166
DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIA DESA KUTURAI, KECAMATAN SIBERUT SELATAN, MENTAWAI, SUMATERA BARAT

DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

  • Upload
    dinhanh

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIA

DESA KUTURAI, KECAMATAN SIBERUT SELATAN,

MENTAWAI, SUMATERA BARAT

Page 2: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIA

DESA KUTURAI, KECAMATAN SIBERUT SELATAN,

MENTAWAI, SUMATERA BARAT

Oleh :

Nawawi Ari Wahyono

COREMAP – LIPI

PUSAT PENELITIAN KEPENDUDUKAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

(PPK-LIPI) 2006

Page 3: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai iii

RINGKASAN EKSEKUTIF Buku ini merupakan hasil studi tentang Data Dasar Sosial Ekonomi Terumbu Karang di Desa Katurai Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Mentawai, Propinsi Sumatera Barat, yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPK LIPI) bekerja sama dengan COREMAP pada tahun 2005. Tujuan umum dari studi ini adalah untuk mengumpulkan dan menganalisis data dasar mengenai aspek sosial berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya laut, khususnya terumbu karang. Data dasar tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi para perencana, pengelola dan pelaksana dalam merancang, melaksanakan dan memantau program COREMAP tahap II di lokasi studi. Disamping itu hasil studi ini juga diharapkan dapat menjadi masukan dalam menyusun indikator yang dapat dipakai sebagai tolak ukur dalam mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program COREMAP tahap II.

Desa Katurai yang menjadi lokasi studi kasus dalam penelitian ini merupakan satu dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Mentawai. Desa ini merupakan salah satu daerah yang paling dekat dengan konsentrasi terumbu karang yang ada di Pulau Siberut Bagian Selatan. Wilayah perairan Desa Katurai, terutama di sekitar pulau-pulau kecil, sejak lama telah menjadi lokasi penangkapan (fisihing ground) berbagai jenis ikan, seperti jenis ikan palagis, ikan karang dan biota laut lainnya. Sebagian besar nelayan yang beroperasi di sekitar perairan Desa Katurai tersebut adalah nelayan dari luar Desa Katurai, seperti dari Pulau Sipora, Pagai, Sibolga, Padang Pariaman, Padang, Bengkulu, bahkan nelayan dari luar negeri seperti Thailand, Malaysia dan China. Strategisnya wilayah perairan laut Desa Katurai juga menjadikan daerah ini sebagai lokasi persinggahan bagi nelayan luar untuk berisitirahat ataupun bersandar (terutama kapal bagan) ketika cuaca di laut tidak bersahabat Sebagian besar penduduk Desa Katurai memiliki pekerjaan utama sebagai petani kebun, seperti kelapa, cengkeh, cokelat, nilam dan buah musiman. Mereka yang bekerja sebagai nelayan adalah nelayan keluarga yang bersifat subsisten. Hasil laut yang didapatkan umumnya ditujukan untuk kebutuhan konsumsi protein keluarga. Alat tangkap yang digunakan juga masih sangat sederhana, yaitu berupa pancing rawai (toluk), jaring ingsan dan perahu sampan. Karena terkendala dengan permodalan dan kelengkapan peralatan, sebagian besar nelayan di Desa Katurai hanya memanfaatkan potensi sumberdaya laut yang ada di sekitar perairan teluk. Jenis hasil tangkapan yang diperoleh adalah

Page 4: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI iv

berbagai jenis sumberdaya laut yang hidup di ekosistem hutan mangrove seperti berbagai jenis ikan perairan dangkal, kepiting bakau, kerapu bakau, dan udang. Hanya sedikit nelayan di Desa Katurai yang memanfaatkan sumberdaya laut di sekitar konsentrasi terumbu karang. Mereka adalah nelayan pencari lola, teripang dan ikan-ikan karang.

Pola mata pencaharian penduduk di Desa Katurai yang relatif masih bersifat subsisten merupakan salah satu tantangan, sekaligus jawaban terhadap permasalahan yang harus diselesaikan dalam proses pembangunan di daerah ini. Keterisolasian dan keterbelakangan dalam segala aspek kehidupan ekonomi merupakan faktor utama yang menyebabkan daerah ini tergolong sulit untuk berkembang. Belum lagi dengan keadaan topografi lahan yang sebagian besar didominasi oleh daerah perbukitan dan hutan lebat yang mencerminkan beratnya medan yang harus ditaklukkan dalam membangun daerah ini. Permasalahan pembangunan yang dihadapai semakin menjadi rumit dan kompleks ketika berbenturan dengan fasilitas sarana dan prasarana sosial ekonomi yang sangat minim.

Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian besar (sekitar 80 persen) penduduk hanya memiliki tingkat pendidikan tamat SD ke bawah. Rendahnya tingkat pendidikan penduduk diduga terkait dengan minimnya sarana dan prasarana pendidikan di daerah ini. Untuk menyekolahkan anak usia sekolah ke jenjang SMP ke atas, maka orang tua murid di Desa Katurai harus mengirim putra-putri mereka ke ibukota kecamatan dengan resiko beban biaya akomodasi dan biaya lainnya yang lebih besar.

Tingkat pendapatan penduduk Desa Katurai umumnya sangat rendah. Mayoritas rumah tangga di desa ini berpendapatan di bawah Rp 500.000,- per bulan. Perolehan pendapatan tersebut sebagian besar ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pangan yaitu berupa pembelian sembako yang semuanya harus dibeli di ibukota kecamatan dan berasal dari Kota Padang. Hampir sebagian besar (65 persen) penduduk di Desa Katurai hidup berada di bawah garis kemiskinan. Rata-rata pengeluaran pangan penduduk relatif lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran non pangan. Persentase pengeluran pangan terbesar adalah pembelian beras, sementara untuk non pangan adalah pengeluaran untuk membeli rokok dan pembiayaan pendidikan.

Teripang, lola dan ikan kerapu bakau adalah tiga jenis komoditi laut yang potensial dikembangkan di daerah ini. Ketiga jenis sumberdaya laut ini memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dan prospek pengembangan yang cukup menjanjikan. Namun hingga saat ini pengelolaannya masih pada taraf tradisional dan hanya melibatkan sebagian kecil penduduk.

Page 5: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai v

Pengolahan ketiga jenis SDL tersebut juga masih sangat sederhana dan umumnya ditujukan untuk penjualan langsung. Pemasaran ketiga produk SDL tersebut sebagian besar melibatkan pedagang pengumpul dari tingkat desa, kecamatan hingga tujuan akhir yaitu di Kota Padang.

Tingkat kerusakan terumbu karang di sekitar perairan laut Desa Katurai sudah dalam tahap memperihatinkan. Jumlah tutupan karang hidup di sekitar perairan Desa Katurai relatif sedikit dibandingkan dengan tutupan karang mati. Aktivitas penangkapan menggunakan potasium sianida diduga menjadi salah satu penyebab utama kerusakan terumbu karang di daerah ini. Penduduk Desa Katurai mengklaim perusak karang umumnya adalah nelayan Sibolga yang menggunakan potas untuk menangkap ikan karang (kerapu). Selain penggunaan zat beracun, penggunaan bahan peledak (bom ikan) juga teridentifikasi sebagai sumber perusakan terumbu karang di perairan Desa Katurai. Sama halnya dengan penggunaan potas, penduduk di Desa Katurai juga mengklaim bahwa nelayan pengguna bom ikan sebagian besar berasal dari Sibolga. Masalah kerusakan terumbu karang di daerah ini juga terkait dengan kebiasaan penduduk yang masih menggunakan karang mati sebagai material bahan bangunan. Umumnya bangunan tembok dan berpondasi di Desa Katurai menggunakan bahan baku dari karang mati. Begitu pula dalam proses pembangunan jalan desa yang seluruhnya menggunakan karang mati dan pasir laut sebagai material bahan baku. Kondisi ini menjadi dilematis, ketika tidak ada alternatif lain penggunaan bahan baku bangunan yang relatif ramah lingkungan (misalnya batu bata). Berikut ini saran atau rekomendaasi yang dapat dilakukan berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan penduduk di Desa Katurai dan intervensi dalam pengelolaan sumberdaya laut yang berkelanjutan, yaitu (1) Pembentukan kelembagaan pasar dan peningkatan kegiatan pengolahan dan pemasaran produk sumberdaya alam dan sumberdaya laut; (2) Intervensi penggunaan teknologi tepat guna; (3) Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan ecotourism: (4) Peningkatan program sosialisasi pemahaman masyarakat terhadap keberadaan dan manfaat keberlanjutan sumberdaya laut; (5) Pengenalan alternatif penggunan media bahan bangunan yang ramah lingkungan; (6) Penguatan kelembagaan kelompok tani dan kelompok nelayan. (7) Peningkatan koordinasi kelembagaan penegak hukum dalam pengawasaan terhadap pengelolaan sumberdaya laut, baik di tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi; (8) Formulasi kebijakan dan peraturan daerah yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya laut namun tidak

Page 6: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI vi

melupakan upaya pengawasan dan pelestarian; dan (9) Peningkatan keterlibatan seluruh stakeholder dalam pengelolaan sumberdaya laut dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten hingga propinsi.

Page 7: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai vii

KATA PENGANTAR Buku tentang Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang di lokasi COREMAP fase II ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kependudukan (PPK-LIPI) bekerja sama dengan COREMAP-LIPI. Penelitian dilakukan di 10 lokasi COREMAP di Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Kepulauan Riau. Buku ini berisi data dasar dan kajian tentang kondisi demografi dan sosial ekonomi penduduk yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya laut, khususnya terumbu karang di Desa Katurai Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Mentawai, Propinsi Sumatera Barat. Informasi dalam buku ini merupakan data dasar yang dapat didigunakan oleh para perencana, pengelola dan pelaksana dalam merancang, melaksanakan dan memantau program COREMAP. Data dasar ini juga dapat digunakan oleh stakeholders (users) sebagai bahan pembelajaran dalam pemanfaatan sumberdaya laut khususnya terumbu karang. Terlaksananya kegiatan penelitian dan penulisan buku ini melibatkan berbagai pihak. Kepada para informan diantaranya masyarakat nelayan, pemimpin formal dan informal serta tokoh masyarakat di lokasi penelitian kami ucapkan terima kasih atas segala bantuannya. Kami juga memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua narasumber dari berbagai unsur, seperti dari pemerintah daerah Kabupaten Mentawai, Propinsi Sumatera Barat, LSM dan akademisi yang ada di daerah yang telah membantu memberikan data dan informasi. Pada akhirnya, kami menyadari bahwa buku ini masih kurang sempurna meskipun tim penulis telah berusaha sebaik mungkin dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan buku ini. Jakarta, Februari 2006 Kepala PPK-LIPI,

Dr. Ir. Aswatini, MA

Page 8: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI viii

Page 9: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai

ix

DAFTAR ISI Halaman

RINGKASAN ...................................................................... iii KATA PENGANTAR............................................................ v DAFTAR ISI ...................................................................... ix DAFTAR TABEL.................................................................. xiii DAFTAR DIAGRAM............................................................. xvii DAFTAR FOTO.................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN........................................................... xxi BAB 1 PENDAHULUAN ................................................... 1 1.1. Pendahuluan................................................. 1 1.2. Metode Penelitian ......................................... 4

1.2.1. Lokasi Penelitian ............................... 4 1.2.2. Sumber Data ..................................... 5

1.2.3. Analisis Data ..................................... 7 1.3. Kesulitan dan Kemudahan............................ 7

1.4. Organisasi Penulisan .................................... 8 BAB II PROFIL DAERAH PENELITIAN........................... 11 2.1. Kondisi Geografis.......................................... 11 2.2. Potensi Sumberdaya Alam ........................... 17 2.2.1. Sumberdaya Darat ........................... 18 2.2.2. Sumberdaya Laut ............................. 20 2.2.3. Kegiatan Wisata ................................ 22 2.3. Kondisi Kependudukan................................. 23 2.4. Sarana dan Prasarana.................................. 24 2.4.1. Pendidikan ........................................ 25 2.4.2. Kesehatan ......................................... 27 2.4.3. Transportasi dan Komunikasi............ 29 2.5. Kelembagaan Ekonomi dan Sosial ............... 32 BAB III KONDISI DAN DINAMIKA PENDUDUK............... 35 3.1. Jumlah dan Komposisi Umur Responden..... 35 3.2. Kualitas Sumberdaya Manusia (SDM).......... 37

3.2.1. Pendidikan dan Keterampilan ........... 38 3.2.2. Derajat Kesehatan ........................... 41

Page 10: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI x

3.2.3. Kegiatan Utama dan Jenis Pekerjaan .......................................... 44

3.3. Tingkat Kesejahteraan.................................. 51 3.3.1. Pendapatan....................................... 52 3.3.2. Pengeluaran...................................... 57 3.3.3. Strategi Pengelolaan Keuangan ....... 62 3.3.4. Pemilikan Aset Produksi dan RT....... 66

3.3.5. Kondisi Perumahan dan Lingkungan 72

BAB IV PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT.............. 77 4.1. Pengelolaan Terumbu Karang ...................... 77 4.1.1. Pengetahuan Terhadap Terumbu

Karang............................................... 78 4.1.2. Sikap Terhadap Pengambilan

Terumbu Karang ............................... 81 4.1.3. Penggunaan Alat Tangkap Merusak

Terumbu Karang ............................... 84 4.1.4. Pengetahuan dan Sikap Mengenai

Larangan dan Sanksi Penggunaan Alat Tangkap Yang Merusak Terumbu Karang ............................... 86

4.1.5. Persepsi Terhadap Program COREMAP........................................ 89

4.2. Wilayah Penangkapan.................................. 92 4.3. Teknologi Penangkapan ............................... 94 4.4. Stakeholders yang Terlibat Dalam

Pengelolaan SDL.......................................... 97 4.5. Hubungan antar Stakeholder ........................ 99 BAB V PRODUKSI, PENGOLAHAN DAN

PEMASARAN SDL ............................................... 103 5.1. Produksi Sumber Daya Laut ......................... 104 5.1.1. Teripang ............................................ 106 5.1.2. Lola ................................................... 110 5.1.3. Ikan Kerapu Bakau............................ 111 5.2. Pengolahan Hasil Sumberdaya Laut ............ 113 5.3. Pemasaran Sumberdaya Laut ...................... 116 5.3.1. Pemasaran Teripang......................... 116 5.3.2. Pemasaran Lola ................................ 119 5.3.3. Pemasaran Ikan Kerapu Bakau ........ 121

Page 11: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai

xi

BAB VI DEGRADASI SUMBERDAYA LAUT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH ....... 125

6.1. Kerusakan Sumberdaya Laut ....................... 125 6.2. Faktor yang Berpengaruh terhadap

Kerusakan Sumberdaya Laut ...................... 126 6.3. Konflik Kepentingan Antara Stakeholders .... 129 BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................. 131 7.1. Kesimpulan ................................................... 131 7.2. Rekomendasi ................................................ 134 DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 139 LAMPIRAN .......................................................... 141

Page 12: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI xii

Page 13: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Mentawai Menurut Kecamatan, 2002

13

Tabel 2.2.

Jumla Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk Per Km2 Menurut Kecamatan di Kabupaten Mentawai, 2002

13

Tabel 2.3.

Luas Kecamatan Siberut Selatan Menurut Desa, 2002

16

Tabel 2.4.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Desa, Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Mentawai, 2002

24

Tabel 2.5.

Jumlah Sekolah, Kelas, Guru, dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan, 2002

25

Tabel 2.6.

Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Desa di Kecamatan Siberut Selatan, 2002

28

Tabel 2.7.

Jadwal Transportasi Laut Mentawai –Padang-Mentawai

30

Tabel 3.1.

Distribusi Responden Menurut Kelompom Umur dan Jenis Kelamin, Desa Katurai, 2005

38

Tabel 3.2.

Distribusi Responden Berusia di Atas 7 Tahun Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Desa Katurai, 2005

39

Tabel 3.3.

Jumlah Pasien yang Berkunjung Ke Puskesmas Menurut Jenis Penyakit, Kecamatan Siberut Selatan, 2002

43

Page 14: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI xiv

Tabel 3.4. Distribusi Responden Berusia 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin, Desa Katurai, 2005

46

Tabel 3.5.

Statistik Pendapatan Rumah Tangga Terpilih, Desa Katurai, 2005

52

Tabel 3.6.

Distribusi Rumah Tangga Terpilih Menurut Tingkat Pendapatan, Desa Katurai, Juni 2005

53

Tabel 3.7.

Pendapatan Rumah Tangga Terpilih Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Desa Katurai, 2005

54

Tabel 3.8.

Pendapatan Rumah Tangga Terpilih Dari Kegiatan Kenelayanan Menurut Musim, Desa Katurai, 2005

55

Tabel 3.9.

Distribusi Rumah Tangga Terpilih Menurut Tingkat Pendapatan dan Musim Ikan, Desa Katurai, 2005

56

Tabel 3.10.

Distribusi Tingkat Pengeluran Rumah Tangga Terpilih Menurut Jenis Kebutuhan, Desa Katurai, Juni 2005

58

Tabel 3.11.

Statistik Tingkat Pengeluran Rumah Tangga Terpilih, Desa Katurai, Juni 2005

59

Tabel 3.12.

Rata-rata Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga Terpilih Menurut Jenis, Desa Katurai, Juni 2005

65

Tabel 3.13.

Distribusi Responden Menurut Kepemilikan Jenis Tabungan, Desa Katurai, 2005

63

Tabel 3.14.

Persentase Jumlah Rumah Tangga Terpilih Menurut Jenis Kesulitan Keuangan Setahun Terakhir, Desa Katurai, 2005

65

Page 15: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai

xv

Tabel 3.15. Distribusi Rumah Tangga Terpilih Menurut Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Kesulitan Keuangan Setahun Terakhir, Desa Katurai, 2005

66

Tabel 3.16.

Jumlah Rumah Tangga Terpilih Menurut Kepemilikan Alat Produksi Perikanan Tangkap, Desa Katurai, 2005

67

Tabel 3.17.

Jumlah Rumah Tangga Terpilih Menurut Kepemilikan Alat Produksi Pertanian dan Lainnya, Desa Katurai, 2005

71

Tabel 3.18.

Persentase Rumah Tangga Terpilih Menurut Jenis Penggunaan Sumber Air Bersih, Desa Katurai, 2005

74

Tabel 3.19.

Persentase Rumah Tangga Terpilih Menurut Penggunaan Tempat Pembuangan Sampah, Desa Katurai, 2005

75

Tabel 4.1.

Pengetahuan Responden Tentang Bahan Atau Alat Tangkap yang Dapat Merusak Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

81

Tabel 4.2.

Persentase Pengakuan Responden Terhadap Penggunaan Alat Tangkap yang Merusak Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

85

Tabel 4.3.

Persentase Pengetahuan Responden Terhadap Orang Lain yang Menggunakan Alat Tangkap Merusak Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

86

Tabel 4.4.

Persentase Jawaban Responden Tentang Adanya Peraturan Larangan Penggunaan Alat Tangkap yang Merusak Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

87

Page 16: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI xvi

Tabel 4.5.

Persentase Jawaban Responden Tentang Adanya Sanksi Bagi yang Menggunakan Alat Tangkap Merusak Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

88

Tabel 5.1.

Produksi Perikanan Tangkap Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Mentawai, 2005

105

Tabel 5.2.

Produksi Perikan Laut Menurut Kecamatan di Kabupaten Mentawai, 2002

106

Tabel 5.3.

Jenis Teripang dan Taksiran Harga Jual Desa Katurai, 2005

109

Tabel 5.4.

Variasi Harga Jual Beberapa Teripang di Desa Katurai, 2005

118

Tabel 6.1

Keragaman Terumbu Karang di Perairan Pulau Siberut

126

Page 17: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 3.1. Perbandingan Komposisi Umur Responden Menurut Klasifikasi Usia, Desa Katurai, 2005

37

Diagram 3.2.

Persentase Tingkap Pendidikan Responden, Desa Katurai, 2005

38

Diagram 3.3.

Persentase Jenis Pekerjaan Utama Responden, Desa Katurai, 2005

47

Diagram 3.4.

Persentase Jenis Pekerjaan Tambahan Responden, Desa Katurai, 2005

49

Diagram 3.5.

Strategi Pekerjaan Penduduk Desa Katurai, 2005

50

Diagram 4.1.

Persentase Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

78

Diagram 4.2.

Persentase Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Manfaat Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

79

Diagram 4.3.

Persentase Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Kondisi Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

80

Diagram 4.4.

Persentase Pendapat Responden Tentang Pengambilan Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

82

Diagram 4.5.

Persentase Jawaban Responden Dalam Pemanfaatan Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

83

Page 18: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI xviii

Diagram 4.6

Persentase Pengetahuan dan Pendapat Responden Tentang Larangan dan Sanks Pengambilan Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

84

Diagram 4.7.

Pengetahuan Responden Tentang Peraturan Adat Dalam Pengelolaan Sumberdaya Laut, Desa Katurai, 2005

89

Diagram 4.8.

Persentase Jawaban Responden Tentang Program Penyelamatan Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

90

Diagram 4.9.

Persentase Jawaban Responden Tentang Pengetahuan dan Tujuan Program COREMAP, Desa Katurai, 2005

91

Diagram 4.10.

Persentase Jawaban Responden Tentang Keinginan Terlibat dalam Kegiatan COREMAP, Desa Katurai, 2005

92

Diagram 6.1.

Kondisi Terumbu Karang Sekitar Desa Katurai, 2005

132

Page 19: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai

xix

DAFTAR FOTO

Halaman

Foto 2.1. Suasana Pesisir Desa Katurai 15 Foto 2.2.

Suasana Jalur Sungai Menuju Desa Katurai

17

Foto 2.3.

Tanaman Nilam : Alternatif Sumber Pendapatan Penduduk Desa Katurai

19 Foto 2.4.

Teripang dan Lola : Primadona Hasil Laut Nelayan Desa Katurai

21 Foto 2.5.

Salah Satu Pemandangan Jalan Desa Di Dusun Malilimok Desa Katurai

31 Foto 3.1.

Berbagai Bentuk Rumah Penduduk di Desa Katurai

73

Foto 4.1.

Jenis Jaring yang Biasa Digunakan Nelayan Desa Katurai, 2005

96 Foto 5.1.

Berbagai Jenis Teripang Hasil Tangkapan Desa Katurai

113

Foto 5.2.

Lola Hasil Tangkapan Nelayan Desa Katurai

116

Page 20: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI xx

Page 21: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Peta Lokasi Desa Katurai 141 Lampiran 2

Peta Lokasi Penyebaran Hutan Mangrove di Desa Katurai

142

Lampiran 3

Peta Lokasi Penyebaran Terumbu Karang di Desa Katurai

143

Lampiran 4

Peta Lokasi Wilayah Penangkapan SDL di Desa Katurai

144

Page 22: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir degradasi sumberdaya laut di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Keadaan tersebut terutama terjadi pada daerah yang dekat dengan pusat pertumbuhan ekonomi dan konsentrasi penduduk yang padat. Sebagai contoh, sebagian besar hutan mangrove di Indonesia telah rusak dan beralih fungsi akibat pembangunan yang mendahulukan kepentingan ekonomi (jangka pendek) daripada manfaat kelestarian lingkungan (jangka panjang). Keadaan yang sama juga terjadi pada terumbu karang Indonesia yang kian waktu semakin rusak akibat berbagai kegiatan penangkapan bersifat merusak, seperti penggunaan bahan peledak (bom ikan) dan bahan beracun (potasium cyanide). Studi yang dilakukan Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) menyimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi pada terumbu karang Indonesia sudah sangat memperihatinkan. Berdasarkan hasil studi lembaga tersebut, hanya 5,46 persen terumbu karang yang berada di perairan Barat Indonesia dalam kondisi baik dan sekitar 40, 76 persen terumbu karang telah rusak dengan berbagai tingkatan (COREMAP-LIPI, 2002). Banyak studi menunjukkan bahwa degradasi sumberdaya laut berkaitan dengan motivasi dari pelaku yang melakukan perusakan “The Actors of Destruction” (Hidayati dkk, 2002; Muchtar, 2002). Motivasi tersebut didorong oleh dua faktor utama yaitu karena keserakahan (greediness), kemiskinan dan rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya laut. Faktor pertama, yaitu keserakahan dan kemiskinan, berkaitan erat dengan motivasi ekonomi diantara berbagai kelompok kepentingan. Seringkali eksploitasi sumberdaya laut dilakukan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dalam jangka pendek, tanpa memperhatikan dampak lingkungan yang terjadi dan kesinambungannya dalam jangka panjang. Keserakahan dan kemiskinan juga berkaitan erat dengan akibat dari keterbatasan akses ekonomi sehingga pilihan agar tetap bisa hidup dilakukan dengan berbagai cara dan cenderung tidak ramah lingkungan. Kategori kedua, yaitu rendahnya pengetahuan dan pemahaman terhadap kelestarian lingkungan, berkaitan erat dengan rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap dampak negatif dari kegiatan yang merusak sumberdaya laut. Kondisi tersebut salah satunya disebabkan

Page 23: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 2

oleh terbatasnya informasi, pengetahuan dan kurangnya sosialisasi terhadap pentingnya pengelolaan dan rehabilitasi sumberdaya laut. Dalam rangka pengelolaan dan pelestarian terhadap ekosistem sumberdaya laut di Indonesia yang berkelanjutan, khususnya terumbu karang, pemerintah Indonesia melalui dukungan dari beberapa lembaga internasional telah melaksanakan program yang dikenal dengan Coral Reefs Rehabilitation and Management Program (COREMAP). Pelaksanaan program COREMAP pada tahap awal (1998-2002) difokuskan di empat propinsi yaitu Propinsi Sulawesi Selatan (Taman Nasional Taka Bone Rate), Papua (Biak), Riau (Kepulauan Riau) dan Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Sikka). COREMAP merupakan program nasional yang bertujuan utama untuk pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang. Lima komponen yang menjadi kegiatan COREMAP adalah (1) Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat; yaitu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran terumbu karang dan mengajak masyarakat untuk berperan aktif dan bertanggung jawab dalam mengelola dan memanfaatkan terumbu karang secara lestari; (2) Pengelolaan Berbasis Masyarakat; antara lain pembinaan masyarakat untuk melakukan kegiatan alternatif seperti budidaya dan usaha kerajinan yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat; (3) Pengembangan Kelembagaan, upaya ini mencakup penguatan koordinasi antar instansi yang berperan dalam penanganan terumbu karang dan peningkatkan kemampuan sumberdaya manusia melalui berbagai pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan dan teknik rehabilitasi terumbu karang. (4) Penelitian, Monitoring dan Evaluasi; termasuk dalam komponen ini adalah memantau kegiatan masyarakat yang secara langsung berhubungan dengan terumbu karang, seperti pembentukan sistem jaringan pemantauan dan informasi terumbu karang. (5) Penegakan Hukum; kegiatan ini dipandang sangat penting sebagai salah satu komponen kunci yang harus dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang. Sejalan dengan berakhirnya kegiatan COREMAP tahap I, program kegiatan tahap II sedang disiapkan. Dengan maksud tidak hanya melanjutkan apa yang telah dilaksanakan pada tahap sebelumnya maka perlu dilakukan perencanaan yang matang, terutama untuk penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi. Perencanaan dan penyesuaian program yang tepat perlu dilakukan karena hal tersebut sangat penting dalam mendukung kelancaran pelaksanaan dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dalam proses mempersiapkan kegiatan pada tahap kedua, dukungan data atau

Page 24: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 3

informasi dari berbagai sumber sangat penting sehingga kegiatan selanjutnya dapat ditetapkan secara efektif. Berdasarkan hasil evaluasi dan lesson learned pelaksanaan COREMAP tahap I, Project Management Office (PMO) COREMAP telah menetapkan lokasi alternatif untuk pelaksanaan program tahap II di beberapa daerah Bagian Barat Indonesia, diantaranya adalah Propinsi Sumatera Utara (Tapanuli Tengah dan Nias), Sumatera Barat (Kabupaten Mentawai) dan Kepulauan Riau (Batam, Natuna dan Kepulauan Riau). Selanjutnya, agar persiapan perumusan program tersebut dapat dilakukan secara efektif, maka dilakukan kegiatan penelitian dengan tujuan untuk mengumpulkan data atau informasi yang dapat digunakan dalam penyusunan kegiatan. Dari aspek sosial diperlukan data dasar berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di lokasi pilihan. Data tersebut dibutuhkan sebagai dasar penilaian penentuan kegiatan atau program yang tepat sasaran, serta untuk digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program di masa datang. Buku ini merupakan salah satu hasil dari kegiatan penelitian yang berkaitan dengan aspek sosial ekonomi pemanfaatan terumbu karang di Kabupaten Mentawai Propinsi Sumatera Barat. Penelitian lapangan telah dilaksanakan pada Bulan Juli tahun 2005 yang dilakukan oleh tim peneliti dari Pusat Penelitian Kependudukan LIPI (P2K-LIPI). Secara umum studi ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisa data dasar mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat di lokasi penelitian berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya laut, khususnya terumbu karang. Data dasar ini akan digunakan sebagai masukan dalam merancang, melaksanakan dan memantau pelaksanaan program COREMAP tahap II di lokasi penelitian. Secara khusus studi ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan kondisi geografis dan sosial ekonomi daerah

penelitian, termasuk didalamnya potensi sumberdaya alam, sarana dan prasarana serta kelembagaan sosial dan budaya yang mendukung atau menghambat pengelolaan terumbu karang.

2. Mendeskripsikan kondisi sumberdaya manusia dan memotret tingkat

kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari tingkat pendidikan, pendapatan, pengeluaran, kepemilikan asset rumah tangga, kondisi perumahan, dan pengelolaan keuangan rumah tangga. Selain itu, studi ini juga mengidentifikasikan kegiatan mata pencaharian alternatif yang dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan kondisi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang tersedia.

Page 25: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 4

3. Menggambarkan kondisi sumberdaya laut, khususnya terumbu karang dan ekosistemnya termasuk di dalamnya potensi, pola pemanfaatan, teknologi yang digunakan, permodalan, pemasaran serta pengetahuan dan perilaku masyarakat berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaannya.

4. Mengidentifikasi stakeholders dan menganalisa kegiatan yang

berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya laut. Disamping itu, studi ini juga bertujuan untuk mengidentifikasikan potensi konflik atau stakeholders yang dapat berpengaruh negatif terhadap pengelolaan terumbu karang secara berkelanjutan.

1.2. Metode Penelitian 1.2.1. Lokasi Penelitian Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa Propinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang menjadi lokasi terpilih kegiatan COREMAP tahap II. Di daerah ini konsentrasi kegiatan berada di Kabupaten Mentawai. Pemilihan Kabupaten Mentawai sebagai lokasi COREMAP dinilai sangat tepat, mengingat daerah ini memiliki potensi sumberdaya laut yang besar, termasuk keanekaragaman terumbu karang, hutan bakau, berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya. Disamping itu, perairan laut di daerah ini telah lama menjadi tujuan lokasi penangkapan ikan dan biota laut lainnya oleh nelayan dari berbagai daerah, lintas propinsi dan bahkan nelayan luar negeri dengan berbagai jenis alat tangkap. Dengan demikian diperlukan perhatian dan upaya pengelolaan sumberdaya laut agar pemanfaatannya dapat berkesinambungan di masa datang. Untuk keperluan studi dasar aspek sosial ekonomi terumbu karang di Kabupaten Mentawai, tepatnya di Kecamatan Siberut Selatan, dipilih salah satu desa yang penduduknya terlibat dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya laut, yaitu Desa Katurai. Daerah ini merupakan bagian dari salah satu daerah in situ program COREMAP di Kabupaten Mentawai. Alasan dibalik pertimbangan pemilihan Desa Katurai sebagai studi kasus dalam peneilitian ini karena wilayah Desa Katurai merupakan salah satu desa terdekat dengan salah satu lokasi terumbu karang yang terdapat di Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Mentawai. Walaupun sebenarnya penduduk Desa Katurai belum optimal dalam pemanfaatan sumberdaya laut namun kecenderungan untuk pemanfaatan sumberdaya laut di masa datang terlihat semakin meningkat. Terutama karena semakin meningkatnya interaksi penduduk Desa Katurai dengan nelayan dan penduduk dari luar desa.

Page 26: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 5

Pertimbangan lain adalah karena Desa Katurai memiliki jumlah penduduk, kegiatan ekonomi dan pembangunan yang semakin meningkat, serta memiliki gugusan kepulaun kecil sebagai lokasi wisata laut dan termasuk sebagai rangkaian fishing ground (wilayah penangkapan ikan) di Kecamatan Siberut Selatan. Daratan pantai daerah ini berada pada perairan teluk, sehingga desa ini juga menjadi tujuan kapal-kapal penangkap ikan dari luar daerah untuk bersandar atau sekedar beristirahat. Interaksi antara nelayan luar dan penduduk setempat kian waktu diperkirakan akan berdampak terhadap perubahan pola berpikir dan alternatif aktivitas penduduk lokal terhadap pemanfaatan sumberdaya laut. 1.2.2. Sumber Data Sumber data yang dipakai dalam tulisan ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer mencakup data kuantitatif dan kualitatif yang merupakan data empiris untuk menjelaskan kondisi sosial ekonomi masyarakat, tingkat pengetahuan dan pendapat terhadap pengelolaan terumbu karang di lokasi penelitian. Data kuantitaif diperoleh melalui survei atau pengisian daftar pertanyaan berstruktur (questioner) terhadap 100 rumah tangga terpilih dari sekitar 420 rumah tangga yang ada di Desa Katurai. Setiap rumah tangga diwakili oleh kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga yang mengetahui kondisi rumah tangga. Selain itu, untuk masing-masing rumah tangga juga dipilih responden individu yang berusia di atas 15 tahun ke atas. Data atau informasi yang dikumpulkan melalui questioner terdiri dari dua kategori, pertama adalah data sosial ekonomi rumah tangga dan kedua adalah data pengetahuan, pendapat dan pemahaman penduduk terhadap terumbu karang. Data sosial ekonomi meliputi karakteristik demografi dan kondisi ekonomi rumah tangga; antara lain jumlah, umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan kepemilikan aset rumah tangga; seperti kepemilikan alat produksi perikanan, perumahan, dan tabungan. Sementara data tentang pengetahuan, pendapat dan pemahaman penduduk terhadap terumbu karang merupakan pertanyaan individu yang diawakili oleh respoden anggota rumah tangga berusia di atas 15 tahun. Informasi yang dikumpulkan dalam kategori kedua ini bertujuan untuk menjaring pengetahuan dan sikap responden terhadap pemanfaatan sumberdaya laut di lokasi penelitian khususnya berkaitan dengan terumbu karang.

Page 27: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 6

Proses penyebaran questioners melibatkan 10 tenaga pewancara yang berasal dari penduduk di lokasi penelitian. Sebelum melakukan survei, para tenaga pewancara ini mendapatkan pelatihan pengisian questioner dari tim peneliti. Kemudian dilakukan uji coba wawancara terhadap 1-2 rumah tangga, agar mereka memahami cara pengisian questioner yang benar, termasuk strategi bertanya menggunakan bahasa setempat (bahasa Mentawai). Setiap questioner yang telah terisi langsung dikoreksi oleh tim peneliti untuk mengecek kebenaran pengisian dan kelengkapan data. Seorang pewawancara diharuskan melakukan survei ulang jika ditemukan adanya kesalahan dalam pengisian questioner atau diragukan akurasi jawaban dari responden. Pada tahap awal didapati kesalahan tersebut, namun seiring waktu dan pembelajaran, seluruh pewancara telah berhasil melakukan survei sesuai dengan pedoman yang sudah digariskan. Data kualitatif dikumpulkan melalui berbagai teknik pengumpulan data, diantaranya wawancara mendalam (indpeth interview), diskusi kelompok terfokus (FGD) dan pengamatan (observasi). Wawancara mendalam dilakukan terhadap beberapa stakeholders atau informan kunci (key infoman) dari tingkat desa, kecamatan dan propinsi. Diskusi kelompok terfokus dilakukan di tingkat desa terhadap beberapa kelompok penduduk yang ditetapkan menjadi target group dalam penelitian ini. Selain itu, untuk memahami dan melakukan konfirmasi data, dilakukan juga pengamatan terhadap objek tertentu di lokasi penelitian, seperti pengamatan kondisi perumahan penduduk, kegiatan keseharian penduduk, pemanfaatan terumbu karang untuk pondasi rumah, sarana dan prasarana desa, kondisi pantai, hutan mangrove, hingga kunjungan ke dusun-dusun yang termasuk dalam wilayah desa. Adapun stakeholders atau informan yang berhasil diwawancarai dalam penelitian ini antara lain adalah : Kepala Desa Katurai, Kepala Dusun Malilimok, Tolaulago dan Saraousow, anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Katurai, nelayan lola, nelayan teripang (sualo), nelayan jaring dan pancing, nelayan dari luar daerah (Sibolga), kelompok nelayan, pemiliki kedai (penampung), petani kopra, cengkeh, nilam, coklat dan keladi, tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh gereja, pengurus PPK dan kegiatan keagamaan ibu-ibu, penduduk lokal dan penduduk pendatang, Jagawana Taman Nasional Siberut, unsur penegak hukum (Polairut dan TNI AL), dan Dinas Kelautan dan Perikanan (Pelaksana Proyek COREMAP di tingkat propinsi, Laboratorium Ikan, dan Bagian Perijinan Kegiatan Perikanan dan Kelautan).

Disamping data primer, digunakan juga data sekunder yang dikumpulkan melalui kegiatan desk review terhadap publikasi beberapa instansi atau lembaga yang terkait dengan substansi penelitian. Jenis

Page 28: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 7

data sekunder yang dapat dikumpulkan diantaranya adalah data-data statistik sosial ekonomi dan perikanan dari Biro Pusat Statistik (BPS) dan statistik perikanan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). Adanya kendala waktu dan kurangnya kelengkapan data administrasi di tingkat desa dan kecamatan menyebabkan proses pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini kurang optimal. Oleh karena itu, beberapa data yang tidak didapatkan baik terbitan BPS ataupun DKP diperoleh melalui konfimasi wawancara mendalam terhadap stakeholders terkait dan terbatas pada saat penelitian dilakukan. 1.2.3. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif analisis terhadap data atau informasi dan isu-isu yang berkembang sesusai dengan apa yang hendak dicapai dalam tujuan penelitian ini. Deskripsi data kuantitatif dilakukan dengan melakukan tabulasi frekuensi dan tabulasi silang (cross tabulation) untuk melihat kecenderungan dan hubungan dari variabel penelitian yang digunakan. Sementara informasi yang bersifat kualitatif digunakan sebagai analisis penjelas (content analysis) terhadap berbagai kecenderungan dan isu serta permasalahan yang ditemukan di lokasi penelitian. Melalui pengabungan dua teknik analisis ini maka diharapkan uraian dalam buku ini merupakan pembahasan yang komprehensif, sehingga diperoleh gambaran yang utuh serta dilengkapi dengan nuansa dari temuan pokok penelitian. 1.3. Kemudahan dan Kesulitan Penelitian ini dilakukan pada sekelompok masyarakat yang relatif homogen baik dari latar belakang sosial, strata dan aktivitas ekonomi serta pemahaman terhadap kegiatan pengelolaan sumberdaya laut. Hal ini memberikan kemudahan bagi peneliti dalam mencari, mengumpulkan dan memperdalam data dalam penelitian ini. Namun demikian dalam prosesnya penelitian ini dihadapkan pada kendala di lapangan, terutama yang bersifat teknis yang menyebabkan kegiatan penelitian tidak berjalan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Kendala-kendala tersebut diantaranya: • Minimnya sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran

kegiatan penelitian lapangan. Permasalahan ini terutama berkaitan dengan ketidaktersediaan sarana komunikasi dan sarana transportasi yang cepat dan efektif. Hal ini menyebabkan koordinasi di tingkat lapangan mengalami kesulitan dan perjalanan untuk menuju ke lokasi penelitian menghabiskan waktu yang cukup lama

Page 29: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 8

dan sangat melelahkan. Jadwal keberangkatan kapal penumpang munuju dan dari lokasi penelitian juga sangat tergantung dari kondisi alam (pasang surut air laut dan kemungkinan adanya badai), sehingga perencanaan yang sudah matang ditetapkan terpaksa diubah karena keterbatasan tersebut.

• Lokasi geografis desa yang sangat luas dan menyebar diantara empat dusun yang ada. Jarak antara satu dusun dengan dusun lainnya terbilang cukup jauh dipisahkan oleh daratan hutan, perairan laut dan sungai sehingga hanya dapat ditempuh menggunakan transportasi air (perahu).

• Terbatasnya ketersediaan data sekunder di lapangan (terutama di tingkat desa dan kecamatan) yang bersifat time series (beberapa tahun), lengkap dan up to date, sehingga menyulitkan dalam analisis secara komprehensif.

• Kondisi masyarakat yang masih diliputi trauma dan perasaan was-was akibat becana tsunami dan gempa bumi. Kondisi ini kemudian menjadi hal biasa yang ditemukan peneliti, karena informasi gempa selalu menjadi sumber pertanyaan atau informasi yang ingin didapatkan penduduk. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang jelas berkaitan isu gempa dan tsunami. Peneliti juga sulit untuk bertemu dengan aparatur pemerintahan di tingkat kecamatan, karena sebagian besar dari mereka sedang tinggal (mengungsi) di ibukota propinsi (Kota Padang). Umumnya mereka sedang menunggu kepastian/kejelasan tentang gempa yang masih sering terjadi di daerah ini walaupun dalam skala kecil.

1.4. Organisasi Penulisan Pembahasan dalam buku ini terdiri dari 7 bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penelitian dan metode penelitian. Bab II menjelaskan seting lokasi penelitian, meliputi keadaan geografis, kondisi sumberdaya alam, sarana dan prasarana dan kelembagaan sosial ekonomi. Bab III menganalisis kondisi dan dinamika penduduk di lokasi penelitian. Analisis dalam bab ini sebagian besar berasal dari data yang diperoleh melalui kegiatan survei. Bab IV berisi analisis pengelolaan sumberdaya laut di lokasi penelitian. Dalam bagian ini diuraikan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap penyelamatan terumbu karang, pembahasan tentang wilayah penangkapan ikan, teknologi yang

Page 30: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 9

digunakan serta penjelasan tentang stakeholders yang telibat dalam pengelolaan terumbu karang. Bab V berisi penjelasan tentang produksi dan pemanfaatan sumberdaya laut. Pada bagian ini diuraikan produksi, pengolahan dan pemasaran tiga sumberdaya laut dominan di lokasi penelitian. Bab VI, menguraikan dan mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan degradasi sumberdaya laut dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan sumberdaya laut dan kecenderungan konflik kepentingan diantara stakeholders. Laporan penelitian ini diakhiri dengan Bab VII yang merupakan kesimpulan dan rekomendasi yang berisi temuan pokok penelitian dan beberapa saran dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelestarian terumbu karang.

Page 31: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 10

Page 32: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 11

BAB II PROFIL DAERAH PENELITIAN

2.1. Kondisi Geografis Kabupaten Mentawai yang dikenal dengan sebutan "Bumi Sikerei" adalah satu dari sepuluh kabupaten/kota yang berada di Propinsi Sumatera Barat. Daerah ini ditetapkan menjadi daerah otonom pada tanggal 4 Oktober 1999 berdasarkan UU No.49 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Mentawai dan surat keputusan Mendagri No.131.23.1125 yang dimuat dalam lembaran Negara RI No.117 tahun 1999. Sebelum menjadi daerah otonom, Kabupaten Mentawai merupakan daerah kecamatan yang termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Padang Pariaman. Secara geografis Kabupaten Mentawai berada pada posisi 000 55’ 00”- 30 20’ 00” LS dan 900 35’ 00”- 1000 32’ 00” BT dengan luas daratan mencapai sekitar 6.011,35 Km2. Sebagai daerah kepulauan, seluruh batas administratif daerah ini dengan kabupaten/kota lainnya adalah perairan laut. Bagian Utara Kabupaten Mentawai berbatasan dengan Kabupaten Nias (Propinsi Sumatera Utara) yang dipisahkan oleh Selat Nias. Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang. Kedua batas administratif tersebut terpisahkan oleh Selat Mentawai dengan kedalaman laut sekitar 1500 meter dan jarak antar daratan sekitar 85-135 Km. Sedangkan sebelah Barat daerah ini berhadapan langsung dengan perairan Samudera Hindia. Topografi lahan di kepulauan Mentawai terdiri dari dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian antara 0-275 meter di atas permukaan laut. Daratan di daerah ini diperkirakan terpisah dari Pulau Sumatera sejak jutaan tahun silam dan terbentuk dari proses sedimentasi yang didominasi oleh endapan lumpur (rawa) dan tanah liat bercampur kapur. Menurut catatan sejarah tentang terbentuknya daerah ini, pada zaman es sekitar satu juta hingga sepuluh ribu tahun yang silam, permukaan laut di daerah Asia Tenggara berada pada posisi 200 meter lebih rendah dari kondisi sekarang. Pulau Sumatera merupakan daratan yang menyatu dengan Pulau Jawa, Kalimantan dan Benua Asia. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penyebaran berbagai jenis binatang di daerah tersebut. Namun Kepulauan Mentawai tetap merupakan daratan tersendiri terpisah oleh laut, dengan kedalaman sekitar 1500 meter, dari daratan Sumatera. Keadaan ini diperkirakan

Page 33: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 12

terjadi sejak masa Middle Pleistocene (Data Bathymetric). Satu-satunya kemungkinan terjadinya keterkaitan daratan terjadi di bagian Utara Mentawai. Akan tetapi andaikan hubungan tersebut memang ada, keadaan tersebut sudah sejak lama lenyap. Dengan demikian daratan di Kepulauan Mentawai merupakan pulau-pulau asli sejak kira-kira lima ratus ribu tahun yang silam, dimana flora dan faunanya terperlihara dari perubahan evolusi secara dinamis (Dinas Pariwisata Kabupaten Mentawai, 2005:4). Terdapat perbedaan yang jelas antara pantai di bagian Timur dan Barat. Di bagian Timur, keadaan pantai ditandai dengan garis pantai yang tidak rata, memiliki teluk, tanjung, pulau-pulau kecil, dan perairan dangkal yang dipenuhi dengan hamparan batu karang. Sedangkan pantai di bagian Barat berbentuk lebih lurus, berpasir, memiliki gelombang besar dan sedikit penyebaran terumbu karang. Secara keseluruhan garis pantai di Kabupaten Mentawai mencapai panjang sekitar 758 km. Gugusan Kepulauan Mentawai terdiri dari empat kepulauan besar beserta ratusan pulau-pulau kecil (berjumlah sekitar 319 pulau) yang membentang dari Utara hingga Selatan bagian pantai Barat Pulau Sumatera. Keempat pulau besar tersebut yaitu Pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Ibukota administrasi Kabupaten Mentawai berada di Pulau Sipora tepatnya di Kota Tua Pejat. Secara administratif Kabupaten Mentawai terbagi dalam 4 wilayah kecamatan dan 41 desa. Keempat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pagai Utara/Selatan (Sikakap), Sipora (Sioban), Siberut Selatan (Muara Siberut), dan Siberut Utara (Muara Sikabaluan)1. Dilihat dari luas arealnya, Kecamatan Siberut Utara merupakan kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar yaitu 1.964,35 Km2 atau seluas 32 persen dari total luas daratan Kabupaten Mentawai. Sedangkan wilayah paling kecil adalah Kecamatan Sipora, yaitu 651,55 Km2 atau sekitar 11 persen dari luas wilayah Kabupaten Mentawai yang mencapai 6.011,35 Km2

(Tabel 2.I). Kecamatan Sipora sebagai ibukota kabupaten terbagi menjadi 11 desa sedangkan ketiga kecamatan lainnya masing-masing terbagi menjadi 10 desa.

1 Kata dalam kurung menunjukkan nama Ibukota Kecamatan.Pada saat penelitian lapangan ini dilakukan sedang berkembang wacana pemekaran beberapa daerah menjadi kecamatan baru (misalnya Kecamatan Siberut Selatan dan Pagai Utara Selatan yang masing-masing akan dipecah menjadi dua kecamatan)

Page 34: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 13

Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Mentawai Menurut Kecamatan, 2002

No Kecamatan Luas (Km2) Persentase

1 2 3 4

Pagai Utara Selatan Sipora Siberut Selatan

Siberut Utara

1.521,55

651,55 1.873,30 1.964,95

25,31 10,83 31,16 32,68

Jumlah 6.011,35 100,00

Sumber: Kabupaten Mentawai Dalam Angka, BPS, 2003 Kecamatan Siberut Selatan, sebagai lokasi studi ini, secara geografis berada pada posisi 0° - 35' 00" LS dan 100° 12' 00" BT. Wilayah Kecamatan Siberut Selatan terbagi menjadi 10 desa dengan jumlah penduduk pada tahun 2002 tercatat sekitar 16.086 jiwa, terdiri dari 8.489 laki-laki dan 7.579 perempuan dan tercakup dalam 3.255 rumah tangga. Tingkat kepadatan penduduk di daerah ini mencapai 8,59 orang/km2 atau 1,74 rumah tangga/Km2. Daerah ini merupakan wilayah kecamatan di Kabupaten Mentawai dengan tingkat kepadatan penduduk terendah kedua setelah Kecamatan Siberut Utara (Tabel 2.2).

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk Per Km2 Menurut

Kecamatan di Kabupaten Mentawai, 2002

Kecamatan Jumlah Penduduk Jiwa/Km2

Pagai Utara Selatan Sipora Siberut Selatan Siberut Utara

23.864 13.121 16.086 12.694

15,68 20,14 8,59 6,46

Jumlah 65,765 10,94 Sumber: Kabupaten Mentawai Dalam Angka, BPS, 2003

Ibukota Kecamatan Siberut Selatan adalah Desa Muara Siberut.

Sebagai ibukota kecamatan kegiatan pembangunan di desa ini relatif lebih maju dibandingkan dengan desa-desa lainnya yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Siberut Selatan. Seluruh kegiatan pelayanan

Page 35: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 14

administratif pemerintahan setingkat kecamatan berada di Desa Muara Siberut. Demikian halnya dengan beberapa pelayanan kegiatan pembangunan seperti klinik kesehatan, pasar rakyat (perdagangan), pelelangan ikan, dermaga kapal, hotel, hingga jasa transportasi dan telekomunikasi. Mayoritas penduduk yang tinggal di Desa Muara Siberut adalah para pendatang yang berasal dari Sumatera Barat (etnis Minangkabau) dan umumnya mereka bekerja di bidang jasa perdagangan dan kenelayanan. Untuk mencapai Desa Muara Siberut dapat ditempuh menggunakan berbagai transportasi laut, salah satunya adalah speed boad carteran dari Tua Pejat dengan waktu tempuh sekitar 2 jam2. Sedangkan jika dari Pelabuhan Muara di Kota Padang, waktu tempuh perjalanan mencapai sekitar 12 jam menggunakan kapal penumpang (KM Sumber Rejeki Baru dan KM Simasin) dan sekitar 6 jam dari Pelabuhan Bungus Padang jika menggunakan kapal cepat (KM Mentawai Ekspress). Desa Katurai yang merupakan lokasi studi kasus dalam penelitian ini adalah satu dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Siberut Selatan. Mayoritas penduduk yang tinggal di Desa Katurai adalah orang asli Mentawai yang terdiri dari berbagai suku Mentawai3. Umumnya mereka tinggal secara mengelompok dan menempati daerah di sepanjang pesisir pantai. Penduduk yang disebut pendatang terutama adalah para pedagang yang menetap di Desa Katurai dan umumnya mereka berasal dari etnis Minang atau Batak. Berbeda dengan orang asli Mentawai yang masih tinggal di pedalaman, kehidupan masyarakat di Desa Katurai relatif lebih maju, diantaranya telah mengenal kegiatan kenelayanan dan budidaya tanaman perkebunan. Bahasa sehari-hari yang digunakan penduduk di desa ini adalah bahasa asli Mentawai dan hanya sebagian kecil penduduk yang lancar berbahasa Indonesia. Begitupula dengan kemampuan membaca dan menulis, hanya golongan penduduk tertentu yang dapat melakukannya, diantaranya adalah para staf desa, kaum muda, dan penduduk yang bekerja sebagai pedagang. Umumnya mereka yang tidak lancar berbahasa Indonesia adalah golongan penduduk yang berusia tua. Mayoritas penduduk Desa Katurai beragama Katolik dan hanya sedikit yang beragama Islam (diantaranya adalah pendatang dari etnis Minang).

2 Masyarakat di lokasi penelitian menyebut speed boat yang merupakan Perahu kayu

dengan panjang sekitar 8 meter, lebar 1,5 meter, mesin 15 PK. 3 Dalam struktur masyarakat asli Mentawi dikenal pembagian asal usul berdasarkan suku

yang dicirikan dari pemberian nama, seperti halnya sebutan sebuah marga dalam komunitas masyarakat Suku Batak di Sumatera Utara.

Page 36: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 15

Berdasarkan keterangan dari tokoh masyarakat setempat diketahui bahwa pada awalnya penduduk Desa Katurai tidak bertempat tinggal seperti sekarang. Mereka berasal dari salah satu daerah di pedalaman hutan Pulau Siberut yang sebagian besar kehidupannya tergantung dari hasil hutan dan berburu. Perpindahan awal penduduk ke Desa Katurai terjadi sekitar tahun 1940-an. Perpindahan tersebut terjadi akibat perang antar suku yang semakin meluas pada saat itu yang menyebabkan beberapa kelompok keluarga terpaksa keluar dari pedalaman hutan di Pulau Siberut. Kelompok keluarga tersebut mencari daerah baru yang masih aman dan belum ditempati oleh suku lainnya. Mereka yang keluar dari pedalaman kemudian tinggal menetap dan terus berkembang hingga menjadi kelompok besar yang saat ini mendiami Desa Katurai. Situs sejarah perkembangan kelompok penduduk pertama yang ada di Desa Katurai berada di Dusun Tiop dan hingga saat ini penduduk Dusun Tiop dikenal sebagai asal usul penduduk di Desa Katurai.

Foto 2.1. Suasana Pesisir Desa Katurai Kecamatan Siberut Selatan

Kabupaten Mentawai, 2005

Sumber : Dokumentasi COREMAP-PPK LIPI,2005

Secara geografis letak Desa Katurai berada pada posisi 010.74’. 808” LS dan 0990. 27’. 898” BT dengan luas daratan mencapai 160, 16 Km2 atau sebesar 8,5 persen dari total luas Kecamatan Siberut Selatan pada tahun 2002. Jarak Desa Katurai ke ibukota kecamatan mencapai 15 Km, ke ibukota kabupaten sekitar 55 Km sedangkan ke ibukota provinsi mencapai sekitar 161 Km. Secara administratif Desa Katurai terbagi menjadi 4 wilayah dusun yaitu Dusun Tiop, Sarousow, Taleulebo dan Malilimok (lihat peta). Jarak antara satu dusun dengan dusun lainnya sekitar 5-7 Km, terpisahkan oleh hutan dan perbukitan dan

Page 37: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 16

hanya dapat dijangkau menggunakan transportasi air. Sebagai gambaran, dari pusat desa, yaitu Dusun Malilimok menuju Dusun Tiop diperlukan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan menggunakan perahu kayu bermesin 15 PK. Sedangkan menuju Dusun Saraousow dan Taleulebo masing-masing membutuhkan waktu tempuh sekitar 1 dan 1,5 jam secara berturut-turut.

Tabel 2.3. Luas Wilayah Kecamatan Siberut Selatan Menurut Desa, 2002

No Desa Luas (Km2) Persentase

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Pasakiat Taleuleou Madobak Ugai Katurai Muara Siberut Malilepet Muntei Saliguma Sarareket Ulu Sagalubek Taileu Saibi Samukop

418,10

77,16 160,16

42,02 37,74 81,41 92,55 33,21

594,20 466,72

22,3 4,1 8,5 2,2 2,0 4,3 4,9 1,7 31,7 24,9

Jumlah 1.873 100,0

Sumber: Kabupaten Mentawai Dalam Angka, BPS, 2003 Tofografi lahan di Desa Katurai didominasi oleh wilayah perbukitan dan daratan hutan lebat. Sedangkan kondisi pantai di desa ini berbentuk landai didominasi oleh hamparan batu karang di perairan dangkal, pasir putih, dan tanah rawa hutan mangrove. Wilayah perairan Desa Katurai memiliki gugusan kepulauan kecil, diantaranya adalah Pulau Karamajat, Pulau Koroniki, Pulau Nyang-nyang, Pulau Mainu, Pulau Siloina, dan Pulau Botiek. Sebagian besar pulau-pulau tersebut tidak berpenghuni dan umumnya digunakan sebagai tempat singgah sementara (istirahat) ketika penduduk Desa Katurai mengelolala kebun kelapa atau cengkeh. Pusat administratif pemerintahan Desa Katurai berada di Dusun Malilimok dan merupakan daerah terpadat penduduknya kedua setelah Dusun Tiop. Untuk mencapai Dusun Malilimok dari ibukota kecamatan dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu pertama dari Muara Siberut menggunakan jalur sungai, melewati Dusun Tiop dan Sarausow. Waktu tempuh perjalanan sekitar 3 jam jika menggunakan perahu bermesin 15 PK, menyusuri sungai Taileleu dan perairan hutan bakau yang sangat lebat sepanjang sekitar 5 km. Jalur pertama ini hanya dapat ditempuh

Page 38: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 17

jika kondisi perairan di sekitar hutan bakau dalam keadaan air pasang. Sebagian besar penduduk di Desa Katurai memanfaatkan jalur ini jika ingin berpergian ke dan dari ibukota keacamatan.

Foto 2.2. Suasana Jalur Sungai Menuju Desa Katurai Kecamatan

Siberut Selatan Kabupaten Mentawai, 2005

Sumber : Dokumentasi COREMAP-PPK LIPI, 2005

Cara kedua adalah jalur alternative yaitu menggunakan jalur laut langsung menuju Dusun Malilimok, jika perjalanan melalui jalur pertama tidak dapat ditempuh (air surut/sore dan malam hari). Namun demikian untuk menggunakan jalur kedua ini diperlukan ukuran dan kemampuan kapal yang lebih besar. Perjalanan menggunakan jalur kedua ini menyusuri pantai selatan yang berbatasan langsung dengan perairan lepas Selat Mentawai. Ombak di daerah ini juga cukup besar dan pada waktu-waktu tertentu bisa mencapai 2-4 meter. Jika tidak berpengalaman melewati jalur ini maka resiko menabrak karang dan arus keras akan sangat besar. Oleh karena itu, sangat jarang penduduk di Desa Katurai yang menggunakan jalur ini, selain karena ketiadaan sarana transportasi yang memadai, jaminan keselamatan dalam perjalanan juga sangat riskan. 2.2. Potensi Sumberdaya Alam Desa Katurai memiliki sumberdaya alam yang sangat melimpah dan beraneka ragam, baik sumberdaya lahan maupun sumberdaya laut. Belum lagi potensi lainnya seperti kehidupan tradisional masyarakat (sosial budaya) dan keindahan alam di daerah ini yang sangat potensial untuk kegiatan pariwisata. Namun demikian, pemanfaatan sumberdaya tersebut hingga saat ini terlihat belum optimal. Kondisi tersebut

Page 39: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 18

terkendala oleh berbagai faktor terutama karena belum berkembangnya kegiatan ekonomi di daerah ini akibat minimnya sarana prasarana serta keterisolasian yang menyebabkan daerah ini tertinggal dalam proses pembangunan. 2.2.1. Sumberdaya Darat Memasuki wilayah Desa Katurai, setelah menyusuri sungai Taileleu dengan lebatnya hutan bakau, maka akan terlihat bentangan luas perbukitan dan hutan di sepanjang perairan teluk desa ini. Sepanjang pesisir desa dan perbukitan terlihat pohon-pohon besar berusia puluhan tahun yang didominasi oleh berbagai jenis pohon kayu, tanaman buah musiman dan deretan pohon kelapa. Diantara berbagai jenis pohon kayu yang banyak tumbuh di daerah ini adalah jenis pohon kayu meranti, sengon, dan kruing. Sedangkan jenis pohon tanaman buah musiman adalah durian, mangga, dan rambutan. Sementara beberapa tanaman budidaya perkebunan diantaranya adalah kelapa, cengkeh dan coklat. Kelapa dan cengkeh merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dikembangkan oleh masyarakat Desa Katurai. Pengelolaan perkebunan (khususnya kelapa dan cengkeh) dilakukan secara tradisional, yaitu tanpa pengaturan lahan pada hamparan tertentu (sistem acak) ataupun proses pemeliharaan yang reguler dan sistematis. Tanaman kelapa dan cengkeh yang dikembangkan di daerah ini tumbuh diberbagai tempat dan minim dalam pengelolaan, sebagaimana yang harus dilakukan dalam kegiatan budidaya perkebunan (seperti pemupukan, penyiangan dan pemberantasan hama). Menurut keterangan tokoh masyarakat setempat, tanaman kelapa yang diolah menjadi kopra sudah dikembangkan di daerah ini sejak tahun 1960-an sedangkan cengkeh dimulai sejak tahun 1980-an. Kedua jenis komoditas perkebunan tersebut saat ini menjadi salah satu sumber utama bagi pendapatan ekonomi masyarakat Desa Katurai. Selain itu, bagi masyarakat Desa Katurai kepemilikan lahan perkebunan tidak hanya sebagai sumber pendapatan tetapi juga merupakan prestise sosial. Artinya semakin luas kebun kelapa dan cengkeh yang dikelola, semakin tinggi status sosial seseorang di desa tersebut. Selain kelapa dan cengkeh, masyarakat di Desa Katurai juga sedang mengembangkan tanaman coklat. Beberapa tanaman coklat yang ditanam penduduk setempat sudah ada yang menghasilkan seperti yang ditemukan di Dusun Sarousow. Namun demikian pengembangan tanaman coklat ini masih sangat terbatas dan umumnya masih berupa tanaman pekarangan. Penduduk di Desa Katurai juga sedang

Page 40: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 19

mengembangkan tanaman nilam. Tanaman nilam adalah sejenis tanaman budidaya yang diambil daunnya untuk diolah menjadi minyak sebagai bahan dasar industri farmasi dan kosmetik. Menurut keterangan narasumber di lokasi penelitian, hasil minyak nilam dari Mentawai sebagian besar ditujukan untuk tujuan ekspor ke Singapura dan Jepang. Budidaya nilam memiliki prospek cerah dan diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang. Selain karena kesesuaian kondisi lahan, harga jual hasil olahan minyak dari tanaman ini juga cukup tinggi. Budidaya nilam juga telah ditetapkan menjadi salah satu program unggulan Pemerintah Daerah Kabupaten Mentawai dan diharapkan menjadi alternatif baru sumber pendapatan masyarakat setempat.

Foto 2.3. Budidaya Tanaman Nilam : Alternatif Sumber Pendapatan Penduduk

Sumber : Dokumentasi COREMAP-PPK LIPI, 2005. Desa Katurai merupakan sentra tanaman hasil buah musiman seperti durian, rambutan dan mangga di Kecamatan Siberut Selatan. Berdasarkan data BPS tahun 2002, jumlah tanaman durian di Kecamatan Siberut Selatan mencapai sekitar 40.894 pohon atau 61 persen dari total 66.512 pohon durian yang ada di Kabupaten Mentawai, dengan total produksi mencapai 290,50 ton per tahun. Diperkirakan sekitar 40 persen pohon durian tersebut tumbuh di Desa Katurai. Sementara itu, untuk tanaman rambutan berjumlah 10.213 pohon atau sekitar 50 persen dari total 22.897 pohon yang terdapat di Kabupaten Mentawai. Setiap tahun produksi rambutan dari Kecamatan Siberut Selatan mencapai 76,25 ton atau 50 persen dari total produksi buah rambutan dari Kabupaten Mentawai yang berjumlah 150,50 ton per tahun (BPS,2002). Selain kedua jenis tanaman buah tersebut, Desa Katurai juga memproduksi tanaman buah musiman lainnya seperti duku,

Page 41: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 20

nangka, manggis dan jambu biji. Namun volume produksinya masih terbilang rendah dan hanya untuk konsumsi penduduk lokal. Menurut keterangan penduduk setempat, setiap musim buah tertentu, selalu saja ada ‘pemborong’ yang datang ke Desa Katurai untuk ‘memborong’ buah-buhan yang siap panen dan selanjutnya dijual ke berbagai sentra pasar buah yang ada di Sumatera Barat.

2.2.2. Sumberdaya Laut Desa Katurai memiliki kekayaan sumberdaya laut yang sangat besar dan beraneka ragam, namun ironis, pemanfaatan sumberdaya tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh penduduk dari luar desa ini. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kemampuan permodalan (terutama peralatan tangkap) penduduk di Desa Katurai yang terbatas serta keterisolasian desa ini dari akses pasar dan kegiatan ekonomi yang lebih berkembang. Beberapa potensi SDL yang terdapat di sekitar Desa Katurai adalah berbagai jenis ikan, teripang, lola dan hewan bercangkang, ekosistem terumbu karang dan hutan mangrove/bakau. Berikut ini uraian mengenai masing-masing potensi tersebut.

Berbagai Jenis Ikan Potensi ikan di Desa Katurai dapat dibedakan berdasarkan lokasi perairan yang ada di desa ini. Untuk perairan dangkal, seperti di sekitar pemukiman penduduk (terutama di dekat Dusun Tiop dan Sarousow) umumnya jenis ikan yang banyak ditemukan adalah ikan bandeng, sisik putih (tamban), kerapu bakau dan udang bakau. Ketiga jenis ikan ini merupakan jenis ikan yang banyak ditangkap oleh nelayan Desa Katurai. Jenis ikan yang menjadi primadona Desa Katurai adalah kerapu bakau, selain nilai ekonominya (harga) cukup tinggi, potensi bibit dan habitat jenis ikan ini masih sangat besar dan sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Selain ketiga jenis ikan tersebut, di sekitar perairan dangkal desa ini juga banyak ditemukan kepiting bakau, terutama di sekitar areal hutan bakau yang banyak tumbuh di sepanjang pantai. Sejak tahun 2003 kepiting bakau telah menjadi sumber pendapatan baru bagi nelayan di Desa Katurai (khususnya nelayan di Dusun Tiop dan Saraousow), terutama setelah adanya agen penampung kepiting bakau di daerah ini.

Pada bagian perairan teluk dan perairan terbuka di Desa Katurai terdapat berbagai jenis ikan pelagis dan ikan karang. Beberapa jenis ikan laut yang dapat ditangkap di sekitar perairan tersebut antara lain adalah ikan cakalang, tuna, tongkol, tenggiri, kembung, layur, teri, kuwe, dan kakap. Sementara untuk jenis ikan karang diantaranya adalah

Page 42: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 21

berbagai jenis ikan kerapu, napoleon (somay), udang karo (lobster) dan berbagai jenis udang. Berbagai jenis ikan laut dan karang tersebut umumnya ditangkap oleh nelayan dari luar Desa Katurai, diantaranya nelayan dari Desa Muara Siberut, Sipora, Pagai, Padang bahkan dari Nias.

Teripang dan Lola Selain berbagai jenis ikan, perairan Desa Katurai juga kaya akan sumberdaya laut seperti teripang, lola, cumi-cumi dan hewan laut bercangkang lainnya. Khusus teripang dan lola, kedua jenis hasil laut ini merupakan primadona tangkapan nelayan Desa Katurai. Teripang oleh penduduk setempat dikenal dengan sebutan ‘sualo’. Sedangkan lola dalam sebutan lokal adalah ‘laklak’.

Foto 2.4.

Teripang dan Lola : Primadona Hasil Laut Nelayan Desa Katurai

Sumber : Dokumentasi COREMAP-PPK LIPI, 2005

Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang di Desa Katurai menyebar di beberapa titik lokasi, yaitu mulai dari perairan pantai di Dusun Malilimok dan Dusun Taleulebo, hingga sekitar perairan terluar di beberapa pulau kecil. Kondisi terumbu karang yang tersebar di perairan Desa Katurai bervariasi dari yang paling rusak (mati) hingga dalam kondisi sangat sehat (karang hidup). Pulau pulau kecil seperti pulau Pulau Karamajat dan Nyang-nyang merupakan salah satu contoh pulau kecil yang

Page 43: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 22

memiliki kondisi terumbu karang cukup sehat. Mengutip hasil penelitian P2O LIPI (2004) tutupan karang hidup di sekitar perairan dua pulau tersebut mencapi 75-100 persen. Artinya kondisi terumbu karangnya tergolong masih baik. Maka tidak mengherankan jika perairan di kedua pulau tersebut menjadi salah satu daerah tujuan penangkapan ikan dan biota laut bagi penduduk setempat dan nelayan dari luar daerah. Hutan Mangrove Hutan mangrove di Desa Katurai banyak tumbuh di sepanjang pesisir perairan pantai terutama di bagian Utara yang berbatasan dengan Desa Muara Siberut. Kondisinya masih sangat baik dengan tingkat kerapatan pohon mencapai 473 batang /Ha dan 2.905 batang anak pohon/Ha serta tingkat pemanfaatan masih rendah. Ekosistem mangrove didominasi oleh jenis bakau api-api dan nipah. Rata-rata tinggi pohon bakau api di daerah ini mencapai 13,5 meter untuk pohon besar dan 4,93 meter untuk anak pohon, dengan diameter kayu mencapai 14,80 cm untuk pohon besar dan 5,07 cm untuk anak pohon (P20 LIPI, 2004). Penduduk lokal memanfaatkan jenis bakau api sebagai sumber kayu bakar dan bangunan rumah (penyangga atap). Berdasarkan pengamatan, aktivitas pemanfaatan bakau tersebut tidak termasuk sebagai kegiatan yang mengancam kelestarian hutan mangrove di daerah ini, karena pemanfaatannya masih dalam batas kewajaran dan tidak signifikan dengan luasan hutan mangrove yang ada di Desa Katurai.

2.2.3. Kegiatan Wisata Selain sumberdaya laut berupa kekayan berbagai jenis ikan dan keragaman terumbu karang, Desa Katurai juga memiliki potensi kegiatan wisata laut. Salah satu kegiatan wisata laut yang saat ini sedang dikembangkan adalah wisata laut di Pulau Nyang-nyang dan Karamajat. Menurut catatan Dinas Pariwisata Kabupaten Mentawai, ketinggian ombak di Pulau Nyang-nyang adalah nomor tiga tertinggi di dunia yaitu mencapai 4 meter (Dinas Pariwisata Kabupaten Mentawai, 2004:19). Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika kawasan perairan di Pulau Nyang-nyang telah menjadi salah satu tujuan wisata selancar yang terkenal di Indonesia. Pada bulan tertentu, terutama pada musim ombak besar, banyak wisatawan mancanegara yang mengunjungi lokasi ini untuk kegiatan berselancar (surfing). Di Pulau Karamajat wisata laut sedang dikembangkan kegiatan snorkling. Wisatawan yang berkunjung ke pulau ini umumnya tertarik untuk melihat keindahan alam bawah laut terutama keindahan terumbu karang di daerah ini yang masih terjaga baik. Di tempat ini juga tersedia penginapan (homestay) di atas keramba

Page 44: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 23

ikan atau dikenal dengan sebutan Homestay Terapung. Saat penelitian ini dilakukan, pemerintah daerah setempat sedang mengembangkan Pulau Karamajat untuk dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata laut di Kabupaten Mentawai. Diperkirakan pada masa mendatang kegiatan wisata laut di daerah ini akan semakin berkembang seiring dengan komitmen besar Pemerintah Daerah Kabupaten Mentawai yang telah menetapkan sektor pariwisata laut sebagai andalan kegiatan pembangunan di daerah ini. Desa Katurai juga memiliki potensi wisata di bidang wisata ilmiah (wisata penelitian), terutama terkait dengan keberadaan plasma nutfah atau tumbuhan langka yang banyak tumbuh di daerah ini. Disamping itu, kebiasaan pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai sumber pengobatan oleh penduduk asli Mentawai juga telah banyak menarik perhatian para ahli biologi tumbuhan, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk melakukan penelitian di daerah ini. Jika dilakukan secara serius kekayaan tumbuhan obat tersebut sangat mungkin untuk dikembangkan menjadi sumber bahan baku untuk industri pengobatan tradisional (herbal medicine).

2.3. Kondisi Kependudukan Berdasarkan Data dari BPS Kabupaten Mentawai tahun 2002 jumlah penduduk di Kecamatan Siberut Selatan tercatat sebesar 16.086 jiwa, terdiri dari 8.489 jiwa laki-laki dan 7.597 jiwa perempuan yang tercakup dalam 3.225 rumah tangga (KK). Dibandingkan dengan tiga kecamatan lainnya yang termasuk dalam Kabupaten Mentawai, jumlah penduduk di Kecamatan Siberut Selatan adalah terbesar kedua setelah Kecamatan Pagai Utara Selatan yang berjumlah 23.864 jiwa, sementara jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Sipora yang hanya berjumlah 13.121 jiwa (20 persen).4

Dari 10 desa yang terdapat di Kecamatan Siberut Selatan, konsentrasi penduduk terbanyak berada di Desa Muara Siberut yaitu mencapai 2.471 jiwa (15,1 persen), sedangkan desa dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa Sagulubek Taileu dengan jumlah penduduk sebesar 1.168 atau hanya sekitar 7,1 persen dari total penduduk di Kecamatan Siberut Selatan. Pada kasus Desa Katurai, jumlah penduduk di desa ini berada pada urutan keempat dari 10 desa yang ada di Kecamatan Siberut Selatan. Pada tahun 2002, penduduk 4 Jika dibedakan berdasarkan empat pulau besar yang membentuk Kepulauan Mentawai,

jumlah penduduk di Pulau Siberut adalah yang terbesar ( 40 persen) dibandingkan dengan ketiga pulau lainnya yaitu 28.172 jiwa (P. Siberut), 13.121 jiwa (P.Sipora), 12.532 jiwa (P.Pagai Utara) dan 11.322 jiwa (P. Pagai Selatan).

Page 45: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 24

Desa Katurai berjumlah 1.874 jiwa terdiri dari 998 jiwa laki-laki dan 855 jiwa perempuan yang tercakup dalam 384 rumah tangga.

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Desa, Kecamatan Siberut

Selatan Kabupaten Mentawai, 2002

Penduduk No Desa L P Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Pasakiat Madobak Ugai Katurai Muara Siberut Maililipet Muntei Saliguma Sarareket Ulu Sagulubek Saibi Samuko

1278 988 998 1312 417 711 690 544 638 912

1147 923 855 1129 347 620 716 530 506 825

2.468 1.947 1.874 2.470 770 1.338 1.424 1.101 1.168 1.731

Jumlah 8489 7597 16.290 Sumber : Kabupaten Mentawai Dalam Angka, BPS, 2003

Wilayah Desa Katurai termasuk daerah jarang penduduk, terlihat

dari tingkat kepadatan penduduk yang hanya mencapai 12 orang per km2. Bandingkan dengan kepadatan penduduk di ibukota kecamatan (Desa Muara Siberut) yang mencapi 58 orang per km2 atau di ibukota kabupaten (Tua Pejat) yang mencapai 98 orang per km2. Salah satu dampak dari masih rendahnya tingkat kepadatan penduduk di daerah ini adalah belum optimalnya pemanfaatan lahan daratan di Desa Katurai yang sebagian besar masih berupa hutan dan perbukitan tanpa penghuni 2.4. Sarana dan Prasarana Kehidupan masyarakat dan proses pembangunan di Kabupaten Mentawai (juga di Desa Katurai) terlihat lebih berkembang sejak daerah ini menjadi wilayah kabupaten yang otonom. Menurut pendapat tokoh masyarakat setempat, ketika Mentawai masih menjadi bagian dari Kabupaten Padang Pariaman, kegiatan pembangunan di daerah ini berjalan lambat dan Mentawai jarang sekali ‘dilirik’ orang. Sebaliknya, selama empat tahun terakhir sejak tahun 2000, kegiatan pembangunan mulai terasa berkembang terutama setelah akses transportasi dari dan ke Mentawai relatif lancar. Hingga saat ini hampir setiap hari ada kapal

Page 46: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 25

penumpang dan barang yang berangkat dari Padang ke Mentawai dan sebaliknya. Sarana pendidikan, sosial, dan ekonomi juga telah banyak dibangun terutama di pusat kecamatan yang semakin membuka Mentawai sebagai daerah baru dan terus berkembang. Desa-desa di Kecamatan Siberut Selatan juga mulai terjangkau sarana pembangunan walaupun perkembangannya masih terbatas. Berikut ini uraian tentang perkembangan sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Siberut Selatan dan Desa Katurai. 2.4.1. Pendidikan Dilihat dari luas daerah dan penyebarannya, jumlah sarana pendidikan di Kecamatan Siberut Selatan terbilang masih minim, terutama untuk jenjang pendidikan setingkat SMP dan SMA. Apalagi untuk sarana pendidikan setingkat akademi/perguruan tinggi yang hanya dapat diakses di luar Kabupaten Mentawai. Tidak mengherankan jika keadaan ini juga menjadi kendala utama bagi orang tua murid (terutama yang tinggal di luar ibukota kecamatan) untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke tingkat yang lebih tinggi (SMP ke atas). Kondisi ini kemudian berdampak terhadap tingginya tingkat droup out atau murid tidak melanjutkan ke jenjang SMP ke atas di daerah ini.

TabeL 2.5.

Jumlah Sekolah, Kelas, Guru, dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Mentawai, 2002

Sekolah

Tingkat Pendidikan Negeri Swasta

Kelas Guru

Murid

Sekolah Dasar (SD)

20

1

126

108

2263

Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 1 12 36 379 Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 - 7 16 345 Akademi/Perguruan Tinggi - - - - -

Jumlah 22 2 145 160 2987

Sumber : Kecamatan Siberut Selatan Dalam Angka, BPS, 2003

Berdasarkan data dari BPS tahun 2002, jika dibandingkan antara jumlah sarana pendidikan di tingkat SD dengan SMP dan SMA terlihat sangat kontras. Bangunan SD di Kecamatan Siberut Selatan berjumlah 21 sekolah, sementara untuk tingkat SMP dan SMA masing-masing hanya 2 dan 1 sekolah. Ke-21 bangunan SD tersebut tersebar di 10

Page 47: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 26

desa yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Siberut Selatan. Berarti jika dirata-ratakan pada setiap desa di Kecamatan Siberut Selatan hanya ada 1 atau 2 SD. Dapat dibayangkan bagaimana sulitnya memajukan dunia pendidikan di daerah ini jika melihat kendala keadaan wilayah desa yang umumnya sangat luas bahkan terpencar antar beberapa dusun.

Pada kasus Desa Katurai, pada saat penelitian ini dilakukan,

sarana pendidikan formal hanya ada 4 SD dan 1 TK. Untuk SD masing-masing tersebar di 4 Dusun, sedangkan TK hanya terdapat di Dusun Malilimok. Sarana belajar mengajar SD di keempat dusun tersebut sangat terbatas dan terkesan kurang mendapatkan perhatian dari aparatur pemerintahan setempat. Jumlah guru tidak seimbang dengan jumlah murid, sehingga seorang guru harus mengajar 2-3 kelas berbeda dalam seharinya. Materi pelajaran yang diberikan sangat tergantung kreativitas guru karena alat peraga ataupun media pengajaran yang digunakan juga terbatas. Misalnya untuk kebutuhan buku cetak, murid SD di Dusun Malilimok harus bergantian dengan teman sekelas dan kondisi buku yang digynakan umumnya dalam keadaan yang tidak layak pakai. Belum lagi jika ditanyakan tentang kelengkapan sarana ruang belajar, perpustakaan, alat peraga pengajaran, dan lainnya, masih sangat jauh dari kelayakan pelayanan pendidikan dasar. Salah seorang guru yang diwawancarai dalam penelitian ini mengeluhkan tentang minimnya sarana yang tersedia sehingga hal tersebut berdampak terhadap kurang maksimalnya proses belajar-mengajar. Untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SMP ke atas, bagi sebagian besar orang tua murid di Desa Katurai merupakan suatu perkara yang sulit. Hal ini karena berarti mereka harus menyekolahkan putra putrinya ke ibukota kecamatan (Desa Muara Siberut) atau ke ibukota kabupaten. Tentu saja untuk merealisasikan hal tersebut, orang tua murid di Desa Katurai harus menyediakan dana pendidikan yang lebih besar terutama untuk biaya akomodasi (pondokan dan makan). Pada kenyataannya kondisi ini umumnya hanya dapat dilakukan oleh golongan penduduk yang tingkat ekonominya relatif lebih mapan. Bagi orang tua murid yang memiliki sanak famili di ibukota kecamatan, biasanya mereka akan menitipkan anak mereka pada keluarga sanak famili yang ada. Namun demikian itupun tidak akan berlangsung lama, karena biasanya sang anak akan memilih untuk tinggal di asrama yang disediakan oleh pihak sekolah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika biaya pendidikan bagi sebagian besar orang tua di Desa Katurai merupakan kebutuhan ekonomi yang cukup besar dan sering menjadi persoalan.

Page 48: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 27

Bagi penduduk di Kecamatan Siberut Selatan dan juga khususnya di Desa Katurai, untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi (misalnya ke akademi/perguruan tinggi), tidak ada pilihan lain yaitu harus keluar kabupaten. Hal tersebut tentunya menjadi permasalahan besar dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia di daerah ini. Apalagi di tengah keterbatasan tersebut biaya pendidikan tinggi saat ini terus mengalami kenaikan. Penuturan salah satu keluarga di Desa Katurai berikut ini dapat memberikan ilustrasi bagaimana sulitnya keadaan mereka ketika dihadapkan pada pemenuhan kebutuhan pendidikan. Baginya pendidikan tinggi hanya untuk orang "berduit" dan hanya ‘keajaiban’ jika anak-anaknya kelak bisa sekolah hingga jenjang pendidikan tinggi.

2.4.2. Kesehatan Di Kecamatan Siberut Selatan terdapat 1 puskesmas dan 11 puskesmas pembantu yang tersebar di 10 Desa, termasuk 1 puskesmas pembantu yang terdapat di Desa Katurai. Sementara jumlah dokter hanya ada 4 orang dan semuanya tinggal di ibukota kecamatan. Menurut penuturan salah seorang narasumber, tidak semua Puskesmas Pembantu yang ada daerah ini beroperasi setiap harinya. Hal tersebut karena keterbatasan jumlah tenaga kesehatan serta keterisolasian daerah yang sulit dijangkau. Seperti kasus yang ditemukan di Desa Katurai, ketika peneliti mengunjungi Puskesmas Pembantu di desa ini, terlihat sama sekali tidak ada kegiatan pelayanan kesehatan yang semestinya dilakukan. Bangunannya cukup memadai namun terlihat telah lama tidak dibersihkan dan bagian pintu depan dikunci dengan gembok besar. Menurut penduduk setempat, puskesmas hanya memberikan pelayanan kesehatan jika ada program pengobatan tertentu, seperti Pos PIN dan Imunisasi, itupun sering tidak terlaksana. Pegawai pelaksana puskesmas pembantu di Desa Katurai hanya satu

.....Saya sih inginnya anak-anak saya bisa sekolah sampai universitas, tapi kelihatannya itu semua seperti mimpi di siang bolong ya pak. Anak pertama saya sudah ada yang lulus SMA, dia mau melanjutkan ke univeristas di Padang, tapi tidak bisa saya kabulkan. Uangnya darimana? Untuk biaya sehari hari saja kami sudah pusing pak. Sekarang pendidikan serba mahal. Sudah jadi bisnis pak. Kalau bisa pemerintah pikirkan nasib orang seperti kita ini pak. Bagaimana bisa maju kalau mau sekolah saja susah. Anak saya ada tiga yang sekolah di Muara, semuanya tinggal di asrama. Setiap dua minggu saya harus kirim uang ke mereka, kalau tidak, nanti belajarnya terganggu...

Page 49: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 28

orang, bukan penduduk setempat dan lebih banyak meluangkan waktu tinggal di ibukota kecamatan.

Tabel. 2.6. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Desa Kecamatan Siberut Selatan

Kabupaten Mentawai, 2002

No Desa Puskesmas Posyandu Dokter Dukun

1 Pasakiat Teleleu

1

2

-

1

2 Madobak Ugai 1 2 - - 3 Katurai 1 4 - 3 4 Muara Siberut 1 2 4 2 5 Maileppet 1 2 - 2 6 Muntet 3 2 - 2 7 Saliguma 1 2 - - 8 Sarareket Ulu 1 1 - - 9 Sagalubek Taileu 2 4 - 1

10 Saibi Samuko 1 2 - 2

Jumlah 13 24 4 12 Sumber : Kecamatan Siberut Selatan Dalam Angka, BPS, 2003

Berkaitan dengan pelayanan kesehatan, umumnya penduduk di Desa Katurai lebih memilih menggunakan jasa dukun setempat yang disebut ‘Sikerei’5. Bagi masyarakat Mentawai, keberadaan Sikerei merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka sejak dahulu, bukan sebatas sebagai tenaga medis kesehatan tetapi seorang Sikerei juga merupakan tokoh masyarakat (adat) yang disegani. Seorang Sikerei biasanya adalah seorang tetua yang sangat dihormati. Dalam keseharian seorang Sikerei selalu mengenakan pakaian tradisional adat Mentawai dengan atribut manik-manik (hiasan) di bagian kepala dan dadanya, serta tato tradisional di badan, kaki dan tangan.

Seorang Sikerei dipercaya penduduk setempat mampu mengobati berbagai penyakit, baik penyakit ringan (sakit perut, pusing, dan batuk) hingga sakit berat (lumpuh, stroke, dan kanker). Bahkan seorang Sikerei juga dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang

5 Saat Tim Peneliti bertemu dengan seorang Sikerei di Desa Katurai terkesan beliau

adalah tokoh yang sangat disegani di Pulau Siberut -Mentawai. Pengalamannya sangat luas bahkan menurut penuturannya pernah berdialog langsung dengan Paus Yohanes Paulus II di Istana Merdeka, ketika ia diundang oleh Presiden Soeharto datang ke Jakarta.

Page 50: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 29

dipercaya oleh penduduk setempat akibat perbuatan ‘makhluk gaib’. Biasanya obat yang digunakan oleh seorang Sikerei adalah ramuan tradisional dari berbagai macam flora dan fauna yang ada di Mentawai. Dalam proses pengobatan seorang Sikerei akan melakukan upacara adat terlebih dahulu sambil membacakan ‘mantra’ sebagai bagian dari ritual proses pengobatan yang dilakukan. Pemerintah daerah setempat pun hingga saat ini tidak mengenyampingkan peran Sikerei dalam advokasi kesehatan kepada masyarakat. Dengan demikian, perlu menjadi catatan bahwa keberadaan Sikerei dalam masyarakat Mentawai memiliki peran strategis terutama terhadap keberhasilan pelaksanaan program kesehatan masyarakat di Kabupaten Mentawai.

2.4.3. Transportasi dan Telekomunikasi Saranan transportasi yang menghubungkan Kecamatan Siberut Selatan dengan ibukota kabupaten atau ibukota propinsi sebenarnya cukup memadai. Namun demikian karena untuk menuju Pulau Siberut harus melalui perairan terbuka dengan gelombang yang cukup besar, maka perjalanan menuju dan dari daerah ini cukup merepotkan.

Sesuai dengan topografi alamnya, transportasi air/laut merupakan alat angkut utama bagi penduduk di Kecamatan Siberut Selatan. Untuk bepergian antar pulau di sekitar Kepulauan Mentawai dapat menyewa speed boat milik penduduk setempat, dimana harga sewa biasanya disesuaikan dengan jauhnya jarak tempuh dan harga jual bahan bakar. Sementara untuk jalur transportasi menuju dan dari Kota Padang, setiap hari tersedia pelayanan kapal penumpang baik kapal cepat maupun kapal penumpang biasa (lihat tabel 2.7).

Untuk transportasi darat, terutama di ibukota kecamatan ada dua alternatif kendaraan umum yang bisa digunakan. Pertama adalah ojek sepeda motor. Sarana transportasi ini dapat digunakan di sekitar pelabuhan muara dan biasanya akan berkumpul ketika ada jadwal kedatangan atau keberangkatan kapal. Para pengojek di pelabuhan Muara Siberut selain bekerja sebagai penjual jasa ojek motor juga sering menawarkan sewa rumah/homestay bagi para pendatang, sehingga memudahkan bagi para pendatang terutama bagi mereka yang baru pertama kali mengunjungi Pulau Siberut. Sedangkan alternatif angkutan kedua adalah menggunakan kendaran umum sewaan. Umumnya mobil sewaan yang beroperasi di daerah ini adalah mobil jenis colt keluaran tahun 70-an dengan bentuk fisik terkesan tidak terawat. Biasanya kendaraan ini digunakan untuk mengangkut hasil pertanian penduduk atau barang dagangan dari bongkar muat kapal. Namun demikian harga sewa mobil di daerah ini relatif mahal dan aksesnya juga sangat

Page 51: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 30

terbatas, sehingga disarankan bagi para pendatang yang tiba di Muara Siberut untuk menggunakan jasa ojek motor yang lebih praktis dengan biaya relatif murah.

Tabel 2.7. Jadwal Tranportasi Laut Mentawai-Padang-Mentawai

Nama Tujuan Keberangkatan Kedatangan Kapal Dari Ke Hari Waktu Hari Waktu

Padang

Tuapejat

Senin

Pagi

Senin

Sore

Padang Sioban Selasa Pagi Selasa Sore Mentawai Sikakap Padang Selasa Sore Selasa Malam Ekspress Padang Tuapejat Jum'at Pagi Jum'at Sore

Tua Pej'at Via Sioban Sabtu Sore Sabtu Malam Padang

Sikakap

Padang

Senin

Sore

Selasa

Pagi Padang Sikakap Selasa Sore Rabu Pagi

KM Sikakap Padang Rabu Sore Kamis Pagi Beriloga Padang Tuapejat Via Jum'at Sore Sabtu Pagi

Sikakap

Padang

Muara Siberut

Senin

Sore

Selasa

Pagi Via Sikakap

KM Sikakap Padang Via Rabu Sore Kamis Pagi Sumber Siberut Rejeki Padang Siberut Juma'at Sore Sabtu Pagi Baru

Siberut

Padang

Sabtu

Sore

Minggu

Pagi

KM

Subulat Siberut Padang Tuapejat

Sioban Siberat Via

Tuapejat Padang via

Siberut

Senin Selasa

Rabu

Sore Sore

Sore

Selasa Rabu

Kamis

Pagi Pagi

Pagi

Sumber : Buku Saku Pariwisata Kabupaten Mentawai, 2004

Catatan : Pada saat penelitian dilakukan, Kapal Mentawai Ekspress sedang tidak beroperasi karena kerusakan mesin. Pada awal tahun 2005 terdapat kapal penumpang baru yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Kaupaten Mentawai, bernama KM Simasin yang memliki rute Padang-Siberut-Sikabaluan-Padang. Jadwal dapat berubah tanpa pemberitahuan.

Pelayanan PLN (listrik) dan alat telekomunikasi seperti telepon,

radio dan televisi hanya dapat dijangkau di ibukota Kecamatan Siberut Selatan. Komunikasi telepon, yang tersedia hanya layanan telepon dari

Page 52: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 31

PT Telkom, sedangkan telepon genggam (HP) belum bisa diakses dan hanya dapat digunakan jika menggunakan telepon satelit. Begitu pula dengan saluran televisi, masyarakat di Kecamatan Siberut Selatan dapat menangkap gelombang siaran televisi jika menggunakan antena parabola. Kondisi alam di pulau ini yang berbukit menyebabkan sulitnya menangkap televisi jika menggunakan antena biasa. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sedang berkunjung ke Pulau Siberut maka pemandangan antena parabola di setiap rumah merupakan suatu hal yang lazim ditemukan. Masyarakat di luar ibukota kecamatan (seperti di Desa Katurai) biasanya menggunakan generator pribadi jika ingin menggunakan energi listrik. Berdasarkan pengamatan di Desa Katurai terlihat hanya segelintir rumah tangga yang memiliki generator listrik. Penggunaannya juga terbatas dan biasanya akan digunakan jika ada acara bersama di desa yang diselenggarakan pada malam hari.

Satu-satunya cara untuk mencapai Desa Katurai adalah

menggunakan transportasi air/laut. Di Muara Siberut, banyak jasa penyewaan perahu (speed boat) yang bersedia mengantarkan pengunjung ke beberapa daerah termasuk ke Desa Katurai. Jika ingin menghemat dapat menumpang perahu penduduk asal Desa Katurai yang hendak pulang berbelanja dari Muara Siberut. Umumnya penduduk Desa Katurai biasa berkunjung ke ibukota kecamatan pada hari Senin dan Kamis. Kedua hari tersebut merupakan ‘hari pasar’ bagi masyarakat di Pulau Siberut. Namun untuk alternatif ini barang bawaan yang dapat diangkut sangat terbatas, karena umumnya mereka juga membawa barang belanjaan sehari-hari dan barang kebutuhan lainnya.

Foto 2.5. Salah Satu PemandanganJalan Desa di Dusun Malilimok Desa Katurai

Sumber : Dokumentasi COREMAP-PPK LIPI, 2005

Page 53: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 32

Kondisi jalan di Desa Katurai terlihat sangat memadai. Jalan desa yang berada di empat dusun di Desa Katurai semuanya adalah jalan semen dengan lebar sekitar satu meter. Jalan tersebut dibangun sekitar tahun 2002 dan 2003 melalui proyek semenisasi jalan desa. Pada saat pembangunan jalan tersebut, proses pengerjaannya melibatkan seluruh penduduk di setiap dusun, sedangkan pendanaannya berasal dari anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Mentawai. Untuk berkeliling ke sekitar pemukiman penduduk di Desa Katurai, pengunjung harus berjalan kaki. Hal tersebut karena tidak tersedianya alat transportasi darat di desa ini, seperti mobil atau sepeda motor. 2.5. Kelembagaan Ekonomi dan Sosial Sebagai sebuah daerah yang baru berkembang, maka tidak mengherankan jika kegiatan kelembagaan ekonomi dan sosial masih terpusat di ibukota kecamatan. Kelembagaan seperti perbankan (BRI), kantor pos, telepon (Telkom), pasar tradisional, pelabuhan, penginapan (hotel melati), dan restoran, hanya dapat ditemui di ibukota kecamatan. Konsekuensinya, bagi penduduk di luar ibukota kecamatan (seperti dari Desa Katurai) yang ingin memanfaatkan sarana tersebut harus datang ke ibukota kecamatan. Kegiatan kelembagaan ekonomi di luar ibukota kecamatan belum berkembang dan umumnya hanya berbentuk ‘papan nama’. Misalnya, kelembagaan koperasi di Desa Katurai. Berdasarkan catatan data statistik BPS, 2002, di desa ini terdapat dua lembaga koperasi yaitu KSU Kosum dan KSU Silebet Simaeru. Namun menurut pengakuan aparat desa setempat, kelembagaan koperasi tersebut saat ini sudah tidak berjalan dan hanya tinggal nama saja. Kendala utama kegiatan kelembagaan tersebut adalah ketidaktersediaan modal dan kurangnya dukungan dari masyarakat setempat. Kelembagaan ekonomi yang berperan besar dalam kehidupan masyarakat Desa Katurai adalah usaha warung (kedai). Usaha kedai di Desa Katurai berjumlah sekitar 15 kedai dengan jumlah terbanyak berada di Dusun Malilimok (6 Kedai). Selain menyediakan barang-barang kebutuhan pokok bagi penduduk, usaha kedai juga merangkap sebagai agen pengumpul hasil pertanian dan perikanan (laut) dari penduduk di Desa Katurai. Hasil pertanian yang diperdagangkan adalah kopra, cengkeh, coklat, minyak nilam dan buah musiman, sedangkan hasil laut misalnya ikan kerapu bakau hidup, lola, teripang, kepiting, dan udang lobster. Biasanya seorang pemilik kedai di Desa Katurai mempunyai jaringan kerjasama dengan agen pengumpul di tingkat kecamatan. Kerjasama antar pengumpul di tingkatan yang berbeda ini dapat berupa hubungan penjual dan pembeli atau sebagai pemberi

Page 54: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 33

modal dan penerima komisi. Hubungan kerjasama yang terjadi tergantung kesepakatan diantara pemilik kedai dengan agen pengumpul di ibukota kecamatan tersebut. Seorang pemilik kedai juga dapat merangkap sebagai pemberi modal. Biasanya kegiatan ini berkaitan dengan aktivitas ekonomi bagi hasil kenelayanan. Pemilik kedai yang memiliki modal besar biasanya memberikan fasilitas berupa penyediaan alat tangkap dan kebutuhan logistik kepada nelayan. Misalnya, sistem bagi hasil nelayan selam lola dan teripang di Dusun Malilimok. Pada jenis kerjasama seperti ini pemilik kedai biasanya berperan sebagai pemberi modal berupa penyediaan peralatan selam, perahu motor, bahan bakar dan kebutuhan logistik. Sementara itu, di pihak nelayan berperan sebagai pencari hasil laut. Sisten bagi hasil tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan antara nelayan dengan pemilik kedai dan biasanya dihitung berdasarkan pembagian jumlah nelayan yang terlibat, biaya operasional dan hasil yang diperoleh. Keberadaan kedai di Desa Katurai juga dimanfaatkan penduduk sebagai tempat ‘bersosialisasi’. Seringkali kedai digunakan sebagai tempat istirahat para nelayan atau penduduk setempat sambil membicarakan berbagai pemikiran di antara mereka. Tema pembicaraan sangat beragam, dari pembicaraan tentang perkembangan politik, masalah ekonomi, hukum, hingga kehidupan sehari-hari diantara penduduk. Oleh karena itu, dalam merancang strategi pengembangan masyarakat di Desa Katurai, peran sebuah kedai tidak bisa dikesampingkan, terutama sebagai wadah sosialisasi untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan program pengembangan masyarakat. Selain kelembagaan ekonomi, di Desa Katurai juga dapat ditemui beberapa kelembagaan yang bersifat sosial. Beberapa kelembagaan sosial ini dapat dibedakan berdasarkan latar belakang anggota kelompok dan kegiatan yang dilakukan. Kelembagaan sosial yang hingga saat penelitian ini aktif berjalan diantaranya adalah: (a) Kelompok Wanita Katolik (WK); sesuai dengan namanya

kelembagaan ini merupakan salah satu kelembagaan sosial keagamaan yang ada di Desa Katurai. Kelembagaan ini beranggotakan para ibu ramah tangga yang beragama Katolik dengan jumlah anggota sekitar 50 orang. Kegiatan utama kelembagaan ini adalah kebaktian dan do'a bersama, diskusi kitab suci, olah raga, kunjungan sosial, bakti sosial pada acara pesta adat dan upacara kematian.

Page 55: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 34

(b) Kelompok Wanita Protestan; kelembagaan ini juga berlatar belakang kegiatan keagamaan. Jumlah anggota yang terlibat dalam kelembagaan ini berjumlah sekitar 25 orang. Kegiatan yang dilakukan tidak berbeda dengan kelembagaan WK diantarnya adalah kebaktian bersama, diskusi kitab suci, olah raga, kunjungan sosial, dan kerja bakti untuk pesta dan upacara kematian.

(c) Kelompok Muda Mudi (Mudika). Kelembagaan ini merupakan wadah bagi para generasi muda di Desa Katurai dalam mengembangkan minat bakat dan interaksi sosial diantara mereka. Menurut keterangan ketua lembaga ini, jumlah pemuda yang tercatat aktif dalam kegiatan kelembagaan ini berjumlah sekitar 50 orang, sebagian besar mereka berasal dari Pemuda Dusun Malilimok. Kegiatan utama kelembagaan ini diantaranya adalah olah raga bola voli dan sepak bola, diskusi keagamaan, perayaan hari besar seperti 17 agustusan, natal dan tahun baru, serta kegiatan sosial seperti kerja bakti.

Selain ketiga kelembagaan sosial tersebut terdapat juga beberapa kelembagaan sosial lainnya seperti PKK dan Lembaga Adat. Namun demikian, menurut penuturan beberapa tokoh masyarakat di Desa Katurai kedua lembaga tersebut jarang sekali melakukan kegiatan walaupun eksistensinya masih diakui. Alasannya karena sebenarnya kegiatan kedua lembaga tersebut sudah terwakili pada kelembagaan sosial yang sudah berjalan di Desa Katurai, seperti pada Kelompok Wanita Katolik dan Kelopok Wanita Protestan dan Mudika. Menurut pengakuan aparat Desa Katurai, pada akhir tahun 1999, pernah ada pembentukan kelompok nelayan Desa Katurai yang difasilitasi oleh pemda setempat melalui Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP). Beberapa anggota kelompok nelayan tersebut juga menuturkan pernah mendapatkan pelatihan organisasi berkaitan dengan pembentukan kelompok nelayan tersebut. Namun kegiatan kelompok nelayan ini tidak berjalan optimal dan pada saat penelitian ini dilaksanakan status kelembagaan kelompok nelayan di Desa Katurai vakum dari kegiatan. Menurut penjelasan aparat desa setempat, tidak berjalannya kegiatan kelompok nelayan di Desa Katurai karena bimbingan dari instansi yang berwenang sangat minim. Padahal bagi sebagian besar masyarakat Desa Katurai untuk mengembangkan kegiatan sebuah kelembagaan yang bersifat keorganisasian masih pada tahap pembelajaran. Oleh karena itu, untuk menghidupkan kembali kegiatan kelompok nelayan di Desa Katurai dibutuhkan komitmen nyata dari berbagai pihak, terutama nelayan setempat dan instansi terkait, tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi harus berkesinambungan.

Page 56: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 35

BAB III KONDISI DAN DINAMIKA PENDUDUK

Bagian ketiga buku ini berisi uraian tentang dinamika sosial ekonomi penduduk Desa Katurai. Inti pembahasan terdiri dari dua bagian, pertama membahas latar belakang responden meliputi jumlah dan komposisi penduduk, kualitas SDM dan variasi jenis pekerjaan responden. Sedangkan pada pembahasan kedua menguraikan tentang kondisi kesejahteraan responden. Data yang dianalis dalam bagian ini sebagian besar berasal dari hasil survei terhadap 100 rumah tangga di Desa Katurai yang terpilih menjadi responden. 3.1. Jumlah dan Komposisi Umur Penduduk Desa Katurai pada tahun 1996 berjumlah 1.538 jiwa, terdiri dari 774 anak-anak dan 764 dewasa (PSPP, 1997). Kemudian berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2000, jumlah tersebut meningkat menjadi 1.737 jiwa, masing-masing 932 laki-laki dan 805 perempuan yang tercakup dalam 368 KK. Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2002, jumlah penduduk Desa Katurai meningkat menjadi 1.874 jiwa terdiri dari 998 laki-laki dan 855 perempuan yang tercakup dalam 384 KK. Berdasarkan rangkaian data tersebut dapat dikatakan bahwa selama kurun waktu 6 tahun (1996-2002) jumlah penduduk di Desa Katurai telah meningkat sebesar 9,4 persen. Komposisi umur penduduk Desa Katurai didominasi oleh penduduk usia produktif (14-60 tahun). Hal ini tercermin dari hasil survei dimana 59,1 persen penduduk yang menjadi responden tergolong penduduk usia produktif. Sisanya 37,7 persen adalah penduduk usia muda (0-14 tahun) dan 3,8 persen merupakan penduduk usia tua (60 tahun ke atas). Dengan komposisi umur penduduk tersebut maka (jaminan) ketersediaan lapangan pekerjaan menjadi sangat penting bagi penduduk. Jika terjadi sebaliknya, dapat menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di kalangan penduduk usia produktif dan pada akhirnya berdampak terhadap meningkatnya beban sosial ekonomi masyarakat.

Page 57: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 36

Tabel 3.1. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin,

Desa Katurai, 2005

Jenis Kelamin Kelompok Umur Laki-laki

(%) Perempuan

(%)

Laki laki + Perempuan

(%)

0-4 5-9

10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+

Jumlah N

10, 9 12,9 10,9 10,9 9,7 8,9 8,5 7,7 5,2 4,4 3,2 2,8 2,0 2,0

100,0 248

14,0 14,5 12,3 7,0

11,8 11,8 6,1 7,0 3,9 3,9 3,1 0,9 2,6 0,9

100,0 228

12,4 13,7 11,6 9,0

10,7 10,3 7,4 7,4 4,6 4,2 3,2 1,9 2,3 1,5

100,0 476

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005 Berdasarkan data hasil survei juga dapat diketahui bahwa angka beban ketergantungan penduduk di Desa Katurai, yang merupakan penjumlahan penduduk usia muda (0-14 tahun) dan penduduk usia tua (di atas 60 tahun), mencapai 41,5 persen. Persentase ini menunjukkan bahwa beban tanggungan usia produktif di Desa Katurai relatif berat, karena setiap 100 orang dewasa harus menanggung kehidupan sebanyak 41 orang anak-anak dan orang tua. Jika dikaitkan dengan intervensi program COREMAP ‘’pemberdayaan ekonomi masyarakat’’ merupakan sesuatu hal yang sangat penting, karena dapat memberikan manfaat besar bagi sebagian penduduk usia produktif tersebut.

Secara umum tidak ada perbedaan yang cukup mencolok pada komposisi umur penduduk berdasarkan jenis kelamin. Hal ini dapat dilihat dari angka perbandingan jenis kelamin (sex ratio) yang mencapai 117, artinya dalam setiap 117 orang laki-laki terdapat 100 orang penduduk berjenis kelamin perempuan. Hanya ada perbedaan yang cukup besar terlihat pada komposisi umur penduduk yang tergolong usia muda, dimana jumlah penduduk usia muda perempuan relatif lebih besar (41 persen) dibandingkan degnan penduduk usia muda laki laki (35 persen). Sebaliknya pada komposisi penduduk usia produktif terlihat

Page 58: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 37

komposisi penduduk usia produktif laki-laki relatif lebih besar (61 persen) dibandingkan dengan penduduk usia produktif perempuan (55 persen).

Diagram 3.1.

Persentase Umur Responden Menurut Klasifikasi Usia, Desa Katurai, 2005

Total Responden

59%

3%38%

Penduduk Usia ProduktifPenduduk Usia MudaPenduduk Usia Tua

Laki-laki

61%

35%4%

Penduduk Usia Produkt ifPenduduk Usia M udaPenduduk Usia Tua

Perempuan41% 4%

55%

Penduduk Usia Produkt ifPenduduk Usia M udaPenduduk Usia Tua

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005 Sebagian besar (67 persen) rumah tangga di Desa katurai memiliki anggota rumah tangga rata-rata sekitar 6 orang. Jumlah anggota rumah tangga terendah berjumlah 2-4 orang yang hanya mencakup 8 persen. Sedangkan rumah tangga yang memiliki jumlah anggota rumah tangga di atas 8 orang sebesar 13 persen. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa komposisi anggota rumah tangga di Desa Katurai cenderung didominasi oleh keluarga dengan jumlah anggota rumah tangga yang cukup besar. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sebagai masyarakat yang tinggal di daerah pesisir, kontribusi ekonomi melalui kegiatan bekerja bagi setiap anggota rumah tangga menjadi suatu hal yang penting. Artinya semakin banyak jumlah anggota rumah tangga dalam satu keluarga, maka peluang untuk ikut terlibat mencari penghasilan juga semakin besar. 3.2. Kualitas Sumberdaya Manusia Kualitas sumberdaya manusa (SDM) dalam tulisan ini diukur berdasarkan indikator tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan, keterampilan dan penguasaan teknologi, tingkat kesehatan, dan karakteristik pekerjaan penduduk. Data yang digunakan dalam analisis bagian ini merupakan kombinasi antara data hasil survei dan wawancara mendalam.

Page 59: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 38

3.2.1. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Secara umum tingkat pendidikan penduduk Desa Katurai dapat dikatakan rendah. Kondisi ini terlihat dari data hasil survai yang memperlihatkan sekitar 87,7 persen responden berusia di atas 7 tahun memiliki tingkat pendidikan tamat SD, tidak tamat SD dan tidak pernah sekolah. Dari jumlah tersebut proporsi terbesar berasal dari responden yang belum/tidak tamat SD mencapai 38,4 persen, sedangkan yang tamat SD dan belum/tidak sekolah masing-masing sebesar 25 persen dan 24 persen. Keadaan ini sangat kontras jika dibandingkan dengan responden yang memiliki latar belakang pendidikan setingkat SMA ke atas yang berjumlah hanya 4,9 persen (19 orang dari 388 orang responden yang berusia di atas 7 tahun).

Diagram 3.2. Persentase Tingkat Pendidikan Responden, Desa Katurai, 2005

Tamat SMP7,5%

Blm/tdk sekolah24,0 %

Tamat SMA ke atas4,9%

Belum/tdk tmt SD38,4%

Tamat SD25,3%

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Dibedakan berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk laki-laki relatif lebih baik dibandingkan penduduk perempuan, meskipun perbedaan proporsinya relatif tidak besar yaitu hanya sekitar 5 persen pada setiap jenjang pendidikan. Pada tingkat pendidikan dasar (di bawah SD) proporsi penduduk perempuan mencapai 90 persen sementara penduduk laki-laki mencapai 85 persen. Perbedaan mencolok terdapat pada penduduk yang belum/tidak tamat SD yaitu 44 persen untuk responden perempuan dan 33 persen untuk penduduk laki-laki. Sebaliknya pada tingkat pendidikan SMP dan SMA, proporsi responden laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, yaitu 14,5 persen untuk laki-laki dan 9,9 persen untuk perempuan.

Page 60: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 39

Tabel 3.2. Distribusi Responden Berusia 7 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan

dan Jenis Kelamin, Desa Katurai, 2005

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Laki-laki + Perempuan Tingkat Pendidikan

Terakhir

∑ % ∑ % ∑ % Belum/tidak sekolah Belum/tidak tamat SD SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat ke atas

47 69 61 19 11

22,7 33,3 29,5 9,2 5,3

46 80 37 10 8

25,4 44,2 20,4 5,5 4,4

93

149 98 29 19

24,0 38,4 25,3 7,5 4,8

Jumlah 207 100 181 100 388 100

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Hasil tabulasi silang antara umur dan kegiatan ekonomi responden memperlihatkan bahwa rumah tangga yang memiliki anggota keluarga sedang sekolah mencapai sekitar 30 persen dari total responden. Bagian terbesar mencakup responden yang sedang sekolah setingkat SD yaitu mencapai 70 persen. Sementara sisanya yaitu 20 persen berada di tingkat SMP dan 10 persen di tingkat SMA. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah proporsi mereka yang bersekolah. Kecenderungan ini menandakan bahwa hanya sebagian kecil penduduk usia sekolah yang dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan setingkat SMP apalagi di tingkat SMA. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan guru SD di lokasi penelitian terungkap bahwa minimnya ketersediaan sarana pendidikan diduga sebagai penyebab utama rendahnya tingkat partisipasi sekolah di daerah ini (terutama untuk tingkat pendidikan SMP dan SMA). Pada saat penelitian ini dilakukan sarana pendidikan yang tersedia di Desa Katurai hanya ada empat SD yang tersebar di setiap dusun. Sarana pendidikan yang lebih tinggi (SMP dan SMA) hanya tersedia di ibukota kecamatan, ibukota kabupaten atau ibukota propinsi. Padahal untuk mencapai ibukota kecamatan dari Desa Katurai diperlukan waktu tempuh minimal 3 jam (suatu kegiatan yang tidak mungkin dilakukan setiap hari oleh seorang siswa sekolah). Akibatnya seorang siswa tamat SD yang hendak melanjutkan ke jenjang SMP dan SMA harus tinggal di ibukota kecamatan. Konsekuensinya orang tua murid harus menyediakan dana pendidikan yang lebih besar terutama

Page 61: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 40

untuk keperluan akomodasi (penginapan, makan dan jajan). Beban ekonomi (biaya pendidikan) akan semakin besar jika pada satu rumah tangga di Desa Katurai memiliki anak usia sekolah lebih dari dua orang. Apalagi jika semuanya berada di tingkat sekolah menengah (SMP dan SMA) karena berarti orang tua murid harus menyediakan dana yang cukup untuk biaya sekolah dan biaya akomdaasi. Hampir sebagian besar penduduk di Desa Katurai yang diwawancarai dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa mereka menginginkan anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan setinggi-setingginya. Hal ini sebenarnya menunjukkan bahwa kesadaran penduduk tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah terlihat sangat tinggi. Namun ketika terbentur dengan kendala keuangan umumnya berusaha dengan berbagai cara, diantaranya melakukan perkerjaan tambahan atau menjual barang berharga (ternak atau emas). Tingkat pendidikan anak dapat menjadi status sosial dan derajat kewibawaan keluarga dalam komunitas Desa Katurai. Sebagai contoh, sebuah keluarga di Desa Katurai menjadi teladan bagi keluarga lainnya karena mampu menyekolahkan anak mereka hingga jenjang pendidikan tinggi. Salah seorang anggota keluarga tersebut saat penelitian ini dilakukakan menjabat sebagai Kepala Camat Siberut Selatan. Selain rendahnya tingkat pendidikan permasalahan kualitas penduduk di Desa Katurai juga berkaitan dengan belum meningkatnya kualitas keterampilan penduduk. Keterampilan yang dimiliki penduduk di Desa Katurai biasanya berkaitan dengan jenis pekerjaan yang menjadi mata pencaharian mereka, misalnya keterampilan mengolah buah kelapa, membuat minyak nilam, dan mengolah hasil laut. Berbagai jenis keterampilan tersebut umumnya dikembangkan secara turun temurun dan kurang tersentuh penggunaan teknologi yang lebih inovatif. Misalnya, untuk mengolah kelapa menjadi kopra penduduk hanya menggunakan alat pembakar dari sabut dan daun kelapa6. Sementara untuk mendapatkan minyak nilam, penduduk menggunakan tungku pembakar tradisional dengan waktu pembakaran mencapai sekitar 6 jam. Padahal jika teknologi inovatif dapat diperkenalkan kepada masyarakat di Desa Katurai, peluang untuk peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat dapat terwujud.

6 Di Kabupaten Minahasa, petani kelapa di daerah tersebut telah menggunakan teknologi

tungku pembakar (fufu) dan alat yang dapat menyerap energi sinar matahari menjadi sumber pemanas dalam mengolah kelapa menjadi kopra (PPK LIPI, 2002).

Page 62: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 41

Berdasarkan hasil wawancara mendalam juga terungkap bahwa ada kebutuhan keterampilan yang sangat mendesak bagi penduduk Desa Katurai, yaitu keterampilan perbengkelan dan pertukangan. Menurut penuturan Kepala Desa Katurai, hanya ada satu orang pemuda di Desa Katurai (Dusun Malilimok) yang memiliki keterampilan memperbaiki mesin kapal. Itupun keterampilan yang dimilikinya masih terbatas dan diperoleh secara otodidak. Pada jenis kerusakan yang memerlukan penanganan serius biasanya pemilik mesin kapal akan membawanya ke bengkel yang ada di ibukota kecamatan. Sementara itu, jenis keterampilan pertukangan menjadi penting bagi penduduk Desa Katurai karena dapat mendukung pengembangan kegiatan pengolahan kayu (sawmill) di daerah ini. Hingga saat penelitian ini dilakukan, pengolahan hasil kayu yang dilakukan masih sebatas pada tujuan menghasilkan kayu olahan. Padahal jika mereka mempunyai keterampilan yang lebih baik (seperti pembuatan mebel dan perabot rumah) bisa dijadikan peluang bagi penciptaan lapangan kerja baru dan perbaikan kesejahteraan penduduk. Pada pertengahan tahun 1999, sekitar tujuh orang penduduk Desa Katurai (sebagian besar anggota BPD Desa) pernah mengikuti keterampilan menyelam yang difasilitasi oleh sebuah LSM dari Padang. Namun demikian dalam perkembangannya keterampilan tersebut tidak pernah dimanfaatkan dan terkesan berakhir setelah proyek kegiatan pelatihan tersebut juga selesai. Padahal melihat potensi pariwisata bahari yang sedang berkembang di daerah ini, seharusnya keterampilan menyelam yang telah dimiliki penduduk tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung pengembangan kegiatan pariwisata bahari di daerah ini. Dengan demikian, penduduk setempat merasa diikutsertakan dalam kegiatan pembangunan, sehingga dapat meningkatkan tanggung jawab mereka dalam menjaga kelestarian sumberdaya laut di daerahnya. 3.2.2. Derajat Kesehatan Selain tingkat pendidikan, kesehatan merupakan aspek penting yang dapat mempengaruhi kualitas penduduk. Biasanya secara sederhana tingkat kesehatan pada suatu masyarakat dilihat dari kondisi asupan gizi dalam menu makanan sehari-hari, tingkat kesehatan bayi dan ibu, kebiasaan hidup untuk menjaga kesehatan jasmani dan kondisi lingkungan pemukiman. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi lapangan dapat dikatakan bahwa kesadaran penduduk Desa Katurai terhadap pentingnya menjaga kesehatan terlihat cukup baik. Kondisi lingkungan pemukiman di Desa Katurai relatif bersih dan tertata dengan rapi. Begitupula dengan kondisi udara yang masih bersih karena

Page 63: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 42

‘hijaunya’ lingkungan desa dan tidak adanya penggunaan kendaraan bermotor di daerah ini. Masyarakat di Desa Katurai juga relatif disiplin dalam melakukan kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan desa. Menurut pengakuan Kepala Desa Katurai, minimal satu kali dalam sebulan, penduduk di setiap dusun bergotong royong membersihkan lingkungan di sekitar pemukiman mereka.

Dalam keseharian, menu makanan penduduk Desa Katurai tergolong cukup memadai (cukup asupan gizi). Sepintas kondisi ini dapat dilihat dari kondisi jasmani sebagian besar anak-anak di Desa Katurai yang tumbuh sehat dan berkembang baik. Minimal dalam seminggu terdapat kombinasi sayur mayur dan lauk pauk dalam menu makanan penduduk. Kebutuhan sayur mayur bagi masyarakat Desa Katurai umumnya didapatkan dari hasil ladang penduduk dan hanya sebagian kecil yang didatangkan dari luar desa. Untuk pemenuhan kebutuhan lauk pauk, pada umumnya penduduk terbiasa mengkonsumsi hasil laut seperti berbagai jenis ikan laut, udang, dan kepiting. Sementara itu, untuk konsumsi daging yang berasal dari ayam, sapi dan babi, umumnya hanya dapat dipenuhi jika ada pesta adat. Hal ini karena hewan ternak yang dipelihara oleh penduduk di Desa Katurai umumnya ditujukan untuk memenuhi tuntutan penyelenggaraan pesta adat (seperti pesta pernikahan, kelahiran anak, acara keagamaan, syukuran dan tahun baru). Namun demikian, ada kebiasaan penduduk Desa Katurai yang dinilai dapat mengurangi derajat kesehatan penduduk yaitu kebiasaaan merokok, baik oleh penduduk laki-laki maupun perempuan. Kebiasaan hidup tidak sehat ini terutama terlihat pada penduduk usia 35 tahun ke atas. Akibatnya banyak diantara mereka yang mengaku sering mengalami berbagai gangguan penyakit pernapasan. Seorang aparat desa yang menjadi pemandu dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa dirinya biasa menghabiskan 2-3 bungkus rokok dalam sehari. Menurut pengakuannya kebiasaan merokok tersebut sudah berlangsung sejak ia remaja dan tidak bisa dihentikan hingga usianya saat ini menjelang 50 tahun. Merokok baginya seperti ‘bahan bakar’ penyulut semangat bekerja. Merokok juga menjadi bagian pelepas ‘kebosanan’ dan ‘teman’ dalam beristirahat. Baginya setelah makan atau ketika sedang santai bersama keluarga atau rekan tidak lengkap jika tidak menghisap rokok. Konsekuensi dari kebiasaan tersebut kesehatannya mulai dirasakan terganggu terutama di sekitar saluran pernapasan dan paru-paru. Namun demikian dirinya tetap tidak akan berhenti merokok karena menurutnya kegiatan tersebut sudah merupakan kebiasaan dan kebutuhan yang mendarah daging. Diumpamakan dirinya tidak bisa hidup dan bekerja jika tidak merokok. Dari ilustrasi tersebut dapat

Page 64: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 43

dibayangkan bagaimana sulitnya menghilangkan kebiasaan merokok dikalangan penduduk dewasa di Desa Katurai.

Data pada Tabel 3.3 berikut ini dapat memberikan gambaran tentang jenis penyakit yang banyak diderita oleh penduduk di Kecamatan Siberut Selatan termasuk di Desa Katurai. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa ada tiga jenis penyakit yang paling sering diderita oleh penduduk di daerah ini yaitu penyakit tuberculosis (TBC), malaria dan inpeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Menurut penuturan salah seorang narasumber di lokasi penelitian, sebenarnya jenis penyakit yang sering diderita penduduk cukup bervariasi namun sangat disayangkan tidak terekam dalam data secara baik.

Table 3.3. Jumlah Pasien yang Berkunjung ke Puskesmas Menurut Jenis Penyakit

dan Jenis Kelamin, Kecamatan Siberut Selatan, 2002

No Jenis Penyakit Laki-laki Perempuan Jumlah

1

TBC/Tuberculosis

26

22

48

2 Muntaber/Kolera/Cholera - - - 3 Malaria 199 151 350 4 Lepra/Leprosy - - - 5 Prambusia - - - 6 Rabies - - - 7 Demam Berdarah/Bloody Fever - - - 8 Diare/Diarhea - - - 9 ISPA 158 176 34

10 Lainnya 13.029 4.247 17.276 Jumlah 13.412 4.596 18.008

Sumber : Kecamatan Siberut Selatan Dalam Angka, BPS, 2003

Menarik untuk dilihat adalah cukup banyaknya penduduk yang menderita penyakit Malaria. Pada tahun 2002 terdapat sekitar 350 orang yang menderita Malaria. Data ini menunjukkan bahwa Kabupaten Mentawai termasuk endemik daerah Malaria. Jenis penyakit lainya seperti ISPA juga cukup tinggi mencapai 334 orang. Tingginya pengidap penyakit ISPA ini diduga berkaitan dengan kebiasaan penduduk asli Mentawai yang gemar merokok.

Jenis pekerjaan mempunyai kaitan erat dengan jenis penyakit yang diderita penduduk. Seperti pada nelayan penyelam lola dan teripang, penyakit yang sering diderita adalah gangguan pendengaran

Page 65: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 44

dan saluran pernapasan. Untuk nelayan pancing dan jaring, gangguan penyakit yang sering dirasakan umumnya sekitar penyakit masuk angin dan pegal otot. Sementara untuk penduduk yang bekerja sebagai petani di ladang, jenis penyakit yang sering di derita adalah gatal-gatal, pegal otot dan ISPA.

Seorang nelayan penyelam lola dan teripang di Desa Katurai menuturkan bahwa kemungkinan ia akan berhenti menjadi nelayan jika memasuki usia 40-an tahun. Alasannya, pada usia tersebut ia memperkirakan sudah tidak mungkin dapat menyelam. Apalagi ia khawatir dengan kondisi alat pendengarannya yang sering terganggu akibat menyelam terlalu dalam. Sementara saluran pernapasannya sering terganggu karena untuk menyelam ia menggunakan alat bantu berupa kompressor angin. Padahal udara yang dihasilkan dari kompresor angin tersebut sangat disangsikan kebersihannya.

....Telinga saya kalau sudah kumat sakit sekali Pak. Bunyi nying- nying nying kalau seperti itu wah sakitnya minta ampun,mungkin gendangnya sudah pencah. Saya sudah berobat ke Muara sudah habis banyak tapi ya tidak sembuh-sembuh juga. Mungkin karena keseringan nyelam ya Pak. Makanya kalau nanti kalau anak-anak saya sudah selesai sekolah saya lebih baik kerja kebun saja. Saya juga punya kebun tapi belum saya urus. Kerja cari laklak memang uangnya besar tapi resikokanya juga besar. Apa mungkin nanti kalau sudah tua badan saya ini masih kuat menyelam jadi mungkin nanti saya perlahan-lahan cari kerja di kebun saja...(kutipan wawancara dengan seorang nelayan lola di Desa Katurai)

3.2.3. Kegiatan Utama dan Jenis Pekerjaan Pada bagian sebelumnya telah disinggung bahwa sebagai masyarakat pesisir aktivitas pekerjaan penduduk Desa Katurai lebih banyak terkonsentrasi pada pengolahan sumberdaya alam (pertanian kebun). Aktivitas tersebut terutama berkaitan dengan pengelolaan tanaman hasil perkebunan (seperti kelapa, cengkeh, nilam dan coklat) yang menjadi sumber utama pendapatan penduduk. Sedangkan aktivitas kenelayanan pada umumnya adalah pekerjaan tambahan dan masih bersifat subsisten, yaitu hanya untuk konsumsi/pemenuhan kebutuhan lauk pauk keluarga. Hanya sebagian kecil dari seluruh penduduk di Desa Katurai yang memiliki pekerjaan tetap sebagai nelayan penuh dan mereka yang termasuk dalam kategori ini umumnya didominasi oleh penduduk usia muda. Namun demikian, perkembangan kegiatan kenelayanan di daerah ini di masa datang diperkirakan akan semakin

Page 66: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 45

meningkat. Hal ini terkait dengan dukungan kondisi geografis Desa Katurai yang kaya akan sumberdaya laut dan semakin meningkatnya interaksi penduduk dengan nelayan luar. Kecenderugan tersebut memungkinkan terjadinya transfer of knowledge dan kerjasama ekonomi di bidang pengolahan hasil laut antara penduduk Desa Katurai dengan nelayan dari luar desa. • Kegiatan Utama Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kegiatan utama bekerja selama setahun terakhir. Kondisi ini tidak mengherankan, karena seperti telah disinggung pada bagian sebelumnya, penduduk Desa Katurai didominasi oleh penduduk usia produktif. Bekerja di kalangan penduduk menjadi suatu keharusan terutama untuk menurangi beban ekonomi yang harus ditanggung oleh setiap rumah tangga. Disamping itu, menurut penuturan penduduk setempat ada perasaan malu jika terdapat anggota keluarga dewasa yang hanya menganggur, sementara sumberdaya yang tersedia sangat melimpah dan dapat diolah sebagai sumber mata pencaharian.

Data pada Tabel 3.4. berikut ini memperlihatkan komposisi

kegiatan utama penduduk di Desa Katurai. Proporsi kegiatan utama terbesar adalah sedang bekerja yang mencapai 40,7 persen (158 orang dari 388 responden anggota rumah tangga usia di atas 7 tahun). Proporsi reponden yang mengaku sedang menganggur hanya sekitar 2,6 persen (10 responden). Sementara mereka yang mengaku sedang mencari pekerjaan sebesar 4,6 persen atau mencakup 18 responden dari total responden. Dari hasil tabulasi silang dengan tingkat umur, didapati bahwa mereka yang termasuk kategori menganggur adalah penduduk usia lanjut, sementara mereka yang sedang mencari pekerjaan didominasi oleh penduduk muda dan produktif.

Data pada Tabel 3.4. juga memperlihatkan bahwa terdapat

perbedaan proporsi yang mencolok antara responden laki-laki dengan responden perempuan yang bekerja selama setahun terakhir. Sebagian besar anggota rumah tangga laki-laki mengaku memiliki kegiatan utama bekerja (61,4 persen), sedangkan responden anggota rumah tangga perempuan lebih banyak yang mengurus rumah tangga (41,4 persen). Data ini perlu ditafsirkan secara hati-hati, karena berdasarkan pengamatan di lapangan sering ditemukan anggota rumah tangga perempuan (kaum ibu dan remaja putri) di Desa Katurai yang juga turut melakukan kegiatan ekonomi (bekerja) seperti mencari ikan dan berkebun. Namun demikian, karena dalam komunitas masyarakat setempat pandangan terhadap peran laki-laki sebagai pencari nafkah utama sangat kuat, maka dapat dimaklumi jika peran ekonomi kaum ibu

Page 67: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 46

dan remaja putri tersebut cenderung dianggap sebagai kegiatan sampingan.

Tabel 3.4.

Distribusi Responden Berusia 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin, Desa Katurai, 2005

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Laki-laki + Perempuan No Jenis Kegiatan

∑ % ∑ % ∑ % 1 2 3 4 5 6

Bekerja Sekolah Mencari Kerja Menganggur Mengurus RT Lainnya

127 64 8 6 2 -

61,4 30,9 3,9 2,9 1,0 -

31 59 10 4

75 2

17,1 32,6 5,5 2,2

41,4 1,1

158 123 18 10 77 2

40,7 31,7 4,6 2,6

19,8 0,5

Jumlah 207 100 181 100 388 100

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005 • Jenis Pekerjaan Pekerjaan Utama Penduduk Desa Katurai memiliki beragam jenis pekerjaan utama sebagai mata pencaharian. Proporsi terbesar adalah penduduk yang bekerja di bidang pertanian (petani) yang mencapai 60,7 persen (96 responden). Sedangkan proporsi terbesar kedua adalah penduduk yang memiliki pekerjaan utama di bidang perikanan laut (nelayan), yaitu sebesar 21,5 persen (34 responden). Sementara sisanya dalam proporsi yang relatif lebih sedikit adalah penduduk yang memiliki pekerjaan utama di bidang tenaga jasa (PNS dan pedagang) sebesar 10,1 persen (16 responden) dan tenaga industri (kuli, buruh, tenaga kasar) yang hanya mencapai 7,5 persen (12 responden). Mayoritas status pekerjaan responden berstatus berusaha sendiri (77,8 persen), dalam arti bekerja sendiri tanpa ikatan dengan majikan (boss)atau pihak lain. Sekitar 14,2 persen dari 158 responden yang bekerja berstatus sebagai pekerja keluarga (berusaha dengan anggota keluarga) dan hanya 8,2 persen yang bekerja berstatus pekerja untuk orang lain.

Page 68: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 47

Diagram 3.3. Persentase Jenis Pekerjaan Utama Responden,

Desa Katurai, 2005

Jasa (Pedagang, Pegaw ai)

10.1%

Industri (buruh, kuli)

7.5%

Perikanan (Nelayan),

21.5%

Pertanian (Petani)60.7%

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang PPK LIPI, 2005

Penduduk yang bekerja sebagai petani memiliki variasi jenis pekerjaan utama yang paling beragam dibandingkan jenis pekerjaan utama lainnya. Variasi jenis pekerjaan bagi petani dibedakan dari jenis tanaman yang dikelola. Berdasarkan data hasil survei, kombinasi jenis pekerjaan di bidang pertanian yang dilakukan oleh penduduk Desa Katurai adalah sebagai berikut: proporsi terbesar terdapat pada petani kelapa, cengkeh dan nilam yang mencapai 69,7 persen. Sisanya adalah petani kelapa dan cengkeh yang mencapai 23,3 persen, petani kelapa dan nilam sebesar 6,5 persen, serta petani cengkeh dan nilam sebesar 4,5 persen.Terdapat dua faktor utama yang menyebabkan adanya kombinasi dalam pengelolaan kegiatan pertanian di Desa Katurai, yaitu luasnya persediaan lahan dan adanya kemudahan bagi penduduk Desa Katurai untuk mengolah lahan yang tersedia. Kedua faktor ini kemudian dianggap sebagai penyebab mudahnya bagi penduduk Desa Katurai untuk memiliki, mengolah dan melakukan kegiatan pertanian sesuai dengan minat dan kemampuan mereka masing-masing.

Menurut penuturan Kepala Desa Katurai, kepemilikan lahan di

daerah ini relatif mudah, yaitu hanya diatur dengan persetujuan adat atau perjanjian dengan aparat desa. Setiap bagian lahan yang ada di Desa Katurai telah ditetapkan kepemilikannya berdasarkan pembagian suku yang diakui masyarakat setempat. Namun karena tidak seimbangnya antara jumlah anggota suku dan luasan lahan yang

Page 69: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 48

tersedia, hingga saat ini masih banyak lahan di Desa Katurai yang belum termanfaatkan. Oleh karena itu, pengolahan lahan milik suku di Desa Katurai terbuka bagi penduduk asli, yaitu tidak melihat asal suku mereka, asalkan didahului dengan permohonan ijin kepada pimpinan suku atau pemilik lahan. Imbal baliknya biasanya berupa pembagian hasil kebun, pemberian dalam bentuk hadiah atau sejumlah uang. Ketentuan imbal balik ini tidak pernah diatur secara formal dan biasanya hanya tergantung dari kesadaran individu penduduk Desa Katurai yang ingin menggarap lahan milik orang lain.

Pada jenis pekerjaan utama sebagai nelayan, variasi kegiatan kenelayanan dapat dilihat berdasarkan penggunaan jenis alat tangkap dan hasil sumberdaya laut. Dari hasil survei diketahui bahwa proporsi terbesar jenis kegiatan utama kenelayanan oleh penduduk Desa Katurai adalah nelayan jaring yang mencapai 47 persen (16 responden). Proporsi selanjutnya adalah nelayan selam lola dan teripang sebesar 32,3 persen (14 responden) dan nelayan pancing yang hanya berjumlah 11,7 persen (4 responden). Kecilnya proporsi responden yang memiliki pekerjaan utama sebagai nelayan pancing berkaitan dengan adanya anggapan bahwa kegiatan memancing sebagai kegiatan luar waktu (iseng-iseng). Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan nelayan setempat diketahui bahwa kombinasi tersebut sebenarnya tidak berlaku mutlak. Biasanya penggunaan jenis peralatan tangkap oleh nelayan Desa Katurai dipengaruhi oleh jumlah target hasil tangkapan. Misalnya jika kebutuhan keuangan sedang mendesak dan ingin mendapatkan penghasilan lebih besar, biasanya seorang nelayan di Desa Katurai akan melakukan kombinasi kegiatan kenelayanan, yaitu sambil menjaring juga memancing, atau siangnya berkebun sorenya menjaring ikan. Namun kondisi tersebut berbeda bagi nelayan penyelam lola dan teripang, karena sebagian besar nelayan ini biasanya hanya khusus melakukan penangkapan lola dan teripang. Jenis pekerjaan ini memiliki kekhususan karena biasanya dilakukan dalam satu kelompok dengan sistem bagi hasil. Nelayan lola dan teripang umumnya adalah penduduk berusia muda (20-40 tahun) yang mempunyai kemampuan menyelam di kedalaman air hingga 8 meter.

Pekerjaan Tambahan

Selain pekerjaan utama mayoritas penduduk Desa Katurai juga

mempunyai pekerjaan tambahan. Pekerjaan tambahaan yang dimaksud dalam tulisan ini merupakan pekerjaan sampingan yang biasa dilakukan penduduk selain pekerjaan utama. Berdasarkan hasil survei dapat

Page 70: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 49

dijelaskan bahwa terdapat dua jenis pekerjaan tambahan yang paling sering dilakukan oleh penduduk Desa Katurai, yaitu bekerja sebagai nelayan (66 persen) dan bertani (14,8 persen). Sementara jenis pekerjaan tambahan lainnya dengan proporsi yang relatif lebih kecil adalah pekerjaan di bidang jasa (berdagang) sebesar 7,4 persen, peternakan 6,4 persen, dan bekerja di bidang industri (buruh dan kuli) sebesar 5,3 persen.

Diagram 3.4.

Persentase Jenis Pekerjaan Tambahan Responden, Desa Katurai, 2005

Jasa (pedagang)

7.4%

Perikanan (nelayan)

14.8%

Peternak (babi,ayam)

6.5%Industri

(buruh,kuli) 5.3%

Pertanian (petani)

66%

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang PPK LIPI, 2005

Besarnya jenis pekerjaan tambahan sebagai nelayan

dibandingkan dengan bertani dapat dimaklumi karena seperti diulas pada bagian sebelumnya, mayoritas pekerjaan utama penduduk adalah bertani. Kedua jenis pekerjaan tambahan ini dilakukan baik oleh penduduk laki-laki maupun perempuan. Jadi ada dua kombinasi terbesar dalam pekerjaan utama dan tambahan di Desa Katurai, yaitu antara pertanian lahan dan kegiatan kenelayanan. Kondisi ini semakin menjelaskan bahwa walaupun pada dasarnya penduduk Desa Katurai berorientasi hidup pada kegiatan agraris (pertanian lahan) namun sebagai masyarakat pesisir mereka juga tidak terlepas dari kegiatan kenelayanan. Artinya, sumberdaya darat (lahan) dan laut (SDL) telah menjadi satu bagian bagi sumber kehidupan penduduk Desa Katurai.

Page 71: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 50

Diagram 3.5. Strategi Pekerjaan Penduduk Desa Katurai

Pekerjaan tambahan juga dilakukan secara tidak menentu

tergantung pada kebutuhan dan waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut. Misalnya seorang penduduk yang memiliki pekerjaan utama sebagai petani, pada waktu tertentu dirinya tidak pergi bertani atau berladang, namun melakukan pekerjaan tambahan seperti pergi menjaring ikan. Atau sebaliknya, seorang penduduk yang memiliki pekerjaan utama

Strategi Kerja

Kerja Pertanian

lahan

Kerja Bukan Pertanian

Lahan

Nelayan

Buruh

Pegawai/ Karyawan

Peternak

Bertani Kebun

Kelapa/kopra

Cengkeh

Nilam

Coklat

Palawija

Buah Musiman

Teripang

Lola

Ikan

Kepiting

Angkut

Bangunan

Ayam

Babi

PNS/Guru

Resort i

Tukg. Kayu

Kedai

Pedagang

Page 72: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 51

sebagai nelayan, biasanya pada saat musim panen cengkeh atau kelapa akan meninggalkan pekerjaan utamanya sebagai nelayan. Selain itu, kegiatan pekerjaan tambahan sering dilakukan ketika pekerjaan utama selesai dikerjakan. Misalnya dari pagi hingga siang hari penduduk bekerja di ladang dan sore hari menjaring ikan atau sebaliknya. Dari berbagai kebiasaan tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk di Desa Katurai tergolong giat bekerja (multi employment/pluri activity) dan hanya sebagian kecil dari penduduk yang bekerja memiliki satu jenis pekerjaan. Mayoritas dari mereka memiliki kombinasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya masing-masing. 3.3. Tingkat Kesejahteraan Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk. Biasanya tingkat kesejahteraan selalu identik dengan besarnya pendapatan penduduk. Semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya. Namun demikian tidak hanya indikator pendapatan sebagai penentu kesejahteraan penduduk, karena ada variabel non ekonomi lainnya yang juga menentukan seberapa besar tingkat kesejahteraan suatu penduduk. Tingkat kesejahteraan penduduk berdasarkan indikator ekonomi biasanya dapat ditentukan dengan berbagai pendekatan kuantitatif (perhitungan ekonomi), sementara indikator non ekonomi biasanya mengacu kepada penilaian individu, kepuasan diri, dan kondisi psikologi seseorang (Sukirno, 1985). Indikator non ekonomi pada prakteknya sulit untuk diukur dan biasanya tergantung dari pandangan subyektif seseorang dalam menilai tingkat kesejahteraan hidupnya. Seperti yang diungkapkan oleh Geerts (1980) nilai sejumlah uang menjadi tidak penting bagi penduduk yang tinggal di daerah pedalaman ketika segala sumber kebutuhan hidup dapat terpenuhi dengan mudah (nature gives them the needs). Tetapi bagi sebagian besar orang di daerah perkotaan memiliki sejumlah uang merupakan tuntutan agar bisa hidup dan memenuhi segala kebutuhannya (the needs counted by the value of money). Dalam bagian ini, indikator tingkat kesejahteraan penduduk dibatasi pada lima indikator utama, yaitu tingkat pendapatan, pengeluaran pangan dan non pangan penduduk, strategi pengelolaan keuangan, kepemilikan asset rumah tangga dan aset produktif serta kondisi perumahan dan sanitasi lingkungan. Masing-masing indikator tersebut dalam bagian ini dijelaskan secara terpisah, menggunakan data yang sebagian besar berasal dari survei dan wawancara mendalam.

Page 73: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 52

3.3.1. Pendapatan Tingkat pendapatan penduduk menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat yang dihasilkan dari proses kegiatan ekonomi (bekerja). Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang kemampuan daya belinya juga semakin meningkat (Wijaya Adi, 2002). Asumsinya pada kondisi ekonomi normal peningkatan pendapatan lebih memungkinkan terjadi dibandingkan peningkatan harga jual produk atau jasa. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa pendapatan per kapita rumah tangga di Desa Katurai sangat rendah yaitu hanya sebesar Rp 98.719,52. Sementara jika dilihat berdasarkan pendapatan rata-rata per bulannya didapat besaran Rp 404.609,17. Dari jumlah tersebut nilai maksimum pendapatan rumah tangga mencapai Rp 1.800.000,- sementara nilai minimum sebesar Rp 11.600,-. Golongan rumah tangga dengan tingkat pendapatan maksimum diantaranya adalah mereka yang bekerja sebagai PNS atau pedagang, sedangakan rumah tangga yang termasuk golongan pendapatan minimum adalah orang tua yang hidup sendiri (sebatang kara) yang umumnya mengharapkan bantuan dari sanak saudara.

Tabel 3.5. Statistik Pendapatan Rumah Tangga Terpilih, Desa Katurai, 2005

No Pendapatan Nilai (Rp)

1 2 3 4

Per Kapita Rata-rata Rumah Tangga Minimum Maksimum

98.719,52

404.609,17 11.600,00

1.800.000,00

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005 Berdasarkan distribusinya tampak bahwa mayoritas rumah tangga di Desa Katurai berpendapatan di bawah Rp 500.000,- per bulan. Jumlah ini mencakup sekitar 77 persen rumah tangga yang menjadi responden dalam penelitian ini. Pada tingkatan kedua, yaitu rumah tangga yang memiliki tingkat pendapatan sekitar Rp 500.000,- s.d Rp 999.999,- yang dapat dikategorikan sebagai pendapatan menengah, hanya mencakup 20 persen responden. Sementara pada golongan rumah tangga yang termasuk berpendapatan tinggi (di atas Rp 1.000.000,-) hanya mencakup 3 persen (Tabel 3.6). Data tersebut menunjukkan bahwa jurang perbedaan kondisi kesejahteraan di Desa Katurai sangat kecil. Mereka hidup bersama dengan tingkat pendapatan

Page 74: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 53

yang relatif tidak jauh berbeda (homogen). Rumah tangga yang memiliki tingkat pendapatan menengah dan tinggi relatif sedikit dan itupun diduga hanya rumah tangga yang anggotanya memiliki pendapatan tetap (pedagang dan PNS). Salah satu konsekuensi dari rendahnya tingkat pendapatan sebagian besar rumah tangga adalah rendahnya kemampuan daya beli masyarakat terhadap pemanfaatan, penggunaan dan konsumsi barang ekonomi. Dengan demikian tidak mengherankan jika kegiatan ekonomi di Desa Katurai umumnya masih bersifat subsisten.

Tabel 3.6. Distribusi Rumah Tangga Terpilih Menurut Tingkat Pendapatan,

Desa Katurai, 2005

Kelompok Pendapatan Frequensi Persentase

Kurang dari Rp 500.000 Rp 500.000 - Rp 999.999 Rp 1.000.000 - Rp 1.499.999 Rp 1.500.000 - Rp 1.999.999

77 20 1 2

77,0 20,0 1,0 2,0

Jumlah 100 100,0

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Berdasarkan lapangan pekerjaan terlihat bahwa rumah tangga yang memiliki pekerjaan di bidang pertanian memiliki tingkat pendapatan terbesar dibandingkan bidang pekerjaan lainnya. Pada Tabel 3.7 berikut ini dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga yang bekerja di bidang pertanian mencapai Rp 611.666,67. Semakin banyak kombinasi tanaman yang ditanam semakin besar kemungkinan tingkat pendapatan yang diperoleh petani di Desa Katurai. Termasuk dalam golongan pekerjaan di bidang pertanian yang memiliki tingkat pendapatan cukup besar adalah mereka yang bekerja mengelola perkebunan cengkeh, kelapa (kopra) dan nilam. Harga jual ketiga komoditi tersebut relatif lebih baik dibandingkan hasil pertaninan lainnya.

Golongan rumah tangga yang memliki pendapatan terendah adalah mereka yang bekerja di bidang perikanan tangkap dan industri pengolahan. Dari hasil survai dapat diketahui bahwa pendapatan rata-rata rumah tangga yang bekerja di bidang perikanan tangkap mencapai Rp 387.884,10. Mereka yang termasuk dalam golongan nelayan berpendapatan rendah adalah nelayan jaring dan pancing rawai. Hasil laut yang didapat dari pekerjaan ini umumnya lebih banyak dimanfaatkan

Page 75: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 54

untuk konsumsi rumah tangga (subsisten). Sementara itu, untuk rumah tangga yang bekerja di bidang industri pengolahan pendapatannya mencapai Rp 376.666,- per bulan. Jenis pekerjaan yang termasuk dalam golongan industri pengolahan adalah mereka yang bekerja sebagai buruh angkut kopra dan kuli kayu.

Tabel 3.7. Pendapatan Rumah Tangga Terpilih Menurut Lapangan Pekerjaan,

Desa Katurai, 2005

No Lapangan Pekerjaan Mean (Rp) Minimum Maksimum Frequensi

1 2 3 4

Perikanan Pertanian Jasa Industri RT

387.884,10 611.666,67 550.000,00 376.666,67

11.650,00

100.000,00 350.000,00 250.000,00

1.800.000,00

736.650,00 1.500.000,00 600.000,00

24 63 7 6

Sumber : Surevei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Adanya perbedaan tingkat pendapatan rata-rata rumah tangga berdasarkan jenis lapangan perkejaan utama tersebut terkait dengan sifat kegiatan ekonomi yang dilakukan. Pada jenis kegiatan kenelayanan, jumlah pendapatan rata-rata per bulan relatif rendah disebabkan karena ketiadaan pasar (kelembagaan ekonomi) yang dapat menerima penjualan hasil tangkapan nelayan. Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya, untuk menjual hasil ikan di pasar (TPI) maka penduduk di Desa Katurai harus menjualnya ke Desa Muara Siberut. Konsekuensinya mereka harus menyediaakan sarana transportasi yang memadai. Karena kesulitan akses ekonomi pasar tersebut hasil tangkapan ikan nelayan setempat menjadi barang ekonomi bernilai rendah (murah). Bagi masyarakat di lokasi penelitian, jika ikan hasil tangkapan tidak laku dijual di perkampungan desa, maka umumnya ikan-ikan tersebut dibagikan secara cuma-cuma kepada tetangga. Padahal pada kenyataannya jika dilihat di daerah lain dengan kondisi kelengkapan sarana ekonomi (pasar ikan/TPI) hasil tangkapan laut memiliki nilai jual yang cukup tingggi. Berdasarkan kenyataan tersebut, untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga nelayan di Desa Katurai, maka adanya pasar (tempat penjualan) menjadi sebuah keharusan. Oleh karena itu dalam melakukan intervensi ekonomi hal yang berkaitan dengan ketersediaan sarana prasarana menjadi faktor penentu peningkatan kesejahteraan penduduk.

Page 76: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 55

Rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga khususnya di bidang perikanan di Desa Katurai juga terkait dengan variasi pendapatan pada perbedaan musim mencari ikan. Pada Tabel 3.8 berikut ini dapat dilihat bahwa pada musim banyak ikan rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan per bulan mencapai sekitar Rp 372.647,-. Sedangkan pada saat musim pancaroba dan kurang ikan pendapatan mengalami penurunan hingga separuhnya, yaitu masing-masing mencapai sekitar Rp 171.461,- dan Rp 197.963,- secara berturut-turut. Perbedaan tingkat pendapatan ini terkait dengan berkurangnya curahan waktu mencari ikan atau pergi ke laut. Pada musim banyak ikan (bulan Mei-Oktober) sebagian besar nelayan di Desa Katurai biasanya menghabiskan waktunya secara optimal dengan mencari ikan di laut. Rata-rata per hari mereka menghabiskan waktu hingga 5-7 jam di laut. Pada saat tersebut kondisi gelombang laut sangat ‘bersahabat’ sehingga memudahkan nelayan mencari ikan. Kondisi ini terutama dimanfaatkan secara maksimal oleh para nelayan pencari teripang dan lola yang memanfaatkan ketenagan gelombang dan kejernihan dasar laut.

Tabel 3.8.

Pendapatan Rumah Tangga Terpilih dari Kegiatan Kenelayanan Menurut Musim Ikan, Desa Katurai, 2005

Musim Pendapatan Banyak Ikan Kurang Ikan Sulit Ikan

Rata-rata Minimum Maksimum

372.647 10.000

3.100.000

197.693 12.000

1.750.000

171.461 15.000

812.000

Sumber : Survei Data Dasar Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Pada musim kurang ikan dan sulit ikan sebagian besar nelayan

di Desa Katurai mengalihkan kegiatan kenelayanan mereka pada jenis pekerjaan lain seperti mengelola kebun, mengolah kopra dan beternak. Pada kedua musim tersebut, kecenderungan turunnya hujan dan badai di sekitar perairan Teluk Katurai relatif besar. Biasanya pada kedua musim tersebut hanya mereka yang memiliki perahu 15 PK yang melakukan kegiatan kenelayanan. Itupun tidak secara regular dan tergantung juga akan kondisi cuaca, serta lokasi penangkapan yang terbatas sehingga hasil yang didapat juga relatif rendah.

Dibedakan berdasarkan distribusinya (Tabel 3.9) terlihat bahwa

sebagian besar rumah tangga nelayan di Desa Katurai memiliki tingkat pendapatan yang mengelompok pada kisaran kurang dari Rp 500.000,-. Jumlah tersebut didapatkan baik pada masa musim banyak ikan, kurang

Page 77: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 56

ikan dan sulit ikan. Kondisi ini diduga karena masih rendahnya pemanfaatan sumberdaya laut oleh nelayan di Desa Katurai. Hanya sebagian kecil dari mereka yang memiliki tingkat pendapatan antara Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta dan di atas Rp 1,5 juta rupiah. Golongan nelayan yang memiliki pendapatan di atas Rp 1 juta ini adalah mereka yang melakukan penangkapan teripang dan lola. Hal ini dapat dimengerti karena menurut pengakuan nelayan setempat, pencarian teripang dan lola dapat dilakukan sepanjang waktu, karena keberadaan kedua sumberdaya laut tersebut tidak mengenal perbedaan musim. Disamping itu, harga jual dan kepastian pasar penjualan kedua komoditi laut tersebut relatif lebih baik dibandingkan komoditi hasil laut lainnya. Hal tersebut yang kemudian menyebabkan pendapatan yang diperoleh nelayan lola dan teripang lebih tinggi dibandingkan dengan nelayan lainnya (jaring dan pancing).

Tabel 3.9.

Distribusi Rumah Tangga Terpilih Menurut Tingkat Pendapatan dan Musim Ikan, Desa Katurai, 2005

Musim Kelompok Pendapatan Banyak Ikan Kurang Ikan Sulit Ikan

Kurang dari Rp 500.000

Rp 500.000 - Rp 999.999 Rp 1.000.000 - Rp 1.499.999 Rp 1.500.000 - Rp 1.999.999

83,8 10,3 1,5 4,4

87,2 12,8

- -

94,4 3,7 1,9 -

Jumlah 100,0 100,0 100,0

Sumber : Survei Data Dasar Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi hasil laut pada masa

kurang ikan dan sulit ikan, umumnya penduduk di Desa Katurai memanfaatkan keberadaan nelayan dari luar yang singgah ke desa mereka. Pada masa kurang ikan dan sulit ikan tersebut biasanya banyak kapal bagan dan kapal penangkapan ikan berukuran besar yang singgah di sekitar pesisir Desa Katurai. Mereka biasanya beristirahat untuk menghindari bahaya angin badai di sekitar Teluk Katurai yang sering terjadi pada musim-musim tersebut. Keadaan ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat (terutama para ibu) untuk menukarkan (barter) hasil kebun dengan hasil laut kepada nelayan yang singgah tersebut.

Page 78: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 57

3.3.2. Pengeluaran Selain tingkat pendapatan, indikator ekonomi yang menentukan tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat pengeluaran. Kedua indikator ini pada kenyataannya mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi. Kecenderungan yang sering terjadi adalah semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk maka semakin tinggi pula tingkat pengeluarannya. Disisi lain semakin tinggi tingkat kesejahteraan suatu penduduk jenis kebutuhan pengeluarannya juga semakin bervariasi (Sukirno, 1984). Sebagai contoh, di negara maju (developed countries) dengan tingkat kesejahteraan penduduk umumnya cukup tinggi, pola pengeluaran masyarakatnya cenderung kepada pemenuhan kebutuhan barang dan jasa di luar kebutuhan primer (konsumsi pangan). Sebaliknya di negara berkembang dan tertinggal (developing dan underdeveloping countries) dengan tingkat kesejahteraan penduduknya masih rendah, umumnya pola pengeluaran didominasi oleh pemenuhan kebutuhan primer (pangan). Dalam tulisan ini tingkat pengeluaran dinilai berdasarkan pengeluaran rutin rumah tangga per bulan yang dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pengeluaran pangan dan non pangan. Pengeluran pangan meliputi jenis pengeluaran rutin untuk makanan pokok (beras, jagung, sagu, dan lainnya), lauk pauk (ikan, daging, tempe, tahu, sayur mayur dan buah), minyak goreng dan bumbu dapur, teh gula dan kopi, jajan makanan, dan pengeluaran lainnya. Sedangkan pengeluran non pangan adalah pengeluaran rutin di luar pengeluran pangan meliputi pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari (sabun, odol, minyak tanah), pendidikan (iuran bulanan, uang saku, uang buku, seragam, dan lainnya), kesehatan (obat, jamu, dokter, bidan, mantri, dan dukun), kegiatan sosial (pesta perkawinan, kematian, kelahiran, hajatan, dan lainnya), listrik, air, telepon, rokok/tembakau, dan biaya transportasi.

Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa tingkat pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga per bulan di Desa Katurai tidak terlalu bervariasi dan mengumpul pada kisaran tertentu dengan frekuensi yang cukup besar. Pada jenis pengeluaran pangan, sebagian besar (89 persen) pengeluaran tersebut berada pada kisaran Rp 100.000,- hingga Rp 399.999,- (Tabel 3.10). Sementara pada pengeluaran non pangan (81 persen) berada pada kisaran Rp 100.000,- hingga Rp 299.999,-. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan pangan dan non pangan adalah relatif sama diantara rumah tangga responden. Relatif seragamnya tingkat pengeluaran pangan dan non pangan tersebut diduga berkaitan dengan kecenderungan kesamaan dalam pola menu makan, tingkat pendapatan

Page 79: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 58

dan relatif tidak berbedanya jumlah anggota keluarga dalam setiap rumah tangga di Desa Katurai.

Tabel 3.10. Distribusi Persentase Pengeluaran Rumah Tangga Terpilih Menurut Jenis

Kebutuhan, Desa Katurai, Juni 2005

Persentase Kelompok Pengeluaran

Pangan Non Pangan < 100.000

100.000 – 199.999 200.000 – 299.999 300.000 – 399.999 400.000 – 499.999 500.000 – 599.999 600.000 – 699.999 700.000 – 799.999 800.000 – 899.999 900.000 – 999.999 >1.000.000

1,0

33,0 34,0 22,0 5,0 1,0 2,0 1,0

- 1,0

-

24,0 35,0 22,0 8,0 4,0 4,0 1,0

- - -

2,0

Total 100,0 100,0 Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran rumah tangga terpilih per bulan di Desa Katurai mencapai sekitar Rp 488.050,- (lihat Tabel 3.11). Sementara itu, tingkat pengeluaran per kapita sebesar Rp 115.980,75. Nilai pengeluaran per kapita ini ternyata berada di bawah standar pengeluaran per kapita (garis kemiskinan) untuk daerah pedesaan di Propinsi Sumatera Barat, yaitu sebesar Rp 155.936,- Dari hasil pengolahan terhadap data pengeluaran per kapita, didapati bahwa sebagaian besar ( 65,5 persen) anggota rumah tangga di Desa Katurai tergolong hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengentasan kemiskinan menjadi satu hal yang sangat penting untuk dilakukan di daerah ini, sebagaimana halnya permasalahan yang selalu dihadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang hidup di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Dibedakan berdasarkan rincian jenis pengeluaran, hampir

sebagian besar pengeluaran rumah tangga di Desa Katurai ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Proporsinya mencapai sekitar 59 persen dari total pengeluaran rumah tangga dalam setiap bulannya. Rata-rata dalam sebulan rumah tangga di Desa Katurai mengeluarkan

Page 80: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 59

biaya untuk kebutuhan pangan mencapai Rp 270.125,00. Sementara untuk pengeluaran non pangan, rata-rata rumah tangga di Desa Katurai mengeluarkan biaya sebesar Rp 217.925,0 atau sekitar 41 persen dari total pengeluran rumah tangga dalam sebulan. Keadaan ini sesuai dengan apa yang telah diulas sebelumnya dan merupakan ciri identik masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan yang sebagaian besar pemenuhan hidupnya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pangan.

Tabel 3.11.

Statistik Pengeluaran Rumah Tangga Terpilih, Desa Katurai, Juni 2005

No Pengeluaran Nilai (Rp) 1 2 3 4 5

Per Kapita Rata-rata Rumah Tangga Rata-rata Pangan Rata-rata Non Pangan Angka Kemiskinan (%)

115.980,57 488.050,00 270.125,00 217.925,00

65,5

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Diantara berbagai jenis pengeluaran pangan per bulan, pengeluran untuk makanan pokok memiliki nilai rata-rata dan proporsi terbesar dibandingkan dengan jenis pengeluran lainnya (Tabel 3.12). Dalam sebulan rata-rata rumah tangga responden di Desa Katurai mengeluarkan sekitar Rp 101.730,- untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok. Nilai ini mencapapai sekitar 40 persen dari total pengeluran pangan. Besarnya nilai pengeluran untuk pemenuhan kebutuhan makanan pokok tersebut disebabkan karena tingginya harga beras di Desa Katurai. Tingginya harga beras tersebut diduga terkait dengan mahalnya biaya transportasi yang harus ditanggung karena sebagian besar beras di Desa Katurai dibeli dari penyalur di Pasar Muara Siberut. Sementara umumnya penyalur beras di tingkat kecamatan memperoleh pasokan beras berasal dari Kota Padang dan sekitarnya. Satu kilogram (Kg) beras dengan kualitas medium dijual di Desa Katurai dengan harga sekitar Rp 4.000,- Rp 5000,-, sedangkan di tingkat kecamatan dengan kualitas yang sama beras dijual lebih murah dengan selisih harga per kg hingga Rp 1000,-. Jadi harga beras yang diterima oleh penduduk di Desa Katurai merupakan harga berantai yang dibentuk dari panjangnya distribusi pemasaran beras di daerah ini.

Page 81: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 60

Selain beras sebenarnya penduduk Desa Katurai juga memiliki jenis makanan pokok lainnya yaitu sagu. Menurut penuturan tokoh masyarakat setempat, sebelum mengenal beras makanan pokok penduduk asli Mentawai adalah sagu. Setelah kemudian, sekitar awal tahun 70-an ketika orang Mentawai mulai mengenal beras, berangsur-angsur konsumsi pangan penduduk beralih dari sagu menjadi beras. Harga jual sagu di Desa Katurai relatif lebih murah dibandingkan dengan harga beras. Pohon sagu banyak dijumpai di Desa Katurai dan biasanya ditanam di sekitar halaman belakang rumah penduduk. Untuk mendapatkan sagu sebagian besar penduduk biasanya mengolah sendiri sumber sagu secara tradisional. Namun demikian, saat penelitian dilakukan sebagian besar penduduk mengakui lebih memilih mengkonsumsi beras daripada sagu dengan berbagai pertimbangan, seperti besarnya kandungan gizi dan kepraktisan. Biasanya penduduk memakan sagu sebagai bahan pokok ketika persediaan beras semakin menipis, sementara uang yang dimiliki untuk membeli tambahan beras juga belum tersedia.

Jenis pengeluran pangan lainnya yang memiliki nilai rata-rata cukup besar adalah pengeluaran pangan untuk lauk pauk (22 persen) serta kopi, teh dan gula (16 persen). Jenis lauk pauk yang biasa dikomsumsi penduduk Desa Katurai adalah ikan laut, telur dan daging ayam. Mayoritas penduduk mengakui tidak mempunyai kesulitan dalam memenuhi kebutuhan akan lauk pauk. Karena untuk ketiga jenis pengeluaran tersebut dengan mudah dapat diperoleh di desa tempat mereka tinggal. Namun khusus untuk kopi, gula dan teh sebagian besar harus didatangkan dari ibukota kecamatan. Dampaknya harga kopi, gula dan teh juga menjadi tinggi mengikuti rangkaian harga distributor yang sebagian besar berasal dari Kota Padang dan sekitarnya.

Hasil survei juga memperlihatkan bahwa pengeluaran pangan jenis jajan makanan dan minyak goreng nilainya relatif lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran pangan lainnya. Untuk jajan makanan diakui oleh sebagian besar rumah tangga di Desa Katurai bahwa jenis pengeluran ini bukan merupakan prioritas dan hanya dibutuhkan pada waktu tertentu saja (seperti jika kedatangan tamu dari jauh). Sementara rendahnya konsumsi minyak goreng berkaitan dengan kebiasaan rumah tangga di Desa Katurai yang lebih terbiasa menggunakan minyak sulingan dari kopra. Harga minyak sulingan kopra di Desa Katurai jauh lebih murah dibandingkan dengan harga minyak goreng olahan.

Pada pengeluaran non pangan, dari tujuh jenis pengeluran yang biasa dikeluarkan oleh rumah tangga di Desa Katurai, terdapat dua jenis pengeluran yang memiliki prioritas terbesar yaitu pengeluaran untuk

Page 82: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 61

membeli rokok (44 persen) dan biaya pendidikan (28 persen). Masing-masing jenis pengeluaran tersebut memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 99.210,- dan Rp 42.535,- per bulan. Besarnya pengeluran non pangan untuk konsumsi rokok dapat dimaklumi, karena seperti telah disingung sebelumnya, hal tersebut terkait dengan kebiasaan penduduk setempat yang gemar merokok. Dari hasil pengamatan tim peneliti terhadap penduduk usia dewasa di Desa Katurai, sangat jarang ditemukan penduduk dewasa yang tidak merokok. Mayoritas mengaku sebagai perokok aktif dengan tingkat konsumsi rokok mencapai 2-3 bungkus per hari.

Tabel 3.12.

Rata-rata Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga Terpilih Menurut Jenis Pengeluran, Desa Katurai, 2005

Jenis Pengeluaran Rata-rata Pengeluaran

Proporsi terhadap Jenis Pengeluaran

PANGAN

Makanan Pokok Lauk Pauk Minyak Goreng dan Bumbu Dapur Gula, Kopi dan Teh Jajan Makanan Lainnya

NON PANGAN Kebutuhan sehari-hari

Pendidikan Kesehatan Keperluan sosial Listrik, air, telepon Rokok/tembakau Transportasi

270.125

101.730 62.050 34.940 41.575 25.090

4.740

217.925

38.705 42.535

6.835 5.940 4.720

99.210 19.980

(59,0)

40,0 22,0 12,0 16,0 8,0 2,0

(41,0)

14,0 28,0 3,0 3,0 2,0

44,0 6,0

Sumber: Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Seorang perokok aktif yang diwawancari dalam penelitian ini

mengaku dalam sehari rata-rata dirinya menghabiskan maksimal tiga bungkus rokok kretek dengan harga per bungkus mencapai Rp 3000,-. Dalam seminggu dapat diperkirakan konsumsi rokok mencapai 21 bungkus (Rp 63.000,-). Jadi dalam sebulan perokok aktif tersebut harus menyediakan dana sekitar Rp 252.000,- untuk pembelian rokok yang

Page 83: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 62

dibutuhkannya. Oleh karena itu salah satu alternatif intervensi program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Katurai yang mungkin sangat efektif adalah upaya peningkatan kesadaran penduduk untuk berhenti dari kebiasaan merokok. Jika ini dapat dilakukan, artinya sejumlah pengeluran penduduk (dari membeli rokok) dapat dialokasikan pada jenis pengeluran lainnya yang lebih bermanfaat, disamping dapat mencegah bahaya kesehatan yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok.

Jenis pengeluaran non pangan terbesar kedua yang biasa

dikeluarkan oleh rumah tangga responden di Desa Katurai adalah biaya pendidikan. Besarnya pengeluaran rumah tangga untuk biaya pendidikan diduga berkaitan dengan mahalnya biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh setiap rumah tangga di Desa Katurai. Terutama bagi rumah tangga yang memiliki lebih dari dua anak yang sedang sekolah. Selain itu, karena survei ini dilakukan pada saat masuk tahun ajaran baru sekolah, maka jumlah pengeluaran untuk biaya pendidikan tersebut cenderung menjadi lebih besar. Hal ini karena pada saat awal tahun ajaran biasanya terdapat pengeluaran dalam jumlah besar untuk pembiayaan pendidikan. Dari hasil survei diketahui terdapat tiga komponen terbesar dari biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh keluarga yang memiliki anggota rumah tangga yang masih bersekolah, yaitu biaya akomodasi/makan siswa, pembelian buku dan perlengkapan sekolah (sepatu, tas dan seragam). Dari ketiganya, biaya akomodasi memiliki porsi terbesar terutama bagi rumah tangga yang memiliki anak yang sedang sekolah di tingkat SMP ke atas. Keadaan ini seperti telah disinggung sebelumnya terkait dengan tidak adanya fasilitas pendidikan setingkat SMP ke atas di Desa Katurai dan hanya dapat diakses di ibukota kecamatan. 3.3.3. Strategi Pengelolaan Keuangan Selain jumlah pendapatan dan pengeluaran, strategi pengelolaan keuangan di tingkat rumah tangga merupakan hal penting yang menentukan tingkat kesejahteraan. Dalam tulisan ini konsep pengelolaan keuangan berhubungan dengan dua hal yaitu: pertama bagaimana rumah tangga menggunakan pendapatan seefisien mungkin sehingga dimungkinkan adanya sisa pendapatan yang dapat ditabung. Kedua adalah upaya yang dilakukan rumah tangga jika mengalami kesulitan keuangan. Kedua informasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perilaku masyarakat di daerah penelitian dalam menyikapi pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Page 84: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 63

Kebiasaan Menabung Bagi sebagian besar masyarakat di Desa Katurai, menabung diartikan sederhana yaitu sebagai kegiatan menyimpan barang berharga dalam jumlah dan waktu tertentu. Menyimpan barang berharga dalam pengertian ini tidak hanya dalam bentuk sejumlah uang tunai tetapi juga dalam bentuk kepemilikan harta bergerak yang mempunyai nilai ekonomi tertentu. Harta bergerak yang dimaksud misalnya emas dan hewan ternak. Dari hasil survei terungkap bahwa sekitar 55 persen dari 100 responden rumah tangga di Desa Katurai mengakui memiliki tabungan dalam setahun terakhir. Dibedakan berdasarkan jenisnya, persentase kepemilikan tabungan terbesar adalah berupa emas (46,5 persen). Bagi sebagian besar rumah tangga di Desa Katurai, kepemilikan perhiasan emas bukan hanya sebagai tabungan, tetapi juga menunjukkan status sosial. Kondisi ini terutama diungkapkan oleh para ibu rumah tangga. Perhiasan emas (kalung dan gelang) biasanya dipakai ketika menghadiri kegiatan pesta adat atau perayaan hari besar tertentu. Semakin banyak perhiasan emas yang dimiliki, wibawa dan tingkat kemakmuran seseorang juga akan dinilai semakin tinggi, sebagaimana juga juga berlaku di berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Jenis tabungan lainnya yang lazim dimiliki oleh sebagian rumah tangga di Desa Katurai adalah kepemilikan hewan ternak (32,7 persen), terutama ternak babi. Kepemilikan jenis hewan ini diakui oleh penduduk setempat sebagai salah satu bentuk simpanan yang sewaktu-waktu dapat dijual.

Tabel 3.13.

Distribusi Responden Menurut Jenis Tabungan, Desa Katurai, 2005

No Kriteria Frequensi Persentase

1 2 3

Uang Perhiasan Ternak

12 25 18

21,8 46,5 32,7

Total 55 100,0

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI,2005

Selain dalam bentuk perhiasan emas dan hewan ternak, rumah tangga di Desa Katurai juga terbiasa menabung dalam bentuk menyimpan uang. Mereka yang tergolong memiliki tabungan uang dalam survei ini berjumlah sekitar 21,8 persen atau 12 rumah tangga.

Page 85: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 64

Umumnya mereka ini adalah para pedagang, pegawai dan staff desa. Cara menabung uang yang biasa dilakukan adalah dengan menyimpan sejumlah uang di rumah dan bukan di lembaga keuangan, misalnya di bank (catatan: hanya ada 1 (satu) bank di ibukota kecamatan yaitu Bank Rakyat Indonesia /BRI).

Berdasarkan hasil pendalaman diketahui bahwa hanya sedikit penduduk di Desa Katurai yang menabung di bank (BRI). Itupun terbatas pada mereka yang memiliki mobilitas tinggi ke ibukota kecamatan dan memiliki pendapatan yang sifatnya rutin per bulan serta dalam jumlah cukup besar. Selain itu, bagi sebagian besar penduduk Desa Katurai uang tabungan yang disimpan biasanya tidak bersifat lama dan bersifat cadangan. Jika suatu saat mereka mengalami kesulitan keuangan, tabungan uang tersebut akan digunakan sesuai kebutuhan. Menurut penuturan penduduk di Desa Katurai, umumnya tabungan uang disiapkan untuk pemenuhan kebutuhan pengeluaran biaya sekolah anak-anak mereka.

Kesulitan Keuangan Sebagai sebuah daerah pedesaan dengan potensi sumberdaya lahan yang subur dan sumberdaya laut yang melimpah, terlintas pemikiran bahwa penduduk di Desa Katurai tidak akan memiliki kesulitan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Ibaratnya jika memerlukan ikan maka hanya dengan memancing atau menjaring, ikanpun dengan mudah didapatkan. Begitu begitu pula dengan kondisi tanah yang subur, apapun jenis tanamannya pasti akan tumbuh dan berbuah. Akan tetapi, pemikiran tersebut tidak berlaku ketika penduduk dihadapkan pada kebutuhan lainnya terutama yang bersifat instan dan membutuhkan sejumlah uang tunai (cash money). Dalam setahun terakhir hampir sebagian besar (79 persen) rumah tangga di Desa Katurai mengaku pernah mengalami kesulitan keuangan. Data tersebut terlihat kontras ketika dikaitkan dengan kebiasaan menabung penduduk setempat dimana hasil survei menunjukkan 55 persen dari 100 responden memiliki tabungan. Namun demikian jika ditelusuri lebih dalam ternyata tidak ada kaitan antara kepemilikan tabungan kesulitan keuangan. Hal ini karena sebagian besar tabungan yang dimiliki oleh penduduk di Desa Katurai bersifat tabungan ternak dan perhiasan, sehingga nilainya tidak liquid (cepat digunakan) seperti halnya jika tabungan tersebut berbentuk simpanan uang.

Page 86: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 65

Jenis kesulitan keuangan yang dihadapi oleh rumah tangga di Desa Katurai sangat bervariasi. Pada kriteria kesulitan pemenuhan kebutuhan pangan dan non pangan terdapat tiga jenis kesulitan keuangan yang sering dialami rumah tangga di Desa Katurai, yaitu pembiayaan pendidikan, pembiayaan kesehatan dan penyediaan bahan makanan. Dari ketiga jenis kesulitan keuangan tersebut, persentase rumah tangga terpilih yang mengalami kesulitan untuk pembiayaan pendidikan lebih dari separh (51 persen), untuk pembiaayaan kesehatan mencapai 26,5 persen dan pada proporsi terkecil (13 persen) rumah tangga mengalami kesulitan pemenuhan kebutuhan bahan makanan. Berdasarkan data tersebut dapat diartikan bahwa pembiayaan pendidikan merupakan bagian terbesar penyebab kesulitan keuangan yang dihadapi rumah tangga di Desa Katurai. Disisi lain pembiayaan pendidikan biasanya bersifat tidak bisa ditunda dan diakui merupakan hal penting yang perlu diprioritaskan dalam rangka perbaikan kualitas penduduk di Desa Katurai.

Tabel 3.14. Distribusi Rumah Tangga Terpilih Menurut Jenis Kesulitan Keuangan

Setahun Terakhir, Desa Katurai, 2005

No Kriteria Frequensi Persentase

1 2 3 4

Penyediaan bahan makanan Biaya pendidikan Biaya kesehatan Lainnya

11 41 21 6

13,9 51,8 26,5 7,5

Total 79 100,0 Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI,2005 Dalam survei ini juga ditanyakan tentang pernah atau tidaknya rumah tangga mengalami kesulitan keuangan dalam mendukung kegiatan usaha (pekerjaan). Dari hasil survei diketahui bahwa sekitar 33 persen rumah tangga yang mengakui pernah mengalami kesulitan keuangan setahun terakhir terkait dengan kegiatan usaha. Mayoritas dari mereka mengaku mengalami kesulitan dalam hal penyediaan sarana produksi dan pembiayaan operasional kegiatan kenelayanan. Jadi dalam hal ini penduduk yang memiliki pekerjaan seperti nelayan dan pedagang cenderung lebih sering mengalami kesulitan dalam pembiayaan kegiatan usahanya, dibandingkan dengan penduduk yang bekerja sebagai petani ladang atau berkebun.

Page 87: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 66

Rumah tangga di Desa Katurai umumnya memiliki perasaan malu jika harus berhutang untuk mengatasi kesulitan keuangan. Secara sederhana mereka mengungkapkan bahwa apapun masalah keuangan yang dihadapai sebenarnya bisa diatasi jika mau bekerja keras. Alam di sekitar desa sudah menyediakan harta berlimpah dan tergantung kemauan keras seseorang untuk mengolahnya. Disamping itu perasaan malu untuk berhutang juga diakibatkan dari kondisi ekonomi rumah tangga di Desa Katurai yang relatif homogen. Sehingga ada perasaan tidak etis diantara mereka untuk berhutang, sementara tetangga yang dipinjami uang tidak lebih baik kondisi ekonominya. Data pada tabel di bawah ini memperlihatkan bahwa dari 79 rumah tangga di Desa Katurai yang mengalami kesulitan keuangan dalam setahun terakhir hanya sekitar 24 persen yang menempuh jalan keluar dengan menghutang. Sementara itu, mayoritas dari mereka lebih memilih berupaya sendiri yaitu dengan cara menjual simpanan (32,9 persen), menggadaikan barang (24 persen) dan mencari usaha lain sebagai tambahan pendapatan (26,5 persen).

Tabel 3.15 Distribusi Rumah Tangga Terpilih Menurut Upaya Mengatasi Kesulitan

Keuangan Pangan dan Non Pangan Setahun Terakhir, Desa Katurai, 2005

No Kriteria Frequensi Persentase 1 2 3 4 5 6 7

Menjual simpanan Menggadaikan barang Pinjam ke Bos/tauke/punggawa Pinjam ke warung/tetangga/saudara Pinjam ke koperasi/bank Minta bantuan secara cuma-Cuma Lainnya, (cari tambahan)

26 19 2 10 - 1 21

32,9 24,0 2,5

12,6 -

1,2 26,5

Total 79 100,0

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI,2005 3.3.4. Pemilikan Aset Produksi dan Rumah Tangga Kepemilikan asset produksi, baik pertanian lahan maupun perikanan tangkap, diduga berpengaruh terhadap tingkat produktivitas penduduk. Semakin lengkap kepemilikan sarana produksi, maka semakin terbuka peluang bagi penduduk untuk mengembangkan berbagai kegiatan usaha ekonomi dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Page 88: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 67

Kepemilikan Alat Produksi Perikanan Tangkap Sebagai masyarakat pedesaan yang hidup di pesisir dan masih dilingkupi keterbatasan askes transportasi darat, maka tidak mengherankan jika perairan laut menjadi satu-satunya jalur penghubung Desa Katurai dengan ‘dunia luar’. Pada saat penelitian ini dilakukan belum ada transportasi umum resmi yang melayani penduduk secara reguler ke dan dari ibukota kecamatan. Berdasarkan penuturan tokoh masyarakat setempat, sebelum perahu motor masuk ke Desa Katurai, mereka terbiasa mendayung sampan jika hendak pergi ke dan dari ibukota kecamatan. Dengan mendayung biasanya waktu yang ditempuh bisa mencapai setengah hari (8 jam) menuju ibukota kecamatan. Namun kini dengan adanya kepemilikan perahu motor oleh beberapa penduduk setempat, hampir sebagian besar penduduk sudah tidak lagi mendayung sampan (tetapi dengan menumpang perahu motor) jika hendak pergi ke dan dari ibukota kecamtan.

Tabel 3.16 Jumlah Rumah Tangga Terpilih Menurut Kepemilikan Alat Produksi

Perikanan Tangkap , Desa Katurai, 2005

No Alat Produksi Perikanan Tangkap

Rata-rata Kepemilikan

Per RT

Frequensi Responden Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Perahu motor Perahu tanpa motor (sampan) Kermba Trawl Jaring Bagan Pancing Gulung Kompresor Masker dan selang Kaca mata selam tradisional

1 2 - - 2 - 4 1 1 1

13 73 - -

43 -

72 4 2 9

13 98 - -

52 -

348 4 2 9

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI,2005 Berdasarkan data hasil survei diketahui bahwa hampir sebagian besar (73 persen) rumah tangga di Desa Katurai memiliki perahu tanpa motor (sampan). Rata-rata rumah tangga memiliki sampan sampai 2 buah dan semakin besar jumlah anggota rumah tangga biasanya jumlah kepemilikan sampan juga semakin banyak. Sampan-sampan tersebut umumnya digunakan sebagai armada menangkap ikan (memancing atau

Page 89: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 68

menjaring), alat tranportasi dan juga sebagai media pengangkut hasil kebun (cengkeh, kelapa dan kayu).

Perahu sampan di Desa Katurai umumnya dibuat secara tradisional oleh penduduk setempat dari kayu kelapa atau kayu pohon yang dikupas (menggunakan pahat) bagian tengahnya. Penduduk yang tidak memiliki sampan tidak akan mengalami kesulitan dalam transportasi karena dapat meminjam kepada tetangga yang memiliki sampan. Umumnya sampan yang bisa dipinjamkan dapat ditemukan di tepi pantai yang sengaja diletakkan oleh pemiliknya. Panjang sampan rata-rata mencapai 3,5-4 meter, lebar 0,5 meter dan mampu menampung maksimal 4 orang dewasa. Di Desa Katurai harga jual sampan baru dengan kriteria di atas mencapai Rp 300.000,- – Rp 400.000,- per buah.

Selain sampan yang dimiliki oleh sebagian besar responden, beberapa rumah tangga di Desa Katurai juga ada yang memiliki perahu motor. Penduduk setempat biasa menyebut perahu motor dengan sebutan speed boat atau perahu pompong. Namun berbeda dengan speed boat yang selama ini dikenal secara umum, yang dimaksud perahu bermotor di Desa Katurai adalah perahu kayu bermesin 15 PK, panjang 8-10 meter dan lebar 1-1,5 meter dengan bahan bakar menggunakan bensin (premium). Sama halnya dengan sampan, perahu motor oleh rumah tangga di Desa Katurai juga digunakan untuk transportasi pendukung kegiatan kenelayanan dan pengangkutan hasil pertanian lahan antar pulau. Berdasarkan hasil survei juga diketahui bahwa dari 100 rumah taggga responden di Desa Katurai hanya 13 rumah tangga yang memiliki perahu motor. Berdasarkan keterangan dari Kepala Desa Katurai umumnya rumah tangga yang memiliki perahu motor adalah mereka yang bekerja sebagai pemilik kedai (pengumpul), PNS (guru), dan beberapa rumah tangga yang bekerja sebagai nelayan lola dan teripang. Rata-rata kondisi perahu motor tersebut sudah setengah pakai dengan harga jual (lengkap) mencapai Rp 10 juta. Selain digunakan sebagai armada tangkap dan angkutan hasil kebun, perahu motor di Desa Katurai juga digunakan sebagai alat transportasi masyarakat jika pergi berbelanja atau mengurus kepentingan lain di ibukota kecamatan. Seperti terungkap dalam hasil wawancara berikut ini:

Page 90: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 69

...masyarakat di sini kalau mau ke kecamatan hanya bisa menumpang naik speed boat yang ada di desa ini . Kalau mau numpang bisa pergi setiap hari Senin. Soalnya di Muara Siberut hari pasarnya hari Senin pak. Kalau mau numpang biasanya diminta patungan beli bensin. Soalnya bensin di sini mahal seliter bisa 6 ribuan. Jadi biar sama sama enak ya kita juga harus pengertian, makanya setiap mau numpang kita patungan untuk beli bensin per orang 10 ribu…(kutipan wawancara dengan salah seoarang penduduk di Desa Katurai)

Sebagian besar (72 persen) rumah tangga responden di Desa Katurai mengaku memiliki pancing sebagai alat tangkap ikan. Pancing yang dimaksud adalah pancing gulung yang dilengkapi senar dan beberapa mata kail. Rata-rata per rumah tangga memiliki 3-4 gulung pancing dengan harga jual per gulung sekitar Rp 10.000,-. Namun dari hasil pendalaman tidak semua rumah tangga pemilik alat pancing ini juga biasa menangkap ikan setiap harinya dengan pancing. Mereka mengakui bahwa pancing tersebut lebih banyak disimpan dan hanya digunakan sewaktu-waktu jika mereka membutuhkan ikan laut dalam menu makan keluarga. Selain pancing gulung, dari hasil survei juga terdata alat tangkap perikanan berupa jaring dengan berbagai jenis. Salah satu jenis jaring yang banyak dimiliki oleh rumah tangga di Desa Katurai adalah jaring insang (gillnet), berukuran 3 dan 4 jari dengan panjang sekitar 50 meter dan lebar 2-3 meter7. Harga satu set jaring gillnet (sudah termasuk timah) di Pasar Muara Siberut berkisar antara Rp 200.000,- hingga Rp 400.000,-. Variasi harga tersebut tergantung dari ukuran dan kelengkapan per setnya. Dibandingkan dengan kepemilikan pancing, hanya sejumlah 33 rumah tangga yang mengaku memiliki jaring sebagai alat tangkap. Relatif sedikitnya rumah tangga yang memiliki jaring diduga karena harga beli per setnya yang relatif lebih mahal serta diperlukannya keterampilan dan perawatan khusus untuk menggunakan jaring. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan beberapa nelayan jaring di Desa Katurai terungkap bahwa sebenarnya mereka berharap bisa memiliki jenis jaring tenggiri. Jenis jaring ini diakui sangat kuat (tidak mudah putus) dan mampu menangkap ikan lebih besar. Namun harganya diakui sangat mahal bagi sebagian besar penduduk di

7 Nelayan di Desa Katurai terbiasa menggunakan banyaknya lebar jari sebagai ukuran

mata jaring dibandingkan ukuran standar yang menggunakan hitungan dalam inchi atau cm.

Page 91: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 70

Desa Katurai. Kenyataan ini diperkuat dengan pengalaman seorang rumah tangga yang menggunakan jaring tenggiri sebagai alat tangkap. Menurutnya jumlah dan jenis ikan yang diperoleh akan berbeda jika menggunkan jaring tenggiri. Jenis ikan yang tertangkap relatif lebih besar dan senar jaring relatif tidak mudah putus. Jka beruntung selain ikan besar nelayan juga akan mendapatkan berbagai jenis lobster dan kepiting. Sebagai informasi, harga lobster ukuran sedang di tingkat pengumpul desa sekitar Rp 50.000,-. Jumlah ini relative besar untuk tingkat pendapatan penduduk di Desa Katurai. Di kalangan masyarakat di Kecamatan Siberut Selatan, sudah tidak diragukan bahwa penduduk di Desa Katurai terkenal dengan aktivitas kenelayanan menyelam (mencari tripang dan lola). Kemampuan menyelam secara tradisional tersebut diakui oleh beberapa narasumber yang diwawancarai di Desa Muara Siberut (ibukota kecamatan). Berkaitan dengan hal tersebut dari data yang terhimpun dalam survei diketahui bahwa hanya ada 4 rumah tangga yang mengakui memiliki kompresor untuk menyelam. Satu diantara kompresor tersebut dalam kondisi rusak. Jadi diperkirakan sebagian besar penyelam di Desa Katurai lebih mengandalkan kekuatan napas alam dibandingkan dengan menggunakan alat bantu pernapasan melalui kompresor. Harga satu set kompresor beserta perlengkapan menyelam cukup mahal, yaitu sekitar 10 juta rupiah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika hanya orang tertentu di Desa Katurai yang memiliki kompresor tersebut. Kepemilikan Alat Produksi Pertanian dan Lainnya Selain kepemilikan alat produksi perikanan tangkap, dalam survei ini juga didata kepemilikan asset pertanian lahan dan asset lainnya. Pada tabel 3.17 terlihat bahwa hampir sebagian besar (86 persen) rumah tangga responden di Desa Katurai memiliki lahan perkebunan. Data ini sekaligus mendukung penjelasan bagian sebelumnya bahwa mayoritas penduduk di Desa Katurai bermata pencaharian sebagai petani ladang. Rata-rata rumah tangga memiliki lahan sekitar 2 bidang (2-3 ha) yang antara lain ditanami kelapa, cengkeh, nilam, keladi, dan coklat8. Rumah tangga yang tidak memiliki lahan pertanian dapat dipastikan sebagai rumah tangga pendatang yang tinggal di Desa Katurai. Seperti telah diuraikan sebelumnya, menurut kesepakatan masyarakat setempat hanya penduduk asli yang dapat mengolah tanah atau lahan di sekitar perbukitan dan pulau-pulau yang

8 Penduduk Desa Katurai lebih familiar menyebutkan ukuran luas tanah dengan standar

per bidang dibandingkan dengan luasan meter atau hektar. Batas Bidang dalam satu hamparan kebun biasanya ditandai dengan tanda di pohon atau tanda alam tertentu.

Page 92: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 71

ada di Desa Katurai. Pendatang yang ingin mengolah lahan/tanah di Desa Katurai harus mendapatkan persetujuan aparat desa atau pimpinan suku yang memiliki tanah yang akan digarap.

Tabel 3.17

Jumlah Rumah Tangga Terpilih Menurut Pemilikan Asset Produksi Pertanian dan Lainnya, Desa Katurai, 2005

No Alat Produksi Perikanan Tangkap

Rata-rata Kepemilikan

Frequensi Responden

Jumlah/Unit

1 2 3 4 5 6 7

Lahan Perkebunan Ternak Babi Ternak Ayam Rumah dan Pekarangan Barang elektronik Perhiasan Simpanan Uang

2 ha

4 ekor 5 ekor

1 3

10 grm Rp 500.000,-

86 25 36

100 12 30 25

-

50 86

100 - - -

Sumber : Survei Data Dasar Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI,2005

Selain pertanian kebun, rumah tangga di Desa Katurai juga

terbiasa memelihara hewan ternak seperti babi dan ayam. Rata-rata jumlah babi yang dimiliki per rumah tangga tidak lebih dari 4 ekor dan umumnya dipelihara di bagian belakang atau beranda samping rumah penduduk. Harga seekor babi dewasa di Desa Katurai berkisar antara Rp 600.000,- hingga Rp 800.000,-. Permintaannya akan meningkat pada saat menjelang perayaan natal atau pesta adat tertentu. Sementara itu, untuk pemeliharaan ayam, sifatnya hanya sebagai hewan peliharaan rumah yang dilepas di luar kandang dan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi (daging) protein rumah tangga. Dalam survei juga ditanyakan tentang jumlah dan jenis barang elektronik yang dimiliki rumah tangga di Desa Katurai. Dari data yang diperoleh beberapa jenis barang elektronik yang umumnya dimiliki oleh penduduk di Desa Katurai adalah televisi, VCD dan radio. Kepemilikan barang elektronik ini cukup menarik karena di Desa Katurai belum ada aliran listrik dari PLN. Untuk menggunakan barang elektronik tersebut penduduk setempat menggunakan tenaga baterai, aki atau generator sebagai sumber energi. Berdasarkan hasil wawancara mendalam terungkap bahwa sebagian besar barang elektronik (terutama TV dan VCD) yang dimiliki tersebut lebih banyak digunakan sebagai ‘pajangan rumah’ dibandingkan digunakan sebagaimana mestinya. Alasan utama adalah mahalnya harga bahan bakan (solar dan bensin) untuk

Page 93: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 72

menyalakan generator listrik. Maka tidak mengherankan jika ada salah satu rumah tangga di Desa Katurai menyalakan TV atau memutar VCD, akan banyak penduduk (terutama ibu-ibu dan anak-anak) yang turut berkumpul untuk mendapatkan hiburan dari media tersebut. 3.3.5. Kondisi Perumahan dan Sanitasi Lingkungan Kondisi Perumahan Kondisi perumahan penduduk di Desa Katurai relatif seragam baik dilihat dari bentuk fisik maupun luasan bangunan. Bentuk rumah umumnya persegi panjang dan memiliki panggung (± 1 meter dari permukaan tanah) yang dirancang untuk menghindari air pasang dan binatang liar pada malam hari. Luas bangunan biasanya 10m x 7m dikelilingi oleh halaman belakang, depan dan samping. Rumah penduduk di Desa Katurai umumnya terbuat dari kayu, beratap dari pelepah kelapa atau daun nipah dan berlantai dari kulit kayu atau bambu.

Bentuk rumah yang ada saat ini umumnya sudah mengalami modifikasi dari bentuk asli rumah suku Mentawai (lihat foto 3.1). Namun demikian, di setiap dusun di Desa Katurai masih dapat ditemukan beberapa bentuk rumah asli Suku Mentawai yang dicirikan dengan ukiran sebuah tangga kecil didepan pintu masuk dan bentangan potongan kayu sebagai jeruji di sekeliling rumah. Selain itu, beberapa rumah penduduk di Desa Katurai juga sudah ada yang mengalami perubahan fisik, seperti mempunyai pondasi dari batu karang mati, triplek untuk dinding dan lantai yang dibuat dari semen. Umumnya rumah seperti ini dimiliki oleh kelompok rumah tangga berpendapatan menengah ke atas seperti aparat desa, PNS dan pedagang.

Penataan rumah di Desa Katurai relatif rapi, terutama rumah-

rumah yang ada di Dusun Malilimok. Posisi rumah saling berhadapan, berbaris atau berbentuk blok yang dipisahkan jalan desa berukuran satu meter terbuat dari semen. Rapinya penataan pemukiman di desa ini terkait dengan asal usul pendirian rumah yang sebagian besar merupakan sumbangan Departemen Sosial pada saat awal pembangunan Desa Katurai pada tahun 1970-an. Menurut penuturan salah seorang staf desa di lokasi penelitian pemberian bantuan perumahan dari Departemen Sosial tersebut terkait dengan program optimalisasi lahan di Mentawai yang relatif masih luas namun sedikit penghuninya.

Page 94: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 73

Foto 3.1 Berbagai Bentuk Rumah Penduduk di Desa Katurai

Sumber : Dokumentasi PPK LIPI, 2005 Sumber Air Bersih Bagi penduduk Desa Katurai ketersediaan air bersih bukan merupakan suatu masalah. Hal ini karena masih melimpahnya sumber air di daerah ini. Setidaknya ada 4 sumber air yang biasa dimanfaatkan penduduk sebagai pasokan kebutuhan air sehari-hari. Keempat sumber air tersebut adalah mata air, air laut/sungai, air hujan dan air tanah (sumur). Dari hasil survei terungkap bahwa sebagian besar responden (74 persen) menggunakan mata air sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air rumah tangga. Sisanya sekitar 20 persen rumah tangga responden menggunakan air sungai dan hanya sekitar 6 persen yang memanfaatkan air tanah sebagai sumber air. Sumber mata air di Desa Katurai berasal dari perbukitan yang dialirkan melalui pipa paralon ke bak penampungan yang biasanya terdapat di bagian belakang rumah penduduk. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika air yang ditampung melalui sumber mata air sedikit keruh karena adanya endapan tanah atau pasir yang cukup tinggi. Selain itu, pada musim hujan bak penampungan juga digunakan penduduk sebagai penampung air hujan.

Page 95: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 74

Tabel 3.18 Persentase Rumah Tangga Terpilih Menurut Jenis Penggunaan Sumber Air

Bersih, Desa Katurai, 2005

No Sumber Air Bersih Frequensi Persentase

1 2 3 4 5 6

Leding (PAM) Pompa Air Tanah (Sumur) Mata Air Air Sungai/laut Air Hujan

- - 6

74 20 -

- -

6,0 74,0 20,0

-

Total 100 100,0

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI,2005

Penduduk yang tinggal di dekat pantai (± 50 meter dari pantai) umumnya lebih memanfaatkan air laut untuk pemenuhan kebutuhan air sehari-hari. Biasanya air laut yang akan digunakan ditampung dalam sebuah bak penampungan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi kandungan garam dalam air laut serta memisahkan endapan yang diterkadnung di air laut. Sebagian besar penduduk juga diketahui sudah memahami pentingnya air yang dimasak sebagai sumber air sehat. Sehingga misalkan sumber air yang diminum berasal dari air hujan atau air laut, namun karena sudah dimasak air tersebut dinilai sehat oleh penduduk.

Sebagian besar penduduk mengaku lebih menyukai mandi di tepi laut atau di sumber mata air daripada di rumah. Mereka yang melakukan kegiatan mandi di rumah umumnya rumah tangga yang sudah memiliki tempat penampungan air dan kamar mandi. Pengamatan peneliti pada sore hari di sekitar pantai Dusun Malilimok ditemukan banyak penduduk, terutama anak-anak usia sekolah (di bawah 10 tahun) yang mandi di pantai. Mereka memanfaatkan pantai di Desa Katurai yang berair jernih dan dangkal untuk mandi, belajar berenang, menyelam dan bermain.

Kebiasaan Buang Air Besar dan Sampah Tempat buang air besar bagi sebagian besar (67 persen) rumah tangga responden di Desa Katurai adalah sungai atau laut. Sisanya sekitar 13 persen mengaku terbiasa membuang hajat air besar di jamban/WC, 12 persen di kebun belakang rumah dan 8 persen di

Page 96: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 75

kolam, sawah dan jamban. Berdasarkan hasl wawancara mendalam terungkap bahwa sebenarnya penduduk berharap dapat membuat WC di belakang rumah yang permanen dan sehat. Namun karena keterbatasan keuangan keinginan tersebut hingga saat penelitian berlangsung belum terwujud. Perairan di sekitar pantai juga menjadi pilihan untuk membuang sampah bagi sebagian besar rumah tangga di Desa Katurai. Umumnya kebiasaan ini dilakukan oleh rumah tangga yang tinggal dekat pesisir pantai. Berdasarkan hasil wawancara mendalam terungkap bahwa kebiasaan tersebut dilakukan karena alasan kepraktisan. Selain dibuang ke laut, penduduk di Desa Katurai juga terbiasa membuang sampah di kebun dan bak penampungan. Sampah yang dibuang di kebun, diketahui penduduk dapat menjadi pupuk bagi kesuburan tanaman, sedangkan Sementara itu, bak penampungan sampah yang ada di Desa Katurai adalah penampungan sampah yang dibuat oleh masyarakat pada sudut-sudut jalan desa. Setelah penuh biasanya sampah tersebut kemudian di bakar.

Tabel 3.19 Persentase Rumah Tangga Terpilih Menurut Jenis Pemanfaatan Tempat

Pembuangan Sampah, Desa Katurai, 2005

No Kriteria Frequensi Persentase

1 2 3 4 5

Ditampung dibak/lubang sampah Ditumpuk dihalaman Dibuang dilaut/sungai Dibuang ditanah lapang/kebun Dibakar

22 12 38 23 5

22,0 12,0 38,0 23,0 5,0

Jumlah 100 100,0

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI,2005

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa sanitasi lingkungan di Desa Katurai cenderung kurang sehat. Mayoritas penduduk masih mengandalkan alam yang begitu luas sebagai tempat pembuangan berbagai limbah manusia maupun rumah tangga. Dalam jangka panjang kebiasaan ini perlu dirubah mengingat kebersihan lingkungan (terutama laut) suatu hal yang penting. Untuk mendukung hal ini diperlukan adanya upaya penyadaran dan sosialisasi di masyarakat tentang pentingnya kebiasaan sanitasi yang sehat. Tanpa adanya upaya penyadaran tersebut diperkirakan perilaku yang keliru dalam pengelolaan sanitasi lingkungan oleh penduduk Desa Katurai tidak mungkin dapat berubah.

Page 97: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 76

Page 98: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 77

BAB IV PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT

Permasalahan yang selalu terkait dengan pengelolaan

sumberdaya laut adalah anggapan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk masuk, mengeksploitasi dan memperoleh keuntungan dari pemanfaatan sumberdaya laut. Laut sebagai sumberdaya yang dianggap “open access” tentu rawan terhadap kegiatan over eksploitation. Setiap orang yang merasa akan memperoleh keuntungan dari pemanfaatan sumberdaya laut akan memasuki wilayah laut, melakukan eksploitasi dan mencari sumber pembenaran atau klaim secara sepihak bahwa sumberdaya tersebut berada dibawah kekuasaannya.

Terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya laut yang tidak terlepas dari permasalahaan pengelolaan. Seringkali pengetahuan dan teknologi eksploitasi biota laut yang terkait dengan terumbu karang tidak dapat dilepaskan dengan perliku manusia . Bab IV dalam tulisan ini berisi uraian tentang pengelolaan sumberdaya laut dengan melihat pengetahuan, kesadaran, kepedulian masyarakat, wilayah penangkapan, teknologi penangkapan dan stakeholders yang terlibat di lokasi penelitian terhadap ekstistensi sumberdaya laut khususnya terumbu karang. 4.1. Pengelolaan Terumbu Karang

Terumbu karang (coral reef), sebagai salah satu ekosistem perairan laut merupakan habitat berbagai biota laut yang memiliki nilai ekonomi yang penting, seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, kerang mutiara dan sebagianya. Selain memiliki nilai ekonomi, terumbu karang merupakan pelindung fisik pantai terhadap gelombang air laut. Terumbu karang juga memiliki nilai estetika, karena menampilkan pemandangan yang sangat indah yang jarang ditandingi oleh ekositem lain di laut. Taman-taman laut yang terkenal pada umumnya terletak di gugusan pulau-pulau kecil atau pantai yang dikelilingi oleh terumbu karang.

Berbagai nilai yang terdapat pada terumbu karang tentu akan hilang apabila terumbu karang dirusak atau dihancurkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti untuk batu pondasi bangunan rumah, mengambil ikan karang dengan cara meracun atau

Page 99: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 78

menggunakan bahan peledak. Perilaku-periaku manusia tersebut mencerminkan bahwa mereka tidak memahami arti penting terumbu karang. Terumbu karang pada dasarnya merupakan ekosistem yang khas di daerah tropis. Ekosistem terumbu karang memiliki komponen biotis dan abiotis yang kesemuanya terjalin dalam hubungan fungsional yang harmonis dalam suatu ekosistem yang dikenal dengan ekosistem terumbu karang. (Nontji, 1987:114). Oleh sebab itu, hancurnya terumbu karang akan mengakibatkan terkisisnya pantai dan berbagai jenis biota yang hidupnya tergantung dengan terumbu karang tersebut.

4.1.1. Pengetahuan dan Sikap Terhadap Terumbu Karang Penduduk Desa Katurai percaya bahwa terumbu karang bukan benda mati melainkan termasuk jenis makluk hidup. Hal ini dapat diketahui dari hasil survei dimana terdapat sekitar 86 responden yang mengetahui bahwa terumbu karang merupakan makluk hidup. Kemudian ketika diberi pertanyaan apakah terumbu karang termasuk jenis makluk hidup tumbuhan atau hewan, diperoleh informasi bahwa pengetahuan mereka tentang terumbu karang cukup beragam. Sebagian responden memasukkan terumbu karang sebagai golongan tumbuhan (38 persen), dan sebagian lainnya memasukan sebagai golongan hewan (13 persen). Namun, ada juga responden yang tidak mengetahui secara persis terumbu karang termasuk jenis makluk hidup hewan atau tumbuhan. Golongan responden seperti ini cukup besar yaitu mencapai 27 persen. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pemahaman masyarakat sekitar tentang terumbu karang belum terlalu mendalam.

Diagram 4.1. Persentase Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Terumbu Karang,

Desa Katurai, 2005

86

8 6

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

%

Makhluk Hidup Bukan Makhluk Hidup Tidak Tahu

Hewan 13%

Tumbuhan38%

Hewan dan

Tumbuhan27%

Tidak Tahu22%

Sumber : Survei Data Dasar Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Page 100: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 79

Hasil survei juga menunjukkan bahwa penduduk Desa Katurai memahami bahwa terumbu karang merupakan tempat untuk ikan hidup, bertelur, berkembang biak dan mencari makan. Pendapat ini dapat dilihat dari jawaban seluruh responden yang disurvei yang menyatakan bahwa terumbu karang memiliki kegunaan sebagai habitat ikan. Temuan yang cukup menarik dari survei adalah terdapatnya sepertiga responden yang mengatakan bahwa terumbu karang sebagai sumber pendapatan penduduk. Ini artinya sebagian besar responden tidak melihat terumbu karang sebagai sumber ekonomi. Kecenderungan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk Desa Katurai tidak begitu tergantung dari ekosistem terumbu karang. Hal ini terjadi karena tidak adanya teknologi eksploitasi sumberdaya terumbu karang yang dikembangkan penduduk Desa Katurai. Memang ada sebagian penduduk Katurai yang memiliki ketrampilan menyelam tetapi hal tersebut dapat dibilang sedikit jumlahnya. Keterampilan menyelam digunakan untuk menangkap lola dan teripang. Sedangkan untuk penangkapan ikan kerapu karang pada umumnya kegiatan ini dilakukan oleh nelayan luar.

Diagram 4.2.

Persentase Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Manfaat Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Proporsi jawaban terendah berkaitan dengan pemahaman responden terhadap terumbu karang adalah manfaatnya untuk kegiatan wisata. Hanya sekitar 23 persen responden yang menyatakan bahwa terumbu karang bermanfaat untuk tempat tujuan wisata. Tampaknya jawaban ini terkait dengan sedikitnya penduduk Desa Katurai yang

100

7285

53

33 32

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

100

Tempat Hidup Ikan dan Mencari Makan

MelindungiKeragaman

Laut

MelindungiPantai

Sumber BahanBaku

Bangunan

SumberPendapatan

TempatWisata

Page 101: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 80

terlibat dalam kegiatan wisata bahari di daerah ini. Menurut penuturan tokoh masyarakat setempat kehadiran tempat wisata bahari di sejumlah pulau kecil yang berada di wilayah Desa Katurai, seperti di Pulau Mainuk, Masokot, Nyangnyang, Karamajat, dan Pananggalis belum banyak menyerap tenaga kerja penduduk Desa Katurai. Sedikitnya jumlah penduduk yang bekerja di resort wisata menggambarkan bahwa penduduk Desa Katurai tidak memiliki kepentingan yang besar terhadap lingkungan ekosistem terumbu karang yang menjadi basis daya tarik wisata tersebut.

Hasil survai memperlihatkan bahwa pengetahuan responden terhadap kondisi terumbu karang di sekitar perairan mereka relatif berimbang, namun lebih banyak yang mengatakan bahwa bahwa terumbu karang di desa mereka sudah rusak. Sekitar 42 persen responden menyatakan bahwa terumbu karang di Desa Katurai masih dalam keadaan baik. Sebaliknya, sekitar 14 persen responden menyatakan bahwa terumbu karang di perairan desa mereka saat ini dalam keadaan kurang baik, rusak (32 persen), sangat rusak (2 persen) dan sisanya sekitar 10 persen responden menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui kondisi terumbu karang di sekitar perairan desa mereka.

Diagram 4.3. Persentase Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Kondisi

Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Sementara itu ketika ditanyakan apakah menurut responden terumbu karang di sekitar desa mereka perlu diperbaiki atau dilestarikan, hampir sebagian besar responden (86 persen) menyatakan persetujuan mereka. Hanya sekitar 5 persen responden yang menganggap bahwa terumbu karang di sekitar perairan desa mereka tidak perlu diperbaiki

42

14

32

210

0

5

1015

20

25

3035

40

45

Baik KurangBaik

Rusak SangatRusak

TidakTahu

Page 102: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 81

atau dilestarikan. Sisanya sekitar 9 persen responden menyatakan tidak mengetahui apakah perlu perbaikan atau tidak terhadap terumbu karang yang ada di sekitar desa mereka. Dari pola jawaban dua pertanyaan tersebut dapat dilihat bahwa ada konsistensi jawaban yang diberikan dan umumnya mengarah pada dukungan perbaikan terhadap kondisi terumbu karang yang sudah rusak yang ada di lokasi penelitian.

Penduduk Desa Katurai juga terlihat memiliki pengetahuan yang bervariasi terhadap berbagai jenis bahan atau alat tangkap yang dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang. Umumnya mereka mengetahui bahwa penggunaan bom ikan (100 persen) dan racun potas (88 persen) merupakan alat tangkap yang dapat merusak terumbu karang. Sementara untuk alat tangkap lainnya jawabannya bervariasi tergantung pemahaman mereka tentang manfaat dan tujuan penggunaan alat tangkap tersebut. Gambaran lengkap yang memperlihatkan pengetahuan responden terhadap bahan atau alat tangkap yang dapat merusak terumbu karang dapat dilihat dalam Tabel 4.1. berikut ini.

Tabel 4.1.

Pengetahuan Responden Tentang Bahan Atau Alat Tangkap yang Dapat Merusak Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

Persentase Jawaban No Jenis Bahan/Alat

Tangkap Ya Tidak Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Bom Bagan Tancap Bagan Apung Sianida/Racun/Tuba Bubu/Perangkap Ikan Trwl/Pukat Harimau Jaring Apung Pancing Tombak/Panah

100 29 16 88 40 62 2 2 10

-

71 84 14 60 38 98 98 90

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

4.1.2. Sikap Terhadap Pengambilan Terumbu Karang Salah satu aspek yang terkait dengan sikap terhadap pengembilan terumbu karang adalah penggunaan terumbu karang untuk keperluan rumah tangga. Berdasarkan observasi lapangan di permukiman penduduk Desa Katurai terdapat kecenderungan bangunan kantor desa dan sarana umum, seperti gereja, masjid, sekolah, puskesmas dan sebagian rumah penduduk adalah bangunan tembok

Page 103: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 82

yang berpondasi batu karang. Bangunan rumah tembok di Desa Katurai pada umumnya dimiliki oleh sebagian warga desa yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas, seperti kepala desa, guru dan pedagang. Sebagian besar rumah penduduk di desa ini adalah rumah tradisional yang menggunakan bahan kayu, dan penduduk berkeinginan untuk mengubahnya menjadi rumah tembok dengan pondasi batu karang adalah keinginan penduduk Desa Katurai. Gejala ini dapat dilihat dari adanya tumpukan batu karang di halaman rumah penduduk yang dijadikan sebagai persiapan untuk membangun rumah tembok.

Diagram 4.4.

Persentase Pendapat Responden tentang Pengambilan Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

21

61

70

26

9 13

0 10 20 30 40 50 60 70

Setuju Tidak Setuju TidakBerpendapat

Karang Hidup Karang Mati

Sumber : Data Dasar Sosial Ekonomi Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Sebagian besar penduduk Desa Katurai mengungkapkan bahwa mereka merasa tidak mempunyai kesulitan untuk mendapatkan batu karang. Batu karang mudah diperoleh yaitu dengan mengambil sendiri di sekitar pantai atau membeli kepada penduduk yang biasa mencari batu karang. Menurut pengakuan mereka, batu karang tidak diambil dari pulau-pulau di sekitar lokasi terumbu karang, melainkan diambil di sekitar perairan dekat permukiman atau lahan kebun mereka. Batu karang yang diambil adalah batu karang yang sudah mati yang menurut penduduk sudah tidak bermanfaat lagi. Alasan ini sebagai pembenaran penduduk Desa Katurai atas ketidaksetujuan mereka terhadap pengambilan batu karang hidup. Hasil survei meperlihatkan bahwa setidaknya terdapat 70% responden yang tidak setuju dengan pengambilan batu karang hidup dan separo lebih responden (61%) cenderung setuju atas pengambilan batu karang yang sudah mati (lihat Diagram 4.4).

Page 104: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 83

Kegunaan terumbu karang yang sangat besar untuk bangunan rumah, maka terjadi semacam klaim sebagian penduduk yang rumahnya berdekatan dengan lokasi terumbu karang mati. Akibat adanya klaim terhadap batu karang tersebut maka orang lain (terutama pendatang) tidak dapat mengambil batu karang. Batu karang mati di desa ini memiliki nilai ekonomi yang cukup timggi karena berguna untuk bahan bangunan pondasi rumah dan sarana umum. Besarnya nilai ekonomi batu karang mati tersebut ditunjukkan dari hasil survei dimana sekitar 45% responden menyatakan telah mengambil batu karang mati untuk berbagai kepentingan, baik untuk kepentingan sendiri, dijual maupun untuk kepentingan umum. Kecenderungan ini memperkuat pernyataan sebelumnya bahwa kebutuhan batu karang untuk pondasi akan semakin meningkat di masa-masa mendatang. Kebutuhan batu karang mati bagi penduduk lainnya, dipenuhi dengan cara membeli dari penduduk yang memiliki profesi mencari batu karang.

Diagram 4.5. Persentase Jawaban Respoden dalam Pemanfaatan Terumbu Karang,

Desa Katurai, 2005

1 3

5

27

3

13

2

0 5

10 15 20 25 30

Dijual Digunakan Sendiri

Kepentingan Umum Djual dan Digunakan

Sendiri

Karang Hidup Karang Mati

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005. Penduduk Desa Katurai sebenarnya sadar bahwa terumbu karang merupakan sumberdaya laut yang perlu dilindungi sebagaimana dikemukan dalam uraian sebelumnya. Kepedulian penduduk Desa Katurai terhadap terumbu karang dapat dilihat dari cerita mereka yang pernah melakukan pengusiran dan pengejaran terhadap nelayan luar yang menggunakan bom untuk menangkap ikan. Hal yang sama juga dapat dilihat dari jawaban terhadap pertanyaan tentang pemahaman dan pendapat mereka terhadap peraturan larangan pengambilan dan

Page 105: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 84

perusakan karang. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa mayoritas (93 persen) responden mengetahui adanya larangan pengambilan karang oleh pemerintah. Selanjutnya sekitar 73,1 persen responden menyatakan pendapat yang setuju dan 17,2 persen responden yang menyatakan tidak setuju terhadap adanya peraturan tersebut. Namun demikian satu hal yang perlu mendapat perhatian semua pihak adalah walaupun mayoritas responden di Desa Katurai mengetahui dan setuju terhadap adanya peraturan dan larangan terhadap pengambilan dan perusakan karang, namun hanya sedikit dari mereka yang mengetahui bentuk sanksi atau hukuman bagi yang melanggar. Hal inilah yang kemungkinan menjadi pemicu masih tingginya minat penduduk untuk menambang batu karang, disamping faktor lain misalnya penegakan hukum yang masih sangat lemah.

Diagram 4.6. Persentase Tingkat Pengetahuan dan Pendapat Responden terhadap

Larangan dan Sanksi Pengambilan dan Pengrusakan Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

Setuju73% (16)

Tidak Setuju17% (68)

Tidak Berpend

apat10% (9)

Pengetahuan adanya Sanksi

Tidak58% (54)

Tidak Menjawa

b2% (2)

Ya40% (37)

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

4.1.3. Penggunaan Alat Tangkap yang Merusak Terumbu Karang

Penduduk Desa Katurai mengetahui bahwa penggunaan alat tangkap seperti bom, bahan beracun (potas/sianida/tube), trawl, pukat ular, lampara dasar adalah media alat tangkap yang dapat menyebabkan terumbu karang menjadi rusak. Pemahaman ini tercermin dari hampir tidak adanya respoden yang mengakui menggunakan alat tangkap yang merusak tersebut dalam setahun terakhir. Hanya ada pengakuan dari 5 persen responden yang menyatakan masih

Page 106: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 85

menggunakan bahan beracun untuk menangkap ikan. Diperkirakan responden yang termasuk dalam golongan ini adalah nelayan yang mencari ikan karang seperti jenis kerapu dan udang karang.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan aparat Desa Katurai terungkap bahwa sebenarnya penggunaan alat tangkap yang merusak sudah lama ditinggalkan oleh penduduk. Menurutnya dahulu sebelum ada progrm-program seperti COREMAP dan DKP masuk ke Desa Katurai masih banyak penduduk yang menggunakan potas untuk mencari ikan karang. Namun sejak 4 tahun terakhir kecenderungan penggunaan alat merusak sudah banyak ditinggalkan. Bahkan kesadaran penduduk semakin meningkat, terbukti suatu waktu aparat desa bersama penduduk pernah melakukan pengusiran terhadap nelayan luar yang menggunakan bom ikan di sekitar perairan desa. Namun kerana tidak ada dukungan sarana dan prasarana yang memadai kegiatan tersebut tidak bisa berjalan efektif.

Tabel 4.2.

Persentase Pengakuan Responden Terhadap Penggunaan Alat Tangkap yang Merusak Terumbu Karang Setahun Terakhir, Desa Katurai, 2005

Persentase Jawaban

No Jenis Bahan/Alat Tangkap Ya Tidak Tidak

Menjawab Jumlah

1 2 3

Bom Sianida/Potas/Racun Pukat Harimau

-

5,0 -

99,0 95,0 100,0

1,0 - -

100,0 100,0 100,0

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Hasil survei menunjukkan bahwa hampir sebagian besar

responden mengetahui bahwa ada orang lain yang menggunakan alat tangkap merusak di sekitar perairan Desa Katurai. Jawaban ini terutama ditujukan kepada nelayan luar yang menggunakan bom untuk menangkap ikan dalam setahun terakhir. Proporsi responden yang mengetahui penggunaan bom oleh orang lain di Desa Katurai mencapai sekitar 41 pesen. Sementara untuk penggunaan bahan beracun dan pukat harimau jawabannya mencakup masing-masing 33 persen dan 24 persen. Berdasarkan jawaban tersebut dapat disimpukan bahwa kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat merusak masih terus terjadi di sekitar Desa Katurai.

Page 107: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 86

Tabel 4.3. Persentase Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Adanya Orang Lain

yang Menggunakan Alat Tangkap yang Merusak Terumbu Karang Setahun Terakhir, Desa Katurai, 2005

Persentase Jawaban

No Jenis Bahan/Alat Tangkap Ya Tidak Tidak

Menjawab Jumlah

1 2 3

Bom Sianida/Potas/Racun Pukat Harimau

41,0 33,0 24,0

53,0 65,0 74,0

6,0 2,0 2,0

100,0 100,0 100,0

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil responden yang mengetahui adanya orang lain yang menggunakan alat tangkap berupa pukat harimau di sekitar perairan Desa Katurai. Kecilnya persentase penduduk yang mengetahui adanya orang lain yang menggunakan pukat harimau diduga karena alat tangkap ini jarang digunakan di sekitar perairan Desa Katurai. Tidak ada satupun penduduk Desa Katurai yang memiliki jenis alat tangkap tersebut. Menurut keterangan Kepada Desa Katurai penggunaan pukat harimau dan lampara dasar biasanya banyak ditemukan di sekitar perairan sebelah Barat Pulau Siberut. Sekitar perairan tersebut kondisi pantainya sangat datar dan umumnya sedikit penyebaran terumbu karang. Mayoritas dari pengguna pukat harimau dan lampara dasar adalah nelayan luar seperti dari Thailand dan Malaysia dan beberapa nelayan lokal seperti dari Padang Pariaman dan Sibolga.

4.1.4. Pengetahuan dan Pendapat tentang Larangan dan Sanksi Penggunaan Alat Tangkap yang Merusak Terumbu Karang

Pada bagian sebelumnya telah diungkapkan bahwa mayoritas dari

penduduk di Desa Katurai mengetahui bahwa bom dan potas (bahan beracun) merupakan alat tangkap yang dapat merusak terumbu karang. Pengetahuan ini tidak perlu diragukan lagi karena di Desa Katurai sendiri sebelumnya sudah masuk program-program sosialisasi berkaitan dengan penyelamatan terumbu karang. Program sosialisasi tersebut terutama berbentuk pemasangan papan reklame dan penyebaran poster yang berkaitan dengan program penyelamatan terumbu karang. Maka tidak mengherankan jika pemahaman tersebut paralel dengan hasil

Page 108: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 87

survei dimana mayoritas responden menyatakan setuju dan mengetahui adanya larangan penggunaan bom dan bahan beracun untuk menangkap ikan. Sementara untuk penggunaan pukat harimau persentase jawaban responden terlihat berimbang dan hal ini diduga semata-mata karena ketidaktahuan responden tentang jenis alat tangkap tersebut. Seperti disinggung sebelumnya untuk alat tangkap berupa pukat harimau umumnya banyak beroperasi di sebelah Barat Pulat Siberut.

Tabel 4.4.

Persentase Jawaban Responden tentang Pengetahuan Adanya Peraturan Larangan Penggunaan Alat Tangkap yang Merusak Terumbu Karang,

Desa Katurai, 2005

Persentase Jawaban No Jenis Bahan/Alat

Tangkap Ya Tidak Tidak Menjawab Jumlah

1 2 3

Bom Sianida/Potas/Racun Pukat Harimau

100 78 57

-

22 43

- - -

100,0 100,0 100,0

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Hasil survei menunjukkan bahwa pengetahuan tentang adanya

larangan penggunaan alat tangkap yang merusak terumbu karang seperti bom dan bahan beracun tidak diimbangi dengan pengetahuan penduduk terhadap adanya sanksi yang dapat dijatuhkan. Hal ini dapat dilihat dari sekitar 47 persen responden yang mengungkapkan bahwa mereka tidak mengetahui adanya sanksi hukum jika menggunakan bom ikan. Sementara untuk jawaban responden yang tidak mengetahui adanya sanksi hukum untuk penggunaan bahan beracun lebih besar yaitu mencapai 57,7 persen responden. Data ini menunjukkan bahwa pemahaman penduduk terhadap penggunaan alat yang dapat merusak terumbu karang baru sebatas pada adanya pelarangan-pelarangan dan belum pada tahap adanya penindakan yang tegas terhadap pelanggarnya. Hal ini diduga terkait dengan sangat jarangnya kasus-kasus penggunaan alat tangkap seperti bom dan bahan beracun yang diputuskan di pengadilan yang diketahui oleh penduduk di Desa Katurai.

Page 109: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 88

Tabel 4.5. Persentase Jawaban Responden Tentang Pengetahuan Adanya Sanksi

Jika Melanggar Peraturan Larangan Penggunaan Alat Tangkap yang Merusak Terumbu Karang, Desa Katurai, 2005

Persentase Jawaban

No Jenis Bahan/Alat Tangkap Ya Tidak Tidak

Menjawab Jumlah

1 2 3

Bom Sianida/Potas/Racun Pukat Harimau

49,0 38,5 43,1

47,0 57,7 53,4

4,0 3,8 3,4

100,0 100,0 100,0

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Selain untuk menjaring pengetahuan penduduk terhadap adanya larangan dan sanksi peraturan hukum formal terhadap penggunaan alat tangkap yang merusak terumbu karang, dalam penelitian ini juga dijaring pengetahuan penduduk terhadap peraturan adat dalam pengelolaan sumberdaya laut serta sikap mereka terhadap peraturan adat tersebut. Dari hasil survei diketahui bahwa mayoritas (60 persen) responden menyatakan bahwa di Desa Katurai tidak ada peraturan adat yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya laut. Sisanya sekitar 40 persen memberikan jawaban tidak tahu apakah di Desa Katurai ada peraturan adat yang mengatur pengelolaan sumberdaya laut. Begitu pula dengan jawaban responden tentang perlu atau tidaknya peraturan adat dalam pengelolaan sumberdaya laut, terlihat kecenderungan jawaban yang seimbang. Jawaban ini dapat dimaklumi karena sebenarnya jika dilihat dari latar belakang sejarah, suku-suku asli di Kabupaten Mentawai umumnya lebih dekat dengan kehidupan darat dibandingkan dengan kehidupan di laut. Maka tidak mengherankan jika penamaan dewa-dewa, lambang-lambang kepercayaan dan aturan suku asli Mentawai identik dengan kehidupan yang ada di darat.

Page 110: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 89

Diagram 4.7. Pengetahuan dan Pendapat Responden Terhadap Peraturan Adat Dalam

Pengelolaan Sumberdaya Laut,Desa Katurai, 2005

Pengetahuan Tentang Ada Tidaknya Peraturan Adat Terkait

dengan Pengelolaan SDL

Tidak Ada 60%

Tidak Tahu 40%

Pendapat Responden Tentang Perlu Tidaknya Peraturan Adat Dalam

Pengelolaan SDL

Tidak Perlu43%

Perlu48%

Tdk Jaw ab

9%

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

4.1.5. Persepsi Terhadap Program COREMAP

Bagian berikut ini berisi uraian tentang persepsi penduduk

terhadap program COREMAP. Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, Kabupaten Mentawai merupakan salah satu daerah yang menjadi target pelaksanaan Program COREMAP Phase II. Salah satu lokasi yang telah ditetapkan sebagai target utama pelaksanaan program COREMAP phase II di Kabupaten Mentawai adalah di Desa Katurai. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam bagian ini ada tiga hal yang ingin diketahui dari persepsi penduduk terhadap program COREMAP, Pertama adalah tingkat pengetahuan penduduk terhadap program yang pernah dilakukan di Desa Katurai berkaitan dengan penyelamatan terumbu karang. Kedua adalah pengetahuan penduduk terhadap program COREMAP dan ketiga adalah keterlibatan penduduk dalam program COREMAP selama ini.

Jawaban responden terhadap pertanyaan apakah di Desa

Katurai pernah dilakukan upaya atau program yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya laut, terlihat cukup bervariasi. Propoporsi terbesar (39 persen) menyatakan bahwa di Desa Katurai pernah dilaksanakan program yang berkaian dengan penyelamatan sumberdaya laut. Dari jumlah tersebut terdapat dua program penyelaman sumberdaya laut yang menurut responden pernah dilaksanakan di Desa

Page 111: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 90

Katurai yaitu COREMAP (29 responden) dan bantuan dari DKP (10 responden). Sementara diantara responden lainnya sebesar 36 persen menyatakan tidak pernah dan 25 persen menyatakan tidak mengetahui apakah di Desa Katurai pernah dilaksanakan program yang berkaitan dengan penyelamatan sumberdaya laut.

Diagram 4.8 Persentase Jawaban Responden Tentang Program yang Pernah

dilakukan Terkait Dengan Penyelamatan Sumberdaya Laut, Desa Katurai, 2005

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Berkaitan dengan pengetahuan tentang COREMAP hampir sebagian besar responden (85 persen) menjawab pernah mendengar istilah COREMAP. Jawaban tersebut sangat berbeda jika disilangkan dengan jawaban pertanyaan sebelumnya dimana hanya sekitar 39 persen responden yang pernah mengetahui bahwa di Desa Katurai pernah dilaksanakan program yang berkaitan dengan penyelamatan sumberdaya laut. Penduduk di Desa Katurai diduga belum mengetahui secara mendalam tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan COREMAP selama ini.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan penduduk di

Desa Katurai didapat kesimpulan bahwa masyarakat cenderung mempertanyakan program COREMAP yang telah berjalan selama ini. Pada umumnya mereka mempertanyakan mengapa desa tempat mereka tinggal menjadi salah satu tempat kegiatan COREMAP. Padahal

39

25

36

0 5

10

15

20

25

30

35

40

Pernah Tidak Pernah Tidak Tahu

Page 112: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 91

menurut mereka penduduknya tidak begitu tergantung dari terumbu karang sebagai sumber kehidupan. Mereka juga mengemukakan sebuah pertanyaan mengapa penduduk Desa Katurai yang tidak merusak terumbu karang diminta untuk menjaga terumbu karang. Sementara penduduk yang merusak tidak pernah diberikan penyuluhan tentang terumbu karang seperti yang diberikan kepda penduduk Desa Katurai.

Pertanyaan yang dilontarkan tersebut sebenarnya menunjukkan

arah yang tidak berbeda dengan jawaban yang berkaitan degan pertanyaan tentang tujuan pelaksanaan program COREMAP. Dari hasil survei diketahui bahwa jawaban sebagian besar (75 persen) responden terhadap tujuan COREMAP adalah untuk melindungi terumbu karang. Hanya sekitar 10,6 persen responden yang mengetahui bahwa tujuan pelaksanaan COREMAP adalah untuk peningkatan pendapatan masyarakat dan sisanya sekitar 14,1 persen tidak mengetahui tujuan sebenarnya dari pelaksanaan COREMAP.

Diagram 4.9. Persentase Jawaban Responden Tentang Pengetahuan danTujuan

Pelaksanaan Program COREMAP,Desa Katurai, 2005

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

Pengetahuan responden ini diduga terkait dengan dipasangnya berbagai papan reklame dan poster COREMAP tentang penyelamatan terumbu karang di Desa Katurai. Namun demikian, pendapat ini sesungguhnya belum menggambarkan bahwa pelaksanaan kegiatan COREMAP telah mengikutsertakan masyarakat yang ada di Desa Katurai. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei yang mengungkapkan

Mendengar Istilah COREMAP

Pernah85%

Tidak Pernah15%

75.3%

10.6%14.1%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

MelindungiTerumbuKarang

MeningkatkanPendapatanMasyarakat

Tidak Tahu

Tujuan COREMAP

Page 113: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 92

bahwa dari 29 responden yang menyatakan program COREMAP pernah dilaksanakan di Desa Katurai hanya 7 orang responden yang mengaku pernah terlibat dalam program tersebut. Kecilnya keterlibatan responden dalam program COREMAP kemungkinan karena masyarakat di Desa Katurai memahami kegiatan COREMAP selalu identik dengan pemberian alat tangkap yang selama ini hanya dinikmati oleh orang tertentu. Oleh sebab itu, kesan program COREMAP seperti ini mempengaruhi jawaban keinginan untuk bisa terlibat dalam program COREMAP selanjutnya. Tampak dari hasil survei sekitar 61 dari 71 responden yang belum pernah terlibat dalam kegaiatan COREMAP mengemukakan keinginan mereka untuk bisa terlibat dalam kegiatan COREMAP di masa mendatang.

Diagram 4.10.

Persentase Jawaban Responden tentang Keinginan Terlibat Dalam Kegiatan Program COREMAP, Desa Katurai, 2005

Tidak Ingin Terlibat14%

Ingin Terlibat86%

Sumber : Survei Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang, PPK LIPI, 2005

4. 2. Wilayah Penangkapan

Wilayah tangkap nelayan desa Katurai terkonsentrasi di perairan muara sungai Katurai (Teluk Katurai). Wilayah tangkap nelayan Katurai ini tidak begitu jauh dengan lokasi permukiman penduduk karena armada perikanan yang dimiliki tidak mampu menjangkau wilayah perairan terumbu karang di 9 pulau-pulau kecil, yang memakan waktu

Page 114: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 93

perjalanan cukup lama, yaitu sekitar 2-3 jam. Wilayah penangkapan nelayan Desa Katurai tidak berada di lingkungan perairan terumbu karang di 9 pulau-pulau kecil tersebut. Wilayah penangkapan nelayan Desa Katurai berada di sekitar muara sungai atau perairan Teluk Katurai (perairan Selat Mentawai). Teluk Katurai adalah perairan yang memiliki panjang sekitar 16 kilometer, merupakan perairan yang dipenuhi tumbuhan mangrove (bakau). Seperti diketahui hutan Mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang-surut (Nontji, 1987:105). Dilihat berdasarkan wilayah penangkapan, nelayan Desa Katurai dapat dikategorikan sebagai nelayan subsisten yang mengandalkan sumberdaya ekosistem perairan hutan mangrove. Di lokasi penangkapan terdapat berbagai jenis biota laut yang memiliki nilai ekonomi penting, seperti ikan belanak, udang dan kepiting bakau, serta jenis kerang-kerangan lainnnya. Kondisi hutan mangrove di muara sungai Katurai terlihat masih baik. Oleh karena ekosistem perairan tanaman mangrove sebagai wilayah tangkap nelayan Katurai, maka berbagai alat tangkap yang dikembangkan terkait dengan sumberdaya ikan dan biota lainnya yang terdapat di perairan hutan mangrove tersebut. Jenis alat tangkap yang dikembangkan penduduk Desa Katurai menggambarkan bahwa penduduk Katurai kebih tergantung pada sumberdaya bakau (mangrove) dari pada terumbu karang. Gambaran ketergantungan terhadap hutan mangrove juga terlihat dari klaim sebagian penduduk terhadap lahan di gugusan pulau-pulau kecil yang ditumbuhi tanaman mangrove. Pulau kecil yang ditumbuhi tanaman mangrove tersebut dianggap sebagai lahan pertanian mereka. Oleh sebab itu, pulau-pulau kecil itu dikuasai secara perorangan. Klaim atas hutan mangrove dan lahan di pulau kecil ini ditandai dengan tempat pemeliharaan hewan ternak babi dan berbagai tanaman perkebunan yang menghasilkan seperti kelapa dan cengkeh. Klaim wilayah perairan juga diberlakukan di perairan yang berada di halaman depan rumah penduduk. Hal ini dapat ditunjukkan dari kesepakatan bahwa setiap orang yang mengambil batu karang diharuskan membayar sejumlah uang kepada penduduk desa yang diakui memiliki wilayah perairan tempat mengambil batu karang. Berbeda dengan daratan pulau kecil yang diklaim sebagai lahan yang dikuasai warga desa, wilayah perairan terumbu karang di sekitar pulau-pulau Mainuk, Masokot, Nyangnyang, Masilok, Karngmajat, Botiek, dan Pananggalan tampaknya tidak diklaim sebagai wilayah tangkap (fishing grounds) nelayan Katurai, sekalipun berada dikawasan wilayah Desa Katurai. Tidak terjadinya klaim penguasaan perairan terumbu karang oleh warga Desa Katurai sesungguhnya terkait dengan

Page 115: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 94

tidak dikembangkan alat tangkap ikan kerapu atau ikan karang lainnya. Sebagaimana disebutkan di muka, penduduk Katurai cenderung mengembangkan alat tangkap di perairan ekosistem mangrove, atau dengan kata lain, bagi penduduk Desa Katurai nilai ekonomi sumberdaya peraiaran mangrove lebih tinggi dibandingkan dengan ekosistem terumbu karang. 4.3. Teknologi Penangkapan Kalau dibandingkan dengan jenis-jenis teknologi penangkapan yang dikembangkan di Kabupaten Mentawai, alat tangkap yang dikembangkan di Desa Katurai sangat spesifik dan tingkat perkembangan alat tangkap ini menggambarkan tingkat ketergantungan penduduk dengan sumberdaya laut. Sementara itu, dilihat dari sisi nilai ekonomi hasil tangkapan, penduduk Desa Katurai membedakan ikan menjadi ikan lokal dan ikan ekspor. Ikan lokal adalah sebenarnya ikan yang ditangkap untuk kebutuhan makan sehari-hari, sedangkan ikan ekspor adalah ikan yang mempunyai nilai pasar. Tampaknya, penduduk Katurai tidak mengenal ikan yang dijual ke pasar lokal. Hal ini menunjukkan tidak ada sarana dan prasarana pemasaran hasil laut di daerah ini. Berikut ini gambaran teknologi penangkapan yang dikembangkan berdasarkan beberapa jenis kegiatan kenelayanan yang biasa dilakukan oleh penduduk di Desa Katurai. • Menyelam mencari lola. Tradisi menyelam telah lama dikenal orang

Mentawai khususnya oleh penduduk di Desa Katurai. Aktivitas penyelaman ini merupakan bagian dari sistem mata pencaharian asli penduduk Katurai yaitu mencari lola (laklak). Kegiatan mencari lola adalah kegiatan di laut yang sudah lama dikembangkan penduduk desa Katurai, Siberut Selatan. Mata pencaharian mencari lola mulai muncul sejak tahun 1960-an. Jenis Lola yang dicari adalah jenis lola merah, troka, dan susu bundar. Biota laut ini hidup pada karang-karang di tempat yang tidak berlumpur dan banyak ditumbuhi algae. Jenis crustacae (hewan bercangkang keras) ini memiliki nilai ekonomi. Cangkang biota laut ini dimanfaatkan untuk kerajinan tangan, seperti anting-anting, mata kalung, gelang, bross, concin dan lain-lain.

• Mencari Teripang. Mata pencaharian penduduk dengan mencari

teripang (Sualo/Stichocus spp) baru berkembang di Desa Katurai sejak tahun 1970-an. Jenis teripang yang diambil di perairan ini adalah Teripang Susu, Gadjah, Laling Merah, Laling Hitam, Kucing, Nenas, Sepon, Kunyit, Pulut, dan Karang. Teripang termasuk komoditi hasil laut yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena

Page 116: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 95

merupakan jenis komoditi ekspor. Teripang bagi penduduk Desa Katurai merupakan sumber pendapatan untuk mendapatkan uang tunai, selain lola dan kopra. Teripang diperkenalkan pertama kali dari orang Sipora dan Buton yang datang ke desa ini. Dari orang Sipora dan Buton ini, penduduk Desa Katurai kemudian belajar mengambil teripang di laut dengan cara menyelam menggunakan alat bantu kompresor dan masker.

Di desa Katurai terdapat 4 orang yang memiliki alat kompressor. Jumlah pemilik kompresor di desa ini memang masih sedikit dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Harga sebuah mesin kompresor sekitar 6-7 juta rupiah. Harga setiap unit penangkapan teripang ini dianggap mahal bagi kebanyakan penduduk Katurai. Oleh sebab itu, penduduk yang memiliki kompressor pada umumnya adalah penduduk yang membuka kedai kebutuhan sehari-hari. Pemilik kompressor biasanya juga seorang penampung hasil tangkapan teripang. Setiap, pemilik kompressor biasanya mempekerjakan 4 orang. Jadi dengan demikian, jumlah penduduk yang memiliki mata pencaharian mencari teripang diperkirakan sekitar 16 orang.

• Menangkap Kepiting Sungai/Bakau . Kepiting bakau juga salah satu komoditi hasil laut yang memiliki nilai ekonomi bagi penduduk Desa Katurai khususnya di Dusun Saroausou. Kepiting dijual kepada agen yang berasal dari luar desa. Kepiting ukuran L (besar/7 Ons keatas ) dijual dengan harga Rp. 35.0000,- per kg, Kepiting ukuran M ( 3-7 ons) dihargai Rp. 18.000,- per kg dan kepiting ukuran S (3 ons kebawah) seharga Rp. 5.000,-. Kepiting tidak memimiliki musim, tetapi waktu menangkap tergantung pada pasang air laut. Dalam satu bulan, waktu yang efektif untuk menangkap kepiting hanya satu minggu. Pekerjaan menangkap kepiting di desa ini pada umumnya dilakukan oleh kalangan ibu-ibu rumah tangga. Mata pencaharian mencari kepiting ini dilakukan sejak tahun 1980-an.

• Memancing. Pancing tonda (troll line) dan ranggunga (hand and

lines) adalah jenis alat tangkap untuk memancing yang biasa digunakan oleh penduduk di Desa Katurai. Pancing tonda atau sering juga disebut rawai adalah alat tangkap yang biasanya digunakan untuk memancing berbagai jenis ikan seperti ikan kerapu, tenggiri, kakap dan tuna. Alat tangkap ini memiliki sekitar 10 mata pancing. Pancing ini terdiri tali pancing yang yang diikatkan dengan sejumlah mata pancing. Umpan yang digunakan berupa ikan-ikan kecil. Jenis Kerapu yang ditangkap nelayan Katurai adalah jenis kerapu bakau. Jenis Kerapu Bakau terdapat di perairan muara

Page 117: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 96

sungai Katurai. Hal ini karena wilayah perairan muarai sungai Desa Katurai masih banyak ditumbuhi tanaman bakau .

• Jaring Insang (Gillnet). Jaring insang adalah alat tangkap yang

digunakan penduduk Desa Katurai yang dipasang menetap untuk sementara waktu dengan menggunakan jangkar (Set Gill Net). Jaring ini ditanam pada kedalaman sekitar di bawah 5 meter. Seperti diketahui wilayah tangkap mulai dari Teluk Katurai sampai ke perairan pedalaman sangat dangkal. Oleh sebab itu, jaring gillnet adalah bentuk penyesuaian alat tangkap nelayan Desa Katurai. Penduduk biasa memasang jaring pada malam hari, kemudian pada esok paginya jaring diambil. Ikan hasil tangkapan melalui alat tangkap ini lebih banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan makan sehari-hari. Kalaupun mendapatkan hasil tangkapan lebih, biasanya dijual ke tetangga yang tidak menangkap ikan atau tidak sempat menanam jaring.

Foto 4.1. Jenis Jaring yang Biasa Digunakan Nelayan Desa Katurai,2005

Sumber : Dokumentasi COREMAP-PPK LIPI, 2005

Jaring insang adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang. Agar jaring tidak hanyut oleh arus, jaring dilengkapi dengan pemberat yang diletakan pada tali yang berada di setiap lingkaran tepi. Selain itu, pada tali jaring di sebelah atas diikat pelampung sehingga posisi jarring dapat berdiri tegak lurus dan tidak miring kerena tekanan arus dan gelombang laut. Biasanya jenis ikan yang dapat ditangkap oleh jaring jenis ini tergantung dari besaran mata

Page 118: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 97

jaring yang digunakan. Berdasarkan pengamatan nelayan di Desa Katurai membedakan jaring gillnet menjadi tiga ukuran, yaitu 3 m (L) x 50 m (P), 3 m (L) x 100 m (P), 7 m (L) x 50 m (P), 7 m (L) x 100 m (P).

Berdasarkan mata jaring ini, dapat dibedakan peruntukan jaring insang. Jaring insang yang memiliki ukuran 5 cm adalah jenis jaring insang yang digunakan untuk menjaring ikan-ikan seperti ikan tenggiri, kerapu, gabus. Jaring insang berukuran mata jaring 3 cm digunakan untuk menjaring jenis ikan goriga dan mata jaring berukuran 1,5 cm untuk menjaring ikan tembang (sardinella fimbriata). Selain keempat tipe jaring di atas, di Desa Katurai juga dikembangkan jenis jaring yang berukuran 1 m x 10 m dengan lebar mata jaring 5 cm. Jenis jaring ini khusus digunakan untuk menjaring jenis kerang-kerangan, seperti kepiting bakau, udang, lobster. Tradisi menjaring ikan sudah lama dikenal penduduk Desa Katurai. Jaring pada waktu itu dibuat dari bahan kulit pohon melinjo. Sementara jenis jaring nilon mulai dikenal di desa ini sejak tahun 1980-an. Hingga saat ini penduduk Katurai sudah bisa merangkai sendiri jaring dari bahan nylon.

4.4. Stakeholders yang Terlibat dalam Pengelolaan SDL

Definisi stakeholders dalam konteks pengelolaan sumberdaya Laut dalam tulisan ini dibatasai pada beberapa pihak yang berkepentingan langsung terhadap berbagai jenis pemanfaatan sumberdaya laut dan isu-isu utama yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya laut di lokasi penelitian. Berdasarkan analisis terhadap stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya laut dapat diperoleh kategori stakeholders yang terlibat dalam jenis pemanfaatan sumberdaya laut dan tingkat keragaman jumlah stakeholders yang terlibat dalam hubungan antara satu sama lain.

Berkaitan dengan stakeholders yang terlibat ada 2 (dua) isu utama

dalam pengelolaan sumberdaya laut yang terdapat di Desa Katurai. Isu pertama adalah pemanfaatan sumberdaya perairan di ekosistem mangrove dan sumberdaya perairan di sekitar terumbu karang. Uraian kedua hal ini dapat dilihat pada point a dan b penjelasan berikut ini. Isu kedua berkaitan dengan perusakan sumberdaya laut. Isu ini penting dikemukakan dalam bagian ini karena terkait dengan program COREMAP. Uraian tentang isu kedua ini dapat dilihat pada penjelasan di matrik berikut ini:

Page 119: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 98

a. Pemanfaatan sumberdaya perairan ekosistem mangrove dan

perairan sekitar Teluk Katurai. Beberapa aktor yang terlibat dalam kategori ini dapat dilihat dalam matrik dibawah ini :

SDL Stakeholder yang Terlibat

Mencari Kepiting bakau

Ibu RT Anak-anak Penampung di Katurai

Penampung di M. Siberut

Penampung di Padang

Rumah makan

Memancing ikan

Ibu RT Anak-anak

Mencari teripang

Laki2/ KK

Pemilik kedai/ Penampung di Katurai

Penampung teripang di M.Siberut Siberut

Penampung di Padang

Rumah makan/ hotel di Padang

Mencari lola Laki2/ KK

Pemilik kedai

Penampung di Muara Siberut

Penampung di Padang

Industri keramik di padang

Menjaring ikan

Laki2/ KK

Konsumen RT

Mencari batu karang mati

Laki2/ KK

Konsumen RT

Memancing kerapu bakau

Laki2/ KK

Penampung di Katurai

Penampung di M. Siberut

Exportir

b. Pemanfatan sumberdaya di perairan ekosistem terumbu karang. Aktor yang

terlibat dapat diidentifikasi seperti terlihat dalam matriks dibawah ini.

SDL Stakesholders dalam terlibat

Mencari teripang

Laki2/ KK

Pemilik kedai/ Penampung di Desa Katurai

Penampung teripang di M.Siberut Siberut

Penampung di Padang

Rumah makan/ hotel di Padang

Mencari lola Laki2/ KK

Pemilik kedai Penampung di Muara Siberut

Penampung di Padang

Industri keramik di Padang

Menjaring ikan Laki2/ KK

Konsumen RT

Mencari baru karang mati

Laki2 /KK

Konsumen RT

Page 120: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 99

c. Penegakan hukum dalam pemanfaatn SDL. Aktor yang terlibat dapat diidentifikasi seperti terlihat dalam matrik dibawah ini.

Pengrusakan SDL Stakesholders yang terlibat

Penggunaan bahan beracun

Unsur Masyarakat

PPNS Dinas Perikanan dan Kelautan

Polair Polda Sumbar

Jaksa penutut

Hakim PN

Penggunaan bom

Unsur Masyarakat

PPNS Dinas Perikanan dan Kelautan

Polair Polda Sumbar

Jaksa Penutut

Hakim PN

Pencurian ikan oleh kapal asing

Unsur Masyarakat

Patroli Kapal TNI AL

Perwira PenyidikTNI AL

Jaksa penuntut

Hakim PN

4.5. Hubungan Antar Stakeholders

Di Desa Katurai hubungan antar aktor atau pelaku yang berkepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya laut didominasi oleh pola hubungan yang timbul dari kegiatan pemasaran hasil laut. Hubungan ini terjadi antara warga desa yang memanfaatkan sumberdaya laut dengan pembeli atau penampung lokal. Pembeli atau penampung lokal adalah mereka yang memiliki kedai atau warung di Desa Katurai. Transaksi jual beli yang terjadi tidak selalu menggunakan uang tunai tetapi sering dengan sistem barter. Pola hubungan ini terutama terjadi diantara mereka yang sudah lama memiliki saling ketergantungan, misalnya hasil tangkapan teripang dinilai dengan sejumlah kebutuhan bahan makanan atau kebutuhan pokok lainnya yang diperlukan penduduk. Keberadaan warung atau kedai tidak hanya terkait untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari yang tidak dapat diperoleh penduduk di desa ini, tetapi juga sebagai pembeli hasil tangkapan berbagai hasil laut dari penduduk setempat. Hubungan antara pemilik kedai dengan penjual hasil tangkapan adalah hubungan yang saling melengkapi. Pemilik kedai dapat menjual barang kebutuhan penduduk dengan hasil tangkap yang kemudian dijual ke pedagang atau penampung di ibukota kecamatan. Uang hasil penjualan ini kemudian digunakan untuk berbelanja barang dagangan kebutuhan sehari-hari penduduk. Di lain pihak, bagi sebagian kecil penduduk, dari hasil tangkapan mereka bisa mendapatkan barang kebutuhan pokok sehari-hari yang tidak harus dibeli dengan uang tunai. Barang-barang tersebut umumnya adalah barang kebutuhan sehari-hari yang tidak bisa didapatkan dari desa tempat mereka tinggal, seperti beras, gula, minyak, kopi, dan rokok.

Page 121: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 100

Ada dua fungsi yang dijalankan oleh sebuah warung/kedai di Desa Katurai. Pertama, sebagai tempat penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak bisa diambil di alam sekitar, seperti minyak tanah, beras, dan rokok. Kedua, sebagai perantara pemenuhan kebutuhan penduduk akan uang tunai. Untuk mendapatkan kebutuhan pokok penduduk sehari-hari dengan menggunakan uang tunai tidak mudah karena mata pencaharian penduduk umumnya masih subsisten. Maka pemilik warung sering memberikan kesempatan kepada warga untuk mengambil barang kebutuhan lebih dahulu yang kemudian akan dibayar dari hasil tangkapan sumberdaya laut dan komoditi perkebunan. Tentu saja tidak semua sumberdaya laut dan komoditi perkebunan dapat dijual atau ditukar dengan barang kebutuhan pokok. Ada jenis komoditi tertentu yang bisa ditukarkan dengan barang kebutuhan pokok, yakni lola, teripang, lobster, kerapu bakau, kopra, cengkeh dan nilam, karena memiliki nilai pasar yang cukup baik.

Begitu besarnya peranan pemilik warung/kedai, adakalanya seorang pemilik kedai/warung juga seorang bos teripang dan lola. Pemilik kedai ini biasanya menyediakan sarana pengambilan teripang dan lola, seperti kompresor, masker, perahu, dan biaya operasionalnya. Biasanya pemilik kedai/warung memiliki jaringan pemasaran lola, teripang dan kopra di tingkat ibukota kecamatan hingga Kota Padang. Mereka membawa hasil penampungan komoditi laut dan perkebunan tersebut ke pasar di ibukota kecamatan atau sampai ke Kota Padang, sambil belanja barang dagangan kebutuhan pokok.

Pola hubungan antara stakeholders yang bersifat barter di desa Katurai sebagaimana diuraikan di atas sudah berlangsung lama dan masih berlangsung sampai sekarang ini. Pola hubungan ini menarik jika kita bandingkan dengan kasus penampungan kerapu bakau yang tidak memakai pola barter. Dibandingkan dengan berbagai sumberdaya ekonomi (lola, teripang, kepiting, kopra, cengkeh dan nilam), penampungan kerapu bakau sebagai alternatif sumberdaya ekonomi penduduk belum berlangsung lama dan kemungkinan tidak bertahan lama. Pada awalnya ada seorang guru SD Katurai yang menjadi penampung ikan kerapu bakau hidup yang membeli hasil tangkapan nelayan untuk dijual ke eksportir ikan dari Hongkong. Namun berbagai hambatan dijumpai, antara lain soal sarana penampungan yang tidak memadai sehingga ikan kerapu tidak bertahan hidup. Kematian ikan kerapu hidup ini terjadi karena perbedaan salinitas air (kadar garam) antara keramba sementara di Desa Katurai dengan keramba induk di Muara Siberut. Keramba penampungan sementara hanya mampu menampung 30 kg ikan bakau hidup selamar 15 hari. Oleh sebab itu,

Page 122: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 101

dari penampungan sementara, ikan kerapu hidup dipindahkan ke keramba induk yang mampu memiliki kapasistas yang lebih besar, sebelum diambil agen/pedagang ikan kerapu untuk dikapalkan. Ikan kerapu bakau dari desa Katurai adalah salah satu komoditi ekspor hasil laut yang pemasarannya ke Hongkong. Resiko kerugian seperti ini ditanggung penampung kerapu hidup dan penampung ikan kerapu mengaku memakai modal sendiri tanpa bantuan dari pembeli/pedagang ikan besar. Faktor ini yang menyebabkan belum berkembangnya pemasaran ikan kerapu bakau di Desa Katurai. Namun demikian, dengan adanya penampung ikan kerapu bakau setidaknya telah meningkatkan motivasi penduduk Desa Katurai untuk mengubah orientasinya dari mencari ikan untuk kebutuhan makan menjadi mencari ikan yang dapat dijual ke pasar (ekspor). Jika ini bisa dikembangkan maka sangat mungkin kesejahteraan penduduk Desa Katurai dapat semakin meningkat.

Page 123: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 102

Page 124: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 103

BAB V PRODUKSI, PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

SUMBERDAYA LAUT

Sektor perikanan tangkap merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat potensial untuk dikembangkan di Desa Katurai Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Mentawai. Meskipun masyarakat setempat lebih tertarik pada kegiatan pertanian lahan, namun adanya kecenderungan meningkatnya interaksi penduduk setempat dengan pendatang, terutama nelayan dari luar, dapat merubah pola pikir dan aktivitas masyarakat terhadap sumberdaya laut di daeranhya. Apalagi dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan uang tunai sebagai tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup, maka pengembangan kegiatan kenelayanan di daerah ini dapat menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk ke arah yang lebih baik. Bab V dalam tulisan ini menjelaskan kinerja produksi, pengolahan dan pemasaran komoditas sumberdaya laut di Desa Katurai, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Mentawai. Pembahasan dalam bagian ini difokuskan pada tiga komoditas hasil laut yang dominan di lokasi tersebut. Pengertian hasil laut yang dominan dalam hal ini adalah komoditas hasil laut yang banyak dihasilkan oleh nelayan setempat, memiliki nilai jual ekonomi cukup tinggi dan prospek pengembangan pasar yang menjanjikan di masa datang. Pemilihan ketiga komoditas sumberdaya laut yang dominan ditentukan berdasarkan hasil wawancara mendalam, diksusi kelompok (FGD) serta observasi lapangan di lokasi penelitian. Dari kegiatan tersebut terdapat tiga sumberdaya laut yang dominan di Desa Katurai yaitu teripang, lola dan ikan kerapu bakau.

Salah satu hal yang perlu diketahui dalam memahami pembahasan dalam bagian ini adalah adanya keterbatasan data sekunder yang dapat dijadikan referensi. Khusus untuk data perkembangan produksi sumberdaya laut analisis dilakukan pada tingkat kecamatan dan Kabupaten. Hal ini karena tidak tersedianya data yang lengkap tentang hasil produksi sumberdaya laut di tingkat desa. Untuk mendapatkan data di tingkat desa diperoleh melalui wawancara mendalam dengan nelayan, pedagang pengumpul dan staff desa di lokasi penelitian.

Page 125: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 104

5.1. Produksi Sumberdaya Laut Perairan laut di sekitar Desa Katurai merupakan salah satu lokasi penangkapan ikan (fishing ground) yang menjadi incaran banyak nelayan di Kepulauan Mentawai dan sekitarnya. Lokasi fishing ground tersebut tersebar di sekitar perairan terbuka beberapa pulau kecil sebelah Selatan daratan Desa Katurai seperti di Pulau Botik, Karamajat dan Mainu. Berbagai jenis ikan dapat ditemukan di daerah ini diantaranya adalah ikan tenggiri, layur, tongkol, kembung, teri dan berbagai jenis ikan karang (kerapu, kakap, dan napoleon). Perairan laut Desa Katurai juga kaya akan biota laut lainnya seperti jenis Crustacea (seperti kepiting, rajungan, udang dan lobster) dan Mollusca (cumi-cumi, sotong, teripang dan ubur-ubur).

Aktivitas penangkapan ikan di daerah fishing ground tersebut lebih banyak dilakukan oleh nelayan dari luar Desa Katurai. Mereka yang disebut nelayan luar oleh penduduk Desa Katurai adalah nelayan dari Desa Muara Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan dan bahkan hingga nelayan dari Sumatera Utara dan Bengkulu. Hanya sebagian kecil nelayan dari Desa Katurai yang melakukan penangkapan ikan di sekitar pulau-pulau kecil tersebut, khususnya yaitu mereka yang memiliki perahu motor dengan kekuatan di atas 15 PK.

Selain di sekitar perairan laut terbuka dan pulau-pulau kecil, potensi sumberdaya laut di daerah ini juga tersebar di sekitar perairan Teluk Katurai mulai dari pesisir bagian Timur Dusun Malilimok hingga Dusun Tiop. Di sepanjang jalur inilah banyak ditemukan hutan bakau beserta ekosisitemnya. Jenis sumberdaya laut yang biasa dimanfaatkan di sekitar lokasi ini adalah kepiting bakau, teripang bakau, kerapu bakau dan beberapa jenis ikan. Karena letaknya yang sangat dekat dengan permukiman penduduk, maka mayoritas nelayan yang menangkap sumberdaya laut di wilayah ini adalah nelayan tradisional yang berasal dari Desa Katurai. Kegiatan kenelayanan di daerah ini sangat identik dengan penangkapan subsistem (pemenuhan kebutuhan konsumsi rumah tangga). Umumnya nelayan yang menangkap sumberdaya laut di lokasi ini adalah para ibu rumah tangga atau kaum perempuan dan anak-anak. Alat tangkap yang digunakan sangat sederhana, diantaranya berupa pancing rawai atau jaring ingsang hanyut (drift gillnef) dengan menggunakan sampan tradisional bermuatan paling banyak 2-3 orang.

Page 126: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 105

Tabel 5.1. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Jenis Ikan

di Kabupaten Mentawai, 2003

No Jenis Dean Produksi (ton) Nilai (Rp 000)

1.

Peperek Pony Fishes

8,4

42,000

2. Gerot-gerot Grunters/Sweet Lips 19,9 1.793.400 3. Merah/Bambangan Red Snapper 88,6 2.509.500 4. Kerapu Groupers 133,7 129.100 5. Bawal hitam Black Pomfet 192,7 3.482.000 6. Layang Scads 370,9 3.273.750 7. Selar Travellers 2.436,4 27.955.920 8. Kuwe Jack Travellers 231,5 2.202.780 9. Tetengkek Hard Tail Scad 78,2 694.950

10. Kuro/Senangin Thread/ins 17,2 120.400 11. Ten Anchovies 2,699 25.604.500 12. Japung Rainbow Sardine 126,3 1.027.940 13. Tembang Frinegscale Sardinella 129,9 973.700 14. Lemuru Indian Sardinella 122,3 938.950 15. Kembung Indian Mackerels 1.133,8 10.222.100 16. Tenggiri Narrow King Mackerels 168,4 1.333.500 18. Layur Hair Tail 34,1 173.900 19. Tuna Tunas 22,4 248.050 20. Cakalang Skipjack Tuna 30,8 258.800 21. Tongkol Eastern Little Tuna 1,502,4 14.406.880 22 Lainnya 8,9 133.500

Kabupaten Mentawai 9,597,3 104.206.120 Sumber: Statistik Perikanan Tangkap, DKP Sumbar, 2004. Tabel 5.1 di atas memberikan gambaran tentang berbagai jenis ikan yang dihasilkan oleh nelayan di Kabupaten Mentawai. Jika dibedakan per kecamatan, ternyata Kecamatan Siberut Selatan menempati posisi paling rendah dalam hal produksi sumberdaya laut dibandingkan dengan tiga kecamatan lain yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Mentawai (lihat tabel 5.2). Pada tahun 2002 total produksi perikanan tangkap dari Kecamatan Siberut Selatan sebesar 256 ton atau sekitar 13,7 persen dari total produksi perikanan tangkap di Kabupaten Mentawai (1.858,8 ton). Nelayan dari Pulau Pagai dan Sipora merupakan dua kecamatan di Kabupten Mentawai yang menghasilkan produksi sumberdya laut paling besar dibandingkan dengan nelayan dari Pulau Siberut. Secara tidak langsung kenyataan ini sekaligus

Page 127: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 106

mendukung pernyataan sebelumnya bahwa mayoritas sumberdaya laut di perairan Desa Katurai lebih banyak dimanfaatkan oleh penduduk di luar desa tersebut.

Tabel 5.2. Produksi Perikanan Laut Menurut Kecamatan

di Kabupaten Mentawai, 2002

Kecamatan Produksi (ton)

Pagai Utara Selatan Sipora Siberut Selatan Siberut Utara

903,8 464 256 264

Kepualauan Mentawai 1,858,8 Sumber: Kabupaten Mentawai Dalam Angka, 2002 Mininal terdapat dua faktor penyebab rendahnya produksi sumberdaya laut dari nelayan di Pulau Siberut dibandingkan dengan nelayan dari Pulau Pagai dan Sipora. Pertama adalah kebiasaan hidup masyarakat di Pulau Siberut yang lebih tertarik pada kegiatan ekonomi daratan (pertanian) dibandingkan kegiatan kenelayan. Hal ini dimungkinkan mengingat luas daratan Pulau Siberut berukuran dua kali lebih besar dibandingkan Pulau Sipora maupun Pulau Pagai. Kedua adalah penggunaan teknologi penangkapan ikan (terutama armada kapal) yang relatif belum berkembang sehingga berpengaruh terhadap kemampuan jangkauan wilayah tangkap dan tingkat produksi yang dihasilkan oleh nelayan setempat. Rata-rata armada kapal yang digunakan oleh nelayan dari Pulau Siberut adalah perahu payang bermesin 30 PK sedangkan nelayan di Pulau Pagai dan Sipora umumnya menggunakan perahu bermesin lebih besar di atas 30 PK.

5.1.1. Teripang Teripang atau penduduk Desa Katurai mengenal dengan sebutan ‘sualo’ merupakan salah satu komoditi sumberdaya laut dominan di daerah ini. Menurut penuturan salah seorang pengumpul di tingkat kecamatan sebagian besar produksi dan penjualan teripang dari Pulau Siberut berasal dari nelayan Desa Katurai. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kegiatan penangkapan teripang oleh penduduk di Desa Katurai telah menjadikan daerah ini terkenal sebagai pusat nelayan pencari teripang di Pulau Siberut.

Page 128: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 107

Foto 5.1 Berbagai Jenis Teripang Hasil Tangkapan Nelayan Desa Katurai

Sumber : Dokumentasi COREMAP –PPK LIPI,2005

Nelayan pencari teripang di Desa Katurai identik dengan nelayan penyelam. Umumnya mereka adalah para laki-laki yang berusia di bawah 40 tahun. Terbatasnya usia tersebut karena untuk menyelam dibutuhkan kemampuan fisik yang sangat prima. Menurut penuturan seorang penyelam di Desa Katurai, seorang nelayan penyelam teripang biasanya akan berhenti mencai teripang ketika memasuki umur 40 tahun. Pada sekitar usia tersebut biasanya kondisi fisik dan daya tahan tubuh mulai mengalami penurunanan dan hanya penyelam berusia muda yang biasanya mampu menyelam di kedalaman 10 meter. Walaupun penangkapan teripang umumnya didominasi oleh kaum laki-laki namun tidak tertutup kemungkinan keterlibatan kaum ibu (perempuan). Para ibu atau kaum perempuan di Desa Katurai pada waktu tertentu juga terlibat dalam pencarian teripang terutama ketika permintaan dan harga teripang meningkat. Lokasi pencarian biasanya di sekitar pinggir pantai karang dan pada kedalaman ini tidak dibutuhkan kemampuan menyelam. Penangkapan teripang oleh nelayan di Desa Katurai telah berlangsung cukup lama diperkirakan sejak tahun 1970-an. Menurut penuturan nelayan teripang di lokasi penelitian, pada awalnya teripang tidak dipandang sebagai sumberdaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi bagi nelayan setempat. Jumlahnya sangat melimpah namun tidak satupun masyarakat setempat yang mengetahui manfaat teripang. Baru

Page 129: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 108

kemudian sekitar pertengahan tahun 1970-an, setelah nelayan Pulau Sipora melakukan pencarian teripang di sekitar perairan laut Desa Katurai dan masuknya pedagang pengumpul di daerah ini, teripang mulai menjadi salah satu komoditi sumberdaya laut yang dicari oleh penduduk setempat. Nelayan Desa Katurai mengenal berbagai jenis teripang, seperti teripang bakau, gajah, gamat, kucing dan nenas. Penamaan berbagai jenis teripang tersebut biasanya berdasarkan perbedaan bentuk fisik yang ada pada sebuah teripang. Misalnya, teripang nenas disebut demikian karena bentuknya seperti buah nenas, teripang gajah karena bentuknya seperti belalai gajah, dan teripang kucing karena berbentuk seperti kepala kucing. Pada beberapa jenis teripang penamaannya melihat lokasi, seperti teripang bakau yang hanya dapat dijumpai di perairan sekitar hutan bakau dan teripang karang yang hidup di lokasi karang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pedagang pengumpul dan nelayan teripang di Desa Katurai, rata-rata produksi teripang dari desa ini mencapai sekitar 200 kg per bulan. Nelayan setempat tidak mengenal perbedaan musim dalam mencari teripang, artinya kegiatan mencari teripang dapat dilakukan sepanjang tahun. Akan tetapi ada waktu tertentu dimana penduduk setempat mengurangi aktivitas pencarian teripang, diantaranya adalah ketika musim ombak besar, musim hujan dan musim badai yang terjadi sekitar bulan Agustus hingga Oktober setiap tahunnya. Pada waktu-waktu tersebut biasanya permukaan air laut menjadi keruh sehingga menyulitkan jarak pandang nelayan dalam mencari teripang di dasar laut. Pada waktu tertentu produksi teripang di Desa Katurai dapat meningkat 2-3 kalilipat. Biasanya produksi teripang meningkat bersamaan dengan akan datangnya perayaan tahun baru (bulan Desember) atau hari besar warga keturunan China, yaitu Hari Raya Imlek. Pada waktu tersebut tidak seperti biasanya para agen pedagang pengumpul dari ibukota kecamatan dan Kota Padang berkunjung ke Desa Katurai untuk membeli teripang hasil tangkapan nelayan setempat. Penduduk setempat, termasuk ibu-ibu dan anak-anak yang sebelumnya tidak terlibat dalam kegiatan pecarian teripang, biasanya juga akan turun ke laut mencari teripang. Bagi mereka waktu tersebut merupakan rejeki tahunan yang harus disambut. Maka tidak mengherankan jika banyak penduduk yang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengambil keuntungan dari meningkatnya permintaan teripang.

Page 130: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 109

Tabel 5.3. Jenis Teripang dan Taksiran Harga Jual Teripang

di Desa Katurai,2005

No. Jenis Teripang Nilai Jual/Kg (Rp)

1.

Bakau

750.000

2. Gajah 350.000 3. Gamat 220.000 4. Jerpon 220.000 5. Bate-bate 180.000 6. Karang 175.000 7. Nenas 175.000 8. Kucing 175.000 9. Burung 150.000

10. Pegu 80.000 11. Pandan 80.000 12. Kolong 30.000

Sumber: Wawancara Mendalam dengan Nelayan dan Pemilik Kedai di Desa Katurai, 2005

Catatan : Harga jual setiap jenis teripang bervariasi tergantung dari jenis dan ukuran. Nilai jual dalam tabel di atas adalah nilai jual teripang dengan ukuran L (kualitas terbaik)

Peralatan yang digunakan oleh penduduk di Desa Katurai untuk menangkap teripang pada awalnya sangat sederhana. Menurut penuturan salah seorang nelayan di Desa Katurai, sebelum tahun 1980-an, mayoritas pencari teripang di desa ini hanya mengandalkan kemampuan fisik untuk menahan nafas di dalam air dengan alat bantu berupa kacamata tradisional. Kaca mata tersebut terbuat dari kayu, karet dan kaca yang dibuat sendiri oleh nelayan setempat. Semua bahan tersebut biasanya diperoleh dengan memanfaatkan barang bekas seperti ban bekas untuk karet pengikat dan plastik atau kaca sebagai media penglihatan. Tingkat kedalaman menyelam juga sangat terbatas yaitu hanya di sekitar perairan dangkal dengan kedalam maksimal 3 meter. Kemudian sejak awal tahun 2000-an, ketika penggunaaan kompresor angin mulai dikenal di Desa Katurai banyak nelayan setempat yang beralih menggunakan teknologi tersebut sebagai alat bantu pernapasan untuk mencari teripang. Selain itu mereka juga menggunakan peralatan lainnya seperti kacamata selam modern, kaki katak, selang angin, dan perahu motor. Lokasi pencarian juga semakin

Page 131: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 110

luas dengan tingkat kedalam menyelam mencapai sekitar 10 meter. Pencarian teripang biasanya dilakukan berdasarkan kerja kelompok dengan jumlah anggota mencapai 4 orang. Biasanya dalam beroperasi, dua orang nelayan bertugas sebagai penyelam dan dua orang lainnya mengatur kerja kompresor dan selang angin. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian diantara anggota kelompok tersebut. 5.1.2. Lola Lola adalah sejenis biota laut yang menggunakan "cangkang" sebagai media tumbuh (lihat gambar 5.2). Bagian cangkang berbentuk kerucut dan biasa hidup atau dapat ditemukan di sekitar karang berpasir. Dalam klasifikasi biota laut lola digolongkan sebagai biota bercangkang keras. Masyarakat di Desa Katurai menyebut lola dengan sebutan "monggoi" atau laklak. Tidak berbeda dengan nelayan teripang, pencari lola juga identik dengan nelayan penyelam. Namun untuk mencari lola tidak sesulit mencari teripang, karena menurut penjelasan penduduk setempat biasanya lola banyak ditemukan di sekitar perairan pantai dangkal berkarang.

Foto : 5.2.

Lola Hasil Tangkapan Nelayan Desa Katurai

Sumber : Dokumentasi COREMAP-PPK LIPI,2005

Berdasarkan UU No.5 tahun 1990 tentang pengelolaan sumberdaya laut, lola (troka) termasuk salah satu spesies makhluk hidup laut yang dilindungi. Beberapa jenis spesies lainnya yang juga dilindungi menurut peraturan tersebut adalah kima raksasa, kima kuma, batu laga, kima sisik, triton, lepu ayam, nautius berongga, akar bahar, ketam kelapa dan penyu hijau. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa menangkap, memelihara, dan menyimpan spesies yang dilindungi tersebut dengan tanpa izin pemerintah diancam hukuman pidana

Page 132: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 111

penjara maksimum 5 tahun dan denda Rp 100 juta (COREMAP, 2001:33-34). Namun demikian hingga saat penelitian ini dilakukan, khusus di Desa Katurai dan Kepulauan Mentawai pada umumnya, lola masih merupakan salah satu komoditi yang bebas diperdagangkan. Salah satu pertimbangannya karena kegiatan pencarian lola di daerah ini hanya melibatkan sejumlah kecil nelayan sementara potensinya masih sangat melimpah tersedia di seluruh perairan karang di Kepulauan Mentawai.

Perdagangan lola di Desa Katurai mulai marak sekitar akhir tahun 1970-an. Tidak berbeda dengan kegiatan penangkapan teripang, pengetahuan tentang penangkapan lola juga didapatkan dari nelayan dari Pulau Sipora dan Pagai. Dapat dikatakan bahwa kegiatan kenelayanan mulai berkembang di Desa Katurai ketika adanya interaksi antara penduduk setempat dengan penduduk luar desa yang melakukan perdagangan sumberdaya laut di desa tersebut. Masyarakat Desa Katurai membedakan lola dalam dua jenis, yaitu lola betina dan jantan. Lola betina memiliki ciri khusus dengan garis-garis merah di sekitar permukaan rongga (bawah kerucut). Sedangkan lola jantan memiliki warna putih (tanpa garis merah) di permukaan rongga bawah kerucut. Lola yang memiliki nilai jual adalah yang berjenis betina, sehingga hanya lola jenis betina yang menjadi target tangkapan oleh nelayan di Desa Katurai. Menurut keterangan Kepala Desa Katurai, rata-rata produksi lola yang dikirim ke Padang dalam sebulan mencapai sekitar 500 kg per sekali pengiriman. Jumlah tersebut berasal dari 6 kedai yang ada di Dusun Malilimok. Sayangnya tidak ada data yang dapat menjelaskan perkembangan produksi lola dan teripang dari Desa Katurai dalam kurun waktu tertentu. Begitu pula data statistik di tingkat kecamatan seperti dari BPS atau DKP. Data yang tersedia hanya menjelaskan produksi sumberdaya laut yang berasal dari penangkapan berbagai jenis ikan laut. Hal ini sangat ironis, karena kegiatan penangkapan lola sudah berlangsung lama dan sebenarnya sudah menjadi bagian mata pencaharian sebagian penduduk di Desa Katurai dan nelayan dari pulau lain di Kabupaten Mentawai. 5.1.3. Ikan Kerapu Bakau Kerapu bakau atau penduduk setempat menyebutnya dengan ‘ibak guret’ merupakan salah satu jenis ikan yang banyak ditangkap oleh nelayan di Desa Katurai. Berbeda dengan jenis kerapu lainnya, sesuai dengan namanya, jenis ikan ini hanya dapat ditemukan di sekitar

Page 133: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 112

perairan berlumpur di hutan bakau yang banyak tumbuh di Desa Katurai. Sepintas bentuk fisik kerapu bakau tidak terlalu berbeda dengan kerapu karang, yang membedakan adalah warna kulit jenis ikan ini yang berwarna gelap (hitam kecoklatan) dan ukurannya yang lebih kecil. Penangkapan ikan kerapu bakau oleh penduduk di Desa Katurai sudah berlangsung lama dan diperkirakan dimulai sejak penduduk setempat mengenal kegiatan kenelayanan. Alat tangkap yang digunakan adalah pancing rawai (toluk) menggunakan umpan berupa udang kecil atau potongan ikan yang ditambatkan disekitar akar pohon bakau. Mayoritas penangkap ikan kerapu bakau di Desa Katurai adalah kaum perempuan (ibu rumah tangga). Kegiatan ini juga bahkan melibatkan anak-anak (usia dibawah 12 tahun) dan dilakukan sebagai penyaluran bakat atau hobby mereka untuk mencari ikan. Dominasi kaum ibu sebagai nelayan pancing ikan kerapu bakau di Desa Katurai karena aktivitas kegiatan ini memerlukan kesabaran dan membutuhkan waktu relatif lebih lama dibandingkan jika menangkap ikan memakai jaring. Seorang nelayan pancing ikan kerapu bakau harus sesering mungkin datang untuk melihat atau memeriksa apakah pancing yang ditambatkan sudah mendapatkan hasil. Jika terlalu lama terkait di pancing maka biasanya ikan tersebut akan mati. Itu artinya ikan tidak bisa dijual karena hanya ikan kerapu bakau hidup yang memiliki nilai jual dan diterima oleh pedagang pengumpul di Desa Katurai. Sejak awal tahun 2000, kegiatan penangkapan ikan kerapu bakau di Desa Katurai mulai berorientasi pada tujuan komersil. Hal ini didukung dengan beroperasinya pedagang pengumpul dari ibukota kecamatan yang membuka cabang di Desa Katurai. Sebelumnya, tujuan penangkapan ikan kerapu bakau tidak berbeda dengan penangkapan jenis ikan lainnya yaitu sebagai salah satu jenis ikan yang menjadi santapan keseharian penduduk setempat. Sekalipun dijual pangsa pasarnya hanya pada lingkup desa melalui kegiatan berdagang berkeliling yang dilakukan oleh anggota keluarga nelayan setempat. Potensi ikan maupun benih kerapu bakau di Desa Katurai sangat besar karena wilayah desa ini memiliki lokasi hutan bakau yang terluas di Pulau Siberut. Namun demikian, pengelolaan dan penangkapan jenis ikan kerapu bakau di Desa Katurai masih belum berkembang. Menurut keterangan salah seorang pedagang pengumpul di lokasi penelitian, jika teknologi budidaya ikan kerapu bakau dapat diterapkan di Desa Katurai, hal tersebut akan sangat menguntungkan bagi nelayan setempat. Secara otomatis produksi ikan kerapu bakau dari desa ini akan meningkat lebih besar dari produksi saat ini yang hanya sekitar 100 kg setiap sekali pengiriman. Pengenalan budidaya keramba kerapu bakau juga diharapkan dapat menjadi alternatif sumber pendapatan baru bagi

Page 134: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 113

penduduk di Desa Katurai, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu, sangat tepat jika program pembudidayaan kerapu bakau di Desa Katurai dapat dijadikan prioritas, terutama jika di masa datang akan dilakukan berbagai program pemberdayaan ekonomi penduduk di daerah ini, seperti halnya yang selama ini dilakukan oleh COREMAP dan DKP. 5.2. Pengolahan Hasil Sumberdaya Laut Pengolahan hasil sumberdaya laut di Desa Katurai umumnya masih sangat sederhana dan belum berkembang ke arah penciptaan alternatif produk olahan yang bernilai ekonomi tinggi. Hasil tangkapan sumberdaya laut terutama berbagai jenis ikan biasanya langsung dijual dalam keadaan segar untuk kemudian dikonsumsi sebagai sumber protein (lauk-pauk) dalam menu sehari-hari penduduk Desa Katurai. Berdasarkan hasil pendalaman terhadap beberapa penduduk setempat diketahui bahwa sebenarnya mereka telah memahami beberapa teknik pengolahan hasil sumberdaya laut (seperti pengeringan/pengasinan dan pengasapan/selai). Namun karena terkendala oleh ketiadaan akses pasar bagi produk sumberdaya laut olahan tersebut, kegiatan pengolahan sumberdaya laut di Desa Katurai tidak dapat berkembang secara baik. Pengolahan SDL (seperti pengasinan dan pengasapan) biasanya hanya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga terutama untuk menghindari ikan hasil tangkapan menjadi busuk atau terbuang secara percuma.

….sebenarnya saya pernah mencoba membuat ikan asin dan asap. Ibu-ibu di desa ini juga sering membuat ikan asin atau diasap.Tetapi percuma saja pak karena hasilnya tidak bisa jual. Mau dijual kemana? paling-paling akhirnya dimakan sendiri. Dulu pernah ada orang dari muara yang mau beli ikan asin dan asap dari desa ini, tapi akhirnya tidak jadi karena untuk datang kesini agak sulit. Mereka maunya kita yang mengirim ke sana. Kalau seandainya ada pemodal yang mau menampung penjualan ikan asin di Desa Katurai ini, pasti masyarakat di sini akan berbondong -bondong cari ikan. Soalnya ikan di daerah sini masih sangat melimpah dan tidak susah untuk mencarinya......(kutipan wawancara dengan penduduk di Desa Katurai)

Selain karena ketidaktersedian akses pasar untuk penjualan hasil sumberdaya laut olahan, permasalahan pengolahan dan penyimpanan sumberdaya laut di Desa Katurai juga terkendala oleh belum tersedianya pemasok kebutuhan es batu (sebagai media pendingin) di tingkat desa. Saat penelitian ini dilakukan, es batu bagi

Page 135: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 114

nelayan di Desa Katurai hanya dapat diperoleh di ibukota kecamatan dan mereka harus mengeluarkan biaya pengangkutan yang relatif besar. Oleh karena itu sangat jarang ditemukan penggunakan es batu sebagai media pendingin/penyimpanan sumberdaya laut di Desa Katurai. Walaupun ada biasanya kebutuhan es tersebut diperoleh melalui pembelian atau pemberian dari nelayan-nelayan perahu bagan asal Kota Padang yang sering singgah beristirahat di Desa Katurai. Pada jenis SDL tertentu, seperti teripang dan lola, proses pengolahan yang dilakukan oleh penduduk di Desa Katurai memerlukan beberapa tahapan. Untuk komoditi teripang umpamanya, dibutuhkan empat tahapan pengolahan (2-3 hari) sebelum jenis sumberdaya laut tersebut dapat dijual kepada penampung di tingkat desa. Tahap pertama, setelah 2 jam berhasil ditangkap, teripang diolah dengan membelah bagian tengah secara memanjang untuk membuang isi perutnya. Tahapan selanjutnya bagian kulit yang berupa daging direndam menggunakan air yang dilarutkan garam untuk menetralisir racun yang ada dalam kulit teripang. Setiap 5 kg teripang biasanya dibutuhkan sekitar 100 mg garam dapur (2 bungkus ukuran 50 ml). Setelah direndam sekitar 1 jam, teripang ditiriskan dan kemudian diasap atau dijemur "diangin-angin" memanfaatkan panas sinar matahari. Dalam kondisi normal proses penjemuran ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 2 hari sebelum teripang siap untuk dijual.

Proses Pengolahan Teripang di Desa Katurai Sumber : Wawancara mendalam dengan penduduk Desa Katurai, 2005

Teripang yang sudah diolah dapat bertahan sekitar 3 minggu sebelum diolah untuk bahan baku berbagai jenis masakan hasil laut (sea food). Menurut penuturan salah seorang narasumber, teripang sangat mudah rusak (hancur) jika dicampur dengan sedikit saja butiran beras.

Bagian kulit/daging dibersihkan dan

direndam menggunakan air garam (sekitar 1 jam)

Teripang hasil tangkapan

dikumpulkan

Bagian perut dibelah dan isinya

dipisahkan/dibuang

Teripang siap dijual

Diasap atau dijemur/dikeringkan

Teripang ditiriskan dari kandungan air garam

Page 136: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 115

Pengetahuan ini didapatkan penduduk secara tidak sengaja dan merupakan pengetahuan yang sudah lazim diketahui oleh penduduk di Desa Katurai.

Proses Pengolahan Lola di Desa Katurai

Sumber : Wawancara mendalam dengan penduduk Desa Katurai, 2005

Selain teripang, lola hasil tangkapan penduduk Desa Katurai juga memerlukan beberapa tahapan pengolahan sebelum dijual ke pedagang pengumpul. Tidak seperti teripang, bagian perut atau daging yang terdapat dalam cangkang lola biasanya juga dikonsumsi oleh penduduk setempat sebagai sumber makanan laut berprotein tinggi. Lola yang berhasil ditangkap biasanya langsung dipisahkan isi cangkangnya untuk kemudian dimasak (direbus) menggunakan beberapa bumbu masakan. Karena berbentuk cair dan berlendir, biasanya isi daging dari cangkang lola tidak tahan lama dan cepat busuk jika tidak langsung dimasak. Penduduk di Desa Katurai biasa memasak lola dalam bentuk menu sayur sup atau gulai. Sementara bagian cangkang setelah dibersihkan biasanya langsung dikumpulkan untuk selanjutnya dijual ke pedagang pengumpul di tingkat desa.

Bagian cangkang (kulit) dipisahkan

Dibersihakan dan Dikumpulkan

Direbus

Bagian daging dipisahkan

Dijual ke Kedai/Pemgumpul

Diolah untuk dikonsumsi

(gulai dan sup)

Lola hasil tangkapan penduduk

Page 137: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 116

5.3. Pemasaran Sumberdaya Laut Kegiatan pemasaran merupakan salah satu aspek terpenting dalam aktivitas perdagangan. Pemasaran memungkinkan suatu barang dapat diperjualbelikan dan memiliki nilai tambah yang lebih besar. Di Desa Katurai pemasaran hasil sumberdaya laut dari nelayan ke pembeli akhir terjadi sangat sederhana. Umumnya kegiatan tersebut melibatkan peran pemilik kedai sebagai penghubung. Mata rantai pemasaran sumberdaya laut terbentuk sangat sederhana dan pada kasus tertentu sebenamya nelayan juga mempunyai pilihan jalur pemasaran untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Berikut ini penjelasan tentang kinerja pemasaran 3 sumberdaya laut dominan di Desa Katurai. 5.3.1. Pemasaran Teripang Rantai pemasaran teripang di Desa Katurai melibatkan beberapa pihak, diantaranya adalah nelayan teripang, pemilik kedai, penampung di tingkat kecamatan dan pembeli di Kota Padang. Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pihak pemilik kedai memiliki peran yang sangat strategis dalam rantai pemasaran teripang di Desa Katurai. Selain sebagai pemasok modal (kebutuhan logistik dan bahan bakar), pemilik kedai di tingkat desa juga berperan sebagai pengumpul dan perantara yang menghubungkan nelayan teripang dengan pembeli di tingkat kecamatan atau di Kota Padang. Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahui bahwa ada beberapa alternatif yang biasa dilakukan nelayan di Desa Katurai dalam memasarkan hasil teripang. Pertama adalah melalui penjualan langsung ke pembeli di Kota Padang. Jalur pemasaran seperti ini biasanya dilakukan oleh nelayan teripang di Desa Katurai yang sudah memiliki hubungan langsung dengan pembeli di Kota Padang. Nelayan teripang dari Desa Katurai membawa langsung hasil teripangnya menggunakan angkutan kapal penumpang yang secara reguler berangkat dari Pelabuhan Muara Siberut. Di Kota Padang, biasanya sudah ada contact person yang dapat menghubungkan nelayan teripang dengan pembeli di sekitar Pelabuhan Muara di Kota Padang. Hasil keuntungan yang diperoleh melalui penjualan langsung tersebut jumlahnya akan lebih besar, karena harga jual yang ditawarkan bisa mencapai dua kali lipat dibandingkan harga yang ditetapkan oleh pemilik kedai di tingkat desa. Biasanya sambil menjual teripang di Kota Padang, mereka juga mempunyai tujuan kegiatan lain seperti berbelanja dan mengunjungi sanak saudara. Namun demikian, hanya sebagian

Page 138: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 117

kecil nelayan di Desa Katurai yang mampu menjual hasil teripangnya langsung ke pembeli di Kota Padang, terutama karena kendala keterbatasan kemampuan permodalan dan adanya keterikatan dengan pemberi modal di tingkat desa (pemilik kedai).

Jalur Pemasaran Teripang di Desa Katurai

Sumber: Wawancara mendalam dengan nelayan dan pedagang pengumpul,2005 Umumnya nelayan teripang di Desa Katurai menggunakan jalur kedua, yaitu menggunakan jasa "pemilik kedai" sebagai perantara. Bagi sebagian besar penduduk di Desa Katurai peran pemilik kedai sangat besar dalam kehidupan mereka, terutama dalam penyediaan kebutuhan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Selain sebagai pembeli teripang, pemilik kedai juga berperan sebagai penyokong kebutuhan logistik dan operasional bagi nelayan teripang di Desa Katurai. Maka tidak heran jika sistem bagi hasil penangkapan teripang biasanya melibatkan pemilik kedai sebagai pemilik peralatan dan penyedia kebutuhan pokok nelayan. Sebagian besar pemilik kedai ini juga memiliki hubungan kerjasama dengan penampung di tingkat kecamatan. Hubungan tersebut dapat berbentuk kerjasama permodalan dan ada juga yang berbentuk jual beli seperti biasanya.

Teripang hasil tangkapan nelayan

Dijual langsung ke Padang melalui kapal penumpang

Dijual ke kedai/pengumpul

di tingkat desa

Pengumpul di tingkat

kecamatan

Pengumpul di Kota Padang

Irndustri Pengolahan, Makanan dan Restoran

Page 139: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 118

Informasi harga jual teripang di Desa Katurai berasal dari pedagang pengumpul (pemilik kedai) yang sekaligus berperan sebagai penentu harga. Harga jual teripang bervariasi dan dibedakan berdasarkan ukuran yang sudah ditetapkan (lihat Tabel 5.4). Harga yang berlaku bersifat "given price" artinya nelayan hanya menerima harga yang ditetapkan tanpa bisa mempengaruhi (tawar-menawar) harga jual. Untuk memperoleh harga yang lebih tinggi nelayan teripang sebenarnya dapat menjual kepada beberapa pengumpul yang ada di Desa Katurai dengan tawaran harga yang lebih bervariasi. Namun demikian, pada kenyataannya kondisi tersebut jarang terjadi karena umumnya mereka sudah terikat secara finansial dengan para pengumpul (pemilik kedai).

Tabel. 5.4. Variasi Harga Jual Beberapa Teripang di Desa Katurai,2005

Jenis Teripang Ukuran Berat (ons) Harga (Rp)

Gajah

L

M S

>0,3

0,3-0,2 <0,2

350.000,- 260.000,- 180.000,-

Karang,Nenas dan Kucing

L M S

>1

1-0,5 <0,5

150.000,- 75.000,- 35.000,-

Gamat dan

Jerpon

L M S

>2

2,0- 1,0 <1,0

220.000,- 100.000,- 50.000,-

Sumber : Wawancara mendalam dengan nelayan dan pemilik kedai (pengumpul),2005

Klasifikasi harga jual teripang di Desa Katurai, dibedakan berdasarkan kelas yang ditentukan oleh seorang pemilik kedai. Ada tiga klasifikasi yang ditentukan yaitu kelas terbaik, sedang dan rendah. Untuk kelas terbaik ada pada dua jenis teripang, yaitu teripang bakau dan Gajah. Harga kedua jenis teripang ini cukup tinggi bahkan untuk kelas ukuran terkecil (S) sekalipun (lihat Tabel 5.3. dan 5.4). Posisi kelas kedua (sedang) terdapat pada jenis teripang gamat, jerpon, bate-bate, karang, nenas, kucing dan burung. Selanjutnya, jenis teripang yang termasuk kelas biasa adalah jenis teripang pandang, pegu dan kolong. Berdasarkan informai dari salah seorang pengumpul di Desa Katurai, penentuan kelas jenis teripang dibedakan berdasarkan kualitas serat daging yang ada pada di setiap jenis teripang. Seperti pada

Page 140: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 119

teripang gajah, harganya cukup tinggi karena kondisi fisik serat dagingnya sangat kenyal dan tidak kasar dibandingkan dengan teripang jenis pandan atau pagu. Selain itu, tingkat kesulitan dalam mencarinya juga menjadi pertimbangan. Contohnya adalah jenis teripang bakau, walaupun harganya tinggi namun untuk mendapatkan jenis teripang ini membutuhkan keahlian dan peralatan khusus. Jenis teripang bakau hidup di lumpur di sekitar hutan bakau dan untuk mendapatkannya nelayan harus menggunakan teknik dan jaring khusus, sehingga cukup sulit bagi nelayan untuk mendapatkan teripang bakau dengan jumlah yang cukup banyak dalam sekali penangkapan. Mata rantai terakhir pemasaran teripang berada pada pengelola industri jasa makanan atau restoran. Menurut penjelasan salah seorang responden dalam penelitian ini, sebagian besar konsumen akhir (pemasaran) teripang adalah restoran masakan Cina dan hotel-hotel berbintang di Kota Padang, Pekanbaru bahkan sampai ke kota Medan. Teripang diolah menjadi berbagai bahan masakan terutama sebagai bumbu masak yang menjadi kegemaran masyarakat etnis Cina. 5.3.2. Pemasaran Lola Kegiatan pemasaran lola di Desa Katurai tidak berbeda dengan pemasaran teripang. Mata rantai pemasarannya dimulai setelah pengolahan di tingkat nelayan, lola akan dijual ke pedagang pengumpul (pemilik kedai) di tingkat desa. Dari pedagang pengumpul di tingkat desa pemasaran berlanjut ke pedagang pengumpul di tingkat kecamatan atau pada kasus tertentu (jika harga tinggi) pemilik kedai langsung menjual lola ke pembeli/pengumpul di Kota Padang. Dari pengumpul di Kota Padang pemasaran lola berakhir di industri pengolahan dan kerajinan pecah belah. Dari industri ini kemudian lola akan diolah menjadi bahan dasar pembuatan keramik, bahan pecah belah, interior rumah, aksesoris perhiasan, souvenir hingga kancing baju.

Informasi harga di tingkat desa berasal dari beberapa pemilik kedai yang ada di Desa Katurai. Harga jual lola di tingkat desa sangat bervariasi tergantung tawaran yang diberikan oleh pemilik kedai sebagai pengumpul. Nelayan lola sebenarnya dapat memanfaatkan kondisi ini, namun pada kenyataannya sebagian besar dari mereka tidak dapat menjual ke berbagai pemilik kedai tersebut karena adanya keterikatan permodalan dengan pemilik kedai tertentu. Pada kasus ini sebenarnya nelayan sangat dirugikan karena tidak memiliki bargain position untuk menentukan harga penjualan.

Page 141: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 120

Sebelum dijual ke pengumpul lola di ibukota kecamatan atau Kota Padang, biasanya lola yang siap jual ditampung oleh pemilik kedai dalam karung-karung plastik besar dan ditampung di dalam gudang pemilik kedai. Sekitar 1-2 bulan biasanya lola yang terkumpul akan dikirim ke pengumpul di kecamatan atau jika lebih menguntungkan langsung di jual di Kota Padang. Pada saat penjualan lola yang dijual harus dalam kondisi baik yaitu bersih dari kotoran (lumut) dan tidak ada yang rusak (gompal atau pecah). Seorang pemilik kedai akan menimbang dan mensyortir kualitas lola yang dijual dan semakin banyak lola dalam kondisi rusak maka harga yang diterima nelayan akan semakin berkurang. Untuk mengurangi resiko kerugian biasanya beberapa pemilik kedai akan menolak pembelian lola yang dalam kondisi rusak. Sumber: Wawancara medalam dengan nelayan dan pengumpul, 2005

Pada saat penelitian berlangsung harga jual lola ditetapkan antara Rp 20.000,- hingga Rp 30.000,- per kg. Pengumpul di tingkat desa biasanya mengambil keuntungan sekitar 20 persen dari selisih harga yang dijual kepada pengumpul di tingkat kecamatan. Keuntungan pengumpul di desa akan semakin besar jika menjual langsung lola tersebut ke pedagang pengumpul di Kota Padang. Menurut keterangan salah seorang pemilik modal, nilainya bisa mencapai sekitar 50-70

Jalur Pemasaran Lola Nelayan Desa Katurai

Nelayan lola di tingkat desa

Pemilik kedai

Pembeli di Kota Padang

Pengumpul di tingkat kecamatan

Industri pengolahan/kerajinan pecah belah/keramik/kancing

Page 142: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 121

persen dari harga jual yang diterima nelayan di tingkat desa. Namun untuk menempuh jalur ini pemilik kedai di tingkat desa harus mengeluarkan ongkos pengangkutan lola ke pelabuhan Muara Siberut, biaya transportasi kapal dari Siberut ke Padang dan biaya bongkar muat di Pelabuhan Muara Padang. 5.3.3. Pemasaran Ikan Kerapu Bakau Pemasaran ikan kerapu bakau di Desa Katurai melibatkan rantai pemasaran yang sederhana. Tidak berbeda dengan sumberdaya laut lainnya, keberadaan pedagang pengumpul di tingkat desa memiliki peran besar sebagai perantara. Ikan kerapu hidup biasanya langsung djual kepada para pengumpul di tingkat desa sebelum selanjutnya dijual ke pedagang pengumpul di tingkat kecamatan. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk penampungan ikan dari nelayan di tingkat desa adalah sekitar 1-2 bulan sambil menunggu infomasi pengiriman oleh pengumpul di tingkat kecamatan. Pada saat ikan kerapau berada dalam barak penampungan di tingkat desa, resiko kerugian dari kemungkinan matinya ikan kerapu tersebut menjadi tanggungan pedagang pengumpul di tingkat desa, walaupun sebenarnya para pengumpul di tingkat desa ini biasanya hanya sebagai 'perantara' koordinator besar yang berada ibukota kecamatan Oleh karena itu biasanya seorang pengumpul di tingkat desa akan melakukan sortir yang ketat terhadap kondisi ikan kerapu bakau yang dijual oleh penduduk setempat. Saat penelitian ini dilakukan, jumlah penampung ikan kerapu bakau di Desa Katurai sebanyak dua orang yaitu berada di Dusun Sarousow dan Dusun Malilimok. Masing-masing pengumpul ini memiliki keramba apung sebagai barak penampungan ikan kerapu bakau hidup dan memiliki hubungan keterkaitan modal dengan penampung di tingkat kecamatan. Menurut keterangan narasumber dalam penelitian ini, di Pulau Siberut diperkirakan terdapat 8 barak penampungan yang semuanya dikoordinir oleh dua penampung besar yang berada di Desa Muara Siberut. Pemasaran kerapu bakau dan jenis kerapu lainnya di Kepulauan Mentawai mayoritas ditujukan untuk pasar ekspor. Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor ikan kerapu dari dearah ini adalah Hongkong, Singapura dan Jepang. Sejak tahun 1987, kegiatan pemasaran ikan kerapu di Kepulauan Mentawai dan Sumatera Barat hanya dikelola oleh satu perusahaan penampung yaitu PT.Ureksa Perkasa (1987-1997) dan PT Sumatera Budidaya Marine (1997- hingga sekarang). Selain di

Page 143: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 122

Kepulaun Mentawai, perusahaan penampung PT Sumatera Budidaya Marine (PT SBM) juga memiliki daerah operasional penampungan ikan kerapu di berbagai daerah seperti di Kepulauan Natuna, Sibolga, Padang, Solok, Pariaman, Pesisir Selatan, Bengkulu (Pulau Enggano), Lampung, dan Kepulauan Karimun Jawa. Sumber: Wawancara mendalam dengan nelayan dan pemilik kedai, Desa Katurai, 2005

Kegiatan perdagagan ikan kerapu di Kepulauan Mentawai biasanya dilakukan dalam waktu 1-2 bulan sekali, tergantung informasi yang diterima penampung di tingkat kecamatan dari PT. SBM (selaku pengumpul tunggal). Jika informasi kedatangan kapal penampung ikan kerapu dari PT SBM sudah dipastikan, koordinator pengumpul di tingkat kecamatan akan menghubungi pedangang pengumpul di tingkat desa untuk melakukan pengiriman ikan kerapu di keramba apung yang berada di Desa Muara Siberut. Maksimal selama 1-2 dua hari ikan kerapu yang berada di penampungan di tingkat kecamatan tersebut harus sudah

Rantai Pemasaran Ikan Kerapu Bakau di Desa Katurai

Nelayan Kerapu

di Tingkat Desa

Masuk keramba/barak penampungan

Pengumpul di tingkat desa

Permintaan pengiriman

Pengumpul di tingkat

kecamatan

Masuk keramba/barak penampungan

Informasi pembelian dan kedatangan kapal

penampung

PT. Sumatera Budidaya Marine

Pasar Ekspor

Page 144: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 123

masuk ke penampungan di kapal milik PT. SBM. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian akibat kemungkinan matinya ikan kerapu selama dalam masa perpindahan penampungan. Menurut keterangan salah seorang koordinator pengumpul ikan kerapu di Desa Muara Siberut, khusus untuk jenis kerapu bakau resiko mengalami kematian relatif besar dibandingkan dengan jenis ikan kerapu lainnya. Jenis ikan kerapu bakau sangat sulit beradaptasi dengan perairan laut lepas dan dibutuhkan perawatan khusus sebelum ikan siap dijual. Jika dalam masa penampungan di tingkat kecamatan ikan kerapu tersebut mengalami kematian, maka kerugian tersebut menjadi beban koordinator pengumpul. Oleh karena itu, biasanya seorang koordinator lebih memilih waktu singkat (1-2 hari) untuk menampung kerapu bakau sebelum dijual kepada penampung melalui kapal milik PT. SBM.

Page 145: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 124

Page 146: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 125

BAB VI DEGRADASI SUMBERDAYA LAUT DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

Laut sebagai sumberdaya ekonomi dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya transportasi, perikanan, pertambangan, sumber bahan baku obat-obatan, energi, rekreasi dan pariwisata, konservasi alam, pertahanan keamanan dan pendidikan dan penelitian (Nonjti, 1987:8). Mengingat bahwa laut memberikan manfaat yang besar bagi manusia, maka perhatian terhadap kelestarian pemanfaatan sumberdaya laut perlu diperhatikan. Laut bisa mengalami kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan karena terjadi pencemaran, atau karena eksploitasi sumberdaya yang berlebihan.

Kerusakan atau degradasi lingkungan laut dapat terjadi karena

pemanfaatan sumberdaya laut yang berlebihan, melampaui batas kemampuan produksi lestari sumberdaya laut. Kerusakan pantai misalnya, terjadi akibat pengambilan batu karang atau pasir sehingga menyebabkan erosi pantai. Degradasi sumberdaya laut juga dapat terjadi berupa berkurangnya hasil sumberdaya laut akibat hancurnya ekosistem-ekosistem alami yang terdapat di lingkungan laut, seperti ekosistem mangrove, padang lamun (sea grass), dan terumbu karang (coral reef). Produktivitas hasil laut sangat tergantung dari kondisi ketiga ekosistem khas tersebut di lingkungan laut. Rusaknya salah satu ekosistem laut akan berpengaruh kepada hasil tangkapan lestari sumberdaya laut. Dalam bagian ini selanjutnya diperlihatkan gambaran status kerusakan terumbu karang yang terjadi di perairan sekitar desa Katurai, Siberut Selatan, Kabupaten Mentawai. 6.1. Kerusakan Sumberdaya Laut Tim CRITC-COREMAP Jakarta menilai kerusakan ekosistem terumbu karang berdasarkan 4 (empat) kategori: (1), rusak, yaitu ditemukan kondisi terumbu karang yang masih hidup tinggal 24%; (2), cukup, yaitu ditemukan kondisi terumbu karang yang masih hidup antara 25%-49%; (3), baik, yaitu ditemukan kondisi terumbu karang hidup mencapai antara 50%-74%;(4), sangat baik, yaitu kondisi terumbu karang diatas 75% (COREMAP-P20 LIPI, 2004).

Page 147: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 126

Berdasarkan kriteria tersebut, CRITC-COREMAP Jakarta melakukan studi ekologi di perairan terumbu karang di Pulau Siberut bagian Selatan yang memberikan gambaran status kerusakan terumbu karang sebagai berikut: Pertama, kondisi terumbu karang di Pulau Siberut yang sudah rusak terdapat di perairan mulai dari Tanjung Sikabai (Teluk Siberut), Pulau Babui, Pulau Mainu sampai di Tanjung. Sibajau. Lokasi terumbu karang lainnya yang kondisinya rusak tersebar di sekitar perairan Pulau Tugat, Pulau Masokot dan Pulau Nain. Kedua, lokasi terumbu karang yang kondisinya masih baik terdapat di Pulau Botiek dan Pulau Karangmanjat. Ketiga, kondisi terumbu karang yang masih terjaga; kondisinya sangat baik berada di perairan sekitar Pulau Koboi dan Pulau Mainu, serta di Pulau Botiek.

Diagram 6.1.

Kondisi Terumbu Karang di Sekitar Desa Katurai, 2005

Sumber: CRITC COREMAP, 2005 6.2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kerusakan SDL Dari gambaran mata pencaharian penduduk Desa Katurai sebagaimana telah dijelaskan dimuka, tidak ada mata pencaharian yang menonjol yang dapat dikategorikan sebagai perilaku merusak terumbu karang. Dari berbagai wawancara dengan sejumlah informan, perilaku menangkap ikan dengan cara-cara yang destruktif didaerah ini lebih terfokus pada pengemboman dan penggunaan racun yang lebih banyak dilakukan oleh bukan penduduk Desa Katurai.

Salah satu faktor yang merusak terumbu karang di daerah ini adalah daya tarik sumberdaya ikan kerapu karang yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kerapu karang adalah komoditi ekspor yang ditangkap di

Page 148: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 127

daerah terumbu karang di sepanjang perairan barat pulau Sumatera. Kebutuhan ikan ekspor menyebabkan fishing grounds nelayan kerapu bersifat lintas batas kabupaten dan propinsi.

Perairan terumbu karang tempat habitat ikan kerapu dipandang sebagai sumberdaya yang bersifat open access. Ini artinya fishing grounds ikan kerapu terbuka bagi nelayan dari daerah manapun. Pandangan terhadap sumberdaya yang open access ini menyebabkan over eksploitasi ikan kerapu tidak bisa dihindarkan. Keragaman jenis ikan adalah salah satu indikator untuk melihat terjadi over exploitasi penangkapan ikan yang dilakukan. Dari 157 jenis species yang ditemukan di perairan Kabupaten Mentawai, di perairan terumbu karang di sekitar perairan Pulau Siberut bagian Selatan hanya terdapat sepertiga jenis ikan/spescies tersebut. Berkurangnya populasi ikan kerapu karang mendorong nelayan menggunakan alat tangkap yang merusak terumbu karang.

Tabel 6.1.

Keragaman Jenis Ikan di Perairan Terumbu Karang Pulau Siberut Selatan

Lokasi Jumlah Jenis Jumlah Family P. Mainu dan P. Botiek 14 7 P. Masokut 43 14 P. Kuboi 33 13 P. Masilok dan P. Bubui 55 14

Sumber: CRTIC COREMAP, 2005

Belum adanya regulasi perijinan usaha perikanan tangkap di Kabupetan Mentawai diduga sebagai salah satu penyebab timbulnya masalah pengelolaan penangkapan ikan khususnya terhadap nelayan luar (andon) yang menangkap ikan di perairan kepulauan Mentawai. Hal ini terjadi kemungkinan karena Kabupaten Mentawai belum lama terbentuk sehingga pengawasan terhadap sumberdaya terumbu karang kurang optimal. Sementara di lain pihak, sebagian besar desa yang berada di kawasan pesisir Kabupaten Mantawai, orientasi matapencaharian penduduknya masih ke darat. Belum banyak penduduk kabupaten ini yang berorientasi ke laut. Nelayan Mentawai orientasinya masih nelayan pantai dan pekerjaan menangkap ikan masih sebagai sambilan. Small scale fisheries belum berkembang di Mentawai. Oleh sebab itu, jarang dijumpai di perairan ini terjadi konflik wilayah tangkap atau konflik penggunaan alat tangkap antara nelayan pendatang dengan nelayan lokal.

Page 149: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 128

Salah satu potensi perilaku penduduk di Desa Katurai yang dapat merusak terumbu karang adalah penggunaan potassium untuk menangkap ikan kerapu. Namun potensi ini sangat kecil karena usaha penangkapan ikan kerapu karang tidak berkembang di Desa Katurai. Sekalipun penduduk Desa Katurai memiliki kemampuan membuat racun-panah yang biasa yang digunakan untuk berburu babi hutan, rusa dan kera, tetapi tidak digunakan untuk meracun ikan kerapu karang. Hal ini terjadi karena nelayan Desa Katurai bukan nelayan pencari ikan karang. Kalaupun ada sebagian warga desa yang menangkap ikan kerapu dengan potassium, dalam hal ini sebatas diajak nelayan luar karena kebutuhan uang tunai. Pada umumnya mereka yang memiliki ketrampilan menyelam yang diajak nelayan luar menangkap ikan kerapu.

Potensi kerusakan terumbu karang di Desa Katurai di masa mendatang terkait dengan pemanfaatan terumbu karang untuk pondasi rumah penduduk. Ada kecenderungan bahwa perbaikan rumah penduduk menjadi rumah tembok yang menggunakan pondasi terumbu karang akan semakin meningkat di masa mendatang. Bangunan-bangunan rumah di Desa Katurai yang berpondasi terumbu karang baru dimiliki oleh sebagian penduduk yang tergolong mampu seperti guru dan perangkat desa. Namun dari berbagai wawancara dengan penduduk, pada umumnya mereka berkeinginan memperbaiki rumah kayu menjadi rumah tembok. Padahal, kayu sebagai bahan bangunan di desa ini ketersediaannya masih melimpah. Pengambilan kayu di hutan masih diperbolehkan untuk kebutuhan pembangunan rumah, sumber bahan bakar, dan pembuatan sampan.

Batu karang sebagai bahan pondasi rumah dapat diperoleh dengan mengambil sendiri atau menyuruh orang yang biasa mengambil batu karang di Desa Katurai. Harga batu karang di Desa Katurai sekitar Rp 100.000,- per meter kubik. Di Desa Katurai ada penduduk yang memiliki mata pencaharian mencari batu karang. Dari wawancara dengan pencari terumbu karang, mereka mencari terumbu karang tidak begitu jauh dengan lokasi permukiman, yakni perairan di depan permukiman Desa Katurai. Menurut mereka, bukan batu karang hidup yang mereka ambil, tetapi batu karang yang mati.

Selain terumbu karang, pengambilan susu bundar (trochus niloticus) dan nautilus berongga (Nautilus pompilus) termasuk golongan perilaku yang merusak kelestarian lingkungan. Seperti diketahui kedua jenis biota ini termasuk jenis lola yang dilindungi berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 12/Kpts-II/1987 tanggal 12 januari 1987. Ini artinya lola termasuk biota laut yang dilarang pemerintah dan termasuk biota langka yang harus dilindungi.

Page 150: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 129

6.3. Konflik Kepentingan Antar Stakeholders Lingkungan perairan terumbu karang sebagai daerah tangkapan (fishing grounds) nelayan dan ekowisata merupakan kepentingan yang saling bersingungan. Lingkungan terumbu karang sebagai obyek ekowisata digunakan untuk kegiatan surfing dan penyelaman memerlukan kondisi serba alami dan tidak mengalami kerusakan. Sedangkan kegiatan menangkap ikan di perairan terumbu karang cenderung mempengaruhi kondisi alami lingkungan terumbu karang. Obyek wisata bahari perairan terumbu karang yang sudah dan dalam rencana akan dikembangkan di Siberut Selatan yang tersebar di 9 pulau kecil, sebagian besar berada di wilayah Desa Katurai. Dari 10 obyek wisata bahari di Pulau Siberut, 7 obyek wisata berada di wilayah Desa Katurai. Terjadinya ancaman bom-bahan peledak untuk menangkap ikan oleh nelayan kepada wisatawan asing yang sedang menyelam perairan disekitar pulau Karangmejat adalah salah satu contoh konflik kepentingan pemanfaatan lingkungan terumbu karang. Ancaman bom terhadap wisatawan asing menjadi urusan sampai ke Jakarta. Kasus ini menggambarkan penegakan hukum di wilayah perairan laut belum berjalan baik. Konflik fisik ini terjadi karena tidak ada kejelasan institusi yang menjalankan patroli rutin di perairan terumbu karang. Hal ini disadari oleh aparat kepolisian perairan (Polair) Polda Sumatera Barat bahwa tiadanya kapal patroli laut yang memiliki kecepatan besar menjadi salah satu kendala melakukan penegakan hukum pelanggaran di bidang perikanan. Konflik kewenangan diantara instansi pemerintah mempengaruhi proses penegakan hukum di kawasan perairan terumbu karang. Ketidakjelasan instansi yang melakukan patroli laut juga mempengaruhi proses penegakan hukum. Berbagai peraturan di bidang penegakan hukum di perikanan menginjinkan berbagai instansi yang berbeda untuk melakukan penyidikan pelanggaran di bidang perikanan. Penydik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Dinas Perikanan, Polri dan TNI AL berhak melakukan penyidikan terhadap kasus pelanggaran yang sama di bidang perikanan. Penyebaran kewenangan pada sejumlah instansi tersebut menyebabkan konflik kewenangan dalam penegakan hukum. Akibatnya, terdapat kesan tidak ada kepastian hukum di perairan laut. Terjadinya kerusakan terumbu karang di daerah ini karena tidak pernah ada pelaporan pelanggaran hukum. Pengawasan oleh masyarakat lokal yang pernah dilakukan oleh warga masyarakat Desa Katurai terhadap pengebom tidak dilanjuti dengan penegakan hukum.

Page 151: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 130

Page 152: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 131

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1. Kesimpulan

Buku tentang Data Dasar Aspek Sosial Ekonomi Terumbu Karang ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang berbagai kondisi yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya laut, khususnya terumbu karang, di Desa Katurai, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Mentawai, Propinsi Sumatera Barat. Walaupun bagi sebagian besar masyarakat di Desa Katurai pemanfaatan sumberdaya laut di daerah ini masih sebatas untuk pemenuhan kebutuhan hidup subsisten, namun intensitas meningkatnya hubungan antara penduduk setempat dengan nelayan dari luar, akan membawa pengaruh yang cukup besar terhadap pengelolaan sumberdaya laut di daerah ini di masa datang. Ke depan bukan suatu yang mustahil jika pemahaman penduduk Desa Katurai terhadap sumberdaya laut terus meningkat dan semakin mendorong keinginan mereka untuk juga turut serta secara optimal dalam memanfaatkan sumberdaya laut di wilayahnya yang pada dasarnya bersifat open acces tersebut.

Wilayah Desa Katurai merupakan satu dari sepuluh desa di Kecamatan Siberut Selatan yang memiliki potensi kekayaan sumberdaya yang sangat melimpah. Potensi sumberdaya darat berkaitan dengan kekayaan hasil hutan (berbagai jensi kayu, hewan dan plasma nutfah) dan kekayaan hasil perkebunan (cengkeh, kelapa, nilam, coklat, dan tanaman buah musiman). Namun demikian, optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian di daerah ini masih sangat rendah terutama karena ketimpangan antara jumlah penduduk dengan luasnya lahan, serta belum tersedianya akses pasar yang dapat menampung hasil perkebunan dalam jumlah relatif besar di daerah ini. Selain potensi sumberdaya darat, Desa Katurai juga memiliki potensi besar di bidang kelautan. Desa Katurai merupakan salah satu desa yang memiliki potensi sumberdaya laut paling melimpah dibandingkan desa-desa lainnya di Pulau Siberut- Mentawai. Hal ini karena sebagian besar pulau-pulau kecil yang berada di sisi Selatan Pulau Siberut terkonsentrasi dalam batas wilayah administratif Desa Katurai. Wilayah perairan Desa Katurai adalah daerah fishing ground bagi nelayan asal Mentawai dan beberapa nelayan yang diklaim sebagai nelayan luar seperti dari Sibolga, Padang Pariaman dan Pesisir Selatan. Strategisnya wilayah perairan laut Desa Katurai menyebabkan daerah ini juga menjadi lokasi singgahan bagi nelayan luar untuk berisitirahat ataupun bersandar

Page 153: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 132

(terutama kapal bagan) ketika cuaca di laut tidak bersahabat. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam bagian-bagian sebelumnya, berikut ini beberapa hal yang perlu dicermati dalam memahami kondisi dan dinamika pengelolaan sumberadaya laut, khususnya terumbu karang di Desa Katurai.

Pertama, pola aktivitas mata pencaharian penduduk di Desa

Katurai yang relatif masih bersifat subsisten merupakan salah satu tantangan, sekaligus jawaban terhadap permasalahan yang harus diselesaikan dalam proses pembangunan di daerah ini. Keterisolasian dan keterbelakangan dalam segala aspek kehidupan ekonomi merupakan faktor utama yang menyebabkan daerah ini terbilang sulit untuk berkembang. Hal ini diperparah oleh keadaan topografi lahan yang sebagian besar didominasi oleh daerah perbukitan dan hutan lebat yang mencerminkan beratnya medan yang harus ditaklukkan dalam membangun daerah ini. Permasalahan pembangunan yang dihadapi menjadi semakin rumit dan kompleks ketika berbenturan dengan fasilitas sarana dan prasarana sosial ekonomi di daerah ini yang sangat minim. Belum lagi masalah kualitas sumberdaya manusia di daerah ini yang umumnya masih sangat rendah, karena hampir 80 persen penduduk usia 7 tahun ke atas di daerah ini berpendidikan tidak lebih dari tamatan sekolah dasar.

Kedua, tingkat pendapatan penduduk Desa Katurai umumnya

sangat rendah. Mayoritas rumah tangga di desa ini berpendapatan di bahwa Rp 500.000,- per bulan. Umumnya pendapatan ini ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan pangan yaitu berupa pembelian sembako yang semuanya harus dibeli di ibukota kecamatan dan berasal dari Kota Padang. Rata-rata pengeluaran pangan penduduk relatif lebih besar dibandingakan dengan rata-rata pengeluaran non pangan. Oleh karena itu, tidak mengherankan sekitar 65 persen rumah tangga di daerah ini tergolong miskin. Persentase pengeluran pangan terbesar adalah untuk membeli beras, sementara untuk non pangan adalah membeli rokok dan biaya pendidikan sekolah anak. Hampir sebagian besar rumah tangga di Desa Katurai selama setahun terakhir mengalami kesulitan keuangan. Jenis kesulitan tersebut diantaranya berhubungan dengan pembiayaan pendidikan sekolah anak, pemenuhan kebutuhan pokok dan biaya kesehatan. Sementara itu, kesulitan dalam kegiatan ekonomi berkaitan dengan masalah pembiayaan bahan bakar dan permodalan untuk kegiatan kenelayanan.

Ketiga, pengelolaan sumberdaya laut di Desa Katurai dapat

dibedakan menjadi dua kategori yaitu sumberdaya laut perairan teluk dan sumberdaya laut perairan lepas. Wilayah laut perairan teluk adalah wilayah pengelolaan tradisional yang sebagian besar pengelolaannya

Page 154: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 133

didominasi oleh nelayan Desa Katurai. Sumberdaya laut yang banyak dihasilkan dari wilayah ini diantaranya berbagai jenis ikan perairan dangkal, teripang, lola, kepiting dan kerapu bakau. Alat tangkap nelayan Desa Katurai umumnya masih sangat sederhana yaitu berupa jaring insang dan pancing menggunakan perahu tanpa motor (sampan). Wilayah perairan laut lepas yang merupakan fishing ground bagi aktivitas kenelayanan antar nelayan daerah berada pada gugusan karang yang menjadi barier pulau-pulau kecil di sekitar perairan tersebut. Sumberdaya laut yang banyak dihasilkan di daerah ini adalah berbagai jenis ikan pelagis, ikan perairan laut dalam, ikan karang, ikan kecil (teri), dan berbagai jenis biota seperti cumi-cumi, udang dan lobster. Jenis alat tangkap yang digunakan di wilayah pengelolaan ini juga sangat beragam dari kapal bagan, kapal motor di atas 15 PK hingga perahu pompong milik nelayan tradisional di sekitar Pulau Siberut dan Sipora.

Keempat, terdapat tiga jenis komoditi laut yang potensial

dikembangkan di daerah ini yaitu teripang, lola dan (budidaya) kerapu bakau. Ketiga jenis sumberdaya laut ini memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dan prospek pengembangan yang cukup menjanjikan. Namun hingga saat ini pengelolaannya masih pada taraf tradisional dan hanya melibatkan sebagian kecil penduduk di Desa Katurai. Pengolahan ketiga jenis sumberdaya laut tersebut juga masih sangat sederhana dan umumnya ditujukan untuk penjualan langsung. Pemasaran ketiga jenis produk sumberdaya laut tersebut sebagian besar melibatkan pedagang pengumpul dari tingkat desa, kecamatan hingga tujuan akhir yaitu di Kota Padang.

Kelima, tingkat kerusakan terumbu karang di daerah ini sudah dalam tahap memprihatinkan. Jumlah tutupan karang hidup di sekitar perairan Desa Katurai relatif sedikit dibandingkan dengan tutupan karang mati. Aktivitas penangkapan menggunakan potasium sianida untuk penangkapan ikan karang diduga menjadi salah satu penyebab utama kerusakan terumbu karang di daerah ini. Penduduk Desa Katurai mengklaim perusak karang umumnya nelayan dari Sibolga yang menggunakan potas untuk menangkap ikan karang (kerapu). Selain penggunaan zat beracun, penggunaan bahan peledak (bom ikan) juga teridentifikasi sebagai sumber perusakan terumbu karang di perairan Desa Katurai. Sama halnya dengan penggunaan potas, penduduk di Desa Katurai juga mengklaim bahwa nelayan pengguna bom ikan sebagian besar berasal dari Sibolga.

Keenam, masalah kerusakan terumbu karang di daerah ini juga

terkait dengan kebiasaan penduduk yang masih menggunakan karang mati sebagai material bahan bangunan. Umumnya bangunan tembok dan berpondasi di Desa Katurai menggunakan bahan baku dari karang

Page 155: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 134

mati. Begitu pula dalam proses pembangunan jalan desa yang seluruhnya menggunakan karang mati dan pasir laut sebagai material bahan baku. Kondisi ini menjadi dilematis, ketika tidak ada alternatif lain penggunaan bahan baku bangunan yang relatif ramah lingkungan (misalnya batu bata).

Ketujuh, dalam tataran penegakan hukum, terhadap pelaku

perusakan ekosistem terumbu karang di daerah ini, terlihat belum ada koordinasi yang baik diantara stakeholders yang terlibat (TNI AL, Pol Airud, Pemda, DKP, dan Taman Nasional Siberut). Masing-masing pihak masih bergelut pada permasalahan sektoral yang dihadapi dan umumnya terkendala dengan kelengkapan sarana yang masih sangat minim (contohnya ketiadaan kapal patroli dan dukungan dana). Pihak pemda juga terkesan masih “menutup mata” dan lebih terkonsentrasi pada optimalisasi proses perbaikan sistem administrasi dan pembangunan daerah. Pihak DKP sebagai salah satu institusi penting dalam pengelolaan sumberdaya laut juga belum berbuat banyak dan umumnya hanya sebagai fasilitator birokrasi pelayanan kegiatan kenelayanan (izin usaha perikanan).

7.2. Rekomendasi

Berkaitan dengan upaya perbaikan kondisi sosial ekonomi rumah tangga di Desa Katurai, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam menentukan program intervensi pemberdayaan ekonomi masyarakat di Desa Katurai, diantaranya adalah: • Tersedianya kelembagaan pasar yang dapat meningkatkan kegiatan

pemasaran komoditi hasil laut dan kebun dari Desa Katurai. Strategi ini terkait dengan masih minimnya sarana dan prasarana ekonomi yang ada di Desa Katurai dan rendahnya motivasi penduduk untuk meningkatkan hasil produksi hasil laut dan perkebunan. Keberadaan kelembagaan pasar diyakini dapat meningkatkan kegiatan ekonomi daerah ini dan pada tataran yang lebih besar tentunya juga dituntut adanya dukungan kelengkapan sarana dan prasaran pembangunan (seperti adanya dermaga, fasilitas listrik masuk desa, koperasi, kelompok nelayan, kelompok tani, pengolahan hasil, dan permodalan). Satu hal yang juga penting adalah harus ada upaya yang serius untuk membuka keterisolasian daerah ini dengan “dunia luar” diantaranya melalui penyediaan saran transportasi umum perairan.

• Intervensi penggunaan teknologi tepat guna. Strategi ini dapat diperkenalkan untuk peningkatan hasil produksi SDA dan SDL yang

Page 156: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 135

berasal dari Desa Katurai. Sebagai contoh, pengolahan kelapa menjadi kopra di daerah ini masih sangat tradisional yaitu menggunakan asap pembakaran sabuk kelapa. Begitu pula dengan pengolahan minyak nilam yang menggunakan alat pembakaran tradisional, sehingga membutuhkan waktu pengolahan relatif lama dan kualitas hasil yang relatif masih rendah. Pada pengolahan hasil laut, mayoritas hasil hanya untuk komsumsi harian. Penduduk Desa Katurai belum terbiasa melakukan pengolahan dalam bentuk pengasinan atau pengasapan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengenalan keterampilan tersebut kepada penduduk di Desa Katurai. Harus ada upaya mengubah ciri masyarakat nelayan subsisten menjadi masyarakat market oriented.

• Program pemberdayaan ekonomi dapat dilakukan dengan membentuk koperasi desa dan memperkuat keberadaan kelompok tani dan kelompok nelayan di desa ini. Untuk melakukan hal tersebut harus ada bimbingan yang bersifat berkesinambunagan dari instansi terkait. Salah satu terobosan yang cukup potensial adalah pengenalan budidaya tambak ikan kerapu bakau di kalangan penduduk. Potensi benih dan pasar untuk komoditi ini masih sangat melimpah dan pasar masih terbuka serta berpeluang menjadi komoditas andalan ekonomi daerah ini.

• Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan ecotourism. Desa Katurai merupakan salah satu site tujuan wisata bahari di Kabupaten Mentawai. Saat ini pengelolaan kegiatan pariwisata bahari di daerah ini terkesan tanpa koordinasi dan tidak melibatkan masyarakat sebagai pihak yang berada di lapangan. Sebagai contoh, keberadaan resort wisata belum berdampak terhadap peningkatan kegiatan ekonomi di daerah ini. Padahal ada banyak peluang yang dapat dikembangkan jika dapat melibatkan penduduk Desa Katurai sebagai bagian integral pengembangan wisata bahari di daerah ini. Diantaranya adalah penyedia tenaga kerja, local guide, penyalur kebutuhan ikan, penjualan souvenir dan kerajinan, hingga kegiatan wisata adat berbasis masyarakat.

Berkaitan dengan upaya pelestarian sumberdaya laut serta peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya laut, khususnya terumbu karang, berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan, yaitu: • Peningkatan program sosialisasi pemahaman masyarakat terhadap

keberadaan dan manfaat keberlanjutan sumberdaya laut, khususnya terumbu karang. Sosialisasi yang dimaskud bersifat aktif yaitu melibatkan seluruh komponen masyarakat Desa Katurai dan

Page 157: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 136

dilaksanakan secara berkesinambungan. Selama ini sosialisasi telah dilakukan namun terkesan bersifat pelaksanaan proyek (membuat papan reklame), hanya melibatkan aparat desa dan dilakukan dalam kurun waktu singkat. Media komunikasi yang digunakan juga perlu diperhatikan. Sebagai contoh, penyebaran poster dan famlet sebenarnya kurang bisa diterima masyarakat luas di lokasi penelitian karena sebagian besar penduduk (terutama usia tua) memiliki keterbatasan dalam baca tulis. Harus ada terobosan baru misalnya dengan pemutaran film di pusat desa atau penyelenggaraan kegiatan keolahragaaan yang melibatkan banyak penduduk desa.

• Perlu diformulasikan alternatif penggunan media bahan bangunan

yang ramah lingkungan, terutama sebagai pengganti bahan baku pondasi dari batu karang. Penduduk cenderung berkeinginan membangun rumah dan bangunan lainnya berbentuk permanen (tembok dan menggunakan karang mati). Padahal kondisi ini tidak sesuai dengan kontur tanah dan tingkat kerawanan kejadian gempa di daerah Mentawai. Disamping itu harus ada upaya revitalisasi bentuk bangunan tradisional Mentawai yang terbukti sangat ramah lingkungan.

• Penguatan kelembagaan kelompok tani dan kelompok nelayan.

Upaya ini harus dilaksanakan secara integratif melibatkan berbagai institusi yang seharusnya terlibat dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Kelompok tani dan nelayan merupakan institutusi terpenting di tingkat desa yang diharapkan dapat mengangkat kepentingan para anggotanya. Di beberapa daerah yang telah berhasil terbukti peran kelompok tani dan nelayan sangat sentral, melalui kelompok tani dan nelayan ini berbagai program peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan dapat dilakukan.

• Peningkatan koordinasi kelembagaan penegak hukum dalam

melakukan pengawasaan terhadap pengelolaan sumberdaya laut, baik di tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi. Upaya ini memang terbilang sulit dan tetap menjadi permasalahan di beberapa daerah lain. Namun dengan penentuan skala prioritas dan kegiatan yang jelas diperkirakan lambat laun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga sumberdaya laut khususnya terumbu karang dengan sendirinya akan terbangun. Selama ini sebenarnya masyarakat menginginkan adanya keseriusan dari aparat penegak hukum dalam mengawasi kegiatan pengelolaan sumberdaya laut di daerahnya. Namun, sifat pengawasan yang masih berjalan sendiri-sendiri dan kurang mengikutsertakan penduduk setempat, menyebabkan upaya penertiban terhadap pelanggaran di laut berjalan kurang efektif.

Page 158: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 137

• Formulasi kebijakan dan peraturan daerah yang dapat

mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya laut dan tidak melupakan upaya pengawasan dan pelestarian. Pemerintah Daerah Kabupaten Mentawai harus memanfaatkan peluang yang ada melalui pelaksanaan otonomi daerah untuk memikirkan nasib sumberdaya laut dan terumbu karang daearah ini di masa datang. Dalam hal ini pemerintah daerah setempat seharusnya memacu diri untuk segera menetapkan peraturan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya laut, terutama perda yang mengatur penyelamatan terumbu karang di Kabupaten Mentawai. Formulasi kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan tentunya harus disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya laut di Kabupaten Mentawai dan bukan hanya mengadopsi berbagai peraturan yang berasal dari pusat. Salah satu kebijakan dan peraturan yang saat ini sangat ditunggu oleh masyarakat adalah pengaturan operasional nelayan luar yang semakin mendesak kepentingan nelayan tradisional Mentawai.

Page 159: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 138

Page 160: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 139

DAFTAR PUSTAKA Adi, Wijaya. 2003. ”Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Dalam

Era Otonomi Daerah.” Pusat Penelitian Ekonomi LIPI. Laporan Penelitian:Jakarta

Biro Pusat Statistik,2002. ”Kecamatan Siberut Selatan Dalam Angka

2002”. Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten Mentawai. Biro Pusat Statistik,2001. ”Sensus Penduduk Kabupaten Mentawai

2000”. Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten Mentawai. Biro Pusat Statistik. 2003. ”Indikator Kesejahteraan Penduduk

Kabupaten Mentawai 2003”. Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten Mentawai.

COREMAP. 2001. ”Nasib Terumbu Karang di Tangan

Anda”.LIPI,COREMAP, The John Hopkins University Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Mentawai, 2004. “Visit

Bumi Sikerei 200.” Tua Pejat : Mentawai Hidayati, Deny, 2000. ” Isu Kemiskinan dan Degradasi Sumberdaya

Laut.” Pusat Penelitian Kependudukan LIPI: Jakarta Laurettan Burke dan Wlizabeth Selig. 2002. ” Terumbu Karang Yang

Terancam di Asia Tenggara: Ringkasan Untuk Indonesia”. World Resource Institute.

COREMAP. 1999. ”Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu

Karang 1999-2000”. LIPI: Jakarta COREMAP - Pusat Penelitian Oceanologi LIPI, 2004. “Peneltian

Terumbu Karang di Kabupaten Mentawai”. P20 LIPI: Jakarta Majalah Sasaraina,2003. “Mentawai Menuju Era Baru.” Edisi 3/Th 1 Juli

–September 2003: Pemda Kabupaten Mentawai Nontji, Anugrah. 1987. “Laut Nusantara”. Peberbit PT Djambatan:

Jakarta

Page 161: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 140

Pusat Penelitian Oceonologi LIPI.1981.”Terumbu Karang di Indonesia”. P20 LIPI: Jakarta

PSPP Universitas Bung Hatta dan PPT-LIPI.1996.” Progress Report

Social Assesment Propinsi Sumatera Barat.” Draft Laporan Penelitian. (Unpublished).

Sukirno, Sadono.1984.” Pengantar Ekonomi Pembangunan.” Badan

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta Sumono,dkk. 2002. “Kualitas Petani Kelapa Dalam Perspektif

Kependudukan dan Sosial Budaya di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara.” Seri Penelitian PPK LIPI No.40/2002: Jakarta

UNESCO. 2002. ”Tata Laut Tertib Darat: Paduan Mengurangi Limbah

Darat untuk Melindungi Laut.” UNESCO Representative Office: Jakarta

Page 162: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 141

LAMPIRAN

Lampiran 1: Lokasi Desa Katurai

Page 163: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 142

Lampiran 2: Lokasi Penyebaran Ekosistem Mangrove di Desa Katurai

U

Page 164: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 143

Lampiran 3: Lokasi Penyebaran Terumbu Karang di Desa Katurai

Page 165: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Pusat Penelitian Kependudukan - LIPI 144

Lampiran 4: Wilayah Penangkapan SDL Nelayan Desa Katurai

Page 166: DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIAcoremap.or.id/downloads/BaseLine_Sosek_Siberut-Mentawai_2005.pdf · Kualitas SDM di Desa Katurai dapat dikatakan relatif rendah. Sebagian

Data Dasar Aspek Sosial Terumbu Karang Desa Katurai 145