11
Magma Evolusi Magma: Secara umum, magma mengalami tingkatan evolusi. Evolusi tersebut dimulai tepat ketika magma akan mengkristal jauh di bawah permukaan bumi yang akan menghasilkan batuan beku pluton. Selain itu, magma tersebut juga bisa akan naik ke permukaan dengan cara erupsi melalui gunung berapi dan akan menghasilkan batuan beku vukanik. Hal tersebut akan melalui tiga proses utama yaitu differentiation magma, magma mixing dan fraksinasi kristal. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Magma.jpg Setiap proses tersebut akan meninggalkan karakteristik tersendiri baik secara kimia ataupun petrografis yang dapat memudahkan para petrologist untuk mempelajarinya. Proses pertama yaitu differentiation magma, proses ini mengacu kepada sebuah kumpulan proses yang terjadi pada tubuh magma. Proses tersebut mulai terjadi tepat

Diferensiasi magmatik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

differensiasi magmatik

Citation preview

MagmaEvolusi Magma: Secara umum, magma mengalami tingkatan evolusi. Evolusi tersebut dimulai tepat ketika magma akan mengkristal jauh di bawah permukaan bumi yang akan menghasilkan batuan beku pluton. Selain itu, magma tersebut juga bisa akan naik ke permukaan dengan cara erupsi melalui gunung berapi dan akan menghasilkan batuan beku vukanik. Hal tersebut akan melalui tiga proses utama yaitu differentiation magma, magma mixing dan fraksinasi kristal. http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Magma.jpgSetiap proses tersebut akan meninggalkan karakteristik tersendiri baik secara kimia ataupun petrografis yang dapat memudahkan para petrologist untuk mempelajarinya.

Proses pertama yaitu differentiation magma, proses ini mengacu kepada sebuah kumpulan proses yang terjadi pada tubuh magma. Proses tersebut mulai terjadi tepat ketika magma akan mengkristal pada zona yang bertekanan rendah. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat magma yang tersisa, karena magma tersebut berbeda dengan magma pada awal magma tersebut akan mengkristal. Hal tersebut merupakan hasil kreasi dari percampuran dua atau lebih jenis magma yang homogeneous. Proses ini mempunyai dua tahapan yaitu crystal-liquid fractionation dan liquid immiscibility.

Crystal-liquid fractionation merupakan salah satu mekanisme proses pembentukan kristal dimana pembentukan kristal tersebut terjadi secara dini untuk mencegah dari percampuran dengan magma tempat kristal kristal tersebut tumbuh atau dengan kata lain merupakan proses pemisahan kristal dari magma yang terjadi di dapur magma.

Kemudian yang kedua dari evolution magma adalah magma mixing. Magma mixing merupakan kebalikan dari liquid immiscibility. Magma mixing adalah proses dimana dua magma dengan komposisi yang berbeda akan bercampur membentuk satu buah magma yang homogeneous yang disebut juga sebagai magma turunan.

SIKLUS BATUAN

Magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya, akan berusaha untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfir hingga akhirnya mampu mencapai permukaan Bumi. Magma ketika dalam perjalanannya naik menuju ke permukaan, dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika masih berada didalam litosfir dan membentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai permukaan. Dalam keadaan seperti itu, magma akan membeku ditempat, dimana ion-ion didalamnya akan mulai kehilangan gerak bebasnya kemudian menyusun diri, menghablur dan membentuk batuan beku. Namun dalam proses pembekuan tersebut, tidak seluruh bagian dari lelehan itu akan menghablur pada saat yang sama.

Dalam gambar berikut diperlihatkan urutan penghabluran (pembentukan mineral) dalam proses pendinginan dan penghabluran lelehan silikat. Mineral-mineral yang mempunyai berat-jenis tinggi karena kandungan Fe dan Mg seperti olivine, piroksen, akan menghablur paling awal dalam keadaan suhu tinggi, dan kemudian disusul oleh amphibole dan biotite. Disebelah kanannya kelompok mineral felspar, akan diawali dengan jenis felspar calcium (Ca-Felspar) dan diikuti oleh felspar kalium (K-Felspar). Akibatnya pada suatu keadaan tertentu, kita akan mendapatkan suatu bentuk dimana hublur-hablur padat dikelilingi oleh lelehan. Bowen Reaction Series:http://csmres.jmu.edu/geollab/Fichter/RockMin/RockMin.html

Bentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan oleh derajat kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan yang lambat, hablur yang terbentuk akan mempunyai bentuk yang sempurna dengan ukuran yang besar-besar. Sebaliknya, apabila pendinginan itu berlangsung cepat, maka ion-ion didalamnya akan dengan segera menyusun diri dan membentuk hablur-hablur yang berukuran kecil-kecil, kadang berukuran mikroskopis. Bentuk pola susunan hablur-hablur mineral yang nampak pada batuan beku tersebut dinamakan tekstur batuan.

Disamping derajat kecepatan pendinginan, susunan mineralogi dari magma serta kadar gas yang dikandungnya, juga turut menentukan dalam proses penghablurannya. Mengingat magma dalam aspek-aspek tersebut diatas sangat berbeda, maka batuan beku yang terbentuk juga sangat beragam dalam susunan mineralogi dan kenampakan fisiknya. Meskipun demikian, batuan beku tetap dapat dikelompokan berdasarkan cara-cara pembentukan seta susunan mineraloginya.

PROSES PEMBENTUKAN MAGMA

Magma dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari perbenturan antara 2 (dua) lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi itu menunjam dan menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari gesekan yang berlangsung antara kedua lempeng litosfir tersebut, maka akan terjadi peningkatan suhu dan tekanan, ditambah dengan penambahan air berasal dari sedimen-sedimen samudra akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari litosfir (gambar berikut)

http://sirdukedika.blogspot.com/2009/12/magma.htmlSumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan menghasilkan magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar dari 55%). Magma yang bersusunan basa, adalah magma yang terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu didapat di daerah-daerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan dengan pemisahan litosfir.

Magma asal yang membentuk batuan batuan tersebut dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu magma ultrabasa, magma basa, magma intermediate, dan magma asam. Yang menjadi persoalan dari magma adalah :

1) Apakah benar bahwa magma terdiri dari 4 jenis (magma ultrabasa, basa, intermediate, asam) ?

2) Apakah mungkin magma itu hanya ada satu jenis saja dan kalau mungkin bagaimana menjelaskan cara terbentuknya batuan-batuan yang komposisinya bersifat ultrabasa, basa, intermediate dan asam?

Berdasarkan pengelompokan batuan beku, maka pertanyaan pertama dapat dibenarkan dan masuk akal apabila magma terdiri dari 4 jenis, sedangkan pertanyaan kedua, apakah benar bahwa magma hanya ada satu jenis saja dan bagaimana caranya sehingga dapat membentuk batuan yang bersifat ultrabasa, basa, intermediate, dan asam?. Untuk menjawab pertanyaan ini, ada 2 cara untuk menjelaskan bagaimana batuan yang bersifat basa, intermediate, dan asam itu dapat terbentuk dari satu jenis magma saja? Jawabannya adalah melalui proses Diferensiasi Magma dan proses Asimilasi Magma.

Differensiasi Magma

Diferensiasi Magma adalah proses penurunan temperatur magma yang terjadi secara perlahan yang diikuti dengan terbentuknya mineral-mineral seperti yang ditunjukkan dalam deret reaksi Bowen.

Pada penurunan temperatur magma maka mineral yang pertama kali yang akan terbentuk adalah mineral Olivine, kemudian dilanjutkan dengan Pyroxene, Hornblende, Biotite (Deret tidak kontinu). Pada deret yang kontinu, pembentukan mineral dimulai dengan terbentuknya mineral Ca-Plagioclase dan diakhiri dengan pembentukan Na-Plagioclase. Pada penurunan temperatur selanjutnya akan terbentuk mineral K-Feldspar(Orthoclase), kemudian dilanjutkan oleh Muscovite dan diakhiri dengan terbentuknya mineral Kuarsa (Quartz). Proses pembentukan mineral akibat proses diferensiasi magma dikenal juga sebagai Mineral Pembentuk Batuan (Rock Forming Minerals).

Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam dapat terjadi melalui proses diferensiasi magma. Pada tahap awal penurunan temperatur magma, maka mineral-mineral yang akan terbentuk untuk pertama kalinya adalah Olivine, Pyroxene dan Ca-plagioklas dan sebagaimana diketahui bahwa mineral tersebut adalah merupakan mineral penyusun batuan ultra basa. http://lh6.ggpht.com/_JXcVTguATqQ/TGerk1L_b3I/AAAAAAAAADo/6moghHlrY5Q/Diferensiasi%20Dapur%20Magma_thumb%5B6%5D.jpg?imgmax=800Dengan terbentuknya mineral-mineral Olivine, pyroxene, dan Ca-Plagioklas maka konsentrasi larutan magma akan semakin bersifat basa hingga intermediate dan pada kondisi ini akan terbentuk mineral mineral Amphibol, Biotite dan Plagioklas yang intermediate (Labradorite Andesine) yang merupakan mineral pembentuk batuan Gabro (basa) dan Diorite (intermediate). Dengan terbentuknya mineral-mineral tersebut diatas, maka sekarang konsentrasi magma menjadi semakin bersifat asam. Pada kondisi ini mulai terbentuk mineral-mineral K-Feldspar (Orthoclase), Na-Plagioklas (Albit), Muscovite, dan Kuarsa yang merupakan mineral-mineral penyusun batuan Granite dan Granodiorite (Proses diferensiasi magma ini dikenal dengan seri reaksi Bowen). Proses yang kedua dari evolution magma adalah fraksinasi kristal. Crystal-liquid fractionation merupakan salah satu mekanisme proses pembentukan kristal dimana pembentukan kristal tersebut terjadi secara dini untuk mencegah dari percampuran dengan magma tempat kristal tersebut tumbuh atau dengan kata lain merupakan proses pemisahan kristal dari magma yang terjadi di dapur magma.

Pada magma yang bersifat basa terdapat petunjuk yang berarti bahwa sisa magma yang belum mengkristal akan terjadi perubahan komposisi dan pada setiap frksi dari magma akan mengisi fraksi kristal yang merupakan akumulasi dari kristal. Setiap fraksi baik liquid ataupun solid akan menjadi batuan yang berbeda pada komposisinya, biasanya diperkaya oleh silika dan alkali dan unsur besi yang kebanyakan magnesium. Selain itu juga diperkaya oleh unsur yang terbentuk pada temperatur bertekanan tinggi seperti magnesium, kalsium dan alumunium. Crystal-liquid fractionation terbagi beberapa jenis, yaitu gravity fractionation, convective fractionation, flow differentiation dan congelation crystallization.

Kemudian yang ketiga dari evolution magma adalah magma mixing. Magma mixing merupakan kebalikan dari liquid immiscibility. Magma mixing adalah proses dimana dua magma dengan komposisi yang berbeda akan bercampur membentuk satu buah magma yang homogeneous yang disebut juga sebagai magma turunan. Magma mixing sangat berpengaruh terhadap proporsi dari induk magma karena komposisi dari magma turunan tersebut mempunyai nilai yang sama dengan magma induknya.

Contohnya adalah andesit dan dacitic (intermediate) magma yang kemungkinan dihasilkan dari pencampuran (mixing magma) dari magma asam (rhyolitic) dan magma basa (basaltic). Akan tetapi tidak selamanya magma akan bersatu, apabila perbedaan kimiawi dan sifat fisik yang dapat menghasilkan perbedaan temperatur yang akan menghasilkan mixed rock stone. Magma mixing

Sumber: http://www.oxfordjournals.org/our_journals/petroj/online/Volume_40/Issue_06/graphics/egc043f13.gifhttp://www.oxfordjournals.org/our_journals/petroj/online/Volume_40/Issue_06/graphics/egc043f14.gifDAFTAR PUSTAKA

Fenton M. A. & Fenton, C.L., 1940, The Rock Book, New York: Doubleday and Company, Inc.Anonim. http://bio-geo-terms.blogspot.com/2006/12/magmatic-mixing.html. diakses 27 Maret 2011, pukul 19.28 WIBAnonim. http://www.tulane.edu/~sanelson/geol212/magmadiff.htm diakses 27 Maret 2011, pukul 19.33 WIBAnonim. http://bio-geo-terms.blogspot.com/2006/12/magmatic-differentiation.html diakses 27 Maret 2011, pukul 19.30 WIBAnonim. http://www.science.marshall.edu/elshazly/Igmet/Differentiation.doc diakses 27 Maret 2011, pukul 19.25 WIB