Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
1
DIFERENSIASI LEUKOSIT IKAN JAMBAL SIAM
(PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) YANG DIBERI PAKAN
MENGANDUNG JAMU FERMENTASI
DIFFERENTIATION OF SIAMESE JAMBAL FISH LEUKOCYTES
(PANGASIANODON HYPOPHTHALMUS) GIVEN FEED CONTAINING
FERMENTED HERBS
Juwita Lestari1, Henni Syawal2, Morina Riauwaty2
1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
2)Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
ABSTRAK
Bahan alami dalam pembuatan jamu fermentasi, seperti kunyit, kencur, dan temulawak. Bahan-bahan ini
bersifat antibakteri dan antimikroba, serta dapat meningkatkan kesehatan ikan. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui pengaruh penambahan jamu fermentasi pada pakan terhadap diferensiasi leukosit ikan
jambal siam setelah diuji tantang dengan Aeromonas hydrophila. Metode yang digunakan adalah metode
eksperimen dengan menerapkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan yaitu Kn:
(pemberian pakan tanpa diberi jamu fermentasi dan tidak diuji tantang), Kp: (pemberian pakan tanpa diberi
jamu fermentasi dan diuji tantang), P1: P2; dan P3 (Pakan diberi jamu fermentasi dosis 200, 250, dan 300
ppm dan dilakukan uji tantang). Ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 40x30x30cm dengan padat
tebar 1 ekor/3 L, pemberian pakan sebanyak 10% dari bobot tubuh ikan diberikan tiga kali sehari. Hari ke-
32 dilakukan ujitantang dengan A. hydrophila, secara intramuscular dengan kepadatan bakteri 108 CFU/mL
sebanyak 0,1mL/ekor. Pengambilan darah dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pertama sebelum perlakuan,
kedua hari ke-30 pemeliharaan dan ketiga 14 hari pascaujitantang. Hasil penelitian menunjukkan P2 (Pakan
yang diberi jamu fermentasi dosis 250 ppm) adalah yang terbaik dengan Total Leukosit 10,26x104 sel/mm3,
Limfosit 83,00%, Monosit 8.33%, dan Neutrofil 9,00%. Aktivitas Fagositik 36,33%, tingkat perlindungan
relatif 90% dan kelulus hidupan 93,33 %.
Kata kunci: MAS (Motl Aeromonas septicemia), jamu fermentasi, hematologi, Catfish
ABSTRACT
Natural ingredients used in the manufacture of fermented herbal medicine, such as turmeric, kencur, and
ginger. These plants are antibacterial and antimicrobial and increase the growth of fish.This study aims to
determine the effect of giving fermented herbal medicine on the differentiation of leucocytes of siamese
shark and challenged with Aeromonas hydrophila. The method used was an experimental method with a
completely randomized design (CRD), one factor, namely the feed containing fermented herbal medicine
with 5 levels of treatment and three replications. Kn: (feeding without being given fermented herbal
medicine and not being challenged with A. hydrophila bacteria), Kp: (feeding without being given
fermented herbs and being challenged with A. hydrophila bacteria), P1: Feed containing fermented herbal
medicine with a dose of 200 ppm, P2: a dose of 250 ppm, P3: a dose of 300 ppm. Fish are reared in an
aquarium measuring 30x30x40cm with a stocking density of 1 heads / 3 L, feeding 10% of the body weight
of the fish and feeding three times a day. Blood sampling of the test fish was carried out 3 times, and on
the 32 day a challenge test was conducted.namely at the time of adaptation intramuscularly with a density
of 108 CFU/mL bakteria as much as 0,1 mL/ head. after 30 days of maintenance and 14 days after the
challenge test with A. hydrophila. The results showed that P2 (feed containing fermented herbal medicine
at a dose of 250 ppm) was the best treatment with Total leukocytes 10.26x104 cells / mm 83.00%
Lymphocyte 8.33% Monocytes, 9.00% Neutrophils. phagocytic activity 36.33%, survival rate 93.33%
relative protection level 90% and survival rate 93.33%.
Kata kunci: MAS (Motl Aeromonas septicemia), fermented herbal medicine, hematology, Catfish
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
2
1. PENDAHULUAN
Ikan jambal siam (Pangasianodon
hypophthalmus) merupakan salah satu
komoditas yang digemari masyarakat, sehingga
pembudidaya dituntut untuk dapat meningkatkan
produksi agar memenuhi permintaan pasar.
Permintaan yang tinggi maka pembudidaya
intensif yang dapat mempengaruhi produksi.
Jenis ikan ini sangat rentan terhadap penyakit
yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila
(Rahma ningsih, 2012).
Salah satu arlternatif yang dapat
digunakan untuk menang-gulangi penyakit
bakterial pada ikan adalah dengan
menggunakan bahan-bahan alami, seperti kunyit,
temulawak, dan kencur, yang mana bahan-bahan
ini mengandung zat aktif seperti tannin, kuinon,
dan mineral, yang bersifat, antiinflamasi,
antifungi, dan antibakteri (Gupta et al., 2015).
Upaya pencegahan terhadap penyakit dapat
dilakukan melalui oral (pakan), perendaman atau
penyuntikan.
Menurut Syawal et al., (2019) pemberian
suplemen herbal yang telah difermentasi
ditambahkan ke pakan, mampu merangsang
nafsu makan ikan,meningkatkan kesehatan ikan
terhadap penyakit dan mengurangi stres ikan
terhadap perubahan lingkungan.dimana didapat
mortalitas pada ikan 5% dan bobot mutlak 95,5
g.
Adanya infeksi bakteri pada ikan dapat
menyebabkan terjadinya perubahan pada
gambaran darah leukosit, seperti total leukosit,
diferensiasi leukosit, dan aktivitas fagositosis.
Pemberian suplemen herbal (jamu fermentasi)
pada pakan dengan dosis 200ml/kg dapat
meningkatkan pertumbuhan ikan jambal siam,
total leukosit 11,41x104 sel/mm3 , limfosit
81,76%, monosit 6,33% dan neutrofil 5,33%
(Kurniawan 2019), namun pada penelitian
tersebut tidak dilakukan uji tantang dengan A.
hydrophila Oleh karena itu, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian untuk melihat
respons non spesifik dari ikan jambal siam
setelah diujitantang dengan A. Hydrophila
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret sampai Mei 2020 bertempat di
Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
Metode yang digunakan adalah metode
eksperimen dengan Ran-cangan Acak Lengkap
(RAL), satu faktor dengan 5 taraf perlakuan.
Kn : Kontrol negatif (pemberian pakan tanpa
jamu fermentasi dan tidak diuji tantang)
Kp : Kontrol positif (pemberian pakan tanpa
diberi jamu fermentasi tetapi diuji
tantang)
P1 : Pakan diberi jamu fermentasi kadar 200
ppm.
P2 : Pakan diberi jamu fermentasi dengan
kadar 250 ppm
P3 : Pakan diberi jamu fermentasi dengan
kadar 300 ppm.
Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan yang digunakan
adalah akuarium berukuran 40x30x30 cm
sebanyak 15 unit. masing-masing akuarium
dimasukkan ikan patin dengan padat tebar 1
ekor/ 3 L.
Pembuatan Jamu Fermentasi
Bahan yang digunakan untuk
pembuatan jamu fermentasi adalah kunyit,
kencur, dan temulawak dengan berat masing-
masing 100 g, molase 175 ml, minuman
probiotik 65 ml , ragi tape 50 mg dan air bersih 3
L. Pembuatan diawali dengan mencuci bersih
bahan-bahan, lalu diiris tipis dan diblender
hingga halus, setelah itu disaring hingga
didapatkan larutan dan selanjutnya ditambahkan
air bersih sebanyak 3 L, lalu direbus hingga
mendidih. Kemudian setelah dingin, tambahkan
molase, minuman probiotik , ragi tape sesuai
takaran, dan selanjutnya diaduk hingga
homogen. Setelah itu dimasukkan ke dalam
wadah tertutup dan difermentasi selama 7 hari
hingga terjadi perubahan aroma dan tidak
berbentuk gas. Gas dihasilkan selama fermentasi
dikeluarkan dengan cara membuka wadah setiap
hari ± 5 menit, setelah itu ditutup kembali
(Syawal et al.,2017).
Adaptasi Ikan Uji
Ikan uji berukuran 8–12 cm diperoleh
Berkah Farm Pekanbaru, diadaptasikan selama 7
hari dan diberi pakan komersil (pellet) sebanyak
3 kali dalam sehari.
Pemeliharaan Ikan
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
3
Pemeliharaan dilakukan selama 46 hari
dengan pemberian pakan yang telah
ditambahkan jamu fermentasi dan diuji tantang
dengan A. hydrophila. Pemberian pakan
diakukan tiga kali sehari, yaitu pada pukul 08.00,
13.00 dan 18.00 WIB sebanyak 10% dari bobot
tubuh. Setiap 10 hari sekali dilakukan
pengukuran bobot tubuh ikan untuk mengetahui
jumlah pakan yang diberikan pada pemeliharaan
selanjutnya.
Sterilisasi Alat dan Persiapan Media
Tumbuh Bakteri A.hydrophila Sterilisasi dilakukan dengan cara mencuci
cawan petri, tabung reaksi dan elenmeyer sampai
berrsih. Setelah bersih dikeringkan dan
dibungkus dengan kertas serta bagian mulut
tabung ditutup dengan kain kasa. Selanjutnya
alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam autoclave
untuk disterilisasi pada suhu 1210C tekanan 1
atm selama 15 menit. Begitu juga dengan media
tumbuh bakteri yang digunakan untuk uji tantang
terlebih dahulu disterilisasi.
Media tumbuh inokulan bakteri adalah
media agar padat GSP (Glutamate Strech
Phenol), TSA (Triptic Soya Agar) dan media cair
TSB (Triptic Soya Broth). Perbandingan dengan
akuades yang telah ditentukan, yaitu media GSP
45 g/l akuades, media TSA 40 g/l akuades dan
media TSB 30 g/l akuades.
Isolat A. hydrophila diperoleh dari
koleksi Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Riau.
Uji Tantang
Uji tantang dilakukan pada hari ke-32
dengan kepadatan bakteri 108 CFU/mL,
sebanyak 0,1 mL/ekor dengan cara penyuntikan
secara intramuscular menggunakan syringe
ukuran 1 mL. Setelah ujitantang, ikan kembali
dipelihara dalam akuarium selama 14 hari dan
diamati gejala klinis.
Pengambilan Darah Ikan
Pengambilan darah dilakukan sebanyak 3
kali, yaitu pertama sebelum perlakuan, kedua
pada hari ke-32, dan ketiga hari ke- 14
pascaujitantang. Pengambilan darah dilakukan di
bagian vena caudalis dengan menggunakan
syrenge 1mL yang telah dibasahi dengan EDTA
10 % untuk mencegah pembekuan darah.
Sebelum darah diambil terlebih dahulu ikan
dibius dengan minyak cengkeh sebanyak 0,1
ml/L, kemudian darah dimasukkan ke dalam
tabung ependorf yang juga telah diberi
antikoogulan.
Pengamatan Total Leukosit
Prosedur perhitungan total leukosit, dan
differesiasi leukosit mengacu pada Blaxhall dan
Daisley (1973) yaitu dengan rumus sebagai
berikut :
∑ Leukosit = ∑ n x 50 sel/mm3
Keterangan:
∑ n = Jumlah total leukosit pada 4 kotak
besar
50 = Faktor pengenceran
Diferensiasi Leukosit
Persentase sel = ∑ n x 100%
Keterangan :
∑ n = jumlah sel yang dihitung
Aktivitas Fagositosis
Persentase sel-sel fagositik dapat
dihitung dengan cara mengamati jumlah sel-sel
yang memfagosit bakteri.
A.Fagositosis =∑ 𝐒𝐞𝐥 𝐅𝐚𝐠𝐨𝐬𝐢𝐭
100 𝑥 100%
Dimana : ∑ sel fagosit = Jumlah sel fagositosis
Tingkat Kelulushidupan
Menurut Effendie (2002), tingkat
kelulushidupan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
SR = 𝑵𝒕
𝑵𝒐𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Dimana : SR = Kelulushidupan (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada
akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah ikan yang hidup pada
awal penelitian (ekor)
Tingkat Perlindungan Relatif
Menutut Ellis (1988), menghitung tingkat
perlindungan relatif dengan cara sebagai berikut:
RPS = [1 − 𝑀𝑣
𝑀𝑐] x 100%
Keterangan:
PPS = Tingkat perlindungan relatif (%)
Mv = Kematian ikan yang diberi jamu fermentasi
(%)
Mc = Kematian ikan kontrol (%)
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
4
Analisis Data
Data penelitian menggunakan
analisa variansi (ANOVA). Uji statistic
menggunakan perangkat lunak SPSS versi 22.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Total Leukosit
Perhitungan total leukosit dilakukan di
awal , hari ke-30 dan 14 hari pascaujitantang
dengan A.hydrophila Adapun total leukosit dari
masing-masing perlakuan ditampilkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Total Leukosit (x104 sel/mm3) pada Ikan Jambal Siam Selama Penelitian.
Perlakuan
Total Leukosit (x104 sel/mm3)
Awal
Pemeliharaan Hari ke-30
Pasca Uji tantang (14
Hari)
Kn 6,30 7,18±0,10a 7,19±0,80a
Kp 6,84 7,16±0,11a 9,24±0,49b
P1 7,25 7,35±0,60 c 9,35±0,22c
P2 7,16 7,87±0,13d 10,26±0,76e
P3 7,21 7,27±0,14b 9,95±0,60d
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan bahwa antar perlakuan
berbeda nyata (P<0,05); ± Standar Deviasi (SD).
Berdasarkan Tabel 1, jumlah rata-rata
leukosit pada ikan jambal siam pada pengamatan
30 hari berkisar antara 7,16 -7,87x104 sel/mm3.
Uji statistik analisis variansi (ANOVA)
menunjukkan pemberian pakan yang diberi jamu
fermentasi memberikan pengaruh terhadap total
leukosit pada ikan jambal siam (P<0,05) . Hasil
uji lanjut Newman-Keuls menunjukkan Kn dan
Kp berbeda nyata perlakuan P1, P2 dan P3.
Hasil penelitian ini menunjukkan total
leukosit ikan jambal siam pada masing-masing
perlakuan bila dibandingkan dengan perlakuan
kontrol. Hal ini diduga karena adanya pengaruh
dari pemberian jamu fermentasi yang
mengandung zat kurkumin. Peningkatan jumlah
leukosit terjadi karena kurkumin dapat
menormalkan fungsi jaringan tubuh dan
melawan racun Dayanti (2012). Pascaujitantang
jumlah total leukosit berkisar 7,19 x 10,26x104
sel/mm3. Jumlah leukosit tertinggi terdapat pada
perlakuan P2 sedangkan yang terendah pada
perlakuan Kn, hal ini diduga karena pada
perlakuan Kn tidak dilakukan uji tantang
sehingga jumlah sel leukosit tidak terjadi
perubahan yang signifikan.
Peningkatan total leukosit menunjukkan
bahwa ikan memberikan respons terhadap
adanya benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Berdasarkan uji statistik analisis
variansi (ANOVA) menunjukkan pemberian
pakan yang mengandung jamu fermentasi
memberikan pengaruh nyata terhadap total
leukosit ikan jambal siam pascaujitantang.
Peningkatan jumlah leukosit disebabkan karena
leukosit berfungsi sebagai pertahanan dalam
tubuh yang bereaksi cepat terhadap masuknya
antigen ke tubuh ikan (Sukenda et al., (2008)
dalam Bahariansyah (2014)).
Diferensiasi Leukosit
Perhitungan diferensiasi leuko-sit
dilakukan untuk melihat peru-bahan jumlah jenis
leukosit yang terjadi setelah pemeliharaan ikan
jambal siam (P.hypophthalmus) selama 30 hari
yang diberi pakan mengandung jamu fermentasi
dan diuji tantang dengan A. hydrophila. Nilai
diferensiasi leukosit yang diambil merupakan
rata-rata prosentase tiga jenis sel leukosit yaitu:
limfosit, monosit dan neutrofil. Hasil
pengamatan diferensiasi leukosit dapat dilihat
pada Tabel 2.
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
5
Tabel 2. Diferensiasi Leukosit pada Ikan Jambal Siam (Pangasianodon hypophthalmus) Selama
Penelitian.
Diferensiasi Leukosit Perlakuan Limfosit(%) Monosit(%) Neutrofil(%)
Awal Pemeliharaan
Kn 78,00 8,33 12,67
Kp 80,33 10,66 9,33
P1 75,33 12,33 12,66
P2 81,33 8,33 10,33
P3 79,00 9,00 12,00
Hari ke-30
Pemeliharaan
Kn 76,66±1,52a 11,33±1,00b 11,66±0,57b
Kp 77,33±1,15a 11,00±1,00b 12,00±2,08b
P1 80,66±1,15b 9,00±0,57ab 10,33±1,00ab
P2 84,00±1,00c 7,66±0,57a 9,00±0,57a
P3 81, 33±0,57b 9,66±0,57ab 10,20±1,15ab
Hari ke-14 Pascauji
tantang
Kn 76,00±1,00b 11,66±1,00c 11,00±1,00a
Kp 72,66±0,57a 13,00±0,57d 14,00±0,57b
P1 80,33±1,00cd 9,66±0,57b 10,66±1,15ab
P2 83,00±1,00d 8,33±0,57a 9,00±0,57a
P3 79,66±2,08c 10,33±1,00b 10,66±2,51ab
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata
(P<0,05) antar perlakuan; ± Standar Deviasi (SD).
Limfosit
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa
limfosit ikan jambal siam setelah pemeliharaan
30 hari berkisar antara 76,66-84,00%. Sesuai
dengan uji statistik analisis variansi (ANOVA)
tampak bahwa pemberian pakan yang
mengandung jamu fermentasi setelah 30 hari
pemeliharaan memberikan pengaruh terhadap
limfosit 30 hari pemeliharaan (P<0,05). Hasil
penelitian pasca uji tantang diketahui bahwa
limfosit ikan jambal siam mengalami
peningkatan berkisar antara 72,66-83,00, dimana
yang tertinggi pada perlakuan P2 dan terendah
pada perlakuan Kp dan Kn. Berdasarkan uji
statistik analisis variansi (ANOVA)
menunjukkan pemberian pakan yang
mengandung jamu fermentasi pasca uji tantang
memberikan pengaruh terhadap limfosit pasca
uji tantang (P<0,05). ikan masih mengalami
stress akibat terinfeksi bakteri patogen.
Rendahnya limfosit karena sel-sel limfosit
berpoliferasi membentuk sel T dan sel B yang
didistribusikan ke situs luka dan infeksi untuk
melisiskan dan menetralkan toksin dari antigen
dengan cara keluar dari dinding kapiler,
melepaskan pembuluh darah untuk menuju
kebagian infeksi (Abdullah, 2008).
(Mundriyanto et al., 2002), menyatakan bahwa
mekanisme kerja sel limfosit dalam peranannya
sebagai sistem kekebalan tubuh berfungsi
menyediakan zat kebal untuk pertahanan tubuh
dengan cara mengenali antigen melalui reseptor
spesifik pada membran sel.
Monosit
Antara 7,66-11,33. Berdasarkan uji statistik
analisis variansi (ANOVA) Berdasarkan Tabel 2,
diketahui bahwa monosit ikan jambal siam
setelah pemeliharaan 30 hari berkisar
menunjukkan pemberian pakan yang
mengandung jamu fermentasi memberikan
pengaruh terhadap monosit 30 hari pemeliharaan
(P<0,05). Hal ini diduga karena ikan masih
dalam keadaan normal karena belum ada infeksi
dari bakteri yang masuk kedalam tubuh ikan
yang merangsang monosit didalam tubuh ikan.
Hasil penelitian pasca uji tantang
diketahui bahwa monosit ikan jambal siam
mengalami peningkatan berkisar antara 8,33-
13,00, dimana yang tertinggi pada perlakuan Kp.
Berdasarkan uji statistik analisis variansi
(ANOVA) menunjukkan pemberian pakan yang
mengandung jamu fermentasi memberikan
pengaruh terhadap monosit pasca uji tantang
(P<0,05). Hal ini diduga karena monosit dalam
darah berperan aktif memfagosit agen penyebab
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
6
penyakit. Hal ini sesuai pendapat Santoso et al.,
(2013).
Penurunan jumlah monosit menunjukkan
ikan dalam keaadaan sehat sesuai Hartika et
al.,(2014) penerunan nilai monosit disebabkan
karena ikan dalam kondisi sehat untuk itu tidak
diperlukan sel monosit untuk memfagosit
dikarenakan adanya infeksi yang masuk kedalam
tubuh atau belum adanya rangsangan dari benda-
benda asing untuk memproduksi monosit.
Neutrofil
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa
neutrofil ikan jambal siam setelah pemeliharaan
30 hari berkisar antara 9,00-11,66. Berdasarkan
uji statistik analisis variansi (ANOVA)
menunjukkan pemberian pakan yang
mengandung jamu fermentasi memberikan
pengaruh terhadap neutrofil 30 hari
pemeliharaan (P<0,05). Hasil uji Newman Keuls
menunjukkan P2 berbeda nyata terhadap
perlakuan Kn dan Kp. Hal ini diduga karena ikan
masih dalam keadaan normal karena belum ada
infeksi dari bakteri yang masuk kedalam tubuh
ikan yang merangsang neutrofil didalam tubuh
ikan.
Hasil penelitian pasca uji tantang
diketahui bahwa neutrofil ikan jambal siam
mengalami peningkatan berkisar antara 9,00-
14,00, dimana yang tertinggi pada perlakuan Kp.
Berdasarkan uji statistik analisis variansi
(ANOVA) menunjukkan pemberian pakan yang
mengandung jamu fermentasi memberikan
pengaruh terhadap neutrofil pasca uji tantang
(P<0,05). Hasil uji Newman Keuls menunjukkan
bahwa perlakuan Kp berbeda nyata dengan
perlakuan Kn, P1, P2 dan P3. Pada perlakuan Kp
terjadi peningkatan sel neutrofil, hal ini diduga
karena sel neutrofil masih bekerja dalam proses
menekan infeksi bakteri yang terjadi. Pada saat
terjadi infeksi, neutrofil meningkat karena dalam
tubuh ikan telah terbentuk sistem pertahanan
tubuh, sehingga saat terjadi infeksi neutrofil
diproduksi oleh limfa dan dikirim ketempat
terjadinya infeksi.
Aktivitas Fagositosis
Perhitungan aktivitas fagositosis
dilakukan untuk melihat kemampuan sel leukosit
untuk memakan benda asing khususnya serangan
bakteri patogen pada pegamatan aktivitas
fagositosis sel leukosit ikan jambal siam siam (P.
hypophthalmus) selama penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Presentase Aktivitas Fagositosis Ikan Jambal Siam (Pangasianodon hypophthalmus)
Selama Penelitian
Perlakuan
Aktivitas Fagositosis (%)
Awal Pemeliharaan Pemeliharaan
(30 Hari)
Pasca uji tantang
(14 Hari)
Kn 19,00 19,00±0,57a 20,66±1,00b
Kp 19,66 19,33±1,00a 17,33±0,57a
P1 21,33 26,00±2,64b 32,66±1,52c
P2 20,00 27,66±1,00b 36,33±1,00d
P3 21,66 27,00±1,52b 35,33±0,57d
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan bahwa antar perlakuan
berbeda nyata (P<0,05); ± Standar Deviasi (SD).
Berdasarkan Tabel 3, kisaran aktivitas
fagositosis setelah pemeliharaan selama 30 hari
adalah 19,00-27,66%. Nilai yang terendah
terdapat pada perlakuan Kp 19,33% dan tertinggi
pada perlakuan P2 27,66%. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian pakan dengan penambahan
jamu fermentasi mampu meningkatkan aktivitas
fagositosis sel leukosit ikan jambal siam.
Menurut Rustikawati (2012) bahwa fagositosis
merupakan mekanisme yang paling penting dan
merupakan fungsi utama sel leukosit saat terjadi
peradangan. Berdasarkan uji statistik analisis
variansi (ANOVA) menunjukkan pemberian
pakan yang mengandung tepung kunyit setelah
30 hari penelitian memberikan pengaruh
terhadap indeks fagositosis ikan jambal siam
(P<0,05).
Aktivitas fagositik ikan jambal siam
pasca uji tantang dengan A. hydrophila berkisar
17,33%-36,33%. Pada perlakuan Kp,
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
7
menunjukkan penurunan jumlah sel yang
melakukan aktivitas fagositosis dan pada
perlakuan P1, P2 dan P3 terlihat peningkatan. Hal
ini diduga karena jamu fermentasi mampu
menstimulasi aktivitas sel fagosit. Dengan
adanya kandungan kunyit ,kencur dan
temulawak didalam pakan semakin
memudahkan sel fagosit melakukan fungsinya
dalam memfagositosis antigen yang masuk
kedalam tubuh ikan sehingga dapat mencegah
serangan benda asing yang bersifat patogen
didalam tubuh ikan (Wagini et al., 2014 pakan
yang mengandung jamu fermentasi pasca uji
tantang dengan A. hydrophila memberikan
pengaruh nyata terhadap indeks fagositosis ikan
jambal siam (P<0,05).
Tingkat Perlindungan Relatif (RPS)
Tingkat perlindungan relatif (RPS) ikan
jambal siam (P. hypophthalmus) selama 46 hari
pada masa pemeliharaan menggunakan jamu
fermentasi pada pakan, A. hydrophila yang
diisolasi dari ikan jambal siam (P.
hypophthalmus) dan saat uji tantang dengan
bakteri A. hydrophila dapat dilihat pada Gambar
1.
Gambar 1. Tingkat perlindungan relatif (RPS) ikan jambal siam (Pangasianodon
hypopthalmus) selama penelitian
Berdasarkan Gambar 1 tampak bahwa
tingkat perlindungan relatif (RPS) ikan jambal
siam (P. hypopthalmus) setelah uji tantang
69,33-90%, dimana tingkat perlindungan relatif
yang tertinngi terdapat pada perlakuan P2, yaitu
sebesar 90% sedangkan yang terendah pada
perlakuan P1 (69,33%) dan P3 (75%). hal ini
menunjukkan pemberian jamu fermentasi dapat
menurunkan tingkat mortalitas akibat infeksi
bakteri A.hydropyla.
Pemberian pakan dengan penambahan
jamu fermentasi dapat meningkatkan daya tahan
tubuh ikan jambal siam yang diinfeksi bakteri
A.hydrophila dikarenakan selain bersifat
antibakteri kunyit, kencur dan temulawak juga
meningkatkan nafsu makan ikan sehingga
penyerapan zat nutrisi lebih baik dan meningkat
imunitas ikan dan memicu pertumbuhan
(Samsundari,2006). Menurut
Jusadi et al.,(2006) bahwa vitamin C
berperan penting dalam menormalkan fungsi
kekebalan tubuh dan mengurangi stres.
Kandungan vitamin C dalam jamu fermentasi
yang terdapat pada kunyit mampu dimanfaatkan
untuk pertumbuhan ikan, karena berperan dalam
metabolisme tubuh. Vitamin C juga dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan dan
protein efisiensi rasio karena pakan dapat
dimanfaatkan dan dicerna tubuh dengan baik
(Komalasari et al., 2016).
Tingkat Kelulushidupan
Kelulushidupan ikan jambal siam (P.
Hypophthalmus) dapat dilihat pada Gambar 2.
69,33
9075
0
20
40
60
80
100
P1 P2 P3
RP
S%
Perlakuan
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
8
Gambar 2. Tingkat Kelulushidupan Ikan Jambal Siam Sesuai Perlakuan
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat
bahwa kelulushidupan ikan jambal siam tertinggi
terdapat pada perlakuan Kn dan P2 yaitu 93,33%.
Tingginya tingkat kelulushidupan pada
perlakuan P2 dikarenakan adanya senyawa aktif
yang terdapat dalam tepung kunyit yaitu
kurkumin dan minyak atsiri yang mampu
meningkatkan sistem imun, sehingga daya tahan
tubuh ikan saat terinfeksi bakteri Aeromonas
hydrophila dalam kondisi kuat dan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pemberian jamu fermentasi yang dicampur pada
pellet dapat memicu pertumbuhan ikan dan
menekan angka mortalitas (Syawal et al.,(2019).
kemampuan kurkumin dalam meningkatkan
sistem kekebalan ikan ,sebagai antioksidan
,antimikroba, antiinflamasi dan mampu
memelihara, mencegah dan memperbaiki
jaringan yg rusak akibat infeksi benda – benda
asing atau mikroba ,secara tidak langsung
dengan kondisi ikan yang sehat dapat
meningkatkan nafsu makan, pertumbuhan bobot
dan kelulushidupan ikan (Marwadi, 2016).
Presentase kelulushidupan terendah
terdapat pada perlakuan Kp, yakni sebesar
33,33%. Rendahnya kelulushidupan pada
perlakuan Kp dikarenakan tidak ada diberi
perlakuan penambahan jamu fermentasi dalam
pakan sehingga pada pasca infeksi dengan
bakteri .Menurut Gufron dan Kordi (2004), stress
pada ikan akan mengakibatkan kepekaan ikan
tersebut terhadap penyakit sehingga
mempengaruhi pada kelangsungan hidup ikan,
Yanuhar (2012), mengatakan bahwa infeksi
bakteri adalah salah satu penyebab terjadinya
radikal bebas sehingga mengakibatkan
mortalitas pada ikan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penam-bahan jamu fermentasi ke pakan
berpengaruh terhadap diferensiasi leukosit ikan
jambal siam (Panga-sianodon hypophthalmus)
dan diuji tantang dengan A. hydrophila
menunjukkan bahwa dosis 250 ppm/kg adalah
yang terbaik ditandai dengan nilai Limfosit
83,00%, Neutrofil 9,00%, Monosit 8,33%, Total
Leukosit 10,26x104 sel/mm3. Aktivitas
Fagositosis 36,33%, tingkat perlingdungan
relatif (RPS) 90%. dan kelulushidupan 93,33 %.
Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai penggunaan jamu fermentasi yang
diformulasikan dalam pakan untuk melihat
histopatologi organ pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA
Akram. M., S.Uddin, A. Ahmed., K.
Usmanghani, A., Hannan, E., Mohiuddin,
M. ASIF. 2010. Curcuma Longa And
Curcumin: a review article. Rom. J. Biol.
– plant biol. 55(2): 65–70.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan,
2017,Statistik Perikanan Tangkap
Indonesia 2014-2017, Jakarta, (ID):
Dinas Kelautan dan Perikanan.
Lukistyowati I. dan H. Syawal.2013. Potensi
Pakan yang Mengandung Sambiloto
(Andrographis paniculata) dan Daun
Jambu Biji (Psidium guajava) untuk
Menanggulangi Bakteri Aeromonas
hydrophila pada Ikan Baung (Mystus
100 100 100 100 100100
33,33
80
93,3383,33
0
20
40
60
80
100
KN KP P1 P2 P3
Setelah 30 hari14 hari Pasca ujitantang
Kel
ulu
shid
up
an
(%)
JURNAL RUAYA VOL. 9. NO. 1. TH 2021 FPIK UNMUH-PNK ISSN 2541 – 3155
9
nemurus). Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia.1 (2) : 135-147.
Mundriyanto, H., Taufik, P., dan Taukhid 2002.
Respon Histologis Tubuh Kodok (Rana
catesberana Shaw) terhadap infeksi
Bakteri Patogen dan Potensi
Saccharomyces cerevisiae Sebagai
Imunostimulan. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia. 8 (3): 53-63.
Pangestika, D,, E, Mirani,, I,D, Mashoedi,
2012, Pengaruh Pemberian Kunyit
(Curcuma domestica Val) Terhadap
Aktivitas Fagositosis Makrofag pada
Mencit BALB/C yang Dinokulasi Bakteri
Listeria monocytogenes, Jurnal Fakultas
Kedokteran Unissula Semarang, Vol,4
(1): 63-70 hlm.
Rahmaningsih, S. 2012. Pengaruh Ekstrak
Sidawayah dengan Konsentrasi yang
Berbeda untuk Mengatasi Infeks Bakteri
Aeromonas hydrophila pada Ikan Nila
(Oreochromis
niloticus).Aquasains.Jurnal Ilmu
Perikanan dan Sumberdaya Perair. 1 (1)
: 1-8. Rustikawati, I. 2012. Efektivitas Ekstrak
Sargassum sp. Terhadap Diferensiasi
Leukosit Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) yang Diinfeksi S. Iniae. Jurnal
Akuatika. 2 (3): 125-134.
Syawal, H,, N,A, Pamukas dan N, Asiah, 2017,
Pakan Jamu untuk Ikan Budidaya, Buku
Teknologi Tepat Guna, Pekanbaru:
Universitas Riau Press, 16 hlm.
Syawal, H,, M, Riauwaty, Nuraini, dan S,
Hasibuan, 2019, Pemanfaatan Pakan
Herbal (Jamu) untuk Meningkatkan
Produksi Ikan Budidaya, Dinamisia-
JurnalPengabdian Kepada Masyarakat,
3