Upload
trinhkhanh
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENDUGAAN POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAKAO
BERDASARKAN NILAI INDEKS KESESUAIAN LAHAN
(Studi Kasus : Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo)
Oleh
IRRISTIANTI PANGESTU
G111 12 326
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
PENDUGAAN POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAKAO
BERDASARKAN NILAI INDEKS KESESUAIAN LAHAN
(STUDI KASUS: KECAMATAN TALUDITI, KABUPATEN POHUWATO,
GORONTALO)
*Irristianti Pangestu,
**Christianto Lopulisa,
**Rismaneswati
*Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar
(corresponding author: [email protected] )
ABSTRAK
Potensi pengembangan komoditi tertentu ditentukan oleh kualitas lahan, potensi
genetik tanaman dan manajemen pertanamn yang tepat. Salah satu kecamatan di
Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo yang mengembangkan tanaman kakao
adalah Kecamatan Taluditi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
lahan, mengevaluasi kesesuaian lahan Kecamatan Taluditi untuk tanaman kakao, dan
menganalisis hubungan indeks kesesuaian lahan dengan produktivitas kakao.
Penelitian ini menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif dalam
menetapkan kelas kesesuaian lahan dan indeks kesesuaian lahan. Penetapan lokasi
pengambilan sampel tanah profil diperoleh dari hasil tumpang tindih peta-peta dasar
antaralain peta topografi, geologi, jenis tanah dan penggunaan lahan yang
menghasilkan 15 unit lahan pengamatan dan selanjutnya digali 14 profil pewakil
untuk karakterisasi sifat-sifat tanah seperti pH, C-organik, tekstur tanah, kapasitas
tukar kation, kejenuhan basa, jumlah basa-basa dapat tukar, daya hantar listrik, dan
persentase Natrium dapat tukar. Untuk memperoleh informasi hasil kakao dan
manajemen lahan petani dilakukan wawancara dengan 20 petani responden
Perhitungan indeks iklim dan indeks lahan menggunakan pendekatan parametrik
menurut Storie, sedangkan hubungan antara produktivitas kakao dan indeks lahan
menggunakan metode korelasi Pearson. Kecamatan Taluditi tergolong wilayah tipe
iklim C1, topografi dominan berbukit dengan kemiringan >25 %, tekstur tanah
dominan lempung berpasir, pasir berlempung, dan liat. Hasil analisis kesesuaian
iklim menunjukkan bahwa Kecamatan Taluditi tergolong S3 (sesuai marginal) untuk
kakao dengan faktor pembatas utama adalah kelembaban udara yang tinggi. Analisis
kesesuaian lahan Kecamatan Taluditi untuk kakao didominasi kelas N (tidak sesuai)
seluas 52026,84 ha atau 90,07 % dan sisanya seluas 5737,77 ha atau 9,93 % yang
termasuk kelas S3 (sesuai marginal) dengan faktor pembatas utama seperti iklim,
lereng dan tekstur. Hubungan indeks kesesuaian lahan (IKL) dan produktivitas
kakao menghasilkan persamaan y = 0,0081x + 0,9372 dengan nilai koofisien
korelasi atau r = 0,57. Nilai r tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
sedang atau cukup antara indeks kesesuaian lahan dengan produktivitas kakao,
seiring dengan peningkatan nilai IKL, maka terdapat peningkatan hasil kakao di
Kecamatan Taluditi.
Kata Kunci: Kesesuaian lahan, kakao, indeks lahan, Kecamatan Taluditi
iv
THE ESTIMATION OF LAND POTENTIAL FOR COCOA DEVELOPMENT
BASED ON LAND SUITABILITY INDEX VALUE
(CASE STUDY: TALUDITI DISTRICT, POHUWATO REGENCY,
GORONTALO)
*Irristianti Pangestu,
**Christianto Lopulisa,
**Rismaneswati
* Soil Science Department, Agriculture Faculty, Hasanuddin University, Makassar
(Corresponding author: [email protected])
ABSTRACT
The potential development of particular commodity is determined by the land
quality, plant genetic potential, and the crop management properly. One of the
districts in Pohuwato Regency, Gorontalo which develops cocoa is Taluditi District.
This research aimed at determining land characteristics, evaluating land suitability,
and analyzing the relationship between land suitability index and cocoa productivity
is needed to conduct. This research uses a mix of the quantitative and qualitative
method in deciding land suitability classes as well as land suitability. To determine
the location of soil samples was obtained from overlapping the primary maps namely
topography map, geology map, soil map and land use map that produced 15
observation field units. Afterwards, the 14 units became representative profiles for identifying soil characteristics such as pH, C-organic, texture, cation exchange
capacity, base saturation, exchange of bases, electrical conductivity, and
exchangeable sodium percentage. In addition, interviewing 20 farmers was also done
to obtain an accurate information of cocoa production and land management in
Taluditi District. While the calculation of climate and land index using parametric
approach by Storie, the relationship between cocoa productivity and land index was
using Pearson correlation. Taluditi District is an area with C1 climate type, the
dominant topography is hilly >25 %, the dominant soil texture are sandy loam, loamy
sand, and clay. The calculate of climate suitability analysis showed that Taluditi
District is S3 (marginally suitable) for cocoa with the main limiting factor is high
humidity.The analysis of land suitability of Taluditi District for cocoa is dominated
by N (unsuitable) about 52026,84 ha or 90,07% and the rest are S3 (marginally
suitable) about 5737,77 ha or 9,93 % by some consideration of limiting factors such
as climate, slope and soil texture. The relationship between land suitability index and
cocoa productivity results an equation; y = 0,0081x + 0,9372 with a correlation
coefficient value; or r = 0,57. The “r” value indicates that there is a rather-strong-
relationship among land suitability index and cocoa productivity. When the amount
of land suitability index increases, the productivity of cocoa in Taluditi District raises
as well.
Keywords: Land suitability, cocoa, land index, Taluditi District.
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang Maha
Sempurna, pengasih, dan penyayang, yang telah memberikan karunia dan rahmat
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul
“Pendugaan Potensi Lahan Untuk Pengembangan Kakao Berdasarkan Nilai Indeks
Kesesuaian Lahan (Ktudi Kasus : Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato,
Gorontalo)”. Tugas akhir skripsi ini disusun sebagai bentuk aktualisasi pengetahuan
penulis, yang didapatkan selama menempuh studi di Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Selain itu tugas akhir skripsi ini
merupakan sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada papa tercinta Ir. Ibnu
Suprayogi, M.M, mama terkasih Alm. Ir. Rustiati Talib, M.M, dan Ibunda tersayang
Fonny Hasan,ST atas segala kasih sayang, dukungan, kepercayaan, dan do’a tulus
yang tiada berakhir, sehingga penulis dapat mewujudkan impian memperoleh gelar
Sarjana Pertanian. Tak lupa pula ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada adik-
adik tercinta Nindy Prastiwi, Putri Nadila Wulandari, dan Qiana Mysha Ardiningrum
atas segala dukungan dan do’a terhadap penulis.
Terima kasih pula kepada bapak Prof. Dr. Christianto Lopulisa, M.Sc. dan
Dr. Rismaneswati, S.P, M.P selaku dosen pembimbing penulis yang senantiasa sabar
dalam memberikan arahan, petunjuk, dan saran sejak awal penelitian hingga skripsi
ini selesai.
vi
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Segenap dosen jurusan ilmu tanah yang telah bersedia membagi pengetahuan
dengan penulis selama kuliah.
2. Tim survei Kecamatan Taluditi yakni saudara Muhammad Taufik Hidayat,SP ,
Ulil Amri, dan Muchlis Muhammad yang telah sabar dan bersusah payah
menemani penulis mengambil sampel tanah penelitian.
3. Kepada sahabat-sahabat terkasih Fitri yang diam tapi peduli, Firah yang tahu
segalanya dan tak pernah marah, Ika si cengeng tapi bersosok keibuan, Aira si
cuek tapi pendengar yang baik, Ella si raisa kedua dan tukang gombal dan Indry si
polos yang lolos beasiswa ke Belanda. Terima kasih banyak untuk waktu, tenaga,
pikiran, dukungan, kebahagiaan dan kebaperan ini.
4. Tidak lupa pula penulis ucapkan kepada SOIL 2012, terutama untuk Arsandi, Nur
Isra, Muh Abbas, Pratama Putra, Derry Kurniawan, Yafet H. Pasang, Aman
Darmawansyah yang selalu mendukung dan membantu penulis. Terima kasih atas
cerita, kenangan, dan pembelajaran tentang kesabaran, keikhlasan, kehilangan,
dan arti sebuah proses.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir skripsi ini jauh dari
sempurna, namun penulis berharap apa yang tertulis ini dapat memberikan
sumbangsih pada kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang keilmuan penulis.
Makassar, November 2017
Irristianti Pangestu
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEl ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao .......................................................... 4
2.1.1 Iklim ............................................................................................ 4
2.1.2 Tanah .......................................................................................... 5
2.2 Klasifikasi Kesesuaian Lahan .............................................................. 6
2.2.1 Kesesuaian Lahan pada Tingkat Ordo ....................................... 7
2.2.2 Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas ...................................... 8
2.2.3 Kesesuaian Lahan pada Tingkat Sub Kelas ............................... 9
2.2.4 Kesesuaian Lahan pada Tingkat Unit ...................................... 10
2.3 Metode Pendekatan pada Evaluasi Lahan .......................................... 10
2.3.1 Pendekatan Pembatas ............................................................... 10
2.3.2 Pendekatan Parametrik ............................................................. 11
2.3.3 Kombinasi Pendekatan Pembatas dan Parametrik ................... 11
2.4 Karakteristik Lahan ........................................................................... 12
2.5 Tata Cara Penilaian Kesesuaian Lahan Kakao .................................. 13
viii
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu ............................................................................. 15
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................... 15
3.3 Tahapan Penelitian .............................................................................. 16
IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi............................................. 22
4.2 Iklim ................................................................................................... 22
4.3 Jenis Tanah .......................................................................................... 23
4.4 Geologi ............................................................................................... 23
4.5 Topografi ............................................................................................. 25
4.6 Penggunaan Lahan ............................................................................. 25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Iklim Daerah Penelitian ................................................ 31
5.2. Karakteristik Lahan Daerah Penelitian ............................................... 32
5.3 Tanaman Kakao .................................................................................. 38
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 47
6.2 Saran .................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48
LAMPIRAN ..................................................................................................... 50
ix
DAFTAR TABEL
Teks Halaman
Tabel 2.1 Persyaratan iklim tanaman kakao ......................................................... 5
Tabel 2.2 Indeks lahan untuk kelas kesesuaian yang berbeda. ........................... 11
Tabel 2.3 Kriteria penilaian kelas kesesuaian lahan ........................................... 12
Tabel 2.4 Kriteria teknis kesesuaian lahan untuk tanaman kakao ...................... 13
Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam analisa contoh tanah di Laboratorium .... 15
Tabel 3.2 Bahan yang digunakan dalam analisa contoh tanah di Laboratorium .16
Tabel 4.1 Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Taluditi................................ 23
Tabel 4.2 Jenis formasi geologi yang terdapat di Kecamatan Taluditi ............... 24
Tabel 4.3 Jenis topografi yang terdapat di KecamatanTaluditi........................... 25
Tabel 4.4 Jenis penggunaan lahan di Kecamatan Taluditi .................................. 25
Tabel 5.1 Klasifikasi kelas kesesuaian iklim wilayah penelitian ........................ 38
Tabel 5.2 Indeks kesesuaian lahan dan kelas kesesuaian tanaman kakao di lokasi
penelitian ............................................................................................ 41
Tabel 5.3 Kelas kesesuaian lahan dan faktor pembatas tanaman kakao di lokasi
penelitian ............................................................................................ 41
Tabel 5.4 Hubungan antara produktivitas dan indeks lahan pada tanaman kakao44
x
DAFTAR GAMBAR
Teks Halaman
Gambar 3.1 Peta unit lahan Kecamatan Taluditi .............................................. 21
Gambar 4.1 Curah hujan rata-rata bulanan Kecamatan Taluditi....................... 23
Gambar 4.2 Peta administrasi Kecamatan Taluditi ........................................... 26
Gambar 4.3 Peta jenis tanah Kecamatan Taluditi ............................................. 27
Gambar 4.4 Peta geologi Kecamatan Taluditi .................................................. 28
Gambar 4.5 Peta lereng Kecamatan Taluditi .................................................... 29
Gambar 4.6 Peta penggunaan lahan Kecamatan Taluditi................ ................. 30
Gambar 5.1 Grafik hubungan antara indeks lahan dan produktivitas
kakao di Kecamatan Taluditi ....................................................... 45
Gambar 5.2 Klasifikasi kelas kesesuaian iklim wilayah penelitian .................. 46
xi
Lampiran
Teks Halaman
Lampiran 1. Hasil Analisis Sifat Fisik dan Kimia Kecamatan Taluditi ............ 50
Lampiran 2. Curah Hujan selama 5 Tahun ....................................................... 51
Lampiran 3. Temperatur Rata-rata ................................................................... 52
Lampiran 4. Temperatur selama 5 Tahun .................................................. ...... 53
Lampiran 5. Kelembaban Rata-rata .................................................................. 54
Lampiran 6. Lama Penyinaran .......................................................................... 55
Lampiran 7. Skala, Harkat, Indeks, dan Kelas Kesesuaian Iklim ............. ...... 56
Lampiran 8. Skala, Harkat, Indeks dan Kelas Kesesuaian Lahan ............. ...... 57
Lampiran 9. Hasil wawancara usaha tanaman kakao ................................ ...... 58
Lampiran 10. Deskripsi profil tanah ......................................................... ...... 59
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kakao (Theobroma cacao L.) adalah salah satu komoditas pertanian yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan harganya relatif. Komoditas kakao menempati
peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa negara,
setelah komoditas karet dan cengkeh.
Kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi
menyebabkan perluasan areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan
terus berlanjut dan hal ini perlu mendapat dukungan agar kebun yang berhasil
dibangun dapat memberikan produktivitas yang tinggi. Melalui berbagai upaya
perbaikan dan perluasan, areal perkebunan kakao Indonesia pada tahun 2010
diperkirakan mencapai 1,1 juta ha dan mampu menghasilkan produksi 730 ribu
ton/tahun biji kakao. Pada tahun 2025, sasaran untuk menjadi produsen utama
kakao dunia bisa menjadi kenyataan karena pada tahun tersebut total areal
perkebunan kakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35 juta ha dan mampu
menghasilkan 1,3 juta ton/tahun biji kakao (Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 2011).
Di Provinsi Gorontalo, komoditas kakao merupakan salah satu komoditi
yang di prediksi dapat mendorong perekonomian petani. Salah satu kabupaten
penghasil kakao yang diandalkan di Gorontalo adalah Kabupaten Pohuwato yang
memogramkan pengembangan kakao di beberapa kecamatan dan salah satunya
adalah Kecamatan Taluditi. Namun hasil analisis data di Badan Pusat Statistik
2
Kecamatan Taluditi (2016), hasil kakao menunjukan tren penurunan dari 6.383
ton (2012) menjadi 5395 ton (2016).
Tanaman kakao membutuhkan persyaratan tumbuh yang baik agar dapat
tumbuh dan berproduksi dengan optimal. Dengan demikian, curah hujan,
temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan.
Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya
tembus dan kemampuan akar menyerap hara.
Produksi tanaman yang optimal dapat diperoleh dengan cara
mengoptimalkan antara faktor tanaman kakao dengan faktor lingkungan termasuk
manajemen dari lokasi penanaman. Langkah kongkrit yang berkaitan dengan hal
tersebut adalah dengan pemilihan varietas kakao yang tepat dan perbaikan faktor
lingkungan guna mendukung pertumbuhan serta melestarikan hasil proses
tersebut. Dengan kata lain diperlukan adanya keterkaitan antara faktor genetis dan
lingkungan yang perlu dikelola dengan baik.
Penurunan produksi kakao di Kecamatan Taluditi diduga akibat penetapan
pemanfaatan lahan pengembangan kakao belum berdasarkan potensi lahannya.
Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk menetapkan potensi
lahan Kecamatan Taluditi untuk pengembangan kakao yang berdasarkan nilai
indeks kesesuaian lahan.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui karakteristik kesesuaian lahan terhadap pengembangan tanaman
kakao di Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo.
3
1.2 Tujuan dan kegunaan
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengetahui karakteristik tanah dan iklim Kecamatan Taluditi.
2. Mengevaluasi kesesuaian lahan Kecamatan Taluditi untuk pengembangan
kakao.
3. Mengetahui hubungan indeks kesesuaian lahan dengan produktivitas
kakao.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi untuk
arahan pemanfaatan lahan yang sesuai untuk Kecamatan Taluditi, Kabupaten
Pohuwato, Gorontalo.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Syarat tumbuh tanaman kakao
2.1.1 Iklim
Iklim merupakan faktor yang meliputi, curah hujan, suhu kelembaban udara,
penyinaran matahari, dan kecepatan angin yang antar unsur tersebut mempunyai
hubungan yang rumit. Iklim mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao,
karena itu, unsur ini perlu diperhatikan dalam membuat penilaian kesesuaian
lahan. Sebaran curah hujan lebih berpengaruh terhadap produksi lahan kakao
dibandingkan dengan jumlah curah hujan yang tinggi (Puslitkoka Indonesia,
2008).
Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004), sebaran curah
hujan lebih berpengaruh terhadap produksi kakao dibandingkan dengan jumlah
curah hujan yang tinggi. Jumlah curah hujan mempengaruhi pola pertunasan
kakao (flush). Curah hujan yang tinggi dan sebaran yang tidak merata akan
berpengaruh terhadap flush dan berakibat terhadap produksi kakao. Pertumbuhan
dan produksi kakao banyak ditentukan oleh ketersediaan air sehingga kakao dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik di tempat yang jumlah curah hujannya
relatif sedikit tetapi merata sepanjang tahun.
Proses fisiologi tanaman kakao juga dipengaruhi oleh suhu udara. Suhu
udara yang rendah akan menghambat pembentukan tunas dan bunga (Alvim,
1980). Sementara itu, suhu udara yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan
pucuk dan mendorong pertumbuhan cabang serta mengakibatkan daun-daun
5
kurang berkembang. Kelembaban udara berkaitan erat dengan curah hujan dan
suhu udara. Unsur ini berhubungan dengan timbulnya penyakit yang menyerang
kakao (Wood, 1987).
Adapun persyaratan iklim untuk tanaman kakao yang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.1 Persyaratan iklim Tanaman Kakao
Karakteristik Iklim Kelas iklim, tingkat pembatasan tingkat
S1 S2 S3 N
Curah Hujan Tahunan
(mm)
Panjangnya musim
kemarau
1900-1800 1800-1600
1900-2000 2000-2500
0-1
1600-1400
2500-3500
1-2
1400-1200
3500-4400
2-3
- <1200
- >4400
->4
Rata-rata suhu tahunan
Rata-rata suhu tahunan
maksimum
Rata-rata suhu tahunan
minimum
26-25 25-23
26-28 28-29
<28 28-30
>20 20-15
23-22
29-30
>30
15-13
22-21
-
-
13-10
- <21
- >30
- -
- <10
Kelembaban udara
relatif
Bulan kering (%)
55-45 45-40
40-35
35-30
<30 -
Sumber : Sys et al. (1993)
2.1.2 Tanah
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004), menjelaskan bahwa keasaman
(pH) tanah yang baik untuk kakao adalah netral atau berkisar 5,6-6,8. Sifat ini
khusus berlaku untuk tanah atas (top soil), sedangkan pada tanah bawah (subsoil)
keasaman tanah sebaiknya netral, agak asam, atau agak basah.
6
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004), menjelaskan tanaman
kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu di atas 3%. Kakao
tumbuh baik pada lahan datar atau kemiringan tanah kurang dari 15%. Suhu udara
harian ideal sekitar 28oC, sehingga semakin tinggi tempat semakin rendah tingkat
kesesuaiannya.
Disamping memerlukan tanah yang mempunyai kemampuan menahan
legas dan drainase serta aerasi tanah yang baik, kakao memerlukan tanah yang
mengandung bahan organik tinggi dan kaya akan unsur hara. Kadar BOT (Bahan
Organik Tanah) merupakan salah satu penentu sifat-sifat fisik, kimia maupun
biologi tanah. BOT mempunyai peranan yang vital dan menentukan kemampuan
tanah dalam mendukung pertumbuhan maupun produksi tanaman (Asrul, 2013).
2.2 Klasifikasi kesesuain lahan
Tujuan penilaian kesesuaian lahan adalah untuk mengetahui potensi sumber daya
lahan yang dapat digunakan untuk suatu usaha budidaya tanaman tertentu.
Pengetahuan tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat kesesuaian
lahan tanaman tertentu serta membantu menentukan langkah-langkah pengelolaan
secara rasional dan optimal.
Kesesuaian lahan adalah kecocokan (fitness) suatu jenis lahan untuk
penggunaan tertentu. Kecocokan tersebut dinilai berdasarkan analisa kualitas
lahan sehubungan dengan persyaratan suatu jenis penggunaan tertentu, sehingga
kualitas yang baik akan memberikan nilai lahan atau kelas yang tinggi terhadap
jenis penggunaan tertentu. Penilaian yang dilakukan dapat saja mengacu pada
kondisi sekarang atau didasarkan pada kondisi setelah dilakukan perbaikan
7
kualitas lahan. Yang pertama disebut sebagai kesesuaian sekarang atau kesesuaian
aktual (actual suitability), sementara yang ke dua adalah kesesuaian potensial
(potential suitability) (Baja, 2012).
Hasil pembandingan antara persyaratan penggunaan lahan dari tipe
penggunaan lahan tertentu dengan kualitas lahan suatu satuan peta lahan di
kombinasikan dengan hasil analisa input-output, cost-benefit, dampak terhadap
lingkungan, dan analisa sosial ekonomi menghasilkan suatu kelas kesesuaian
lahan yang menunjukkan kesesuaian masing-masing satuan peta lahan untuk tipe
penggunaan lahan tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011).
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011), kerangka dari sistem
klasifikasi kesesuaian lahan mengenal empat kategori, yaitu :
1. Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu;
2. Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan;
3.Sub-kelas: menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang `
harus dijalankan dalam masing-masing kelas;
4. Unit : menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat
yang berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub-kelas.
2.2.1 Kesesuaian lahan pada tingkat ordo (order)
Pada tingkat ordo ditunjukkan, apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
suatu jenis penggunaan lahan tertentu. Dikenal ada dua ordo yaitu:
1. Ordo S (sesuai) : lahan yang termasuk orde ini adalah lahan yang dapat
digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang
8
telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan itu akan
memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan. Tanpa atau
sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya.
2. Ordo N (tidak sesuai) : lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang
mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah
penggunaannya untuk suatu tujuan yang telah direncanakan. Lahan dapat
digolongkan sebagai tidak sesuai untuk digunakan bagi suatu usaha
pertanian karena berbagai penghambat, baik secara fisik (lereng sangat
curam, berbatu-batu,dan sebagainya) maupun secara ekonomi (keuntungan
yang di dapat lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan).
2.2.2 Kesesuaian lahan pada tingkat kelas
Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan menunjukkan
tingkat kesesuaian dari ordo tersebut. Jika tiga kelas yang dipakai dalam ordo S
dan dua kelas dalam ordo N, maka pembagian serta definisi secara kualitatif
adalah sebagai berikut:
1. Kelas S1 : sangat sesuai (highly suitable). Lahan tidak mempunyai
pembatas (penghambat) yang lebih besar untuk pengelolaan yang
diberikan,atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata
berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang
telah biasa diberikan.
2. Kelas S2 : cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai
pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat
9
pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk
atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
3. Kelas S3 : sesuai marginal (marginally suitable). Lahan yang mempunyai
pembatas-pembatas yang sangat berat untuk penggunaan yang lestari
pembatasnya akan mengurangi hasil dan keuntungan serta perlu
menaikkan masukan yang diperlukan.
4. Kelas N1 : tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable). Lahan
mempunyai pembatas yang lebih besar, tetapi masih mungkin diperbaiki
dengan tingkat pengelolaan tinggi. Faktor pembatas sedemikian rupa
basarnya sehingga tanpa pengelolaan yang tinggi, mencegah penggunaan
lahan yang lestari dalam jangka panjang.
5. Kelas N2 : tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable). Lahan
mempunyai pembatas permanen yan sangat berat sehingga segalak
emungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
2.2.3 Kesesuaian lahan pada tingkat sub kelas
Sub-kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan
yang diperlukan dalam kelas tersebut. Tiap kelas dapat terdiri dari satu atau lebih
sub-kelas, tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas ini
ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang ditempatkan setelah simbol kelas.
Misalnya kelas S2 yang mempunyai pembatas kedalaman efektif (s) dapat
menjadi sub kelas S2s. Dalam satu sub-kelas dapat mempunyai satu, dua, atau
paling banyak tiga simbol pembatas, dimana pembatas yang paling dominan
ditulis paling depan. Misalnya, dalam sub-kelas S2ts maka pembatas keadaan
10
topografi (t) adalah pembatas yang paling dominan ditulis paling depan dan
pembatas kedalaman efektif (s) adalah pembatas kedua atau tambahan.
2.2.4 Kesesuaian lahan pada tingkat unit
Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari sub-
kelas berdasarkan atas besarnya faktor pembatas. Semua unit yang berada dalam
satu sub-kelas mempunyai tingkat kesesuaian yang sama dalam kelas dan
mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat sub-kelas.Unit yang satu
berbeda dengan unit lainnya karena kemampuan produksi atau dalam aspek
tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan merupakan pembedaan detil dari
pembatas-pembatasnya. Diketahuinya pembatas secara detail memudahkan
penafsiran dalam mengelola rencana suatu usaha tani.
2.3 Metode pendekatan dalam evaluasi lahan
Ada tiga metode pendekatan yang digunakan dalam evaluasi lahan, yaitu
pendekatan pembatas, pendekatan parametrik dan kombinasi pendekatan
pembatas dan parametrik.
2.3.1 Pendekatan pembatas
Pendekatan pembatas adalah suatu cara untuk menyatakan kondisi lahan atau
karakteristik lahan pada tingkat kelas, dimana metode ini membagi lahan
berdasarkan jumlah dan intensitas pembatas lahan. Pembatas lahan adalah
penyimpangan dari kondisi optimal karakteristik dan kualitas lahan yang
memberikan pengaruh buruk untuk berbagai penggunaan lahan (Sys et al., 1993).
Pendekatan pembatas membagi tingkat pembatas suatu lahan dan kelas
kesesuaian lahan sebagai berikut:
11
a. 0 (tanpa pembatas), digolongkan kedalam kelas S1
b. 1 (pembatas ringan), digolongkan kedalam kelas S1
c. 2 (pembatas sedang), digolongkan kedalam kelas S2
d. 3 (pembatas berat), digolongkan kedalam kelas S3
e. 4 (pembatas sangat berat), digolongkan kedalam kelas N1 dan N2.
2.3.2 Pendekatan parametrik
Dalam pendekatan parametrik dilakukan pemberian nilai rating pada tiap
karakteristik (kualitas) lahan. Jika karakteristik lahan atau kualitas lahan optimal
untuk tipe penggunaan lahan yang dipilih, maka diberikan nilai rating maksimum
100, namun jika karakteristik atau kualitas lahan memperlihatkan adanya
pembatas, maka diberikan nilai rating yang lebih rendah (Sys et al., 1993).
Tujuan dari indeks parametrik adalah untuk mengetahui nilai suatu lahan
secara numerik (dengan angka) berdasar atas penilaian masing-masing sifat tanah.
Lahan yang sangat baik diberi angka indeks 100 %, sedang lahan yang sangat
jelek deberi angka 0 % (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011).
Tabel 2.2 Indeks lahan untuk kelas kesesuaian yang berbeda
Indeks Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
100-75 S1 = Sangat sesuai
75-50 S2 = Cukup sesuai
50-25 S3 = Sesuai marginal
25-0 N = Tidak sesuai
Sumber : Sys et al. (1991)
2.3.3 Kombinasi pendekatan pembatas dan parametrik
12
Kombinasi pendekatan parametrik dan pendekatan pembatas menurut Sys et
al.(1991), sering digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk
penggunaan tertentu. Penentuan kelas kesesuaiannya dilakukan dengan cara
memberi bobot atau harkat berdasarkan nilai kesetaraan tertentu dan menentukan
tingkat pembatas lahan yang dicirikan oleh bobot terkecil. Tingkat pembatas dan
kombinasi antara pendekatan pembatas dan parametrik dalam evaluasi disajikan
pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kriteria penilaian kelas kesesuaian lahan
Indeks lahan
atau iklim
Nilai
ekivalensi
Tingkat
pembatas
Kelas kesesuaian
lahan
>75
50 – 75
25 – 50
12 – 25
100 – 95
95-85
85-60
60-40
Tidak ada
Ringan
Sedang
Berat
S1
S2
S3
N
Sumber: Sys et al. (1991)
2.4 Karakteristik lahan
Karakteristik lahan mencakup faktor-faktor lahan yang dapat diukur atau ditaksir
besarnya seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, air tersedia dan sebagainya.
Suatu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah
tidaknya tanah diolah, kepekaan erosi dan lain-lain (Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2011).
Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi
lahan biasanya mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam
interpretasi perlu mempertimbangkan atau memperbandingkan lahan dengan
penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air
13
sebagai kualitas lahan ditentukan oleh bulan kering dan curah hujan rata-rata
tahunan, tetapi air yang dapat diserap tanaman tertentu tergantung pula pada
kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran antara lain tekstur
tanah dan kedalaman zona perakaran tanaman yang bersangkutan (Djaenudin,
2000).
Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diduga.
Menurut FAO (1976), karakteristik lahan terdiri atas :
a. Karakteristik tunggal, misalnya total curah hujan, kedalaman tanah,
lereng dan lain-lain.
b. Karakteristik majemuk, misalnya permeabilitas tanah, drainase,
kapasitas tanah menahan air, dan lain-lain.
2.5 Tata cara penilaian kesesuaian lahan kakao
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penilaian lahan dan
membuat kelas kesesuaian lahannya meliputi tiga hal sebagai berikut.
1. Mengumpulkan data yang terkait dengan kualitas dan sifat lahan,
umumnya dilakukan dalam bentuk survey tanah.
2. Menentukan kebutuhan tanaman sesuai dengan syarat pertumbuhannya.
3. Membandingkan antara sifat dan kualitas lahan dengan syarat tumbuh
tanaman.
Persyaratan lahan disajikan pada Tabel 2.4 tanaman kakao pada masing-
masing kelas kesesuaian menurut Sys et al., (1993).
14
Tabel 2.4 Kriteria teknis kesesuaian lahan untuk tanaman kakao
Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Topografi (t)
Lereng (%)
Kebasahan (w)
0-4 4-8
8-16
16-30
30-50 >50
Banjir Fo - - F1 - F2+
Drainase Baik Baik Sedang Tidak Baik Lemah S.Lemah
Karakteristik Fisik Tanah
(s)
Tekstur /Struktur
C<60s,Co
C>60s,L,SC
SiCL,CLSiL
SCL,C<60
v
C>60v,LfS,SL
-Cm,SiCm
,LS,Lcs,
fS,S,cS
Fragmen Kasar (vol%)
Kedalaman Tanah (cm)
CaCO3 (%)
Gypsum (%)
0-3 3-15
>200 200-150
0 0-1
0 0-0.5
15-35
150-100
1-5
0.5-2
35-55
100-50
5-10
2-3
- >55
- <50
- >10
- >3
Karakteristik Kesuburan
Tanah (f)
CEC (cmol(+)/kg liat)
Kejenuhan Basa (%)
Jumlah Kation Dasar
(cmol(+)/kg soil)
pH H2O
Karbon Organik (%)
>24 24-16
>50 50-35
>6.5 6.5-4
6.4-6.2 6.2-6.0
6.4-6.6 6.6-7.0
>2.4 2.4-1.5
<16 (-)
35-20
4-2.8
6.0-5.5
7.0-7.6
1.5-0.8
<16 (+)
<20
2.8-1.6
5.5-5.0
7.6-8.2
<0.8
- -
- -
<1.6 -
<5.0 -
->8.2
- -
Salinitas & Alkalinitas (n)
Ece (dS/m)
0-0.5 0.5-1.1
1.1-1.8
1.8-2.2
->2.2
Sumber : Sys et al. (1993)
Keterangan :
SiCs : Liat berdebu
Co : Liat struktur Ool
SiCL : Lempung liat berdebu
CL : Lempung berliat
Si : Debu
Lcs : Lempung berpasir kasar
SC : Liat berpasir
L : Lempung
SL : Lempung berpasir
Lfs : Lempung berpasir halus
-60v :Liat struktur vertisol
SiC : Liat berdebu massive
fS : Pasir halus
S : Pasir
cS : Pasir kasar
C-60s : Liat struktur block
Cm : Liat massive
15
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu
Pengamatan dan deskripsi profil tanah serta pengambilan sampel tanah di
laksanakan di Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Analisis
sampel tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan tanah Departemen
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian ini
berlangsung dari bulan Desember 2016 sampai November 2017.
3.2 Alat dan bahan
Kegiatan penelitian ini menggunakan alat-alat antara lain :
1. Alat survey berupa GPS (Global, Position System), Munsel soil colour
chart , kamera digital, cangkul, linggis, sekop, pisau lapangan, meteran
bar, kantong sampel, dan alat tulis.
2. Alat untuk analisa tanah ditunjukkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam analisa contoh tanah di laboratorium
No Parameter Peralatan
1 Tekstur Hydrometer, gelas piala, gelas ukur, ayakan, pipet tetes dan
neraca analitik
2 C-Organik Neraca analitik, labu ukur, pipet tetes dan alat titrasi
3 KTK Neraca anlitik, tabung perkolasi, labu ukur dan labu semprot
4 pH Neraca analitik, botol kocok, mesin pengocok dan pH meter
5 Basa-basa Spektrofotemeter, flamefotometer dan atomic absortion
spektrofotometer (AAS)
6 Kejenuhan basa Atomic Absoption Spectrophotometer (AAS)
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Sampel tanah terganggu
16
2. Daftar isian profil (DIP)
3. Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Gorontalo skala 1:50.000
4. Peta Penggunaan Lahan skala 1:50.000
5. Peta Administrasi Kabupaten Pohuwato skala 1:50.000
6. Peta Geologi, Peta Lereng, Peta Jenis Tanah dan Peta Penggunaan Lahan
Kabupaten Pohuwato skala 1:50.000
7. Bahan kimia untuk analisis contoh tanah tercantum pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Bahan serta kegunaannya dalam penelitian
No Parameter Bahan
1 Tekstur Sampel tanah, larutan H2O2 30%, H2O210%, HCL 2N, Na4P207
4%
2 C-Organik Sampel tanah, kalium dikromat 1N, asam sulfat pekat dan larutan
standar 5000 ppm C
3 KTK Sampel tanah, ammonium asetat 1 M, etanol 96%, HCL 4N dan
NaCl 10%
4 pH Sampel tanah, akuades dan KCl 1M
5 Basa-basa Sampel tanah, ammonium asetat 1M, etanol 96%, HCL 4N dan
NaCl 10%
6 Kejenuhan basa Sampel tanah, ammonium asetat 1 M, etanol 96%, HCL 4N dan
NaCl 10%
3.3 Tahapan penelitian
Pengamatan lapangan dilakukan dilakukan secara free survey. Menurut Sys et al.,
(1991) adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan beberapa
langkah yaitu :
1. Tahapan persiapan (pengumpulan data-data)
2. Pembuatan peta kerja
3. Pengambilan sampel dan pengambilan data kuisioner
17
4. Analisis contoh tanah laboratorium
5. Analisis kesesuaian iklim dan lahan
6. Analisis Hubungan Antara Produktivitas Dan Indeks Lahan
3.3.1 Pengumpulan data penelitian
Tahapan ini meliputi studi pustaka dan pengumpulan berbagai macam data
sekunder antara lain peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000 (2110-42)
Bakosurtanal (1991), Peta Administrasi Pohuwato (RTRW Kab. Pohuwato), data
curah hujan, data suhu/temperatur, data produksi tanaman Kakao Kecamatan
Taluditi Kabupaten Pohuwato.
3.3.2 Pembuatan peta kerja
Peta kerja yang dimaksud adalah peta unit lahan yang akan digunakan sebagai
acuan dalam pengambilan/meletakkan posisi pengamatan profil tanah. Peta ini
dihasilkan dari overlay peta lereng, peta geologi, peta jenis tanah dan peta
penggunaan lahan lokasi penelitian pada skala yang sama. Peta Kerja Kecamatan
Taluditi ditunjukan pada Gambar 3.1
3.3.3 Pengambilan sampel tanah dan kuisioner
Pada tahapan ini, dilakukan pengambilan contoh tanah pada profil pewakil
masing-masing unit lahan. Tahapan selanjutnya adalah melakukan wawancara
terhadap petani setempat sebagai bahan informasi pendukung dalam penelitian.
Untuk melakukan wawancara digunakan daftar pertanyaan (quetionary). Variabel
yang akan digali dalam interview ini, meliputi:
(a) Luas tanam, luas potensi pengembangan komoditas kakao;
(b) Produksi dan produktivitas petani;
18
(c) Pendapatan yang dicapai petani sekarang;
(d) Manajemen pertanaman (Pupuk, pengolahan tanah dan varietas benih)
3.4 Analisis contoh tanah di laboratorium
Analisis contoh tanah dilakukan untuk menetapkan nilai karakteristik tanah fisik
dan kimia di tiap unit lahan. Adapun karakteristik taah yang dianalisis ditunjukkan
pada tabel 3.2.
3.5 Analisis kesesuaian iklim dan lahan
3.5.1 Analisis kesesuaian iklim
a. Penentuan persyaratan iklim dan tanah untuk tanaman tahunan yang di
ambil berdasarkan literatur (Sys et al, 1991)
b. Pembobotan untuk masing-masing karakteristik iklim
c. Perhitungan indeks iklim berdasarkan metode storie.
........(1)
Rc = ( 0,9 x Ic ) + 16,67 (Jika, 25 < Ic < 92,5)
Rc = ( 1,6 x Ic ) (Jika, Ic < 25)
Keterangan :
Ic = Indeks iklim
A = Rating curah hujan
B = Rating panjang musim kemarau
C = Rating temperatur tahunan
D = Rating temperaturemaksimum
E = Rating temperaturminimum
F = Rating kelembaban udara relatif
19
3.5.2 Analisis kesesuaian lahan
Prosedur penetapan indeks dan kelas lahan sebagai berikut:
a. Penetapan karakteristik lahan daerah penelitian
b. Penentuan persyaratan lahan untuk tanaman tahunan (Sys et al., 1991)
c. Pembobotan untuk masing-masing karakteristik lahan
d. Perhitungan indeks lahan berdasarkan metode storie dapat dilihat pada
persamaan 2 :
........(2)
Keterangan :
I = Indeks Lahan
A = Rating iklim
B = Rating kelerengan
C = Rating banjir
D = Rating drainase
E = Rating tekstur
F = Rating kedalaman tanah
G = Rating batuan permukaan
H = Rating KTK
I = Rating kejenuhan basah
J = Rating jumlah kation dasar
K = Rating pH
L = Rating C-Organik
M = Rating Daya Hantar Listrik
Nilai I :
100-75 S1
75-50 S2
50-25 S3
25-0 N
20
3.6 Analisis hubungan antara produktivitas dan indeks lahan pada
pertanaman kakao
Data produksi hasil wawancara dengan petani dan pengukuran langsung pada
sejumlah ubinan pada masing-masing satuan lahan dibuat hubungannya dengan
indeks lahan yang ditunjukkan dalam satu grafik sumbu y yang diwakili dengan
produktivitas lahan (ton/ha) dan sumbu x yang diwakili dengan indeks kesesuaian
lahan. Hubungan ini di analisis dengan menggunakan analisis korelasi Pearson
sehingga dapat diperoleh petunjuk hubungan/korelasi karakteristik lahan (x)
dengan produktivitas kakao (y).
22
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Letak geografis dan batas administrasi
Lokasi Penelitian terletak di Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, Provinsi
Gorontalo. Secara geografis daerah ini terletak di antara 0o59’33.5“-0o 35’11.9”
LU dan 121o45’39.16”-121o57’58” BT.
Lokasi tersebut secara administratif berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Laut Sulawesi
Sebelah Timur : Kecamatan Patilanggio dan Kecamatan Buntulia
Sebelah Selatan : Kecamatan Randangan
Sebalah Barat : Kecamatan Wonggarasi
Kecamatan Taluditi terletak di Kabupaten Pohuwato, yang memiliki luas
sebesar 159.97 km2. Kecamatan ini terdiri dari tujuh desa yaitu meliputi Panca
Karsa I, Panca Karsa II, Tirto Asri, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya, dan Marisa
VI. Peta Administrasi Kecamatan Taluditi ditampilkan pada Gambar 4.2.
4.2 Iklim
Berdasarkan data curah hujan 10 tahun terakhir (2007-2016) berkisar ±1300-2600
mm/tahun dengan intesitas hujan per bulan yang mencapai 90–250 mm/bulan.
Berdasarkan data tersebut tipe iklim menurut klasifikasi Oldeman, Kecamatan
Taluditi termasuk iklim C1. Curah hujan memiliki puncak yaitu pada bulan
Januari, dengan jumlah curah hujan rata-rata bulanan sebesar 249 mm (Gambar
4.1).
23
249
108
186
205
236
200
157
91104
182
215
166
0
50
100
150
200
250
300
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Gambar 4.1 Curah hujan rata-rata bulanan Kecamatan Taluditi tahun 2007-2016
4.3 Tanah
Berdasarkan peta tanah tinjau Kecamatan Taluditi Skala 1:50.000 maka jenis
tanah yang terdapat di Kecamatan Taluditi ditemukan lima jenis tanah, jenis tanah
tersebut dipaparkan dalam Tabel 4.1 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.1 Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Taluditi
Jenis Tanah Luas (ha) Persentase (%)
Dystropepts, Tropudalfs, Troporthents 1019,74 1,37
Dystropepts, Humitropepts, Tropohumults 49835,97 67,16
Tropudults, Dystropepts 20024,21 26,98
Tropalquepts, Tropofluvents 2074,92 2,80
Dystropepts, Tropudalfs 1253,75 1,69
Luas Total 74208,59 100
Sumber : RTRW Kab. Pohuwato , 2010.
4.4 Geologi
Berdasarkan pete geologi skala 1 : 50.000 ditemukan lima jenis formasi geologi.
Ke lima jenis formasi tersebut di paparkan dalam Tabel 4.2 dan Gambar 4.4.
24
Tabel 4.2 Jenis Formasi Geologi/Bahan Induk yang terdapat di Kecamatan
Taluditi
Jenis Formasi Geologi Luas (ha) Persentase (%)
Qal
Teot
Tmr
1521,87
49703,89
4716,74
1,86
60,68
5,76
Tppv 1911,72 2,33
Tpwv 24062,37 29,37
Luas Total 81916,59 100
Sumber : RTRW Kab. Pohuwato , 2010.
Keterangan :
Qal : Aluvium Sungai, Lempung, Pasir, kerikil dan bongkah batuan beku dan
kuarsit.
Teot : lava basal, lava andesit, breksi gunung api, dengan selingan batu pasir
wake, batu pasir hijau, batu lanau, batu gamping merah, batu gamping
kelabu, dan sedikit batuan termalihkan. Umur dari satuan batuan ini
diperkirakan Eosen hingga Miosen Awal. Satuan batuan dari formasi ini
terdapat di daerah sekitar G. Tahupo (828 m) di sebelah selatan.
Tmr : Formasi Rantau ikil, Batu pasir lempungan, batupasir tufaan, batu pasir
gampingan, batu lempung pasiran, batu lempung tufaan, napal dan lensa
tipis batu gamping, berlapis baik. Ditemukan Globigerina, ElpHidium,
Hastigerina sp, Catapsydrax sp, Rotalia becarii (LIIN) dan Miogysina
yang berumur Te dan Tf (Oligosen awal sampai Miosen) dan juga
Ostrakoda. Tebalnya sekurang-kurangnya 1.000 meter.
Tppv : Batuan Gunungapi Pani terdiri dari dasit, andesit, tuf, dan aglomerat.
Lava andesit merupakan penyusun utama di formasi ini. Berstruktur
masif, warna abu – abu, bertekstur porfiritik, dengan fenokris terdiri dari
feldspar dan kuarsa. Sedang lava andesit berwarna abu–abu dengan
25
tekstur porfiro-afanitik, dan masif. Tuf berwarna abu abu muda,
bersusunan dasit dan kompak.
Tpwv : breksi gunung api, aglomerat, tuf, tuf lapili, lava andesit dan lava basal.
Satuan batuan ini diperkirakan berumur Pliosen Awal dengan ketebalan
diperkirakan 1.000 hingga 1.500 meter.
4.5 Topografi
Berdasarkan Peta Topografi skala 1 : 50.000 ditemukan lima jenis kemiringan
lereng. Ke lima jenis kemiringan lereng tersebut di paparkan dalam Tabel 4.3 dan
Gambar 4.5.
Tabel 4.3 Jenis topografi dan Kelas Lereng yang terdapat di Kecamatan Taluditi
Kemiringan Lereng (%) Luas (ha) Persentase (%)
0-3
8-15
15-25
25-45
>45
5173,44
1533,25
1890,64
34898,5
38411,84
6,32
1,87
2,31
42,61
46,90
Luas Total 81907,67 100
Sumber : RTRW Kab. Pohuwato , 2010.
4.6 Penggunaan lahan
Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan skala 1 : 50.000 ditemukan lima jenis
penggunaan lahan. Ke lima jenis penggunaan lahan tersebut di paparkan dalam
Tabel 4.4 dan Gambar 4.6.
Tabel 4.4 Jenis penggunaan lahan yang terdapat diKecamatan Taluditi
Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)
Hutan Lahan Kering Primer 51896,95 63,35
Hutan Lahan Kering Sekunder 22909,56 27,97
Permukiman 707,9 0,86
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 1539,21 1,88
Perkebunan 4866,87 5,94
Luas Total 81920,49 100
Sumber : RTRW Kab. Pohuwato , 2010.
31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik iklim daerah penelitian
5.1.2 Curah hujan
Berdasarkan data curah hujan 10 tahun terakhir (2007-2016) berkisar ±1300-2600
mm/tahun, maka iklim di Kecamatan Taluditi menurut Oldemen termasuk tipe
iklim C1 dengan jumlah bulan basah lebih dari 5.
5.1.3 Temperatur
Berdasarkan data yang diperoleh dari stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo,
daerah penelitian memiliki temperatur rata-rata berkisar 22-25 oC dan temperatur
minimum berkisar 24-28 oC. Temperatur pada daerah penelitian sesuai untuk
pertumbuhan tanaman kakao. Menurut Siregar,et al., (2009), temperatur ideal bagi
pertumbuhan kakao adalah 30-32 oC (maksimum) dan 18-21
oC (minimum).
Kakao dapat juga tumbuh dengan baik pada temperatur minimum 15 oC per bulan
dengan temperatur minimum absolute 10 oC per bulan.
5.1.4 Kelembaban udara
Daerah penelitian memiliki kelembaban rata-rata berkisar 70-85 %. Nilai tersebut
cukup sesuai untuk persyaratan tumbuh yang dikehendaki tanaman kakao.
Menurut Sys et al (1993), kelembaban udara relatif yang dikehendaki tanaman
kakao adalah sekitar 80 %, tanpa fluktuasi yang berarti kelembaban yang
berlebihan tidak berbahaya secara langsung, tapi dapat menambah hama dan
penyakit.
32
5.2 Karakteristik lahan
Profil 1
Profil 1 terletak pada koordinat 121° 50' 47,652" Edan 0° 44' 27,478" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 16-30 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa hutan. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan bahwa titik pengamatan 1 memiiki pH 5.75 pada lapisan 1, 5.74
pada lapisan 2, dan 5.72 pada lapisan 3, KTK sedang 22,53 cmol/kg liat tanah, C-
Organik rendah 1,96 %, Kejenuhan basa sedang 45 %, tekstur pada lapisan 1
lempung berpasir, lapisan 2 liat, dan lapisan 3 liat berdebu, ESP pada lapisan 1
5,29 %, lapisan 2 2,52 %, dan pada lapisan 3 2,56 %, ECe lapisan 1 0,22 dsm-1
,
lapisan 2 0,15 dsm-1
dan pada lapisan 3 0,14 dsm-1
.
Profil 2
Profil 2 terletak pada koordinat 121° 48' 49,872" E dan 0° 39' 7,190" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 16-30 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa hutan. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan bahwa titik pengamatan 2 memiiki pH 5.85 pada lapisan 1, 5.80
pada lapisan 2, dan 5.51 pada lapisan 3, KTK sedang 19,74 cmol/kg liat tanah, C-
Organik tinggi 2,43 %, Kejenuhan basa sedang 48 %, tekstur pada lapisan 1
lempung berpasir, lapisan 2 lempung berliat dan lapisan 3 lempug berliat, ESP
pada lapisan 1 2,84 %, lapisan 2 2,84 %, dan pada lapisan 3 2,47 %, ECe lapisan 1
1,14 dsm-1
, lapisan 2 0,34 dsm-1
dan pada lapisan 3 0,31 dsm-1
.
33
Profil 3
Profil 3 terletak pada koordinat 121° 48' 22,869" E dan 0° 38' 33,055" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa hutan. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan bahwa titik pengamatan 3 memiiki pH 5.82 pada lapisan 1,5.6
pada lapisan 2, dan 5,46 pada lapisan 3, KTK sedang 21,93 cmol/kg liat tanah, C-
Organik rendah 1,93 %, Kejenuhan basa sedang 49 %, tekstur pada lapisan 1
lempung berpasir, lapisan 2 lempung berdebu dan lapisan 3 lempug berdebu, ESP
pada lapisan 1 2,57 %, lapisan 2 2,17 %, dan pada lapisan 3 4,35 %, ECe lapisan 1
0,78 dsm-1
, lapisan 2 0,49 dsm-1
dan pada lapisan 3 0,33 dsm-1
.
Profil 4
Profil 4 terletak pada koordinat 121° 50' 35,187" E dan 0° 38' 53,400" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 8-15 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa kebun sawit. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 4 memiiki pH 5,98 pada
lapisan 1, 5,84 pada lapisan 2, dan 5,78 pada lapisan 3, KTK sedang 2,73
cmol/kg liat tanah, C-Organik tinggi 2,10 %, Kejenuhan basa sedang 48 %,
tekstur pada lapisan 1 lempung berdebu, lapisan 2 lempung berliat dan lapisan 3
liat, ESP pada lapisan 1 3,14 %, lapisan 2 2,89 %, dan pada lapisan 3 2,52 %, ECe
lapisan 1 0,53 dsm-1
, lapisan 2 0,35 dsm-1
dan pada lapisan 3 0,175 dsm-1
.
34
Profil 5
Profil 5 terletak pada koordinat 121° 51' 37,610" E dan 0° 37' 33,493"N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa hutan. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan bahwa titik pengamatan 5 memiiki pH 5,98 pada lapisan 1, 5,84
pada lapisan 2, dan 5,78 pada lapisan 3, KTK sedang 22,73 cmol/kg liat tanah, C-
Organik tinggi 2,10 %, Kejenuhan basa sedang 48 %, tekstur pada lapisan 1
lempung berdebu, lapisan 2 lempung berdebu dan lapisan 3 lempung berdebu,
ESP pada lapisan 1 3,27 %, lapisan 2 3,30 %, dan pada lapisan 3 2,65 %, ECe
lapisan 1 0,98 dsm-1
, lapisan 2 0,91 dsm-1
dan pada lapisan 3 0,57 dsm-1
.
Profil 6
Profil 6 terletak pada koordinat 121° 50' 40,406" E dan 0° 45' 0,518" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 16-30 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa hutan. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan bahwa titik pengamatan 6 memiiki pH 6,04 pada lapisan 1, 5,96
pada lapisan 2, dan 5,86 pada lapisan 3, KTK sedang 20,34 cmol/kg liat tanah, C-
Organik tinggi 1,91 %, Kejenuhan basa tinggi 64 %, tekstur pada lapisan 1 pasir,
lapisan 2 pasir berlempung dan lapisan 3 lempung berpasir, ESP pada lapisan 1
5,34 %, lapisan 2 1,76 %, dan pada lapisan 3 2,76 %, ECe lapisan 1 1,21 dsm-1
,
lapisan 2 0,64 dsm-1
dan pada lapisan 3 0,47 dsm-1
.
Profil 7
Profil 7 terletak pada koordinat 121° 53' 51,830" E dan 0° 38' 3,903" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
35
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa lahan jagung. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 7 memiiki pH 5,89 pada
lapisan 1, 5,90 pada lapisan 2, dan 5,71 pada lapisan 3, KTK tinggi 28,31
cmol/kg liat tanah, C-Organik tinggi 2,11 %, Kejenuhan basa sedang 48 %,
tekstur pada lapisan 1 liat, lapisan 2 liat dan lapisan 3 liat berdebu, ESP pada
lapisan 1 5,34 %, lapisan 2 1,76 %, dan pada lapisan 3 2,76 %, ECe lapisan 1 0,47
dsm-1
, lapisan 2 0,33 dsm-1
dan pada lapisan 3 0,38 dsm-1
.
Profil 8
Profil 8 terletak pada koordinat 121° 50' 31,002" E dan 0° 43' 49,713" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 16-30 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa lahan kakao. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 8 memiiki pH 5,91 pada
lapisan 1, dan 6,07 pada lapisan 2, KTK sedang 22,53 cmol/kg liat tanah, C-
Organik rendah 1,60 %, Kejenuhan basa sedang 43 %, tekstur pada lapisan 1
lempung berdebu dan lapisan 2 lempung, ESP pada lapisan 1 2,84 %, dan lapisan
2 1,89 %, ECe lapisan 1,87 dsm-1
, dan lapisan 2 0,65 dsm-1
.
Profil 9
Profil 9 terletak pada koordinat 121° 48' 18,935" E dan 0° 35' 58,849" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa lahan kakao. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 9 memiiki pH 6,18 pada
lapisan 1, dan 6,14 pada lapisan 2, KTK sedang 18,94 cmol/kg liat tanah, C-
Organik tinggi 2,00 %, Kejenuhan basa sedang 49 %, tekstur pada lapisan 1
36
lempung dan lapisan 2 pasir, ESP pada lapisan 1 2,05 %, dan lapisan 2 2,62 %,
ECe lapisan 0,69 dsm-1
, dan lapisan 2 0,55 dsm-1
.
Profil 10
Profil 10 terletak pada koordinat 121° 48' 59,406" E dan 0° 37' 15,413" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase buruk dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa hutan.Hasil analisis laboratorium
menunjukkan bahwa titik pengamatan 10 memiiki pH 6,06 pada lapisan 1, KTK
sedang 19,54 cmol/kg liat tanah, C-Organik rendah 1,96 %, Kejenuhan basa
sedang 43 %, bertekstur lempung berpasir, dan ESP 3,31 %, ECe 0,81 dsm-1
,
Profil 11
Profi 11 terletak pada koordinat 121° 53' 52,801" E dan 0° 39' 16,030" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa lahan jagung. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 11 memiiki pH 6,08 pada
lapisan 1, dan 6,13 % pada lapisan 2, KTK rendah 15,15 cmol/kg liat tanah, C-
Organik tinggi 2,11 %, Kejenuhan basa tinggi 61 %, tekstur pada lapisan 1
lempung berpasir dan lapisan 2 pasir berlempung, ESP pada lapisan 1 3,91 %, dan
lapisan 2 2,70 %, ECe lapisan 0,25 dsm-1
, dan lapisan 2 0,88 dsm-1
.
Profil 12
Profil 12 terletak pada koordinat 121° 50' 22,641" E dan 0° 46' 37,103" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 8-15 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa lahan jagung. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 12 memiiki pH 6,09 % pada
37
lapisan 1, dan 6,13 pada lapisan 2, KTK rendah 14,56 cmol/kg liat tanah, C-
Organik rendah 1,76 %, Kejenuhan basa tinggi 63%, tekstur pada lapisan 1
pasirdan lapisan 2 lempung berpasir, ESP pada lapisan 1 3,19 %, dan lapisan 2
3,29 %, ECe lapisan 0,97 dsm-1
, dan lapisan 2 0,50 dsm-1
.
Profil 13
Profil 13 terletak pada koordinat 121° 48' 28,460" E dan 0° 36' 26,295" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 8-15 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa campuran tanaman jagung dan
kakao. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 13
memiiki pH 6,12 pada lapisan 1, dan 6,18 pada lapisan 2, KTK rendah 14,36
cmol/kg liat tanah, C-Organik rendah 1,81%, Kejenuhan basa tinggi 67 %, tekstur
pada lapisan 1 lempung berpasir dan lapisan 2 lempung liat berpasir, ESP pada
lapisan 1 3,42 %, dan lapisan 2 3,32 %, ECe lapisan 0,85 dsm-1
, dan lapisan 2
0,37 dsm-1
.
Profil 14
Profil 14 terletak pada koordinat 121° 52' 37,962" E dan 0° 38' 51,901" N. Bentuk
wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.
Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa lahan jagung. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 14 memiiki PH 6,16 pada
lapisan 1, dan 6,13 pada lapisan 2, KTK sedang 17,21 cmol/kg liat tanah, C-
Organik rendah 1,92 %, Kejenuhan basa sedang 58 %, tekstur pada lapisan 1
lempung berpasir dan lapisan 2 lempung berpasir, ESP pada lapisan 1 2,95 %, dan
lapisan 2 1,94 %, ECe lapisan 0,69 dsm-1
, dan lapisan 2 0,70 dsm-1
.
38
Profil 15
Profil 15 terletak pada koordinat 121° 51' 9,111" E dan 0° 54' 32,902" N. Untuk
profil ini tidak dilakukan proses pengambilan sampel, karena titik ini berada di
kelerengan >45 % dan penggunaan lahan di sekitar titik adalah hutan lindung.
5.3 Tanaman kakao
5.3.1 Analisis kesesuaian iklim tanaman kakao
Analisis kesesuaian iklim daerah penelitian pada tanaman kakao sesuai marginal
(S3). Penentuan indeks iklim dan kelas kesesuaian iklim dilakkan dengan metode
storie, dengan memperhatikan persyaratan iklim untuk tanaman kakao.
Karakteristik iklim tiap wilayah antara lain curah hujan, panjang musim kemarau,
rata-rata suhu tahunan, dan kelembaban udara relatif.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan persamaan Storie pada
daerah penelitian memiliki indeks iklim 36,19. Kelas kesesuaian iklim sesuai
marginal (S3) untuk pengembangan tanaman kakao dengan faktor pembatas
kelembaban udara relatif. Hasil analisis kesesuaian iklim pada daerah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 5.1. Nilai indeks iklim (Ic) dikonversi menjadi nilai bobot
iklim yaitu 49,24.
Tabel 5.1 Klasifikasi kelas kesesuaian iklim wilayah penelitian
Parameter Nilai
CH Tahunan 91
Panjang Musim Kemarau 100
Rata-rata Suhu Tahunan 95,5
Rata-rata suhu Tahunan Maksimum 85
Rata-rata suhu Tahunan Minimum 100
Kelembaban Udara Relatif 49
Indeks Iklim (IC) 36,19
Kesesuaian Iklim S3
39
5.3.2 Analisis kesesuaian lahan tanaman kakao
Penentuan indeks lahan dan kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan metode
storie, dengan memperhatikan persyaratan lahan untuk tanaman kakao dan
karakteristik lahan tiap wilayah antara lain iklim, sifat fisik dan sifat kimia lahan
dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran 9.
Analisis kesesuaian lahan yang dilakukan berdasarkan metode storie
menunjukan bahwa nilai indeks lahan pada rata-rata daerah penelitian antara 9,42
sampai 39,88. Pada profil 1 memiliki nilai indeks lahan 17,73 dan kelas
kesesuaian lahan tergolong tidak sesuai (N) dengan faktor pembatas kelerengan.
Profil 2 memiliki nilai indeks lahan 18,71 dan kelas kesesuaian lahan tergolong
tidak sesuai (N) dengan faktor pembatas kelerengan. Profil 3 memiliki nilai indeks
lahan 16,84 dan kelas kesesuaian lahan tergolong tidak sesuai (N) dengan faktor
pembatas tekstur. Profil 4 memiliki nilai indeks lahan 27,83 dan kelas kesesuaian
lahan tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas iklim. Profil 5
memiliki nilai indeks lahan 31,91 dan kelas kesesuaian lahan tergolong sesuai
marginal (S3) dengan faktor pembatas iklim. Profil 6 memiliki nilai indeks lahan
9,42 dan kelas kesesuaian lahan tergolong tidak sesuai (N) dengan faktor
pembatas tekstur dan kelerengan. Profil 7 memiliki nilai indeks lahan 31,91 dan
kelas kesesuaian lahan tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas
iklim. Profil 8 memiliki nilai indeks lahan 19,94 dan kelas kesesuaian lahan
tergolong tidak sesuai (N) dengan faktor pembatas kelerengan. Profil 9 memiliki
nilai indeks lahan 39,88 dan kelas kesesuaian lahan tergolong sesuai marginal
(S3) dengan faktor pembatas iklim. Profil 10 memiliki nilai indeks lahan 26,92
40
dan kelas kesesuaian lahan tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor
pembatas iklim. Profil 11 memiliki nilai indeks lahan 33,24 dan kelas kesesuaian
lahan tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas iklim. Profil 12
memiliki nilai indeks lahan 15,51 dan kelas kesesuaian lahan tergolong tidak
sesuai (N) dengan faktor pembatas tekstur. Profil 13 memiliki nilai indeks lahan
23,27 dan kelas kesesuaian lahan tergolong tidak sesuai (N) dengan faktor
pembatas iklim. Profil 14 memiliki nilai indeks lahan 29,91 dan kelas kesesuaian
lahan tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas iklim. Hasil analisis
kesesuaian lahan dan kelas kesesuaian tanaman kakao pada daerah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan untuk kelas kesesuaian lahan dan faktor pembatas
tanaman kakao di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Berdasarkan besarnya indeks lahan dengan menggunakan hubungan antara
indeks lahan dengan kelas kesesuaian lahan sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sys et al.,(1991), maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kakao pada daerah
penelitian tergolong pada kelas S3 (sesuai marginal) dan N (tidak sesuai). Hal ini
sejalan dengan hasil kakao di lapangan yang diperoleh melalui wawancara dengan
petani kakao setempat. Hasil produktivitas kakao di daerah penelitian yang jika
dihubungkan dengan pendugaan hasil menurut Sys et al.,(1991), bahwa unit lahan
yang tergolong S3 dapat menghasilkan produksi optimal 1,2 – 1,4 ton/ha dari
asumsi produksi optimal kakao untuk hasil komersial yang baik sekitar 1,5-2,5
ton/ha sedangkan untuk hasil petani kecil sekitar 0,8 – 1,5 ton/ha. Peta kesesuaian
lahan dapat dilihat pada Gambar 5.2.
41
Tabel 5.2 Indeks kesesuaian lahan dan kelas kesesuaian tanaman kakao di lokasi
Penelitian
Titik pewakil unit lahan Indeks Kelas
1 17.73 N
2 18.71 N
3 16.84 N
4 27.83 S3
5 31.91 S3
6 9.42 N
7 31.91 S3
8 19.94 N
9 39,88 S3
10 26.92 S3
11 33.24 S3
12 15.51 N
13 23.27 N
14 29,91 S3
Tabel 5.3 Kelas kesesuaian lahan dan faktor pembatas tanaman kakao di lokasi
penelitian
Unit
Lahan
Kelas
Kesesuaian Faktor Pembatas Luas (Ha) Persentase (%)
1 Nt Kelerengan 13862.3 24.0
2 Nt Kelerengan 1037.5 1.8
3 Ns Tekstur 1373.6 2.4
4 S3c Iklim 2699.2 4.7
5 S3c Iklim 478.9 0.8
6 Nts Kelerengan, tekstur 2018.2 3.5
7 S3c Iklim 13.0 0.02
8 Nt Kelerengan 12884.3 22.3
9 S3c Iklim 868.3 1.5
10 S3c Iklim 417.4 0.7
11 S3c Iklim 499.3 0.9
12 Ns Tekstur 20021.2 34.7
13 Nt Kelerengan 829.7 1.4
14 S3c Iklim 761.6 1.3
Total 57764.61 100
Keterangan :
s = Sifat fisik tanah
t = Topografi
c = Curah hujan
Faktor pembatas dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor pembatas yang tidak
dapat diperbaiki dan faktor pembatas yang dapat diperbaiki. Faktor pembatas yang
tidak dapat diperbaiki seperti kedalaman tanah, iklim dan lain sebagainya. Serta
42
faktor pembatas yang dapat diperbaiki seperti kandungan unsur hara, kemasaman,
dan sebagainya.
Berdasarkan hasil analisis tanah di Kecamatan Taluditi Kabupaten
Pohuwato memiliki beberapa kelas tekstur yaitu lempung, lempung berliat,
lempung berdebu, lempung berpasir dan liat. Kelas tekstur tersebut termasuk
dalam jenis tekstur yang cocok untuk budidaya tanaman kakao. Untuk menunjang
pertumbuhannya, tanaman kakao menghendaki tanah yang subur dengan
kedalaman efektif lebih dari 1,5 meter. Ini penting mengingat akar tunggang
tanaman dapat leluasa untuk menembus tanah sehingga pertumbuhan akar dapat
optimal dan tidak kerdil. Pertumbuhan akar yang tidak optimal dan kerdil dapat
menurunkan produktivitas tanaman kakao (Liyanda et al., 2012).
Wahyudi et al.(2008), menyebutkan tanah yang cocok untuk tanaman
kakao adalah yang bertekstur lempung liat (clay loam) yang merupakan
perpaduan antara 50 % pasir, 10-20 % debu dan 30-40 % liat. Tekstur tanah ini
dianggap memiliki kemampuan menahan air yang tinggi dan memiliki sirkulasi
udara yang baik.
Tanah dikatakan memiliki sifat fisik yang baik adalah jika mampu
menahan air dengan baik, lebih tepatnya memiliki peredaran udara/aerasi dan
penyediaan air/drainase tanah yang baik bagi pertumbuhan dan
pernapasan/respirasi akar. Kelas tekstur ini tidak dapat diperbaiki untuk merubah
kelas kesesuaian lahan, namun pengaruh negatif dari tekstur tersebut dapat
dikurangi dengan pemberian pupuk organik (Novelman et al.,2012).
43
Faktor pembatas retensi hara dan ketersediaan hara dapat diperbaiki dengan
memberikan input teknologi pada tingkat medium yaitu, pengapuran dan
pemberian pupuk N, P, K, dan pupuk organik. Dengan perbaikan ini dapat
memperbaiki kondisi hara tanah, sifat fisika, kimia dan biologi tanah, sehingga
kelas kesesuaian lahan meningkat atau terperbaiki, walaupun masih tetap kelas S3
(sesuai marginal) (Novelman et al., 2012).
Jika pH lebih dari 8 dan kurang dari 4 maka tanaman kakao tidak dapat
tumbuh dengan baik, karena tanaman kakao menghendaki pH antara 6-7. Untuk
meningkatkan pH dapat dilakukan dengan cara pengapuran. Dimana
pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari sangat masam atau
masam ke pH agak netral atau netral, serta menurunkan kadar Al (Layli,2012).
Menurut Maspary (2011) yang dikutip Layli (2012), Kadar Ca dan Mg
dapat dinaikkan dengan cara memberikan dolomit atau kapur, selain
meningkatkan pH tanah pemberian kapur juga dapat meningkatkan kadar Ca
dan kejenuhan basa. Terdapat hubungan yang sangat nyata antara takaran
kapur dengan Al dan kejenuhan Al. Dosis kapur disesuaikan dengan pH tanah,
umumnya sekitar 3 ton/ha, berkisar antara 1-5 ton/ha. Kapur yang baik adalah
kapur magnesium atau dolomit yang dapat sekaligus menyuplai Ca dan Mg.
Meningkatnya pH akan meningkatkan kesuburan tanah karena unsur-unsur
yang sifatnya beracun bagi tanaman akan menurun. Dengan usaha perbaikan pH
tersebut dapat meningkatkan kelas kesesuaian lahan dari S3 (sesuai marginal)
menjadi S2 (cukup sesuai) bahkan bisa menjadi S1 (sangat sesuai).
44
Kandungan bahan organik ditentukan berdasarkan jumlah C-organik,
bahan organik tersebut sangat berperan secara fisik, kimia, dan biologis dalam
menentukan tingkat kesuburan tanah. Faktor pembatas C-organik ini dapat diatasi
dengan pemberian bahan organik berupa pupuk organik. Pupuk organik tersebut
dapat berupa pupuk kompos dan pupuk kandang. Pemberian pupuk organik
tersebut bermanfaat untuk menggemburkan lapisan tanah di permukaan,
meningkatkan populasi jasad renik, dan mempertinggi daya serap dan daya
simpan air. Hal tersebut dapat meningkatkan kesuburan tanah, dan meningkatkan
kelas kesesuaian lahan dari S3 (sesuai marginal) menjadi S2 (cukup sesuai)
dengan tingkat pengelolaan rendah. Pengelolaan lahan dengan tingkat pengelolaan
tinggi dapat meningkatkan dua kelas dari S3 (sesuai marginal) menjadi S1(sangat
sesuai) (Layli, 2012).
5.3.3 Analisis hubungan antara produktivitas dan indeks lahan pada
tanaman kakao
Data produksi hasil wawancara dengan petani pada masing-masing satuan lahan
dibuat hubungannya dengan indeks lahan yang akan ditunjukkan dalam satu
grafik sumbu y yang diwakili dengan produktivitas lahan (ton/ha) dan sumbu x
yang diwakili dengan indeks lahan. Hubungan ini dianalisis dengan menggunakan
analisis korelasi Pearson dan disajikan pada Tabel 5.4 dan Gambar 5.1.
45
Tabel 5.4 Hubungan antara produktivitas dan indeks lahan pada tanaman kakao
Unit Lahan Produktivitas (y) Indeks Lahan (x)
1 1.2 17.73
2 1.1 18.71
3 1 16.84
4 1.3 27.83
5 1 31.91
6 1 9.42
7 1.4 31.91
8 1.1 19.94
9 1.2 39.88
10 1.1 26.92
11 1.2 33.24
12 1 15.51
13 1.1 23.27
14 1.2 29.91
y = 0.0081x + 0.9372
r = 0.5
00,10,20,30,40,50,60,70,80,9
11,11,21,31,41,5
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00
Pro
du
kti
vit
as
(to
n/h
a)
Indeks Lahan
Gambar 5.1 Grafik hubungan antara Indeks Lahan dan Produktivitas Kakao di
Kecamatan Taluditi
Hasil regresi linier antara indeks kesesuaian lahan (IKL) dan produktivitas
kakao di Kecamatan Taluditi menghasilkan persamaan y = 0,0081x + 0,9372
dengan nilai koofisien korelasi atau r = 0,57. Nilai r tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang cukup atau sedang antara indeks kesesuaian lahan dengan
produktivitas kakao, seiring dengan peningkatan nilai IKL, maka terdapat
peningkatan hasil kakao di Kecamatan Taluditi. Nilai ini sekaligus memberi
petunjuk bahwa nilai karakteristik lahan berkaitan cukup erat dengan
produktivitas kakao di Kecamatan Taluditi.
47
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka diperoleh kesimpulan yaitu:
1. Kecamatan Taluditi tergolong wilayah tipe iklim C1, topografi dominan
berbukit dengan kemiringan >25 %, tekstur tanah dominan lempung
berpasir, pasir berlempung, dan liat.
2. Kelas kesesuaian lahan Kecamatan Taluduti untuk kakao didominasi kelas
N (tidak sesuai) seluas 52026,84 ha atau 90,07 % dan sisanya seluas
5737,77 ha atau 9,93 % yang termasuk kelas S3 (sesuai marginal) dengan
faktor pembatas utama seperti iklim, lereng dan tekstur. Indeks kesesuaian
lahan Kecamatan Taluditi untuk kakao berkisar antara 9,42 sampai 39,88.
3. Hubungan antara indeks lahan dan produktivitas kakao tergolong sedang
dengan nilai korelasi r = 0,57 yang berarti seiring dengan peningkatan nilai
indeks lahan disertai dengan kenaikan hasil kakao.
6.2 Saran
Analisis kesesuaian lahan di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato,
sebaiknya bukan untuk kakao, atau diarahkan untuk penggunaan lahan yang
lain. Oleh karena berdasarkan hasil penelitian lahan di Kecamatan Taluditi
dominan tersebut tidak sesuai untuk mengembangkan tanaman kakao.
48
DAFTAR PUSTAKA
Alvim, P. De T., Alvin, R. 1980. Environmental Requirements of Cocoa With
Emphasis on Responses to Shade And Moisture Stress. Proceedings of the
Int. Conf. On Cocoa and Coconuts., 1978 June 21 24,. Centro de Pesquisas
do Cacau (CEPEC), Itabuna, Bahia, Brazil : Kuala Lumpur, Malaysia ; 1980
pp.93-111 ref 32.
Asrul,L., 2013. Agribisnis Kakao. Penerbit Media Bangsa, Jakarta.
Baja, S. 2012. Metode Analitik Evaluasi Sumber Daya Lahan: Aplikasi GIS,
Fuzzy Set, dan MCDM. Identitas Universitas Hasanuddin, Makassar.
Baja, S. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah
Pendekatan Spasial dan Aplikasinya. Andi, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik, 2017. Statistik Daerah Kecamatan Taluditi. Kabupaten
Pohuwato : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato.
Canon, S., Irawaty Igirisa, Faiz Machmud., 2013. Penguatan Kelembagaan
Kelompok Tani Kakao Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di
Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Laporan Akhir Penelitian
Prioritas Nasional Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (2011 – 2025) (Penprinas Mei 2011-2025). Universitas
Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Djaenuddin, D., H. Marwan, H. Subagyo, Mulyani Anny, dan N. Suharta. 2000.
Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Bogor.
FAO, 1976. A Framework for land evaluation. Soils Bulletin no 32; FAO,
Rome.Greenland, D. J. 1997. The Sustainability of Rice Farming. CAB
International,York. 273
Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tataguna Lahan. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Kadariah, Karlina, L., Gray. C., 1978, Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Layli, F., 2012. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kakao ( Theobroma
cacao L.). Universitas Negeri Malang.
Liyanda, M, Abubakar Karim, Yusya Abubakar. 2012. Analisis Kriteria
Kesesuaian Lahan Terhadap Produksi Kakao Pada Tiga Klaster
49
Pengembangan Di Kabupaten Pidie. Jurnal Agrista Vol. 16 No. 2, 2012.
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh.
Maspary. 2011. Mengatasi Tanah Masam dan Basa,(Online), (http://www.
Gerbang pertanian.com/2011/11/mengatasi-tanah-masam-dan-basa.html)
diakses 28 Juli 2012.
Mustaman, W. 2016. Evaluasi Kesesuaian Lahan Kecamatan Pitu Riawa
Kabupaten Sidrap Untuk Budidaya Padi Irigasi Dan Jagung. Universitas,
Hasanuddin.Makassar.
Novelman, T, Abubakar Karim, Ashabul Anhar. 2012.Analisis Kesesuaian Lahan
Kakao di Kabupaten Simeulue. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2008. Bahan Tanaman Unggul
Kakao. Pedoman Teknis Budidaya Kakao. Puslit Kopi dan Kakao
Indonesia. Jember
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004, Panduan Lengkap Budidaya
Kakao, 13, Jakarta, Agromedia Pustaka.
Rayes, L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit
Andi,Yogyakarta.
Sys, C., E. V. Ranst, J. Debaveye, dan F. Beernaert. 1991. 1993. Land
Evaluationpart III Crop Requirements. General Administration for
Development Cooperation Place du Champ de Mars 5 bte 57 – 1050
Brussels – Belgium.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universita Indonesia press, Jakarta
Wahyudi, T. R. Panggabean, & Pujianto. 2008. Panduan Lengkap Kakao. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Wood, G. A. R. and R. A. Lass. 1987. Cocoa (4th edition). Longman. London.
50
LAMPIRAN
Lampiran1. Hasil Analisis Sifat Kimia Kecamatan Taluditi
NoKode
Sampel
Unit
LahanCa Mg K Na
Basa-
BasaKTK KB C-Org PASIRDEBU LIAT pH H20 ESP ECE Tekstur
--% -- dsm-1
1 T1L1 6,93 0,36 0,23 0,42 7,94 17,55 45 1,52 56 29 15 5.75 5,29 0,23
2 T1L2 8,29 0,86 0,52 0,25 9,92 22,53 44 1,89 35 7 58 5.74 2,52 0,15
3 T1L3 7,96 0,57 0,22 0,23 8,98 20,14 45 1,78 17 41 42 5.72 2,56 0,15
4 T2L1 7,73 0,75 0,41 0,26 9,14 19,14 48 2,43 55 38 7 5.85 2,84 1,14
5 T2L2 7,13 1,22 0,19 0,25 8,79 19,54 45 1,46 39 30 31 5.80 2,84 0,34
6 T2L3 7,55 0,92 0,23 0,22 8,92 19,74 45 1,60 29 35 36 5.51 2,47 0,32
7 T3L1 8,08 0,80 0,22 0,24 9,35 18,94 49 1,78 35 36 28 5.82 2,57 0,79
8 T3L2 8,08 2,11 0,17 0,23 10,59 21,93 48 1,46 4 43 53 5.62 2,17 0,49
9 T3L3 6,66 0,88 0,16 0,35 8,05 21,14 38 1,93 8 45 47 5,46 4,35 0,33
10 T4L1 6,95 0,51 0,24 0,25 7,95 19,34 41 2,10 19 54 27 5.98 3,14 0,53
11 T4L2 6,72 1,87 0,16 0,26 9,01 18,94 48 2,00 27 36 37 5.84 2,89 0,35
12 T4L3 6,77 1,52 0,22 0,22 8,73 22,73 38 1,96 10 40 50 5.78 2,52 0,18
13 T5L1 7,13 0,98 0,17 0,28 8,56 17,95 48 1,77 40 52 8 5.89 3,27 0,98
14 T5L2 6,89 0,57 0,16 0,26 7,88 20,14 39 1,69 24 67 9 5.67 3,30 0,91
15 T5L3 6,54 1,32 0,22 0,22 8,30 22,13 37 1,83 30 56 13 5.88 2,65 0,57
16 T6L1 7,19 1,28 0,14 0,19 8,80 20,34 43 1,70 92 4 5 6.04 2,16 1,21
17 T6L2 6,83 2,11 0,25 0,32 9,52 14,96 64 1,45 86 9 5 5.96 3,36 0,64
18 T6L3 7,55 0,98 0,19 0,25 8,97 16,35 55 1,91 78 11 12 5.86 2,79 0,47
19 T7L1 6,30 1,46 0,22 0,45 8,43 17,55 48 1,92 44 9 47 5.89 5,34 0,48
20 T7L2 8,02 2,35 0,24 0,19 10,80 22,53 48 1,86 17 29 53 5.90 1,76 0,34
21 T7L3 7,82 1,83 0,22 0,28 10,15 28,31 36 2,11 10 48 41 5.71 2,76 0,38
22 T8L1 6,72 1,22 0,28 0,24 8,46 22,53 38 1,60 39 54 7 5,91 2,84 1,87
23 T8L2 7,07 1,58 0,19 0,17 9,01 20,94 43 1,44 42 33 25 6,07 1,89 0,65
24 T9L1 7,31 1,52 0,23 0,19 9,25 18,94 49 2,00 48 44 8 6,18 2,05 0,69
25 T9L2 6,36 1,58 0,24 0,22 8,40 17,15 49 1,08 43 51 7 6,14 2,62 0,56
26 T10L1 10 6,77 1,22 0,19 0,28 8,47 19,54 43 1,96 77 15 8 6,06 3,31 0,82 Lempung berpasir
27 T11L1 6,25 1,36 0,26 0,32 8,19 13,56 60 1,88 75 11 14 6,08 3,91 0,25
28 T11L2 6,74 2,02 0,24 0,25 9,25 15,15 61 2,11 84 7 9 6,13 2,70 0,89
29 T12L1 7,21 1,42 0,17 0,29 9,10 14,36 63 1,76 90 5 6 6,09 3,19 0,97
30 T12L2 6,62 1,19 0,13 0,27 8,21 14,56 56 1,53 68 26 6 6,13 3,29 0,50
31 T13L1 6,74 0,95 0,22 0,28 8,19 13,56 60 1,81 54 33 13 6,12 3,42 0,85
32 T13L2 7,18 1,96 0,19 0,32 9,65 14,36 67 1,04 60 19 20 6,18 3,32 0,38
33 T14L1 6,68 1,30 0,23 0,25 8,46 17,21 49 1,56 74 20 6 6,16 2,95 0,70
34 T14L2 7,16 2,25 0,21 0,19 9,81 16,95 58 1,92 56 37 7 6,13 1,94 0,71
Lempung
Lempung
Lempung berpasir
Pasir berlempung
Lempung berpasir
Lempung berpasir
12
13
14
Lempung berliat
Liat
Liat berdebu
Lempung berliat
Lempung berdebu
Pasir berlempung
Liat
5
6
7
8
9
11
-------------------- cmol/kg -------------------- ---------------------- % ------------------
1
2
3
4
51
Lampiran 2. Curah Hujan selama 10 Tahun terakhir (2007-2016) dari BMKG Gorontalo
Tahun Curah Hujan Bulanan (mm)
Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
2007 180 119 180 143 208 352 134 128 104 188 250 129 2115
2008 309 81 370 278 192 208 279 157 157 268 244 127 2670
2009 283 170 254 308 245 105 91 65 22 160 198 112 2013
2010 159 62 150 237 266 229 271 171 186 268 196 184 2379
2011 238 147 303 190 215 202 88 68 163 149 171 259 2193
2012 261 110 156 245 308 147 218 73 80 134 218 152 2237
2013 265 127 190 227 301 123 194 146 92 158 231 183 2237
2014 450 50 133 179 256 194 98 48 31 88 195 212 1934
2015 237 156 62 123 169 177 57 5 22 31 192 103 1334
2016 106 55 57 117 202 263 144 50 183 374 259 197 2007
Rata-Rata 249 108 186 205 236 200 157 91 104 182 215 166 2098
* BB BL BL BB BB BB BL BL BK BL BB BL
Keterangan : * = Macam Bulan menurut Oldeman
BK (Bulan Kering) = 1
BB (Bulan Basah) = 5
BL ( Bulan Lembab) = 6
Tipe Iklim = C1
52
Lampiran 3. Temperatur Rata-rata selama 5 Tahun terakhir (2011-2015) dari BMKG Gorontalo
Tahun Temperatur Rata-rata
Rata-rata Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
2011 26,6 26,5 26,3 26,3 27,4 26 27 27,4 27,5 27,4 26,7 27,1
2012 26,6 26,6 26,9 27,1 27,3 27,1 26,3 27,1 27,5 27,6 27,2 27
2013 27 26,8 27,6 27,6 27,3 27,3 26,2 26,5 27,2 27,5 27,4 27,2
2014 26 24,2 27,2 26,5 27,4 26,2 27 26,5 27,1 27,7 27,3 27,1
2015 26,7 24,1 27 26,8 27,4 26 26,5 26,8 26,5 27,8 27,2 28,4
Rata-rata 26,58 25,64 27 26,86 27,36 26,52 26,6 26,86 27,16 27,6 27,16 27,36 26,89166667
Sumber : BMKG,Gorontalo, 2016
53
Lampiran 4. Temperatur selama 5 Tahun terakhir (2011-2015) dari BMKG Gorontalo
Tahun Temperatur Maksimum
Rata-rata Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
2011 32 31,9 31,7 32,2 32,5 31,6 32,1 32,7 33,1 33,5 33,2 32,4
2012 31,7 32,5 32,5 32,4 32,8 32,6 31,5 32,8 33,8 34,2 32,8 32,4
2013 32,1 31,8 33,1 33,2 32,4 32,7 31,1 31,4 33,1 33,5 32,5 32,2
2014 31,5 32 32,9 33,3 32,8 32,4 32,3 32,1 33,6 34,8 32,9 32,2
2015 31,6 31,3 32,1 33,8 32,9 31,7 32,3 32,5 33,6 33,9 33,8 33,4
Rata-rata 32 31,9 32,46 33 32,68 32,2 31,86 32,3 33,44 33,98 33,04 32,52 32,615
Sumber : BMKG,Gorontalo, 2016
Tahun Temperatur Maksimum
Rata-rata Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
2011 23,2 23,2 23,6 23,7 23,3 23 22,5 22,1 22,2 22,6 22,7 22,8
2012 23 22,2 22,5 23,5 23,1 22,9 23,1 22,6 22\,6 23,2 24,1 22,8
2013 23,9 23,7 24 24,1 24,4 23,9 23,5 23,1 22,8 23,1 23,7 24
2014 22,9 22,8 23,2 24 24 23,8 22,9 22,7 21,2 21,9 24,1 24,2
2015 23,6 23,5 23,4 23,6 23,8 23,5 22,3 21,7 21,1 22,1 24,2 24,3
Rata-rata 23,32 23,08 23,34 23,78 23,72 23,42 22,86 22,44 21,98 22,58 23,8 23,62 23,161
54
Lampiran 5. Kelembaban Rata-rata selama 5 Tahun terakhir (2011-2015) dari BMKG Gorontalo
Tahun Bulan Rata-
rata Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
2011 84 85 86 82 84 81 80 75 77 81 81 84
2012 84 85 84 85 84 84 85 79 77 78 85 81
2013 85 84 82 83 86 85 86 82 77 78 81 84
2014 84 72 80 82 84 82 80 81 73 70 84 85
2015 85 75 80 77 82 82 77 71 62 66 78 78
Total 422 401 412 409 420 414 408 388 366 373 409 412
Rata-
rata 84,4 80,2 82,4 81,8 84 82,8 81,6 77,6 73,2 74,6 81,8 82,4 80,56667
Sumber : BMKG,Gorontalo, 2016
55
Lampiran 6. Lama Penyinaran selama 5 Tahun terakhir (2011-2015) dari BMKG Gorontalo
Sumber : BMKG,Gorontalo, 2016
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nop Des
2011 47,5 48,3 45,8 56,7 52,5 53 73,1 75 59,8 66,5 62,7 52
2012 43,3 48,3 43,9 44,3 52,5 53 37,2 63,4 62,8 51,1 45,9 73,1
2013 30,6 64,6 70,4 57,4 52,5 53 52,4 66,4 70,4 75,8 60 55,4
2014 59,4 66,3 71,4 70 64,1 57,1 77,3 64,7 82,5 86,8 61,8 66
2015 65,8 61 74,6 73,5 74,4 64,2 84,9 83 91,8 82,6 71,3 73,6
total 246,6 288,5 306,1 301,9 296 280,3 324,9 352,5 367,3 362,8 301,7 320,1
N 49,32 57,7 61,22 60,38 59,2 56,06 64,98 70,5 73,46 72,56 60,34 64,02
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
n/N 0,4932 0,577 0,6122 0,6038 0,592 0,5606 0,6498 0,705 0,7346 0,7256 0,6034 0,6402
56
Lampiran 7. Skala, Harkat, Indeks dan Kelas Kesesuaian iklim Wilayah
Parameter Nilai
CH Tahunan 91
Panjang Musim Kemarau 100
Rata-rata Suhu Tahunan 95,5
Rata-rata suhu Tahunan Maksimum 85
Rata-rata suhu Tahunan Minimum 100
Kelembaban Udara Relatif 49
Indeks Iklim (IC) 36,19
Kesesuaian Iklim S3
Rating iklim :
Rc = ( 0,9 x Ic ) + 16,67
= ( 0,9 x 36,19 ) + 16,67
= 32,57 + 16,67
= 49.24
57
Lampiran 8. Skala, Harkat, Indeks dan Kelas Kesesuaian lahan Wilayah
Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas
Iklim 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3
Topografi (t)
Kelerengan (%) 50 S2 50 S2 90 S1 70 S2 90 S1 50 S2 90 S1 50 S2 90 S1 90 S1 100 S1 70 S2 70 S2 90 S1
Kebasahan (w)
Banjir 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1
Drainase 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1
Sifat Fisik Tanah (s)
Tekstur 100 S1 100 S1 50 S3 100 S1 100 S1 50 S3 100 S1 100 S1 100 S1 75 S2 75 S2 50 S3 75 S2 75 S2
Kedalaman Tanah (cm) 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1
Fraksi kasar (vol %) 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1
Kesuburan Tanah (f)
Kejenuhan Basa (%) 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1
pH H2O 80 S2 80 S1 80 S1 85 S1 80 S1 85 S1 80 S1 90 S1 100 S1 90 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1
C-Organik (%) 90 S1 95 S1 95 S1 95 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1
Salinitas & Alkalinitas (n)
ESP 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1
Ece (dS/m) 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1
Indeks Lahan (I)
Kesesuaian Lahan N S3N S3 N S3 S3 S3
11 12 13 14
N N N S3 S3 N
29,91
2 3 4 5 6 7 8 9 10
19,94 39,88 26,92 33,24 15,51 23,27
Karakteristik Lahan 1
Unit Lahan
17,73 18,71 16,84 27,83 31,91 9,42 31,91
59
Lampiran 10. Deskripsi Profil Tanah
Sifat fisik tanah di lapangan pada setiap profil tanah meliputi warna, tekstur,
struktur, dan keadaan lainnya di bawah ini:
Kode profil : T1
Lokasi : Desa Marisa VI
Kemiringan lereng : 16-30 %
Drainase : Baik
Vegetasi : Jagung
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-10 10 YR 5/8 yellowish brown (lembab),
Lempung berpasir
2 10- 65 10 YR 5/6 yellowish brown (lembab),Liat
3 65-85 10 YR 5/4 yellowish brown (lembab), Liat
berdebu
Penampang Profil dan bentang lahan T1
60
Kode profil : T2
Lokasi (Desa) : Desa Malango
Kemiringan lereng : 16-30 %
Drainase : Baik
Vegetasi : Jagung
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-10 5 YR 4/2 dark reddish gray (lembab),
Lempung berpasir
2 10-40 10 YR 5/4 yellowish brown (lembab),
Lempung berliat
3 40-70 2,5 YR 5/6 light olive brown (lembab),
Lempung berliat
Penampang Profil dan bentang lahan T2
61
Kode profil : T3
Lokasi : Panca Karsa 2
Kemiringan lereng : 3-8%
Drainase : Baik
Vegetasi : Pepohonan dan semak
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-25 10 YR 4/6 dark yellowish brown (lembab),
Lempung berpasir
2 25-60 10 YR 3/6 dark yellowish brown (lembab),
Lempung berdebu
3 60-110 Lempung berdebu
Penampang Profil dan bentang lahan T3
62
Kode profil : T4
Lokasi : Panca Karsa 2
Kemiringan lereng : 8-15 %
Drainase : Baik
Vegetasi : Sawit
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-23 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),
Lempung berdebu
2 23-60 10 YR 4/6 dark yellowish brown (lembab),
Lempung berliat
3 60-110 10 YR 5/6 yellowish brown (lembab), Liat
Penampang Profil dan bentang lahan T4
63
Kode profil : T5
Lokasi : Desa Tirto Asri
Kemiringan lereng : 3-8%
Drainase : Baik
Vegetasi : Rerumputan
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-30 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),
Lempung berdebu
2 30-50 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),
Lempung berdebu
3 50-110 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),
Lempung berdebu
Penampang Profil dan bentang lahan T5
64
Kode profil : T6
Lokasi : Desa Tirto Asri
Kemiringan lereng : 16-30 %
Drainase : Baik
Vegetasi : Lahan campuran
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-15 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),
Pasir
2 15-30 10 YR 3/2 very dark grayish brown
(lembab), Pasir berlempung
3 30-48 10 YR 4/3 brown (lembab), Lempung
berpasir
Penampang Profil dan bentang lahan T6
65
Kode profil : T7
Lokasi : Desa Kalimas
Kemiringan lereng : 3-8%
Drainase : Baik
Vegetasi : Lahan Jagung
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-30 10 YR 3/4 dark yellowsih brown (lembab),
Liat
2 30-60 10 YR 5/6 yellowish brown (lembab),Liat
3 60-90 10 YR 5/4 yellowish brown (lembab), Liat
berdebu
Penampang Profil dan bentang lahan T7
66
Kode profil : T8
Lokasi : Desa Panca Karsa 1
Kemiringan lereng : 16-30 %
Drainase : Buruk
Vegetasi : Kebun Kakao
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-23 10 YR 2/2 very dark brown (lembab),
Lempung berdebu
2 23-65 10 YR 3/3 dark brown (lembab), Lempung
Penampang Profil dan bentang lahan T8
67
Kode profil : T9
Lokasi : Desa Panca Karsa 1
Kemiringan lereng : 3-8%
Drainase : Baik
Vegetasi : Kebun Kakao
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-10 10 YR 3/2 very dark grayish brown
(lembab), Lempung
2 10-40 10 YR 5/4 yellowish brown (lembab), Pasir
Penampang Profil dan bentang lahan T9
68
Kode profil : T10
Lokasi : Desa Panca Karsa1
Kemiringan lereng : 3-8%
Drainase : Baik
Vegetasi : Semak
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-20 5 YR 4/2 dark reddish gray (lembab),
Lempung berpasir
Penampang Profil dan bentang lahan T10
69
Kode profil : T11
Lokasi : Desa Kalimas
Kemiringan lereng : 3-8%
Drainase : Baik
Vegetasi : Jagung
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-25 10 YR 3/6 dark yellowish brown (lembab),
Lempung berpasir
2 25-45 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),
Pasir berlempung
Penampang Profil dan bentang lahan T11
70
Kode profil : T12
Lokasi : Desa Malango
Kemiringan lereng : 8-15%
Drainase : Baik
Vegetasi : Jagung
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-20 10 YR 2/2 very dark brown (lembab),Pasir
2 20-50 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),
Lempung berpasir
Penampang Profil dan bentang lahan T12
71
Kode profil : T13
Lokasi : Desa Panca Karsa 1
Kemiringan lereng : 8-15 %
Drainase : Baik
Vegetasi : Kebun Kakao
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-29 10 YR 4/4 dark yellowish brown (lembab),
Lempung berpasir
2 29-45 5 YR 3/3 dark reddish brown (lembab),
Lempung liat berpasir
Penampang Profil dan bentang lahan T13
72
Kode profil : T14
Lokasi : Desa Kalimas
Kemiringan lereng : 3-8 %
Drainase : Baik
Vegetasi : Jagung
Lapisan Kedalaman (cm) Uraian
1 0-10 10 YR 2/2 very dark brown (lembab),
Lempung berpasir
2 10-35 10 YR 5/6 yellowish brown (lembab),
Lempung berpasir
Penampang Profil dan bentang lahan T14