Upload
jack-junior-russel
View
110
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Kasus SNHStroke Non HaemmorraghicStroke Non HemoragikSNH
Citation preview
Ayuminang's Blog Just another WordPress.com weblog
Skip to content
Home Tentang Aku
KASUS STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG NEURO RSSN BUKITTINGGI
Posted on March 4, 2011 by Ayu Minang Abriani
PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan
fungsi otak secara fokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian
atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain
kecuali gangguan vaskuler (WHO 1983). Stroke merupakan salah satu
penyebab kematian tertinggi, yang berdasarkan laporan tahunan 2006 di
RSSA angka kematian ini berkisar antara 16,31% (462/2832) dan
menyebabkan 4,41% (1356/30096) pasien dirawat inapkan. Angka-angka
tersebut tidak membedakan antara stroke iskemik dan hemoragik. Di
negara lain seperti Inggris dan Amerika, sebagian besar stroke yang
dijumpai pada pasien (88%) adalah jenis iskemik karena penyumbatan
pada pembuluh darah, sedangkan sisanya adalah stroke hemoragik
karena pecahnya pembuluh darah1.
Stroke Non Hemoragik (iskemik) adalah gangguan peredaran darah
pada otak yang dapat berupa penyumbatan pembuluh darah arteri,
sehingga menimbulkan infark/ iskemik. Umumnya terjadi pada saat
penderita istirahat. Tidak terjadi perdarahan dan kesadaran umumnya
baik. Stroke non-hemoragik terjadi karena penurunan aliran darah
sampai di bawah titik kritis, sehingga terjadi gangguan fungsi pada
sebagian jaringan otak. Bila hal ini lebih berat dan berlangsung lebih
lama dapat terjadi infark dan kematian. Berkurangnya aliran darah ke
otak dapat disebabkan oleh berbagai hal misalnya thrombus, emboli yang
menyumbat salah satu pembuluh darah, atau gagalnya pengaliran darah
oleh sebab lain, misalnya kelainan jantung (fibrilasi, asistol). Stroke non-
hemoragik lebih sering dijumpai daripada yang hemoragik, diagnosis
mudah ditegakan, yaitu timbulnya deficit neureologik secara mendadak
(misalnya hemiparesis), dan kesadaran penderita umumnya tidak
menurun2,3.
Pada kesempatan ini, kami membahas pasien yang berusia 65 tahun
dengan stroke iskemik dan gangguan bicara (afasia).
—————————————————————————————————————-
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien laki-laki, umur 65 tahun masuk Rumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi tanggal 2 April 2010 dengan
Keluhan Utama :
Anggota gerak kanan terasa kebas
Riwayat penyakit sekarang :
Bicara pelo kemarin (tanggal 1 April 2010), hari ini bicara bagus (tanggal
2 April 2010)
Anggota gerak kanan atas tersa kebas
Pusing
Nafsu makan menurun
Lidah berat
Riwayat penyakit terdahulu :
Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Tingkat Kesadaran : CM
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Frekuensi pernapasan : 20 x/menit
Frekuensi nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Status neurologis : Kesadaran : E4 M6 V5
Sistem persyarafan : sensasi raba (+), kaku kuduk (-)
Diagnosis
Diagnosa Kerja : Suspect Stroke Iskemik
Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tetes/menit
Injeksi citicoline 2x500mg IV
Vit. B1 100 mg, Vit. B6 200 mg, Vit. B12 250 mcg (Neurodex®) 2×1
Pemeriksaan Penunjang (tanggal 2 maret 2010) (Lampiran 1)
Gula darah random 198 mg% (75-115)
Ureum 35 mg% (20-40)
Kreatinin 1,3 mg% (0,6-1,1)
Sel darah putih 6,5 103/mm3 (4,0-10,0)
Sel darah merah 4,53 106/mm3 (3,80-5,80)
Hemoglobin 12,2 g/dL (11,0-16,5)
Hematokrit 38 % (35,0-50,0)
Platelet/trombosit 325 103/mm3 (150-450)
Rencana Pemeriksaan
Pemeriksaan gula darah nuchter dan 2 jam PP, kolesterol total,
kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida
CT Scan
Follow Up
Hari ke-2 rawatan (3-4-2010)
S : bicara pelo (+)
O : TD 160/90 mmHg Nadi 68x/menit Nafas 24x/menit
Suhu 36,5 oC
Hasil laboratorium (Lampiran 1):
Gula darah nuchter 116 mg% (75-115 mg%)
Gula darah 2 jam PP 127 mg% (<150 mg%)
Asam urat 5,5 mg% (3,0-6,0 mg%)
Total kolesterol 207 mg% (<220 mg%)
HDL kolesterol 35 mg% (>35 mg%)
LDL kolesterol 147 mg% (<130 mg%)
Trigliserida 125 mg% (<200 mg%)
A : Recurrent Stroke Suspect Iskemik
P : Captopril 2×12,5 mg
Rosuvastatin (Crestor®) 1×20 mg
Ranitidin 2×1 iv
Piracetam (Neurotam®) 4×1200 mg
RL + Reotal /12 jam
CT scan
Hari ke-3 rawatan (4-4-2010)
O : TD 170/110 mmHg Nadi 84x/menit Nafas 24x/menit
A : Diagnosa sementara Stroke Iskemik + Dysartria
P : Konsul Rehabilitasi Medik
Hari ke-4 rawatan (5-4-2010)
S : Kesadaran : Samnolen/Aphatis; GCS : E4 M6 Vafasia global; muntah
(+); Hemiplegia dextra (+)
O : TD 170/110 mmHg
P : Stop Piracetam (Neurotam®)
Asam asetil salisilat (Thrombo Aspilets®) 1×160 mg
Dexanta Syr 3×1 cth
Hari ke-5 rawatan (6-4-2010)
O : TD 170/70 mmHg
A : Stroke Iskemik + Afasia global
P : Pasang NGT
Asering + Reotal drip/12 jam
Parasetamol 3×500 mg
Haloperidol 2×0,5 mg
Hari ke-6 rawatan (7-4-2010)
S : Mencret (+) ±5x/hari
O : TD 180/100 mmHg Nadi 82x/menit Nafas 24x/menit
P : New Diatabs 3×1
Captopril 2×12,5 mg stop
Captopril 2x25mg
HCT 1×1 (pagi)
Neurodex 1×1
Asering/12 jam
Hari ke-7 rawatan (8-4-2010)
O : TD 180/90 mmHg
P : Captopril 2×50 mg
HCT 1×1
New diatabs stop
Mobilisasi
Hari ke-8 rawatan (9-4-2010)
S : demam (+), mencret 1x/hari
O : GCS = 15; TD 180/70 mmHg; Nadi 88x/menit; Nafas 32x/menit
Pemeriksaan elektrolit (Lampiran 1):
Natrium 136 mmol/L
Kalium 3,1 mmol/L
Klorida 105 mmol/L
Pemeriksaan urin (Lampiran 1)::
Protein +2
Bilirubin (-)
Reduksi (-)
Sedimen
Leukosit 8-10
Eritrosit 4-6
Epitel +1
Kristal amorf +1
Silinder granuler 1-2
A : Infeksi saluran kemih
P : Parasetamol 3x500mg
Cek elektrolit dan urin lengkap
Ceftriaxone 2×1 (skintest)
Oral hygiene
Oral massage
Speech terapi
Hari ke-9 rawatan (10-4-2010)
O : TD 160/80 mmHg
P : Captopril stop
Intervask 1x10mg
Lisinopril 1x10mg
HCT 1×1
CPZ 2×12,5mg
Dexanta syrup 3x1C
Urispas 2×1
Hari ke-10 rawatan (11-4-2010)
O : TD 160/60 mmHg
Hari ke-11 rawatan (12-4-2010)
S : demam (+)
O : TD 160/60 mmHg
P : terapi lanjut
pasien pulang atas permintaan keluarga dengan pasang NGT dan infus
—————————————————————————————————————-
DISKUSI
Pasien Tn. N berusia 65 tahun, pada tanggal 2 April 2010 masuk ke
RSSN Bukittinggi melaui IGD Jam 11.40, didiagnosa menderita suspect
stroke iskemik dengan keluhan anggota gerak kanan terasa kebas, bicara
pelo bsehari sebelum masuk RSSN Bukittinggi, pusing, nafsu makan
turun, lidah berat, dengan pemeriksaan fisik keadaan umum sedang,
tingkat kesadaran CM, GCS 15 (E4 M6 V5), TD 170/100 mmHg, Nadi
84x/menit, Pernapasan 20x/menit. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada tanggal 2 April yaitu darah lengkap, ureum, creatinin.
Dari hasil labor didapat gula darah random 198 mg%, ureum 35 mg%,
creatinin 1,3 mg%. Pasien dianjuran melakukan pemeriksaan gula darah
puasa dan gula darah 2 jam setelah makan, karena pemeriksaan gula
darah random yang tinggi. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi
sejak 5 tahun yang lalu dan juga memiliki kebiasaan merokok dan minum
kopi. Kebiasaan merokok dan hipertensi yang diderita pasien merupakan
faktor risiko terjadinya stroke3. Pasien biasanya merokok 1 bungkus/hari,
berhenti 10 hari sebelum pasien dirawat. Pasien juga mempunyai
kebiasaan minum teh dan coffeemix®.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 2 April diketahui kadar
kreatinin pasien melebihi batas normal 1,3 mg% (normal 0,6-1,1),
diperlukan penyesuaian dosis untuk obat yang diekskresikan dalam
bentuk tidak berubah melalui urine lebih dari 90%, tetapi tingginya
kadar serum kreatinin masih bisa ditoleransi karena tidak terlalu tinggi
sekali. Tanggal 3 april diketahui pasien menderita hiperkolesterolemia
dengan LDL kolesterol 147 mg% (normal <130 mg%). Kadar kolesterol
tinggi juga merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya penyakit
stroke3. Kadar gula darah puasa pasien 116 mg% (normal 75-115) dan 2
jam setelah makan 127 mg% (normal <150mg%). Hasil lab ini
menunjukkan bahwa pasien tidak memerlukan terapi obat hiperglikemi.
Dari hasil pemeriksaan dengan CT Scan (hari rawatan ke-4) diketahui
pasien menderita stroke iskemik.
Dilihat dari umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi, dan kebiasaanya,
pasien dalam kasus kali ini memiliki risiko yang tinggi untuk terkena
stroke. Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama untuk
terjadinya stroke. Dari riwayat penyakit sebelumya diketahui bahwa
pasien mempunyai riwayat hipertensi. Hipertensi ini dapat dicegah
antara lain diet rendah natrium yang banyak terdapat dalam garam,
mengurangi stress, mengontrol berat badan, dan lain-lain. Hal ini perlu
disampaikan kepada pasien untuk pengobatan hipertensi dengan
merobah gaya hidup4,5.
Dari hasil pemeriksaan fisik dan labor Tn N tersebut dapat diketahui
kalau pasien juga menderita hiperkolesteramia. Tingginya kadar
kolesterol dalam darah akan menyebabkan pengendapan kolesterol pada
dinding pembuluh darah, yang mengakibatkan pembuluh darah menjadi
sempit, keras dan kaku karena kehilangan sifat elastisitasnya. Kadar
kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor yang memacu timbulnya
penyakit pembuluh darah termasuk pembuluh darah di otak dan
merupakan faktor timbulnya stroke4,5.
Obat-obat yang diberikan pada Tn. N adalah (Lampiran 3):
1. IVFD RL (mulai 2/4 stop 6/4)
2. Vitamin B1 100 mg, vit B2 200 mg, vit. B12 250 mcg (Neurodex®)
2×1 (mulai 2/4 stop 6/4)
3. Captopril 12,5 mg 2×1(mulai 3/4 stop 7/4)
4. Rosuvastatin 20 mg (Crestor®) 1×1 (mulai 3/4 lanjut)
5. Piracetam 1200 mg (Neurotam®) 4×1 (mulai 3/4 stop 5/4)
6. Acetylsalicylic acid 160 mg (Thrombo aspilets®) 1×1 (mulai 5/4
lanjut)
7. Vitamin B1 100 mg, vit B2 200 mg, vit. B12 250 mcg (Neurodex®)
1×1 (mulai 7/4 lanjut)
8. Parasetamol 500 mg 3×1 (mulai 7/4 lanjut)
9. Haloperidol 2×1 (mulai 7/4 lanjut stop 10/4)
10. Asering (mulai 6/4 stop 10/4)
11. Reotal (mulai 3/4 stop 7/4)
12. Atapulgit aktif (New Diatabs®) (mulai 7/4 lanjut)
13. Captopril 2×25 mg (mulai 7/4 stop 10/4)
14. Hydrochlorthiazide (HCT®) 1×1 ( mulai 8/4 lanjut)
15. Amlodipine besylate 10 mg (Intervask®) 1×1 (mulai11/4 lanjut)
16. Lisinopril 10 mg 1×1 (mulai 11/4 lanjut)
17. Chlorpromazine CPZ (mulai 10/4)
18. Suspensi Al(OH)3 200 mg, Mg (OH)2 200 mg, simethicone 20 mg
(Dexanta®) 3×1 (mulai 10/4)
19. Flavoksat hidroklorida 200 mg (Urispas®) (mulai 10/4)
20. Injeksi Citicoline 500 mg (Brainact®) 2×1 (mulai 2/4 lanjut)
21. Injeksi Ranitidine 2×1(mulai 3/4 lanjut)
22. Injeksi Ceftriaxone 2×1 (mulai 9/4 lanjut)
Tanggal 2 April 2010. Pemberian Ringer Laktat karena pasien mengalami
gangguan homeostatis dan harus segera diberikan infus RL untuk
mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit pasien. Vitamin B1 100
mg, vit B2 200 mg, vit. B12 250 mcg (Neurodex®) 2×1 sebagai vitamin
untuk gangguan neurologik. Injeksi citicoline 2×1 sebagai
neuroprotektor yang dapat meningkatkan aliran darah dan konsumsi
oksigen di otak pada pengobatan gangguan serebro vaskular sehingga
dapat memperbaiki gangguan kesadaran.
Tanggal 3 April 2010, pasien diberikan terapi captopril, rosuvastatin
(Crestor®), piracetam (Neurotam®). Captopril 12,5 mg 2×1 sebagai anti
hipertensi golongan ACE inhibitor, bertujuan untuk menurunkan tekanan
darah pasien yang tinggi. Captopril diekskresikan dalam bentuk tidak
berubah melauli urin sekitar 24-38%. Waktu paruh captopril 2,2 jam,
bioavaibilitas 65%. Waktu paruh captopril lebih lama/diperpanjang pada
pasien dengan gangguan ginjal, jadi diperlukan penyesuaian dosis, tetapi
karena tekanan darah pasien yang masih tinggi, pengurangan dosis
captopril tidak dilakukan lagi pula kadar creatinin tidak terlalu jauh dari
batas normal6,12. Absorpsi captopril terganggu apabila diberikan bersama
makanan, sebaiknya diberikan 1 jam sebelum makan6,7. Rosuvastatin 20
mg (Crestor®) 1×1 bertujuan untuk menurunkan kadar LDL kolesterol
pasien yang tinggi. Rosuvastatin dapat menurunkan kadar HDL 2 kali
lebih baik dan meningkatkan HDL satu kali lebih baik dari pada
simvastatin6. Rosuvastatain merupakan inhibitor HMG CoA reduktase dan
sebaiknya diberikan pada malam hari8. Piracetam 1200 mg (Neurotam®)
4×1 diberikan untuk mengobati gangguan serebrovaskular dan
insufisiensi sirkulasi serebral. Selain itu piracetam pada tingkat darah
memperbaiki keadaan rheologis. Oleh karena efek piracetam pada
agregasi platelet, kurang cocok jika diberikan kepada pasien dengan
stroke hemoragik, bisa diberikan kepada pasien stroke iskemik.
Pentoxyfilline (Reotal®) untuk mengobati sumbatan arteri perifer dan
gangguan peredaran darah karena aterosklerosis9,10.
Tanggal 5 April 2010, pasien mengalami kondisi menggigil dan muntah
sehingga pemberian piracetam dihentikan karena kemungkinan pasien
alergi terhadap piracetam. Hasil CT scan menunjukkan bahwa pasien
menderita stroke iskemik. Terapai lini pertama untuk stroke iskemik
yaitu Aspirin 81-325 mg sekali sehari. Acetylsalicylic acid (Thrombo
Aspilets®) 1×160 mg diberikan sebagai antiplatelet. Efek samping
aspirin yaitu gangguan lambung, sebaiknya diberikan segera setelah
makan. Jika pasien hipersensitif atau kontra indikasi dengan aspirin,
dapat diberikan Clopidogrel 75 mg peroral sekali sehari11.
Tanggal 6 April 2010, pasien diberikan terapi parasetamol dan
haloperidol. Parasetamol 500 mg 3×1 (bila panas) diberikan untuk
mengatasi demam pada pasien karena pada hari rawatan ke-6 pasien
demam. Haloperidol 0,5 mg 2×1 diberikan untuk mengatasi kecemasan
yang dialami pasien. Dosis awal haloperidol untuk dewasa 0,5-5 mg
sehari 2-3 kali8. Infus RL diganti dengan Asering (Ringer Acetate) karena
pasien gelisah.
Tanggal 7 April 2010, pasien mengalami mencret kurang lebih lima kali
perhari. Dokter memberikan terapi atapulgit aktif (New Diatabs®).
Atapulgit aktif dapat menghambat absorpsi obat-obat lain, sebaiknya
pemakaian obat lain dijarakkan 1-2 jam. Pasien diberikan Captopril 25
mg 2×1, dan hidroklortiazid (HCT®) 1×1. Terapi hipertensi sebelumnya
Captopril 12,5 mg 2×1 diganti dengan kombinasi Captopril 25 mg dan
hidroklortiazid (HCT®) 1×1, karena tekanan darah pasien masih tetap
tinggi, diharapkan kombinasi ini dapat menurunkan tekanan darah. HCT
sebaiknya diberikan pada pagi hari. Captopril pagi dan sore 1 jam
sebelum makan8.
Tanggal 8 April 2010, New Diatabs® di stop karena pasien sudah tidak
diare. Dosis Captopril dinaikkan menjadi 2×50 mg karena tekanan darah
pasien masih tinggi (180/90), tapi belum dilaksanakan sampai akhirnya
captopril distop dan diganti dengan lisinopril.
Tanggal 9 April 2010, pasien masih demam sehingga dokter
menganjurkan pemeriksaan elektrolit dan urin lengkap, memberikan
antibiotik Ceftriaxone 2×1 untuk suspect ISK pasien . Setelah
pemeriksaan urin terbukti pasien menderita ISK. Hal ini dapat dilihat
dari adanya leukosit di urin (Lampiran1). Dari hasil pemeriksaan
elektrolit diketahui bahwa kadar kalium pasien rendah yaitu 3,1 mmol/L
(normal 3,5-5,1). Kadar kalium yang rendah dalam darah mungkin
disebabkan karena efek samping HCT yaitu hipokalemia, untuk
mengatasinya dengan menggunakan infus KA-EN 3B. Kadar kalium
dalam KA-EN 3B lebih tinggi dari pada Asering, dimana kadar kalium
dalam KA-EN 3B 20 mEq/liter sedangkan dalam Asering 4 mEq/liter9,10.
Tanggal 10 April 2010, Captopril distop, terapi hipertensi yang diberikan
dokter Lisinopril 10 mg 1×1, Amlodipin (Intervask®) 10 mg, HCT 1×1
mg. Lisinopril merupakan antihipertensi golongan ACE inhibitor. Dosis
awal lisinopril untuk dewasa 10-40 mg per hari. Lisinopril memperkecil
kemungkinan timbulnya hipokalemia akibat pemakaian HCT. Keuntungan
lisinopril dibanding captopril, absorpsinya tidak terganggu dengan
adanya makanan, jadi dapat diberikan sebelum atau sesudah makan,
waktu paruhnya lebih panjang sekitar 12 jam; tetapi kerugiannya
biovabilitasnya lebih rendah yaitu sekitar 25%8,12. Amlodipin merupakan
antihipertensi golongan Ca channel blocker. Dosis awal untuk dewasa 5
mg sekali sehari, dosis maksimum 10 mg sekali sehari. Bioavaibilitas
amlodipin 64-90% dan diekskresikan dalam bentuk tidak berubah melalui
urin sekitar 10%, jadi tidak perlu pengurangan dosis pada pasien
gangguan ginjal8. Haloperidol diganti dengan klorpromazin 2×12,5 mg
untuk mengatasi ansietas dan mual pasien. Antacid untuk mengatasi
mual dengan menetralkan asam lambung, absorpsi akan terganggu
apabila digunakan bersama makanan, sebaiknya diberikan 1 jam sebelum
atau 2 jam sesudah makan. Urispas® diberikan untuk mengurangi gejala
akibat gangguan saluran kemih.
Tanggal 12 April 2010, pasien masih demam dan terapi lanjut, akan
tetapi pasien pulang paksa atas permintaan kelurga.
—————————————————————————————————————-
TINJAUAN OBAT YANG DIGUNAKAN
1. Infus RL
Komposisi : Per 1000 mL Na 130 meq/L, Cl 109 meq/L, K 4 meq/L, Ca 2,7
meq/L, Lactate 28 meq/L, (NaCl 6 g, KCl 0,3 g, CaCl2 0,2 g, Na Lactate
3,1 g, Water for injection 1000 mL). Osmolaritas ; 273 mOsm/L
Indikasi : Terapi untuk mengatasi deplesi volume berat saat tidak dapat
diberikan rehidrasi oral
Dosis : Dosis tergantung individual
Interaksi obat : Preparat K dan Ca
2. Infus Asering
Komposisi : Per L: Na 130 meq, K 4 meq, Cl 109 meq, Ca 3 meq, acetate
28 meq.
Indikasi : Asering : Terapi cairan pengganti untuk kondisi kehilangan
cairan secara akut.
Dosis : individual
Kontra indikasi : Penderita gagal jantung kongestif, kerusakan ginjal,
edema paru yang disebabkan oleh retensi Na & hiperproteinemia.
Penderita hipernatremia, hiperkloremia, hiperkalemia, hiperhidrasi.
Efek samping : Demam, infeksi, pada tempat injeksi, trombosis pada vena
atau flebitis pada tempat injeksi, hipervolemia.
3. Neurodex®
Komposisi : vitamin B1 100 mg, vitamin B6 200 mg, vitamin B12 250 mcg.
Indikasi : Gejala neorotropik karena defisiensi vitamin B, gangguan
neurologik, mual dan muntah pada kehamilan, anemia, robonsia untuk
kejang, lesu, dan usia lanjut.
Pemberian obat: Dapat diberikan bersamaan dengan makanan untuk
mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Dosis : 1 tablet 2-3 x sehari.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap vitamin B.
Rencana Edukasi : Sebaiknya diminum pada pagi dan siang hari sesudah
makan.
4. Captopril
Indikasi : lihat pada dosis
Dosis : Hipertensi ringan s/d sedang Awal 12,5 mg 2x/hr. Pemeliharaan :
25 mg 2x/hr, dapat ditingkatkan dengan selang waktu 2-4 minggu. Maks:
50 mg 2x/hr. Dapat ditambah thiazid jika respon tidak cukup atau dosis
diuretik dapat ditingkatkan sesudah 1-2 minggu. Hipertensi berat Awal
12,5 mg 2x/hr, dapat ditingkatkan bertahap s/d maks 50 mg 3x/hr dan
harus diberikan bersama dengan obat antihipertensi lain dengan dosis
yang disesuaikan. Maks 150 mg/hr. Gagal jantung Awal 6,25 mg atau
12,5 mg. Pemeliharaan: 25 mg 2-3x/hr, dapat ditingkatkan bertahap
dengan selang waktu minimal 2 minggu. Maks 150 mg/hr. Lansia
dianjurkan untuk memberikan dosis awal yang rendah.
Pemberian obat: berikan saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam
sesudah makan.
Kontra indikasi : Stenosis aorta, gagal ginjal, hamil, laktasi, hipersensitif
terhadap ACE inhibitor.
Efek samping: Proteinurea, peningkatan ureum darah dan kreatinin,
ruam terutama pruritis, neutropenia, anemia, trombositopenia, hipotensi.
Interaksi obat: Imunosupresan, suplemen K atau diuretik yang
mengandung K, probenesid, NSAID, diuretik.
Mekanisme kerja : inhibitor Angiotensin Converting Enzyme (ACE) yang
mengubah Angiotensin I menjadi Angiotensin II, selain itu dapat
menurunkan Angiotensin II karena penurunan aktivitas plasma renin
dan penurunan sekresi aldosteron. Mekanisme CNS kemungkinan
terlibat dalam menghasilkan efek hipotensif. ACE inhibitor kemungkinan
akan merubah kallikriens vasoaktif menjadi bentuk aktifnya (hormon)
sehingga akan menurunkan tekanan darah.
Rencana Edukasi :
Berikan obat 1 jam sebelum makan.
Jika lupa minum obat diminum sesegera mungkin, bila mendekati
jadwal minum obat selanjutnya jangan menggandakan dosis.
5. Crestor®
Komposisi : Rosuvastatin 20 mg/tab
Indikasi : Hiperkolesterolemia primer atau dislipidemia sebagai terapi
tambahan terhadap diet dan olahraga. Menurunkan kadar kolesterol
total LDL, trigliserida, dan meningkatkan HDL.
Dosis : Awal 5-10 mg 1x/hr, baik pada pasien yang belum pernah
mendapat terapi statin atau pasien yang menjalani pergantian terapi dari
penghambat HMG-CoA reduktase lain, bila perlu dosis dapat
ditingkatkan s/d tingkat dosis berikutnya sesudah 4 minggu. Lanjut Usia
>70 tahun dan pasien dengan faktor predisposisi miopati Awal 5 mg.
Pasien dengan gagal ginjal berat (bersiha kreatinin <30 ml/mnt yang
tidak menjalani hemodiallisis Awal 5 mg 1x/hr maks 10 mg 1x/hr.
Pemberian obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.
Kontra indikasi : Penyakit hati aktif termasuk peningkatan persisten
kadar transaminase serum 3x dari batas atas nilai normal, miopati,
pengguanaan bersama dengan siklosporin, wanita usia subur, hamil, dan
laktasi.
Efek samping : Sakit kepala, pusing, konstipasi, mual, nyeri abdomen,
mialgia, astenia.
Interaksi obat : Antagonis vitamin K, gemfibrosil dan obat penurun lemak
lain, siklosporin, antasida, eritromisin, kontrasepsi oral, atau terapi sulih
hormon.
Mekanisme kerja : Rosuvastatin bekerja secara kompetitif menghambat
3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A (HMG-CoA) reduktase, enzim
yang sangat berperan dalam katalisasi biosíntesis colesterol.
Rencana edukasi :
Gunakan obat ini pada malam hari kecuali dinyatakan lain oleh
dokter atau apoteker.
Obat ini sangat efektif jika digunakan bersama dengan olah raga
dan diet mengurangi asupan makanan yang mengandung kolesterol
(lemak) dan lemak jenuh.
Pasien disarankan untuk segera memberitahukan dokter jika
mengalami nyeri otot, nyeri tekan (tenderness) dan kelemahan yang
tidak dapat dijelaskan.
Tes laboratorium diperlukan untuk memonitor terapi. Pastikan hal
ini dilakukan.
Jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi
dengan dokter
Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa
memberitahu dokter yang merawat. Ini termasuk sediaan herbal
atau suplemen makanan yang lain
Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat setelah
ingat. Jika terlewat beberapa jam dan telah mendekati waktu
minum obat berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda.
Jika lebih dari satu kali dosis terlewat, mulai kembali pengobatan
seperti awal dan mintalah nasehat dokter pada kunjungan
berikutnya.
6. Neurotam®
Komposisi : Piracetam 1200 mg/kaplet
Indikasi : Kemunduran daya pikir, astenia, gangguan adaptasi, gangguan
reaksi psikomotor. Alkoholisme kronik dan adiksi. Disfungsi serebral
sehubungan dengan akibat pasca trauma.
Dosis : Oral Sindroma psikoorganik yang berhubungan dengan penuaan
Awal 6 kapsul atau 3 kaplet/hari dalam 2-3 dosis terbagi untuk 6 minggu.
Pemeliharaan : 1,2 g/hr. Sindroma pasca trauma Awal 2 kapsul atau 1
kapl 3x/hr s/d mencapai efek yang diinginkan, lalu 1 kapsul atau ½
kaplet/hr. Inj IM atau IV 1 g 3x/hr.
Pemberian obat : Sesudah makan
Kontra indikasi : Kerusakan ginjal parah, hipersensitif.
Efek samping : Keguguran, lekas marah, sukar tidur, gelisah, gemetar,
agitasi, lelah, gangguan GI, mengantuk.
Mekanisme kerja : piracetam adalah suatu nootropic agent.
Rencana edukasi :
Oleh karena piracetam seluruhnya dieliminasi melalui ginjal,
peringatan harus diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal,
oleh karena itu dianjurkan melakukan pengecekan fungsi ginjal.
Oleh karena efek piracetam pada agregasi platelet, peringatan
harus diberikan pada penderita dengan gangguan hemostatis atau
perdarahan hebat.
7. Thrombo aspilets®
Komposisi : Acetyl salicylic acid 80 mg/tablet salut enterik.
Indikasi : Terapi dan pencegahan trombosis pada infark miokard akut
atau pasca stroke
Dosis : 1-2 tab 1x/hr
Pemberian obat : Sesudah makan : telan utuh jangan
dikunyah/dihancurkan
Kontra indikasi : Sensitif terhadap aspirin, asma, ulkus peptikum,
perdarahan subkutan, hemofilia, trombositopenia, terapi anti koagulan.
Efek samping : Iritasi GI, mual muntah. Penggunaan jangka panjang :
perdarahan GI, ulkus peptikum.
Mekanisme kerja : asetosal mencegah adhesi dan agregasi platelet
dengan cara menghambat enzim siklooksigenase yang berfungsi
membentuk tromboksan A2 dan prostasiklin. Tromboksan A2 merupakan
suatu vasokonstriktor yang akan menginduksi pelepasan granul-granul
intraseluler, sehingga berakibat agregasi platelet. Prostasiklin
merupakan vasodilator yang akan menghambat agregasi platelet.
Rencana edukasi : Minum segera setelah makan dengan satu gelas air
8. Paracetamol
Indikasi : Antipiretik dan Analgetik
Dosis : 1 kapl 3-4x/hr
Pemberian obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan
Kontra indikasi : Gangguan fungsi hati berat
Efek samping : Kerusakan hati ( dosis besar, terapi jangka lama )
Interaksi obat : Memperkuat kerja vasopresin. Absorpsi asetaminofen
dihambat oleh propantelin dan dipercepat,oleh metoklopramid.
Mekanisme kerja : Bekerja langsung pada pusat pengaturan panas di
hipotalamus dan menghambat sintesa prostaglandin di sistem saraf
pusat.
Rencana edukasi :
Obat ini digunakan bila demam saja, jika sudah tidak demam jangan
digunakan.
Jika nyeri atau demam sudah lebih dari 3 hari, hubungi dokter.
9. Haloperidol
Indikasi : Status ansietas, gelisah dan psikis labil disertai dengan mudah
marah, menyerang, astenia, delusi, halusinasi.
Dosis : Gejala sedang 0,5-2 mg/hr 2-3x/hr, gejala berat 3-5 mg/hr 2-3x/hr.
Lansia 0,5-1,5 mg 2-3x/hr.
Pemberian obat : Dapat diberikan bersama makanan untuk mengurangi
iritasi pada GI.
Kontra indikasi : Depresi endogen tanpa agitasi, gangguan syaraf dengan
gejala piramidal atau ekstra piramidal, kondisi koma, depresi SSP berat.
Efek samping : Hipertonia dan gemetar pada otot, gerakan mata yang
tidak terkendali, hipotensi ortostatik, galaktore.
Interaksi obat : Litium, metildopa, antikonvulsan, alkohol, depresan SSP,
opiat.
Mekanisme kerja : Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di
postsinaptik mesolimbik otak. Menekan penglepasan hormon
hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS)
sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh,
kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.
Rencana edukasi :
Obat ini untuk mengobati gangguan emosi, mental dan kecemasan.
Obat ini harus digunakan beberapa minggu sebelum efek penuh
dicapai.
Bila digunakan lebih dari satu dosis/tablet per hari, segera minum
obat bila lupa, tetapi bila sudah dekat dengan waktu minum kedua,
tinggalkan dosis pertama dan mulai dengan dosis reguler.
Jangan hentikan minum obat tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Konsultasikan dengan dokter bila memakan obat lain. Bila
merasakan reaksi yang tidak menyenangkan/menganggu karena
memakan obat ini konsultasikan dengan dokter.
10. New Diatabs®
Komposisi : atapulgit aktif 600 mg/tablet
Indikasi : Antidiare
Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun 2 tablet setiap setelah buang air
besar, maksimum : sehari 12 tablet
11. Hidroklortiazid
Indikasi : Penanganan hipertensi ringan sampai sedang, edema pada
gagal jantung kongestif dan sindrom nefrotik.
Dosis : Oral (efek obat dapat diturunkan setelah digunakan setiap hari)
Dewasa : Edema : 25-100 mg/hari dalam 1-2 dosis, maksimum 200
mg/hari. Hipertensi : 12.5 -50 mg/hari; peningkatan respon minimal dan
gangguan elektrolit lainnya harus dipantau setelah > 50 mg/hari. Pasien
lanjut usia : 12,5 – 25 mg sekali sehari. Penyesuaian dosis pada
gangguan ginjal.
Kontra Indikasi : Diabetus mellitus, dan kemungkinan hipersensitivitas
terhadap golongan obat ini.
Efek Samping : Hipotensi ortostatik, hipotensi, fotosensitivitas,
hipokalemia, anoreksia, tekanan pada epigastrik.
Mekanisme Kerja : Inhibisi rearbsorpsi pada tubulus ginjal, akibatnya
ekskresi natrium dan air meningkat.
Rencana Edukasi :
Obat dimakan bersamaan dengan makanan lain atau dengan susu.
Obat ini bisa menimbulkan rasa pusing dan kelelahan bila
mengerjakan sesuatu, berdiri cukup lama, minum alkohol, merubah
tubuh secara mendadak, atau bangun dari tempat tidur secara
terburu-buru.
Jika mungkin jangan makan obat ini menjelang tidur, karena tidur
anda akan terganggu karena akan sering buang air kecil.
Obat ini kemungkinan akan menyebabkan penglihatan menjadi
kabur. Jangan mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan
mesin.
Hubungi dokter bila timbul rasa kelelahan pada otot atau rasa nyeri
mendadak pada persendian .
Hubungi dokter bila timbul diare.
12. Intervask®
Komposisi : Amlodipine besylate 10 mg/tablet
Indikasi : Hipertensi. Pengobatan angina prinzmetal dan angina pektoris
stabil kronik.
Dosis : Hipertensi, angina Awal 5 mg 1 x/hr, dapt ditingkatkan s/d maks
10 mg/hr. Pasien dengan tubuh kecil, lemah atau lanjut usia, tau dengan
gagal hati Awal 2,5 mg 1 x/hr.
Pemberian obat: Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap dihidropiridin. Stenosis aorta,
angina tak stabil ( kecuali angina prinzmetal).
Perhatian : Gangguan fungsi hati, gagal jantung kongestif. Hamil dan
laktasi, lanjut usia.
Efek samping :Sakit kepala, edema, lelah, mengantuk, mual, nyeri perut,
rasa hangat dan kemerahan pada kulit, palpitasi, pusing.
Mekanisme kerja : Menghambat ion kalsium ketika memasuki saluran
lambat atau area sensitif tegangan selektif pada otot polos vaskuler dan
miokardium selama depolarisasi, menghasilkan relaksasi otot polos
vaskuler koroner dan vasodilatasi koroner, meningkatkan penghantaran
oksigen pada pasien angina vasospastik.
Rencana Edukasi :
Gunakan sesuai yang diresepkan, jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi dengan dokter.
Pasien mungkin akan mengalami sakit kepala (jika tidak dapat
diatasi konsultasi ke dokter), mual dan muntah (makan sejumlah
kecil makanan mungkin dapat membantu), atau konstipasi.
Dapat menyebabkan mengantuk, digunakan dengan hati-hati pada
saat menyetir atau menjalankan mesin.
Kesesuaian penggunaan obat; kepatuhan terhadap terapi (penting
untuk tidak menggunakan obat melebihi jumlah yang diresepkan).
Kesesuaian dosis : bila lupa minum obat maka diminum, sesegera
mungkin, jangan diminum bila telah mendekati pemberian dosis
selanjutnya, jangan menggandakan dosis. Kesesuaian penyimpanan
obat : untuk penggunaan sebagai antihipertensi, mungkin
memerlukan kontrol berat badan dan diet khususnya pemasukan
natrium.
Pasien mungkin tidak mengetahui/mengalami gejala dari hipertensi,
penting untuk tetap menggunakan obat walaupun sudah merasa
sehat untuk membantu mengontrol hipertensi.
Waktu paruh eliminasi 30-50 jam, meningkat pada pasien disfungsi hati.
13. Lisinopril
Indikasi : Hipertensi dan gagal jantung kongestif (terapi sendiri atau
bersama diuretik dan digitalis).
Dosis : Hipertensi Awal 2,5 mg/hr. Pemeliharaan : 10-20 mg/hr. Maks :
40 mg/hr. Gagal jantung kongestif Awal 2,5 mg/hr. Pemeliharaan : 10-20
mg/hr.
Pemberian obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan
Kontra Indikasi : Angioneurotik edema karena terapi ACE inhibitor.
Perhatian : Hipotensi simptomatik terutama pada penderita dengan vol.
cairan tubuh rendah dan gagal jantung kongestif. Hipotensi dapat terjadi
pada pembedahan/anestesi. Penyakit jantung iskemik atau
serebrovaskular. Kerusakan fungsi ginjal. Riwayat angioedema. Hamil
dan laktasi.
Efek samping : Pusing, sakit kepala, diare, lesu, batuk, mual, ruam kulit,
angioneurotik edema, hiperkalemia.
Interaksi obat : Diuretik hemat kalium, suplemen K, risiko hiperkalemia.
Diuretik : efek aditif. Menurunkan eliminasi litium. Antasid mungkin
dapat menurunkan bioavailibilitas inhibitor ACE (lebih sering terjadi
dibanding kaptopril), pemberian diberi selang waktu selama 1-2 jam.
Mekanisme kerja : Inhibitor kompetitif Angiotensin Converting Enzyme
(ACE) yang mengubah Angiotensin I menjadi Angiotensin II, selain itu
dapat menurunkan Angiotensin II karena penurunan aktivitas plasma
renin dan penurunan sekresi aldosteron. Mekanisme CNS kemungkinan
terlibat dalam menghasilkan efek hipotensif. ACE Inhibitor kemungkinan
akan merubah kallikriens vasoaktif menjadi bentuk bentuk aktifnya
(hormon) sehingga akan menurunkan tekanan darah.
Waktu paruh eliminasi 11-12 jam.
14. Chlorpromazine
Indikasi : mengendalikan mual dan muntah, menghilangkan kegelisahan
dan ketakutan.
Dosis : mual muntah : oral 10-25 mg setiap 4-6 jam, im, iv : 25-50 mg
setiap 4-6 jam. Orang tua : Gejala-gejala perilaku yang berkaitan dengan
demensia Awal : 10-25 mg sehari 1-2 kali, naikkan pada interval 4-7 hari
dengan 10-25 mg/hr, naikkan interval dosis, sehari 2x, sehari 3x, dst. Bila
perlu untuk mengontrol respons dan efek samping ; dosis maksimum 800
mg.
Kontra Indikasi : Hipersensitifitas terhadap klorpromazine atau
komponen lain formulasi, reaksi hipersensitif silang antar fenotiazin
mungkin terjadi, depresi SSP berat dan koma.
Perhatian : Pasien dengan depresi SSP, penyakit hati dan jantung berat,
lanjut usia.
Efek samping : hipotensi postural, takikardia, pusing, perubahan interval
QT tidak spesifik. Mengantuk, distonia, akhatisia, pseudoparkinsonism,
diskinesia Tardif, sindroma neurolepsi malignan, kejang, fotosensitivitas,
dermatitis, pigmentasi, laktasi, aminore, ginekomastia, pembesaran
payudara, hiperglisemia, hipoglisemia, mual, konstipasi xerostomia,
retensi urin, gangguan ejakulasi, impotensi, agranulositosis, eosinofilia,
leukopenia, anemia hemolisis, anemia aplastik, purpura trombositopenia,
jaundice, penglihatan kabur, perubahan kornea, dan lentikuler keratopati
epitel, retinopati pigmen.
Mekanisme kerja : Memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik
mesolimbik otak. Memblok kuat efek alfa adrenergik. Menekan
penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular
Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal,
temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dandan emesis.
Waktu paruh bifasik, awal: 2 jam, akhir: 30 jam
15. Dexanta®
Komposisi : Per 5 mL susp koloidal Al(OH)3 200 mg, Mg (OH)2 200 mg,
simethicone 20 mg.
Indikasi : Hiperasiditas, tukak lambung, kembung, dyspepsia, heartburn.
Dosis : Susp 1-2 sdt 3-4 x/hr.
Pemberian obat : Berikan di antara waktu makan.
Perhatian : Diet rendah fosfat, disfungsi ginjal.
Efek samping : konstipasi, diare, obstruksi intestinal (dosis besar).
Interaksi obat : Mengurangi aktifitas tetrasiklin, Fe, INH, warfarin,
kuinidin.
Mekanisme kerja : Menetralkan HCl dalam lambung
16. Urispas®
Komposisi : Flavoksat hidroklorida 200 mg/tablet
Indikasi : Mengurangi gejala akibat gangguan sal. kemih seperti disuria,
urgensi, nokturia, nyerisuprapubik, frequency dan incontinence yang
terjadi pada penderita sistitis, prostatitis, uretritis, uretrosistitis, dan
uretrogonitis.
Dosis : 3-4 x sehari 200 mg.
Kontra Indikasi : Penderita dengan obstruksi duodenal atau filorik, luka
pada usus, akhlasia, pendarahan GI, dan obstruksi uropatik sal. Kemih
bagian bawah.
Efek samping : Mual, muntah, mulut kering, gelisah, vertigo, sakit
kepala, mengantuk, gangguan akomodasi mata, tekanan intraocular
meningkat, gangguan penglihatan, bingung, disuria, takikardia, palpitasi,
hiperpireksia, eosinofilia, leucopenia, urtikaria, dan dermatitis lainnya.
17. KA-EN 3B
Komposisi : Per L Na 50 mEq, K 20 mEq, Cl 50 mEq, lactate 20 mEq,
glucose 27 g.
Indikasi : Menyalurkan atau memelihara keseimbangan air dan elektrolit
pada keadaan dimana asupan makanan per oral tidak mencukupi atau
tidak mungkin.
Dosis : 500-1000 mL pada 1 x pemberian secara IV drip.
Kontra Indikasi : Hiperkalemia, oliguria, peny. Addison, luka baker berat,
azotemia, kelebihan Na, sindrom malabsorpsi glukosa-galaktosa, cedera
hati yang berat, aritmia jantung.
Perhatian : Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, edema paru dan
jaringan perifer, pre-eklamsia, hipertensi, post-traumatik, sepsis berat,
asidosis, obstruksi sal . Kemih, DM.
Efek samping : Alkalosis, edema otak, paru, dan perifer, intoksikasi.
Interaksi obat : Ca.
18. Injeksi Citicoline (Brainact®)
Komposisi : Citicoline Amp 500 mg/4 mL
Indikasi : Gangguan kesadaran yang menyertai kerusakan atau cedera
serebral, trauma serebral, operasi otak, dan infark serebral.
Mempercepat rehabilitasi tungkai atas dan bawah pada pasien
hemiplegia apopleksi.
Dosis : Gangguan kesadaran karena cedera kepala atau operasi otak 100-
500 mg 1-2x/hr secara IV drip atau injeksi. Gangguan kesadaran karena
infark serebral 1000 mg 1x/hr secara injeksi IV. Hemiplegia apopleksi
1000 mg 1x/hr secara oral atau injeksi IV
Pemberian obat : Berikan pada saat makan atau diantara waktu makan
Efek samping : hipotensi, ruam, insomnia, sakit kepala, diplopia.
Mekanisme Kerja :
Citicoline meningkatkan kerja formatio reticularis dari batang otak,
terutama system pengaktifan formatio reticularis ascendens yang
berhubungan dengan kesadaran.
Citicoline mengaktifan system pyramidal dan memperbaiki
kelumpuhan system motoris.
Citicoline menaikkan konsumsi O2 dari otak dan memperbaiki
metabolism otak.
19. Injeksi Ranitidin
Komposisi : Ranitidine HCl Amp 50 mg/2 mL
Indikasi : Ulkus peptikum, ulkus gaster non maligna. Kondisi hipersekresi
patologis.
Dosis : Ulkus duodenum 150 mg 2x/hr atau 300 mg 1x/hr pada malam
hari. Pencegahan kekambuhan ulkus 150 mg sebelum tidur. Sindroma
Zollinger Ellison 150 mg 3x/hr.
Pemberian obat : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan
Efek samping : Sakit kepala, pusing, gangguan GI, ruam kulit.
Interaksi obat : Mengurangi bersihan dari warfarin, prokaii danamide, N-
acetil prokainamid. Meningkatklan absorpsi dari midazolam,
menurunkan absorpsi dari cobalamin.
20. Reotal®
Komposisi : pentoxyfilline 20 mg/mL (sediaan ampul 5 mL injeksi)
Indikasi : penyumbatan pembuluh darah kronik pada tungkai
Dosis : infus IV : 100 mg (1 ampul) dalam 250-500 mL larutan infus untuk
90-180 menit, dapat ditingkatkan dengan 50 mg/hari sampai dengan
maksimal 400mg/hari.
Kontra indikasi : infark miokard, perdarahan hebat, sklerosis serebral,
aritmia jantung berat, hamil, laktasi, anak <18 tahun.
Efek samping : mual, malaise, gangguan lambung, vertigo, pruritis,
urtikaria, edema angioneuritk.
21. Injeksi Ceftriaxone
Komposisi : seftriakson 1 gram/vial
Indikasi : Pengobatan infeksi saluran nafas bagian bawah, Otitis media
bakteri akut, Infeksi kulit dan struktur kulit, Infeksi tulang dan sendi,
Infeksi intra abdominal, Infeksi saluran urin, Penyakit inflamasi pelvic
(PID), Gonorrhea, Bakterial septicemia dan meningitis
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap seftriakson, komponen lain
dalam sediaan dan sefalosporin lainnya. Neonatus Hyperbilirubinemia.
Efek samping : Kulit : Rash (2%), Saluran cerna : diare (3%), Hepar :
peningkatan transaminase (3,1%-3,3%), Hematologi : eosinophillia (6%);
thrombositosis (5%); leukopenia (2%), Lokal : Nyeri selama injeksi (I.V
1%); rasa hangat, tightnes selama injeksi (5%-17%) diikuti injeksi I.M.
Dosis : Dewasa : I. M.; I. V. Usual dosis I. M.; I. V. : 1-2 g setiap 12-24
jam tergantung tipe dan keparahan infeksi.
Interaksi Obat :
Chephalosporin : menigkatkan efek antikoagulan dari derivat
kumarin(Dikumarol dan Warfarin)
Agen urikosurik: (Probenesid, Sulfinpirazon) dapat menurunkan
ekskresi sefalosporin, monitor efek toksik.
Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga
bakteri akan mengalami lisis.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan anamnesa pasien Tn N mengalami suspect stroke
iskemik dan setelah dilakukan CT scan diketahui pasien menderita
stroke iskemik.
2. Berdasarkan terapi obat yang diperoleh pasien, sudah ada korelasi
antara terapi obat dengan penyakit pasien dan sudah merupakan
pilihan obat yang sesuai, tepat indikasi, dan efektif untuk kasus Tn.
N.
3. Pasien mengalami reaksi alergi. Piracetam (Neurotam®) tidak
dapat ditoleransi oleh pasien, dimana pasien sering muntah
sehingga pemakaian piracetam di stop. Piracetam dan Citicoline
sebagai neuroprotektor. Piracetam distop, neuroprotektor yang
digunakan Citicoline.
4. Terapi yang digunakan untuk pengobatan stroke pasien yaitu
Citicoline (Brainact®) dan Asetosal (Thrombo Aspilets®)
RUJUKAN
1. Diana Lyrawati. (2008). Arteriogenesis Dan Angiogenesis Pada
Stroke Hemoragik: Mempertajam Konsep untuk Memperoleh Manfaat
Terbaik Neovaskularisasi (Pembentukan Pembuluh Darah Baru. Jurnal
Kedokteran Barwijaya Vol. XXIV, No.2, Agustus 2008.
2. DiPiro, J.T., et al. (2005). Pharmacoterapy Handbook : A
Pathophysiologic Approach. (6th ed). United States of America : Mc Graw
Hill Companies.
3. Mansjoer, A., dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi 3 Jilid
2). Jakarta : Penerbit Media Ausculapius FKUI.
4. Anastasia, A., dkk. (2007). Pengetahuan Tentang Pencegahan
Stroke pada Klien yang Mempunyai Faktor Resiko Terserang Stroke Di
Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Garut.
5. Price, S.A., and Wilson, L.M. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. (Edisi Keempat). Penerjemah: P. Anugerah.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Anderson, P.O.,etc. (2002). Handbook of Clinical Drug Data. (10th
Edition). United State of America : The McGraw-Hill Companies.
7. Bailie, G.R., (2004). MedFacts Pocket Guide of Drug Interaction.
(2nd Edition). London : Bond Care International, Inc and Nephrology
Pharmacy Associates, Inc.
8. Pelayanan Informasi Obat. (2006). Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
9. MIMS Indonesia, Petunjuk Konsultasi, Edisi 9 2009/2010.
10. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. (2008). Informasi Spesialite Obat.
Volume 43 2008 s/d 2009. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
11. Uchino, K., et all. (2007). Acute Stroke Care. New York, United
Stated of America: Cambridge University Press.
12. Katzung Pharmachology.pdf
About these ads
Like this:
Like Loading...This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.
← KASUS DEMAM TIFOID DI RUANG ANAK RSSN BUKITTINGGI
6 Responses to KASUS STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG NEURO RSSN BUKITTINGGI
1. lia kamalia says:
July 27, 2011 at 12:55 pm
Akhirnya ketemu jg materi yang sesuai..
Semoga presentasi jum’at besok sukses..
Reply
2. yosephvera says:
March 17, 2012 at 3:09 pm
posting bagus
lanjutkan!
Reply
3. Marselina S.Kep. Ns says:
June 25, 2013 at 3:23 am
bagus sekali, kalo bisa ada bt kasus yg lain ya? thanks
Reply
4. Patrianus S.Kep. Ns says:
June 25, 2013 at 3:45 am
terima kasih ya? salam kenal
Reply
5. calander calando calandre calandria calangay calanid calanque
calantas calanthe calapite calapitte calascione calash calashes calastic
calathea calathi calathian calathidia calathidium calathiform calathisci
calathiscus calathos calaththi calathus calavan says:
August 5, 2013 at 10:09 pm
I like to disseminate understanding that will I have accumulated with the
calendar year to
assist improve group performance.
Reply
6. Davids says:
August 6, 2013 at 11:44 am
Dok, blognya keren bgt… T.O.P B.G.T
Reply
Leave a Reply
Enter your comment here...
8fdea64c83 /2011/03/04/kasu guest
Fill in your details below or click an icon to log in:
(required)(Address never made public)(required)
( Log Out / Change )
( Log Out / Change )
( Log Out / Change )
( Log Out / Change )
Search for:
Archives March 2011 (1)
January 2011 (4)
March 2010 (2)
March 2011
M T W T F S S
« Jan
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31
Recent Posts KASUS STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG NEURO RSSN BUKITTINGGI
KASUS DEMAM TIFOID DI RUANG ANAK RSSN BUKITTINGGI
KASUS ISK DI RUANG ANAK RSSN BUKITTINGGI
TUGAS PKP DI RUANG ANAK RSSN BUKITTINGGI
DIALOG IBLIS LAKNATULLOH DENGAN NABI MUHAMMAD SAW
Ayuminang's Blog The Twenty Ten Theme. Blog at WordPress.com.
Follow
Follow “Ayuminang's Blog”
Get every new post delivered to your Inbox.
Post Comment 45 0
cb31204801 184
Search
subscribe 12832201 http://ayuminang. loggedout-follow 0fff3d6a65 /2011/03/04/kasu
Sign me up
Powered by WordPress.com
%d bloggers like this: