159
PROGRAM REHABILITASI SOSIAL BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I CIPINANG JAKARTA: PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL KOREKSIONAL Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Disusun Oleh : Ilmawati Hasanah NIM. 1110054100014 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

  • Upload
    lydieu

  • View
    235

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

PROGRAM REHABILITASI SOSIAL BAGI NARAPIDANA DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I CIPINANG JAKARTA:

PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL KOREKSIONAL

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Disusun Oleh :

Ilmawati Hasanah

NIM. 1110054100014

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 3: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 4: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 5: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

i

ABSTRAK

ILMAWATI HASANAH

PROGRAM REHABILITASI SOSIAL BAGI NARAPIDANA DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I CIPINANG JAKARTA:

PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL KOREKSIONAL

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan masih banyak

permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia. Mulai dari perampokan, pencurian,

penipuan, korupsi dan lain-lain. Di balik kejahatan yang terjadi di Indonesia

terdapat alasan mengapa seseorang melakukannya. Untuk menangani

permasalahan ini, para pelaku kejahatan dihukum dan ditahan di lembaga

pemasyarakatan. Hal ini dilakukan agar narapidana menjadi jera dan mendapat

pembinaan, agar mereka tidak mengulangi kesalahannya di kemudian hari.

Indonesia memiliki lembaga pemasyarakatan besar yang salah satunya adalah

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta. Lapas ini terkenal dengan

tingkat keamanannya yang tinggi, jenis kejahatan yang dilakukan narapidana yang

ditahan di dalamnya juga menjadikan lapas ini ditakuti oleh sebagian besar

masyarakat Indonesia khususnya warga Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola rehabilitasi sosial

melalui pembinaan berdasarkan perspektif pekerjaan sosial koreksional,

bagaimana metode pembimbinaan narapidana yang diterapkan di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta, dan bagaimana pendampingan bagi

narapidana selama mengikuti pembinaan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara dan

dokumentasi. Prosedur pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling.

Dari penelitian tersebut, dapat dijelaskan bahwa dalam melaksanakan

program rehabilitasi sosial, Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta

menerapkan kegiatan pembinaan bagi narapidana. Pola rehabilitasi sosial bagi

narapidana melalui program pembinaan berdasarkan perspektif pekerjaan sosial

koreksional yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang

Jakarta dibagi menjadi 2 (dua), yaitu pembinaan kepribadian yang terdiri dari

pembinaan rohani dan jasmani. Dan pembinaan kemandirian yang terdiri dari

pembinaan intelektual dan bimbingan kerja. Selain itu, Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Cipinang juga mengadakan pembinaan minat dan bakat yang terdiri dari

kegiatan bermusik, melukis dan memahat. Program rehahibilitasi sosial yang

diterapkan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta merupakan

program yang telah ditentukan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,

namun ada juga program yang diadakan berdasarkan kebutuhan, minat dan usulan

dari narapidana. Dengan kata lain, metode yang diterapkan dalam rehabilitasi

sosial ini adalah menggunakan pendekatan dari bawah ke atas (bottom up

approach) dan pendekatan dari atas ke bawah (top down approach). Sedangkan

pendampingan narapidana dalam menjalani rehabilitasi sosial, hanya dilakukan

bagi narapidana yang mengikuti pembinaan keagamaan saja.

Kata kunci: Rehabilitasi Sosial, Pembinaan, Lembaga Pemasyarakatan,

Pekerjaan Sosial Koreksional.

Page 6: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

dan melimpahkan segala bentuk nikmat kepada peneliti, nikmat jasmani, rohani,

nikmat lahir dan batin, sehingga peneliti bisa menyelesaikan penyusunan skripsi

ini. Shalawat serta salam tak lupa pula peneliti ucapkan kepada Nabi besar kita,

Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan-

kekurangan ataupun kesalahan baik pada teknis penulisannya ataupun materinya,

mengingat akan kemampuan yang dimiliki peneliti. Untuk itu, kritik serta saran

dari semua pihak sangat peneliti harapkan demi menyempurnakan pembuatan

skripsi ini.

Hingga pada akhirnya, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga kepada pihak-pihak, kerabat-kerabat yang membantu peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil Dekan I, II dan III

yang secara tidak langsung turut menbantu peneliti.

2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nunung Khoiriyah, MA selaku sekretaris Program Studi

Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku dosen pembimbing peneliti yang telah

berperan penting dalam penyusunan skripsi, memberikan banyak saran,

arahan, motifasi dan waktunya hingga peneliti bisa menyelesaikan

skripsi ini. Terima kasih banyak Ibu atas bimbingannya dan mohon maaf

apabila ada perkataan ataupun perbuatan yang tidak berkenan.

5. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik

Program Studi Kesejahteraan Sosial 2010 yang telah meluangkan dan

Page 7: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

iii

mengorbankan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan

motifasi kepada peneliti.

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada Bapak/Ibu Dosen Program

Studi Kesejateraan Sosial yang telah memberikan sumbangan wawasan

keilmuan dan membimbing peneliti selama menjadi mahasiswa dan

menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Suwarno, S.H, Staf Divisi Bimbingan Pemasyarakatan yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti selama melakukan

penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta.

8. Kepada seluruh pegawai dan petugas Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang Jakarta, terima kasih atas waktu dan izinnya sehingga peneliti

bisa melaksanakan penelitian ini.

9. Orang tuaku tercinta, Bapak Adimin dan Ibu Pipit Ruspiah. Terima

kasih tak terhingga untuk kasih sayang yang diberikan kepada peneliti.

Perhatian, do’a, motivasi, nasehat-nasehat berharga yang peneliti dapat

selama ini. Terima kasih, semoga Allah memberikan kesehatan,

kebahagiaan dan berkah kepada keluarga kita.

10. Kakak-kakakku tersayang, juga ipar-iparku. Terima kasih telah

memberikan masukan dan pengalaman kalian selama menjalani

perkuliahan, sehingga peneliti bisa termotivasi. Terima kasih telah

menjadi tauladan yang baik bagi adik kalian ini.

11. Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah, S. Sos, Nur

Hikmah, S. Sos, Epidasari, S. Sos dan Syf. Lubna Asseggaf, S. Sos.

Yang sudah memberi banyak pengalaman dan pelajaran, makna

pertemanan semasa kuliah.

12. Teman-teman seperjuangan, Kessos 2010 UIN Jakarta yang juga telah

memberikan semangat, do’a dan kenangan indah semasa di perkuliahan.

13. The last and special for my best friend, Nurrahman. Semoga bisa cepat

menyelesaikan kuliahnya.

Page 8: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ......................................................................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 9

1. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9

2. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10

D. Metode Penelitian .............................................................................. 10

E. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 17

F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 18

BAB II LANDASAN TEORI

A. Rahabilitasi Sosial ............................................................................. 20

1. Pengertian Rehabilitasi Sosial ...................................................... 20

2. Tahapan Rehabilitasi Sosial ......................................................... 20

B. Pekerjaan Sosial Koreksional ............................................................ 22

1. Pengertian Pekerjaan Sosial Koreksional ..................................... 22

2. Fungsi Pekerja Sosial Koreksional ............................................... 22

C. Sistem Pemasyarakatan dalam Pekerjaan Sosial Koreksional ............. 23

D. Pembinaan ......................................................................................... 25

1. Pengertian Pembinaan ................................................................. 25

2. Asas Pembinaan Pemasyarakatan ................................................ 26

3. Tujuan Pembinaan ....................................................................... 28

4. Pola Pembinaan ........................................................................... 28

5. Metode Pembinaan ...................................................................... 30

E. Teori Perubahan Perilaku .................................................................. 31

1. Moral Development Theory ......................................................... 31

2. Social Learning Theory ............................................................... 32

Page 9: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

v

F. Model Intervensi ............................................................................... 33

1. Terapi Individu (Social Case Work Method) ................................ 33

2. Terapi Kelompok (Social Group Work Method)........................... 35

G. Narapidana ........................................................................................ 36

1. Pengertian Narapidana ................................................................. 36

2. Hak-hak Narapidana .................................................................... 37

H. Lembaga Pemasyarakatan ................................................................. 38

1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan .......................................... 38

2. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan ................................................ 39

3. Tujuan Lembaga Pemasyarakatan ................................................ 40

4. Klasifikasi Lembaga Pemasyarakatan .......................................... 40

BAB III GAMBARAN UMUM LAPAS KLAS I CIPINANG

A. Sejarah .............................................................................................. 43

B. Visi dan Misi ..................................................................................... 44

C. Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................... 45

D. Struktur Organisasi ............................................................................ 47

E. Status Penghuni ................................................................................. 49

F. Manajemen Keuangan ....................................................................... 51

G. Program Rehabilitasi ......................................................................... 51

H. Profil Informan .................................................................................. 53

1. Informan Sukur ............................................................................ 53

2. Informan Damar .......................................................................... 59

3. Informan Inal ............................................................................... 63

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

A. Proses Penerimaan Narapidana .......................................................... 67

B. Program Pembinaan Narapidana ........................................................ 71

1. Pembinaan Kepribadian ............................................................... 71

2. Pembinaan Kemandirian .............................................................. 83

C. Kendala ............................................................................................. 90

D. Indikator Keberhasilan ...................................................................... 93

E. Pendampingan Narapidana ................................................................ 95

Page 10: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

vi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 98

B. Saran ................................................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 102

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan suatu negara yang sedang berkembang. Dalam

perkembangannya, Indonesia masih banyak dihadapi dengan permasalahan-

permasalahan sosial. Masalah sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi

ketidaksesuaian antara norma, hukum, nilai dan budaya yang berlaku dengan

perilaku manusia, sehingga dapat membahayakan kehidupan masyarakat. Masalah

sosial juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang tidak sesuai dengan

harapan, kondisi yang tidak dikehendaki, bersifat mengganggu dan dapat

merugikan, merusak, membahayakan orang, sehingga menghambat tujuan hidup

bermasyarakat. Seperti yang di sampaikan oleh Kartini Kartono dalam bukunya

yang berjudul “Patologi Sosial”, masalah sosial adalah semua bentuk tingkah laku

melanggar hukum atau memperkosa adat-istiadat masyarakat.1

Permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia sangatlah beragam jenisnya.

Mulai dari pencurian, perampokan, penculikan, perjudian, terorisme, korupsi,

perkosaan, perkelahian antar warga, tawuran antar pelajar, penipuan,

pembunuhan, hingga pembegalan yang saat ini sedang hangat dibicarakan.

Kondisi seperti ini pasti sangat memperihatinkan dan meresahkan masyarakat.

Sehingga timbul perasaan takut, sulit untuk mempercayai orang lain, curiga,

hingga akan timbul masalah sosial baru seperti saling tidak peduli satu dengan

lainnya. Karena pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak

1 Dr. Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 2005), h. 1.

Page 12: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

2

dapat hidup tanpa berdampingan dengan manusia lainnya, tidak dapat hidup tanpa

bantuan orang lain, baik dari saudara, tetangga, kerabat dekat, atau bahkan orang

yang tidak dikenal sebelumnya.

Namun pada kenyataannya, kejahatan yang terjadi di negara kita dilakukan

oleh siapa saja. Sekarang ini banyak diberitakan oleh media masa tentang

pembunuhan yang dilakukan oleh orang terdekatnya, seorang anak yang dicabuli

oleh ayah kandungnya sendiri, dan lain sebagainya. Ini jelas bahwa kondisi seperti

ini dapat menimbulkan krisis kepercayaan kepada sesame, atau bahkan timbul

rasa dendam sehingga akhirnya saling melakukan kejahatan

Seperti yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik, jumlah kejadian

kejahatan pada tahun 2011 sebanyak 347.605 kasus, turun menjadi sebanyak

341.159 kasus pada tahun 2012 dan kembali naik pada tahun 2013 menjadi

342.084 kasus.2 Dari data tersebut, DKI Jakarta memegang peringkat tertinggi

angka kriminalitas dengan jumlah 49.498 kasus. Dengan tingkat kejahatan yang

begitu besar, kita dapat membayangkan bagaimana masyarakat Indonesia terus

dibayang-bayangi oleh tindak kejahatan, rasa tidak aman dan takut menjadi salah

satu korban dari tindak kejahatan yang menjamur di Indonesia.

Dalam kacamata Ilmu Kesejahteraan Sosial, kondisi seperti ini masih jauh

dari kata sejahtera. Karena kesejahteraan itu sendiri merupakan kondisi di mana

seseorang atau masyarakat mejalani hidup sesuai dengan tata kehidupan,

terpenuhi segala kebutuhannya baik itu dari segi materi ataupun spiritual, tentram

lahir batin, dan diliputi oleh rasa tentram dan damai. Seperti yang disampaikan

2 Diadaptasi dari situs resmi Badan Pusat Statistik,

http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/watermark%20_Statistik_Kriminal_2014.pdf.

Page 13: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

3

oleh Isbandi dalam bukunya “Ilmu Kesejahteraan dan Pekerjaan Sosial”, bahwa

kesejahteraan sosial ialah:

“suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spirituil yang

diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin

yang memungkinkan bagi setiap warganegara untuk mengadakan usaha

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang

sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung

tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.”3

Namun, di balik kejahatan yang terjadi di Indonesia pasti ada penyebab

mengapa mereka melakukan tindakan seperti itu. Banyak sekali motif-motif

seseorang melakukan kejahatan. Faktor seseorang melakukan kejahatan di antara

lain adalah karena kondisi ekonomi. Mengingat kebutuhan hidup yang semakin

besar, dan harga bahan pokok yang kian hari menaik, banyak orang merasa

tertekan dengan kondisi tersebut. Sedangkan penghasilan mereka tidak mencukupi

untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan kondisi seperti ini seseorang bisa

saja nekat dan melakukan tindakan pencurian atau perampokan. Faktor yang

selanjutnya adalah lingkungan atau kondisi sosialnya. Seseorang bisa melakukan

kejahatan karena memang dia hidup di lingkungan yang sudah terbiasa melakukan

kejahatan atau pelanggaran. Misalnya seorang yang bergaul dengan kelompok

geng motor yang sering melakukan balap liar atau tindak pengerusakan

lingkungan. Bisa juga orang yang bergaul dengan para pengguna narkoba,

sehingga dia ikut terbawa arus pergaulannya. Seseorang bisa melakukan kejahatan

juga karena faktor psikologinya. Apabila seseorang pernah mendapat perlakuan

kejahatan atau menjadi korban tindak kejahatan, maka itu akan mempengaruhi

kondisi psikologinya. Orang tersebut menjadi trauma atau bahkan timbul rasa

dendam, sehingga dia melakukan kejahatan di kemudian hari.

3 Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Pengantar

Pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan), (Jakarta: FISIP UI Press, 2005), h. 16.

Page 14: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

4

Menurut Prof. Jamhari dalam pidatonya di sebuah seminar nasional, faktor

seseorang melakukan kejahatan dalam konteks Islam ada tiga hal, yaitu faktor

lingkungan, lupa (ghofilun) dan kesombongan.4 Dalam perspektif Islam pula,

keimanan seseorang menjadi alasan mengapa seseorang melakukan kejahatan.

Seperti hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

ل ي ؤمن أحد ك م حتى يك ون هواه تبعا لما جئت به

“Tidak beriman seseorang sehingga hawa nafsunya (keinginannya)

disesuaikan dengan apa yang telah didatangkan bersamaku (yaitu hukum-

hukum Islam).”

Hal ini sependapat dengan Kartini Kartono yang menjelaskan bahwa orang

yang tidak beragama dan tidak percaya kepada nilai-nilai keagamaan, pada

umumnya sangat egoistic, sangat sombong dan mempunyai harga diri berlebihan.

Dunia dianggap sebagai miliknya, yang bisa dimanipulasi semau sendiri. Dengan

demikian sifatnya menjadi bengis, ganas, sewenang-wenang dan jahat terhadap

sesame makhluk. Egoisme yang ekstrem menimbulkan sifat agresif juga sifat-sifat

yang keras dan kasar, serta kurang berkeprimanusiaan.5

Di Indonesia, segala sesuatu atau perilaku yang melanggar hukum, aturan-

aturan atau norma-norma akan dikenakan sanki yang sudah disusun dalam Kitab

Undang-undang Hukum Pidana. Kemudian pelaku-pelaku tindak kejahatan ini

merupakan orang-orang yang melanggar hukum pidana, dikenakan sanki pidana

dan disebut sebagai narapidana. Negara kita juga memiliki badan hukum yang

bertugas untuk mengatur segala permasalahan hukum di antaranya adalah Polisi

Republik Indonesia, Pengadilan Negeri, Mahkamah Agung, dan Kementerian

4 Pidato Prof. Jamhari pada Seminar Nasional: Restorative Justice dalam Sistem

Pemasyarakatan Guna Mengatasi Kriminalitas dan Overkapasitas Lapas dan Rutan di Indonesia,

(Jakarta: 25 Maret 2015).

5 Dr. Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid 1, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), h. 157.

Page 15: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

5

Hukum dan HAM. Masing- masing lembaga tersebut mempunyai peranan serta

fungsinya dalam penegakan hukum di Indonesia.

Biasanya, para pelaku kejahatan ini awalnya ditangkap oleh polisi,

selanjutnya akan ditetapkan hukuman pada persidangan di pengadilan. Kemudian

apabila sudah ditetapkan vonis, maka pelaku kejahatan ini akan menjalani

hukuman di lembaga pemasyarakatan, yang biasa kita sebut dengan lapas atau LP.

Namun pada hakikatnya narapidana juga merupakan manusia. Mereka juga

dilahirkan dalam keadaan fitrah, namun dikarenakan fitrah mereka tidak

dipelihara maka membuat hati mereka tertutup untuk melihat kebenaran dan

kebaikan, dan menjadikan mereka berada pada martabat yang serendah-

rendahnya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat asy-Syams ayat 7-10:

ورها وتقواها. قد أفلح من زك اها. وقد خاب من دس ا ها. اها. فألهمها ف ج ونفس وما سو

“Demi jiwa yang menyempurnakan (ciptaannya), maka Allah

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,

sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan

sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa sesungguhnya manusia adalah ciptaan

Tuhan yang diilhami kefasikan dan ketakwaan, sesungguhnya manusia diciptakan

dalam keadaan suci dan tidak tahu apa-apa. Namun masih banyak manusia yang

bertindak sesuka hati dan hanya mengikuti hawa nafsunya sehingga terjadilah

masalah-masalah dan tindakan kejahatan yang tidak diinginkan dan meresahkan

orang lain. Meski demikian, manusia merupakan makhluk yang memiliki hati

nurani dan akal pikiran. Sehingga masih ada kesempatan bagi mereka untuk

bertaubat merubah dirinya menjadi lebih baik, sehingga mereka tidak menjadi

manusia yang merugi.

Page 16: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

6

Untuk itu, agar narapidana bisa menjadi manusia yang lebih baik, maka

sangatlah penting diadakan pembinaan sebagai upaya rehabilitasi sosial.

Rehabilitasi juga harus dilakukan dan sangat penting, agar mereka tidak

melakukan kesalahannya lagi dan bisa melangsungkan hidup kelak mereka selesai

menjalani masa hukuman di lembaga pemasyarakatan.

Di dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

menjelaskan bahwa rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi dan

pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi

sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Dalam proses rehabilitasi

ini, narapidana diberikan pembinaan, bimbingan, pembelajaran, baik secara

kemandirian maupun kepribadian. Hal ini bertujuan untuk menambah wawasan

dan membuka hati narapidana, sehingga mereka bisa benar-benar merubah

dirinya, pola pikirnya, dan perilakunya agar menjadi lebih baik, dapat dikatakan

agar mereka bisa mengakui kesalahannya, bertaubat dan tidak menguilangi

kesalahannya di kemudian hari.

Hal ini sependapat dengan peran dan fungsi lembaga pemasyarakatan yang

dituangkan dalam Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia No. 12 tahun 1995

tentang Pemasyarakatan yang berbunyi sebagai berikut:

“Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk wagra

binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari

kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga

dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif

dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik

dan bertanggung jawab.”

Dalam kutipan di atas disebutkan bahwa tujuan dari sistem pemasyarakatan

adalah untuk membentuk wagra binaan pemasyarakatan menjadi manusia

seutuhnya, tidak mengulangi kesalahannya di kemudian hari dan dapat diterima

Page 17: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

7

kembali di masyarakat dan bisa menjalani kehidupan secara wajar. Hal ini sejalan

dengan tujuan rehabilitasi sosial yang telah dijelaskan sebelumnya.

Karena narapidana adalah orang yang terpidana, maka semua kegiatan

rehabilitasi sosial ini di lakukan di lembaga pemasyarakatan. Lembaga

pemasyarakatan sendiri merupaka unit pelaksanaan teknis Kementerian Hukum

dan HAM, berada dalam Divisi Pemasyarakatan. Terdapat sebanyak + 246

Lembaga pemasyarakatan yang berdiri di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang yang berada di DKI Jakarta, tepatnya

di kawasan Jakarta Timur.

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang merupakan lapas terbesar yang

berada di Jakarta. Lapas ini juga menyimpan banyak sejarah, mengingat awal

berdirinya lapas tersebut pada masa penjajahan Belanda. Di lapas ini terdapat

banyak sekali narapidana dengan bermacam-macam jenis kejahatannya, mulai

dari yang terkecil hingga besar. Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang juga

merupakan lapas yang banyak ditakuti oleh kebanyakan orang selain Lapas

Nusakambangan yang berada di Jawa Tengah. Banyak orang berpendapat bahwa

narapidana yang berada di Lapas Cipinang merupakan penjahat-penjahat kelas

kakap dan sangat berbahaya. Hal ini peneliti ketahui keteka peneliti menanyakan

opini kepada 10 orang teman peneliti tentang Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang. Mereka mengatakan bahwa Lapas Cipinang merupakan tempat yang

menakutkan dan menyeramkan karena di sana terdapat orang-orang jahat dan

sebagian besar dari mereka tidak ingin berkunjung ke sana. Hal serupa juga

sempat terlintas dalam pemikiran peneliti, hingga akhirnya peneliti memilih

tempat ini untuk dijadikan tempat penelititan.

Page 18: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

8

Dari latar belakang masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka peneliti

memutuskan untuk melaksanakan penelititan dengan judul “PROGRAM

REHABILITASI SOSIAL BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KLAS I CIPINANG JAKARTA: PERSPEKTIF

PEKERJAAN SOSIAL KOREKSIONAL”.

Page 19: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

9

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok bahasan yang telah

ditetapkan, maka penulis membatasi masalah pada pelaksanaan program

rehabilitasi bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang.

penelitian ini dikhususkan bagi narapidana yang aktif mengikuti program

yang diadakan di lapas tersebut.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan penguraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pola rehabilitasi sosial melalui pembinaan berdasarkan

perspektif pekerjaan sosial koreksional?

b. Bagaimana metode pembinaan narapidana yang diterapkan di

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta?

c. Bagaimana pendampingan bagi narapidana dalam menjalani

pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pola rehabilitasi sosial malalui pembinaan

berdasarkan perspektif pekerjaan sosial koreksional.

Page 20: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

10

b. Untuk mengetahui metode pembinaan narapidana yang diterapkan

di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta.

c. Untuk mengetahui sistem pendampingan bagi narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

a. Akademis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

tambahan referensi khususnya pada program studi kesejahteraan

sosial. dapat mengetahui lebih banyak tentang pekerjaan sosial

koreksional.

b. Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan keilmuan dan pengetahuan bagi para pembaca ataupun

peneliti sendiri. Juga pekerja sosial yang berkaitan dengan

lembaga-lembaga koreksional.

c. Institusi: Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan

dalam menyusun rencana dan strategi dalam merehabilitasi melalui

program-program yang diadakan Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang berdasarkan perspektif pekerjaan sosial koreksional.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai langkah-langkah, cara-cara, yang

bertujuan untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya baik itu data premier

maupun sekunder, sehingga dapat mencapai pokok pembahasan penelitian.

Page 21: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

11

Menurut Kristi Poerwandi, metodologi penelitian adalah teknik atau cara

dalam pengumpulan data atau bukti yang dalam hal ini perencanaan tindakan

yang dilaksanakan serta langkah-langkah apa yang harus ditempuh untuk

mencapai tujuan dan sasaran penelitian.6

1. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Maksud istilah qualitative research adalah jenis penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan

menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara lain dari

kuantifikasi (pengukuhan).7

Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Kemudian Klick dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif

tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya.8

Dari definisi-definisi tersebut dapat diartikan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data-data berupa tulisan,

deskriptif, penjelasan, definisi berupa kata-kata, dengan melakukan teknit

6 E. Kristi Poerwandi, PendekatanKualitatif dalam Penelitian Psikologi ( Jakarta: Fakultas

Psikologi Indonesia, 1998), h. 78. 7 Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS dan Jaenal Aripin, M. Ag, Metodologi Penelitian Sosial

(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 30. 8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2007), h. 4.

Page 22: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

12

tertentu dan tidak menggunakan penghitungan angka atau statistik,

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang, Jakarta Timur. Peneliti mengambil lokasi ini karena Lapas Klas I

Cipinang merupakan lapas terbesar yang berada di Provinsi DKI Jakarta,

juga lokasinya yang cukup terjangkau dari tempat tinggal peneliti, peneliti

juga ingin mengetahui lebih dalam tentang program rehabilitasi sosial bagi

narapidana yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan dalam perspektif

pekerjaan sosial koreksional, khususnya bagi narapidana yang berada di

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang, Jakarta.

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama 7 bulan, yang akan

dimulai pada bulan Desember 2014 sampai bulan April 2015.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang ditempuh penulis adalah:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu dengan membaca, memahami dan menginterprestasikan

buku-buku, dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan

pembahasan ini.

Page 23: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

13

b. Observasi

Observasi adalah salah satu metode utama dalam penelitian

dampak sosial terutama penelitian kualitatif. Observasi adalah

mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari

jawaban, mencari bukti terhadap fenomena dampak sosial (perilaku,

kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol tertentu) selama

beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena tersebut guna

menemukan data dan analisis.9

C. Wragg menjelaskan bahwa observasi yaitu pengamatan

secara sistematis dan analisa yang memegang peranan penting untuk

meramalkan tingkah laku sosial, sehingga hubungan antara satu

peristiwa dengan yang lainnya menjadi jelas. Menurutnya pula bahwa

aspek-aspek yang diamati, sifat pribadi, interaksi verbal, non-verbal,

aktifitas, pengaturan, keahlian profesional, sarana dan alat yang

digunakan, afektif, kognitif dan sosiologis.10

c. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.11

9 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Agama (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001), h. 167. 10 Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS dan Jaenal Aripin, M. Ag, Metodologi Penelitian Sosial

(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 30. 11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2007), h. 186.

Page 24: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

14

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara

mendalam. Wawancara ini bersifat luwes, artinya susunan pertanyaan

dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat

wawancara berlangsung.

Sebelum wawancara dilakukan, terlebih dahulu disiapkan

pedoman wawancara yang berhubungan dengan keterangan yang

ingin digali. Adapun hal yang akan diwawancarai adalah seputar

program rehabilitas bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakat Klas I

Cipinangberdasarkan perspektif pekerjaan sosial koreksional.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bahasa Indonesia

dalam mewawancarai responden, yaitu para narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang.

4. Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif, data yang

diperoleh melalui wawancara dan pengamatan tersebut dideskripsikan

dalam bentuk uraian. Setelah data terkumpul dan informasi yang dibutuhkan

sesuai dengan permasalahan penelitian, maka selanjutnya peneliti

melaksanakan analisis terhadap data dan informasi tersebut. Dalam menulis

data tersebut, peneliti menggunakan analisis deskriptif, yaitu

mendeskripsikan hasil temuan penelitian secara sistematik, faktual dan

akurat yang disertai dengan petikan wawancara yang akan dipaparkan oleh

peneliti. Maksud utama analisis data adalah untuk membuat data itu dapat

Page 25: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

15

dimengerti, sehingga penemuan yang dihasilkan bisa dikomunikasikan

kepada orang lain.

5. Macam dam Sumber Data

Macam dan data yang diambil peneliti ini terdapat dua data, data

primer (pokok) dan data sekunder (pendukung).

a. Sebagi data primer (pokok), diperoleh melalui wawancara dengan

narapidana dan pegawai yang bertugas yang berhubungan dengan

pelaksanan program rehabilitasi di Lembaga Pemasyarakatan Klas

I Cipinang.

b. Sebagai data sekunder (pendukung), diperoleh melakui studi

pustaka, internet, jurnal, artikel dan data-data pendukung lainnya

yang dapat melengkapi data primer.

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data yang sekaligus

menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai

teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. 12

Seperti yang telah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya

Metodologi Kualitatif. Untuk menentukan keabsahan data adalah dengan

melakukan triangulasi, dimana triangulasi adalah teknik pemeriksaan

12 Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung:Alfabeta, 2010), h. 83.

Page 26: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

16

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembandingan terhadap data itu.

Menurut Susan Stainback, tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari

kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan

pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi dengan

cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh dengan kenyataan

yang ada pada saat penelitian.

7. Teknik Pemilihan Informan

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan

informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling13

yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan

yang sesuai dengan tujuan penelitian, yang terpenting disini bukanlah

jumlah informan, melainkan potensi dari tiap kasus untuk memberikan

pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari.

Teknik purposive (bertujuan), dimana informan dipilih berdasarkan

pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam

memberikan informasi tentang Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang

terutama tentang program rehabilitasi bagi narapidana berdasarkan

perspektif pekerjaan sosial koreksional.

Peneliti akan menggali data seluas-luasnya dari pihak-pihak yang

terlibat dalam pembinaan keagamaan yang dilakukan di Lembaga

13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2009), h. 222

Page 27: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

17

Pemasyarakatan Klas I Cipinang, pihak-pihak tersebut antara lain: Kepala

Sesi Pembinaan Kemasyarakatan, Staff Sesi Pembinaan Kemasyarakatan,

Pembina (Ustadz) Keagamaan, serta 3 orang narapidana. Dalam penelitian

ini penulis memilih narapidana yang telah menjalani masa hukuman

minimal 2 tahun, karena menurut penulis narapidana tersebut sudah cukup

merasakan binaan dan sudah bisa merasakan perubahan apa saja yang

terjadi dalam diri narapidana selama menjalani pembinaan.

E. Tinjauan Pustaka

Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan

Skripsi, Tesis dan Disertasi yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang diterbitkan oleh CeQDA UIN, April, Cet. Ke-2 tahun 2007.

Namun penulis juga mendapati hasil karya mahasiswa yang dapat dijadikan

bahan referensi dalam penulisan skripsi ini, yaitu:

Nama : Fahrur Rohman

Program studi : Pengembangan Maysarakat Islam

Judul skripsi : Pemberdayaan Narapidana Melalui Program Jenjang

Pendidikan S1 Hukum di Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Cipinang Jakarta

Dalam skripsi tersebut, penulis bisa mempelajari sekilas tentang Lembaga

Pemasyarakatan yang akan dijadikan tempat penelitian, serta jenis-jenis

pemberdayaan apa saja yang terdapat di dalamnya. Dan skripsi tersebut

merupakan satu-satunya skripsi yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi

yang meneliti di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang

Page 28: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

18

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan, bab ini menjelaskan tentang :

Latar Belakang Masalah

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Metodologi Penelitian

Tinjauan Pustaka

Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis, bab ini menjelaskan tentang :

Pengertian dan Tujuan Rehabilitasi Sosial

Pengertian Pekerjaan Sosial Koreksional

Teori-toeri Perubahan Perilaku

Pengertian Pembinaan

Spiritualitas dalam Praktik Pekerjaan Sosial

Model Intervensi

Pengertian Narapidana

Pengertian dan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan

BAB III : Profil Lembaga, bab ini menjelaskan tentang :

Sejarah Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang

Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang

Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang

Struktur Organisasi

Page 29: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

19

Data Pegawai dan Status Penghuni

Prose Penerimaan

Managemen Keuangan

Gambaran Umum Program Rehabilitasi

BAB IV : Proses Rehabilitasi Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Cipinang berdasarkan perspektif Pekerjaan Sosial Koreksional,

bab ini menjelaskan tentang :

Sistem Penerimaan Narapidana

Pola Pembinaan Narapidana

Metode Pembinaan dan Pendekatan Narapidana

Kendala

Indikator Keberhasilan

BAB V : Penutup, bab ini membahas tentang :

Kesimpulan

Saran

Page 30: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Rehabilitasi Sosial

1. Pengertian Rehabilitasi Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rehabilitasi berarti pemulihan

kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu (semula) supaya

menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat.

Sedangkan dalam Pasal 1 Ayat 8 Undang-undang No. 11 Tahun 2009

tentang Kesejahteraan Sosial menjelaskan bahwa rehabilitasi sosial adalah

proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan

seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam

kehidupan masyarakat.

Sedangkan dalam Pasal 1 ayat 17 Undang-undang No. 39 Tahun 2009

tentang Narkotika menjelaskan bahwa rehabilitasi sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar

bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam

kehidupan masyarakat.

2. Tahapan Rehabilitasi Sosial

Terdapat 7 (tujuh) tahapan dalam melaksanakan rehabilitasi sosial,

yaitu:

a. Pendekatan awal. Merupakan rangkaian yang mengawali

keseluruhan proses rehabilitasi sosial, terdiri atas kegiatan

Page 31: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

21

sosialisasi dan konsultasi, identifikasi, motivasi, seleksi dan

penerimaan.

b. Pengungkapan dan pemahaman masalah. Merupakan kegiatan

mengumpulkan, menganalisis dan merumuskan masalah,

kebutuhan, potensi dan sumber yang meliputi aspek fisik, psikis,

sosial, spiritual dan budaya.

c. Penyusunan rencana pemecahan masalah. Merupakan kegiatan

penyusunan rencana pemecahan masalah berdasarkan hasil

pengungkapan dan pemahaman masalah meliputi penentuan tujuan,

sasaran, kegiatan, metoda, strategi dan teknik, tim pelaksana, waktu

pelaksanaan dan indikator keberhasilan.

d. Pemecahan masalah. Merupakan pelaksanaan kegiatan dari rencana

pemecahan masalah yang telah disusun.

e. Resosialisasi. Merupakan kegiatan menyiapkan lingkungan sosial,

lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja.

f. Terminasi. Merupakan kegiatan pengakhiran rehabilitasi sosial

kepada korban penyalahgunaan NAPZA.

g. Bimbingan Lanjut. Merupakan bagian dari penyelenggaraan

rehabilitasi sosial sebagai upaya yang diarahkan kepada klien yang

telah selesai mengikuti proses rehabilitasi sosial, baik di dalam

maupun di luar lembaga.14

14 Peraturan Menteri Sosial No. 26 tahun 2012 tentang Standar Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya.

Page 32: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

22

B. Pekerjaan Sosial Koreksional (Correctional Social Work)

1. Pengertian Pekerjaan Sosial Koreksional

Dalam lembaga pemasyarakatan mempunyai suatu profesi pekerjaan

sosial atau biasa dikatakan dalam lembaga pemasyarakatan yaitu perugas

pemasyarakatan yang membantu narapidana. Adapun pekerjaan sosial di

setting koreksional merupakan sub sistem pada sistem peradilan pidana.

Pekerjaan sosial koreksional adalah pelayanan profesional pada seting

koreksional yang meliputi lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan, bapas

narkotika dan seting lain dalam sistem peradilan Indonesia yang bertujuan

untuk membantu pemecahan masalah klien serta dapat meningkatkan

keberfungsian sosialnya.15

2. Fungsi Pekerja Sosial Koreksional

Dalam melaksanakan peranan sebagai pekerja sosial di bidang

koreksional, maka pekerja sosial memiliki fungsinya sebagai pekerja sosial

dalam pelayanan koreksional. Berikut fungsi pekerjaan sosial koreksional,

adalah :

a. Membantu narapidana memperkuat motivasinya.

b. Memberikan kesempatan kepada narapidana untuk menyalurkan

perasaannya dan memberikan informasi kepada narapidana.

c. Membantu pelanggar hukum untuk membuat keputusan-keputusan.

d. Membantu napidana merumuskan situasi yang dialaminya.

15 Dikutip dari blog Bambang Rustanto, dosen STKS, http://bambang-

rustanto.blogspot.com/2015/03/pekerja-sosial-koreksional.html. Diakses pada hari selasa, 28 April

2015.

Page 33: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

23

e. Memberikan bantuan dalam hal merubah atau memodifikasi

lingkungan keluarga dan lingkungan dekat.

f. Membantu pelanggar hukum mengorganisasi kembali pola-pola

perilakunya dan memfasilitasi kegiatan rujukan.

Maksud dari fungsi pekerjaan sosial diatas adalah bahwa setiap orang

dapat mengalami ketidakmampuan untuk melaksanakan fungsi sosialnya.

Karena itu mereka membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk menentukan

tujuan dan aspirasi bagi dirinya serta dapat mengambil keputusan yang akan

dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Fungsi pekerjaan sosial adalah

membantu mereka yang membutuhkan pertolongan, seperti narapidana yang

oleh berbagai alasan tidak mampu menghilangkan tekanan-tekanan psikis

dalam kehidupannya di masyarakat.

C. Sistem Pemasyarakatan dalam Pekerjaan Sosial Koreksional

Program pemasyarakatan dalam pekerjaan sosial koreksional dimaksudkan

terutama untuk pencegahan dan retribusi, dan program lain yang dirancang untuk

mereformasi pelanggar16

. Adapun program tersebut adalah sebagai berikut :

1. Konseling

Tujuannya konseling adalah untuk mengidentifikasi masalah spesifik

masing-masing pelaku (termasuk alasan yang memotivasi dia untuk terlibat

dalam kegiatan kriminal), dan kemudian mengembangkan program-program

khusus untuk memenuhi kebutuhan ini. Kebutuhan dapat mencakup

berbagai macam bidang termasuk kesehatan, psikis, keuangan, keluarga dan

16 Charles Zastrow, Introduction to Social Welfare Institutions: Social Problems, Services

and Current Issues (Chicago: The Dersey Press, 1986), h. 288.

Page 34: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

24

hubungan teman sebaya, perumahan, pendidikan, pelatihan kejuruan, dan

pekerjaan. Perhatian juga diberikan kepada sikap kriminal, motif, hubungan

kelompok dan rekan, dan rasionalisasi mengenai kriminalitas.

2. Pendidikan

Pendidikan di penjara memiliki dua tujuan, yang pertama untuk

memperoleh pelatihan akademis formal sebanding dengan sekolah dan yang

kedua adalah tujuan asrama dari sosialisasi ulang narapidana sikap dan

perilaku. Untuk mencapai tujuan tersebut penjara menggunakan program

TV, film, perpustakaan, instruksi kelas dalam mata pelajaran akademik

(meliputi SD, SMP, dan kadang-kadang bahkan materi tingkat perguruan

tinggi), program keagamaan, diskusi kelompok, dan program rekreasi.

3. Pelatihan Kejuruan

Tujuan dari program ini adalah untuk melatih narapidana dalam

keterampilan pekerjaan yang cocok untuk kapasitas mereka yang akan

mempersiapkan mereka untuk bekerja.

4. Kebaikan

Kebaikan memungkinkan papan ulasan lembaga pemasyarakatan

untuk membebaskan tahanan sebelumnya jika narapidana telah

mempertahankan perilaku yang baik. Ini dirancang untuk membuat

penghuni bertanggung jawab atas perilaku mereka.17

17 Ibid, h. 294-298.

Page 35: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

25

D. Pembinaan

1. Pengertian Pembinaan

Dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan

Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyaraktan menjelaskan

bahwa pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional,

kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan.

Pelaksanaan pembinaan pemasyarakatan didasarkan atas prinsip-prinsip

sistem pemasyarakatan untuk merawat, membina, mendidik dan

membimbing warga binaan dengan tujuan agar menjadi warga yang baik

dan berguna.

Pembinaan di sini dapat diartikan sebagai pembaharuan aspek

kepribadian seseorang yang dilakukan melalui proses belajar, baik melalui

pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Hal ini seperti dan

sesuai dengan pengertian pembinaan menurut Endang Sumantri, bahwa

pembinaan adalah suatu upaya atau usaha pendidikan baik formal maupun

non-formal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, teratur dan

bertanggungjawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,

membimbing dan mengembangkan dasar-dasar kepribadian yang seimbang,

utuh, selaras dalam rangka memberikan kemampuan sebagai alat untuk

menabah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya serta lingkungan ke

arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal

dan pribadi mandiri.18

18 Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian BP4, Membina Keluarga

Bahagia dan Sejahtera (Jakarta: BP4, 1994).

Page 36: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

26

Pembinaan hampir sama dengan bimbingan. Bimbingan secara harfiah

dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan, atau menuntun orang

lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa

mendatang.19

Dan juga dapat disebut sebagai suatu proses belajar individu

melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan

kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan

sosial.20

Jadi dari uraian di atas, penulis berpendapat bahwa pengertian

pembinaan adalah berusaha membentuk manusia untuk menjadi yang lebik

baik dan dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya, dan

menata ulang pola hidupnya sehingga dapat melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya dengan tepat, dan berjalan dengan lancar serta

tercapainya tujuan hidup yang layak dan normatif.

2. Asas Pembinaan Pemasyarakatan

Dalam pelaksanaan pembinaan yang dilakukan di lembaga

pemasyarakatan, terdapat asas-asas yang mendasari pembinaan tersebut,

yaitu:

a. Pengayoman, perlakuan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan

dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan

diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan agar

menjadi warga yang berguna di dalam masyarakat.

19 HM. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta:

Bulan Bintang, 1985), h. 18. 20 Abu Ahmad, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Semarang: Toha Putra, 1977), h. 8.

Page 37: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

27

b. Persamaan perlakuan dan pelayanan, pemberian perlakuan dan

pelayanan yang sama kepada Warga Binaan Pemasyarakatan tanpa

membeda-bedakan orang.

c. Pendidikan dan pembimbingan, bahwa penyelenggaraan

pendidikan dan bimbingan dilaksanakan berdasarkan Pancasila,

antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan,

pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.

d. Penghormatan harkat dan martabat manusia, bahwa sebagian orang

yang tersesat Warga Binaan Pemasyarakatan harus tetap

diperlakukan sebagai manusia.

e. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan,

Warga Binaan Pemastarakatan harus berada dalam lapas untuk

jangka waktu tertentu, sehingga negara mempunyai kesempatan

penuh untuk memperbaikinya.

f. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan

orang-orang tertentu, walaupun Warga Binaan Pemasyarakatan

berada di lapas tetapi harus tetap didekatkan dan dikenalkan

dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat,

antara lain berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk

kunjungan, hibulan ke dalam lapas dari anggota masyarakat yang

bebas, dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga

seperti program cuti mengunjungi keluarga.21

21 Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Page 38: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

28

3. Tujuan Pembinaan

Tujuan pembinaan adalah kesadaran. Untuk memperoleh kesadaran

dalam diri seseorang, maka seseorang harus mengenal diri sendiri. Diri

sendiri yang akan mampu merubah seseorang untuk menjadi lebih baik,

lebih maju, lebih positif. Tujuan pembinaan dapat dibagi dalam tiga hal

yaitu :

a. Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan tidak lagi melakukan

tindak pidana.

b. Menjadi manusia yang berguna, berperan aktif dan kreatif dalam

membangun bangsa dan negaranya.

c. Mampu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.22

4. Pola Pembinaan

Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan

Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan yang salah

satunya adalah hak untuk mendapatkan asimilasi dengan 6 (enam) bentuk

pola pembinaan, antara lain :

a. Pembinaan mental spiritual yang bertujuan untuk meningkatkan

keimanan dan ketakwaan melalui kesadaran beragama. Usaha ini

diperlukan untuk memberikan pengertian agar narapidana dapat

menyadari akibat perbuatan yang telah dilakukannya selama ini.

22 C. I. Harsono Hs, Sistem Baru Pembinaan Narapidana (Jakarta: Djambatan, 1995), h.

47-48.

Page 39: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

29

b. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara. Usaha ini

dilaksanakan melalui pemahaman wawasan kebangsaan, termasuk

menyadarkan narapidana agar menjadi warga negara yang dapat

memberikan sumbangsihnya kepada bangsa dan negara.

c. Pembinaan kemampuan intelektual, baik melalui pendidikan formal

maupun nonformal seperti program kejar paket A atau melanjutkan

pendidikannya di sekolah umum.

d. Pembinaan kesadaran hukum yang diberikan melalui penyuluhan

hukum. Pembinaan ini menanamkan pemahaman bagi narapidana

terhadap norma dan kaedah hukum, agar tidak melanggar hukum.

e. Pembinaan kemandirian. Tujuan pembinaan ini untuk

meningkatkan kemampuan narapidana melalui kegiatan kerja.

f. Pembinaan dalam hal mengintegrasikan diri dengan masyarakat.

Pengintegrasian diri ini bertujuan untuk memperbaiki hubungan

narapidana dengan masyarakat di lingkungannya kelak sesudah

selesai menjalani hukumannya di lembaga pemasyarakatan.

Pembinaan tersebut memberi kesempatan untuk mengembangkan

aspek-aspek pribadi yang ada pada diri narapidana yang bersifat

seluas-luasnya.

Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga binaan yaitu bahwa

setiap narapidana wajib mengikuti program pendidikan dan bimbingan

agama sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Kewajiban warga binaan

ditetapkan pada Undang-undang tentang Pemasyarakatan Pasal 15 yaitu:

Page 40: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

30

a. Narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan

kegiatan tertentu

b. Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintahan.

5. Metode Pembinaan

Dalam membina narapidana, dapat digunakan banyak metode

pembinaan. Metode pembinaan merupakan cara dalam penyampaian materi

pembinaan, agar dapat secara efektif dan efisien diterima oleh narapidana

dan dapat menghasilkan perubahan dalam diri narapidana, baik perubahan

dalam berpikir, bertindak atau dalam bertingkahlaku.

a. Pendekatan dari atas (Top down approach)

Dalam pembinaan ini, materi pembinaan berasal dari pembina,

atau paket pembinaan bagi narapidana telah disediakan dari atas.

Narapidana tidak ikut menentukan jenis pembinaan yang akan

dijalaninya, tetapi langsung saja menerima pembinaan dari para

pembina.

b. Pendekatan dari bawah (Bottom up approach)

Pendekatan pembinaan narapidana dari bawah merupakan suatu

cara pembinaan narapidana dengan memperhatikan kebutuhan

pembinaan atau kebutuhan belajar narapidana. Tidak setiap

narapidana mempunyai kebutuhan belajar yang sama, minat belajar

Page 41: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

31

yang sama. Semua sangat tergantung dari pribadi narapidana sendiri,

dan fasilitas yang dimiliki oleh lembaga pemasyarakatan.23

E. Teori Perubahan Perilaku

Menurut Prof. Noch, kriminalitas manusia normal adalah akibat, baik dari

faktor keturunan maupun dari faktor lingkungan, di mana kadang-kadang faktor

keturunan dan kadang-kadang pula faktor lingkungan memegang perana utama,

dan di mana kedua faktor itu juga dapat saling mempengaruhi.24

Faktor keturunan dan faktor lingkungan masing-masing bukan merupakan

satu faktor saja, melainkan suatu gabungan faktor. Gabungan faktor itu senantiasa

saling mempengaruhi sehingga pada akhirnya peranan faktor-faktor dalam

lingkungan itulah yang memegang peranan yang lebih utama dari pada peranan

faktor-faktor keturunan di dalam perkembangan tingkah laku kriminal pada

manusia normal.

1. Moral Development Theory

Psikolog Lawrence Kohlberg, menemukan bahwa pemikiran moral

tumbuh dalam tiga tahan. Pertama, preconventional stage atau tahap pra-

konvensional. Di sini aturan moral dan nilai-nilai moral anak terdiri atas

“lakukan” dan “jangan lakukan” untuk menghindari hukuman. Menurut

teori ini, anak-anak di bawah umur 9 hingga 11 tahun biasanya berpikir

pada tinggat pra-konvensional.

Remaja biasanya berpikir pada conventional level (tingkat

konvensional). Pada tingkatan ini, seorang individu meyakini dan

23 Ibid, h. 344-347. 24 Gerungan, W. A., Psikologi Sosial (Bandung: Reflika Aditama, 2004), h. 212.

Page 42: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

32

mengadopsi nilai-nilai dan aturan masyarakat. Lebih jauh lagi, mereka

berusaha menegakan aturan-aturan itu.

Akhirnya, pada tingkatan poskonvensional (postconventional level)

individu-individu secara kritis menguji kebiasaan-kebiasaan dan aturan-

aturan sosial sesuai dengan perasaan mereka tentang hak-hak asasi

universal, prinsip-prinsip moral dan kewajiban-kewajiban. Tingkat

pemikiran moral seperti ini umumnya dapat dilihat setelah usia 20 tahun.

2. Social Learning Theory

Ada beberapa jalan kita mempeljari tingakah laku, melalui observasi,

pengalaman langsung, dan penguatan yang berbeda.

a. Observation Learning berpendapat bahwa individu mempelajari

kekerasan dan agresi melalui behavioral modeling. Anak belajar

bagaimana bertingkah laku malalui peniruan tingkah laku orang

lain.

b. Patterson dan kawan-kawan menguji bagaimana agresi dipelajari

melalui pengalaman langsung (direct experience). Anak-anak yang

be rmain secara pasif sering menjadi korban anak-anak yang

lainnya, tetapi kadang-kadang berhasil mengatasi serangan itu

dengan agresi balasan. Dengan berlalunya waktu, anak ini belajar

membela diri dan pada akhirnya mereka memulai perkelahian.

c. Menurut teori differential association-reinforcement, berlangsung

terusnya tingkah laku kriminal tergantung pada apakah ia diberi

penghargaan atau diberi hukuman. Penghargaan dan hukuman yang

Page 43: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

33

paling berarti adalah yang diberikan oleh kelompok yang sangat

penting dalam kehidupan si individu. Jika tingkah laku kriminal

mendatangkan penghargaan maka ia akan terus bertahan.25

F. Model Intervensi

1. Terapi Individu (Social Case Work Method)

Metode Bimbingan Sosial Individu menekankan pada pertolongan

secara khusus terhadap individu yang mengalami masalah tersebut. Dalam

metode ini, paling sering menggunakan cara konseling.

Konseling adalah salah satu teknik dalam gugus pendekatan pekerjaan

sosial dengan individu yang dikenal dengan nama metode casework atau

terapi perseorangan. Terapi perseorangan melibatkan serangkaian strategi

dan teknik pekerjaan sosial yang ditujukan untuk membantuk individu-

individu yang mengalami masalah secara perseorangan atau berdasarkan

relasi satu per satu (one-to-one relation).26

Konseling pada dasarnya merupakan suatu keahlian yang diperoleh

melalui pendidikan dan pelatihan khusus. Namun demikian konseling

bukanlah suatu peristiwa mistik maupun magic. Meskipun pelatihan dan

pengalaman dalam konseling sangat penting, setiap orang memiliki potensi

untuk memberikan pertolongan kepada orang lain melalui proses mendengar

dan berbicara mengenai masalah-masalah yang dihadapinya.27

a. Konseling Berdasarkan Perspektif Pekerja Sosial

25 Ibid, h. 53-56. 26 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri - Memperkuat Corporate Social

Responcibility, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 25. 27 Ibid, h. 27.

Page 44: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

34

Berdasarkan perspektif pekerja sosial, konseling dapat dilakukan

melalui tiga tahap, yakni membangun relasi (building a relationship),

menggali masalah secara mendalam (exploring problems in depth) dan

menggali solusi alternatif (exploring alternative solitions).

b. Konseling Berdasarkan Perspektif Klien

Konseling dapat pula dilakukan dilihat dari perpsektif atau

kepentingan klien. berdasarkan perspektif ini, proses konseling terdiri

dari delapan tahapan kegiatan. Di antaranya yaitu kesadaran masalah

(problem awareness), relasi dengan konselor (relationship to

counselor), motivasi (motivation), konseptualisasi masalah

(conceptualizing the problem), penggalian strategi-strategi pemecahan

masalah (exploring resolution strategies), pemilihan strategi (selection

of strategy), implementasi strategi (implementation of the strategy)

dan evaluasi (evaluation).

Kedelapan tahapan ini ditandai oleh kalimat-kalimat kunci yang

harus diyakini oleh klien manakala akan melakukan konseling

bersama konselor atau pekerja sosial.

Keuntungan dari perspektif ini adalah memberikan kerangka

bagi perbaikan keberhasilan proses konseling. Manakala konseling

tidak membantu memperbaiki masalah klien, keranga ini mampu

memberi indikasi melalui pengidentifikasian kalimat kunci yang

dinyatakan sendiri oleh klien (self-talk). Melalui perspektif ini, alasan-

alasan mengapa tidak ada kemajuan dalam konseling dapat diketahui

Page 45: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

35

secara dini dan kemudian perubahan-perubahan yang perlu dilakukan

dapat segera dirumuskan.

2. Terapi Kelompok (Social Group Work Method)

Terapi kelompok adalah salah satu metoda pekerjaan sosial yang

menggunakan kelompok sebagai media dalam proses pertolongan

profesionalnya. Terdapat beberapa alasan mengapa kelonpok dipandang

sebagai media yang penting dalam proses pertolongan pekerjaan sosial. Di

antaranya adalah karena orang-orang yang terlibat dalam kelompok terlibat

relasi, interaksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Mereka saling

berbagi pengalaman, berbagi tujuan dan berbagi cara mengatasi suatu

masalah, yang tidak selalu mungkin dilakukan secara sendiri-sendiri. Selain

itu, metode ini lebih efisien dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana karena

proses pemecahan masalah tidak dilakukan secara satu per satu, melainkan

bersama-sama.

Dalam kasus ini, jenis kelompok yang terdapat di lembaga

pemasyarakatan adalah kelompok sosialisasi (socialization group). Tujuan

dibentuknya kelompok ini adalah untuk mengembangkan atau merubah

sikap-sikap dan perilaku para anggota kelompok agar lebih dapat diterima

secara sosial. Kelompok sosialisasi biasanya memfokuskan pada

pengembangan keterampilan sosial, peningkatan kepercayaan diri dan

perencaraan masa depan.28

28 Ibid, h. 43

Page 46: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

36

G. Narapidana

1. Pengertian Narapidana dan Warga Binaan Pemasyarakatan

Menurut Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan,

narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di

Lembaga Pemasyarakatan. Dalam pengertian sehari-hari narapidana adalah

orang-orang yang telah melakukan kesalahan menurut hukum dan harus

dimasukkan ke dalam penjara. Menurut Ensiklopedia Indonesia, status

narapidana dimulai ketika terdakwa tidak lagi dapat mengajukan banding,

pemeriksaan kembali perkara atau tidak ditolak permohonan agrasi kepada

presiden atau menerima keputusan hakim pengadilan. Status terdakwa

menjadi status terhukum dengan sebutan napi sampai terhukum selesai

menjalani hukuman (penjara) atau dibebaskan.29

Harsono mengatakan bahwa narapidana adalah seseorang yang telah

dijatuhkan vonis bersalah oleh hakim dan harus menjalani hukuman.

Sedangkan Wilson mengatakan narapidana adalah manusia bermasalah yang

dipisahkan dari masyarakat untuk belajar bermasyarakat dengan baik.

Jadi, narapidana adalah manusia yang melanggar norma hukum yang

berlaku kemudian mendapatkan vonis dari hakim untuk menjalani masa

hukuman dan dibina di suatu tempat, yaitu lembaga pemasyarakatan, ingga

kelak dia bisa kembali bermasyarakat dengan baik.

29 Tim Pengkajian Hukum Tentang Sistem Pembinaan Narapidana Berdasarkan Prinsip

Restorative Justice, Tim Kerja Pengkajian Umum, Badan Pembinaan Hukum Nasional

Kementerian Hukum dan HAM RI tahun 2012.

Page 47: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

37

2. Hak-hak Narapidana

Selama menjalani masa tahanan di dalam lapas, narapidana

mempunyai hak-hak sebagai berikut:

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan;

b. Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;

c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan;

e. Menyampaikan keluhan;

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa

lainnya yang tidak dilarang;

g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;

h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang

tertentu lainnya;

i. Mendapatkan pengurangan masa pidana;

j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga;

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat;

l. Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan

m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.30

30 Undang-undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Page 48: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

38

H. Lembaga Pemasyarakatan

1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan

Di dalam pasal 1 ayat 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor

12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan disebutkan bahwa lembaga

Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut lapas adalah tempat untuk

melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Pada

dasarnya tempat pemberdayaan bagi narapidana atau orang yang terpidana

haruslah tempat di mana nantinya membuat terpidana menjadi jera serta

berdaya setelah melewati masa penahanan. Adanya sebuah lembaga

pemasyarakatan bagi orang yang terpidana awalnya dimaksudkan untuk

membatasi ruang gerak narapidana atau hilangnya kebebasan, serta menjadi

perlindungan hukum bagi korban, serta bagi pelaku tindakan kriminal agar

tidak saling main hakim.31

Secara filosofis Pemasyarakatan adalah sistem pemidanaan yang

sudah jauh bergerak meninggalkan filosofi Retributif (pembalasan),

Deterrence (penjeraan), dan Resosialisasi. Dengan kata lain, pemidanaan

tidak ditujukan untuk membuat derita sebagai bentuk pembalasan, tidak

ditujukan untuk membuat jera dengan penderitaan, juga tidak

mengasumsikan terpidana sebagai seseorang yang kurang sosialisasinya.

Pemasyarakatan sejalan dengan filosofi reintegrasi sosial yang berasumsi

kejahatan adalah konflik yang terjadi antara terpidana dengan masyarakat.

31 C. I. Harsono Hs, Sistem Baru Pembinaan Narapidana (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 79.

Page 49: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

39

Sehingga pemidanaan ditujukan untuk memulihkan konflik atau

menyatukan kembali terpidana dengan masyarakatnya (reintegrasi).32

2. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan membahasnya sebagai berikut :

“Bagi negara Indonesia yang berdasarkan pancasila, pemikiran-

pemikiran baru mengenai fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar

penjeraan tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitasi dan integrasi

sosial warga binaan pemasyarakatan telah melahirkan suatu sistem

pembinaan yang sejak lebih dati tiga puluh tahun yang lalu dikenal

dan dinamakan sistem pemasyarakatan.”

Menurut Saharjo, bahwasannya narapidana itu adalah orang yang

sedang tersesat yang mempunyai waktu dan kesempatan bertaubat, yang

dalam keberadaannya perlu mendapat pembinaan. Serta taubat tidak dapat

dicapai dengan hukuman dan penyiksaan, tetapi dengan bimbingan agar

kelak berbahagia di dunia dan akhirat.33

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa fungsi lembaga

pemasyarakatan selain dijadikan tempat pelaksanaan hukuman bagi

terpidana, namun juga tempat untuk dilaksanakannya bimbingan dan

pembinaan agar kelak para pelaku pidana bisa menjadi manusia yang lebih

baik dan tidak melakukan kejahatan di kemudian hari.

Dengan fungsi tersebut, sebenarnya banyak hal positif yang bisa

didapat oleh narapidana. Selain diberikannya kesempatan untuk bertaubat,

narapidana juga terhindar dari amarah masyarakat yang bisa saja melakukan

32 Artikel ini diakses di http://www.kumham-jakarta.info/pelayananpublik/layanan-

pas/selayang-pandang pada tanggal 6 Oktober 2014. 33 Petrus Irwan Panjaitan, Pandapotan Simorangkir, Lembaga Pemasyarakatan: Dalam

Perspektif Sistem Peradilan Pidana (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 49.

Page 50: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

40

tindakan tindakan seperti main hakim sendiri, baik dari keluarga korban

ataupun masyarakat umum.

3. Tujuan Lembaga Pemasyarakatan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang

tertulis di pasal 2 menegaskan bahwa sistem pemasyarakatan

diselenggarakan dalam rangka membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan

(WBP) agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan,

memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat

diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam

pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan

bertanggung jawab.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulakan bahwa tujuan lembaga

pemasyarakatan yaitu sebagai tempat di mana para tindak pidana bisa benar-

benar bertaubat, menjadi manusia yang lebih baik, melalui bimbingan,

pembinaan dan pelatihan-pelatihan yang kemudian bisa kembali ke

masyarakat dengan baik, dan bisa menjalankan fungsi sosialnya sebagai

mana mestinya.

4. Klasifikasi Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia

Lembaga pemasyarakatan diklasifikasikan berdasarkan kapasitas

hunian atau daya tapung narapidana, yaitu:

a. Lembaga Pemasyarakatan Klas I : Kapasitas hunian standar >

1.500 orang.

Page 51: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

41

b. Lembaga Pemasyarakatan Klas II A : Kapasitas hunian standar >

500 – 1.500 orang.

c. Lembaga Pemasyarakatan Klas II B : Kapasitas Hunian standar <

500 orang.34

Dalam Ordonasi 10 Desember 1917 atau yang lebih dikenal dengan

sebutan Gestichtenreglement (Reglemen Penjara) disebutkan bahwa orang-

orang yang terpidana penjara dibagi menjadi 4 (empat) kelas, yaitu:

a. Kelas I, yaitu:

- Orang yang terpidana penjara seumur hidup;

- Orang yang terpidana penjara untuk sementara, yang tidak

dapat dikendalikan atau berbahaya untuk keamanan para

pegawai penjara atau sesama terpidana.

b. Kelas II, yaitu:

- Orang yang dipidana penjara lebih dari 3 (tiga) bulan pada

permulaan pidananya, bila mereka tidak perlu dimasukkan

dalam kelas I;

- Orang yang dipidana penjara dari kelas satu yang dinaikkan ke

kelas II;

- Orang yang dipidana penjara dari kelas III yang diturunkan ke

kelas II.

c. Kelas III, yaitu:

- Orang-orang yang dipidana penjara dari kelas II, yang selama

6 bulan berturut-turut berkelakuan baik.

34 Artikel ini diadaptasi dari https://lpcipinangsatu.wordpress.com/about-us, diakses pada

tanggal 14 September 2015.

Page 52: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

42

- Kalau kelakuannya tercela, maka orang terpidana kelas III

diturunkan ke kelas II.

d. Kelas IV, yaitu: Orang-orang yang dipidana penjara selama 3

(tiga) bulan atau kurang dari 3 bulan.

Page 53: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

43

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I

CIPINANG

A. Sejarah

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang adalah unit pelaksana teknis di

bidang pemasyarakatan yang berada dibawah Kementerian Hukum dan HAM RI

cq. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan bertanggung jawab langsung kepada

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI.35

Lembaga Pemasyarakatan Cipinang Jakarta didirikan pada tahun 1912 oleh

kolonial Belanda sebagai tempat pemenjaraan bagi rakyat pribumi yang

melakukan kesalahan hukum, saat itu dengan nama penjara Cipinang. Pada tahun

1926 di Cipinang terjadi pemberontakan oleh para tahanan, para tahanan waktu itu

disebut sebagai tahanan komunis Indonesia oleh pihak kompeni.36

Pada masa Orde Baru tepatnya pada tanggal 26 Februarui 1985 ketik

perubahan nama dari penjara Cipinang menjadi Lapas Cipinang, maka sistem

pemenjaraannya pun berubah menjadi sistem pemasyarakatan, yakni sebuah

lembaga yang menangani pemberdayaan para narapidana. Sehingga sebuah lapas

tidak hanya tempat seseorang menghabiskan waktu hukumannya, tetapi juga di

dalam lapas tersebut terdapat pemberdayaan dan pembinaan, agar setelah para

narapidana selesai menjalani hukuman dapat kembali ke dalam masyarakat

dengan memiliki keahlian yang didapat di dalam lapas.

35 Sumber diadaptasi dari situs resmi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang,

http://lapascipinang.com/profil/menu-showcase/dropline-menu diakses pada tanggal 20 September

2014. 36 Lapas Cipinang Jakarta, Selayang Pandang Tentang Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang Jakarta Tahun 2008 (Jakarta: Lapas Klas I Cipinang, 2008), h. 2.

Page 54: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

44

Di tahun 2003 kompleks Lapas Cipinang Jakarta mengalami renovasi total

bangunan lama. Serta membagi lapas menjadi 4 (empat) bagian yakni Lapas Klas

IIA Narkotik, Rumah Sakit Lapas, Rumah Tahanan Klas I Cipinang dan Lapas

Klas I Cipinang, dengan berbagai keadaan, fasilitas, serta kondisi pengamanan

yang saling berbeda. Dengan merubuhkan bangunan tua yang memiliki arti

sejarah cukup panjang, pemerintah Indonesia merenovasi Lapas Cipinang dengan

bangunan-bangunan baru sehingga Lapas Cipinang merupakan salah satu Lapas

yang memiliki tingkat keamanan super maksimum atau maximum security bagi

narapidananya.

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang mulai diresmikan pada tanggal

27 April 2006 oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

pada saat itu, Bapak Hamid Awaluddin. Lapas Klas I Cipinang dibentuk

berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI No: M.01.PR.07.03 Tahun 1985

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan yang beralamat di

Jl. Bekasi Timur No.170 Jakarta Timur. Dari informasi yang peneliti dapat,

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang kini hadir dengan bangunan baru yang

berkapasitas 902 orang narapidana dan luas tanah sekitar 3 hektar, terdiri dari 3

Blok Hunian yang mencakup 208 kamar.37

B. Visi dan Misi

1. Visi

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang mempunyai visi sebagai

serikut : Menjadi unit pelaksana teknis Pemasyarakatan yang akuntabel,

37 Wawancara pribadi dengan Pak Suwarno, pada tanggal 5 November 2014.

Page 55: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

45

transparan dan profesional di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM

Kantor Wilayah DKI Jakarta.

2. Misi

Pemenuhan hak-hak narapidana berlandaskan nilai-nilai HAM.

Melaksanakan registrasi dan pembinaan narapidana sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Meningkatkan kompetensi dan potensi sumber daya petugas secara

konsisten dan berkesinambungan.

Mengembangkan kerjasama dengan stakeholder.

Melaksanakan tata kehidupan yang aman dan tertib.

Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Melaksanakan dan mengelola administrasi secara transparan dan

akuntabel.38

C. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI No: M.01.PR.07.03 Tahun

1985 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan, Tugas Pokok

dan Fungsi Lapas Klas I Cipinang adalah “Melaksanakan Pemasyarakatan

Narapidana dan Anak Didik.”

Sedangkan fungsi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan pembinaan narapidana dan anak didik.

38 Sumber diadaptasi dari situs resmi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang,

http://lapascipinang.com/profil/menu-showcase/dropline-menu diakses pada tanggal 20 September

2014.

Page 56: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

46

2. Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola hasil

kerja

3. Melakukan bimbingan sosial/kerohanian narapidana dan anak didik.

4. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib LAPAS

5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga

Page 57: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

47

D. Struktur Organisasi dan Data Pegawai

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta

Ka. Lapas Cipinang

Ka. Bag. Tata Usaha

Ka. Subag. Kepegawaian

Ka. Subag. Keuangan

Ka. Subag. Umum

Ka. KPLP Ka. Bid. Pembinaan Ka. Bid. Admkamtib Ka. Bid. Kegiatan Kerja

Ka. Sie. Registrasi

Ka. Sie. Bimkemasy

Ka. Sie. Perawatan

Ka. Sie. Keamanan

Ka. Sie. Peltatib

Ka. Pengelola Hasil Kerja

Ka. Sie. Sarana Kerja

Ka. Sie. Bimbingan Kerja Satuan Pengamanan

Tahanan/Narapidana

Page 58: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

48

Tabel 3.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Fungsi Pada Tahun 2014

Struktural (STU) 17 orang

Satuan Pengamanan (PAM) 206 orang

Pembina (PEM) 31 orang

Dukungan Teknis (DKT) 34 orang

Kesehatan (KES) 18 orang

Jumlah 306 orang

Tabel 3.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan Pada Tahun 2014

DS (SD atau SMP) 3 orang

SM (SMA atau SMK) 150 orang

DP (Diploma, termasuk AKIP) 9 orang

S1 125 orang

S2 19 orang

S3 0 orang

Jumlah 306 orang

AKIP 17 orang

Total SDM Pria = 249 orang

Total SDM Wanita = 57 orang

Page 59: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

49

E. Status Penghuni

Tabel 3.3 Jumlah Penghuni Berdasarkan Statusnya Pertanggal 7 Oktober 2014

TAHANAN NARAPIDANA

A I (Penyidik) B.I 2751 orang

A II (Kejari) B.IIa 4 orang

A III (PN) 13 orang B.IIb

A IV (PT) 9 orang B.IIIs 26 orang

A V (MA) 11 orang SH 21 orang

MT 9 orang

Reg. C 4 orang

Jumlah 33 orang Jumlah 2816 orang

Tabel 3.4 Jumlah Penghuni Berdasarkan Jenis Kejahatan Pertanggal 7 Oktober 2014

39

JENIS KEJAHATAN NARAPIDANA TAHANAN

Korupsi 5 orang 1 orang

Penyelundupan

Perjudian

Pencurian 7 orang

Pembunuhan 59 orang 1 orang

Perampokan 36 orang 2 orang

Penipuan 14 orang

Narkotika 2436 orang 25 orang

UU Drt. 12/51 9 orang 1 orang

Terorisme 32 orang

Pelanggaran HAM

Lain-lain 218 orang 3 orang

Jumlah 2816 orang 33 orang

Total 2849 orang

Keterangan :

A I : Tahanan Penyidik (Polisi)

A II : Tahanan Kejaksaan

A III : Tahanan Pengadilan Negeri

A IV : Tahanan Pengadilan Tinggi

A V : Tahanan Mahkamah Agung

39 Wawancara Pribadi dengan Bapak Komang, Staf Sesi Registrasi.

Page 60: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

50

B I : Narapidana hukuman lebih dari 1 tahun

B IIa : Narapidana hukuman 3-12 bulan

B IIb : Narapidana hukuman 1-3 bulan

B IIIs : Narapidana menjalani subsider (denda sebelum masa habis)

SH : Narapidana hukuman Seumur Hidup

MT : Narapidana hukuman Mati

Reg. C : Narapidana atau Tahanan titipan40

40 Ibid.

Page 61: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

51

F. Manajemen Keuangan

Dalam memenuhi semua kebutuhan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang, semua dana berasal dari anggaran pemerintah yang setiap tahunnya

diajukan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Setiap anggarah yang

diterima dan dipakai untuk keperluan di Lapas Cipinang selalu dilaporkan secara

transparan di website resmi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang yang bisa

diakses oleh masyarakat umum.

G. Program Rehabilitasi

1. Pembinaan Kepribadian

Pembinaan kepribadian terdapat dua jenis, yaitu pembinaan jasmani

dan rohani. Pembinaan jasmani merupakan pembinaan olahraga berupa :

Tenis Meja

Voli

Badminton

Futsal

Sedangkan pembinaan rohani merpakan pembinaan yang berhubungan

dengan spiritual, yaitu pembinaan keagamaan. Terdapat 4 pembinaan agama

yaitu :

Pembinaan Agama Islam

Pembinaan Agama Kristen Katholik dan Protestan

Pembinaan Agama Budha

Pembinaan Agama Hindu.

Page 62: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

52

2. Pembinaan Kemandirian

Pembinaan kepribadian merupakan pembinaan yang bertujuan

memberi pelatihan berupa bimbingan kerja. Bimbingan kerja di sini

meliputi :

Pengelolaan kompos dan lingkungan

Perkayuan

Percetakan dan sablon

Bengkel

Perikanan, pertanaman dan peternakan

Elektronik

Menjahit atau konveksi

Page 63: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

53

A. Profil Informan

1. Informan “Sukur”

Nama : “Sukur” (nama samaran)

Usia : 38 tahun

Asal : Jakarta

Status : Duda

Pekerjaan : Pedagang Stiker

Tindak Pidana : Penyalahgunaan Narkotika

Informan “Sukur” merupakan salah satu narapidana yang sudah

menjalankan masa binaan lebih dari satu tahun di Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Cipinang, dengan jenis tindakan penyalahgunaan narkoba. “Sukur”

dikenakan Pasal 115 Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika,

dengan vonis 6 tahun masa tahanan. “Sukur” terbukti memiliki shabu

seberat 2 gram.

“Sukur” merupakan seorang duda yang mempunyai dua anak,

perempuan dan laki-laki. “Sukur” berasal dari suku Sunda-Betawi. Ayahnya

yang memiliki dara Betawi sudah meninggal pada tahun 2002 silam,

sedangkan Ibunya yang berdarah Sunda saat ini tinggal di satu kawasan di

Kabupaten Bogor.

“Sukur” mempunyai tinggi badan kurang lebih 165 cm, badannya

agak kurus namun dengan otot yang sedikit terbentuk. Kulitnya berwarna

sawo matang, matanya agak kecil, alis terbentuk rapi namun tidak terlalu

tebal. Kumisnya agak tidak rata seperti baru akan tumbuh kembali.

Mempunyai jenggot yang lumayan panjang namun hanya beberapa helai.

Page 64: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

54

Rambutnya berwarna hitam, namun tidak jelas modelnya karena informan

sering mengenakan peci putih. Hidungnya mancung besar, dengan gigi yang

tertata rapi namun agak sedikit kuning karena dampak rokok.

“Sukur” merupakan anak pertama dari istri kedua seorang karyawan

di salah satu bank swasta di Indonesia. Dari pernikahan yang pertama, ayah

“Sukur” mendapatkan 3 orang anak. Karena sang istri meninggal, maka

ayah harus menikah lagi dengan seorang gadis dan mendapatkan 4 orang

anak. Namun begitu, hubungan “Sukur” dengan saudara-saudara tirinya

berjalan dengan baik dan tidak pernah bertengkar.

“Sukur” lahir di Jakarta dan besar di Jakarta. Namun saat lulus SD,

“Sukur” pindah ke Bogor untuk melanjutkan sekolahnya di Madrasah

Tsanawiyah. Karena himpitan ekonomi, “Sukur” akhirnya mengakhiri

pendidikannya hanya sampai jenjang SMP. Setelah lulus dari MTs, “Sukur”

kembali ke Jakarta dan memulai hidupnya.

Saat kembali ke Jakarta, “Sukur” memulai karirnya dengan berjualan

mie ayam. Sukur kenal dengan seorang pedagang mie ayam di kawasan

Jakarta yang tidak jauh dari rumahnya. Awalnya, Sukur hanya iseng-iseng

ikut berkeliling menjual mie ayam dengan tukang mie ayam tersebut, namun

lama-kelamaan Sukur kadang menggantikan tukang mie ayam tersebut

untuk berdagang.

Sukur akhirnya berhenti berjualan mie ayam. Selanjutnya “Sukur”

menjadi kurir di sebuah perusahaan elektronik. Saat menjadi kurir inilah

“Sukur” menikah.

Page 65: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

55

Sukur menikah pertamakalinya pada usia 23 tahun. Istrinya bernama

“Melati” berasal dari Bogor yang juga satu kampung dengan Sukur. Istrinya

merupakan kembang desa di kampungnya. Keluarga besar dari istrinya juga

merupakan keluarga yang baik.

Dari pernikahan pertama Sukur memiliki 2 orang anak, perempuan

dan laki-laki yang saat ini masing-masing duduk di bangku SD dan SMP.

Pada pernikahannya yang pertama, Sukur mulai terpengaruh dengan teman-

teman pergaulannya. Sukur sering pulang larut malam bahkan tidak pulang

sama sekali. Hari-harinya hanya diisi dengan minum-minuman keras, pergi

ke disko bersama teman-temannya. Hingga akhirnya Sukur tergoda dengan

wanita lain. Hal ini menjadi awal kehancuran rumah tangganya. Sang istri

mulai tidak tahan dengan perlakuan Sukur, kemudian meminta Sukur untuk

menceraikannya. Pada tahun 2009 mereka bercerai.

Saat bekerja sebagai kurir, Sukur berkenalan dengan seorang

temannya yang bernama “Bos”. Bos merupakan teman satu profesi Sukur di

perusahaan yang sama. Dari Bos lah Sukur mulai belajar menjadi sales

sticker. Bos yang sudah mulai menjual stiker lebih dulu dari Sukur

mengajarkan cara-cara menjual stiker, dari mulai membeli ke agen sampai

menjual kembali ke toko-toko kecil.

Suatu saat “Sukur” sedang menawarkan produknya di sebuah warung,

di sana “Sukur” bertemu dengan perempuan. Seorang janda satu anak yang

berasal dari Bogor. Saat itu “Sukur” sudah benar-benar ingin berubah dan

berniat untuk membangun rumah tangga kembali. Akhirnya “Sukur”

berkenalan dengan perempuan tersebut yang diketahui bernama “Mawar”.

Page 66: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

56

Setelah menikah mereka tinggal bersama di rumah kontrakan di kawasan

Jakarta Pusat dan tidak jauh dari rumah orang tua “Sukur”

Mengingat pekerjaan “Sukur” sebagai sales sticker, sering kali

“Sukur” pulang tidak tepat waktu. Kadang dia pulang saat magrib, kadang

malam karena tidak tentu mengirim barang kemana-mana dan jaraknya

jauh-jauh. Namun sang istri tidak menerima kondisi tersebut. Istrinya juga

sangat pencemburu. Sering kali dia marah-marah dan mengungkit-ungkit

mantan istri “Sukur” yang bernama “Melati”. Dia selalu beranggapan bahwa

“Sukur” akan kembali dengan mantan istrinya tersebut.

Pada suatu hari “Sukur” pulang larut malam karena habis mengantar

“Bos” ke pabrik untuk ambil barang. Namun sesampainya di rumah,

“Mawar” menyambutnya dengan wajah cemberut. Selayaknya seorang

suami, “Sukur” meminta istrinya untuk melayaninya. Namun “Mawar”

tidak mau, malah ketus terhadapnya dan marah-marah tidak karuan.

Kejadian itu berlangsung selama 2 minggu.

Akhirnya “Sukur” pergi ke rumah mertuanya dan menanyakan

langsung permasalahan rumah tangga mereka kepada mertuanya. Saat itu

“Mawar” meminta untuk menceraikannya. Permintaan itupun akhirnya

dikabulkan.

Setelah bercerai, “Sukur” tinggal sendiri di rumah kontrakan yang

sebelumnya dia tempati bersama “Mawar”. Saat itu pula dia merasa

terpukul. Dia merasa sangat sedih dan kecewa atas kegagalan rumah tangga

yang kedua kalinya.

Page 67: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

57

Kehidupan sehari-harinya berjalan seperti biasa. Dia tetap berdagang

stiker. Sampai akhirnya “Bos” melihat “Sukur” yang selalu murung. Dari

situlah “Bos” yang ternyata sudah lama menjadi pengguna narkoba,

mengajak “Sukur” untuk memakai shabu dengan alasan agar pikiran

“Sukur” menjadi fresh.

Awalnya “Sukur” menolak, namun akhirnya “Sukur” diajak oleh

“Bos” ke rumah temannya di mana dia suka mengadakan pesta narkoba.

Dari sana akhirnya “Sukur” menjadi pengguna narkoba jenis shabu.

Kejadian ini terulang sampai 3 kali.

Berikut ini adalah ecomap informan “Sukur” :

Gambar 3.2 Ecomap Informan “Sukur”

Istri 1

Melati

“SUKUR”

Ibu

Istri 2

Mawar

Anak 1

dan 2

Kakak

Tiri

“Wowo”

“Bos”

Page 68: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

58

Keterangan :

: mempunyai hubungan biasa saja, tidak saling

mempengaruhi satu sama lain.

: mempunyai hubungan yang sangat kuat, saling

memberikan dukungan dan motifasi.

: mempunyai hubungan yang kuat, dan sangat

memberikan dukungan, semangat, hal positif kepada

“Sukur”.

: mempunyai hubungan yang tidak baik serta

memberikan dampak negatif kepada “Sukur”.

: mempunyai hubungan yang sangat baik kepada

“Sukur”, namun memberikan dampak yang sangat

tidak baik. Dan ini harus dihapuskan.

Page 69: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

59

2. Informan “Damar”

Nama : “Damar” (nama samaran)

Usia : 50 tahun

Asal : Kediri

Status : Duda

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Tindak Pidana : Kekerasan Dalam Rumah Tangga

“Damar” merupakan informan yang kedua yang peneliti wawancarai.

“Damar” yang berperawakan gemuk dan mempunyai tinggi kurang lebih

165 cm, berkulit sawo matang kecokelatan, potongan rambut seperti TNI

dan beruban di sebagian helai rambutnya. Matanya agak belo, hidungnya

tidak mancung dan agak besar. Bibirnya agak kehitaman karena “Damar”

merupakan perokok aktif sebelum masuk ke lapas juga gigi yang agak

kuning. Matanya berwarna keabu-abuan. Di antara ketiga informan ini,

“Damar” merupakan yang paling tua, usianya sudah 50 tahun.

“Damar” merupakan narapidana yang sudah menjalani masa binaan

lebih dari satu tahun dengan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga.

Dia dikenakan Pasal 44 ayat 2, Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan hukuman 7 tahun

masa tahanan.

“Damar” berasal dari suku Jawa. Kedua orang tuanya berasal dari

Kediri. Dia pun lahir di Kediri, namun saat dia masih kecil dia harus ikut

pindah bersama orang tuanya yang dinas di Jakarta dan menempati rumah

dinas yang telah disediakan dari tempat ayahnya bekerja, saat itu ayahnya

Page 70: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

60

adalah seorang Pegawai Negeri Sipil. Sebelum menjadi narapidana,

kehidupan “Damar” bisa dibilang mewah. Sebelumnya dia bekerja di

perusahaan susu dan mempunyai jabatan yang bisa dibilang tinggi. Dia

mulai berkarir di sana sejak tahun 1992.

“Damar” merupakan duda beranak 1 yang saat ini sedang

menjalankan masa belajar di kelas 3 SMA di sebuah sekolah swasta di

kawasan Jakarta Timur yang tidak jauh dari rumahnya. Istrinya meninggal

pada tahun 2003 karena sakit.

Pada tahun 2010, “Damar” bertemu dengan “Hajah” yang saat itu juga

menjanda dan mempunyai 2 orang anak. “Hajah” merupakan tetangga satu

komplek dengan “Damar”. Hanya berbeda blok saja, namun mereka kerap

kali bertemu saat shalat berjamaah di masjid komplek. Sebenarnya “Damar”

sudah kenal lama dengan “Hajah”, namun hanya sebatas tetangga, tidak

lebih dan tidak mempunyai perasaan apa-apa.

Seiring berjalannya waktu mereka semakin dekat hingga akhirnya

mereka menikah. Namun pernikahan mereka hanya pernikahan dalam

agama saja, tidak dicatat di KUA. Dengan kata lain mereka menikah siri.

“Hajah” yang berusia 13 tahun lebih tua dari “Damar” tidak ingin uang

pensiunan almarhum suaminya dihentikan karena pernikahan ini, maka

karena adalan itu mereka menikah siri.

Namun ternyata pernikahan mereka tidak mendapat restu dari adik

“Hajah” yang bernama “Tati”. “Tati” merasa derajatnya lebih tinggi

dibandingkan dengan “Damar”. Meski diakui bahwa “Hajah” berasal dari

Page 71: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

61

keluarga kaya dan kebanyakan dari mereka bekerja sebagai Pegawai Negeri

Sipil, termasuk almarhum suami “Hajah”.

Ketidaksukaan “Tati” semakin besar sehingga dia juga mempengaruhi

menantu “Hajah” yang pertama, yang bernama “Jojo” sehingga “Jojo” juga

tidak suka dengan “Damar”. Mereka selalu mencari-cari kesalahan

“Damar”, bahkan sampai hal sekecil apa pun. Mereka selalu menuduh

“Damar” kalau “Damar” tidak menafkahi “Hajah” dengan benar dan tidak

sebanding dengan apa yang sudah diberikan alhmarhum suami “Hajah”.

Padahal saat itu gaji “Damar” hanya selisih Rp. 20.000 dengan gaji

almarhum suaminya yang saat itu bekerja di instansi pemerintahan.

Pada suatu saat, “Damar” bertengkar dengan “Hajah”. Namun

pertengkaran mereka semakin memanas karena “Tati” dan “Jojo” ikut

campur dan membuat kondisi semakin memanas. Hingga “Damar”

melakukan kekerasan kepada “Hajah”. Melihat kejadian itu, “Tati” dan

“Jojo” melaporkan “Damar” ke Polisi. Mereka menjadikan kejadian ini

untuk memisahkan “Damar” dan “Hajah” serta ingin menjebloskan

“Damar” ke penjara. Meski sebenarnya permasalahan ini sudah diselesaikan

secara kekeluargaan antara “Damar” dan “Hajah”, namun “Tati” dan “Jojo”

tetap bersikeras untuk melanjutkan kasusnya hingga tingkat pengadilan

hingga akhirnya “Damar” masuk ke damal lapas pada Maret 2013. Hingga

pada bulan Juni 2014 “Damar” mendapat kabar bahwa “Hajah” meninggal

dunia karena penyakit komplikasi yang dideritanya.

Page 72: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

62

Gambar 3.3 Ecomap Informan “Damar”

Keterangan :

: mempunyai hubungan yang sangat kuat dan saling

memberikan efek positif. Saling ketergantungan

antara 1 dengan yang lainnya.

: mempunyai hubungan yang kuat dan sangat

memberikan pengaruh positif kepada “Damar”.

: mempunyai hubungan yang baik namun biasa-biasa

saja. Tidak memberikan efek negatif atau pun positif

bagi keduanya. Atau pun hubungan yang spesial.

: mempunyai hubungan yang sangat tidak baik. Garis

putus-putus menandakan hubungan keduanya tidak

akur.

“DAMAR”

“Jojo”

“Hajah”

“Tati” “Anak

Kandung

“Anak

Tiri 1” “Anak

Tiri 2”

Page 73: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

63

3. Informan “Inal”

Nama : “Inal” (nama samaran)

Usia : 30 tahun

Asal : Jakarta

Status : Single

Pekerjaan : Mahasiswa/Montir

Tindak Pidana : Penyalahgunaan Narkotika

Informan yang terakhir peneliti wawancarai adalah “Inal”. “Inal”

mempunyai warna kulit yang putih, alisnya tebal. Hidungnya tidak terlalu

mancung dan agak kecil. Bibirnya berwarna merah kehitaman karena efek

rokok. Giginya tertata rapi namun agak sedikit kuning yang juga disebabkan

karena rokok. Wajahnya berbentuk oval dengan jambang yang yang hitam.

Rambutnya lurus dan hitam. Perawakannya tidak terlalu besar, namun

badannya berisi. Mempunyai tinggi kurang lebih 170an.

“Inal” dikenakan Pasal 112 dan 127 Undang-undang No. 35 tahun

2009 tentang Narkotika dengan hukuman 8 tahun masa tahanan. Dia

terbukti memiliki shabu seberat 3 gram yang akan diberikan kepada

temannya yang juga pengguna narkotika. “Inal” juga terbukti menggukanan

narkotika ketika menjalani tes urin.

“Inal” merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Kakaknya perempuan

yang terpaut usia 3 tahun di atasnya, sedangkan kedua adiknya adalah laki-

laki kelahiran tahun 1986 dan 1990. Ibunya seorang ibu rumah tangga

berasal dari Bandung, sedangkan ayahnya seorang pria berdarah Arab yang

merupakan seorang pemilik agen gas elpiji di kawasan Kemayoran.

Page 74: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

64

Pada awalnya, “Inal” merupakan seorang anak yang baik. Dia aktif

dalam organisasi remaja masjid di sekitar rumahnya. Dia merupakan

seorang yang mudah bergaul. Keluarganya juga sangat harmonis. Saat itu

dia belum mengenal apapun.

Namun terjadi keterakan dalam keluarganya. Saat itu “Inal” kelas 2

SMK. “Inal” yang yang saat itu mulai merasa tidak nyaman di rumah karena

sering melihat orang tuanya berkelahi menjadi sering menginap di rumah

temannya yang satu sekolah dengannya. “Inal” jarang pulang bahkan

sekalipun pulang hanya untuk mandi dan berganti pakaian saja, setelah itu

dia kembali ke rumah temannya yang juga mempunyai bengkel motor.

Suatu ketika “Inal” pulang ke rumah dan mendapati ibunya sedang

menangis dan ayahnya marah-marah. Keadaan rumah sudah seperti kapal

pecah, barang berserakan di mana-mana dan sangat tengang. Kakak dan

adik-adiknya hanya bisa menangis melihat keadaan itu. Namun dia cuek

saja dan berpura-pura seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia hanya bertanya

“kenapa nih?” setelah itu dia mengambil beberapa baju miliknya dan

meninggalkan rumah.

Beberapa hari setelah kejadian itu, orang tua “Inal” memutuskan

untuk bercerai. Kakak dan adik-adiknya memutuskan untuk ikut tinggal

bersama ibunya di Bekasi, sedangkan “Inal” tetap tinggal bersama dengan

ayahnya di Kemayoran.

“Inal” memutuskan untuk tinggal di bengkel milik temannya. Sehari-

hari setelah pulang sekolah dia menghabiskan waktu di bengkel. Saat itu

penghasilannya sekitar 200.000 – 300.000 perhari, jadi dia merasa tidak

Page 75: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

65

perlu pulang ke rumah dan meminta uang kepada ayahnya. Hubungan dia

dengan ayahnya pun menjadi renggang karena jarang berkomunikasi.

Pergaulannya pun semakin tak terkendali. “Inal” menjadi sering

mabuk-mabuk bersama teman-temannya. Sampai akhirnya dia mengenal

shabu-shabu dari seorang temannya yang juga sering main ke bengkel

tersebut. Kejadian ini sering dilakukan hingga dia sendiri lupa sudah berapa

kali menggunakan barang haram tersebut.

“Inal” pun masuk ke sebuah universitas swasta di Jakarta. Di

kampusnya, dia mendapat banyak teman baru. Dari mulai kalangan

menengah ke bawah hingga teman-teman yang berasal dari keluarga kaya.

Kehidupannya semakin berantakan.

Sejak saat itu dia mulai sering pergi ke tempat klabing, diskotik dan

hiburan malam lainnya. Dia mulai menggunakan banyak jenis obat-obatan

terlarang. Semua didapat secara gratis dari teman-temannya yang kaya.

Selain obat terlarang, dia juga sering melakukan balap liar di kawasan

Jakarta. Kadang dia melakukan di Kemayoran, Pramuka, hingga ke

bundaran HI. “Inal” menjadi anggota geng motor, dari mulai motor matic,

manual, hingga motor-motor besar seperti Ninja.

Namun petualangan “Inal” akhirnya berakhir. Saat itu temannya akan

mengadakan pesta ulang tahun dengan berpesta shabu. Temannya yang

bernama “Joni” meminta tolong kepada “Inal” untuk membelikan barang

tersebut, karena “Inal” tahu di mana dia bisa mendapatkan barang tersebut.

Namun saat dia mengantarkan barang tersebut ke rumah “Joni”,

ternyata di sana sudah ada beberapa orang polisi yang ternyata sudah

Page 76: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

66

mengangkap “Joni” lebih dulu. Hingga akhirnya mereka berdua ditangkap

dan ditahan di lapas yang sama.

Gambar 3.4 Ecomap Informan “Inal”

Keterangan :

: menandakan hubungan yang sangat kuat namun

memberikan dampak negatif bagi “Inal”.

: menandakan hubungan yang kuat dan memberikan

dampak positif bagi keduanya.

: menandakan hubungan yang baik dan kuat, serta

memberikan dampak positif bagi orang tersebut.

: menandakan hubungan yang kurang baik, namun tidak

membahayakan bagi “Inal”.

“INAL” Ayah

Ibu

Kakak

dan

Adik

Teman-

teman

Page 77: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

67

BAB IV

PROGRAM REHABILITASI SOSIAL BAGI NARAPIDANA DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I CIPINANG JAKARTA:

PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL KOREKSIONAL

Pada bab empat ini diuraikan mengenai temuan lapangan yang selanjutnya

dianalisa sesuai dengan tinjauan pustaka yang digunakan mengenai program

rehabilitasi sosial bagi narapidana, sistem pendampingan serta kendala

pelaksanaan program rehabilitasi sosial di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang Jakarta. Dari hasil temuan lapangan tersebut, peneliti melakukan analisis

yang juga dijelaskan dalam bab ini.

B. Proses Penerimaan Narapidana

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang merupakan tempat di mana

narapidana menjalani hukuman atas tindak pidana yang mereka lakukan. Lapas ini

adalah salah satu unit pelaksanaan teknis Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia. Dalam pelaksanaannya, lapas bekerjasama dengan instansi negara dan

lembaga hukum lainnya. Seperti Polisi, Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi,

Kejaksaan Agung, Rumah Tahanan (Rutan) dan Peradilan Militer (ODMIL/Oditur

Militer). Staff Sesi Registrasi, Bapak Komang, menjelaskan tentang proses

penerimaan narapidana yang dilakukan Lapas Cipinang sebagai berikut:

“Begini, eh, iya kalo di sini kan lapas ya, artinya semua narapidana yang

ada di sini emang udah dipastiin kalo mereka itu salah. Sebelum masuk sini

itu mereka (narapidana) ikutin prosesnya dulu, biasanya mulai dari

penyidik (polisi), trus kejaksaan, jaksa tinggi, setelah itu ke pengadilan

Page 78: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

68

baru ke sini kalo mereka udah di vonis, udah ditentukan hukumannya

apa.”41

Dari wawancara di atas diketahui bahwa untuk bisa sampai ke dalam lapas,

narapidana harus melalui proses yang begitu panjang. Orang yang melakukan

tindak pidana ditangkap oleh polisi, kemudian mereka menjalani pemeriksaan

oleh polisi atau tim penyidik. Setelah penyelidikan selesai, maka narapidana

dikirim pada tingkat yang lebih tinggi yaitu Kejaksaan. Pada tingkat ini,

narapidana diperiksa kembali apakah perbuatan yang mereka lakukan merupakan

tindak pidana atau bukan. Proses ini memerlukan waktu 2 minggu, apabila

prosesnya melebihi batas waktu, maka pemeriksaan dilanjutkan pada tingkat yang

lebih tinggi yaitu Kejaksaan Tinggi, namun apabila waktu yang digunakan masih

kurang maka kasus diangkat pada tingkat Mahkamah Agung. Setelah pemeriksaan

selesai dan ditetapkan bersalah, maka selanjutnya narapidana menjalani sidang di

pengadilan untuk menentukan hukuman ada yang akan diterimanya. Setelah

rangkaian pemeriksaan selesai, narapidana kemudian dikirim ke lapas untuk

dibina dengan rangkaian pembinaan yang ada di lembaga pemasyarakatan. Alur

penerimaan ini bisa dilihat pada bagan yang terdapat pada lampiran skripsi.

“Tergantung mereka beraksinya di mana, kalo di Jakarta ya di lapas di

Jakarta, tapi kalo di Jawa Barat, atau di Medan misalnya, itu mereka nanti

ditanganinya di sana juga.”42

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memiliki Kantor Wilayah di

setiap Provinsi di Indonesia. Salah satunya adalah Lembaga Pemasyarakatan Klas

I Cipinang. Untuk menentukan penempatan narapidana, ditentukan oleh lokasi di

41 Wawancara Pribadi dengan Staff Sesi Registrasi, Bapak Komang, pada tanggal 15

Desember 2014. 42 Ibid.

Page 79: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

69

mana mereka (narapidana) melakukan kejahatan dan penyidik yang menangani

kasus tersebut.

Sistem penerimaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang

berjalan dengan normal, tanpa ada pungutan biaya. Namun, penerimaan

narapidana di kalangan narapidana sendiri mengalami permasalahan. Ini seperti

yang disampaikan oleh informan Damar yang mengatakan sebagai berikut:

“Mbak, saya ini masuk lapas udah abis jutaan loh mbak. Bayangin aja, dari

awal saya ditangkep polisi itu kan ditahan di sana, sama tahanan sana tuh

saya dimintain uang mbak, ya kalo saya engga ngasih ya saya digebukin

mbak. Iya sama tahanan sana juga. Belum lagi di rutan, sama kaya gitu

juga. Pas masuk sini mbak, baru saya masuk blok tuh mbak ya saya udah

dimintain uang. ‘mana sini mana, bayar berapa?’ gitu mbak. Istilahnya

kalo di sini itu uang gaul mbak. Apalagi kalo tau kita ni orang ada, abis

udah mbak.”43

Dari perkataan Damar di atas dapat diketahui bahwa adanya hukum rimba,

yang kuat yang berkuasa. Di kalangan narapidana, bagi mereka yang memiliki

uang banyak dialah yang kuat dan berkuasa di antara narapidana lainnya. Adanya

pemerasan di kalangan narapidana ini tidak hanya dialami oleh Damar, informan

Sukur mengatakan yang sependapat dengan Damar.

“Iya, udah bukan rahasia umum lagi kali. Ya pada gitu emang, kan di sini

juga ada kaya preman-premannya gitu. Kalo misalnya nih, ada anak baru

nih (narapidana yang baru masuk), udah siap-siap aja gitu. Kalo ga

dimintain duit ya dipukulin, abis udah. Tapi ga tau sih kayanya petugas sini,

tau dah, ada yang tau ada yang engga sih.”44

Dari pernyataan Damar dan Sukur, peneliti mencari tahu lagi kebenaran

tentang adanya pemerasan di kalangan narapidana. Sukur mengatakan bahwa ada

sebagian petugas lapas yang mengetahui permasalahan ini, namun Sukur tidak

memberitahu siapa petugas yang mengetahuinya. Selanjutnya peneliti

menanyakan persoalan ini kepada Bapak Suwarno.

43 Wawancara Pribadi dengan Informan Damar, pada tanggal 19 Januari 2014. 44 Wawancara Pribadi dengan Informan Sukur, pada tanggal 5 Januari 2015.

Page 80: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

70

“Hmm. Kalo masalah itu ya mungkin memang ada, memang banyak juga

yang ngadu ke petugas gitu, ‘Kok saya dimintain uang?’. Ada yang bonyok-

bonyok (luka lebam) gitu ada, emang biasanya itu yang pada baru masuk

sih ya. Tapi saya pikir wajar mungkin namanya mereka baru masuk kan,

mungkin berantem-berantem gitu biasa. Tapi abis itu udah sih, ga ada

masalah-masalah lagi.”45

Dari wawancara di atas, dapat diketahui bahwa pernyataan dari Damar dan

Sukur mengenai pemukulan kerap terjadi di kalangan narapidana itu sendiri.

Kejadian ini juga peneliti lihat pada masa penelitian di Lapas Cipinang. Saat itu

peneliti melihat ada seorang narapidana yang baru masuk lapas dengan wajah

yang memar dan berdarah. Dari pengamatan peneliti, narapidana tersebut

merupakan korban pemukulan narapidana yang sudah lama tinggal di dalam

lapas.46

Namun petugas tidak mengetahui persis apa yang menjadi penyebab

utamanya. Seperti yang dikatakan Bapak Suwarno, petugas menganggap bahwa

permasalahan itu wajar terjadi karena narapidana baru memasuki lingkungan yang

baru, dan harus beradaptasi dengan orang-orang di dalamnya. Maka terjadilah

perkelahian antara narapidana di dalam lapas.

“Oh ya boleh. Kita (lapas) juga berhak menerima atau menolak narapidana

yang ditahan di sini. Misalnya ada pencuri motor, dia udah babak belur

digebukin masa, udah kritis lah kondisinya, kita boleh nolak. Dari pada

mati di sini? Kita juga yang repot..”47

Dari wawancara di atas diketahui bahwa tidak semua narapidana bisa

diterima oleh lembaga pemasyarakatan. Lembaga pemasyarakatan berhak untuk

menolak narapidana yang akan ditahan. Lembaga pemasyarakatan juga melihat

kondisi narapidana sebelum menerimanya di dalam lapas, seperti kesehatan

narapidana. Narapidana yang kondisinya kritis atau hampir meninggal tidak

45 Wawancara Pribadi dengan Staff Sesi Bimbingan Kemasyarakatan, Bapak Suwarno,

pada tanggal 2 Maret 2015. 46 Laporan hasil observasi penelitian pada hari Senin, 19 Januari 2015. 47 Wawancara Pribadi dengan Staff Sesi Registrasi, Bapak Komang, pada tanggal 15

Desember 2014.

Page 81: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

71

diterima oleh lapas, karena apabila narapidana meninggal di dalam lapas maka

akan ada biaya yang dibebankan oleh lapas untuk keperluan jenazah seperti

pemandian jenazah, ambulans, agar jenazah tersebut bisa dikembalikan ke

keluarganya dengan keadaan layak.

C. Program Pembinaan Narapidana

Program pembinaan merupaka program rehabilitasi yang dirancang dan

ditujukan bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta.

Pembinaan ini dilaksanakan selama narapidana menjalani masa tahanan di lapas.

Jenis pembinaan yang dilaksanakan di lapas ada 2 bagian, yaitu pembinaan

kemandirian dan pembinaan kepribadian.

1. Pembinaan Kepribadian

Pembinaan kepribadian adalah program wajib yang harus diikuti oleh

setiap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang. Dalam

pembinaan kepribadian ini, terdapat dua jenis pembinaan yaitu pembinaan

rohani atau yang disebut dengan pembinaan keagamaan dan pembinaan

jasmani atau kegiatan olahraga. Seperti yang dijelaskan oleh Staff

Bimbingan Kemasyarakatan Lapas Klas I Cipinang, Bapak Suwarno.

“iya, jadi pembinaan di sini itu ada dua macam. Pembinaan agama

dan pembinaan olahraga, karna yang kita bina itu jiwa dan raga,

rohani dan jasmani. Dua-duanya ada di sesi bimbingan

kemasyarakatan, dan ini wajib, wajib sebenernya buat narapidana.

karna kan kalo mereka mau ajuin bebas bersyarat itu persyaratannya

ya harus ikutin pembinaan..”

Dari hasil wawancara di atas, lembaga pemasyarakatan mengadakan

program wajib yang ditujukan bagi narapidana. Program tersebut

Page 82: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

72

merupakan pembinaan rohani dan pembinaan jasmani. Pembinaan ini

nantinya akan dijadikan persyaratan apabila narapidana ingin mengajukan

Pembebasan Bersyarat atau biasa yang disebut PB. Pembinaan kepribadian

ini bertujuan agar narapidana mempunyai kepribadian yang baik dan jiwa

raga yang sehat. Seperti yang dipaparkan oleh Kepala Sesi Bimbingan

Kemasyarakatan, Bapak Syarpani.

“manusia itu ada dua kan, ada rohnya, ada jasadnya.. jadi yang

dibina ya harus dua juga, rohnya, kita bina melalui pembinaan

keagamaan yang ada di sini ni.. raganya, kita adain olahraga.. jadi

biar mereka itu punnya kepribadian yang baik, berubah jadi lebih

baik, juga punya badan yang sehat..”

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa narapidana diberikan

pembinaan jasmani dan rohani supaya mereka menyadari kesalahannya dan

bisa memperbaiki dirinya, sehingga saat mereka keluar dari lembaga

pemasyarakatan bisa bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat dengan

kepribadian yang lebih baik dari sebelumnya, sesuai dengan norma dan

nilai-nilai agama.

a. Pembinaan Rohani (Keagamaan)

Pembinaan yang pertama yang ada di Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Cipinang adalah pembinaan rohani atau pembinaan keagamaan.

Pembinaan ini dilakukan di komplek lapas. Pembinaan keagamaan

ditujukan bagi seluruh narapidana. lapas Cipinang menyediakan

tempat ibadah bagi semua agama yang ada di Indonesia. Mulai dari

Masjid, Gereja dan Wihara. Khusus bagi narapidana yang beragama

Page 83: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

73

Islam, kegiatan pembinaan keagamaan dilaksanakan di Masjid

Baiturrahman yang ada di komplek Lapas Cipinang.

“sebenernya ada pembinaan-pembinaan yang lainnya, tapi

yang paling penting itu kan kesadaran mereka. Gimana biar

mereka menyadari kesalahannya, sampai benar-benar berubah

ya atau taubat gitu, ya salah satunya dengan pembinaan

keagamaan ini. Percuma kita kasih program kerja misalnya tapi

dalam diri mereka belum sadar apa sih tujuan hidup mereka,

kan gitu. Kalo mereka udah sadar, jadi kan mereka lebih taat,

lebih iman. Emang keimanan itu kan yang paling penting ya.”48

Dari perkataan di atas diketahui bahwa pembinaan keagamaan

merupakan program inti dari semua program yang ada di Lapas

Cipinang. Karena agama merupakan landasan bagi manusia,

khususnya narapidana. Dengan memberikan pembinaan keagamaan

ini diharapkan narapidana menjadi lebih kuat imannya, sehingga

mereka lebih memikirkan lagi hukum dosa atau tidaknya suatu

perbuatan mereka. Jika pengetahuan agama tidak diajarkan, maka

akan sulit merubah perilaku narapidana. Karena agama merupakan

pengetahuan yang mengajarkan tentang Tuhan dan tujuan hidup yang

sebenarnya. Sehingga narapidana bisa bertaubat dan memperbaiki

dirinya. Agama juga mengajarkan berbuat kebaikan, apabila seseorang

tidak mempunyai pengetahuan agama maka potensi mereka berbuat

kesalahan akan lebih besar. Seperti yang telah dituliskan pada BAB II

hal 26, bahwa pembinaan mental spiritual bertujuan untuk

meningkatkan keimanan dan ketakwaan melalui kesadaran

beragama.49

Usaha ini diperlukan untuk memberikan pengertian agar

48 Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015. 49 Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak

Warga Binaan Pemasyarakatan.

Page 84: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

74

narapidana dapat menyadari akibat perbuatan yang telah dilakukannya

selama ini. Bapak Suwarno menerangkan tentang materi-materi yang

diberikan dalam pembinaan keagamaan.

“materi-materi yang diajarkan tentunya yang berkaitan dengan

keagamaan, seperti Al-Qur’an, Hadits, Fiqh, Nahwusorof. Ya

pokoknya yang berkaitan dengan agama, terutama itu tentang

Akhlak, Aqidah Akhlak itu loh..”

Dari wawancara di atas diketahui bahwa semua materi yang

diajarkan kepada narapidana adalah pelajaran-pelajaran tentang agama

seperti Fiqh, Al-Qur’an, Hadits, Nahwusorof. Pelajaran seperti ini

sebenarnya bisa kita dapati di sekolah-sekolah Islam seperti Madrasah

Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Hal ini dapat

dilihat pada jadwal pembinaan keagamaan di bawah ini.

Page 85: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

75

Namun materi yang ditekankan di sini adalah materi yang

berhubungan dengan norma-norma, hukum, nilai-nilai, tentang

bagaimana menjalani hidup sesuai dengan ajaran Tuhan yang Maha

Esa. Ini jug sesuai dengan pa yang dikatakan oleh Bapak Syarpani.

“iya materinya materi-materi keagamaan, terutama tentang

akhlaq, hukum-hukum, apa itu haram apa itu halal.. banyak ya..

tapi itu tergantung ustadznya mau kasih materinya seperti apa.

Yang penting kita nih sudah memberikan, hmm apa namanya

itu, pelajarannya.. apa saja yang harus diajarkan.. nanti

materinya terserah ustadznya mau gimana..”

“Sama sih, tapi ya kalo dulu kan cuma gitu aja ya, dasar-

dasarnya aja. Kalo di sini tuh lebih, gimana ya, lebih kayanya

ngena aja, pas banget sama apa yang dialamin, yang diperbuat.

Lebih tentang kehidupan sih, maksudnya kaya gimana sih kita

harus berprilaku, kalo kaya gini nanti bakal gimana. Gitu sih.

Pokoknya lebih dalem lagi lah.”50

Dari wawancara di atas diketahui bahwa materi-materi yang

diajarkan lebih menekankan pada akidah dan akhlaq. Semua materi

yang disampaikan kepada narapidana tergantung dengan pengajar atau

ustadz. Ustadz-lah yang menyusun dan menentukan materi. Lembaga

pemasyarakatan tidak menyusun materi, hanya menentukan pelajaran-

pelajaran apa saja yang harus diberikan kepada narapidana. metode ini

menggunakan pendekatan dari atas atau top down approach seperti

yang sudah dijelaskan pada BAB II hal 28, materi pembinaan berasal

dari pembina atau paket pembinaan bagi narapidana telah tersedia dari

atas, narapidana tidak ikut menentukan jenis pembinaan yang akan

dijalaninya.51

50 Wawancara Pribadi dengan Informan Inal, pada tanggal 9 Maret 2015. 51 C. I. Harsono Hs, Sistem Baru Pembinaan Narapidana (Jakarta: Djambatan, 1995), h.

344.

Page 86: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

76

Materi-materi yang diberikan juga harus berhubungan dengan

kehidupan narapidana, kesalahan-kesalahan yang mereka buat. Agar

mereka lebih mengerti dan menyadari apa yang sebernarnya mereka

lakukan adalah kesalahan dan mereka harus memperbaikinya.

Sehingga mereka bisa menghayati kehidupan mereka dan menjadi

manusia yang lebih baik. Seperti yang disampaikan oleh Bapak

Siddiq, salah satu ustadz yang mengajar di Lapas Cipinang.

“Materi tetep kita yang buat. Ga, lapas ngasih tau aja nih, ‘nih

apa aja nih yang harus diajarkan’, kan disitu ada fiqh ya,

nahwusorop. Tapi tetep kita yang buat materinya. Misalnya hari

ini saya mau kasih materi tentang solat, ya sudah, saya yang

buat materinya seperti apa, cara menyampaikannya seperti apa.

Intinya ya kita kan di sini ajarin buat mereka ini ya

(narapidana), jadi lebih ditekankan aja tentang dosa apa ga.

Hahaha. Ya tentang hukum-hukum Islam lah, tentang tauhid sih

yang paling utama.”

Tidak hanya pembinaan keagamaan yang berbentuk ceramah

atau materi-materi saja, pembinaan keagamaan juga menyediakan alat

musik bagi mereka yang ingin bermain qosidah, marawis dan

melantunkan lagu-lagu rohani. Saat itu peneliti melihat kegiatan

narapidana yang sedang bermain marawis di halaman Masjid

Baiturrahman52

, dan hal ini dibenarkan oleh Bapak Suwarno.

“ini mbak, mereka nih kalo abis pembinaan biasanya kan

kosong tuh, jadi mereka main marawis, qosidah. Biasanya sih

nyanyiinnya lagu-lagu Islam. Mungkin kalo pake lagu mereka

bisa lebih menghayati lagi kali..”

Dari wawancara di atas menunjukkan bahwa pembinaan

keagamaan juga menyediakan kelompok marawis atau kegiatan lain

selain ceramah yang biasa disampaikan oleh ustadz. Melalui kesenian

52 Laporan hasil observasi penelitian pada hari Senin, 5 Januari 2015.

Page 87: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

77

ini diharapkan narapidana bisa lebih memahami dan mengekspresikan

keyakinan mereka kepada Tuhan.

“oh iya mbak, kita emang suka adain lomba.. biasanya kalo

hari-hari besar, 17-an, atau hari jadi lapas, biar pada semangat

juga nih wbp-nya.. itu piala buat yang lomba kemarin.. kemarin

kita abis ngadain lomba, nanti tinggal dibagikan aja hadiahnya,

tuh masih ada yang belum dibungkusin..”53

Dari wawancara di atas diketahui bahwa di sana juga sering

diadakan perlombaan seperti lomba adzan, lomba qiro’ah atau MTQ,

lomba marawis dan lomba yang berhubungan dengan keagamaan.

Perlombaan ini biasanya diadakan pada Hari Ulang Tahun Republik

Indonesia 17 Agustus, Hari Ulang Tahun Lembaga Pemasyarakatan

dan hari besar lainnya. Saat peneliti berkunjung, lapas baru saja

mengadakan perlombaan dan saat itu banyak piala yang disimpan di

perpustakaan yang selanjutnya akan diberikan kepada pemenang

lomba.54

Dalam hal ini juga peneliti menanyakan langsung kepada

Informan Inal.

“lomba sering juga sih, kaya lomba azan gitu, lomba baca

qur’an, qiro’ah gitu.. biasanya kalo 17-an, hmm.. ulang tahun

lapas, ya hari-hari besar gitu sih. Nih kemaren juga abis lomba,

tuh pialanya banyak kan? hehehe..”55

Namun dari sekian banyak narapidana yang ada di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang, hanya sekitar 200 orang yang

mengikuti kegiatan ini meski pun pembinaan keagamaan ini

merupakan program wajib dan menjadi salah satu persyaratan ketika

mereka ingin mengajukan Pembebasan Bersyatan, Cuti Bersama, Cuti

53 Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015. 54 Laporan hasil observasi penelitian pada hari Senin, 9 Maret 2015. 55 Wawancara Pribadi dengan Informan Inal, pada tanggal 9 Maret 2015.

Page 88: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

78

Menjelang Bebas atau asimilasi lainnya. Hal ini peneliti dapat dari

pantauan selama menjalani penelitian di Lapas Cipinang. Ini juga

diperkuat dengan informasi yang peneliti dapat dari informan.

“Berapa ya, ga tentu sih. Ya ga banyak juga. Paling 200-an lah.

Itu juga kan ada yang beneran aktif ada yang nanti dateng nanti

engga. Tapi ya sekitar segituan lah.”56

“Hmm. sediki, ya 200-an lah. Dikit kan kalo diliat dari

keseluruhan? Haha. Gitu sih, pada males.”57

Dari wawancara di atas diketahui bahwa jumlah narapidana

yang aktif mengikuti pembinaan keagamaan tidak banyak. Sebagian

besar narapidana tidak mengikuti pembinaan dengan alasan malas.

Dari 200 orang yang aktif mengikuti pembinaan, masih ada yang tidak

konsisten. Mereka sesekali datang mengikuti pembinaan, kemudian

tidak datang pada pertemuan berikutnya.

“Yang aktif mengikuti pembinaan sih ga banyak ya, dari 2900-

an cuma sekitar 200 orangan aja sih mbak. Ya gimana kan kita

engga bisa maksa ya. Yang penting mereka niat mau ngikutin

pembinaan, kan kalo gitu berarti mereka emang mau

berubah.”58

Namun dengan jumlah narapidana yang hanya sedikit untuk

mengikuti pembinaan keagamaan, Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang tidak bisa berbuat banyak. Lapas tidak memaksakan

narapidananya untuk mengikuti pembinaan keagamaan walau

sebenarnya kegiatan ini wajib. Lapas hanya mengandalkan kesadaran

dan niat dari diri narapidana untuk mengikuti pembinaan keagamaan.

56 Wawancara Pribadi dengan Informan Sukur, pada tanggal 5 Januari 2015. 57 Wawancara Pribadi dengan Informan Inal, pada tanggal 9 Maret 2015. 58 Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015.

Page 89: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

79

Tenaga pengajar yang menjadi tim pengajar merupakan ustadz,

orang-orang yang ahli di bidangnya masing-masing. Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta juga bekerjasama dengan

beberapa pihak, seperti Kementerian Agama, Istiqlal, Al-Azhar, dan

Tim ESQ (Emotional Spiritual Quotient).

“Kita di sini ada namanya tamping, itu mereka yang bantuin

perugas-petugas di sini. Ya kayak gini nih kan kalo belajar

Qur’an, Halaqoh gitu kan mereka (narapidana) juga banyak ya

yang lebih pinter dari temen-temennya, itu mereka yang

ngajarin.”

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa ada narapidana

yang memiliki kemampuan yang lebih baik dari narapidana lainnya,

lalu diangkat atau direkrut untuk dijadikan tamping59

(tahanan

pendamping) dan ikut menjadi tenaga pengajar, terutama pada

Halaqoh (baca tulis Qur’an, Iqro’ atau Juz ‘Amma). Ini dilakukan

untuk membantu ustadz karena memang tim pengajar sangat kurang.

Hal ini juga diterapkan karena narapidana lebih nyaman diajarkan

dengan temannya sendiri. Tamping ini berguna karena membantu

mengerjakan sebagian pekerjaan staff di lembaga pemasyarakatan.

Dalam hal ini, tamping ditugaskan di berbagai tempat dan

kegiatan di masjid. Menjadi pengurus masjid, menjadi admin di

perpustakaan hingga menjadi asisten Ustadz. Para tamping juga

diberikan seragam lain yaitu berupa baju koko berwarna putih yang

bergambar masjid di dada sebelah kiri berwana biru.60

Dilihat dari

59 Tamping (tahanan pendamping) adalah sebutan bagi narapidana yang memiliki

kemampuan, keahlian, yang dipercaya untuk mengerjakan sebagian tugas di dalam lembaga

pemasyarakatan. 60 Laporan hasil observasi penelitian pada hari Senin, 5 Januari 2015.

Page 90: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

80

penjelasan ini, maka pembinaan keagamaan ini menerapkan terapi

kelompok atau social group work method. Seperti yang sudah

dijelaskan pada BAB II hal 33, bahwa terapi kelompok adalah metoda

pekerjaan sosial yang menggunakan kelompok sebagai media dalam

proses pertolongan profesionalnya61

.

“kalau tamping itu kita memang melihat dari keseharian

mereka. Terus juga biasnya kita ambil dari pemenang-

pemenang juara lomba adzan misalnya, MTQ. Kadang ada

yang sebelum masuk sini dia ikut marawis di masjid dekat

rumahnya, lalu mereka ngajarin temannya yang lain yang ikut

marawis di lapas. Seperti mas yang di luar itu kan tadinya dia

ikut marawis di rumahnya.”62

Untuk menjadikan narapidana sebagai tamping, biasanya staff

lapas melihat keseharian narapidana, apakah narapidana tersebut rajin,

benar-benar mengikuti rangkaian kegiatan pembinaan di lapas atau

tidak. Kemudian dari perlombaan-perlombaan yang diadakan itu pula

biasanya para staff dan pembina (ustadz) melihat kemampuan

narapidana. Narapidana yang menjadi juara atau pemenang lomba dan

rajin mengikuti kegiatan di lapas inilah yang menjadi sasaran para

staff untuk dijadikan tamping. Pernyataan ini juga diperkuat oleh

pernyataan informan “Inal” yang mengatakan bahwa:

“sebelum saya jadi tamping di sini tuh emang saya rajin ke

masjid, saya suka aja kalo di masjid itu tenang kayanya. Terus

emang basic-nya saya kan dulu bisa ngaji, ya walau ga pinter-

pinter amat sih. Terus mungkin staff di sini liat saya rajin,

awalnya saya cuma bersih-bersih masjid aja. Pas kebetulan lagi

butuh tamping terus staff liat saya bagus, jadi saya ditawarin.

Ya Alhamdulillah sekarang saya jadi pengurus di sini.” 63

61 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri – Memperkuat Corporate Social

Responcibiliy, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 43. 62 Wawancara pribadi dengan Pak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015. 63 Wawancara pribadi dengan informan Inal, pada tanggal 9 Maret 2014.

Page 91: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

81

Ini juga diperkuat oleh pernyataan Kepala Seksi Bimbingan

Kemasyarakatan yang mengatakan:

“pembinaan itu wajib buat seluruh narapidana. Cuma kalau

tamping memang kita pilih, kita lihat kemampuan dan

keseriusan mereka. Sehingga mereka bisa ajak teman-temannya,

mengajarkan teman-temannya. Kita cari yang bisa.”64

b. Pembinaan Jasmani (Olahraga)

Selain pembinaan kerohanian atau pembinaan keagamaan,

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang juga mengadakan

pembinaan jasmani atau olahraga. Pembinaan ini juga bisa dibilang

wajib, karena menurut pihak lapas pembinaan akan menjadi lengkap

apabila yang dibina itu rohani dan jasmaninya. Seperti yang dikatakan

oleh Pak Suwarno:

“iya, jadi pembinaan di sini itu ada dua macam. Pembinaan

agama dan pembinaan olahraga, karna yang kita bina itu jiwa

dan raga, rohani dan jasmani. Dua-duanya ada di bidang

bimbingan kemasyarakatan..”65

Olahraga yang dilakukan di lapas bermacam-macam, mulai dari

voli, futsal, bulu tangkis dan tenis meja. Pelaksanaan kegiatan ini

dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 09.00, lalu dilanjutkan

lagi pada sore hari setelah shalat ashar. Tenaga pengajar yang

membina merupakan orang yang juga ahli di bidangnya masing-

masing. Dalam hal ini pihak lapas bekerjasama dengan kampus

Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Seperti pada pembinaan

keagamaan, narapidana yang juga memiliki keahlian lebih dalam

64 Wawancara pribadi dengan Kepala Sesi Bimbingan Kemasyarakatan, Pak Syarpani, pada

tanggal 16 Februari 2015. 65 Wawancara pribadi dengan Pak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015.

Page 92: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

82

bidang olahraga juga dijadikan tamping yang ikut mengajarkan teman-

temannya.

Seperti halnya dengan pembinaan keagamaan, pembinaan

jasmani atau kegiatan olahraga ini juga sering mengadakan

perlombaan atau pertandingan. Namun pertandingan ini dilakukan

tidak hanya antara narapidana Lapas Cipinang saja, tetapi juga

pertandingan antar lapas di Kanwil Jakarta, bahkan antar Kanwil Luar

Jakarta. Hal ini peneliti ketahui ketika peneliti berkunjung ke sana dan

sedang dilaksanakannya perlombaan antar lapas di Indonesia.66

Hal ini

diperkuat oleh pernyataan Bapak Suwarno.

“Iya mbak, ini lagi ada tanding sama Lapas Tangerang. Emang

sering ada pertandingan gini. Ya mereka kan butuh hiburan

juga, biar semangat juga, kan kalo ada kegiatan seperti ini

mereka jadi ‘wah, seru nih. Ikutan ah.’ Atau paling engga jadi

tontonan, ya hiburan lah.”

Dari pekataan di atas ditegaskan bahwa pertandingan-

pertandingan yang diadakan bertujuan untuk memberi hiburan dan

semangat bagi narapidana, karena yang telah diketahui narapidana

malas untuk mengikuti kegiatan yang ada di lapas. Dengan

perlombaan atau pertandingan seperti ini diharapkan narapidana

tertarik untuk mengikuti kegiatan olahraga.

66 Laporan hasil observasi penelitian pada hari Senin, 2 Februari 2015.

Page 93: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

83

2. Pembinaan Kemandirian

a. Pembinaan Kemampuan Intelektual

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta mengadakan

pembinaan kemampuan intelektual. Hal ini peneliti dapat dari

pernyataan Sukur yang mengatakan sebagai berikut.

“Pendidikan,, ehmm.. Ga tau deh tapi kayanya ada sih di

dalem.. Iya itu yang kaya sekolah gitu? Iya ada itu, SD, SMP,

SMA.. Yang dari Universitas juga ada kayanya sih..”

Dari wawancara di atas menerangkan memang benar bahwa

Lapas Cipinang mengadakan pembinaan intelektual. Pembinaan

intelektual ini dilakukan seperti halnya dengan pendidikan di sekolah,

dari mulai SD, SMP dan SMA hingga perguruan tinggi. Hal sama juga

peneliti dapat dari pernyataan Inal yang mengatakan sebagai berikut.

“Iya ada, ada sebenernya. Cuma saya ga mau ikut aja. Hehehe.

Dari SD, SMP, SMA ada sih kaya paket gitu A, B, C. Iya kejar

paket. Kalo yang S1-nya itu dari Universitas Bung Karno, tapi

Ilmu Hukum aja sih kayanya. Iya itu yang ngajar dari sana,

dosen-dosen Universitas Bung Karno gitu.”

Pernyataan di atas memberikan keterangan bahwa Lapas

Cipinang menyediakan program pendidikan penyetaraan SD, SMP

dan SMP melaui paket A, B dan C. Tidak hanya itu, Lapas Cipinang

juga menyediakan program pendidikan Strata 1 Ilmu Hukum bagi

narapidana yang ingin menimba ilmu dan mempunyai jenjang

pendidikan yang lebih tinggi. Untuk pendidikan S1 Lapas Cipinang

bekerjasama dengan Universitas Bung Karno, dan yang mengajar di

lapas juga merupakan dosen-dosen dari universitas tersebut. Namun

saat ini hanya Program Studi Ilmu Hukum saja yang ditawarkan bagi

Page 94: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

84

para narapidana. Hal ini dibenarkan oleh pernyataan Bapak Suwarno

yang mengatakan sebagai berikut:

“Oh ada, ada. Iya memang ada. Kita di sini sebenernya

lengkap, udah disediakan buat wbp (warga binaan

pemasyarakatan) di sini. Tinggal merekanya aja mau atau

engga. Kalo pendidikan sih emang kita ada program paket A, B,

C. Kalo mau sampe S1 juga ada, kita kerja sama sama

Universitas Bung Karno itu loh. Iya, iya emang disediakan. Tapi

iya emang Jurusan Ilmu Hukum aja yang disediain.”

Dari keterangan-keterangan di atas dapat diketahui bahwa Lapas

Cipinang mengadakan pembinaan kemampuan intelektual, hal ini

sesuai dengan pola pembinaan berdasarkan perspektif pekerjaan sosial

yang telah dituliskan dalam BAB II hal 21 bahwa pendidikan di

penjara memiliki dua tujuan yaitu untuk memperoleh pelatihan

akademis formal sebanding dengan sekolah dan yang kedua adalah

tujuan asrama dari sosialisasi ulang sikap dan perilaku narapidana.67

Dan pola pembinaan menurut Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun

1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

Pemasyarakatan yang dijelaskan dalam BAB II hal 26 bahwa

pembinaan kemampuan intelektual dilakukan baik melalui pendidikan

formal maupun nonformal seperti program kejar paket A atau

melanjutkan pendidikannya di sekolah umum.

b. Bimbingan Kerja

Selain diadakannya pembinaan intelektual yang memberikan

pengetahuan berupa pendidikan seperti layaknya di sekolah, Lembaga

67 Charles Zastrow, Introduction to Social Welfare Institutions : Social Problems, Services

and Current Issues (Chicago: The Dersey Press, 1986), h. 294.

Page 95: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

85

Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta juga mengadakan bimbingan

kerja.

“iya ada banyak, kaya saya tadinya kan di konveksi, ngejait

ngejait.. sablon juga ada, bengkel.. ya macem-macem lah..”68

“bingker mah di dalem, ada banyak, buat yang mau aja sih..

apa ya,, hmm.. bengkel itu ada, trus garmen ya, ehh ngejait baju

ya? Hahaha.. ada deh pokoknya, tapi saya ga ikutan, kan udah

jadi pengurus masjid, enakan di sini..”69

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang menyediakan tempat

bimbingan pekerjaan di dalam komplek lapas. Ada bermacam-macam

kegiatan kerja di Lapas Cipinang yaitu, pengelolaan kompos dan

lingkungan, perkayuan, percetakan dan sablon, bengkel, perikanan,

pertanaman dan peternakan, elektronik, menjahit atau konveksi. Sama

halnya dengan pembinaan intelektual, bimbingan kerja ini tidak

diwajibkan bagi seluruh narapidana. Kegiatan ini ditujukan bagi siapa

saja narapidana yang ingin mengikuti bimbingan kerja, namun

sebenarnya kegiatan ini disarankan bagi narapidana. Narapidana yang

ingin mengikuti bimbingan kerja bisa mendaftarkan diri ke staf sesi

bimbingan kerja. Hal ini sesuai dengan sistem pemasyarakatan

berdasarkan perspektif pekerjaan sosial yang dituliskan pada BAB II

hal 22 bahwa pelatihan kejuruan ini dimaksud untuk melatih

narapidana dalam keterampilan pekerjaan yang cocok untuk kapasitas

mereka yang akan mempersiapkan mereka untuk bekerja.70

“bimbingan kerja, bingker ya? Ada di sini mbak, tapi udah beda

bidang.. kalo saya ini kan bimpas (bimbingan pemasyarakatan),

68 Wawancara Pribadi dengan Informan Sukur, pada tanggal 5 Januari 2015. 69 Wawancara Pribadi dengan Informan Inal, pada tanggal 9 Maret 2015. 70 Charles Zastrow, Introduction to Social Welfare Institutions: Social Problems, Servicec

and Current Issues (Chicago: The Dersey Press, 1996), h. 296.

Page 96: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

86

kalo bingker itu di bidang kegiatan kerja, sesi bingker

(bimbingan kerja).. jadi kalo mau ikut ya ndaftar ke sana..

emang ga wajib.. buat yang mau ikut aja.. tapi sebenarnya

emang dianjurkan sih.. karna kan buat mereka juga kalo udah

keluar dari sini jadi ada keahlian, pengalaman.”71

Bimbingan kerja di sini diadakan bertujuan agar kelak

narapidana yang sudah bebas dan menjalani hidup di luar lapas

mempunyai keahlian pekerjaan, sehingga mereka bisa mencari

pekerjaan sesuai dengan keahliannya, supaya nantinya mereka bisa

memanfaatkan ilmu tersebut dan tidak terjerumus ke jalan yang salah

sehingga kesalahan yang sudah dilakukan terulang kembali. Kegiatan

ini juga bertujuan agar narapidana mempunyai pekerjaan dan kegiatan

selama ada di dalam lapas, sehingga mereka bisa memanfaatkan

waktu mereka dengan baik dan kegiatan positif.

c. Pembinaan Berbangsa dan Bernegara

Pembinaan berbangsa dan bernegara yang dilakukan di

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta berupa kegiatan

pramuka. Kegiatan pramuka yang diajarkan di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang sama dengan kegiatan pramuka yang

dilaksanakan di sekolah atau lembaga kepramukaan pada umumnya

seperti baris berbaris, sandi-sandi, semapur, dan lain-lain. Kegiatan ini

juga mengajarkan narapidana bagaimana menjadi warga negara yang

baik dan taat hukum. Dalam hal ini pihak lapas bekerjasama dengan

ABRI, TNI dan Polisi. Kegiatan ini juga menerapkan sistem semi

71 Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015.

Page 97: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

87

militer. Kegiatan pramuka ini dipercaya bisa meningkatkan

kedisiplinan narapidana. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari senin

sampai dengan jum’at. Namun sama halnya dengan pembinaan

kemandirian lainnya, kegiatan ini juga tidak diwajibkan bagi seluruh

narapidana.

Uniknya, narapidana yang mengikuti pramuka biasanya sering

dijadikan kepanitian pengamanan apabila sedang ada acara-acara

seperti perlombaan atau hari besar. Seperti yang peneliti lihat ketika

sedang diadakan pertandingan olahraga, salah satu informan yang

mengikuti kegiatan pramuka menjadi panitia pengamanan dengan

menggunakan seragam pramuka.72

Selain menjadi panitia

pengamanan, narapidana yang mengikuti kegiatan pramuka ini juga

dijadikan perangkat upacara pengibaran bendera pada 17 Agustus. Hal

ini seperti yang dikatakan oleh informan Damar yang mengatakan

sebagai berikut:

“saya seneng kalo ikut pramuka, emang dari dulu itu saya

seneng baris berbaris, PBB, semapur gitu, suka saya.. kalo ada

acara juga suka jadi panitia kalo ikut pramuka.. waktu lebaran

aja saya jadi panitia, jagain gerbang itu deket portir, kan bisa

liat mobil lewat, keliatan jalan raya sedikit aja itu udah seneng

banget mbak..”

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Pak Suwarno:

“ohh iya, emang kita suka pake narapidana ini, anu yang ikut

pramuka, atau tamping gitu kalo jadi panitia.. sering sih yang

ikut pramuka, kan mereka juga pake seragam pramuka kalo

ditugasin..”

72 Laporan hasil observasi penelitian pada hari Senin, 2 Februari 2015

Page 98: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

88

3. Pembinaan Minat dan Bakat.

Selain bimbingan di atas yang sudah dijelaskan, Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta juga mengadakan program

kesenian bagi narapidana yang memiliki minat atau bakat dalam bidang

kesenian.

“...di sini juga ada mbak kegiatan kaligrafi, band juga ada. Kegiatan

minat dan bakat..”73

Dari pernyataan di atas diketahui bahwa Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Cipinang juga mengadakan kegiatan di luar pembinaan kepribadian

dan pembinaan kemandirian, kegiatan tersebut dinamakan pembinaan minat

dan bakat. Pembinaan minat dan bakat ini bergerak dalam bidang kesenian.

Jenis kesenian yang ada di Lapas Cipinang yaitu musik (band) dan kaligrafi,

melukis, memahat patung dari kayu atau tanah liat. Termasuk di dalam nya

kegiatan marawis yang dilaksanakan di sela-sela pembinaan keagamaan

seperti yang peneliti lihat saat berkunjung ke lapas.74

“..kalo kesenian ini kita adainnnya seseuai sama minat mereka aja,

mereka maunya apa, kita adain apa. Kaya gini nih, marawis, itu kan

ada wbp (warga binaan pemasyarakatan) yang suka, trus bilang ‘pak,

adain dong marawis. Nanti saya yang ajarin deh’ gitu ya udah, kita

ajuin ke atasa, kalo disetujin ya kita adain.. kaya band-band gitu

juga..”

Dari wawancara di atas, kegiatan minat dan bakat diadakan karena

banyaknya narapidana yang ingin melaksanakan kegiatan tersebut.

Narapidana yang memiliki minat tersebut berkemudian mengajukan kepada

petugas, mereka mengatakan langsung kepada petugas untuk diadakannya

kegiatan tersebut. Kemudian pihak lapas mengadakan kegiatan tersebut.

73 Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015. 74 Laporan hasil observasi penelitian pada Senin, 5 Januari 2015.

Page 99: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

89

Seperti kegiatan marawis yang dilaksanakan di sela-sela pembinaan

keagamaan. Kegiatan marawis sebenarnya bukan program yang diadakan

karena materi yang diberikan lapas atau pemerintah pusat, tetapi karena

minat dari narapidana sendiri, bahkan ada yang bersedia mengajarkan

teman-temannya. Dalam hal ini Lambaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang

menerapkan metode pembinaan dengan pendekatan dari bawah atau bottom

up approach seperti yang dijelaskan pada BAB II hal 28 bahwa pendekatan

pembinaan narapidana dari bawah merupakan suatu cara pembinaan

narapidana dengan memperhatikan kebutuhan pembinaan atau kebutuhan

belajar narapidana.75

“Lapas kan UPT ya, kita cuma jalani tugas aja.. semuanya udah ada

dari atasan, dari pusat. Tapi kalo emang merekanya (narapidana)

mau ada kegiatan lain, ya kita dengan senang hati.. karna itu juga

kan tandanya ada keinginan dari mereka, mereka sadar, mungkin

dengan cara itu mereka mau berubah..”76

Penerapan kebijakan ini dilakukan agar kebutuhan dan hak narapidana

terpenuhi. Lembaga pemasyarakatan lebih senang jika kegiatan tersebut

diadakan atas dasar keinginan narapidana, karena dengan adanya minat

mereka berarti ada kesadaran dari diri mereka untuk berubah walau hanya

melakukan kegiatan kesenian. Selama kegiatan tersebut bersifat positif dan

tidak menjadikan narapidana menjadi lebih buruk, lembaga pemasyarakatan

bersedia mengadakan kegiatan apa saja untuk mendukung narapidana yang

benar-benar ingin berubah memperbaiki dirinya.

Narapidana yang mengikuti kegiatan musik seperti band dan marawis

sering dijadikan pengisi acara hiburan pada acara-acara yang

75 C. I. Harsono Hs, Sistem Baru Pembinaan Narapidana (Jakarta: Djambatan, 1995), h.

344. 76 Wawancara Pribadi dengan Bapak Syarpani, pada tanggal 16 Februari 2015.

Page 100: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

90

diselenggarakan di lapas. Seperti yang peneliti lihat saat berkunjung ke

lapas, saat itu lapas sedang mengadakan perayaan menyambut natal dengan

mengadakan penampilan band-band lapas. Lapas membuat panggung kecil

yang dijadikan tempat penampilan band-band untuk menghibur pengunjung

yang sedang menemui narapidana di ruang kunjungan.77

Hal ini diperkuat

dengan pernyataan Bapak Suwarno.

“iya mbak, ini band dari sini ini. Ini anak-anak sini yang main. Ini

lagi nyambut natal, biasanya eamgn suka dijadiin pengisi acara, kalo

ada acara apa gitu biasanya mereka ngisi hiburan.”

Tidak hanya itu, narapidana yang mengikuti kegiatan melukis,

memahat patung dan kaligrafi juga bisa memamerkan hasil karya mereka.

Biasanya hasil karya mereka ditampilkan saat pameran-pameran antar lapas

atau perayaan di hari besar. Bahkan karyanya pun bisa dijual, seperti

lukisan, kaligrafi, dan patung-patung yang mereka buat. Hal tersebut di atas

dibenarkan oleh pernyataan Bapak Syarpani yang mengatakan sebagai

berikut:

“..kalo yang ikut minat dan bakat itu, kita kasih kesempatan mereka

untuk unjuk gigi. Kalo ada acara besar, perayaan-perayaan, itu kan

suka ada acara, kita ajak mereka buat isi acara itu. Selain itu juga

kita buat pameran-pameran, yang melukis, bikin patung. Siapa tau

ada yang suka dengan karya mereka, kan bisa dijual.”

D. Kendala

Dalam melaksanakan pembinaan, tentunya pihak Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Cipinang mendapatkan banyak kendala yang membuat pelaksanaan

pembinaan menjadi terhambat.

77 Laporan hasil observasi penelitian pada hari Kamis, 22 Desember 2014.

Page 101: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

91

1. Kurangnya Sumber Daya Manusia

Kendala dalam melaksanakan pembinaan keagamaan di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang bermacam-macam, di antaranya kurangnya

sumber daya manusia yang dimiliki Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang.

“kendala itu.. ya memang ada kendala kita buat jalanin pembinaan

ini, yang pertama itu kita kurang orang. Staff kita kan sedikit, apalagi

di pembinaan keagamaan ini kita cuma bertiga. Kita juga kan susah

buat mengontrol semua wbp (warga binaan pemasyarakatan), apalagi

jumlahnya banyak banget. Kita ga bisa pastiin mereka buat ikut

pembinaan semua. Susah juga kan kalo kita nyuruh-nyuruh mereka

buat ikutin pembinaan, bisa ngamuk nanti..”78

Dari wawancara di atas, Pak Suwarno mengatakan bahwa kendala

yang pertama adalah kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki lapas.

Seperti yang sudah dituliskan di BAB III hal 44-45, jumlah narapidana yang

mencapai 2849 jiwa, Lapas Klas I Cipinang merasa terlalu banyak atau over

kapasitas. Jumlah narapidana yang tersebut memanglah berbanding jauh

dengan jumlah karyawan lapas yang hanya mencapai 306 orang. Hal ini

menyebabkan para petugas merasa kesulitan untuk mengajak seluruh

narapidana mengikuti semua rangkaian pembinaan yang ada di lapas,

termasuk di dalamnya pembinaan keagamaan. Dengan ketimpangan jumlah

para karyawan dan narapidana ini menjadi kendala besar yang ada di lapas.

Dari perkataan tersebut juga disampaikan bahwa petugas lapas merasa

kesulitan dalam mengontrol seluruh narapidana di lapas. Sulit untuk

memastikan mereka untuk mengikuti seluruh rangkaian pembinaan yang

disediakan lapas. Untuk mencegah terjadinya pemberontakan atau

78 Wawancara pribadi dengan Pak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015.

Page 102: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

92

perlawanan dari narapidana, maka petugas lapas tidak memaksakan mereka

untuk ikut mengikuti pembinaan yang seharusnya mereka ikuti. Hal

sependapat juga dikatakan oleh Bapak Syarpani:

“iya emang kami ini kurang personel. Pasti susah juga ya untuk

mengawasi mereka. Tapi bagaimana pun juga harus tetap bisa

dimaksimalkan. Jangan sampai, karna kekurangan orang ini jadi

kendala besar. Harus tetap bisa dikendalikan.”79

Dari wawancara di atas diketahui bahwa sebenarnya Lapas Cipinang

memang kekurangan perugas untuk mengontrol seluruh narapidana. Namun

dengan kondisi seperti ini seluruh petugas lapas harus kerja maksimal.

Sehingga permasalahan kurangnya petugas lapas tidak menjadi masalah

yang lebih besar dan tidak terkendali.

2. Kurangnya Kesadaran Narapidana

Kendala selanjutnya yaitu kurangnya kesadaran narapidana untuk mau

berubah dan mengikuti pembinaan. Seperti yang dikatakan oleh Pak

Suwarno:

“.. yang kedua itu ya mereka ini kurang. Kurang apa ya, anu, kadang

mereka itu ga sadar kalo mereka masuk sini ya karna emang mereka

salah, ada juga yang ga terima mereka masuk sini. Kalo ngikut

pembinaan gini kan kita ga bisa maksa mereka. Jadi ya memang dari

kesadaran mereka aja yang ngikutin pembinaan. Meskipun sedikit

yang mau ikut tapi yang penting mereka memang mau berubah..”

Dari perkataan di atas kurangnya kesadaran narapidana untuk

mengikuti pembinaan menjadi kendala yang kedua. Karena sebagian dari

mereka ada yang tidak sadar kalau mereka masuk lapas karena kesalahan

mereka, bahkan ada yang menyadari kesalahannya namun tidak terima

79 Wawancara Pribadi dengan Bapak Syarpani, pada tanggal 16 Februari 2015.

Page 103: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

93

apabila harus masuk lapas. Sehingga mereka memilih untuk tidak mengikuti

pembinaan yang ada di lapas. Hal sependapat juga disampaikan oleh Inal

yang mengatakan sebagai berikut:

“emang ga dipaksa sih buat ikut ini (pembinaan keagamaan), tapi ya

saya kan di sini mau berubah. Buat apa masuk sini ga ngapa-ngapain,

ga dapet apa-apa juga. Mending ikut ini kan? Banyak temen saya

yang males, lebih milih tidur-tiduran di blok. Cuma ya ga bisa

dipaksa, paling saya bilangin aja pelan-pelan..”80

Dari wawancara di atas, Inal mengakui bahwa dia mengikuti

pembinaan karena dia benar-benar ingin berubah atau bertaubat selain untuk

mengisi waktu yang dihabiskan di dalam lapas. Inal menyadari bahwa dia

telah melakukan kesalahan sehingga dia masuk lapas. Namun tidak sedikit

juga narapidana yang bermalas-malasan dan lebih memilih untuk tidur di

dalam blok mereka. Hal serupa juga dikatakan oleh Bapak Syarpani.

“... yang penting itu kan kesadaran mereka. Mereka sadar ga kalo

mereka salah? Oh jangan-jangan mereka ini ga mau nih masuk lapas,

jadi tidak terima. Karna mungkin dia merasa benar, atau memang dia

ini dendam. ‘wah gue masuk lapas nih, sialan.’ Begitu kan? Jadi

timbulnya mereka dendam, ga mau ikut pembinaan.”81

E. Indikator Keberhasilan

Setelah pembinaan dilakukan di lembaga pemasyarakatan, evaluasi terhadap

pelaksanaan program memang dilakukan. Namun hanya pelaksanaannya saja yang

dievaluasi, sedangkan tingkat keberhasilan dari program tersebut tidak dievaluasi.

“Kalo evaluasi kita adakan, itu setahun sekali. Kan setiap setahun sekali

kita buat jadwal baru. Tapi kalo buat mastiin tingkat keberhasilan sih susah

ya. Paling kita liat aja, ini kegiatannya berjalan lancar apa engga.”82

80 Wawancara pribadi dengan informan Inal, pada tanggal 28 Oktober 2014. 81 Wawancara Pribadi dengan Bapak Syarpanni, pada tanggal 30 September 2014. 82 Wawancara Prinadi dengan Bapak Suwarno, pada tanggal 5 November 2014.

Page 104: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

94

Evaluasi program pembinaan dilaksanakan setahun sekali saat membuat

jadwal pembinaan yang baru. Namun, untuk tingkat keberhasilan pelaksanaan itu

sendiri, untuk mengetahui narapidana sudah benar-benar berubah dan bertaubat

ini tidak bisa dievaluasi. Karena kesulitan staff untuk mengukur bagaimana

tingkat keimanan seseorang, dan juga tidak adanya tenaga profesional yang

melaksanakan tugas tersebut seperti psikolog.

“Emang ga ada sih ya mbak, kita emang ga punya psikolog. Tapi kalo

pertugas yang lagi kuliah lagi jurusan psikologi sih ada.”83

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang tidak memiliki tenaga

profesional yang menangani kepribadian narapidana. seperti yang kita ketahui

bahwa psikolog dibutuhkan untuk mengamati tingkah laku dan prilaku seseorang,

apalagi yang ditangani saat ini adalah narapidana, orang yang bermasalah dengan

hukum. Hal ini juga yang menyulitkan lapas untuk menentukan apakah

narapidana tersebut sudah benar-benar berubah atau belum.

“paling kita liat aja keseharian mereka. Kan biasanya kalo mereka itu

beneran mau berubah, mereka jadi deket sama kita (petugas). Jadi lebih

banyak sharing, cerita-cerita tentang masalahnya mereka. Ya kita perhatiin

terus sih.”

“kalau memastikan orang untuk berubah itu susah ya. Kan ga tau dia

beneran berubah apa engga, bisa aja bilangnya berubah, taubat taubat,

tapi dalam hatinya kan ga tau. Yaa paling saya tetap jaga komunikasi sama

anak binaan sini, biar kalau sudah keluar nanti bisa tetap saya pantau, dia

bener berubah apa engga.”84

Selama ini, dalam membuktikan seorang narapidana sudah benar-benar

bertaubat dan tidak akan mengulangi kesalahannya lagi hanya melalui

pengamatan para petugas. Biasanya narapidana yang benar-benar berubah akan

berbuat baik dan terlihat berbeda dari waktu pertama dia masuk ke lapas. Namun

83 Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015. 84 Wawancara pribadi dengan Bapak Muhammad Shidiq,pada tanggal 19 Maret 2015.

Page 105: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

95

untuk membuktikan apakah mereka benar-benar tidak akan mengulangi

kesalahannya lagi atau tidak pihak lapas tidak bisa memastikan. Tetapi

pengawasan bisa dilakukan oleh para Ustadz atau pengajar dengan tetap menjalin

komunikasi dengan narapidana. Seperti yang dilakukan oleh Bapak Shidiq, beliau

tetap menjalin komunikasi dengn narapidana-narapidana yang telah keluar,

sehingga tetap bisa memantau perubahan serta perkembangan yang ada dalam

mantan narapidana tersebut. Dari sekian banyak mantan narapidana yang telah

diajarkan oleh beliau, banyak di antaranya yang masih berkomunikasi dan benar-

benar bertaubat, namun banyak pula yang hilang kontak sehingga tidak tahu lagi

perkembangannya.

F. Pendampingan Narapidana

Dari semua kegiatan yang sudah dijelaskan sebelumnya, Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang mempunyai program-program yang lengkap,

yaitu pembinaan kepribadian, pembinaan kemandirian dan juga ada kesenian.

Lapas Cipinang memiliki pola pembinaan sesuai dengan perspektif pekerjaan

sosial koreksional maupun Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1999 tentang

Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Orang-

orang yang menjadi pembina, pembimbing atau tenaga pengajar di sana juga

merupakan orang yang memiliki keahlian di bidanya masing-masing.

Namun dalam perspekti pekerjaan sosial koreksional, lembaga koreksional

akan lebih ideal apabila dilengkapi dengan seseorang menjalani fungsi pekerja

sosial koreksional seperti yang telah di jelaskan pada BAB II hal 20, fungsi

pekerja sosial koreksional adalah untuk mendampingi narapidana selama di dalam

Page 106: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

96

lapas. Dalam hal ini peneliti belum menemukan seorang yang bertugas untuk

mendampingi narapidana selama di lembaga pemasyarakatan.

“Ga ada ya, karna kita ini kan sedikit, sedangkan mereka udah hampir

3000. Kalo dikasih pendamping 1 orang satu harus punya berapa petugas

di sini? Lagi pula kan kita ini ngikutin perintah pusat (Kemenkumham), dari

pusat engga mengadakan jadi ya engga ada di sini.”85

Dari pernyataan di atas diketahui bahwa Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang tidak menyedikan pendampingan bagi narapidana. Hal ini dikarenakan

jumlah petugas yang sedikit dibandingkan dengan jumlah narapidana yang sangat

banyak, artinya terjadi ketimpangan yang jauh antara petugas dengan narapidana,

sehingga pertugas tidak bisa mengontrol setiap narapidana. tidak adanya

pendampingan bagi narapidana juga dikarenakan memang tidak ada aturan dan

ketentuan yang berlaku dari Kementerian Hukum dan HAM.

“..paling kalo yang ikut pembinaan, itu emang ada walinya. Saya, Solihin

sama Pak Sohani, kita bagi-bagi tugas. Kan kalo mereka mau ngurus PB

(Pembebasan Bersyarat) itu kan harus ada syaratnya, nanti ditanya juga

walinya siapa.”

Namun, sistem pendampingan bagi narapidana diadakan di sela-sela

kegiatan pembinaan keagamaan. Karena jumlah narapidana yang aktif mengikuti

pembinaan keagamaan relatif sedikit maka petugas bisa membagi-bagi tugas

mereka untuk memberikan pendampingan. Pendampingan ini juga dilakukan

untuk memberikan kesaksian dan kejelasan apabila suatu saat nanti narapidana

tersebut ingin mengajukan asimilasi.

“paling kalo pendampingan itu ada di Bapas (Balai Pemasyarakatan86

), itu

di sana ada itu PK (Pendamping Pemasyarakatan). Kan kalo mereka ini

udah keluar dari lapas, mereka urusannya sama Bapas. Itu dari Bapas

nanti yang ngontrol.”87

85 Wawancara Pribadi denga Bapak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015. 86 Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut BAPAS adalah pranata untuk

melaksanakan bimbingan Klien Pemasyarakatan. 87 Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwarno, pada tanggal 2 Maret 2015.

Page 107: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

97

Selanjutnya Bapak Suwarno menjelaskan bahwa pendampingan narapidana

dilakukan di Bapas. Pendampingan tersebut ditujukan bagi narapidana yang sudah

keluar dari lembaga pemasyarakatan dan mendapatkan pembebasan bersyarat.

Narapidana yang mendapat pembebasan bersyarat berada di bawah pantauan

Bapas dan dibimbing oleh pembimbing pemasyarakatan. Hal ini dibenarkan oleh

pernyataan Bapak Syarpani yang mengatakan sebagai berikut:

“Iya tidak ada, belum, belum ada. Saat ini memang lapas, seluruh lapas ya

yang ada di Indonesia itu belum ada pendamping buat narapidana di sini,

termasuk di Lapas Cipinang ini.”

“kalo di sini (pembinaan keagamaan) ada, iya saya sama Pak Solihin. Tapi

kalo buat yang lain ga ada deh kayanya. Soalnya di blok saya juga saya aja

sih yang punya pendamping.88

88 Wawancara pribadi dengan Informan Inal, pada tanggal 9 Maret 2015.

Page 108: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

98

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka berikut ini adalah

kesimpulannya :

1. Pola Rehabilitasi Sosial Melalui Pembinaan

Pola pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Klas

I Cipinang Jakarta dibagi menjadi dua (2), yaitu pembinaan kepribadian dan

pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian merupakan program inti

yang wajib diikuti oleh setiap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas

I Cipinang. Pembinaan kemandirian dibagi lagi menjadi dua, yaitu

pembinaan rohani (keagamaan) dan pembinaan jasmani (olahraga).

Pembinaan kepribadian sendiri wajib diikuti oleh seluruh narapidana yang

ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta.

Sedangkan pembinaan yang kedua adalah pembinaan kemandirian.

Pembinaan kemandirian terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu bimbingan

intelektual, bimbingan berbangsa dan bernegara, bimbingan kerja dan

kesenian. Berbeda dengan pembinaan kepribadian, bimbingan kemandirian

tidak diwajibkan bagi narapidana, hanya narapidana yang berminat saja

yang mengikuti rangkaian kegiatan ini.

Page 109: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

99

2. Metode Pembinaan

Dalam pelaksanaan pembinaan, terdapat dua metode pembinaan yang

diterapkan di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang, yaitu pendekatan

dari atas (top down approach). Jenis pembinaan yang menerapkan metode

ini adalah pembinaan kepribadian (pembinaan rohani dan jasmani) dan

pembinaan kemandirian (pembinaan interlektual dan pembinaan kejuruan).

Pembinaan ini sudah ditetapkan dan diadakan oleh Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang berdasarkan keputusan pemerintah pusat

yaitu Kementerian Hukun dan Hak Asasi Manusia.

Sedangkan pendekatan dari bawah (bottom up approach) diterapkan

pada pembinaan minat dan bakat. Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang mengadakan pembinaan tersebut karena atas keinginan dan

inisiatif narapidana dan bukan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah

pusat.

3. Pendampingan Narapidana dalam Menjalani Pembinaan

Pendampingan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Cipinang masih dikatakan belum ideal karena tidak ada pendampingan

narapidana secara menyeluruh. Namun pendampingan narapidana tetap

diadakan bagi narapidana yang mengikuti pembinaan keagamaan.

Pendampingan ini bertujuan untuk menjadi wali dan saksi saat narapidana

mengajukan asimilasi. Pendampingan ini dilakukan oleh petugas lapas,

yaitu staff bimbingan kemasyarakatan karena di Lembaga Pemasyarakatan

Page 110: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

100

Klas I Cipinang belum ada tenaga ahli seperti pekerja sosial koreksional

atau pun psikolog yang bertugas sebagai pendamping narapidana.

B. Saran

1. Akademis

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasa sedikit kesulitan mencari

referensi tentang teori pekerjaan sosial koreksional. Peneliti berharap

Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah memberikan

pengetahuan lebih tentang pekerjaan sosial di bidang koreksional. Karena

masih sedikit yang mengetahui bahwa pekerja sosial sebenarnya bisa

bergerak di bidang koreksional dan memiliki peran yang cukup penting di

dalamnya, meskipun itu belum berlaku di Indonesia.

2. Praktis

Sebagai lembaga koreksional yang memberikan pelayanan kepada

orang yang bermasalah dengan hukum, diharapkan Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang bisa memenuhi segala kebutuhan

narapidana, tidak hanya berupa sarana yang bisa dinikmati oleh raga

mereka, tetapi pelayanan yang juga memberikan sarana bagi kejiwaan

mereka. Peneliti berharap Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang

mengadakan orang yang ahli dalam menangani tingkah laku narapidana,

untuk memudahkan petugas lapas dalam menentukan sejauh mana

narapidana itu berubah, apakah benar-benar berubah atau tidak.

Page 111: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

101

Dengan demikian, peneliti telah menyusun skripsi yang diharapkan

bisa memberikan sumbangan pengetahuan bagi pembaca dan khususnya

bagi peneliti sendiri. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna. Untuk itu, peneliti mengharapkan kritik, saran dan masukan

pembaca guna menyempurnakan skripsi ini.

Page 112: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

102

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial

(Pengantar Pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan), Jakarta: FISIP

UI Press, 2005.

Ahmad, Abu, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Semarang: Toha Putra,

1977.

Arifin, HM., Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,

Jakarta: Bulan Bintang, 1985.

Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian BP4, Membina

Keluarga Bahagia dan Sejahtera (Jakarta: BP4, 1994)

Gerungan, W. A., Psikologi Sosial, Bandung: Reflika Aditama, 2004.

Harsono, C. I., Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jakarta: Djambatan, 1995.

Http://bambang-rustanto.blogspot.com/2015/03/pekerja-sosial-koreksional.html.

Http://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/watermark%20_Statistik_Kriminal_

2014.pdf.

Http://www.kumham-jakarta.info/pelayananpublik/layanan-pas/selayang-

pandang.

Http://lpcipinangsatu.wordpress.com/about-us.

Kartono, Dr. Kartini, Patologi Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 2005.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009.

Ordonasi 10 Desember 1917 Gestichtenreglement (Reglemen Penjara).

Page 113: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

103

Panjaitan, Petrus Irwan dan Simorangkir, Pandapotan, Lembaga Pemasyarakatan:

Dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1995.

Pidato Prof. Jamhari pada Seminar Nasional: Restorative Justice dalam Sistem

Pemasyarakatan Guna Mengatasi Kriminalitas dan Overkapasitas Lapas

dan Rutan di Indonesia, (Jakarta: 25 Maret 2015).

Poerwandi, E. Kristi, PendekatanKualitatif dalam Penelitian Psikologi ( Jakarta:

Fakultas Psikologi Indonesia, 1998).

Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:Alfabeta, 2010.

Salam, Prof. Dr. H. Syamsir dan Jaenal Aripin, M. Ag, Metodologi Penelitian

Sosial, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Suharto, Edi, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri - Memperkuat Corporate Social

Responcibility, Bandung: Alfabeta, 2009.

Suprayogo, Imam dan Tobroni, Metodologi Penelitian Agama, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2001.

Tim Pengkajian Hukum Tentang Sistem Pembinaan Narapidana Berdasarkan

Prinsip Restorative Justice, Tim Kerja Pengkajian Umum, Badan

Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI tahun 2012.

Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Undang-undang No. 39 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Zastrow, Charles, Introduction to Social Welfare Institutions : Social Problems,

Services and Current Issues, Chicago : The Dersey Press, 1986.

Page 114: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 115: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 116: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 117: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 118: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 119: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 120: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 121: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 122: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 123: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,
Page 124: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Transkrip Wawancara Narapidana

Nama : “Sukur” (Nama Samaran)

Usia : 38 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Asal : Jakarta Pusat

Tindak Pidana : Penyalahgunaan Narkotika

Wawancara ini dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 2015 di Perpustakaan

Masjid Baiturrahman Lapas Cipinang pada pukul 10.00-11.00 WIB. Pada

awalnya, Sukur terlihat kaku dan canggung. Dari ekspresi wajahnya terlihat dia

merasa bingung dan menerka-nerka pertanyaan apa yang akan peneliti tanyakan.

Namun setelah wawancara berlangsung, Sukur terlihat tenang dan mulai sedikit-

sedikit tertawa. Bahasa yang dia gunakan adalah Bahasa Indonesia dengan logat

Betawi.

NO. PERTANYAAN JAWABAN

Assalamu’alaikum pak. Maaf

nih ganggu waktu bapak.

Kum salam,, iya iya gapapa.. hehehe..

emang lagi kosong juga.

1. Sebelumnya saya mau jelasin

dulu nih pak. Saya ini mahasiswi

dari UIN Jakarta, saya lagi

penelitian di sini tentang

pembinaan keagamaan yang ada

di sini. Nah, saya harus

wawancarain WBSnya juga pak,

bapak keberatan ga kalo saya

wawancarain?

Ga, gapapa ko. (sambil menganggukan

kepala)

2. Bener ya pak? Hehehe.. Ya

udah, langsung saya mulai aja ya

pak. Hmm.. Bapak namanya

siapa?

Sukur. Su-kur.

3. Pak Sukur, udah berapa lama

pak masuk sini?

Mulai ditangkepnya sih tanggal 24

Oktober taun 2012. pas mau lebaran

Page 125: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

dua hari saya kenanya. Di bawa ke

polisi, trus ditahan disana 2 bulan. Abis

dari sana dikirim ke Rutan Salemba itu

4 bulan. Baru ke sini. Ya pas tanggal 3

Mai 2013 lah.

4. Itu kenapa tuh pak ko bisa

masuk sini?

Ya biasa lah, itu narkoba. (Informan

memelankan suaranya dan agak malu

mengakuinya)

5. Emang gimana tuh pak awalnya,

kok bisa pake itu obat?

Ya, jadi gini. Ya awal-awalnya waktu

itu kan rumah tangga, udah rumah

tangga, ada problem ya kan. Ya udah

dah akhirnya pecah gini kan sama istri.

Emm.. Ya udah, sama istri cerai, ya

saya gini kan kerjanya ada bos,

katanya nih kata bos ‘lu sumpek bener’

katanya. ‘Ya kan liatin lu bete kan,

bete lah..’ Nah, ya kan, coba-coba.

Jenis, jenis sabu. Iya, awalnya ga mau

saya bu, tapi akhirnya ‘ni ni cobain

biar lu ga stress’. Ya udah saya coba

kan. Dah tuh.. nagih terus..

6. Terus kenapa tuh pak ko bisa

sampe sini?

Ya kan tadinya saya punya temen. Lagi

maen temen saya di parkiran. Trus

dateng ke rumah saya, minta cariin

barang. Udah saya cariin. Tau-tau

temen saya datanglah bawa itu, bawa

polisi. Disuruh lagi juga dia. Temen

saya disuruh beli. Jadi temen saya itu

disuruh lagi gitu sama temennya. Nah,

temennya temen saya itu yang bawa

polisi itu. Tiba-tiba begitu barangnya

dikasih, polisi nangkep. (Informan

Page 126: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

menjelaskan dengan tegas, dan

matanya fokus kepada peneliti)

7. Ngomong-ngomong, waktu

bapak kecil gimana sih pak

didikan keluarga bapak tentang

agama gitu?

Emm.. Bagus. Emang turunan saya

emang turunan agama. Orang tua saya

sih ya, solat solat, rajin ngaji. Sering

dinasehatin terus, ya waktu saya masih

kecil mah ngaji ya ngaji. Saya nurut

sama orang tua saya. Ya sejak rumah

tangga aja itu kan, pergaulan lah situ.

Ya tetep jalan ibadah tetep. Dulu ya

waktu kecil suka ikut lomba-lomba

MTQ, jadi juaranya dah. Udah

ngerasain dulu mah.

3. Waktu make sabu-sabu itu ada

kepikiran berdosa ga sih pak?

Yah kalo udah kaya gini mah kaga.

Emang dari awal ya udah nolak mulu.

Sekali dua kali, tiga kali diajakin

emang saya nolak mulu, bos saya diem

aja. Cuma pas waktu itu saya diajak

masuk, ‘udah pake aja’ gitu kan kata

bos saya. Ya udah saya nyicip-nyicip

(coba-coba).

4. Tapi waktu itu bapak masih

inget solat ga pak?

Solat, solat saya. Kalo abis make itu

kan mandi besar saya. Kadang ya

Istighfar juga, nyesel gitu.. Cuma ya

pas make gitu lagi..

5. Di sini kegiatan bapak sehari-

hari ngapain pak? Rutinitas

bapak dari bangun tidur sampe

tidur lagi.

Saya disini jadi pendamping bapak-

bapak sini, petugas sini. Jadi pengurus

masjid. Keluar solat subuh kan keluar

blok langsung ke sini sampe Magrib

saya pulang. Kadang pulang abis Isya’,

sebagian pulang abis Magrib. Di

musolah saya kan di blok kadang ga

Page 127: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

ada imam, jadi saya yang imamin. Tapi

positif saya di situ, di masjid. Abisin

waktu gitu aja buat ibadah.

6. Ibaratnya ada waktu buat

perbaikin diri ya pak?

Iya, ya kan kita di sini mau jadi

berubah dah ibarat kata. Ngapain, kita

lama-lama di sini kalo ga ada

perubahan. Ambil aja hikmahnya, kita

sukurin aja di sini kita masih bisa

tobat.

7. Emang gimana pak alurnya

bapak bisa ikut pembinaan di

sini? Daftarnya ke siapa gitu?

Ga, kan tadinya saya ikut bingker kan,

tuh konveksi kaos. Trus saya juga

sering ke mesjid, ya kan kalo solat

Subuh, Zuhur, ya suka lah ke mesijd.

Suka ngaji-ngaji juga. Trus waktu itu

ada apa namanya, ada tamping gitu

sama staff katanya lagi butuh buat

pengurus masjid nih. Liat saya kan

suka ngaji, bacanya bagus, rajin, ya

udah saya di tawarin dah. Temen-

temen juga bilang sih, ‘lu udah bagus

tu ngaji lu, agama lu juga bagus. Udah

jadi pengurus masjid aja’ katanya gitu.

Tapi emang sebenernya mah harus sih

ikut ini, bimbingan agama kan itu kan

buat kalo nanti syarat PB (Pembebasan

Bersyarat).

8. Pak, kan dulu bapak sekolahnya

di MTs ya, sama ga materinya

sama yang diajarin di sini?

Iya, hampir-hampir sama sih, SDnya

juga SD Islam kan saya.. Kalo di

rumah juga kan diajarinnya beginian,

ya tentang agama lah sama keluarga.

Tapi kan dulu mah gitu, males kadang

males.. Trus ya paling dasar-dasar aja

Page 128: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

lah. Sekarang jadi lebih ngerti lagi aja.

Udah punya dasarnya ya tinggal

dalemin lagi, ngegali lagi. emang

kebanyakan tentang akhlak gitu sih.

9. Kalo menurut bapak sendiri,

manfaat pembinaan di sini apa

sih pak?

Ya banyak sih ya.. Jadi lebih banyak

tau aja gitu tentang agama. Emang

dulu kan pernah diajarin, cuma di sini

lebih banyak lagi taunya, paling dulu

taunya halal, haram, ini ga boleh itu ga

boleh. Sekarang lebih tau aja gitu,

paham lah.. Terus ya dari pada kita

ngabisin waktu sia-sia di sini mending

ngikutin kegiatan ini. Banyaklah

manfaatnya mah.. Jadi bisa renungin

kesalahan juga, kenapa gua kaya gini

ya.. Begitu sih..

10. Bapak ngerasain ga pak ada

perubahan apa gitu dalam diri

bapak dari sebelum ngikutin

pembinaan ini sampe sekarang

nih pak?

Ya ada sih, klo dulu kan kalo mau

ngapain gitu, ya kaya gitu lah pas make

obat itu paling-paling takutnya gitu

doang, dosa engga dosa engga tapi ya

udah lah belakangan itu mah. Kalo

sekarang sih ya lebih mikir gitu, lebih

ya kalo mau ngapain gitu pikir-pikir

lagi, trus jadi lebih rajin aja gitu solat,

sering puasa juga sih.

11. Pak, kan tadi bapak bilang ini

kan sebenernya harus ya

narapidana ikut pembinaan

agama ini, ada ga sih pak

hukumannya gitu kalo ga

ngikutin kegiatan?

Ya engga sih, ga ada. Lagian kan di

sini kita udah di hukum, eh masa

dihukum lagi? Hehehe. Engga lah

engga ada. Dibiarin aja, ya gimana kita

sadar apa engga nya. Tapi kan gitu,

kan kalo mau ngajuin PB gitu jadi agak

lama ngurusinnya. Kan nanti diliat

Page 129: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

absennya.

12. Oh iya iya pak.. Kan bapak

bilang katanya sebelum ikut

pembinaan keagamaan di sini

bapak ikut bingker ya? Itu

ngapain aja pak?

Biasa, jait, jait kaos gitu bikin bikin

baju.. Garmen garmen gitu..

13. Itu wajib ga sih pak? Kaya

bimbingan agama gini.

Engga lah, engga itu kalo yang mau

aja.

14. Dibayar ga pak? Ya enak banget kalo dibayar mah. Ya

kadang dibayar sih, paling kalo

misalnya seumpama kaos nih kan kita

bikin, terus dijualin keluar, ya kalo

laku paling dapet 5.000 perak. Tapi

kan jarang banget, ga sering.

15. Selain konveksi, ada lagi ga pak

kegiatan kerja-kerja gitu?

Iya ada banyak, sablon juga ada,

bengkel.. Ya macem-macem lah..

16. Itu nantinya disalurin ga sih pak

kalo udah keluar gitu?

Engga, engga lah.. Kayanya sih engga

deh..

17. Kalo pendidikannya di sini ada

juga ga sih pa?

Pendidikan,, ehmm.. Ga tau deh tapi

kayanya ada sih di dalem.. Iya itu yang

kaya sekolah gitu? Iya ada itu, SD,

SMP, SMA.. Yang dari Universitas

juga ada kayanya sih..

18. Itu dapet ijazah ga pak kalo ikut

itu?

Wah,, kurang tau juga deh saya..

Hahaha..

16. Itu buat yang mau aja ya pak

kalo yang pendidikan itu?

Iya itu buat yang mau aja, kalo

misalnya mau ya kita daftar ke sana.

17. Pak, kalo band itu program dari

sini juga ya?

Itu, band.. Band itu juga dari sini..

Cuma ya emang buat yang mau aja sih.

Kaya kaligrafi juga ada, trus bikin

patung-patung gitu ada..

18. Pak, di sini ada walinya juga ga Ada sih, kaya saya sama Pak Mursalin

Page 130: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

sih pak buat wbp nya? gitu? Iya ada.. Tapi ya ga tau sih kalo

yang laen.. Paling setau saya sih paling

yang ikut ini aja bimbingan agama..

19. Di sini suka ada konseling gitu

ga pak?

Ohh kalo konseling mah biasanya sih

tergantung Ustadznya.. Ya paling

ngobrol-ngobrol gitu, kalo saya mah

jarang sih.. Tapi kalo yang laen

kayanya sih banyak kali..

Page 131: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Transkrip Wawancara Narapidana

Nama : “Damar” (Nama Samaran)

Usia : 50 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Asal : Jakarta Timur

Tindak Pidana : Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Wawancara ini dilaksanaka di perpustakaan Masjid Baiturrahman

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang pada tanggal 19 Januari 2014 pada

pukul 10.30 – 11.30 WIB.

NO. PERTANYAAN JAWABAN

1. Assalamu’alaikum Pak. Pak, saya

Ilma mahasiswi jurusan

Kesejahteraan Sosial UIN Jakarta.

Saya lagi penelitian di sini pak, bapak

bersedia ga kalo saya wawancarain?

Wa’alaikum salam. Oh iya mbak,

boleh boleh mbak, saya ga

keberatan ko.

2. Ya udah, kita langsung mulai aja ya

pak. Hmm. Bapak namanya siapa ya

pak?

Nama saya Da**** Mar******

3. Ngomong-ngomong, kenapa tuh pak

bisa masuk sini pak?

Saya itu, bisa dibilang saya ini

kualat ya mbak ya. Dulu waktu

belum masuk sini saya pernah

lewat sini sama supir saya. supir

saya bilang, ‘ini loh pak tempatnya

orang-orang jahat’. Saya bilang

gini. Emang kaya apa sih

dalemnya? Ga takut saya kok. Ya

sekarang saya di sini, jadi tau di

sini tuh kaya apa.

4. Tapi karna apa emang pak bisa

masuk sininya?

Emang, dulu itu salah saya. saya

akuin saya salah. Istri saya itu baik

Page 132: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

banget mba, sabar, dia bisa terima

saya. Jadi saya itu nikah sama istri

saya sama-sama duda sama janda,

istri saya itu keluarganya kaya,

jadi ga terima ga suka kalo nikah

sama saya karna saya cuma

karyawan biasa, sedangkan

almarhum suaminya kan punya

jabatan di pemerintahan.

Kakaknya dia itu yang paling

nentang saya, waktu itu saya

berantem sama kakanya itu, sama

anaknya istri saya yang pertama

juga, itu kaya udah dipengaruhin

sama kakaknyanya istri saya. saya

kesel terus, yaa.. saya bener-bener

nyesel mba.. (informan menangis)

terus ya saya dilaporin sama

kakaknya itu, padahal istri saya

udah maafin saya.

Mbak, saya ini masuk lapas udah

abis jutaan loh mbak. Bayangin

aja, dari awal saya ditangkep polisi

itu kan ditahan di sana, sama

tahanan sana tuh saya dimintain

uang mbak, ya kalo saya engga

ngasih ya saya digebukin mbak.

Iya sama tahanan sana juga. Belum

lagi di rutan, sama kaya gitu juga.

Pas masuk sini mbak, baru saya

masuk blok tuh mbak ya saya udah

dimintain uang. ‘mana sini mana,

Page 133: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

bayar berapa?’ gitu mbak.

Istilahnya kalo di sini itu uang gaul

mbak. Apalagi kalo tau kita ni

orang ada, abis udah mbak.

5. Maksudnya bapak melakukan

kekerasan gitu pak?

Iya, iya saya ga sengaja mbak. Jadi

waktu saya lagi berantem sama

kakaknya itu, saya ga sengaja juga,

karna dia mau pisahin saya sama

kakaknya. Saya udah minta maaf

sama istri saya itu, tapi tetep

kakaknya itu pake jalur hukum,

karena kan suaminya juga hakim,

keluarganya ga suka sama saya.

setelah ada kejadian ini jadi

dimanfaatkan banget. Saya nyesel

banget mbak.

6. Dulu bapak kerja apa pak? Trus

kehidupan bapak tuh gimana?

Baik ya mba ya.. saya dulu kerja di

perusahaan susu, jabatan saya juga

tinggi di situ. Saya ga pernah

macem-macem. Kalo di sini

kebanyakan orang pake narkoba,

saya ga pernah kenal mba, sama

narkoba itu saya ga pernah kenal.

Orang membunuh, mencuri itu

ada, banyak juga. Tapi saya ga

kaya gitu. Saya baik.

7. Bagaimana pemahaman anda tentang

agama sebelum mengikuti pembinaan

kegamaan di lembaga

pemasyarakatan?

Biasa aja sih mba, dulu emang

orang tua saya kan mualaf, jadi

saya tau agama juga gitu-gitu aja,

Cuma shalat, puasa, ya itu aja,

shalat juga kadang ketinggal. Tapi

emang saya banyak tau itu dari

Page 134: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

istri saya.

8. Mengapa anda ingin mengikuti

pembinaan keagamaan?

Mba, orang masuk lapas ini ya

banyak. Yang mau tambah ancur

ya ancur sekalian, mau toubat ya

toubat sekalian. Banyak anak-anak

sini yang malah jadi ga bener, tapi

ya saya ambil hikmahnya aja. Saya

ga mau jadi orang ga bener,

awalnya saya ga tau apa-apa soal

narkoba kan bisa jadi pengedar

kalo saya ikutin orang-orang sini,

banyak mba yang kaya gitu.

9. Bagaimana caranya agar bisa

mengikuti pembinaan keagamaan di

sini?

Ikutin aja, kan saya juga ikut

pramuka toh, saya daftar aja di sini

sama tampingnya nih sama mas

“Inal”. Terus ya saya ikutin terus

pembinaan. kalo pramuka itu kan

latihan terus ya apalagi kalo mau

ada acara, tapi kalo lagi ga ada

acara apa-apa kan kosong, jadi ya

saya ikut ke masjid, tapi ya sering

sih. Belajar di sini, enak sih mba,

jadi tenang aja..

10. Oh bapak ikut pramuka juga. Emang

ga bentrok pak jadwalnya?

Ya engga sih. Kan kalo pembinaan

agama ini kan setiap hari saya ikut.

Tapi kalo pramuka itu kan Cuma

latihan-latihan gitu. Ya kalo mau

ada acara apa gitu aja saya izin, ga

ikut pembinaan agama. Tapi kan

ada absennya mbak, saya ga ikut

pembinaan nih karna saya latihan

pramuka. Jadi ga nganggur.

Page 135: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

11. Sebelum ikut pembinaan agama di

sini sebelumnya bapak pernah ikut

bimbingan agama ga?

Kalo pembinaan kaya gini sih,

pelajaran-pelajarannya ga pernah.

Saya juga malu mba, orang udah

tua kaya saya gini kok baru bisa

belajar Qur’an. Saya baru bisa

membaca itu ya di sini. Paling

dulu tau yang umum-umum aja, ga

banyak.

12. Apa manfaat pembinaan keagamaan

yang dapat anda rasakan?

Banyak banget mba, saya bener-

bener ambil hikmahnya aja di sini.

Saya mau jadi orang bener, bener-

bener saya mau bertaubat selama

ini saya masih bener-bener kurang

tau soal agama. Buat apa sih kita

abisin waktu bertahun-tahun di sini

kalo ga ada hasilnya, ga ada yang

jadi positif. Saya ambil hikmahnya

aja. Kalo ga ikutin apa-apa disini

malah bikin pusing mba, stress

saya kepikiran terus, malah jadi ga

bener. Yang ada Cuma nyesel,

nyesel, sedih mba..

13. Selain ikut pembinaan agama sama

pramuka bapak ikut kegiatan apa lagi

di sini pak?

Engga ada sih, ya paling ini aja

sama pramuka. Tapi ada ko

kegiatan lain kalo kita mau ikutan.

Saya seneng kalo ikut pramuka,

emang dari dulu itu saya seneng

baris berbaris, PBB, semapur gitu,

suka saya.. kalo ada acara juga

suka jadi panitia kalo ikut

pramuka.. waktu lebaran aja saya

jadi panitia, jagain gerbang itu

Page 136: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

deket portir, kan bisa liat mobil

lewat, keliatan jalan raya sedikit

aja itu udah seneng banget mbak.

14. Tapi di sini ada kan ya buat kalo yang

mau kerja gitu?

Iya ada mbak, ada di dalem. Itu

banyak, kaya menjahit, bengkel-

bengkel gitu juga ada. Tapi saya

ga ikutan kan saya udah ikut

bimbingan ini toh, terus pramuka

juga saya ikut. Kalo ikut itu lagi

nanti kebanyakan, capek saya,

bingung bagi waktunya.

15. Tapi itu digaji ga sih pak? Oh ya ga tau saya mbak, engga

kali ya. Kalo digaji juga ya banyak

yang ikut.

Page 137: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Transkrip Wawancara Narapidana

Nama : “Inal” (Nama Samaran)

Usia : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Asal : Jakarta Utara

Tindak Pidana : Penyalahgunaan Narkotika

Wawancara ini dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2015 di perpustakaan

masjid yang berada di dalam komplek Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang

Jakarta. Waktu pelaksanaan wawancara ini pada pukul 13.00-14.00 WIB.

Informan yang diwawancarai adalah narapidana yang dipilih langsung oleh staff

lapas untuk diwawancarai. Informan ini merupakan salah satu pengurus masjid

atau bisa juga dikatakan tamping.

Peneliti memang sering bertemu dengan informan setiap kali berkunjung ke

lapas, karena informan memang sangat aktif di masjid dan setiap hari

menghabiskan waktu di dalam perpustakaan masjid yang juga dijadikan sebagai

kantor kepengurusan masjid. Pada kunjungan hari ini, peneliti berniat untuk

mewawancarai seorang narapidana. Dan Pak Suwarno menunjuk informan ini

untuk diwawancarai.

NO. PERTANYAAN JAWABAN

1. Assalamu’alaikum mas Inal.

Saya wawancara ya mas.

Hehehe. Sering ketemu ga

pernah ngobrol nih.

Wa’alaikum salam. Hehehe. Iya, boleh

boleh. Emang mau nanya apaan nih?

2. Ya biasalah. Kan mas Inal tau

kaya yang lainnya tuh yang udah

diwawancara. Ya udah, langsung

mulai aja ya mas. Mas nama

lengkapnya siapa?

I**********

3. Ngomong-ngomong, kenapa nih

ko bisa masuk sini?

Iya, gara-garanya waktu itu ketangkep.

Sabu-sabu. Hehe. Narkoba gitu.

4. Oh.. Di sini banyak ya yang Iya, di sini banyaknya kasus narkotika.

Page 138: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

kasusnya narkotika? Tapi yang lain-lain juga banyak, kaya

penipuan, pembunuhan gitu juga ada.

Tapi kalo yang kaya gitu biasanya

jarang ikut kegiatan kaya gini. Di blok

saya aja yang aktif pembinaan ya cuma

saya, sama ada temen tuh satu.

(menunjuk ke luar perpustakaan)

5. Kok gitu ya? Tapi emang pada

ga diajak?

Udah, ya ga tau deh emang pada males

sih. Hehehe. Malah pada tidur-tidur di

blok, ya ga ada kerjaan aja jadinya.

6. Emang ga dimarahin ya?

Bukannya diharusin ikut

bimbingan?

Ga sih, ga dimarahin. Didiemin aja. Ya

paling cuma ditegor aja sih, ‘ayo

bimbingan bimbingan’ gitu. Tapi kan

ga semuanya mau ikut, yang nyadar diri

aja.

7. Oh iya, kalo mas Inal sendiri

kenapa tuh, kok bisa make sih?

Sabu-sabu..

Iya, waktu itu kan punya temen. Abis

punya temen, awalnya itu biasa aja lah,

main yang wajar aja. Dulu tuh kan kerja

di bengkel, bengkel motor gitu. Nah pas

waktu itu, ga tau kenapa ko tiba-tiba

pikiran mumet banget, ga jelas, pusing

deh. Itu dari pagi, ngerjain 1 motor ga

selesai-selesai. Nah bis itu kan temen

gitu bilangin, ‘kenapa lu, lesu amat?

Udah sana masuk dulu, minum dulu’

gitu katanya. Pas masuk kan, waduh,,

lagi pada make gitu. Ditawarin lah.

Awalnya ga mau dong. Tapi ya dari

pada puyeng nih pala. Akhirnya make.

Nah abis itu, itu tuh, ngerjain 3 motor,

selesai 1 jam doang. Iya, abis itu jadi

ketagihan. Wah pokoknya kalo belom

Page 139: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

make nih, kayanya ga enak gitu. Ga

semangat banget kerjanya. Males

bawaannya.

8. Itu sejak kapan tuh? Pas lagi

sekolah apa pas kapan?

Itu SMA kelas 2 deh kalo ga salah. Iya

iya, SMA kelas 2.

9. Loh, kok bisa? Emang orang tua

ga tau?

Ga, jadi kan awalnya gini. Dulu tuh

sebenernya ga nakal gitu kan. Orang tua

masih utuh. Trus pas udah kelas SMP

kelas 3, sekitar 1 SMA deh, udah mulai

keliatan sering berantem gitu kan orang

tua. Jadi mulai ga betah di rumah,

sering pergi-pergian.

Nah puncaknya itu kan pas kelas 2

SMA itu. Orang tua kan sering ya

berantem, ga taulah ngeributin apa.

Dulu tuh saya punya temen deket, udah

kaya sodara lah deket banget. Bilang ke

dia, ‘gue nginep ya di rumh lu”. Boleh

kan sama dia. Lama-lama jadi sering.

Itu dia yang punya bengkel itu. Iya

akhirnya tinggal di rumah dia, paling

pulang cuma ngambil baju, mandi, ya

gitu aja sih. Minta uang jajan juga

lama-lama udah ga kan, udah ga

pernah. Kan kerja di bengkel, udah

punya uang sendiri, jadi males minta-

minta lagi.

10. Terus emang bapaknya Mas Inal

ga nanyain gitu kenapa ga

pulang-pulang?

Ga, ga pernah. Papah tuh orangnya

cuek banget. Mau minum-minum di

rumah juga ga bakal di marahin. Waktu

itu pernah kan lagi mabok gitu di

rumah, eh ketauan sama papah, ‘dasar

Page 140: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

kamu nih’ udah gitu doang katanya.

11. Kalo boleh tau, gimana sih dulu

waktu mas Inal belum masuk

sini. Didikan orang tua mas Inal

sendiri gimana?

Sebenernya sih diajarinnya bener sama

papah, sama mamah. Kan sekolahnya

juga sekolah Islami ya. Sejak orang tua

cerai aja gitu, jadi bandel deh. Jarang

pulang juga. Main sama temen-temen

kan, balapan motor, trek-trekan.

Apalagi kan papah juga cuek aja, liat

saya begini ya terserah saya. Mulai

SMA lah saya begitu, kan emang orang

tua cerai juga pas saya SMA. Kalo dulu

deketnya sama mamah, trus orang tua

cerai gitu jadi ilang perhatiannya.

12. Mas Inal sendiri ikutan

bimbingan agama ini karna

disuruh atau gimana?

Emang ga dipaksa sih buat ikut ini

(pembinaan keagamaan), tapi ya saya

kan di sini mau berubah. Buat apa

masuk sini ga ngapa-ngapain, ga dapet

apa-apa juga. Mending ikut ini kan?

Banyak temen saya yang males, lebih

milih tidur-tiduran di blok. Cuma ya ga

bisa dipaksa, paling saya bilangin aja

pelan-pelan..

Banyak juga loh yang malah jadi lebih

pinter (menjadi lebih ahli dalam

melakukan kejahatan). Kalo misalnya

masuk sini cuma karna make sabu apa

narkoba apa gitu, nanti keluar dari sini

bisa-bisa jadi bandar, apa malah jadi

pabrik. Hahaha.

13. Masa sih? Tapi emang beneran? Beneran. Serius. Malah ada yang jual

juga kan di sini, saya mah udah tau,

udah banyak yang kaya gitu. Saya juga

Page 141: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

ditawarin tuh sama orang-orang itu, tapi

saya ga, ga mau. Padahal untungnya

lebih gede loh. Hahaha. (Informan Inal

mengecilkan suaranya dan hampir

berbisik).

14. Oh iya, mas Inal kan tamping ya

di sini? Itu gimana sih biar bisa

jadi tamping?

Sebelum saya jadi tamping di sini tuh

emang saya rajin ke masjid, saya suka

aja kalo di masjid itu tenang kayanya.

Terus emang basic-nya saya kan dulu

bisa ngaji, ya walau ga pinter-pinter

amat sih. Terus mungkin staff di sini

liat saya rajin, awalnya saya cuma

bersih-bersih masjid aja. Pas kebetulan

lagi butuh tamping terus staff liat saya

bagus, jadi saya ditawarin. Ya

Alhamdulillah sekarang saya jadi

pengurus di sini.

15. Mas Inal sebelumnya pernah ga

ikut bimbingan apa pelajaran-

pelajaran yang di ajarin di sini

sebelum masuk sini gitu?

Ya pernah, kan dulu sekolahnya Islam.

Dulu juga saya jadi pengurus masjid sih

di komplek rumah. Hehehe. Makanya

pas tetangga tau saya ditangkep pada

kaget, sedih juga sampe ada yang

nangis. ‘ya ampun ko bisa sih?’ Begitu.

Hehehe.

16. Tapi materinya sama ga sama

yang diajarin di sini?

Sama sih, tapi ya kalo dulu kan Cuma

gitu aja ya, dasar-dasarnya aja. Kalo di

sini tuh lebih, gimana ya, lebih kayanya

ngena aja, pas banget sama apa yang

dialamin, yang diperbuat. Lebih tentang

kehidupan sih, maksudnya kaya gimana

sih kita harus berprilaku, kalo kaya gini

nanti bakal gimana. Gitu sih. Pokoknya

Page 142: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

lebih dalem lagi lah.

17. Terus kalo menurut mas Inal

sendiri nih, manfaat apa sih yang

bisa diambil dari pembinaan ini

nih?

Manfaat ada lah. Mungkin kan ada

yang ga terima kenapa masuk sini sih,

apa lah, malah marah-marah. Kalo saya

sih ambil hikmahnya aja, saya masuk

sini kan karna salah juga, kalo ga salah

ga mungkin masuk sini. Apalagi ikut

pembinaan gini, jadi lebih paham lagi

soal agama, bisa buat bekal pas keluar

nanti. Wah pokoknya mah banyak

manfaatnya. Saya masuk sini, bener-

bener mau berubah. Alhamdulillah juga

kan jadi tamping, jadi pengurus di sini

jadi bisa make fasilitas kantor itu kaya

komputer, duduk di ruang AC. Hehehe.

18. Mas inal ngerasain ga ada

perubahan apa sama diri mas

Inal sendiri?

Ya ada, sekarang sih jadi lebih luas aja

pemikirannya. Kalo dulu kan mikirnya

buat seneng-seneng aja, mau ngapain

aja yang penting ga pusing lah pikiran.

Bisa happy-happy. Kalo sekarang jadi

mikirnya lebih panjang, ‘nanti kalo gue

begini, gimana ya ke depannya?’ Trus

juga jadi lebih rajin sih ibadahnya,

solat, puasa, ya begitu deh.

19. Oh iya, di sini emang juga ada

bingker ya? Bingker tu apa mas?

Ada apa aja di sini?

Bingker, bimbingan kerja ya? Iya ada di

sini, tapi ga wajib sih. Ya paling kalo

mau aja. Ada banyak sih ya kaya

bengkel, bengkel juga ada di sini. Tapi

saya ga ikutan. Hehehe. Trus ngejait,

ternak juga ada deh kayanya. Itu di

dalem sih. Kalo mau ikutan harus daftar

dulu. Apa ya, banyak sih.

Page 143: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

20. Kalo ikut bingker itu digaji juga

ga?

Ya engga sih, ga digaji. Tapi ya

lumayan buat ngisi-ngisi waktu kan,

dari pada bosen, ya ga? Mungkin kalo

ada juga kan ga seberapa ya, kalo digaji

mah saya juga mau ikutan, kan enak

dapet uang. Hehehe. Tapi ga lah, nanti

malah pada betah di penjara. Hahaha.

21. Terus kalo misalnya udah keluar

nih, disalurin ga ke perusahaan?

Jadi langsung dapet kerja gitu.

Hmm. Engga lah ya. Tetep nyari sendiri

kali. Ga sih setau saya ga ada disalurin-

salurin gitu. Kalo udah bebas mah udah

sih kayanya udah ga berhubungan lagi

sama lapas.

22. Oh iya, katanya di sini ada

kuliah juga ya buat narapidana?

Iya ada, ada sebenernya. Cuma saya ga

mau ikut aja. Hehehe. Dari SD, SMP

SMA ada sih kaya paket gitu A, B, C.

Iya kejar paket. Kalo yang S1-nya itu

dari Universitas Bung Karno, tapi Ilmu

Hukum aja sih kayanya. Iya itu yan

gngajar dari sana, dosen-dosen

Universitas Bung Karno gitu.

23. Itu kalo ikut paket, terus kuliah,

nanti dapet ijazah ga?

Dapet, kayanya dapat ya. Kan sama aja

kaya penyetaraan gitu. Kalo ga dapet

ijazah berarti sama aja dong? Dapet sih

ya.

24. Tapi itu buat yang mau aja ya

bingker sama pendidikan?

Iya itu buat yang mau aja sih.

25.

Di sini ada kegiatan lahin ga

selain pembinaan agama sama

bingker gitu?

Ada sih, kan ada marawis itu juga.band

juga ada di sana studionya. Terus

kaligrafi, ngelukis, ada juga di sini.

Tapi ya buat yang pengen aja sih.

26. Kalo di sini itu ada

pendampingnya ga sih? Wali

Hmm. Ada sih. Kan kalo kita mau

ngajuin PB (pembebasan bersyarat)

Page 144: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

gitu buat wbpnya? gitu, kan harus ada walinya. Nanti

dibilangin, nih anak udah berubah, ikut

pembinaan. Kalo buat yang lain sih ga

tau deh, yang ikut ini aja siih,

pembinaan agama ini. Soalya kan ini

wajib ya. Biar jelas gitu.

27.

Apakah di sini diadakan

konseling bagi narapidana?

Ada sih, tapi ya ga sering. Engga

ditentuin juga waktunya. Cuma kalo

mau cerita aja, nemuin petugas sini.

Sama ustadz, ya paling gitu. Ga

ditentuin kapan harus ini, itu.

Page 145: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Hasil Observasi Penelitian

Jum’at, 5 Desember 2014

Pada hari ini saya pergi ke tempat yang akan saya jadi lokasi penelitian,

yaitu Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang. Jarak dari rumah ke lokasi ini

memang cukup jauh. Pertama kalinya saya berangkat pada pukul 10.00 WIB

dengan mengendarai angkutan umum S08 jurusan Lebak Bulus-Bintaro, dan

membayar ongkos sebesar Rp. 4.000. Lalu saya berhenti di Stasiun Pondok Ranji

dan membeli tiket ketera Commuter Line dengan harga Rp. 2.500 untuk tujuan

Jati Negara. Setelah hampir 15 menit saya menunggu, akhirnya kereta datang dan

saya menaikinya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, saya sampai di Stasiun

Tanah Abang. Untuk mencapai tujuan ke Jati Negara saya harus transit di Stasiun

Tanah Abang, lalu naik kereta yang langsung menuju Jati Negara. Kereta dengan

tujuan Jati Negara memang agak lama. Hampir sekitar 15 menit sampai 20 menit

saya menunggu, baru akhirnya kereta tiba di Stasiun Tanah Abang. Untukngnya

pada saat itu kereta tidak terlalu padat, dan saya bisa duduk di dalam kereta.

Perjalanan dari Stasiun Tanah Abang sampai dengan Stasiun Jati Negara

menghabiskan waktu sekitar 45 menit sampai 50 menit. Karena banyak stasiun-

stasiun yang dilewati dan kereta harus berhenti di setiap stasiun tersebut.

Sesampainya saya di Stasiun Jati Negara, saya memutuskan untuk berjalan

kaki menuju Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang, karena saya rasa

lokasinya tidak terlalu jauh dengan Stasiun Jati Negara. Padahal banyak angkutan

umum yang berlalu lalang, namun saya tidak tahu angkutan mana yang melewati

tempat tujuan utama saya, dan saya rasa mampu untuk berjalan kaki saja. Setelah

kurang lebih 2 kilo saya berjalan kaki, akhirnya saya sampai di tujuan utama saya,

yaitu Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang.

Dengan perasaan yang senang namun lelah, akhirnya saya memutuskan

untuk istirahat sejenak. Saya makan mie ayam yang berjualan di halte depan

lapas. Saya melihat jam, dan saat itu sudah pukul 12.00 WIB yang artinya saya

harus menunggu sekitar 1 jam lagi untuk bisa memberikan Surat Ijin Penelitian

karena saat itu waktunya untuk istirahat.

Page 146: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Pada saat menunggu waktu istirahat, saya melihat-lihat sekeliling lapas dari

luar. Ternyata lapasnya memang sangat besar dan terlihat kokoh. Temboknya

berwarna abu-abu. Ada gerbang pertama yang juga berwarna abu-abu. Gerbang

tersebut selalu terbuka lebar dan di dekat gerbang tersebut ada pos penjagaan.

Saya melihat lagi ke dalam dan berdiri di pos tersebut. Setelah memasuki gerbang

tersebut, terdapat banyak motor yang terparkir rapi. Saya bisa menyimpulkan

bahwa itu adalah tempat parkit motor. Di sisi lainnya juga terdapat tempat parkir

mobil. Mungkin bisa dikatakan bahwa itu merupakan halaman parkir Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang.

Di halaman parkir tersebut, terdapat gerbang ke dua, warnanya abu-abu

juga. Berbeda dengan gerbang yang sebelumnya, gerbang ini terlihat tertutup,

hanya pintu kecil yang dibuka. Entah apa yang ada di dalamnya, tapi saya rasa itu

gerbang menuju para narapidana ditahan. Banyak orang yang berlalu lalang

memasuki gerbang tersebut. Dari anak kecil bahkan orang yang sudah tua banyak

yang masuk ke gerbang tersebut. Dari yang berdandan paling rapi sampai yang

seperti berandalan juga ada. Di antara mereka juga banyak yang membawa

bungkusan plastik, di antara plastik-plastik tersebut saya melihat banyaknya

makanan yang mereka bawa dan barang lainnya. Saya rasa mereka adalah pada

sanak saudara, keluarga atau kerabat yang sekedar ingin berkunjung menemui

narapidana yang ada ditahan di dalan sana. Namun saya belum berani untuk

masuk ke dalan sana, rasanya takut dan canggung.

Setelah lama melihat-lihat, saya menyadari bahwa 1 jam sudah berlalu. Saya

menuju gedung utama yang sejajar dengan gerbang ke dua. Saya memasuki

gedung tersebut namun tidak ada siapa-siapa di dalamnya dan terlihat sepi. Saya

hanya berdiri sambil melihat sekitar, berharap ada seseorang yang bisa saya tanya

untuk mengetahui di mana letak kantor kepala lapas. Akhirnya saya menemui

petugas lapas dan menanyakan ruang kepala lapas.

Page 147: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

gedung utama terlihat dari dalam parkiran

gedung utama terlihat dari luar gerbang

Setelah mendapat petunjuk, saya langsung memasuki ruangan yang

ditunjukan. Ruangan tersebut temapt berada di sebelah kanan tangga lantai 2. Di

depan ruangan tertulis Kepala Lapas. Dengan perasaan sedikit ragu dan takut,

saya memberanikan diri untuk masuk ke dalam. Di dalam saya langsung bertemu

dengan ibu sekertaris kepala lapas, namun saya lupa untuk menanyakan namanya.

Ibu tersebut berambut pendek, dan memakai kacamata. Beliau juga memakai

seragam seperti petugas lapas yang lainnya. Setelah dipersilahkan duduk, saya

menjelaskan tujuan saya datang ke Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang. Ibu

Sekertaris menanggapi positif hal ini. Dia menanyakan berapa lama waktu

penelitiannya. Setelah bicara singkat, beliau menerima surat perijinan tersebut dan

menyuruh saya untuk datang pada hari Senin.

Page 148: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Setelah menemui beliau, akhirnya urusan saya selesai juga. Saya sangat

senang dan gugup mengingat bahwa hari Senin saya akan kembali ke sini.

Akhirnya saya memutuskan untuk langsung pulang ke rumah.

Senin, 8 Desember 2014

Pada hari ini saya kembali ke lokasi penelitian. Sesampainya di sana saya

langsung menuju ruang sekertaris kepala lapas untuk menemui beliau terkait

dengan penelitian yang akan saya laksanakan di sana. Saat menemui beliau saya

langsung menanyakan kelanjutan dari perijinan penelitian yang akan saya

laksanakan. Beliau menyambut baik dan langsung memberikan ijin pada hari ini

juga untuk melakukan penelitian. Lalu beliau memberi tahu saya untuk menemui

kepala bagian tata usaha di lantai 1.

Segera saya menemuni bapak kepala bagian tata usaha, lalu saya

memberikan surat perijinan penelitian yang sudah didisposisi tersebut. Namun

sepertinya beliau tidak terlalu menyukai kedatangan saya, mungkin merasa

terganggu karena saat saya tiba di ruangannya, beliau terlihat sedang asik main

game di laptopnya.

Dengan nada yang agak bermalas-malasan beliau melihat dan membaca-

baca surat perijinan saya. Beliau menanyakan saya dari mana, nama, tempat

tinggal, dan beliau juga bertanya mengapa ingin melakukan penelitian di sini,

karena sudah banyak sekali mahasiswa yang memilih lokasi tersebut sebagai

tempat penilitian, dengan tema yang sama yang saat ini saya ambil, yaitu

pembinaan keagamaan. Akhirnya beliau mengijinkan saya untuk melaksanakan

penelitian, beliau juga memberitahu tata cara dan peraturan-peraturan selama

melaksanakan penelitian di sini. Beliau memanggil salah satu stafnya untuk

mengantarkan saya menemui Ka. Bid Bimbingan Kemasyarakatan yang bernama

Bapak Syarpani. Tidak lama setelah stafnya datang, saya pun diantar ke sana.

Lalu saya diantar untuk menemui Bapak Syarpani. Saya keluar dari gedung

utama melalui pintu belakang, setibanya di luar saya melihat banyak bangku yang

diduduki oleh banyak orang. Mereka membawa banyak bungkusan plastik, atau

tas yang isinya seperti makanan, buah-buahan atau seperti kain yang saya kira

Page 149: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

adalah pakaian. Di antara plastik-plastik tersebut ada plastik berwarna putih yang

berisi sabun cuci, deterjen, sabun mandi dan pewangi pakaian.

Setelah melewati bangku-bangku tersebut, saya memasuki pintu kecil

berwarna abu-abu dan bertuliskan PORTIR. Pintu tersebut sangat tertutup dan

hanya meniliki pentilasi kecil. Petugas yang mengantarkan saya lalu mengetuk

pintu, lalu petugas yang berjaga di dalam melihat melalui pentilasi yang terdapat

pada pintu tersebut. Setelah itu kami dipersilahkan masuk. Lalu saya melapor

kepada petugas yang berjaga di pintu portir terebut. Saya melaporkan tujuan saya

dan meninggalkan KTP (Kartu Tanda Penduduk) untuk bisa masuk ke dalam.

Pintu portir

Di dalam ruangan itu, banyak petugas yang sedang duduk sambil berjaga.

Kemudian saya melanjutkan perjalanan. Setelah melewati pintu portir, saya

melewati pintu yang kedua, di sana ada petugas yang berjaga. Setelah melewati

pintu kedua, saya melewati pintu ketiga dan memasuki taman kecil, setelah

melewati pintu ketiga terdapat pintu keempat dan di sana terdapat banyak bangku

serta meja, di sana juga terdapat kantin. Saya mengira tempat ini adalah ruang

kunjungan. Setelah melewati ruangan itu saya memasuki pintu kelima, sebuah

taman kecil yang juga terdapat kantin dan bangku-bangku, sepertinya tempat itu

juga merupakan ruang kunjungan. Setelah itu saya melewati pintu keenam, di

sana terdapat petugas yang berjaga. Saat memasuki pintu keenam, terdapat

Page 150: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

ruangan di sebelah kiri. Lalu saya dibimbing untuk memasuki ruangan yang ada

di sebelah kiri, setelah itu menaiki tangga yang ada di ruangan tersebut.

Setibanya di atas, saya melihat banyak orang yang sedang duduk di bangku,

sepertinya mereka sedang menunggu untuk mengurus sesuatu. Kondisi di lantai

dua terlihat seperti bangunan tua, cat putih yang mulai pudar dengan pintu dan

jendela berwarna abu-abu. Di lantai dua tersebut terdapat beberapa ruangan

lainnya. Lalu saya memasuki ruangan yang bertuliskan Ka. Si. Bimpas, ruangan

tersebut adalah ruangan Bapak Syarpani.

Observasi ruangan Bapak Syarpani

Luas ruangan + 3 x 4 m2

Kebersihan Sangat bersih

Jumlah bangku 3 buah (1 bangku milik Ka. Si. Bimpas, 2 bangku

untuk tamu yang terletak di sisi meja Ka. Si. Bimpas

Jumlah meja 2 buah (1 meja milik Ka. Si. Bimpas, 1 meja

berukuran sedikit lebih kecil berbentuk bulat terletak

di antara 2 bangku tamu.

Jumlah lemari 1 buah.

Gambaran ruangan

Page 151: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Sesampainya di ruang Bapak Syarpani, beliau mengetuk pintu dan menemui

Pak Syarpani. Setelah beliau meminta izin kepada Pak Syarpani, saya pun

dipersilahkan masuk ke dalam. Saya langsung mengutarakan tujuan saya datang

ke lapas, lalu beliau menanyakan tema penelitian saya. Setelah saya menjelaskan,

beliau memerintahkan seorang staf yang berada di luar ruangan untuk memanggil

salah satu stafnya yang bernama Pak Suwarno. Setelah menunggu sekitar 5 menit,

Pak Suwarno pun datang dan memasuki rungan. Kemudian Pak Syarpani

menjelaskan dan menugaskan Pak Suwarno untuk mendampingi saya selama

melaksanakan penelitian di Lapas Cipinang Jakarta. Bapak Syarpani

memerintahkan Bapak Suwarno untuk menyediakan Perpustakaan Masjid Lapas

sebagai lokasi saya selama menjalani penelitian di Lapas Cipinang. Setelah itu

saya dan Bapak Suwarno menuju perpustakaan.

Dari ruangan Pak Syarpani saya terus memerhatikan jalan menuju

perpustakaan. Saat menuruni tangga, kami berbelok ke kiri. Di sana saya

menemukan pintu ketujuh. Pintu tersebut tidak terlalu banyak penjaga, hanya

sekitar 3-4 orang yang berdiri di dekat pintu dan menanyakan tujuan kami.

Setelah melewati pintu ketujuh saya menemui pintu kedelapan. Di pintu tersebut

dijaga oleh sekitar 2-3 orang, namun ada 2 orang lain yang tidak memakai

seragam petugas lapas pada umumnya dan tampaknya masih sangat muda.

Mereka mengenakan seragam berwarna hitam. Setelah melewati pintu tersebut

lalu terdapat gerbang kecil ukuran satu pintu. Dari sana sudah terlihat kondisi di

dalam lapas. Lalu saya memasuki gerbang tersebut, artinya saya sudah masuk ke

dalam komplek lapas yang berisi narapidana.

Ketika memasuki gerbang tersebut, tepat di seberang gerbang terdapat

lapangan yang letaknya agak menanjak dan dikelilingi pagar. Di sekelilingnya

terdapat banyak narapidana yang sedang duduk-duduk sambik bercengkrama. Di

antara mereka banyak yang tidak memakai baju, hanya memakai celana panjang

atau pendek saja. Sebagian besar dari mereka memiliki tatto di badannya, ada

yang di punggung, lengan, kaki, bahkan ada yang hampir di seluruh baguan tubuh.

Ketika saya melewati mereka, tidak sedikit dari mereka yang melihat ke arah

saya. saya memaklumi hal tersebut karena Lapas Cipinang adalah lapas untuk

lakilaki dewasa dan tidak seorang pun wanita yang ada di sana (narapidana) maka

Page 152: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

jarang sekali mereka bertemu dengan lawan jenis. Di sisi jalan terdapat 2 kandang

ayam yang masing-masing di dalamnya terdapat 1 ekor ayam jantan.

Sesampainya di pelataran masjid, saya melihat banyak narapidana yang

sedang tidur di teras masjid. Mereka tidur berjajar dengan rapi, namun ada

beberapa yang tidak beraturan. Kemudian saya melepaskan alas kaki dan

memasuki pagar masjid. Kemudian saya dipersilakan masuk ke perpustakaan

yang ada di masjid tersebut.

Kondisi Perpustakaan Masjid Baiturrahman

Luas + 4x6 m2

Kebersihan Sangat bersih

Lantai dan tembok Lantai berwarna hijau dengan tembok

berwarna putih

Fasilitas 1 unit AC, 2 unit komputer, 1 unit

printer, 4 buah rak buku (dengan buku-

buku di dalamnya), 1 sofa panjang dan

2 sofa kecil berwarna hitam, 1 meja

beralas kaca berwarna hitam.

Gambar ruang perpustakaan masjid

Page 153: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Setibanya di dalam, saya disuguhkan dengan segelas air mineral lalu Pak

Warno menanyakan apa saja yang saya butuhkan selama penelitian di sini.

Kemudian saya menjelaskan maksud dan tujuan saya berkunjung ke lapas, dan

berbincang-bincang dengan Pak Suwarno. Dari percakapan ini peneliti

mendapatkan informasi mengenai sejarah lapas, perbedaan klas pada lapas dan

jenis kejahatan yang dilakukan oleh narapidana yang ada di lapas cipinang.

Peneliti juga menanyakan jumlah narapidana.

Page 154: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Senin, 15 Desember 2014

Pada hari ini peneliti mengunjungi Lapas Cipinang untuk melakukan

penelitian. Saya menunggu Bapak Suwarno di depan pintu portir seperti biasanya,

kemudian setelah Pak Suwarno tiba, saya masuk ke dalam lapas.

Pada hari ini peneliti mewawancarai Staff Sesi Registrasi yaitu Bapak

Komang. Dari wawancara yang dilakukan peneliti mendapat informasi tetang alur

penerimaan narapidana di lapas, jumlah narapidana berdasarkan jenis kejahatan.

Peneliti juga mendapat informasi bahwa penghuni yang ada di Lapas Cipinang

ternyata tidak semua berstatus narapidana, tetapi juga masih ada tahanan.

Saat melakukan wawanara dengan Bapak Komang, peneliti melihat dua

orang narapidana yang berseragam hitam. Mereka sedang berdiri di depan pintu

ruang registrasi. Sepertinya mereka sedang menunggu sesuatu. Kemudian Bapak

Komang menyuruh salah satu dari mereka untuk memotokopi data penghuni

Lapas Cipinang. Di sisi lain ruangan itu, saya melihat narapidana dengan seragam

yang sama sedang sibuk mengetik di komputer.

Selama berada di ruang registrasi, peneliti mendengan suara musik yang

sepertinya berasal dari ruangan sebelah. Musiknya nyaring dan suara penyanyinya

lumayan bagus. Saat peneliti tanyakan kepada Bapak Suwarno ternyata ruangan di

samping ruang registrasi merupakan studio musik yang disediakan untuk

narapidana yang ingin mengikuti kegiatan musik.

Senin, 22 Desember 2014

Seperti biasanya peneliti mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan Klas i

Cipinang Jakarta. Peneliti menunggu Bapak Suwarno di luar pintu portir. Seperti

biasa, saat Bapak Suwarno tiba peneliti masuk ke dalam lapas. Namun berbeda

pada hari biasanya, saat memasuki ruang kunjungan, ruangan tersebut dipenuhi

oleh orang-orang yang sedang berkunjung menemui narapidana, dan sangat ramai.

Di sana juga terdapat sebuah panggung kecil yang dihiasi pohon natal di sisi

kanannya. Pada saat itu pula ada seseorang yang sedang bernyanyi di atas

panggung tersebut dan diiringi oleh gitar, bass dan dram layaknya sebuah band.

Dari kondisi tersebut terlihat sepertinya mereka sedang memberikan hiburan bagi

para pengunjung dan narapidana yang sedang ada di ruang kunjungan tersebut.

Page 155: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Selain itu, peneliti melihat tidak adanya batasan antara pengunjung dengan

narapidana untuk bertemu. Mereka bisa langsung bertatap muka, bahkan di antara

mereka peneliti melihat ada seorang narapidana sedang berpelukan dengan

seorang wanita yang merupakan pengunjung dan mereka terlihat mesra. Di sisi

lain ada pula yang sedang duduk berpangku-pangkuan antara laki-laki dan

perempuan. Namun hal itu tidak dianggap penting dan diabaikan saja oleh petugas

lapas yang sedang bertugas.

Senin, 5 Januari 2015

Pada hari ini saya kembali melakukan penelitian di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta. Sesampainya di lapas, saya

menghubungi Bapak Suwarno di depan pintu portir. Tidak lama kemudian Pak

Suwarno tiba dan mendampingin saya ke dalam lapas.

Pada penelitian kali ini, peneliti mewawancarai seorang narapidana bernama

Sukur. Peneliti melakukan wawancara di ruang perpustakaan Masjid

Baiturrahman. Selama dalam perjalanan menuju perpustakaan, peneliti melihat

banyak narapidana yang sedang duduk-duduk sambil berbincang-bincang dengan

narapidana lainnya di sekitar lapangan. Lalu sama seperti hari sebelumnya,

peneliti melihat narapidana-narapidana sedang tidur-tiduran di pelataran masjid.

Ketika peneliti berada di perpustakaan, peneliti bertemu dengan seorang

narapidana. Pada awalnya peneliti tidak mengira kalau orang yang dimaksud

adalah seorang narapidana. orang tersebut memakai kaos kerah berwarna merah

dan celana jeans biru dengan ikat pinggang berwarna cokelat. Kulitnya putih

bersih dan rambut disisir rapi ke belakang. Dia juga mengenakan beberapa cincin

batu akik di jarinya. Saat peneliti tanya kepada Bapak Suwarno ternyata dia

adalah seorang narapidana dengan kasus penipuan. Lalu peneliti melihat ke

sekeliling masjid, melihat narapidana-narapidana lainnya. Banyak narapidana

yang tidak memakai seragam narapidana yang diberikan oleh lapas yang berwarna

oranye. Sedangkan peneliti melihat seragam untuk pengurus masjid (narapidana

yang aktif mengikuti kegiatan di masjid) memakai seragam putih dengan logo

bergambar masjid berwarna biru di dada sebelah kiri.

Page 156: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Kemudian pada saat peneliti mewawancarai informan Sukur, tepat di depan

perpustakaan terdapat sekelompok narapidana sedang memainkan rebana. Mereka

menyanyikan lagu-lagu religi seperti sawalat dan lagu-lagu Islam lainnya.

Kegiatan ini dipimpin oleh satu orang narapidana yang sepertinya berpengaruh

bagi narapidana lainnya. Narapidan tersebut juga terlihat lebih lihai dibandingkan

dengan lainnya.

Senin, 19 Januari 2015

Pada penelitian kali ini peneliti mewawancarai seorang narapidana bernama

Damar. Saat peneliti baru sampai ke Lapas Cipinang dan hendak menemui Bapak

Suwarno, peneliti bertemu dengan seorang narapidana yang sepertinya menjadi

korban pemukulan atau kekerasan. Narapidana tersebut berbadan gemuk dengan

kulit putih. Matanya sipit dan hidungnya tidak terlalu mancung. Rambutnya botak

seperti baru saja dicukur, dan terdapat luka memar hingga mengeluarkan sedikit

darah di pipi sebelah kiri. Dia berjalan menaiki tangga menuju ruang sesi

pembinaan dengan didampingi oleh seorang petugas lapas. Narapidana tersebut

sepertinya merupakan narapidana baru atau penghuni baru Lapas Cipinang,

karena dilihat dati potongan rambutnya sepertinya baru saja dicukur botak dan dia

masih mengenakan seragam narapidana yang masih baru. Narapidana tersebut

berjalan sambil menangis. Sesampainya di depan ruang sesi pembinaan, saya

duduk di kursi yang ada di lorong dan mendengarkan keluhan narapidana tersebut.

Dari ucapannya peneliti mendapati bahwa dia telah dipukuli oleh narapidana yang

sudah lama berada di lapas. Narapidana tersebut juga menunjuk-nunjuk seorang

narapidana lainnya yang duduk berhadapan dengan peneliti. Narapidana yang

ditunjuk itu berbadan kurus , berkulit hitam dengan kumis agak tebal. Rambutnya

melebihi telinga berwarna hitam dan sedikit ikal. Dia terlihat santai dan tidak

menghiraukan narapidana yang menunjuk-nunjuk dirinya, namun terlihat wajah

marah dan sok jagoan di wajahnya.

Page 157: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Senin, 2 Februari 2014

Seperti biasa peneliti melakukan penelitian di Lapas Cipinang, kali ini

peneliti berniat untuk mewawancarai narapidana. Namun ada yang berbeda pada

kali ini. Saat peneliti menemui seorang narapidana untuk diwawancarai,

narapidana tersebut sudah sangat tua berumur 75 tahun. Dia mengenakan kemeja

panjang berwana putih yang sudah lusuh dan kumal sehingga warnanya tersamar

menjadi krem kecokelatan. Mengenakan celana kolor yang juga sudah tidak jelas

warna aslinya, dia juga mengenakan sarung yang terlihat surah rapuh dan bolong-

bolong. Saat mewawancarai dirinya, peneliti merasa bingung karena nerapidana

tersebut hanya mengatakan iya dan tidak. Dia tidak mengerti apa yang ditanyakan

padanya meskipun pertanyaannya sangat sederhana. Narapidana itu terlihat sangat

bingung dan tidak mengerti ucapan saya. Dia mengatakan bahwa dia tidak tahu

apa-apa soal hukum dan dia masuk ke dalam lapas karena dia dituduh telah

menjadi pelaku perkosaan terhadap anak kandungnya sendiri, namun dia tidak

mengakui perbuatannya. Tetapi karena dia takut dengan polisi dan mendapatkan

pukulan saat diinterogasi maka dia hanya bisa menjawab iya, karena dia takut

kepada polisi. Hal ini membuat peneliti menjadi tambah bingung karena peneliti

berpikir apakah benar apa yang diucapkan Bapak X ini.

Selain itu, peneliti melihat kondisi lapas saat ini sangat ramai. Peneliti

melihat keramaian di lapangan, mereka terlihat bersorak-sorak seperti tim sukses.

Selain itu, peneliti juga bertemu dengan Kepala Lapas Cipinang, namun peneliti

tidak sempat untuk mewawancarai beliau karena beliau terlihat sibuk. Selain itu,

Lapas Cipinang juga kedatangan tamu dari lapas lain, ada sekitar 20 orang laki-

laki mengenakan seragam olahraga, kaos pendek dan celana pendek, di

punggungnya tertulis nomer punggung mereka masing-masing. Saat peneliti

tanyakan hal ini pada Bapak Suwarno, ternyata saat ini sedang diadakan finl

pertandingan olahraga, dan narapidana yang mengenakan seragam olahraga tadi

merupakan narapidana dari lapas lain di luar Kanwil Jakarta.

Pada kegiatan ini pula peneliti bertemu dengan Damar, informan yang

pernah peneliti wawancarai. Dia mengenakan seraga pramuka lengkap dengan

kacu dan topinya, dilengkapi dengan sepatu berwarna hitam. Saat peneliti tanya,

dia menjawab bahwa dia sedang menjadi panitia pertandingan olahraga. Dia

Page 158: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban lapas selama pertandingan

berlangsung. Dia juga mengatakan bahwa tugas ini kerap dilakukan apabila

diadakan acara-acara besar lainnya.

Senin, 9 Maret 2015

Pada hari ini peneliti mewawancarai seorang narapidana yang bernama Inal.

Peneliti sering bertemu dengan Inal saat melakukan wawancara. Inal merupakan

salah satu narapidana yang aktif dan menjadi pengurus masjid. Selama melakukan

wawancara dengan Inal, ada sekitar 4-5 narapidana lainnya yang memasuki ruang

perpustakaan dan mencari Inal untuk menanyakan jadwal, buku kehadiran dan

menanyakan kedatangan untadz. Paneliti melihat bahwa Inal merupakan orang

yang berpengaruh di antara narapidana yang mengikuti pembinaan keagamaann.

Selain itu peneliti melihat banyak piala yang diletakkan di atas meja. Di

antara piala-piala tersebut ada yang bertuliskan Juara I, II dan III Lomba Azan,

Juara I, II, III Lomba MTQ. Saat peneliti tanya kepada Inal, ternyata piala tersebut

akan dibagikan kepada pemenang perlombaan yang. Namun peneliti tidak bisa

menyaksikan langsung acara pembagian hadiah.

Page 159: Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31874/1/ILMAWATI... · Sahabat-sahabatku, Ratih Eka Susilawati, S. Sos, Asisah,

Pertandingan Futsal Lapas Klas I Cipinang vs Lapas Tangerang

Pramuka Lapas Klas I Cipinang