24
HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011 Page DASAR-DASAR TERAPI CAIRAN PENDAHULUAN: Kebutuhan akan cairan sangatlah mendasar dari kehidupan manusia, karena lebih dari 60 % dari tubuh kita adalah cairan. Dengan beragamnya cairan yang dipasarkan dan juga sangat beragam komposisinya maka makin tinggi tuntutan kepada perawat untuk mengerti penggunaan komponen cairan secara klinis. Mulai dari jenis-jenis cairan, komposisi dan indikasinya. Hal ini sangatlah penting karena perawatlah yang akan memberikan cairan tersebut kepada pasien. Pemilihan akses kanulasi, besarnya jarum yang akan digunakan, juga dengan apa cairan tersebut dapat digabungkan. dalam penghantarannya semuanya merupakan kompetensi dari keperawatan. Sedangkan jenis cairan serta jumlah yang akan diberikan merupakan kompetensi kolaborasi sehingga perawat memerlukan medical order. PENGERTIAN : Pemasangan infuse untuk pemberian obat/cairan melalui parentral. TUJUAN : 1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral 2. Memperbaiki keseimbangan asam basa 3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah 4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh 5. Memonitor tekan Vena Central (CVP) 6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan. INDIKASI: 1. Pada Keadaan emergency resusitasi jantung paru memungkinkan pemberian obat secara langsung kedalam intravena. 2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat(furosemid, digoxin) 3. Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah obat dalam jumlah besar secara terus-menerus melalui infuse (lidokain, xilokain) 4. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi intramuskuler. 5. Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat di campur dalam satu botol. 6. Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral (missal

Dasar-dasar Terapi Cairan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

DASAR-DASAR TERAPI CAIRAN

PENDAHULUAN:

Kebutuhan akan cairan sangatlah mendasar dari kehidupan manusia, karena lebih dari 60 % dari tubuh kita adalah cairan. Dengan beragamnya cairan yang dipasarkan dan juga sangat beragam komposisinya maka makin tinggi tuntutan kepada perawat untuk mengerti penggunaan komponen cairan secara klinis. Mulai dari jenis-jenis cairan, komposisi dan indikasinya.

Hal ini sangatlah penting karena perawatlah yang akan memberikan cairan tersebut kepada pasien. Pemilihan akses kanulasi, besarnya jarum yang akan digunakan, juga dengan apa cairan tersebut dapat digabungkan. dalam penghantarannya semuanya merupakan kompetensi dari keperawatan. Sedangkan jenis cairan serta jumlah yang akan diberikan merupakan kompetensi kolaborasi sehingga perawat memerlukan medical order.

PENGERTIAN : Pemasangan infuse untuk pemberian obat/cairan melalui parentral. TUJUAN : 1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral 2. Memperbaiki keseimbangan asam basa 3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah 4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh 5. Memonitor tekan Vena Central (CVP) 6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan. INDIKASI: 1. Pada Keadaan emergency resusitasi jantung paru memungkinkan pemberian obat secara langsung kedalam intravena. 2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat(furosemid, digoxin) 3. Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah obat dalam jumlah besar secara terus-menerus melalui infuse (lidokain, xilokain) 4. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi intramuskuler. 5. Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat di campur dalam satu botol. 6. Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral (missal

Page 2: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

:pada pasien koma) atau intra muskuler (missal : pasien dengan gangguan koagulasi)

1. Tipe-tipe cairan

Cairan/larutan yang digunakan dalam terapi intravena berdasarkan osmolalitasnya dibagi menjadi:

• Isotonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan meningkatkan volume ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik akan menambah CES 1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk mengganti 1 liter darah yang hilang.

Contoh:

• NaCl 0,9 % • Ringer Laktat • Komponen-komponen darah (Alabumin 5 %, plasma) • Dextrose 5 % dalam air (D5W)

• Hipotonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada osmolalitas plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler, dan

menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke dalam sel. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko peningkatan TIK. Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan:

1. Deplesi cairan intravaskuler

2. Penurunan tekanan darah

Page 3: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

3. Edema seluler

4. Kerusakan sel

Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi serius, klien harus dipantau dengan teliti.

Contoh: dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %

NaCl 0,45 %

NaCl 0,2 %

• Hipertonik

Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya mengkerut. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan jantung serta pasien dengan dehidrasi.

Contoh: D 5% dalam saline 0,9 %

D 5 % dalam RL

Dextrose 10 % dalam air

Dextrose 20 % dalam air

Albumin 25

Pembagian cairan/larutan berdasarkan tujuan penggunaannya:

• Nutrient solution

Berisi karbohidrat ( dekstrose, glukosa, levulosa) dan air. Air untuk menyuplai kebutuhan air, sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan kalori dan energi. Larutan ini diindikasikan untuk pencegahan dehidrasi dan ketosis.

Contoh: D5W

Dekstrose 5 % dalam 0,45 % sodium chloride

Page 4: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

• Electrolyte solution

Berisi elekrolit, kation dan anion. Larutan ini sering digunakan untuk larutan hidrasi, mencegah dehidrasi dan koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Contoh: Normal Saline (NS)

Larutan ringer (sodium, Cl, potassium dan kalsium)

Ringer Laktat /RL (sodium, Cl, Potassium, Kalsium dan laktat)

• Alkalizing solution

Untuk menetralkan asidosis metabolik

Contoh : Ringer Laktat /RL

• Acidifying solution

Untuk menetralkan alkalosis metabolik

Contoh : Dekstrose 5 % dalam NaCl 0,45 %

NaCl 0,9 %

• Blood volume expanders

Digunakan untuk meningkatkan volume darah karena kehilangan darah/plasma dalam jumlah besar. (misal: hemoragi, luka baker berat)

Contoh :

Dekstran

Plasma

Human Serum Albumin

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

• Kristaloid

Page 5: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera.

Contoh: Ringer-Laktat dan garam fisiologis.

• Koloid

Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.

Contoh: albumin dan steroid.

Contoh cairan infus:

1. Tujuan

Tujuan terapi intravena adalah:

1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.

2. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit

3. Memperbaiki keseimbangan asam basa

4. Memberikan tranfusi darah

5. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena

6. Membantu pemberian nutrisi parenteral

1. Indikasi

1. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam IV

Page 6: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

2. Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat

3. Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui IV

4. Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau intramuskuler

5. Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan elektrolit

6. Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan

7. Klien yang mendapatkan tranfusi darah

8. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)

9. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

1. Kontraindikasi

Infus dikontraindikasikan pada daerah:

1. Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis

2. Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh

3. Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis

4. Vena yang sklerotik atau bertrombus

5. Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula

6. Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit

Page 7: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

7. Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)

8. Lengan yang mengalami luka bakar

1. Macam-Macam Infus

• Continous Infusion (Infus berlanjut) mengunakan alat control

Infus ini bisa diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung, dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra arteri dan intra techal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang ditanam maupun eksternal.

Keuntungan:

1. Mampu untuk menginfus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat

2. Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus atau adanya penyumbatan

3. Mengurangi waktu perawat untuk memastikan kecepatan aliran infus

Kerugian:

1. Memerlukan selang khusus

2. Biaya lebih mahal

3. Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrasi

Contoh alat pengontrol infus:

Syringe pump Infus pump

• Intermittent Infusion (Infus sementara)

Infus ini dapat diberikan melalui “heparin lock”, “piggybag” untuk infus yang kontinyu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus .

Keuntungan :

1. Inkompabilitas dihindari

Page 8: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

2. Dosis obat yang lebih besar dapat diberikan dengan konsentrasi permililiter yang lebih rendah daripada yang dipraktikkan dengan metode dorongan IV.

Kerugian :

1. Kecepatan pemberian tidak dikontrol dengan teliti kecuali infus dipantau secara elektronik

2. Volume yang ditambahkan 50-100 ml cairan IV dapat menyebabkan kelebihan cairan pada beberapa pasien

1. Prinsip Gerontologis dan Pediatrik Pemberian Infus

• Pediatrik

1. Karena vena klien sangat rapuh, hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan atau digeser dan gunakan alat pelindung sesuai kebutuhan (pasang spalk kalau perlu)

2. Pilih aktivitas sesuai usia yang sesuai dengan pemeliharaan infus IV

3. Vena-vena kulit kepala sangat mudah pecah dan memerlukan perlindunga agar tidak mudah mengalami infiltrasi (biasanya digunakan untuk neonatus dan bayi)

4. Selalu memilih tempat penusukan yang akan menimbulkan pembatasan yang minimal

5. Kebanyakan klien pediatrik biasanya menggunakan kateter/jarum ukuran 22 G-24 G

• Gerontik

1. Pada klien lansia, sedapat mungkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran darah lebih lancar sehingga hemodilusi cairan intravena atau obat-obatan akan meningkat.

Page 9: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

2. Hindari bagian punggung tangan atau lengan lansia yang dominan untuk tempat pungsi, karena akan mengganggu kemandirian lansia

3. Apabila kulit dan vena lansia rapuh, gunakan tekanan torniket yang minimal

4. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum (jaringan subkutan lansia hilang). Untuk menstabilkan vena, pasang traksi pada kulit di bawah tempat insersi

5. Penggunaan sudut 5 – 15 ° saat memasukkan jarum akan sangat bermanfaat karena vena lansia lebih superficial

6. Pada lansia yang memiliki kulit yang rapuh, cegah terjadinya perobekan kulit dengan meminimalkan jumlah pemakaian plester.

1. Komplikasi

• Komplikasi lokal

1. Flebitis

Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi ini dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area insersi atau sepanjang vena, dan pembengkakan. Insiden flebitis meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang diinfuskan (terutama pH dan tonisitasnya, ukuran dan tempat kanula dimasukkan, pemasangan jalur IV yang tidak sesuai, dan masuknya mikroorganisme saat penusukan).

Intervensi :

• Menghentikan IV dan memasang pada daerah lain • Tinggikan ekstremitas • Memberikan kompres hangat dan basah di tempat yang terkena

Pencegahan :

• Gunakan tehnik aseptik selama pemasangan • Menggunakan ukuran kateter dan jarum yang sesuai dengan vena • Mempertimbangkan komposisi cairan dan medikasi ketika memilih

area insersi

Page 10: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

• Mengobservasi tempat insersi akan adanya kemungkinan komplikasi apapun setiap jam

• Menempatkan kateter atau jarum dengan baik • Mengencerkan obat-obatan yang mengiritasi jika mungkin

2. Infiltrasi

Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di sekeliling tempat pungsi vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya pembengkakan (akibat peningkatan cairan di jaringan), palor (disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area insersi, ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan aliran secara nyata. Infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan lebih besar daripada tempat yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang lebih dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah dengan memasang torniket di atas atau di daerah proksimal dari tempat pemasangan infus dan mengencangkan torniket tersebut secukupnya untuk menghentikan aliran vena. Jika infus tetap menetes meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi infiltrasi.

Intervensi:

• Menghentikan infus (infus IV seharusnya dimulai di tempat baru atau proksimal dari infiltrasi jika ekstremitas yang sama digunakan)

• Meninggikan ekstremitas klien untuk mengurangi ketidaknyamanan (meningkatkan drainase vena dan membantu mengurangi edema)

• Pemberian kompres hangat (meningkatkan sirkulasi dan mengurangi nyeri)

Pencegahan:

• Mengobservasi daerah pemasangan infus secara kontinyu • Penggunaan kanula yang sesuai dengan vena • Minta klien untuk melaporkan jika ada nyeri dan bengkak pada area

pemasangan infus

3. Iritasi vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas area insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin, vancomycin, eritromycin, dan nafcillin)

Intervensi:

Page 11: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

• Turunkan aliran infus

Pencegahan:

• Encerkan obat sebelum diberikan • Jika terapi obat yang menyebabkan iritasi direncanakan dalam jangka

waktu lama, sarankan dokter untuk memasang central IV.

4. Hematoma

Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di sekitar area insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis, pembengkakan segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah pada tempat penusukan.

Intervensi:

• Melepaskan jarum atau kateter dan memberikan tekanan dengan kasa steril

• Memberikan kantong es selama 24 jam ke tempat penusukan dan kemudian memberikan kompres hangat untuk meningkatkan absorpsi darah

• Mengkaji tempat penusukan • Memulai lagi uintuk memasang pada ekstremitas lain jika diindikasikan

Pencegahan:

• Memasukkan jarum secara hati-hati • Lepaskan torniket segera setelah insersi berhasil

5. Tromboflebitis

Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan dalam vena. Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise, dan leukositosis.

Page 12: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

Intervensi:

• Menghentikan IV • Memberikan kompres hangat • Meninggikan ekstremitas • Memulai jalur IV di ekstremitas yang berlawanan

Pencegahan:

• Menghindarkan trauma pada vena pada saat IV dimasukkan • Mengobservasi area insersi tiap jam • Mengecek tambahan pengobatan untuk kompabilitas

6. Trombosis

Trombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran infus berhenti. Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena, pelekatan platelet.

Intervensi:

• Menghentikan IV • Memberikan kompres hangat • Perhatikan terapi IV yang diberikan (terutama yang berhubungan

dengan infeksi, karena thrombus akan memberikan lingkungan yang istimewa/baik untuk pertumbuhan bakteri)

Pencegahan:

• Menggunakan tehnik yang tepat untuk mengurangi injuri pada vena

7. Occlusion

Occlusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area pemasangan/insersi. Occlusion disebabkan oleh gangguan aliran IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.

Intervensi:

• Bilas dengan injeksi cairan, jangan dipaksa jika tidak sukses

Pencegahan:

Page 13: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

• Pemeliharaan aliran IV • Minta pasien untuk menekuk sikunya ketika berjalan (mengurangi

risiko aliran darah balik) • Lakukan pembilasan segera setelah pemberian obat

8. Spasme vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat.

Intervensi:

§ Berikan kompres hangat di sekitar area insersi

§ Turunkan kecepatan aliran

Pencegahan:

§ Apabila akan memasukkan darah (missal PRC), buat hangat terlebih dahuilu.

9. Reaksi vasovagal

Kondisi ini digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin, berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan darah.. Reaksi vasovagal bisa disebabkan oleh nyeri atau kecemasan

Intervensi:

§ Turunkan kepala tempat tidur

§ Anjurkan klien untuk nafas dalam

§ Cek tanda-tanda vital (vital sign)

Pencegahan:

§ Siapkan klien ketika akan mendapatkan terapi, sehingga bisa mengurangi kecemasan yang dialami

§ Gunakan anestesi lokal untuk mengurangi nyeri (untuk klien yang tidak tahan terhadap nyeri)

Page 14: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

10. Kerusakan syaraf, tendon dan ligament

Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan deformitas. Kondisi ini disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak tepat sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon dan ligament.

Intervensi:

§ Hentikan pemasangan infus

Pencegahan:

§ Hindarkan pengulangan insersi pada tempat yang sama

§ Hindarkan memberikan penekanan yang berlebihan ketika mencari lokasi vena

• Komplikasi sistemik

1. Septikemia/bakteremia

Adanya susbtansi pirogenik baik dalam larutan infus atau alat pemberian dapat mencetuskan reaksi demam dan septikemia. Perawat dapat melihat kenaikan suhu tubuh secara mendadak segera setelah infus dimulai, sakit punggung, sakit kepala, peningkatan nadi dan frekuensi pernafasan, mual dan muntah, diare, demam dan menggigil, malaise umum, dan jika parah bisa terjadi kollaps vaskuler. Penyebab septikemi adalah kontaminasi pada produk IV, kelalaian tehnik aseptik. Septikemi terutama terjadi pada klien yang mengalami penurunan imun.

Intervensi:

§ Monitor tanda vital

§ Lakukan kultur kateter IV, selang atau larutan yang dicurigai.

§ Berikan medikasi jika diresepkan

Pencegahan:

§ Gunakan tehnik steril pada saat pemasangan

Page 15: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

§ Gantilah tempat insersi, dan cairan, sesuai ketentuan yang berlaku

2. Reaksi alergi

Kondisi ini ditandai dengan gatal, hidung dan mata berair, bronkospasme, wheezing, urtikaria, edema pada area insersi, reaksi anafilaktik (kemerahan, cemas, dingin, gatal, palpitasi, paresthesia, wheezing, kejang dan kardiak arrest). Kondisi ini bisa disebabkan oleh allergen, misal karena medikasi.

Intervensi :

§ Jika reaksi terjadi, segera hentikan infus

§ Pelihara jalan nafas

§ Berikan antihistamin steroid, antiinflamatori dan antipiretik jika diresepkan

§ Jika diresepkan berikan epinefrin

§ Jika diresepkan berikan kortison

Pencegahan:

§ Monitor pasien setiap 15 menit setelah mendapat terapi obat baru

§ Kaji riwayat alergi klien

3. Overload sirkulasi

Membebani sistem sirkulasi dengan cairan intravena yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan tekanan vena sentral, dipsnea berat, dan sianosis. Tanda dan gejala tambahan termasuk batuk dan kelopak mata yang membengkak. Penyebab yang mungkin termasuk adalah infus larutan IV yang terlalu cepat atau penyakit hati, jantung dan ginjal. Hal ini juga mungkin bisa terjadi pada pasien dengan gangguan jantung yang disebut denga kelebihan beban sirkulasi.

Intervensi:

§ Tinggikan kepala tempat tidur

§ Pantau tanda-tanda vital setiap 30 menit sampai 1 jam sekali

§ Jika diperlukan berikan oksigen

Page 16: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

§ Mengkaji bunyi nafas

§ Jika diresepkan berikan furosemid

Pencegahan:

§ Sering memantau tanda-tanda vital

§ Menggunakan pompa IV untuk menginfus

§ Melakukan pemantauan secara cermat terhadap semua infus

4. Embolisme udara

Emboli udara paling sering berkaitan dengan kanulasi vena-vena sentral. Manifestasi klinis emboli udara adalah dipsnea dan sianosis, hipotensi, nadi yang lemah dan cepat, hilangnya kesadaran, nyeri dada, bahu, dan punggung bawah.

Intervensi :

§ Klem atau hentikan infus

§ Membaringkan pasien miring ke kiri dalaam posisi Trendelenburg

§ Mengkaji tanda-tanda vital dan bunyi nafas

§ Memberikan oksigen

Pencegahan:

§ Pastikan sepanjang selang IV telah bebas dari udara, baru memulai menyambungkan infus

§ Pastikan semua konektor tersambung dengan baik

KOMPLIKASI: 1. Infiltrasi (Ekstravasasi) 2. Tromboplebitis 3. Bakterimia 4. Emboli Udara

Page 17: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

5. Perdarahan PERALATAN : * Larutan IV yang tepat * Jarum/kateter untuk pungsi vena yang sesuai * Perangkat pemberian (pilihan tergantung padatipe larutan dan kecepatan pemberian: Bayi an anak kecil memerlukan selang mikro drip, yang memberikan tetesan 60 tts/ menit) * Torniket * Sarung tangan sekali pakai * Papan tangan * Kassa 2 x 2 cm dan salep providon iodine; atau untuk balutan transparan, larutan providon iodine * Plester yang telah dipotong dan siap digunakan * Handuk untuk diletakkan dibawah tangan

* Tiang intra vena * Pakaian khusus dengan kancing dilapisan bahu (Membuat pelepasan selang IV lebih mudah) Bila tersedia PROSEDUR KERJA DAN RASIONALISASI : 1. Tahap Pra interaksi 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada Untuk menjamin ketepatan pasien, tindakan dan yang akan dilakukan 1. Mencuci tangan Mengurangi transmisi mikro organisme 1. Menempatkan alat didekat pasien Memudahkan untuk melakukan tindakan 1. Tahap Orientasi 1. Memberikan Salam Sebagai pendekatan terapeutik

Page 18: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien Agar klien/keluarga mengerti tunjuan tindakan yang akan dilakukan 1. Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan dilakukan Pasien siap terhadap prosedur tindakan 1. Tahap kerja 1. Atur peralatan disamping yang bebas dari kusut atau diatas meja tempat tidur. Mengurangi resiko kontaminnasi dan kecelakaan 1. Buka kemasan steril dengan tehnik aseptic. Mencegah kontaminasi pada objek steril. 1. Periksa larutan. Pastikan zat aditif yang yang telah diresaepkan seperti kalium dan vitamin telah ditambahkan. Periksa larutan terhadap warna, kejernihan dan tanggal kadaluarsa. Larutan IV adalah obat yang harus diperiksa hati-hatiuntuk mngurangi resiko kesalahan, kandungan partikel atau yang telah kadaluarsa untuk tidak digunakan. 1. Bila menggunakan larutan IV dalam botol, lepaskan penutup logam dan lempeng karet dan logam di bawah penutup. Untuk kantung larutan IV plastic lepaskan lapisan plastik diatas port selang IV. Memungkinkan masuknya selang infuse kedalam larutan. 1. Buka set Infus , mempertahankan sterilitas pada kedua ujung. Mencegah bakteri memasuki ke peralatan infus dan aliran darah. 1. Pasang klem rol sekitar 2-4 cm (1-2 inci) dibawah bilik drip dan pindahkan kem roll ke posisi off. Jarak terdekat klem roll ke bilikdrip memungkinkan pengaturan kecepatan aliran lebih akurat. Memindahkan klem ke posisi off mencegah penetesan

Page 19: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

cairan pada klien,perawat, tempat tidur atau lantai. 1. Tusukkan set infuse kedalam botol atau kantung cairan. - Lepaskan penutup pelindung kantung IV tanpa menyentuh lubangnya. Mempertahankan kesterialan larutan. - Lepaskan penutup pelindung dari paku penusuk selang, jangan menyentuh paku penusuk dan tusukan paku kedalam lubang kantung IV. Atau tusukkan penusuk ke penyumbat karet hitam dari botol. Bersihkan karet penyumbat dengan antiseptic sebelum memasukkan paku penusuk. Mencegah kontaminasi larutan dari paku penusuk yang terkontaminasi 1. Isi Selang infuse - Tekan bilik drip dan lepaskan, biarkan terisi 1/3 sampai ½ penuh. Menciptakan efek penghisap cairan masuk ke ruang drip untuk mencegah udara masuk selang. - Lepaskan pelindung jarum dan klem rol untuk memungkinkan cairan memenuhi bilik drip melalui selang ke adapter jarum. Kembalikan klem roll ke posisi off setelah selang terisi. Mengeluarkan udara dari selang memungkinkan selang terisi oleh larutan. Penutupan klem mencegah kehilangan cairan yang tak di sengaja. - Pastikan selang bersih dari udara dan gelembung udara. Gelembung udara yang besar dapat bertindak sebagai emboli. Buang udara dengan membiarkan cairan mengalir melalui selang sampai selang bebas udara. Tamping kelebihan udara pada bengkok dan buang - Lepaskan pelindung jarum Mepertahankan kesterilan system. 1. Pilih jarum IV yang tepat atau Over Needle Catheter (ONC) Perlu untuk pungsi vena dan memasukkan cairan IV 1. Pilih tempat distal vena yang digunakan Bila terjadi sklerosis atau kerusakan vena, tempat proksimal dari vena yang sama masih dapat digunakan. 1. Bila terjadi banyak rambut pada tempat penusukan guntinglah! Mengurangi resiko kontaminasi dari bakteri pada rambut. Juga membantu mempertahankan keutuhan balutan dan membuat pelepasan plester menjadi kurang nyeri. Pencukuran dapat menyebabkan mikro abrasi dan mencetuskan infeksi. 1. Bila mungkin letakkan ekstermitas pada posisi dependen Memungkinkan dilatasi vena dan visibilitas 1. Letakkan torniket 10 sampai 12 cm di atas penusukan. Torniqket harus menyumbat aliran vena, bukan arteri. Periksa adanya nadi distal

Page 20: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

Tidak terdapatnya aliran arterial menghambat pengisian vena 1. Kenakan sarung tangan sekali pakai. Pelindung mata dan masker dapat digunakan untuk mencegah percikan darah pada membrane mukosa perawat. Menurunkan pemajanan terhadap HIV, hepatitis dan organism yang ditularkan melalui darah 1. Letakkan ujung adapter jarum perangkat infuse dekat dengan kassa steril atau handuk. Memungkinkan penghubungan infuse yang cepat, lancer pada jarum IV setelah penusukan vena. 1. Pilih vena yang terdilatasi baik. Metode-metode untuk membantu mendilatasi vena meliputi : - Menggosok ekstermitas dari distal ke proksimal di bawah tempat vena yang di maksud. Meningkatkan volume darah dalam vena di tempat pungsi vena - Menggenggam dan melepaskan genggaman Kontraksi otot meningkatkan jumlah darah pada ekstermitas - Menepuk perlahan diatas vena Membantu dilatasi vena - Memasang kompres hangat pada ekstermitas, Misalnya dengan waslap hangat. Meningkatkan suplai darah dan membantu dilatasi vena Providone iodine merupakan antiefektif topical yang mengurangi bakteri permukaan kulit, sentuhan akan mengakibatkan perpindahan bakteri dari tangan perawat ke tempat pungsi. Providon iodine harus kering untuk mendapatkan manfaat yang efektif. 1. Lakukan pungsi vena. Tahan vena dengan meletakkan ibu jari di atas vena dan dengan meregangkan kulit berlawanan arah dengan arah penusukan 5-7.5 cm kearah distal tempat penusukan. Jarum kupu – kupu : pegang jarum pada sudut 20-30 derajat dengan bevel kearah atas distal terhadap tempat actual pungsi vena.ONC: tusuk dengan bevel menghadap keatas pada sudut 20-30 derajat sedikit kearah distal terhadap tempat actual pungsi vena. Letakkan jarum parallel terhadap vena. Bila vena di pungsi, resiko tertusuknya dinding vena posterior dikurangi 1. Perhatikan keluarnya darah melalui selang jarum kupu-kupu atau bilik flashback ONC, yang menandakan bahwa jarum telah menusuk vena. Turunkan jarum sampai hamper menyentuh kulit. Dorong jarum kupu-kupu sampai hub menempel dengan tempat pungsi vena. Dorong kateter ONC 0,6 cm kedalam vena lalu lepaskan stiletnya. Dorong kateter sampai hub

Page 21: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

menempel dengan tempat pungsi vena. Jangan pernah mememasukkan kembali stilet bila telah melepaskannnya. Penusukkan kembali stilet dapat menyebabkan kerusakan cateter dalam vena 1. Tahan kateter dengan satu tangan, lepaskan torneket dan lepaskan stilet dari ONC. Jangan menutu kembali stilet. Dengan cepat hubungkan adapter jarum dari perangkat pemberian ke hub dari ONC atau selang kupu-kupu. Jangan pernah menyentuh tempat masuk adapter jarum. Memungkinkan aliran vena, mengurangi aliran balik darah dan memungkinkan hubungan dengan perangkat pemberian.Transmisi okupasional HIV dan Hepatitis Bpaling umum di sebabkan oleh cidera tusukan jarum. Penghubungan cepat perangkat infuse mempertahankan perangkat vena, kesterilan 1. Lepaskan klem roler untuk memulai infuse pada kecepatan untuk mempertahankan potensi aliran IV Memungkinkan aliran vena dan mencegah pembekuan vena dan mencegah obstruksi aliran larutan IV. 1. Amankan kateter atau jarum IV (prosedur dapat berbeda, periksa kebijakan institusi) - Pasang plester kecil (1,25 cm) di bawah kateter dengan sisi yang lengket menghadap keatas dan silangkan plester di atas kateter. Mencegah pelepasan kateter dari vena secara tidak sengaja. Mencegah gerakan kedepan dan kebelakang yang dapat mengititasi vena dan menyebabkan bakteri kulit masuk ke dalam vena - Bila digunakan balutan kassa, oleskan salep providon iodine diatas pungsi vena. Bila digunakan transparan, oleskan providon iodine diatas pungsi vena, biarkan larutan mongering. Antiseptic germisida topical mengurangi bakteri pada kulit dan menurukan resiko infeksi local dan sistemik. Penggunaan larutan meningkatkan pelekatan balutan transparan. - Pasang plester kedua tepat menyilang hub kateter - Letakkan bantalan kassa 2 x 2 diatas tempat insersi dan hub kateter dan amankan plester2,5 cm atau pasang balutan transparan diatas tempat tusukan IV searah pertumbuhan rambut. Jangan menutup hubungan selang IV dengan hub kateter. Balutan melindungi tempat tusukan dari kontaminasi bakteri. Hubungan antara perangkat pemberian dan hub jarum tidak tertutup oleh plester untuk

Page 22: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

memudahkan penggantian selang bila diperlukan. 1. Atur kecepatan aliran sampai tetesan tepat per menit. Mempertahankan kecepatan aliran IV yang tepat. 1. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan aliran serta ukuran jarum pada balutan. Mempertahankan kecepatan akses data seperti kapan pemasangan IV dan kapan penggantian balutan IV berikut diperlukan. 1. Tahap Terminasi 1. Merapikan Pasien Menciptakan suasana nyaman pasien 1. Berpamitan dengan klien Klien mengetahui tindakan telah selesai di lakukan 1. Membersihkan alat Mengurangi transmisi mikroorganisme 1. Mencuci tangan Mengurangi transmisi mikroorganisme.

Pengertian : Tindakan yang dilakukan dengan pemberian cairan untuk mengatasi syok dan menggantikan volume cairan yang hilang akibat perdarahan atau dehidrasi

Tujuan : Untuk menggantikan volume cairan tubuh yang hilang sebelumnya, menggantikan cairan hilang yang sedang berlangsung dan mencukupi kebutuhan cairan sehari

Penilaian klinis kebutuhan cairan :

• Nadi ada dan penuh berarti volume sirkulasi adekuat • Ekstremitas (telapak tangan/kaki) kemerahan/pink dan Capillary Refill

Time kembali cepat < 2 detik berati sirkulasi adekuat • Edema perifer dan ronki paru mungkin terjadi hipervolumia • Takikardi saat istirahat, tekanan darah menurun bisa jadi sirkulasi

abnormal • Turgor kulit menurun, mukosa mulut kering dan kulit tampak keriput :

defisit cairan berat • Produksi urin yang rendah bisa jadi karena hipovolumia

Jalur masuk Cairan :

• Enteral : oral atau lewat pipa nasogastric • Parenteral : lewat jalur pembuluh darah vena • Intraoseous : pada pasien balita

Jenis-jenis cairan :

Page 23: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

• Enteral : oralit (oral rehidration solution), larutan gula garam, larutan air tajin dll.

• Parenteral : kristaloid, koloid dan transfusi

Cairan parenteral

Kristaloid :

• Kelompok cairan non ionik yang kebanyakan bersifat iso-osmolar • Tidak mengandung partikel onkotik sehingga tidak menetap di

intravascular • Cairan ini baik untuk tujuan mengganti kehilangan volume terutama

kehilangan cairan interstisial. • Harganya murah, tidak menyebabkan reaksi anafilaksis • Pemberian berlebih akan menyebabkan edema paru dan edema

perifer. • Untuk resusitasi digunakan Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat (RA) dan

NaCl 0,9%

Koloid :

• Cairan yang mengandung partikel onkotik yang dapat menyebabkan tekanan onkotik

• Sebagian besar menetap di intravaskuler • Koloid yang bersifat plasma ekspander akan menarik cairan

ekstravaskuler ke intravaskuler • Dapat menyebabkan reaksi anafilaksis • Harganya mahal • Pemberian berlebih dapat menyebabkan edema paru tetapi tidak akan

menyebabkan edema perifer. • Untuk resusitasi digunakan Dekstran, HES, gelatin

Transfusi darah :

• Dipertimbangkan pemberiannya bila hemodinamika tidak stabil meskipun cairan sudah cukup banyak dan hemoglobin < 7 g/dl serta pasien masih berdarah kecuali pada penderita jantung, hemoglobin < 10 g/dl harus ditranfusi

• Penyediaannya membutuhkan golongan darah donor dan resipien serta cross check darah

• Agar aman diperlukan pemeriksaan darah yang lengkap seperti malaria, hepatitis, HIV dan lain-lain

Page 24: Dasar-dasar Terapi Cairan

 

HIPERCCI File: Dasar‐dasar terapi cairan  Materi Pelatihan ICU Baplkes Batam 11 spt‐18 Sept 2011  Page   

• Dapat menyebabkan reaksi tranfusi • Untuk resusitasi biasanya dalam bentuk Whole Blood Concentrate

(WBC). • Merupakan pilihan terakhir oleh karena bersifat RED ( Rare Expensive

Dangers). Rare = penyediaannya terbatas, Expensive = harganya mahal, Dangers = berbahaya karena bisa menyebabkan reaksi transfusi dan penyebaran penyakit.