Upload
nonee-el-tyana
View
52
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
masalah pencernaan yang terjadi pada neonatus
TUGAS ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS
Neonatus dan Bayi dengan Masalah Diare dan Penatalaksanaannya
RANA DEWI SHANTY (P07124113032)
REG. DIII TK.II
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara
berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat diare. Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare
dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia
dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare
akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare
merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008,
penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan angka kematian akibat
diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah
penderita diare adalah 3.661 orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah
10.280 orang dengan angka kematian 2.5%.
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen
Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima
tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia. Banyak factor risiko yang
diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu
faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih
(SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air,
dan kondisi rumah. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi
bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan
adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang
banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM
pun tercemar bakteri ini. Hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) propinsi DKI Jakarta menunjukkan 80 persen. Sampel air tanah dari 75 kelurahan
memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi batas normal yaitu di atas 50 ekor per 10 ml.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi diare
2. Untuk mengetahui patofisiologi diare
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala diare
4. Untuk mengatahui terapi untuk penderita diare
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Diare
Menurut Kamus Kedokteran Dorland :“diarrhea( dia+rhein(yunani)=mengalir)
yaitu pengeluaran feses yang tidak normal frekuensi dan kekentalannya.
Buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi
yang lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air
besar, sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar.
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk
bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam,
sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam.
Etiologi
a) Infeksi
1. Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama terjadinya diare yang meliputi:
1.1 Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmonella, shigella campylobacter, yersinia,
aeromonas dsb.
1.2 Infeksi virus enterovirus (ECHO) coxsaekre, poliomyelitis, adenovirus,
rotavirus, astrovirus, dsb.
1.3 Infeksi parasit cacing (ascaris irichiusris, oxyuris, strongylodies) protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia,trochomonas hominis), jamur
(candida albican).
2. Parentral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan. Misalnya
OMA (otitis media akut). Tobngsilofatringitis, bronkopneumia, ensefalitis, dsb.
b) Malabsorbsi
1. Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa).
Monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang
paling berbahaya adalah intoleransi laktosa
2. Lemak
3. Protein
c) Makanan, misalnya basi, beracun, alerggi
d) Psokologis, misalnyaq rasa takut atau cemas.
Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a) Diare akut , yaitu diare yang mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari.
b) Diare berkepanjangan yaitu diare yang diderita lebih dari 7 hari
c) Diare kronik , yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut.
2. Menurut pedoman MTBS (2000) diare diklasifikasikan menjadi :
a) Diare akut yang terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, dehidrasi
ringan/sedang, dan tanpa dehidrasi.
b) Diare persisten yaitu diare yang terjadi lebih dari 14 hari, terbagi atas diare
persisten dengan dehidrasi dan tanpa dehidrasi
c) Kolera yaitu diare yang disertai dengan darah
3. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a) Diare sekresi (secretory diarrhea) disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit
ke dalam usus halus. Hal ini terjadi apabila absorbsi natrium gagal
sedangkan sekresi klorida terus berlangsung diare ini dsebabkan oleh
aktifnya enzim adenil siklase yang menyebabkan sekresi aktif air, ion Cl, K,
dan Na.
b) Diare osmotic (osmotic diarrhea) adalah diare yang terjadi karena tinggiya
tekanan osmotic di lumen usus sehingga menimbulkan watery diarrhea.
Tekanan osmotic yang tinggi ini paling sering disebabkan oleh malabsorbsi
karbohidrat.
c) Diare invasif (invasive diarrhea) adalah diare yang terjadi karena invasi
mikroorganisme ke dalam usus sehingga menyebabkan kerusakan pada
mukosa usus sehingga nutrisi dan cairan dalam usus tidak terabsorbsi
dengan baik.
2.2 Patofisiologi Diare
1. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus.
Hal ini terjadi apabila absorbsi natrium gagal sedangkan sekresi klorida terus
berlangsung. Diare ini dsebabkan oleh aktifnya enzim adenil siklase yang
menyebabkan sekresi aktif air, ion Cl, K, dan Na. Padahal zat-zat tersebut
seharusnya diserap bukan dieksresi. Sehingga jika Zat-zat tersebut tidak terserap
maka air juga tidak akan terserap karena penyerapan air dalam usus dilakukan oleh
mukosa usus dibantu dengan kehadiran zat-zat tersebut. Jika air yang di transferkan
ke kolon terlalu banyak maka terjadilah diare. Yang khas secara klinis pada diare ini
yaitu ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan
tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.
2. Diare osmotik
Diare ini terjadi karena tinggiya tekanan osmotic di lumen usus yang menyebabkan
tidak terserapnya air di kolon sehingga menimbulkan watery diarrhea. Tekanan
osmotic yang tinggi ini paling sering disebabkan oleh malabsorbsi karbohidrat atau
obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2). Jika air dalam
kolon tidak dapat diserap dengan baik maka jumlah air dalam kolon akan berlebih
sehingga terjadilah diare.
3. Diare Invasif
Diare ini terjadi karena invasi mikroorganisme ke dalam usus sehingga
menyebabkan kerusakan pada mukosa usus sehingga nutrisi dan cairan dalam usus
tidak terabsorbsi dengan baik. Pada diare invasive ini umumnya disebabkan oleh
rotavirus dan diare oleh rotavirus ini tidak berdarah. Nmaun jika yang menginvasi
adalah bakteri shigella, salmonella, campylobacter,EIEC (Enteroinvasive E.coli), dan
yarsinia diare invasive ini menjadi diare berdarah.
4. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan produksi micelle empedu dan
penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
5. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
NA+K+AT Pase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
6. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus
sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara
lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
7. Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan
adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
2.3 Tanda Gejala Diare
1. Suhu meningkat
2. Nafsu makan menurun
3. Tinja cair, lender kadang – kadang ada darahnya, lama – lama tinja berwarna hijau
dan asam
4. Anus lecet
5. Dihidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah berkurang nadi
cepat,dan kecil,denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun dan
diakhiri dengan syok
6. Berat badan turun
7. Turgor kulit menurun
8. Mata dan ubun – ubun cekung (jika dehidrasi berat)
9. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering
2.4 Terapi untuk Penderita Diare
Prinsip utama tatalaksana diare yaitu rehidrasi, refeeding selama dan sesudah rehidrasi
dan penggunanaan obat anti diare. Berikut ini adalah tata cara pemberian terapi pada
diare :
1. Rehidrasi atau pemberian cairan untuk mengembalikan cairan yang hilang akibat
diare sesuai tingkat dehidrasinya :
a) Tanpa dehidrasi
Jika masih mengkonsumsi ASI maka berikan ASI. Pemberian makanan juga
tidak dibatasi termasuk susu formula. Yang harus dihindari adalah pemberian
cairan dengan osmolaritas yang tinggi seperti jus buah.
b) Dehidrasi ringan-sedang
Diberikan cairan rehidrasi oral (CRO) sebanyak 15-20 ml/kg berat badan /jam
dan dipantau pada 4 jam setelah pemberian. Setelah tercapai rehidrasi segera
berikan makanan dan minuman maupun ASI dan sebaiknya minuman seperti soft
drink, jus buah, teh, dan minuman berkarbonat, osmolaritasnya tinggi, dan kadar
natrium rendah dihindari agar tidak menyebabkan diare osmotic dan sering
menyebabkan hiponatremia.
c) Dehidrasi berat
Berikan cairan penetral yaitu IVFD (intravebous fluid drop/infus) dan makanan
lewat selang nasogastrik.
2. Bila muntah, pemberian rehidrasi dilakukan secara perlahan dan konstan
3. Apabila bayi atau balita tidak terpuaskan dengan rehidrasi yang diberikan maka terus
berikan ASI, air, atau makanan sampai bayi atau balita tersebut terpuaskan
4. Pemberian obat anti diare pada bayi atau anak tidak dianjurkan karena akan
menyebabkan akumulasi zat kimia pada ginjal anak. Sebagai gantinya dapat
diberikan oralit dengan osmolaritas rendah dan air putih. Caranya adalah minum
segelas oralit sedikit demi sedikit, dua sampai tiga teguk, kemudian berhenti selama
tiga menit. Hal ini harus diulang terus menerus sampai satu gelas oralit habis. Minum
oralit satu gelas sekaligus dapat memicu muntah dan buang air besar.
5. Penggunaan antibiotika yang selektif. Sebenarnya sebagian besar kasus diare tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotika karena pada umumnya dapat sembuh
sendiri (self limiting). Antibiotika hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita
diare misalnya kholera, shigella, . Sedangkan penyebab terbesar dari diare pada
anak adalah virus (Rotavirus), jadi tidak memerlukan antibiotik. Kecuali pada bayi
berusia di bawah 2 bulan, potensi terjadinya sepsis tinggi karena bakteri mudah
mengadakan translokasi kedalam sirkulasi dan menunjukkan secara klinis gejala
yang berat serta berulang atau gejala diare dengan darah dan lendir atau gejala
sepsis.
6. Pemberian suplementasi Zinc selama 10 – 14 hari. Zinc merupakan mikronutrien
esensial, artinya walaupun dibutuhkan dalam jumlah yang kecil tetapi sangat penting
artinya dalam mempertahankan fungsi normal tubuh. Zinc berperan di dalam sintesa
DNA dan RNA, dan protein. Maka bila terjadi defisiensi Zinc dapat menghambat
pembelahan sel, pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Zinc umumnya ada di dalam
otak, dimana zinc mengikat protein. Kekurangan zinc akan berakibat fatal terutama
pada pembentukan struktur otak, fungsi otak dan mengganggu respon tingkah laku
dan emosi. Zinc dapat digunakan sebagai tatalaksana diare karena dapat
mempertahankan fungsi tubuh saat diare.
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Subyektif
1) Biodata
a. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ani
Tanggal lahir : 8 Juli 2014
Jam : 11.00 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 (Pertama)
b. Identitas Orang Tua
Ibu Suami
Nama : Ny. Marsih Tn. Amin
Umur : 23 Tahun 24 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Bangunharjo, Sewon Bangunharjo, Sewon
Rt. 05/03 Bantul Rt. 05/03 Bantul
2) Alasan Masuk/Kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan bayinya
3) Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya sudah BAB 5 kali dengan konsistensi cair sejak 2 hari yang
lalu
4) Riwayat Penyakit
a. Faktor Genetik (kelainan bawaan/sindrome genetik)
Ibu mengatakan bahwa bayinya tidak memiliki riwayat penyakit dari faktor genetik
yaitu kelainan bawaan/sindrome genetik
b. Faktor Maternal (penyakit jantung, DM, ginjal, hipertensi, asma, penyakit kelamin,
RH/isoimunisasi)
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit dari faktor maternal seperti
penyakit jantung, DM, ginjal, hipertensi, asma, penyakit kelamin,
RH/isoimunisasi.
5) Riwayat imunisasi
- BBL HB 1
6) Pola pemenuhan sehari-hari
Makan : -
Minum : ASI 4x/hari
BAB : 2x/hari
BAK : 7x/hari
Muntah : -
Pola pemenuhan minum terakhir
Makan : -
Minum : ASI 2x/hari
BAB : 5x/hari
BAK : 7x/hari
3.2 Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Vital sign : S : 37 0C N : 120 x/menit R: 45 x/menit
BB : sebelumnya : 4500 gram (berdasar data sebelumnya)
Sekarang : 4300 gram
Ubun-ubun : tidak cekung
Mata : tidak cekung
Bibir : tidak kering
Anus : tidak lecet
Konsistensi Tinja : cair
Turgor kulit : kembali cepat
3.3 Assesment
Bayi Ani umur 15 hari dengan diare tanpa dehidrasi. Ibu mengatakan bayinya BAB 5
kali dan bentuknya cair sejak 2 hari yang lalu. Ibu mengatakan bayinya minum
seperti biasa. Keadaan umum bayi baik. Hasil Vital sign :
S : 37 0C N : 120 x/menit R: 45 x/menit
Terdapat penurunan BB sebesar 200 gram. Konsistensi Tinja cair dan turgor kulit
kembali cepat kembali dengan cepat.
3.4 Penatalaksanaan
1. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu paham tentang keadaan anaknya dari hasil pemeriksaan
2. Memberi tahu ibu tentang kemungkinan penyebab diare pada bayinya
Evaluasi : Ibu mengetahui tentang kemungkinan penyebab diare pada bayinya
3. Anjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin agar bayi tidak
dehidrasi
Evaluasi : Ibu bersedia memberikan ASInya sesering mungkin kepada bayinya.
4. Anjurkan untuk menjaga personal hygiene bayinya dan menjaga kebersihan
lingkungan di sekitar bayi
Evaluasi : Ibu berkata bahwa ia akan dengan senang hati menjaga kebersihan
bayi dan lingkungannya
5. Beri KIE tentang diare ringan dan berat
Evaluasi : Ibu mengatakan bahwa ia paham tentang diare ringan dan berat
6. Memberi tahu ibu tentang cara pemberian obat dan dosis yang harus diberikan
Tidakan segera :
a. Pemberian zink selama 10 hari berturut-turut
b. Pemberian oralit
Evaluasi : Ibu paham cara pemberian obat dan dosisnya.
7. Berikan obat kepada ibu
Evaluasi : Ibu berterimakasih atas obat yang diberikan dan berjanji akan
mengikuti resep obatnya
8. Beritahu ibu untuk kunjungan ulang
Evaluasi : Ibu menyetujui untuk melakukan kunjungan ulang
9. Dokumentasi hasil tindakan
Evaluasi : Hasil pemeriksaan telah didokumentasikan dalam format SOAP
BABI IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya, dan bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar,
sedangkan neonates dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar.
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
1. Diare sekretorik
2. Diare osmotik
3. Diare Invasif
4. Malabsorpsi asam empedu dan lemak
5. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
6. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
7. Gangguan permeabilitas usus
Tanda gejala diare :
1. Suhu meningkat
2. Nafsu makan menurun
3. Tinja cair, lender kadang – kadang ada darahnya, lama – lama tinja berwarna hijau
dan asam
4. Anus lecet
5. Dihidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah berkurang nadi
cepat,dan kecil,denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun dan
diakhiri dengan syok
6. Berat badan turun
7. Turgor kulit menurun
8. Mata dan ubun – ubun cekung (jika dehidrasi berat)
9. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering
Tatalaksana diare adalah sebagai berikut :
1. Rehidrasi
2. Bila muntah, pemberian rehidrasi dilakukan secara perlahan dan konstan
3. Apabila bayi atau balita tidak terpuaskan dengan rehidrasi yang diberikan maka terus
berikan ASI, air, atau makanan sampai bayi atau balita tersebut terpuaskan
4. Pemberian obat anti diare pada bayi atau anak tidak dianjurkan
5. Penggunaan antibiotika yang selektif
6. Pemberian suplementasi Zinc selama 10 – 14 hari.
4.2 Saran
Kami harap pembaca dapat memahami isi makalah kami dan memperluas wawasan dari
berbagai sumber lain. Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Kami mengharapkan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, WA Newman. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Behrman, Richard E. dan Victor C. Vaughan. 1993. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak bagian 1.
Jakarta : EGC
Dompas,Robin, S.Pd. 2011. Buku Saku Asuhan Neonatus dan Balita.Jakarta : EGC
TUGAS ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS
Neonatus dan Bayi dengan Masalah Diare dan Penatalaksanaannya
RANA DEWI SHANTY (P07124113032)
REG. DIII TK.II
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2014/2015