Click here to load reader
Upload
nguyenliem
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PROGRAM PADA SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN
TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI CIHERANG DI GAPOKTAN MAGURU
DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Danang Sedewo, Sugihardjo, Bekti Wahyu Utami
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126, Telp/Fax:(0271) 637457
Email: [email protected] , Telp: 085 647 165 144
Abstact : Integrated FieId School Program of Cropping Management is one of
Government Action for supporting agriculture development program. The
program has function as a place to learn. The researched was conducted in
Farmer Group Maguru in Pulutan Sub District Wonosari Distric Gunungkidul
in Cultivation of Rice Ciherang. Descriptif Analitif Kualitatif Methode was used
in this researched. The research location was taken intentionally using
purposive methode. Sekunder data and Primer data are the data source which
were collected and had been analyze. Technic to collect the data used depth
interview, content analisys, observation and documentation. The data were
analized using Triangle system. The analyze methode used for getting validity
data. The methode in analisys data could be written sistematically as follows :
1) Collecting Data, 2) Reduction Data, 3) Presentation Data, 4) Conclusion.
Aspects in research of Field Integrated School Program included; 1) Aspect
Contex 2) Aspect Input 3) Aspect Process 4) Aspect Product. Based on the
result of the research could be concluded that productivity of rice are increase
after implementation of the program. Integrated Field School Program
contribute to increase farmer skill and farmer behavior in cultivation.
Implementation of Integrated Field School Program in Farmer Group
Mahaguru have been carried out in appropriate procedure based on the
Manual Guidance of Implementation Integrated Field School Program.
Key Words : Integrate, Context, Input, Process, Product
Abstrak : Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)
merupakan salah satu program pembangunan pertanian yang berfungsi sebagai
tempat belajar petani/kelompok tani. Penelitian dilakukan di Gapoktan Maguru
Desa Pulutan Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul varietas padi
Ciherang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif, penetapan lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive), jenis
sumber data yaitu data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data antara
lain wawancara mendalam (depth interview), mencatat data (content analysys),
dan observasi. Validitas data menggunakan tri angulasi sumber maupun metode.
Metode analisis data secara sistematis melalui tahap-tahap berikut : 1)
pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) penyajian data, 4) penarikan kesimpulan.
Pada pelaksanaan SLPTT ini yang diteliti meliputi aspek Konteks (Contect),
aspek Input, aspek Proses dan aspek Produk. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh kesimpulan antara lain terjadi peningkatan produksi padi setelah
dilaksanakannya program SLPTT, kegiatan SLPTT memberikan manfaat bagi
petani terkait perubahan ketrampilan dan perilaku, kegiatan SLPTT di Gapoktan
Maguru dilaksanakan sesuai prosedur petunjuk pelaksanaan kegiatan.
Kata Kunci : SLPTT, Konteks, Input, Proses, Produk
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SLPTT)
merupakan salah satu wujud
kepedulian pemerintah dalam
mendorong program pembangunan
pertanian untuk meningkatkan
produksi tanaman pangan yang
berfungsi sebagai tempat belajar
petani/kelompok tani dalam
mengadopsi paket teknologi
budidaya sesuai spesifik lokalitas.
Adanya keluhan petani di Desa
Pulutan mengenai pengelolaan
tanaman serta belum maksimalnya
pengetahuan para petani di bidang
pertanian, oleh karena itu dilakukan
pembinaan melalui kegiatan Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SLPTT) yang dilaksanakan
di Desa Pulutan Kecamatan
Wonosari Kabupaten Gunungkidul
yang dimulai pada tahun 2008
sampai sekarang.
Dalam pelaksanaan kegiatan
SLPTT ini, peneliti ingin mengetahui
bagaimana hasil dari Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SLPTT) dengan evaluasi program
kegiatan pengelolaan tanaman
terpadu padi Ciherang di Kecamatan
Wonosari Kabupaten Gunungkidul
khususnya Gapoktan Maguru Desa
Pulutan.
Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana perubahan
yang terjadi pada petani setelah
mengikuti program SLPTT.
Salah satu model evaluasi yang
bisa diterapkan dalam program ini
adalah evaluasi dengan model CIPP
(Contect, Input, Process, Product).
Evaluasi mempunyai beberapa fungsi
bagi agen penyuluhan. Evaluasi
sebagai pemberi informasi digunakan
agen penyuluhan sebagai dasar
pengambilan keputusan, walaupun
biasanya keputusan juga didasarkan
pada bayangan yang ditunjukkan
oleh banyak sumber informasi, dan
tidak dari satu sumber saja
(Van den Ban dan Hawkins,1999).
METODE PENELITIAN
Metode Dasar Penelitian
Berdasarkan masalah yang
diajukan dalam penelitian yang lebih
menekankan proses dan makna dari
pelaksanaan suatu program maka
penelitian yang dipilih adalah
penelitian kualitatif. Metode dasar
penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus (case study).
Lokasi Penelitian
Penetapan lokasi dalam
penelitian ini diambil secara sengaja
(purposive). Lokasi yang diambil
adalah Desa Pulutan Kecamatan
Wonosari Kabupaten Gunungkidul.
Dengan pertimbangan Desa Pulutan
khususnya terdapat program SLPTT,
Gapoktan Maguru dipilih karena
merupakan salah satu Gapoktan di
Kecamatan Wonosari yang aktif
mengikuti program SLPTT padi
Ciherang yang berada di Kecamatan
Wonosari dan pernah meraih
produktivitas tertinggi.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
1) Wawancara Mendalam, 2)
Content Analysis atau Mencatat
Data, 3) Observasi.
Validitas Data
Dalam penelitian ini teknik
triangulasi yang digunakan adalah
2
teknik triangulasi data (sumber) dan
triangulasi metode. Yang dimaksud
dengan triangulasi data (sumber)
adalah dalam mengumpulkan data
peneliti harus menggunakan beragam
sumber data yang tersedia. Artinya
data yang sama atau sejenis, akan
lebih mantap kebenarannya bila
digali dari beberapa sumber yang
berbeda. Tujuannya agar peneliti
memperoleh informasi dari
narasumber yang berbeda-beda
posisinya, sehingga informasi dari
narasumber yang satu dapat
dibandingkan dengan narasumber
yang lain.
Metode Analisis Data
Data penelitian didapatkan
dengan cara melakukan wawancara,
observasi dan pencatatan.
Reduksi data dilakukan
dengan pengelolaan data dimulai dari
tahap editing, Sajian data mengacu
pada rumusan masalah yang telah
dibuat sebagai jawaban pertanyaan-
pertanyaan penelitian sehingga narasi
yang tersaji merupakan deskripsi
mengenai kondisi yang rinci untuk
menceritakan dan menjawab setiap
permasalahan yang ada. Penarikan
Kesimpulan
Pada waktu pengumpulan
data sudah berakhir, peneliti mulai
melakukan usaha untuk menarik
kesimpulan berdasarkan semua hal
yang terdapat dalam reduksi atau
sajian datanya. penyimpanannya,
metode pencarian ulang yang
digunakan.
SAJIAN DATA DAN
PEMBAHASAN
ASPEK KONTEKS
Konteks merupakan deskripsi
rinci mengenai kekhususan
karakteristik lokasi daerah dan
masyarakatnya, sebagai dasar untuk
menentukan strategi yang paling
tepat bagi pelaksanaan program.
Berbagai komponen konteks yang
diteliti antara lain: letak geografis,
kondisi sosial ekonomi masyarakat
dan kondisi sosial budaya.
Desa Pulutan merupakan
salah satu Desa yang ada di Desa
Pulutan Kecamatan Wonosari
Kabupaten Gunungkidul. Desa
Pulutan memiliki luas wilayah seluas
520.296 Ha.
Desa Pulutan terletak pada
ketinggian 350 m dpl, dengan
kisaran suhu udara rata- rata 320C.
Banyaknya curah hujan 898 mm/thn.
Dalam kenyataan di lapang sering
terjadi perubahan curah hujan dan
hari hujan yang sangat ekstrim tiap
tahun. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya pegunungan yang ada di
sekitar Kecamatan Wonosari, yang
berdampak terjadinya daerah
bayangan hujan, sehingga dalam
pertemuan SLPTT terkait topik
tanam dan jarak tanam Penyuluh dan
petani memerlukan ketelitian dalam
menentukan kapan saat tanam, jenis
tanaman, umur tanaman, jarak tanam
sehingga usaha tani dapat berhasil.
Kondisi Sosial Budaya
1) Organisasi Kemasyarakatan :
Dalam organisasi penduduk paling
banyak tergabung dalam Dasa
Wisma sebanyak 495 orang 2)
Tingkat Interaksi : tergolong sering
ditunjukkan dengan seringnya
penduduk bertemu untuk berbincang-
bincang atau ketika menghadiri suatu
pertemuan.
Melalui interaksi atau pertemuan
dalam organisasi masyarakat
khususnya petani peserta SLPTT
bisa saling bertukar informasi terkait
3
3
kegiatan SLPTT dan informasi-
informasi pertanian lainnya.
Keadaan Sarana Perekonomian
Sarana perekonomian terbanyak
yaitu warung sebanyak 31 buah, kaki
lima 25 buah, industri kecil 11 buah,
industri rumah tangga 8 buah,
industri sedang 2 buah dan pasar
umum 1 buah keadan sarana diatas
akan mempermudah para petani
untuk menjual hasil panen.
Keadaan Sarana Transportasi dan
Komunikasi
Jumlah kepemilikan sarana
transportasi dan sarana komunikasi
mempermudah akses pengangkutan /
penjualan hasil panen dan melalui
saran komunikasi para petani akan
denggan mudah untuk mengetahui
mengakses harga-harga hasil panen
komoditas hasil pertanian.
Adat Kebiasaaan yang Masih Ada
Kebiasaan adalah tradisi yang masih
ada atau masih dijalankan oleh
masyarakat di Desa Pulutan yang
berkaitan dengan pertanian,
khususnya pemupukan untuk dosis
para petani masih sering mengira-ira
atau berdasarkan feeling sendiri
tanpa memperhatikan kondisi tanah
maupun dosis yang sesuai sehingga
memungkinkan untuk dosis yang
digunakan berlebihan ataupun
kurang. Terkait penggunaan benih,
petani lebih sering menggunakan
benih yang tidak berlabel, melainkan
benih yang digunakan berasal dari
sisa panen sebelumnya. Melalui
kegiatan SLPTT, petani mampu
melakukan perubahan sesuai dengan
pedoman SLPTT.
Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang diteliti dalam penelitian ini
meliputi luas lahan dan tingkat
pendapatan responden. Luas lahan
responden peserta SLPTT yang
ditanami padi ciherang sebanyak 16
responden (64%) dengan luas lahan
<0,5 Ha. Hal ini karena lahan yang
dimiliki responden berasal dari
warisan orang tua mereka sehingga
lahan yang mereka miliki sempit.
Luas lahan responden dihitung
berdasarkan luas areal ladang yang
diusahakan oleh responden untuk
menanam padi ciherang yang
dinyatakan dalam hektar. Sedangkan
pendapatan responden merupakan
penghasilan yang diterima dari
bidang pertanian maupun non
pertanian. Selain dari usaha tani padi
responden juga menanam jagung,
kacang tanah dan kedelai di lahan
mereka untuk menambah pendapatan
mereka, karena hanya dengan
mengusahakan satu jenis tanaman
saja tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Pendapatan
tersebut diperoleh berdasarkan
pendapatan rata-rata responden
selama satu musim tanam. Sebagian
responden pekerjaan utamanya
adalah sebagai petani. Tetapi ada
juga responden yang bekerja sebagai
petani, buruh dan ternak hanya untuk
sampingan saja karena mereka tidak
menggantungkan pendapatan dari
sektor pertanian saja. Mereka
memilih pekerjaan lain karena
pendapatan dari sektor pertanian
hasilnya tidak menentu. Pendapatan
tersebut diperoleh dari pendapatan
rata-rata responden selama satu
bulan.
4
ASPEK INPUT
Input merupakan usaha yang
dilakukan dengan menyajikan
beragam hal baik fisik maupun non
fisik yang menjadi dasar dan
kelengkapan untuk terselenggaranya
proses dan mekanisme kerja bagi
tercapainya tujuan. Berbagai hal
yang diteliti dalam input antara lain:
organisasi pendukung, motivasi
responden, penyuluh serta
ketersediaan sarana dan prasarana.
Organisasi Pendukung
Organisasi pendukung yaitu
lembaga/orang yang melaksanakan
program untuk mendukung
keberhasilan pelaksanaan kegiatan
SLPTT. Berdasarkan hasil penelitian
organisasi pendukung kegiatan
SLPTT Padi Ciherang di Gapoktan
Maguru Desa Pulutan yaitu BPP
Kecamatan Wonosari, Kios sarana
pertanian 2 unit , Distributor benih 2
unit, dan petani penggerak yang
terdiri dari para ketua kelompok tani.
Sehingga dalam pemenuhan
kebutuhan akan benih, pupuk dan
kebutuhan pertanian lainnya lebih
mudah dalam mencarinya, karena di
lingkup kecamatan Wonosari banyak
kios sarana pertanian.
Motivasi Responden
Motivasi adalah adanya dorongan-
dorongan yang dirasakan oleh
seseorang untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu kegiatan
untuk tercapainya tujuan-tujuan
tertentu (Newman dan Newam
(1979) dalam Mardikanto (2003).
Berdasarkan hasil penelitian, petani
peserta SLPTT menjadi lebih
termotivasi dengan adanya
peningkatan hasil panen dan adanya
program bantuan berupa alat
pertanian yaitu hand spayer untuk
tiap kelompok tani dan gareko (alat
untuk tanam jajar legowo). Hal
tersebut berpengaruh pada keaktifan
para petani untuk tetap mengikuti
kegiatan SLPTT.
Penyuluh
Dalam penelitian ini penyuluh
berperan sebagai Fasilitator. Peran
penyuluh bukan sebagai guru yang
harus menggurui petani
/masyarakatnya, melainkan sebatas
sebagai fasilitator yang membantu
proses belajar baik selaku moderator
(pemandu acara), motivator (yang
merangsang dan mendorong proses
belajar) atau sekadar sebagai nara
sumber manakala terjadi kebuntuan
dalam proses belajar yang
berlangsung (Mardikanto, 2005).
Aspek dari fasilitator yang diteliti
dalam penelitian ini yaitu pendidikan
formal dan pendidikan non formal.
Pendidikan formal adalah tingkat
pendidikan terakhir yang pernah
ditempuh penyuluh. Penyuluh di
BPP Kec. Wonosari semua adalah
lulusan sarjana (S1). Ibu Istri
Murwani, STP merupakan penyuluh
yang bertugas di Desa Pulutan dan
merupakan fasilitator kegiatan
SLPTT di Gapoktan Maguru Desa
Pulutan, Kecamatan Wonosari.
Pendidikan non formal yaitu
pendidikan yang diperoleh penyuluh
di luar bangku sekolah. Pendidikan
non formal/pelatihan yang pernah
diperoleh penyuluh antara lain
mengikuti studi banding dan diklat
yang dilaksanakan 2 kali dalam satu
tahun. Dengan adanya pelatihan
tersebut dapat menambah
pengetahuan dan keterampilan
fasilitator dalam bidang pertanian
sehingga mereka dapat menularkan
pengetahuan dan keterampilannya
kepada petani melalui kegiatan
5
penyuluhan. Menurut Mardikanto
(2003), tingkat pendidikan penyuluh
akan sangat mempengaruhi
kemampuan atau penguasaan materi
yang diberikan. Tingkat pendidikan
penyuluh juga akan mempengaruhi
kemampuannya mengembangkan
ide-ide, mengorganisir masyarakat
sasaran, serta kemampuannya untuk
menumbuh kembangkan,
menggerakkan dan memelihara
partisipasi masyarakat.
Ketersediaan sarana dan
prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana
yaitu peralatan yang disediakan
untuk menunjang kegiatan SLPTT.
Sarana dan prasarana yang
disediakan antara lain alat tulis,
tempat pertemuan dan bahan praktek.
Alat tulis digunakan sebagai sarana
untuk menulis baik responden
maupun penyuluhnya. Tempat
pertemuan digunakan sebagai tempat
untuk menyampaikan materi dalam
setiap pertemuan, sedangkan bahan
praktek digunakan sebagai sarana
untuk mempraktekkan langsung.
Selain itu, penyuluh juga
memberikan buku petunjuk sebagai
pedoman pengamatan di lapang.
Ketersediaan sarana dan prasarana
tersebut sangat membantu kelancaran
SLPTT di Gapoktan Maguru Desa
Pulutan, Kecamatan Wonosari.
ASPEK PROSES
Hal-hal yang diteliti dari aspek
proses ini adalah proses pelaksanaan
SLPTT, bentuk kegiatan, kendala
yang dihadapi serta sistem
monitoring dan pelaporan kegiatan.
Proses Pelaksanaan SLPTT
Proses belajar mengajar pada
kegiatan SLPTT padi di Desa
Pulutan dilakukan pada pagi hari
yaitu pada pukul 09.00 WIB sampai
selesai. Pertemuan pada kegiatan
SLPTT dilakukan 4x dalam satu
bulan dan minimal 2x dalam satu
bulan. Selain itu, dalam pertemuan
tersebut juga membahas materi untuk
kegiatan SLPTT. Kegiatan SLPTT
seperti survey lokasi dan pendataan
peserta, pertemuan musyawarah pra
tanam, pertemuan mingguan serta
sistem monitoring dan pelaporan
kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan SLPTT.
Bentuk Kegiatan
1) Survey lokasi dan pendataan
peserta SLPTT 2) Pertemuan
musyawarah pra tanam, 3) Kegiatan
SLPTT.
Kendala Pelaksanaan SLPTT
Kendala yang dihadapi dari berbagai
kegiatan tersebut antara lain
keterbatasan air karena pada waktu
pelaksanaan SLPTT di Desa Pulutan
sedang musim kemarau dan
meskipun sebelum pelaksanaan
SLPTT syarat peserta bersedia untuk
mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir tetapi setiap pertemuan
kehadiran petani kurang aktif. Hal ini
karena selain sebagai petani, peserta
SLPTT ada yang bekerja di sektor
non pertanian seperti perangkat desa,
swasta, ternak dan buruh dan ada
kepentingan lain seperti membantu
tetangga yang mempunyai hajat.
Untuk mengatasi kendala
keterbatasan air, menggunakan
mesin untuk memperoleh air yang
berasal dari sungai. Untuk kehadiran
responden fasilitator menanyakan
kepada responden kenapa tidak
menghadiri pertemuan tetapi karena
ada kepentingan sosial seperti
membantu tetangga yang mempunyai
hajat, fasilitator tidak bisa
5
6
menyarankan supaya responden
mengikuti pertemuan.
ASPEK PRODUK Produk merupakan hasil dari
proses kegiatan program, dengan
adanya produk ini dapat mengetahui
pengetahuan responden dalam
mengamati PTT, pada tanaman padi
dan teknologi pengendaliannya.
Untuk mengetahui tingkat
pengetahuan petani tentang PTT.
Tanpa mempunyai pengetahuan yang
cukup responden tidak akan mampu
dalam menerapkan suatu teknologi.
Aspek pengetahuan yang diteliti
antara lain tentang Pengelolaan
Tanaman Terpadu.
Hasil wawancara yang telah
dilakukan oleh peneliti kepada petani
untuk mengetahui penilaian petani
terhadap kegiatan SLPTT
menyatakan bahwa kegiatan SLPTT
sangat berguna bagi petani karena
dengan adanya kegiatan tersebut
petani lebih mengetahui teknik
budidaya yang efektif dan efisien
input produksi tetapi tetap
mendapatkan hasil yang maksimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Berdasarkan uraian di atas,
permasalahan yang dapat
dirumuskan antara lain sebagai
berikut:
1). Pelaksanaan SLPTT di Desa
Pulutan Kecamatan Wonosari telah
berjalan sejak tahun 2008 sampai
sekarang, dengan peningkatan
produktivitas yang menjadi tujuan
utama kegiatan SLPTT di Desa
Pulutan sudah dapat terlaksana.
Peningkatan produktivitas hasil
panen padi ternyata mempengaruhi
peningkatan pendapatan petani di
Desa Pulutan. Kegiatan SLPTT
bermanfaat dan berguna bagi petani.
Dengan adanya kegiatan SLPTT
tersebut petani lebih mengenal
teknologi PTT yang menguntungkan
bagi petani. Kendala yang dihadapi
dari berbagai kegiatan tersebut antara
lain keterbatasan air karena pada
waktu pelaksanaan SLPTT di Desa
Pulutan sedang musim kemarau dan
meskipun sebelum pelaksanaan
SLPTT syarat peserta bersedia untuk
mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir tetapi setiap pertemuan
kehadiran petani kurang aktif. Untuk
mengatasi kendala keterbatasan air,
menggunakan mesin untuk
memperoleh air yang berasal dari
sungai dan sumur pompa. Untuk
kehadiran petani peserta, Fasilitator
menanyakan kepada responden
kenapa tidak menghadiri pertemuan
tetapi karena ada kepentingan sosial
seperti membantu tetangga yang
mempunyai hajat, fasilitator tidak
bisa menyarankan supaya responden
mengikuti pertemuan 2). Efektifitas
program SLPTT tanaman padi di
Gapoktan Maguru Desa Pulutan.
Dari hasil di lapang kegiatan
pelaporan sudah dilaksanakan sesuai
dengan prosedur petunjuk
pelaksanaan kegiatan. Laporan
tersebut sebagai bukti bahwa
kegiatan SLPTT di Desa Pulutan
sudah dilaksanakan, Perubahan
perilaku yang dialami petani di
Wilayah Kecamatan Wonosari
dipengaruhi oleh hasil yang
diperoleh dibandingkan dengan
hasil-hasil panen sebelumnya.
Keadaan demikian pula yang
memicu ketertarikan petani terhadap
kegiatan SLPTT, bukan hanya
kegiatan sekolahnya tetapi teknologi
7
budidayanya yang lebih menarik
perhatian petani. Prinsip efisiensi
input produksi yang diterapkan
dalam teknologi PTT yang semakin
menarik perhatian petani karena
melihat kelangkaan pupuk yang ada
serta ketidakstabilan harga jual dan
harga beli yang ada sehingga
mendorong petani untuk lebih
terbuka dengan inovasi yang ada. 3)
Perubahan Perilaku petani dari
pelaksanaan kegiatan SLPTT
memberikan manfaat yang besar bagi
petani. Dengan adanya kegiatan
SLPTT pengetahuan petani
bertambah, petani yang dulunya
menggunakan benih hasil panen
sendiri menjadi menggunakan benih
berlabel. Dalam pengolahan lahan
pengendalian hama dan gulma petani
melakukan pemupukan sudah sesuai
dosis yang dianjurkan, perlakuan
benih sebelum persemaian sudah
sesuai dengan pedoman SLPTT dan
petani mengenal yang namanya
musuh alami. Dengan demikian
pengetahuan dan pengalaman petani
menjadi bertambah. Selain
bertambahnya pengetahuan petani,
ketrampilan petani juga berubah.
Perubahan ketrampilan terjadi akibat
dari perubahan pengetahuan yang
dimiliki sehingga mendorong petani
untuk melakukan perubahan yang
lebih berarti.
Saran
Dalam pelaksanaan rapat rutin
SLPTT terjadi penurunan jumlah
peserta rapat, dengan berbagai alasan
yang dikemukakan oleh petani yang
tidak hadir rapat, untuk itu adapun
saran dari penelitian ini adalah
sebagai berikut;
1) Sebaiknya perlu adanya
kesepakatan ulang terkait penentuan
jadwal pertemuan rapat SLPTT
supaya kehadiran peserta SLPTT
bisa maksimal dan bisa memenuhi
jadwal yang ditentukan 2) Para
petani penggerak mengeluh dalam
penyampaian materi training.
Sebaiknya pelaksanaan training
petani penggerak lebih lama dan
disesuaikan dengan materi yang
diberikan, karena dari hasil
penelitian training hanya
dilaksanakan 2 hari dengan materi
yang banyak 3) Peserta SLPTT
belum terbiasa berbagi ilmu
mengenai PTT. Sebaiknya petani
alumni SLPTT bisa menularkan
pengetahuannya kepada petani yang
belum mengikuti SLPTT, karena
berdasarkan penelitian petani yang
tidak mengikuti SLPTT belum
mengetahui tentang PTT.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan 2006. Analisis Data
Penelitian Kualitatif. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Departemen Pertanian. 2008.
Panduan Pelaksanaan Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SLPTT) Padi. Liptan.
BBTP. Subang. Jawa Barat.
Khairuddin, et al . 2006.
Peningkatan Produktivitas Padi
Sawah Irigasi Melalui
Pendekatan Pengelolaan
Tanaman Dan Sumberdaya
Terpadu. Balai Pengkajian dan
Teknologi Pertanian Kalimantan
Selatan.
Mardikanto. 1993. Penyuluhan
Pembangunan Pertanian. UNS
Press. Surakarta.
8
. 1996. Penyuluhan
Pembangunan Kehutanan.
Kerjasama Pusat Penyuluhan
Kehutanan Dengan Fakultas
Pertanian UNS Surakarta.
Van den Ban dan Hawkins. 1999.
Penyuluhan Pertanian.
Kanisius. Yogyakarta.
9