9

Click here to load reader

Danang Sedewo, Sugihardjo, Bekti Wahyu Utamiagribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/.../2013/07/E-JURNAL-DANANG-S.pdfsumber data yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Danang Sedewo, Sugihardjo, Bekti Wahyu Utamiagribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/.../2013/07/E-JURNAL-DANANG-S.pdfsumber data yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data

EVALUASI PROGRAM PADA SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN

TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI CIHERANG DI GAPOKTAN MAGURU

DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Danang Sedewo, Sugihardjo, Bekti Wahyu Utami

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126, Telp/Fax:(0271) 637457

Email: [email protected] , Telp: 085 647 165 144

Abstact : Integrated FieId School Program of Cropping Management is one of

Government Action for supporting agriculture development program. The

program has function as a place to learn. The researched was conducted in

Farmer Group Maguru in Pulutan Sub District Wonosari Distric Gunungkidul

in Cultivation of Rice Ciherang. Descriptif Analitif Kualitatif Methode was used

in this researched. The research location was taken intentionally using

purposive methode. Sekunder data and Primer data are the data source which

were collected and had been analyze. Technic to collect the data used depth

interview, content analisys, observation and documentation. The data were

analized using Triangle system. The analyze methode used for getting validity

data. The methode in analisys data could be written sistematically as follows :

1) Collecting Data, 2) Reduction Data, 3) Presentation Data, 4) Conclusion.

Aspects in research of Field Integrated School Program included; 1) Aspect

Contex 2) Aspect Input 3) Aspect Process 4) Aspect Product. Based on the

result of the research could be concluded that productivity of rice are increase

after implementation of the program. Integrated Field School Program

contribute to increase farmer skill and farmer behavior in cultivation.

Implementation of Integrated Field School Program in Farmer Group

Mahaguru have been carried out in appropriate procedure based on the

Manual Guidance of Implementation Integrated Field School Program.

Key Words : Integrate, Context, Input, Process, Product

Abstrak : Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)

merupakan salah satu program pembangunan pertanian yang berfungsi sebagai

tempat belajar petani/kelompok tani. Penelitian dilakukan di Gapoktan Maguru

Desa Pulutan Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul varietas padi

Ciherang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

kualitatif, penetapan lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive), jenis

sumber data yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data antara

lain wawancara mendalam (depth interview), mencatat data (content analysys),

dan observasi. Validitas data menggunakan tri angulasi sumber maupun metode.

Metode analisis data secara sistematis melalui tahap-tahap berikut : 1)

pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) penyajian data, 4) penarikan kesimpulan.

Pada pelaksanaan SLPTT ini yang diteliti meliputi aspek Konteks (Contect),

aspek Input, aspek Proses dan aspek Produk. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh kesimpulan antara lain terjadi peningkatan produksi padi setelah

dilaksanakannya program SLPTT, kegiatan SLPTT memberikan manfaat bagi

petani terkait perubahan ketrampilan dan perilaku, kegiatan SLPTT di Gapoktan

Maguru dilaksanakan sesuai prosedur petunjuk pelaksanaan kegiatan.

Kata Kunci : SLPTT, Konteks, Input, Proses, Produk

1

Page 2: Danang Sedewo, Sugihardjo, Bekti Wahyu Utamiagribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/.../2013/07/E-JURNAL-DANANG-S.pdfsumber data yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sekolah Lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SLPTT)

merupakan salah satu wujud

kepedulian pemerintah dalam

mendorong program pembangunan

pertanian untuk meningkatkan

produksi tanaman pangan yang

berfungsi sebagai tempat belajar

petani/kelompok tani dalam

mengadopsi paket teknologi

budidaya sesuai spesifik lokalitas.

Adanya keluhan petani di Desa

Pulutan mengenai pengelolaan

tanaman serta belum maksimalnya

pengetahuan para petani di bidang

pertanian, oleh karena itu dilakukan

pembinaan melalui kegiatan Sekolah

Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu (SLPTT) yang dilaksanakan

di Desa Pulutan Kecamatan

Wonosari Kabupaten Gunungkidul

yang dimulai pada tahun 2008

sampai sekarang.

Dalam pelaksanaan kegiatan

SLPTT ini, peneliti ingin mengetahui

bagaimana hasil dari Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu

(SLPTT) dengan evaluasi program

kegiatan pengelolaan tanaman

terpadu padi Ciherang di Kecamatan

Wonosari Kabupaten Gunungkidul

khususnya Gapoktan Maguru Desa

Pulutan.

Evaluasi dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana perubahan

yang terjadi pada petani setelah

mengikuti program SLPTT.

Salah satu model evaluasi yang

bisa diterapkan dalam program ini

adalah evaluasi dengan model CIPP

(Contect, Input, Process, Product).

Evaluasi mempunyai beberapa fungsi

bagi agen penyuluhan. Evaluasi

sebagai pemberi informasi digunakan

agen penyuluhan sebagai dasar

pengambilan keputusan, walaupun

biasanya keputusan juga didasarkan

pada bayangan yang ditunjukkan

oleh banyak sumber informasi, dan

tidak dari satu sumber saja

(Van den Ban dan Hawkins,1999).

METODE PENELITIAN

Metode Dasar Penelitian

Berdasarkan masalah yang

diajukan dalam penelitian yang lebih

menekankan proses dan makna dari

pelaksanaan suatu program maka

penelitian yang dipilih adalah

penelitian kualitatif. Metode dasar

penelitian yang digunakan adalah

metode deskriptif kualitatif dengan

pendekatan studi kasus (case study).

Lokasi Penelitian

Penetapan lokasi dalam

penelitian ini diambil secara sengaja

(purposive). Lokasi yang diambil

adalah Desa Pulutan Kecamatan

Wonosari Kabupaten Gunungkidul.

Dengan pertimbangan Desa Pulutan

khususnya terdapat program SLPTT,

Gapoktan Maguru dipilih karena

merupakan salah satu Gapoktan di

Kecamatan Wonosari yang aktif

mengikuti program SLPTT padi

Ciherang yang berada di Kecamatan

Wonosari dan pernah meraih

produktivitas tertinggi.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu:

1) Wawancara Mendalam, 2)

Content Analysis atau Mencatat

Data, 3) Observasi.

Validitas Data

Dalam penelitian ini teknik

triangulasi yang digunakan adalah

2

Page 3: Danang Sedewo, Sugihardjo, Bekti Wahyu Utamiagribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/.../2013/07/E-JURNAL-DANANG-S.pdfsumber data yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data

teknik triangulasi data (sumber) dan

triangulasi metode. Yang dimaksud

dengan triangulasi data (sumber)

adalah dalam mengumpulkan data

peneliti harus menggunakan beragam

sumber data yang tersedia. Artinya

data yang sama atau sejenis, akan

lebih mantap kebenarannya bila

digali dari beberapa sumber yang

berbeda. Tujuannya agar peneliti

memperoleh informasi dari

narasumber yang berbeda-beda

posisinya, sehingga informasi dari

narasumber yang satu dapat

dibandingkan dengan narasumber

yang lain.

Metode Analisis Data

Data penelitian didapatkan

dengan cara melakukan wawancara,

observasi dan pencatatan.

Reduksi data dilakukan

dengan pengelolaan data dimulai dari

tahap editing, Sajian data mengacu

pada rumusan masalah yang telah

dibuat sebagai jawaban pertanyaan-

pertanyaan penelitian sehingga narasi

yang tersaji merupakan deskripsi

mengenai kondisi yang rinci untuk

menceritakan dan menjawab setiap

permasalahan yang ada. Penarikan

Kesimpulan

Pada waktu pengumpulan

data sudah berakhir, peneliti mulai

melakukan usaha untuk menarik

kesimpulan berdasarkan semua hal

yang terdapat dalam reduksi atau

sajian datanya. penyimpanannya,

metode pencarian ulang yang

digunakan.

SAJIAN DATA DAN

PEMBAHASAN

ASPEK KONTEKS

Konteks merupakan deskripsi

rinci mengenai kekhususan

karakteristik lokasi daerah dan

masyarakatnya, sebagai dasar untuk

menentukan strategi yang paling

tepat bagi pelaksanaan program.

Berbagai komponen konteks yang

diteliti antara lain: letak geografis,

kondisi sosial ekonomi masyarakat

dan kondisi sosial budaya.

Desa Pulutan merupakan

salah satu Desa yang ada di Desa

Pulutan Kecamatan Wonosari

Kabupaten Gunungkidul. Desa

Pulutan memiliki luas wilayah seluas

520.296 Ha.

Desa Pulutan terletak pada

ketinggian 350 m dpl, dengan

kisaran suhu udara rata- rata 320C.

Banyaknya curah hujan 898 mm/thn.

Dalam kenyataan di lapang sering

terjadi perubahan curah hujan dan

hari hujan yang sangat ekstrim tiap

tahun. Hal ini disebabkan oleh

banyaknya pegunungan yang ada di

sekitar Kecamatan Wonosari, yang

berdampak terjadinya daerah

bayangan hujan, sehingga dalam

pertemuan SLPTT terkait topik

tanam dan jarak tanam Penyuluh dan

petani memerlukan ketelitian dalam

menentukan kapan saat tanam, jenis

tanaman, umur tanaman, jarak tanam

sehingga usaha tani dapat berhasil.

Kondisi Sosial Budaya

1) Organisasi Kemasyarakatan :

Dalam organisasi penduduk paling

banyak tergabung dalam Dasa

Wisma sebanyak 495 orang 2)

Tingkat Interaksi : tergolong sering

ditunjukkan dengan seringnya

penduduk bertemu untuk berbincang-

bincang atau ketika menghadiri suatu

pertemuan.

Melalui interaksi atau pertemuan

dalam organisasi masyarakat

khususnya petani peserta SLPTT

bisa saling bertukar informasi terkait

3

3

Page 4: Danang Sedewo, Sugihardjo, Bekti Wahyu Utamiagribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/.../2013/07/E-JURNAL-DANANG-S.pdfsumber data yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data

kegiatan SLPTT dan informasi-

informasi pertanian lainnya.

Keadaan Sarana Perekonomian

Sarana perekonomian terbanyak

yaitu warung sebanyak 31 buah, kaki

lima 25 buah, industri kecil 11 buah,

industri rumah tangga 8 buah,

industri sedang 2 buah dan pasar

umum 1 buah keadan sarana diatas

akan mempermudah para petani

untuk menjual hasil panen.

Keadaan Sarana Transportasi dan

Komunikasi

Jumlah kepemilikan sarana

transportasi dan sarana komunikasi

mempermudah akses pengangkutan /

penjualan hasil panen dan melalui

saran komunikasi para petani akan

denggan mudah untuk mengetahui

mengakses harga-harga hasil panen

komoditas hasil pertanian.

Adat Kebiasaaan yang Masih Ada

Kebiasaan adalah tradisi yang masih

ada atau masih dijalankan oleh

masyarakat di Desa Pulutan yang

berkaitan dengan pertanian,

khususnya pemupukan untuk dosis

para petani masih sering mengira-ira

atau berdasarkan feeling sendiri

tanpa memperhatikan kondisi tanah

maupun dosis yang sesuai sehingga

memungkinkan untuk dosis yang

digunakan berlebihan ataupun

kurang. Terkait penggunaan benih,

petani lebih sering menggunakan

benih yang tidak berlabel, melainkan

benih yang digunakan berasal dari

sisa panen sebelumnya. Melalui

kegiatan SLPTT, petani mampu

melakukan perubahan sesuai dengan

pedoman SLPTT.

Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi masyarakat

yang diteliti dalam penelitian ini

meliputi luas lahan dan tingkat

pendapatan responden. Luas lahan

responden peserta SLPTT yang

ditanami padi ciherang sebanyak 16

responden (64%) dengan luas lahan

<0,5 Ha. Hal ini karena lahan yang

dimiliki responden berasal dari

warisan orang tua mereka sehingga

lahan yang mereka miliki sempit.

Luas lahan responden dihitung

berdasarkan luas areal ladang yang

diusahakan oleh responden untuk

menanam padi ciherang yang

dinyatakan dalam hektar. Sedangkan

pendapatan responden merupakan

penghasilan yang diterima dari

bidang pertanian maupun non

pertanian. Selain dari usaha tani padi

responden juga menanam jagung,

kacang tanah dan kedelai di lahan

mereka untuk menambah pendapatan

mereka, karena hanya dengan

mengusahakan satu jenis tanaman

saja tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan keluarganya. Pendapatan

tersebut diperoleh berdasarkan

pendapatan rata-rata responden

selama satu musim tanam. Sebagian

responden pekerjaan utamanya

adalah sebagai petani. Tetapi ada

juga responden yang bekerja sebagai

petani, buruh dan ternak hanya untuk

sampingan saja karena mereka tidak

menggantungkan pendapatan dari

sektor pertanian saja. Mereka

memilih pekerjaan lain karena

pendapatan dari sektor pertanian

hasilnya tidak menentu. Pendapatan

tersebut diperoleh dari pendapatan

rata-rata responden selama satu

bulan.

4

Page 5: Danang Sedewo, Sugihardjo, Bekti Wahyu Utamiagribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/.../2013/07/E-JURNAL-DANANG-S.pdfsumber data yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data

ASPEK INPUT

Input merupakan usaha yang

dilakukan dengan menyajikan

beragam hal baik fisik maupun non

fisik yang menjadi dasar dan

kelengkapan untuk terselenggaranya

proses dan mekanisme kerja bagi

tercapainya tujuan. Berbagai hal

yang diteliti dalam input antara lain:

organisasi pendukung, motivasi

responden, penyuluh serta

ketersediaan sarana dan prasarana.

Organisasi Pendukung

Organisasi pendukung yaitu

lembaga/orang yang melaksanakan

program untuk mendukung

keberhasilan pelaksanaan kegiatan

SLPTT. Berdasarkan hasil penelitian

organisasi pendukung kegiatan

SLPTT Padi Ciherang di Gapoktan

Maguru Desa Pulutan yaitu BPP

Kecamatan Wonosari, Kios sarana

pertanian 2 unit , Distributor benih 2

unit, dan petani penggerak yang

terdiri dari para ketua kelompok tani.

Sehingga dalam pemenuhan

kebutuhan akan benih, pupuk dan

kebutuhan pertanian lainnya lebih

mudah dalam mencarinya, karena di

lingkup kecamatan Wonosari banyak

kios sarana pertanian.

Motivasi Responden

Motivasi adalah adanya dorongan-

dorongan yang dirasakan oleh

seseorang untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu kegiatan

untuk tercapainya tujuan-tujuan

tertentu (Newman dan Newam

(1979) dalam Mardikanto (2003).

Berdasarkan hasil penelitian, petani

peserta SLPTT menjadi lebih

termotivasi dengan adanya

peningkatan hasil panen dan adanya

program bantuan berupa alat

pertanian yaitu hand spayer untuk

tiap kelompok tani dan gareko (alat

untuk tanam jajar legowo). Hal

tersebut berpengaruh pada keaktifan

para petani untuk tetap mengikuti

kegiatan SLPTT.

Penyuluh

Dalam penelitian ini penyuluh

berperan sebagai Fasilitator. Peran

penyuluh bukan sebagai guru yang

harus menggurui petani

/masyarakatnya, melainkan sebatas

sebagai fasilitator yang membantu

proses belajar baik selaku moderator

(pemandu acara), motivator (yang

merangsang dan mendorong proses

belajar) atau sekadar sebagai nara

sumber manakala terjadi kebuntuan

dalam proses belajar yang

berlangsung (Mardikanto, 2005).

Aspek dari fasilitator yang diteliti

dalam penelitian ini yaitu pendidikan

formal dan pendidikan non formal.

Pendidikan formal adalah tingkat

pendidikan terakhir yang pernah

ditempuh penyuluh. Penyuluh di

BPP Kec. Wonosari semua adalah

lulusan sarjana (S1). Ibu Istri

Murwani, STP merupakan penyuluh

yang bertugas di Desa Pulutan dan

merupakan fasilitator kegiatan

SLPTT di Gapoktan Maguru Desa

Pulutan, Kecamatan Wonosari.

Pendidikan non formal yaitu

pendidikan yang diperoleh penyuluh

di luar bangku sekolah. Pendidikan

non formal/pelatihan yang pernah

diperoleh penyuluh antara lain

mengikuti studi banding dan diklat

yang dilaksanakan 2 kali dalam satu

tahun. Dengan adanya pelatihan

tersebut dapat menambah

pengetahuan dan keterampilan

fasilitator dalam bidang pertanian

sehingga mereka dapat menularkan

pengetahuan dan keterampilannya

kepada petani melalui kegiatan

5

Page 6: Danang Sedewo, Sugihardjo, Bekti Wahyu Utamiagribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/.../2013/07/E-JURNAL-DANANG-S.pdfsumber data yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data

penyuluhan. Menurut Mardikanto

(2003), tingkat pendidikan penyuluh

akan sangat mempengaruhi

kemampuan atau penguasaan materi

yang diberikan. Tingkat pendidikan

penyuluh juga akan mempengaruhi

kemampuannya mengembangkan

ide-ide, mengorganisir masyarakat

sasaran, serta kemampuannya untuk

menumbuh kembangkan,

menggerakkan dan memelihara

partisipasi masyarakat.

Ketersediaan sarana dan

prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana

yaitu peralatan yang disediakan

untuk menunjang kegiatan SLPTT.

Sarana dan prasarana yang

disediakan antara lain alat tulis,

tempat pertemuan dan bahan praktek.

Alat tulis digunakan sebagai sarana

untuk menulis baik responden

maupun penyuluhnya. Tempat

pertemuan digunakan sebagai tempat

untuk menyampaikan materi dalam

setiap pertemuan, sedangkan bahan

praktek digunakan sebagai sarana

untuk mempraktekkan langsung.

Selain itu, penyuluh juga

memberikan buku petunjuk sebagai

pedoman pengamatan di lapang.

Ketersediaan sarana dan prasarana

tersebut sangat membantu kelancaran

SLPTT di Gapoktan Maguru Desa

Pulutan, Kecamatan Wonosari.

ASPEK PROSES

Hal-hal yang diteliti dari aspek

proses ini adalah proses pelaksanaan

SLPTT, bentuk kegiatan, kendala

yang dihadapi serta sistem

monitoring dan pelaporan kegiatan.

Proses Pelaksanaan SLPTT

Proses belajar mengajar pada

kegiatan SLPTT padi di Desa

Pulutan dilakukan pada pagi hari

yaitu pada pukul 09.00 WIB sampai

selesai. Pertemuan pada kegiatan

SLPTT dilakukan 4x dalam satu

bulan dan minimal 2x dalam satu

bulan. Selain itu, dalam pertemuan

tersebut juga membahas materi untuk

kegiatan SLPTT. Kegiatan SLPTT

seperti survey lokasi dan pendataan

peserta, pertemuan musyawarah pra

tanam, pertemuan mingguan serta

sistem monitoring dan pelaporan

kegiatan dilaksanakan sesuai dengan

petunjuk pelaksanaan SLPTT.

Bentuk Kegiatan

1) Survey lokasi dan pendataan

peserta SLPTT 2) Pertemuan

musyawarah pra tanam, 3) Kegiatan

SLPTT.

Kendala Pelaksanaan SLPTT

Kendala yang dihadapi dari berbagai

kegiatan tersebut antara lain

keterbatasan air karena pada waktu

pelaksanaan SLPTT di Desa Pulutan

sedang musim kemarau dan

meskipun sebelum pelaksanaan

SLPTT syarat peserta bersedia untuk

mengikuti kegiatan dari awal sampai

akhir tetapi setiap pertemuan

kehadiran petani kurang aktif. Hal ini

karena selain sebagai petani, peserta

SLPTT ada yang bekerja di sektor

non pertanian seperti perangkat desa,

swasta, ternak dan buruh dan ada

kepentingan lain seperti membantu

tetangga yang mempunyai hajat.

Untuk mengatasi kendala

keterbatasan air, menggunakan

mesin untuk memperoleh air yang

berasal dari sungai. Untuk kehadiran

responden fasilitator menanyakan

kepada responden kenapa tidak

menghadiri pertemuan tetapi karena

ada kepentingan sosial seperti

membantu tetangga yang mempunyai

hajat, fasilitator tidak bisa

5

6

Page 7: Danang Sedewo, Sugihardjo, Bekti Wahyu Utamiagribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/.../2013/07/E-JURNAL-DANANG-S.pdfsumber data yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data

menyarankan supaya responden

mengikuti pertemuan.

ASPEK PRODUK Produk merupakan hasil dari

proses kegiatan program, dengan

adanya produk ini dapat mengetahui

pengetahuan responden dalam

mengamati PTT, pada tanaman padi

dan teknologi pengendaliannya.

Untuk mengetahui tingkat

pengetahuan petani tentang PTT.

Tanpa mempunyai pengetahuan yang

cukup responden tidak akan mampu

dalam menerapkan suatu teknologi.

Aspek pengetahuan yang diteliti

antara lain tentang Pengelolaan

Tanaman Terpadu.

Hasil wawancara yang telah

dilakukan oleh peneliti kepada petani

untuk mengetahui penilaian petani

terhadap kegiatan SLPTT

menyatakan bahwa kegiatan SLPTT

sangat berguna bagi petani karena

dengan adanya kegiatan tersebut

petani lebih mengetahui teknik

budidaya yang efektif dan efisien

input produksi tetapi tetap

mendapatkan hasil yang maksimal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Berdasarkan uraian di atas,

permasalahan yang dapat

dirumuskan antara lain sebagai

berikut:

1). Pelaksanaan SLPTT di Desa

Pulutan Kecamatan Wonosari telah

berjalan sejak tahun 2008 sampai

sekarang, dengan peningkatan

produktivitas yang menjadi tujuan

utama kegiatan SLPTT di Desa

Pulutan sudah dapat terlaksana.

Peningkatan produktivitas hasil

panen padi ternyata mempengaruhi

peningkatan pendapatan petani di

Desa Pulutan. Kegiatan SLPTT

bermanfaat dan berguna bagi petani.

Dengan adanya kegiatan SLPTT

tersebut petani lebih mengenal

teknologi PTT yang menguntungkan

bagi petani. Kendala yang dihadapi

dari berbagai kegiatan tersebut antara

lain keterbatasan air karena pada

waktu pelaksanaan SLPTT di Desa

Pulutan sedang musim kemarau dan

meskipun sebelum pelaksanaan

SLPTT syarat peserta bersedia untuk

mengikuti kegiatan dari awal sampai

akhir tetapi setiap pertemuan

kehadiran petani kurang aktif. Untuk

mengatasi kendala keterbatasan air,

menggunakan mesin untuk

memperoleh air yang berasal dari

sungai dan sumur pompa. Untuk

kehadiran petani peserta, Fasilitator

menanyakan kepada responden

kenapa tidak menghadiri pertemuan

tetapi karena ada kepentingan sosial

seperti membantu tetangga yang

mempunyai hajat, fasilitator tidak

bisa menyarankan supaya responden

mengikuti pertemuan 2). Efektifitas

program SLPTT tanaman padi di

Gapoktan Maguru Desa Pulutan.

Dari hasil di lapang kegiatan

pelaporan sudah dilaksanakan sesuai

dengan prosedur petunjuk

pelaksanaan kegiatan. Laporan

tersebut sebagai bukti bahwa

kegiatan SLPTT di Desa Pulutan

sudah dilaksanakan, Perubahan

perilaku yang dialami petani di

Wilayah Kecamatan Wonosari

dipengaruhi oleh hasil yang

diperoleh dibandingkan dengan

hasil-hasil panen sebelumnya.

Keadaan demikian pula yang

memicu ketertarikan petani terhadap

kegiatan SLPTT, bukan hanya

kegiatan sekolahnya tetapi teknologi

7

Page 8: Danang Sedewo, Sugihardjo, Bekti Wahyu Utamiagribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/.../2013/07/E-JURNAL-DANANG-S.pdfsumber data yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data

budidayanya yang lebih menarik

perhatian petani. Prinsip efisiensi

input produksi yang diterapkan

dalam teknologi PTT yang semakin

menarik perhatian petani karena

melihat kelangkaan pupuk yang ada

serta ketidakstabilan harga jual dan

harga beli yang ada sehingga

mendorong petani untuk lebih

terbuka dengan inovasi yang ada. 3)

Perubahan Perilaku petani dari

pelaksanaan kegiatan SLPTT

memberikan manfaat yang besar bagi

petani. Dengan adanya kegiatan

SLPTT pengetahuan petani

bertambah, petani yang dulunya

menggunakan benih hasil panen

sendiri menjadi menggunakan benih

berlabel. Dalam pengolahan lahan

pengendalian hama dan gulma petani

melakukan pemupukan sudah sesuai

dosis yang dianjurkan, perlakuan

benih sebelum persemaian sudah

sesuai dengan pedoman SLPTT dan

petani mengenal yang namanya

musuh alami. Dengan demikian

pengetahuan dan pengalaman petani

menjadi bertambah. Selain

bertambahnya pengetahuan petani,

ketrampilan petani juga berubah.

Perubahan ketrampilan terjadi akibat

dari perubahan pengetahuan yang

dimiliki sehingga mendorong petani

untuk melakukan perubahan yang

lebih berarti.

Saran

Dalam pelaksanaan rapat rutin

SLPTT terjadi penurunan jumlah

peserta rapat, dengan berbagai alasan

yang dikemukakan oleh petani yang

tidak hadir rapat, untuk itu adapun

saran dari penelitian ini adalah

sebagai berikut;

1) Sebaiknya perlu adanya

kesepakatan ulang terkait penentuan

jadwal pertemuan rapat SLPTT

supaya kehadiran peserta SLPTT

bisa maksimal dan bisa memenuhi

jadwal yang ditentukan 2) Para

petani penggerak mengeluh dalam

penyampaian materi training.

Sebaiknya pelaksanaan training

petani penggerak lebih lama dan

disesuaikan dengan materi yang

diberikan, karena dari hasil

penelitian training hanya

dilaksanakan 2 hari dengan materi

yang banyak 3) Peserta SLPTT

belum terbiasa berbagi ilmu

mengenai PTT. Sebaiknya petani

alumni SLPTT bisa menularkan

pengetahuannya kepada petani yang

belum mengikuti SLPTT, karena

berdasarkan penelitian petani yang

tidak mengikuti SLPTT belum

mengetahui tentang PTT.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan 2006. Analisis Data

Penelitian Kualitatif. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta

Departemen Pertanian. 2008.

Panduan Pelaksanaan Sekolah

Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu (SLPTT) Padi. Liptan.

BBTP. Subang. Jawa Barat.

Khairuddin, et al . 2006.

Peningkatan Produktivitas Padi

Sawah Irigasi Melalui

Pendekatan Pengelolaan

Tanaman Dan Sumberdaya

Terpadu. Balai Pengkajian dan

Teknologi Pertanian Kalimantan

Selatan.

Mardikanto. 1993. Penyuluhan

Pembangunan Pertanian. UNS

Press. Surakarta.

8

Page 9: Danang Sedewo, Sugihardjo, Bekti Wahyu Utamiagribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/.../2013/07/E-JURNAL-DANANG-S.pdfsumber data yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data

. 1996. Penyuluhan

Pembangunan Kehutanan.

Kerjasama Pusat Penyuluhan

Kehutanan Dengan Fakultas

Pertanian UNS Surakarta.

Van den Ban dan Hawkins. 1999.

Penyuluhan Pertanian.

Kanisius. Yogyakarta.

9