Upload
fitria-mayangsari
View
12
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I PENDAHULUAN
Bagian yang sering digunakan pada Piper betle L. ialah daunnya sehingga disebut
dengan sediaan Piperis Betle Folium (Daun Sirih). Sejak berabad-abad tanaman ini digunakan
sebagai obat tidak hanya oleh masyarakat Cina tetapi oleh masyarakat India. Tanaman ini potensi
sebagai obat herbal terapi aktif terhadap infeksi mikroba, utamanya di rongga mulut. Sirih
dijuluki sebaai tanaman abadi yang diciptakan dengan bentuk hati manusia. Antropolog memiliki
jejak yang ditemukan sebagai sirih di gua-gua di barat laut Thailand pada 5500-7000 sebelum
masehi, bahkan sebelum system pertanian dipraktekkan. Di Indonesia, penemuan serupa
ditemukan di Timor pada 3000 sebelum masehi. Serta ditemukannya kerangka manusia purba
kala yang giginya mengeras hitam akibat mengunyah sirih di Filipina pada 2600 sebelum
masehi. Bahkan saat ini beberapa pengunyah sirih mengeras di Thailand, Myanmar dan
Indonesia dengan gigi hitam akibat panjang tahun mengunyah.
Sudah dijelaskan bahwa sejak zaman kuno daun sirih memiliki fungsi sebagai aromatic,
stimulo-karminatif (katu), astringent, dan afrodisiak (Kamagnisandipanam). Sementara bagi
sistem tradisional india, daun sirih dikenal memiliki fungsi untuk membantu sistem pencernaan
dan kegiatan stimulant lipase. Serta secara tradisional daun sirih diketahui bermanfaat untuk
pengobatan berbagai penyakit seperti bau mulut, bisul dan abses, konjungtivitis, sembelit, sakit
kepala, gatal-gatal, mastitis, mastoiditis, keputihan, otore, pembengkakan gusi, rematik, luka dan
cedera. Daun sirih dianggap berguna dalam mengobati bronkitis dan dyspnea. Daun yang
dikunyah oleh penyanyi untuk meningkatkan suara mereka. Daun sirih segar memiliki efek
antimikroba, kurap, antijamur, antiseptik dan efek antihelminthic. Daun digunakan dalam mata
tetes untuk mata luka / infeksi sebagai lotion bayi untuk yang baru lahir, untuk batuk, asma,
sembelit dan untuk menangkap susu sekresi. Minyak atsiri dari daun sirih telah digunakan untuk
pengobatan catarrhs pernapasan dan antiseptik. Ekstrak daun sirih dilaporkan menghambat
kompetensi reproduksi pria.
Bioaktivitas untuk antimikroba pada daun sirih adalah sterol (Chakraborty, 2011).
Ekstrak daun sirih juga memiliki aktivitas melindungi GI dengan bioaktivitas Allylpyrocatacol
(Bhattacharya, 2007). Bioaktivitas Allylpyrocatacol dan katekol juga bertanggung jawab sebagai
antioksidan. Bahkan, ekstrak daun sirih juga dapat sebagai radio protektif karena mengandung
chavibetol dan alil pirokatekol (Bhattacharya, 2005). Isolasi dari daun sirih mengandung
Piperbetol, ethylpiperbetol, piperol A dan piperol B selektif terhadap agregasi platelet (Pisar,
2007). Ekstrak dun sirih juga memiliki aktivitas antidiabet (Arambewela, 2005), antifertilitas dan
antiestrogonik (Sharma, 2007) serta hepatoprotektor (Kumar, 2010).
Manfaat dari daun sirih yang paling sering digunakan adalah sebagai antimikroba atau
antiseptic. Sediaan yang cocok untuk antiseptic adalah sediaan cair, sediaan cair lebih mudah
pembuatannya dan lebih mudah diterima untuk pengaplikasiannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi Tanaman Sirih
Klasifikasi Dalam Ilmu Biologi
Dalam sistem binomial, klasifikasi daun sirih sebagai berikut:
· Kingdom : Plantae.
· Division : Magnoliophyta.
· Class : Magnoliopsida.
· Ordo : Piperales.
· Family : Piperaceae.
· Genus : Piper.
· Species : P. Betle
Morfologi Tumbuhan Sirih
Dengan berdasar pada klasifikasi daun sirih di atas, kita bisa sedikit mengurai
morfologinya. Batang sirih berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan
merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung
runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila
diremas. Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir
dan terdapat daun pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya
sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina
panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna
putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan.
Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.
Bagian daun tanaman sirih memiliki bentuk serupa jantung. Daunnya tunggal dan pada
bagian ujung cenderung runcing. Daun ini tersusun dengan cara selang seling. Pada tiap
daunnya terdapat tangkai. Daun tersebut memiliki aroma yang cukup khas apabila diremas.
Daun ini memiliki kisaran panjang antara 5 sampai 8 cm. Lebarnya mulai dari 2 cm sampai 5
cm.
Tanaman sirih memiliki bunga dengan bentuk bulir. Bunga ini juga memiliki daun
pelindung dengan ukuran 1mm, bentuknya bulat memanjang. Sirih juga memiliki buah yang
digolongkan sebagai buah buni (buah dengan dinding dua lapis). Bentuk buah ini bulat dan
warnanya hijau cenderung abu-abu.
Organ akar pada tanaman sirih digolongkan sebagai akar tunggang. bentuknya bulat dan
warnanya coklat dengan sedikit menjurus pada warna kuning khas akar lainnya.
2. Zat-Zat Yang Terdapat Dalam Sirih
Daun sirih mengandung flavonoid, alkaloid senyawa polifenolat, tannin dan minyak
atsiri. Senyawa-senyawa tersebut diketahui memiliki aktivitas antibakteri.
a. Flavonoid
Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa
komplek.terhadap protein extraseluler yang mempunyai integritas memban sel
bakteri. Flavonoid merupakan senyawa fenol sementara senyawa fenol dapat bersifat
koagulator protein. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri.
Mekanismenya yaitu dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan
pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1991).
b. Senyawa polifenolat
Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang
melibatkan ikatan hydrogen. Pada kadar rendah terbentuk komplek protein fenol
dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian,diikuti penetrasi fenol ke
dalam sel dan menyebabkan presifitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi
fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membrane mengalami lisis (Partawa,
2008).
c. Tanin
Tanin mempunyai daya aktivitas antibakteri dengan cara mempresifitasi protein
karena diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek
antibakteri tanin antara lain melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan
destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik (Masduki, 1996).
d. Minyak atsiri
Minyak atsiri berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses
terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak
sempurna. Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri pada umumnya mengandung
gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil (Partawa, 2008).
3. Bioaktifitas
1. Antimikroba
Daun ini memiliki aktivitas antimikroba yang luas dari mikro-organisme. Sirih menunjukkan
aktivitas antimikroba terhadap: Streptococcus pirogen, Staphylococcus aureus,Proteus vulgaris,
E.coli, Pseudomonas aeruginosa dll, di samping ini ekstrak daun sirih juga memiliki aktivitas
bakterisida terhadapsaluran kemih oleh bakteri patogen seperti Enterocococcus faecalis,
C.koseri, C.fruendi, Klebsiella pnemoniae dll. Molekul bioaktif aktivitas sterolnyadianggap
bertanggung jawab untuk anti-bakteri, yang diperoleh dalam jumlah besar dalam ekstrak daun
sirih. mungkin karenainteraksi sterol dalam ekstrak dengan bakteri
yangmenyebabkanperubahandinding sel dan membran dalam struktur utama dinding sel,
akhirnya menyebabkanpembentukanpori dan degradasi bakteri. Dalam hal ini bahwa sterol
memberi tindakan melalui gangguan permeabilitas struktur membran mikroba. BakteriGram-
positif lebih rentan terhadap penghambatan yang terjadi dari efek ekstrak daun sirih sedangkan
bakteri gram negatif multi-layered dan struktur dinding selnya kompleks.Daun sirih juga
menimbulkan aktivitas antijamur terhadap banyak Infeksi jamur. Salah satunya adalah
dermatofitosis. Dermatofitosis adalah penyakit keratin bagian tubuh (kulit, rambut, dan kuku)
yang disebabkan oleh tiga genera (Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton) dari jamur
disebut Dermatophytes. EkstrakKloroform dari sirih menunjukkan lebih banyak efisiensi dari
fraksi metanol terhadap dermatofit karena adanya komponennon-polar dalam fraksi
2. Antioksidan
Radikal bebas merupakan suatu atom atau gugus atom yang memiliki satu atau lebih
elektron tidak berpasangan dan sangat reaktif. Senyawa ini dapat berasal dari hasil
metabolisme, polutan pabrik, asap, makanan, dan sinar UV. Bila jumlah senyawa ini
banyak terdapat di dalam tubuh, maka akan dapat mengoksidasi senyawa lemak, merusak
protein, dan DNA. Kondisi tersebut dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti
kanker, jantung koroner, stroke, diabetes mellitus. Oleh karena itu diperlukan senyawa
yang dapat menstabilkan radikal bebas, yaitu antioksidan.
Antioksidan merupakan suatu inhibitor yang digunakan untuk menghambat auto-oksidasi,
bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif dan relatif
stabil. Berikut kehadiran senyawa polifenol seperti chatecol, allylpyrocatecol dll. Dalam
ekstrak daun sirih menghambat radiasi yang disebabkan proses peroksidasi lipid. Hal ini
dapat dikaitkan dengan kemampuannya untuk mengikat radikal bebas yang terlibat dalam
inisiasidan langkah-langkah propagasi. Terjadireduksi ekstrak ion Fe 3+dan memiliki
kemampuanreduktif yang kuat.
3. Antidiabetes
Pemberian ekstrak air daun sirih memilikiaktivitas hipoglikemik saat diuji ditikus
normoglycaemicDalamtes toleransi glukosa, ekstraknyamengurangibeban
glukosaeksternal. Daunya,mengurangikadar glukosa darahyang signifikan.
Kemampuanmenurunkan kadar gula darahdaristreptozocin(STZ) diinduksioleh
tikusdiabetesmemberikanefek bahwa ekstrakdaun sirih memilikikegiataninsulinomimetic.
4. Hepatoprotektor
Efek antihepatotoksik ekstrak daun sirih dievaluasi pada etanol dan karbon tetraklorida
(CCl4) luka hati yang diinduksi dalam model tikus. Fibrosis dan kerusakan hati, seperti
yang diungkapkan olehhistologi dan kegiatan aspartat aminotransferase (AST) dan alanin
aminotransferase (ALT) yang diinduksi pada tikus dengan CCl. Secarasignifikan ekstrak
menghambat kegiatan peningkatan SGOT dan SGPT serta dilemahkan Total glutathione
S-transferase (GST), yang menyebabkan peningkatan enzim antioksidan seperti
superoksida dismutase (SOD) dan katalase. Pemeriksaan histologis menunjukkan bahwa
ekstrak daun sirih melindungi hati dari kerusakan yang disebabkan oleh CCl dengan
menurunkan alphasmooth aktin otot (alpha-sma) ekspresi, yang aktif mendorong matriks
metaloproteinase-2 (MMP2) ekspresi melalui Ras / Erk jalur, dan menghambat tingkat
TIMP2 yang mengakibatkan dilemahkannya fibrosis hati. Temuan ini mendukungpotensi
kemoterapi preventifdaun sirih terhadap fibrosis hati.
4. Ekstraksi
1. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau pelarut yang tersisa
diberlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan ( DepKes RI, 1995).
Menurut Voight (1995) ekstrak dapat dikelompokkan atas dasar sifatnya, yaitu :
a. Ekstrak kering, memiliki konsentrasi kering dan mudah digosongkan yang sebaiknya
memiliki kandungan lembab tidak kurang dari 5%.
b. Ekstrak kental, sediaan ini kuat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang,
kandungan airnya berjumlah sampai 30%.
c. Ekstrak cair, diartikan sebagai ekstrak cair yang dibuat sedemikian rupa hingga satu
bagian simplisia sesuai dengan dua bagian (kadangkadang satu bagian) ekstrak cair.
2. Pembuatan serbuk
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan simplisia kering
(penyerbukan). Penyarian akan bertambah baik bila peermukaan serbuk simplisia yang
bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Simplisia yang telah halus akan
memberikan kesulitan pada proses penyarian (Depkes RI, 1995).
3. Pembasahan
Pembasahan serbuk sebelum dilakukan penyarian dimaksudkan memberi kesempatan
sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia
sehingga mempermudah penyarian selanjutmya (Depkes RI, 1995)
4. Penyarian
Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi, atau
penyeduhan dengan air. Penyarian dengan mencampur etanol dan air dilakukan dengan
cara maserasi atau perkolasi (Depkes RI, 1979)
5. Metode penyarian Penyarian atau ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat pokok yang
diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan bahan pelarut yang dipilih
dimana zat yang diinginkan larut (Ansel, 1985).
a. Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana, maserasi simplisia sudah halus
direndam dalam cairan sampai meresap dan meluluhkan susunan sel, sehingga zat-zat
mudah larut.
b. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang digunakan untuk menyari zat aktif yang larut
dalam air dari bahan-bahan nabati. Infundasi dilakukan dengan cara menambahkan
serbuk dengan air secukupnya dalam penangas air selama 15 menit yang dihitung
mulai suhu di panci mencapai 90˚C sambil seseskali diaduk. Penyarian dengan cara
ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar bakteri dan jamur
c. Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 1986) d. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang
umumnya dilakukan pada temperatur ruangan (Depkes RI, 1986)
Metode Ekstraksi
Maserasi
Daun sirih dikeringkan dalam suhu ruang kemudian diserbukkan. 50 g serbuk
diekstraksi menggunakan 500 mL etanol pada suhu ruang selama 3 hari dengan
pengadukan. Kemudian disaring dengan kertas saring whatman, diresuspensi dengan
etanol 2x 100 mL kemudian di rotavapor. Rendemen yang didapatkan sebesar 18.2%.
MIC sebesar 1.25 - 5.0 mg/mL. GCMS menunjukkan adanya kandungan kimia eugenol,
eugenyl acetate, APC, APC monoacetate, APC diacetate, phytol, myristic acid and β-
sitosterol (Annegowda, 2012).
Sonikasi
Daun sirih dikeringkan dalam suhu ruang kemudian diserbukkan. Serbuk tersebut
diekstraksi dengan sonikasi dengan pelarut air selam 4 jam, kemudian dikeringkan pada
suhu ruang. Screening ekstrak kering menunjukkan mengandung flavonoid dan tannin
yang tinggi, juga mengandung fenol (Chakraborty, 2011).
Ekstraksi 50 g serbuk sirih mengunakan 500 mL etanol diatur pasa suhu ruang selama
60 menit (3 x 20 menit) dengan frekuensi 40 kHz. Kemudian disaring dengan kertas
saring whatman, diresuspensi dengan etanol 2x 100 mL kemudian di rotavapor.
Rendemen yang didapatkan sebesar 16.2%. MIC sebesar 0.625 - 1.25 mg/mL. GCMS
menunjukkan adanya kandungan kimia eugenol, eugenyl acetate, APC, APC
monoacetate, APC diacetate, phytol, myristic acid and β-sitosterol (Annegowda, 2012).
Soxhletasi
Daun sirih dicuci kemudian dikeringkan dalam suhu ruang, selanjutnya diserbukkan. 5
gram serbuk diekstraksi dengan soxhlet menggunakan pelarut air 150 mL selama 6 jam
kemudian diuapkan pelarutnya. Rendemen yang dihasilkan sebesar 13,5 %. Hasil
analisis 1µL ekstrak dengan GCMS mengandung 4 kandungan yaitu 20.37% Eugenol,
27.8% 4-hromanol, 21.78% Squalene dan 12.62% γ-tokoferol. Konsentrasi minimum
untuk penghambatan pertumbuhan bakteri sebesar 10 mg/ml (Deshpande, 2011).
Penelitian lain melakukan ekstrasi menggunakan etanol. 50 g serbuk daun sirih
diekstraksi dengan 500 mL etanol selama 48 jam. Kemudian disaring dengan kertas
saring whatman, diresuspensi dengan etanol 2x 100 mL kemudian di rotavapor.
Rendemen yang didapatkan sebesar 20.5%. MIC sebesar 2.5 - 5.0 mg/mL. GCMS
menunjukkan adanya kandungan kimia eugenol, eugenyl acetate, APC, APC
monoacetate, APC diacetate, phytol, myristic acid and β-sitosterol (Annegowda, 2012).
Infusa
Metode infusa menggunakan pelarut air menghasilkan ekstrak daun sirih yang
mengandung fenol dan derivatnya. Fenol juga menjadi salah satu senyawa kimia yang
dapat dignakan sebagai antibakteri. Sediaan infusa mudah dibuat sehingga mudah
diaplikasikan oleh masyarakat untuk digunakan sebagai antiseptic.
Metode Analisis
Berdasarkan beberapa penelitian yang menguji aktivitas antimikroba dari ekstrak daun sirih
menggunakan metode analisis berikut.
KLT
(1) Ekstrak kasar air daun sirih diuji dengan kondisi analisis sebagai berikut.
Fase diam : Silica Gel G (20x10 cm)
Fase gerak : Kloroform : methanol = 90:10
Deteksi : UV 254 nm dan 366 nm
Penampak noda : Reagen 25% Folin-Ciocalteu phenol, menunjukkan adanya fenol
Pembanding : asam tannin, referensi adanya fenol
Rf : 0.82 dan 0.91
(Nalina, 2007)
(2) Dapat juga dengan kondisi analisis berikut.
Fase diam : Silica Gel
Fase gerak : Kloroform : methanol : asam asetat glasial = 90:10:1
Deteksi : Reagen Folin-Ciocalteu phenol, menunjukkan adanya fenol
Rf : 0.5 dan 0.6
(Chakraborty, 2011)
GCMS
Analisis dengan GCMS untuk mengetahui kandungan kimia yang lebih kompleks pada
ekstrak air daun sirih. Ekstrak air daun sirih yang akan dianalisis perlu diderivatisasi
terlebih dahulu dengan BSTFA (N,O-bis(trimethylsilyl) triflouroacetamide).
Preparasi Ekstrak : 3 mg diderivatisasi dalam 300 µL BSTFA, dipanaskan pada 60oC
selama 60 menit
Kandungan kimia yang dideteksi : 39.31% hydroxychavicol
Asam lemak terdiri dari 3.77% stearat dan 1.60%
palmitat
3.96% Asam hidroksibenzenaasetat
Ester hidroksi asam lemak terdiri dari 24.49%
stearat, 14.71% palmitat dan 1.58% miristat.
(Nalina, 2007)