Upload
phamkien
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Click to edit Master title style
Winiati P. Rahayu
RIA dan STUDI KASUSNYA
PERATURAN PEMANIS
Kuliah Program Magister Profesi Teknologi Pangan IPB
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Pendahuluan
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Prinsip penentuan kebijakan keamanan pangan
(rekomendasi EASYPol, FAO 2009)
•- food chain approach
•- risk based approach
•- transparency and traceability
•- contingency planning
Rekomendasi global
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Melengkapi/memenuhi:• Peraturan yang kedaluwarsa atau kurang lengkap
• Menggunakan prinsip analisis risiko
• Infrastruktur, perlengkapan, fasilitas laboratoriumyang handal untuk dasar kajian risko
• SDM untuk analisis risiko, risk based management
• Mengikuti kebijakan badan internasional dan kesepakatan perdagangan pangan global.
• Melakukan RIA
Arah Kebijakan dalam Regulasi
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
• RIA merupakan assessment tools untuk menilai dampak dari
opsi-opsi kebijakan berdasarkan adanya cost (kerugian), benefit
(keuntungan), dan risk (risiko).
• RIA penting untuk menentukan prioritas dan membantu instansi
pengawas pangan untuk menyesuaikan atau merevisi regulasi
untuk mencapai hasil yang paling efektif.
• Dalam perencanaan dan penerapan kebijakan pengawasan
pangan, pertimbangan perlu diberikan kepada pihak industri
dalam hal cost of compliance (sumber daya, personel, dan
finansial) karena pada akhirnya cost tersebut akan dibebankan
kepada konsumen
Regulatory Impact Assessment/RIA
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
RIA pada proses pembuatan kebijakan (OECD)
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
• Initial: ide dan
pengembangan
kebijakan
• Partial: konsultasi
• Final: persetujuan
kebijakan
• Pertimbangan yang luas
mengenai cost dan benefit-nya
• Penyempurnaan ide dan
pelaksanaan kajian kuantitatif
• Rekomendasi akhir, konfirmasi
cost dan benefit sesuai dengan
hasil konsultasi
Tahapan RIA
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Peraturan Pemanis Buatan
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
PENGKAJIAN RISIKO
Landasan ilmiah
MANAJEMEN RISIKO
Landasan kebijakan
KOMUNIKASI RISIKO
Pertukaran informasi dan opini
yang interaktif dan terus menerus
Komponen Analisis Risiko
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
HAZARD
IDENTIFICATION
HAZARD
CHARACTERIZATION
EXPOSURE ASSESSMENT
RISK CHARACTERIZATION
Undertake toxicity studies of substance if needed
Identify sweetener of interest
Determine the NOAEL
Select a safety or uncertainty factor to
extrapolate results from animals to humans
Calculate the ADI
Predict food additive standard
Estimate sweetener intake
Compare exposure to ADIbelow ADI
exceed
ADIpredict ML (maximum level) of sweetener
Set ML of sweetener(Modifikasi Sparringa, 2005)
Aplikasi Kajian Risiko Pemanis
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Peraturan pemanis buatan di Indonesia
NoBentuk
Peraturan
No
PeraturanTahun Tentang Status
1 PERATURAN
KaBPOM
4 2014 Batas Maksimum Penggunaan BTP
Pemanis, ADI, Jenis Pangan untuk
Aplikasinya.
Berlaku
2 KEPUTUSAN
KaBPOM
HK.00.05.
1.4547
2004 Persyaratan Penggunaan
BTP Pemanis Buatan dalam Produk
Pangan (Batas Maksimum, ADI, Jenis
Pangan untuk Aplikasinya)
Dicabut
3 KEPUTUSAN
KaBPOM
HK.00.05.
52.3877
2004 Penggunaan Ekstrak Stevia
sebagai Pemanis Alami
Dicabut
4 PERMENKES 208/MEN
KES/PER/I
V/1985
1985 Batas Maksimum Penggunaan
Pemanis Buatan, ADI, Jenis Pangan
untuk Aplikasinya.
Dicabut
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Peraturan internasional
General Standard for Food Additives Codex
Stan 192-1995 (Latest Revision 2016)
• Acesulfame Potassium (Acesulfame-K)
• Alitame
• Poliol
• Aspartame, Aspartame-Acesulfame Salt
• Cyclamate, Cyclamate acid, Ca cyclamate, Na cyclamate
• Saccharin, Ca saccharin, K saccharin, Na saccharin
• Neotame
• Sucralose
• Advantame
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Perbedaan aturan
No Pemanis BuatanCodex
2016
PerkaBadan
No 4 Tahun 2014
Keputusan Ka Badan
HK.00.05.1.4547 / 2004
PERMENKES
208/MENKES/PER
/IV/1985
1 Alitam x x
2 Asesulfam-K x
3 Aspartam
4
Poliol
x
(Isomalt, Manitol,
Maltitol, Laktitol,
Sorbitol, Xylitol)
(hanya sorbitol)
5
Siklamat, Asam
siklamat, Ca siklamat,
Natrium siklamat
6Sakarin, Ca sakarin,
K sakarin, Na. sakarin
7 Sukralosa x
8 Neotam x
9 Advantame x x x
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Studi kasus
Peraturan Pemanis Buatan
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Pro-kontra Peraturan Pemanis
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Pro-kontra Peraturan Pemanis
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Apa masalahnya?
Kontra
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Pro
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Tinjauan Penerapan RIA
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Tahapan-Tahapan RIA
Strategi Implementasi
Memilih Alternatif Terbaik
Analisis Manfaat dan Biaya
Menyusun Alternatif
Mengidentifikasi Tujuan
Merumuskan MasalahK
on
sult
asi
Pu
bli
k
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Prinsip 1 Identifikasi dan Analisis Masalah terkait Kebijakan
Peraturan pemanis buatan:
1985 : 4 jenis pemanis ditujukan pada penderita diabetes (terbatas)
2004 : 13 pemanis
2014 : 12 pemanis (alitam dihapuskan)
Analisis masalah: perlu dasar hukum berupa peraturan
Kebutuhan penggunaan > 4 jenis pemanis dikarenakan:
• Perkembangan data keamanan pemanis
• Kebutuhan industri pangan yang selama ini difasilitasi dengan izin-izin
khusus
Tujuan langkah ini agar semua pihak khususnya pengambil kebijakan
mengerti masalah yang sebenarnya dihadapi
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Prinsip 2 Penetapan Tujuan
Peraturan pemanis buatan:
4 jenis pemanis (1985) 13 pemanis (2004) 12 pemanis
(2014)
Tujuan :
• Mengikuti perkembangan teknologi global
• Membuka peluang untuk mengkaji risiko pemanis buatan selain 4 jenis
pemanis (1985)
• Mengurangi izin-izin khusus untuk penggunaan pemanis buatan oleh
industri
Tujuan digunakan menilai efektivitas kebijakan
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Prinsip 3 Pengembangan dan Penetapan Alternatif Kebijakan
Peraturan pemanis buatan:
4 jenis pemanis (1985) 13 pemanis (2004) 12 pemanis (2004)
Alternatif kebijakan :
• Mengizinkan pemanis selain 4 jenis pemanis
• Mengizinkan pemanis untuk semua golongan umur
• Menghentikan izin-izin khusus untuk pemanis buatan yang ditambahkan
dalam peraturan terdahulu
• Menambahkan informasi informasi ang diperlukan, misalnya:
Aspartam -> peringatan untuk penderita fenilketonuria
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Prinsip 4 Analisis Legalitas, Manfaat, dan Biaya
Peraturan pemanis: 4 pemanis (1985) -> 13 pemanis (2004)
Aspek legalitas: ditangani oleh Biro Hukum BPOM
Aspek ilmiah : tim pakar /mitra bestari
(pakar teknologi pangan, kesehatan, toksikologi, nutrisi, dll)
Aspek biaya : Penggunaan pemanis lebih beragam dan dapat menggunakan
campuran berbagai jenis pemanis
Aspek manfaat: Harga produk lebih rendah??? -> tingkat kemanisan lebih tinggi
Peraturan pemanis: 13 pemanis (2004) -> 12 pemanis (2014) (Penghapusan
Alitam)
Aspek biaya dan manfaat: sangat sedikit negara lain yang melegalkan
-> pembatas impor
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
No Jenis PemanisHarga Relatif
terhadap gula (%)
Tingkat Kemanisan
(kali sukrosa /gula)
1 Asesulfame-K 4 100-200
2 Aspartam 8 100-400
3 Siklamat 6 20-30
4 Sakarin 2 200-700
5 Sukralosa 1.5 600
6 Neotam 1 7000
7 Alitam - 2000
Sumber: http://www.sugar-and-sweetener-
guide.com/sweetener-prices.html
Sumber: http://www.sugar-and-sweetener-guide.com/sweetener-prices.html
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Prinsip 5 Pemilihan Alternatif Terbaik
Peraturan pemanis buatan: 4 pemanis (1985) -> 13 pemanis (2004) –
> 12 pemanis 2014)
• Berdasarkan analisis legalitas, biaya, dan manfaat -> adopsi peraturan Codex
tentang pemanis -> Keputusan KaBPOM HK.00.05.1.4547 2004 mengatur
13 pemanis buatan
• Berdasarkan aspek biaya dan manfaat -> alitam dihapuskan di peraturan baru
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Prinsip 6 Strategi Implementasi
• Dikeluarkan Keputusan KaBPOM HK.00.05.1.4547 Tahun
2004
• Dikeluarkan Peraturan KaBPOM No. 4 Tahun 2014
tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan
Pemanis
dicabut
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Prinsip 7 Partisipasi Masyarakat
• Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan
kebijakan melalui
- Panitia teknis: 1. Asosiasi industri
2. LSM konsumen
• Keterlibatan masyarakat dalam menikapi
perubahan peraturan pemanis melalui
– DPR RI
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Proses Pembuatan Ulang (remake) Peraturan Pangan
Perkembangan Peraturan Pemanis Buatan :Pembatasan untuk PJAS
Kajian Risiko Pemanis Buatan
Department of Food Science and Technology
Bogor Agricultural University
WPR
Click to edit Master title styleTERIMA KASIH