Chapter II 10 2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    1/14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 PengetahuanSalah satu domain perilaku kesehatan adalah pengetahuan. Pengetahuan

    merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

    terhadap objek tertentu. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat

    penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari

    pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

    lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. (Notoatmodjo,

    2003).

    Ada beberapa langkah / proses sebelum orang mengadopsi perilaku baru.

    Pertama adalah awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari stimulus

    tersebut. Kemudian dia mulai tertarik (interest). Selanjutnya, orang tersebut akan

    menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut (evaluation). Setelah

    itu, dia akan mencoba melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus (trial).

    Pada tahap akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,kesadaran dan sikapnya. (Notoatmodjo, 2003).

    2.1.1. Tujuan Pengetahuan

    Menurut Sarjono S, 2002, tujuan pengetahuan terdiri dari 2 yaitu :

    1. Untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka akibat

    ketidakpastian.

    2. Lebih mengetahui dan memahami.

    2.1.2. Tingkat Pengetahuan

    1. Tahu (Know)

    Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah (recall)

    terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari

    atau diterima.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    2/14

    2. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

    benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi

    tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

    materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

    meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

    3. Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

    dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode prinsip dsb.

    4. Analisa (Analysis)

    Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

    objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

    struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja,

    dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

    mengelompokkan dan sebagainya.

    5. Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru.

    Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

    formulasi baru dari formulasi yang ada misalnya dapat menyusun,

    merencanakan, meringkas, dan dapat menyesuaikan terhadap teori yang

    ada.

    6. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

    terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    3/14

    kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

    telah ada. (Notoatmodjo, 2003)

    2.2 Pengertian Tindakan

    Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian

    atau pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk dilaksanakan atau

    dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar

    terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

    berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain. Tindakan terdiri dari beberapa

    tingkat yaitu:

    2.2.1 Presepsi

    Mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

    tindakan yang akan diambil.

    2.2.2 Respon Terpimpin

    Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

    dengan contoh.

    2.2.3 Mekanisme

    Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah atau

    ajakan orang lain.

    2.2.4 Adopsi

    Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu

    telah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut

    (Notoatmodjo, 2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    4/14

    2.3. Gout2.3.1 Defenisi gout

    Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan

    potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya

    biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi.

    Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang

    paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol

    kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut,

    lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan

    tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa

    menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa

    sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan

    metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat

    (hiperurisemia).

    Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses

    katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam

    deoksiribonukleat). (Syukri, 2007). Gout dapat bersifat primer, sekunder, maupun

    idiopatik. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh

    yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder

    disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam

    urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan

    tertentu sedangkan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab

    primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi yang

    jelas.(Putra, 2009)

    2.3.2. Etiologi

    2.3.2.1 Hiperurisemia dan Gout primer

    Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih belum jelas

    diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan

    hiperurisemia primer. Gout primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia

    primer, terdiri dari hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan karena

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    5/14

    produksi yang berlebih (10-20%). Hiperurisemia karena kelainan enzim spesifik

    diperkirakan hanya 1% yaitu karena peningkatan aktivitas varian dari enzim

    phosporibosylpyrophosphatase (PRPP) synthetase, dan kekurangan sebagian dari

    enzim hypoxantine phosporibosyltransferase (HPRT). Hiperurisemia primer

    karena penurunan ekskresi kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan

    menyebabkan gangguan pengeluaran asam urat yang menyebabkan hiperurisemia.

    Hiperurisemia akibat produksi asam urat yang berlebihan diperkirakan terdapat 3

    mekanisme.

    pertama, kekurangan enzim menyebabkan kekurangan inosine monopospate(IMP) atau purine nucleotide yang mempunyai efekfeedback inhibition

    proses biosintesis de novo.

    Kedua, penurunan pemakaian ulang menyebabkan peningkatan jumlahPRPP yang tidak dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP menyebabkan

    biosintesis de novo meningkat.

    Ketiga, kekurangan enzim HPRT menyebabkan hipoxantine tidak bisadiubah kembali menjadi IMP, sehingga terjadi peningkatan oksidasi

    hipoxantine menjadi asam urat.(Putra, 2009)

    2.3.2.2. Hiperurisemia dan Gout sekunder

    Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang

    menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan

    peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang

    menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia sekunder karena peningkatan

    biosintesis de novo terdiri dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim

    HPRT pada syndome Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada

    glycogen storage disease dan kelainan karena kekurangan enzim fructose-1

    phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob. Hiperurisemia sekunder karena

    produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaanyang menyebabkan

    peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari dari intisel.

    Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk

    IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan hiperurisemia

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    6/14

    akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu karena

    penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric

    acid clearence dan pemakaian obat-obatan.(Putra, 2009)

    2.3.2.3. Hiperurisemia dan Gout idiopatik

    Hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primernya, kelainan genetik,

    tidak ada kelainan fisiologis dan anatomi yang jelas.

    2.3.3 Faktor resiko

    Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah

    2.3.3.1 Suku bangsa /ras

    Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori di

    Australia. Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali

    sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai

    dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau

    pola makan dan konsumsi alkohol.(Wibowo, 2005)

    2.3.3.2. Konsumsi alkohol

    Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol

    meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai

    akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat

    menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan

    kadarnya dalam serum. (Carter, 2005)

    2.3.3.3. Konsumsi ikan laut

    Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang

    tinggi. Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat. (Luk,

    2005)

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    7/14

    2.3.3.4. Penyakit

    Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia.Mis. Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia,

    dsb. Adipositas tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko yang kuat

    untuk gout pada laki-laki, sedangkan penurunan berat badan adalah faktor

    pelindung. (Purwaningsih, 2005)

    2.3.3.5. Obat-obatan

    Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinyahiperurisemia. Mis. Diuretik, antihipertensi, aspirin, dsb. Obat-obatan juga

    mungkin untuk memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan untuk

    menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, tetapi hal

    tersebut juga dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk membuang asam

    urat. Hal ini pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam urat dalam

    darah dan menyebabkan serangan gout. Gout yang disebabkan oleh

    pemakaian diuretik dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan

    dosis. Serangan Gout juga bisa dipicu oleh kondisi seperti cedera dan

    infeksi.hal tersebut dapat menjadi potensi memicu asam urat. Hipertensi

    dan penggunaan diuretik juga merupakan faktor risiko penting

    independen untuk gout. (Luk, 2005)

    Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam urat, yaitu: dosis

    rendah menghambat ekskresi asam urat dan meningkatkan kadar asam

    urat, sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg / hari) adalah uricosurik.(Doherty,

    2009)

    2.3.3.6. Jenis Kelamin

    Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan

    perempuan pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin

    laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut. Dalam Kesehatan dan Gizi

    Ujian Nasional Survey III, perbandingan laki-laki dengan perempuan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    8/14

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    9/14

    berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri,

    bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil

    dan merasa lelah. Lokasi yang paling sering pada MTP-1 yang biasanya disebut

    podagra. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu

    pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku. Faktor pencetus serangan akut antara

    lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan

    operasi, pemakaian obat diuretik dan lain-lain.(Putra, 2009)

    b. Stadium interkritikal

    Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode

    interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-

    tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini

    menunjukkan bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa

    keluhan.(Putra, 2009)

    c. Stadium Gout arthritis menahun

    Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati

    dirinya sendiri (self medication). Sehingga dalam waktu lama tidak mau berobat

    secara teratur pada dokter. Artritis gout menahun biasanya disertai tofi yang

    banyak dan poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat,

    kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder. Lokasi tofi yang paling sering pada

    aurikula, MTP-1, olekranon, tendon achilles dan distal digiti. Tofi sendiri tidak

    menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi disekitarnya, dan menyebabkan

    destruksi yang progresif pada sendi serta dapat menimbulkan deformitas. Pada

    stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal

    menahun. (Putra, 2009)

    Anak-anak baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kadar asam urat

    sama rendah, tetapi pada orang dewasa, pria memiliki tingkat sodium urat lebih

    tinggi daripada wanita. Jelas bahwa perbedaan ini akibat pengaruh dari sistem

    endokrin, namun mekanisme yang tepat belum ditetapkan. Setelah menopause,

    nilai Sodium Urat perempuan naik ke tingkat yang sebanding dengan laki-laki

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    10/14

    pada usia yang sama, meskipun terapi penggantian hormon mungkin menipiskan

    peningkatan ini. Wanita postmenopause, khususnya mereka yang menerima

    diuretik, dapat berkembang menjadi arthritis yg menyebabkan encok dan tofi di

    Heberden dan Bouchard's node osteoarthritic mereka. Pasien Lansia dengan gout

    belum diakui dapat berlanjut secara statis terhadap penyakit sendi seperti: simetris

    polyarticular, inflamasi yang seperti rheumatoid arthritis, lengkap dengan nodul-

    nodul dan sebagainya.(Luk, 2005)

    2.3.5 Patogenesis terjadinya Gout arthritis

    Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium

    urat dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout

    atau dengan hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi

    metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan

    akut. Dengan demikian, gout ataupun pseudogout dapat timbul pada keadaan

    asimptomatik. Pada penelitian penulis didapat 21% pasien gout dengan asam urat

    normal. Terdapat peranan temperature, pH, dan kelarutan urat untuk timbul

    serangan gout. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperature lebih rendah

    pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal

    monosodium urat diendapkan pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk

    pengendapan kristal monosodium urat pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1)

    berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah

    tersebut.(Putra, 2009)

    Penelitian Simkin mendapatkan bahwa kecepatan difusi molekul urat dari

    ruang synovial kedalam plasma hanya setengah kecepatan air. Dengan demikian,

    konsentrasi urat dalam cairan sendi seperti MTP-1 menjadi seimbang dengan urat

    dalam plasma pada siang hari selanjutnya bila cairan sendi diresorpsi waktu

    berbaring, akan terjadi peningkatan kadar urat local. Fenomena ini dapat

    menerangkan terjadinya awitan atau onset gout akut pada malam hari pada sendi

    yang bersangkutan. Keasaman dapat meninggikan nukleasi urat in vitro melalui

    pembentukan dari protonated solid phase. Walaupun kelarutan sodium urat

    bertentangan terhadap asam urat, biasanya kelarutan ini meninggi, pada

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    11/14

    penurunan pH dari 7,5 menjadi 5,8 dan pengukuran pH serta kapasitas bufferpada

    sendi dengan gout, gagal untuk menentukan adanya asidosis. Hal ini menunjukkan

    bahwa perubahan pH secara akut tidak signifikan mempengaruhi pembentukan

    kristal monosodium urat pada sendi. (Luk, 2005)

    .

    2.3.6.1 Aktivasi komplemen

    Kristal urat dapat mengaktifkan system komplemen melalui jalur klasik

    dan jalur alternative. Melalui jalur klasik, terjadi aktivasi komplemen C1 tanpa

    peran immunoglobulin. Pada keadaan monosodium urat tinggi, aktivasi system

    komplemen melalui jalur alternatif terjadi apabila jalur klasik terhambat. Aktivasi

    C1q melalui jalur klasik menyebabkan aktivasi kolikrein dan berlanjut dengan

    mengaktifkan Hageman factor (Faktor XII) yang penting dalam reaksi kaskade

    koagulasi. Ikatan partikel dengan C3 aktif (C3a) merupakan proses opsonisasi.

    Proses opsonisasi partikel mempunyai peranan penting agar partikel tersebut

    mudah untuk dikenal, yang kemudian difagositosis dan dihancurkan oleh

    neutrofil, monosit dan makrofag. Aktivasi komplemen C5 (C5a) menyebabkan

    peningkatan aktivitas proses kemotaksis sel neutrofil, vasodilatasi serta

    pengeluaran sitokin IL-1 dan TNF. Aktivitas C3a dan C5a menyebabkan

    pembentukan membrane attack complex (MAC). Membrane ini merupakan

    komponen akhir proses aktivasi komplemen yang berperan dalam ion chanel yang

    bersifat sitotoksik pada sel patogen maupun sel host. Hal ini membuktikan bahwa

    melalui jalur aktivasi cascade komplemen kristal urat menyebabkan proses

    peradangan melalui mediator IL-1 dan TNF serta sel radang neutrofil dan

    makrofag.(Putra, 2009)

    2.3.6.2 Aspek selular

    Pada proses inflamasi, makrofag pada sinovium merupakan sel utama

    dalam proses peradangan yang dapat menghasilkan berbagai mediator kimiawi

    antara lain IL-1, TNF, IL-6 dan GM-CSF (Granulocyte-Macrophage Colony-

    Stimulating Factor). Mediator ini menyebabkan kerusakan jaringan dan

    mengaktivasi berbagai sel radang. Kristal urat mengaktivasi sel radang dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    12/14

    berbagai cara sehingga menimbulkan respon fungsional sel dan gene expression.

    Respon fungsional sel radang tersebut antara lain berupa degranulasi, aktivasi

    NADPH oksidasi gene expression. Sel radang melalui jalur signal transduction

    pathway dan berakhir dengan aktivasi transcription factoryang menyebabkan gen

    berekspresi dengan mengeluarkan berbagai sitokin dan mediator kimiawi lain.

    signal transduction pathway melalui 2 cara yaitu: dengan mengadakan ikatan

    dengan reseptor (cross-link) atau dengan langsung menyebabkan gangguan

    nonspesifik pada membrane sel. (Putra, 2009)

    Ikatan dengan reseptor pada sel membrane akan bertambah kuat apabila

    kristal urat berikatan sebelumnya dengan opsonin, misalnya ikatan

    immunoglobulin (Fc dan IgG) datau dengan komplemen (C1q C3b). Kristal urat

    mengadakan ikatan cross-linkdengan berbagai reseptor, seperti reseptor adhesion

    molecule (integrin), nontyrosin kinase, reseptor Fc, komplemen dan sitokin serta

    aktivasi reseptor melalui tirosin kinase dan second messengerakan mengaktifkan

    transcription factor.

    Xantin oksidase

    Xantin oksidase

    Perubahan Perubahan Keterangan :

    pada jaringan akibat

    gout

    Skema: Patofisiologi gout ( Price and Wilson, book of pathophisiology, 2006)

    Diet

    Asam ribonukleat dari sel

    Purin

    Hipoxantin

    Xantin

    Asam Urat

    Ginjal

    Urin

    Kristalisasi dalam jaringan

    Fagositosis Kristal

    leukosit #

    Peradangan

    dan kerusakan jaringan

    @ Alupurinol

    # Kolkisin

    Probenesid

    OAINS

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    13/14

  • 7/31/2019 Chapter II 10 2

    14/14

    nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat penurun asam

    urat penurun asam urat seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat

    diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah

    mengkonsumsi obat penurun asam urat, sebaiknya tetap diberikan. Pada

    stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah menurunkan

    kadar asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah kekambuhan.

    Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet rendah purin

    dan pemakaian obat alupurinol bersama obat urikosurik yang lain. (Putra,

    2009)

    Penelitian terbaru telah menemukan bahwa konsumsi tinggi dari kopi, susu

    rendah lemak produk dan vitamin C merupakan faktor pencegah gout.(Doherty,

    2009)

    Gejala yang muncul: Acute gout

    Obati serangan gout akut dengan NSAIDs.

    gunakan kortikosteroid bila kontaindikasi terhadap NSAIDs

    Atasi kasus resisten denganpenambahan kolkisin dosis kecil

    Atasi hal tersebut pada resiko efek samping NSAID dengan penggunaan kolkisin

    sendiri

    Evaluasi dan pencegahan terhadap faktor resiko

    (berat badan, alkohol, diuretik, diet purin)