4
Penting bagi kita untuk melihat bagaimana cara pandang baru, yang muncul dari ilmu pengetahuan, mengubah sikap kita tentang pendidikan. Pendidikan tradisional menekankan penguasaan dan manipulasi isi. Para siswa menghafalkan fakta, angka, nama, tanggal, tempat, dan kejadian; mempelajari mata pelajaran secara terpisah satu sama lain; dan berlatih dengan cara yang sama untuk memperoleh kemampuandasar menulis dan berhitung. Kita beranggapan bahwa jika siswa berkonsentrasi hanya untuk menguasai isi, mereka pasti memperoleh informasi mendasar tentang subjek yang mereka pelajari. Anggapan ini dapat dimengerti jika kita mempertimbangkan pandangan yang kita warisi dari ilmu pengetahuan abad ke 18 yang mendominasi pemikiran Barat sampai saat ini. Menurut pandangan ala Newton tersebut, tugas kita adalah memandang keseluruhan sebagai tidak lebih dari jumlah bagian-bagiannya yang terpisah dan berdiri sendiri. Penemuan ilmiah terbaru saat ini memberi tahu kita bahwa justu hubungan antara bagian-bagian tersebutlah—yaitu konteksnya—yang memberi makna. Lebih jauh lagi, makna yang berasal dari hubungan- hubungan itu membuat gabungan dari semua bagian itu melampaui sekadar jumlah dari bagian-bagiannya, seprti halnya air yang mendukung kehidupan mempunyai ciri yang melebihi gabungan bagian-bagiannya, yaitu oksigen dan hidrogen. Semua kenyataan yang ada di dalam alam semesta saling berhubungan dalam jejaring-jejaring, dan semua makna diturunkan dari hubungan-hubungan tersebut. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna. Pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk pembelajaran mandiri

Contextual Teaching & Learning

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ctl

Citation preview

Penting bagi kita untuk melihat bagaimana cara pandang baru, yang muncul dari ilmu pengetahuan, mengubah sikap kita tentang pendidikan. Pendidikan tradisional menekankan penguasaan dan manipulasi isi. Para siswa menghafalkan fakta, angka, nama, tanggal, tempat, dan kejadian; mempelajari mata pelajaran secara terpisah satu sama lain; dan berlatih dengan cara yang sama untuk memperoleh kemampuandasar menulis dan berhitung. Kita beranggapan bahwa jika siswa berkonsentrasi hanya untuk menguasai isi, mereka pasti memperoleh informasi mendasar tentang subjek yang mereka pelajari. Anggapan ini dapat dimengerti jika kita mempertimbangkan pandangan yang kita warisi dari ilmu pengetahuan abad ke 18 yang mendominasi pemikiran Barat sampai saat ini. Menurut pandangan ala Newton tersebut, tugas kita adalah memandang keseluruhan sebagai tidak lebih dari jumlah bagian-bagiannya yang terpisah dan berdiri sendiri.Penemuan ilmiah terbaru saat ini memberi tahu kita bahwa justu hubungan antara bagian-bagian tersebutlahyaitu konteksnyayang memberi makna. Lebih jauh lagi, makna yang berasal dari hubungan-hubungan itu membuat gabungan dari semua bagian itu melampaui sekadar jumlah dari bagian-bagiannya, seprti halnya air yang mendukung kehidupan mempunyai ciri yang melebihi gabungan bagian-bagiannya, yaitu oksigen dan hidrogen. Semua kenyataan yang ada di dalam alam semesta saling berhubungan dalam jejaring-jejaring, dan semua makna diturunkan dari hubungan-hubungan tersebut.Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna.

Pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk pembelajaran mandiriProses pembelajaran mandiri paling baik diuji dari dua perspektif yang berbeda, tetapi sangat berhubungan. Pertama, pembelajaran mandiri mengharuskan siswa untuk memiliki pengetahuan dan keahlian tertentu. Mereka harus tahu dan mampu melakukan hal-hal tertentumengambil tindakan, bertanya, membuat keputusan mandiri, berpikir kreatif dan kritis, memiliki kesadaran diri, dan bias bekerja sama. Kedua, pembelajaran mandiri mengharuskan siswa untuk melakukan hal-hal tersebutyaitu, menggunakan pengetahuan dan keahliandalam urutan yang pasti, satu langkah secara logis mengikuti langkah yang lain. Pengerahuan dan keahlian yang dibutuhkan agar berhasil dalam pembelajara mandiri akan dibicarakan pada bagian ini. Lagkah-langkah yang diambil siswa untuk menguasai kemampuan ini, prosesnya, dijelaskan dalam bagian sesudahnya.1. Mengambil TindakanMemang benar bahwa kita sebagai manusia mampu melakukan kegiatan yang bersifat intelektual sementara. Membaca sebuah artikel surat kabar yang meyakinkan, misalnya, dapat menyebabkan kita melakukan tindakan mental berupa penarikan dukungan terhadap seorang calon politik. Karena kita bukanlah kepala tanpa tubuh, maka saat kita berpartisipasi aktif dalam belajar, keterlibatan langsung kita dapat membantu kita dalam memahami dan peduli tentang informasi baru.

2. Mengajukan PertanyaanSebagaimana keberhasilan pembelajaran mandiri bergantung pada pengambilan tindakan, pola belajar ini juga bergantung pada pengetahuan dan keahlian yang menghasilkan prilaku dan proses berpikir mandiri. Untuk menjadi mandiri, baik bekerja sendiri maupun kelompok, anak-anak harus bias mengajukan pertanyaan-pertanyaan menarik, membuat pilihan-pilihan yang bertanggung jawab, berpikir kritis dan kreatif, memiliki pengetahuan tentang diri sendiri, dan bekerja sama. Anak-anak tidak dengan otomatis mendapatkan kemampuan-kemampuan ini waktu mereka ikut serta dalam tuga-tugas dari pembelajaran mandiri. Gurulah yang menanamkan hal ini kepada mereka. Guru dapat membantu anak-anak sejak mereka mengawali pelajaran untuk menjadi pelajar yang aktif dan mandiri. Pentingnya berpikir mandiri dalam mengajukan pertanyaan, membuat berbagai pilihan, mengembangkan kesadaran-diri, dan bekerja sama, akan didiskusikan berikut ini. Keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggikeahlian berpikir kritis dan kreatifsangatlah penting dalam seluruh sistem pengajaran dan pembelajaran kontekstual.

3. Membuat PilihanSelain mengajukan pertanyaan, para siswa dengan pembelajaran mandiri membuat pilihan-pilihan cerdas. Sebagaimana halnya sebuah bakteri bersel tunggal memilih gangguan mana dalam lingkungannya yang akan ditanggapi, maka amatlah wajar bagi manusia untuk membuat pilihan. Bahkan, anak-anak yang sangat muda pun amat suka jika deberi kebebasan untuk memilih. Di seluruh Jepang, para siswa tingkat satu bekerja sama untuk menemukan tujuan kelas masing-masing. Instruktur mereka menyediakan dasar-dasar moral yang berasal dari buku pegangan nasional bagi guru-guru sekolah dasar. Berangkat dari kerangka kerja itu, anak-anak memilih tujuan tertentu untuk mengarahkan kelas mereka (Lewis & Tsuchida, 1998).

4. Membangun Kesadaran-DiriPilihan yang bijaksana dan tindakan yang cerdas dibentuk oleh pengtahuan tentang diri, atau kesadaran-diri. Kesadaran-diri akan didapatkan oleh para siswa diruang kelas ketika mereka menemukan manfaat dari memahami kecerdasan emosional. Salah satu keuntungan dari pedoman ini adalah belajar mengendalikan emosi. Orang dapat mengendalikan emosi, misalnya, dengan mengarahkan pemikiran mereka ke objek lain, atau mencoba bersikap adil pada orang yang tingkah lakunya mengesalkan mereka. Pengendalian emosi berasumsi bahwa kita menyadari perasaan kita pada saat-saat tertentu, yaitu pada saat kita sedang mengalami perasaan tertentu.5. Kerja SamaKerja sama adalah komponen penting dalam system CTL. Sekolah bekerja sama dengan mitra bisnis dan mayarakat, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas saling bekerja sama, dan para guru bekerja sama dengan orangtua dan rekan kerja mereka. Para siswa dengan pembelajaran mandiri biasanya bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dan otonom. Nilai kerja sama ini, walaupun diketahui secara luas, tetap menjadi persoalan sendiri.

Sebagaimana makhluk hidup yang bergantung satu sama lain, setiap makhluk itu sendiri terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung untuk mempertahankan kehidupan. Setiap bagian yang berbeda ini, tetapi terkait dengan yang lain. Pentingnya kerja sama digambarkan dalam funfsi otak manusia. Sebagai sebuah sistem yang disusun dari sitem-sistem yang lebih kecil, otak manusia tersusun dari area-area yang terpisah. Para ahli saraf setuju bahwa setiap area mempunyai fungsi khusus masing-masing. Misalnya, korteks bagian belakang kepala (occipital cortex) bertanggung jawab dalam fungsi penglihatan. Apabila area korteks tersebut rusak, maka kita tidak akan dapat melihat. Walaupun setiap area otak memiliki fungsi khusus, mereka tidak akan bekerja sendiri-sendiri. Misalnya saja, walaupun korteks bagian belakang kepal bekerja dengan sempurna, penglihatan kita tetap tidak bias bekerja bekerja dengan baik apabila korteks parietal rusak.