43
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu “Manajemen” dan “Proyek”. Menurut Husen (2009:2), manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien. Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk memelihara, mengembangkan, mengendalikan, dan menjalankan program-program yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996:2). Sedangkan proyek adalah upaya yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu (Dipohusodo, 1996:9). Menurut Husen (2009:4), proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia material, peralatan, dan modal/ biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan. Sebuah proyek adalah usaha yang kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (Larson, 2006:3). Universitas Sumatera Utara

Chapter II-lob

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lob

Citation preview

Page 1: Chapter II-lob

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Proyek

Manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu “Manajemen” dan “Proyek”.

Menurut Husen (2009:2), manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan tentang seni

memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya terbatas dalam usaha

mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien.

Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai

bagian dari organisasi dilibatkan untuk memelihara, mengembangkan,

mengendalikan, dan menjalankan program-program yang kesemuanya diarahkan

pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan

berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996:2).

Sedangkan proyek adalah upaya yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan,

sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta

sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu

(Dipohusodo, 1996:9).

Menurut Husen (2009:4), proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya

seperti manusia material, peralatan, dan modal/ biaya yang dihimpun dalam suatu

wadah organisasi sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan.

Sebuah proyek adalah usaha yang kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh

waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan (Larson, 2006:3).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II-lob

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpukan beberapa pengertian dari

manajemen proyek. Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan,

keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang

terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan

hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta keselamatan kerja

(Husen 2009:4).

Menurut Ervianto (2005:21), manajemen proyek adalah semua perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga

berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat

biaya dan tepat mutu.

2.2. Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya dilaksanakan

satu kali dan umumnya mempunyai waktu yang pendek dimana awal dan akhir proyek

relatif pasti.

Menurut Dipohusodo (1996:69), proyek konstruksi adalah proyek yang

berkaitan dengan upaya pembangunan sesuatu bangunan infrastruktur, yang

umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan

arsitektur.

Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi yaitu unik,

membutuhkan sumber daya, dan membutuhkan organisasi (Ervianto, 2005:12).

Bersifat unik: tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis

(tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek

bersifat sementara, dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda-beda.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II-lob

Membutuhkan sumber daya (resources): sumber daya yang terlibat di

proyek, yaitu pekerja (men), uang (money), mesin (manchines), metode

(methods) dan bahan (materialis).

Membutuhkan organisasi: setiap organisasi mempunyai beragam tujuan

dimana didalamnya terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang

bervariasi, perbedaan ketertarikan, kepribadian yang bervariasi dan

ketidakpastian.

Gambar 2.1. Three dimentional objective

Kemudian kinerja proyek konstruksi dapat diukur berdasarkan tiga kendala

(triple constrain): sesuai spesifikasi yang ditetapkan (tepat mutu), sesuai time

schedule (tepat waktu), dan sesuai biaya yang direncanakan (tepat biaya).

Gambar 2.2. Triple constrain

Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada proyek konstruksi dapat dibedakan

atas dua jenis, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan proyek. Kegiatan rutin adalah suatu

rangkaian kegiatan yang dilakukan terus menerus dan berulang dalam waktu yang

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II-lob

lama, sedangkan kegiatan proyek adalah rangkaian kegiatan yang hanya satu kali

dilaksanakan dan umumnya berlangsung dalam jangka waktu yang pendek dengan

jangka waktu yang relatif pasti. Oleh karena itu, suatu kegiatan proyek mempunyai

awal dan akhir yang jelas serta hasil kegiatan yang bersifat unik (Ervianto, 2005:13).

2.2.1. Jenis-Jenis Proyek Konstruksi

Menurut Ervianto (2005:14), proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua

jenis kelompok bangunan, yaitu:

Bangunan gedung: rumah, kantor, pabrik dan lain-lain. Ciri-ciri dari

kelompok bangunan ini adalah:

1. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.

2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi

pondasi umumnya sudah diketahui.

3. Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan.

Bangunan sipil: jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya.

Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

1. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar

berguna bagi kepentingan manusia.

2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan

kondisi pondasi yang sangat berbeda satu sama lain dalam suatu

proyek.

3. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan masalah.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II-lob

Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih, tetapi

pada umumnya direncanakan dan dilaksanakan oleh disiplin ilmu perencana dan

pelaksanaan yang berbeda.

2.2.2. Tahap Kegiatan Dalam Proyek Konstruksi

Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang

panjang dan didalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

Disamping itu, di dalam kegiatan konstruksi terdapat suatu rangkaian kegiatan yang

berurutan dan berkaitan. Biasanya rangkaian kegiatan tersebut dimulai dari lahirnya

suatu gagasan yang muncul dari suatu kebutuhan (need), pemikiran kemungkinan

keterlaksanaannya (feasibility study), keputusan untuk membangun dan pembuatan

penjelasan (penjabaran) yang lebih rinci tentang rumusan kebutuhan tersebut

(briefing), penuangan dalam bentuk rancangan awal (preliminary design), pembuatan

rancangan yang lebih rinci dan pasti (design development dan detail design),

persiapan administrasi untuk pelaksanaan pembangunan dengan memilih caoln

pelaksana (procurement), kemudian pelaksanaan pembangunan pada lokasi yang

telah disediakan (construction), serta pemeliharaan dan persiapan penggunaan

bangunan tersebut (maintenance, start-up, dan implementation). Kegiatan

membangun berakhir pada saat bangunan tersebut mulai digunakan (Ervianto,

2005:15).

Lagi menurut Ervianto (2005:16), beberapa aspek yang harus dikaji dalam

setiap tahapan merupakan kerangka dasar dari proses konstruksi. Aspek ini terbagi

menjadi empat kelompok utama, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II-lob

Aspek fungsional: konsep umum, pola operasional, program tata ruang,

dan lain sebagainya.

Aspek lokasi dan lapangan: iklim, topografi, jalan masuk, prasarana,

formalitas hukum, dan lain sebagainya.

Aspek konstruksi: prinsip rancangan, standar teknis, ketersediaan bahan

bangunan, metoda membangun dan keselamatan operasi.

Aspek operasional: adminstrasi proyek, arus kas, kebutuhan perawatan,

kesehatan dan keselamatan kerja.

2.2.2.1. Tahap Studi Kelayakan

Studi kelayakan proyek merupakan studi awal yang dilakukan terhadap suatu

rencana proyek. Pada tahap ini akan dilakukan studi apakah suatu proyek tersebut

layak atau tidak untuk dilaksanakan, baik dari aspek perencanaan dan perancangan,

aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan), maupun aspek lingkungan. Jadi studi

kelayakan ini bertujuan untuk meyakinkan pemilik proyek (owner) bahwa proyek

konstruksi yang diusulkannya layak untuk dilaksanakan.

Menurut Ervianto (2005:16), kegiatan yang dilaksanakan pada tahap studi

kelayakan (feasibility study) adalah:

1. Menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat estimasi biaya

yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.

2. Meramalkan manfaat yang akan diperoleh jika proyek tersebut

dilaksanakan, baik manfaat langsung (manfaat ekonomis) maupun

manfaast tidak langsung (fungsi sosial).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II-lob

3. Menyusun analisa kelayakan proyek, baik secara ekonomis maupun

finansial.

4. Menganalisis dampak lingkungan yang mungkin terjadi apabila proyek

tersebut dilaksanakan.

2.2.2.2. Tahap Penjelasan

Setelah studi kelayakan proyek dilaksanakan dan dinyatakan layak untuk

dilanjutkan, pemilik proyek (owner) melakukan penjelasan (briefing) kepada

konsultan perencana proyek. Hal yang disampaikan mengenai fungsi proyek dan

biaya yang diizinkan sehingga konsultan perencana dapat secara tepat menafsirkan

keinginan pemilik proyek dan membuat taksiran biaya yang diperlukan.

Menurut Ervianto (2005:17), kegiatan yang dilaksanakan pada tahan

penjelasan (briefing) adalah:

1. Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli.

2. Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan,

merencanakan rancangan, taksiran biaya, persyaratan mutu.

3. Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, taksiran biaya dan

implikasinya, serta rencana pelaksanaan.

4. Mempersiapkan sketsa dengan skala tertentu sehingga dapat memberikan

gambaran berupa denah dan batas-batas proyek.

2.2.2.3. Tahap Perancangan

Tahap perancangan (design) ini bertujuan melengkapi penjelasan proyek dan

menentukan tata letak, rancangan, metode konstruksi, dan taksiran biaya konstruksi

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II-lob

agar mendapatkan persetujuan dari pemilik proyek dan pihak berwenang yang

terlibat. Tahap ini juga mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan,

termasuk gambar rencana dan spesifikasi, serta melengkapi semua dokumen tender.

Menurut Ervianto (2005:17), kegiatan yang dilaksanakan pada tahap

perancangan (design) adalah:

1. Mengembangkan ikhtisar proyek menjadi penyelesaian akhir.

2. Memeriksa masalah teknis.

3. Meminta persetujuan akhir ikhtisar dari pemilik proyek.

4. Mempersiapkan:

a. Rancangan skema (perancangan) termasuk taksiran biaya.

b. Rancangan terinci.

c. Gambar kerja, spesifikasi dan jadwal.

d. Daftar kuantitas.

e. Taksiran biaya akhir.

f. Program pelaksanaan pendahuluan, termasuk jadwal waktu.

2.2.2.4. Tahap Pengadaan/ Pelelangan

Setelah tahap perancangan diselesaikan oleh konsultan perencana, maka tahap

selanjutnya adalah mencari penyedia jasa yang akan menjadi pelaksana konstruksi.

Proses ini disebut procurement. Salah satu cara untuk mencari penyedia jasa adalah

dengan pelelangan atau tender. Pelelangan didefinisikan sebagai berikut.

Serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/ jasa dengan cara menciptakan

persaingan yang sehat diantara penyedia barang/ jasa yang setara dan memenuhi

syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikutioleh

pihak-pihak yang terkait secara azas sehingga terpilih penyedia terbaik.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II-lob

Pelaksanaan pelelangan di Indonesia diatur oleh Keputusan Presiden Republik

Indonesia tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Keppres

tentang Pelaksanaan APBN). Keppres yang mengatur pengadaan barang dan jasa

telah beberapa kali mengalami penyempurnaan, yang terbaru adalah Keppres No. 80

Tahun 2003.

Secara umum kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengadaan/ pelelangan

adalah sebagai berikut.

Tahap Kegiatan Dokumen

Prakualifikasi Dokumen Disain

Gambar rencana, anggaran biaya, syarat lelang,

spesifikasi, bill of quantity (BOQ) Waktu penyesuaian

Pengumuman lelang

Dokumen Lelang

Gambar rencana, spesifikasi, bill of quantity

Pendaftara lelang

Pengambilan dokumen

Undangan lelang

Rapat penjelasan pekerjaan

Peninjauan lokasi

Penyusunan anggaran

Pemasukan penawaran

Evaluasi dan negosiasi

Keputusan pemenang

Pelaksanaan konstruksi Dokumen Kontrak

Gambar rencana, anggaran biaya, spesifikasi,

bill of quantity, persyaratan kontrak, berita

acara penjelasan pekerjaan, bentuk surat

penawaran, bentuk kontrak addendum, change

order

Pemeliharaan

Tabel 2.1. Tahap pengadaan/ pelelangan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II-lob

2.2.2.5. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan (construction) ini bertujuan mewujudkan bangunan yang

dibutuhkan oleh pemilik proyek yang telah dirancang oleh konsultan perencana

dalam batasan biaya (tepat biaya), waktu yang telah disepakati (tepat waktu), dan

dengan mutu yang telah disyaratkan (tepat mutu).

Menurut Ervianto (2005:18), kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan,

mengoordinasi, mengendalikan semua operasional dilapangan.

Kegiatan perencanaan dan pengendalian adalah:

1. Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan.

2. Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan.

3. Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja.

4. Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material.

Kegiatan koordinasi adalah:

1. Mengoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan, baik untuk bangunan

sementara maupun bangunan permanen, serta semua fasilitas dan

perlengkapan yang terpasang.

2. Mengoordinasikan para subkontraktor.

3. Penyeliaan umum.

2.2.2.6. Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan

Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan (maintenance and start up) ini

bertujuan untuk menjamin kesesuaian bangunan yang telah selesai dilaksanakan

dengan dokumen kontrak yang telah ditetapkan serta peruntukan fasilitas yang ada

apakah telah sesuai dengan sebagaimana mestinya. Selain itu, pada tahap ini juga

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II-lob

dibuat suatu catatan mengenai konstruksi berikut petunjuk operasinya dan melatih

staf dalam menggunakan fasilitas yang tersedia.

Menurut Ervianto (2005:19), kegiatan yang dilakukan pada tahap maintenance

and start up ini adalah:

1. Mempersiapkan catatan pelaksanaan, baik berupa data-data selama

pelaksanaan maupun gambar pelaksanaan (as built drawing).

2. Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan-kerusakan

yang terjadi.

3. Mempersiapkan petunjuk operasional/ pelaksanaan serta pedoman

pemeliharaannya.

4. Melatih staf untuk melaksanakan pemeliharaan.

2.3. Perencanaan Proyek

Perencanaan merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen

proyek. Menurut Soeharto (1997), Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba

meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya

untuk mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai

alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan.

Adapun tujuan perencanaan adalah melakukan usaha untuk memenuhi

persyaratan spesifikasi proyek yang ditentukan dalam batasan biaya, mutu, dan

waktu ditambah dengan terjaminnya faktor keselamatan kerja (Husen, 2009:77).

Dari pengertian diatas menekankan bahwa perencanaan merupakan suatu

proses, yang berarti bahwa perencanaan mengalami tahap-tahap pengerjaan tertentu.

Adapun proses perencanaan itu sendiri terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II-lob

1. Penentuan tujuan: sesuatu yang memberikan arah gerak kegiatan yang

akan dilakukan.

2. Penentuan sasaran: sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai

bila organisasi tersebut ingin memenuhi tujuannya.

3. Pengkajian posisi awal terhadap tujuan: untuk mengetahui sejauh mana

kesiapan dan posisi perencanaan saat awal terhadap sasaran.

4. Pemilihan alternatif: dalam mencapai tujuan dan sasaran terdapat berbagai

alternatif, umumnya dipilih alternatif yang paling efisien dan ekonomis.

5. Penyusunan rangkaian langkah untuk mencapai tujuan: proses ini

menetapkan langkah yang terbaik yang mungkin dapat dilaksanakan

setelah memperhatikan berbagai batasan.

Empat hal yang menjadi filosofi dari sebuah perencanaan yaitu:

Aman, keselamatan terjamin.

Efektif, produk perencanaan berfungsi sesuai yang diharapkan.

Efisien, produk yang dihasilkan hemat biaya.

Mutu terjamin, tidak menyimpang dari spesifikasi yang ditentukan.

Aspek perencanaan yang paling penting dalam menyusun penjadwalan proyek

adalah struktur atau hierarki proyek (Work Breakdown Structure) dan perencanaan

sumber daya.

2.3.1. Work Breakdown Structure (WBS)

WBS merupakan diagram terstruktur atau hierarki yang berbentuk diagram

pohon (tree structure diagram), biasanya terdiri dari kegiatan-kegiatan umum yang

dipecahkan menjadi kegiatan-kegiatan khusus. Penyusunan WBS dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II-lob

cara top down, dengan tujuan agar komponen-komponen kegiatan tetap berorientasi

ke tujuan proyek. WBS juga memudahkan penjadwalan dan pengendalian karena

merupakan elemen perencanaan.

Menurut Husen (2009:96), kerangka perencanaan terdiri atas kerangka-

kerangka seperti dibawah ini:

Kerangka penjabaran program.

Kerangka perencanaan detail.

Kerangka pembiayaan.

Kerangka penjadwalan.

Kerangka cara pelaporan.

Kerangka penyusunan organisasi

Dari kerangka-kerangka tersebut, WBS dapat membantu proses penjadwalan

dan pengendalian dalam suatu sistem yang terstruktur menurut hierarki yang makin

terperinci, sampai pada lingkup yang makin kecil berupa paket-paket pekerjaan

dengan aktivitas yang jelas. Paket-paket pekerjaan ini nantinya dapat dikelola

sebagai unit kegiatan yang diberi kode identifikasi yang kinerja biaya, mutu, dan

waktunya dapat diukur. Oleh karena itu, penyempurnaan dan tindakan koreksi dapat

dilakukan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan selama pelaksanaan proyek.

Oleh karena itu, WBS dapat dipakai untuk membagi seluruh level proyek

menjadi elemen-elemen kerja, menjelaskan proyek dalam satu format struktur level,

fasilitas, dan mencakup seluruh item pekerjaan hingga selesai, pemecahan level

sampai pada paket pekerjaan terakhir dengan kegiatan yang jelas dan cukup untuk

perencanaan detail sebagai fase awal proyek.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II-lob

Menurut Husen (2009:97), faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam

menentukan WBS secara umum disusun berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:

Pembagian berdasarkan area/ lokasi yang berbeda.

Pembagian kategori yang berbeda untuk tenaga kerja, peralatan, dan

material.

Pembagian subdivisi pekerjaan berdasarkan spesifikasi pekerjaan.

Pembagian pihak, seperti kontraktor utama, subkontraktor, dan pemasok.

Klasifikasi diatas dapat membantu menentukan tingkatan WBS untuk

memudahkan monitoring terhadap bagian-bagiannya. Serta menentukan penanggung

jawab masing-masing elemen pada setiap tingkatan.

Berikut ini merupakan contoh struktur WBS dengan kegiatan dan identitas

kode yang digunakan:

WBS (Work Breakdown Structure)

1. Proyek rumah 2 lantai

1.1. Lantai 1

1.1.1. Pekerjaan persiapan

1.1.2. Pekerjaan tanah

1.1.3. Pekerjaan pondasi

1.1.4. Pekerjaan beton

1.1.5. Pekerjaan dinding

1.1.6. Pekerjaan penggantung

1.1.7. Pekerjaan plafond

1.1.8. Pekerjaan Pengecatan

1.1.9. Pekerjaan atap

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II-lob

1.1.10. Pekerjaan lantai

1.1.11. Pekerjaan sanitasi

1.1.12. Pekerjaan instalasi listrik

1.1.13. Pekerjaan halaman

1.2. Lantai 2

1.2.1. Pekerjaan beton

1.2.2. Pekerjaan dinding

1.2.3. Pekerjaan penggantung

1.2.4. Pekerjaan plafond

1.2.5. Pekerjaan lantai

1.2.6. Pekerjaan pengecatan

1.2.7. Pekerjaan atap

1.2.8. Pekerjaan sanitasi

1.2.9. Pekerjaan instalasi listrik

2.3.2. Perencanaan Sumber Daya

Perencanaan sumber daya yang matang dan cermat sesuai kebutuhan logis

proyek akan membantu pencapaian sasaran dan tujuan proyek secara maksimal,

dengan tingkat efektivitas dan efisiensi tinggi. Kebutuhan sumber daya pada tiap-tiap

proyek tidak selalu sama, bergantung pada skala, lokasi, serta tingkat keunikan

masing-masing proyek. Namun demikian, perencanaan sumber daya dapat dihitung

dengan pendekatan matematis yang memberikan hasil optimal dibandingkan hanya

dengan perkiraan pengalaman saja, yang tingkat efektivitas dan efisiensi rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II-lob

Pendekatan matematis menghasilkan tingkat penyimpangan yang minimal serta

perkiraan yang mendekati kondisi sebenarnya.

Dalam menentukan alokasi sumber daya untuk proyek, beberapa aspek yang

perlu diperhatikan dan dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

Jumlah sumber daya yang tersedia dengan kebutuhan maksimal proyek.

Kondisi keuangan untuk membayar sumber daya yang akan digunakan.

Produktivitas sumber daya.

Kemampuan dan kapasitas sumber daya yang akan digunakan.

Efektivitas dan efisiensi sumber daya yang akan digunakan.

2.3.2.1. Perencanaan Biaya Proyek

Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek dapat mencapai jumlah yang sangat

besar dan tertanam dalam kurun waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, perlu

dilakukan identifikasi biaya proyek.

Menurut Husen (2009:101), tahapan identifikasi perencanaan biaya proyek

adalah sebagai berikut:

1. Tahapan pengembangan konseptual, biaya dihitung secara global

berdasarkan informasi desain yang minim. Dipakai perhitungan

berdasarkan unit biaya bangunan berdasarkan harga per meter persegi.

2. Tahapan desain konstruksi, biaya proyek dihitung secara agak detail

berdasarkan volume pekerjaan dan informasi harga satuan.

3. Tahap pelelangan, biaya proyek dihitung oleh beberapa kontraktor agar

didapat penawaran terbaik, berdasarkan spesifikasi teknis dan gambar

kerja yang cukup dalam usaha mendapatkan kontrak pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II-lob

4. Komponen biaya total proyek biasanya terdiri dari:

a. Biaya langsung (direct cost), merupakan biaya tetap selama proyek

berlangsung, terdiri atas biaya tenaga kerja, material, dan peralatan.

b. Biaya tak langsung (indirect cost), merupakan biaya tidak tetap

selama proyek berlangsung, yang dibutuhkan guna penyelesaian

proyek. Yang termasuk dalam biaya ini adalah biaya manajemen

proyek, tagihan pajak, biaya perizinan, asuransi, administrasi, ATK,

keuntungan/ profit.

Untuk menentukan biaya suatu unit pekerjaan sebagai bagian dari kegiatan

proyek, dilakukan estimasi biaya berdasarkan analisis harga satuan yang terdiri dari

komponen-komponen biaya cukup banyak seperti dalam Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Komponen harga satuan

2.3.2.2. Perencanaan Tenaga Kerja

Sumber daya manusia atau tenaga kerja, sebagai penentu keberhasilan proyek,

harus memiliki kualifikasi, keterampilan, dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II-lob

untuk mencapai keberhasilan suatu proyek. Perencanaan SDM dalam suatu proyek

mempertimbangkan juga perkiraan jenis, waktu dan lokasi proyek, baik secara

kualitas maupun kuantitas. Proyek yang secara geografis berbeda biasanya

membutuhkan pengelolaan dan ketersediaan tenaga kerja yang juga berbeda.

Menurut Husen (2009:105), Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam

merencanakan tenaga kerja adalah:

Produktivitas tenaga kerja.

Jumlah tenaga kerja pada periode yang paling maksimal.

Jumlah tenaga kerja tetap dan tidak tetap.

Biaya yang dimiliki.

Jenis pekerjaan.

Produktivitas kelompok pekerja adalah kemampuan tenaga kerja dalam

menyelesaikan pekerjaan (satuan volume pekerjaan) yang dibagi dalam satuan

waktu, jam atau hari. Produktivitas dapat digunakan untuk menentukan jumlah

tenaga kerja beserta upah yang harus dibayarkan (Husen, 2005:105).

2.4. Penjadwalan Proyek

Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan

proyek konstruksi. Pengaruh perencanaan terhadap proyek konstruksi akan

berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri. Hal ini dikuatkan dengan

berbagai kejadian dalam proyek konstruksi yang menyatakan bahwa perencanaan

yang baik dapat menghemat ± 40% dari biaya proyek, sedangkan perencanaan yang

kurang baik dapat menimbulkan kebocoran anggaran sampai ± 400% (Ervianto,

2005:161).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II-lob

Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk

menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam

urutan serta kerangka waktu tertentu, dalam mana setiap aktivitas harus dilaksanakan

agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis (Callahan, 1992).

Menurut Clough (1979:86), pengertian penjadwalan proyek adalah sebagai

berikut:

“A project schedule is a projected timetable of construction operations that will serve as

the principal guideline for project execution.”

Secara umum dapat diartikan bahwa penjadwalan proyek merupakan sebuah

jadwal proyeksi dari suatu proyek yang akan berfungsi sebagai pedoman utama

dalam pelaksanaan proyek.

Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang

dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal

kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan, dan material serta rencana

durasi proyek dan progres waktu untuk penyelesaian proyek. Dalam proses

penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat lebih

terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan

evaluasi proyek.

Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti perkembangan

proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring yang berkala selalu

dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar alokasi sumber

daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.

Menurut Husen (2009:133), secara umum penjadwalan mempunyai manfaat-

manfaat seperti berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter II-lob

1. Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/ kegiatan mengenai batas-

batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas.

2. Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis

dan relistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan

waktu.

3. Memberikan saran untuk menilai kemajuan pekerjaan.

4. Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan

proyek dapat selesai sebelum waktu yang di tetapkan.

5. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.

6. Merupakan sarana penting dalam pengendaliaan proyek.

Lagi menurut Husen (2009:134), tingkat kompleksitas penjadwalan proyek

sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

1. Sasaran dan tujuan proyek.

2. Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master schedule.

3. Dana yang di perlukan dan dana yang tersedia.

4. Waktu yang di perlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan waktu yang

hilang dan hari-hari libur.

5. Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan di antaranya.

6. Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat proyek.

7. Sumber daya yang di perlukan dan sumber daya yang tersedia.

8. Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.

Makin besar skala proyek, semakin kompleks pengelolaan penjadwalan karena

dana yang di kelolah sangat besar, kebutuhan dan penyediaan sumber daya juga

besar, kegiatan yang di lakukan sangat beragam serta durasi proyek menjdi sangat

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter II-lob

panjang. Oleh karena itu, agar penjadwalan dapat diimplementasikan, digunakan

cara-cara atau metode teknis yang sudah digunakan seperti metode penjadwalan

proyek. Kemampuan scheduler yang memadai dan bantuan software komputer untuk

penjadwalan dapat membantu memberikan hasil yang optimal.

2.4.1. Metode Penjadwalan Proyek

Ada beberapa metode penjadwalan proyek konstruksi yang sering digunakan

untuk mengelola waktu dan sumber daya proyek. Masing-masing metode

mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Pertimbangan penggunaan metode-

metode tersebut didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap

kinerja penjadwalan. Kinerja waktu akan berimplikasi terhadap kinerja biaya,

sekaligus kinerja proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, variabel–variabel yang

mempengaruhinya juga harus di monitor, misalnya mutu, keselamatan kerja,

ketersediaan peralatan dan material, serta stakeholder yang terlibat. Bila terjadi

penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan tindakan

koreksi agar proyek tetap pada kondisi yang di inginkan.

2.4.1.1. Bagan Balok (Barchart)

Barchart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Taylor pada tahun 1917.

Sampai diperkenalkannya metode ini dianggap belum pernah ada prosedur yang

sistematis analitis dalam aspek perencanaan dan pengendalian proyek. Metode ini

telah digunakan secara luas dalam proyek konstruksi karena sederhana, mudah

dalam pembuatannya dan mudah dimengerti oleh pemakainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter II-lob

Barchart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom

arah vertikal. Kolom arah horizontal menunjukkan waktu. Saat mulai dan akhir

dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan

digambarkan oleh panjangnya diagram batang (Ervianto, 2005:162).

Menyusun Barchart

Barchart dapat dibuat secara manual atau dengan menggunakan komputer.

Bagan ini tersusun pada koordinat X dan Y. Pada sumbu tegak lurus X, dicatat

pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu

proyek, dan digambar sebagai balok. Sedangkan pada sumbu horizontal Y,

tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu atau bulan. Disini, waktu mulai dan

waktu akhir masing-masing pekerjaan adalah ujung kiri dan kanan dari balok-

balok yang bersangkutan.

Pada waktu membuat barchart telah diperhatikan urutan kegiatan, meskipun

belum terlihat hubungan ketergantungan antara satu dengan yang lain. Format

penyajian bagan balok yang lengkap berisi perkiraan urutan pekerjaan, skala

waktu, dan analisis kemajuan pekerjaan pada saat pelaporan.

Langkah-langkah membuat barchart:

1. Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang

ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan.

2. Urutan kegiatan, dari daftar kegiatan tersebut diatas, disusun urutan

pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan

dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan kemungkinan

pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter II-lob

3. Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari

seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai seluruh

kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari

penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap

kegiatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter II-lob

BARCHART

PROYEK: CONTOH

LOKASI: XYZ

No. Deskripsi Kegiatan Nilai Durasi Bobot Minggu

Rupiah Minggu % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pekerjaan persiapan 1.000.000 2 2,22 1,11 1,11

2 Pekerjaan galian tanah 500.000 2 1,11 0,56 0,56

3 Pekerjaan pondasi 1.500.000 3 3,33 1,11 1,11 1,11

4 Pekerjaan beton bertulang 10.000.000 2 22,22 11,11 11,11

5 Pekerjaan pasangan/ plesteran 2.000.000 3 4,44 1,48 1,48 1,48

6 Pekerjaan pintu, jendela 6.000.000 2 13,33 6,67 6,67

7 Pekerjaan atap 7.000.000 2 15,56 7,78 7,78

8 Pekerjaan langit-langit 2.000.000 2 4,44 2,22 2,22

9 Pekerjaan lantai 5.000.000 2 11,11 5,56 5,56

10 Pekerjaan finishing 10.000.000 2 22,22 11,11 11,11

NILAI NOMINAL 45.000.000 100,00

PRESTASI PERMINGGU 1,11 1,67 1,67 12,22 13,70 8,15 15,93 15,56 18,89 11,11

PRESTASI KUMULATIF 1,11 2,78 4,44 16,67 30,37 38,52 54,44 70,00 88,89 100,00

Gambar 2.4. Contoh penjadwalan proyek metode Barchart

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Chapter II-lob

2.4.1.2. Kurva S (Hanumm Curve)

Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm

atas pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek.

Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan

bobot pekerjaan yang dipresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh

kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai

kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah

diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan proyek.

Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan

koreksi dalam pengendalian proses pengendalian proyek. Tetapi informasi tersebut

tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih

lanjut dapat menggunakan metode lain yang dikombinasikan, misalnya metode

barchart atau network planning dengan memperbaharui sumber daya maupun waktu

pada masing-masing pekerjaan.

Menyusun Kurva S

Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing-masing

kegiatan pada suatu metode diantara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertical

sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva S. Bentuk

demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit,

kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah cuku besar, lalu pada akhir

proyek volume kegiatan kembali mengecil. Untuk menentukan bobot pekerjaan,

pendekatan yang dilakukan dapat perhitungan persentase berdasarkan biaya per item

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Chapter II-lob

pekerjaan/ kegiatan dibagi total anggaran atau berdasarkan volume rencana dari

komponen kegiatan terhadap volume total kegiatan.

Secara umum langkah-langkah menyusun kurva S adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pembobotan pada setiap item pekerjaan.

2. Bobot item pekerjaan dihitung berdasarkan biaya item pekerjaan dibagi

biaya total pekerjaan dikalikan 100%.

3. Setelah bobot masing-masing item dihitung, lalu distribusikan bobot

pekerjaan selama durasi masing-masing aktivitas.

4. Setelah itu jumlah bobot dari aktivitas tiap periode waktu tertentu,

dijumlahkan secara kumulatif.

5. Angka kumulatif pada setiap periode ini diplot pada sumbu y (ordinat)

dalam grafik dan waktu pada sumbu x (absis).

6. Dengan menghubungkan semua titik didapat kurva S.

Pada umumnya kurva S diplot pada barchart, dengan tujuan untuk

mempermudah melihat kegiatan-kegiatan yang masuk dalam suatu jangka waktu

tertentu pengamatan progress pelaksanaan proyek.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Chapter II-lob

BARCHART – KURVA S

PROYEK: CONTOH

LOKASI: XYZ

No. Deskripsi Kegiatan Nilai Durasi Bobot Minggu

Rupiah Minggu % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pekerjaan persiapan 1.000.000 2 2,22 1,11 1,11

2 Pekerjaan galian tanah 500.000 2 1,11 0,56 0,56

3 Pekerjaan pondasi 1.500.000 3 3,33 1,11 1,11 1,11

4 Pekerjaan beton bertulang 10.000.000 2 22,22 11,11 11,11

5 Pekerjaan pasangan/ plesteran 2.000.000 3 4,44 1,48 1,48 1,48

6 Pekerjaan pintu, jendela 6.000.000 2 13,33 6,67 6,67

7 Pekerjaan atap 7.000.000 2 15,56 7,78 7,78

8 Pekerjaan langit-langit 2.000.000 2 4,44 2,22 2,22

9 Pekerjaan lantai 5.000.000 2 11,11 5,56 5,56

10 Pekerjaan finishing 10.000.000 2 22,22 11,11 11,11

NILAI NOMINAL 45.000.000 100,00

PRESTASI PERMINGGU 1,11 1,67 1,67 12,22 13,70 8,15 15,93 15,56 18,89 11,11

PRESTASI KUMULATIF 1,11 2,78 4,44 16,67 30,37 38,52 54,44 70,00 88,89 100,00

Gambar 2.5. Contoh penjadwalan proyek metode Barchart - Kurva S

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Chapter II-lob

2.4.1.3. Line of Balance (LoB)

Line of Balance (LoB) adalah metode penjadwalan menggunakan sumbu

koordinat, yaitu absis dan ordinat, absis menunjukkan waktu kerja dan ordinat

menunjukkan jumlah unit pekerjaan atau lokasi kegiatan yang dilaksanakan.

Sedangkan garis miring menyatakan jenis kegiatan sekaligus menunjukkan

kecepatan dari kegiatan tersebut. Kemiringan dari setiap garis alir kegiatan

menunjukkan tingkat produktifitas dari kegiatan tersebut. Semakin tegak garis alir

tersebut maka semakin tinggi tingkat produktifitasnya.

Line of Balance (LoB) merupakan metode penjadwalan proyek yang ditujukan

untuk perencanaan proyek yang memiliki kegiatan-kegiatan yang berulang (repetitif).

Seperti pada proyek perumahan, konstruksi jalan raya, pemasangan pipa dan lain

sebagainya. Untuk proyek dengan jumlah kegiatan relatif sedikit dengan kegiatan

yang berulang, metode ini sangat efektif untuk digunakan.

Dalam berbagai literatur penggunaan istilah metode penjadwalan yang

digunakan untuk kegiatan yang berulang ini berbeda-beda. Dalam Robert B. Harris

and Photios G. Ioannou (1998:3), dikatakan bahwa untuk proyek dengan unit yang

dipisahkan (discrete units) misalnya perumahan, apartemen dan sebagainya,

digunakan istilah penjadwalan berupa: Line of Balance (LoB) (O’Brien 1969, Carr

and Meyer 1974, Halpin and Woodhead 1976, Harris and Evans 1977); Construction

Planning Technique (CPT) (Peer 1974, Selinger 1980); Vertical Production Method

(VPM) (O’Brien 1975, Barrie and Paulson 1978); Time-Location Matrix Model

(Birrell 1980); Time Space Scheduling Method (Stradal and Cacha 1982);

Disturbance Scheduling (Whitman and Irwig 1988); or HVLS: Horizontal and

Vertical Logic Scheduling for Multistory Projects (Thabet and Beliveau 1994).

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Chapter II-lob

Untuk proyek jalan raya, pemasangan pipa, terowongan, dan sebagainya dimana

progress proyek diukur berdasarkan panjang horizontalnya, istilah penjadwalan

berupa: Time Versus Distance Diagrams (Gorman 1972); Linear Balance Charts

(Barrie and Paulson 1978); Velocity Diagrams (Dressler 1980); or Linear Scheduling

Method (LSM) (Johnston 1981, Chrzanowski and Johnston 1986, Russell and

Casselton 1988).

LoB juga berfungsi sebagai media control dan monitoring, karena bisa

digunakan untuk menunjukkan jumlah pekerjaan yang sudah selesai dalam kurun

waktu tertentu, sehingga tingkat produksi bisa selalu dikontrol apakah sesuai dengan

rencana awal. Hal ini ditunjukkan oleh lead times. Lead times adalah waktu yang

harus dilalui suatu pekerjaan sampai seluruh kegiatan selesai.

Interupsi

Interupsi adalah adanya penghentian atau penundaan kegiatan untuk suatu

waktu tertentu yang ditunjukkan dengan garis mendatar pada garis alir kegiatan.

Banyak penyebab terjadinya interupsi, antara lain: sumber daya yang terhenti,

kesulitan teknis dan sebagainya.

Gambar 2.6. Contoh interupsi

Keterangan: = Interupsi

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Chapter II-lob

Restraint

Restranint adalah waktu tunggu antara selesainya suatu kegiatan dengan

mulainya kegiatan yang lain. Hal ini terjadi antara lain karena kedua kegiatan

mempunyai sumber daya yang sama dan jumlahnya terbatas sehingga diperlukan

waktu transfer sumber daya dari kegiatan sebelumnya.

Gambar 2.7. Contoh restraint

Keterangan: = Restraint

Buffer

Buffer adalah jarak yang diperlukan antara dua kegiatan. Jarak dapat berupa

lokasi (buffer lokasi) maupun waktu (buffer waktu). Buffer waktu mempunyai

duakonsep yaitu: buffer waktu minimum dan buffer waktu maksimum.

Gambar 2.8. Buffer lokasi dan buffer waktu

Keterangan:

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Chapter II-lob

Menyusun Line of Balance (LoB)

Menurut Uher (1996), ada beberapa tahapan atau standar dalam perencanaan

dengan metode line of balance, yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan urutan pelaksanaan masing-masing pekerjaan dalam bentuk

diagram lengkap dengan estimasi waktu (single network planning) untuk

satu putaran kegiatan repetitif.

2. Menentukan lead times untuk masing-masing pekerjaan.

3. Menghitung target penyelesaian proyek.

4. Menggambarkan target penyelesaian proyek dalam bentuk diagram sesuai

dengan kurun waktu yang diharapkan.

5. Mempersiapkan jadwal line of balance.

6. Menentukan buffer times atau waktu jagaan untuk menghindari resiko

keterlambatan suatu kegiatan.

7. Menggambarkan grafik line of balance.

8. Menganalisis jadwal dan grafik line of balance untuk mendapatkan jadwal

pelaksanaan proyek yang berimbang.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Chapter II-lob

Gambar 2.10. Diagram LoB transfer dari barchart untuk 3 unit berulang

Gambar 2.9. Barchart untuk 3 unit berulang

Gambar 2.11. Diagram LoB untuk 3 unit berulang

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Chapter II-lob

2.4.1.4. Metode Jaringan Kerja (Network Planning)

Jaringan proyek adalah suatu alat yang digunakan untuk merencanakan,

menjadwalkan, dan memonitor kemajuan proyek. Jaringan menggambarkan berbagai

aktivitas yang harus diselesaikan, urutan logis, kesalingketergantungan antar

aktivitas, serta waktu aktivitas tersebut dimulai dan berakhir (Larson, 2006:140).

Network planning diperkenalkan pada tahun 1950-an oleh tim perusahaan

Dupont dan Rand Corporation untuk mengembangkan sistem kontrol manajemen.

Metode ini dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang

memiliki ketergantungan yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit, hubungan

antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis. Dari informasi

network planning-lah monitoring serta tindakan koreksi kemudian dapat dilakukan,

yakni dengan memperbaharui jadwal. Akan tetapi, metode ini perlu dikombinasikan

dengan metode lainnya.

Menurut Husen (2009:138), ada beberapa tahapan penyusunan network

scheduling yaitu sebagai berikut:

1. Menginventarisasi kegiatan-kegiatan dari paket terakhir WBS berdasarkan

item pekerjaan, lalu diberi kode kegiatan untuk mempernudahkan

identifikasi.

2. Memperkirakan durasi setiap kegiatan dengan mempertimbangkan jenis

pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan kerja, serta

produktivitas pekerja.

3. Penentuan logika ketergantungan antar kegiatan dilakukan dengan tiga

kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang mendahului (predecessor),

kegiatan yang didahului (successor), serta bebas.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Chapter II-lob

4. Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya, dilakukan setelah

langkah-langkah diatas dilakukan dengan akurat dan teliti.

Manfaat penerapan network scheduling menurut Husen (2009:138) adalah

sebagai berikut:

1. Penggambaran logika hubungan antar kegiatan (kesalingketergantungan

antar kegiatan), membuat perencanaan proyek menjadi lebih rinci dan

detail.

2. Dengan memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya setiap

kejadian yang ditimbulkan oleh satu atau beberapa kegiatan, kesukaran-

kesukaran yang bakal timbul dapat diketahui jauh sebelum terjadi sehingga

tindakan pencegahan yang diperlukan dapat dilakukan.

3. Dalam network dapat terlihat jelas waktu penyelesaian yang dapat ditunda

atau ditepati.

4. Membantu mengomunikasikan hasil network yang dtampilkan.

5. Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis dari segi

biaya langsung (direct cost) serta penggunaan sumber daya.

6. Berguna untuk menyelesaikan legal claim yang diakibatkan oleh

keterlambatan dalam menentukan pembayaran kemajuan pekerjaan,

menganalisis cahsflow, dan pengendalian biaya.

7. Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba mengubah sebagian

dari proses, lalu mengamati efek terhadap proyek secara keseluruhan.

Metode network planning terdiri atas Activity On Arrow (AOA) dan Activity

On Node (AON) atau dikenal dengan Precedence Diagram Method.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Chapter II-lob

2.4.1.5. Precedence Diagram Method (PDM)

Kegiatan dalam Precedence Diagram Method (PDM) digambarkan oleh

sebuah lambang segi empat karena letak kegiatan ada dibagian node maka sering

disebut juga Activity On Node (AON). Kegiatan dalam PDM diwakili oleh sebuah

lambang yang mudah diidentifikasi, bentuk umum yang sering digunakan adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.12. Node PDM

Keterangan:

ES = Earliest Start, waktu mulai paling awal suatu kegiatan.

EF = Earliest Finish, waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Jika hanya ada

satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu adalah ES

kegiatan berikutnya.

LS = Latest Start, waktu paling akhir kegiatan boleh mulai. Yaitu waktu paling

akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara

keseluruhan.

LF = Latest Finish, waktu paling akhir kegiatan boleh selesai.

Hubungan antar kegiatan dalam metoda ini ditunjukkan oleh sebuah garis

penghubung, yang dapat dimulai dari kegiatan kiri ke kanan atau dari kegiatan atas

ke bawah. Jika kegaitan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri oleh

sejumlah kegiatan pula maka ditambahkan kegiatan dan kegiatan akhir yang

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Chapter II-lob

keduanya merupakan kegiatan fiktif. Misalnya untuk kegiatan awal ditambahkan

kegaitan START dan kegiatan akhir ditambahkan kegiatan FINISH.

Jalur Kritis

Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis dan kemudian menentukan

jalur kritis dapat dilakukan perhitungan kedepan (forward analysis) dan perhitungan

kebelakang (backward analysis). Perhitungan kedepan (forward analysis) dilakukan

untuk mendapatkan besarnya Earliest Start dan Earliest Finish. Yang merupakan

predecessor adalah kegiatan I, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan J.

Gambar 2.13. Hubungan kegiatan I dan J

Besarnya nilai ESj dan EFj dihitung sebagai berikut:

ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + FSij

EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj

Catatan:

Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan maka

diambil nilai terbesar

Jika tidak ada/ diketahui FSij atau SSij dan kegiatan non-splitable maka

ESj dihitung dengan cara berikut: ESj = EFj – Dj

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Chapter II-lob

Perhitungan kebelakang (backward analysis) dilakukan untuk mendapatkan

besarnya Latest Start dan Latest Finish. Sebagai kegiatan successor adalah kegiatan

J, sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan I.

Gambar 2.14. Hubungan kegiatan I dan J

Besarnya nilai LSj dan LFj dihitung sebagai berikut:

LFi = LFj + FFij atau LFi = LSj + FSij

LSi = LSj + SSij atau LSi = LFj + SFij atau LFi + Di

Catatan:

Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan maka

diambil nilai terkecil

Jika tidak ada/ diketahui FFij atau FSij dan kegiatan non-splitable maka

LFj dihitung dengan cara berikut: LFj = LSi + Di

Jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut:

Earliest Start (ES) = Latest Start (LS)

Earliest Finish (EF) = Latest Finish (LF)

Latest Finish (LF) – Earliest Start (ES) = Durasi Kegiatan

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Chapter II-lob

Kegiatan Splitable

Sebuah kegiatan yang dapat atau harus dihentikan untuk sementara pada suatu

saat dan kemudian dilanjutkan kembali beberapa saat kemudian dinamakan kegiatan

splitable. Contoh kegiatan ini adalah pengecoran beton untuk elemen structural

bangunan gedung (balok, kolom, plat lantai).

Gambar 2.15. Hitungan kedepan dan kebelakang kegiatan splitable

Kegiatan Splitable

Hitungan kedepan (forward analysis) Hitungan kebelakang (backward analysis)

ESj = EFj – Dj – interupsi LSi = LFi – Di – interupsi

EFj = ESj – Dj + interupsi LFi = LSi – Di + interupsi

EFj – ESj = Dj + interupsi LFi – LSi = Di + interupsi

Tabel 2.2. Hitungan kedepan dan kebelakang kegiatan splitable

Adapun kegiatan non-splitable adalah kegiatan yang harus dilaksanakan dan

tidak diizinkan untuk berhenti ditengah pelaksanaannya.

Gambar 2.16. Hitungan kedepan dan kebelakang kegiatan non-splitable

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Chapter II-lob

Kegiatan Non-Splitable

Hitungan kedepan (forward analysis) Hitungan kebelakang (backward analysis)

ESj = EFj – Dj LSi = LFi – Di

EFj = ESj – Dj LFi = LSi – Di

EFj – ESj = Dj LFi – LSi = Di

Tabel 2.3. Hitungan kedepan dan kebelakang kegiatan non-splitable

Float

Float dapat didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu

kegiatan sehingga memungkinkan kegiatan tersebut dapat ditunda atau diperlambat

secara sengaja atau tidak disengaja. Akan tetapi, penundaan tersebut tidak

menyebabkan proyek menjadi terlambat dalam penyelesaiannya. Float dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu total float dan free float.

Total float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk keterlambatan atau

perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi penyelesaian proyek secara

keseluruhan. Free Float adalah sejumlah waktu yang tersedia untu keterlambatan

atau perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi dimulainya kegiatan

yang langsung mengikutinya.

Total Float (TF)i = Minimum (LSj – EFi)

Free Float (FF)i = Minimum (ESj – EFi)

Pengertian Lag

Link lag adalah garis ketergantungan antara kegiatan dalam suatu network

planning. Perhitungan lag dapat dilakukan denga cara:

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Chapter II-lob

Melakukan perhitungan ke depan untuk mendapatkan nilai-nilai Earliest

Start (ES) dan Earliest Finish (EF)

Hitung besarnya lag

Buatlah garis ganda untuk lag yang nilainya = 0

Hitung Free Float (FF) dan Total Float (TF)

Lag ij = ESj – EFi

Free Float i = minimum (lag ij)

Total Float i = minimum (lag ij + TF j)

Hubungan Overlapping

Hubungan antara kegiatan I dengan kegiatan J dapat dibedakan menjadi empat

macam, yaitu:

1. Hubungan Finish to Start (FS)

Hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya (start) kegiatan berikutnya

(successor) tergantung pada selesainya (finish) kegiatan sebelumnya

(predecessor). FS dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: Finish to Start

dengan lag = 0, Finish to Start dengan lag positif, Finish to Start dengan

lag negatif.

Gambar 2.17. Hubungan FS

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Chapter II-lob

2. Hubungan Start to Start (SS)

Hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya (start) kegiatan berikutnya

(successor) tergantung pada mulainya (start) kegiatan sebelumnya

(predecessor). SS dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu: Start to Start

dengan lag = 0, Start to Start dengan lag positif, Start to Start dengan lag

negative.

Gambar 2.18. Hubungan SS

3. Hubungan Finish to Finish (FF)

Hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya (finish) kegiatan

berikutnya (successor) tergantung pada selesainya (finish) kegiatan

sebelumnya (predecessor). FF dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu:

Finish to Finish dengan lag = 0, Finish to Finish dengan lag positif, Finish

to Finish dengan lag negatif.

Gambar 2.19. Hubungan FF

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Chapter II-lob

4. Hubungan Start to Finish (SF)

Hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya (finish) kegiatan

berikutnya (successor) tergantung pada mulainya (start) kegiatan

sebelumnya (predecessor). SF dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu:

Start to Finish dengan lag = 0, Start to Finish dengan lag positif, Start to

Finish dengan lag negatif.

Gambar 2.20. Hubungan SF

Universitas Sumatera Utara

Page 43: Chapter II-lob

Gambar 2.21. Contoh penggunaan penjadwalan proyek metode PDM pada konstruksi perumahan untuk 3 unit berulang

(Sumber:Jurnal Media Teknik Sipil, Budi Laksito, 2005)

Universitas Sumatera Utara