85
PENDUGAAN POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAKAO BERDASARKAN NILAI INDEKS KESESUAIAN LAHAN (Studi Kasus : Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo) Oleh IRRISTIANTI PANGESTU G111 12 326 DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MDA... · *Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,

Embed Size (px)

Citation preview

PENDUGAAN POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAKAO

BERDASARKAN NILAI INDEKS KESESUAIAN LAHAN

(Studi Kasus : Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo)

Oleh

IRRISTIANTI PANGESTU

G111 12 326

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

ii

iii

PENDUGAAN POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAKAO

BERDASARKAN NILAI INDEKS KESESUAIAN LAHAN

(STUDI KASUS: KECAMATAN TALUDITI, KABUPATEN POHUWATO,

GORONTALO)

*Irristianti Pangestu,

**Christianto Lopulisa,

**Rismaneswati

*Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar

(corresponding author: [email protected] )

ABSTRAK

Potensi pengembangan komoditi tertentu ditentukan oleh kualitas lahan, potensi

genetik tanaman dan manajemen pertanamn yang tepat. Salah satu kecamatan di

Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo yang mengembangkan tanaman kakao

adalah Kecamatan Taluditi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik

lahan, mengevaluasi kesesuaian lahan Kecamatan Taluditi untuk tanaman kakao, dan

menganalisis hubungan indeks kesesuaian lahan dengan produktivitas kakao.

Penelitian ini menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif dalam

menetapkan kelas kesesuaian lahan dan indeks kesesuaian lahan. Penetapan lokasi

pengambilan sampel tanah profil diperoleh dari hasil tumpang tindih peta-peta dasar

antaralain peta topografi, geologi, jenis tanah dan penggunaan lahan yang

menghasilkan 15 unit lahan pengamatan dan selanjutnya digali 14 profil pewakil

untuk karakterisasi sifat-sifat tanah seperti pH, C-organik, tekstur tanah, kapasitas

tukar kation, kejenuhan basa, jumlah basa-basa dapat tukar, daya hantar listrik, dan

persentase Natrium dapat tukar. Untuk memperoleh informasi hasil kakao dan

manajemen lahan petani dilakukan wawancara dengan 20 petani responden

Perhitungan indeks iklim dan indeks lahan menggunakan pendekatan parametrik

menurut Storie, sedangkan hubungan antara produktivitas kakao dan indeks lahan

menggunakan metode korelasi Pearson. Kecamatan Taluditi tergolong wilayah tipe

iklim C1, topografi dominan berbukit dengan kemiringan >25 %, tekstur tanah

dominan lempung berpasir, pasir berlempung, dan liat. Hasil analisis kesesuaian

iklim menunjukkan bahwa Kecamatan Taluditi tergolong S3 (sesuai marginal) untuk

kakao dengan faktor pembatas utama adalah kelembaban udara yang tinggi. Analisis

kesesuaian lahan Kecamatan Taluditi untuk kakao didominasi kelas N (tidak sesuai)

seluas 52026,84 ha atau 90,07 % dan sisanya seluas 5737,77 ha atau 9,93 % yang

termasuk kelas S3 (sesuai marginal) dengan faktor pembatas utama seperti iklim,

lereng dan tekstur. Hubungan indeks kesesuaian lahan (IKL) dan produktivitas

kakao menghasilkan persamaan y = 0,0081x + 0,9372 dengan nilai koofisien

korelasi atau r = 0,57. Nilai r tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

sedang atau cukup antara indeks kesesuaian lahan dengan produktivitas kakao,

seiring dengan peningkatan nilai IKL, maka terdapat peningkatan hasil kakao di

Kecamatan Taluditi.

Kata Kunci: Kesesuaian lahan, kakao, indeks lahan, Kecamatan Taluditi

iv

THE ESTIMATION OF LAND POTENTIAL FOR COCOA DEVELOPMENT

BASED ON LAND SUITABILITY INDEX VALUE

(CASE STUDY: TALUDITI DISTRICT, POHUWATO REGENCY,

GORONTALO)

*Irristianti Pangestu,

**Christianto Lopulisa,

**Rismaneswati

* Soil Science Department, Agriculture Faculty, Hasanuddin University, Makassar

(Corresponding author: [email protected])

ABSTRACT

The potential development of particular commodity is determined by the land

quality, plant genetic potential, and the crop management properly. One of the

districts in Pohuwato Regency, Gorontalo which develops cocoa is Taluditi District.

This research aimed at determining land characteristics, evaluating land suitability,

and analyzing the relationship between land suitability index and cocoa productivity

is needed to conduct. This research uses a mix of the quantitative and qualitative

method in deciding land suitability classes as well as land suitability. To determine

the location of soil samples was obtained from overlapping the primary maps namely

topography map, geology map, soil map and land use map that produced 15

observation field units. Afterwards, the 14 units became representative profiles for identifying soil characteristics such as pH, C-organic, texture, cation exchange

capacity, base saturation, exchange of bases, electrical conductivity, and

exchangeable sodium percentage. In addition, interviewing 20 farmers was also done

to obtain an accurate information of cocoa production and land management in

Taluditi District. While the calculation of climate and land index using parametric

approach by Storie, the relationship between cocoa productivity and land index was

using Pearson correlation. Taluditi District is an area with C1 climate type, the

dominant topography is hilly >25 %, the dominant soil texture are sandy loam, loamy

sand, and clay. The calculate of climate suitability analysis showed that Taluditi

District is S3 (marginally suitable) for cocoa with the main limiting factor is high

humidity.The analysis of land suitability of Taluditi District for cocoa is dominated

by N (unsuitable) about 52026,84 ha or 90,07% and the rest are S3 (marginally

suitable) about 5737,77 ha or 9,93 % by some consideration of limiting factors such

as climate, slope and soil texture. The relationship between land suitability index and

cocoa productivity results an equation; y = 0,0081x + 0,9372 with a correlation

coefficient value; or r = 0,57. The “r” value indicates that there is a rather-strong-

relationship among land suitability index and cocoa productivity. When the amount

of land suitability index increases, the productivity of cocoa in Taluditi District raises

as well.

Keywords: Land suitability, cocoa, land index, Taluditi District.

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang Maha

Sempurna, pengasih, dan penyayang, yang telah memberikan karunia dan rahmat

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul

“Pendugaan Potensi Lahan Untuk Pengembangan Kakao Berdasarkan Nilai Indeks

Kesesuaian Lahan (Ktudi Kasus : Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato,

Gorontalo)”. Tugas akhir skripsi ini disusun sebagai bentuk aktualisasi pengetahuan

penulis, yang didapatkan selama menempuh studi di Departemen Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Selain itu tugas akhir skripsi ini

merupakan sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada papa tercinta Ir. Ibnu

Suprayogi, M.M, mama terkasih Alm. Ir. Rustiati Talib, M.M, dan Ibunda tersayang

Fonny Hasan,ST atas segala kasih sayang, dukungan, kepercayaan, dan do’a tulus

yang tiada berakhir, sehingga penulis dapat mewujudkan impian memperoleh gelar

Sarjana Pertanian. Tak lupa pula ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada adik-

adik tercinta Nindy Prastiwi, Putri Nadila Wulandari, dan Qiana Mysha Ardiningrum

atas segala dukungan dan do’a terhadap penulis.

Terima kasih pula kepada bapak Prof. Dr. Christianto Lopulisa, M.Sc. dan

Dr. Rismaneswati, S.P, M.P selaku dosen pembimbing penulis yang senantiasa sabar

dalam memberikan arahan, petunjuk, dan saran sejak awal penelitian hingga skripsi

ini selesai.

vi

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Segenap dosen jurusan ilmu tanah yang telah bersedia membagi pengetahuan

dengan penulis selama kuliah.

2. Tim survei Kecamatan Taluditi yakni saudara Muhammad Taufik Hidayat,SP ,

Ulil Amri, dan Muchlis Muhammad yang telah sabar dan bersusah payah

menemani penulis mengambil sampel tanah penelitian.

3. Kepada sahabat-sahabat terkasih Fitri yang diam tapi peduli, Firah yang tahu

segalanya dan tak pernah marah, Ika si cengeng tapi bersosok keibuan, Aira si

cuek tapi pendengar yang baik, Ella si raisa kedua dan tukang gombal dan Indry si

polos yang lolos beasiswa ke Belanda. Terima kasih banyak untuk waktu, tenaga,

pikiran, dukungan, kebahagiaan dan kebaperan ini.

4. Tidak lupa pula penulis ucapkan kepada SOIL 2012, terutama untuk Arsandi, Nur

Isra, Muh Abbas, Pratama Putra, Derry Kurniawan, Yafet H. Pasang, Aman

Darmawansyah yang selalu mendukung dan membantu penulis. Terima kasih atas

cerita, kenangan, dan pembelajaran tentang kesabaran, keikhlasan, kehilangan,

dan arti sebuah proses.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir skripsi ini jauh dari

sempurna, namun penulis berharap apa yang tertulis ini dapat memberikan

sumbangsih pada kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang keilmuan penulis.

Makassar, November 2017

Irristianti Pangestu

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

ABSTRAK ........................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii

DAFTAR TABEl ............................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao .......................................................... 4

2.1.1 Iklim ............................................................................................ 4

2.1.2 Tanah .......................................................................................... 5

2.2 Klasifikasi Kesesuaian Lahan .............................................................. 6

2.2.1 Kesesuaian Lahan pada Tingkat Ordo ....................................... 7

2.2.2 Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas ...................................... 8

2.2.3 Kesesuaian Lahan pada Tingkat Sub Kelas ............................... 9

2.2.4 Kesesuaian Lahan pada Tingkat Unit ...................................... 10

2.3 Metode Pendekatan pada Evaluasi Lahan .......................................... 10

2.3.1 Pendekatan Pembatas ............................................................... 10

2.3.2 Pendekatan Parametrik ............................................................. 11

2.3.3 Kombinasi Pendekatan Pembatas dan Parametrik ................... 11

2.4 Karakteristik Lahan ........................................................................... 12

2.5 Tata Cara Penilaian Kesesuaian Lahan Kakao .................................. 13

viii

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu ............................................................................. 15

3.2. Alat dan Bahan .................................................................................... 15

3.3 Tahapan Penelitian .............................................................................. 16

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi............................................. 22

4.2 Iklim ................................................................................................... 22

4.3 Jenis Tanah .......................................................................................... 23

4.4 Geologi ............................................................................................... 23

4.5 Topografi ............................................................................................. 25

4.6 Penggunaan Lahan ............................................................................. 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Iklim Daerah Penelitian ................................................ 31

5.2. Karakteristik Lahan Daerah Penelitian ............................................... 32

5.3 Tanaman Kakao .................................................................................. 38

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 47

6.2 Saran .................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48

LAMPIRAN ..................................................................................................... 50

ix

DAFTAR TABEL

Teks Halaman

Tabel 2.1 Persyaratan iklim tanaman kakao ......................................................... 5

Tabel 2.2 Indeks lahan untuk kelas kesesuaian yang berbeda. ........................... 11

Tabel 2.3 Kriteria penilaian kelas kesesuaian lahan ........................................... 12

Tabel 2.4 Kriteria teknis kesesuaian lahan untuk tanaman kakao ...................... 13

Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam analisa contoh tanah di Laboratorium .... 15

Tabel 3.2 Bahan yang digunakan dalam analisa contoh tanah di Laboratorium .16

Tabel 4.1 Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Taluditi................................ 23

Tabel 4.2 Jenis formasi geologi yang terdapat di Kecamatan Taluditi ............... 24

Tabel 4.3 Jenis topografi yang terdapat di KecamatanTaluditi........................... 25

Tabel 4.4 Jenis penggunaan lahan di Kecamatan Taluditi .................................. 25

Tabel 5.1 Klasifikasi kelas kesesuaian iklim wilayah penelitian ........................ 38

Tabel 5.2 Indeks kesesuaian lahan dan kelas kesesuaian tanaman kakao di lokasi

penelitian ............................................................................................ 41

Tabel 5.3 Kelas kesesuaian lahan dan faktor pembatas tanaman kakao di lokasi

penelitian ............................................................................................ 41

Tabel 5.4 Hubungan antara produktivitas dan indeks lahan pada tanaman kakao44

x

DAFTAR GAMBAR

Teks Halaman

Gambar 3.1 Peta unit lahan Kecamatan Taluditi .............................................. 21

Gambar 4.1 Curah hujan rata-rata bulanan Kecamatan Taluditi....................... 23

Gambar 4.2 Peta administrasi Kecamatan Taluditi ........................................... 26

Gambar 4.3 Peta jenis tanah Kecamatan Taluditi ............................................. 27

Gambar 4.4 Peta geologi Kecamatan Taluditi .................................................. 28

Gambar 4.5 Peta lereng Kecamatan Taluditi .................................................... 29

Gambar 4.6 Peta penggunaan lahan Kecamatan Taluditi................ ................. 30

Gambar 5.1 Grafik hubungan antara indeks lahan dan produktivitas

kakao di Kecamatan Taluditi ....................................................... 45

Gambar 5.2 Klasifikasi kelas kesesuaian iklim wilayah penelitian .................. 46

xi

Lampiran

Teks Halaman

Lampiran 1. Hasil Analisis Sifat Fisik dan Kimia Kecamatan Taluditi ............ 50

Lampiran 2. Curah Hujan selama 5 Tahun ....................................................... 51

Lampiran 3. Temperatur Rata-rata ................................................................... 52

Lampiran 4. Temperatur selama 5 Tahun .................................................. ...... 53

Lampiran 5. Kelembaban Rata-rata .................................................................. 54

Lampiran 6. Lama Penyinaran .......................................................................... 55

Lampiran 7. Skala, Harkat, Indeks, dan Kelas Kesesuaian Iklim ............. ...... 56

Lampiran 8. Skala, Harkat, Indeks dan Kelas Kesesuaian Lahan ............. ...... 57

Lampiran 9. Hasil wawancara usaha tanaman kakao ................................ ...... 58

Lampiran 10. Deskripsi profil tanah ......................................................... ...... 59

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kakao (Theobroma cacao L.) adalah salah satu komoditas pertanian yang

memiliki nilai ekonomi tinggi dan harganya relatif. Komoditas kakao menempati

peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa negara,

setelah komoditas karet dan cengkeh.

Kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi

menyebabkan perluasan areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan

terus berlanjut dan hal ini perlu mendapat dukungan agar kebun yang berhasil

dibangun dapat memberikan produktivitas yang tinggi. Melalui berbagai upaya

perbaikan dan perluasan, areal perkebunan kakao Indonesia pada tahun 2010

diperkirakan mencapai 1,1 juta ha dan mampu menghasilkan produksi 730 ribu

ton/tahun biji kakao. Pada tahun 2025, sasaran untuk menjadi produsen utama

kakao dunia bisa menjadi kenyataan karena pada tahun tersebut total areal

perkebunan kakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35 juta ha dan mampu

menghasilkan 1,3 juta ton/tahun biji kakao (Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, 2011).

Di Provinsi Gorontalo, komoditas kakao merupakan salah satu komoditi

yang di prediksi dapat mendorong perekonomian petani. Salah satu kabupaten

penghasil kakao yang diandalkan di Gorontalo adalah Kabupaten Pohuwato yang

memogramkan pengembangan kakao di beberapa kecamatan dan salah satunya

adalah Kecamatan Taluditi. Namun hasil analisis data di Badan Pusat Statistik

2

Kecamatan Taluditi (2016), hasil kakao menunjukan tren penurunan dari 6.383

ton (2012) menjadi 5395 ton (2016).

Tanaman kakao membutuhkan persyaratan tumbuh yang baik agar dapat

tumbuh dan berproduksi dengan optimal. Dengan demikian, curah hujan,

temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan.

Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya

tembus dan kemampuan akar menyerap hara.

Produksi tanaman yang optimal dapat diperoleh dengan cara

mengoptimalkan antara faktor tanaman kakao dengan faktor lingkungan termasuk

manajemen dari lokasi penanaman. Langkah kongkrit yang berkaitan dengan hal

tersebut adalah dengan pemilihan varietas kakao yang tepat dan perbaikan faktor

lingkungan guna mendukung pertumbuhan serta melestarikan hasil proses

tersebut. Dengan kata lain diperlukan adanya keterkaitan antara faktor genetis dan

lingkungan yang perlu dikelola dengan baik.

Penurunan produksi kakao di Kecamatan Taluditi diduga akibat penetapan

pemanfaatan lahan pengembangan kakao belum berdasarkan potensi lahannya.

Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk menetapkan potensi

lahan Kecamatan Taluditi untuk pengembangan kakao yang berdasarkan nilai

indeks kesesuaian lahan.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui karakteristik kesesuaian lahan terhadap pengembangan tanaman

kakao di Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo.

3

1.2 Tujuan dan kegunaan

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui karakteristik tanah dan iklim Kecamatan Taluditi.

2. Mengevaluasi kesesuaian lahan Kecamatan Taluditi untuk pengembangan

kakao.

3. Mengetahui hubungan indeks kesesuaian lahan dengan produktivitas

kakao.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi untuk

arahan pemanfaatan lahan yang sesuai untuk Kecamatan Taluditi, Kabupaten

Pohuwato, Gorontalo.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Syarat tumbuh tanaman kakao

2.1.1 Iklim

Iklim merupakan faktor yang meliputi, curah hujan, suhu kelembaban udara,

penyinaran matahari, dan kecepatan angin yang antar unsur tersebut mempunyai

hubungan yang rumit. Iklim mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao,

karena itu, unsur ini perlu diperhatikan dalam membuat penilaian kesesuaian

lahan. Sebaran curah hujan lebih berpengaruh terhadap produksi lahan kakao

dibandingkan dengan jumlah curah hujan yang tinggi (Puslitkoka Indonesia,

2008).

Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004), sebaran curah

hujan lebih berpengaruh terhadap produksi kakao dibandingkan dengan jumlah

curah hujan yang tinggi. Jumlah curah hujan mempengaruhi pola pertunasan

kakao (flush). Curah hujan yang tinggi dan sebaran yang tidak merata akan

berpengaruh terhadap flush dan berakibat terhadap produksi kakao. Pertumbuhan

dan produksi kakao banyak ditentukan oleh ketersediaan air sehingga kakao dapat

tumbuh dan berproduksi dengan baik di tempat yang jumlah curah hujannya

relatif sedikit tetapi merata sepanjang tahun.

Proses fisiologi tanaman kakao juga dipengaruhi oleh suhu udara. Suhu

udara yang rendah akan menghambat pembentukan tunas dan bunga (Alvim,

1980). Sementara itu, suhu udara yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan

pucuk dan mendorong pertumbuhan cabang serta mengakibatkan daun-daun

5

kurang berkembang. Kelembaban udara berkaitan erat dengan curah hujan dan

suhu udara. Unsur ini berhubungan dengan timbulnya penyakit yang menyerang

kakao (Wood, 1987).

Adapun persyaratan iklim untuk tanaman kakao yang dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2.1 Persyaratan iklim Tanaman Kakao

Karakteristik Iklim Kelas iklim, tingkat pembatasan tingkat

S1 S2 S3 N

Curah Hujan Tahunan

(mm)

Panjangnya musim

kemarau

1900-1800 1800-1600

1900-2000 2000-2500

0-1

1600-1400

2500-3500

1-2

1400-1200

3500-4400

2-3

- <1200

- >4400

->4

Rata-rata suhu tahunan

Rata-rata suhu tahunan

maksimum

Rata-rata suhu tahunan

minimum

26-25 25-23

26-28 28-29

<28 28-30

>20 20-15

23-22

29-30

>30

15-13

22-21

-

-

13-10

- <21

- >30

- -

- <10

Kelembaban udara

relatif

Bulan kering (%)

55-45 45-40

40-35

35-30

<30 -

Sumber : Sys et al. (1993)

2.1.2 Tanah

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004), menjelaskan bahwa keasaman

(pH) tanah yang baik untuk kakao adalah netral atau berkisar 5,6-6,8. Sifat ini

khusus berlaku untuk tanah atas (top soil), sedangkan pada tanah bawah (subsoil)

keasaman tanah sebaiknya netral, agak asam, atau agak basah.

6

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004), menjelaskan tanaman

kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu di atas 3%. Kakao

tumbuh baik pada lahan datar atau kemiringan tanah kurang dari 15%. Suhu udara

harian ideal sekitar 28oC, sehingga semakin tinggi tempat semakin rendah tingkat

kesesuaiannya.

Disamping memerlukan tanah yang mempunyai kemampuan menahan

legas dan drainase serta aerasi tanah yang baik, kakao memerlukan tanah yang

mengandung bahan organik tinggi dan kaya akan unsur hara. Kadar BOT (Bahan

Organik Tanah) merupakan salah satu penentu sifat-sifat fisik, kimia maupun

biologi tanah. BOT mempunyai peranan yang vital dan menentukan kemampuan

tanah dalam mendukung pertumbuhan maupun produksi tanaman (Asrul, 2013).

2.2 Klasifikasi kesesuain lahan

Tujuan penilaian kesesuaian lahan adalah untuk mengetahui potensi sumber daya

lahan yang dapat digunakan untuk suatu usaha budidaya tanaman tertentu.

Pengetahuan tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat kesesuaian

lahan tanaman tertentu serta membantu menentukan langkah-langkah pengelolaan

secara rasional dan optimal.

Kesesuaian lahan adalah kecocokan (fitness) suatu jenis lahan untuk

penggunaan tertentu. Kecocokan tersebut dinilai berdasarkan analisa kualitas

lahan sehubungan dengan persyaratan suatu jenis penggunaan tertentu, sehingga

kualitas yang baik akan memberikan nilai lahan atau kelas yang tinggi terhadap

jenis penggunaan tertentu. Penilaian yang dilakukan dapat saja mengacu pada

kondisi sekarang atau didasarkan pada kondisi setelah dilakukan perbaikan

7

kualitas lahan. Yang pertama disebut sebagai kesesuaian sekarang atau kesesuaian

aktual (actual suitability), sementara yang ke dua adalah kesesuaian potensial

(potential suitability) (Baja, 2012).

Hasil pembandingan antara persyaratan penggunaan lahan dari tipe

penggunaan lahan tertentu dengan kualitas lahan suatu satuan peta lahan di

kombinasikan dengan hasil analisa input-output, cost-benefit, dampak terhadap

lingkungan, dan analisa sosial ekonomi menghasilkan suatu kelas kesesuaian

lahan yang menunjukkan kesesuaian masing-masing satuan peta lahan untuk tipe

penggunaan lahan tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011).

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011), kerangka dari sistem

klasifikasi kesesuaian lahan mengenal empat kategori, yaitu :

1. Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk

penggunaan tertentu;

2. Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan;

3.Sub-kelas: menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang `

harus dijalankan dalam masing-masing kelas;

4. Unit : menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat

yang berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub-kelas.

2.2.1 Kesesuaian lahan pada tingkat ordo (order)

Pada tingkat ordo ditunjukkan, apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk

suatu jenis penggunaan lahan tertentu. Dikenal ada dua ordo yaitu:

1. Ordo S (sesuai) : lahan yang termasuk orde ini adalah lahan yang dapat

digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang

8

telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan itu akan

memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan. Tanpa atau

sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya.

2. Ordo N (tidak sesuai) : lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang

mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah

penggunaannya untuk suatu tujuan yang telah direncanakan. Lahan dapat

digolongkan sebagai tidak sesuai untuk digunakan bagi suatu usaha

pertanian karena berbagai penghambat, baik secara fisik (lereng sangat

curam, berbatu-batu,dan sebagainya) maupun secara ekonomi (keuntungan

yang di dapat lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan).

2.2.2 Kesesuaian lahan pada tingkat kelas

Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan menunjukkan

tingkat kesesuaian dari ordo tersebut. Jika tiga kelas yang dipakai dalam ordo S

dan dua kelas dalam ordo N, maka pembagian serta definisi secara kualitatif

adalah sebagai berikut:

1. Kelas S1 : sangat sesuai (highly suitable). Lahan tidak mempunyai

pembatas (penghambat) yang lebih besar untuk pengelolaan yang

diberikan,atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata

berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang

telah biasa diberikan.

2. Kelas S2 : cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai

pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat

9

pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk

atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.

3. Kelas S3 : sesuai marginal (marginally suitable). Lahan yang mempunyai

pembatas-pembatas yang sangat berat untuk penggunaan yang lestari

pembatasnya akan mengurangi hasil dan keuntungan serta perlu

menaikkan masukan yang diperlukan.

4. Kelas N1 : tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable). Lahan

mempunyai pembatas yang lebih besar, tetapi masih mungkin diperbaiki

dengan tingkat pengelolaan tinggi. Faktor pembatas sedemikian rupa

basarnya sehingga tanpa pengelolaan yang tinggi, mencegah penggunaan

lahan yang lestari dalam jangka panjang.

5. Kelas N2 : tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable). Lahan

mempunyai pembatas permanen yan sangat berat sehingga segalak

emungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

2.2.3 Kesesuaian lahan pada tingkat sub kelas

Sub-kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan

yang diperlukan dalam kelas tersebut. Tiap kelas dapat terdiri dari satu atau lebih

sub-kelas, tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas ini

ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang ditempatkan setelah simbol kelas.

Misalnya kelas S2 yang mempunyai pembatas kedalaman efektif (s) dapat

menjadi sub kelas S2s. Dalam satu sub-kelas dapat mempunyai satu, dua, atau

paling banyak tiga simbol pembatas, dimana pembatas yang paling dominan

ditulis paling depan. Misalnya, dalam sub-kelas S2ts maka pembatas keadaan

10

topografi (t) adalah pembatas yang paling dominan ditulis paling depan dan

pembatas kedalaman efektif (s) adalah pembatas kedua atau tambahan.

2.2.4 Kesesuaian lahan pada tingkat unit

Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari sub-

kelas berdasarkan atas besarnya faktor pembatas. Semua unit yang berada dalam

satu sub-kelas mempunyai tingkat kesesuaian yang sama dalam kelas dan

mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat sub-kelas.Unit yang satu

berbeda dengan unit lainnya karena kemampuan produksi atau dalam aspek

tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan merupakan pembedaan detil dari

pembatas-pembatasnya. Diketahuinya pembatas secara detail memudahkan

penafsiran dalam mengelola rencana suatu usaha tani.

2.3 Metode pendekatan dalam evaluasi lahan

Ada tiga metode pendekatan yang digunakan dalam evaluasi lahan, yaitu

pendekatan pembatas, pendekatan parametrik dan kombinasi pendekatan

pembatas dan parametrik.

2.3.1 Pendekatan pembatas

Pendekatan pembatas adalah suatu cara untuk menyatakan kondisi lahan atau

karakteristik lahan pada tingkat kelas, dimana metode ini membagi lahan

berdasarkan jumlah dan intensitas pembatas lahan. Pembatas lahan adalah

penyimpangan dari kondisi optimal karakteristik dan kualitas lahan yang

memberikan pengaruh buruk untuk berbagai penggunaan lahan (Sys et al., 1993).

Pendekatan pembatas membagi tingkat pembatas suatu lahan dan kelas

kesesuaian lahan sebagai berikut:

11

a. 0 (tanpa pembatas), digolongkan kedalam kelas S1

b. 1 (pembatas ringan), digolongkan kedalam kelas S1

c. 2 (pembatas sedang), digolongkan kedalam kelas S2

d. 3 (pembatas berat), digolongkan kedalam kelas S3

e. 4 (pembatas sangat berat), digolongkan kedalam kelas N1 dan N2.

2.3.2 Pendekatan parametrik

Dalam pendekatan parametrik dilakukan pemberian nilai rating pada tiap

karakteristik (kualitas) lahan. Jika karakteristik lahan atau kualitas lahan optimal

untuk tipe penggunaan lahan yang dipilih, maka diberikan nilai rating maksimum

100, namun jika karakteristik atau kualitas lahan memperlihatkan adanya

pembatas, maka diberikan nilai rating yang lebih rendah (Sys et al., 1993).

Tujuan dari indeks parametrik adalah untuk mengetahui nilai suatu lahan

secara numerik (dengan angka) berdasar atas penilaian masing-masing sifat tanah.

Lahan yang sangat baik diberi angka indeks 100 %, sedang lahan yang sangat

jelek deberi angka 0 % (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011).

Tabel 2.2 Indeks lahan untuk kelas kesesuaian yang berbeda

Indeks Lahan Kelas Kesesuaian Lahan

100-75 S1 = Sangat sesuai

75-50 S2 = Cukup sesuai

50-25 S3 = Sesuai marginal

25-0 N = Tidak sesuai

Sumber : Sys et al. (1991)

2.3.3 Kombinasi pendekatan pembatas dan parametrik

12

Kombinasi pendekatan parametrik dan pendekatan pembatas menurut Sys et

al.(1991), sering digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk

penggunaan tertentu. Penentuan kelas kesesuaiannya dilakukan dengan cara

memberi bobot atau harkat berdasarkan nilai kesetaraan tertentu dan menentukan

tingkat pembatas lahan yang dicirikan oleh bobot terkecil. Tingkat pembatas dan

kombinasi antara pendekatan pembatas dan parametrik dalam evaluasi disajikan

pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kriteria penilaian kelas kesesuaian lahan

Indeks lahan

atau iklim

Nilai

ekivalensi

Tingkat

pembatas

Kelas kesesuaian

lahan

>75

50 – 75

25 – 50

12 – 25

100 – 95

95-85

85-60

60-40

Tidak ada

Ringan

Sedang

Berat

S1

S2

S3

N

Sumber: Sys et al. (1991)

2.4 Karakteristik lahan

Karakteristik lahan mencakup faktor-faktor lahan yang dapat diukur atau ditaksir

besarnya seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, air tersedia dan sebagainya.

Suatu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh terhadap tersedianya air, mudah

tidaknya tanah diolah, kepekaan erosi dan lain-lain (Hardjowigeno dan

Widiatmaka, 2011).

Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi

lahan biasanya mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam

interpretasi perlu mempertimbangkan atau memperbandingkan lahan dengan

penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air

13

sebagai kualitas lahan ditentukan oleh bulan kering dan curah hujan rata-rata

tahunan, tetapi air yang dapat diserap tanaman tertentu tergantung pula pada

kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran antara lain tekstur

tanah dan kedalaman zona perakaran tanaman yang bersangkutan (Djaenudin,

2000).

Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diduga.

Menurut FAO (1976), karakteristik lahan terdiri atas :

a. Karakteristik tunggal, misalnya total curah hujan, kedalaman tanah,

lereng dan lain-lain.

b. Karakteristik majemuk, misalnya permeabilitas tanah, drainase,

kapasitas tanah menahan air, dan lain-lain.

2.5 Tata cara penilaian kesesuaian lahan kakao

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penilaian lahan dan

membuat kelas kesesuaian lahannya meliputi tiga hal sebagai berikut.

1. Mengumpulkan data yang terkait dengan kualitas dan sifat lahan,

umumnya dilakukan dalam bentuk survey tanah.

2. Menentukan kebutuhan tanaman sesuai dengan syarat pertumbuhannya.

3. Membandingkan antara sifat dan kualitas lahan dengan syarat tumbuh

tanaman.

Persyaratan lahan disajikan pada Tabel 2.4 tanaman kakao pada masing-

masing kelas kesesuaian menurut Sys et al., (1993).

14

Tabel 2.4 Kriteria teknis kesesuaian lahan untuk tanaman kakao

Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Topografi (t)

Lereng (%)

Kebasahan (w)

0-4 4-8

8-16

16-30

30-50 >50

Banjir Fo - - F1 - F2+

Drainase Baik Baik Sedang Tidak Baik Lemah S.Lemah

Karakteristik Fisik Tanah

(s)

Tekstur /Struktur

C<60s,Co

C>60s,L,SC

SiCL,CLSiL

SCL,C<60

v

C>60v,LfS,SL

-Cm,SiCm

,LS,Lcs,

fS,S,cS

Fragmen Kasar (vol%)

Kedalaman Tanah (cm)

CaCO3 (%)

Gypsum (%)

0-3 3-15

>200 200-150

0 0-1

0 0-0.5

15-35

150-100

1-5

0.5-2

35-55

100-50

5-10

2-3

- >55

- <50

- >10

- >3

Karakteristik Kesuburan

Tanah (f)

CEC (cmol(+)/kg liat)

Kejenuhan Basa (%)

Jumlah Kation Dasar

(cmol(+)/kg soil)

pH H2O

Karbon Organik (%)

>24 24-16

>50 50-35

>6.5 6.5-4

6.4-6.2 6.2-6.0

6.4-6.6 6.6-7.0

>2.4 2.4-1.5

<16 (-)

35-20

4-2.8

6.0-5.5

7.0-7.6

1.5-0.8

<16 (+)

<20

2.8-1.6

5.5-5.0

7.6-8.2

<0.8

- -

- -

<1.6 -

<5.0 -

->8.2

- -

Salinitas & Alkalinitas (n)

Ece (dS/m)

0-0.5 0.5-1.1

1.1-1.8

1.8-2.2

->2.2

Sumber : Sys et al. (1993)

Keterangan :

SiCs : Liat berdebu

Co : Liat struktur Ool

SiCL : Lempung liat berdebu

CL : Lempung berliat

Si : Debu

Lcs : Lempung berpasir kasar

SC : Liat berpasir

L : Lempung

SL : Lempung berpasir

Lfs : Lempung berpasir halus

-60v :Liat struktur vertisol

SiC : Liat berdebu massive

fS : Pasir halus

S : Pasir

cS : Pasir kasar

C-60s : Liat struktur block

Cm : Liat massive

15

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu

Pengamatan dan deskripsi profil tanah serta pengambilan sampel tanah di

laksanakan di Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Analisis

sampel tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan tanah Departemen

Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian ini

berlangsung dari bulan Desember 2016 sampai November 2017.

3.2 Alat dan bahan

Kegiatan penelitian ini menggunakan alat-alat antara lain :

1. Alat survey berupa GPS (Global, Position System), Munsel soil colour

chart , kamera digital, cangkul, linggis, sekop, pisau lapangan, meteran

bar, kantong sampel, dan alat tulis.

2. Alat untuk analisa tanah ditunjukkan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam analisa contoh tanah di laboratorium

No Parameter Peralatan

1 Tekstur Hydrometer, gelas piala, gelas ukur, ayakan, pipet tetes dan

neraca analitik

2 C-Organik Neraca analitik, labu ukur, pipet tetes dan alat titrasi

3 KTK Neraca anlitik, tabung perkolasi, labu ukur dan labu semprot

4 pH Neraca analitik, botol kocok, mesin pengocok dan pH meter

5 Basa-basa Spektrofotemeter, flamefotometer dan atomic absortion

spektrofotometer (AAS)

6 Kejenuhan basa Atomic Absoption Spectrophotometer (AAS)

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Sampel tanah terganggu

16

2. Daftar isian profil (DIP)

3. Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Gorontalo skala 1:50.000

4. Peta Penggunaan Lahan skala 1:50.000

5. Peta Administrasi Kabupaten Pohuwato skala 1:50.000

6. Peta Geologi, Peta Lereng, Peta Jenis Tanah dan Peta Penggunaan Lahan

Kabupaten Pohuwato skala 1:50.000

7. Bahan kimia untuk analisis contoh tanah tercantum pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Bahan serta kegunaannya dalam penelitian

No Parameter Bahan

1 Tekstur Sampel tanah, larutan H2O2 30%, H2O210%, HCL 2N, Na4P207

4%

2 C-Organik Sampel tanah, kalium dikromat 1N, asam sulfat pekat dan larutan

standar 5000 ppm C

3 KTK Sampel tanah, ammonium asetat 1 M, etanol 96%, HCL 4N dan

NaCl 10%

4 pH Sampel tanah, akuades dan KCl 1M

5 Basa-basa Sampel tanah, ammonium asetat 1M, etanol 96%, HCL 4N dan

NaCl 10%

6 Kejenuhan basa Sampel tanah, ammonium asetat 1 M, etanol 96%, HCL 4N dan

NaCl 10%

3.3 Tahapan penelitian

Pengamatan lapangan dilakukan dilakukan secara free survey. Menurut Sys et al.,

(1991) adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan beberapa

langkah yaitu :

1. Tahapan persiapan (pengumpulan data-data)

2. Pembuatan peta kerja

3. Pengambilan sampel dan pengambilan data kuisioner

17

4. Analisis contoh tanah laboratorium

5. Analisis kesesuaian iklim dan lahan

6. Analisis Hubungan Antara Produktivitas Dan Indeks Lahan

3.3.1 Pengumpulan data penelitian

Tahapan ini meliputi studi pustaka dan pengumpulan berbagai macam data

sekunder antara lain peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000 (2110-42)

Bakosurtanal (1991), Peta Administrasi Pohuwato (RTRW Kab. Pohuwato), data

curah hujan, data suhu/temperatur, data produksi tanaman Kakao Kecamatan

Taluditi Kabupaten Pohuwato.

3.3.2 Pembuatan peta kerja

Peta kerja yang dimaksud adalah peta unit lahan yang akan digunakan sebagai

acuan dalam pengambilan/meletakkan posisi pengamatan profil tanah. Peta ini

dihasilkan dari overlay peta lereng, peta geologi, peta jenis tanah dan peta

penggunaan lahan lokasi penelitian pada skala yang sama. Peta Kerja Kecamatan

Taluditi ditunjukan pada Gambar 3.1

3.3.3 Pengambilan sampel tanah dan kuisioner

Pada tahapan ini, dilakukan pengambilan contoh tanah pada profil pewakil

masing-masing unit lahan. Tahapan selanjutnya adalah melakukan wawancara

terhadap petani setempat sebagai bahan informasi pendukung dalam penelitian.

Untuk melakukan wawancara digunakan daftar pertanyaan (quetionary). Variabel

yang akan digali dalam interview ini, meliputi:

(a) Luas tanam, luas potensi pengembangan komoditas kakao;

(b) Produksi dan produktivitas petani;

18

(c) Pendapatan yang dicapai petani sekarang;

(d) Manajemen pertanaman (Pupuk, pengolahan tanah dan varietas benih)

3.4 Analisis contoh tanah di laboratorium

Analisis contoh tanah dilakukan untuk menetapkan nilai karakteristik tanah fisik

dan kimia di tiap unit lahan. Adapun karakteristik taah yang dianalisis ditunjukkan

pada tabel 3.2.

3.5 Analisis kesesuaian iklim dan lahan

3.5.1 Analisis kesesuaian iklim

a. Penentuan persyaratan iklim dan tanah untuk tanaman tahunan yang di

ambil berdasarkan literatur (Sys et al, 1991)

b. Pembobotan untuk masing-masing karakteristik iklim

c. Perhitungan indeks iklim berdasarkan metode storie.

........(1)

Rc = ( 0,9 x Ic ) + 16,67 (Jika, 25 < Ic < 92,5)

Rc = ( 1,6 x Ic ) (Jika, Ic < 25)

Keterangan :

Ic = Indeks iklim

A = Rating curah hujan

B = Rating panjang musim kemarau

C = Rating temperatur tahunan

D = Rating temperaturemaksimum

E = Rating temperaturminimum

F = Rating kelembaban udara relatif

19

3.5.2 Analisis kesesuaian lahan

Prosedur penetapan indeks dan kelas lahan sebagai berikut:

a. Penetapan karakteristik lahan daerah penelitian

b. Penentuan persyaratan lahan untuk tanaman tahunan (Sys et al., 1991)

c. Pembobotan untuk masing-masing karakteristik lahan

d. Perhitungan indeks lahan berdasarkan metode storie dapat dilihat pada

persamaan 2 :

........(2)

Keterangan :

I = Indeks Lahan

A = Rating iklim

B = Rating kelerengan

C = Rating banjir

D = Rating drainase

E = Rating tekstur

F = Rating kedalaman tanah

G = Rating batuan permukaan

H = Rating KTK

I = Rating kejenuhan basah

J = Rating jumlah kation dasar

K = Rating pH

L = Rating C-Organik

M = Rating Daya Hantar Listrik

Nilai I :

100-75 S1

75-50 S2

50-25 S3

25-0 N

20

3.6 Analisis hubungan antara produktivitas dan indeks lahan pada

pertanaman kakao

Data produksi hasil wawancara dengan petani dan pengukuran langsung pada

sejumlah ubinan pada masing-masing satuan lahan dibuat hubungannya dengan

indeks lahan yang ditunjukkan dalam satu grafik sumbu y yang diwakili dengan

produktivitas lahan (ton/ha) dan sumbu x yang diwakili dengan indeks kesesuaian

lahan. Hubungan ini di analisis dengan menggunakan analisis korelasi Pearson

sehingga dapat diperoleh petunjuk hubungan/korelasi karakteristik lahan (x)

dengan produktivitas kakao (y).

21

Gambar 3.1 Peta Unit Lahan Kecamatan Taluditi

22

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak geografis dan batas administrasi

Lokasi Penelitian terletak di Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, Provinsi

Gorontalo. Secara geografis daerah ini terletak di antara 0o59’33.5“-0o 35’11.9”

LU dan 121o45’39.16”-121o57’58” BT.

Lokasi tersebut secara administratif berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Laut Sulawesi

Sebelah Timur : Kecamatan Patilanggio dan Kecamatan Buntulia

Sebelah Selatan : Kecamatan Randangan

Sebalah Barat : Kecamatan Wonggarasi

Kecamatan Taluditi terletak di Kabupaten Pohuwato, yang memiliki luas

sebesar 159.97 km2. Kecamatan ini terdiri dari tujuh desa yaitu meliputi Panca

Karsa I, Panca Karsa II, Tirto Asri, Kalimas, Malango, Mekarti Jaya, dan Marisa

VI. Peta Administrasi Kecamatan Taluditi ditampilkan pada Gambar 4.2.

4.2 Iklim

Berdasarkan data curah hujan 10 tahun terakhir (2007-2016) berkisar ±1300-2600

mm/tahun dengan intesitas hujan per bulan yang mencapai 90–250 mm/bulan.

Berdasarkan data tersebut tipe iklim menurut klasifikasi Oldeman, Kecamatan

Taluditi termasuk iklim C1. Curah hujan memiliki puncak yaitu pada bulan

Januari, dengan jumlah curah hujan rata-rata bulanan sebesar 249 mm (Gambar

4.1).

23

249

108

186

205

236

200

157

91104

182

215

166

0

50

100

150

200

250

300

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

Gambar 4.1 Curah hujan rata-rata bulanan Kecamatan Taluditi tahun 2007-2016

4.3 Tanah

Berdasarkan peta tanah tinjau Kecamatan Taluditi Skala 1:50.000 maka jenis

tanah yang terdapat di Kecamatan Taluditi ditemukan lima jenis tanah, jenis tanah

tersebut dipaparkan dalam Tabel 4.1 dan Gambar 4.3.

Tabel 4.1 Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Taluditi

Jenis Tanah Luas (ha) Persentase (%)

Dystropepts, Tropudalfs, Troporthents 1019,74 1,37

Dystropepts, Humitropepts, Tropohumults 49835,97 67,16

Tropudults, Dystropepts 20024,21 26,98

Tropalquepts, Tropofluvents 2074,92 2,80

Dystropepts, Tropudalfs 1253,75 1,69

Luas Total 74208,59 100

Sumber : RTRW Kab. Pohuwato , 2010.

4.4 Geologi

Berdasarkan pete geologi skala 1 : 50.000 ditemukan lima jenis formasi geologi.

Ke lima jenis formasi tersebut di paparkan dalam Tabel 4.2 dan Gambar 4.4.

24

Tabel 4.2 Jenis Formasi Geologi/Bahan Induk yang terdapat di Kecamatan

Taluditi

Jenis Formasi Geologi Luas (ha) Persentase (%)

Qal

Teot

Tmr

1521,87

49703,89

4716,74

1,86

60,68

5,76

Tppv 1911,72 2,33

Tpwv 24062,37 29,37

Luas Total 81916,59 100

Sumber : RTRW Kab. Pohuwato , 2010.

Keterangan :

Qal : Aluvium Sungai, Lempung, Pasir, kerikil dan bongkah batuan beku dan

kuarsit.

Teot : lava basal, lava andesit, breksi gunung api, dengan selingan batu pasir

wake, batu pasir hijau, batu lanau, batu gamping merah, batu gamping

kelabu, dan sedikit batuan termalihkan. Umur dari satuan batuan ini

diperkirakan Eosen hingga Miosen Awal. Satuan batuan dari formasi ini

terdapat di daerah sekitar G. Tahupo (828 m) di sebelah selatan.

Tmr : Formasi Rantau ikil, Batu pasir lempungan, batupasir tufaan, batu pasir

gampingan, batu lempung pasiran, batu lempung tufaan, napal dan lensa

tipis batu gamping, berlapis baik. Ditemukan Globigerina, ElpHidium,

Hastigerina sp, Catapsydrax sp, Rotalia becarii (LIIN) dan Miogysina

yang berumur Te dan Tf (Oligosen awal sampai Miosen) dan juga

Ostrakoda. Tebalnya sekurang-kurangnya 1.000 meter.

Tppv : Batuan Gunungapi Pani terdiri dari dasit, andesit, tuf, dan aglomerat.

Lava andesit merupakan penyusun utama di formasi ini. Berstruktur

masif, warna abu – abu, bertekstur porfiritik, dengan fenokris terdiri dari

feldspar dan kuarsa. Sedang lava andesit berwarna abu–abu dengan

25

tekstur porfiro-afanitik, dan masif. Tuf berwarna abu abu muda,

bersusunan dasit dan kompak.

Tpwv : breksi gunung api, aglomerat, tuf, tuf lapili, lava andesit dan lava basal.

Satuan batuan ini diperkirakan berumur Pliosen Awal dengan ketebalan

diperkirakan 1.000 hingga 1.500 meter.

4.5 Topografi

Berdasarkan Peta Topografi skala 1 : 50.000 ditemukan lima jenis kemiringan

lereng. Ke lima jenis kemiringan lereng tersebut di paparkan dalam Tabel 4.3 dan

Gambar 4.5.

Tabel 4.3 Jenis topografi dan Kelas Lereng yang terdapat di Kecamatan Taluditi

Kemiringan Lereng (%) Luas (ha) Persentase (%)

0-3

8-15

15-25

25-45

>45

5173,44

1533,25

1890,64

34898,5

38411,84

6,32

1,87

2,31

42,61

46,90

Luas Total 81907,67 100

Sumber : RTRW Kab. Pohuwato , 2010.

4.6 Penggunaan lahan

Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan skala 1 : 50.000 ditemukan lima jenis

penggunaan lahan. Ke lima jenis penggunaan lahan tersebut di paparkan dalam

Tabel 4.4 dan Gambar 4.6.

Tabel 4.4 Jenis penggunaan lahan yang terdapat diKecamatan Taluditi

Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

Hutan Lahan Kering Primer 51896,95 63,35

Hutan Lahan Kering Sekunder 22909,56 27,97

Permukiman 707,9 0,86

Pertanian Lahan Kering Campur Semak 1539,21 1,88

Perkebunan 4866,87 5,94

Luas Total 81920,49 100

Sumber : RTRW Kab. Pohuwato , 2010.

26

Gambar 4.2 Peta Administrasi Kecamatan Taluditi

27

Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah Kecamatan Taluditi

28

Gambar 4.4 Peta Geologi Kecamatan Taluditi

29

Gambar 4.5 Peta Lereng Kecamatan Taluditi

30

Gambar 4.6 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Taluditi

31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik iklim daerah penelitian

5.1.2 Curah hujan

Berdasarkan data curah hujan 10 tahun terakhir (2007-2016) berkisar ±1300-2600

mm/tahun, maka iklim di Kecamatan Taluditi menurut Oldemen termasuk tipe

iklim C1 dengan jumlah bulan basah lebih dari 5.

5.1.3 Temperatur

Berdasarkan data yang diperoleh dari stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo,

daerah penelitian memiliki temperatur rata-rata berkisar 22-25 oC dan temperatur

minimum berkisar 24-28 oC. Temperatur pada daerah penelitian sesuai untuk

pertumbuhan tanaman kakao. Menurut Siregar,et al., (2009), temperatur ideal bagi

pertumbuhan kakao adalah 30-32 oC (maksimum) dan 18-21

oC (minimum).

Kakao dapat juga tumbuh dengan baik pada temperatur minimum 15 oC per bulan

dengan temperatur minimum absolute 10 oC per bulan.

5.1.4 Kelembaban udara

Daerah penelitian memiliki kelembaban rata-rata berkisar 70-85 %. Nilai tersebut

cukup sesuai untuk persyaratan tumbuh yang dikehendaki tanaman kakao.

Menurut Sys et al (1993), kelembaban udara relatif yang dikehendaki tanaman

kakao adalah sekitar 80 %, tanpa fluktuasi yang berarti kelembaban yang

berlebihan tidak berbahaya secara langsung, tapi dapat menambah hama dan

penyakit.

32

5.2 Karakteristik lahan

Profil 1

Profil 1 terletak pada koordinat 121° 50' 47,652" Edan 0° 44' 27,478" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 16-30 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa hutan. Hasil analisis laboratorium

menunjukkan bahwa titik pengamatan 1 memiiki pH 5.75 pada lapisan 1, 5.74

pada lapisan 2, dan 5.72 pada lapisan 3, KTK sedang 22,53 cmol/kg liat tanah, C-

Organik rendah 1,96 %, Kejenuhan basa sedang 45 %, tekstur pada lapisan 1

lempung berpasir, lapisan 2 liat, dan lapisan 3 liat berdebu, ESP pada lapisan 1

5,29 %, lapisan 2 2,52 %, dan pada lapisan 3 2,56 %, ECe lapisan 1 0,22 dsm-1

,

lapisan 2 0,15 dsm-1

dan pada lapisan 3 0,14 dsm-1

.

Profil 2

Profil 2 terletak pada koordinat 121° 48' 49,872" E dan 0° 39' 7,190" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 16-30 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa hutan. Hasil analisis laboratorium

menunjukkan bahwa titik pengamatan 2 memiiki pH 5.85 pada lapisan 1, 5.80

pada lapisan 2, dan 5.51 pada lapisan 3, KTK sedang 19,74 cmol/kg liat tanah, C-

Organik tinggi 2,43 %, Kejenuhan basa sedang 48 %, tekstur pada lapisan 1

lempung berpasir, lapisan 2 lempung berliat dan lapisan 3 lempug berliat, ESP

pada lapisan 1 2,84 %, lapisan 2 2,84 %, dan pada lapisan 3 2,47 %, ECe lapisan 1

1,14 dsm-1

, lapisan 2 0,34 dsm-1

dan pada lapisan 3 0,31 dsm-1

.

33

Profil 3

Profil 3 terletak pada koordinat 121° 48' 22,869" E dan 0° 38' 33,055" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa hutan. Hasil analisis laboratorium

menunjukkan bahwa titik pengamatan 3 memiiki pH 5.82 pada lapisan 1,5.6

pada lapisan 2, dan 5,46 pada lapisan 3, KTK sedang 21,93 cmol/kg liat tanah, C-

Organik rendah 1,93 %, Kejenuhan basa sedang 49 %, tekstur pada lapisan 1

lempung berpasir, lapisan 2 lempung berdebu dan lapisan 3 lempug berdebu, ESP

pada lapisan 1 2,57 %, lapisan 2 2,17 %, dan pada lapisan 3 4,35 %, ECe lapisan 1

0,78 dsm-1

, lapisan 2 0,49 dsm-1

dan pada lapisan 3 0,33 dsm-1

.

Profil 4

Profil 4 terletak pada koordinat 121° 50' 35,187" E dan 0° 38' 53,400" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 8-15 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa kebun sawit. Hasil analisis

laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 4 memiiki pH 5,98 pada

lapisan 1, 5,84 pada lapisan 2, dan 5,78 pada lapisan 3, KTK sedang 2,73

cmol/kg liat tanah, C-Organik tinggi 2,10 %, Kejenuhan basa sedang 48 %,

tekstur pada lapisan 1 lempung berdebu, lapisan 2 lempung berliat dan lapisan 3

liat, ESP pada lapisan 1 3,14 %, lapisan 2 2,89 %, dan pada lapisan 3 2,52 %, ECe

lapisan 1 0,53 dsm-1

, lapisan 2 0,35 dsm-1

dan pada lapisan 3 0,175 dsm-1

.

34

Profil 5

Profil 5 terletak pada koordinat 121° 51' 37,610" E dan 0° 37' 33,493"N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa hutan. Hasil analisis laboratorium

menunjukkan bahwa titik pengamatan 5 memiiki pH 5,98 pada lapisan 1, 5,84

pada lapisan 2, dan 5,78 pada lapisan 3, KTK sedang 22,73 cmol/kg liat tanah, C-

Organik tinggi 2,10 %, Kejenuhan basa sedang 48 %, tekstur pada lapisan 1

lempung berdebu, lapisan 2 lempung berdebu dan lapisan 3 lempung berdebu,

ESP pada lapisan 1 3,27 %, lapisan 2 3,30 %, dan pada lapisan 3 2,65 %, ECe

lapisan 1 0,98 dsm-1

, lapisan 2 0,91 dsm-1

dan pada lapisan 3 0,57 dsm-1

.

Profil 6

Profil 6 terletak pada koordinat 121° 50' 40,406" E dan 0° 45' 0,518" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 16-30 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa hutan. Hasil analisis laboratorium

menunjukkan bahwa titik pengamatan 6 memiiki pH 6,04 pada lapisan 1, 5,96

pada lapisan 2, dan 5,86 pada lapisan 3, KTK sedang 20,34 cmol/kg liat tanah, C-

Organik tinggi 1,91 %, Kejenuhan basa tinggi 64 %, tekstur pada lapisan 1 pasir,

lapisan 2 pasir berlempung dan lapisan 3 lempung berpasir, ESP pada lapisan 1

5,34 %, lapisan 2 1,76 %, dan pada lapisan 3 2,76 %, ECe lapisan 1 1,21 dsm-1

,

lapisan 2 0,64 dsm-1

dan pada lapisan 3 0,47 dsm-1

.

Profil 7

Profil 7 terletak pada koordinat 121° 53' 51,830" E dan 0° 38' 3,903" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

35

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa lahan jagung. Hasil analisis

laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 7 memiiki pH 5,89 pada

lapisan 1, 5,90 pada lapisan 2, dan 5,71 pada lapisan 3, KTK tinggi 28,31

cmol/kg liat tanah, C-Organik tinggi 2,11 %, Kejenuhan basa sedang 48 %,

tekstur pada lapisan 1 liat, lapisan 2 liat dan lapisan 3 liat berdebu, ESP pada

lapisan 1 5,34 %, lapisan 2 1,76 %, dan pada lapisan 3 2,76 %, ECe lapisan 1 0,47

dsm-1

, lapisan 2 0,33 dsm-1

dan pada lapisan 3 0,38 dsm-1

.

Profil 8

Profil 8 terletak pada koordinat 121° 50' 31,002" E dan 0° 43' 49,713" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 16-30 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa lahan kakao. Hasil analisis

laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 8 memiiki pH 5,91 pada

lapisan 1, dan 6,07 pada lapisan 2, KTK sedang 22,53 cmol/kg liat tanah, C-

Organik rendah 1,60 %, Kejenuhan basa sedang 43 %, tekstur pada lapisan 1

lempung berdebu dan lapisan 2 lempung, ESP pada lapisan 1 2,84 %, dan lapisan

2 1,89 %, ECe lapisan 1,87 dsm-1

, dan lapisan 2 0,65 dsm-1

.

Profil 9

Profil 9 terletak pada koordinat 121° 48' 18,935" E dan 0° 35' 58,849" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa lahan kakao. Hasil analisis

laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 9 memiiki pH 6,18 pada

lapisan 1, dan 6,14 pada lapisan 2, KTK sedang 18,94 cmol/kg liat tanah, C-

Organik tinggi 2,00 %, Kejenuhan basa sedang 49 %, tekstur pada lapisan 1

36

lempung dan lapisan 2 pasir, ESP pada lapisan 1 2,05 %, dan lapisan 2 2,62 %,

ECe lapisan 0,69 dsm-1

, dan lapisan 2 0,55 dsm-1

.

Profil 10

Profil 10 terletak pada koordinat 121° 48' 59,406" E dan 0° 37' 15,413" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase buruk dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa hutan.Hasil analisis laboratorium

menunjukkan bahwa titik pengamatan 10 memiiki pH 6,06 pada lapisan 1, KTK

sedang 19,54 cmol/kg liat tanah, C-Organik rendah 1,96 %, Kejenuhan basa

sedang 43 %, bertekstur lempung berpasir, dan ESP 3,31 %, ECe 0,81 dsm-1

,

Profil 11

Profi 11 terletak pada koordinat 121° 53' 52,801" E dan 0° 39' 16,030" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa lahan jagung. Hasil analisis

laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 11 memiiki pH 6,08 pada

lapisan 1, dan 6,13 % pada lapisan 2, KTK rendah 15,15 cmol/kg liat tanah, C-

Organik tinggi 2,11 %, Kejenuhan basa tinggi 61 %, tekstur pada lapisan 1

lempung berpasir dan lapisan 2 pasir berlempung, ESP pada lapisan 1 3,91 %, dan

lapisan 2 2,70 %, ECe lapisan 0,25 dsm-1

, dan lapisan 2 0,88 dsm-1

.

Profil 12

Profil 12 terletak pada koordinat 121° 50' 22,641" E dan 0° 46' 37,103" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 8-15 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa lahan jagung. Hasil analisis

laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 12 memiiki pH 6,09 % pada

37

lapisan 1, dan 6,13 pada lapisan 2, KTK rendah 14,56 cmol/kg liat tanah, C-

Organik rendah 1,76 %, Kejenuhan basa tinggi 63%, tekstur pada lapisan 1

pasirdan lapisan 2 lempung berpasir, ESP pada lapisan 1 3,19 %, dan lapisan 2

3,29 %, ECe lapisan 0,97 dsm-1

, dan lapisan 2 0,50 dsm-1

.

Profil 13

Profil 13 terletak pada koordinat 121° 48' 28,460" E dan 0° 36' 26,295" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 8-15 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa campuran tanaman jagung dan

kakao. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 13

memiiki pH 6,12 pada lapisan 1, dan 6,18 pada lapisan 2, KTK rendah 14,36

cmol/kg liat tanah, C-Organik rendah 1,81%, Kejenuhan basa tinggi 67 %, tekstur

pada lapisan 1 lempung berpasir dan lapisan 2 lempung liat berpasir, ESP pada

lapisan 1 3,42 %, dan lapisan 2 3,32 %, ECe lapisan 0,85 dsm-1

, dan lapisan 2

0,37 dsm-1

.

Profil 14

Profil 14 terletak pada koordinat 121° 52' 37,962" E dan 0° 38' 51,901" N. Bentuk

wilayah wilayah agak datar 3-8 %, drainase baik dan bahaya erosi ringan.

Penggunaan lahan pada unit lahan ini berupa lahan jagung. Hasil analisis

laboratorium menunjukkan bahwa titik pengamatan 14 memiiki PH 6,16 pada

lapisan 1, dan 6,13 pada lapisan 2, KTK sedang 17,21 cmol/kg liat tanah, C-

Organik rendah 1,92 %, Kejenuhan basa sedang 58 %, tekstur pada lapisan 1

lempung berpasir dan lapisan 2 lempung berpasir, ESP pada lapisan 1 2,95 %, dan

lapisan 2 1,94 %, ECe lapisan 0,69 dsm-1

, dan lapisan 2 0,70 dsm-1

.

38

Profil 15

Profil 15 terletak pada koordinat 121° 51' 9,111" E dan 0° 54' 32,902" N. Untuk

profil ini tidak dilakukan proses pengambilan sampel, karena titik ini berada di

kelerengan >45 % dan penggunaan lahan di sekitar titik adalah hutan lindung.

5.3 Tanaman kakao

5.3.1 Analisis kesesuaian iklim tanaman kakao

Analisis kesesuaian iklim daerah penelitian pada tanaman kakao sesuai marginal

(S3). Penentuan indeks iklim dan kelas kesesuaian iklim dilakkan dengan metode

storie, dengan memperhatikan persyaratan iklim untuk tanaman kakao.

Karakteristik iklim tiap wilayah antara lain curah hujan, panjang musim kemarau,

rata-rata suhu tahunan, dan kelembaban udara relatif.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan persamaan Storie pada

daerah penelitian memiliki indeks iklim 36,19. Kelas kesesuaian iklim sesuai

marginal (S3) untuk pengembangan tanaman kakao dengan faktor pembatas

kelembaban udara relatif. Hasil analisis kesesuaian iklim pada daerah penelitian

dapat dilihat pada Tabel 5.1. Nilai indeks iklim (Ic) dikonversi menjadi nilai bobot

iklim yaitu 49,24.

Tabel 5.1 Klasifikasi kelas kesesuaian iklim wilayah penelitian

Parameter Nilai

CH Tahunan 91

Panjang Musim Kemarau 100

Rata-rata Suhu Tahunan 95,5

Rata-rata suhu Tahunan Maksimum 85

Rata-rata suhu Tahunan Minimum 100

Kelembaban Udara Relatif 49

Indeks Iklim (IC) 36,19

Kesesuaian Iklim S3

39

5.3.2 Analisis kesesuaian lahan tanaman kakao

Penentuan indeks lahan dan kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan metode

storie, dengan memperhatikan persyaratan lahan untuk tanaman kakao dan

karakteristik lahan tiap wilayah antara lain iklim, sifat fisik dan sifat kimia lahan

dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran 9.

Analisis kesesuaian lahan yang dilakukan berdasarkan metode storie

menunjukan bahwa nilai indeks lahan pada rata-rata daerah penelitian antara 9,42

sampai 39,88. Pada profil 1 memiliki nilai indeks lahan 17,73 dan kelas

kesesuaian lahan tergolong tidak sesuai (N) dengan faktor pembatas kelerengan.

Profil 2 memiliki nilai indeks lahan 18,71 dan kelas kesesuaian lahan tergolong

tidak sesuai (N) dengan faktor pembatas kelerengan. Profil 3 memiliki nilai indeks

lahan 16,84 dan kelas kesesuaian lahan tergolong tidak sesuai (N) dengan faktor

pembatas tekstur. Profil 4 memiliki nilai indeks lahan 27,83 dan kelas kesesuaian

lahan tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas iklim. Profil 5

memiliki nilai indeks lahan 31,91 dan kelas kesesuaian lahan tergolong sesuai

marginal (S3) dengan faktor pembatas iklim. Profil 6 memiliki nilai indeks lahan

9,42 dan kelas kesesuaian lahan tergolong tidak sesuai (N) dengan faktor

pembatas tekstur dan kelerengan. Profil 7 memiliki nilai indeks lahan 31,91 dan

kelas kesesuaian lahan tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas

iklim. Profil 8 memiliki nilai indeks lahan 19,94 dan kelas kesesuaian lahan

tergolong tidak sesuai (N) dengan faktor pembatas kelerengan. Profil 9 memiliki

nilai indeks lahan 39,88 dan kelas kesesuaian lahan tergolong sesuai marginal

(S3) dengan faktor pembatas iklim. Profil 10 memiliki nilai indeks lahan 26,92

40

dan kelas kesesuaian lahan tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor

pembatas iklim. Profil 11 memiliki nilai indeks lahan 33,24 dan kelas kesesuaian

lahan tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas iklim. Profil 12

memiliki nilai indeks lahan 15,51 dan kelas kesesuaian lahan tergolong tidak

sesuai (N) dengan faktor pembatas tekstur. Profil 13 memiliki nilai indeks lahan

23,27 dan kelas kesesuaian lahan tergolong tidak sesuai (N) dengan faktor

pembatas iklim. Profil 14 memiliki nilai indeks lahan 29,91 dan kelas kesesuaian

lahan tergolong sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas iklim. Hasil analisis

kesesuaian lahan dan kelas kesesuaian tanaman kakao pada daerah penelitian

dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan untuk kelas kesesuaian lahan dan faktor pembatas

tanaman kakao di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Berdasarkan besarnya indeks lahan dengan menggunakan hubungan antara

indeks lahan dengan kelas kesesuaian lahan sebagaimana yang dikemukakan oleh

Sys et al.,(1991), maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kakao pada daerah

penelitian tergolong pada kelas S3 (sesuai marginal) dan N (tidak sesuai). Hal ini

sejalan dengan hasil kakao di lapangan yang diperoleh melalui wawancara dengan

petani kakao setempat. Hasil produktivitas kakao di daerah penelitian yang jika

dihubungkan dengan pendugaan hasil menurut Sys et al.,(1991), bahwa unit lahan

yang tergolong S3 dapat menghasilkan produksi optimal 1,2 – 1,4 ton/ha dari

asumsi produksi optimal kakao untuk hasil komersial yang baik sekitar 1,5-2,5

ton/ha sedangkan untuk hasil petani kecil sekitar 0,8 – 1,5 ton/ha. Peta kesesuaian

lahan dapat dilihat pada Gambar 5.2.

41

Tabel 5.2 Indeks kesesuaian lahan dan kelas kesesuaian tanaman kakao di lokasi

Penelitian

Titik pewakil unit lahan Indeks Kelas

1 17.73 N

2 18.71 N

3 16.84 N

4 27.83 S3

5 31.91 S3

6 9.42 N

7 31.91 S3

8 19.94 N

9 39,88 S3

10 26.92 S3

11 33.24 S3

12 15.51 N

13 23.27 N

14 29,91 S3

Tabel 5.3 Kelas kesesuaian lahan dan faktor pembatas tanaman kakao di lokasi

penelitian

Unit

Lahan

Kelas

Kesesuaian Faktor Pembatas Luas (Ha) Persentase (%)

1 Nt Kelerengan 13862.3 24.0

2 Nt Kelerengan 1037.5 1.8

3 Ns Tekstur 1373.6 2.4

4 S3c Iklim 2699.2 4.7

5 S3c Iklim 478.9 0.8

6 Nts Kelerengan, tekstur 2018.2 3.5

7 S3c Iklim 13.0 0.02

8 Nt Kelerengan 12884.3 22.3

9 S3c Iklim 868.3 1.5

10 S3c Iklim 417.4 0.7

11 S3c Iklim 499.3 0.9

12 Ns Tekstur 20021.2 34.7

13 Nt Kelerengan 829.7 1.4

14 S3c Iklim 761.6 1.3

Total 57764.61 100

Keterangan :

s = Sifat fisik tanah

t = Topografi

c = Curah hujan

Faktor pembatas dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor pembatas yang tidak

dapat diperbaiki dan faktor pembatas yang dapat diperbaiki. Faktor pembatas yang

tidak dapat diperbaiki seperti kedalaman tanah, iklim dan lain sebagainya. Serta

42

faktor pembatas yang dapat diperbaiki seperti kandungan unsur hara, kemasaman,

dan sebagainya.

Berdasarkan hasil analisis tanah di Kecamatan Taluditi Kabupaten

Pohuwato memiliki beberapa kelas tekstur yaitu lempung, lempung berliat,

lempung berdebu, lempung berpasir dan liat. Kelas tekstur tersebut termasuk

dalam jenis tekstur yang cocok untuk budidaya tanaman kakao. Untuk menunjang

pertumbuhannya, tanaman kakao menghendaki tanah yang subur dengan

kedalaman efektif lebih dari 1,5 meter. Ini penting mengingat akar tunggang

tanaman dapat leluasa untuk menembus tanah sehingga pertumbuhan akar dapat

optimal dan tidak kerdil. Pertumbuhan akar yang tidak optimal dan kerdil dapat

menurunkan produktivitas tanaman kakao (Liyanda et al., 2012).

Wahyudi et al.(2008), menyebutkan tanah yang cocok untuk tanaman

kakao adalah yang bertekstur lempung liat (clay loam) yang merupakan

perpaduan antara 50 % pasir, 10-20 % debu dan 30-40 % liat. Tekstur tanah ini

dianggap memiliki kemampuan menahan air yang tinggi dan memiliki sirkulasi

udara yang baik.

Tanah dikatakan memiliki sifat fisik yang baik adalah jika mampu

menahan air dengan baik, lebih tepatnya memiliki peredaran udara/aerasi dan

penyediaan air/drainase tanah yang baik bagi pertumbuhan dan

pernapasan/respirasi akar. Kelas tekstur ini tidak dapat diperbaiki untuk merubah

kelas kesesuaian lahan, namun pengaruh negatif dari tekstur tersebut dapat

dikurangi dengan pemberian pupuk organik (Novelman et al.,2012).

43

Faktor pembatas retensi hara dan ketersediaan hara dapat diperbaiki dengan

memberikan input teknologi pada tingkat medium yaitu, pengapuran dan

pemberian pupuk N, P, K, dan pupuk organik. Dengan perbaikan ini dapat

memperbaiki kondisi hara tanah, sifat fisika, kimia dan biologi tanah, sehingga

kelas kesesuaian lahan meningkat atau terperbaiki, walaupun masih tetap kelas S3

(sesuai marginal) (Novelman et al., 2012).

Jika pH lebih dari 8 dan kurang dari 4 maka tanaman kakao tidak dapat

tumbuh dengan baik, karena tanaman kakao menghendaki pH antara 6-7. Untuk

meningkatkan pH dapat dilakukan dengan cara pengapuran. Dimana

pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari sangat masam atau

masam ke pH agak netral atau netral, serta menurunkan kadar Al (Layli,2012).

Menurut Maspary (2011) yang dikutip Layli (2012), Kadar Ca dan Mg

dapat dinaikkan dengan cara memberikan dolomit atau kapur, selain

meningkatkan pH tanah pemberian kapur juga dapat meningkatkan kadar Ca

dan kejenuhan basa. Terdapat hubungan yang sangat nyata antara takaran

kapur dengan Al dan kejenuhan Al. Dosis kapur disesuaikan dengan pH tanah,

umumnya sekitar 3 ton/ha, berkisar antara 1-5 ton/ha. Kapur yang baik adalah

kapur magnesium atau dolomit yang dapat sekaligus menyuplai Ca dan Mg.

Meningkatnya pH akan meningkatkan kesuburan tanah karena unsur-unsur

yang sifatnya beracun bagi tanaman akan menurun. Dengan usaha perbaikan pH

tersebut dapat meningkatkan kelas kesesuaian lahan dari S3 (sesuai marginal)

menjadi S2 (cukup sesuai) bahkan bisa menjadi S1 (sangat sesuai).

44

Kandungan bahan organik ditentukan berdasarkan jumlah C-organik,

bahan organik tersebut sangat berperan secara fisik, kimia, dan biologis dalam

menentukan tingkat kesuburan tanah. Faktor pembatas C-organik ini dapat diatasi

dengan pemberian bahan organik berupa pupuk organik. Pupuk organik tersebut

dapat berupa pupuk kompos dan pupuk kandang. Pemberian pupuk organik

tersebut bermanfaat untuk menggemburkan lapisan tanah di permukaan,

meningkatkan populasi jasad renik, dan mempertinggi daya serap dan daya

simpan air. Hal tersebut dapat meningkatkan kesuburan tanah, dan meningkatkan

kelas kesesuaian lahan dari S3 (sesuai marginal) menjadi S2 (cukup sesuai)

dengan tingkat pengelolaan rendah. Pengelolaan lahan dengan tingkat pengelolaan

tinggi dapat meningkatkan dua kelas dari S3 (sesuai marginal) menjadi S1(sangat

sesuai) (Layli, 2012).

5.3.3 Analisis hubungan antara produktivitas dan indeks lahan pada

tanaman kakao

Data produksi hasil wawancara dengan petani pada masing-masing satuan lahan

dibuat hubungannya dengan indeks lahan yang akan ditunjukkan dalam satu

grafik sumbu y yang diwakili dengan produktivitas lahan (ton/ha) dan sumbu x

yang diwakili dengan indeks lahan. Hubungan ini dianalisis dengan menggunakan

analisis korelasi Pearson dan disajikan pada Tabel 5.4 dan Gambar 5.1.

45

Tabel 5.4 Hubungan antara produktivitas dan indeks lahan pada tanaman kakao

Unit Lahan Produktivitas (y) Indeks Lahan (x)

1 1.2 17.73

2 1.1 18.71

3 1 16.84

4 1.3 27.83

5 1 31.91

6 1 9.42

7 1.4 31.91

8 1.1 19.94

9 1.2 39.88

10 1.1 26.92

11 1.2 33.24

12 1 15.51

13 1.1 23.27

14 1.2 29.91

y = 0.0081x + 0.9372

r = 0.5

00,10,20,30,40,50,60,70,80,9

11,11,21,31,41,5

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00

Pro

du

kti

vit

as

(to

n/h

a)

Indeks Lahan

Gambar 5.1 Grafik hubungan antara Indeks Lahan dan Produktivitas Kakao di

Kecamatan Taluditi

Hasil regresi linier antara indeks kesesuaian lahan (IKL) dan produktivitas

kakao di Kecamatan Taluditi menghasilkan persamaan y = 0,0081x + 0,9372

dengan nilai koofisien korelasi atau r = 0,57. Nilai r tersebut menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang cukup atau sedang antara indeks kesesuaian lahan dengan

produktivitas kakao, seiring dengan peningkatan nilai IKL, maka terdapat

peningkatan hasil kakao di Kecamatan Taluditi. Nilai ini sekaligus memberi

petunjuk bahwa nilai karakteristik lahan berkaitan cukup erat dengan

produktivitas kakao di Kecamatan Taluditi.

46

Gambar 5.2 Peta Kesesuaian Lahan Kecamatan Taluditi

47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka diperoleh kesimpulan yaitu:

1. Kecamatan Taluditi tergolong wilayah tipe iklim C1, topografi dominan

berbukit dengan kemiringan >25 %, tekstur tanah dominan lempung

berpasir, pasir berlempung, dan liat.

2. Kelas kesesuaian lahan Kecamatan Taluduti untuk kakao didominasi kelas

N (tidak sesuai) seluas 52026,84 ha atau 90,07 % dan sisanya seluas

5737,77 ha atau 9,93 % yang termasuk kelas S3 (sesuai marginal) dengan

faktor pembatas utama seperti iklim, lereng dan tekstur. Indeks kesesuaian

lahan Kecamatan Taluditi untuk kakao berkisar antara 9,42 sampai 39,88.

3. Hubungan antara indeks lahan dan produktivitas kakao tergolong sedang

dengan nilai korelasi r = 0,57 yang berarti seiring dengan peningkatan nilai

indeks lahan disertai dengan kenaikan hasil kakao.

6.2 Saran

Analisis kesesuaian lahan di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato,

sebaiknya bukan untuk kakao, atau diarahkan untuk penggunaan lahan yang

lain. Oleh karena berdasarkan hasil penelitian lahan di Kecamatan Taluditi

dominan tersebut tidak sesuai untuk mengembangkan tanaman kakao.

48

DAFTAR PUSTAKA

Alvim, P. De T., Alvin, R. 1980. Environmental Requirements of Cocoa With

Emphasis on Responses to Shade And Moisture Stress. Proceedings of the

Int. Conf. On Cocoa and Coconuts., 1978 June 21 24,. Centro de Pesquisas

do Cacau (CEPEC), Itabuna, Bahia, Brazil : Kuala Lumpur, Malaysia ; 1980

pp.93-111 ref 32.

Asrul,L., 2013. Agribisnis Kakao. Penerbit Media Bangsa, Jakarta.

Baja, S. 2012. Metode Analitik Evaluasi Sumber Daya Lahan: Aplikasi GIS,

Fuzzy Set, dan MCDM. Identitas Universitas Hasanuddin, Makassar.

Baja, S. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah

Pendekatan Spasial dan Aplikasinya. Andi, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik, 2017. Statistik Daerah Kecamatan Taluditi. Kabupaten

Pohuwato : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato.

Canon, S., Irawaty Igirisa, Faiz Machmud., 2013. Penguatan Kelembagaan

Kelompok Tani Kakao Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di

Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Laporan Akhir Penelitian

Prioritas Nasional Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (2011 – 2025) (Penprinas Mei 2011-2025). Universitas

Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Djaenuddin, D., H. Marwan, H. Subagyo, Mulyani Anny, dan N. Suharta. 2000.

Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat, Bogor.

FAO, 1976. A Framework for land evaluation. Soils Bulletin no 32; FAO,

Rome.Greenland, D. J. 1997. The Sustainability of Rice Farming. CAB

International,York. 273

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan

Perencanaan Tataguna Lahan. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Kadariah, Karlina, L., Gray. C., 1978, Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Layli, F., 2012. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kakao ( Theobroma

cacao L.). Universitas Negeri Malang.

Liyanda, M, Abubakar Karim, Yusya Abubakar. 2012. Analisis Kriteria

Kesesuaian Lahan Terhadap Produksi Kakao Pada Tiga Klaster

49

Pengembangan Di Kabupaten Pidie. Jurnal Agrista Vol. 16 No. 2, 2012.

Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh.

Maspary. 2011. Mengatasi Tanah Masam dan Basa,(Online), (http://www.

Gerbang pertanian.com/2011/11/mengatasi-tanah-masam-dan-basa.html)

diakses 28 Juli 2012.

Mustaman, W. 2016. Evaluasi Kesesuaian Lahan Kecamatan Pitu Riawa

Kabupaten Sidrap Untuk Budidaya Padi Irigasi Dan Jagung. Universitas,

Hasanuddin.Makassar.

Novelman, T, Abubakar Karim, Ashabul Anhar. 2012.Analisis Kesesuaian Lahan

Kakao di Kabupaten Simeulue. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2008. Bahan Tanaman Unggul

Kakao. Pedoman Teknis Budidaya Kakao. Puslit Kopi dan Kakao

Indonesia. Jember

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004, Panduan Lengkap Budidaya

Kakao, 13, Jakarta, Agromedia Pustaka.

Rayes, L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit

Andi,Yogyakarta.

Sys, C., E. V. Ranst, J. Debaveye, dan F. Beernaert. 1991. 1993. Land

Evaluationpart III Crop Requirements. General Administration for

Development Cooperation Place du Champ de Mars 5 bte 57 – 1050

Brussels – Belgium.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universita Indonesia press, Jakarta

Wahyudi, T. R. Panggabean, & Pujianto. 2008. Panduan Lengkap Kakao. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Wood, G. A. R. and R. A. Lass. 1987. Cocoa (4th edition). Longman. London.

50

LAMPIRAN

Lampiran1. Hasil Analisis Sifat Kimia Kecamatan Taluditi

NoKode

Sampel

Unit

LahanCa Mg K Na

Basa-

BasaKTK KB C-Org PASIRDEBU LIAT pH H20 ESP ECE Tekstur

--% -- dsm-1

1 T1L1 6,93 0,36 0,23 0,42 7,94 17,55 45 1,52 56 29 15 5.75 5,29 0,23

2 T1L2 8,29 0,86 0,52 0,25 9,92 22,53 44 1,89 35 7 58 5.74 2,52 0,15

3 T1L3 7,96 0,57 0,22 0,23 8,98 20,14 45 1,78 17 41 42 5.72 2,56 0,15

4 T2L1 7,73 0,75 0,41 0,26 9,14 19,14 48 2,43 55 38 7 5.85 2,84 1,14

5 T2L2 7,13 1,22 0,19 0,25 8,79 19,54 45 1,46 39 30 31 5.80 2,84 0,34

6 T2L3 7,55 0,92 0,23 0,22 8,92 19,74 45 1,60 29 35 36 5.51 2,47 0,32

7 T3L1 8,08 0,80 0,22 0,24 9,35 18,94 49 1,78 35 36 28 5.82 2,57 0,79

8 T3L2 8,08 2,11 0,17 0,23 10,59 21,93 48 1,46 4 43 53 5.62 2,17 0,49

9 T3L3 6,66 0,88 0,16 0,35 8,05 21,14 38 1,93 8 45 47 5,46 4,35 0,33

10 T4L1 6,95 0,51 0,24 0,25 7,95 19,34 41 2,10 19 54 27 5.98 3,14 0,53

11 T4L2 6,72 1,87 0,16 0,26 9,01 18,94 48 2,00 27 36 37 5.84 2,89 0,35

12 T4L3 6,77 1,52 0,22 0,22 8,73 22,73 38 1,96 10 40 50 5.78 2,52 0,18

13 T5L1 7,13 0,98 0,17 0,28 8,56 17,95 48 1,77 40 52 8 5.89 3,27 0,98

14 T5L2 6,89 0,57 0,16 0,26 7,88 20,14 39 1,69 24 67 9 5.67 3,30 0,91

15 T5L3 6,54 1,32 0,22 0,22 8,30 22,13 37 1,83 30 56 13 5.88 2,65 0,57

16 T6L1 7,19 1,28 0,14 0,19 8,80 20,34 43 1,70 92 4 5 6.04 2,16 1,21

17 T6L2 6,83 2,11 0,25 0,32 9,52 14,96 64 1,45 86 9 5 5.96 3,36 0,64

18 T6L3 7,55 0,98 0,19 0,25 8,97 16,35 55 1,91 78 11 12 5.86 2,79 0,47

19 T7L1 6,30 1,46 0,22 0,45 8,43 17,55 48 1,92 44 9 47 5.89 5,34 0,48

20 T7L2 8,02 2,35 0,24 0,19 10,80 22,53 48 1,86 17 29 53 5.90 1,76 0,34

21 T7L3 7,82 1,83 0,22 0,28 10,15 28,31 36 2,11 10 48 41 5.71 2,76 0,38

22 T8L1 6,72 1,22 0,28 0,24 8,46 22,53 38 1,60 39 54 7 5,91 2,84 1,87

23 T8L2 7,07 1,58 0,19 0,17 9,01 20,94 43 1,44 42 33 25 6,07 1,89 0,65

24 T9L1 7,31 1,52 0,23 0,19 9,25 18,94 49 2,00 48 44 8 6,18 2,05 0,69

25 T9L2 6,36 1,58 0,24 0,22 8,40 17,15 49 1,08 43 51 7 6,14 2,62 0,56

26 T10L1 10 6,77 1,22 0,19 0,28 8,47 19,54 43 1,96 77 15 8 6,06 3,31 0,82 Lempung berpasir

27 T11L1 6,25 1,36 0,26 0,32 8,19 13,56 60 1,88 75 11 14 6,08 3,91 0,25

28 T11L2 6,74 2,02 0,24 0,25 9,25 15,15 61 2,11 84 7 9 6,13 2,70 0,89

29 T12L1 7,21 1,42 0,17 0,29 9,10 14,36 63 1,76 90 5 6 6,09 3,19 0,97

30 T12L2 6,62 1,19 0,13 0,27 8,21 14,56 56 1,53 68 26 6 6,13 3,29 0,50

31 T13L1 6,74 0,95 0,22 0,28 8,19 13,56 60 1,81 54 33 13 6,12 3,42 0,85

32 T13L2 7,18 1,96 0,19 0,32 9,65 14,36 67 1,04 60 19 20 6,18 3,32 0,38

33 T14L1 6,68 1,30 0,23 0,25 8,46 17,21 49 1,56 74 20 6 6,16 2,95 0,70

34 T14L2 7,16 2,25 0,21 0,19 9,81 16,95 58 1,92 56 37 7 6,13 1,94 0,71

Lempung

Lempung

Lempung berpasir

Pasir berlempung

Lempung berpasir

Lempung berpasir

12

13

14

Lempung berliat

Liat

Liat berdebu

Lempung berliat

Lempung berdebu

Pasir berlempung

Liat

5

6

7

8

9

11

-------------------- cmol/kg -------------------- ---------------------- % ------------------

1

2

3

4

51

Lampiran 2. Curah Hujan selama 10 Tahun terakhir (2007-2016) dari BMKG Gorontalo

Tahun Curah Hujan Bulanan (mm)

Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

2007 180 119 180 143 208 352 134 128 104 188 250 129 2115

2008 309 81 370 278 192 208 279 157 157 268 244 127 2670

2009 283 170 254 308 245 105 91 65 22 160 198 112 2013

2010 159 62 150 237 266 229 271 171 186 268 196 184 2379

2011 238 147 303 190 215 202 88 68 163 149 171 259 2193

2012 261 110 156 245 308 147 218 73 80 134 218 152 2237

2013 265 127 190 227 301 123 194 146 92 158 231 183 2237

2014 450 50 133 179 256 194 98 48 31 88 195 212 1934

2015 237 156 62 123 169 177 57 5 22 31 192 103 1334

2016 106 55 57 117 202 263 144 50 183 374 259 197 2007

Rata-Rata 249 108 186 205 236 200 157 91 104 182 215 166 2098

* BB BL BL BB BB BB BL BL BK BL BB BL

Keterangan : * = Macam Bulan menurut Oldeman

BK (Bulan Kering) = 1

BB (Bulan Basah) = 5

BL ( Bulan Lembab) = 6

Tipe Iklim = C1

52

Lampiran 3. Temperatur Rata-rata selama 5 Tahun terakhir (2011-2015) dari BMKG Gorontalo

Tahun Temperatur Rata-rata

Rata-rata Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des

2011 26,6 26,5 26,3 26,3 27,4 26 27 27,4 27,5 27,4 26,7 27,1

2012 26,6 26,6 26,9 27,1 27,3 27,1 26,3 27,1 27,5 27,6 27,2 27

2013 27 26,8 27,6 27,6 27,3 27,3 26,2 26,5 27,2 27,5 27,4 27,2

2014 26 24,2 27,2 26,5 27,4 26,2 27 26,5 27,1 27,7 27,3 27,1

2015 26,7 24,1 27 26,8 27,4 26 26,5 26,8 26,5 27,8 27,2 28,4

Rata-rata 26,58 25,64 27 26,86 27,36 26,52 26,6 26,86 27,16 27,6 27,16 27,36 26,89166667

Sumber : BMKG,Gorontalo, 2016

53

Lampiran 4. Temperatur selama 5 Tahun terakhir (2011-2015) dari BMKG Gorontalo

Tahun Temperatur Maksimum

Rata-rata Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des

2011 32 31,9 31,7 32,2 32,5 31,6 32,1 32,7 33,1 33,5 33,2 32,4

2012 31,7 32,5 32,5 32,4 32,8 32,6 31,5 32,8 33,8 34,2 32,8 32,4

2013 32,1 31,8 33,1 33,2 32,4 32,7 31,1 31,4 33,1 33,5 32,5 32,2

2014 31,5 32 32,9 33,3 32,8 32,4 32,3 32,1 33,6 34,8 32,9 32,2

2015 31,6 31,3 32,1 33,8 32,9 31,7 32,3 32,5 33,6 33,9 33,8 33,4

Rata-rata 32 31,9 32,46 33 32,68 32,2 31,86 32,3 33,44 33,98 33,04 32,52 32,615

Sumber : BMKG,Gorontalo, 2016

Tahun Temperatur Maksimum

Rata-rata Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des

2011 23,2 23,2 23,6 23,7 23,3 23 22,5 22,1 22,2 22,6 22,7 22,8

2012 23 22,2 22,5 23,5 23,1 22,9 23,1 22,6 22\,6 23,2 24,1 22,8

2013 23,9 23,7 24 24,1 24,4 23,9 23,5 23,1 22,8 23,1 23,7 24

2014 22,9 22,8 23,2 24 24 23,8 22,9 22,7 21,2 21,9 24,1 24,2

2015 23,6 23,5 23,4 23,6 23,8 23,5 22,3 21,7 21,1 22,1 24,2 24,3

Rata-rata 23,32 23,08 23,34 23,78 23,72 23,42 22,86 22,44 21,98 22,58 23,8 23,62 23,161

54

Lampiran 5. Kelembaban Rata-rata selama 5 Tahun terakhir (2011-2015) dari BMKG Gorontalo

Tahun Bulan Rata-

rata Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des

2011 84 85 86 82 84 81 80 75 77 81 81 84

2012 84 85 84 85 84 84 85 79 77 78 85 81

2013 85 84 82 83 86 85 86 82 77 78 81 84

2014 84 72 80 82 84 82 80 81 73 70 84 85

2015 85 75 80 77 82 82 77 71 62 66 78 78

Total 422 401 412 409 420 414 408 388 366 373 409 412

Rata-

rata 84,4 80,2 82,4 81,8 84 82,8 81,6 77,6 73,2 74,6 81,8 82,4 80,56667

Sumber : BMKG,Gorontalo, 2016

55

Lampiran 6. Lama Penyinaran selama 5 Tahun terakhir (2011-2015) dari BMKG Gorontalo

Sumber : BMKG,Gorontalo, 2016

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nop Des

2011 47,5 48,3 45,8 56,7 52,5 53 73,1 75 59,8 66,5 62,7 52

2012 43,3 48,3 43,9 44,3 52,5 53 37,2 63,4 62,8 51,1 45,9 73,1

2013 30,6 64,6 70,4 57,4 52,5 53 52,4 66,4 70,4 75,8 60 55,4

2014 59,4 66,3 71,4 70 64,1 57,1 77,3 64,7 82,5 86,8 61,8 66

2015 65,8 61 74,6 73,5 74,4 64,2 84,9 83 91,8 82,6 71,3 73,6

total 246,6 288,5 306,1 301,9 296 280,3 324,9 352,5 367,3 362,8 301,7 320,1

N 49,32 57,7 61,22 60,38 59,2 56,06 64,98 70,5 73,46 72,56 60,34 64,02

N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

n/N 0,4932 0,577 0,6122 0,6038 0,592 0,5606 0,6498 0,705 0,7346 0,7256 0,6034 0,6402

56

Lampiran 7. Skala, Harkat, Indeks dan Kelas Kesesuaian iklim Wilayah

Parameter Nilai

CH Tahunan 91

Panjang Musim Kemarau 100

Rata-rata Suhu Tahunan 95,5

Rata-rata suhu Tahunan Maksimum 85

Rata-rata suhu Tahunan Minimum 100

Kelembaban Udara Relatif 49

Indeks Iklim (IC) 36,19

Kesesuaian Iklim S3

Rating iklim :

Rc = ( 0,9 x Ic ) + 16,67

= ( 0,9 x 36,19 ) + 16,67

= 32,57 + 16,67

= 49.24

57

Lampiran 8. Skala, Harkat, Indeks dan Kelas Kesesuaian lahan Wilayah

Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas Nilai Kelas

Iklim 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3 49,24 S3

Topografi (t)

Kelerengan (%) 50 S2 50 S2 90 S1 70 S2 90 S1 50 S2 90 S1 50 S2 90 S1 90 S1 100 S1 70 S2 70 S2 90 S1

Kebasahan (w)

Banjir 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1

Drainase 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1

Sifat Fisik Tanah (s)

Tekstur 100 S1 100 S1 50 S3 100 S1 100 S1 50 S3 100 S1 100 S1 100 S1 75 S2 75 S2 50 S3 75 S2 75 S2

Kedalaman Tanah (cm) 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1

Fraksi kasar (vol %) 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1

Kesuburan Tanah (f)

Kejenuhan Basa (%) 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1

pH H2O 80 S2 80 S1 80 S1 85 S1 80 S1 85 S1 80 S1 90 S1 100 S1 90 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1

C-Organik (%) 90 S1 95 S1 95 S1 95 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1 90 S1

Salinitas & Alkalinitas (n)

ESP 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1

Ece (dS/m) 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1 100 S1

Indeks Lahan (I)

Kesesuaian Lahan N S3N S3 N S3 S3 S3

11 12 13 14

N N N S3 S3 N

29,91

2 3 4 5 6 7 8 9 10

19,94 39,88 26,92 33,24 15,51 23,27

Karakteristik Lahan 1

Unit Lahan

17,73 18,71 16,84 27,83 31,91 9,42 31,91

58

Lampiran 9. Hasil wawancara usaha tani Tanaman Kakao

59

Lampiran 10. Deskripsi Profil Tanah

Sifat fisik tanah di lapangan pada setiap profil tanah meliputi warna, tekstur,

struktur, dan keadaan lainnya di bawah ini:

Kode profil : T1

Lokasi : Desa Marisa VI

Kemiringan lereng : 16-30 %

Drainase : Baik

Vegetasi : Jagung

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-10 10 YR 5/8 yellowish brown (lembab),

Lempung berpasir

2 10- 65 10 YR 5/6 yellowish brown (lembab),Liat

3 65-85 10 YR 5/4 yellowish brown (lembab), Liat

berdebu

Penampang Profil dan bentang lahan T1

60

Kode profil : T2

Lokasi (Desa) : Desa Malango

Kemiringan lereng : 16-30 %

Drainase : Baik

Vegetasi : Jagung

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-10 5 YR 4/2 dark reddish gray (lembab),

Lempung berpasir

2 10-40 10 YR 5/4 yellowish brown (lembab),

Lempung berliat

3 40-70 2,5 YR 5/6 light olive brown (lembab),

Lempung berliat

Penampang Profil dan bentang lahan T2

61

Kode profil : T3

Lokasi : Panca Karsa 2

Kemiringan lereng : 3-8%

Drainase : Baik

Vegetasi : Pepohonan dan semak

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-25 10 YR 4/6 dark yellowish brown (lembab),

Lempung berpasir

2 25-60 10 YR 3/6 dark yellowish brown (lembab),

Lempung berdebu

3 60-110 Lempung berdebu

Penampang Profil dan bentang lahan T3

62

Kode profil : T4

Lokasi : Panca Karsa 2

Kemiringan lereng : 8-15 %

Drainase : Baik

Vegetasi : Sawit

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-23 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),

Lempung berdebu

2 23-60 10 YR 4/6 dark yellowish brown (lembab),

Lempung berliat

3 60-110 10 YR 5/6 yellowish brown (lembab), Liat

Penampang Profil dan bentang lahan T4

63

Kode profil : T5

Lokasi : Desa Tirto Asri

Kemiringan lereng : 3-8%

Drainase : Baik

Vegetasi : Rerumputan

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-30 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),

Lempung berdebu

2 30-50 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),

Lempung berdebu

3 50-110 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),

Lempung berdebu

Penampang Profil dan bentang lahan T5

64

Kode profil : T6

Lokasi : Desa Tirto Asri

Kemiringan lereng : 16-30 %

Drainase : Baik

Vegetasi : Lahan campuran

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-15 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),

Pasir

2 15-30 10 YR 3/2 very dark grayish brown

(lembab), Pasir berlempung

3 30-48 10 YR 4/3 brown (lembab), Lempung

berpasir

Penampang Profil dan bentang lahan T6

65

Kode profil : T7

Lokasi : Desa Kalimas

Kemiringan lereng : 3-8%

Drainase : Baik

Vegetasi : Lahan Jagung

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-30 10 YR 3/4 dark yellowsih brown (lembab),

Liat

2 30-60 10 YR 5/6 yellowish brown (lembab),Liat

3 60-90 10 YR 5/4 yellowish brown (lembab), Liat

berdebu

Penampang Profil dan bentang lahan T7

66

Kode profil : T8

Lokasi : Desa Panca Karsa 1

Kemiringan lereng : 16-30 %

Drainase : Buruk

Vegetasi : Kebun Kakao

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-23 10 YR 2/2 very dark brown (lembab),

Lempung berdebu

2 23-65 10 YR 3/3 dark brown (lembab), Lempung

Penampang Profil dan bentang lahan T8

67

Kode profil : T9

Lokasi : Desa Panca Karsa 1

Kemiringan lereng : 3-8%

Drainase : Baik

Vegetasi : Kebun Kakao

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-10 10 YR 3/2 very dark grayish brown

(lembab), Lempung

2 10-40 10 YR 5/4 yellowish brown (lembab), Pasir

Penampang Profil dan bentang lahan T9

68

Kode profil : T10

Lokasi : Desa Panca Karsa1

Kemiringan lereng : 3-8%

Drainase : Baik

Vegetasi : Semak

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-20 5 YR 4/2 dark reddish gray (lembab),

Lempung berpasir

Penampang Profil dan bentang lahan T10

69

Kode profil : T11

Lokasi : Desa Kalimas

Kemiringan lereng : 3-8%

Drainase : Baik

Vegetasi : Jagung

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-25 10 YR 3/6 dark yellowish brown (lembab),

Lempung berpasir

2 25-45 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),

Pasir berlempung

Penampang Profil dan bentang lahan T11

70

Kode profil : T12

Lokasi : Desa Malango

Kemiringan lereng : 8-15%

Drainase : Baik

Vegetasi : Jagung

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-20 10 YR 2/2 very dark brown (lembab),Pasir

2 20-50 10 YR 3/4 dark yellowish brown (lembab),

Lempung berpasir

Penampang Profil dan bentang lahan T12

71

Kode profil : T13

Lokasi : Desa Panca Karsa 1

Kemiringan lereng : 8-15 %

Drainase : Baik

Vegetasi : Kebun Kakao

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-29 10 YR 4/4 dark yellowish brown (lembab),

Lempung berpasir

2 29-45 5 YR 3/3 dark reddish brown (lembab),

Lempung liat berpasir

Penampang Profil dan bentang lahan T13

72

Kode profil : T14

Lokasi : Desa Kalimas

Kemiringan lereng : 3-8 %

Drainase : Baik

Vegetasi : Jagung

Lapisan Kedalaman (cm) Uraian

1 0-10 10 YR 2/2 very dark brown (lembab),

Lempung berpasir

2 10-35 10 YR 5/6 yellowish brown (lembab),

Lempung berpasir

Penampang Profil dan bentang lahan T14

73

74