Upload
fitri-wirnama-sari
View
218
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
co
Citation preview
PAPER
PENGARUH CAHAYA MATAHARI TERHADAP
FOTOSINTESIS
OLEH:
FITRI WIRNAMASARI(F1D012007)
DOSEN:
Drs.Zul Bahrum,MS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahhirahmanirahim…
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
petunjuk dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat waktu.
Paper dengan judul “Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Fotosintesis” ini diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat penilaian pada mata kuliah Biofis semester IV.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs.Zul Bahrum,MS selaku dosen dalam Mata Kuliah Biofis, yang telah membimbing
penulis dalam penyusunan paper ini, sehingga hal tersebut dapat menjadikan sebuah
wawasan baru bagi penulis.
2. Teman-temanku seperjuangan dan sepenanggungan serta pihak-pihak lainnya yang
telah membantu dalam penyusunan paper Biofis ini, baik dengan materil maupun non
materil.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan paper Biofis ini, masih terdapat kekurangan
dan mungkin jauh dari kesempunaan, penulis pun sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT. Namun sebagai manusia, kita pun harus berusaha mempersembahkan yang
terbaik dalam hal apapun. Untuk itu, penulis sangat terbuka dalam menerima segala kritik
maupun saran sebagai pembangun agar penulis dapat menyusun paper dengan lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap paper Biofis ini agar dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan juga bermanfaat bagi para pembacanya. Semoga Allah mencatat amal kita untuk
memperoleh ilmu pengetahuan sebagai amal shaleh. Amin...
Bengkulu, April 2014
Penulis
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa adanya
cahaya matahari kehidupan tidak akan ada. Bagi pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh
cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya ternyata ditentukan intensitasnya. Intensitas cahaya
adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu tanaman per satuan luas dan per satuan
waktu (kal/cm2/hari). Dengan demikian pengertian intensitas yang dimaksud sudah termasuk
lama penyinaran, yaitu lama matahari bersinar dalam satu hari. Pada dasarnya intensitas
cahaya matahari akan berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Hal ini
dikarenakan intensitas cahaya matahari dibutuhkan untuk berlangsungnya penyatuan CO2
dan air untuk membentuk karbohidrat.
Semua makhluk hidup tertentu akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan, salah
satunya adalah pada tumbuhan hijau. Proses pada perkembangan dan pertumbuhan pada
tumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal adalah faktor yang telah mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan dari luar
tubuh tumbuhan. Faktor eksternal pada tumbuhan yaitu nutrisi, suhu, cahaya, air,
kelembaban, dan oksigen. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh
tumbuhan tersebut. Faktor internalnya yaitu dalam bentuk gen dan hormon.
Tumbuhan adalah makhluk yang tidak bergerak, jadi dia membuat makanan sendiri
untuk memenuhi kebutuhannya. Tumbuhan juga mengantungkan pada faktor lingkungan.
Tumbuhan bersifat autrotof, yang artinya dapat membuat makanan sendiri. Organisme
fotosintesis disebut fotoautrotof, sedangkan organisme autrotof yang energinya berasal dari
zat-zat tertentu dan dan dari oksidasi yang akan menggunakan zat-zat kimia untuk mengubah
senyawa anorganik menjadi organik disebut kemoautrotof. Kemoautrotof hidupnya berada di
lubang angin hidrotermal di laut yang dalam dan di bebatuan, biasanya dilakukan pada
bakteri belerang.
Fotosintesis berasal dari foton yang mana artinya adalah cahaya dan sintesis yang
artinya adalah menyusun. Fotosintesis adalah proses tumbuhan untuk menghasilkan
karbohidrat dengan bantuan cahaya, karbon dioksida, air, dan zat hara. Tumbuhan
menggunakan karbon dioksida, air, dan zat hara untuk menghasilkan gula dan oksigen yang
diperlukan tumbuhan sebagai makanannya. Makanan yang dihasilkan akan menentukan
ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Energi berguna untuk
menjalankan proses fotosintesis.
Inilah proses fotosintesis yang menghasilkan glukosa:
6H2O + 6CO2 + chaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
Faktor utama dalam fotosintesis adalah karbondioksida, air dan cahaya. Cahaya
matahari berperan penting dalam fotosintesis karena cahaya berpengaruh dalam proses
fotosintesis. Fotosintesis merupakan kunci proses metabolisme di dalam tumbuhan. Cahaya
matahari memiliki beberapa warna spektrum dengan panjang gelombang tertentu. Panjang
gelombang yang dapat diterima pada tumbuhan yang memiliki panjang gelombang 360 nm –
720 nm. Setiap tanaman memiliki sifat berbeda dalam merespon penyinaran dalam satu hari.
Perbedaan respon tersebut dinamakan dengan fotoperiodisme.
Pigmen klorofil akan menangkap cahaya. Klorofil terdapat pada organel kloroplas. Di
dalam kloroplas terdapat setengah juta setiap mililiter perseginya. Kloroplas terdapat pada
jaringan mesofil, mesofil terdapat dua jaringan, yaitu jaringan plastida mesofil dan spons
mesofil. Klorofil ada dua, yaitu klorofil-a dan klorofil-b. Tumbuhan yang berfotosintesis
pada jaringan mesofil disebut tumbuhan C3, sedangkan pada tumbuhan C4 fotosintesis
berlangsung pada jaringan mesofil dan bundle sheat cells. Sebagian besar energi dihasilkan di
daun.
Pada fotosintesis terdapat dua reaksi, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Dimana
reaksi terang adalah reaksi yang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan
fotosintesis, sedangkan pada reaksi gelap cahaya matahari tidak berpengaruh pada proses
fotosintesis.
Banyak faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis, diantaranya suhu, intensitas
cahaya, dan karbondioksida. Faktor terpenting dalam fotosintesis adalah cahaya. Cahaya
matahari memiliki beberapa spekturum cahaya dan setiap spektrum dapat mempengaruhi
proses fotosintesis. Kekurangan cahaya akan mengganggu gejala etiolasi dan proses foto
sintesis pada tumbuhan.
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh cahaya matahari terhadap fotosintesis
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu proses kehidupan tanaman ialah fotosintesis yang merupakan proses
biokimia untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi), dimana karbon dioksida (CO2) dan air
(H2O) dibawah pengaruh cahaya diubah ke dalam persenyawaan organik yang berisi karbon
dan kaya energy(Pertamawati, 2010). Semua makhluk hidup bergantung pada hasil
fotosintesis, karena makhluk hidup selain tumbuhan tidak dapat membuat makanan sendiri.
Makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri disebut dengan heterotof,
sedangkan tumbuhan merupakan autrotof. Komponen autrotof berfungsi sebagai produsen
(Pertamawati, 2010).Jadi tumbuhan membuat makanan sendiri melalui proses fotosintesis.
Reaksi fotosintesis dapat terjadi pada semua tumbuhan yang mengandung pigmen
klorofill, dan dengan adanya cahaya matahari (Rasyid, 2009). Klorofil terdapat pada organel
plastida. Plastida utamanya terdapat pada plastid dan jaringan spons. Klorofil adalah pigmen
pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Pigmen ini berperan dalam
proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi energi
kimia (Ai dan Yunia, 2011). Klorofil disebut juga dengan zat hijau daun. Klorofil merupakan
komponen kloroplas yang utama dan kandungan klorofil relatif berkorelasi positif dengan
laju fotosintesis Li et al., 2006 (Ai, 2012). Proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan
anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya
matahari disebut fotosintesis dengan persamaan reaksi kimia berikut ini.cahaya matahari 6
CO2 + 6 H2OàC6H12O6 + 6 O2 (Ai, 2012). Hasil fotosintesis tersebut adalah karbohidrat dan
glukosa. Di dalam fotosintesis juga merubah energi fisik menjadi kimia dan dapat mengubah
senyawa anorganik menjadi senyawa organik.
Fotosintesis dipengaruhi oleh cahaya matahari, tahap pertumbuhan tanaman, pigmen
penyerapan cahaya, suhu, ketersediaan CO2dan H2O Anonim, 2012 (dalam Surtinah, 2012).
Fotosintesis juga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Fotosintesis merupakan proses
perubahan bahan organik tertentu menjadi bahan organic (makanan). Untuk melakukan ini,
tumbuhan membutuhkan energi cahaya (Arisworo, 2006). Dimana cahaya matahari adalah
sumber energi. Cahaya matahari merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis,
sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetative dan generative (Cahyono,
2002). Faktor cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap pembentukan organ vegetativ
tanaman, seperti batang, dan daun, serta organ generative seperti bunga dan umbi. Menurut
Sri Setya Harjadi 1979 (dalam Samadi, 2007), laju fotosintesis (asimilasi) berbanding lurus
dengan intensitas cahaya matahari sampai dengan kira-kira 1.200 food candle. Maka semakin
besar intensitas cahaya matahari yang dapat diteima tanaman, semakin cepat pula proses
pembentukan umbi dan waktu pembungaan. Tetapi tidak semua panjang gelombang diserap
oleh tumbuhan, hanya panjang gelombang tertentu tanaman menyerap cahaya matahari.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan generatif berhubungan dengan
tingkat fotosintesis yaitu sumber energi bagi proses pembungaan yang juga melalui
mekanisme hormon tanaman (Astuti dan Sri, 2010). Kekurangan cahaya matahari akan
menyebabkan proses fotosintesis terganggu, sehingga proses pembentukan organ vegetative
dan generative pun terganggu. Akibatnya, tanaman menunjukkan gejala etiolasi, yaitu
tanaman tumbuh memanjang, kurus, lemah, dan pucat. (Cahyono, 2002). Fotosintesis
dipengaruhi oleh pengaruh intensitas cahaya, konsentrasi karbondioksida, suhu, kadar air,
kadar hasil fotosintesis. Jika intensitas cahaya terlalu tinggi, akan dapat merusak klorofil
(Wijaya, 2008). Tidak semua cahaya matahari diserap oleh tumbuhan, pada panjang
gelombang tertentu cahaya matahari diserap oleh pigemen yag berada di daun. Pigmen
klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan
merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer) ( Pertamawati, 2010).
Intensitas atau kuat sinar matahari berhubungan dengan aktifitas fotosintesis. Intensitas
cahaya berbeda-beda atau bervariasi ini yang menyebabakan perbedaan hasil produksi
tanaman, dan umunya semua tanaman membutuhkan intensitas cahaya secara penuh (Ashari,
1995).
Cahaya sangat besar artinya bagi tumbuhan, terutama karena perannya dalam kegiatan
fisiologis seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan serta pembuangaan, pembukaan dan penutupan
stomata, perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Penyinaran matahari mempengaruhi
pertumbuhan, reproduksi dan hasil tanaman melalui prose fotosintesis (Nurshanti, 2011).
Menurut Sudomo (2007) karohidrat hasil dari fotosintesis akan disuplai pada bagian
yang mengalami pertumbuhan, sebagian besar diarahkan menuju tunas dan sebagian kecil
lagi diarahkan menuju akar. Suplai karbohidrat pada masa awal setek akan sedikit, karena
sedikitnya air yang diperoleh tanaman karena akar belum terbentuk sempurna.
Cahaya matahari akan di tangkap oleh klorofil, tepatnya fotosintesis terjadi pada
stroma. Reaksi fotosintesis dibagi menjadi dua, yaitu reaksi terang dan gelap.
a. Reaksi Terang
Pada reaksi terang, energi yang berasal dari matahari ( energi cahaya) akan diserap
oleh klorofil dan diubah menjadi energi kimia (untuk mensintesis NADPH dan ATP) di
dalam kloroplas. Reaksi terang terjadi di dalam grana. Salah satu pigmen yang berperan
secara langsung dalam reaksi terang adalah klorofil a. Di dalam membran tilakoid, klorofil
bersama-sama dengan protein dan molekul organik berukuran kecil lainnya membentuk
susunan yang disebut fotosistem. Beberapa ratus klorofil a, klorofil b, dan karotenoid
membentuk suatu kumpulan sebagai “pengumpul cahaya” yang disebut kompleks antena.
Sebelum sampai ke pusat reaksi, energi dari partikel-partikel cahaya (foton) akan
dipindahkan dari satu molekul pigmen ke molekul pigmen yang lain. Pusat reaksi merupakan
molekul klorofil pada fotosistem, yang berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi kimiawi
(reaksi cahaya) fotosintesis pertama kalinya (Rochmah,2009).
Di dalam membran tilakoid terdapat 2 macam fotosistem berdasarkan urutan
penemuannya, yaitu fotosistem I dan fotosistem II. Setiap fotosistem tersebut mempunyai
klorofil pusat reaksi yang berbeda, tergantung dari kemampuan menyerap panjang
gelombang cahaya. Klorofil pusat reaksi pada fotosistem I disebut P700, karena
mampu menyerap panjang gelombang cahaya 700 nm (spektrumnya sangat merah),
sedangkan pada fotosistem II disebut P680 (spektrum merah).
Gambar 2. Kerja fotosistem
Kalian tentu masih ingat bahwa di dalam fotosistem terdapat ratusan antena atau
klorofil. Oleh karena itu, aliran elektron pada reaksi terang akan mengikuti suatu rute
tertentu. Selanjutnya, bagaimanakah proses aliran elektron pada reaksi terang? Ada 2
kemungkinan aliran elektron pada reaksi terang. Nah, untuk menjawab hal tersebut simaklah
uraian berikut.
1) Aliran Elektron Non-siklik
Langkah awal dari reaksi terang adalah transfer elektron tereksitasi dari klorofil pusat
reaksi menuju molekul khusus yang disebut akseptor elektron primer. Air (H2O) diuraikan
menjadi 2 ion hidrogen dan 1 atom oksigen kemudian melepaskan O2 Elektron yang berasal
dari air (H2O) menggantikan elektron yang hilang pada P680. Sebagaimana sistem
transportasi elektron pada respirasi aerobik, transport elektron pada reaksi terang ini melalui
rantai transport elektron menuju fotosistem I (P700). Secara berturut-turut, rantai elektron
tersebut yiatu: plastokuinon (Pq), merupakan pembawa elektron; kompleks sitokrom; dan
plastosianin (Pc), merupakan protein yang mengan dung tembaga. Adanya aliran elektron ini
akan menghasilkan energi- energi yang kemudian tersimpan sebagai ATP. Pembentukan ATP
yang menggunakan energi cahaya melalui aliran elektron non siklis pada reaksi terang ini
disebut fotofosforilasi non siklis(Rochmah,2009).
Setelah elektron mencapai fotosistem I (P700), elektron ditangkap oleh akseptor
primer fotosistem I. Elektron melalui rantai transport elektron ke-dua, yaitu melalui protein
yang mengandung besi atau feredoksin (Fd). Selanjutnya, enzim NADP+ reduktase
mentransfer elektron ke NADP+ sehingga membentuk NADPH yang menyimpan elektron
berenergi tinggi dan berfungsi dalam sintesis gula dalam siklus berikutnya yaitu siklus
Calvin. Dengan demikian, reaksi terang menghasilkan ATP dan NADPH(Rochmah,2009).
Gambar 3. Aliran elektron nonsiklik reaksi terang
2) Aliran elektron siklik
Pada aliran elektron siklis ini, elektron dari akseptor primer fotosistem I dikembalikan
ke fotosistem I (P700) melalui feredoksin, kompleks sitokrom, dan plastosianin. Oleh karena
itu, pada aliran siklis ini menyebabkan produksi ATP bertambah tetapi tidak
terbentuk NADPH serta tidak terjadi pelepasan molekul O2. Proses pembentukan ATP
melalui aliran siklis ini disebut fotofosforilasi siklis. Perhatikan Gambar 4.
Gambar 4. Aliran elektron siklik reaksi terang
b. Reaksi Gelap (Siklus Calvin)
Bahan-bahan yang dihasilkan dari reaksi terang akan digunakan dalam siklus Calvin.
ATP digunakan sebagai sumber energi dan NADPH sebagai tenaga pereduksi untuk
penambahan elektron berenergi tinggi. Siklus Calvin terjadi pada bagian kloroplas yaitu
stroma. Pada reaksi gelap ini, bahan untuk fotosintesis (CO2) nantinya akan dibentuk menjadi
molekul gula setelah melalui 3 tahapan, antara lain:
1) Fiksasi Karbon
Pada tahap ini, gula berkarbon 5 yang disebut ribulosa 1,5 bisfosfat (RuBP)
mengikat CO2 membentuk senyawa interme diate yang tidak stabil, sehingga terbentuk 3-
fosfogliserat. Pembentukan tersebut dikatalisis oleh enzim RuBP karboksilase atau
rubisko. Sebagian besar tumbuhan dapat melakukan fiksasi karbon dan
menghasilkan senyawa (produk) pertama berkarbon 3, yaitu 3-fos fo gliserat. Oleh karena itu,
tumbuhan yang dapat memfi ksasi CO2 ini disebut tumbuhan C3. Contohnya adalah
tanaman padi, gandum, dan kedelai. Pada beberapa tumbuhan, fiksasi karbon mendahului
siklus Calvin dengan cara membentuk senyawa berkarbon 4 se ba gai produk pertamanya.
Tumbuhan seperti ini disebut tumbuhan C4. Contohnya adalah tebu, jagung, dan
anggota rumput-rumputan(Rochmah,2009).
Tidak seperti pada tumbuhan C3 dan C4, tumbuhan kaktus dan nanas membuka
stomatanya pada malam hari dan menutupnya pada siang hari. Pada saat stomata terbuka,
tumbuhan mengikatkan CO2 pada berbagai asam organik. Cara fiksasi karbon ini pertama kali
dtiemukan pada tumbuhan famili Crassulaceae (tumbuhan penyimpan air) dan disebut
metabolisme asam krasulase (Crassulacean Acid Metabolism) sehingga tumbuh
annya disebut tumbuhan CAM. Asam organik (senyawa intermediate) yang dibuat pada
malam hari disimpan dalam vakuola sel mesofi l sampai pagi hari. Pada siang hari (stomata
tertutup), reaksi terang dapat memasok ATP dan NADPH untuk siklus Calvin. Pada saat itu,
asam organik melepaskan CO2 dan memasuki molekul gula (RuBP) dalam kloroplas. Dengan
demikian, baik tumbuhan C3, C4, maupun CAM akan menggunakan siklus Calvin setelah
fiksasi CO2, untuk membentuk molekul gula dari karbondioksida(Rochmah,2009).
Gambar 5. Masuknya produk reaksi terang ke
siklus Calvin
2) Reduksi
Setiap molekul 3-PGA menerima gugus fosfat dari ATP sehingga terbentuk 1,3
bisfosfogliserat. Elektron dari NADPH mereduksi 1,3 bisfosfogliserat dan terbentuk 6
molekul gliseraldehid 3-fosfat (G3P), yang dikatalisis oleh G3P dehidrogenase. Satu molekul
G3P akan keluar sebagai molekul gula atau glukosa dan senyawa organik lain
yang diperlukan tumbuhan, sedangkan 5 molekul G3P yang lain akan masuk ke tahapan
regenerasi.
3) Pembentukan kembali (regenerasi) RuBP
Pada tahapan terakhir siklus Calvin ini, RuBP sebagai pengikat CO2 dibentuk kembali
oleh 5 molekul G3P. RuBP siap untuk mengikat CO2 kembali dan siklus Calvin dapat
berlanjut kembali. Dengan demikian, molekul gula tidak akan terbentuk hanya dengan reaksi
terang atau siklus Calvin saja. Oleh karena itu, kedua
proses tersebut merupakan gabungan proses untuk terjadinya fotosintesis. Pada materi
sebelumnya, kalian telah mempelajari bahwa fotosintesis menghasilkan molekul gula. Gula
yang dibuat dalam kloroplas tersebut akan digunakan untuk proses respirasi tumbuhan atau
menyusun senyawa organik lainnya dalam sel tumbuhan. Gula tersebut akan diedarkan ke
seluruh bagian tumbuhan, dalam bentuk gula sederhana seperti glukosa. Molekul-molekul
gula berlebih yang terbentuk selama fotosintesis dan tidak diedarkan, akan menumpuk atau
disimpan di dalam plastida sebagai sumber cadangan energi dalam bentuk amilum atau pati
(polisakarida).
Gambar 6. Tahapan siklus Calvin
Sebagaimana telah kalian ketahui bahwa proses fotosintesis memerlukan cahaya
dan CO2 Oleh karena itu, faktor lingkungan seperti cahaya dan pasokan CO2 di dalam sel
dapat memengaruhi kecepatan fotosintesis. Faktor-faktor tersebut dapat saling berinteraksi
dalam memengaruhi fotosintesis. Jika intensitas cahaya rendah maka kecepatan fotosintesis
akan rendah pula. Pada keadaan ini, cahaya dikatakan sebagai faktor pembatas. Salah satu
cara untuk menentukan kecepatan fotosintesis adalah dengan mengamati pembentukan
oksigen. Pada saat intensitas cahaya mencapai titik tertentu (jenuh cahaya pada
kondisi percoban) maka tidak akan memengaruhi produksi oksigen. Keadaan tersebut
kemungkinan disebabkan CO2 menjadi faktor pembatas. Nah, jika konsentrasi CO2 tersebut
ditingkatkan maka kecepatan fotosintesis akan meningkat dengan meningkatnya intensitas
cahaya. Selain cahaya dan CO2 suhu juga dapat memengaruhi kecepat an fotosintesis jika
cahaya bukan sebagai faktor pembatas (Rochmah,2009).
Menurut F.F. Blackman (tahun 1905), fotosintesis dapat berlangsung jika ada cahaya
dan akan berhenti jika tidak ada cahaya. Fotosintesis terdiri dari reaksi fotokimia dan reaksi
enzimatis. Kondisi tanpa cahaya (gelap) dapat menghambat pembentukan O2 melalui reaksi
fotokimia. Selain faktor lingkungan, faktor dalam juga dapat mempengaruhi kecepatan
fotosintesis, antara lain: konsentrasi enzim, kekurangan air, dan konsentrasi klorofil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fotosintesis adalah perubahan senyawa anorganik menjadi senyawa organik, terjadi
peribahan sifat sifat fisik menjadi kimia. Proses fotosintesis dibantu oleh cahaya
matahari, dimana matahari adalah sumber energi. Hasil fotosintesis adalah
karbohidrat dan oksigen. Fotosintesis dilakukan pada tumbuhan yang memiliki
klorofil (zat hijau daun) yang berada di kloroplas. Sel yang berada di bagian daun
yang mengandung klorofil adalah plastida dan jaringan spons, dan bunder sheat bagi
tanaman C4.
Cahaya matahari akan di tangkap oleh klorofil, tepatnya fotosintesis terjadi pada
stroma. Reaksi fotosintesis dibagi menjadi dua, yaitu reaksi terang dan gelap.
Reaksi terang membutuhkan cahaya, pada reaksi gelap berpacu pada siklus calvin.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis yaitu cahaya, CO2, air, suhu,
pigmen klorofil.
Intensitas cahaya yang cukup akan menghasilkan proses fotosintesis pada tumbuhan
akan berjalan secara efisien.
3.2 Saran
Meski paper ini menyediakan informasi yang cukup lengkap pengaruh cahaya
matahari terhadap fotosintesis, pembaca disarankan membaca referensi-referensi lain yang
dapat menambah wawasan seputar pengaruh cahaya matahari terhadap fotosintesis seperti
yang nanti terdaftar dalam daftar pustaka.
Untuk kepentingan semakin lengkap dan baiknya informasi yang ada dalam paper ini,
kami para penulis merasa akan sangat senang sekali bila ada saran-saran yang datang dari
para pembaca sekalian
DAFTAR PUSTAKA
Ashari. 1995. Hortikultura. Universitas Indonesia Pers. Jakarta
Ai, N.S. 2012. Evolusi Fotosintesis pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains, 12(1): 28-34
Ai, N.S dan Yunia, B.2011. Konsesntrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air
pada Tanaman. Jurnal Ilmiah sains, 11(2): 166-173.
Arisworo, D, dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Grafindo
Astuti, T dan Sri, D. 2010. Produksi Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) yang
Diperlakukan dengan Naungan Volume Penyiraman Air yang Berbeda. Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi, 11(1): 19-28
Cahyono, B. 2002. Wortel Teknik BUdodaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.
Nurshanti. 2011. Pengaruh Beberapa Tingkat Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Seledri di Polybag. Jurnal Agronobis. Vol 3 no. 5 hal10,14
Pertamawati. 2010. Fotoautrotof secara In Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia,
12(1): 31-37
Rasyid, A. 2009. Distribusi Klorofil-a pada Musim Peralihan Barat-Timur di Perairan
Spermonde Propinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Sains & Teknologi, 9(2): 125-132
Rochmah, S. N., Sri Widayati, Mazrikhatul Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XII.
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 282.
Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius
Sudomo A. 2007. Pengaruh Jumlah Mata Tunas Terhadap Kemampuan Hidup dan
Pertumbuhan Setek Empat Jenis hibrid Murbei. Jurnal Pemulaiaan Tanaman Hutan.
Vol 1 no.1 hal 1, 8
Surtinah. 2012. Korelasi Antara Waktu Panen dan Kadar Gula Biji Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt). Jurnal Ilmiah Pertanian, 9(1): 1-6
Wijaya, A, dkk. 2008. Ipa Terpadu VIIIA. Jakarta: Grafindo