012, Pengaruh Pemberian Kunyit

(Curcuma domestica Val) Terhadap

Aktivitas Fagositosis Makrofag pada

Mencit BALB/C yang Dinokulasi Bakteri

Listeria monocytogenes, Jurnal Fakultas

Kedokteran Unissula Semarang, Vol,4

(1): 63-70 hlm.

Rahmaningsih, S. 2012. Pengaruh Ekstrak

Sidawayah dengan Konsentrasi yang

Berbeda untuk Mengatasi Infeks Bakteri

Aeromonas hydrophila pada Ikan Nila

(Oreochromis

niloticus).Aquasains.Jurnal Ilmu

Perikanan dan Sumberdaya Perair. 1 (1)

: 1-8. Rustikawati, I. 2012. Efektivitas Ekstrak

Sargassum sp. Terhadap Diferensiasi

Leukosit Ikan Nila (Oreochromis

niloticus) yang Diinfeksi S. Iniae. Jurnal

Akuatika. 2 (3): 125-134.

Syawal, H,, N,A, Pamukas dan N, Asiah, 2017,

Pakan Jamu untuk Ikan Budidaya, Buku

Teknologi Tepat Guna, Pekanbaru:

Universitas Riau Press, 16 hlm.

Syawal, H,, M, Riauwaty, Nuraini, dan S,

Hasibuan, 2019, Pemanfaatan Pakan

Herbal (Jamu) untuk Meningkatkan

Produksi Ikan Budidaya, Dinamisia-

JurnalPengabdian Kepada Masyarakat,

3