14
Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian Indonesia Oleh Lutfi Alkatiri - Direktur Executif FAM PII Tsunami yang terjadi di Jepang pada tanggal 11 Maret 2011 lalu perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak terutama pemerintah. Mengingat posisi Jepang sebagai negara dengan perekonomian ketiga terbesar dunia yang tentu saja akan menyebabkan perlambatan perekonomian global yang saat ini sedang memasuki fase pemulihan setelah resesi ekonomi global tahun 2008 lalu. Disamping terpengaruh melalui jalur transmisi perekonomian global, tingginya tingkat kesalingtergantungan antara ekonomi Indonesia dengan Jepang menyebabkan perlunya perhatian serius terhadap besaran dampak perlambatan ekonomi Jepang terhadap perekonomian Indonesia. Ada lima (5) aspek yang harus diperhatikan yaitu Jepang sebagai kreditor terbesar untuk Indonesia, Jepang sebagai mitra dagang yang signifikan dengan Indonesia, Jepang sebagai investor terbesar nomor dua di Indonesia untuk penanaman modal asing secara langsung, Wisatawan Jepang termasuk lima (5) terbanyak yang berkunjung ke Indonesia dan Jepang merupakan salah satu negara donor utama terhadap program-program pembangunan di Indonesia. Jumlah utang Indonesia sampai September 2010 mencapai US$ 194,349 miliar, utang tersebut merupakan utang pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan swasta. Dari jumlah tersebut, terbesar dari Jepang dan Amerika Serikat (AS).Dari jumlah utang US$ 194,349 miliar, utang Indonesia ke Jepang mencapai US$ 40,138 miliar atau 20,7% dari total utang Indonesia. Kemudian diikuti AS dengan jumlah US$ 21,814 miliar atau 11,2%.Berdasarkan data tersebut, dari US$ 194,349 miliar utang Indonesia, sebanyak US$ 103,25 miliar merupakan utang pemerintah, diikuti swasta US$ 80,177 miliar, dan BI sebesar US$ 10,922 miliar.Sebanyak 55,3% utang Indonesia adalah dalam mata uang dolar AS, kemudian 20% dalam bentuk yen, dan 15,4% dalam bentuk Rupiah.Dari keseluruhan utang tersebut, sebesar US$ 38,363 miliar merupakan utang jangka pendek dengan jangka waktu 1 tahun ke bawah. Sementara US$ 155,986 miliar merupakan utang jangka panjang dengan jangka waktu di atas 1 tahun.Secara keseluruhan sampai September 2010, jumlah utang Indonesia belum memperlihatkan tanda-tanda penurunan. Bahkan jumlahnya naik dari US$ 167,989 miliar di September 2009 menjadi US$ 194,349 miliar di September 2009. Hal ini tentu harus menjadi pertimbangan Pemerintah Indonesia bila Jepang

Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian Indonesia

Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian IndonesiaOleh Lutfi Alkatiri - Direktur Executif FAM PII

Tsunami yang terjadi di Jepang pada tanggal 11 Maret 2011 lalu perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak terutama pemerintah. Mengingat posisi Jepang sebagai negara dengan perekonomian ketiga terbesar dunia yang tentu saja akan menyebabkan perlambatan perekonomian global yang saat ini sedang memasuki fase pemulihan setelah resesi ekonomi global tahun 2008 lalu. Disamping terpengaruh melalui jalur transmisi perekonomian global, tingginya tingkat kesalingtergantungan antara ekonomi Indonesia dengan Jepang menyebabkan perlunya perhatian serius terhadap besaran dampak perlambatan ekonomi Jepang terhadap perekonomian Indonesia. Ada lima (5) aspek yang harus diperhatikan yaitu Jepang sebagai kreditor terbesar untuk Indonesia, Jepang sebagai mitra dagang yang signifikan dengan Indonesia, Jepang sebagai investor terbesar nomor dua di Indonesia untuk penanaman modal asing secara langsung, Wisatawan Jepang termasuk lima (5) terbanyak yang berkunjung ke Indonesia dan Jepang merupakan salah satu negara donor utama terhadap program-program pembangunan di Indonesia.

Jumlah utang Indonesia sampai September 2010 mencapai US$ 194,349 miliar, utang tersebut merupakan utang pemerintah, Bank Indonesia (BI), dan swasta. Dari jumlah tersebut, terbesar dari Jepang dan Amerika Serikat (AS).Dari jumlah utang US$ 194,349 miliar, utang Indonesia ke Jepang mencapai US$ 40,138 miliar atau 20,7% dari total utang Indonesia. Kemudian diikuti AS dengan jumlah US$ 21,814 miliar atau 11,2%.Berdasarkan data tersebut, dari US$ 194,349 miliar utang Indonesia, sebanyak US$ 103,25 miliar merupakan utang pemerintah, diikuti swasta US$ 80,177 miliar, dan BI sebesar US$ 10,922 miliar.Sebanyak 55,3% utang Indonesia adalah dalam mata uang dolar AS, kemudian 20% dalam bentuk yen, dan 15,4% dalam bentuk Rupiah.Dari keseluruhan utang tersebut, sebesar US$ 38,363 miliar merupakan utang jangka pendek dengan jangka waktu 1 tahun ke bawah. Sementara US$ 155,986 miliar merupakan utang jangka panjang dengan jangka waktu di atas 1 tahun.Secara keseluruhan sampai September 2010, jumlah utang Indonesia belum memperlihatkan tanda-tanda penurunan. Bahkan jumlahnya naik dari US$ 167,989 miliar di September 2009 menjadi US$ 194,349 miliar di September 2009. Hal ini tentu harus menjadi pertimbangan Pemerintah Indonesia bila Jepang sewaktu-waktu menarik hutang luar negerinya untuk pemulihan pembangunan infrastruktur yang tertimpa bencana.

Berdasarkan laporan BKPM, sepanjang tahun 2010, Jepang merupakan investor terbesar ke empat di Indonesia setelah Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat dengan jumlah proyek sebanyak 323 dan nilai investasi sebesar 712,6 juta US$ atau sekitar 4,39% dari total investasi asing di Indonesia sebesar 16.214,8 juta US$. Jepang juga telah berkomitmen investasi untuk pembangunan infrastruktur sebesar 60 miliar dolar AS untuk pengembangan konsep Metropolitan Priority Area (MPA) di Jakarta. Dengan komitmen investasi tersebut, Jepang diprediksikan akan menjadi investor asing terbesar di Indonesia mulai tahun 2011 ini.

Dari sisi perdagangan, Jepang merupakan negara tujuan ekspor non migas terbesar Indonesia pada tahun 2010 lalu dengan nilai ekspor sebesar 16.496,5 juta US$. Pada bulan Januari tahun 2011, Jepang merupakan tujuan ekspor non migas kedua terbesar setelah Amerika Serikat dengan nilai ekspor 10,13 juta US$ atau sekitar 10,13% dari total ekspor nonmigas Indonesia. Ekspor Indonesia ke Jepang dalam bentuk tekstil, furnitur, hasil perkebunan, aquaculture dan migas sehingga yang paling

Page 2: Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian Indonesia

terkena dampak adalah sektor UKM yang kehilangan pasar utamanya di Jepang. Selain itu Jepang juga tentu membutuhkan sumber daya energi tambahan seperti gas dan batubara untuk menggantikan reaktor nuklirnya yang dalam masa perbaikan. Hal ini tentu bisa menganggu perencanaan energi untuk kebutuhan domestik bila tidak diantisipasi.

Jepang juga merupakan pemasok impor non migas nomor dua terbesar setelah China. Impor dari Jepang selama tahun 2010 sebesar 16.910,7 US$ atau sekitar 15,6% dari total impor Indonesia. Untuk Januari 2011, impor dari Jepang mencapai US$1,38 miliar atau 14,40% dari total impor nonmigas Indonesia yang sebagian besar terdiri dari alat-alat elektronik, komponen dan produk otomotif. Hal lain yang harus diperhatikan adalah serbuan barang-barang produksi impor dari China, Asia Tenggara dan negara-negara lain yang biasa melakukan ekspor ke Jepang sebagai perekonomian nomor tiga (3) terbesar didunia, akan mengalihkan produknya ke negara lain seperti Indonesia.

Kawasan Tohoku di bagian utara Jepang adalah wilayah paling parah terkena dampak bencana gempa berkekuatan 8,9 skala Richter dan tsunami. Tohoku menyumbang 8% produk domestik bruto Jepang dan menjadi lokasi berbagai pabrik, mulai dari pabrik mobil hingga minuman. Sehingga hancurnya infrastruktur di Tohoku disamping memberi kerugian ekonomi terhadap Jepang yang diperkirakan mencapai hingga 15 triliun yen Jepang (US$183 miliar atau setara Rp1.647 triliun) juga menyebabkan penghentian produksi beberapa pabrik yang praktis akan menghambat pergerakan ekonomi Jepang. Selain itu kehancuran basis produksi elektronika di Sendai juga berpengaruh terhadap industri perakitan elektronik di Indonesia terutama Batam.

Didunia pariwisata Indonesia, Jepang mampu memberikan kontribusi sebesar 9,51 persen dari total wisman ke Bali sebanyak 2.575.142 orang selama 2010, meningkat 8,01 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat 2.576.142 orang. Sedangkan wisatawan Malaysia sekitar 156.858 orang, Taiwan sebesar 122.256 orang, Singapura sebanyak 97.402 orang, Inggris sejumlah 96.412 orang dan Jerman sekitar 84.406 orang. Kemudian China sejumlah 196.925 orang, Korea Selatan sejumlah 124.729 orang dan wisatawan Prancis sebanyak 104.029 orang,

Dengan posisi Jepang sebagai negara tujuan utama ekspor-impor Indonesia serta investor utama di Indonesia, Pemerintah perlu secepatnya mengantisipasi dampak negatif dari perlambatan ekonomi Jepang. Dari sisi investasi, Pemerintah dituntut untuk bekerja lebih keras dalam mengundang investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia khususnya untuk pembangunan infrastruktur dan manufaktur yang selama ini menjadi tujuan utama investasi Jepang di Indonesia. Hal ini untuk memastikan agar pembangunan infrastruktur dan manufaktur tetap berlanjut di tengah pemulihan ekonomi Jepang. Sementara untuk menjaga agar laju ekspor-impor tidak terganggu, Pemerintah perlu melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor dan asal impor agar pelaku usaha domestik khususnya UKM yang berorientasi ekspor tidak terhenti produksinya akibat tertutupnya pasar Jepang. Tanpa ada pembenahan ekspor-impor Indonesia, akan banyak sektor usaha khususnya sektor usaha kecil akan terancam terhenti produksinya yang pada akhirnya bukan hanya menurunkan target pertumbuhan ekonomi domestik tapi juga akan meningkatkan angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Tanpa ada langkah antisipatif dan kerja keras dari Pemerintah, resesi ekonomi Indonesia di depan mata.

Page 3: Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian Indonesia

Hubungan Ekonomi ASEAN-Jepang Pasca Tsunami Ditulis oleh Yasmin Sungkar Kamis, 07 April 2011 09:52

Di tahun 1990-an, Jepang mengalami resesi panjang dan diperburuk dengan kebijakan pemerintah yang tidak memadai, khususnya di sektor keuangan dan perbankan. Ketika ekonomi Jepang baru mulai tumbuh kembali, pada tahun 2008 sekali lagi Jepang dilanda krisis, yang sesungguhnya dialami hampir semua negara di dunia. Meskipun sektor keuangan sudah menguat, tetapi ketergantungan pada ekspor masih tinggi, seperti yang terjadi di China dan Korea Selatan. Hal ini menjadi masalah besar ketika permintaan melemah, khususnya dari Amerika Serikat, sementara konsumsi domestik Jepang tidak meningkat. Ditambah lagi Jepang harus menghadapi hambatan ekonomi seperti persoalan demografi di mana persentase populasi usia lanjut sangat besar, tingkat produktifitas yang tidak memadai, tingkat investasi asing yang rendah, dan kemiskinan yang bertambah. Melihat gambaran situasi di atas, bagaimana dengan masa depan hubungan ekonomi Jepang dengan kawasan ASEAN setelah bencana gempa dan tsunami yang baru lalu?Pembangunan ekonomi Jepang pada periode pasca perang, paling tidak sampai belakangan ini, dapat dianggap sebagai suatu keajaiban secara berkelanjutan. Kebangkitan Jepang dari kehancuran dan kekalahan dalam Perang Dunia Kedua menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia adalah suatu kenyataan yang tidak ada bandingannya dan suatu pencapaian yang mengagumkan. Meskipun akhir-akhir ini Jepang menghadapi berbagai kesulitan, pengalaman terdahulu tetap menjadi contoh penting atas suksesnya bentuk pembangunan ekonomi yang dipimpin negara (state-led economic development). Pola pembangunan demikian sebenarnya bertentangan dengan pemikiran ekonomi Barat, tetapi justru menjadi contoh model bagi beberapa negara di kawasan Asia Timur. Namun demikian, pada saat Jepang baru mulai pulih dari resesi dan stagnasi ekonomi bertahun-tahun, posisinya sebagai kekuatan ekonomi kedua di dunia digeser oleh China baru-baru ini.

Inti dari kebijakan perdagangan dan industri Jepang adalah keinginan kuat untuk mengatasi rasa tidak aman. Sebagai negara yang tidak memiliki banyak sumber-sumber utama yang diperlukan untuk kesuksesan proses industrialisasinya, Jepang terpaksa bergantung pada pasokan dari luar untuk memenuhi elemen input ekonominya. Masa ‘oil shocks’ pada tahun 1970an, di mana harga minyak melejit yang mana minyak salah satu sumber energi yang krusial, menjadikan para perencana kebijakan di Jepang menyadari bagaimana rentannya suatu negara atas pengaruh perubahan kondisi yang tidak berada di bawah kontrolnya. Hal ini mendorong Jepang membangun sejumlah pusat tenaga nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi domestik. Sebagai pengguna tenaga nuklir ketiga terbesar di dunia, Jepang memenuhi 35 persen kebutuhan listriknya dari tenaga nuklir.

Keterlibatan Jepang yang paling nyata di kawasan Asia Tenggara adalah melalui aspek perdagangan dan investasi. ASEAN dan Jepang selama bertahun-tahun merupakan mitra dagang yang penting dan terus memperdalam dan memperluas hubungan dagang mereka. Hal ini tercermin dari angka perdagangan yang meningkat terus walaupun krisis ekonomi global tahun 2008 menyebabkan angka perdagangan tahun berikutnya turun sebesar 25 persen. Sebagai pasar penting bagi produk ASEAN, ekspor ASEAN ke Jepang juga meningkat. Dengan demikian Jepang merupakan mitra dagang terbesar bagi ASEAN dengan mengambil 10,5 persen dari perdagangan total ASEAN di tahun 2009.

Page 4: Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian Indonesia

Tren nilai perdagangan ASEAN-Jepang yang meningkat terus memperlihatkan pentingnya Jepang sebagai pasar bagi produk ASEAN yang sekaligus melihat ASEAN sebagai satu kesatuan.

Bila diperhatikan lebih jauh, nilai perdagangan bilateral Jepang dengan negara anggota ASEAN sangat bervariasi. Pada tahun 2007 dan 2008, di antara sepuluh negara ASEAN, Thailand menduduki urutan pertama dan Indonesia urutan kedua, kemudian diikuti Malaysia. Apabila kita perhatikan nilai ekspor dan impornya, ternyata Jepang mengalami surplus perdagangan terhadap Thailand dan mengalami defisit perdagangan dengan Indonesia dan Malaysia. Secara keseluruhan, Jepang mengalami defisit perdagangan dengan lima negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, dan Myanmar. Dalam hal ini Indonesia mengalami surplus perdagangan yang jauh sangat besar dibanding empat negara lainnya.

Namun meningkatnya angka perdagangan ini tidak dibarengi dengan naiknya arus investasi langsung dari Jepang. Bahkan selama periode 2006 sampai 2008, investasi dari Jepang mengalami penurunan. Sebaliknya, krisis ekonomi global tahun 2008 tidak mengganggu arus investasi, bahkan tumbuh sebesar 14 persen di tahun 2009. Sebenarnya Jepang yang mengambil 13,4 persen dari investasi total yang masuk di tahun 2009 menduduki investor kedua terbesar di kawasan ASEAN setelah Uni Eropa yang mengambil porsi 18,4 persen. Untuk sektor manufaktur, Thailand berhasil menarik investasi Jepang jauh di atas negara ASEAN lainnya, khususnya di bidang peralatan transportasi. Urutan kedua dan ketiga diduduki masing-masing oleh Vietnam dan Filipina. Sedangkan untuk sektor nonmanufaktur, Singapura menduduki urutan pertama dalam hal investasi dari Jepang, kemudian diikuti oleh Indonesia dan Vietnam. Investasi Jepang di sektor nonmanufaktur di ketiga negara ASEAN ini sangat menonjol di bidang keuangan dan asuransi.

Bencana gempa dan tsunami di Jepang baru-baru ini sangat memprihatinkan dan sudah pasti menimbulkan dampak luas baik di dalam maupun di luar negeri. Perdana Menteri Jepang mengakui bahwa ini bencana terbesar setelah Perang Dunia Kedua. Dampak ekonomi langsung yang akan dirasakan negara-negara yang mengekspor energi dan bahan baku adalah meningkatnya permintaan dari Jepang. Sebaliknya, negara-negara yang bergantung pada komponen manufaktur dari Jepang akan mengalami kekurangan pasokan. Dalam jangka pendek misalnya, perusahaan semikonduktor, kendaraan mobil dan baja di Korea Selatan yang menjadi pesaing Jepang akan memperoleh keuntungan karena tutupnya beberapa pabrik di Jepang. Namun perlu diingat bahwa Jepang, sebagai pemasok terbesar komponen elektronika dan otomotif, mengekspor ke banyak negara, termasuk ke Korea Selatan. Kemungkinan juga industri di China akan mengalami gangguan pasokan komponen teknologi tinggi dari Jepang. Saat ini Jepang merupakan sumber impor terbesar bagi China yang mencapai 13 persen dari impor total China.

Bencana alam di Jepang juga akan menimbulkan dampak bagi ekonomi Asia Tenggara walaupun belum bisa dipastikan seberapa besar pengaruhnya. Sebaliknya, bisa jadi investasi di kawasan ASEAN akan meningkat bila perusahaan-perusahaan Jepang mengalihkan lokasinya untuk menghindari wilayah yang rawan bencana alam. Dampak langsung yang sudah dirasakan adalah terganggunya rantai pasokan dari Jepang. Banyak pabrik di Asia Tenggara yang tergantung pasokan komponen dari Jepang untuk merakit produk ekspor, termasuk mobil dan elektronika. Negara-negara ASEAN yang mengandalkan ekspor ke Jepang sudah pasti akan mengalami penurunan di tahun pertama. Seberapa jauh berkurangnya ekspor Indonesia dan Filipina ke Jepang -mencakup 20 persen dan 17

Page 5: Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian Indonesia

persen dari ekspor total masing-masing- saat ini belum bisa dipastikan. Thailand akan mengalami dampak yang relatif besar dibanding negara ASEAN lainnya karena industri otomotifnya akan terganggu pasokan komponen dari Jepang. Demikian pula halnya dengan Malaysia yang akan mengalami gangguan di sektor otomotif dan elektronika, karena banyak perusahaan Jepang di Malaysia kesulitan memperoleh komponen. Negara-negara ASEAN lainnya akan merasakan pengaruh yang lebih kecil.

Kekhawatiran utama saat ini adalah kekurangan tenaga listrik dan Jepang membutuhkan energi alternatif sesegera mungkin. Selain Australia yang siap memasok produk energi, Indonesia juga bisa menjadi sumber energi dan bahan baku bagi kebutuhan yang meningkat di Jepang. Bahkan kebutuhan ini akan meningkat terus ketika Jepang membangun kembali wilayah yang hancur dilanda tsunami. Bank Dunia memperkirakan bahwa Jepang membutuhkan biaya sebesar US$235 milyar dan memerlukan waktu lima tahun untuk bangkit dari bencana gempa dan tsunami. Bagi Indonesia, hal ini memungkinkan hanya bila kebutuhan energi domestik sudah terpenuhi lebih dahulu. Negara-negara ASEAN berharap dampak bencana di Jepang ini tidak terlalu buruk dan tidak menggoncang pertumbuhan yang sedang dinikmati Asia Tenggara di mana tahun lalu mencapai 7 persen. Sebelum krisis global di akhir tahun 2008, ekonomi Asia Timur yang berkembang cepat dan makin terintegrasi merupakan salah satu wilayah yang paling dinamis di dunia. Kondisi apapun yang harus dihadapi negara-negara di kawasan, sudah terbukti kemitraan antara ASEAN dan Jepang tidak mengendur. Jepang tidak saja menyediakan pasar bagi produk ekspor negara-negara ASEAN, tetapi juga membangun basis manufaktur dan mentransfer teknologi dan ilmu manajemen yang dibutuhkan. Banyak perusahaan di ASEAN yang berhasil dibangun berdasarkan model Jepang. Dalam jangka panjang, bencana alam di Jepang tidak akan mengendurkan kerjasama EPA (Economic Partnership Agreement) yang merupakan landasan bagi kemitraan yang lebih kuat antara Jepang dan negara-negara ASEAN dalam hal menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan. (Yasmin Sungkar)

Page 6: Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian Indonesia

Tsunami menghantam ekonomi jepang“Guncangan pada perekonomian Jepang akan berdampak pada bisnis apapun."

Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Jepang mulai menaksir kerugian yang mereka alami, setelah gempa dan tsunami dahsyat meluluhlantakkan bagian timur laut negeri itu, Jumat, 11 Maret 2011.

Sebagian besar perusahaan mengevakuasi karyawan dan menutup pabrik. Kerusakan terjadi di mana-mana. Belum diketahui seberapa besar dampaknya terhadap perekonomian.

“Masih membutuhkan waktu yang panjang agar sistem transportasi dan distribusi dapat bekerja normal,” kata Masaaki Kanno, analis JP Morgan yang berkantor di Tokyo, seperti dikutip International Herald Tribune. Menurut dia, gempa Jepang menjadi pukulan berat bagi bisnis di Negeri Sakura, terutama di daerah-daerah yang terpukul paling parah.

Janet Hunter, dosen Perekonomian Jepang di London School of Economics, mengatakan bahwa hampir semua infrastruktur yang berada di jalur tsunami, harus dibangun lagi dari nol; termasuk jembatan, jalan, dan rel kereta api.

Gangguan apapun pada sektor manufaktur Jepang sudah pasti akan berimbas pada perekonomian negara itu yang telah mengalami stagnasi selama dua dekade terakhir ini.

Perusahaan kargo melaporkan bahwa pelabuhan-pelabuhan utama Jepang tutup--meskipun penutupan itu lebih sebagai tindakan pencegahan. Selama ini, pelabuhan-pelabuhan utama itu, yang sebagian besar berada di selatan Tokyo, memainkan peran penting untuk mendorong ekspor Jepang.

Ekspor Jepang--kebanyakan terdiri dari mobil, mesin, dan barang-barang buatan pabrik--meningkat sekitar 25 persen pada 2010. Ini adalah peningkatan pertama selama tiga tahun terakhir.

Carl Weinberg, ekonom kepala High Frequency Economics, perusahaan riset yang berbasis di New York, menyatakan bahwa kerusakan pada negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu akan memiliki konsekuensi lebih besar dari yang dibayangkan. “Guncangan pada perekonomian Jepang akan berdampak pada bisnis apapun, di manapun mereka berada,” kata Weinberg.

Bank sentral Jepang, dalam situsnya mengatakan bahwa mereka akan terus menghitung kemungkinan kerugian yang menghantam berbagai operasi finansial. Mereka menegaskan, siap untuk mengambil tindakan apabila diperlukan.

***

Gempa dahyat 9 Skala Richter juga merusak pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima Dai-ichi. Pembangkit milik Tokyo Electronic Power Co ini meledak dan menambah krisis listrik di Jepang.

Page 7: Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian Indonesia

Pemerintah langsung mengumumkan akan melakukan pemadaman bergilir di sejumlah wilayah, termasuk di Ibukota, Tokyo.

Pemadaman listrik ini telah mengganggu produksi pabrik-pabrik raksasa di Jepang. Sony Corp., perusahaan peralatan elektronik terbesar di Jepang, mengumumkan enam pabriknya terganggu. Sony pun akhirnya menghentikan sementara produksi mereka.

CNN melaporkan, penghentian pabrik-pabrik di Miyagi dan Fukushima ini dilakukan secara sukarela untuk meringankan krisis listrik. "Penghentian operasi mulai dilakukan pagi ini," kata Atsuo Omagari, juru bicara perusahaan eksportir elektronik terbesar itu di Jepang, Senin, 14 Maret 2011.

Kemudian, Toyota Motor Corp. juga mengumumkan menghentikan seluruh pabriknya di Jepang hari ini. Produsen mobil terbesar di dunia ini, mengelola 12 pabrik di negeri itu.

Honda Motor Co juga mengatakan akan menghentikan produksi pada empat pabriknya. Sementara itu, Nissan Motor Co, produsen mobil terbesar kedua di negeri itu, menghentikan operasi di empat pabrik miliknya.

Kantor berita Jiji Press News melaporkan, Primearth EV Energy Co. Ltd., perusahaan patungan antara Panasonic Corp. dan Toyota yang membuat baterai untuk kendaraan ramah lingkungan, juga menutup pabrik. Tingkat kerusakan tidak jelas, namun seorang juru bicara mengatakan, "Tampaknya tidak besar."

Goldman Sachs Group Inc., seperti dilaporkan Bloomberg, memprediksi Toyota akan kehilangan potensi keuntungan hingga 6 miliar yen atau sekitar Rp640 miliar per hari atas penutupan 12 pabriknya. Sedangkan Honda dan Nissan bakal kehilangan 2 miliar yen atau sekitar Rp213 miliar per hari.

Saham Toyota di bursa Tokyo langsung anjlok. Pada perdagangan Senin, pukul 13.35, saham Toyota diperdagangkan pada 3.310 yen, atau melemah 7,9 persen. Ini penurunan tertinggi sejak Desember 2008. Saham Sony jatuh 8,9 persen menjadi 2.557 yen, yang merupakan penurunan terbesar sejak Januari 2009. Indeks saham acuan Jepang, Nikkei 225, pada jam itu turun 6,2 persen.

"Ini tekanan jual," kata Toshikazu Horiuchi, analis saham di Cosmo Securities Co., di Tokyo. "Tidak ada yang tahu gambaran lengkap seberapa besar kerusakan dari gempa bumi."

Perusahaan afiliasi Toyota, Denso Corp., pun menutup hampir semua pabriknya di Jepang, kata Goro Kanemasu, juru bicara perusahaan. Pembuat bagian kendaraan yang berbasis di Prefektur Aichi ini belum memutuskan operasi ke depan. Saham mereka pun turun 7,2 persen.

Canon Inc., perusahaan pembuat kamera terbesar di dunia, kemarin mengatakan akan menangguhkan operasi di delapan produksi dan fasilitas pembangunan di Jepang utara. Sahamnya pun jatuh 6,1 persen dalam perdagangan Tokyo.

Page 8: Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian Indonesia

Nikon Corp. menghentikan empat pabrik di Miyagi dan Prefektur Tochigi. "Kami tengah mengevaluasi dampak pada pendapatan," demikian pernyataan perusahaan itu. Saham Nikon pun amblas 9,1 persen.

Toshiba Corp. juga menghentikan lima pabriknya karena listrik di wilayahnya padam. "Satu pabrik di antaranya karena rusak akibat gempa," kata produsen peralatan elektronik yang bermarkas di Tokyo itu. Saham perusahaan ini melesak 16 persen.

Dalam satu pernyataan, Fujitsu Ltd., pembuat semikonduktor dan peralatan komputer, menghentikan 10 pabrik di Jepang bagian utara serta daerah Tokyo.

East Japan Railway Co, operator kereta api dan kereta bawah tanah di wilayah Tokyo dan Jepang utara, juga menyatakan akan mengurangi perjalanan hingga 80 persen, khususnya di Tokyo.

Asahi Breweries Ltd., perusahaan bir terbesar di Jepang, mengurangi produksi di pabrik di Prefektur Kanagawa sebesar 50 persen karena pemadaman listrik. Takayuki Tanaka, juru bicara perusahaan yang berbasis di Tokyo ini mengatakan, telah menghentikan operasi di pabrik-pabrik di Prefektur Fukushima dan Ibaraki.

Dampak dari itu semua, di akhir perdagangan Senin, 14 Maret 2011, di bursa Tokyo indeks Nikkei 225 anjlok 633,94 poin (6,18 persen) menjadi 9.620,49.

Page 9: Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian Indonesia

KONFERENSI PERS GAIKINDO - PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI JEPANG

24 Maret 2011, GAIKINDO mengadakan Konferensi Pers mengenai dampak industri otomotif Indonesia setelah terjadinya bencana alam yang menimpa Negara Jepang. Acara ini diselenggarakan di Hotel Nikko Jakarta dengan mengambil tema “Industri Otomotif Indonesia Pasca Gempa Bumi dan Tsunami di Jepang”. Sebagai nara sumber pada acara ini adalah Ketua Umum GAIKINDO Bp. Sudirman MR mewakili Daihatsu dengan didampingi oleh Ketua I GAIKINDO Bp. Jongkie D. Sugiarto dan Sekretaris Umum Bp. Juwono Andrianto sebagai moderator , Bp. Joko Trisanyoto mewakili Toyota, Bp. Jonannes Nangoi mewakili Isuzu, Bp. Bambang Subijanto mewakili Indomobil Group, Bp. Budi P. Susilo mewakili Mitsubishi, dan Bp. Kristijanto mewakili Hino. Dihadiri oleh 68 peserta yang terdiri dari perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, Asosiasi GIAMM (spare parts), dan Wartawan dari media TV, online, dan cetak. Pada kesempatan ini GAIKINDO menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya dan turut prihatin atas bencana yang terjadi dibagian utara Negara Jepang pada tanggal 11 Maret 2011, berharap Pemerintah dan masyarakat Jepang akan segera melakukan recovery dan dengan semangat Jepang tindakan pemulihan tersebut akan segera terlaksana.

Diawali oleh Bp. Sudirman MR yang menjelaskan kondisi keadaan perusahaan Daihatsu di Jepang, Gempa di Jepang terjadi dibagian utara, dalam kaitannya pada industri otomotif dampak pada bencana tersebut yang cukup parah terkena pada perusahaan komponen yang saat ini belum diketahui informasi selanjutnya dan ada sebagian perusahaan komponen yang dampaknya tidak terlalu parah yang belum bisa beroperasi dikarnakan faktor transportasi, serta ada juga perusahaan komponen yang masih beroperasi karna terletak lebih dari 30 kilometer dari radiasi meletusnya reaktor nuklir di Fukushima. Pabrik komponen principle Daihatsu yang terletak di Osaka, Shiga, Kyoto dan supplier untuk tier-1 tidak terganggu tetapi supplier untuk tier-2 dan tier-3 yang kaitannya dengan bahan baku belum jelas informasinya sampai saat ini dan akan terus dimonitor. Produksi Daihatsu untuk bulan Maret masih berjalan dengan normal, dikarenakan pengiriman barang impor CKD dan komponen yang dilakukan setiap minggu dari Jepang masih berjalan, tetapi untuk stock dibulan April masih menunggu informasi dan perkembangan lebih lanjut. Indomobil Group yang diwakili oleh Bp.Bambang Subijanto menjelaskan bahwa lokasi pabrik yang berada di Jepang kondisinya tidak ada yang parah akan tetapi kondisi vendor-vendor yang belum diketahui informasinya sampai saat ini dan pihaknya akan terus berkonsolidasi dengan principle untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut. Dampak yang signifikan selain transportasi juga power supply/listrik mengalami masalah akibat meledaknya reaktor nuklir yang akan mengakibatkan menurunnya kapasitas produksi. Untuk produksi dibulan Maret dan April masih dalam kondisi aman dikarenakan kebutuhan materialnya masih tersedia. Hino disampaikan oleh Bp. Kristijanto menginformasikan Head office Hino yang berada di Tokyo dan 3 (tiga) perusahaan manufaktur dalam kondisi baik tidak terimbas oleh gempa bumi dan tsunami. Produksi domestik untuk bulan Maret dan April masih beroperasi seperti biasa. Pihak Hino dalam waktu dekat ini akan melakukan konsolidasi dengan supplier lokal dengan mengkalkulasi

Page 10: Dampak Tsunami Jepang Terhadap Perekonomian Indonesia

ketersediaan bahan baku CKD yang diimpor bukan hanya dari Jepang tetapi dari beberapa Negara di Asean, tentunya dari Asean cukup banyak juga sub-komponen yang diimpor dari Jepang. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dibulan Mei pihaknya akan terus melakukan konsolidasi baik dari pemasok dari lokal maupun dari negara Asean. Sebagai informasi pabrik Hino Motors Jepang yang memproduksi model truk besar, truk medium, heavy duty dan pabrik yang memproduksi light truk masih belum kembali beroperasional sampai dengan tanggal 26 Maret 2011 dan belum ada informasi lebih lanjut mengenai kapan kembali beroperasional. Bp. Joko Trisanyoto mewakili dari Toyota menambahkan bahwa yang menjadi prioritas utama pada pemerintah di Jepang adalah misi penyelamatan para korban-korban akibat gempa dan tsunami, prioritas kedua adalah sesegera mungkin memenuhi persediaan supply untuk spare parts dalam memenuhi kebutuhan after sales. Diinformasikan pula produksi Toyota di Jepang untuk kebutuhan spare parts sudah mulai beroperasi sejak tanggal 17 Maret 2011 dan pada tanggal 22 Maret 2011 sudah melakukan pengiriman barang ke Indonesia dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Dari Isuzu disampaikan oleh Bp. Johannes Nangoi yang menginformasikan Head Office yang berada di Omori, Tokyo dan 2 (dua) pabrik di Fujisawa dan Tochigi dalam kondisi aman tidak terdampak oleh gempa dan tsunami hanya ada sedikit gangguan getaran. Kendala yang utama yg dialami oleh pabrik Isuzu adalah pemenuhan local supplier dimana pabrik untuk local supplier Isuzu di Jepang yang berjumlah 50 supplier berlokasi didaerah yang terdampak oleh gempa dan tsunami. Stock untuk pabrik Isuzu didalam negeri masih terpenuhi sampai dengan bulan April, pabrik spare parts Isuzu saat ini masih belum beroperasional dan dari Head Office Isuzu masih memprioritaskan menolong kantor cabang-cabang Isuzu yang terkena dampak yg signifikan. Disimpulkan bahwa kondisi produksi didalam negeri yang berasal dari principle Jepang dibulan Maret dan April 2011 relatif masih dalam keadaan aman dan untuk kondisi bulan kedepannya masih menunggu perkembangan selanjutnya, dikarenakan di Jepang lebih memprioritaskan terlebih dahulu keselamatan manusianya. Mengenai harga kendaraan, selama tidak adanya kenaikan bahan baku dan nilai tukar rupiah maka tidak terpengaruh kepada kenaikan harga kendaraan. Untuk rencana jangka panjangnya Daihatsu di Indonesia akan tetap mengembangkan pabrik dengan investasi Rp. 2,1 Trilyun tetap dijalankan terlepas dari musibah yang terjadi di Jepang. Pasca gempa dan tsunami diharapkan negara Jepang mampu mengembalikan keadaan kembali normal dan belum ada rencana relokasi pabrik ke Indonesia.