Upload
doanthuy
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DESKRIPSI USAHA ANGKUTAN PERKOTAAN DI KOTA
BOGOR
TRISWANTO NURADMOJO
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
TRISWANTO NURADMOJO. Deskripsi Usaha Angkutan Perkotaan di Kota Bogor. Dibawah
bimbingan I MADE SUMERTAJAYA dan DIAN KUSUMANINGRUM
Saat ini jumlah angkutan perkotaan (angkot) di Kota Bogor telah mencapai jumlah maksimal
yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebanyak 3.413 buah angkot. Namun tingginya minat
pelaku usaha untuk menjalankan usaha angkot tidak diimbangi oleh jumlah penumpang angkot.
Seringkali terlihat angkot jarang terisi penuh oleh penumpang. Padahal banyaknya penumpang
merupakan tolak ukur bagi keuntungan usaha angkot ini. Berdasarkan alasan tersebut maka perlu
dilakukan penelitian guna mendapatkan nilai kelayakan finansial serta deskripsi dan persepsi
pelaku usaha terhadap usaha angkot ini. Analisis kelayakan usaha yang digunakan untuk pemilik
angkot adalah Net present Value (NPV) dan Masa Pengembalian Investasi (MPI). Sedangkan
Upah Minimum regional Kota Bogor digunakan untuk menilai kelayakan penghasilan supir
angkot. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil survei terhadap supir angkot,
pemilik angkot, dan pengamatan terhadap jumlah penumpang angkot.
Mayoritas supir angkot berlatar belakang pekerjaan sebagai karyawan. Sebagian besar supir
angkot merasa untung menjalani pekerjaan sebagai supir angkot namun sebagian besar dari
mereka tidak ingin terus bekerja di bidang ini. Pekerjaan supir angkot layak untuk dijalankan
karena penghasilan yang dihasilkan melebihi nilai UMR Kota Bogor. Pemilik angkot juga layak
untuk terus menjalankan usahanya jika dilihat dari nilai NPV dan MPI. Rata-rata jumlah
penumpang angkot hanya sebanyak empat orang. Jumlah tersebut kurang dari separuh kapasitas
penumpang angkot.
ABSTRACT
TRISWANTO NURADMOJO. Description of Urban Transport Enterprise in The City of Bogor. Supervised
by I MADE SUMERTAJAYA and DIAN KUSUMANINGRUM.
Currently the number of urban transport (commonly called as “angkot”, an abbreviation of “angkutan
perkotaan”) in the city of Bogor has reached the maximum number set by the government as many as 3413
units. However, the number of bussiness run on the field is not balanced by the number of passengers of urban
transports. There is often seen an “angkot” does not filled by passangers. Though the number of passengers is a
benchmark in measuring the benefit of the business. Based on these reasons, it was necessary to conduct a
research in order to get insight about the value of financial feasibility as well as descriptions and perceptions of
the business subject. The Business feasibility analysis that pointed to the business owners was Net Present
Value (NPV) and period of Return on Investment (ROI). Meanwhile, the Regional Minimum Wage (UMR) of
City of Bogor was used to assess the feasibility of public transportation drivers income. Data used in this study
was the result of survey to the drivers and owners of “angkot”, and also observation to the number of
passengers.
Mostly the drivers were employees. They feel lucky to undergo a job as a driver, but most of them do not
want to continue working in this field. Thi business if urban transport is reasonably to run because the income
generated exceeds the UMR of City of Bogor. The Owners were also eligible to continue in conducting the
business accorrding NPV and ROI period. In average, the number of passengers just as much as four people in
an unit. The amount is less than the half the capacity.
DESKRIPSI USAHA ANGKUTAN PERKOTAAN DI KOTA BOGOR
TRISWANTO NURADMOJO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Statistika pada
Departemen Statistika
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi : Deskripsi Usaha Angkutan Perkotaan di Kota Bogor
Nama : Triswanto Nuradmojo
NIM : G14050640
Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II,
(Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si) (Dian Kusumaningrum, M.Si)
NIP : 19680702 199402 1 001
Mengetahui :
Ketua Departemen Statistika,
(Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si)
NIP : 19650421 199002 1 001
Tanggal Lulus : 16 Desember 2010
RIWAYAT HIDUP
Triswanto Nuradmojo dilahirkan di Surabaya pada tanggal 24 Agustus 1987 sebagai anak
pertama dari dua bersaudara, anak dari pasangan Jaya Sarwoko dan Nuryati.
Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan tingkat dasar di SDN Cileungsi 8
Kabupaten Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Cileungsi dan lulus pada tahun 2002.
Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah umum di SMUN 3 Bogor pada tahun 2005
dan pada tahun yang sama di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI program
mayor minor. Selanjutnya pada tingkat dua, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen
Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama masa kuliah penulis aktif dalam berbagai kegiatan baik di dalam kampus maupun di
luar kampus. Penulis pernah aktif sebagai pengurus BEM TPB, BEM FMIPA, dan himpunan
keprofesian Gamma Sigma Beta. Sejak semester 3 penulis ikut terlibat dalam kegiatan survei
pemasaran dan survei sosial kemasyarakatan. Survei yang telah dilakukan diantaranya survei
mengenai penggunaan biodiesel di Jabotabek dan Lampung, survei kepuasan pelanggan sepeda
motor Honda di Jakarta, survei persepsi masyarakat Kabupaten Bogor terhadap calon Bupati
Bogor, dan Establishment Survey yang diselenggarakan oleh AC Nielsen sebagai koordinator
lapangan. Penulis pernah menjabat sebagai manajer lapangan pada survei pendugaan pasokan dan
kebutuhan energi di Indonesia dibawah Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional. Pada bulan
Juni-Agustus 2009 penulis melakukan praktik lapang di Lingkaran Survei Indonesia Jakarta.
.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi Rabbil ’Aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat, dan pengikutnya hingga akhir jaman.
Karya ilmiah ini berjudul “Deskripsi Angkutan Perkotaan di Kota Bogor”. Dalam penelitian ini
dilakukan survei mengenai deskripsi supir angkutan perkotaan dan kelayakan usahanya serta
pengamatan jumlah penumpang angkutan perkotaan. Metode kelayakan usaha yang digunakan
adalah Net Present Value (NPV) dan Masa pengembalian Investasi (MPI). Upah Minimum
Regional (UMR) digunakan untuk menentukan kelayakan pekerjaan supir angkutan perkotaan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. I Made Sumertajaya dan Dian
Kusumaningrum, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan saran yang telah diberikan.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu dan Bapak tercinta, adikku Suraj Nurholi,
serta Astri Lestari atas segala doa dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Nurul Fuad, Tri Miranti, Ummi Isnaini, dan Fahmi Hasan yang
telah membantu penulis untuk melakukan survei sebagai bahan penelitian.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sebagai pemicu untuk bisa berkarya
lebih baik di masa mendatang. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.
Bogor, Desember 2010
Triswanto Nuradmojo
v
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................... vi
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
Latar belakang ...................................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................. 1
Quota Sampling ................................................................................................................... 1
Uji Khi-Kuadrat ................................................................................................................... 1
Analisis finansial ................................................................................................................... 1
Net Present Value ................................................................................................................ 2
Masa Pengembalian Investasi .............................................................................................. 2
BAHAN DAN METODE ............................................................................................................... 2
Bahan ................................................................................................................................... 2
Metode ................................................................................................................................. 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3
Gambaran umum .................................................................................................................. 3
Jumlah penumpang angkutan perkotaan ............................................................................... 3
Deskripsi pekerjaan supir angkutan perkotaan ..................................................................... 4
Hubungan karakteristik supir angkutan perkotaan dengan persepsi tentang
pekerjaannya ......................................................................................................................... 6
Kajian pendapatan supir angkutan perkotaan ....................................................................... 7
Kajian pendapatan pemilik angkutan perkotaan ................................................................... 8
KESIMPULAN ................................................................................................................................ 8
Kesimpulan ........................................................................................................................... 8
Saran ..................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati ...................................... 3
Tabel 2. Rata-rata jumlah penumpang pada hari dan waktu tertentu per keberangkatan .............. 4
Tabel 3. Tabulasi silang kepemilikan mobil angkot dan status pekerjaan ..................................... 4
Tabel 4. Hubungan Karakteristik supir angkot dengan persepsi pekerjaan supir angkot ............. 6
Tabel 5. Tabulasi silang usia dan persepsi keuntungan menjadi supir angkot ............................. 6
Tabel 6. Rata-rata pengeluaran operasional supir angkot per hari ............................................... 7
Tabel 7. Rata-rata pengeluaran konsumsi supir angkot per hari ................................................... 7
Tabel 8. Rincian pengeluaran operasional pemilik angkot per bulan ............................................ 8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kelayakan angkot berdasarkan usia kendaraan ........................................................... 3
Gambar 2. Latar belakang pekerjaan sebelum menjadi supir angkot ............................................ 4
Gambar 3. Alasan memilih pekerjaan supir angkot ...................................................................... 4
Gambar 4. Persepsi keuntungan pekerjaan supir angkot ............................................................... 5
Gambar 5. Alasan pekerjaan supir angkot menguntungkan .......................................................... 5
Gambar 6. Alasan pekerjaan supir angkot tidak menguntungkan ................................................. 5
Gambar 7. Lama menjalani pekerjaan supir angkot ...................................................................... 5
Gambar 8. Keinginan untuk tetap menjalani pekerjaan supir angkot ............................................ 5
Gambar 9. Alasan tidak ingin lagi menjalani pekerjaan supir angkot ........................................... 5
Gambar 10. Alasan ingin tetap menjalani pekerjaan supir angkot ................................................ 6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner supir angkutan perkotaan ........................................................................ 11
Lampiran 2. Panduan wawancara kepada pemilik angkutan perkotaan ........................................ 12
Lampiran 3. Jumlah angkutan kota tiap trayek ............................................................................. 13
Lampiran 4. Lokasi pengamatan jumlah penumpang .................................................................... 13
Lampiran 5. Karakterisrik responden supir angkutan perkotaan ................................................... 14
Lampiran 6. Alasan ingin tetap menjalani pekerjaan supir angkot ............................................... 15
Lampiran 7. Alasan ingin tetap menjalani pekerjaan supir angkot ............................................... 15
Lampiran 8. Alasan ingin tetap menjalani pekerjaan supir angkot ............................................... 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan data Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo)
Kota Bogor tahun 2010, saat ini di Kota Bogor
terdapat dua jenis angkutan umum berukuran
bis kecil yang beroperasi. Jenis pertama adalah
angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP)
yang menghubungkan wilayah di Kota Bogor
dengan Kota/Kabupaten lain yang berjumlah
4.644 buah. Angkutan jenis kedua adalah
angkutan perkotaan (angkot) yang
menghubungkan wilayah dalam Kota Bogor
yang berjumlah 3.413 buah. Sehingga total
angkutan umum berukuran bis kecil yang
beroperasi di wilayah Kota Bogor berjumlah
8.057 buah. Banyaknya jumlah angkutan
umum ukuran bis kecil di Kota Bogor
menunjukkan bahwa usaha angkutan umum
jenis ini cukup diminati oleh pelaku usahanya.
Meskipun minat pelaku usaha untuk
menjalankan usaha angkot cukup tinggi,
jumlah penumpang angkot di Kota Bogor tidak
selalu terisi penuh. Padahal banyaknya
penumpang merupakan tolak ukur keuntungan
yang akan diterima oleh pelaku usaha angkot
ini. Namun usaha ini tetap dapat berjalan dan
telah lama dilakukan. Melihat keadaan tersebut
maka diperlukan analisis kelayakan usaha
angkutan perkotaan ini. Penelitian ini hanya
dibatasi pada angkutan perkotaan yang
menghubungkan wilayah dalam Kota Bogor.
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis kelayakan usaha dan
deskripsi pihak-pihak yang terlibat dalam
usaha angkot. Data yang digunakan diperoleh
dari wawancara secara langsung kepada pelaku
usaha ini, yaitu supir dan pemilik angkot.
Sedangkan pengamatan di lapangan dilakukan
untuk menghitung jumlah penumpang angkot
pada tiap lokasi yang terpilih. Jumlah
penumpang yang dimaksud adalah banyaknya
penumpang yang berada di dalam angkot.
Informasi mengenai pengaturan usaha ini
diperoleh dari Dishubkominfo tahun 2010.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan deskripsi karakteristik dan
persepsi supir angkot mengenai usaha
angkot
2. Menghitung kelayakan usaha angkot
berdasarkan Net Present Value (NPV),
Masa Pengembalian Investasi (MPI) dan
Upah Minimun Regional (UMR) Kota
Bogor
3. Mengetahui gambaran rata-rata jumlah
penumpang angkot per keberangkatan
TINJAUAN PUSTAKA
Quota Sampling
Quota sampling merupakan salah satu
metode penarikan contoh tak berpeluang yang
mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau
kuota yang diinginkan. Keuntungan metode ini
adalah mudah, murah, dan relatif cepat
melaksanakannya. Namun metode ini
dilakukan secara subjektif oleh peneliti
sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat
digeneralisasikan untuk populasi (Cochran
1991).
Uji Khi-Kuadrat
Uji khi-kuadrat adalah penggunaan
perhitungan statistik untuk menguji kebebasan
antara dua atau lebih peubah kategorik (Daniel
1990). Metode ini digunakan setelah peubah-
peubah yang akan diuji dibuat tabel
kontingensi (cross tabulation). Hipotesis yang
digunakan adalah:
H0: Dua peubah kategorik saling bebas
H1: Dua peubah kategorik saling berasosiasi
Statistik uji χ2 untuk menghitung asosiasi dari
dua peubah kategorik yang dirumuskan
sebagai:
χ2= (Oij-Eij)
2
Eij
c
j=1
r
i=1
dimana:
Oij = banyaknya pengamatan pada kolom ke-i
baris ke-j.
Eij = nilai harapan dari frekuensi peubah kolom
ke-i baris ke-j.
Analisis Finansial
Analisis finansial adalah analisis yang
digunakan untuk melihat usaha dari sudut
pandang orang atau kelompok yang
menanamkan modalnya dalam usaha tersebut
atau yang berkepentingan langsung dalam
usaha (Soekarwati 1995). Kriteria investasi
dalam analisis usaha adalah kriteria yang
digunakan untuk menentukan layak atau
tidaknya suatu usaha. Jadi kriteria investasi
tersebut digunakan sebagai gambaran dari
indikator keberhasilan atau kegagalan suatu
usaha (Gittinger 1986). Kriteria yang biasa
digunakan untuk analisis finansial yaitu Net
Present Value (NPV), Masa Pengembalian
Investasi (MPI), Profitability Index, dan Break
Event Point (Umar 2007). Namun penelitian
ini hanya akan menggunakan kriteria NPV dan
2
MPI karena kriteria NPV mampu menghitung
nilai uang yang disebabkan oleh pengaruh
waktu. Sedangkan MPI dapat menghitung
waktu yang diperlukan untuk memperoleh
kembali modal yang telah dikeluarkan di awal
usaha.
Net Present Value
Net Present Value (NPV) merupakan
selisih antara nilai sekarang dari manfaat
dengan nilai sekarang dari biaya. Bila suatu
analisis kelayakan investasi memiliki NPV
lebih besar daripada nol berarti manfaat yang
diperoleh lebih besar dari total biaya yang
dikeluarkan. Jika hal tersebut terjadi, maka
investasi layak dilaksanakan dan pemilik
angkot akan berada dalam kondisi yang
menguntungkan (Umar 2007). Rumus yang
digunakan yaitu:
NPV= CFt
(1+K)t
n
t=1
-I0
dimana:
CFt = Aliran kas per tahun pada periode ke-t
I0 = Investasi awal pada tahun ke-0
K = Suku bunga
Sebaliknya apabila NPV lebih kecil dari
nol maka pemilik angkot merugi dan usaha
tidak layak dilaksanakan. Semakin besar NPV
menunjukkan bahwa semakin menguntungkan
suatu usaha untuk dilaksanakan.
Masa Pengembalian Investasi
Masa Pengembalian Investasi (MPI) adalah
waktu yang diperlukan oleh suatu usaha untuk
pembayaran kembali atau memperoleh
kembali biaya investasi yang dikeluarkan
dengan rumus:
MPI= Nilai Investasi
Kas Masuk Bersih×1 tahun
Masa pengembalian investasi menunjukkan
pada tahun keberapa atau pada umur usaha
berapa investasi dapat kembali atau tertutupi.
Hal ini dilakukan untuk melihat jangka waktu
dalam pelaksanaan usaha yang dapat menutupi
nilai negatif pada awal usaha tersebut (Umar
2007).
BAHAN DAN METODE
Bahan
Data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui survei dan
pengamatan secara langsung. Hasil survei
diperoleh melalui wawancara langsung kepada
para responden yakni supir dan pemilik angkot
dengan menggunakan kuesioner (Lampiran 1
dan Lampiran 2). Kuesioner tersebut berisi
pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik
responden dan arus kas penghasilan supir
angkot, serta persepsi supir angkot mengenai
usaha angkot. Sedangkan pengamatan secara
langsung dilakukan untuk mengetahui jumlah
penumpang angkot di Kota Bogor. Data
sekunder diperoleh dari Dinas Perhubungan,
Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo)
Kota Bogor. Data sekunder tersebut meliputi
jumlah angkot, trayek, dan pengaturan usaha
angkot di Kota Bogor. Data tersebut digunakan
untuk menentukan lokasi pengamatan dan
jumlah contoh yang digunakan. Proses
pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret
hingga April 2010.
Metode
Metode penarikan contoh yang digunakan
dalam penelitian ini adalah quota sampling.
Metode ini dipakai karena tidak ada daftar
seluruh supir angkot di Kota Bogor dan juga
keterbatasan biaya dan tenaga yang digunakan
untuk penelitian ini. Pembagian kuota
berdasarkan banyaknya angkot untuk tiap
trayek di Kota Bogor (Lampiran 3).
Banyaknya contoh yang akan diambil yaitu
sebanyak 150 orang supir angkot dari seluruh
trayek dan lima orang pemilik angkot. Pemilik
angkot yang dijadikan responden dalam
penelitian ini adalah orang/badan usaha yang
memiliki angkot lebih dari dua buah. Batas
minimal kepemilikan angkot dilakukan untuk
mendapatkan data arus kas yang lebih rinci.
Analisis finansial yang digunakan pada
penelitian ini adalah NPV dan MPI. NPV
dipilih karena metode ini mampu menghitung
pengaruh suku bunga terhadap nilai uang. Pada
umumnya pembelian angkot dilakukan dengan
cara mencicil dengan satuan tahun. Sehingga
pengaruh suku bunga sangat berpengaruh
terhadap nilai uang pada masa mendatang.
MPI diperlukan untuk mengetahui berapa lama
setelah usaha berjalan pemilik angkot akan
merasakan keuntungan.
Pengamatan jumlah penumpang dilakukan
pada setiap angkot yang melewati sembilan
lokasi terpilih selama 20 menit (Lampiran 4).
Setiap trayek yang terpilih diamati jumlah
penumpangnya untuk dua tujuan yang berbeda.
Penghitungannya dilakukan secara berkala
pada pagi, siang, dan malam hari meliputi hari
kerja dan hari libur. Pada pagi hari pengamatan
dilakukan pukul 06.00-10.00, siang hari pada
3
pukul 10.00-16.00 dan sore hari dilakukan
pada pukul 16.00-19.00.
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah:
1. Mencari data awal tentang aturan
mengenai angkutan perkotaan, jumlah
angkot tiap trayek, dan lintasan untuk
masing-masing trayek angkot di Kota
Bogor.
2. Pembuatan kuesioner sesuai dengan tujuan
yang sudah ditetapkan.
3. Penentuan lokasi untuk pengamatan
jumlah penumpang angkot
4. Proses pengumpulan data dengan
menggunakan teknik penarikan contoh
yang sudah ditetapkan.
5. Melakukan analisis statistika deskriptif
untuk mendapatkan deskripsi tentang
karakteristik dan persepsi supir angkot
terhadap usaha angkot dan uji asosiasi
terhadap keduanya.
6. Melakukan analisis kelayakan bisnis usaha
angkot dengan menggunakan NPV dan
MPI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Jumlah angkutan perkotaan (angkot) di
Kota Bogor saat ini sebanyak 3.413 buah.
Jumlah tersebut hampir mencapai jumlah
maksimal yang diizinkan oleh pemerintah,
yaitu sebanyak 3.416 buah. Sehingga tidak
akan ada lagi penambahan kendaraan.
Kendaraan yang telah ada hanya bisa
diremajakan kembali. Peremajaan kendaraan
adalah penggantian kendaraan lama yang
sudah tidak layak beroperasi dengan kendaraan
baru. Kendaraan yang sudah diganti tersebut
tidak dapat lagi dijadikan angkutan umum,
namun hanya dapat dijadikan kendaraan
pribadi atau dijual komponen-komponen
kendaraannya.
Gambar 1 Kelayakan angkot berdasarkan usia
kendaraan
Pemerintah melalui Perda Kota Bogor
nomor 6 tahun 2005 menetapkan bahwa usia
kendaraan yang wajib diremajakan adalah 10
tahun. Berdasarkan aturan tersebut, sebanyak
27,46% dari 150 angkot yang telah disurvei
tidak layak beroperasi (Gambar 1). Banyaknya
angkot yang tidak diremajakan tersebut
dikarenakan biaya untuk peremajaan dapat
mengganggu arus kas pemilik angkot.
Peremajaan kendaraan dapat menyebabkan
pemasukan pemilik angkot menjadi berkurang
karena sebagian besar keuntungannya
digunakan untuk biaya mencicil kendaraan
baru. Oleh karena itu pemilik angkot lebih
memilih menundanya agar mendapatkan
keuntungan lebih lama.
Jumlah Penumpang Angkutan Perkotaan
Pengamatan jumlah penumpang angkot
dilakukan sebanyak 90 kali pengamatan pada
lokasi dan waktu yang telah ditentukan
(Lampiran 4). Pada pengamatan tersebut
diperoleh sebanyak 7.947 angkot yang diamati.
Sebanyak 21 trayek dari 23 trayek angkot yang
ada di Kota Bogor diamati. Trayek 15 dan
trayek 17 tidak diamati dikarenakan
keterbatasan tenaga dan waktu pengamatan.
Lintasan yang dilalui oleh kedua trayek
tersebut tidak sejalur dengan trayek lainnya.
Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah
penumpang yang diamati
Trayek Rata-rata Rit
per 9 Jam
Rata-rata Jumlah
Penumpang per
Pengamatan
19 2 7
1 5,5 5
3 4 5
5 8,5 5
9 6 5
10 7 5
11 8,5 5
18 5,5 5
20 2 5
01A 7 5
2 4 4
4 5 4
6 8 4
7 7 4
8 6,5 4
12 7 4
13 9 4
14 6 4
16 4,5 4
08A 9 4
07A 11,5 3
Jumlah penumpang suatu trayek angkot
sangat dipengaruhi oleh banyaknya
penumpang yang membutuhkannya dan
jumlah angkot pada trayek tersebut. Semakin
0
50
100
Layak Tidak Layak
27,46
72,54
4
banyak penumpang yang membutuhkan suatu
trayek maka jumlah penumpang angkot pada
trayek tersebut semakin besar. Rata-rata jam
kerja supir angkot selama sembilan jam per
hari. Satu rit sama dengan dua kali
keberangkatan angkot untuk dua tujuan yang
berbeda. Perbedaan banyaknya rit dipengaruhi
oleh jarak tempuh angkot dan perilaku supir
angkot tiap trayek. Semakin jauh jarak yang
harus ditempuh suatu trayek maka semakin
sedikit pula jumlah rit yang dapat dijalankan.
Sedangkan perilaku supir angkot yang
mempengaruhi banyaknya rit adalah
kecenderungan berhenti saat mengendarai
angkot untuk menunggu penumpang (Tabel 1).
Tabel 2 Rata-rata jumlah penumpang pada hari
dan waktu tertentu per keberangkatan
Waktu Kerja Libur Rata-rata
keseluruhan
Pagi 3,98 3,60 3,79
Siang 3,60 3,83 3,71
Sore 4,46 4,02 4,25
Rata-rata
keseluruhan
4,02
3,81
3,97
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara
keseluruhan pada hari kerja dan hari libur rata-
rata jumlah penumpang cenderung sama.
Namun jumlah penumpang saat hari libur tidak
berbeda untuk semua waktu pengamatan. Hal
ini disebabkan oleh aktivitas penumpang saat
hari libur cenderung tidak terpengaruh oleh
waktu karena sebagian besar penumpang
beraktifitas untuk berlibur.
Deskripsi Pekerjaan Supir Angkutan
Perkotaan
Dalam penelitian ini terdapat 150 supir
angkot yang dijadikan contoh. Sebagian besar
supir berdomisili di Kota Bogor dan bersuku
Sunda. Hal ini mengindikasikan bahwa
pekerjaan supir angkot di Kota Bogor sebagian
besar dilakukan oleh penduduk lokal.
Pekerjaan supir angkot dilakukan oleh
kelompok usia yang telah mapan. Pada
umumnya mereka telah berkeluarga dan
merupakan pencari nafkah utama dalam
keluarga. Banyaknya supir angkot yang
berpendidikan rendah menunjukkan bahwa
pekerjaan ini dilakukan oleh mereka yang sulit
diterima menjadi karyawan perusahaan
(Lampiran 5). Sebanyak 92% responden
menjadikan pekerjaan supir angkot sebagai
pekerjaan utama. Namun, sebanyak 95,33%
responden tidak memiliki mobil angkot (Tabel
3).
Tabel 3 Tabulasi silang kepemilikan mobil
angkot dan status pekerjaan
Kepemilikan
Mobil
Pekerjaan
Utama
Pekerjaan
Sampingan
Milik Pribadi 4,67 0,00
Bukan Milik
Pribadi
87,33 8,00
Sebagian besar responden tidak memiliki
latar belakang pekerjaan terdahulu sebagai
supir (Gambar 2). Maka dapat diartikan
bahwa pekerjaan supir angkot adalah pekerjaan
yang tidak membutuhkan keahlian khusus.
Banyaknya latar belakang pekerjaan sebagai
karyawan yang kemudian beralih menjadi
supir angkot mengindikasikan bahwa semakin
sempit lapangan usaha yang tersedia sehingga
mereka beralih menjadi supir angkot.
.
Gambar 2 Latar belakang pekerjaan sebelum
menjadi supir angkot
Gambar 3 Alasan memilih pekerjaan supir
angkot
Responden beralasan lebih baik menjadi
supir angkot daripada menganggur. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa mereka tidak
memiliki pilihan terhadap pekerjaan yang akan
mereka jalani. Kelebihan dari pekerjaan ini
dibanding pekerjaan lain adalah kebebasan
0
10
20
30
4030,67
21,33
16,67
6,67 6,67
18,00
0 10 20 30 40
Lainnya
Dekat dengan keluarga
Keahlian menyupir
Pekerjaan mudah
Pekerjaan bebas
Penghasilan lebih baik
Daripada menganggur
4,76
4,08
10,20
10,88
13,61
18,3738,10
5
dalam melakukan pekerjaan karena tidak
memiliki atasan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pekerjaan supir angkot memiliki
keuntungan lain selain keuntungan finansial,
yaitu mereka memiliki banyak waktu luang
dan selalu dekat dengan keluarga (Gambar 3).
Sebagian besar responden berpendapat
bahwa perkerjaan supir angkot masih
menguntungkan (Gambar 4). Pendapat tersebut
diberikan tanpa memperhatikan apakah akan
tetap menjalani pekerjaan sebagai supir angkot
atau tidak untuk waktu mendatang. Mereka
yang mengatakan pendapat tersebut beralasan
bahwa pekerjaan ini mampu memenuhi
kebutuhan hidup mereka (Gambar 5).
Gambar 4 Persepsi keuntungan pekerjaan supir
angkot
Gambar 5 Alasan pekerjaan supir angkot
menguntungkan
Gambar 6 Alasan pekerjaan supir angkot tidak
menguntungkan
Responden yang berpendapat bahwa
menjalani pekerjaan sebagai supir angkot
tidaklah menguntungkan beralasan karena
pekerjaan ini tidak dapat mensejahterakan
keluarga (Gambar 6). Alasan tidak dapat
mensejahterakan keluarga menunjukkan
pekerjaan ini hanya mampu memenuhi
kebutuhan hidup yang mendasar saja yaitu
kebutuhan pangan sehari-hari.
Gambar 7 Lama menjalani pekerjaan supir
angkot
Sebanyak 66,44% responden telah
berpengalaman menjadi supir angkot diatas
lima tahun (Gambar 7). Hal ini menunjukkan
bahwa orang-orang yang menjalani pekerjaan
supir angkot melakukan pekerjaan ini untuk
jangka waktu yang lama.
Gambar 8 Keinginan untuk tetap menjalani
pekerjaan supir angkot
Gambar 9 Alasan tidak ingin lagi menjalani
pekerjaan supir angkot
Berdasarkan persepsi, sebagian besar
responden tidak ingin menjalani pekerjaan
supir angkot untuk lima tahun mendatang
(Gambar 8). Persepsi tersebut tidak menjamin
apakah untuk lima tahun mendatang mereka
akan benar-benar berhenti menjalani pekerjaan
supir angkot. Karena persepsi tersebut besar
kemungkinannya hanya menunjukkan
keinginan tanpa tindakan nyata. Sebagian
besar responden yang tidak ingin menjalani
pekerjaan ini lima tahun mendatang beralasan
0 20 40 60
Tidak menguntungkan
Masih menguntungkan
44,67
55,33
0
20
40
60
80
Mencukupi
kebutuhan
Memiliki
penghasilan
Dapat
menabung
63,86
27,718,43
0
40
80
120
Tidak
Mensejahterakan
Mensejahterakan
88,06
11,94
0
10
20
30
40
0-5
tahun
6-10
tahun
11-15
tahun
16-20
tahun
diatas
20
tahun
33,56
22,15 22,82
10,74 10,74
0204060
Tidak Ya
58,6741,33
0 10 20 30 40
Mencari pekerjaan lebih
baik
Prospek tidak bagus
Beralih wiraswasta
Pensiun
Jenuh
39,77
35,239,09
9,09
6,82
6
pekerjaan supir angkot merasa prospek
pekerjaan ini tidak bagus dan mereka ingin
mencari pekerjaan yang lebih baik. Responden
yang berperilaku seperti ini menunjukkan
bahwa mereka ingin meningkatkan
kesejahteraan keluarganya. Hal itu sejalan
dengan apa yang diperlihatkan pada Gambar 9.
Gambar 10 Alasan ingin tetap menjalani
pekerjaan supir angkot
Lebih dari separuh responden yang tidak
ingin lagi bekerja sebagai supir angkot
beralasan bahwa mereka tidak percaya
pekerjaan ini mampu menjamin kesejahteraan
hidup mereka dimasa akan datang. Sedangkan
responden yang ingin tetap menjalani
pekerjaan sebagai supir angkot untuk lima
tahun mendatang sebagian besar berpendapat
pekerjaan ini masih menguntungkan (Gambar
10).
Mayoritas supir angkot merasa pekerjaan
supir angkot menguntungkan namun sebagian
besar dari supir angkot tidak ingin tetap
menjalani pekerjaan ini (Gambar 4 dan
Gambar 8). Hal tersebut terjadi karena mereka
bekerja hanya sebagai pekerja bukan
wirausahawan yang memiliki mobil angkot.
Sehingga mereka harus membayar sewa mobil
yang mereka pakai untuk bekerja dan membuat
keuntungan yang mereka peroleh menjadi
lebih sedikit dibanding mereka memiliki mobil
angkot sendiri. Untuk saat ini mereka merasa
untung dengan pekerjaan ini namun
keuntungan yang diperoleh hanya cukup untuk
kebutuhan hidup mendasar saja (Gambar 5).
Sehingga pekerjaan ini tidak menarik untuk
dikerjakan diwaktu mendatang karena mereka
menginginkan peningkatan kualitas hidup,
tidak hanya terpenuhi kebutuhan hidup
mendasar saja (Gambar 9).
Hubungan Karakteristik Supir Angkutan
Perkotaan dengan Persepsi Tentang
Pekerjaannya
Karakteristik responden yang terdiri dari
pendidikan, pendapatan, lama menjalani
pekerjaan supir angkot, usia, dan latar
belakang pekerjaan sebelum menjadi supir
angkot dihitung keeratan hubungannya dengan
persepsi tentang pekerjaan mereka. Dua
karakteristik responden, yaitu usia dan lama
menjalani pekerjaan supir angkot memiliki
asosiasi dengan persepsi keuntungan pekerjaan
supir angkot (Tabel 4). Selain dua karakteristik
tersebut, karakteristik lainnya tidak memiliki
asosiasi dengan persepsi pekerjaan supir
angkot (Lampiran 6, Lampiran 7, dan
Lampiran 8).
Sebanyak 77,14% responden yang berusia
30-37 tahun merasa merasa untung dengan
bekerja sebagai supir angkot. Dari keseluruhan
responden yang merasakan keuntungan
tersebut, sebanyak 32,53% berusia 30-37
tahun. Secara keseluruhan sebanyak 18%
responden berusia 30-37 tahun dan merasakan
keuntungan dengan bekerja sebagai supir
angkot (Tabel 5).
Tabel 4. Hubungan Karakteristik supir angkot
dengan persepsi pekerjaan supir
angkot
Karakteristik
Supir Angkot
Persepsi
Keuntungan
Pekerjaan
Keinginan
Tetap
Menjalani
Pekerjaan
Pendidikan 1,631 1,21
0,442
0,55
Lama Menjadi
Supir Angkot
9,84 0,7
0,02*
0,87
Usia 8,84 2,39
0,03*
0,49
Latar Belakang
Pekerjaan
1,70 1,18
0,89 0,95
1Nilai khi-kuadrat
2Nilai-p
*Signifikan pada α=5%
Kecenderungan persepsi responden
menunjukkan bahwa semakin tua usia supir
angkot maka semakin besar kemungkinannya
supir angkot akan merasakan keuntungan
dengan bekerja sebagai supir angkot. Semakin
muda usia supir angkot, maka semakin banyak
keinginan dalam hidup yang dimiliki. Hal
tersebut mungkin disebabkan oleh semakin
01020304050
50,00
22,5814,52 13
7
banyaknya keinginan supir angkot pada usia
muda, sehingga persepsi merasa untung yang
didapat dari pekerjaan supir angkot akan
semakin berkurang dan menjadi tidak
menguntungkan (Tabel 5).
Tabel 5. Tabulasi silang usia dan persepsi
keuntungan menjadi supir angkot
Usia Untung Tidak Untung
19-29 12,001
47,372
21,693
13,33
52,63
29,85
30-37 18,00
77,14
32,53
5,33
22,86
11,94
38-45 14,67
50,00
26,51
14,67
50,00
32,84
diatas 45 10,67
48,48
19,28
11,33
51,52
25,37
1Persentase terhadap jumlah total
2Persentase terhadap jumlah per baris
3Persentase terhadap jumlah per kolom
Persepsi keuntungan menjadi supir angkot
berasosiasi dengan lama menjadi supir angkot.
Semakin lama responden menjadi supir angkot
maka semakin besar kemungkinannya untuk
merasakan keuntungan menjadi supir angkot.
Supir angkot yang berpengalaman cenderung
lebih mengetahui bagaimana cara
mendapatkan penumpang yang banyak.
Kajian Pendapatan Supir Angkutan
Perkotaan
Rata-rata supir angkot memiliki
penghasilan bersih sebesar Rp 34.573 per hari.
Biaya untuk membayar upah calo ditambahkan
pada biaya setoran karena merupakan biaya
kerja yang harus dikeluarkan oleh supir
angkot. Dalam arti lain, supir angkot harus
mendapatkan pemasukan per hari minimal
sebesar Rp 153.000 untuk menutupi biaya
operasionalnya (Tabel 6). Pengertian satu hari
supir angkot bekerja adalah selama sembilan
jam.
Jika supir angkot tidak memiliki mobil
angkot sendiri, maka supir angkot menyewa
mobil kepada pemilik angkot dengan sistem
setoran. Rata-rata setoran dibayarkan per hari
sebesar Rp 120.000. Satu hari dalam sistem
penyewaan mobil angkot adalah selama 15
jam. Jika satu mobil angkot dijalankan oleh
dua orang supir angkot per hari, maka salah
satu supir angkot akan bekerja selama enam
jam saja. Pada kajian pendapatan supir angkot
ini yang dibahas adalah supir angkot yang
bekerja selama sembilan jam. Pembatasan
tersebut bertujuan agar sesuai dengan jam
kerja yang diacuan dalam penghitungan UMR.
Tabel 6 Rata-rata pengeluaran operasional
supir angkot per hari
Pengeluaran Jumlah
(Rp)
Proporsi
(%)
Konsumsi 21.300 13,94
Setoran 75.766 49,58
Bensin 51.735 33,85
Cuci Kendaraan 4.013 2,63
Total 152.814
Pengeluaran untuk makan memiliki
proporsi paling besar dari pengeluaran
konsumsi lainnya (Tabel 7). Sebenarnya supir
angkot mendapatkan rata-rata penghasilan total
sebesar Rp 51.860 per hari. Penambahan
penghasilan tersebut diperoleh dari
penghasilan bersih dan pengeluaran untuk
konsumsi.
Tabel 7 Rata-rata pengeluaran konsumsi supir
angkot per hari
Konsumsi Jumlah (Rp) Proporsi (%)
Makan 10.540 60,97
Kopi/Rokok 6.013 34,78
Lain-lain 734 4,24
Total 17.287
Jika supir angkot bekerja 26 hari dalam
sebulan maka seorang supir angkot akan
mendapatkan penghasilan perbulan sebesar Rp
1.348.360. Jumlah tersebut telah memenuhi
Upah Minimum Regional (UMR) Kota Bogor
tahun 2010 sebesar Rp 836.650 per bulan.
Sehingga jika ditinjau dari sisi penghasilannya,
pekerjaan supir angkot ini layak untuk
dijalankan.
Supir angkot yang memiliki angkot sendiri
akan mendapatkan keuntungan yang lebih
besar dibandingkan supir angkot yang tidak
memiliki angkot. Rata-rata keuntungan per
bulan yang diperoleh bagi supir angkot yang
memiliki angkot sebesar Rp 3.748.360. Jumlah
tersebut merupakan penjumlahan penghasilan
supir angkot sebesar Rp 1.348.360 dan
penghasilan pemilik angkot sebesar Rp
2.400.000. Jelas terlihat selisih penghasilan
yang cukup besar antara supir angkot yang
memiliki angkot sendiri dan yang tidak
memiliki angkot. Maka wajar saja penghasilan
mayoritas supir angkot hanya mampu
8
memenuhi kebutuhan hidup mendasar saja
karena biaya untuk sewa mobil angkot cukup
besar dan sangat membebani biaya operasional
mereka.
Kajian Pendapatan Pemilik Angkutan
Perkotaan
Hubungan antara supir angkot dan pemilik
angkot merupakan hubungan sewa-menyewa
angkot dengan besaran sewa tertentu per hari
yang biasa disebut setoran. Khusus untuk
trayek yang terkena sistem sift, setoran yang
dibayarkan adalah per satu setengah hari
karena angkot beroperasi dengan pola dua hari
beroperasi dan satu hari libur.
Pemilik angkutan perkotaan cenderung
membeli angkot secara mencicil. Hal ini dirasa
cukup efisien dari segi pemanfaatan uang.
Namun mereka tidak mendapatkan keuntungan
secara tunai per bulannya. Pemilik angkot
hanya dapat menjadikan pekerjaan ini sebagai
pekerjaan utama jika memiliki angkot yang
telah lunas.
Harga pembelian angkot sudah termasuk
harga mobil dan biaya izin. Harga angkot baru
saat ini Rp 88.000.000 dengan uang muka
sebesar Rp 10.000.000. Menurut Perda Kota
Bogor nomor 6 tahun 2008, biaya izin usaha
sebesar Rp 500.000 dibayarkan sekali saat
awal usaha dan biaya sebesar Rp 625.000
untuk izin trayek yang dibayarkan per tahun.
Pada kenyataannya, pemilik angkot
membayar keseluruhan biaya untuk pembelian
angkot baru dan izinnya berkisar antara Rp
110.000.000 hingga Rp 120.000.000 dengan
uang muka sebesar Rp 15.000.000. Besarnya
biaya tersebut tergantung trayek yang akan
dijalankan oleh pemilik angkot. Penambahan
biaya ini dikarenakan adanya pihak perantara
antara pemerintah dan pemilik angkot dalam
proses perizinannya. Pemilik angkot
membayar biaya izin dan angkot baru menjadi
satu kesatuan kepada pihak perantara tersebut.
Sehingga yang akan dihitung untuk kelayakan
usaha ini adalah biaya yang sebenarnya
dikeluarkan oleh pemilik angkot. Biaya
sebesar Rp 115.000.000 akan dijadikan contoh
untuk penghitungan analisis finansialnya
. Pemasukan yang diterima oleh pemilik
angkot yang dijadikan responden rata-rata
sebesar Rp 120.000 per 24 jam. Pengeluaran
operasionalnya sebesar Rp 1.000.000 per
bulan. Biaya KIR, pajak tahunan, dan retribusi
trayek dibayarkan per tahun namun dihitung
pengeluarannya per bulan (Tabel 8). Sehingga
keuntungan per bulan yang diperoleh pemilik
angkot sebesar Rp 2.600.000. Besarnya
angsuran angkot per bulan adalah Rp
2.400.000 selama 42 bulan. Sisanya sebesar Rp
200.000 per bulan disimpan sebagai ganti
pembayaran uang muka dan biaya izin di awal
usaha senilai total Rp 16.125.000.
Tabel 8 Rincian pengeluaran operasional
pemilik angkot per bulan
Pengeluaran Jumlah (Rp)
Oli 70.000
Montir 300.000
Pajak tahunan 41.666
KIR 16.666
Izin trayek 52.000
Aki 60.000
Ban 200.000
Lainnya 260.000
Total 1.000.332
Pemasukan pemilik angkot adalah senilai
Rp 31.200.000 per tahun. Sehingga Masa
Pengembalian Investasi (MPI) adalah selama
tiga tahun dan delapan bulan. Artinya pemilik
angkot akan memperoleh modalnya kembali
setelah usahanya berjalan selama 44 bulan.
selama masa itu pemilik yang masih memiliki
tanggungan cicilan angkot tidak akan
mendapatkan keuntungan secara finansial.
MPI= 115.000.000
31.200.000×1 tahun
MPI= 3,63 tahun
NPV= 200.000
(1+0,065/12)t
120
t=1
-16.125.000
NPV= Rp 1.113.700
Besaran uang disimpan senilai Rp 200.000
per bulan dibayarkan selama usia usaha
angkot, yaitu 10 tahun. Uang tersebut sama
dengan pengertian uang kas bersih yang masuk
per bulan. Tingkat suku bunga Bank Indonesia
untuk tahun 2010 sebesar 6.5%. Net Present
Value (NPV) yang diperoleh sebesar Rp
1.113.700. Karena NPV bernilai positif, maka
usaha ini layak untuk dijalankan ditinjau dari
pihak pemilik angkot.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
rata-rata angkot di Kota Bogor terisi empat
orang penumpang. Hari kerja dan hari libur
memiliki rata-rata jumlah penumpang yang
sama banyak.
9
Sebagian besar supir angkot berlatar
belakang pekerjaan sebagai karyawan. Alasan
memilih pekerjaan supir angkot dikarenakan
mereka tak memiliki kemampuan lainnya
sehingga daripada menganggur lebih baik
mereka bekerja sebagai supir angkot. Lebih
dari separuh supir angkot merasa untung
menjalani pekerjaan supir angkot namun
sebagian besar tidak ingin tetap bekerja
sebagai supir angkot untuk lima tahun
mendatang.
Rata-rata penghasilan supir angkot sebesar
Rp 1.348.360 telah memenuhi UMR Kota
Bogor sehingga usaha ini layak dijalankan
menurut pihak supir angkot. Sedangkan
pemilik angkot tidak dapat menjadikan usaha
angkot ini sebagai pekerjaan utama jika tidak
memiliki angkot yang telah lunas cicilannya,
karena jika masih mencicil maka keuntungan
perbulannya akan habis untuk biaya cicilan
angkot. Jika dilihat dari NPV sebesar Rp
1.113.700 maka usaha ini juga masih
menguntungkan untuk dijalankan oleh pemilik
angkot. Waktu yang dibutuhkan oleh pemilik
angkot untuk mendapatkan modalnya kembali
adalah selama 44 bulan.
Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan mampu
mengukur jumlah penumpang angkot lebih
akurat dengan menambah lokasi pengamatan.
Lokasi pengamatan yang dipilih hendaknya
mampu mengatasi masalah tidak meratanya
jumlah penumpang yang naik dan turun pada
beberapa lokasi.
DAFTAR PUSTAKA
Cochran, WG. 1991. Teknik Penarikan
Sampel. Rudiansyah, Erwin R,
penerjemah. Jakarta: UI-Press.
Daniel, WW. 1990. Applied Nonparametric
Statistics. Boston: PWS-KENT
Publishing.
Gittinger, JP. 1986. Analisa Ekonomi Usaha-
usaha Pertanian. Jakarta: UI-Press.
Soekarwati. 1995. Dasar Penyusunan Evaluasi
Usaha. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Umar, H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis :
Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana
Bisnis secara Komprehensif Ed ke-3.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
10
LAMPIRAN
11
Lampiran 1 Kuesioner Supir Angkot
Karakteristik Responden
Nama : ______________________________
Usia : ________ Tahun
Domisili : ______________________________
Suku : ___________________
Pendidikan Terakhir : [1] Tidak sekolah/belum tamat SD [2] Tamat SD dan SMP
[3] Tamat SMA [4] Diploma/Sarjana
Status Pernikahan : [1] Belum menikah [2] Sudah menikah
Pertanyaan Utama
P1. Apakah Anda memiliki SIM : [1] Tidak memiliki SIM [2] Memiliki SIM
P2. Status supir : [1] Supir asli [2] Supir pengganti/tidak
tetap
P3. Apakah supir angkot merupakan pekerjaan utama Anda?
[1] Ya [2] Tidak
P4. Jika tidak, apa pekerjaan utama anda? ___________________________________________
P5. Apa pekerjaan Anda sebelum menjadi supir angkot? ________________________________
P6. Apa alasan Anda menjadi supir angkot? __________________________________________
P7. Sudah berapa lama Anda menjadi supir angkot? __________ bulan
P8. Apa merek/tahun mesin kendaraan yang Anda gunakan saat ini? Merek : _______________
Tahun : _______________
P9. Berapa lama total jam kerja Anda sebagai supir angkot per hari? __________ jam
P10. Berapa banyak rit yang Anda capai dalam satu hari kerja? ___________ rit
P11. Berapa besar pendapatan kotor Anda dalam satu hari kerja? Rp. _________________
P12. Berapa besar saving Anda dalam satu hari kerja? Rp. _________________
P13. Berapa banyak bahan bakar yang digunakan dalam satu hari kerja? _____________ liter
P14. Berapa besar biaya operasional yang Anda keluarkan untuk :
1. Retribusi : Rp. _________________
2. Cuci kendaraan : Rp. _________________
3. Upah calo/kernet : Rp. _________________
4. Makan di luar jam kerja : Rp. _________________
5. Kopi/teh/rokok : Rp. _________________
6. Lain – lain : Rp. _________________
P15. Jenis kepemilikan angkot yang Anda kendarai saat ini?
[1] Milik pribadi [2] Bukan milik pribadi (langsung ke P18)
P16. Apakah membeli mobil angkot dengan mencicil atau kontan?
[1] Mencicil [2] Kontan (langsung ke P18)
P17. Berapa biaya cicilan mobil angkot yang Anda keluarkan per bulan ? Rp. _________________
P18. Berapa biaya setoran yang Anda keluarkan per hari kerja? Rp. _________________
P19. Menurut Anda apakah pekerjaan supir angkot menguntungkan?
[1] Ya [2] Tidak
Alasan : _________________________________________________________
P20. Apakah Anda akan tetap menjadi supir angkot dalam 5 tahun mendatang?
[1] Ya [2] Tidak
Alasan : _________________________________________________________
12
Lampiran 2 Panduan Wawancara Kepada Pemilik Angkot
Syarat menjadi responden:
1. Calon responden memiliki minimal tiga buah angkot di Kota Bogor
2. Calon responden haruslah paham mengenai arus kas dan pengaturan usaha angkot di Kota
Bogor
Tanyakan:
1. Identitas responden
2. Jumlah angkot yang dimiliki beserta trayeknya
3. Jumlah angkot yang telah lunas/belum lunas
4. Tahun produksi angkot
5. Biaya investasi
6. Arus kas bulanan dan tahunan
7. Komentar mengenai pengaturan usaha angkot yang telah dilakukan pemerintah
13
Lampiran 3 Jumlah angkutan kota tiap trayek
Kode Trayek Jumlah Angkot
01 Cipinang Gading - Terminal Merdeka 52
01A Terminal Baranangsiang - Ciawi 170
02 Sukasari - Terminal Bubulak 572
03 Terminal Baranangsiang – Terminal Bubulak 382
04 Warung Nangka - Ramayana 184
05* Ramayana – Cimahpar 162
06* Ramayana – Ciheuleut 157
07* Terminal Merdeka – Ciparigi 226
07A Pasar Anyar – Pondok Rumput 51
08* Warung Jambu – Ramayana 147
08A Ramayana - Taman Kencana - Wr. Jambu 80
09 Sukasari – Ciparigi 141
10 Bantar Kemang – Terminal Merdeka 100
11* Pajajaran Indah – Pasar Bogor 53
12 Pasar Anyar – Cimanggu 180
13* Bantar Kemang – Ramayana 154
14 Sukasari – Pasir Kuda - Terminal Bubulak 100
15 Sindang Barang Jero - Terminal Merdeka 105
16 Pasar Anyar – Selabenda 219
17 Pomad – Tanah Baru – Bina Marga 55
18 Ramayana – Mulyaharja 58
19 Terminal Bubulak – Kencana 39
20 Pasar Anyar - Vila Mutiara 26
*Merupakan trayek dengan sistem sift
Lampiran 4 Lokasi pengamatan jumlah penumpang
Lokasi Trayek yang diamati
Air Mancur 12, 20, 07, 07A
Auto 2000 18, 19
Bale Binarum 11, 13, 01A, 09
BTM 10, 01, 02, 05, 08, 08A
Empang 10, 18, 01, 02, 04
Hero Pajajaran 13, 01A, 06, 09
Pangrango Plasa 13, 03, 05, 06, 08, 08A, 09
Perempatan Cimanggu 12, 07
Pertigaan Gn. Batu 14, 02, 03
14
Lampiran 5 Karakteristik responden
Karakteristik Responden berdasarkan
Domisili
Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Karakteristik Responden berdasarkan Status
Pernikahan
Karakteristik Responden berdasarkan Suku
Karakteristik Responden berdasarkan
Pendidikan
0
20
40
60
80
100
Kabupaten Kota
16.67
83.33
0
5
10
15
20
25
30
35
17-25
tahun
26-35
tahun
36-45
tahun
Diatas 45
tahun
16
28
34
22
0
20
40
60
80
100
Belum Menikah Sudah Menikah
14
86
0
20
40
60
80
100
Lainnya Jawa Sunda
4 6.67
89.33
0 20 40 60 80
Tidak
Sekolah/Belum
Tamat SD
Tamat SMA
Tamat SD/SMP
4,67
34,67
60,67
15
Lampiran 6 Tabulasi silang lama menjadi supir dan pendidikan
Lama menjadi
Supir
Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMA
0-4 2,001
6,822
42,863
18,00
61,36
29,67
9,33
31,82
26,92
5-10 0,67
2,56
14,29
14,67
56,41
24,81
10,67
41,03
30,77
11-15 1,33
5,71
28,57
13,33
57,41
21,98
8,67
37,14
25,00
Diatas 15 0,67
3,13
14,29
14,67
68,75
24,18
6,00
28,13
17,31
Lampiran 7 Tabulasi silang pendidikan dan usia
Pendidikan 19-29 30-37 38-45 Diatas 45
Tamat SD 17,331
28,572
68,423
12,67
20,88
54,29
18,00
29,67
61,36
12,67
20,88
57,58
Tamat SMA
Tidak Sekolah
8,00
23,08
31,58
0
0
0
9,33
26,92
40,00
1,33
28,57
5,71
10,67
30,77
36,36
0,67
14,29
2,27
6,67
19,23
30,30
2,67
57,1
12,12
Lampiran 8 Tabulasi silang lama menjadi supir dan usia
Lama menjadi
Supir
19-29 30-37 38-45 Diatas 45
0-4 14,671
50,002
57,893
6,00
20,45
25,71
3,33
11,36
11,36
5,33
18,18
24,24
5-10 10,00
38,46
39,47
7,33
28,21
31,43
6,00
23,08
20,45
2,67
10,26
12,12
11-15 0
0
0
9,33
40,00
40,00
11,33
48,57
38,64
2,67
11,43
12,12
Diatas 15 0,67
3,13
2,63
0,67
3,13
2,86
8,67
40,63
29,55
11,33
53,13
51,52
1Persentase terhadap jumlah total
2Persentase terhadap jumlah per baris
3 Persentase terhadap jumlah per kolom