22
6 BAB BAB BAB BAB II II II II TINJAUAN TINJAUAN TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA A. A. A. A. Terjadinya Terjadinya Terjadinya Terjadinya Diare Diare Diare Diare Anak Anak Anak Anak Usia Usia Usia Usia Toodler Toodler Toodler Toodler (1-3 (1-3 (1-3 (1-3 Tahun) Tahun) Tahun) Tahun) 1. 1. 1. 1. Pengertian Pengertian Pengertian Pengertian Diare Diare Diare Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces (Ngastiyah, 1999). Definisi Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2001). Sedangkan menurut (Arief Mansjoer, 2000). Diare adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, dimana diare adalah suatu peningkatan frekuensi, keenceran dan volume tinja serta diduga selama 3 tahun pertama kehidupan, seorang anak akan mengalami 1 – 3x episode akut diare berat. Pada anak usia 1-3 tahun ( Toodler) merupakan usia pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana pada anak usia 1-3 tahun anak cenderung sudah dapat memilih makanan yang disukai, bervariasi sehingga perlu adanya suatu pengawasan. Dengan banyaknya makanan yang disukai yang belum tentu terjaga kebersihannya maka dengan cepat dapat menyebabkan terjadi diare lebih sering (Soetjiningsih. (1999). 2. 2. 2. 2. Etiologi Etiologi Etiologi Etiologi Adapun faktor penyakit diare yang dibagi menjadi 4 (empat) faktor (Ngastiyah,1999) antara lain :

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-rachmataji... · sudah dapat memilih makanan yang disukai, bervariasi

Embed Size (px)

Citation preview

6

BABBABBABBAB IIIIIIII

TINJAUANTINJAUANTINJAUANTINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA

A.A.A.A. TerjadinyaTerjadinyaTerjadinyaTerjadinya DiareDiareDiareDiare AnakAnakAnakAnak UsiaUsiaUsiaUsia ToodlerToodlerToodlerToodler (1-3(1-3(1-3(1-3 Tahun)Tahun)Tahun)Tahun)

1.1.1.1. PengertianPengertianPengertianPengertian DiareDiareDiareDiare

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada

bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah

dalam faeces (Ngastiyah, 1999). Definisi Diare adalah kehilangan cairan

dan elektrolit secara buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau

cair (Suriadi, 2001). Sedangkan menurut (Arief Mansjoer, 2000). Diare

adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah atau lendir,

dimana diare adalah suatu peningkatan frekuensi, keenceran dan volume

tinja serta diduga selama 3 tahun pertama kehidupan, seorang anak akan

mengalami 1 – 3x episode akut diare berat.

Pada anak usia 1-3 tahun (Toodler) merupakan usia pertumbuhan

dan perkembangan anak, dimana pada anak usia 1-3 tahun anak cenderung

sudah dapat memilih makanan yang disukai, bervariasi sehingga perlu

adanya suatu pengawasan. Dengan banyaknya makanan yang disukai

yang belum tentu terjaga kebersihannya maka dengan cepat dapat

menyebabkan terjadi diare lebih sering (Soetjiningsih. (1999).

2.2.2.2. EtiologiEtiologiEtiologiEtiologi

Adapun faktor penyakit diare yang dibagi menjadi 4 (empat) faktor

(Ngastiyah,1999) antara lain :

7

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi eksternal adalah infeksi saluran pencernaan makanan

a) Infeksi bakteri : vibrio, E coli

b) Infeksi virus : intervirus, adenovirus, rotavirus

c) Infeksi parasit : cacing, protozoa, jamur

2) Infeksi parental adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan

a) Tonsilitis

b) Bronkopneumonia

c) Ensefalitis

b. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat yaitu terganggunya sistem pencernaan

yang berpengaruh pada penyerapan karbohidrat dalam tubuh

2) Malabsorbsi lemak yaitu terganggunya penyerapan lemak dalam

tubuh

3) Malabsorbsi protein yaitu terganggunya penyerapan lemak dalam

tubuh

c. Faktor Makanan

1) Makanan beracun yaitu terkontaminasi dengan makanan lain

2) Makanan basi misal sisa makanan yang telah menjamur

3) Alergi terhadap makanan misalnya tidak tahan dengan jenis

makanan tertentu.

d. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas ( jarang terjadi pada anak yang lebih besar)

8

3.3.3.3. PenyebabPenyebabPenyebabPenyebab DiareDiareDiareDiare

Penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui

dengan pasti, penyebab diare dapat dibagi menjadi 2 yaitu (Suharyono,

2003) :

a. Penyebab tidak langsung

Penyakit tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah

atau mempercepat terjadinya diare seperti : keadaan gizi, hygiene dan

sanitasi, kepadatan penduduk, sosial ekonomi.

b. Penyebab langsung

Termasuk dalam penyakit langsung antara lain infeksi bakteri

virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun

keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan

sayur-sayuran. Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyakit diare akut

dibagi menjadi 2 golongan yaitu (Suharyono, 2003) :

1) Diare sekresi

a) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti shigella,

salmonella, E. coli, bacillus careus, clostridium. Golongan

virus seperti protozoa, entamoeba histolitica, giardia lamblia,

cacing perut, ascaris, jamur.

b) Hiperperistaltic usus halus yang berasal dari bahan-bahan

makanan kimia misalnya keracunan makanan, makanan pedas,

terlalu asam, gangguan psikis, gangguan syaraf, hawa dingin,

alergi.

9

c) Definisi imun yaitu kekurangan imun terutama IgA yang

mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri dan jamur.

2) Diare osmotik yaitu malabsorbsi makanan, kekurangan kalori

protein dan berat badan lahir rendah

4.4.4.4. PatogenesisPatogenesisPatogenesisPatogenesis

Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah (Ngastiyah,1999) :

a. Gangguan osmotik yaitu yang disebabkan adanya makanan atau zat

yang tidak diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

usus meningkat sehingga penggeseran air dan elektrolit berlebihan

akan merangsang usus dan mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi yang menyebabkan adanya rangsangan tertentu

(misalnya: toksin) pada dinding usus yang akan terjadi suatu

peningkatan sekresi, selanjutnya menimbulkan diare karena

peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus yaitu hiperperistaltik yang mengakibatkan

kurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan yang

menimbulkan diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang menimbulkan diare.

5.5.5.5. TandaTandaTandaTanda dandandandan gejalagejalagejalagejala

Seseorang dengan diare mempunyai tanda dan gejala yaitu :

1) Cengeng, gelisah

2) Suhu tubuh meningkat

3) Nafsu makan berkurang

4) Timbul diare, tinja encer, mungkin disertai lender atau lendir darah

10

5) Warna tinja kehijau-hijauan

6) Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi

7) Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare

8) Banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan

dehidrasi

9) Berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar,

menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit tampak

kering (Ngastiyah,1997).

6.6.6.6. CaraCaraCaraCara penularanpenularanpenularanpenularan

Kuman penyakit diare ditularkan melalui fecal – oral antara lain

melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja dan kontak langsung

dengan tinja penderita (Depkes,2000).

7.7.7.7. PencegahanPencegahanPencegahanPencegahan diarediarediarediare

Pencegahan diare dapat dilakukan dengan memberikan ASI,

memperbaiki makanan pendamping ASI, membuang sampah pada

tempatnya atau menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan air bersih

untuk kebutuhan sehari-hari, mencuci tangan sebelum makan, menutup

makanan atau menjaga kebersihan makanan, menggunakan jamban,

membuang tinja anak pada tempat yang tepat (Depkes, 2000).

8.8.8.8. PenangananPenangananPenangananPenanganan DiareDiareDiareDiare

Penanganan diare pada anak usia 1-3 tahun dapat dilakukan selama

berada di rumah meliputi anak yang terkena diare secepatnya di lakukan

penanganan sederhana dengan pemberian oralit berupa 1 gelas air putih di

11

tambah 1 sendok gula pasir dan setengah sendok garam, anak diberi

makanan rendah serta dan minum yang banyak agar tidak terkena diare.

Diare yang terjadi pada anak usia 1-3 tahun tidak berhenti secepatnya

dibawa ke tempat fasilitas kesehatan yaitu puskesmas maupun rumah sakit

terdekat.

9.9.9.9. Faktor-Faktor-Faktor-Faktor- faktorfaktorfaktorfaktor yangyangyangyang mempengaruhimempengaruhimempengaruhimempengaruhi terjadinyaterjadinyaterjadinyaterjadinya diarediarediarediare padapadapadapada anakanakanakanak

(Pudjiadi,2005; Notoatmodjo,2003) meliputi :

a. Faktor umum atau secara langsung

1) Tingkat pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba di

mana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan

hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran). Menurut

Padmonodewo (2000) menyatakan pengetahuan sebagai sesuatu

yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu

yang diketahui orang dari pengalaman yang didapat.

Pengetahun ibu tentang diare yang tepat dapat mengurangi

atau mengatasi terjadinya diare pada anak usia 1-3 tahun, dimana

12

ibu mengetahui gejala dan tanda diare maka dengan baik pula ibu

dapat meakukan penanganan diare. Begitu juga sebaliknya.

2) Perilaku cuci tangan

Kebersihan pada ibu dan anak terutama dalam hal perilaku

mencuci tangan setiap makan, merupakan sesuatu yang baik.

Sebagian besar kuman infeksi diare ditularkan melalui jalur fecal-

oral. Dapat ditularkan dengan memasukan ke dalam mulut, cairan

atau benda yang tercemar dengan tinja misalkan air minum dan

makanan. Kebiasaan dalam kebersihan adalah bagian penting

dalam penularan kuman diare, dengan mengubah kebiasaan dengan

tidak mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat memutuskan

penularan. Penularan 14-18% terjadinya diare diharapkan sebagai

hasil pendidikan tentang kesehatan dan perbaikan kebiasaan

(Depkes,2000).

3) Hygiene sanitasi

Hygiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang

mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap lingkungan kesehatan

manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh

lingkungan kesehatan serta membuat kondisi lingkungan

sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan.

Termasuk upaya melindungi, memelihara dan mempertinggi

derajat kesehatan manusia (perorangan atau masyarakat).

Sedemikian rupa sehingga berbagai faktor lingkungan yang

13

menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan gangguan

kesehatan (Azwar,1999).

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang

menitikberatkan pada pengawasan terhadap faktor yang

mempengaruhi derajat kesehatan manusia, lebih mengutamakan

usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian

rupa sehingga munculnya penyakit dapat terhindari (Azwar,1999).

Sanitasi lingkungan berupa adanya jamban umum, MCK (mandi,

cuci, kakus), tempat sampah. Perilaku masyarakat khususnya ibu

yang dalam pemanfaatannya kurang terpelihara, hal ini

berhubungan dengan pendidikan kesehatan pada ibu yang

berdampak pada tingkat kesadaran atau pengetahuan dalam

menjaga sanitasi lingkungannya. Selanjutnya menimbulkan

tercapainya perilaku kesehatan yang dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari, misalnya cara membuang sampah sembarangan hal ini

akan menimbulkan pencemaran pada sumber air, udara serta bau

yang menyengat yang tidak sehat dan mengganggu dalam segi

kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Adapun macamnya antara lain :

b.b.b.b. FaktorFaktorFaktorFaktor pendukungpendukungpendukungpendukung atauatauatauatau tidaktidaktidaktidak langsunglangsunglangsunglangsung

1) Umur

Umur adalah usia yang menjadi indikator dalam kedewasaan

di setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang

mengacu pada setiap pengalamannya. Umur seseorang sedemikian

14

besarnya akan mempengaruhi perilaku, karena semakin lanjut

umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib,

lebih bermoral, lebih berbakti dari usia muda (Notoatmodjo,2002).

Karakteristik pada ibu berdasarkan umur sangat berpengaruh

terhadap cara penanganan dalam mencegah terjadinya diare pada

anak, semakin tua umur ibu maka kesiapan dalam mencegah

kejadian diare akan semakin baik dan dapat berjalan dengan baik.

2) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

peroleh. Dari kepentingan keluarga itu sendiri amat diperlukan

seseorang lebih tanggap adanya masalah kesehatan terutama

kejadian diare di dalam keluarganya dan biasa mengambil tindakan

secepatnya (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, prevalensi diare

berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi

tingkat pendidikan ibu maka semakin rendah prevalensi diarenya.

Lamanya menderita diare pada anak yang ibunya berpendidikan

rendah atau tidak sekolah adalah lebih panjang dibandingkan

dengan anak dari ibu yang berpendidikan baik. Insiden diare lebih

tinggi pada anak yang ibunya tidak pernah sekolah menengah

(Julianti,1999).

15

Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nila i

dan kepercayaan akan takhayul di samping tingkat penghasilan

yang masih rendah merupakan penghambat dalam pembangunan

kesehatan. Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah,

khususnya ibu merupakan salah satu masalah kesehatan yang

berpengaruh terhadap cara penanganan diare, sehingga sikap hidup

dan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat

masih rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu maka mortalitas

(angka kematian) dan mordibilitas (keadaan sakit) semakin

menurun, hal ini tidak hanya akibat kesadaran ibu yang terbatas,

karena kebutuhan status ekonominya yang belum tercukupi

(Suhardjo,1999).

3) Status Pekerjaan Ibu

Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna

dengan kejadian diare pada anak. Pada pekerjaan ibu atau keaktifan

ibu dalam berorganisasi sosial berpengaruh pada kejadian diare

pada anak. Dengan pekerjaan tersebut diharapkan ibu mendapat

informasi tentang pencegahan diare. Terdapat 9,3% anak menderita

diare pada ibu yang bekerja, sedangkan ibu yang tidak bekerja

sebanyak 12% (Irianto,1996).

4) Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas

kesehatan yang baik. Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin

16

baik fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga akan semakin

baik (Berg, 1986). Pendapatan merupakan faktor yang menentukan

kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan di suatu keluarga.

Demikian ada hubungan yang erat antara pendapatan dan kejadian

diare yang didorong adanya pengaruh yang menguntungkan dari

pendapatan yang meningkatkan, perbaikan sarana atau fasilitas

kesehatan serta masalah keluarga lainnya, yang berkaitan dengan

kejadian diare, hampir berlaku terhadap tingkat pertumbuhan

pendapatan. (Berg, 1986).

Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan

hidup, di mana status ekonomi orang tua yang baik akan

berpengaruh pada fasilitasnya yang diberikan (Notoatmodjo, 2003).

Apabila tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan mereka

khususnya di dalam rumahnya akan terjamin, masalahnya dalam

penyediaan air bersih, penyediaan jamban sendiri atau jika

mempunyai ternak akan diberikan kandang yang baik dan terjaga

kebersihannya. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang

menyediakan orang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan

sesuai kebutuhan (BPS, 2005). Pada ibu yang mempunyai

pendapatan kurang akan lambat dalam penanganan diare karena

ketiadaan biaya berobat ke petugas kesehatan yang akibatnya dapat

terjadi diare yang lebih parah.

17

5) Status Gizi Anak

Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

konsumsi makanan, penyimpanan dan penggunaan makanan.

Menurut Reksodikusumo(1994) mendefinisikan status gizi adalah

tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh keadaan

keseimbangan di satu pihak dengan pengeluaran oleh organisme

dan pihak lain yang terlihat melalui variabel tertentu disebut

indikator misalnya Berat Badan dan Tinggi Badan.

Kurang gizi juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak yang

kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, diare akut

yang lebih berat, yang berakhir lebih lama dan lebih sering terjadi

pada diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat.

Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat

meningkat, apabila anak sudah kurang gizi secara umum hal ini

sebanding dengan derajat kurang gizinya dan paling parah jika

anak menderita gizi buruk (Depkes,1999).

Diare dan muntah merupakan gejala khas pada penyakit

gastrointestinal, gangguan pencernaan atau penyerapan merupakan

terjadinya diare. Pemberian diet pada penderita diare khususnya

anak diusahakan makanan yang tidak mengandung banyak serat.

Pada diare yang menahun harus diwaspadai karena akan terjadi

penurunan berat badan yang selanjutnya akan mempengaruhi status

gizi anak. Pada diare menahun di samping makanan yang tidak

18

mengandung banyak serat, juga memperhatikan banyaknya energi

dan zat gizi esensial yang bertujuan untuk mempertahankan

pertumbuhan yang normal (Pudjiadi,2005).

B.B.B.B. PengetahuanPengetahuanPengetahuanPengetahuan

1.1.1.1. PengertianPengertianPengertianPengertian

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut

Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini

terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, Sebagaian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga

(pendengaran) (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Padmonodewo (2000) menyatakan pengetahuan sebagai

sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu

yang diketahui orang dari pengalaman yang didapat (Notoatmodjo, 2003).

Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar. Untuk memenuhi

rasa ingin tahu, manusia sejak zaman dahulu telah berusaha

mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari

sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat

19

memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh

dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain.

2.2.2.2. TingkatTingkatTingkatTingkat PengetahuanPengetahuanPengetahuanPengetahuan

Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting

untuk dibentuknya suatu tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo

(2003), dimana tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi :

a. Tahu (know)

Pengetahuan (tahu yaitu mengingat kembali materi yang

dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan yang paling

rendah dengan cara menyebutkan, mendefinisikan dan menyatukan

sesuatu. Pengetahuan ibu tentang diare yang baik akan mempengaruhi

ibu dalam memahami tentang bahaya dari diare bagi anaknya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami yaitu sesuatu untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek untuk

materi, harus dapat menjelaskan, contohnya ibu dapat memahami dan

mengetahui cara penanganan diare yang benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi

disini dapat diartikan penggunan hukum-hukum, rumus, metode,

20

prinsip dan sebagainya dalam kondisi yang lain, misalnya ibu dapat

menggunakan cara pencegahan atau tindakan awal dalam mencegah

terjadinya diare pada anak serta dapat menggunakan prinsip-prinsip

siklus pemecahan masalah dalam penanganan diare.

d. Analisis (analysis)

Analisis yaitu kemampuan untuk materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi di dalam struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitanya dengan yang lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan dari kata-kata kerja yang

dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, serta

mengelompokkan tentang penanganan diare.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian

dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan.

Dimana pada ibu yang memiliki anak yang diare maka dapat

melakukan penanganan secara benar agar diare dapat berhenti.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu

kriteria-kriteria yang telah ada. Pengaruh pengetahuan terhadap

seseorang sangat penting sebab mempunyai cukup pengetahuan dan

21

pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan

perkembangan serta kesehatan setiap anggota keluarganya

(Notoatmodjo, 2003).

3.3.3.3. Faktor-FaktorFaktor-FaktorFaktor-FaktorFaktor-Faktor YangYangYangYang MempengaruhiMempengaruhiMempengaruhiMempengaruhi PengetahuanPengetahuanPengetahuanPengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2003), yaitu :

a. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah

menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan

memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

c. Kultur Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan

budaya dan agama yang dianut. Pada ibu akan melakukan penanganan

terjadinya diare sesuai dengan apa yang mereka lihat di lingkungannya.

Biasanya mereka mengetahui penanganan diare secara sederhana

sebagai penanganan pertama yaitu dengan menggunakan oralit.

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan,

dimana pada remaja dengan umur yang bertambah dan pendidikan

22

yang lebih baik akan memudahkan dalam menyerap informasi

yang diberikan serta bersikap lebih bijak. Pengalaman ibu dengan

kejadian diare mempengaruhi dalam penanganan diare selanjutnya.

4.4.4.4. PengukuranPengukuranPengukuranPengukuran TingkatTingkatTingkatTingkat PengetahuanPengetahuanPengetahuanPengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau kuesioner, untuk menyatakan tentang isi materi yang akan

diukur dari responden yang dapat disesuaikan dengan tingkat responden

yang ada (Notoatmodjo, 2003).

a. Cara mencari pengetahuan

Ada berbagai macam cara untuk mencari atau menperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah yang di kelompokkan sebagai berikut:

1. Cara tradisional

Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai

orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya

metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis

(Notoatmodjo, 2003).

2. Cara coba-salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Pada seseorang yang

menghadapi persoalan, maka upaya pemecahannya dilakukan

dengan coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang

dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai

masalah. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering

23

dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak

mengetahui cara memecahkan masalah (Notoatmodjo, 2003).

3. Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.

Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi

berikutnya. Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas

atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

pemimpin agama, otoritas ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

4. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan

maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan,

atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Namun perlu

diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat

menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar

maka diperlukan berpikir kritis dan logis (Notoatmodjo, 2003).

5. Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

24

pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik

melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2003).

6. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi

penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung

terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil

pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan

akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan ibu berkaitan erat dengan bagaimana

seorang ibu yang mampu melakukan penanganan terhadap yang

mengalami diare. Bagi ibu diharuskan memiliki pengetahuan

tentang diare secara langsung yang berdampak pada terhindar dari

terjadinya diare pada (Julianti, 1999).

Sebagian masyarakat masih ada yang beranggapan bahwa

penyakit diare banyak disebabkan karena bertambahnya

kepandaian anak, salah makan, masuk angin. Hal ini dikarenakan

ketidaktahuan masyarakat yang disebabkan kurangnya mendapat

informasi atau tidak mengetahui tentang penyebab terjadinya diare.

C.C.C.C. KeluargaKeluargaKeluargaKeluarga PraPraPraPra SejahteraSejahteraSejahteraSejahtera

Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

gangguan kesehatan atau dalam keadaan sakit. Keluarga merupakan salah satu

indikator dalam masyarakat apakah masyarakat sehat atau sakit (Sihadi,

25

2000). Peran dan tugas keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu

mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga,

mengambil keputusan melakukan tindakan yang tepat memberi perawatan

kepada anggota keluarga yang sakit serta mempertahankan lingkungan tetap

sehat, mempertahankan hubungan timbal balik pada keluarga serta

memanfaatkan fasilitas kesehatan (Friedman, 2003).

Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang dalam kehidupan sehari-

hari belum dapat memenuhi kebutuhan yang cukup, dimana keluarga pra

sejahtera tidak dapat mencukupi kebutuhan baik secara finansial. Hal ini dapat

menjadi suatu kendala bagi keluarga pra sejahtera dalam memenuhi kebutuhan

baik makan, pendidikan maupun kesehatan. Perawatan kesehatan pada anak

usia 1-3 tahun dalam keluarga dapat terganggu oleh masalah kemiskinan yang

dapat mengurangi kemampuan sebuah keluarga untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan keluarga terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat serta

kebutuhan yang lainnya. Hal ini akan mempermudah munculnya penyakit

khususnya penyakit diare pada anak (Sihadi, 2000).

Keluarga pra sejahtera akan mengalami kesulitan dalam menjaga status

kesehatan anak, memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak usia 1-3 tahun yang

disebabkan oleh daya beli menurun, pemanfaatan fasilitas keluarga. Beberapa

faktor yang menyebabkan keluarga masuk dalam keluarga pra sejahtera yaitu

faktor internal yaitu kesakitan, kebodohan, ketidaktahuan, ketrampilan,

ketertinggalan teknologi dan ketidakmampuan modal dan faktor eksternal

yaitu struktur sosial ekonomi, unsur budaya, kurangnya akses memanfaatkan

26

fasilitas kesehatan). Ketidakmampuan lain pada keluarga pra sejahtera yaitu

pemenuhan makanan yang kurang, tempat tinggal yang kurang memenuhi

syarat kesehatan, pendapatan yang masih kurang dibawah standar upah

(Sihadi, 2000).

D.D.D.D. KerangkaKerangkaKerangkaKerangka TeoriTeoriTeoriTeori

Gambar 2.1. Kerangka Teori: Faktor-faktor yang berhubungan denganKejadian diare pada anak. Sumber : Pudjiadi. S, 2005.

Faktor Langsung :a.Perilaku cuci tanganb.Hygiene sanitasi

Kejadian Diare pada anakusia 1-3 tahun

Faktor Tidak Langsung :a.Umurb.Tingkat pendidikanc.Status pekerjaan ibud.Pendapatan keluargae.Status gizi keluarga

Tingkat pengetahuan

27

E.E.E.E. KerangkaKerangkaKerangkaKerangka KonsepKonsepKonsepKonsep

Variabel Independent Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

F.F.F.F. HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang penanganan diare pada keluarga

pra sejahtera dengan kejadian diare pada anak usia 1-3 tahun di Desa

Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.

Tingkat pengetahuan tentangpenanganan diare pada keluarga

pra sejahtera

Kejadian diare pada anakusia 1-3 tahun