Cerita Lucu Si Kancil Ingin Makan Timun

  • Upload
    ezgcm

  • View
    112

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Cerita Lucu Si Kancil Ingin Makan Timun,Alkisah Sang Kancil sedang berlatih main teater untuk sebuah pertunjukan besar di Hutan Utopia. Kali ini Sang Kancil harus memerankan Raja Kucing, yang menjadi tokoh utama dalam pentas itu. Selama sebulan penuh Sang Kancil berguru kepada keluarga kucing anggora agar dapat memerankan Raja Kucing dengan sempurna.

Setelah dirasa cukup berlatih di keluarga kucing anggora, Sang Kancil memutuskan untuk mencoba memerankan kucing di kehidupan nyata. Maka dia berdandan sebagai kucing anggora dan turun ke kampung untuk berperan sebagai kucing di lingkungan manusia. Rumah yang dimasuki oleh Sang Kancil berpenghuni keluarga muda yang baru memiliki bayi kecil bernama Reza. Dia adalah bayi umur 4 bulan yang baru bisa nangis owek owek. Mama Majda Yulianingrum baru kali ini punya bayi, sehingga belum tahu banyak tentang seluk beluk anak bayi. Kancil masuk rumah sebagai seekor kucing kelabu yang kelaparan dan hendak mencari makan. Kucing Kancil terus menerus bersuara eow-eow tanpa satu pun penghuni rumah yang tahu maksudnya, kecuali Reza. Bahasa yang dipergunakan Reza yang owek-owek itu ternyata mirip dengan bahasa kucing yang baru saja dipelajari Sang Kancil. Jadilah dua makhluk itu dapat nyambung ngobrolnya. Owek-owek Eow-eow Owek-owek-oweek Eow-Eow-Eoooow Dua makhluk itu ngobrol dengan seru sampai Mama Majda bingung karena dikira anaknya nangis terus gak berhenti-berhenti. Padahal sebenarnya Reza sedang mengobrol dengan Kucing Kancil. Mama heran karena sudah dicek Reza tidak ngompol dan tidak pup. Saat diberi nenen juga tidak mau. Jadilah Mama pusing tujuh keliling, akhirnya Reza kembali ditaruh ke dalam box bayi. Setelah Reza ditaruh ke dalam box bayi, Si Kucing Kancil mendekati Reza untuk melanjutkan obrolan mereka. Yi Bayi, aku lapar banget nih. Kamu punya timun gak untuk kumakan? Timun itu kaya apa bentuknya? Itu loh, buah yang bentuknya lonjong panjang, dan kulitnya warnanya hijaur Wooo yang kalo dibelah warnanya merah itu yah? Bukaaaan! Itu mah semangka namanya. Timun itu yang suka dimakan bareng ayam goreng Ayam goreng itu bentuknya kayak apa? Itu loh yang kalo ditaruh di atas piring ada kaki, sayap dan kepalanya? Woooo ayam goreng itu yang warnanya coklat yah? Betul yi

Aku tahu sekarang. Timun itu yang suka diiris-iris Mama untuk dimakan setelah makan ayam goreng yah? Betul sekali. Punya gak dirimu? Ada banyak di meja makan. Tapi aku belum bisa ngambilin nih. Aku juga belum bisa bicara pada mamaku. Mama gak mengerti dengan bahasaku. Gimana dung caranya ambil timun buatmu? Udah gini aja. Kamu menangislah sekeras mungkin sampai digendong lagi sama mama kamu. Ntar klo kamu digendong sampai dekat meja makan, tanganmu tunjuk-tunjuk saja ke timun biar diambilin Klo udah diambilin lalu diapain timunnya? Dijatuhin ke lantai di depanku. Nanti aku akan bersuara eow-eow sambil menyundul-nyundul kaki mamamu Betul juga yah. Kamu pintar sekali Cing Kucing Kancil senyum-senyum sendiri karena senang sekali dikira kucing beneran oleh Reza, artinya aktingnya sebagai Raja Kucing saat pementasan nanti bakalan berhasil. Seperti skenario Kucing yang sebenarnya adalah Sang Kancil -- Mama Majda cepat-cepat menggendong anaknya saat mendengar suara tangis Reza melengking tinggi. Karena tangisan Reza gak juga berhenti, Mama membawa Reza jalan-jalan keluar kamar. Saat mama berdiri di dekat meja makan tangan Reza menunjuk-nunjuk tumpukan timun di atas piring. Mama dengan cepat mengambilkan seekor timun, biar Reza berhenti menangis. Namun setelah timun dipegang Reza, tiba-tiba timun dijatuhkan ke depan kucing yang sedang berada di bawah sambil menyundul-nyundul kaki mama. Mama kaget dengan perbuatan Reza, tapi kemudian tertawa senang melihat ada seekor kucing yang menyantap timun yang dijatuhkan. Wah anakku pintar sekali, masih bayi udah bisa ngasih makan kucing ujarnya dengan bangga. Namun kemudian setelah berpikir sejenak, Mama Majda jadi terheran-heran meilhat Kucing Kancil makan timun. Mungkin kucing ini udah dibiasakan makan timun sama pemiliknya jadi dia enak aja menyantap ketimun. Wah aku gak boleh kalah sama kucing niy, aku harus lebih rajin makan sayursayuran pikir Mama. Hari itu Sang Kancil cukup puas dengan aktingnya sebagai seekor kucing. Sampai saat dia kembali ke Hutan Utopia bayi Reza dan Mama Majda Yulianingrum tidak mengenali dirinya sebagai seekor kancil (Undil-2012)

Dino, Si Ikan Paus Oleh Yulisa FarmaDi sebuah kota di dalam Samudra, hiduplah sebuah keluarga ikan paus. Mereka sangat rukun dan selalu bersama. Ada lima anggota keluarga, diantaranya Bapak Paus, Ibu Paus, anak mereka pertama bernama Prita, anak tengah bernama Renzo dan yang paling bungsu bernama Dino. Dino baru berumur dua tahun. Mereka selalu bersama kemana pun. Setiap minggunya, mereka selalu pergi bersama-sama untuk mencari makan. Banyak sekali masalah yang mereka temui, terlebih pada Dino. Setiap mencari makan, Dino selalu hilang. Dino sangat senang bermain, apabila ia melihat tempat baru, maka Dino akan langsung pergi ke sana tanpa izin dari orang tuanya. Hal itulah yang membuat Dino selalu tersesat dan kehilangan keluarganya. Meski demikian ia selalu dapat ditemukan. Kini musim gugur hampir usai, musim dingin menjelang datang. Itu artinya Dino dan keluarganya harus mencari tempat baru untuk tinggal mereka. Mereka harus mencari makan dan pergi ke tempat yang lebih hangat. Sebelum pergi, mereka berdiskusi terlebih dahulu. Kita akan kemana di musim dingin ini? tanya Ibu Paus. Kita akan pergi ke Negeri Paus yang ada di seberang sana. Di sana cuacanya lebih hangat dan banyak makanan, ujar Bapak Paus. Mereka semua setuju. Tapi, sebelum pergi, Ibu Paus berkata kepada Dino. Dino, kalau kita pergi nanti, pastikan kau ada di dekat kami. Jangan pergi kemanamana, ok, kata Ibu Paus. Iya, Bu, jawab Dino tanpa menghiraukan tatapan Ibunya. Pagi datang. Saatnya keluarga Dino menjelajahi samudra. Dino malas sekali untuk bangun. Ia sedang asyik dengan mimpinya. Dino bermimpi sedang bermain di sebuah ladang rumput laut raksasa. Di tengah asyik bermimpi, ia dibangunkan. Saatnya untuk berkemas pergi. Saat keluarganya sibuk bersiap, Dino malah asyik bermain di depan rumahnya. Dino, waktunya berangkat. Jangan main terus, nanti kami kehilangan kamu lagi, panggil kakak sulungnya, Prita. Iya, iya, gerutu Dino. Akhirnya mereka berangkat. Di dalam perjalanan, Dino selalu ketinggalan keluarganya. Ia selalu tergiur dengan tempat yang baru dilihatnya. Ini membuat keluarganya cemas, sekaligus kesal. Tapi, meski sudah diberi peringatan, semua ucapan keluarganya hanya masuk telingan kanan keluar di telinga kiri. Dino tak pernah jera. Suatu kali, setelah dua hari berenang nyaris tanpa henti, Dino berkata ingin bermain. Tidak, lebih baik kamu disini saja, nanti kamu hilang lagi. Lagipula banyak sekali Hiu di sekitar sini, nanti kamu bisa jadi santapan lezat mereka, kata Bapaknya. Dino hendak membantah, tapi belum sempat ia bersuara Ibu langsung memperingatinya. Betul apa yang dikatakan Bapakmu, Dino. Di sini sangat berbahaya, kau masih kecil. Kalau kamu sudah dewasa, kami tak akan melarangmu lagi, kata Ibu dengan lembut.

Dino hanya bisa diam. Dengan terpaksa ia membantu Bapaknya berkemas. Mereka pun melanjutkan perjalanan. Musim dingin hampir datang, tapi mereka belum juga menemukan tempat yang bagus. Di tengah perjalanan, Dino melihat kebun rumput laut yang sangat indah. Ini sama seperti dalam mimpi Dino. Dino sangat tergoda, sehingga ia pergi ke arah berlawanan. Tanpa sadar berenang ke arah rumput laut dan meninggalkan keluarganya. Dino sangat tergoda melihat rumput laut yang bergoyang kesanakemari. Keluarga Dino sudah semakin jauh, namun Dino tetap saja bermain-main. Semakin lama Dino semakin jauh ke pedalaman. Tanpa sadar ia memasuki sebuah tempat yang sangat gelap, di mana tak ada satu hewan pun di sana, kecuali rumput laut raksasa. Dino baru sadar kalau ia sudah kehilangan arah juga keluarganya. Ia takut sekali. Ini membuatnya panik. Saking paniknya ia jadi berenang tak tentu arah hingga tersangkut di rumput-rumput aneh yang membentuk jaring raksasa. Dino menyangka kalau ia tersangkut di jaring manusia. Ini membuatnya sangat takut akan dijadikan santapan lezat. Dino menangis. Ibu. Ibu.., tolong aku, teriak Dino ketakutan. Maafkan aku, Bu. Aku gak akan bandel lagi. Aku akan nurut kata-kata Ibu, katanya sambil tersedu. Saat itu keluarga Dino sudah menyadari, bahwa salah satu anggota keluarganya ada yang hilang. Ibunya sangat cemas dan berbalik mencari anak bungsunya itu. Tapi, meski sudah berjam-jam ia Dino, tapi belum juga ketemu. Tak lama setlah jauh berjalan ia melihat hamparan rumput yang snagat indah. Ibu Dino mendapat firasat bahwa ke sanalah anaknya pergi. Tanpa ragu ia pun menyusuri hamparan rumput itu. Di suatu tempat ia mendengar rintihan Dino. Segera Ibu Dino mencari asal suaranya. Tak berapa lama ia pun melihat Dino yang tersangkut di rumput laut raksasa. Sang Ibu langsung menuju ke sana dan melepaskan anaknya. Dino menangis dan langsung memeluk Ibunya. Maafkan aku, Bu. Aku gak akan nakal lagi. Aku janji, Bu, kata Dino tersedu-sedu. Iya, kali ini Ibu maafkan. Tapi lain kali jangan ulangi lagi yah, Nak, kata Ibunya sambil tersenyum. Mereka kembali ke tempat Ayah dan kedua kakaknya menunggu. Ayah Dino langsung menasehati. Kali ini, Dino mendengarkan apa yang dikatakan ayahnya. Perjalanan kembali dimulai. Dino tak mau lagi berpisah dari ibunya. Ia tak mau lagi berpisah dari keluarga yang ia sayangi. Tak berapa lama kemudian keluarga tersebut menemukan tempat yang bagus untuk tinggal. Air lautnya hangat dan banyak makanan tersedia. Dino sangat senang, karena ia mempunyai banyak teman disana. Mereka akan tinggal di sana sampai musim dingin datang.

Takeshi dan Danau kejujuranPada zaman dahulu kala, hiduplah seorang penebang kayu yang sangat miskin. Ia mempunyai istri dan seorang anak. Mereka hidup di sebuah desa terpencil di Jepang. Si penebang kayu bernama Takeshi, istrinya bernama Ayumi, sedangkan anaknya bernama Toro. Takeshi selalu pergi ke hutan untuk menebang kayu. Kayu itu nanti akan dijual ke pasar sebagai kayu bakar. Setiap harinya Takeshi pergi ke hutan ditemani oleh kapak tua yang sudah bertahun-tahun bersamanya. Tanpa kapak tersebut, Takeshi tak akan bisa menebang kayu. Jadi, takeshi selalu merawatnya dengan baik. Pernah suatu hari, Toro ingin sekali ikut bersama ayahnya, tapi di hutan terlalu berbahaya. Toro masih kecil dan belum boleh keluar rumah. Pagi menjelang, sekarang waktunya Takeshi pergi ke hutan untuk menebang kayu. Ia pun pamit kepada istri dan anaknya. Entah kenapa, perjalanan hari ini sangat melelahkan dan terasa sangat jauh, tapi itu tidak mengurungkan niatnya untuk ke hutan. Sampailah Takeshi di hutan. Ia mulai memilih pohon mana yang akan ditebang, karena tidak semua pohon bisa dijadikan kayu bakar. Biasanya Takeshi hanya mengambil pohon yang sudah roboh. Selain mudah mengambilnya, kayunya pun sudah kering, jadi nggak perlu repot lagi untuk menjemurnya. Anehnya, tak ada satu pun pohon yang roboh. Setelah memilih-milih, akhirnya ia menemukan pohon yang pas sebagai kayu bakar. Pohon tersebut berada di dekat sebuah danau mungil yang indah sekali. Airnya sangat jernih. Tapi, Takeshi bingung, karena baru kali ini ia melihat danau mungil ini. Namun, ia tak mempedulikannya, Takeshi mulai menebang kayu dengan kapak yang sudah setia dengannya.. Sewaktu Takeshi mengayunkan kapaknya, tiba-tiba saja kapak tersebut lepas dari tangannya dan jatuh ke danau mungil tersebut. Ia sangat kaget dan bingung bagaimana cara mengambil kapaknya. Walaupun danau itu mungil, tapi airnya sangat dingin dan sangat dalam. Takeshi tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah dan berdoa semoga ada suatu keajaiban. Tiba-tiba saja air di tengah danau bergetar. Perlahan demi perlahan keluarlah seorang Putri yang sangat cantik, berambut panjang, bekulit putih seperti bidadari. Putri cantik tersebut membawa dua buah kapak. Kapak sebelah kanannya terbuat dari emas, sedangkan sebelah kiri terbuat dari perak. Takeshi sangat kaget dan takut. Apakah kau yang menjatuhkan sebuah kapak ke danauku? Tanya Putri. Benar, tak sengaja kapak saya terjatuh dan masuk ke danau, jawabnya dengan gugup.

Kapak mana yang kau jatuhkan? Yan ini atau yang ini? sang putrid memperlihatkan dua buah kapak tersebut. Tidak dua-duanya, Putri. Kapak saya hanyalah terbuat dari besi tua, bukan dari emas atupun perak, jawab Takeshi dengan jujur. Sang putrid tersenyum. Karena kau sudah jujur, maka kapak emas dan perak ini akan kuberikan kepadamu sebagai hadiah, karena kau sudah jujur, kata sang Putri dengan tersenyum dan memberikan kapak tersebut. Takeshi sangat kaget, ia tak menyangka akan mendapatkan hadiah sebesar ini berkat kejujurannya. Takeshi berterima kasih kepada sang Putri. Putri tersenyum hanya mengangguk, lalu kembali ke dasar danau dan menghilang. Takeshi pulang dengan hati yang sangat gembira. Sampainya di rumah, Takeshi langsung menceritakan hal ini kepada istri dan anaknya. Mereka sangat gembira dan langsung menjual kapak emas tersebut. Mereka pun menjadi kaya raya. Takeshi tak perlu lagi menebang kayu untuk menghidupi keluarganya. Kapak emas tersebut bisa menghidupi mereka sampai tujuh turunan, belum lagi kapak peraknya. Hal ini terdengar oleh tetangga mereka yang bernama Itachi. Itachi sangat iri, ia juag ingin kaya raya sepeti Takeshi. Esoknya, Itachi pergi ke hutan dimana Takeshi mendapatkan kapak emas tersebut. Tak lupa, Itachi juga membawa sebuah kapak besi tua untuk dijatuhkan ke danau. Kapak yang dibawa Itachi lebih besar dari kapak Takeshi, karena ia ingin mendapatkan emas yang lebih besar. Perjalanan dimulai, Itachi merasa lelah dan capek sekali, ia pun beristirahat dan mengisi perutnya. Dua jam sudah Itachi berjala, akhirnya ia menemukan hutan dimana Takeshi menemukan danau ajaib tersbeut. Dengan tampangnya yang serakah, Itachi masuk ke dalam hutan dan menemukan danau yang ia cari. Setelah berdiri di depan danau, Itachi langsung menjatuhkan kapaknya ke dalam danau. Tak lama keluarlah sang Putri dari dalam danau dengan membawa dua buah kapak. Kapak emas dan kapak perak. Putri tersenyum kepada Itachi. Apakah kau yang menjatuhkan kapak ke danauku? Tanya sang Putri. Iya, Putri. Tadi kapak saya terjatuh, jawab Itachi. Apakah kau menjatuhkan kapak yang ini atau yang ini? kata sang Putri sambil memperlihatkan kedua kapak tersebut. Benar, Putri. Kapak emas tersebut adalah milik saya, jawab Itachi berbohong . Sang Putri yang tadinya tersenyum berubah menjadi kemurkaan. Putri sangat marah. Kau berbohong, kapak itu bukanlah milikmu. Kapakmu hanya terbuat dari besi tua. Kau berbohong, bentak sang Putri, marah.

Itashi sangat kaget dan ketakutan langsung menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia tak tahu kalau Takeshi mendapatkan kapak emas tersebut, karena ia jujur. Ampun Putri, ampun, kata Itachi sambil berbohong kepada Putri. Kau sudah berbohong, aku hanya ingin menguji kejujuranmu. Kejujuranmu sudah dikalahkan dengan keserakahan. Kau harus diberi hukuman agak jera. Kau harus ikut denganku ke dalam danau dan menjadi pembantuku seumur hidup, kata sang Putri murka. Itachi sangat ketakutan. Dia tak mau pergi dari desa dan meningglakan anak dan istrinya. Lagipula Itachi tak akan sanggup hidup di dalam air, ia akan mati kehabisan udara. Ampun Putri. Saya berjanji tidak akan berbohong lagi, saya akan selalu jujur. Tapi, jangan masukkan saya ke dalam danau, sya bisa mati Putri, jawab Itachi gugup. Apa janjimu itu bisa aku pegang? Kalau kau berbohong lagi, aku akan datang dan akan membenamkanmu ke dalam danauku, gertak sang Putri. Itachi pun mengangguk ketakutan. Sang Putri masuk kembali ke dalam danau. Tiba-tiba saja danau tersebut menghilang, yang terlihat hanyalah hutan belantara. Itachi sangat takut dan langsung berlari pulang. Setahun kemudian, Itachi menjadi kaya raya. Ini karena ia selalu jujur dalam hal apapu, termasuk berdagang. Takeshi dan Itachi hidup rukun antar tetangga. Tak ada kebohongan dan mereka selalu jujur satu sama lain. Kejujuran sangat diperlukan dalam hidup ini, karena jujur adalah kunci kesuksesan.