Upload
doannhan
View
248
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
DETERMINAN FAKTOR INTERNAL, EKSTERNAL DAN
RELIGIUSITAS TERHADAP ASET DANA PENSIUN LEMBAGA
KEUANGANBANK MUAMALAT INDONESIA PERIODE
TAHUN 2009-2017.
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Rahmi Septyawati
NIM: 11140860000067
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
i
ii
iii
iv
v
DETERMINANT OF INTERNAL, EXTERNAL, AND RELIGIUSITY
FACTORS ON ASSET OF PENSION FUND FINANCIAL
INSTITUTION OF BANK MUAMALAT INDONESIA
PERIOD YEAR 2009-2017
ABSTRACK
According to Law No. 11 Year 1992 states that Banks and life insurance
companies are allowed to establish Pension Fund, where the pension fund is a
legal entity that manages and runs a program that promises pension benefits
called Pension Fund financial Institution (DPLK). a legal entity established by
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. on 12 September 1997 and ratified by
Decree of the Minister of Finance No. Kep-485 / KM.17 / 1997 dated On
October 10, 1997.
Bank Muamalat as the first Syariah bank to run its business activities
based on sharia principles, also formed a subsidiary named Pension Fund
financial Institution (DPLK). This DPLK service is not limited to internal
employees, but to all levels of society that meet the requirements, with the aim
to prepare for retirement can live prosperous.
This study discusses the influence of the profit bank Muamalat, the funds
of the three banks muamalat, Performance Indicators of the stock is the Jakarta
Islamic Index and profit DPLK muamalat against asset growth DPLK bank
muamalat with multiple linear regression analysis methodology with quarterly
data used from March 2009 to September 2017 with the analysis tool used in
the form of spss then obtained the result where the four variables have a
significant influence either partially or simultaneously to the growth of DPLK
Muamalat assets, but not all variables are positively correlated, the interesting
is that the profit bank Muamalat turns out the correlation is negative, when
Bank Muamalat's profit declined, its DPLK assets still increased.
Keywords: DPLK, DPK, JII, PROFIT BANK MUAMALAT.
vi
DETERMINAN FAKTOR INTERNAL, EKSTERNAL, DAN RELIGIUSITAS
TERHADAP ASET DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN BANK
MUAMALAT INDONESIA PERIODE TAHUN 2009-2017
ABSTRAK
Menurut UU No.11 tahun 1992 menyatakan bahwa Bank maupun
perusahaan asuransi jiwa diperbolehkan untuk membentuk Dana Pensiun,
dimana dana pensiun yang dijalankan yaitu suatu badan hukum yang
mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun yang
disebut dengan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). badan hukum yang
didirikan oleh PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. pada tanggal 12 September
1997 dan disahkan berdasarkan SK Menteri Keuangan Nomor Kep-
485/KM.17/1997 tanggal 10 Oktober 1997.
Bank Muamalat sebagai bank Syariah pertama yang menjalankan
kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip syariah, juga membentuk anak
perusahaan yang bernama Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Muamalat. Layanan DPLK ini tidak hanya terbatas pada pegawai internal,
namun ke semua lapisan masyarakat yang memenuhi persyaratan, dengan
tujuan untuk mempersiapkan masa pensiun dapat hidup sejahtera.
Penelitian ini membahas pengaruh berupa profit bank Muamalat, dana
ketiga bank muamalat, Indikator Kinerja saham yaitu Jakarta Islamic Index dan
profit DPLK muamalat terhadap pertumbuhan aset DPLK bank muamalat
dengan metodologi analisi Regresi Linear berganda dengan data triwlan yang
digunakan dari bulan maret 2009 sampai bulan september 2017 dengan alat
analisis yang digunakan berupa spss maka diperoleh hasil dimana keempat
variable tersebut berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan
terhadap pertumbuhan aset DPLK Muamalat, namun tidak semua variabel
tersebut berkorelasi positif, yang menarik adalah bahwa profit bank Muamalat
ternyata korelasinya adalah negatif, artinya bahwa pada saat profit Bank
Muamalat turun ternyata aset DPLK tetap mengalami peningkatan.
Kata Kunci : DPLK, DPK, JII, PROFIT BANK MUAMALAT.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi rabbi-l-alamin, syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT, dengan segala rahmat dan karunia- Nya akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Determinan Faktor Internal,
Eksternal dan Religiusitas terhadap Aset Dana Pensiun Lembaga Keuangan Bank
Muamalat Indonesia Periode Tahun 2009-2017” dalam rangka menyelesaikan
Pogram Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari Dalam penyusunan skripsi
ini tentu tak luput dari bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun materil.
Oleh karena itu, Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang mendalam kepada:
1. kedua orang tuaku, kakak dan adik-adikku beserta seluruh keluarga besar
yang telah memberikan dukungan kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Roikhan Mochammad Aziz, MM. Hah. Slm selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan membimbing
dalam penyusunan skripsi kepada penulis.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, SE., M.Si dan Ibu Rr. Tini Anggraeni, ST.,
M.Si selaku Ketua dan sekertaris Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmunya dengan penuh
keikhlasan dan semangat hingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
viii
6. Seluruh Staff Tata Usaha dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan
sebagainya.
7. Teman-teman mahasiswa/i Ekonomi Syariah 2014 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan baik moral maupun materil, dukungan dan doa
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan
masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik
maupun saran dari pembaca, agar nantinya penulis dapat mengevaluasi diri, dan
dapat menjadi seorang yang lebih baik lagi. Besar harapan penulis agar nantinya
skripsi ini dapat bermanfaat dan berkontribusi untuk ilmu pengetahuan, khususnya
ilmu ekonomi syariah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 07 Juni 2018
Rahmi Septyawati
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI......................................i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF...................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...........................iv
ABSTRACT..........................................................................................................v
ABSTRAK............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………….........vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….…xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… ..xii
DAFTAR DIAGRAM........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah………………………………………..15
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………..15
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………16
E. Sistematika Penelitian.................................................................................17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori...........................................................................................19
B. Hubungan Antar Variabel……………...........…………………………….52
C. Hasil Penelitian Sebelumnya.......………………………………………….55
D. Kerangka Teoritis………………............……………………………….…59
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................61
B. Metode Pengumpulan data…………………………………………...…....61
x
C. Populasi dan Sampel………………………………………………….……64
D. Metode Analisis...............……………………………………………….…65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian...........................................................76
B. Pengujian dan Pembahasan……………………………………………......92
BAB V PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................114
B. Saran.......................................................................................................116
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….…....117
LAMPIRAN……………………………………………………………….…...124
xi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Jumlah Dana Pensiun 8
2.1 Perbandingan DPPK dengan DPLK 34
3.1 Penjelasan Variabel Pengukuran 75
4.1 Paket Investasi DPLK Muamalat 85
4.2 Profit Bank Muamalat Indonesia 88
4.3 Perkembangan DPK Bank Muamalat 89
4.4 Perkembangan JII 90
4.5 Profit DPLK 91
4.6 Kinerja investasi dplk muamalat 92
4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Test of Normality 94
4.8 Hasil Uji Spearman’s rho 97
4.9 Hasil Uji Multikolinearitas 98
4.10 Hasil Uji Autokorelasi 99
4.11 Hasil uji Statistik t 101
4.12 Hasil Uji Statistik F 103
4.13 Hasil Koefisien Determinasi 104
4.14 Hasil Uji Regresi Berganda 105
xii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Pertumbuhan aset keuangan syariah global 2016 2
2.1 Kaffah Thinking 47
2.2 Model Penelitian 60
4.1 Pertumbuhan Aset DPLK Muamalat 86
4.2 Hasil uji Normal P-P Plot 93
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas 95
DAFTAR DIAGRAM
No. Keterangan Halaman
1.1 Pertumbuhan jumlah peserta dana pensiun 9
1.2 Alasan Pembubaran Dana Pensiun 10
1.3 Pertumbuhan Aset Bersih Dana Pensiun 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga Keuangan dewasa ini menjadi Instrumen penting bagi Sistem
perekonomian. Di Indonesia sendiri, Perkembangan Lembaga Keuangan
Syariah ditanah air saat ini menunjukkan kemajuan sangat baik bahkan
Hampir dapat ditemui berbagai macam Lembaga Keuangan Syariah atau unit
usaha syariah yang hadir dengan berbagai inovasi.
Dalam Muamalah sendiri khususnya dalam hal keuangan, dewasa ini
telah berkembang konsep keuangan Islam atau yang dikenal dengan
Keuangan Syariah lebih luasnya ekonomi syariah. Pengembangan ekonomi
Islam selama ini berbasiskan pola berpikir linier dengan pendekatan sekuler,
memisahkan keilmuan dengan keagamaan, sehingga otomatis makna ibadah
tercerabut dengan sendirinya. Makna ibadah merupakan proses yang alami
dalam setiap aktivitas kehidupan manusia termasuk ekonomi. Konsep
Keuangan Syariah belakangan ini telah mengalami pertumbuhan yang pesat.
Hingga diakhir tahun 2016, aset yang terkumpul melebihi 2 triliun dolar AS
sebagaimana dilansir dalam Islamic Financial Development Report icd-
thomson reuters,2016. Sebagaimana tertuang dalam Gambar 1.1.
2
Gambar 1.1
Pertumbuhan Aset Keuangan Syariah Global 2016 (Miliar Dolar)
S
u
m
b
e
Sumber: Islamic financial development report, Thomson Reuters
Asset Keuangan Syariah paling besar diperoleh dari sector perbankan
syariah yang mencapai 1,59 triliun dolar AS, lalu disusul oleh sukuk sebesar
3,44 miliar dolar AS, dan untuk Islamic financial institute lainnya dalam
perbankan menyumbang asset sebesar 1,2 miliar dolar AS serta sektor-sektor
lain yang tertera dalam gambar 1.1. dimana dewasa ini perbankan syariah di
Indonesia khususnya bank muamalat Indonesia telah melebarkan pangsanya
dengan mendirikan unit link berupa dana pensiun Lembaga Keuangan bank
muamalat.
Dalam memenuhi kebutuhan masa tua, manusia dihadapkan pada suatu
ketidakpastian pada hari esoknya, seperti ketidakpastian akan kesehatan,
perekonomian dan lain sebagainya. Setiap orang membutuhkan suatu
penghasilan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik dimasa muda
maupun di masa tua. sebagai manusia kita menginginkan dimana dalam masa
tua dapat hidup sejahtera baik sejahtera dalam beragama dan dalam
memenuhi kebutuhan hidup terlebih pada zaman era millenial ini.
3
suatu penghasilan didapatkan saat manusia berada dalam usia
produktifnya untuk bekerja dimana usia produktif dalam bekerja dibatasi oleh
usia. sehingga diperlukan suatu cara untuk menjaga kesinambungan
pendapatan di hari tua ketika sudah memasuki usia tidak produktif atau sudah
tidak berkerja. Salah satunya yaitu dengan diselenggarakannya program
pensiun.
Banyak orang mendambakan untuk mendapat pekerjaan sebagai pegawai
pemerintahan atau Pegawai Negeri Sipil terlebih pada tahun 70-80an
sebelumnya yang tujuannya untuk mendapatkan dana pensiun sehabis masa
kepegawaiannya. Karna saat usia mereka sudah tidak produtif lagi sehingga
tidak mengherankan jika pilihan pertama mereka adalah Pegawai Negeri
karena Pegawai Negeri pada saat itu memberikan kepastian adanya pensiun
disaat mereka tidak bekerja lagi.
Untuk mendukung penyelenggaraan program pensiun di Indonesia,
pemerintah telah membuat berbagai kebijakan sebagai dasar hukum
penyelenggaraan program pensiun sukarela. Selain itu, pemerintah juga terus
berupaya untuk mendorong penyelenggaraan dana pensiun agar semakin
efisien, transparan, kredibel, serta berstandar International. Mengingat dimana
Industri dana pensiun memainkan peranan penting dalam mendukung dan
menjaga Stabilitas Perekonomian Nasional. Dengan hadirnya program
pensiun dimungkinkan untuk menetapkan hak peserta dalam memastikan
bahwa manfaat pensiun dapat digunakan sebagai perkumpulan dana atau
akumulasi dana yang dibutuhkan untuk memelihara terjaganya
4
kesinambungan penghasilan, mendorong mobilisasi tabungan dalam dana
pensiun jangka panjang untuk kesejahteraan di masa tua dan untuk
memastikan bahwa dana digunakan oleh lembaga atau penyelenggara pensiun
untuk investasi (Soemitra, 2010:297).
Di Indonesia sendiri sudah banyak program pensiun yang ada, berdasar
pada UU No. 11 tahun 1992, hampir setiap perusahaan menyelenggarakan
program dana pensiun bagi karyawannya baik dikelola sendiri maupun
dikelola oleh lembaga lain sehingga terdapat tiga jenis dana pensiun yang
berlaku di Indonesia diantaranya dana pensiun pemberi kerja (DPPK), dana
pensiun berdasarkan keuntungan dan dana pensiun Lembaga Keuangan
(DPLK).
Hal tersebut berbeda dengan pensiun Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
diselenggarakan oleh pemerintah yang diatur melalui UU No. 11 th 1969
yang dikhususkan bagi pegawai yang bekerja untuk pemerintah. Sehingga
kebanyakan orang berbondong-bondong untuk mendapatkan pekerjaan
sebagai PNS untuk mendapatkan dana pensiun. Kurangnya edukasi ini
menjadi tugas Regulator dan Fasilitator untuk mencanangkan program
finansial berupa industri dana pensiun. Pihak swasta, badan usaha maupun
korporasi, disamping dapat mendirikan dana pensiun dengan model program
pensiun manfaat pasti (PPMP) juga dapat mendirikan dana pensiun dengan
model program pensiun iuran pasti (PPIP) (Hardjono, 2013:5).
5
Untuk mengelola Dana Pensiun lembaga pemerintahan membentuk PT
Jamsostek, PT Asabri, dan PT Taspen. Namun dengan berlakunya UU No. 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Dimana
BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak,
tentunya hal tersebut akan mengurangi berbagai resiko yang dapat timbul,
seperti kehilangan pekerjaan, kecelakaan, bahkan meninggal dunia (Siamat,
2004:465).
Maka dari itu, lembaga pengelola Dana Pensiun tersebut akan
bertransformasi ke BPJS Ketenagakerjaan. dengan hadirnya BPJS
ketenagakerjaan sendiri yang ditakutkan dapat menurunkan minat peserta
DPLK. BPJS sendiri lebih bersifat wajib dan DPLK lebih bersifat sukarela.
Sebenarnya, baik BPJS maupun DPLK keduanya sama-sama memiliki tujuan
akhir untuk menyiapkan kesejahteraan pekerja agar lebih baik di masa
pensiun dan saat tidak bekerja lagi. Oleh karena itu, BPJS Ketenagakerjaan
melalui program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Program Pensiun akan fokus
untuk memberikan perlindungan dasar dan layak di masa pensiun, sedangkan
DPLK lebih mengutamakan manfaat pensiun yang lebih maksimal (on top)
(Yunus, 2014).
Hal inilah yang menjadi penyesuaian yang bersifat selaras antara BPJS
Ketenagakerjaan dengan DPLK. tujuannya utamanya yaitu untuk
meningkatkan kesejahteraan pekerja di masa pensiun dan di saat tidak bekerja
6
lagi. Hanya dalam pelaksanaannya, perlu diatur secara profesional dan
proporsional sehingga tidak merugikan iklim industri keuangan serta pelaku
usaha industri keuangan yang sudah berkembang di Indonesia sehingga Tidak
ada yang tumpang tindih antara BPJS Ketenagakerjaan dengan DPLK.
Maka dari itu, Untuk mendukung penyelenggaraan program pensiun di
Indonesia pemerintah telah membuat berbagai kebijakan sebagai mana
menjadi dasar hukum penyelenggaraan program pensiun sukarela, seperti UU
No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun; PP No.76 tahun 1992 tentang Dana
Pensiun Pemberi Kerja; PP No.77 tahun 1992 tentang dan Dana Pensiun
Lembaga Keuangan. Saat ini industri dana pensiun sudah mempunyai
regulasi yang mengatur secara khusus mengenai dana pensiun syariah melalui
POJK nomor 33/ POJK.05/ 2016 tentang penyelenggaraan Program Pensiun
Berdasarkan Prinsip Syariah (POJK Dapensya). dengan ditetapkannya
undang-undang dana pensiun, penumpukan dana bagi program pensiun yang
selama ini dikelola yayasan harus memperoleh pengesahan Menteri
Keuangan dan dinyatakan sebagai badan hukum dana pensiun pemberi kerja
(DPPK) (Rahadian, 2014:2).
Secara garis besar dan ditinjau dari sisi lembaga penyelenggaraannya,
dana pensiun yang diselenggarakan oleh pihak swasta dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu dana pensiun pemberi kerja (DPPK) dan dana
pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). DPPK adalah dana pensiun yang
dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, selaku
pendiri, untuk menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti (PPMP),
7
bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawan sebagai peserta dan yang
menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja, sedangkan DPLK adalah
dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk
menyelenggarakan program pensiun iuran pasti (PPIP) bagi perorangan, baik
karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi
kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan
(Hardjono, 2013:6).
Munculnya dana pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) ini merupakan
sesuatu yang masih baru dalam industri keuangan. Berbeda dengan DPPK
yang menyelenggarakan program pensiun khusus bagi pegawai pendiri atau
mitra pendiri DPPK yang bersangkutan, DPLK didirikan oleh lembaga
berupa bank umum atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyediakan
program pensiun bagi masyarakat luas, khususnya para pekerja mandiri
(Fadel, 2015:15)
Dalam perkembangannya, DPLK lebih banyak berperan sebagai media
alternatif bagi pemberi kerja yang bermaksud untuk menyediakan program
pensiun bagi karyawannya (Rahadian, 2014:3). Dalam perkembangan dana
pensiun Lembaga Keuangan di Indonesia sendiri dapat dilihat pada tabel 1.1
8
Tabel 1.1
Jumlah Dana Pensiun
Jenis dana pensiun tahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
DPPK-PPMP 210 208 204 201 198 194 190 180
DPPK-PPIP 41 40 41 43 43 48 45 44
DPLK 25 24 25 25 24 25 25 25
JUMLAH 276 272 270 269 265 267 260 249
Sumber: otoritas jasa keuangan
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat DPPK-PPMP masih merupakan
mayoritas di industri dana pensiun dibandingkan dengan DPPK-PPIP dan
DPLK. Namun demikian, jumlah DPPK-PPMP tersebut cenderung
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Di lain pihak, jumlah DPPK-PPIP
cenderung berfluktuatif dan DPLK cenderung tetap.
Berdasarkan buku statistik dana pensiun otoritas jasa keuangan
penurunan jumlah Dana Pensiun DPPK-PPMP disebabkan adanya
pembubaran Dana Pensiun. Pembubaran Dana Pensiun dapat disebabkan
adanya Pendiri Dana Pensiun yang bubar/merger/konsolidasi, Pendiri
mengalami kesulitan keuangan, Pendiri sedang melakukan efisiensi, Pendiri
menggabungkan Dana Pensiunnya ke Dana Pensiun lain atau mengalihkan
program pensiunnya ke Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan dan
lain-lain. Pertumbuhan dana pensiun tersebut dapat mempengaruhi
kepersertaan dana pensiun. Dimana Untuk kepersertaan dana pensiun sendiri
dapat dilihat pada diagram 1.1
9
Diagram 1.1
Pertumbuhan Jumlah Peserta Dana Pensiun
Sumber: otoritas jasa keuangan
Berdasarkan data pertumbuhan peserta Dana Pensiun selama periode
2009–2016 yang tertera pada diagram 1.1 jumlah peserta DPLK terus
mengalami kenaikan, sebaliknya jumlah peserta DPPK mengalami
penurunan. Pada tahun 2009, persentase jumlah peserta DPPK masih berada
di atas persentase jumlah peserta DPLK, tetapi sejak tahun 2010 persentase
jumlah peserta DPLK lebih besar dibandingkan dengan persentase jumlah
peserta DPPK. Dalam hal ini, penurunan jumlah pertumbuhan kepersertaan
peserta dana pensiun dikarenakan penurunan jumlah dana pensiun yang telah
dijelaskan pada tabel 1.1. dimana Beberapa faktor pertimbangan yang
menyebabkan Pendiri mengajukan permohonan pembubaran Dana Pensiun
dapat dilihat pada diagram 1.2 alasan pembubaran dana pensiun.
10
Diagram 1.2
Alasan Pembubaran Dana Pensiun
Sumber : otoritas jasa keuangan
Dimana pembubaran dana pensiun dikarenakan antara lain masalah
efisiensi, perubahan program pensiun, Pendiri bubar atau merger atau akusisi,
masalah kesulitan keuangan Pendiri, dan lain-lain. Diagram 1.2
memperlihatkan bahwa alasan terbanyak dari pembubaran DPPK adalah
beralih ke DPPK lain atau beralih ke DPLK. Sementara alasan berikutnya,
Pendiri bubar atau merger dan Pendiri mengalami kesulitan keuangan.
Dalam hal ini DPLK menunjukan keeksistensiannya dalam industri dana
pensiun, terlebih terdapat beberapa alasan pula mengapa dana pensiun
memiliki daya tarik padahal sudah terdapat program jaminan sosial yang
berlaku bagi semua masyarakat, dapat disimak dari pendapat Roe (1995) dan
Bodie (1990) Dalam penelitian Saebani Hardjono, (2013:10) Roe melihat
bahwa kebutuhan tersebut didorong oleh kondisi ekonomi masyarakat yang
membaik, antara lain karena adanya peningkatan kemampuan finansial
sehingga bisa disisihkan dana untuk keperluan dihari tua ketika pensiun,
harapan hidup yang lebih panjang yang perlu diantisipasi, keinginan
melakukan persiapan pensiun dini dan keengganan generasi sekarang untuk
11
menanggung beban bagi generasi sebelumnya. Sedangkan Bodie menyatakan
bahwa program pensiun merupakan jalan yang menguntungkan dalam
memberikan jaminan kepada individu menghadapi ketidakpastian
memperoleh penghasilan pada saat mereka nanti pensiun.
Dana pensiun sendiri dapat menunjukan keeksistensiannya melalui
kinerja yang diperolehnya. salah satunya dapat dilihat dalam perkembangan
aset bersih dana pensiun dalam beberapa tahun terakhir berdasarkan Diagram
1.3
Diagram 1.3
Pertumbuhan Aset Bersih Dana Pensiun
Sumber:otoritas jasa keuangan
Dalam Diagram 1.3 dilihat berdasarkan jenis program pensiun, selama
tujuh tahun terakhir walaupun nilai aset bersih DPLK masih belum
menggungguli aset bersih DPPK-PPMP akan tetapi DPLK cenderung
mengalami peningkatan setiap tahunnya dari periode 2009 sampai November
12
2017 dibandingkan dengan DPPK PPIP maupun DPPK PPMP. Selama
periode tersebut, jumlah aset bersih DPLK meningkat dari Rp 14,99 triliun
menjadi Rp75,972 triliun. Untuk DPPK-PPIP, jumlah aset bersih cenderung
berfluktuatif dan Berikutnya, jumlah aset bersih DPPK-PPMP berfluktuatif
dengan cenderung mengagalami peningkatan sebesar dari Rp. 88,24 triliun
menjadi Rp151,99 triliun.
Asset merupakan bagian penting dalam perusahaan yang harus dikelola
dengan baik untuk mendapatkan manfaat bagi perusahaan. Semakin besar
asset semakin besar pula kesempatannya dalam mencapai tujuan utamanya
yaitu memperoleh keuntungan. Total asset adalah indikator yang menentukan
kontribusinya terhadap nasional serta sebagai suatu indikasi kuantitatif besar
kecilnya lembaga tersebut. Maka perlu langkah-langkah strategis yang harus
dilakukan guna meningkatkan total asset. Untuk mendorong tercapainya
tujuan perusahaan perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu apa yang
mempengaruhi pertumbuhan asset.
Selain asset, Dalam menghasilkan Kinerja investasi atau return on
investmen yang dihasilkan menjadi salah satu komponen yang dapat
dijadikan pertimbangan bagi para calon peserta DPLK dalam melakukan
pemilihan DPLK. Kinerja yang baik merupakan nilai lebih yang menjadi
daya tarik tersendiri bagi peserta. Sehingga setiap DPLK biasanya
menawarkan beberapa alternative pilihan paket investasi bagi pesertanya.
Dimana paket investasi ini bebas dipilih oleh setiap peserta pension sesuai
dengan besaran return yang diekspektasikan. Namun, investasi pada pihak
13
mana akan ditempatkan dan seberapa besar komposisi penempatan pada
setiap kelas asset investasi tetap menjadi kebijakan dari DPLK.
Sebagai implementasinya dan untuk mengembangkan program investasi
dana pensiun berbasis syariah, PT Muamalat Indonesia Tbk mendirikan suatu
badan hukum berupa dana pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) pada tanggal
12 September 1997 dan disahkan berdasarkan SK Menteri Keuangan Nomor
Kep-485/KM.17/1997 tanggal 10 Oktober 1997 (Bank Muamalat, 2014).
Menurut data OJK, saat ini terdapat 25 DPLK yang beroperasi di
Indonesia. Sayangnya, seluruh DPLK tersebut beroperasi dengan basis sistem
keuangan konvensional yang mengandung riba. Belum ada DPLK syariah
yang beroperasi dengan basis sistem Keuangan Syariah (Kurniati, 2017)
Sebagai bank pertama dan murni syariah, bank muamalat
mengkonversikan DPLK muamalat menjadi DPLK syariah muamalat dimana
konversi ini sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor
33 tahun 2016. direktur Bisnis Korporasi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk
menjelaskan, sejak berdiri pada 1997, perseroan sudah menggunakan prinsip
syariah dalam pengoperasian Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
Hanya saja waktu itu masih di bawah naungan Kementerian Keuangan
(Kemenkeu) dan belum berbadan hukum Dapen Syariah sehingga perubahan
ini hanya status hukum dan pemilihan investasi (Septyaningsih, 2017).
Perkembangan yang terjadi dalam dana pensiun Lembaga Keuangan juga
dapat dilihat pada dana pensiun Lembaga Keuangan muamalat yang
mengalami pertumbuhan. Pelaksana tugas Pengurus DPLK Muamalat,
14
Sulistyowati mengatakan sampai September 2017 pihaknya telah
merealisasikan dana kelolaan sebesar Rp 1,16 triliun. Angka ini meningkat
15,07% dari posisi sama tahun kemarin sebesar Rp 1,01 triliun (Johanna,
2017)
Akan tetapi, dengan dana kelolaan tersebut masih menempatkan bank
muamalat dengan urutan ke 12 dari 25 DPLK dilihat berdasarkan besaran
asset dari laporan ojk yang dihimpun oleh lembaga DPLK itu sendiri. DPLK
syariah ini masih cukup tertinggal dibandingkan dengan DPLK konvensional.
DPLK syariah yang sudah full fledge yakni muamalat memiliki dana kelolaan
yang cukup banyak namun belum dapat menyaingi DPLK konvensional.
Dengan dana kelolaan seperti yang dipaparkan diatas, adanya
pertumbuhan dana kelolaan menunjukan aset dana pensiun Lembaga
Keuangan yang juga memiliki perkembangan seiring dengan peningkatan
DPLK bank muamalat.
Berdasarkan latar belakang dari permasalahan-permasalah diatas maka,
menimbulkan minat penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai pertumbuhan aset dana pensiun Lembaga Keuangan bank
Muamalat Indonesia. Oleh karena itu penulis menarik judul “Determinan
Faktor Internal, Faktor Eksternal faktor Religiusitas Terhadap
Pertumbuhan Aset Dana Pensiun Lembaga Keuangan Bank Muamalat
Indonesia Periode tahun 2009-2017”.
15
B. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah variabel Profit Bank Muamalat berpengaruh secara parsial
terhadap pertumbuhan aset DPLK Muamalat?
2. Apakah perkembangan variabel dana pihak ketiga bank Muamalat
mempengaruhi secara parsial terhadap pertumbuhan aset DPLK
Muamalat?
3. Apakah variabel kinerja JII berpengaruh secara parsial terhadap
pertumbuhan aset DPLK?
4. Apakah variabel profit DPLK Muamalat berpengaruh secara parsial
terhadap pertumbuhan aset DPLK?
5. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara profit bank muamalat,
dana pihak ketiga bank muamalat, profit dana pensiun Lembaga Keuangan
bank muamalat, dan jakarta Islamic index terhadap pertumbuhan aset dana
pensiun Lembaga Keuangan bank muamalat?
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor profit bank Muamalat secara parsial
terhadap pertumbuhan aset DPLK Muamalat.
16
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor dana pihak ketiga bank Muamalat
secara parsial terhadap pertumbuhan aset DPLK Muamalat.
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor Kinerja JII secara parsial terhadap
pertumbuhan aset DPLK Muamalat.
4. Untuk mengetahui pengaruh faktor profit DPLK Muamalat secara parsial
terhadap pertumbuhan asetnya.
5. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara profit bank muamalat,
dana pihak ketiga bank muamalat, jakarta Islamic index , dan profit dana
pensiun Lembaga Keuangan bank muamalat terhadap pertumbuhan aset
dana pensiun Lembaga Keuangan bank muamalat?
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah:
1. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahahan
wawasan sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi mengenai
dana pensiun lembaga keuanagan untuk peneliti selanjutnya sebagai bahan
tambahan referensi.
2. Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
mengenai pengaruh profit bank muamalat, dana pihak ketiga bank
muamalat, jakarta Islamic index dan profit dana pensiun Lembaga
Keuangan bank muamalat terhadap pertumbuhan aset dana pensiun
Lembaga Keuangan bank muamalat syariah pada periode Maret 2009
sampai September 2017.
17
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi peserta dana
pensiun baik individu maupun korporasi Sehingga dapat dijadikan
landasan atau alat ukur dalam menentukan pilihan DPLK yang akan
mengelola dana pensiunnya.
E. Sistematika Penelitian
Untuk memahami dan memudahkan pembahasan pada kajian ini, maka
pembahasan akan dibagi menjadi lima bab yang masing-masing bab terdiri
dari sub bab pembahasan yang lebih rinci. Adapun sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN :
berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, maksud dan tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI :
bab ini berisikan landasan teori yang berupa tinjauan pustaka tentang lembaga
keuangan syariah, perbankan syariah dan bank muamalat, dana pihak ketiga,
dana pensiun dan dana pensiun Lembaga Keuangan, landasan hukum yang
diambil dari kutipan ayat-ayat Alqur’an dan buku literatur yang berkaitan
dengan penyusunan skripsi serta beberapa jurnal dan peneliatian yang
berkaitan dan berhubungan dengan penelitian tentang Dana Pensiun Lembaga
Keuangan, tujuan penyelenggaraan dana pensiun, peserta dana usia pensiun,
lembaga penyelenggara dana pensiun, program pensiun, manajemen
pengelolaan dana pensiun, kebijakan dana pensiun Lembaga Keuangan, dan
jakarta Islamic index.
18
BAB III METODE PENELITIAN :
bab ini mencakup tentang Rancangan penelitian yang termasuk jenis
penelitian dan data yang digunakan, objek penelitian, variable dan
pengukuran, metode pengumpulan data serta metode analisis data yang
menggunakan model statistik Regresi linear berganda.
BAB IV HASIL DAN ANALISIS :
bab ini menguraikan tentang analisis dan pembahasan yang terdiri dari hasil
pengumpulan data dan hasil berdasarkan data yang ada.
BAB V PENUTUP :
bab ini berisi simpulan dan implikasi atas hasil analisa dari yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Lembaga Keuangan Syariah
Dalam menjalankan sistem keuangan yang ada di Indonesia
memerlukan suatu lembaga. Maka dalam operasionalnya lembaga
keuangan dapat berbentuk lembaga keuangan konvensional dan lembaga
keuangan syariah. Menurut SK Menkeu RI No 792/90 Lembaga keuangan
adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan
penghimpunan, dan penyaluran dana kepada masyarakat, terutama guna
membiayai investasi perusahaan.
Sedangkan menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) lembaga
keuangan syariah adalah lembaga yang mengeluarkan produk keuangan
syariah dan mendapat izin operasional sebagai lembaga keuangan syariah.
dengan demikian lembaga keuangan syariah merupakan suatu badan usaha
atau institusi yang kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan
(Soemitra, 2010:29).
Lembaga keuangan syariah merupakan bagian dari Ekonomi Islam.
Dengan pendekatan Islam yang memiliki makna bahwa manusia
diciptakan Tuhan untuk ibadah (Aziz, 2016). Sehingga suatu lembaga
keuangan syariah harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaiannya
dengan hukum syariah islam dan unsur legalitas operasi baik dalam segi
teori maupun praktiknya.
20
a. Jenis Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan syariah di Indonesia dalam sistem keuangannya
dijalankan oleh dua jenis lembaga, yaitu lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan non bank.
1) Lembaga Keuangan Bank
Lembaga keuangan bank secara operasional dibina dan diawasi
oleh otoritas jasa keuangan. Sedangkan pembinaan dan pengawasan
dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh Dewan
Syariah Nasional MUI dan Dewan Pengawas Syariah. Lembaga
keuangan bank syariah diantaranya terdiri dari (Soemitra, 2010: 45):
a) Bank Umum Syariah atau yang disingkat BUS adalah Bank
Syariah yang dalam menjalankan kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah atau disingkat BPRS
merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil di
kecamatan dan pedesaan. Jenis produk yang ditawarkan oleh
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah relatif sempit
dibandingkan dengan bank umum, bahkan ada beberapa jenis
jasa bank yang tidak boleh diselenggarakan oleh Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah, seperti pembukaan rekening
giro dan ikut kliring.
c) Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS adalah
unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional
21
(BUK) yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau
unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah atau unit syariah
(Machmud dan Rukmana, 2010:4).
2) Lembaga Keuangan Non Bank
Lembaga keuangan non bank adalah badan usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan atau tagihan
(claims) dibandingkan aset non finansial atau asset rill (Nurastuti,
2011:53). Lembaga keuangan non bank memiliki jenis-jenis yang
berbeda diantaranya:
a) Sewa Guna Usaha (Leasing) Merupakan suatu kegiatan
pembiayaan kepada perusahaan (badan hukum) atau
perseorangan dalam bentuk pembiayaan barang modal.
Pembayaran kembali oleh peminjam dilakukan secara berkala
dan dalam jangka waktu menengah atau panjang. Perusahaan
yang menyelenggarakan leasing disebut lessor, sedangkan
yang mengajukan leasing disebut lessee.
b) Modal Ventura Merupakan suatu bentuk pembiayaan oleh
perusahaan modal ventura kepada badan usaha (perusahaan)
kecil yang berupa penyertaan modal untuk jangka waktu
22
sementara. Balas jasa yang didapat adalah bagi hasil jika
perusahaan yang dibiayai mendapat keuntungan dan berbagi
beban jika merugi.
c) Anjak Piutang Merupakan usahan pembiayaan dalam bentuk
pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau
tagihan jangka pendek suatu perusahaan (debitur) dan
transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Hak ini
diperoleh perusahaan anjak piutang (factoring company) dari
penjualan (debitur).
d) Asuransi Menurut UU No.1 Tahun 1992 tentang Usaha
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua
pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
meningkatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian tertanggung
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
e) Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun
bagi pesertanya. Jenis dana pensiun yang ada di Indonesia
23
adalah Dana pensiun pemberi kerja dan Dana pensiun
lembaga keuangan.
f) Pegadaian Menurut KUHP pasal 1150, pengertian hukum
gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang seorang yang
berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan
kepadanya oleh seorang yang berutang atas oleh seorang lain
atas namanya, dan memberikan kekuasaan kepada orang
yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang
tersebut secara didahulukan daripada orang-orang yang
berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk
melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan
untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan
2. Perbankan Syariah dan Bank Muamalat
Yang dimaksud perbankan syariah menurut Undang-Undang No.10
tahun 1998 adalah perbankan yang melaksanakan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran dimana bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Fungsi Bank Syariah mempunyai dua peran utama, yaitu sebagai
badan usaha (tamwil) dan badan sosial (maal). Sebagai badan usaha, bank
syariah mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai manajer investasi,
24
investor, dan jasa pelayanan. Sebagai manajer investasi, bank syariah
melakukan penghimpunan dana dari para investor atau nasabahnya dengan
prinsip wadi'ah yad dhamanah (titipan), mudharabah (bagi hasil) atau
ijarah (sewa). Sebagai investor, bank syariah melakukan penyaluran dana
melalui kegiatan investasi dengan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa.
Sebagai penyedia jasa perbankan, bank syariah menyediakan jasa
keuangan, jasa nonkeuangan, dan jasa keagenan. Pelayanan jasa keuangan
antara lain dilakukan dengan prinsip wakalah (pemberian mandat), kafalah
(bank garansi), hiwalah (pengalihan utang), rahn (jaminan utang atau
gadai), qardh (pinjaman kebajikan untuk dana talangan), sharf (jual beli
valuta asing), dan lain-lain. Pelayanan jasa non-keuangan dalam bentuk
wadi'ah yad amanah (safe deposit box) dan pelayanan jasa keagenan
dengan prinsip mudharabah muqayyadah. Sementara itu, sebagai badan
sosial, bank syariah mempunyai fungsi sebagai pengelola dana sosial
untuk penghimpunan dan penyaluran zakat, infak, dan sadaqah (ZIS), serta
penyaluran pinjaman kebajikan (qardhul hasan) (Yuamnita, 2005:13).
3. Dana Pihak Ketiga Bank Syari’ah
Sumber dana bank merupakan dana yang dimiliki oleh bank syariah
yang tidak hanya berasal dari masyarakat saja tetapi dapat bersumber dari
bank itu sendiri dan lembaga lain. Kemampuan bank memperoleh sumber-
sumber dana yang diinginkan sangat mempengaruhi kelanjutan usaha
bank. Dalam mencari sumber dana, bank harus mempertimbangkan
beberapa faktor seperti kemudahan untuk memperoleh dana tersebut,
25
jangka waktu sumber dana serta biaya yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh dana tersebut (Ihsan, 2012:3).
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008 Dana
Pihak Ketiga adalah kewajiban bank kepada penduduk yang merupakan
nasabah bank dalam rupiah dan valuta asing. Sumber dana dari
masyarakat ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi
bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai
operasinya dari sumber dana ini (Ihsan, 2012:3).
Dana Pihak Ketiga dalam Perbankan Syariah merupakan sumber dana
yang berasal dari masyarakat yang terhimpun melalui produk giro wadiah,
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Dana Pihak Ketiga yang
dimiliki Perbankan Syariah akan disalurkan ke berbagai jenis pembiayaan
(Andraeny, 2011:6).
Menurut Arifin (2006), yang termasuk dalam dana pihak ketiga yaitu:
giro, tabungan dan deposito. Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut:
Giro, Dana giro ini boleh dipakai bank syariah dalam operasional bagi
hasil (profit sharing). Pembayaran kembali nilai nominal giro dijamin
sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai pinjaman depositor kepada
bank. Beberapa ulama memandang giro sebagai kepercayaan, dimana
dana diterima bank sebagai simpanan untuk keamanan (wadi’ah yad al
dhamanah).
26
Tabungan, Tabungan di bank konvensional berbeda dari giro dimana
ada beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan
biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank bebas bunga,
tabungan juga mempunyai sifat yang sama kecuali bahwa penabung
tidak memperoleh hasil yang pasti. Menurut para ulama, penabung
boleh menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang
diperoleh bank dan setuju untuk berbagi resiko dengan bank.
Deposito, Deposito pada bank konvensional menerima jaminan
pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito
diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba/rugi bank.
Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya rekening investasi atau
simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal
jatuh tempo yang berbeda-beda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan
(pooled) menjadi satu dengan rekening investasi oleh bank syariah
sebagai sumber dana utama bagi pembiayaan.
Pembagian jenis DPK ke dalam beberapa jenis dimaksudkan agar para
penyimpan mempunyai pilihan sesuai dengan tujuan masing-masing. Tiap
pilihan mempunyai pertimbangan tertentu dan adanya suatu pengharapan
yang ingin diperolehnya. Pengharapan yang ingin diperoleh dapat berupa
keuntungan dari bagi hasil dan kemudahan atau keamanan uangnya.
Sebagai contoh tujuan utama menyimpan uang dalam bentuk rekening giro
adalah untuk kemudahan dalam melakukan pembayaran, terutama bagi
27
mereka yang bergelut dalam dunia bisnis dan biasanya pemegang rekening
giro tidak begitu memperhatikan bonus, sedangkan bagi mereka yang
menyimpan uangnya di rekening tabungan di samping kemudahan untuk
mengambil uangnya juga adanya pengharapan bagi hasil yang lebih besar
jika dibandingkan dengan rekening giro. Kemudian tujuan menyimpan
uang di rekening deposito dengan mengharapkan penghasilan dari bagi
hasil yang lebih besar. Hal ini disebabkan bagi hasil deposito yang
diberikan kepada deposan paling tinggi dari simpanan lainnya. Dengan
demikian, bagi bank simpanan deposito merupakan dana mahal karena
bagi hasilnya paling tinggi dan simpanan giro merupakan dana murah, hal
ini disebabkan bonus yang dikeluarkan oleh bank merupakan bonus yang
paling rendah (Ihsan, 2012:4).
4. Dana Pensiun
Dana pensiun merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank di
Indonesia yang mempunyai aktivitas memberikan jaminan kesejahteraan
pada masyarakat baik untuk kepentingan pensiun maupun kecelakaan
(Arthesa dan Handiman, 2006:275).
Dapat dikatakan lembaga keuangan non bank seperti perusahaan yang
memungut dana dari karyawan, kemudian membayarkan kembali dana
tersebut dalam bentuk pensiun setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan
perjanjian antara kedua belah pihak dimana perjanjian yang dimaksud
ketika karyawan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab tertentu
28
lainnya yang mengharuskan peserta mendapatkan dana pensiun (Kasmir,
2009: 324).
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang definisi
Dana Pensiun menyebutkan bahwa dana pensiun adalah badan hukum
yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat
pensiun bagi pesertanya. Sementara itu, yang dimaksud dengan manfaat
pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada
saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun.
Sehingga jelas bahwa yang mengelola dana pensiun adalah perusahaan
ataupun lembaga untuk menghasilkan suatu manfaat pensiun yang
memiliki badan hukum baik pemerintah maupun swasta seperti hak umum
atau asuransi jiwa. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
dana pensiun merupakan suatu lembaga yang mengelola program pensiun
yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada peserta
setelah memasuki masa pensiun.
a. Landasan Hukum Kebijakan Dana Pensiun
Penyelenggaraan dana pensiun pemberi kerja (DPPK) didasarkan
atas undang-undang dana pensiun No. 11 tahun 1992 tentang dana
pensiun dan peraturan pemerintah No. 76 tahun 1992 tentang dana
pensiun pemberi kerja, serta peraturan pelaksanaannya, meliputi
keputusan menteri keuangan republik Indonesia selaku pemegang
kekuasaan dan wewenang didalam peraturan penyelenggaraan program
pensiun, dan keputusan-keputusan dari eselon-eselon terkait, serta
29
keputusan dari instansi lain terkait penyelenggaraan program pensiun
dimana hal-hal yang diatur dalam undang-undang dan peraturan
pelaksanaan meliputi status hukum, organ pengurus, manfaat pensiun,
kekayaan, pembinaandan pengawasn, laporan berkala, laporan aktuaris,
laporan neraca hasil usaha, pengelolaan, pendanaan dan investasi, tata
kelola dan lain sebagainya (Hardjono, 2013:26).
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-
LK) telah mewajibkan seluruh lembaga dana pensiun untuk menyusun
sekaligus menerapkan Pedoman dan Tata Kelola Dana Pensiun sejak 1
Januari 2008. Keputusan tersebut dituangkan dalam Keputusan Ketua
Nomor KEP136/BL/2008 dengan tujuan mendorong penyusunan
pedoman tata kelola yang baik di lingkungan kerja, pengurus, dan
pengawas dana pensiun. Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun
diharapkan akan disusun dengan berpedoman pada kaidah yang
meliputi keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency),
serta kesetaraan dan kewajaran (fairness) (AL-Arif, 2012:172).
b. Tujuan Penyelenggaraan Dana Pensiun
Didirikannya program penyelenggaraan dana pensiun memiliki
beberapa tujuan, diantaranya (Budisantoso dan Triandaru, 2006:268):
1) Bagi Pemberi Kerja
Jika dipandang dari sisi pemberi kerja, tujuan penyelenggaraan
dana pensiun yang pertama yaitu sebagai kewajiban moral dimana
30
kewajiban moral ini untuk memberikan rasa aman kepada peserta
saat mencapai masa pensiun. Sehingga peserta yang sudah memasuki
masa pensiun tidak dilepas begitu saja dan perusahaan masih
memiliki kewajiban moral berupa tanggung jawab atas jaminan
ketenangan dimasa depan. Yang kedua yaitu loyalitas, dimana
jaminan yang diberikan akan memili dampak positif bagi
perusahaan. Kinerja Karyawan untuk bekerja akan lebih baik dengan
lyalitas yang tinggi. Dan loyalitas tersebut akan semakin tinggi
dengan jaminan yang diterima oleh karyawan. Yang ketiga yaitu,
kompetisi pasar tenaga kerja dengan adanya jaminan pensiun
karyawan akan semakin giat dalam bekerja dan diharapkan
perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai tambah dipasaran
tenaga kerja. Sehingga perusahaan akan dapat mempertahankan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan profesional.
Dimana salah satu alat pengikat bagi karyawan dengan tawaran
manfaat pensiun pada karyawan tersebut.
2) Bagi Karyawan
Jika dipandang dari sisi karyawan atau peserta, tujuan
penyelenggaraan dana pensiun bagi karyawan yang pertama, rasa
aman terhadap masa yang akan datang dimana keamanan ini
dihitung berdasarkan jaminan ekonomis dengan penghasilan yang
akan ia terima saat memasuki masa pensiun. Sehingga dengan
adanya harapan tersebut dapat membuat tingkat produktifitas
31
karyawan lebih meningkat. Yang kedua yaitu kompensasi yang lebih
baik sehingga karyawan dapat mempunyai tambahan kompensasi
dan keberlangsungan penghasilan walaupun ia baru dapat menikmati
pada saat mencapai masa pensiun.
c. Peserta Dana Usia Pensiun
Peserta menurut UU Nomor 12 tahun 1992 merupakan setiap
karyawan yang termaksuk yang memenuhi syarat dalam dana pensiun
yang didirikan oleh suatu lembaga dimana syarat minimum usia peserta
pensiun setidak-tidaknya 18 tahun atau telah menikah dan telah
memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 1 tahun. Untuk usia pensiun
peserta dana pensiun dan berhak mendapatkan dana pensiun
diantaranya (Budisantoso dan Triandaru, 2006:271):
1) Pensiun Normal
Pensiun normal adalah usia yang ditentukan dalam peraturan
dana pensiun. Pensiun normal merupakan usia yang paling rendah
saat karyawan atau peserta dapat mengikuti program pensiun tanpa
persetujuan pemberi kerja dengan memperoleh manfaat pasti.
2) Pensiun dipercepat
Pensiun dipercepat adalah peserta yang diperbolehkan untuk
mempercepat pensiun karena hal tertentu. Karyawan atau peserta
dapat pensiun lebih awal dari usia pensiun normal dengan
persyaratan khusus sesuai dalam ketentuan yang telah diatur dalam
peraturan dana pensiun. Persyaratan khusus ini seperti karyawan
32
mengalami cacat tetap, dan lain-lain. jumlah dana pensiun yang
didapat ditentukan berdasarkan perhitungan aktuarial.
3) Pensiun ditunda
Pensiun ditunda membolehkan peserta pensiun untuk tetap
bekerja melebihi usia pensiun normal dengan ketentuan pembayaran
pensiun dimulai pada tanggal pensiun normal meskipun yang
bersangkutan teap bekerja dan memperoleh gaji.
4) Pensiun Cacat
Pensiun cacat diperoleh apabila peserta mengalami kecacatan
dan tidak dapat melanjutkan pekerjaannya sehingga berhak
mendapatkan manfaat pensiun. Manfaat pensiun pada peserta
pensiun cacat dihitung berdasarkan pensiun normal dengan masa
kerja yang diakui seolah-olah sampai pada usia pensiun normal
dimana penghasilan dasar ditentukan pada saat yang bersangkutan
dinyatakan cacat.
d. Lembaga Penyelenggara Dana Pensiun
Dalam (Arthesa dan handiman, 2006:276) Terdapat dua lembaga
yang menyelenggarakan dana pensiun, yaitu:
1) Dana pensiun pemberi kerja (DPPK)
DPPK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang, atau
badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk
menyelenggarakan program Pensiun Manfaat pasti, bagi kepentingan
sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta dan yang
33
menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja. Dengan demikian,
dana pensiun jenis ini disediakan langsung oleh pemberi kerja yang
berniat memberikan manfaat pada saat karyawan tersebut memasuki
masa usia pensiun atau mengalami kecelakaan.
2) Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
DPLK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atas
perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan program pensiun
iuran pasti bagi perseorangan. Dimana peserta dana pensiun lembaga
keuangan ini melipti masyarakat baik karyawan maupun pekerja
mandiri yang terpisah dari badan usaha apapun. Badan usaha yang
dapat menyelenggarakan dana pensiun lembaga keuangan, hanya
perbankan dan perusahaan asuransi jiwa yang memiliki kemampuan
dan kondisi yang baik. Berdasarkan ketentuan, hanya perbankan dan
perusahaan asuransi jiwa yang memiliki kemampuan dan kondisi
keuangan yang baik serta sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dan harus mendapatkan pengesahan dari Menteri
Keuangan.
Agar lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 2.1 perbandingan dana
pensiun pemberi kerja (DPPK) dengan dana pensiun lembaga keuangan
(DPLK) (Nisa, 2015:26)
34
Tabel 2.1
Perbandingan DPPK dengan DPLK
Aspek DPPK DPLK
pendiri Pemberi kerja
Dimungkinkan adanya
mitra untuk perusahaan-
perusahaan yang
bergabung
Pengurus bank
Pengurus
perusahaan
asuransi
Dewan
pengawas Diangkat oleh pendiri
yang terdiri dari dia unsur
dnegan jumlah yang sama,
yaitu: unsur perusahaan
dan unsur karyawan.
Diangkat oleh
pendiri (dewan
komisaris lembaga
yang
bersangkutan)
pengurus Diangkat oleh pendiri
menurut kebutuhan
Pengurus adalah
pendiri
Program
yang
dikelola
PPMP
PPIP
PPBK
PPIP
keuntungan Untuk perbaikan program
Program mengurangi
iuran perusahaan
Untuk pemegang
saham
Untuk peserta
Kegagalan
investasi Risiko pemberi kerja Risiko karyawan
e. Program Pensiun
Program pensiun adalah program yang mengupayakan manfaat
pensiun bagi peserta dana pensiun. Program pensiun menurut UU
Nomor 11 tahun 1992 terdiri dari tiga program, yaitu program pensiun
iuran pasti, program pensiun manfaat pasti, dan program pensiun
berdasarkan keuntungan.
1) Program Pensiun Manfaat Pasti
Program pensiun manfaat pasti adalah program pensiun yang
manfaatnya di dapat setelah memasuki masa pensiun dengan nilai
35
yang telah ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Dimana
formula yang biasanya digunakan berdasarkan persentase tertentu
dari gaji terakhir peserta pada saat mencapai masa pensiun.
2) Program Pensiun Iuran Pasti
Program pensiun iuran pasti adalah program pensiun yang
iurannya yang biasanya diambil dari gaji karyawan atau persentase
laba yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun dan seluruh iuran
yang telah ditetapkan dan dibukukan pada rekening masing-masing
peserta sebagai manfaat pensiun sesuai dalam peraturan dana
pensiun.
3) Program pensiun keuntungan pasti
Program pensiun keuntungan pasti merupakan suatu program
dengan iuran hanya dari pemberi kerja yang didasarkan pada rumus
yang berkaitan dengan keuntungan pemberi kerja (Budisantoso dan
Triandaru, 2006:275).
Sedangkan menurut Dahlan Siamat (2005:714) program pensiun
yang umumnya dipakai di perusahaan swasta dan perusahaan milik
negara maupun bagi karyawan Pemerintah terdiri dari tiga jenis, yaitu:
1) Program Pensiun Manfaat Pasti
Program pensiun manfaat pasti adalah suatu program pensiun
yang memberikan perhitungan tertentu atas manfaat yang akan
diterima karyawan pada saat mencapai usia pensiun. perhitungan
yang digunakan untuk menentukan besarnya manfaat pensiun, yaitu:
36
(1) Final Earning Pension Plan, berdasarkan persentase tertentu dari
gaji terakhir peserta dan maksimum masa kerja. (2) Final Average
Earning, berdasarkan rata-rata gaji pada beberapa tahun terakhir saja.
(3) Career Average Earning, berdasarkan persentase tertentu
terhadap masa kerja dan gaji rata-rata selama masa karir karyawan.
(4) Flat Benefit, berdasarkan jumlah uang tertentu untuk setiap tahun
masa kerja/lebih dan memenuhi masa kerja minimum.
2) Program Pensiun Iuran Pasti
Program pensiun iuran pasti terdiri atas: (1) Money Purchase
Plan, menetapkan jumlah iuran yang dibayarkan oleh karyawan dan
pemberi kerja dan bukan formula perhitungan masa pensiun. (2)
Profit Sharing Plan, iuran berasal dari presentase tertentu dari
keuntungan yang diperoleh perusahaan sebelum pajak. (3) Saving
Plan, iuran seluruhnya biasanya karyawan yang menentukan.
3) Program Pensiun Dengan Iuran dan Tanpa Iuran
Program pensiun dengan iuran adalah program pensiun dimana
karyawan atau pekerja dan pemberi kerja diwajibkan membayar
sejumlah tertentu iuran ke dalam program pensiun. Sedangkan
program pensiun tanpa iuran, adalah program pensiun dimana
seluruh biaya program ditangguhkan oleh pemberi kerja.
f. Manajemen Pengelolaan Dana Pensiun
Manajemen Pengelolaan Dana Pensiun Dana pensiun menjadi
lembaga penyelengara program pensiun bagi masyarakat juga sebagai
37
lembaga perhimpunan dana masyarakat. Sebagai lembaga
penyelenggara program pensiun bagi masyarakat, dana pensiun
menjanjikan manfaat pasti berupa penghasilan yang berkesinambungan
bagi pesertanya dihari tua. Sementara sebagai lembaga penghimpun
dana masyarakat, dana pensiun menghimpun iuran dana dari peserta,
iuran pemberi kerja dan pengembang investasi. Dana pensiun
merupakan dana bersifat jangka panjang yang dapat dijadikan asset
investasi jangka panjang (Meilani, 2015:28).
Pendanaan suatu program pensiun apakah dalam rangka memenuhi
ketentuan atau untuk tujuan pengelolaan manajemen keuangan akan
menyebabkan terjadinya akumulasi kekayaan yang nantinya digunakan
untuk membayar manfaat pensiun dan biaya administrasi. Penggunaan
secara produktif atas kekayaan dana pensiun akan mengurangi biaya-
biaya langsung suatu program pensiun manfaat pasti dan meningkatkan
manfaat pensiun yang dapat dibayarkan bagi pensiun iuran pasti (Al-
Arif, 2012:179)
Oleh karena itu, pengelolaan dana pensiun semata-mata tidak
hanya dipungut untuk mengamankan dana yang dikelolanya, teteapi
juga dituntut untuk mengupayakan agar dana tersebut tidak mengendap
begitu saja sehingga perlu ada pengelihan bentuk ke dalam jenis
investasi Yang menguntungkan untuk meningkatkan sehingga dalam
mengelola manajemen dana pensiun dimana di kelola oleh seorang
manajer dengan kredibilitas yang tinggi untuk mengatur dan mengelola
38
dana investasi sehingga dapat memberikan portofolio investasi yang
tinggi dengan meminimalisirkan risiko yang akan dihadapi sehingga
dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan peserta dana
pensiun (Meilani, 2015:29).
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/ PMK.010/ 2008
tentang Investasi Dana Pensiun dapat melakukan investasi dananya
pada: (1). Tabungan pada bank, (2). deposito berjangka pada bank, (3).
deposito on call pada Bank, (4). sertifikat deposito pada Bank, (5). surat
berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, (6). Surat Berharga
Negara, (7). saham yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia, (8).
obligasi korporasi yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia, (9). Reksa
Dana yang terdiri dari: (a). Reksa Dana pasar uang, Reksa Dana
pendapatan tetap, Reksa Dana campuran, dan Reksa Dana saham, (b).
Reksa Dana terproteksi, Reksa Dana dengan penjaminan dan Reksa
Dana indeks, (c). Reksa Dana berbentuk kontrak investasi kolektif
penyertaan terbatas, (d). Reksa Dana yang saham atau unit
penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia, (10). efek
beragun aset dari kontrak investasi kolektif efek beragun aset, (11).
dana investasi real estat berbentuk kontrak investasi kolektif, (12).
kontrak opsi dan kontrak berjangka efek yang diperdagangkan di Bursa
Efek di Indonesia, (14). penyertaan langsung baik di Indonesia maupun
di luar negeri, (15). tanah di Indonesia, (16). bangunan di Indonesia.
39
Jenis investasi Dana Pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat
termasuk juga jenis investasi yang menggunakan prinsip syariah tetapi
tetap memangdang unsur syariah sehingga ada filterisasi antara
instrumen pilihan diatas. Dimana Investasi hanya boleh dilakukan pada
instrumen-instrumen yang dibenarkan menurut Fatwa DSN-MUI. Dana
pensiun syariah harus mengelola dan menginvestasikan dananya pada
portofolio instrumen syariah.
g. Kebijakan Mengenai Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) hanya dapat
menyelenggarakan program pensiun iuran pasti. Bank dan perusahaan
asuransi jiwa dapat bertindak sebagai pendiri DPLK dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan dnegan peraturan pemerintah. Untuk dapat
mendirikan DPLK bank atau asuransi jiwa wajib mengajukan
permohonan pengesahan kepada menteri, dengan melampirkan
peraturan dana pensiun. Dalam hal bank atau perusahaan asuransi jiwa
pendiri DPLK bubar, maka DPLK bubar, dan menteri menunjuk
liquidator untuk melakukan penyelesaian. Liquidator bank atau
perusahaan asuransi jiwa pendiri DPLK yang bubar dapat ditunjuk
sebagai liquidator DPLK. Kekayaan DPLK harus dikecualikan dari
setiap tuntutan hukum atas kekayaan bank atau perusahaan asuransi
jiwa pendiri DPLK (Hardjono, 2013:32).
Menurut Ketetapan Fatwa DSN-MUI Mengenai Dana Pensiun
Syariah. Dimana Ketetapan mengenai dana pensiun syariah diatur
40
dalam Fatwa DSN-MUI No. 88/DSN-MUI/XI/2013 Tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah.
Dalam fatwa ini menetapkan lima ketentuan, diantaranya:
1) Ketentuan Umum
Pada bagian ketentuan umum ini menjelasakan tentang
pembahasan yang terkait tentang dana pensiun syariah. Ketentuan
umum pada fatwa ini sangat penting sebelum membahas pada
ketentuan yang lainnya sehingga tidak perlu lagi mengulangi pada
pembahasan selanjutnya. Ketentuan umum dalam fatwa ini
menyebutkan dua puluh empat definisi. Definisi-definisi tersebut
yaitu: (1).definisi dana pensiun, (2). dana pensiun syariah, (3). dana
pensiun pemberi kerja (DPPK), (4). dana pensiun lembaga keuangan
(DPLK), (5). program pensiun, (6). program pensiun iuran pasti
(PPIP), (7). PPIP-Contributory, (8). PPIP-Non Contributory, (9).
program pensiun manfaat pasti (PPMP), (10). program pensiun
syariah, (11). iuran, manfaat pensiun, (12). peraturan dana pensiun,
(13). vesting (14). locking-in, (15). Peserta, (16). Akad, (17). akad
hibah, (18). akad hibah bi syarth, (19). akad hibah muqayyadah,
(20). akad wakalah, (21). akad wakalah bil ujrah, (22). akad
mudharabah, (23). Right, (24). penerima manfaat pensiun.
2) Ketentuan Terkait PPIP (Program Pensiun Iuran Pasti) pada DPLK
(Dana Pensiun Lembaga Keuangan)
41
Dalam keputusan fatwa ini, menjelaskan empat hal terkait
ketentuan PPIP pada DPLK, yaitu : ketentuan para pihak dan akad
PPIP pada DPLK, ketentuan iuran PPIP pada DPLK, ketentuan
pengelolaan kekayaan peserta PPIP pada DPLK dan ketentuan
manfaat pensiun PPIP pada DPLK.
3) Ketentuan Terkait PPIP (Program Pensiun Iuran Pasti) pada DPPK
(DanaPensiun Pemberi Kerja)
Dalam keputusan fatwa ini, menjelaskan empat hal terkait
ketentuan PPIP pada DPLK, yaitu: ketentuan para pihak dan akad
PPIP pada DPPK, ketentuan iuran PPIP pada DPPK, ketentuan
pengelolaan kekayaan peserta PPIP pada DPPK dan ketentuan
manfaat pensiun PPIP pada DPPK.
4) Ketentuan Terkait PPMP (Program Pensiun Manfaat Pasti)
Dalam keputusan fatwa ini, menjelaskan empat hal terkait
ketentuan PPMP, yaitu: ketentuan para pihak dan akad PPMP,
ketentuan iuran PPMP, ketentuan pengelolaan kekayaan peserta
PPMP dan ketentuan manfaat pensiun PPMP.
5) Ketentuan Penutup
Dalam ketentuan penutup ini terdapat dua penjelasan
didalamnya, yaitu penjelasan mengenai perselisihan antara para
pihak dan pemberlakukan tanggal ditetapkannya fatwa. Adapun isi
dari penjelasan tentang perselisihan yaitu “Apabila terjadi
perselisihan di antara para pihak dalam penyelenggaraan pensiun
42
berdasarkan prinsip syariah melalui musyawarah, mediasi, arbitrase
atau pengadilan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku”. Sedangkan isi dari penjelasan tentang pemberlakuan
ditetapkannya fatwa yaitu “Fatwa ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
5. Jakarta Islamic Index
Dalam rengka pengembangan pasar modal syariah, tepatnya pada
tanggal 3 Juli 2000 PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT.
Danareksa Investment Management (DIM) telah meluncurkan indeks
saham yang dibuat berdasarkan syariat islam, yaitu Jakarta Islamic Index.
dimana Indeks yang digunakan terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dan
saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah berdasarkan Daftar Efek
Syariah (DES) yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan Dewan Pengawas
Syariah dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.
Tujuan pembentukan JII adalah sebagai untuk tolak ukur (benchmark)
dalam mengukur kinerja dalam memilih portofolio saham yang halal.
Selain itu, untuk mrningkatkan kepercayaan investor dalam melakukan
investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi
pemodal dalam menjalankan syariat islam untuk melakukan investasi di
bursa saham atau bursa efek. JII juga di harapkan dapat mendukung proses
transparasi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII
menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai
43
syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin
menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dangan dana
ribawi.
6. Asset
Asset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan mempunyai manfaat ekonomi masa
depan bagi entitas syariah tersebut. Asset dimasukan dalam neraca dengan
saldo normal debit (Djuwita dan Mohammad, tanpa tahun).
Pengertian aset dalam Financial Accounting Standard Board (FASB)
(1985) memberikan definisi sebagai berikut : “aset adalah kemungkinan
keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di masa yang akan
datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang
lalu.”
Asset diakui dalam neraca jika besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh entitas syariah, dan asset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Total aset
adalah total dari keseluruhan harta yang dimiliki oleh perusahaan atau
lembaga keuangan yang digunakan sebagai penunjang operasional
perusahaan atau lembaga keuangan tersebut.
Pertumbuhan aset adalah pertumbuhan total aktiva lancar yang
ditambah dengan pertumbuhan total aktiva tidak lancar. Aktiva lancar
adalah uang kas dan aktiva yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau
ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode
44
berikutnya (paling lama satu tahun dalam perputaran kegiatan perusahaan
yang normal).
Aktiva dibagi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Adapun
yang termasuk dalam aktiva lancar adalah kas, investasi jangka pendek,
piutang wesel, piutang dagang,persediaan, piutang penghasilan atau
penghasilan yang masih harus diterima, biaya yang dibayar dimuka.
Sedangkan yang termasuk dalam aktiva tidak lancar adalah yang
mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis
dalam satu kali perputaran operasi perusahaan, seperti investasi jangka
panjang, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, beban yang ditangguhkan dan
aktiva lain–lain.
Pertumbuhan aset ini dapat didefinisikan sebagai perubahan atau
tingkat pertumbuhan tahunan dari total aset. Assets Growth secara
sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
PA = x 100%
Keterangan :
PA = Pertumbuhan Aktiva
TAt = Total Aktiva periode t
TAt-1 = Total Aktiva untuk periode t-1
7. Teori HAHSLM
Quran sebagai rujukan utama dan pertama bagi semua penelitian yang
bernilai Islam. Karna dalam Al’quran sendiri membahas segala aspek
45
kehidupan manusia begitupula dengan pendidikan. Ayat yang dijadikan
dasar teori adalah QS. AL-Hijr [15]: 87.
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh
ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.”
Nabi SAW. telah bersabda bahwa yang dimaksud adalah surah Al-
Fatihah. Demikianlah menurut riwayat yang dikemukakan oleh Bukhari
dan Muslim; surah Al-Fatihah dinamakan demikian karena selalu dibaca
berulang-ulang dalam setiap salat (dan Alquran yang agung). Untuk
sekarang ini, konsep dalam alat analisis memperoleh apresiasi dari
berbagai sudut pandang. Ada yang memulai dari filosofi Tauhid, ada yang
berangkat dari perspektif maslahah, dan ada pula yang melihat dari makna
ibadah. Pada metode penelitian ini menggunakan sudut pandang yang
terakhir yaitu dari makna ibadah. Sehingga definisi dari teori H menurut
Aziz (2015), Secara sempit Teori H diartikan sebagai teori pola dasar tiga
dominan dengan konteks tertentu dalam lima dimensi susunan invarian.
istilah Secara luas untuk penggunaan paling umum Teori H dapat diartikan
sebagai teori konsep dasar pola penciptaan dengan hubungan tertentu
sehingga H berasal dari rumus Hahslm.
Secara teoritis penedekatan H diturunkan dari makna 7 (Tujuh) dan
Quran. Tujuh dianggap sebagai bagian variabel, dan Quran sebagai
46
variabel lain yang dapat dipecah menjadi 2,3,1,9. Bilangan tersebut
merupakan hasil perkalian yang hasilnya 114 (=2x3x19). 114 adalah
jumlah surat dalam Quran. Sehingga didapat lima karakter, yaitu 7,2,3,1,9.
Angka-angka tersebut diubah ke dalam huruf untuk memudahkan dalam
persamaan (Aziz 2015).
Setelah diubah menjadi huruf, angka 7 menjadi huruf A (Alif), 2
menjadi huruf h (hanif), 3 menjadi huruf S (Sin/Manusia), 1 menjadi huruf
L (Lam/Lillah) dan 9 menjadi huruf M (Mim/Masjid/Ibadah). Dari lima
karakter tersebut membentuk variabel “AhSLM.” variabel tersebut
membutuhkan variabel dependen untuk menjadikannya sebuah persamaan
yaitu huruf H (Huda/petunjuk) sebagai variabel dependen. Variabel H
didapatkan dari angka 4 yang berasal dari penjumlahan 7+2+3+1+9 = 22
yaitu (22) menjadi 2+2 = 4. Dari angka-angka tersebut terbentuk sebuah
persamaan, yaitu H=A.h(S,L,M). Keenam karakter tersebut dideskripsikan
mejadi H sebagai variabel dependen, A sebagai konstanta, h sebagai
tingkat kesalahan atau error, variabel S merupakan bagian dari faktor
internal, variabel L meupakan bagian dari faktor eksternal, dan variabel M
merupakan bagian dari faktor religiusitas. Variabel independen S, L, M
jumlahnya tidak terbatas, sehingga bisa ditulis seperti S1, S2, S3...Sn untuk
variabel S; L1, L2, L3...Ln untuk variabel L dan M1, M2, M3...Mn untuk
variabel M (Aziz 2015). Sehingga rumusan tersebut dapat digambarkan
dalam persamaan kaffah thinking seperti gambar 2.1
47
Gambar 2.1
Kaffah Thinking
Rumus: Kaffah = Tuhan; Alam; Ibadah
Rumus: aset DPLK = Eksternal; Internal; Religiusitas
Penjelasan: Dalam dana pensiun ada faktor eksternal yang menjadi
benchmark bagi pemilihan saham dalam portofolio efek ke faktor
internal kemudian melalui faktor religiusitas transmisi ekonomi ini
dilakukan untuk terjadinya keberlanjutan ekonomi yang lebih baik dan
terus bertumbuh.
Dalam teori H sendiri yang dipersepsikan dengan Metodologi IER
(Internal Eksternal Religiusitas), dimana metodologi tersebut:
a. Faktor Internal
Kata Internal menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
merupakan suatu hal yang menyangkut bagian dalam. Faktor internal
merupakan varibel yang dinilai dari lembaga keuangan syariah itu
sendiri, seperti manusia terhadap Allah sebagai variabel internalnya
adalah manusia. Untuk faktor internal atau faktor yang berasal dari
dalam terdiri dari dua poin yaitu kekuatan dan kelemahan. Keduanya
48
akan berdampak lebih baik dalam sebuah penelitian ketika kekuatan
lebih besar dibandingkan kelemahan.
Pengujian internal perlu dilakukan karena sebelum melihat
permasalahan yang diluar, terlebih dahulu melihat permasalahan yang
terjadi di internal lembaga keuangan itu sendiri . Dalam hal lembaga
keuangan syariah juga tidak jauh berbeda, seperti sebelum Badan
Pengawas Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan atau yang lainya
mengaudit, maka sudah sepantasnya lembaga keuangan syariah
mengaudit secara internal.
Dalam penelitian ini faktor internal yang digunakan sebagai
indikator penelitian adalah profit bank muamalat, dana pihak ketiga
bank muamalat dan profit dana pensiun lembaga keuangan. Adapun
faktor internal yang digunakan dalam penelitian ini juga dibatasi pada
faktor internal yang sekiranya sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dana pensiun lembaga keuangan.
Baik faktor internal maupun faktor eksternal saling terkait satu
sama lain. Kecendrunganan antar dua faktor tersebut saling memiliki
imbasnya masing-masing. Untuk aspek kesyariahhannya sudah
diterapkan adanya dewan pengawas syariah agar untuk mengawasi
nilai-nilai islam yang diterapkan tetap berjalan semestinya sehingga lalu
adanya pengawas keuangan dalam hal ini lembaga audit, otoritas jasa
keuangan dan lain sebagainya untuk mengawasi laporan-laporan
49
mengenai kinerja management bank muamalat. Untuk DPLK-nya sudah
ada dewan pengawas syariah khusus untuk DPLK-bank muamalat agar
lebih terkontrol.
Dalam rangka penerapan tata kelola Dana Pensiun, diperlukan
komitmen Pengurus untuk mengelola dana secara hati-hati (prudent)
dan meminimalisir terjadinya moral hazard dari pihak-pihak tertentu
yang berdampak buruk pada pengembangan dana peserta. Agar
pengelolaan Dana Pensiun senantiasa berjalan sesuai aturan yang
berlaku, Dewan Pengawas berperan dalam menjalankan fungsi
pengawasannya. Selain Pengurus dan Dewan Pengawas, komitmen
Pendiri juga sangat penting bagi kelangsungan Dana Pensiun, yaitu
dalam memenuhi kewajibannya untuk mendanai program pensiun.
Pengurus, Dewan Pengawas dan Pendiri merupakan bagian dari
organ Dana Pensiun yang mendukung tercapainya pengelolaan Dana
Pensiun yang baik (Hasanah, 2012:112).
b. Faktor Eksternal
Kata eksternal menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
merupakan suatu hal yang menyangkut bagian luar. Ini merupakan
faktor dari luar entitas. Dalam penelitian ini faktor eksternalnya berupa
Jakarta Islamic Index, faktor eksternal secara tidak langsung
mempengaruhi faktor internalnya. Karna dalam menginvestasikan dana
DPLK bank muamalat menginvestasikan hanya kepada perusahaan
yang berbasis syariah. Sebagian dana DPLK yang di investasikan ada
50
yang ke deposito bank, saham maupun sukuk. Sehingga jika
menginvestasikannya ke saham maka index yang di lihat adalah JII .
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam organisasi atau
perusahaan itu sendiri dan merupakan aspek manajerial yang
mempengaruhi jumlah return investasi yang terdiri dari dana kelolaan
dan risiko. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang
terdapat di luar organisasi atau lingkungan perusahaan yang
mempengaruhi jumlah return dan aset DPLK diantaranya inflasi, suku
bunga, dan indeks harga saham acuan, dan kurs mata uang domestik
terhadap mata uang asing.
c. Faktor Religiusitas
Dikatakan Gazalba (1987) religiusitas berasal dari kata religi dalam
bahasa latin “religio” yang akar katanya adalah religure yang berarti
mengikat. Dengan demikian, mengandung makna bahwa religi atau
agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban
yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Kesemuanya
itu berfungsi mengikat seseorang atau sekelompok orang dalam
hubungnnya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitar
(Prapanca, 2016:22).
Selain melihat faktor internal dan eksternal, kebijakan lembaga
keuangan syariah juga perlu memperhatikan faktor religiusitas seperti
pelarangan riba, maisir, gharar dsb. Selain itu, perlu diingat oleh para
51
praktisi lembaga keuangan syariah mengenai hak orang lain yang harus
ditunaikan, dalam hal ini adalah objek studi. Karena suatu pekerjaan
tanpa dilandasi dengan nilai ibadah menjadi hampa. Tidak terdapat
ketenangan jiwa di dalamnya. Selain itu, tujuan manusia diciptakan di
muka bumi ini tidak lain kecuali untuk beribadah kepada Rabb-nya.
Faktor religiusitas muncul untuk menyempurnakan dua faktor pertama
yaitu internal dan eksternal.
Religiusitas adalah semua studi empiris yang dilakukan oleh
manusia yang dilandasi oleh nilai islam. Pilihannya relgiusitas dapat
memperluas makna sehingga religiusitas Memaknai instrument variabel
penelitian sebagai proxy atau menemukan kata baru yang lebih sesuai
sebagai kata religiusitas yang bisa bermakna sistem atau variabel dan
juga keagamaan.
Dalam penelitian ini objek yang digunakan merupakan faktor dari
religiusitas itu sendiri, karna bank muamalat Indonesia merupakan bank
pertama dan murni syariah di Indonesia. DPLK itu sendiri akan
menghilangkan faktor religiusitasnya jika di teliti dalam lembaga
keuangan bank yang konvensional.
52
B. Hubungan Antar Variabel
1. Pengaruh Profit BMI Terhadap Aset DPLK
Aset merupakan aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasional
perusahaan. Semakin besar aset maka diharapkan semakin besar hasil
operasional yang dihasilkan oleh perusahaan (Puspita, 2016:4).
Menurut Agus Sartono, (2013:122) tingkat profitabilitas suatu
perusahaan menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam
kebijakan struktur modal. Sehingga semakin tinggi nilai profitabilitas
(profitability) suatu perusahaan maka akan meningkatkan nilai strktur
modal perusahaan tersebut. Sedangkan menurut penelitian (Elim dan
Yusfarita, 2010) yang menyatakan profitabilitas mempunyai pengaruh
negatif namun signifikan terhadap struktur modal. berdasarkan hasil
penemuan tersebut bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
struktur modal. Modal dalam hal ini adalah aset yang dimiliki oleh
perusahaan. Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan aset DPLK bmi tidak bergantung pada profit BMI sebagai
bank induknya.
2. Hubungan DPK BMI dengan Aset DPLK
Menurut Kasmir (2006) dalam (Djuwita dan mohammad,tanpa tahun)
Dana Pihak Ketiga atau biasa disingkat dengan DPK adalah seluruh dana
yang berhasil dihimpun sebuah bank yang bersumber dari masyarakat luas
Variabel DPK berpengaruh terhadap Total Aset DPLK. hal ini
menunjukkan bahwa dana pihak ketiga berhubungan positif terhadap
53
pertumbuhan aset, hal ini dapat dipersamakan dalam teori dan diperkuat
dengan penelitian (Sudrajat dan Suhadi, 2015:99) dimana dalam penelitian
tersebut menyatakan bahwa Variabel DPK berpengaruh terhadap Total
Aset Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, hal ini menunjukkan bahwa dana
pihak ketiga berhubungan positif terhadap pertumbuhan aset, jika dana
pihak ketiga meningkat, maka aset juga akan mengalami peningkatan.
Dana pihak ketiga akan mengalami penurunan apabila nilai asetnya juga
mengalami penurunan.
3. Hubungan JII dengan Aset DPLK
analisis kinerja portofolio investasi yang mana benchmark yang
digunakan dalam kelas investasi saham yaitu index harga saham (IHSG)
dan juga Jakarta Islamic Index (JII).
Jakarta Islamic Index sendiri merupakan index saham yang
berdasarkan prinsip syariah. Menurut penelitian yang dilakukakan oleh
Nisa (2015) menunjukan bahwa variabel JII berpengaruh tidak signifikan
terhadap kinerja DPLK muamalat. Sedangkan menurut penelitian yang
dilakukan oleh (Sakinah, 2016) menunjukan bahwa terdapat pengaruh
antara pertumbuhan aset terhadap harga saham syariah dimana dalam
penelitian terseubt menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dan
positif antara pertumbuhan aset terhadap harga saham syariah yang
terdaftar dalam JII.
4. Hubungan Profit DPLK dengan Aset DPLK
Laba atau profit adalah salah satu tujuan utama didirikannya setiap
54
perusahaan. Tanpa diperolehnya laba, perusahaan tidak akan dapat
memenuhi tujuan lainnya yaitu pertumbuhan terus-menerus (going
concern) dan tangung jawab sosial (corporate sosial resposibility). Dalam
penelitian (prasetyo,dkk 2016) bahwa tingkat profitabilitas mempengaruhi
pertumbuhan melalui asset yang dimiliki, semakin tingginya tingkat
profitabilitas suatu perusahaan akan meningkatkan pula pertumbuhan asset
tersebut. Dimana tingkat profitabilitas mengalami kenaikan maka
pertumbuhan asset juga meningkat sehingga dengan semakin cepatnya
suatu pertumbuhan perusahaan maka perusahaan dalam kemampuannya
memperoleh laba akan tinggi pula hal ini berarti penilaian terhadap
profitabilitas juga tinggi. Sedangkan menurut (Kesuma, 2009:43) yang
menyatakan tingkat profitabilitas yang tinggi memiliki struktur modal
yang rendah. Ini berarti bahwa perusahaan tersebut memiliki modal sendiri
yang lebih besar dibanding hutang jangka panjangnya. Hal ini disebabkan
perusahaan dengan tingkat profitabilitas (profitability) yang tinggi mampu
membiayai kegiatan usahanya dengan laba ditahan yang dimilikinya,
sehingga perusahaan tersebut akan menggunakan hutang dalam jumlah
yang relatif sedikit. Sehingga apabila profitabilitas meningkat struktur
modal akan mengalami penurunan dimana dengan menurunnya struktur
modal maka akan berkurang hutang jangka panjang, karna dengan
profitabilitas yang tinggi memungkinkan bagi perusahaan melakukan
permodal dengan laba ditahan saja
55
C. Hasil Penelitian Sebelumnya
Dalam rangka penentuan fokus penelitian, peneliti telah menyelaraskan
dengan peneliti terdahulu guna mendukung materi yang akan dibahas.
Terdapat beberapa penelitian yang telah membahas dana pensiun syariah,
diantaranya:
1. Skripsi Bety Wulandari (mahasiswa fakultas syariah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2006) yang berjudul “Analisis Kinerja Dana
Pensiun Lembaga Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Tahun 2002-2006”. Penelitian ini menganalisis kinerja dana pensiun
lembaga keuangan bank muamalat dari tahun 2002 sampai 2006 dengan
menganalisis laporan keuangan untuk mengetahui besaran jumlah Return
On Investment (ROI) dan Return On Asset (ROA), jumlah peserta, rasio
liquiditas berupa current ratio dan cash ratio serta analisis swot. Hasil dari
penelitian menunjukan bahwa tingkat bagi hasil investasi DPLK muamalat
mencapai angka diatas 10 dan pada tahun 2016 mencapai 12,49%. Untuk
analisis liquiditas yang terdiri dari current ratio dan cash ratio dengan rata-
rata sebesar 116,33% dan 92,68% dapat dikatakan likuid karena angkanya
diatas 100%. Hasil analisa swot menunjukan bahwa kekuatan utama
DPLK muamalat adalah aset, tingkat bagi hasil, dan likuiditas dananya.
Adapun ancaman utamanya adalah apabila muncul produk DPLK syariah
lain. Dan peluang utama adalah jumlah peserta yang meningkat setiap
tahunnya dan mayoritas penduduk yang beragama islam yang berada di
Indonesia.
56
2. Jurnal, Asep Ahmad Saefulloh,dkk.( Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik,
Vol. 6 No. 1, Juni 2015) yang berjudul “Kebijakan Pengelolaan Dana
Pensiun Sektor Korporasi (Pension Fund Management Policy in
Corporate Sector).” Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang
dihadapi dalam pengelolaan Dana Pensiun sekaligus merumuskan
kebijakan yang dapat diambil untuk memperbaiki pengelolaan Dana
Pensiun di masa mendatang pada tiap korporasi. Hasil penelitian dimana
Karakteristik dari penyelenggaraan Dana Pensiun di daerah adalah:
perkembangannya tidak terlepas dari perkembangan di pusat; bagi
perusahaan yang mapan sudah mampu mendirikan Dana Pensiun sendiri;
perusahaan menjadi mitra pada DPPK; dan, perusahaan belum
menerapkan Dana Pensiun, tetapi hanya memfasilitasi pegawai untuk
secara mandiri menjadi peserta DPLK. Selain itu dalam bidang investasi
adalah secara umum investasi masih dominan pada pasar modal dan pasar
uang, belum memasuki sektor riil sehingga kontribusi langsung pada
pembangunan belum maksimal (indirect investment) sehingga dibutuhkan
direct investment yang bersinggungan terhadap sektor ril.
3. Jurnal, Ika Hajarotin Nisak dkk. ( Jurnal universitas Airlangga, tanpa
tahun) yang berjudul “Evaluasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan
(DPLK) Dalam Mendorong Stabilitas Ekonomi Indonesia: Studi
Kasus DPLK Muamalat” Penelitiaan ini mencoba untuk menilai kinerja
DPLK Muamalat sebagai pengelola dana pensiun secara prinsip syariah
57
dalam membantu mendorong stabilitas ekonomi Indonesia, dan menilai
kinerja DPLK Muamalat periode bulan Januari 2013 - Mei 2015 dalam
menjalankan tugasnya sebagai lembaga keuangan syariah. Penilaian
terhadap kinerja DPLK Muamalat berdasarkan keberhasilan dan
keefektifan pengelolaan dana pensiun yang telah dihimpun. Penilaian juga
dilakukan di internal DPLK Muamalat yang meliputi evaluasi tujuan awal
dibentuknya lembaga ini, dan penilaian kinerja maqashid syariah. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa DPLK Muamalat telah
mengindikasikan adanya keberhasilan dan keefektifan. Himpunan dana
pensiun ditawarkan ke dalam tiga paket produk, dimana alokasi ini
diinvestasikan khusus ke usaha yang halal saja. Tingkat pengembalian
yang dibagi hasilkan cukup stabil, hal ini menunjukkan bahwa DPLK
Muamalat bagus dalam mengelola dana pensiun. DPLK Muamalat
memanfaatkan dana yang sebelumnya idle menjadi lebih produktif
melalui investasi dan dalam jangka panjang diharapkan berpengaruh
secara signifikan mendorong stabilitas ekonomi Indonesia.
4. Thesis, Ririn Aprilia (mahasiswa Institute Pertanian Bogor, 2014) yang
berjudul “Analisis Kinerja Portofolio Investasi dan Kemampuan
Selectivity Serta Market Timing Pada Dana Pensiun Lembaga
Keuangan Muamalat.” Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis
kemampuan dari pengelola dana dalam hal kemampuan selectivity dan
market timing. Dimana evaluasi kinerja menggunakan pendekatan risk
adjusted performance yang meliputi empat metode yaitu treynor measure,
58
sharpe measure, jansens measure dan appraisal ratio measure. Analisis
kemampuan selectivity dan market timing dibatasi model treynor mazuy
dan model henriksson merton dengan uji regresi berganda. Hasil kinerja
merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi seseorang dalam memilih
suatu institusi untuk menempatkan dananya. Oleh karena itu, evaluasi atas
kinerja portofolio perlu dilakukan oleh setiap institusi pengelola dana.
Dimana kinerja yang dihitung berupa portofolio aset dalam saham,
reksadana dan sukuk.
5. Jurnal, Nuraini (Jurnal Tekhnologi Informasi, Vol. 8 No. 2, 2003) yang
berjudul “Program Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) sebagai
Alternatif Dana Pensiun” pada penelitian ini membahas mengenai
Gerakan program untuk suatu revolusi dalam rangka memasarkan dana
pensiu lembaga keuangan terhadap pekerja perusahaan maupun pekerja
mandiri. Hasil dari penelitian ini adalah program-program yang perlu
direncanakan berupa sosialisasi dplk kepada seluruh lapisan masyarakat,
memasukkan program pension sebagai bagian jaminan social tenaga kerja,
memasukkan program pension sebagaii komponen pajak penghasilan, dan
jaminan pemerintah bila terjadi kebangkrutan perusahaan DPLK.
59
D. Kerangka Teoritis
Bahwa diasumsikan ada 4 variabel yang mempengaruhi pertumbuhan
aset DPLK Muamalat yaitu profit Bank Muamalat, jumlah dana pihak ketiga
Bank Muamalat, JII (Jakarta Islamic Index) dan Profit DPLK Muamalat.
Dari keempat variabel tersebut akan dilakukan uji statistik Regresi-
Korelasi berganda, apakah memang variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan atau tidak. Dengan memperhatikan uraian yang telah dipaparkan
sebelumnya, peneliti akan menguraikan beberapa hal yang dijadikan landasan
sebagai pegangan dalam memecahkan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya dalam gambar 2.2
60
Gambar 2.2
Model Penelitian Pengaruh Profit, DPK, JII dan Profit DPLK Bank
Mualamat Terhadap Asset DPLK Bank Muamalat.
ANALISIS PENGARUH FAKTOR INTERNAL BANK MUAMALAT,
PROFIT DPLK BANK MUAMALAT DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX
TERHADAP PERTUMBUHAN ASET DANA PENSIUN LEMBAGA
KEUANGAN (DPLK) BANK MUAMALAT INDONESIA PERIODE TAHUN
2009-2017
Kesimpulan dan Saran
Interpretasi Hasil Penelitian
Uji Hipotesis
a. Uji t
b. Uji F
c. Uji
Uji Regresi Linier Berganda
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolinearitas
c. Uji Heteroskedastisitas
d. Uji Autokorelasi
ASET DANA PENSIUN LEMBAGA KEUNAGAN BANK
MUAMALAT (Y)
DPK
(X2)
PROFIT BANK
MUAMALAT (X1) jii(X3) Profit DPLK
(X4)
61
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Sugiono (2010) dalam penelitian Fitria Saraswati (2013) Metode
Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu dengan ciri-ciri keilmuan, yaitu Rasional, Empiris
dan Sistematis
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif. metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis data, yaitu
metode yang menggunakan objek penelitian dan mengumpulkan data-data
yang telah tersedia sesuai dengan pokok permasalahannya.
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat determinan faktor internal,
eksternal dan religiusitas berupa profit bank muamalat, dana pihak ketiga
bank muamalat, Jakarta Islamic Index dan profit dana pensiun lembaga
keuangan bank muamalat terhadap aset dana pensiun lembaga keuangan bank
muamalat Indonesia pada periode Maret 2009 sampai dengan September
2017. Data yang digunakan merupakan data Triwulan dengan jenis data
adalah data runtut waktu (time series).
B. Metode Pengumpulan Data
Metode ini merupakan bagaimana cara mengumpulkan data, mencari
sumber dan alat yang digunakan. Data sendiri diperoleh ada yang langsung
seperti data primer dan data tidak langsung seperti data sekunder. Adapun
sumber data yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada
62
penelitian ini adalah data sekunder dengan sifat analisis kuantitaif. Pengertian
analisis kuantitatif sendiri menurut Sugiyono (2010) dalam penelitian Fitria
Saraswati (2013) yaitu “Dalam penelitian kuantitatif analisis data
menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik
deskriptif dan inferensial atau induktif”. Statistik inferensial dapat berupa
statistik parametrik dan statistik non parametrik.
Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada
sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya
disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel
ditribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran),
dan pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang
mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.
1. Data Sekunder
Pengertian data sekunder menurut Muhammad (2008) adalah suatu
bentuk data yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak
lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Adapun data-data sekunder
yang digunakan oleh peneliti bersumber dari:
a. Data aset dana pensiun lembaga keuangan atau yang sering disebut
dengan nilai aktiva bersih dana pensiun lembaga keuangan setiap
triwulannya selama periode Maret 2009 sampai dengan September
2017 diperoleh dari laporan keuangan DPLK bank muamalat.
63
b. Data profit bank muamalat setiap triwulannya selama periode Maret
2009 sampai dengan September 2017 diperoleh dari laporan keuangan
bank muamalat.
c. Data dana pihak ketiga setiap triwulannya selama periode Maret 2009
sampai dengan September 2017 diperoleh dari laporan keuangan bank
muamalat.
d. Data Jakarta Islamic Index (JII) setiap triwulannya selama periode
Maret 2009 sampai dengan September 2017 diperoleh dari statistik
bulanan pasar modal Indonesia (Bursa Efek Indonesia).
e. Data profit dana pensiun lembaga keuangan setiap triwulannya selama
periode Maret 2009 sampai dengan September 2017 diperoleh dari
laporan keuangan DPLK bank muamalat.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Library Research merupakan teknik pengambilan data yang
dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis
literature yang bersumber Dari buku-buku dan jurnal-jurnal artikel serta
literature dari sumber lain yang mempunyai hubungan dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini (Saraswati, 2013:53).
Sehingga pengambilan data yang digunakan berdasar Studi
kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan Untuk
mendapatkan landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis melakukan
penelitian dengan membaca dan mengutip bahan-bahan yang berkaitan
dengan penelitian.
64
3. Pengamatan Langsung
Pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian ini diperoleh
dari Bank muamalat, Otoritas Jasa Keuangan, dan Bursa Efek Indonesia
Pencarian data dilakukan dengan cara, yaitu Pencarian dengan membuka
website resmi Bank muamalat, Otoritas Jasa Keuangan, dan Bursa Efek
Indonesia yang mempublikasikan data yang diperlukan untuk penelitian
ini.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010) dalam penelitian Fitria Saraswati (2013)
Populasi adalah suatu wilyah generalisasi yang terdiri atas, suatu obyek
atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
Populasi dalam penelitian ini adalah dana pensiun lembaga keuangan di
Indonesia.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2010) dalam penelitian Fitria Saraswati (2013)
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu.
65
Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan teknik purposive
sampling, dimana mengambil sampel berdasarkan kriteria. Adapun kriteria
yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah:
a. Bank Muamalat Indonesia merupakan Bank Umum Syariah pertama
yang lahir di Indonesia pada tahun 1992.
b. Bank muamalat Indonesia merupakan bank yang mengeluarkan produk
dana pensiun lembaga keuangan secara syariah dan sudah didukung
regulasi dari otoritas terkait.
c. Untuk mendapatkan sampel yang memadai, maka dari itu peneliti
mengambil langkah menganalisis laporan keuangan per triwulan dari
periode Maret 2009 sampai September 2017. Pengambilan sampel pada
8 tahun tersebut sudah memenuhi data minimum untuk penelitian yaitu
sejumlah 35 data.
D. Metode Analisis
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh determinan faktor
internal dan eksternal berupa profit bank muamalat, dana pihak ketiga bank
muamalat, Jakarta Islamic Index dan profit dana pensiun lembaga keuangan
bank muamalat terhadap aset dana pensiun lembaga keuangan bank muamalat
Indonesia pada periode Maret 2009 sampai dengan September 2017.
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dimana
regresi linear sendiri dengan menggunakan program komputer (software)
SPSS versi 22.0 dan Microsoft Excel 2013. Berikut adalah metode yang
digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini:
66
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas menurut Ghazali, (2013) dimaksudkan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual yang
memiliki distribusi normal. Dimana nilai residual tersebut telah
distandarisasi dan dilihat apakah berdistribusi normal atau tidak. Nilai
residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Distribusi normal
digambarkan dengan sebuah garis sehingga Dasar pengambilan
keputusan dalam uji normalitas yaitu (Saraswati, 2013:60). :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan poladistribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas. Disamping itu, uji normalitas dengan analisis grafik
dapat memberikan hasil yang subyektif. Artinya, antara orang yang
satu dengan yang lain dapat berbeda dalam menginter pretasikannya,
maka hal lain yang dapat digunakan yaitu uji normalitas dengan
Kolmogorov-Smirnov atau uji test of normality. Nilai residual
terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Sig. >alpha (α) atau K
hitung < K tabel.
67
b. Uji heteroskidastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
berbeda tidak disebut Heteroskedastisitas.
dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah jika grafik
scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar
baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y sehingga tidak
terjadi heteroskidastisitas pada model regresi (Saraswati, 2013:61).
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen) (Malya, 2017).
Menurut Duwi Priyatno, (2013:43) Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi
dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap
variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel
bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai
68
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1 atau
Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF <
10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinieritas.
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghazali (2013) dalam penelitian Fitria Saraswati (2013:62)
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam modal
regresilinear ada korelasi antara kesalahan pengganggu (residual) pada
periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya)
dengan metode durbin watson (D-W) yang hanya digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya konstanta dalam model
regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel bebas
Uji ini berarti terjadi jika hubungan antara error term pada suatu
observasi dengan error term pada observasi lainnya yang mengakibatkan
variabel terikat saling berhubungan dan saling ketergantungan antara
observasi satu dengan observasi lainnya (Mulyono, 1991:9).
Menurut Suliyanto, (2011:26) Uji Durbin-Watson (Uji D-W)
merupakan uji yang sangat populer untuk menguji ada-tidaknya masalah
autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. Adapun kriteria uji secara
umum diantaranya sebagai berikut:
Deteksi Autokorelasi Positif:
Jika dw < dL maka terdapat autokorelasi positif,
Jika dw > dU maka tidak terdapat autokorelasi positif,
69
Jika dL < dw < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak
dapat disimpulkan.
Deteksi Autokorelasi Negatif:
Jika (4 – dw) < dL maka terdapat autokorelasi negatif,
Jika (4 – dw) > dU maka tidak terdapat autokorelasi negatif,
Jika dL < (4 – dw) < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau
tidak dapat disimpulkan.
2. Uji Statistik
a. Model Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur
pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas (x) terhadap variabel
terikat (y). Menurut Suliyanto (2011 : 76) analisis regresi berganda
bahwa regresi berganda variabel tergantung (terikat) dipengaruhi oleh
dua atau lebih variabel bebas sehingga hubungan fungsional antara
variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X1, X2, Xn..).
Model persamaan analisis regresi linier berganda pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Y = a +e+A1X1+A2X2+A3X3 +A4X4........................(persamaan linier)
H = a+h+A1S +A2L+A3M.......................................(persamaan H)
70
Keterangan:
Y = H=aset dana pensiun lembaga keuangan bank muamalat
a = a = Intercept (konstanta)
A = Koefisien regresi dari variabel independen
X1 = profit bank muamalat
X2 = dana pihak ketiga bank muamalat
X3 = profit dana pensiun bank muamalat
X4 = Jakarta Islamic Index (JII)
e = h = Nilai residu/error
Dasar filosofis parameter yang dibuat untuk persamaan regresi
dalam Ekonomi Islam adalah dari Quran Surat Al-Hajj (22): 78 yang
berbunyi:
هو مولكم كاة واعتصموا بالل لة وآتوا الز فأقيموا الص
فنعم المولى ونعم النصير
Artinya:“maka dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan
berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka
Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
(Dia) yakni Allah (telah menamai kalian orang-orang Muslim dari
dahulu) sebelum diturunkannya Alquran (dan begitu pula dalam Kitab
ini) yakni Alquran (supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian) kelak
di hari kiamat, bahwasanya dia telah menyampaikan kepada kalian (dan
kalian) semuanya (menjadi saksi atas segenap manusia) bahwasanya
71
Rasul-rasul mereka telah menyampaikan risalah-Nya kepada mereka
(maka dirikanlah salat) maksudnya laksanakanlah salat secara terus-
menerus (tunaikanlah zakat dan berpeganglah kalian kepada Allah)
percayalah kalian kepada-Nya (Dia adalah pelindung kalian) yang
menolong kalian dan yang mengurus perkara-perkara kalian (maka
sebaik-baik pelindung) adalah Dia (dan sebaik-baik penolong) kalian
adalah Dia.
Jika dijabarkan, teori H terbentuk persamaan petunjuk berupa
pelindung, penolong, shalat, zakat, dan Allah yang terdiri dari 3 variabel
utama dan 2 varians. Variabel utama atau super variable berupa 3 faktor
yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor religiusitas. Varians atau
differentiate variable berupa pelindung (konstanta), dan penolong
(error).
Standar parameter dari 3 variabel utama dan 2 varians dalam teori H,
yaitu faktor internal (S), faktor eksternal (L) dan faktor religiusitas (M).
Sedangkan varians pelindung berparameter (a) dan varians penolong
berparameter (h), dengan variabel dependen (H). Sehingga, persamaan
yang terbentuk H=a+h+ai(SLM)i, dengan S,L,M merupakan kumpulan
dari variabel-variabel independen. Jika variabel independen lebih dari
tiga, maka akan masuk dalam kelompok faktor Sn atau Ln atau Mn.
Dalam penelitian ini, variabel utama sebagai variabel independen
berupa struktur internal, yang dijabarkan sebagai variabel profit bmi (S1),
dana pihak ketiga (S2) ; kinerja JII Sebagai faktor eksternal (L) dan profit
72
dplk sebagai faktor religiusitas (M), dengan aset dplk sebagai variabel
dependen (H).
Adapun persamaan H atau model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H=a+h+A1S1+A2S2+A3L+A4M....................................(model H)
Y=a+e+A1X1+A2X2+A3X3+A4X4...........................................(model linier)
Keterangan:
H = Huda / Petunjuk / Struktur Modal (Y)
a = Alif / Jalan / konstanta (a)
h = Hanif / Lurus / error (e)
A = koefisien per variabel
S1 = Sin1 / Internal1 / Profit BMI (X1)
S2 = Sin2 / Internal2 / DPK (X2)
L = Lillah / Eksternal / JII (X3)
M = Masjid / Religiusitas / Profit DPLK (X4)
b. Uji F
Nilai F hitung digunakan untuk menguji ketepatan model
(goodness of fit). Uji F ini juga sering disebut sebagai uji simultan,
untuk menguji apakah variabel bebas yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan perubahan nilai variabel terikat atau tidak.
Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA
(Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05
73
atau 5 %). Jika nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya
jika nilai signifikasi < 0.05 maka H1 diterima (Saraswati, 2013:64).
c. Uji t
Uji ini sering di sebut uji parsial dimana dalam pengujian ini untuk
mengetahui masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen.
Nilai t hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial (per
variabel) terhadap variabel terikatnya dengan tingkat signifikan 0,05
Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel
terikatnya atau tidak.
Uji signifikan parsial (uji t) atau individu digunakan untuk menguji
apakah suatu variabel bebas berpengengaruh atau tidak terhadap variabel
terikat (Suharyadi dan Purwanto, 2011:228) :
1) Perumusan dan penentuan Hipotesis
Ho : β = 0, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen
Ha : β = 0, berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
2) Menentukan daerah kritis yang ditentukan oleh nilai t-tabel dengan
derajat bebas n-k dan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%
3) Menentukan nilai t hitung dengan cara:
74
t-hitung = b - dimana
t-hitung = besarnya t-hitung
b = koefisien regresi
sb= standar error
4) Pengambilan keputusan berdasarkan kriteria daerah keputusan untuk
menerima H0 atau menerima H0
d. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Suliyanto, (2011:69) Koefisien determinasi merupakan
besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin
tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas
dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya Koefisien
determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel
bebas yang dimasukkan dalam model regresi, dimana setiap penambahan
satu variabel bebas dan pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai
R2 meskipun variabel yang dimasukkan itu tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikatnya.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien
determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien
tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan unsur jumlah variabel dan
ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien
determinasi yang disesuaikan, maka nilai koefisien determinasi yang
75
disesuaikan itu dapat naik atau turun akibat adanya penambahan variabel
baru dalam model (Saraswati, 2013:65).
e. Variabel dan Pengukuran
Adapun variabel dan jenis pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Penjelasan Variabel Pengukuran
No Variabel Indikator
1 Profit Bank Muamalat Rupiah
2 Total Dana Pihak Ketiga Bank Muamalat Rupiah
3 Profit DPLK Muamalat Rupiah
3 Jakarta Islamic Index Rupiah
4 Aset DPLK Rupiah
76
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya DPLK Muamalat
Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 yakni bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Anshori, 2008:159).
Sehingga dalam hal ini fungsi bank merupakan suatu lembaga
perantara (intermediary) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan
dana kepada pihak yang membutuhkan dana terhadap publik secara
optimal (Dendawijaya, 2009:48). selain menghimpun dana, menyalurkan
dana dan juga terdapat bentuk usaha jasa dalam lembangan perbankan
yang bertujuan untuk mendorong perekonomian nasional.
Sistem perbankan syariah di Indonesia dikenal pada kisaran awal
tahun 1990 melalui kajian insentif oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indoneisa (ICMI). dengan adanya
beberapa konferensi yang dilakukan oleh MUI dan ICMI kemudian
dengan adanya dukungan pemerintah memalui Peraturan Pemerintah No.
77
72/1772 dimana dalam UU tersebut mengakui adanya bank yang berbasis
bagi hasil. Sehingga pada tahun 1992 di Indonesia diperkenalkan dual
banking system (sistem perbankan ganda), sehingga bank konvensional
dan bank syariah diizinkan beroperasi berdampingan.
Dalam UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah
membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar
operasional bagi hasil yang secara rinci dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah No.72 Tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil
dan peraturan tersebutlah yang menjadi landasan dimulainya sistem
perbankan ganda. Kemudian landasan hukum tersebut diperkuat dengan
dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No. 7
tahun 1992 dan Pada tahun 1999 dikeluarkan UU No.23 tentang Bank
Indonesia yang memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk
dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah sehingga
Industri perbankan syariah berkembang lebih cepat setelah kedua
perangkat perundang-undangan tersebut diberlakukan. Sehingga pada
tahun yang sama dimana tahun 1992 berdirilah Bank Muamalat Indonesia
(BMI) sebagai bank umum dan bank murni syariah satu-satunya yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil (Yuamnita,
2005).
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk memulai perjalanan bisnisnya
sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia pada 1 November 1991 atau 24
78
Rabi’us Tsani 1412 H dan mulai beroperasi pada 1 mei 1992 atau 27
syawal 1412 H. Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan
prakarsa MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan pemerintah Indonesia yang
mendapat dukungan dari pengusaha maupun cendekiawan muslim melalui
ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), yang sekaligus sebagai
pemegang sahamnya serta masyarkat luas. Adapun Visi dan Misi Bank
Muamalat yaitu:
a. Visi bank : menjadi bank syariah terbaik dan termasuk dalam 10 besar
bank di Indonesia dengan eksistensi yang diakui tingkat regional.
b. Misi bank Muamalat : membangun lembaga keuangan syariah yang
unggul dan berkesinambungan dengan penekanan pada semangat
kewirausahaan berdasarkan prinsip kehati-hatian, keunggulan
sumberdaya manusia yang islami dan profesional serta orientasi
investasi yang inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada seluruh
pemangku kepentingan.
Seiring usianya yang ke-20 pada tahun 2012 bank Muamalat semakin
meningkatkan kehati-hatiannya sebagai bank syariah islami, modern serta
profesional dengan terus meningkatkan prestasi dan kinerjanya. Hingga
saat ini, Bank beroperasi bersama beberapa entitas anaknya dalam
memberikan layanan terbaik yaitu Al-Ijarah Indonesia Finance (ALIF)
yang memberikan layanan pembiayaan syariah, (DPLK Muamalat) yang
memberikan layanan dana pensiun melalui Dana Pensiun Lembaga
79
Keuangan, dan Baitulmaal Muamalat yang memberikan layanan untuk
menyalurkan dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS). Adapun secara
singkatnya, company profile bank Muamalat yaitu :
Aset per Oktober 2017 : Rp. 56 Trilliun
Rating Perusahaan : idA dengan Stable Outlook (PEFINDO)
Jaringan Layanan : 363 total kantor layanan, terdiri dari, 83
Kantor cabang, 202 kantor cabang pembantu, 78 kantor kas, 1.337
ATM Muamalat, 103 Mobile branch Muamalat, 120.000 jaringan
ATM Bersama dan BCA Prima.
Jaringan Kantor Luar Negri : Kantor Cabang Kuala Lumpur,
Malaysia
Modal Dasar : Rp 3 Trilliun
Modal Ditempatkan dan Disetor penuh : Rp. 1.103.435.151.000
Dasar Hukum Pendirian : Akta No.1 tanggal 1 Nopember 1991
dibuat Dihadapan Notaris Yudo Paripurno, SH.
Website : www.bankMuamalat.co.id
Alamat Perusahaan : Gedung Muamalat Tower, Jalan Prof. Dr.
Satrio Kav.18, Jakarta 12940. No. Telfon : 021-8066 6000 Fax: 021-
8066 6066.
Anak Perusahaan : (1). Dana Pensiun Lembaga Keuangan
(DPLK) Muamalat (2). PT Al Ijarah Finance Syariah (3). Baitul
Muamalat (BMM) (4). Muamalat Institute (MI)
80
2. Profil Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Muamalat
Salah satu Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang berusaha
menjalankan prinsip syariah dalam pengelolaan dana pensiunnya di
Indonesia adalah DPLK Muamalat, yang saat ini juga merupakan DPLK
yang secara penuh menjalankan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
DPLK Muamalat sudah berdiri sejak bulan September 1997, dan dari
awal pendiriannya sudah beroperasi secara syariah, namun karena saat itu
belum ada regulasi yang mengatur tentang pendirian Dana Pensiun syariah
sehingga perlakuan dari Regulator dianggap sama dengan Dana Pensiun
lainnya. Baru pada tahun 2016 Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
mengeluarkan POJK (peraturan OJK) No.33/2016 yang mengatur tentang
adanya Dana Pensiun syariah. Untuk itu DPLK Muamalat juga
menyesuaikan atas regulasi yang baru tersebut, dan saat ini juga sedang
dalam prosres untuk mendapatkan pengesahan dari OJK menjadi DPLK
Syariah yang pertama di Indonesia. Adapun visi dan misi dan company
profile DPLK bank Muamalat diantarnya:
Visi DPLK bank Muamalat : menjadi DPLK syariah pertama yang
mengutamakan transparansi, kebersamaan,kepuasan nasabah dengan
transaksi sesuai syariah.
Misi DPLK Muamalat : mengembangkan sistem informasi dan
layanan yang cepat, mudah, motivasi dan berkualitas. Serta
81
memberikan hasil investasi yang kompetitif sebagai wujud
profesionalisme pengelolaan DPLK.
Berikut adalah profil DPLK Muamalat:
Pendiri: PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Legalitas: SK Menteri Keuangan No. Kep-485/KM.17/1997 Tanggal
10 Oktober 1997
Berdiri Sejak : 12 September 1997/ 11 Jumadal Ula 1418 H
Nilai Aktiva Bersih: Rp. 1.172.920.984.323 ( Posisis Oktober 2017)
Alamat Perusahaan: Gedung Muamalat Tower Lantai 10, Jalan Prof.
Dr. Satrio Kav.18 Jakarta 12950. No.Telfon : 021-8066 6000
Website : www.dplk.bankmuamalat.co.id
Seiring dengan perkembangan perbankan syariah yang semakin
menjamur di Indonesia, bank Muamalat melihat bahwa kebutuhan
masyarakat tidak hanya sebatas pada transaksi keuangan bank tetapi juga
lembaga keuangan non bank. Maka dari itu, Salah satu bentuk realisasi
dari komitmen membangun sistem syariah maka pada tanggal 10 Oktober
1997 berdasarkan SK Menteri Keuangan No.KEP- 485/KM.17/1997
mendirikan anak perusahaan bank Muamalat atau bank Muamalat link
yaitu dengan mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Muamalat sebagai penyelenggara Program Pensiun iuran pasti (PPIP).
Dimana program pensiun DPLK Muamalat dapat disesuaikan dengan
keadaan dan kebutuhan yang tertuang dalam UU Ketenagakerjaan
82
No.13/2003. Sehingga masyarakat dapat menikmati program atau produk
tabungan pensiun ini untuk kehidupan sejahtera mereka di masa tua.
DPLK Muamalat berdiri sejak bulan September 1997, dimana saat
awal pendiriannya karena bank Muamalat merupakan bank yang
beroperasi penuh secara syariah serta merupakan bank murni pertama
syariah di Indonesia maka DPLK bank Muamalat-pun dari awal
pendiriannya sudah beroperasi secara syariah, namun karena saat itu belum
ada regulasi yang mengatur tentang pendirian Dana Pensiun syariah
sehingga perlakuan dari regulator dianggap sama dengan Dana Pensiun
lainnya.
Sehingga pada tahun 2016 OJK mengeluarkan POJK (peraturan OJK)
No.33/POJK.05/2016 yang mengatur tentang adanya Dana Pensiun
syariah. Untuk itu DPLK Muamalat juga menyesuaikan atas regulasi yang
baru tersebut dan telah mengaplikasikannya secara penuh sejak tanggal 1
Februari 2018. Sehingga baik dalam segi teknis syariah sudah diperkuat
dengan adanya peraturan tersebut. Adapun Produk dan Program DPLK
Muamalat diantaranya:
a. Pensiun Terproteksi Muamalat
Merupakan tabungan hari tua yang menjanjikan Manfaat Pensiun
sebesar akumulasi iuran ditambah dengan akumulasi hasil
pengembangan berdasarkan hasil pengelolaan dana sesuai pilihan jenis
investasi peserta. Produk Pensiun Terproteksi Muamalat juga
83
merupakan produk investasi jangka panjang dengan fasilitas cover
asuransi. Program asuransi yang di bundle adalah program Asuransi
Kecelakaan Diri berupa penggantian biaya rawat inap karena
kecelakaan selama satu tahun pertama masa kepesertaan dan Program
Asuransi Jiwa berupa santunan ahli bagi ahli waris apabila peserta
meninggal dunia selama masa kepesertaan. Progam Asuransi
Kecelakaan Diri diperuntukkan bagi setiap peserta dan secara otomatis
berlaku efektif sejak menjadi peserta Pensiun Terproteksi Muamalat,
sedangkan Program Asuransi Jiwa diperuntukkan bagi peserta yang
menginginkan proyeksi manfaat pensiunnya Terproteksi, berlaku efektif
sejak akseptasi dari pihak Asuransi dengan kewajiban membayar Premi
Asuransi setiap bulannya.
b. Program Pengelolaan Pensiun Karyawan
Perusahaan atau pengusaha yang ingin memberikan fasilitas
program pensiun, dapat melalui program pensiun iuran pasti (PPIP)
DPLK Muamalat. Besaran persentase iuran antara subsidi perusahaan
dengan kotribusi karyawan, ditentukan sesuai kebijakan dan aturan
yang berlaku di Perusahaan yang telah disepakati oleh karyawan. Baik
Mekanisme programnya yaitu:
1) Perusahaan diwajibkan menyerahkan copy legalitas / ijin usaha,
sebagai prasyarat menjadi peserta kumpulan. Perusahaan akan
mempunyai kode tertentu pada data di DPLK Muamalat.
84
2) Seluruh karyawan yang diikutsertakan oleh Perusahaan wajib
mengisi formulir pendaftaran kepesertaan dan melengkapi dokumen
pendaftaran.
3) Iuran (dan premi jika mengikuti Program Asuransi Jiwa ) akan
disetorkan secara kolektif oleh Perusahaan, untuk dan atas nama
karyawannya secara berkala. Minimum setoran adalah Rp.50.000,-
per karyawan.
4) Atas iuran tersebut, Perusahaan wajib memberikan data rinci iuran
dan atau premi dalam bentuk softcopy ke DPLK Muamalat, sebagai
dokumen untuk melakukan pengkereditan iuran dan atau premi atas
masing-masing karyawan. Rincian data tersebut paling lambat
dilakanakan pada hari yang sama dengan waktu penyetoran dana.
5) Peserta atau karyawan Perusahaan diperbolehkan melakukan
penarikan sebagian atas iuran dari kontribusi Karyawan, selama
perusahaan mengizinkan dengan cara memberikan keterangan secara
tertulis.
6) Hal tersebut diatas dan hal lain terkait penyesuaian ketentuan-
ketentuan yang ada di Perusahaan tertuang dalam perjanjian
kerjasama antara DPLK Muamalat dengan perusahaan.
c. Program Pensiun Untuk Kompensasi Pesangon
Adapun Tujuan dari dibentuknya Program pensiun untuk
kompensasi pesangon yaitu :
85
1) Sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendanakan kewajiban
terhadap imbalan pesangon.
2) Membantu perusahaan dalam mengelola dan mengurangi risiko
keuangan dan arus kas-tidak perlu lagi ada keraguan dalam
menerapkan full offset untuk semua kasus PHK, pembayarn bulanan,
dan penundaan pembayaran manfaat.
3) Memberikan jaminan terpenuhinya hak-hak karyawan dalam hal
mengenai PHK
3. Pengelolaan Dana
Pengelolaan dana di DPLK Muamalat,dilaksanakan sesuai dengan
pilihan Paket Investasi yang dipilih oleh peserta dan dapat dilihat pada
tabel 4.1
Tabel 4.1
Paket Investasi DPLK Muamalat
Jenis paket Instrumen investasi
Paket A Deposito bank syariah 100%
Paket B Deposito rupiah di bank syariah maksimal 100% atau
sukuk 80%
Paket C Deposito bank syariah 100% atau reksadana syariah
80% atau saham syariah 50%
Sumber: DPLK Muamalat
Iuran peserta akan diinvestasikan pada instrument investasi sesuai dengan
Paket Investasi yang telah dipilih oleh Peserta seperti yang tertera pada
tabel 4.1 terdapat paket A dimana dana diinvestasikan kedalam deposito
86
bank syariah, lalu paket B dimana dana dapat diinvestasikan baik di
deposito bank syariah maupun sukuk dan untuk paket C dana di
investasikan kedalam deposito bank syariah, reksadana syariah maupun
saham syariah yang juga terdapat dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Keuntungan masing-masing paket dapat berbeda sesuai dengan hasil
investasi per masing-masing instrumen.
4. Perkembangan Aset Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Aset dana pensiun lembaga keuangan menujukkan bagaimana
perkembangan, pengelolaan dan kinerja suatu lembaga dana pensiun. Aset
lembaga dana pensiun terdiri dari Investasi dan Non Investasi. Aset dana
pensiun lembaga keuangan bank Muamalat menunjukan dana kelolaan dan
bagaiamana mencapai target realisasi agar pertumbuhan aset dana pensiun
lembaga keuangan dapat melebihi target. Adapun pertumbuhan aset dana
pensiun lembaga keuangan bank Muamalat dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1
Pertumbuhan Aset DPLK Muamalat
Sumber: DPLK Muamalat
87
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa aset pertumbuhan DPLK bank
Muamalat dari tahun 1997 sampai dengan september 2017 cenderung
mengalami peningkatan. Dimana total akumulasi aset pada september
2017 sebesar Rp 1,156.238 jutaan rupiah. Perkembangan peningkatan aset
DPLK bank Muamalat menandakan peningkatan baik dalam sisi kinerja
bank DPLK bank Muamalat maupun minat dan kesadaran peserta akan
pentingnya berinvestasi dalam dana pensiun untuk masa tua yang lebih
sejahtera.
5. Perkembangan profit bank Muamalat
Dalam melihat suatu kinerja perusahaan, seorang Manajer melihat
dalam rasio manajemen dan laporan keuangan suatu perusahaan. Dalam
menghasilkan laba atau profit. Profit merupakan selisih antara penjualan
atau pendapatan usaha dan biaya-biaya usaha, baik berupa harga pokok
penjualan atau biaya produksi, biaya penjualan, dan biaya umum dan
administrasi. Dalam perbankan syariah istilah profit merujuk pada bagi
hasil sehingga dalam perbankan syariah pembagian profit skema seperti
profit and loss sharing dan revenue sharing. Untuk Profit bank Muamalat
dapat dilihat pada tabel 4.2
88
Tabel 4.2
Profit Bank Muamalat Indonesia
(dalam miliar rupiah)
tahun Laba atau profit
2009 50
2010 170
2011 273
2012 389
2013 165
2014 59
2015 74
2016 81
2017 43 Sumber: laporan bank Muamalat,(diolah)
Berdasar pada tabel 4.2 diatas pertumbuhan profit bank Muamalat
berfluktuatif cenderung menurun. Pencetakan laba tertinggi berdasarkan
tabel 4.2 terjadi di tahun 2013 yaitu sebesar 165 M. Serta penurunan laba
yang merosot tajam terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 59 miliar.
6. Perkembangan Dana pihak ketiga
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan kumpulan dana yang didapat
dari masyarakat atau nasabah yang dikelola oleh perbankan berdasarkan
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, tabungan dan deposito
dengan menggunakan prinsip syariah. Perkembangan DPK periode 2012
sampai 2017 dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
89
Tabel 4.3
Perkembangan DPK Bank Muamalat
(dalam miliar rupiah)
Tahun Dpk
2009 13,32
2010 17,39
2011 26,77
2012 34,90
2013 41,79
2014 51,20
2015 45,67
2016 41,92
2017 46,48 Sumber: laporan bank Muamalat, (diolah)
Sesuai dengan Tabel 4.3 di atas perkembangan DPK pada tahun 2012-
2014 cendrung mengalami peningkatan dimana pada tahun 2012 nilai dpk
yang dikelola oleh bank Muamalat Indonesia adalah sebesar Rp. 34.904
miliar dan mengalami peningkatan sampai di tahun 2014 yaitu sebesar Rp.
51.206 miliar kemudian Pada tahun berikutnya yaitu 2014 sampai 2016
nilai DPK justru cendrung mengalami penurunan. Dimana nilai DPK pada
tahun 2016 yaitu sebesar Rp. 41.920 miliar.
7. Perkembangan Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Index merupakan suatu Index dalam mengukur kinerja
saham yang termaksud syariah. JII merupakan Index saham dengan 30
emiten yang memiliki kapitalisasi terbesar dalam Index saham syariah
gabungan atau Index saham syariah Indonesia (ISSI). Perkembangan JII
periode 2009 sampai 2017 dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
90
Tabel 4.4
Perkembangan JII
(dalam rupiah)
tahun jii
2009 417.180
2010 517.610
2011 537.030
2012 594.790
2013 585.110
2014 683.110
2015 592.900
2016 694.130
Okt-17 728.690
Sumber: pasar modal, (diolah)
Dalam tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai JII pada awal periode
penelitian sebesar 417.180 dan mengalami fluktuasi selama periode
penelitian. nilai tertinggi JII dalam periode penelitian yaitu mencapai titik
level sebesar 728.690 pada oktober 2017 dan nilai terendah yaitu
mencapai titik level sebesar 417.180 pada tahun 2009 dan selama periode
penelitian JII menunjukan trend kenaikan walaupun cenderung
berfluktuatif.
91
8. Perkembangan Profit DPLK Muamalat
Profit dana pensiun lembaga keuangan menujukkan bagaimana
manajemen mengelola suatu aset dalam menginvestasikan ke berbagai
instrument investasi. Net profit dana pensiun lembaga keuangan
merupakan laba bersih yang didapat setelah profit sharing yang telah
dibagikan kepada peserta program dplk. Adapun untuk profit dana pensiun
lembaga keuangan dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Profit DPLK
(dalam miliaran)
tahun Profit dplk
2009 1,9
2010 1,1
2011 1,6
2012 3,7
2013 5,4
2014 7,6
2015 9,8
2016 12,7 Sumber: bank muamalat (data diolah)
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perkembangan profit dplk
mengalami fluktuatif pada tahun 2009 profit dplk sebesar Rp. 1,9 Miliar
dan mengalami naik turun hingga tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 1,6 miliar
dan untuk tahun berikutnya profit dplk cenderung meningkat hingga di
tahun 2016 yaitu sebesar 12,7 Miliar.
Hal lain yang dapat dilihat adalah berdasarkan kinerja investasi atau
return on investment. Kinerja investasi dalam dana kelolaan DPLK
Muamalat sendiri dilihat dari perpaket investasi yang ditawarkan oleh
92
DPLK Muamalat. Yang terbagi dalam tiga paket yaitu paket A paket B
dan paket C sesuai deskripsi dalam table 4.1 diatas. Adapun return on
investment yang didapatkan DPLK bank muamalat berdasarkan paket
investasinya dapat dilihat dalam table 4.6 berikut.
Tabel 4.6
Kinerja Investasi DPLK Muamalat
(dalam persen)
Sumber : DPLK Muamalat (diolah)
Kinerja investasi DPLK muamalat dapat dilihat pada table 4.6 diatas.
Dimana return on investment yang merupakan rasio dalam mengukur
tingkat kembalian dari suatu investasi yang dihasilkan berfluktuatif
cenderung menurun. Dan dapat dilihat paket c merupakan portofolio
investasi yang memiliki tingkat return yang lebih besar pada beberapa
tahun belakang dengan nilai rata-rata sebesar 11,64% akan tetapi paket c
tersebut juga memiliki return yang negative pada tahun 2013 dan 2017.
Karna paket c sendiri merupakan portofolio efek yang dananya dikelola
baik dalam reksadana dan saham sehingga memungkinkan adanya capital
lost atau kerugian. adapun persentasi penempatan dalam deposito pada
paket c tidak sebesar paket A yang merupakan paket investasi yang 99%
dananya di investasikan dalam deposito.
93
B. Pengujian dan Pembahasan
1. Uji asumsi klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Sehingga Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005:105). Untuk menguji apakah
data bersifat normal atau tidak maka peneliti menggunakan analisa tests
of normality dalam uji shapiro wilk.
Pada pengujian normalitas data dengan menggunakan analisa tests
of normality, dengan kriteria suatu variabel dikatakan normal jika
residual Signifikansi (a) > 0,05 maka data bersitribusi normal dan jika
Signifikansi (a) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Hasil dari
pengujian normalitas dengan menggunakan normal p-plot dan tests of
normality dapat dilihat pada gambar 4.2 dan tabel 4.7
Gambar 4.2
Hasil Uji Normal P-P Plot
94
Berdasarkan gambar 4.2 normal probability plot terlihat bahwa
data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hipotesis uji
normalitas adalah data berdistribusi normal sehingga dapat disimpulkan
bahwa data pada penelitian ini merupakan data yang berdistribusi
normal.
Untuk lebih jelasnya, hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel
4.7 menggunakan test of normality.
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas dengan Tests of Normality
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui pengujian tests of
normality, di mana dasar dalam pengambilan keputusan adalah jika
residual Sig 2-tailed> 0,050, maka tabel regresi memenuhi asumsi
normalitas. Jadi dapat dilihat pada tabel 4.7 di atas menunjukkan
besarnya nilai Unstandardized Residual Asymp Sig. (2-tailed) pada
risidual tersebut sebesar 0,241 > 0,050 sehingga dapat disimpulkan
bahwa data pada penelitian ini merupakan data yang berdistribusi
normal.
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Unstandardized Residual ,961 35 ,241
a. Lilliefors Significance Correction
95
b. Uji heteroskidastisitas
Uji hereroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi
penyimpangan model karena varian gangguan berbeda antara satu
observasi ke obseervasi lain. Untuk mendeteksi adanya gejala
heteroskodastisitas dalam model persamaan regresi dapat menggunakan
gambar atau chart model scatterplot dengan program SPSS.
Model regresi akan heteroskodastik bila data akan berpencar
disekitar angka nol pada sumbu y dan tidak membentuk suatu pola atau
trend garis tertentu. Heteroskedastisitas untuk menunjukkan nilai
varians antara nilai Y tidaklah sama. Dampak terjadinya
heteroskedastisitas yaitu interval keyakinan untuk koefisien regresi
menjadi semakin lebar dan uji signifikansi kurang kuat. Hasil pengujian
heterokedastisitas dapat ditunjukkan pada gambar 4.3
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
96
Dari scatterplot pada gambar 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa
titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan data pada penelitian
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.
Selain menggunakan uji grafik scatterplot pada gambar 4.3 diatas,
dalam penelitian ini juga digunakan uji spearman’s rho. menurut
Ghazali (2001) dalam penelitian lina purnawati (2005) Untuk menguji
hipotesis asosiatif dengan menggunakan rank spearman ini digunakan
untuk mengetahui hubungan. Tingkat keeratan dalam pengujian ini
dimana uji ini digunakan untuk menguji homogenitas sampel kecil atau
kurang dari 30. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas lebih jelas
terdapat dalam tabel 4.8
97
Tabel 4.8
Hasil Uji Spearman’s rho
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai korelasi keempat
variabel independen dengan unstandardized residual memiliki nilai
signifikansi lebih dari 0,050. maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
c. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi
multikolonieritas dapar dilakukan dengan menganalisis matriks korelasi
antar variabel independen dan dengan melihat nilai tolerance dan
lawannya VIF. Jika VIF yang dihasilkan diantara 1-10 maka tidak
98
terjadi multikolinieritas. Adapun hasil uji multikolonieritas dengan
menggunakan matriks korelasi dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai
berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -251,023 114,042
pbmi -,156 ,044 -,287 ,542 1,846
dpk 10,893 3,475 ,483 ,147 6,802
jii ,792 ,312 ,312 ,230 4,350
pdplk ,020 ,010 ,211 ,334 2,998
a. Dependent Variable: asetdplk
Berdasarkan Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak
ada variabel independen yang memiliki tolerance kurang dari 0,10 dan
Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga
menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang
memiliki nilai VIF lebih dari 10. Berdasarkan Coefficients pada gambar
diatas maka dapat diketahui bahwa nilai VIF adalah 1,846 (variabel
PBMI), 6,802 (variabel DPK), 4,350 (variabel JII), dan 2,998 (variabel
DPLK). dimana masing-masing lebih kecil (<10). Sehingga
kesimpulannya bahwa variabel independen terbebas dari asumsi klasik
multikoloniaritas.
d. Uji Autokorelasi
99
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linear terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Adanya autokorelasi
karena data yang digunakan merupakan data time series atau runtun
waktu yang berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas antar satu observasi ke observasi
lainnya. Pengujian ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan
dengan menggunakan metode Durbin-Watson. Adapun cara mendeteksi
terjadi autokorelasi dalam model analisis regresi dengan menggunakan
Durbin-Watson secra umum diambil patokan:
Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
Maka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Uji Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji durbin watson
(DW-Test), Maka hasil pengujian autokorelasi dapat dijelaskan pada
tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,946a ,895 ,881 106,00221 1,298
a. Predictors: (Constant), jii, pbmi, pdplk, dpk
b. Dependent Variable: aset
100
Berdasarkan tabel 4.10 model summary diatas, terlihat angka DW
sebesar 1,298. Dengan nilai tabel pada tingkat signifikansi 5%, jumlah
sampel 35 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k=4), maka diperoleh
nilai Nilai Durbin Watson (DW Statistik) dari hasil analisis regresi
sebesar 1,298 dapat dilihat pada tabel 4.10 diatas. Dimana nilai DL
sebesar 1,222 dan nilai DU sebesar 1,725 maka, du<dw<4-dl maka dapat
diformulasikan 1,222<1,298<2,275 maka dapat disimpulkan bahwa
pengujian bebas autokorelasi, sehingga tidak ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1.
2. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F dan uji t.
Uji F dilakukan untuk membuktikan pengaruh secara bersamaan atau
simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan uji t
digunakan untuk membuktikan pengaruh secara parsial variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda. Untuk mempermudah dalam menganalisis data, semua
pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Package for Sosial Science) for windows version 13.0 dan Ms.
Office Excel 2013.
101
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial atau
secara individual antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pengujian ini yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas atau p-
value (sig-t) dengan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai p-value lebih kecil
dari 0,05 maka H1 diterima, dan sebaliknya jika p-value lebih besar dari
0,05 maka H1 ditolak.
Adapun hasil regresi dari data primer yang diolah dapat dilihat pada
tabel 4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11
Hasil Uji Statistik t
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut: Hasil uji t diatas dapat disimpulkan bahwa pada
variabel profit bank Muamalat Indonesia (X1) seperti pada tabel 4.10
diatas diperoleh t hitung sebesar -3,571 dengan probabilitas sebesar
0,001 yang nilainya dibawah 0,050. Dengan demikian 0,001<0,050
sehingga H1 diterima, yang artinya terdapat pengaruh negatif dari
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -251,023 114,042 -2,201 ,036
pbmi -,156 ,044 -,287 -3,571 ,001
dpk 10,893 3,475 ,483 3,135 ,004
jii ,792 ,312 ,312 2,535 ,017
pdplk ,020 ,010 ,211 2,063 ,048
a. Dependent Variable: asetdplk
102
variabel profit bank Muamalat secara parsial terhadap perkembangan
aset dana pensiun lembaga keuangan bank Muamalat (Y).
Hasil uji t pada variabel dana pihak ketiga bank Muamalat
Indonesia (X2) seperti pada tabel 4.10 diatas diperoleh t hitung sebesar
3,135 dengan probabilitas sebesar 0,004 yang nilainya dibawah 0,050.
Dengan demikian 0,004<0,050 sehingga H1 diterima, yang artinya
terdapat pengaruh positif dari variabel dana pihak ketiga bank
Muamalat secara parsial terhadap perkembangan aset dana pensiun
lembaga keuangan bank Muamalat (Y).
Hasil uji t pada variabel Jakarta Islamic Index (X3) seperti pada
tabel 4.10 diatas diperoleh t hitung sebesar 2,535 dengan probabilitas
sebesar 0,017 yang nilainya dibawah 0,050. Dengan demikian
0,017<0,050 sehingga H1 diterima, yang artinya terdapat pengaruh
positif yang signifikan dari variabel Jakarta Islamic Index secara parsial
terhadap perkembangan aset dana pensiun lembaga keuangan bank
Muamalat (Y).
Hasil uji t pada variabel profit dana pensiun lembaga keuangan
bank Muamalat Indonesia (X4) seperti pada tabel 4.10 diatas diperoleh t
hitung sebesar 2,063 dengan probabilitas sebesar 0,048 yang nilainya
dibawah 0,050. Dengan demikian 0,048<0,050 sehingga H1 diterima,
yang artinya terdapat pengaruh positif dari variabel profit dana pensiun
lembaga keuangan bank Muamalat Indonesia secara parsial terhadap
103
perkembangan aset dana pensiun lembaga keuangan bank Muamalat
(Y).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen mempunyai
pengaruh secara bersama-sama atau secara simultan terhadap variabel
dependen. Hasil uji F dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.12
Hasil Uji Statistik F
ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2881117,991 4 720279,498 64,102 ,000b
Residual 337094,044 30 11236,468
Total 3218212,035 34
a. Dependent Variable: aset
b. Predictors: (Constant), jii, pbmi, pdplk, dpk
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, di dapat F hitung sebesar 64,102
dengan probabilitas sebesar 0,000 yang nilainya kurang dari 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa semua variabel independen yatu profit bank
Muamalat, dana pihak ketiga, Jakarta Islamic Index, dan profit dana
pensiun lembaga keuangan bank muamalat berpengaruh signifikan
secara simultan (bersama-sama) terhadap pertumbuhan aset dana
pemsiun lembaga keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI). Dengan
demikian, H1 diterima.
104
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel pertumbuhan aset dana
pensiun lembaga keuangan bank Muamalat. Nilai koefisien determinasi
antara 0 dan 1. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel
independen penelitian memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel pertumbuhan
pertumbuhan aset dana pensiun lembaga keuangan ban Muamalat.
Hasil koefisien determinasi dapat dilihat dalam tabel 4.13 dibawah ini:
Tabel 4.13
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,946a ,895 ,881 106,00221 1,298
a. Predictors: (Constant), jii, pbmi, pdplk, dpk
b. Dependent Variable: aset
Dari tabel koefisien determinasi 4.13 di atas, dapat dilihat bahwa
angka koefisien korelasi (R2) sebesar 0,895 (89,5%). Hal ini berarti
hubungan antar variabel independen berupa profit bank muamalat
(PBMI) dana pihak ketiga bank maumalat (DPK), jakarta islamic index
(JII) dan profit dana pensiun lembaga keuangan bank muamalat
(PDPLK) dengan variabel dependen sebesar 89,5% sedangkan sisanya
105
sebesar 10,5 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
kedalam model.
Adapun nilai Adjusted R square sebesar 0,881 adalah sebuah
statistik yang berusaha mengoreksi koefisien determinasi agar lebih
mendekati ketepatan model dalam populasi. Pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa variabel independen mampu menjelaskan variabel
dependen sebesar 88,1% sedangkan sisanya yakni sebesar 11,9%
dijelaskan oleh variabel lain.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini uji hipotesis menggunakan regresi berganda
dimana akan diuji secara empirik untuk mencari hubungan fungsional dua
atau lebih variabel bebas dengan variabel terikat, atau untuk meramalkan
dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat. Hasil uji linier
berganda dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.14 dibawah ini.
Tabel 4.14
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -251,023 114,042 -2,201 ,036
pbmi -,156 ,044 -,287 -3,571 ,001
dpk 10,893 3,475 ,483 3,135 ,004
jii ,792 ,312 ,312 2,535 ,017
pdplk ,020 ,010 ,211 2,063 ,048
a. Dependent Variable: asetdplk
106
Berdasarkan hasil dari coefficients regresi pada tabel 4.14 di atas dapat
dikembangkan dengan menggunakan model persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
Y = a + A1(X)1 +dst................ (Rumus Konvensional)
H = a + h +ai(SLM)i .............(Rumus Islam)
H = a + h + a1S1 + a2S2 + a3S3 + a4L + a5M
H = a + h + a1PBMI + a2 DPK + a3JII + a4PDPLK
Keterangan:
Y = Aset DPLK
α = Konstanta
A1, A2, A3, ... k = Koefisien regresi
X1 = profit bank muamalat (PBMI)
X2 = DPK
X3 = JII
X4 = profit DPLK
e = Error term (kesalahan pengganggu)
maka formulasi model regresi dapat diestimasikan sebagai berikut:
aset DPLK (Y) = 251,023+-0,1561x1+ 10,893x2+0,792x3+0,020x4
a. Konstanta sebesar 251,023 artinya jika pbmi, dpk, pDPLK, dan jii tidak
ada maka Pertumbuhan aset DPLK sebesar 251,023
b. Koefisien Regresi X1 sebesar -0,156 artinya setiap kenaikan satu satuan
pbmi akan menurunkan pertumbuhan aset DPLK sebesar 0,156. Dan
107
sebaliknya, setiap penurunan satu satuan pbmi, akan meningkatkan
pertumbuhan aset DPLK sebesar 0,156 dengan anggapan bahwa
X2,X3,dan X4 tetap.
c. Koefisien Regresi X2 sebesar 10,983 artinya setiap kenaikan satu
satuan dpk akan meningkatkan pertumbuhan aset DPLK sebesar
10,983. Dan sebaliknya setiap penurunan satu satuan dpk, akan
menurunkan pertumbuhan aset DPLK sebesar 10,983 dengan anggapan
bahwa X1,X3,dan X4 tetap.
d. Koefisien Regresi X3 sebesar 0,792 artinya setiap kenaikan satu satuan
jii akan meningkatkan pertumbuhan aset DPLK sebesar 0,792. Dan
sebaliknya setiap penurunan satu satuan jii, akan menurunkan
pertumbuhan aset DPLK sebesar 0,792 dengan anggapan bahwa
X1,X2,dan X3 tetap.
e. Koefisien Regresi X4 sebesar 0,020 artinya setiap kenaikan satu satuan
pDPLK akan meningkatkan pertumbuhan aset DPLK sebesar 0,020.
Dan sebaliknya, setiap penurunan satu satuan pDPLK, akan
menurunkan pertumbuhan aset DPLK sebesar 0,020, dengan anggapan
bahwa X1,X2,dan X4 tetap.
4. Pembahasan
a. Pengaruh Variabel profit bank Muamalat Terhadap Pertumbuhan aset
dana pensiun lembaga keuangan bank Muamalat.
108
Hasil pengujian pada variabel profit bank Muamalat terhadap
pertumbuhan aset dana pensiun lembaga keuangan Bank Muamalat
Indonesia (BMI). Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, bahwa profit bank berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan aset DPLK. Hasil penelitian ini berdasar pada penelitian
Meyulinda Aviana Elim dan Yusfarita (2010) yang menyatakan
profitabilitas mempunyai pengaruh negatif namun signifikan terhadap
struktur modal, begitu pula dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ali Kesuma (2009:43) yang menyatakan tingkat profitabilitas yang
tinggi memiliki struktur modal yang rendah. Ini berarti bahwa
perusahaan tersebut memiliki modal sendiri yang lebih besar dibanding
hutang jangka panjangnya. Hal ini disebabkan perusahaan dengan
tingkat profitabilitas (profitability) yang tinggi mampu membiayai
kegiatan usahanya dengan laba ditahan yang dimilikinya, sehingga
perusahaan tersebut akan menggunakan hutang dalam jumlah yang
relatif sedikit. Sehingga apabila profitabilitas meningkat struktur modal
akan mengalami penurunan dimana dengan menurunnya struktur modal
maka akan berkurang hutang jangka panjang, karna dengan
profitabilitas yang tinggi memungkinkan bagi perusahaan melakukan
permodal dengan laba ditahan saja.
Maka dari itu, hasil penelitian ini sesuai dengan teori pertama yang
ada. Namun hubungan korelasi negatif dari Penurunan profit Bank
109
Muamalat dengan aset DPLK adalah kondisi yang tidak normal, hal ini
disebabkan karena adanya kebijakan yang dilakukan oleh manajemen
baru Bank Muamalat dalam hal pembentukan cadangan yang
berimplikasi terhadap penurunan profit bank Muamalat. Walaupun
kebijakan ini baru dibuat dalam dua tahun terakhir namun ternyata
berdampak terhadap hasil regresi korelasi yang diolah untuk data
selama sembilan tahun. Akan tetapi penurunan profit BMI ini tidak
serta merta langsung mempengaruhi aset dplk karna dplk dapat
meningkatkan pertumbuhan aset dari profit dplk itu sendiri adapaun
profit BMI yang merupakan bank induknya hanya sebatas memberikan
kucuran dana dalam bentuk pinjaman atau hutang ketika aset dplk tidak
dapat memenuhi kewajibannya.
b. Pengaruh Variabel dana pihak ketiga bank Muamalat Terhadap
Pertumbuhan aset dana pensiun lembaga keuangan bank Muamalat.
Hasil pengujian pada variabel dana pihak ketiga terhadap
pertumbuhan aset dana pensiun lembaga keuangan Bank Muamalat
Indonesia (BMI). Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, bahwa dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan aset DPLK. hal ini sudah sesuai teori yaitu apabila Dana
pihak Ketiga bank meningkat maka asset juga mengalami peningkatan.
Hal ini didukung dengan penelitian Diana Djuwita dan Assa Fito
Muhammad (tanpa tahun), dan penelitian Zakaria Arrazy (2015:86)
110
dimana DPK berpengaruh positif secara signifikan terhadap perubahan
total asset bank syariah. Lalu penelitian yang dilakukan oleh Anton
Sudrajat dan Suhadi, (2015:99) dimana Variabel DPK berpengaruh
terhadap Total Aset Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dimana dalam
ketiga penelitian tersebut menunjukan hubungan yang positif antara dpk
terhadap pertumbuhan aset yaitu jika dana pihak ketiga meningkat,
maka aset juga akan mengalami peningkatan. Dana pihak ketiga akan
mengalami penurunan apabila nilai asetnya juga mengalami penurunan.
Dan diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus
Kusumaramdani (tanpa tahun) dimana penelitian dengan judul faktor-
faktor yang mempengaruhi investasi bagi hasil dana pensiun lembaga
keuangan Muamalat dengan hasil penelitian bahwa tingkat FDR
memiliki tingkat pengaruh tinggi terhadap investasi bagi hasil DPLK.
Dimana fdr merupakan rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga
yang diterima oleh perbankan.
Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap bank yang bersangkutan. Berarti semakin banyak
dana pihak ketiga yang bias dihimpun bank, maka semakin tinggi
kinerja bank termaksud terhadap asetnya atau return on asset. Hal ini
juga mengindikasikan bahwa tingkat dpk pada bank Muamalat
Indonesia juga berpengaruh terhadap unit linknya yaitu DPLK bank
Muamalat. Karna jika kinerja bank muamalat yang dilihat dari DPKnya
111
meningkat mengindikasikan kepercayaan nasabah terhadap bank
muamalat itu sendiri. Kepercayaan nasabah tersebut dapat membuat
jumlah peserta dplk bank muamalat juga mengalami peningkatan karna
kinerja bank induknya. Sehingga jika dpk bank Muamalat mengalami
peningkatan maka akan berpengaruh terhadap total aset yang dimiliki
oleh bank muamalat berpengaruh secara signifikan terhadap aset DPLK
bank Muamalat.
c. Pengaruh Variabel JII Terhadap Pertumbuhan aset dana pensiun
lembaga keuangan bank Muamalat.
Hasil pengujian pada variabel jii terhadap pertumbuhan aset dana
pensiun lembaga keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI).
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini, bahwa
jii berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset DPLK. Bank
melihat jii Sebagai benchmark dalam menilai kinerja untuk
menginvestasikan pengelolaan dana pensiun lembaga keuangan bank
Muamalat. Sehingga jii merupakan salah satu portofolio efek yang
dilakukan oleh bank dalam menginvestasikan dananya. Yang dalam arti
jika kinerja JII mengalami peningkatan maka hal ini akan dilihat baik
oleh investor untuk mendapatkan return atas portofolio efek yang
diinvestasikan pada saham yang terdapat di jii. Sehingga
memungkinkan untuk pengelola dplk agar menaikan persenan dalam
menginvestasikan dananya dalam pasar modal Indonesia terlebih
112
terhadap emiten yang termaksud ke dalam Jakarta Islamic Index.
Penelitian yang dilakukan oleh Sakinah, (2016) berkaitan dengan teori
pengaruh pertumbuhan aset terhadap harga saham syariah dimana
dalam penelitian terseubt menunjukan adanya pengaruh yang signifikan
dan positif antara pertumbuhan aset terhadap harga saham syariah yang
terdaftar dalam JII.
d. Pengaruh Variabel profit DPLK bank Muamalat Terhadap Pertumbuhan
aset dana pensiun lembaga keuangan bank Muamalat.
Hasil pengujian pada variabel profit DPLK terhadap pertumbuhan
aset dana pensiun lembaga keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI).
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini, bahwa
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rony Yuda Prasetyo,dkk
(2016) bahwa tingkat profitabilitas mempengaruhi pertumbuhan
melalui asset yang dimiliki, semakin tingginya tingkat profitabilitas
suatu perusahaan akan meningkatkan pula pertumbuhan asset tersebut.
Dimana tingkat profitabilitas mengalami kenaikan maka pertumbuhan
asset juga meningkat sehingga dengan semakin cepatnya suatu
pertumbuhan perusahaan maka perusahaan dalam kemampuannya
memperoleh laba akan tinggi pula hal ini berarti penilaian terhadap
profitabilitas juga tinggi. Dan juga penelitian yang dilakukan oleh
Raharjo, Budi (2014), bahwa faktor-faktor utama yang mempengaruhi
seseorang dalam memilih DPLK Syariah selain Kredibilitas yang
113
utama, faktor kedua adalah dukungan pendiri atau induk usaha. Faktor
dukungan pendiri dalam hal ini adalah kinerja dari Bank Muamalat baik
profil induknya maupun manajemennya.DPLK berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan aset DPLK. Penelitian yang dilakukan oleh
Henry Simamora (2012: 529) mendefinisikan laba sebagai berikut:
“Laba merupakan kemampuan perusahaan untuk meraup keuntungan
yang memuaskan sehingga pemodal dan pemegang saham akan terus
untuk menyediakan modal bagi perusahaan.” Sehingga profit DPLK ini
memiliki pengaruh terhadap modal dimana jika modal lancar maka
pertumbuhan asetpun juga akan meningkat. Pertumbuhan profit sendiri
merupakan suatu komponen dalam perkembangan asset. Dimana
pertumbuhan profit selanjutnya akan dijadikan sebagai tambahan modal
sehingga meningkatnya profit akan meningkatkan penambahan modal
yang dimana modal tersebut merupakan suatu komponen dalam asset
sehingga penambaham modal tersebut akan meningkatkan pertumbuhan
asset.
114
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Penelitian ini menganalisis pengaruh profit bank muamalat, dana pihak
ketiga bank muamalat, jakarta islamic index dan profit dana pensiun lembaga
keuangan bank muamalat terhadap aset dana pensiun lembaga keuangan bank
muamalat indonesia. Sehingga dapat disimpulkan hasil dalam penelitian ini
diantaranya:
1. Penelitian ini menunjukan bahwa profit BMI berpengaruh negatif
terhadap aset dplk bank muamalat. Dengan kata lain profitabilitas
yang dimiliki bank muamalat secara tidak langsung mempengaruhi
anak perusahaannya yaitu dana pensiun lembaga keuangan bank
muamalat secara negatif. Dengan kata lain, jika kinerja bank
mualamat yang dilihat dari rasio profitabilitas meningkat maka akan
menurunkan aset dplk.
2. Penelitian ini juga menunjukan bahwa dana pihak ketiga bank
muamalat memiliki hubungan yang signifikan dengan aset dana
pensiun lembaga keuangan bank muamalat indonesia. Jika dpk bank
muamalat meningkat bank muamalat dapat menawarkan produk dari
dana pensiun lembaga keuangan yang dikelolanya. Hal tersebut dapat
menarik peserta atau nasabah untuk menggunakan produk dari dplk
115
bank muamalat. Sehingga semakin banyaknya peserta atau nasabah
dapat meningkatkan aset dplk itu sendiri.
3. Adapun hasil penelitian dari jakarta islamic index dengan aset dana
pensiun lembaga keuangan bank muamalat menunjukan pengaruh
yang signifikan. Semakin baik kinerja jakarta islamic index semakin
banyak investor yang ingin menginvestasikan portofolio efeknya pada
emiten yang masuk dalam jakarta islamic index. Begitupula dengan
dana pengelolaan dplk muamalat yang menginvestasikan dana
pengelolaannya dengan melihat kinerja saham yaitu kinerja JII.
4. Begitupun dengan profit dplk bank muamalat terhadap aset dana
pensiun bank muamalat menunjukan bahwa profit dplk bank
muamalat berpengaruh signifikan terhadap aset dana pensiun lembaga
keuangan bank muamalat. Dimana profitabilitas secara signifikan
berpengaruh positif terhadap struktur modal. Jika profit meningkat
maka perusahaan akan mengurangkat tingkat hutang yang digunakan
untuk meningkatkan aset karna dana yang digunakan diambil dari
profitnya itu sendiri.
5. Dengan demikian, dari ke 4 variabel yang diuji tersebut, maka faktor-
faktor tersebut semuanya berpengaruh signifikan terhadap aset DPLK,
namun untuk profit BMI pengaruhnya adalah negative, artinya bahwa
jika profit BMI turun maka aset DPLK mengalami peningkatan.
116
B. Saran
Pengujian ini hanya dilakukan dari sisi kuantitatif, padahal faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan aset DPLK juga perlu dilihat dari sisi
kualitatifnya. Untuk itu agar tahap pengujian selanjutnya dapat dimasukkan
sisi kualitatif, sehingga hasil yang diperoleh lebih lengkap.
Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan penelitian adalah
profit bank muamalat, dana pihak ketiga bank muamalat, Jakarta Islamic
Index dan profit dplk bank muamalat. Saran peneliti adalah sebaiknya pada
penelitian selanjutnya menggunakan faktor internal bank lainnya salah
satunya seperti penghitungan kinerja investasi dana pension syariah dengan
menghitung return on investment serta faktor eksternal berupa kebijakan
ekonomi makro yang lebih beragam dengan tetap memasukan faktor
syariahnya.
Dalam penelitian ini periode penelitiannya adalah tahun 2009 sampai
2017 diharapkan berikutnya dapat lebih memperbarui dan menambah periode
penelitian agar hasil yang didapat lebih maksimal.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis regresi
berganda, untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan metode
yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
117
DAFTAR PUSTAKA
Al-Arif, M. Nur Rianto. 2012. Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis
Praktis, Bandung: cv Pustaka Setia.
Amir, Machmud & Rukmana. 2010. Bank Syariah Teori kebijakan Dan Studi
Empiris di Indonesia, Jakarta : Erlangga.
Andraeny, D. 2011. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Tingkat Bagi Hasil
dan Non Performing Finance Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi
Hasil Pada BankSyariah. Simposium Nasional Akuntansi (SNA), Aceh, Vol.
XIV:1-24
Anshori, Abdul Ghofur. 2008. Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah
di Indonesia dan Implikasinya bagi Praktik Perbankan Nasional. La Riba
Jurnal Ekonomi Islam, Vol 2 :159-172
Aprilia, Ririn. 2014. Analisis Kinerja Portofolio Investasi dan Kemampuan
Selectivity Serta Market Timing pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Muamalat, Bogor: Instintute Pertanian Bogor
Arifin, Zainul. 2006. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alfabeta.
Arrazy, Zakaria. 2015. Pengaruh DPK, FDR, dan NPF Terhadap Pertumbuhan
Aset Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia Tahun 2010-2014. Skripsi,
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Arthesa, Ade & Handiman, Edia. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank, Jakarta: PT.Indeks kelompok Gramedia.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2016. Teori H Sebagai Wahyu Dan Turats Dalam
Islam. Jurnal Ushuluddin, Riau: Universitas Islam Negeri Riau. Vol 24, No 1.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Kaffah Thinking on sinlammim method through
digital root. Procedding, ISOIT International seminar on islamic thought,
UKM, Bangi, Malaysia.
Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Rumus Tuhan Hahslm Dalam Berpikir
Menyeluruh Sebagai Metedologi Ekonomi Islam. Procedding ICIEF15:
118
Strengthning Islamic Economics and Financial Institution for Financial
Institution for the Welfare of Ummah. Universitas Mataram, Lombok.
Budisantoso, Totok & Triandaru, Sigit. 2006. bank dan lembaga keuangan lain,
Jakarta: Salemba Empat
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Djuwita, D & Mohammad, A. Pengaruh Total DPK, FDR, NPF dan ROA
terhadap Total Asset Bank Syariah di Indonesia. Cirebon: IAIN Syekh
Nurjati.
Elim, M & Yusfarita. 2010. Pengaruh Struktur Aktiva, Tingkat Pertumbuhan
Penjualan, dan Return on Assets terhadap Struktur Modal pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol 1,
88-103
Fadel, Muhammad. 2015. Pendekatan Analisis Swot terhadap Produk Dana
Pensiun Lembaga Keuangan Syariah Studi Kasus pada DPLK Muamalat.
Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS, Semarang:
Badan Penerbit UNDIP.
Hardjono, Saebani. 2013. Kebijakan Manajemen Dana Pensiun Untuk
Kesejahteraan Pensiunan Dalam Perspektif Tawhid. Disertasi. Jakarta:
Universitas Trisakti.
Hasanah, Nur. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Laporan Keuangan Dana Pensiun. Departemen Keuangan Media Riset
Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.12 No.2
Ihsan, D. 2012. Kondisi Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah Periode
Maret 2011- Maret 2012. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Kasmir. 2006. Manajemen Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2009. Pengantar Manajemen Keuangan, Jakarta: Kencana
119
Kesuma, Ali. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta
Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
Vol.11, No. 1, 38-45.
Kusumaramdhani, Agus. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Bagi
Hasil Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat. Tesis, Jakarta:
Universitas Indonesia
Malya, Nurma. 2017. Pengaruh Inflasi, BI Rate terhadap Portofolio Reksadana
Syariah di Indonesia Periode 2011-2015. Skripsi, Lampung: UIN Raden
Intan Bandar
Meilani, Tri. 2015. Sistem Pengelolaan Dana Pensiun pada PT. Bank Muamalat
Indonesia. Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Muhamad. 2008. metodologi penelitian ekonomi islam. Jakarta: Rajawali Pers
Mulyono, Sri. 1991. Statistika Untuk Ekonomi, Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI
Nisa, Khairun. 2015. Pengaruh pasar saham terhadap kinerja investasi dana
pensiun lembaga keuangan studi pada dplk muamalat periode 2011-2013.
Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Nisak, Ika Hajarotin dkk. Evaluasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
dalam Mendorong Stabilitas Ekonomi Indonesia: Studi Kasus DPLK
Muamalat, Surabaya: Universitas Airlangga
Nurastuti, Wiji. 2011. Tekhnologi Perbankan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Prapanca, Pandu. 2016. Pengaruh Tingkat Religiusitas Terhadap Self Resilience
Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajar
2016/2017. Skripsi, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Prasetyo, dkk. 2016. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pertumbuhan Perusahaan
(Studi pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia Periode 2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol.
30 No. 1, 135-141
120
Priyatno, Duwi. 2013. Analisis Korelasi, Regreesi dan Multivariate dengan
SPSS, Jakarta: Gaya Media
Puspita, Cynthia Desi. 2016. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aset
dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di
BEI, Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
Rahadian, Ahmad. 2014. Analisa Kontrak Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Syariah Ditinjau dari Fatwa Dewan Syariah Nasional No:88/DSN-
MUI/XI/2013. Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Raharjo, Budi. 2004. Analisis Kebijakan Pemilihan Dana Pensiun Lembaga
Keuangan DPLK pada Karyawan PT. Indosat Jember. Thesis, Surabaya:
Universitas Airlangga.
Reuters, Thomson. Islamic Financial Development Report 2016: Resilient Growth
Saefulloh, Asep Ahmad dkk. 2015. Kebijakan Pengelolaan Dana Pensiun Sektor
Korporasi (Pension Fund Management Policy in Corporate Sector), Jurnal
Ekonomi & Kebijakan Publik, Vol. 6 No. 1
Sakinah. 2016. Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, dan Likuiditas
Terhadap Harga Saham Syariah Pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta
Islamic Index periode 2012-2014. Skripsi, Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sartono, Agus. 2013. Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, Yogyakarta: BPFE
UGM
Saraswati, Fitria. 2013. Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia, Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih.
Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Siamat, Dahlan. 2004. manajemen keuangan, jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan
Perbankan”, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu.
Soemitra, Andri. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
121
Sudrajat, A & Suhadi. 2015. Determinan Total Aset Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) di Jawa Tengah. Jurnal ekonomi syariah Equilibrium, Vol. 2,
No. 1, 87-103
Suharyadi & Purwanto. 2011. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern
Edisi 2, Jakarta : Salemba Empat.
Suprihatin, Ling. 2010. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Nasabah Terhadap
Dana Pensiun Lembaga Keuangan DPLK Muamalat, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah
Suliyanto. 2011. Ekonometrika terapan: teori dan aplikasi spss, Yogyakarta:
ANDI
Wulandari, Bety. 2006. analisis kinerja dana pensiun lembaga keuangan PT.
Bank Muamalat Indonesia, Tbk tahun 2002-2006. Skripsi, Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Yuamnita, A. 2005. Bank Syariah: Gambaran Umum, Jakarta: Pusat Pendidikan
dan Studi Kebanksentralan (PPSK) BI
Johanna, K. 2017. DPLK Muamalat incar pertumbuhan AUM 20%
(www.keuangan.kontan.co.id)
Kurniati, Andyan. 2017. Dana Pensiun Syariah, Agar Sejahtera dan semakin
khusyuk beribadah dimasa tua. (www.kompasiana.com)
Rosalina, Dessy. 2017. Dana kelolaan DPLK Muamalat hampir sentuh target.
(www.keuangan.kontan.co.id)
Septyaningsih, Lit. 2017. DPLK Muamalat akan Dikonversi Menjadi Dana
Pensiun Syariah. (www.Republika.co.id)
Yunus, Syarif. 2014. Dana Pensiun & BPJS Ketenagakerjaan (Tanya Jawab
Edukatif). (www.kompasiana.com)
Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 11 Tahun 1992 tentang dana
pensiun
Republik Indonesia. 1992. Peraturan pemerintah No. 76 Tahun 1992 tentang dana
pensiun pemberi kerja.
Republik Indonesia. 1992. Peraturan pemerintah No. 77 Tahun 1992 tentang dana
pensiun lembaga keuangan.
122
Republik Indonesia. 1992. Peraturan pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang bank
yang berbasis bagi hasil.
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Bank Indonesia, PBI No.10/19/PBI/2008
tentang dana pihak ketiga
Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999
tentang prinsip ke-Syariahan
Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Bank Indonesia No. 01 Tahun 1992
tentang asuransi
Republik Indonesia. 1992. KUHP pasal 1150 tentang pegadaian
Republik Indonesia. 1992. SK Menteri Keuangan No. 792/90 tentang lembaga
keuangan
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan
Republik Indonesia. 1969. Undang-Undang No. 11 Tahun 1969 tentang dana
pensiun bagi pns
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Keuangan No. 199/ PMK.010/2008
tentang tata cara pengelolaan dana pensiun
Republik Indonesia. 2016. OJK Nomor 33/ POJK.05/ 2016 tentang
penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah
Republik Indonesia. 2011. Undang-undang No. 24 Tahun 2011 tentang badan
penyelenggara jaminan sosial
Republik Indonesia. 1992. Undang-undang No. 12 Tahun 1992 tentang peserta
dana pensiun
Republik Indonesia. Fatwa DSN-MUI No. 88/DSN-MUI/XI/2013 Tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip
Syariah.
Republik Indonesia. 2015. POJK NOMOR 3/POJK.05/2015 tentang jenis
investasi yang diperbolehkan dana pensiun
Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan
syariah
123
QS. Haji [22]: 78
QS. Al’Hijr [15]:87
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
124
Lampiran
Lampiran 1
Data regresi variabel penelitian
No. Bln-tahun
Asset DPLK
Profit BMI
DPK BMI
JII Profit DPLK
1 Mar-09 159,55 432,38 10,82 236,79 329
2 Jun-09 169,82 370,04 12,38 321,46 651
3 Sep-09 180,44 300,31 12,18 401,53 1100
4 Dec-09 200,45 50,19 13,32 417,18 1963
5 Mar-10 217,31 328,28 12,02 443,67 418
6 Jun-10 231,72 353,52 12,36 460,26 884
7 Sep-10 248,57 362,22 13,86 526,52 1135
8 Dec-10 266,29 170,94 17,39 517,61 1521
9 Mar-11 284,68 513,11 18,60 514,92 570
10 Jun-11 298,26 563,88 20,73 536,04 1078
11 Sep-11 311,66 573,20 22,49 492,30 1631
12 Dec-11 328,16 273,62 26,77 537,03 1989
13 Mar-12 353,15 757,54 27,51 584,06 570
14 Jun-12 379,72 884,83 28,23 544,19 1453
15 Sep-12 410,76 985,96 30,79 600,84 2391
16 Dec-12 442,83 389,41 34,90 594,79 3730
125
17 Mar-13 485,84 1258,903 40,12 660,34 1261
18 Jun-13 511,99 1400,048 40,78 660,17 2935
19 Sep-13 535,09 1538,478 43,53 585,59 4651
20 Dec-13 558,33 165,14 41,79 585,11 5464
21 Mar-14 592,33 1862,68 44,58 640,41 1546
22 Jun-14 626,62 1930,73 48,82 655,00 3272
23 Sep-14 659,97 1628,185 50,27 687,62 5168
24 Dec-14 714,21 57,17 51,21 683,11 7645
25 Mar-15 752,37 731,06 47,24 728,20 2241
26 Jun-15 790,92 142,05 41,77 656,99 4562
27 Sep-15 820,24 151,95 42,38 556,09 7305
28 Dec-15 871,15 74,49 45,08 592,90 9841
29 Mar-16 923,64 15,19 40,98 652,69 3347
30 Jun-16 956,74 40,69 39,90 694,34 6889
31 Sep-16 994,52 50,61 41,07 739,69 9474
32 Dec-16 1004,801 81,00 41,92 694,13 12715
33 Mar-17 1037,497 10,55 43,40 718,35 3032
34 Jun-17 1098,94 42,14 45,36 749,60 6103
35 Sep-17 1156,239 45,56 47,31 733,30 10777
126
Lampiran 2
Hasil olah data
Gambar 4.2
Grafik p-plot
Tabel 4.6
Hasil Uji Test of Normality
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Unstandardized Residual ,961 35 ,241
a. Lilliefors Significance Correction
127
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.7
Hasil Uji Spearman’s rho
128
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,946a ,895 ,881 106,00221 1,298
a. Predictors: (Constant), jii, pbmi, pdplk, dpk b. Dependent Variable: aset
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -251,023 114,042
pbmi -,156 ,044 -,287 ,542 1,846
dpk 10,893 3,475 ,483 ,147 6,802
jii ,792 ,312 ,312 ,230 4,350
pdplk ,020 ,010 ,211 ,334 2,998
a. Dependent Variable: asetdplk
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -251,023 114,042 -2,201 ,036
pbmi -,156 ,044 -,287 -3,571 ,001
dpk 10,893 3,475 ,483 3,135 ,004
jii ,792 ,312 ,312 2,535 ,017
pdplk ,020 ,010 ,211 2,063 ,048
a. Dependent Variable: asetdplk
129
Tabel 4.11
Hasil Uji Statistik f
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2881117,991 4 720279,498 64,102 ,000b
Residual 337094,044 30 11236,468
Total 3218212,035 34
a. Dependent Variable: aset
b. Predictors: (Constant), jii, pbmi, pdplk, dpk
Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,946a ,895 ,881 106,00221 1,298
a. Predictors: (Constant), jii, pbmi, pdplk, dpk b. Dependent Variable: aset