30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang ini, kita tahu jika banyak penyakit menular maupun penyakit yang tidak menular berkembang pesat. Hal tersebut sangat berkaitan dengan kondisi lingkungan serta budaya hidup sehat yang dijalani masyarakat semakin menunjukkan kemerosotannya. Lingkungan sangat berperan penting dalam perkembangbiakan serta penyebaran suatu bibit penyakit. Selain itu, lingkungan yang tidak sehat telah memunculkan berbagai endemik baru yang sangat mengkhawatirkan, khususnya pada dunia kesehatan. Berdasarkan Konsep hidup sehat H.L.Blum, kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. 1 | Penyakit Berbasis Lingkungan

Demog

Embed Size (px)

DESCRIPTION

demografi

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman sekarang ini, kita tahu jika banyak penyakit menular maupun penyakit yang

tidak menular berkembang pesat. Hal tersebut sangat berkaitan dengan kondisi lingkungan

serta budaya hidup sehat yang dijalani masyarakat semakin menunjukkan kemerosotannya.

Lingkungan sangat berperan penting dalam perkembangbiakan serta penyebaran suatu bibit

penyakit. Selain itu, lingkungan yang tidak sehat telah memunculkan berbagai endemik baru

yang sangat mengkhawatirkan, khususnya pada dunia kesehatan.

Berdasarkan Konsep hidup sehat H.L.Blum, kondisi sehat secara holistik bukan saja

kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk

menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga

kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya

masalah kesehatan.

Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor

lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan

kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang

mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor

tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling

sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor

perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan

hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.

1 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

Lingkungan yang terdiri dari lingkungan air, udara, tanah serta makanan. Keempat

lingkungan tersbut memegang peranan penting dalam kemunculan berbagai penyakit. Salah

satunya yakni lingkungan udara. Selama kita hidup pasti kita selalu berinteraksi dengan

udara, bahkan setiap detik kita selalu menghirup udara berupa gas oksigen. Namun, perlu kita

ketahui jika berbagai bibit penyakit dapat menular dan berkembang melalui bantuan udara.

Berdasarkan hal tersebut, kami akan mencoba memaparkan proses bagaimana

lingkungan udara dapat menjadi sumber dari berbagai penyakit, baikyang menular maupun

tidak menular.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dari teori bluum

2. Untuk mengetahui penyakit berbasis lingkungan

3. Untuk mengetahui pengertian penyakit berbasis lingkungan

4. Untuk mengetahui paradigma kesehatan lingkungan

5. Untuk mengetahui contoh penyakit berbasis lingkungan

6. Untuk mengetahui faktor penunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan

7. Untuk mengetahui apa saja yang meminimalisir terjadinya penyakit berbasis

lingkungan

8. Mengetahui secara terperinci apa itu diare

9. Untuk mengetahui cara penularan dan pencegahan diare

2 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

C. Manfaat

1. Dapat mengetahui konsep dari teori bluum

2. Dapat mengetahui penyakit berbasis lingkungan

3. Dapat mengetahui pengertian penyakit berbasis lingkungan

4. Dapat mengetahui paradigma kesehatan lingkungan

5. Dapat mengetahui contoh penyakit berbasis lingkungan

6. Dapat mengetahui faktor penunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan

7. Dapat mengetahui apa saja yang meminimalisir terjadinya penyakit berbasis

lingkungan

8. Dapat Mengetahui secara terperinci apa itu diare

9. Dapat mengetahui cara penularan dan pencegahan diare

3 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Teori HL. Blum

Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan.

Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual

dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan

suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat

faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut

merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.

Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor

lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan

kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang

mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor

tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling

sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor

perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan

hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.           

KONSEP BLUM

Dalam konsep Blum ada empat  faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor

saling keterkaitan berikut penjelasannya :

1. Perilaku masyarakat

Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting

untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat

harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya.

4 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga

lingkungan yang bersih dan sehat.

Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan pembinaan untuk

menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi

hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah,

dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus diajak turut serta dalam

menyukseskan program-program kesehatan.

2. Lingkungan

Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.

Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya

penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan

sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi

penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah

perlu kesadaran semua pihak.

Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk sosial

kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya

harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan

masalah kejiwaan.

3. Pelayanan kesehatan

Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan

posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam

mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan

dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya

manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.

5 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar

perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi

dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang

memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-

program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif

sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.

4. Genetik

Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita

harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan

memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.

Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah

perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang. Namun masih banyak

saja anak Indonesiayang status gizinya kurang bahkan buruk.

B. Konsep Penyakit Berbasis Lingkungan

Blum, seorang pakar yang selama ini selalu menjadi rujukan dan ’‘suhu’ kesehatan

masyarakat, melalui teorinya, berpendapat bahwa kesehatan lingkungan dan perilaku manusia

merupakan dua faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap status kesehatan

masyarakat. Komponen perilaku dan komponen kesehatan lingkungan ini merupakan dua

faktor yang paling memungkinkan untuk diintervensi, sehingga telah menjadi kiblat berbagai

tindakan promotif dan preventif pada mayoritas masalah penyakit dan masalah kesehatan.

Berdasarkan berbagai data dan laporan, saat ini penyakit berbasis lingkungan masih

menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. ISPA dan diare yang merupakan

penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakt di hampir seluruh

Puskesmas di Indonesia, selain Malaria, Demam Berdarah Dengue ( DBD ), Filariasis, TB

6 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

Paru, Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang

buruk.

Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antra lain Penyakit disebabkan oleh

faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan

aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak

terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah,

tercemarnya tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah

pertanian, sarana transportaasi, serta kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan.

C. Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit merupakan suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau

morfologi suatu organ dan/atau jar tubuh. (Achmadi’05). Sedangkan pengertian 

Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati, nyata,

abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam

tersebut. (Sumirat’96).  

Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan

fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan

segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.

Lingkungan terdiri dari lingkungan udara, tanah, air serta makanan. Lingkungan udara

merupakan salah satu lingkungan yang dapat menimbulkan berbagai endemik baru yang

berbahaya bagi kesehatan. Lingkungan udara sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan

semua makhluk hidup, karena setiap detik semua membutuhkan udara dalam bentuk oksigen.

Di sisi lain, udara yang kotor seperti debu, asap rokok, asap pembakaran, asap pabrik dapat

menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan khususnya dalam perkembangbiakan dan

penyebaran berbagai bibit penyakit.

7 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

D. Paradigma Kesehatan Lingkungan

Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu diketahui perjalanan

penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita dapat melakukan intervensisecara

cepat dan tepat.

Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti dibawah ini:

Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan menjadi 4 (empat)

simpul, yakni :

Simpul 1: Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent penyakit. Agent

penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit baik

melalui kontak secara langsung maupun melalui perantara.

Beberapa contoh agent penyakit:

Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll

Agent Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2,

Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dll

8 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

Agent Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll

Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi,

Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karna dapat memindahkan

agent penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikena sebagai media transmisi adalah:

- Udara

- Air

- Makanan

- Binatang

- Manusia / secara langsung

Simpul 3: Penduduk

Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain:

- Perilaku

- Status gizi

- Pengetahuan

Simpul 4 :Pengobatan penderita sakit/ manajemen kasus

Pengobatan terhadap penderita kasus tersebut dikenal sebagai manajemen kasus atau penderita

penyakit. Agent penyakit yanng masuk ke tubuh seseorang akan menngalami proses yang amat

9 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

kompleks di dalam tubuh manusia tersebut. Tentu saja tubuh manusia dengan sistem pertahanannya

tidak serta-merta menyerah begitu saja. Hal ini dikenal sebagai sistem pertahanan seluler maupun

humoral. Untuk kasus penyakit lingkungan yang menular, mikroba yang masuk ke dalam tubuh

manusia melalui berbagai media transmisi tentu akan dicoba di-contain, ditahan dan

dibunuh oleh sel-sel pertahanan tubuh manusia.

Sakit merupakan keadaan patologis pada individu maupun sekelompok orang berupa kelainan fungsi

maupun morfologi. Untuk memastikan kondisi seseorang dinyatakan sakit, bis melalui pemeriksaan

secara sederhana hingga pemeriksaan dengan alat teknologi tinggi. Kondisi gangguan penyakit

merupakan kegagalan pengendalian faktor risiko pada simpul 1, 2, dan 3. Saat itulah diperlukan

manajemen kasus penderita dengan baik dan tuntas, terutama untuk kasus penyakit menular. Kasus

penyakit menular memerlukan pengobatan yang baik untuk mencegah timbulnya penularan.

Sedangkan untuk penyakit yang tidak menular, upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan

dukungan teknik diagnostik dan penentuan faktor risiko agar orang lain tidak menderita penyakit

serupa.

E. Contoh Penyakit Berbasis Lingkungan

1. Diare

2. Demam berdarah

3. Disentri

4. Hepatitis A

5. Kolera

6. Tiphus

7. Cacingan

8. Malaria

10 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

F.  Faktor yang menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain :

a. Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya air dimana

ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, jauh di atas ketersediaan

air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun. Namun demikian, Indonesia

masih saja mengalami persoalan air bersih. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki

akses terhadap air bersih,  sebagian besar yang memiliki akses mendapatkan air bersih dari

penyalur air, usaha air secara komunitas serta sumur air dalam. Dari data Bappenas

disebutkan bahwa pada tahun 2009 proporsi penduduk dengan akses air minum yang aman

adalah 47,63%. Sumber air minum yang disebut layak meliputi air ledeng, kran umum, sumur

bor atau pompa, sumur terlindung , mata air terlindung dan air hujan. Dampak kesehatan dari

tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya nampak pada

anak-anak sebagai kelompok usia rentan. WHO memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak

1,6 juta balita (rata-rata 4500 setiap tahun) meninggal akibat air yang tidak aman dan

kurangnya higienitas.

b. Akses sanitasi dasar yang layak

Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan salah satu

isu penting dalam menentukan kualitas sanitasi. Namun pada kenyataannya dari data Susenas

2009, menunjukkan hampir 49% rakyat Indonesia belum memiliki akses jamban. Ini berarti

ada lebih dari 100 juta rakyat Indonesia yang BAB sembarangan dan menggunakan jamban

yang tak berkualitas. Angka ini jelas menjadi faktor besar yang mengakibatkan masih

tingginya kejadian diare utamanya pada bayi dan balita di Indonesia.

11 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

c. Penanganan sampah dan limbah

Tahun 2010 diperkirakan sampah di Indonesia mencapai 200.000 ton per hari  yang

berarti 73 juta ton per tahun.  Pengelolaan sampah yang belum tertata akan menimbulkan

banyak gangguan baik dari segi estetika berupa onggokan dan serakan sampah, pencemaran

lingkungan udara, tanah dan air, potensi pelepasan gas metan (CH4) yang memberikan

kontribusi terhadap pemanasan global, pendangkalan sungai yang berujung pada terjadinya

banjir serta gangguan kesehatan seperti  diare, kolera, tifus penyakit kulit, kecacingan, atau

keracunan akibat mengkonsumsi makanan (daging/ikan/tumbuhan)  yang tercemar zat

beracun dari sampah.

d. Vektor penyakit

Vektor penyakit semakin sulit diberantas, hal ini dikarenakan vektor penyakit telah

beradaptasi sedemikian rupa terhadap kondisi lingkungan, sehingga kemampuan bertahan

hidup mereka pun semakin tinggi. Hal ini didukung faktor lain yang membuat

perkembangbiakan vektor semakin pesat antara lain  : perubahan lingkungan fisik seperti

pertambangan, industri dan pembangunan perumahan; sistem penyediaan air bersih dengan

perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container

untuk penyediaan air; sistem drainase permukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi

syarat; sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat, penggunaan pestisida yang

tidak bijaksana dalam pengendalian vektor; pemanasan global yang meningkatkan

kelembaban udara lebih dari 60% dan merupakan keadaan dan tempat hidup yang ideal untuk

perkembang-biakan vektor penyakit.

e. Perilaku masyarakat

Perilaku Hidup Bersih san Sehat belum banyak diterapkan masyarakat, menurut studi

Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci

tangan adalah (1) setelah buang air besar 12%, (2) setelah membersihkan tinja bayi dan balita

12 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

9%, (3) sebelum makan 14%, (4) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (5) sebelum

menyiapkan makanan 6 %.  Studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum

rumah tangga menunjukan 99,20 % merebus air untuk mendapatkan air minum, namun 47,50

% dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Menurut studi Indonesia Sanitation

Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006 terdapat 47% masyarakat masih

berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.

G. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya

penyakit berbasis lingkungan

1. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui  Surveilans

kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, dan

Pembinaan kelompok pemakai air.

2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban keluarga

(Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah

(TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU) meliputi hotel dan tempat

penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah,

sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.

3. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana

pendidikan, dan perkantoran.

4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk melakukan

pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan

minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini

serta penyakit bawaan makanan.

5. Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama kader

juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas, melakukan

13 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk dan

tumbuhnya jentik.

14 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

BAB III

PEMBAHASAN DAN DOKUMENTASI

DIARE

Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan

fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan

segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.

Untuk dapat melakukan upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, sangat

penting kita ketahui karakteristik penyakit dan patogenesis suatu penyakit.

Disini penulis mengambil topik tentang penyakit diare, karna diare sangat banyak

dijumpai dikalangan masyarakat di indonesia

DIARE

A. pengertian

adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas, meningkatnya frekuensi

buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer. Tanda-tanda Diare dapat bervariasi sesuai

tingkat keparahannya serta tergantung pada jenis penyebab diare.

Ada beberapa penyebab diare. Beberapa di antaranya adalah Cyclospora cayetanensis, total

koliform (E. coli, E. aurescens, E. freundii, E. intermedia, Aerobacter aerogenes), kolera,

shigellosis, salmonellosis, yersiniosis, giardiasis, Enteritis campylobacter, golongan virus

dan  patogen perut lainnya.

Penularannya

15 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

bisa dengan jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung ataupun tidak langsung

(lewat lalat). Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC (Enterohaemorragic E. coli),

ternak merupakan reservoir terpenting. Akan tetapi, secara umum manusia dapat juga

menjadi sumber penularan dari orang ke orang. Selain itu, makanan juga dapat

terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen akibat lingkungan yang tidak sehat, di mana-

mana ada mikroorganisme patogen, sehingga menjaga makanan kita tetap berseih harus

diutamakan.

B. Cara Penularan melalui :

Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang

hinggap pada tinja, karena buang air besar (BAB) tidak di jamban.

Air minum yang mengandung E. Coli yang tidak direbus sampai mendidih.

Air sungai yang tercemar bakteri E.coli karena orang diare buang air besar di sungai

digunakan untuk mencuci bahan makanan, peralatan dapur, sikat gigi, dan lain-lain.

Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli (sesudah BAB tidak mencuci

tangan dengan sabun)

Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.Coli kemudian dimakan oleh

manusia.

C. Cara pencegahan penyakit diare

disesuaikan dengan faktor penyebabnya adalah sebagai berikut :

Penyediaan air tidak memenuhi syarat

1. Gunakan air dari sumber terlindung

2. Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran

16 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

Pembuangan kotoran tidak saniter

1. Buang air besar di jamban

2. Buang tinja bayi di jamban

3. Apabila belum punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun berkelompok

dengan tetangga.

Mengapa BAB harus sehat??kenapa jamban yang kita miliki harus sehat??? mungkin ini yang

belum pernah terpikirkan oleh sebaian besar masyarakat pedesaan kita. dari penjelasan di atas

sudah dapat diketahui penyakit yang timbul akaibat BAB dan jamban tidak sehat. jamban

sendiri Merupakan tempat penampung kotoran manusia yang sengaja dibuat untuk

mengamankannya, dengan tujuan:

1. Mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia

akibat pembuangan kotoran manusia.

2. Mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan

lingkungan sekitarnya

17 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

Perilaku tidak higienis

1. Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan

2. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar

3. Minum air putih yang sudah dimasak

4. Menutup makanan dengan tudung saji

5. Cuci alat makan dengan air bersih

6. Jangan makan jajanan yang kurang bersih

7. Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/mendidih

Sedangkan intervensi pada faktor lingkungan dapat dilakukan antra lain melalui :

1. Perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung.

2. Perbaikan sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat perindukan lalat.

Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga kebersihan kandang hewan,

buang air besar di jamban yang sehat, pengelolaan sampah yang baik, dan sebagainya.

Keberadaan lalat sangat berperan dalam penyebaran penyakit diare, karena lalat dapat

berperan sebagai reservoir. Lalat biasanya berkembang biak di tempat yang basah seperti

sampah basah, kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan yang membusuk, dan permukaan air kotor

yang terbuka. Pada waktu hinggap, lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik

hitam. tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat.

Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumput-

18 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

rumput, dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan

tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Di dalam rumah, lalat

istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari.

Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter.

Pemberantasan lalat dapat dilakukan dengan 3 cara, fisik (misalnya penggunaan air curtain),

kimia (dengan pestisida), dan biologi (sejenis semut kecil berwana hitam  Phiedoloqelon

affinis untuk mengurangi populasi lalat rumah di tempat-tempat sampah). Lingkungan yang

tidak higienis akan mengundang lalat. Padahal lalat dapat memindahkan mikroorganisme

patogen dari tinja penderita ke makanan atau minuman.

19 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n

BAB IV

PENUTUP

A.  Simpulan

Lingkungan memiliki andil dalam menimbulkan adanya penyakit. Bahkan menurut HL Blum,

faktor lingkungan berperan sangat besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi

atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala

sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.

Lingkungan terdiri dari lingkungan udara, tanah, air serta makanan. Lingkungan udara

merupakan salah satu lingkungan yang dapat menimbulkan berbagai endemik baru yang

berbahaya bagi kesehatan.

B.  Saran

Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan kepada pihak – pihak terkait :

Pemerintah perlu mensosialisakan mengenai perilaku hidup sehat yang harus dijalankan oleh

masyarakat, terkait dengan munculnya berbagai penyakit berbasis lingkungan.

Para cendikiawan, seyogyanya perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh

lingkungan terhadap munculnya berbagai penyakit baru.

Sarjana Kesehatan Masyarakat perlu melakukan berbagai upaya tindakan preventif terhadap

perkembangan penyakit berbasis lingkungan yang dapat diikuti oleh seluruh masyarakat.

20 | P e n y a k i t B e r b a s i s L i n g k u n g a n