Upload
ali-atur-rodiansyah
View
246
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
1/13
DAMPAK PENYATUAN ZONA WAKTU INDONESIA
TERHADAP POLA JAM KERJA DI INDONESIA
MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia KeilmuanYang dibina oleh Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd.
Oleh
Hendra Agus Prastyo
120722420623
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
Mei 2013
7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
2/13
2
1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Penyatuan zona waktu merupakan sebuah peristiwa yang tidak asing bagi
warga masyarakat di dunia. Banyak negara didunia yang memiliki wilayah cukup
besar dan memanjang dari timur ke barat memiliki permasalahan yang sama, yaitu
perbedaan waktu. Perbedaan waktu ini menyebabkan adanya ketidakseragaman
waktu pada satu negara. Namun, hal ini wajar karena tentu setiap tempat akan
memiliki perbedaan waktu karena bumi berotasi. Bumi dibagi menjadi 24 zona
waktu dengan perbedaan sebesar 4 menit tiap 1 derajat atau 1 jam tiap 15 derajat.
Patokan yang digunakan dalam perhitungan zona waktu adalah GMT, GMT+
berarti ke arah timur dan GMT- ke arah barat.
Dalam sejarahnya, wilayah Indonesia terbagi dalam berbagai bentuk zona
waktu dimulai sejak pemerintahan kolonial Belanda. Pada waktu pemerintahan
kolonial Belanda, wilayah Indonesia memiliki 6 zona waktu dengan selisih 30
menit antara dua zona waktu. Kemudian, pada tahun 1973 zona waktu
disederhanakan menjadi 3 zona waktu. Penyederhanaan ini ditujukan untuk
efisiensi birokrasi. Pada tahun 1988 pemerintah melakukan konfigurasi ulang
batas antara zona WIB dan WITA. Daerah Pulau Bali yang sebelumnya
merupakan bagian dari WIB dimasukkan ke WITA dan daerah Pulau Kalimantan
yang sebelumnya berada dalam zona WITA dibagi menjadi dua zona waktu,
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan dalam zona WITA dan
Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah dalam zona WIB.
Penyederhanaan yang kedua ini ditujukan untuk kepentingan ekonomi di Bali
(Sudibyo, 2012).
Berdasarkan sejarah perubahan zona waktu Indonesia, menunjukkanbahwa Indonesia tidak hanya pada tahun 2012 saja ada wacana penyatuan zona
waktu. Penyatuan zona waktu ini menurut media massa lebih menitikberatkan
pada aktivitas ekonomi Indonesia. Hal ini mungkin terdorong oleh penyatuan zona
waktu di Samoa, dimana Samoa masuk wilayah zona GMT+14. Alasannya adalah
untuk menyamakan ritme waktu kerja dengan Selandia Baru dan Australia.
Namun, menurut beberapa pakar, langkah penyatuan zona waktu Indonesia
menjadi satu zona waktu adalah tidak tepat.
7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
3/13
3
Muh. Marufin Sudibyo (2012) memberikan pernyataan sebagai berikut.
Rumusan astronomis tentang jumlah zona waktu bagi suatu negara puncukup sederhana. Jumlah zona waktu adalah jarak bujur, yakni selisih
antara garis bujur terbarat dan tertimur dalam negara tersebut, dibagi 15.
Sehingga bagi negara seperti Indonesia yang jarak bujurnya 46 derajat,maka jumlah zona waktunya menjadi 46/15 ~ 3 dan inilah yang mendasariadanya tiga zona waktu Indonesia (WIB, WITA dan WIT). Meskidemikian kebijakan penentuan zona waktu diserahkan kepada kepentingan
masing-masing negara.
Banyak sekali perubahan-perubahan dalam kehidupan sehari-hari ketika
zona waktu Indonesia disatukan. Diantaranya yang paling signifikan adalah pola
jam kerja di Indonesia. Masyarakat saat ini sudah terbiasa dengan zona waktu
Indonesia saat ini yang mendekati sama dengan jam matahari. Manusia secara
alami akan menyesuaikan dengan jam matahari yang sesuai dengan kinerja tubuh
atau sering disebut jam biologis. Efek utama dari penyatuan zona waktu Indonesia
adalah kesiapan masyarakat Indonesia dalam menghadapi pola jam yang sama,
padahal secara jam matahari belum sesuai. Oleh karena itu, perlu adanya
penimbangan secara bijaksana antar berbagai aspek.
1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana pola pembagian waktu dunia?2. Bagaimana pola jam kerja di Indonesia saat ini?3. Apa dampak yang ditimbulkan dari penyatuan zona waktu Indonesia
terhadap pola jam kerja di Indonesia?
1.3 Tujuan1. Mengetahui pola pembagian waktu dunia2. Mengetahui pola jam kerja di Indonesia saat ini.3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penyatuan zona waktu
Indonesia terhadap pola jam kerja di Indonesia.
2. PEMBAHASAN2.1 Pola Pembagian Waktu Dunia
7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
4/13
4
Dalam pola pembagian waktu dunia, para ahli membagi bumi menjadi 24
daerah waktu dengan rentang 15o, sehingga tiap 15o berbeda 1 jam (Hartono,
1990/1991: 11). Pada awalnya, tidak ada patokan bujur standar yang digunakan
sebagai awal perhitungan waktu. Pada tahun 1884 diadakan Konferensi Meridian
Internasional untuk membahas dan menentukan dimana posisi garis bujur utama.
Peserta konferensi ini diikuti oleh negara-negara kuat pada waktu itu, diantaranya
yakni Britania Raya, Amerika Serikat, dan Perancis. Setelah melalui perdebatan-
perdebatan antar anggota konferensi, akhirnya Britania Raya memperoleh
kemenangan dalam perdebatan ini. Dengan demikian, garis bujur utama bumi
adalah garis bujur yang melalui kompleks Royal Observatory of Greenwich di
kota London, sehingga muncul istilah Greenwich Mean Time (GMT). Untuk
daerah yang berada disebelah timur Greenwich, maka nilai jamnya ditambah
(GMT+) dan untuk daerah yang berada disebelah barat Greenwich, maka nilai
jamnya dikurangi (GMT-). Namun Perancis masih belum bisa menerima
keputusan konferensi ini. Akhirnya, Perancis menerima keputusan ini pada akhir
perang dunia I. Dibawah ini adalah gambar pola pembagian waktu dunia.
Gambar 2.1 Pola Pembagian Waktu Dunia
(Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Time_zone)
Penentuan garis bujur utama ini selain ditujukan untuk membagi zona
waktu dunia, juga digunakan untuk menentukan garis batas penanggalan
7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
5/13
5
internasional. Garis batas penanggalan internasional ini berada pada garis bujur
180 BB/BT atau pada GMT+12/GMT-12. Pada wilayah sebelah timur garis ini,
maka wilayah tersebut terlambat satu hari dengan wilayah di sebelah barat garis
ini. Garis batas penanggalan internasional ini melewati negara-negara pasifik
seperti Samoa, Kiribati, dan Tonga. Permasalahan pun terjadi pada negara-negara
tersebut. Sebagai contoh, Kiribati yang memiliki zona waktu GMT+12, GMT-12,
dan GMT-11 mengalami permasalahan di berbagai bidang karena perbedaan hari
antar wilayah bagian barat dengan wilayah bagian tengah dan timur. Akhirnya,
untuk memperoleh efisiensi dalam kinerja di berbagai bidang, Kiribati mengubah
zona waktunya menjadi GMT+12, GMT+13, dan GMT+14. Akibat dari
perubahan zona waktu tersebut adalah Sejak 1995 TU, ditetapkan Garis Batas
Penanggalan Internasional yang melintasi negara ini berbelok ke timur hingga
sejajar garis 150o25 BB, atau berbelok 1.000 km lebih (Sudibyo, 2012: 104).
Dari pemaparan di atas, menunjukkan bahwa pola pembagian waktu di
dunia tidak sesuai dengan perhitungan dari berbagai ahli. Banyak sekali negara-
negara dengan wilayah yang relatif luas menggunakan pola pembagian waktu
yang tidak sesuai ketentuan. Hal ini menunjukkan bahwa pola pembagian waktu
ada dalam wewenang pemerintah, atau dalam hal ini unsur politik sangat
mempengaruhi. Salah satu bentuk unsur politik yang paling terlihat adalah pada
batas garis penanggalan internasional. Seharusnya, garis batas penanggalan
internasional berupa garis lurus, namun seperti terlihat pada gambar diatas, garis
tersebut tidak lurus.
2.2
Pola Jam Kerja di IndonesiaPola jam kerja di Indonesia diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Pasal 77 ayat 2, waktu kerja di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) mingguuntuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
6/13
6
Untuk waktu istirahat, menurut UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Pasal 79 ayat 2a adalah sebagai berikut:
a. istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelahbekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat
tersebut tidak termasuk jam kerja;
Di Indonesia, jam kerja umumnya dimulai pukul 08.00 dan berakhir pada
pukul 15.00 atau 16.00. Jam istirahat berada pada kisaran pukul 12.00. Apabila
ditinjau, pola jam kerja di Indonesia saat ini sudah berjalan sesuai dengan jam
matahari. Pukul 08.00 merupakan waktu dimana matahari berada pada posisi yang
tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sehingga para pekerja mendapatkan
semangat kerja yang optimal. Selanjutnya, jam istirahat pukul 12.00 merupakan
waktu yang tepat, dimana para pekerja sudah waktunya untuk makan siang dan
bagi penduduk Indonesia yang beragama Islam dapat menunaikan sholat Dhuhur
di jam istirahatnya. Kemudian, jam kerja berakhir pukul 15.00 atau 16.00 juga
merupakan waktu yang tepat, dimana kondisi para pekerja sudah cukup lelah
untuk melanjutkan aktivitas kerja sehingga sudah saatnya untuk pulang ke tempat
tinggal masing-masing dan bagi pekerja muslim dapat menunaikan sholat Ashar.
Pola jam kerja ini memiliki ritme yang relatif sama dengan ritme jam matahari.
2.3 Dampak yang Ditimbulkan Dari Penyatuan Zona Waktu IndonesiaTerhadap Pola Jam Kerja Di Indonesia
Terdapat dampak yang cukup signifikan dari penyatuan zona waktu
Indonesia terhadapa pola jam kerja di Indonesia. Dampak yang paling terasa
terjadi di masyarakat Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Parapekerja di Indonesia bagian timur akan masuk kerja ketika matahari sudah cukup
tinggi, sedangkan para pekerja di Indonesia bagian barat akan masuk kerja ketika
matahari masih belum terbit. Sebaliknya, para pekerja di Indonesia bagian barat
akan pulang kerja lebih awal daripada pekerja di Indonesia bagian timur. Patokan
yang digunakan untuk bekerja adalah waktu matahari, bukan jam standar. Waktu
Matahari adalah waktu intrinsik yang dimiliki Matahari oleh posisinya akibat
rotasi Bumi, yang nampak secara gamblang dalam terbit dan terbenam (Sudibyo,
7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
7/13
7
2012). Hal ini dikarenakan secara biologis, manusia akan lebih mudah beradaptasi
dengan waktu matahari.
Dampak lainnya yaitu perubahan jam istirahat kerja. Di Indonesia bagian
barat, istirahat jam kerja akan mengalami perubahan yang paling signifikan
daripada Indonesia bagian timur. Perubahan jam istirahat kerja ini juga berdampak
terhadap jadwal sholat dhuhur bagi pekerja muslim di Indonesia barat, terutama di
kota Banda Aceh.
Muh. Marufin Sudibyo (2012) memberi pernyataan sebagai berikut.
Bagi Banda Aceh, pada posisi zona WIB maka awal waktu Dhuhur
sepanjang tahun bervariasi di antara pukul 12:30 hingga 13:00 waktu sipilsetempat. Maka sebagian institusi di sana (khususnya yang menerapkan
jam masuk pukul 08:00) menetapkan waktu istirahat siang pada pukul13:00 hingga 14:00. Namun sebagian lainnya (khususnya yangmenerapkan jam istirahat pukul 12:00 hingga 13:00) pun masih
menjumpai awal waktu Dhuhur. Jika Banda Aceh berubah ke posisi WKI,maka awal waktu Dhuhur bergeser menjadi antara pukul 13:30 hingga
14:00. Maka memaksakan jam istirahat siang antara pukul 12:00 hingga13:00 dalam sistem WKI bagi Banda Aceh jelas tidak efektif, karena jamistirahat terjadi sebelum awal waktu Dhuhur.
Terdapat dua dampak utama dari penyatuan zona waktu Indonesia terhadap
pola jam kerja di Indonesia. Dampak pertama yaitu adanya perbedaan jam masuk
kerja di Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur, dan dampak yang
kedua yaitu perubahan jam istirahat kerja dan jadwal sholat Dhuhur dan Ashar,
terutama di Indonesia bagian barat. Dengan demikian, penyatuan zona waktu
Indonesia kurang efektif dan tidak efisien terhadap peningkatan kerja di
Indonesia. Apabila terjadi penyamaan jam kerja di Indonesia, maka produktivitas
dimungkinkan turun karena ritme kerja yang tidak mendasarkan waktu matahari.
Akibatnya, pekerja akan mengalami gangguan fisik dan rohani yang cukup
berpengaruh terhadap produktivitas suatu barang dan jasa. Dalam hal ini
penyamaan jam kerja bukan dititikberatkan pada jam standar, melainkan pada jam
matahari. Penyusunan jam kerja yang tertuang dalam UU. No. 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan sudah sesuai dengan ritme waktu matahari sehingga
pola jam kerja seperti sekarang terasa efektif dan efisien. Apabila pemerintah
tetap menginginkan penyatuan zona waktu, maka untuk penyusunan jam kerja
tetap mengacu pada waktu matahari. Sebagai contoh, di China yang hanya
7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
8/13
8
menerapkan satu zona waktu, yakni setara WITA tetap menggunakan waktu
matahari untuk penyusunan jam kerjanya.
Prof. Dr. Thomas Djamaluddin (2012) memberi pernyataan sebagai
berikut.
Dengan 3 zona waktu, waktu produktif : 8 jam. Dengan penyatuan zonawaktu, di Barat dan Timur Indonesia waktu produktif ~6jam. Waktu
tengah hari yang lazimnya untuk makan siang dan shalat dzhuhur menjaditidak produktif bila dipaksakan jadi jam kerja. Waktu terlalu pagi (di
Indonesia Barat) dan terlalu petang (di Indonesia Timur) juga potensialtidak produktif)
Prof. Dr. Thomas Djamaluddin memberikan sebuah solusi untuk penyatuan
zona waktu Indonesia, yaitu dengan mengubah zona waktu Indonesia saat ini
menjadi dua zona waktu. Zona waktu ini menggunakan garis bujur rujukan 105
BT (GMT+7) dan 120 BT (GMT+8). Dibawah ini adalah gambar pembagian zona
waktu menjadi dua zona waktu.
Gambar 2.2 Pembagian Zona Waktu Indonesia Menurut Prof. Dr. Thomas Djamaluddin
(Sumber: http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/03/11/zona-tunggal-waktu-indonesia-mempersatukan-tetapi-berpotensi-menimbulkan-inefi/)
Dibawah ini adalah penjelasan mengenai perubahan zona waktu Indonesia
menjadi dua zona waktu.
Perbedaan waktu rujukan dengan waktu matahari di bujur 120 BT(Wilayah Timur WBI) = (120-105)/ 15 x 60 menit = 60 menit (tengah hari
pukul 12:00-60 menit= 11:00 WBI)
http://tdjamaluddin.files.wordpress.com/2012/03/slide12.jpg7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
9/13
9
Perbedaan waktu rujukan dengan waktu matahari di bujur 95 BT (WilayahBarat WBI) = (105-95)/ 15 x 60 menit = 40 menit (tengah hari pukul 12:00
+ 40 menit = 12.40 WBI)
Perbedaan waktu rujukan dengan waktu matahari di bujur 140 BT(Wilayah Timur WTI) = (140-120)/ 15 x 60 menit = 80 menit (tengah hari
pukul 12:00-80 = 10:40 WTI)
Perbedaan waktu rujukan dengan waktu matahari di bujur 114 BT(Wilayah Barat WTI) = (120-114)/ 15 x 60 menit = 24 menit (tengah hari
pukul 12:00 + 24 menit = 12.24 WTI)
Dibawah ini adalah perbandingan kelebihan dan kekurangan dari berbagai
macam pembagian zona waktu Indonesia.
Tabel 2.1 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Macam Pembagian Zona
Waktu Indonesia (Sumber:http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/03/11/zona-tunggal-waktu-indonesia-mempersatukan-tetapi-berpotensi-menimbulkan-inefi/)
Djamaluddin (2012) menyimpulkan sebagai berikut, Pilihan menyatukan
1,5 zona waktu (seperti India dan Malaysia, dengan menjadikan Indonesia
3 Zona Waktu 2 Zona Waktu 1 Zona Waktu
Kelebihan Saat ini sudahberjalan
Pulau Kalimantantidak terbagi
Keragaman zonawaktu
disederhanakan
Tidak adakeragaman waktu
Kekurangan Pulau Kalimantanterbagi menjadi 2
zona waktu
Zona waktu terlaluberagam
Tidak ada Potensi inefisiensidi wilayah Barat
Indonesia yang
padat penduduk
7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
10/13
10
menjadi 2 zona waktu) tampaknya merupakan pilihan optimal. Kalimantan bisa
utuh menjadi satu zona waktu. Potensi inefisiensi karena tambahan jeda waktu
untuk sholat Dhuhur bisa dihilangkan. Dari penjelasan mengenai solusi
pembagian zona waktu Indonesia, penyatuan zona waktu Indonesia menjadi dua
zona waktu merupakan pilihan yang tepat apabila pemerintah tetap menginginkan
penyatuan zona waktu Indonesia. Hal ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
bahwa penyatuan zona waktu Indonesia hanya menekankan pada aspek ekonomi
saja, padahal perlu dipertimbangkan aspek-aspek lainnya, terutama aspek sosial
yang berupa pola jam kerja di Indonesia. Masyarakat Indonesia sudah terbiasa
dengan pola jam kerja saat ini yang sudah beriringan dengan zona waktu
Indonesia saat ini. Apabila pola jam kerja nantinya akan dirubah dengan dasar
waktu standar bukan waktu matahari, maka masyarakat, khususnya para pekerja
akan mengalami adaptasi yang sangat signifikan dan dikhawatirkan kinerja tiap
pekerja akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pola jam kerja yang tidak
sesuai dengan waktu matahari akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dan rohani
para pekerja.
7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
11/13
11
3. PENUTUP3.1Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah dalam pola
pembagian waktu dunia, para ahli membagi bumi menjadi 24 daerah waktu
dengan rentang 15o, sehingga tiap 15o berbeda 1 jam (Hartono, 1990/1991: 11).
Namun, pola pembagian waktu di dunia tidak sesuai dengan perhitungan dari
berbagai ahli. Pola pembagian waktu ada dalam wewenang pemerintah, atau
dalam hal ini unsur politik sangat mempengaruhi. Hal ini terjadi juga di Indonesia,
sehingga muncul rencana penyatuan zona waktu Indonesia. Penyatuan zona waktu
ini memiliki dampak yang sangat serius, khususnya pada pola jam kerja di
Indonesia. Padahal, pola jam kerja di Indonesia yang diatur dalam UU No. 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan sudah memiliki ritme yang relatif sama
dengan ritme jam matahari. Apabila rencana penyatuan zona waktu terlaksana,
maka akan mengakibatkan perubahan pola jam kerja dan menimbulkan inefisiensi
di berbagai bidang, khususnya produktivitas kerja.
Terdapat dua dampak utama dari penyatuan zona waktu Indonesia terhadap
pola jam kerja di Indonesia. Dampak pertama yaitu adanya perbedaan jam masuk
kerja di Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur, dan dampak yang
kedua yaitu perubahan jam istirahat kerja dan jadwal sholat Dhuhur dan Ashar,
terutama di Indonesia bagian barat. Dengan demikian, penyatuan zona waktu
Indonesia kurang efektif dan tidak efisien terhadap peningkatan kerja di
Indonesia. Apabila terjadi penyamaan jam kerja di Indonesia, maka produktivitas
dimungkinkan turun karena ritme kerja yang tidak mendasarkan waktu matahari.
Akibatnya, pekerja akan mengalami gangguan fisik dan rohani yang cukup
berpengaruh terhadap produktivitas suatu barang dan jasa. Dalam hal inipenyamaan jam kerja bukan dititikberatkan pada jam standar, melainkan pada jam
matahari. Penyusunan jam kerja yang tertuang dalam UU. No. 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan sudah sesuai dengan ritme waktu matahari sehingga
pola jam kerja seperti sekarang terasa efektif dan efisien. Apabila pemerintah
tetap menginginkan penyatuan zona waktu, maka untuk penyusunan jam kerja
tetap mengacu pada waktu matahari. Sebagai contoh, di China yang hanya
7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
12/13
12
menerapkan satu zona waktu, yakni setara WITA tetap menggunakan waktu
matahari untuk penyusunan jam kerjanya.
Solusi penyatuan zona waktu Indonesia menjadi dua zona waktu yang
diusulkan oleh Prof. Dr. Thomas Djamaluddin merupakan pilihan tepat apabila
pemerintah tetap menginginkan penyatuan zona waktu Indonesia. Hal ini
berdasarkan pert imbangan-pertimbangan bahwa penyatuan zona waktu Indonesia
hanya menekankan pada aspek ekonomi saja, padahal perlu dipertimbangkan
aspek-aspek lainnya, terutama aspek sosial yang berupa pola jam kerja di
Indonesia.
3.2 SaranBerdasarkan pemaparan mengenai dampak penyatuan zona waktu
Indonesia terhadap pola jam kerja Indonesia, ada beberapa saran yang ditujukan
kepada pemerintah dan pengusaha di Indonesia. Saran untuk pemerintah adalah
dalam pengambilan keputusan mengenai penyatuan zona waktu Indonesia,
pemerintah sebaiknya mempertimbangkan aspek-aspek lain, terutama aspek sosial
yang berkaitan dengan pola jam kerja Indonesia. Apabila pemerintah tetap
menginginkan penyatuan zona waktu Indonesia, maka solusi dari Prof. Dr.
Thomas Djamluddin sebaiknya dijalankan. Hal ini dikarenakan solusi penyatuan
zona waktu Indonesia menjadi dua zona waktu tidak memiliki kekurangan di
berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Apabila pemerintah tidak
menerima solusi ini, maka akan terjadi inefisiensi di berbagai bidang, khususnya
pola jam kerja Indonesia. Saran untuk pengusaha di Indonesia adalah, apabila
pemerintah menetapkan zona waktu Indonesia menjadi satu zona waktu, makapenyusunan pola jam kerja tetap mengacu pada waktu matahari, bukan waktu
standar. Apabila penyusunan pola jam kerja mengacu pada waktu standar, maka
akan terjadi inefisiensi yang cukup besar di sebuah perusahaan.
7/30/2019 Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia
13/13
13
Daftar Rujukan
Djamaluddin, Thomas. 2012.Kata Mereka Menyatukan Zona Waktu
Menguntungkan: Benarkah?. (Online),
(http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/06/09/kata-mereka-menyatukan-
zona-waktu-menguntungkan-benarkah/), diakses 11 Februari 2013
Djamaluddin, Thomas. 2012.Zona Tunggal Waktu Indonesia Mempersatukan,
tetapi Berpotensi Menimbulkan Inefisiensi. (Online),
(http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/03/11/zona-tunggal-waktu-
indonesia-mempersatukan-tetapi-berpotensi-menimbulkan-inefi/), diakses11 Februari 2013
Hartono, Rudi. 1990/1991.Kartografi. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Malang
Sudibyo, Muh. Marufin. 2013.Menimbang Ulang Penyatuan Zona Waktu
Indonesia. (Online) (http://kafeastronomi.com/menimbang-ulang-
penyatuan-zona-waktu-indonesia.html), diakses 11 Februari 2013
Sudibyo, Muh. Marufin. 2011. Sang Nabi Pun Berputar: Arah Kiblat dan Tata
Cara Pengukurannya. Solo: Tinta Medina.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 TentangKetenagakerjaan. (Online),
(http://www.pemagangan.com/new/zregulasi/uu13-2003(1).pdf), diakses19 April 2013