Upload
vino-g-albert
View
149
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan suatu karunia terbesar yang diberikan Tuhan kepada para
ibu. Namun, ibu hamil yang memiliki riwayat atau predisposisi penyakit bawaan ataupun
penyakit menahun cenderung mencemaskan kehamilannya. Seperti pengidap penyakit
hipertensi, diabetes, jantung dan hepatitis B yang digolongkan sebagai ibu dengan
kehamilan berisiko tinggi (KRT). Menurut dr. Puji Ichtiarti, SpOG., dari RS Bunda,
Jakarta, ibu hamil dengan penyakit - penyakit seperti itu tidak berarti tidak boleh hamil.
Kehamilan bisa tetap berjalan lancar dan bayi yang lahir pun sehat asalkan mereka dapat
mengontrol penyakitnya dengan baik. 5-10% dari kehamilan termasuk kehamilan dengan
resiko tinggi, wanita dengan kehamilan resiko tinggi, mereka harus mempersiapkan diri
dengan lebih memperhatikan perawatan kesehatannya dalam menghadapi kehamilan
dengan resiko tinggi ini.
Setiap tahun diperkirakan sekitar 200 juta perempuan menjalani kehamilan di
seluruh dunia dan setiap saat perempuan hamil mempunyai resiko menghadapi kematian
dan komplikasi yang tidak dapat diduga, yang menyebabkan kematian atau kesakitan
bagi ibu dan bayinya. Sedikitnya 40% dari ibu hamil pernah mengalami salah satu bentuk
komplikasi dalam kurun kehamilannya, dan sekitar 15% komplikasi ini secara potensial
mengancam jiwa dan membutuhkan penanganan obstretik darurat.
Resiko dalam kesehatan ibu (kesehatan maternal) adalah kemungkinan seorang
ibu meninggal atau mengalami komplikasi serius dalam masa kehamilan atau persalinan.
Setiap ibu hamil menghadapi resiko, untuk itu pemeriksaan teratur dan penanganan oleh
tenaga kesehatan terlatih selama hamil dan persalinan merupakan hal penting yang perlu
mendapat perhatian, baik oleh ibu sendiri, suami, keluarga dan masyarakatnya. Banyak
kasus komplikasi tidak dapat diduga sebelumnya padahal komplikasi ini umumnya
mengancam jiwa si ibu hamil. Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan merupakan
upaya dilakukan untuk menemukan penyimpangan - penyimpangan yang terjadi selama
kehamilan ibu secara dini. Deteksi dini dalam pelayanan antenatal adalah mengarah pada
penemuan ibu hamil beresiko agar dapat ditangani secara memadai sehingga kesakitan
1
atau kematian dapat dicegah. Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki
tanda bahaya dan komplikasi kehamilan banyak poster -poster dan leaflet disebarkan
kepada masyarakat khususnya ibu-ibu hamil yang berkunjung dalam pelayanan antenatal
maupun pada kegiatan kunjungan rumah dalam pemantauan kesehatan masyarakat.
Selain itu digunakan juga suatu alat bantu yang lebih memungkinkan dilibatkannya ibu
hamil untuk secara aktif mengamati sendiri kehamilannya.
Kehamilan dapat berlangsung dengan baik jika wanita hamil berada dalam
kondisi kesehatan optimal. Untuk itu diperlukan pengawasan kehamilan yang dikenal
dengan perawatan antenatal (Pan). Pan bertujuan mempersiapkan dan meningkatkan
derajat kesehatan wanita hamil, baik fisik maupun mental untuk menghadapi proses
kehamilannya selanjutnya, persalinan, masa nifas dan masa menyusui. Wanita hamil
perlu secara periodik diperiksa keadaan gizinya, kenaikan berat badannya selama hamil,
tekanan darahnya, perkembangan kehamilannya, letak anak, jumlah anak yang
dikandung, kesejahteraan anak, keadaan jalan lahir terutama panggul, dan kelainan-
kelainan lain yang dapat menghalangi lancarnya persalinan.
Kelompok yang ber-KRT tidak dibenarkan melahirkan di rumah, tapi harus
bersalin di rumah sakit karena di situ tersedia tenaga medis terampil dan fasilitas
pelayanan kebidanan yang cukup. Pan penting untuk mencegah komplikasi kehamilan,
persalinan dan masa nifas. Masalah yang sering dihadapi ialah tak ada kesadaran wanita
hamil untuk datang memeriksakan dirinya pada fasilitas pelayanan kebidanan. Mungkin
ini karena ketidaktahuan, kemiskinan, atau tempat tinggal terpencil. Akibatnya, sering
terjadi komplikasi.
Banyak program dan kegiatan yang telah dilakukan oleh Indonesia dalam
memperkecil jumlah kematian ibu hamil dan melahirkan, antara lain :
1. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
Pelatihan bagi bidan dan dukun beranak/paraji, yang dimaksudkan untuk
menambah ketrampilan mereka dalam menangani persalinan dan merujuk kepada tempat
pelayanan yang lebih lengkap bila terjadi gejala awal komplikasi. Pengembangan sarana
2
pelayanan kesehatan yang semakin dekat dengan masyarakat dan keluarga antara lain Pos
pelayanan terpadu ( Posyandu), Polindes (Pondok Bersalin di Desa) dengan peralatan dan
bidan terlatih, Puskesmas Pembantu (pustu) serta Puskesmas di setiap Kecamatan dan
Kelurahan (khusus DKI Jakarta).
2. Kampanye Ibu Sehat Sejahtera (KISS)
Digalakkan pada tahun 1992 dan bertujuan untuk membantu para ibu dan
perempuan mengatasi hambatan yang ada di dalam di luar dirinya agar dapat
meningkatkan kualitas hidup, kesehatan serta potensi diri dan keluarganya untuk
mewujudkan keluarga kecil sejahtera. Materi kampanye ini meliputi pendewasaan usia
perkawinan, pendidikan kesehatan reproduksi, penyuluhan dan pelayanan pra dan pasca
persalinan, pelayanan kontrasepsi, imunisasi dan penanggulangan diare, peningkatan
penggunaan ASI, Usaha Perbaikan Gizi Keluarga serta peningkatan peran suami/bapak
dalam perawatan dan pengasuhan anak
3. Gerakan Ibu Sehat Sejahtera (GISS)
Tahun 1993/1994 yang merupakan kelanjutan dari Kampanye Ibu Sehat Sejahtera
dan lebih kepada upaya untuk menggerakkan seluruh potensi masyarakat dalam
meningkatkan kesejahteraan ibu pada khususnya dan kaum perempuan pada umumnya.
Gerakan ini tidak hanya diarahkan untuk menurunkan angka kematian ibu saja, tetapi
juga diarahkan untuk lebih mengembangkan potensi diri kaum perempuan sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya . Kondisi ini secara tidak langsung
membuka peluang kepada kaum ibu/ perempuan untuk dapat mencari pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan dibutuhkan oleh dirinya.
4. Gerakan Sayang Ibu (GSI)
Yang mempunyai tujuan sama dengan GISS yaitu menggerakkan seluruh potensi
masyarakat untuk memberikan perhatian dan pertolongan kepada ibu hamil dan bersalin
di wilayah/lingkungannya. Dalam GSI ini dikembangkan suatu jaringan erat antara
keluarga, masyarakat, termasuk pamong dan pemuka, tenaga pelayanan kesehatan dan
3
sarana pelayanan kesehatan yang dapat menangani secara tepat dan cepat setiap kejadian
kehamilan dan persalinan, termasuk komplikasi. Untuk itu dikembangkan pula suatu
jaringan komunikasi dan transportasi di masyarakat yang dapat secara cepat membawa
ibu hamil mencapai sarana pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Kehamilan Resiko Tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih
besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau
kematian sebelum maupun sesudah persalinan. Untuk menentukan suatu kehamilan
resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia
memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan dia ataupun janinnya lebih rentan
terhadap penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko). Faktor
resiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko.
B. IBU DENGAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI
Ibu hamil yang termasuk golongan kehamilan dengan resiko tinggi adalah ibu
dengan:
Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.
Bentuk panggul ibu yang tidak normal.
Badan Ibu kurus pucat.
Umur Ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Jumlah anak lebih dari 4 orang.
Jarak kelahiran anak kurang dari 2 tahun.
Adanya kesulitan pada kehamilan atau persalinan yang lalu.
Sering terjadi keguguran sebelumnya.
Kepala pusing hebat.
Kaki bengkak.
Perdarahan pada waktu hamil.
Keluar air ketuban pada waktu hamil.
Batuk-batuk lama.
5
C. FAKTOR RESIKO KEHAMILAN
Untuk menentukan suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap
wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang
menyebabkan ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian ( faktor
resiko). Faktor resiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko.
1. Faktor Resiko Sebelum Kehamilan
Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan
meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika seorang wanita mengalami
masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama pada
kehamilan yang akan datang adalah lebih besar.
a. Karakteristik ibu
Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan berusia 15 tahun
atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai
dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama
kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka juga lebih mungkin
melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang gizi.
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah
tinggi, diabetes atau fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan
persalinan. Diatas usia 35 tahun, resiko memiliki bayi dengan kelainan kromosom
(misalnya sindroma Down) semakin meningkat. Pada wanita hamil yang berusia diatas
35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai
kromosom janin.
Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50
kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan (KMK, kecil
untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7,5 kg,
maka resikonya meningkat sampai 30%. Sebaliknya, seorang wanita gemuk lebih
mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menyebabkan meningkatnya resiko
terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan.
6
Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin
memiliki panggul yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.
Peristiwa pada kehamilan yang lalu
b. Peristiwa pada kehamilan yang lalu
Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester
pertama, memiliki resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi. Keguguran juga
lebih mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal
pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur. Sebelum
mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran
menjalani pemeriksaan untuk: - kelainan kromosom atau hormon - kelainan struktur
rahim atau leher rahim - penyakit jaringan ikat (misalnya lupus) - reksi kekebalan pada
janin (biasanya ketidaksesuaian Rh).
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan tindakan
pengobatan. Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi
akibat:
- Kelainan kromosom pada bayi
- Diabetes
- Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
- Tekanan darah tinggi
- Penyalahgunaan obat
- Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus).
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Seorang wanita
yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki resiko
sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Jika seorang
wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 5 kg, mungkin dia
menderita diabetes. Jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka
resiko terjadinya keguguran atau resiko kematian ibu maupun bayinya meningkat.
7
Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan pada wanita hamil ketika memasuki usia
kehamilan 20-28 minggu.
Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih,
lebih mungkin mengalami:
- Kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah)
- Perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)
- Persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan
vagina yang berat
- Plasenta previa (plasenta letak rendah).
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita penyakit hemolitik,
maka bayi berikutnya memiliki resiko menderita penyakit yang sama. Penyakit ini terjadi
jika darah ibu memiliki Rh-negatif, darah janin memiliki Rh-positif dan ibu membentuk
antibodi untuk menyerang darah janin; antibodi ini menyebabkan kerusakan pada sel
darah merah janin. Pada kasus seperti ini, dilakukan pemeriksaan darah pada ibu dan
ayah. Jika ayah memiliki 2 gen untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki
Rh-positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya
untuk memiliki Rh-positif adalah sebesar 50%. Biasanya pada kehamilan pertama,
perbedaan Rh antara ibu dengan bayinya tidak menimbulkan masalah, tetapi kontak
antara darah ibu dan bayi pada persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk antibodi.
Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan berikutnya.
Tetapi setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya pada ibu yang
memiliki Rh-negatif diberikan immunoglobulin Rh-nol-D, yang akan menghancurkan
antibodi Rh. Karena itu, penyakit hemolitik pada bayi jarang terjadi.
Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan
akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan dia
menderita tekanan darah tinggi menahun.
8
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat
bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa
genetik pada bayi dan kedua orangtuanya.
c. Kelainan struktur
Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher
rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran. Untuk mengetahui
adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen.
Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya:
- Kelahiran prematur
- Gangguan selama persalinan
- Kelainan letak janin
- Kelainan letak plasenta
- Keguguran berulang.
d. Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu dan bayi
yang dikandungnya. Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
- Tekanan darah tinggi menahun
- Penyakit ginjal
- Diabetes
- Penyakit jantung yang berat
- Penyakit sel sabit
- Penyakit tiroid
- Lupus
- Kelainan pembekuan darah.
9
e. Riwayat keluarga Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit
keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah menyebabkan meningkatnya
kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang dikandung.
Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.
2. Faktor Resiko Selama Kehamilan
Seorang wanita hamil dengan resiko rendah bisa mengalami suatu perubahan
yang menyebabkan bertambahnya resiko yang dimilikinya. Dia mungkin terpapar oleh
teratogen (bahan yang bisa menyebabkan cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia
tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau dia bisa mengalami kelainan medis atau
komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.
a. Obat-obatan
Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum
selama hamil adalah:
Alkohol
Phenitoin
Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau
trimethoprim)
Lithium
Streptomycin
Tetracyclin
Talidomide
Warfarin.
b. Infeksi
10
Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:
- Herpes simpleks
- Hepatitis virus
- Influenza
- Gondongan
- Campak Jerman (rubella)
- Cacar air (varisela)
- Sifilis
- Listeriosis
- Toksoplasmosis
- Infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus.
c. Merokok
Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar
20% wanita yang berhenti merokok selama hamil. Efek yang paling sering terjadi akibat
merokok selama hamil adalah berat badan bayi yang rendah. Selain itu, wanita hamil
yang merokok juga lebih rentan mengalami:
- Komplikasi plasenta
- Ketubah pecah sebelum waktunya
- Persalinan prematur
- Infeksi rahim.
11
Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari
orang lain karena bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya. Cacat bawaan
pada jantung, otak dan wajah lebih sering ditemikan pada bayi yang ibunya merokok.
Merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya
sindroma kematian bayi mendadak. Selain itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu
perokok bisa mengalami kekurangan yang sifatnya ringan dalam hal pertumbuhan fisik,
perkembangan intelektual dan perilaku. Efek ini diduga disebabkan oleh karbon
monoksida (yang menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan
nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh
darah yang menuju ke plasenta dan rahim).
d. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat bawaan. Sindroma
alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian alkohol selama
hamil. Sindroma ini ditandai dengan:
- Keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir
- Kelainan wajah
- Mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh
pertumbuhan otak yang dibawah normal
- Kelainan perkembangan perilaku.
Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental.
Selain itu, alkohol juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat
pada bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang
memperhatikan). Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi
alkohol adalah 2 kali lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat. Berat
badan bayi yang dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg.
12
Suatu pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar,
yaitu kromatografi, bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin,
amfetamin, barbiturat, kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita
hamil.
Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi terhadap:
Anemia
Bakteremia
Endokarditis
Abses kulit
Hepatitis
Pneumonia
Tetanus
Penyakit menular seksual (termasuk AIDS).
Flebitis
Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau
pramuria. Bayi-bayi tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular seksual
lainnya, hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan
mengalami kemunduran dan mereka bisa lahir prematur. Kokain merangsang sistem saraf
pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan pengkerutan pembuluh darah.
Pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah sehingga
kadang janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Berkurangnya aliran darah dan
oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan berbagai organ dan biasanya
menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.
Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
- Seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat
- Terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya
- Terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.
13
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19%
melahirkan bayi yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan
plasenta sebelum waktunya. Jika pemakaian kokain dihentikan setelah trimester pertama,
maka resiko persalinan prematur dan pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap
meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya normal. Keadaan kesehatan Tekanan darah
tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan lain. Tekanan
darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya
dan harus segera diobati.
Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi kandung kemih, maka
dilakukan pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. Jika ditemukan bakteri, segera
diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal yang bisa menyebabkan persalinan
prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Infeksi vagina oleh bakteri selama hamil
juga bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan antibiotik.
Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4° Celsius) pada
trimester pertama menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan
kelainan sistem saraf pada bayi. Demam pada trimester terakhir menyebabkan
meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan prematur.
D. KOMPLIKASI KEHAMILAN
Pengenalan kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilan harus secara
dini dan ditangani dengan benar. Tiap tanda bahaya kehamilan bisa mengakibatkan
komplikasi. Akibat yang dapat terjadi bila ibu tidak dapat mengenali tanda bahaya
kehamilan secara dini dan upaya deteksi dini yang dilakukan ibu kurang, maka akan
terjadi komplikasi yang lebih lanjut yang akan mengakibatkan kematian ibu dan bayi.
Kematian tersebut merupakan dampak komplikasi kehamilan utama yang sama yaitu
perdarahan, infeksi, hipertensi dan abortus. Banyak kematian neonatal merupakan akibat
langsung penatalaksanaan kehamilan dan kelahiran yang buruk (WHO, 2004).
14
1. Inkompatibilitas Rh
Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai.
Yang paling sering terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang bisa menyebabkan penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir. Penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-
negatif, ayah memiliki Rh-positif, janin memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat
antibodi untuk melawan darah janin. Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka
dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap janin setiap 2 bulan.
Resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:
Setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur
Setelah pemeriksaan amniosentesis
Dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif.
Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D
kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh.
2. Perdarahan
Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
Kelainan letak plasenta
Pelepasan plasenta sebelum waktunya
Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi).
Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi,
perdarahan hebat dan kematian ibu pada saat persalinan. Untuk menentukan penyebab
terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan leher rahim dan Pap
smear.
15
3. Kelainan pada cairan ketuban
Air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan
menekan diafragma ibu. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada
ibu atau terjadinya persalinan prematur.
Air ketuban yang terlalu banyak cenderung terjadi pada:
Ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol
Kehamilan ganda
Inkompatibilitas Rh
Bayi dengan cacat bawaan (misalnya penyumbatan kerongkongan atau kelainan
sistem saraf).
Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:
Bayi yang memiliki cacat bawaan pada saluran kemih
Bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
Bayi yang meninggal di dalam kandungan.
4. Persalinan prematur
Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
Ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim
Perdarahan
Stress fisik atau mental
Kehamilan ganda
Ibu pernah menjalani pembedahan rahim.
Persalinan prematur seringkali terjadi jika:
Bayi berada dalam posisi sungsang
16
Plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya
Ibu menderita tekanan darah tinggi
Air ketuban terlalu banyak
Ibu menderita pneumonia, infeksi ginjal atau apendisitis.
5. Kehamilan ganda
Kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya kemungkinan
terjadinya cacat bawaan dan kelainan pada saat persalinan.
6. Kehamilan lewat waktu
Pada kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan
terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.
E. PENILAIAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI
Nilai 10 atau lebih menunjukkan resiko tinggi.
FAKTOR RESIKO Skor
SEBELUM KEHAMILAN
1. Karakteristik ibu
Usia 35 tahun atau lebih atau 15 tahun atau kurang 5
Berat badan kurang dari 50 kg atau lebih dari 100 kg 5
2. Peristiwa pada kehamilan yg lalu
Kematian dalam kandungan 10
Kematian bayi baru lahir 10
Bayi premature 10
Kecil untuk masa kehamilan 10
17
Transfuse darah janin untuk penyakit hemolitik 10
Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu) 10
Keguguran berulang 5
Bayi besar (lebih dari 5 kg) 5
Hamil sebanyak 6 kali atau lebih 5
Riwayat eklamsi 5
Operasi sesar 5
Epilepsi atau kelumpuhan serebral pada ibu 5
Riwayat pre-eklamsi 1
Cacat bawaan pada bayi sebelumnya 1
3. Kelainan struktur
Rahim ganda 10
Kelemahan pada leher rahim 10
Panggul sempit 5
4. Keadaan medis
Tekanan darah tinggi menahun 10
Penyakit ginjal sedang sampai berat 10
Penyakit jantung berat 10
Diabetes yg tergantung kepada insulin 10
Penyakit sel sabit 10
18
Hasil pap smear yg abnormal 10
Penyakit jantung sedang 5
Penyakit tiroid 5
Riwayat tuberculosis 5
Penyakit paru-paru (misalnya asma) 5
Hasil pemeriksaan darah yg positif untuk sifilis atau hiv 5
Riwayat infeksi kandung kemih 1
Riwayat keluarga yg menderita diabetes 1
SELAMA KEHAMILAN
Obat-obatan & infeksi
pemakaian obat atau alkohol 5
Penyakit virus (misalnya campak jerman) 5
Influenza berat 5
Merokok 1
Komplikasi Medis
Pre-eklamsi sedang sampai berat 10
Pre-eklamsi ringan 5
Infeksi ginjal 5
Diabetes gestsional 5
Anemia berat 10
19
Infeksi kandung kemih 1
Anemia ringan 1
Komplikasi Kehamilan Pada Ibu
Plasenta previa 10
Pelepasan plasenta premature 10
Cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak 10
Infeksi plasenta 10
Robekan pada rahim 10
Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu atau terlambat lebih dari 2 minggu) 10
Sensitisasi rh pada darah janin 5
Bercak perdarahan 5
Persalinan premature 5
Ketuban pecah lebih dari 12 jam sebelum persalinan 5
Leher rahim berhenti melebar 5
Persalinan berlangsung lebih dari 20 jam 5
Mengedan lebih dari 2 jam 5
Persalinan cepat (kurang dari 3 jam) 5
Operasi sesar 5
Induksi persalinan karena alasan medis 5
Induksi persalinan 1
20
Komplikasi kehamilan pada bayi
Mekonium dalam cairan ketuban (hijau tua) 10
Letak bayi abnormal (misalnya letak bokong) 10
Persalinan letak bokong, dibantu seluruhnya 10
Kehamilan ganda (terutama 3 atau lebih) 10
Denyut jantung lambat atau sangat cepat 10
Prolapsus tali pusat 10
Berat badan kurang dari 2,75 kg 10
Mekonium dalam cairan ketuban (hijau muda) 5
Persalinan dengan bantuan forseps atau ekstraksi vakum 5
Persalinan letak bokong, tidak dibantu atau dibantu sebagian 5
Pembiusan total pada ibu selama persalinan 5
F. PENCEGAHAN KEHAMILAN RISIKO TINGGI
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin
sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya. Diagnosa Ibu hamil dengan kehamilan
resiko tinggi jangalah diartikan dengan makna yang selalu negatif. Dengan perawatan
yang baik, 90-95% ibu hamil yang termasuk kehamilan dengan resiko tinggi dapat
melahirkan dengan selamat dan mendapatkan bayi yang sehat.
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi dengan baik bila gejalanya
ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, dan
kenyataannya, banyak dari faktor resiko ini sudah dapat diketahui sejak sebelum konsepsi
terjadi. Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan
21
penanganan kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi. Juga harus diperhatikan bahwa pada
beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan masalah kemudian.
Oleh karenanya sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan ANC atau
pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu
hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat permasalahan dapat diketahui secepatnya dan
diatasi sedini mungkin. Juga hiduplah dengan cara yang sehat (hindari rokok, alcohol,
dll),serta makan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan anda selama kehamilan.
Pencegahan kehamilan risiko tinggi dapat dilakukan ?
- Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu,
Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
- Dengan mendapatkan imunisasi TT 2X.
- Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih
intensif.
- Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
Pemerintah dan penyedia pelayanan kesehatan harus menganggap setiap kehamilan
adalah suatu hal yang istimewa, dan semua perempuan harus dapat mengakses pelayanan
kesehatan yang berkualitas, melalui :
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran kaum perempuan dan keluarganya
terhadap resiko komplikasi yang dapat dialami oleh semua perempuan, sehingga
mereka mampu melakukan hal yang benar dan tepat bila komplikasi itu benar
terjadi.
Mendekatkan pelayanan kesehatan kepada keluarga, khususnya perempuan,
termasuk tenaga kesehatan terlatih, penanganan komplikasi dan rujukan yang
memadai, serta penanganan pertama yang cepat dan tepat untuk setiap
22
komplikasi sebelum dapat mencapai pelayanan kesehatan yang lebih baik (seperti
Rumah sakit).
Menciptakan suatu jaringan komunikasi dan transportasi yang menghadirkan
tenaga kesehatan, Puskesmas dan Rumah Sakit serasa dekat dengan masyarakat
sehingga setiap ibu yang mengalami komplikasi dapat memperoleh pelayanan
kesehatan yang cepat, tepat dan memadai.
Meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan reproduksi semua kaum perempuan
melalui pencegahan dan pengobatan setiap masalah yang dapat memberikan
kontribusi terhadap buruknya kondisi kesehatan reproduksinya.
G. PENGELOLAAN PADA KEHAMILAN RESIKO TINGGI
1. HIPERTENSI
Hipertensi atau penyakit darah tinggi terjadi karena adanya pembuluh darah yang
menegang sehingga membuat tekanan darah meningkat. Gejala yang umum dialami yaitu
Pusing dan sakit kepala, kadang disertai dengan bengkak di daerah tungkai, bila
dilakukan pemeriksaan laboratorium, akan ditemui adanya protein yang tinggi dalam
urinnya., tekanan darah bisa mencapai 140/90 sementara batas normal untuk tekanan
darah atas antara 100-120 dan tekanan bawah 70-85.
Perlu diketahui bahwa penderita hipertensi dapat dibagi menjadi dua. Pertama,
penderita yang sudah mengidap hipertensi sebelum kehamilan terjadi. Kedua penderita
hipertensi akibat kehamilan itu sendiri. Jadi mungkin saja sebelum kehamilan tekanan
darah ibu normal, lalu disaat hamil mendadak tinggi. Kondisi inilah yang disebut dengan
preeklamsia dan eklamsia. Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20
minggu dan harus segera ditangani agar tak meningkat menjadi eklamsia yang tak saja
bahaya buat ibu tapi juga janin.
Preeklamsia
23
Preeklamsia yang masih ringan akan ditandai dengan tekanan darah yang
meninggi, protein yang berlebihan dalam urin, pembengkakan, serta kenaikan berat
badan yang cepat. Sedangkan yang parah ditandai dengan tekanan darah tinggi yang terus
meningkat dan kadar protein yang lebih tinggi lagi dalam urin, sehingga menyebabkan
berkurangnya jumlah urin. Selain itu, penglihatan pun menjadi kabur, perut terasa sakit
atau panas, sakit kepala, serta denyut nadi yang cepat. Kecuali itu, bengkak karena
preeklamsia tidak hanya terjadi di kaki, tapi akan terjadi pada wajah dan tangan. Nah,
kalau terjadi pembengkakan di wajah atau tangan, segera periksakan diri untuk
mengetahui apakah penyebabnya bersifat patologis atau fisiologis.
Eklamsia
Risiko eklamsia ini sangat besar, ibu bisa mengalami kejang-kejang hingga tak
terselamatkan. Tentunya jika ibu sampai tidak tertolong, janin pun bisa mengalami nasib
yang sama. Kalaupun hidup, bisa terjadi kelahiran prematur, gagal ginjal, dan kerusakan
hati. Selain itu, jika aliran darah ke janin berkurang, ia dapat mengalami keterlambatan
pertumbuhan. Pada saat eklamsia mengancam, biasanya dokter akan mengutamakan
keselamatan ibu. Bayi akan dikeluarkan dengan proses induksi untuk menghasilkan
persalinan normal. Jalan operasi dihindari karena dapat menimbulkan cacat rahim pada
ibu.
Tentu saja hipertensi tak selalu berdampak buruk bagi kehamilan. Asalkan
terkontrol, penyakit tekanan darah tinggi ini tak akan jadi masalah. Bahkan untuk kasus
preeklamsia, pada umumnya setelah masa kehamilan, penyakit tersebut akan menghilang
dengan sendirinya.
Penanganan:
Rutin berkunjung ke dokter dan ceritakan kepada dokter mengenai riwayat
kesehatan ibu yang memiliki tekanan darah tinggi. Dengan begitu dokter dapat
melakukan pengawasan ketat selama masa kehamilan.
24
Mengonsumsi obat-obatan yang berfungsi menurunkan tekanan darah. Jika
dengan pengobatan, tekanan darah ibu tetap tinggi hingga mengancam
keselamatan, maka janin harus dikeluarkan.
Rajin mengontrol tekanan darah dengan cara mengukur tekanan darah setiap
berkunjung ke dokter.
Waspadai penambahan bobot selama kehamilan. Penambahan berat badan ibu
hamil pengidap hipertensi sebaiknya tidak lebih dari 2 kg per bulan.
Kurangi konsumsi makanan bergaram.
2. DIABETES
Kehamilan dapat mempengaruhi timbulnya penyakit diabetes pada seseorang.
Perlu diketahui, saat kehamilan terjadilah perubahan tingkat karbohidrat dalam tubuh ibu.
Hal ini terjadi karena selama kehamilan dibutuhkan energi yang lebih dari biasanya bagi
pertumbuhan janin. Hanya saja, intake atau asupan karbohidrat yang meningkat dapat
membuat persediaan hormon insulin dalam tubuh tak mencukupi. Peran hormon ini
adalah mengendalikan kadar gula dalam darah yang diubah dari karbohidrat tersebut.
Akibatnya terjadilah penimbunan kadar gula yang tinggi dalam darah yang menyebabkan
kenaikan kadar gula darah. Gejala dan keluhan diabetes yang paling khas dan harus
diwaspadai adalah banyak makan, banyak kencing, dan banyak minum.
Diabetes bawaan maupun diabetes yang didapat semasa hamil bisa berakibat sama
terhadap kehamilan, yaitu: hidramnion (cairan ketuban terlalu banyak), distosia
(persalinan macet), dan hypoglicemia (penurunan kadar gula secara drastis) yang
membuat ibu tak punya energi untuk mengedan. Kesulitan lainnya, saat persalinan bisa
terjadi inersia urteri (rahim tak berkontraksi dengan baik) atau setelah plasentanya keluar
terjadi atonia uteri (rahim tak bisa mengecil lagi). Namun, selama kadar gula darah
terkontrol baik maka kehamilan dengan diabetes bisa berjalan baik.
Penanganan:
25
Lakukan konsultasi dengan dokter kandungan, dokter penyakit dalam, dan ahli
gizi.
Bila penyakit diabetes itu merupakan bawaan, lakukan pengobatan sebelum
hamil. Minimal lakukan persiapan dengan mengatur kadar gula darah sebaik
mungkin.
Jika kemudian hamil, lakukan kontrol kadar gula darah sebelum usia kehamilan
mencapai 8 minggu. Dengan demikian, kelainan dapat terdeteksi dan dicegah.
Perhatikan peningkatan berat badan. Penambahan yang normal hingga kehamilan
berusia 6 bulan adalah sekitar 1-1,5 kg per bulan. Setelah memasuki bulan ke-7
kenaikan bobot sebaiknya berkisar antara 0,5-1 kg per bulan. Waspadalah bila
dalam sebulan kenaikan berat badan mencapai 4-5 kg. Untuk memastikan
meningkatnya kadar gula atau tidak, perlu pemeriksaan laboratorium.
Sebaiknya pemeriksaan laboratorium terhadap gula darah dilakukan secara rutin
demi pencegahan hal-hal yang tak diinginkan.
Bagi penderita diabetes ringan atau kadar gula darah sekitar 140, lakukan diet
makanan dengan mengatur pemasukan karbohidrat, protein, dan lemak.
Pemasukan karbohidrat kurang lebih 30-40 persen, protein 20-30 persen, dan
lemak sekitar 15-20 persen. Konsultasikan hal ini dengan ahli gizi.
3. JANTUNG
Tak semua ibu yang memiliki riwayat penyakit jantung tidak boleh hamil,
tergantung pada tingkat keparahannya. Penyakit jantung sendiri memiliki empat
tingkatan. Pada tingkatan pertama, gejalanya masih tergolong ringan yakni penderita
tidak mengalami sesak napas atau jantung berdebar. Jadi seakan-akan ia baik-baik saja.
Tingkatan kedua adalah penyakit jantung golongan sedang, dimana penderita sehari-hari
merasa sehat tapi begitu beraktivitas sedikit berat, seperti berlari, maka jantung terasa
sesak, berdebar atau cepat lelah. Tingkat ketiga sudah termasuk penyakit jantung kategori
berat; saat istirahat penderita merasa nyaman, tapi saat mengerjakan pekerjaan sehari-
hari, kendati aktivitas itu ringan, ia akan mengalami sesak atau muncul gejala kelemahan
jantung. Pada tingkat keempat atau sudah masuk kategori sangat berat, tanpa
mengerjakan apa-apa pun penderita sudah menderita sesak.
26
Penderita penyakit jantung golongan tiga dan empat akan menghadapi risiko
tinggi bila hamil. Lantaran itu, mereka disarankan untuk tidak hamil karena akan
memperburuk kondisi kesehatannya. Kalaupun hamil perlu perawatan instensif di rumah
sakit.
Dengan risiko berikut:
Ibu tidak dapat diselamatkan.
Bayi lahir dengan berat rendah karena sirkulasi darah dan makanan dari ibu ke
janin tidak lancar.
Ancaman keguguran di trimester pertama.
Penanganan:
Kehamilan pada ibu dengan gangguan jantung tingkat 3 atau 4 harus diakhiri
sebelum usia kandungannya mencapai 20 minggu. Lewat dari masa itu, kehamilan bisa
sangat membahayakan ibu, mau tak mau janin mesti dikeluarkan.
Ibu yang memiliki penyakit jantung golongan ringan atau sedang biasanya masih
diperbolehkan hamil dengan beberapa persyaratan:
Berkonsultasi pada ahli kandungan dan ahli jantung (kardiolog). Tanyakan
kepastian apakah kehamilan bisa dipertahankan atau tidak. Bila bisa
dipertahankan bagaimana proses persalinannya nanti; melahirkan normal atau
dengan bantuan alat semisal vakum.
Tidak banyak melakukan aktivitas dan banyak beristirahat. Namun, bukan berarti
ibu hamil pengidap penyakit jantung harus berdiam seharian di tempat tidur.
Boleh-boleh saja melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk bekerja, asalkan
27
sesuai dengan ketentuan beban jantungnya. Siang hari lakukan istirahat 1-2 jam
sementara tidur lebih dini di malam hari.
Mengindari stres emosional.
Minum obat-obatan yang dianjurkan dokter.
Bila kehamilan sudah memasuki 37 minggu sebaiknya ibu beristirahat di rumah
sakit. Tujuannya agar bisa dijaga secara ketat oleh dokter dan mendapat
pengawasan ekstra.
4. ASMA
Ibu pengidap asma tak perlu ragu merencanakan kehamilan karena tak setiap
kondisi kehamilan akan diperparah dengan adanya penyakit mengi ini. Yang penting
asma tidak kambuh. Gangguan saluran pernapasan akibat asma bisa dicegah dengan cara
menghindari pencetusnya. Biasanya ibu penderita asma sudah tahu apa yang yang dapat
memicu asmanya.
Jika ibu sering mengalami sesak napas, maka pemasukan oksigen ke paru-paru
jadi terganggu. Hal ini bisa berpengaruh pula pada jumlah oksigen yang diperoleh janin.
Kemungkinan yang terjadi, janin mengalami kekurangan oksigen yang dapat
mengakibatkan hambatan pada proses tumbuh kembangnya. Gangguan akan terlihat dari
berat lahirnya yang rendah atau tubuhnya yang kecil sehingga organ-organnya pun tak
berkembang sempurna.
Penanganan:
Ibu hamil hendaknya selalu menjaga diri agar asmanya tidak kambuh atau tidak
sampai terjadi serangan. Hindari pencetus asma seperti, udara dingin, debu,
boneka berbulu, serbuk bunga, asap obat nyamuk, dan lainnya.
Melakukan kontrol ke dokter, sama halnya seperti pengidap diabetes. Selama
kehamilan ibu pengidap asma sebaiknya berkonsultasi pula dengan dokter
28
penyakit dalam atau spesialis paru untuk menjaga kondisinya agar jangan sampai
terkena serangan.
Minum obat-obatan yang diberikan dokter. Umumnya obat-obatan asma aman
untuk kehamilan.
Lakukan latihan pernapasan bila kehamilan sudah semakin besar untuk
mengurangi rasa sesak yang ditimbulkan. Perhatikan pula posisi-posisi tubuh
yang nyaman untuk dapat bernapas lega seperti tidur dengan letak bantal yang
agak lebih tinggi atau tidak tidur telentang misalnya. Selama tak ada serangan dan
panggul cukup lebar, ibu bisa bersalin normal.
5. HEPATITIS B
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan virus, dengan gejala berupa
ikterik (selaput mata berwarna kuning), air seni berwarna seperti air teh, malaise (cepat
lelah), mengalami demam dan badan terasa tak enak.
Sejauh ini belum ditemukan adanya cacat bawaan pada bayi dari ibu pengidap hepatitis
B. Walau kemungkinan risiko janin tertular virus hepatitis tetap ada yakni melalui darah
ibu yang mengandung virus hepatitis yang mengalir ke tubuh janin.
Penanganan:
Melakukan kontrol ke dokter kandungan dan dokter ahli penyakit dalam.
Melakukan pemeriksaan kadar HbsAg (antigen hepatitis B) di usia kehamilan 4
bulan ke atas untuk memonitor jumlah virus dalam darah. Peningkatan jumlah
virus memperbesar risiko penularan pada janin.
Mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasi hepatitis B yang diberikan dokter.
Mendapat penanganan medis untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.
Menurut penelitian, ibu dengan hepatitis biasanya mengalami perdarahan yang
lebih banyak setelah persalinan.
29
Bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B, begitu lahir harus langsung
mendapat vaksinasi hepatitis.
6. TETANUS
Terapi dilakukan sesegera mungkin. Lakukan penilaian klinis dan perhatikan
tanda-tanda/gejala tetanus.Tanda pertama adalah trismus , yang kemudian menjalar
menjadi kaku muka, laher, dan tengkuk. Dinding perut juga kaku seperti papan.
Kemudian atasi kejang dengan pemberian diazepam 10mg, iV pelan-pelan selama
2 menit.Jika perlu dapat diberi pankuranium atau verkukonium dan dimasukkan dalam
ventilator (jika tersedia). Beri 3000IU antitoksin tetanus IM.
Penangan umum:
Rawat dalam ruang yang tenang
Hindari rangsangan
Pertahankan hidrasi dan pemberian makanan.
Obati infeksi sekunder
Cegah produksi toksin selanjutnya dengan :
Keluarkan sumber infeksi (misalnya sisa abortus terinfeksi dari kavum uteri).
Suntikkan benzyl penisilin 2juta unit tiap 4-6jam IV selama 48jam, setelahnya
berikan ampisilian 500mg peroral tiga kali sehari selama 10 hari.
Jika pasien punya kekebalan pasif, antibody melewati plasenta , ibu dan janin
akan terlindungi. Pasien dianggap mempunyai kekebalan jika telah mendapat 2 dosis
vaksindenag interval 4 minggu ddan jarak waktu sekurangnya 4minggu antara dosis
terakhir dengan saat terminasi kehamilan.
Pasien yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap (5 suntikan)lebih dari 10 tahun
sebelum kehamilan sekarang perlu diberi booster, berupa tetanus toksoid 0,5IM. Jika
belum pernah imunisasi,berikan serum anti tetanus 1,500unit IM dan suntikkan booster
tetanus toksoid(TT)0,5 mlIM.diberikan 4 bulan berikutnya.
30
7. EPILEPSI DALAM KEHAMILAN
Pada umumnya epilepsi tidak dipengaruhi oleh kehemilan. Lakukan observasi
dengan seksama, pada umumnya wanita dengan epilepsi punya resiko terhadap :
Hipertensi dalam kehamilan
Persalinan premature
Bayi berat badan lahir rendah
Bayi dengan kelainan bawaan
Kematian perinatal
Prinsip penanganan epilepsi adalah penggunaan obat dengan dosis sekecil-
kecilnya. Hindari pemberian obat-obatan pada kehamilan muda yang berhubungan
dengan kelainan bawaan.
Tindakan yang dilakukan yaitu :
Fenitoin dapat mengakibatkan defisiensi neonatal terhadap factor pembekuan
yang bergantung pada factor vitamin k. Berikan vitamin k 1mg IV pada neonatus
Suplemen asam folat diberikan bersama denga terapi antiepilepsi dalam
kehamilan
Jika pasien kajang berikan diazepam 10mg IV pelan-pelan selam 2menit dapat
diulang setelah 10menit.
Jika kejang berlanjut (status epilepticus) berikan 1000mg fenitoin IV yang telah
dilarutkan dalam Nacl 50-100ml selama 30 menit.(18mg/kgbb)
Jika diketahui seblumnya bahwa pasien tersebut epilepsy pengobatan yang selama
ini dapat diberikan terus. Beri asam folat suplemen dan berikan 1mg vitamin k
kepada bayi baru lahir.
Defisiensi asam folat dapat disebabkan oleh obat anti konvulsan. Berikan asam
folat 600mg per oral satu kali sehari bersama –sama dengan terapi antiepilepsi
Jika pengobatan selama ini tidak diketahui, beri fenitoin 100mg 2-3 kali sehari
peroral. Observasi dan sesuaikan pengobatan dengan keadaan klinik.
31
Lakukan evaluasi terhadap epilepsy jika epilepsy tersebut baru muncul dalam
kehamilan ini. Jika perlu pasien dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap.
8. ANEMIA
Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia jaka Hb
dibawah 10g/dl.Perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan yang sering
menyulitkan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit-penyakit kelainan darah.Penurunan
kadar hb pada wanita sehat yang hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih
besar darp pada peningkatan volume sel darah merah dan hemoglobin.Hal ini terutama
terjadi pada trimester kedua.
Pada akhir kehamilan , ekspansi plasma menurun sementara haemoglobin terus
meningkat.Pada saat nifas, bila terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar , konsentrasi
haemoglobin tidak berbeda denga saat hamil.Biasanya hal ini bertahan selama beberapa
hari sebelum akhirnya meningkat kenilai sebelum hamil.
Etiologi
Penyakit yang menyebabkan anemia dalam kehamilan adalah :
Yang didapat : anemia defisiensi besi, anemia akibat perdarahan , anemia akibat
radang tau keganasan , anemia megaloblastik, anemia haemolitik didapat, anemia
aplastik atau hipoplastik.
Yang diturunkan : Talasemia, hemoglobinopati sel sabit,hemoglobinopati
lain,anemia hemolitik herediter.
Dua penyebab yang paling sering ditemukan adalah anemia akibat defisiensi besi dan
akibat perdarahan.
a. Anemia Defisiensi Besi
Gambaran morfologi eritrosit mikrositik hipokrom lebih jarang ditemukan pada
wanita hamil dari pada wanita biasa dengan Hb sama.
32
Penatakasanaan berupa pemberian fe sulfat, fumarat, atau glukonat secara oral dengan
dosis 1x 200mg. Tidak perlu diberikan asam askorbat atau sari buah. Jika tidak dapat
diberikan secara oral dapat diberikan secara parenteral.Untuk memenuhi kebutuhan besi
berikan terapi sampai 3 bulan setelah anemia diperbaiki.
Jarang dilakukan transfuse kecuali terdapat juga hipovolemia atau harus dilakukan
operasi darurat.
b. Anemia Akibat perdarahan
Dapat ditemukan pada nifas,plasenta praevia,solusio plasenta, atau anemia
sebelum melahirkan.Pada awal kehamilan dapata disebabkan aborsi,kehamilan ektopik,
dan mola hidatidosa.Perdarahan massif harus segara ditangani untuk mengembalikan dan
mempertahankan perfusi organ vital.Setelah hipovolemia teratasi dan haemostasis
tercapai lakukan terapi pemberian Fe.Pada wanita dengan sedang yang Hbnya >7 g/dl,
tidak dema, dan stabil, tanpa resiko perdarahan berikutnya.Terapi Fe selama 3 bulan lebih
baik dari pada transfuse darah.
c. Anemia Megaloblastik
Biasanya disebabkan oleh defisiensi asam folat, sering ditemukan pada wanita
yang jarang mengkonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein hewani
tinggi.Gejalanya meliputi mual, muntah, dan anoreksia yang bertambah berat.
33
BAB III
KESIMPULAN
Setiap kehamilan memiliki risiko. Karena itulah menjelang hamil, seorang calon
ibu perlu menyiapkan kondisinya secara istimewa. Disebabkan oleh berbagai faktor ada
perempuan yang tergolong sebagai calon ibu berisiko tinggi atau menghadapi bahaya
yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan. Kondisi ini bisa yang
menyebabkan janin tidak dapat tumbuh dengan sehat bahkan dapat menimbulkan
kematian pada ibu dan janin.
Ibu hamil yang termasuk golongan kehamilan dengan resiko tinggi yaitu ibu
dengan tinggi badan kurang dari 145 cm, bentuk panggul ibu yang tidak normal. badan
Ibu kurus pucat, umur Ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jumlah anak
lebih dari 4 orang, jarak kelahiran anak kurang dari 2 tahun., adanya kesulitan pada
kehamilan atau persalinan yang lalu, sering terjadi keguguran sebelumnya, kepala pusing
hebat, kaki bengkak, perdarahan pada waktu hamil, keluar air ketuban pada waktu hamil,
dan batuk-batuk lama.
34
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sangat dini
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan. Misalnya memeriksakan kehamilan sejak
awal dan teratur ke rumah sakit, pemeriksaan dilakukan oleh dokter atau bidan paling
sedikit empat kali selama kehamilan. Selain itu juga sangat dianjurkan agar ibu hamil
mengonsumsi makanan yang menyehatkan dan bergizi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Bagian obstetri & ginekologi FK Unpad. 1984.”Obstetri Patologi”.Elstar Offset.
Bandung.
(2) Cunningham, F. gary, dkk. 2006. “Obstetri Williams” . EGC, Jakarta.
(3) Prawirohardjo, sarwono.2002, “ilmu kebidanan”. Bina pustaka, Jakarta.
(4) Mansjoer, arif. 2002. “Kapita Selekta Kedokteran”. Media Aescularius. Fk UI.
(5) http://www.infoibu.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=91
Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 14.00
(6) http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=17&iddtl=569
Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 14.00
(7) http://masdanang.co.cc/?p=10 Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 14.00
(8) http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_BeberapaCaraPrediksiHipertensi.pdf/
05_BeberapaCaraPrediksiHipertensi.html Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2008
jam. 14.00
(9) http://www.conectique.com/tips_solution/pregnancy/praconception/article.php?
article_id=3535 Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 14.00
35
(10) http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2007/6/24/kel2.html Diakses Pada
Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 14.30
(11) http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/
08PenanggulanganPerinatalRisikoTinggi126.pdf/
08PenanggulanganPerinatalRisikoTinggi126.html Diakses Pada Tanggal 12
Oktober 2008 jam. 14.30
(12) http://rizkiyana.wordpress.com/2007/06/29/kehamilan-resiko-tinggi/ Diakses Pada
Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 15.00
(13) http://www.medicastore.com/med/hot_topik.php?
id=15&iddtl=&idktg=&idobat=&UID=20081012152519125.163.6.46 Diakses
Pada Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 15.00
36