Upload
doannga
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GEREJA
St. Anselm’s Church
1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood)
Toronto
ON M4G 3H3
Ph: (416) 485-1792
Subway Stn:
Davisville
Redaksi:
Angelina Hanapie
Julian Wibowo
Novius Handy
Randy Danurahardja
Yusup Yusup
Penasehat:
Rm. J. Juliwan M. SCJ
Alamat Redaksi:
c/o Priests of the
Sacred Heart
58 High Park Blvd.
Toronto
ON M6R 1M8
Email:
W W W . U K I . C A M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4
BERITA U.K.I M e w a r t a k a n I m a n d a n K a s i h
K E G I A T A N
D I B U L A N
A P R I L
Misa Minggu Paska,
dan Perayaan Paska
bersama
5 April 2015
Misa Minggu II,
12 April 2015
Misa Minggu IV,
26 April 2015
Damianus IndyartaDamianus Indyarta
Koordinator Koordinator
UKIUKI
Periode Periode
20152015--
20182018
Albert Tee, Rm J. Juliwan M, SCJ,
Christine Budihardjo
M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4 H A L A M A N 3
elapan Maret 2015, St Anselm’s
Church, Toronto.
Romo Johanes Juliwan Maslim SCJ,
Para Senior dan Teman-teman UKI
yang terkasih,
Pertama-tama saya
mengucapkan terima kasih atas
kepercayaan yang telah diberikan
kepada saya untuk melayani UKI
selama tiga tahun mendatang, periode
2015-2018. Ijinkanlah, secara khusus
saya mengucapkan terima kasih kepada
Romo Aegidius Warsito SCJ, yang
telah membimbing kami selama ini,
bimbingannya membuat saya dan
keluarga bertumbuh dalam iman dan
pelayanan.
Atas nama warga UKI, kami
juga ingin mengucapkan terima kasih
sebesar besarnya kepada Koordinator
dan Wakil Koordinator UKI –
CHRISTINE DAN OOM ALBERT -
atas pengabdian dan dedikasi yang
tinggi yang telah kita rasakan bersama
selama periode lalu, dari tahun 2012-
2015. Pengorbanan yang tidak sedikit
tentunya, sekali lagi terima kasih.
Kami berusaha untuk tetap melanjutkan
kegiatan-kegiatan rutin yang sudah
dijalankan selama ini, (Rekoleksi,
Retreat, Piknik dan Camping). Tetapi
di dalam setiap kegiatan saya berharap
adanya keterlibatan yang menyeluruh
dari setiap warga UKI, suatu kegiatan
yang bisa merangkul anggota yang tua
dan muda, yang tinggal di East dan
West, dan juga bagi kepada pendatang
atau imigran baru dan lama. Saya juga
berharap dalam kegiatan UKI mampu
menciptakan kegembiraan dalam
melayani. Volunteering itu bukan beban
– tapi suatu kesempatan berbagi dan
menjadikannya berkat untuk semua.
Seperti seruan Rasul Paulus
“Kalian adalah Tubuh Kristus,”, doa
dan harapan saya adalah agar kita bisa
belajar bersama menemukan peran kita
masing-masing yang khas, entah
sebagai tangan, kaki, kepala, atau
bagian apa pun dalam apa yang kita
yakini sebagai bentuk nyata Tubuh
Kristus dalam UKI ini. Saya berdoa
agar tidak ada satu bagian tubuh pun
yang merasa lebih penting daripada
yang lain, melainkan bahwa kita bisa
saling melengkapi, mendukung, dan
menguatkan.
Tubuh Kristus yang kita
bangun ini terdiri dari kita manusia-
manusia lemah. Sudah ada kesalahan
yang kita buat, dan masih akan ada
kesalahan yang kita buat. Karena itu,
saya berdoa, agar dalam UKI ini ada
semangat jujur untuk saling memahami,
saling memohon maaf, dan saling
mengampuni.
Saya akan melakukan yang
terbaik yang bisa saya lakukan,
Bersama kita lanjutkan perjalanan UKI
tercinta ini. Tolong sebut nama kami
dalam doa-doa Anda. Saya percaya,
rahmat dan cinta Tuhan senantiasa lebih
besar dan lebih kuat dari kelemahan
kita semua.
Sekali lagi terima kasih. Tuhan
memberkati.
Damianus Indyarta
Foto atas, Damianus Indyarta sedang menerima berkat setelah dilantik sebagai Koordinator baru
UKI. Foto bawah, Rm. Juliwan sebagai saksi turut
menandatangani surat serah terima jabatan dari Koordinator lama, Christine Budihardjo kepada
Damianus Indyarta
“ Volunteering
itu bukan beban
– tapi suatu
kesempatan
berbagi dan
menjadikannya
berkat untuk
semua…” Indy
Damianus Indyarta Koordinator UKI
Periode 2015-2018
D
H A L A M A N 4 M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4
Dosa yang menghancurkan..
alam Kitab Suci kita dapat
membaca Sabda Tuhan yang
mengatakan bahwa Tuhan
membenci dosa namun mencintai
pendosa. Mengapa Tuhan membenci
dosa dan mengapa pula Tuhan mencintai
manusia? Bukankah manusia dan dosa
sudah menyatu sehinga setiap manusia
sudah menjadi pendosa? Memang situasi
kedosaan manusia sudah parah sehingga
manusia harus diselamatkan dari jerat
dosa dan
dibebaskan untuk menjadi manusia baru
dengan penuh sukacita. Maka jelaslah
Tuhan akan selalu berjuang agar manusia
bisa selamat dan kembali dalam hidup
yang penuh Rahmat. Tuhan menghendaki
keselamatan manusia dan bukan
kehancuran.
Dosa telah mengakibatkan
kehancuran manusia yang sekarang ini
semakin merajalela. Kehancuran ini
terjadi karena dengan berbuat dosa,
manusia menjauhkan diri dari Tuhan,
seperti dalam kisah kejatuhan manusia
pertama ke dalam dosa. Ketika manusia
pertama, Adam dan Hawa melanggar
perintah Tuhan Allah, berarti mereka
telah menolak Kasih Allah bagi mereka.
Penolakan itulah yang menjauhkan
mereka dari Tuhan, Sang Sumber Kasih
itu. Dosa membuat manusia hidup di luar
jalur Kasih Tuhan, ini tampak dari
tindakan dan perbuatannya yang
menyeretnya ke dalam dosa. Manusia
pada hakekatnya adalah citra Allah dan
diciptakan Tuhan dengan kriteria
‘sungguh sangat baik’. Oleh sebab itulah
manusia seharusnya selalu ada bersama
Tuhan yang telah menciptakannya.
Dengan akal budi dan kehendak bebas
yang dikaruniakan Tuhan, manusia telah
menyalahgunakannya. Memang
semuanya itu karena peranan setan yang
luar biasa untuk menghancurkan manusia.
Ternyata karunia yang telah Tuhan
berikan kepada manusia itu, tidak
digunakannya untuk mendengarkan suara
Tuhan, melainkan untuk mendengarkan
suara setan yang menyesatkan. Manusia
telah dibelokkan oleh setan untuk
melawan Tuhan, yang berbuah dosa dan
kematian.
Begitu pula di jaman sekarang
ini, kedosaan manusia telah menjadi
awan tebal yang membuat penglihatan
manusia terhadap Tuhan makin kabur.
Dosa telah menghantar manusia menuju
kehancuran dan manusia hidup dalam
‘budaya kematian’. Tentu saja godaan
yang membawa manusia untuk berdosa
tampil dengan sangat indah dan menarik,
ditambah lagi dengan alasan kebebasan,
hak asasi manusia dan penyesuaian diri
dengan situasi modern. Semua alasan itu
semakin mempertajam kejatuhan manusia
ke dalam dosa yang menhancurkan
dirinya sendiri. Akhirnya manusia mati
tanpa Tuhan di sisinya, karena manusia
meninggalkanNya dan bahkan
menolakNya.
Cinta Allah
Kehadiran Yesus Kristus di
dunia ini dengan jelas menunjukkan
Cinta Allah kepada manusia. Cinta yang
tercurahkan demi keselamatan manusia
yang terbelenggu oleh dosa. Cinta Allah
itu tampak dalam pemberian diri Allah di
dalam pribadi Yesus Kristus. Dengan
menjadi manusia, Yesus menunjukkan
solidaritasNya dengan manusia yang
berdosa dan ikut mengalami sendiri
penderitaan manusia. Cinta Allah kepada
manusia bukanlah teori, namun sebuah
realita yang sudah berlangsung sepanjang
sejarah manusia. Dari realita itulah, kita
mengalami sendiri bahwa Allah sungguh
hadir di dalam kehidupan manusia untuk
membawa manusia kembali dalam
persatuan dengan DiriNya. Tindakan
penyelamatan Allah ini menjadi terwujud
karena dasarnya adalah Cinta, yang
adalah diri Allah sendiri.
Di dalam Pribadi Yesus Kristus
tampaklah dua sisi yang ada bersama
dengan satu fokusnya, yakni Cinta. Sisi
pertama adalah Pribadi Allah Putera
yang merupakan Cinta Allah kepada
manusia. Cinta ini adalah Cinta yang
total, yang menjadi nyata dengan
peristiwa Salib sebagai totalitas
pemberian diri Allah kepada manusia
dalam diri Yesus Kristus. Inilah Misteri
Cinta Ilahi yang sejati, yakni pemberian
diri Allah bagi keselamatan manusia. Sisi
kedua adalah Pribadi Manusia Yesus
yang menderita. Sebagai manusia, Yesus
membawa semua manusia kepada Allah
untuk diselamatkan. Maka penderitaan
yang dialami Yesus dimaknaiNya sebagai
CintaNya kepada Allah. Ia membawa
Mencinta
Kasih Tuhan dan Kedosaan Manusia
| Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ |
hingga Terluka
D
H A L A M A N 5
Bersambung ke halaman 8,
semua manusia dalam gerak membalas
Cinta Allah yang telah tercurah bagi
manusia. Yesus ingin membawa semua
manusia untuk menanggapi dan
membalas Cinta Allah yang telah tercurah
itu.
Di dalam Pribadi Yesus Kristus
inilah kedua arus Cinta itu bertemu dan
menjadi satu kesatuan Cinta yang
mendatangkan keselamatan bagi manusia.
Cinta yang menyelamatkan itu
menunjukkan persatuan Allah dan
manusia juga manusia dengan Diri Allah
sendiri. Yesus Kristus menjadi pusat dan
sumber serta puncak dari seluruh
perjalanan keselamatan manusia. Oleh
sebab itulah kita semua memusatkan diri
kepada Pribadi Yesus Kristus, Pribadi
Allah dan Manusia yang sempurna.
Terluka karena cinta
Masa Prapaskah adalah masa
kita menghadirkan Misteri Cinta Allah
yang luar biasa di dalam diri Yesus
Kristus bagi keselamatan manusia.
Namun sekaligus kita juga disadarkan
akan penolakan manusia akan Cinta
Allah yang melimpah itu. Ketika kita
membuka mata dan hati kita akan Cinta
Allah dalam seluruh Sejarah Keselamatan
manusia, maka kita akan melihat dengan
jelas semua yang telah terjadi. Dengan
jelas tampaklah bahwa seiring dengan
tercurahnya Cinta Allah bagi manusia,
terjadi pula penolakan Cinta Allah dari
manusia. Oleh sebab itulah Cinta yang
sungguh nyata di dalam Pribadi Yesus
Kristus itu telah terluka parah. Cinta
Allah kepada manusia ternyata tidak
semua diterima dengan hati yang terbuka
oleh manusia, bahkan tidak jarang
ditolak.
Perjalanan hidup Yesus di dunia
ini sudah menampakkan bagaimana Ia
mencintai Allah Bapa dan manusia
sampai tuntas dan total. Seluruh
perjalanan kehadiran Yesus di dunia ini
dimulai sejak Misteri Inkarnasi. Sejak
Yesus mulai bersabda dan berkarya di
tengah manusia, sejak itu pula Ia
memancarkan Kasih Allah secara
melimpah kepada manusia. Bersamaan
dengan terpancarnya Cinta Kasih Tuhan
itu, terjadilah pula penolakan demi
penolakan akan Cinta Tuhan ini. Begitu
halusnya penolakan demi penolakan
terjadi dan Cinta Tuhan semakin
diabaikan sehingga manusia pun semakin
jauh dari sumber keselamatan.
Kemalangan dan malapetaka yang
selama ini terjadi adalah akibat penolakan
manusia akan Cinta Allah. Jika hal ini
diteruskan, maka manusia akan hidup
tanpa Allah, tanpa Cinta, Iman dan
akhirnya juga tanpa Harapan. Kehancuran
manusia dimulai dari sikap manusia yang
memasukkan dirinya ke dalam jurang
dosa. Manusia menjadi murtad,
menyangkal Allah yang adalah Cinta
Kasih. Oleh sebab itulah situasi
kemalangan manusia saat ini tidak hanya
karena masalah politik, sosial, hak asasi
manusia, namun juga ada masalah
ROHANI.
Dari atas salib, Yesus
memndang betapa banyaknya manusia
yang menghojat dan mencemooh Dia.
Yesus melihat bagaimana CintaNya
ditolak, dihina dan disepelekan oleh
manusia yang dicintaiNya dan yang ingin
diselamatkanNya. Bahkan orang-orang
dekatNya pun menjauh dariNya dan
menyangkalNya. Inilah Cinta yang
terluka atau mencintai sampai terluka,
sampai total dan habis. Ibarat lilin yang
dibakar untuk menerangi yang ada di
sekitarnya sampai lilin itu habis terbakar.
Pernahkan kita bersyukur karena adanya
lilin sehingga kita bisa melihat dan
mengerjakan sesuatu karena ia memberi
terang? Begitu pula, pernahkan kita
bersyukur dan berterima kasih kepada
Tuhan Yesus yang telah memberikan
HidupNya untuk kita manusia dan untuk
keselamatan kita? Yang diterima Yesus
tidak lain adalah penolakan dan
penghinaan melalui kedosaan kita. Itu
pula yang terjadi di jaman sewaktu Yesus
hidup. Itulah yang menyakiti Tuhan
Yesus dan melukai HatiNya.
Cinta Yesus kepada manusia
telah membawa diriNya sampai kepada
penderitaan yang luar biasa, bahkan
hingga kematianNya di salib. Walaupun
Yesus yang menderita telah mati di salib,
seorang serdadu masih pula menikam
lambungNya sehingga keluarlah Air dan
Darah. Yesus telah menanggung
penderitaan yang sangat berat sampai
pada kematianNya demi manusia. Bagi
Yesus penderitaan yang dialamiNya
menjadi jalan untuk menyelamatkan dan
menguduskan manusia. Yesus menerima
dan tidak menolak penderitaan serta
semua malapetaka yang menimpa
diriNya. Yesus tetap mencintai manusia
walaupun manusia menolakNya. Dengan
menerima realita penderitaan itu, Yesus
mengajar kepada semua manusia
perlunya membuka hati bagi setiap
penderitaan yang dialami dan
menjadikannya jalan menuju
keselamatan.
Membalas Kasih Tuhan =
Menata Hidup
Kita disadarkan bahwa penyebab
utama kemalangan dan penderitaan
manusia adalah penolakan Cinta Allah.
Masa Prapaska menjadi masa untuk
menata dan membenahi hidup kita
sebagai seorang Katolik. Tuhan Yesus
telah memberikan hidupNya bagi kita dan
menyadarkan kita semua bahwa
sekaranglah saatnya untuk membuka hati
dan membalas Cinta Tuhan yang begitu
melimpah itu. Sangat dibutuhkan dari
setiap pribadi kita untuk membuka hati
kita lebih lebar bagi kehadiran Tuhan di
dalam diri kita. Menyadari dan
mengalami Cinta Tuhan yang begitu
melimpah, membuat diri kita terkagum
dan tidak bisa berbuat lain selain
membuka hati dan menerima Cinta Tuhan
itu. Dengan sadar kita ingin menerima
Cinta Tuhan di dalam setiap peristiwa
hidup kita. Dengan membuka hati dan
menerima Cinta Tuhan itu, kita telah
membalas Cinta Tuhan bagi kita.
Cinta Kasih Tuhan yang
melimpah bagi kita manusia, perlu kita
terima dengan hati terbuka, karena itu
juga untuk keselamatan kita. Membuka
M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4 H A L A M A N 6
edjugorje adalah kota yang
terletak di wilayah Herzegovina
(Bosnia-Herzegovina) sekitar 25
km barat daya dari Mostar dan dekat
dengan perbatasan negara Croatia. Kota
ini merupakan bagian dari kotamadya
Čitluk. Nama Medjugorje secara harfiah
berarti "antara gunung-gunung". Kota ini
berada pada ketinggian 200 m di atas
permukaan laut dan memiliki
iklim Mediterania ringan.
Penduduk kota ini sebagian
berasal dari etnis Croatia (lebih
dari 4.000 jiwa) dan oleh karena
itulah mayoritas penduduk kota
ini beragama Katolik Roma
walaupun berada di wilayah
negara yang mayoritas beragama
Islam.
Medjugorje menjadi terkenal
seperti sekarang ini bermula dari
kejadian, yang menurut
penduduk setempat diklaim
sebagai, fenomena penampakan
Bunda Maria kepada Ivanka
Ivankovic (15 th) dan Mirjana
Dragicevic (16 th) pada tgl. 24
Juni 1981. Penampakan yang
sama terjadi lagi pada tgl. 25 Juni
1981 dan kali ini tidak hanya
kepada Ivanka dan Mirjana saja
akan tetapi juga disaksikan oleh Vicka
Ivankovic (16 th), Ivan Dragicevic (16
th), Marija Pavlovic (16 th) dan Jakov
Colo (10 th). Penampakan ini
memberikan pesan: damai bagi dunia,
pertobatan, doa, dan puasa. Fenomena
penampakan ini diklaim masih
berlangsung sampai hari ini kepada
beberapa anak (yang sekarang tentu
sudah menjadi dewasa dan berkeluarga)
itu. Awalnya fenomena penampakan ini
terjadi di puncak gunung di mana terletak
Salib besar untuk memperingati
Kebangkitan Yesus, akan tetapi setelah
itu fenomena ini terjadi di tempat yang
berbeda, termasuk di gereja St. James dan
di manapun para visioner itu berada.
Fenomena ini sampai th. 2009 ( selama
28 th) tercatat sudah mencapai ke angka
40.000 kali dan kalau fenomena ini masih
terjadi sampai hari ini(seperti yang diakui
oleh penduduk dan orang-orang yang
percaya kepada peristiwa ini) maka boleh
dipastikan sudah melebihi dari 40.000
kali.
Bagaimana sikap Gereja Katolik Roma
dengan fenomena ini?
Yang jelas, Gereja, dari tingkat local
(keuskupan Mostar-Duvno)
sampai tingkat tertinggi
(Vatikan), sejak awal hingga
sampai hari ini, telah dengan
jelas dan konsisten
mengulangi pernyataan ini:
Non constat de
supernaturalitate (kurang
lebih artinya tidak ada
peristiwa supernatural) di
dalam fenomena
penampakan ini. Dengan
pernyataan ini Gereja hendak
menegaskan bahwa Bunda
Maria tidak pernah menampakkan diri di
tempat ini.
Lalu apa yang Gereja izinkan di tempat
ini?
Umat Katolik tetap diberi izin untuk
mengadakan peziarahan dan berdoa di
tempat ini karena tempat ini bisa
memperkaya iman dan di tempat ini juga
orang bisa mengalami pertemuan dan
merasakan kehadiran Tuhan melalui:
antusiasme orang yang datang dari
berbagai pelosok dunia, Ekaristi,
Adorasi, Rosario, dan pelayanan
Sakramen Tobat yang diadakan di
tempat ini. Dengan melihat banyaknya
orang yang menerima Sakramen Tobat di
tempat ini, hal itu dapat membantu
banyak orang untuk memperbaharui
komitmen mereka sebagai seorang murid
Yesus. Gereja juga tetap terbuka bagi
Medjugorje
1) Di depan gereja St. James 2) Patung Salib 3) Medan pendakian ke tempat para Visioner mendapatkan penampakan I & II 4) Foto para Visioner 5) Bersama Guide berdoa Rosario dan berhenti di tempat I para Visioner menerima penampakan
6) Peziarah UKI berfoto di depan penampakan Maria kepada para Visioner II 7) Pemandangan saat malam hari.
M
1.
6. 5.
3. 2.
H A L A M A N 7 M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4
adanya diskusi-diskusi mengenai
permasalahan fenomena penampakan dan
jika memang hal itu otentik tentunya
Tuhan sendiri akan menyatakannya. Akan
tetapi Gereja juga menegaskan bahwa
Medjugorje bukanlah sebuah parameter
uji dari kebenaran iman.
Fasilitas yang ada di lokasi peziarahan
Medjugorje
1.Gereja St. James : di tempat inilah
Misa dan Adorasi dipersembahkan,
akan tetapi pada musim summer
(dengan jumlah peziarah yang
berlimpah) maka Misa dan Adorasi
dilakukan di tempat terbuka dengan
altar yang posisinya persis di
belakang altar yang ada di dalam
gereja St. James.
2.Ruang Pengakuan Dosa : berada di
halaman yang mengitari gereja St.
James, dengan jumlah lebih dari 40
tempat pengakuan dosa dengan
berbagai Bahasa (Kroasia, Italia,
Inggris, Perancis, Spanyol, Jerman,
dllnya). Saya melihat ruangan ini
dipenuhi oleh orang-orang yang
ingin menerima Sakramen Tobat
(anak-anak, muda-mudi, dan orang
tua).
3.Taman meditasi : berada di sebelah
kanan gereja St. James, tempatnya
cukup tenang dan sangat membantu
siapa saja yang ingin bermeditasi
dan berbicara dengan Tuhan secara
pribadi di dalam keheningan.
4.Taman Jalan Salib : tidak begitu luas
dan besar akan tetapi dapat
membantu para peziarah
merenungkan Jalan Salib Yesus.
5.Patung Salib Kristus : di tempat ini ada
sebuah patung Salib Yesus yang
terbuat dari perunggu, akan tetapi
yang menarik dari patung ini: dari
kaki Yesus mengalir setetes air.
Penduduk setempat meyakini ini
sebagai sebuah keajaiban. Saya
sendiri tidak tahu apakah ini sebuah
keajaiban atau bukan, akan tetapi
yang saya lihat ada air yang
mengalir setetes demi setetes. Bagi
saya pribadi bukan air yang
mengalir itu yang penting, akan
tetapi bagaimana orang mengimani
Yesus yang menawarkan
keselamatan dan bagaimana orang
berdoa dengan khusuk di tempat ini.
6.Komplek makam Fr. Slavko Barbaric,
OFM : Imam ini sangat dihormati
oleh penduduk di tempat ini karena
kesalehan hidupnya yang selalu
menekankan doa dan puasa sebagai
bekal untuk melayani umat yang
dipercayakan kepadanya. Beliau
juga menaruh devosi kepada Bunda
Maria sebagai latihan rohani yang
utama baginya. Fr. Slavko juga yang
menjadi pembimbing rohani bagi
para visioner dari Medjugorje. 24
November 2000 (dalam usia 54 th)
Fr. Slavko Barbaric, OFM
meninggal dunia dan dimakamkan
tgl 25 November 2000 di kompleks
pemakaman yang berada dalam
kompleks peziarahan Medjugorje.
7.Pusat Informasi, Chapel, Musium,
dan toko Souvenir : berada di
sebelah kiri bangunan gereja St.
James.
8.Jalan Salib di bukit Crnica: di tempat
inilah ke 6 anak dari Medjugorje,
dipercayai oleh penduduk setempat,
menerima penampakan Bunda
Maria untuk pertama kalinya (24
dan 25 Juni 1981) dan satu lagi
Jalan Salib di bukit Krizevac di
tempat ini sejak 1933 didirikan Salib
sebagai peringatan 1900 Yesus
disalibkan dan sebagai bentuk
penyerahan seluruh penduduk
Medjugorje di dalam perlindungan
dan keselamatan yang berasal dari
Medjugorje
1) Di depan gereja St. James 2) Patung Salib 3) Medan pendakian ke tempat para Visioner mendapatkan penampakan I & II 4) Foto para Visioner 5) Bersama Guide berdoa Rosario dan berhenti di tempat I para Visioner menerima penampakan
6) Peziarah UKI berfoto di depan penampakan Maria kepada para Visioner II 7) Pemandangan saat malam hari.
| Oleh Rm. Aegidius Warsito SCJ |
Bersambung ke halaman 11,
7.
4.
H A L A M A N 8 M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4
hati dan menerima Cinta Tuhan, berarti
kita telah membalas Cinta Tuhan melalui
pemberian diri kita. Oleh sebab itulah
mulai dari saat ini kita harus selalu
menyadari kebaikan Tuhan. Dengan
menyadari kebaikan Tuhan, kita diajak
untuk menata diri kita dan memperbaiki
hidup. Mengasihi Tuhan dan membalas
CintaNya menjadi sangat nyata di dalam
kehidupan kita setiap hari. Melalui setiap
tindakan, sekecil apapun, kita
melakukanNya untuk Tuhan.
Kita juga ingin bersatu dengan
Yesus yang menderita dan menyatukan
semua penderitaan kita dengan
penderitaanNya. Dalam realita kehidupan
harian kita, kita selalu ingin menghindari
penderitaan dan kemalangan yang terjadi
di dalam hidup kita. Sekaranglah saatnya
kita memaknai setiap penderitaan yang
terjadi di dalam diri kita dalam rangka
membalas Cinta Tuhan kepada kita.
Dengan memandang Misteri Cinta Tuhan
di dalam pribadi Yesus yang menderita,
kita juga diingatkan untuk melalukan
segala sesuatu dengan ketulusan hati dan
untuk membalas CintaNya. Melalui
segala sesuatu yang kita lakukan, bahkan
jika harus berakibat penderitaan,
semuanya itu kita lakukan bagi Tuhan.
Inilah saatnya kita menerima
dan membalas Cinta Tuhan dengan hati
yang terbuka dikala banyak orang
menolak Cinta KasihNya. Melalui diri
kita masing-masing yang membuka hati
bagi Tuhan. Dengan membalas Cinta
Tuhan itu, kita telah ikut serta dalam
gerak keselamatan dan ikut mengubah
wajah dunia menjadi lebih cerah. Masa
Prapaskah mempersiapkan kita untuk
merayakan Paskah. Oleh sebab itulah,
setiap pribadi diundang untuk
mewujudkan di dalam dirinya Cinta Allah
yang selalu tercurah itu melalui hal-hal
sederhana yang kita lakukan setiap hari.
Inilah saatnya kita ingin keluar
dari situasi kedosaan kita dan masuk ke
dalam jalur keselamatan. Dengan
menyambut Cinta Tuhan, kita sedang
mengubah wajah dunia dari ‘budaya
kematian’ menjadi Budaya Kehidupan di
dalam Tuhan. Marilah kita sambut Cinta
Tuhan dengan penuh sukacita, walaupun
terkadang kita pun harus ikut menderita.
Kita perlu bersiap untuk mencintai
hingga terluka.□
Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ
aat saya menjadi pamong UKI yang hanya beberapa saat,
saya mengenal mereka sebagai PENGURUS. Ya pengurus
UKI. Kata “PENGURUS” sendiri bisa “diothak-
athik” (suku
katanya direka
reka), dan mudah
mudahan
“gathuk” (dibuat
kesimpulan yang
pas). Kata
“pengurus” bisa
dipenggal menjadi; “peng-urus”.
Tentu, pemenggalan ini sangat
tidak ilmiah. Apalagi memenuhi
standar tata Bahasa EYD (Ejaan
Yang Disempurnakan). Dan saya
ingin mengartikannya: peng-
(berasal dari kata peng-pengan
yang artinya semangat luar biasa
untuk sesuatu) dan urus (kata dasar
dari mengurus-i). Sehingga
PENGURUS berarti semangat luar
biasa untuk mengurusi sesuatu.
Jika kata PENGURUS di gabung dengan kata UKI, dan
menjadi PENGURUS UKI, maka artinya sosok yang memiliki
totalitas, kerja keras dan semangat yang luar biasa untuk
mengkoordinir, menganimasi, dan menyemangati segala hal
yang berkaitan dengan dinamika kehidupan UKI. Dari urusan
makan sampai ke makam, dari soal sampah sampai ziarah, dan
banyak lagi yang tak perlu disebutkan di sini. Singkatnya:
jempol empat terangkat alias thumbs up.
Kembali ke Christine dan Albert. Rasanya tidak
berlebihan bila penjelasan singkat di atas disematkan pada
pundak mereka yang baru saja “wisuda” kelengserannya.
Sebagai bentuk rasa bangga,
haru dan bahagia namun tak
perlu meneteskan air mata.
Tentu, ucapan syukur dan
terima kasih, atas pengorbanan
tak terukur dan kasih yang telah
mereka curahkan seiring waktu
yang terus berjalan.
Dan sekarang, makna
kata itu disematkan di pundak
Damianus Indyarta.
Keyakinanpun bulat dan penuh. Tuhan telah memulai dan Dia
pula yang akan menyelesaikannya. UKI akan tumbuh menjadi
komunitas yang berkembang dalam iman, persaudaraan, dan
pelayanan. Berakar dalam Gereja setempat dan berasa pada
budaya asalnya: Indonesia.
Christine, Albert dan Indy, selamat dan profisiat atas
persembahan diri kalian untuk komunitas ini. Berkat Tuhan
melimpah untuk kalian.□ [Rm. Antonius Purwono SCJ]
Christine Budihardjo & Albert Tee 2012 - 2015
S
Sambungan dari halaman 5,
26 Mei 2012, foto dari kiri ke kanan, Rm. Aegidius Warsito SCJ, Rudy SB Har-tono, Albert Tee, Christine Budihardjo pada acara serah terima jabatan dari
Koordinator UKI Rudy SB Hartono kepada Christine dan Albert.
H A L A M A N 9 M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4
Bersambung ke halaman 9,
March 03, 2015
Dear Members of the UKI Community,
Thank you very
much for your expression
of sympathy on the occa-
sion of the death of Father
George with the beautiful
bouquet of flowers, the
Mass Cards and the finan-
cial donation to help us
with the expenses of the
funeral. When we celebrate
your intention at the Eu-
charist we will remember
not only Father George but
we will also offer the Mass for the intentions of all the mem-
bers of the UKI and for those you hold in your hearts. As
you know, Father George does not need our prayers any
longer. The good news is – we can now pray to him!
As you know, Father George was quite elderly, 94
years old in fact, had been a member of our community for
over 72 years and a priest for 67 years yet very very alert in
mind but diminishing in body. His death is still quite a shock
and leaves a tremendous sense of loss for us. Yet, we know
the time is right. Father George had a good death surround-
ed by the love and care of all of us. He was such a wonder-
ful man, a true inspiration of growing old as a priest and
religious. His death will leave a hole not only in the life of
our community but also in our hearts.
We receive your expression of sympathy
as a sign of your caring friendship with us, the Priests of the
Sacred Heart.
We count on your prayerful support as you can on
ours.
In the Heart of Christ,
(Fr.) Peter McKenna, SCJ
for all of the Priests of the Sacred Heart
58 HIGH PARK BOULEVARD,
TORONTO, ONTARIO, M6R 1M8
TEL 416-531-1454
WWW.SCJCANADA.ORG
Hadiah Prapaska (sebuah cerita bersambung)
| Rm. Antonius Purwono SCJ |
Enam hari lagi adalah Rabu Abu. Awal masa prapaska.
Aku ingin membuat sesuatu yang spesial. Sebuah komitmen. Se-
buah janji yang seperti tahun-tahun lalu, selalu kuingkari. Kuka-
takan special, karena aku ingin menuliskan janji-janji itu. Dalam
komputer ini. Dan dalam hati yang sering ingkar ini. Sehingga itu
semua akan membekas. Meninggalkan jejak yang mampu
menertawakan diri sendiri. Dan aku ingin menyebutnya “Hadiah
Prapaska”. Tanpa tahu mengapa. Yang kutahu adalah, sore itu aku
tidak lagi merasa sedih.
Mentari bersinar sangat cerah. Namun sengatan sinarnya
tidak pernah mampu mengusir suhu dingin yang beberapa minggu
terakhir ini sangat akut. Tak ada cara lain yang lebih nyaman,
kecuali mendandani diri seperti robot yang mau berangkat ke luar
angkasa. Seperti toko pakaian berjalan, karena memakai tidak
hanya satu lembar pakaian, melainkan berlapis-lapis. Dan pagi
itu, kami hendak ke Toronto. Ke Gereja St. Thomas More. Berem-
pat dalam satu mobil. Romo Bill yang nyopir. Romo Gustave di
sampingnya. Aku bersama Rm Jose di bangku belakang. Cukup
nyaman tidak berdesak-desakan.
Berangkatlah kami meninggalkan Ottawa. Sepanjang
jalan kami menikmati paduan warna alam dominan. Putih bumi
dan biru langit. Kami melewati hamparan pertanian tanpa tanam-
an. Hanya putih salju membentang menutupi seluruh areanya.
Sesekali melewati aneka pepohonan seperti mati. Kering
membeku. Sesekali melihat kepulan asap membubung dari atap-
atap rumah, pertanda bahwa suhu di luar masih sangat dingin, dan
itu keluar dari pemanas yang dipasang di rumah-rumah. Kepul-
annya menghiasi dan seakan menari di langit biru. Di sepanjang
Highway 401 terlihat lalu lalang kendaraan dengan kecepatan
tinggi. Seakan-akan mau berkata, “aku sedang sibuk, dan ingin
cepat-cepat sampai menyelesaikan kesibukanku”. Masing-masing
seakan berjalan mengikuti ritme alam pagi itu. Semua seakan
mengisyaratkan sebuah misteri kehidupan, yang dengan cara ma-
sing-masing mencoba merayakan. Dan kamipun terus melaju un-
tuk merayakan misteri kehidupan itu.
Sepanjang jalan kami lebih banyak diam. Sesekali aku
menoleh ke kiri, dan mendapati Rm Jose tidur pulas. Sementara di
depanku, Rm Gustave dengan kacamata hitamnya sulit di tebak.
tidur atau terjaga. Aku juga tak mau mengganggu konsentrasi Rm.
Bill saat nyopir dengan mengajaknya ngobrol. Maka, aku memilih
diam. Dan anganku melayang. Mengenang saat saat awal aku ber-
ada di Canada ini.
Rm George Coppens, itulah namanya. Pertama kali aku
menginjakkan kaki di Pearson Airport, Toronto, aku tidak
melihatnya berada di antara para penjemput. Bahkan ketika
PRIESTS OF THE SACRED HEART LES PRÊTRES DU SACRÉ COEUR
M A R E T 2 0 1 5 / N O . 2 7 4 H A L A M A N 1 0
akhirnya aku sampai di rumah dimana
aku akan tinggal, 58 High Park Blvd, aku
tidak melihatnya. Paginya baru kutahu. Ia
sudah tua. Jalannya memakai tongkat.
Penampilannya selalu klimis meskipun
aroma pakaiannya tak seklimis rambut-
nya. Suaranya agak “ngebas” dan
“serak”, namun tidak basah. Seraknya
kering seiring usianya, yang ternyata su-
dah 92 tahun. Dan aku mulai maklum,
mengapa dia tidak berada di antara para
penjemput, saat aku tiba. Kondisi fisiknya
tidak memungkinkan. Sampai detik ini,
pengetahuanku adalah; aku akan hidup
bersama dengan dia. Tentu juga bersama
dengan konfrater lain. Konfrater? Ya.
Konfrater sebuah sebutan untuk meng-
identifikasi cara hidup kami yang unik.
Tinggal bersama dalam sebuah
komunitas itu unik. Tak seorangpun dari
kami yang hidup di sebuah komunitas
didasarkan kemauan sendiri, memilih
teman komunitas sendiri, menentukan
tempat sendiri. Tidak. Ketaatanlah yang
mempertemukan kami. Untuk hidup da-
lam persaudaraan iman, harapan dan
kasih. Konfraternitas lalu bukan hanya
menjadi sarana untuk mencapai cita-cita
tertentu, melainkan juga tujuan.
Konsekwensi logisnya, tidak akan
dibenarkan siapapun dalam komunitas
abai dan lalai terhadap kehidupan bersa-
ma itu sendiri. Masing-masing harus sa-
ling mendukung dan menumbuh-
kembangkan. Saling menaruh kasih dan
pengampunan. Bersikap rendah hati dan
saling melayani. Merdu sekali kedengar-
annya, meski prakteknya tak semerdu itu.
Namun, kemerduan itu tetaplah menjadi
darah daging perjuangan. Sampai kapan-
pun. Rm. George telah membuktikan itu.
Setelah menempuh perjalanan
selama 4,5 jam. Sampailah kami di To-
ronto. Kami langsung menuju ke Gereja
Thomas More. Jam 3.30 kami masuk
Gereja. Kulihat beberapa orang sudah
duduk di bangku baris ketiga dan keem-
pat. Aku berjalan menuju pintu depan. Di
dekat pintu terdapat meja. Di atasnya ada
buku tamu yang sudah terbuka. Kulihat
beberapa nama tertulis di buku itu. Di
samping kiri terdapat tumpukan kartu.
Kuambil satu. Kulihat foto Rm. George
memakai kasula warna merah. Di bawah
foto tersebut terdapat tulisan:
P. Joseph George Coppens SCJ
Lahir: 29-08-1920
Kaul Pertama: 08-09-1942
Tahbisan imam: 20-07-1947
Wafat: 14-02-2015
Ia telah meninggal dunia. Itulah
misteri kehidupan yang hendak kami
rayakan. Mobil jenazah akhirnya datang
dari Funeral Home. Kami menyambut-
nya. Kulihat Rm. Peter menangis. Aku
ingin seperti dia, menangis. Tapi entah
mengapa aku tidak bisa. Justru di bilik
hati yang terdalam, aku merasa bahagia.
Bukan atas kematiannya, tapi atas kesem-
patan “menyentuh” seluruh sisi ke-
hidupannya. Hidup dan matinya.
Peti jenazah kami bawa ke depan altar
dan disemayamkan di sana. Petugas
membuka peti tersebut. Di dalamnya Rm
George terbujur kaku dan dingin.
Dan aku melihat, bukan warna
kematian yang terpancar dari tubuhnya
yang telah mati. Ada warna lain. Ya,
warna lain. Warna itu memancar dari
kaca patri warna warni yang di pasang di
atap Gereja. Sinar matahari sore itu me-
nerobosnya. Lalu sinar itu berpendar se-
perti pelangi tepat mengenai peti jenazah
yang terbuka. Sehingga peti itu bersinar
cerah. Jenazah Rm. George bernyala
pelangi. Yah, alam memang sangat lihai
meramu kehidupan menjadi sebuah mis-
teri. Aku kembali mengamati tubuh Rm.
George, ada banyak hal terbaca di
wajahnya; kematian yang damai dan
ikhlas. Persembahan diri yang total dan
tuntas. Lebih dari itu, aku melihat pelangi
indah di hidupnya. Pelangi yang tak ha-
nya muncul sehabis hujan. Tapi pelangi
abadi. Dan kami merayakan kehidupan-
nya; dalam doa dan misa. Bagi arwahnya.
Sore itu aku kembali pulang ke
Ottawa. Sepanjang jalan, aku ingat janji-
janji yang kubuat. Dan aku telah meneri-
ma hadiah prapaska; tertawa geli terhadap
diri sendiri. Bahwa selama masa prapaska
tidak cukup hanya berjanji, tidak akan itu
dan ini. Tapi ada hadiah yang jauh lebih
berharga. Rm. George telah pergi. Tidak
untuk meninggalkan kami. Justru makin
dekat dengan kami. Menjadi pendoa yang
sejati. Dan cara hidupnya yang terus
menginspirasi, dalam kekonyolan,
kesederhanaan, ketekunan dan kesetiaan.
Sebuah nilai hidup yang tak pernah habis
digali. Dan hadiah itu akan kubuka satu
persatu. Di kemudian hari.
….bersambung….
Sambungan dari halaman 8,
H A L A M A N 1 1
Yesus Kristus. Kedua bukit ini tidak berada dalam
kompleks gereja St. James, maka untuk menuju ke lokasi
ini harus menaiki kendaraan: taksi atau bus (akan tetapi bus
tidak bisa sampai di lokasi jadi harus ganti dengan
kendaraan kecil). Perjalanan dari gereja St. James ke bukit
Crnica kurang lebih memakan waktu 30 menit lalu di
sambung lagi dengan kendaraan kecil kurang lebih 10
menit. Bagi yang ingin melanjutkan ke bukit Krizevac dari
perhentian bus masih harus naik kendaraan kecil kurang
lebih 30 menit. Kondisi jalan salibnya sendiri cukup
menantang karena peziarah harus mendaki sebuah bukit
yang penuh dengan batu karang sehingga salah melangkah
bisa berbahaya.
Apa yang dilakukan oleh rombongan UKI di tempat ini:
Pada hari pertama rombongan diberi kebebasan untuk
mengadakan acara sendiri karena kita sampai di tempat ini jam
5.30 pm. Pada hari berikutnya rombongan diberi kesempatan
untuk mengadakan Misa di kapel yang kemudian dilanjutkan
dengan tour di kompleks peziarahan ini yang dipotong dengan
waktu lunch bebas sebelum melanjutkan perjalanan dan
mengadakan Doa Rosario di Apparitions Hill di Crnica. Suatu
pengalaman Jalan Salib yang sulit karena lokasi yang mendaki
dan berbatu karang tanpa perlindungan apa-apa, sehingga harus
ekstra hati-hati. Jam 8 pm rombongan mengikuti Adorasi yang
cukup indah dan menyentuh di gereja St. James.
Pada hari ketiga rombongan UKI diberi kesempatan untuk
mengadakan Jalan Salib di kompleks peziarahan dan ditutup
dengan Misa di kapel.
Kesan Pribadi:
Walau tempat ini belum mendapat pengakuan dari Vatikan,
tempat ini bisa membantu orang untuk menemukan dan
menumbuhkan imannya dengan pelayanan yang diberikan di
lokasi peziarahan ini, seperti kalau kita pergi ke Sendangsono
atau tempat peziarahan yang lainnya. Yang penting bukan
mukjijat atau hal-hal ajaib yang hendak kita kejar di tempat-
tempat semacam ini, akan tetapi melalui peziarahan semacam ini
kita menyediakan waktu secara khusus untuk lebih mendekatkan
diri kepada Tuhan dengan berdoa, meditasi, merayakan Ekaristi,
Adorasi, menerima Sakramen Tobat. Saya percaya kalau hal ini
kita lakukan maka “mukjizat” akan terjadi di dalam diri kita,
akan tetapi hal ini terjadi bukan karena tempatnya yang
menyebabkan “mukjizat” itu terjadi akan tetapi iman kita akan
Tuhan lah yang menyebabkannya.□
Sambungan dari halaman 7,
Misa di belakang gereja St. James
untuk peziarah
dalam jumlah
Di depan makam Fr. Slavko Barbaric, OFM
Suasana pengakuan dosa