Upload
others
View
45
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
12345678901234567890123456789012123456789012123456789012345678901234567890121234567890121234567890123456789012345678901212345678901212345678901234567890123456789012123456789012123456789012345678901234567890121234567890121234567890123456789012345678901212345678901212345678901234567890123456789012123456789012
Catatan Praktis Lobi & Negountuk Bisnis
12345678901234567890123456789012123456789012123456789012345678901234567890121234567890121234567890123456789012345678901212345678901212345678901234567890123456789012123456789012123456789012345678901234567890121234567890121234567890123456789012345678901212345678901212345678901234567890123456789012123456789012
12345678901234567890123456789012123456789012123456789012345678901234567890121234567890121234567890123456789012345678901212345678901212345678901234567890123456789012123456789012123456789012345678901234567890121234567890121234567890123456789012345678901212345678901212345678901234567890123456789012123456789012
Catatan Praktis Lobi & Nego untuk BisnisHarries Madiistriyatno © 2019
Penulis : Harries MadiistriyatnoPenyunting : Asep RachmatullahTata Letak : Indigo Media
Diterbitkan Oleh :Indigo MediaJl. Kalipasir No. 36 SukasariSukasari, Tangerang 15118Mobile : 0812.1000.7656Website : www.pustakaindigo.comEmail : [email protected]
xiv + 72 halaman; 15.5 x 23 cmCetakan I, November 2019ISBN 978-602-53153-9-8
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang.Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku initanpa izin tertulis dari penerbit.
v. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAROleh : Dr. Hj. Novi Andayani Praptiningsih, M.Si.Praktisi Komunikasi dan Bisnis
Meskipun Indonesia akhir-akhir ini banyak diterpa gonjang-ganjing
ekonomi dan bisnis, anak-anak muda bangsa ini (generasi milenial)
masih setia menggandrungi dunia entrepreneurship. Fenomena ini,
mungkin tidak nampak satu atau satu setengah dekade yang lalu.
Ada yang memulainya dari nol (keterbatasan modal) dan ada juga
yang mulai dengan dukungan finansial (modal) memadai. Ada yang
langsung memulai bisnis tanpa merasa perlu membuat rencana
bisnis terlebih dahulu, dan ada juga yang sangat berhati-hati dengan
mempertimbangkan berbagai risiko yang mungkin saja dapat terjadi
di kemudian hari.
Apa pun variabelnya, dunia bisnis di kalangan anak-anak muda
bangsa sedang bergairah dan dinamis. Berbagai inovasi sudah
bermunculan, berbagai pelatihan bisnis juga banyak diadakan untuk
menunjang kreativitas dan soft skill yang diperlukan dalam dunia
bisnis.
viCatatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Dari sekian banyak soft skill yang dibutuhkan, lobi dan nego
mempunyai peranan yang penting dalam menunjang keberhasilan
bisnis, terutama sewaktu menghadapi tantangan berkomunikasi
dengan berbagai pihak, mulai dari investor sampai pelanggan atau
customer. Tanpa dukungan soft skill yang memadai, upaya lobi dan
nego mungkin berjalan buntu tanpa hasil. Padahal, dalam lobi dan
nego dikenal istilah win-win solution. Artinya, masing-masing pihak
yang ikut terlibat dalam lobi dan nego dapat sama-sama win.
Itulah seninya!
Karena itu, saya sepakat dengan ungkapan “lobi adalah seni”.
Sebagai seni, praktik lobi dan nego bisa dipelajari dan dikuasai oleh
siapa pun. Langkah awalnya telah disediakan dalam buku ini, yang
berisi rangkaian catatan praktis bagi siapa pun yang hendak mulai
mempelajarinya. Keringkasan catatan-catatan di dalam buku ini bisa
menjadi kelebihan tersendiri di tengah padatnya kesibukan ataupun
hiruk-pikuk pernak-pernik kehidupan.
Selamat membaca!
Jakarta, September 2019
vii. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAROleh : Prof. Dr. Hamdy Hadi, DEAAkademisi dan Pelaku Bisnis
Salah satu “tantangan terbesar” yang dihadapi manusia sekarang
ini adalah keadaan dunia yang semakin luas sekaligus menyempit;
McLuhan menyebutnya sebagai global village, di mana individu yang
berada di ujung dunia tertentu dapat dengan mudah membangun
komunikasi dengan individu lainnya di belahan dunia lainnya yang
berjauhan sekalipun (borderless activity).
Salah satu konsekuensinya adalah bertemunya ragam budaya
umat manusia dalam suatu ruang-waktu tertentu, baik dalam ranah
sosial, politik maupun bisnis. Konsekuensi lebih jauhnya, benturan
kepentingan antarindividu pun sangat rentan terjadi, apalagi jika
individu-individu tersebut “belum mengetahui” bagaimana teknik/
cara menyelesaikan perbedaan kepentingan. Di sinilah pemahaman
antarbudaya menemukan momentumnya, khususnya bagaimana
komunikasi mampu menjembatani ragam perbedaan yang ada di
antara individu atau kelompok.
viiiCatatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Dalam konteks ini, dialog merupakan satu jalan keluar terbaik.
Jika kata dialog kadang “terkesan” digunakan untuk menyelesaikan
persoalan sosial-politik, maka istilah lain dari dialog pada konteks
dunia bisnis adalah lobi dan nego. Bahkan, lebih jauh lagi, dialog
atau lobi dan nego tidak hanya sekadar sarana dalam penyelesaian
konflik atau perbedaan, namun bisa juga menjadi “sarana” mencapai
tujuan-tujuan yang lainnya, misalnya memperbanyak teman atau
memperluas jaringan bisnis, mengedukasi konsumen, dan lain-lain.
Pada sisi lain, apabila mengamati perkembangan dunia bisnis
yang makin dinamis belakangan ini, khususnya dalam menyongsong
era “bonus demografi”, kemampuan dalam melobi dan bernegosiasi
menjadi soft skill yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan
soft skill lainnya yang sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis. Dengan
menguasai soft skill ini (lobi dan nego), pelaku bisnis diharapkan
tidak lagi “gagap” ketika harus berhadapan dengan ragam budaya
yang ada di lingkungan bisnisnya (konsumen, investor, rekanan atau
mitra usaha, pemasok, pesaing, pemerintah, dan lain sebagainya).
Karena konteks pertemuan antarbudaya dalam dunia bisnis
yang tidak dapat lagi dihindari tersebut, maka penerbitan buku ini
menemukan momentumnya, khususnya untuk dapat memberi
pemahaman mendasar menyangkut praktik lobi dan negosiasi yang
sebenarnya sangat urgen untuk dikuasai baik untuk para pembaca
umum ataupun pelaku bisnis pada khususnya.
Bagi pelaku bisnis, catatan praktis yang dikemukakan dengan
ringkas serta padat dalam buku ini dapat memberikan pemahaman
mendasar yang memadai dalam menguasai teknik-teknik tertentu
untuk memenangkan lobi dan nego, yang tentu dilakukan dengan
cara-cara yang elegan (fashionable manner). Bagaimanapun juga,
ixKata Pengantar
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
lobi dan nego merupakan bagian dari “seni” yang membutuhkan
keterampilan untuk dapat berkomunikasi dengan baik, yang dalam
pengertiannya yang penting dan positif tidaklah bertujuan untuk
menipu, tapi untuk membuat orang merasa yakin untuk melakukan
komunikasi yang benar.
Karena latar belakang penulis buku ini ialah seorang akademisi
sekaligus juga praktisi, maka catatan praktis yang dikemukakan
dalam buku ini dapat dikatakan merupakan sebuah upaya untuk
“membumikan” praktik lobi dan nego yang memang sangat perlu
dipahami sekaligus dikuasai untuk mencapai berbagai kepentingan,
terutama dalam dunia bisnis.
Jakarta, September 2019
xi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
PRAKATA PENULIS
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah menganugerahi kesehatan
dan keselamatan kepada penulis sehingga penulisan buku (judul)
ini bisa penulis selesaikan.
Sebagian besar materi dalam buku ini bersumber dari bahan/
catatan kuliah, makalah, tugas, dan juga berbagai buku teks. Ketika
hendak “meramu” naskah buku ini, apa yang terlintas dalam benak
penulis adalah bagaimana bisa menyajikan materi dalam buku ini
secara praktis dan popular sehingga buku ini harapannya mudah
dimengerti bahkan oleh pembaca awam sekalipun.
Ungkapan terima kasih ingin penulis sampaikan kepada istri dan
anak-anak penulis, yang selalu ceria menemani dan memotivasi
penulis dalam suka-duka selama penulisan naskah buku ini.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, dan karenanya, tidak
ada pula karya yang bisa mencapai atau bahkan bisa melampaui
xiiCatatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
kesempurnaan, sebab kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.
Semoga kehadiran buku ini dapat memberi manfaat yang sebesar-
besarnya bagi para pembaca, mahasiswa, pelajar, dan masyarakat
pada umumnya, baik manfaat keilmuan maupun manfaat praktis.
Karena buku sederhana ini masih jauh dari “sempurna”, penulis
sangat terbuka menerima kritik atau masukan yang membangun
untuk perbaikan (revisi) buku ini di masa mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, September 2019
xiii. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................... vKATA PENGANTAR ................................................................... viiPRAKATA PENULIS .................................................................... xiDAFTAR ISI .............................................................................. xiii
BAB IPENDAHULUAN ........................................................................ 1
BAB IILOBI ........................................................................................... 9Pengertian Lobi .............................................................................. 10Fungsi Lobi ..................................................................................... 19Persiapan Lobi ............................................................................... 22Pihak yang Tepat untuk Dilobi ...................................................... 24Strategi Lobi yang Efektif ............................................................... 28Kesimpulan .................................................................................... 32
BAB IIINEGO ....................................................................................... 35
xivCatatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pengertian Nego ............................................................................ 36Proses Nego ................................................................................... 43Tujuan Nego ................................................................................... 48Karakteristik Nego ......................................................................... 50Taktik Nego .................................................................................... 52Posisi Tawar Nego .......................................................................... 61Ciri-ciri Suasana Nego .................................................................... 65Kesimpulan .................................................................................... 71
BAB IVDIPLOMASI .............................................................................. 73Pengertian Diplomasi .................................................................... 74Tugas dan Fungsi Diplomasi .......................................................... 79Kesimpulan .................................................................................... 85
BAB VPENUTUP ................................................................................. 87
REFERENSI ............................................................................... 91INDEKS..................................................................................... 95TENTANG PENULIS .................................................................. 99
1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LOBI DAN NEGO: TINJAUAN KOMUNIKASI
Melobi adalah melakukan sebuah pembicaraan dengan orang lain.
Namun, pembicaraan yang dilakukan tersebut bukanlah sekadar
pembicaraan tanpa maksud dan tujuan yang jelas (terarah). Dalam
pembicaraan tersebut terkandung “proses komunikasi persuasif”
dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Karena melibatkan
proses komunikasi persuasif, dibutuhkan sentuhan tersendiri agar
pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik oleh lawan
bicara (komunikan). Jadi, pesan (informasi) yang ingin disampaikan
janganlah sampai disalahartikan. Lebih lanjut, supaya lawan bicara
tidak salah “mengartikan” pesan yang disampaikan, dibutuhkan
persiapan memadai (hlm. 22) serta dukungan pemahaman terkait
strategi lobi yang efektif (hlm 28-30) sebelum kegiatan lobi dimulai.
Dari penjelasan di atas, dan juga lantaran aktivitas lobi banyak
bersentuhan dengan dimensi komunikasi, kepatuhan pada prinsip-
prinsip komunikasi akan menentukan keberhasilan proses lobi itu
BAB IPENDAHULUAN
2Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
sendiri. Karena itu, berbagai hambatan komunikasi yang mungkin
terjadi dalam lobi (hlm. 30-32) perlu diperhatikan dengan seksama
baik oleh komunikator maupun komunikan.
Tidak berbeda jauh dengan lobi, kegiatan nego dan diplomasi
juga sangat berkaitan erat dengan dimensi komunikasi. Karena tak
terlepas dari dimensi komunikasi, yaitu komunikasi antarpribadi
yang juga melibatkan komunikasi persuasif, lagi-lagi kegiatan lobi
dan diplomasi harus patuh kepada “prinsip-prinsip komunikasi”,
terutama prinsip-prinsip yang berlaku secara universal, seperti The
5 Inevitable Laws of Effective Communication: menghormati
(respect), empati (empathy), terdengar (audible), kejelasan (clarity),
dan rendah hati (humble) (Mulianto, Cahyadi & Widjajakusuma,
2006).
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa penguasaan lobi,
nego serta diplomasi terdapat dalam keinginan untuk menerapkan
prinsip-prinsip komunikasi efektif, terlebih dalam dunia bisnis yang
menghargai serta menjunjung tinggi sikap kejujuran, ketulusan, dan
keramahtamahan.
Bagaimanapun juga, bisnis adalah seni membangun hubungan
dengan orang lain baik itu rekanan bisnis, pemasok ataupun dengan
kompetitor. Keengganan untuk membangun hubungan yang baik
tersebut sedikit banyak turut menciptakan anggapan yang negatif
di tengah-tengah khalayak (masyarakat) terkait lobi, nego ataupun
diplomasi. Akhirnya, kegiatan bisnis terlanjur dianggap semata-mata
hanya atas dasar kepentingan ekonomi.
Tanpa dilandasi keinginan membangun relasi yang baik dengan
orang lain (mitra bisnis), aktivitas lobi, nego serta diplomasi tidaklah
mungkin dapat mencapai win-win solution (menyelesaikan masalah
3Pendahuluan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
dan mencari titik temu) (hlm. 39). Oleh karena itu, diperlukan suatu
pemahaman menyangkut bagaimana melakukan nego yang baik
(hlm. 41) dengan tujuan hubungan (relasi bisnis) yang terbangun
dapat bertahan selama mungkin sekaligus bermanfaat bagi banyak
pihak. Sebagaimana kegiatan lobi, taktik dan strategi nego juga harus
dapat dipersiapkan dengan baik (hlm. 52-56), terutama karena hasil
akhirnya harus bisa memberi win-win solution bagi seluruh pihak
yang ikut terlibat dalam nego.
Poin-poin penjelasan pada konteks kegiatan lobi dan nego di
atas, sedikit banyak juga berlaku di dalam praktik diplomasi, karena
sejatinya praktik diplomasi juga tidak mungkin terlepas dari prinsip-
prinsip komunikasi yang efektif. Lagi-lagi, hanya dengan komunikasi
yang efektif pesan yang disampaikan bisa dimaknai dengan baik.
Selain itu, komunikasi efektif juga merupakan bagian penting dalam
rangka mengupayakan solusi, khususnya pada waktu menghadapi
konflik.
Sampai di sini, jelaslah kiranya bahwa kegiatan lobi, nego, serta
diplomasi tidak dapat dipisahkan dari proses dan prinsip-prinsip
komunikasi efektif. Dengan komunikasi yang efektif, hubungan dapat
dengan mudah terbangun, yang selanjutnya bisa membuka ruang
bagi komunikator dan komunikan untuk membicarakan berbagai
kepentingan dan tujuan lainnya.
Berkat komunikasi, hubungan atau relasi yang terbangun dapat
berlangsung dengan baik. Berkat relasi yang terbangun dengan baik,
pembicaraan berbagai kepentingan pun dapat dilakukan (dengan
mudah). Itulah seni dan prinsipnya, dan itulah tantangan terpenting
dalam lobi, nego, dan diplomasi, yang ternyata merupakan bagian
dari tantangan komunikasi.
4Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LOBI DAN NEGO DALAM PRAKTIK BISNIS
Meskipun buku ini diberi judul Catatan Praktis, sesungguhnya
catatan praktis yang dimaksud di sini bukanlah catatan praktis yang
membicarakan berbagai hal teknis pada situasi dan konteks yang
sangat spesifik. Dalam dunia bisnis, apa pun jenis bisnis yang sedang
digeluti, selalu ada unsur universal yang bisa menembus sekat pada
ruang-ruang yang sempit (spesifik). Contoh: si A sedang menekuni
bisnis penjualan buku, lalu si B sedang menekuni bisnis kuliner. Pada
kedua jenis usaha tersebut, terdapat prinsip-prinsip umum yang
dapat berlaku bagi keduanya, sekaligus terdapat segi-segi spesifik
yang tidak sama satu sama lainnya. Bahan baku yang dibutuhkan si
A adalah kertas, tinta, beserta lem yang diperlukan untuk mencetak
buku, sementara bahan baku si B adalah sayur-sayuran, rempah-
rempah dan bahan-bahan baku lain yang dibutuhkan untuk dapat
menyajikan makanan yang enak.
Dua bentuk bisnis tersebut jelas memiliki perbedaan pemasok
dan kompetitor. Tapi, di balik perbedaan tersebut terdapat prinsip-
prinsip umum yang dapat digunakan oleh keduanya dalam berbagai
situasi, yang dalam buku ini, situasi tersebut ada dalam proses lobi
dan negosiasi.
Meskipun pengertian lobi berakar dari kegiatan government
relations, sementara itu nego berakar dari hubungan di antara dua
pihak, dan diplomasi dari hubungan antarnegara, kesemua kegiatan
tersebut berlangsung dalam konteks hubungan antarmanusia dan
saling berkaitan satu sama lain. Karena berlangsung dalam konteks
hubungan antarmanusia, sementara bisnis juga dilandasi dengan
semangat hubungan antarmanusia, maka ketiga kegiatan tersebut
dapat berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung
bagi bisnis. Hanya saja, kita jarang menyadarinya, atau juga tidak
5Pendahuluan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
menyadari sepenuhnya betapa lobi dan nego bisa digunakan untuk
membantu mencapai tujuan bisnis kita.
Dengan demikian, praktik bisnis tidak bisa terlepas dari ketiga
kegiatan tersebut yang juga saling terkait satu sama lain. Terkadang
lobi dapat langsung berakhir dengan kesepakatan bersama (deal
business) dalam wujud transaksi dagang (jual-beli). Tapi adakalanya
juga diperlukan upaya/tahap lebih lanjut (nego) untuk mewujudkan
transaksi dagang tersebut.
Dengan persiapan memadai (hlm. 22), dukungan pemahaman
mengenai strategi lobi yang efektif (hlm 28-30) beserta memahami
berbagai hambatan komunikasi yang mungkin terjadi (hlm. 30-32),
lobi sangat mungkin menghasilkan kesepakatan bisnis yang dapat
menguntungkan kedua belah pihak. Apabila selama tahap lobi tidak
tercapai sebuah kesepakatan bisnis, kita dapat menyiapkan taktik
dan strategi negosiasi yang baik (hlm. 52-56) dan berkeinginan untuk
mencapai win-win solution (hlm. 48-50). Aspek penting lainnya yang
juga patut untuk selalu diingat adalah: kepatuhan terhadap hukum
komunikasi yang efektif!
7. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
PENGERTIAN LOBI
Kata lobi pada mulanya merujuk kepada sebuah tempat sebelum
masuk ke ruangan utama, atau dapat pula merujuk pada sebuah
tempat yang nyaman dan tenang di hotel atau tempat pertemuan.
Tempat itu biasanya digunakan untuk mengadakan pembicaraan
dan pendekatan di antara pihak-pihak yang melakukan pertemuan.
Dalam perkembangannya, kata lobi dimaknai pendekatan, yaitu
suatu pendekatan awal yang merujuk kepada tujuan yang saling
menguntungkan baik bagi salah satu maupun kedua belah pihak.
Kegiatan lobi juga tak hanya dibutuhkan individu guna memperoleh
“keuntungan” dari pihak lain, tapi juga diperlukan bagi kepentingan
organisasi.
Untuk organisasi, kegiatan melobi diperlukan demi suksesnya
“pelaksanaan” rencana-rencana bisnis. Dalam konteks ini, fungsi
agensi-agensi pemerintah sangat diperlukan dalam memberikan izin
BAB IILOBI
8Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
usaha, atau hak paten untuk memudahkan dan menguntungkan
organisasi. Dalam kondisi ini, lobi merupakan proses penyampaian
argumentasi-argumentasi untuk mendukung posisi organisasi baik
di hadapan individu (pejabat) maupun lembaga (pemerintah). Dalam
sebuah bisnis, lobi merupakan permulaan dari nego.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata lobi memiliki
dua arti. Pertama, adalah ruang teras di dekat pintu masuk hotel,
gedung, bioskop, dan sebagainya, yang dilengkapi perangkat meja
dan kursi, yang berfungsi sebagai ruang duduk atau ruang tunggu.
Kedua, lobi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk bisa
memengaruhi orang lain dalam kaitannya dengan pemungutan
suara menjelang pemilihan ketua organisasi, seperti parlemen atau
partai politik. Adapun pengertian melobi adalah melakukan suatu
pendekatan secara tidak resmi, sementara itu pelobian merupakan
Ruang Lobi di Sebuah Hotel
9Lobi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
proses, cara, upaya menghubungi atau melakukan pendekatan
(terhadap pejabat pemerintahan atau pemimpin politik) untuk bisa
memengaruhi sebuah keputusan atau permasalahan yang dapat
menguntungkan sejumlah orang. Usaha memengaruhi pihak lain
dalam memutuskan sebuah perkara atau permasalahan biasanya
dilakukan dengan cara berunding secara tidak resmi atau berunding
secara pribadi.
Lobi dilakukan dengan tujuan memengaruhi secara persuasif
supaya pihak lain mau memenuhi keinginan dan tujuan pihak yang
melobi. Kegiatan lobi bisa menambah jaringan koneksi di beberapa
sektor, sementara keberhasilan lobi dipengaruhi seberapa banyak
dan luas jaringan yang dimiliki oleh orang yang melobi.
Pelaksanaan Lobi
1. Pelobi
Kegiatan lobi bertujuan untuk memengaruhi pihak yang dilobi.
Kegiatan melobi dapat dilakukan secara perorangan (individu)
atau kelompok. Pelobi biasanya melakukan tekanan (pressure)
ketika kegiatan lobi berlangsung; pressure biasanya dilakukan
secara halus dan biasanya tidak disadari oleh pihak yang dilobi.
2. Pihak yang Dilobi
Pihak yang dilobi (sasaran lobi) biasanya adalah individu yang
berpengaruh, kelompok, lembaga swasta, lembaga pemerintah
atau nonpemerintah. Sasaran lobi ini juga bisa jadi merupakan
bagian dari upaya mendapatkan teman yang berguna (koalisi)
baik itu bagi pelobi maupun untuk perusahaan tempat pelobi
bekerja. Pihak yang berkomunikasi dalam proses lobi juga harus
10Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
punya kemauan bersama guna mengurangi berbagai perbedaan
pandangan agar proses lobi berlangsung efektif.
Target Lobi
1. Memengaruhi kebijakan;
2. Menarik dukungan;
3. Memenangkan prasyarat kontrak dalam kegiatan bisnis;
4. Memudahkan urusan;
5. Memperoleh akses untuk kegiatan berikutnya;
6. Menyampaikan informasi untuk memperjelas kegiatan.
Lobi dalam Pandangan Masyarakat
Kegiatan melobi ini biasanya bersifat mendesak dan dilakukan
dalam rangka merealisasikan suatu tujuan. Dalam melobi terdapat
unsur persuasi atau bujukan dalam rangka mencapai kepentingan
atau tujuan tertentu; orang yang dibujuk (dilobi) bisa legislator atau
seorang tokoh yang memang berpengaruh. Karena adanya upaya
persuasi atau bujukan, sebagian masyarakat memandang lobi tidak
etis.
Pandangan negatif tersebut tidaklah dapat disalahkan. Dalam
sebuah masyarakat yang sudah memiliki kesepakatan tentang nilai
baik dan buruk, kegiatan lobi cenderung dianggap kurang baik, sebab
pada lobi terdapat potensi hanya menguntungkan salah satu pihak,
sementara pihak yang lainnya dirugikan (pihak yang dilobi).
11Lobi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Akan tetapi, lobi juga mempunyai manfaat apabila ditinjau dalam
pengertian menyeluruh, terutama dalam mencapai tujuan individu
atau perusahaan. Dalam konteks ini, lobi dapat dimanfaatkan untuk
menyamakan persepsi mengenai banyak hal yang berkaitan dengan
keinginan dan tujuan masing-masing.
Perilaku (Lobi) yang Negatif
12Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Beberapa Pokok Pikiran tentang Lobi
1. Kegiatan lobi melibatkan beberapa pihak, yaitu pelobi dan yang
dilobi.
2. Sasaran atau pihak yang dilobi biasanya pejabat pemerintah,
politisi atau tokoh masyarakat yang mempunyai kekuasaan atau
pengaruh besar.
3. Kegiatan lobi dapat dilakukan secara individu atau kelompok,
sasarannya orang berpengaruh, kelompok, lembaga pemerintah
atau nonpemerintahan, perusahaan swasta dan lain sebagainya.
Sementara itu, lobi lebih efektif apabila dilakukan dalam suasana
informal. Karena lobi bisa bersifat informal atau tidak resmi, melalui
lobi bisa ditemukan peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan dan
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Lobi dalam Suasana Santai (Informal)
13Lobi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4. Kegiatan melobi bertujuan untuk memengaruhi berbagai pihak
yang dilobi.
5. Kegiatan lobi juga bisa dimaksudkan untuk memperoleh teman
yang berguna.
6. Terdapat unsur tekanan (pressure) yang dilakukan secara halus
selama proses lobi berlangsung.
7. Lobi adalah kegiatan yang bersifat infomal atau tidak resmi.
FUNGSI LOBI
Kegiatan lobi merupakan aktivitas komunikasi sirkular (dua arah)
antara dua pihak yang masing-masing memiliki kepentingan atau
tujuan. Dalam hal ini, salah satu pihak tidaklah dapat memaksakan
kehendaknya pada pihak yang lainnya. Penyampaian pesan secara
persuasif memang dominan selama lobi berlangsung. Pihak yang
melakukan lobi bisa mewakili dirinya sendiri, mewakili kepentingan
organisasi atau kelompoknya. Lobi mempunyai manfaat yang besar
bagi organisasi dan kepentingan publik.
Fungsi lobi adalah untuk memengaruhi keputusan atas suatu
masalah yang dapat menguntungkan sejumlah orang. Berikut ini
adalah lima aktivitas utama pelaku lobi (pelobi).
1. Membangun korelasi dengan organisasi yang lainnya, berbagai
kepentingan dan tujuan untuk melakukan usaha bersama dalam
memengaruhi wakil-wakil legislatif.
2. Mengumpulkan informasi dan menyiapkan laporan untuk para
legislator yang mewakili posisi organisasi dalam isu-isu kunci.
14Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. Melakukan kontak dengan individu-individu berpengaruh atau
wakil-wakil dari agensi yang menyatu.
4. Menyiapkan pengamat atau pembicara ahli untuk mewakilkan
posisi organisasi terhadap legislator.
5. Memusatkan debat kepada isi kunci, fakta dan bukti-bukti yang
mendukung posisi organisasi.
Melakukan Kontak dengan Individu-Individu Berpengaruh
15Lobi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Dilema Etis Pelaku Lobi (Pelobi)
Dengan semakin banyaknya lobi-lobi politik selama belakangan
ini, masyarakat kemudian bertanya-tanya mengenai transparansi
dalam proses lobi tersebut.
1. Kejujuran (Fairness)
Banyaknya praktik lobi yang tidak etis pada saat ini dikaitkan
dengan praktik lobi yang membayar pembuat kebijakan untuk
menghasilkan kebijakan yang menguntungkan mereka.
2. Transparansi (Transparency)
Ada tuntutan dari masyarakat agar proses lobi yang dilakukan
dapat dikontrol masyarakat. Dalam hal ini masyarakat menuntut
adanya akses luas yang memungkinkan mereka bisa terlibat
dalam proses pembuatan keputusan.
3. Kepentingan Umum (Common Good)
Bagaimanapun juga, para pelobi adalah pihak yang bertindak
atas kepentingan klien mereka. Hal ini tidak berbeda dengan
pengacara yang membela kepentingan kliennya. Karena itulah,
sekarang muncul tuntutan publik supaya para pelobi bertindak
bagi kepentingan umum.
PERSIAPAN LOBI
Untuk dapat melakukan lobi dengan baik, efektif, serta efisien,
dibutuhkan persiapan-persiapan yang baik dan landasan-landasan
yang kuat. Aspek penting dari aktivitas lobi adalah mempersiapkan
kasus-kasus dalam rangka mendukung tujuan organisasi. Untuk
menyiapkan kasus-kasus tersebut, berikut langkah-langkahnya.
16Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Siapkan dan sempurnakanlah argumen yang dapat mendukung
posisi organisasi;
2. Pelajari argumen yang berlawanan dengan posisi organisasi;
3. Pahami orientasi pihak mitra yang sedang dipengaruhi;
4. Buatlah pernyataan tertulis menyangkut dukungannya kepada
organisasi;
5. Lakukan komunikasi lanjutan (follow up) untuk memperkuat
posisi yang mendukungnya;
6. Cara berbicara harus jelas dan jangan terlalu cepat, mengatur
volume suara dan siapkanlah kata-kata dengan baik;
7. Memperhatikan sikap, pandangan mata, dan gerak gerik yang
membantu;
8. Sopan, saling menghormati, memegang teguh persaudaraan.
Menyiapkan Argumen dan Data Pendukung
17Lobi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
PIHAK YANG TEPAT UNTUK DILOBI
1. Kosmopolit (Cosmopolite)
Penyeberang perbatasan (boundary spanner) adalah anggota-
anggota organisasi yang memiliki kontak yang paling penting
dengan wakil-wakil lingkungan. Kosmopolit melakukan kedua
fungsi penting di atas, mengirimkan informasi dari organisasi ke
lingkungan dan menyalurkan informasi tersebut dari lingkungan
ke organisasi (feedback). Dalam batas tertentu, seluruh anggota
organisasi dapat melakukan fungsi penyeberangan perbatasan.
Penghubung ini ditemukan pada profesi public relations, media
relations, advertising, urusan SDM, dan penelitian. Organisasi
kosmopolit juga sering kali terdapat pada puncak atau dasar
hierarki organisasi.
2. Legislator
Mereka yang ikut terlibat dalam pembuatan undang-undang.
Kalangan pebisnis dan pelaku ekonomi dan industri merasa perlu
melakukan lobi dengan legislator untuk memudahkan urusan
yang berkaitan dengan perundangan tertentu.
3. Individu-individu yang Berpengaruh
Di setiap tempat, lingkungan atau organisasi pastilah terdapat
individu yang mempunyai pengaruh kuat. Orang-orang ini sering
dikenal sebagai informal leader atau opinion leader yang punya
pengaruh dan dipercaya oleh anggota lingkungan.
18Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kemampuan Melobi
Kemampuan melobi adalah sebuah pendekatan nonverbal yang
digunakan dalam hal mencapai kesepakatan (transaksi). Sebagai
bagian dari aktivitas komunikasi, lobi sering kali lebih efisien dalam
memengaruhi pihak lain untuk mengambil keputusan. Sebab itulah,
melobi ialah melancarkan persuasi, yaitu bagaimana memengaruhi
orang lain tanpa orang tersebut merasa sedang dipengaruhi.
Hal yang perlu Diperhatikan dalam Melobi
1. Empati, berusaha menempatkan diri pada situasi dan kondisi
komunikan. Ciptakanlah suasana konsensus supaya kerangka
referensi bisa terbentuk. Ketahuilah terlebih dulu sifat-sifat khas
yang dimiliki komunikan.
2. Buatlah janji terlebih dahulu untuk bertemu, jangan memaksa.
Persiapkan dengan baik segala sesuatu yang akan disampaikan;
apabila diperlukan, siapkanlah proposal atau dokumen lain yang
memang dibutuhkan.
3. Bersikaplah wajar, tenang, jujur, dan percaya diri.
4. Janganlah mengulangi kata-kata yang sama dalam waktu yang
pendek. Hal ini bisa menyinggung komunikan karena ia merasa
dianggap bodoh atau menjadikan komunikan salah memahami
pesan yang disampaikan (salah penafsiran).
5. Perhatikan kondisi psikologis komunikan. Jika komunikan lelah
atau tidak sehat, pembicaraan dapat dilakukan seperlunya saja.
6. Tepatilah janji yang sudah dibuat.
19Lobi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
STRATEGI LOBI YANG EFEKTIF
1. Urutan Prioritas
Siapa yang dilobi akan menentukan tempat dan waktu. Hal ini
terkait dengan:
a. Posisi jabatan, atau kewenangannya dalam memutuskan.
Apakah orang itu memiliki kewenangan mengambil sebuah
keputusan, atau hanya sekadar memberikan saran? Apabila
hanya memiliki kewenangan memberi saran, sejauh mana
tekanan (pressure) yang bisa dilakukannya;
b. Situasi psikologis dan sosiografis yang akan dibangun dan
disiapkan;
c. Anggaran yang disediakan;
d. Waktu dan tempat;
e. Kedalaman isi pesan, fakta, dan data yang memungkinkan
untuk disampaikan pada saat itu (tak semua fakta dan data
dapat diberikan di sembarang tempat)
2. Menyiapkan Argumen
Lobi yang berhasil adalah lobi yang didasari pendekatan yang
baik. Namun, lobi yang mampu “membantu” upaya pencapaian
tujuan organisasi atau perusahaan tidaklah sesederhana itu. Jadi,
lobi harus dilengkapi berbagai informasi dan data statistik yang
dibutuhkan untuk meyakinkan sasaran lobi.
3. Merumuskan Ide dan Usulan
Komponen yang dibutuhkan dalam membungkus sebuah ide
adalah:
20Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
a. Menjadikan ide seolah berasal dari sasaran lobi;
b. Ide pelobi dapat mendukung ide-ide yang dimiliki sasaran
lobi;
c. Ide pelobi seolah meringankan tugas sasaran lobi;
d. Ide pelobi akan bermanfaat besar bagi masyarakat luas.
Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Lobi
1. Apa yang dikatakan belum tentu didengar
Hambatan ini berupa kebisingan, kurang konsentrasi, kepekaan,
penyimpangan pada saat proses transmisi (jika memakai media
komunikasi).
2. Apa yang didengar belum tentu dimengerti
Siapkan Argumentasi dan Data Statistik yang Memadai
21Lobi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hambatan ini terjadi karena apa pun yang dapat didengar oleh
penerima informasi (komunikan), dipahami berdasarkan atau
dipengaruhi oleh: (1) pendidikan; (2) pengetahuan teknis yang
terkait dengan masalahnya; (3) kosa katanya. Semuanya adalah
kemampuan dan hambatan intelektual.
3. Apa yang dimengerti belum tentu diterima
Hambatan ini terjadi karena apa pun yang dimengerti penerima
pesan (komunikan), dalam arti mau/bersedia menuruti apa yang
disampaikan, dipengaruhi oleh: (1) faktor-faktor psikologis; (2)
sikapnya terhadap pihak lain; (3) perasaannya tentang hal yang
didiskusikan; (4) pengalaman sebelumnya dalam hubungan
dengan perusahaan atau organisasi ini (atau produknya); dan
(5) prasangkanya (termasuk rasa senang atau tidak senangnya
misalnya sewaktu berhubungan dan berkomunikasi dengan
orang yang merokok).
4. Pembicara atau pelobi mungkin saja tidak bisa mengetahui apa
yang sudah didengar, dimengerti dan diterima pendengar (pihak
yang dilobi)
Pembicara (pelobi) sering kali beranggapan bahwa pesan yang
disampaikannya tersebut benar-benar sudah dimengerti, dan
selanjutnya hanya akan menaruh perhatian kepada pernyataan
balasan. Padahal, pembicara (pelobi) perlu memeriksa kembali
efektivitas komunikasinya.
Oleh sebab itu, dalam proses komunikasi dua arah dibutuhkan
kemampuan untuk bisa menyampaikan pesan secara efektif kepada
lawan bicara (komunikan), dan pada waktu yang bersamaan harus
22Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
bisa menangkap secara cepat apakah lawan bicara telah mendengar,
memahami, dan menerima pesan yang disampaikan. Itu saja belum
cukup. Setelah pengirim pesan mengetahui respon lawan bicaranya,
pengirim pesan harus dapat menanggapi respon tersebut dengan
cara yang benar dan disukai lawan bicara.
KESIMPULAN
Bagi individu atau organisasi, lobi bisa digunakan untuk menunjang
keberhasilan bisnis, misalnya untuk memenangkan kontrak bisnis,
mempermudah urusan bisnis (terutama ketika berurusan dengan
pemerintah), memperoleh akses bagi kegiatan bisnis, dan lain
Dalam lingkungan bisnis, lobi dapat digunakan antara lain untuk
memenangkan kontrak bisnis, mempermudah urusan bisnis, atau
memperoleh akses bagi kegiatan bisnis, dan lain-lain.
Sebagai kegiatan yang cenderung bersifat informal (tidak resmi),
penyampaian pesan secara persuasif sangatlah dominan selama
proses lobi berlangsung.
Meskipun bersifat informal, lobi perlu dipersiapkan dengan baik,
antara lain adalah dengan menyiapkan berbagai argumentasi yang
meyakinkan, memahami orientasi pihak yang akan dilobi, dan lain-
lain.
Ketika lobi sedang berlangsung, pesan yang hendak disampaikan
harus diutarakan sejelas mungkin supaya bisa terhindar dari salah
pengertian. Selain itu, suasana lobi juga harus didukung oleh sikap
saling menghormati satu sama lain.
23Lobi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Guna menunjang keberhasil lobi, kita sebaiknya memperhatikan
strategi lobi yang efektif dan sekaligus memahami hambatan dalam
komunikasi yang sangat mungkin terjadi selama lobi berlangsung.
25. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB IIINEGO
PENGERTIAN NEGO
Nego adalah sebuah proses untuk memperoleh sesuatu yang pada
saat itu tidak menjadi milik kita. Tanpa disadari, kita sudah terlibat
dengan proses nego di sepanjang hidup kita. Hanya saja, kita tidak
menyadari apabila sedang melakukan nego. Ketika melakukan nego
sikap kita akan cenderung berusaha memengaruhi sasaran kita.
Karena itu, bersikap positif ketika melakukan nego adalah sikap yang
mutlak diperlukan.
Dalam proses nego, kedua pihak yang ikut terlibat menginginkan
kemenangan, sementara nego dapatlah dikatakan berhasil apabila
kedua pihak mendapatkan apa yang diinginkan (win-win). Apabila
seorang negosiator menanggapi situasi dengan pikiran “Saya harus
menang, dan saya tidak peduli dengan kondisi lawan”, di situlah
sebenarnya bencana sudah di ambang pintu.
26Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) nego adalah proses
tawar menawar dengan cara berunding guna mencapai kesepakatan
bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak
yang lainnya (kelompok atau organisasi), penyelesaian sengketa
secara damai melalui perundingan antara pihak yang bersengketa,
melakukan (mengadakan) tawar-menawar melalui perundingan
untuk mencapai kesepakatan
Upaya Mencari Titik Temu dari Perbedaan Pendapat
Konsep nego sama-sama menang tidak selalu didasarkan pada
pertimbangan etika. Apabila dua pihak yang berbisnis puas dengan
keputusan yang ditempuh, mereka tentunya akan bersedia untuk
bekerja sama kembali di masa mendatang. Dalam proses nego,
pihak-pihak yang terlibat mempunyai kedudukan yang sama; tidak
ada pihak merasa lebih tinggi dari pihak lainnya.
27Nego
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Keberhasilan nego dapat dicapai dengan kerja sama. Artinya,
terdapat keinginan untuk bersama-sama mencari titik temu dari
perbedaan-perbedaan yang muncul sepanjang nego berlangsung.
Oleh karena itu, nego sebaiknya dijadikan sebagai suatu sarana
untuk menjalin hubungan jangka panjang. Dalam hal ini, terdapat
keyakinan bahwa hal yang berarti bagi kita akan berarti pula bagi
lawan.
Lalu, mengapa seseorang ingin melakukan nego? Berikut ini
adalah lima alasan mengapa seseorang ingin melakukan nego.
1. Pihak A menginginkan sesuatu hal yang masih ada dalam kontrol
Pihak B;
2. Pihak B juga menginginkan sesuatu ada dalam kontrol Pihak A;
3. Untuk mendapat kesepakatan yang saling menguntungkan;
4. Untuk menyelesaikan masalah dan mencari titik temu;
5. Supaya bisnis atau usaha bisa tetap bertahan.
Sementara itu, untuk menjadi seorang negosiator yang baik,
lima hal berikut ini perlu diperhatikan secara seksama.
1. Konsisten dan tetap teguh pada tujuan yang ingin dicapai;
2. Kemampuan untuk mengutarakan pemikiran;
3. Strategis dan menguasai keadaan;
4. Berpikir kreatif;
5. Komunikatif dan bisa melakukan komunikasi persuasif;
28Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Terdapat beberapa anggapan yang berkaitan dengan negosiator
yang baik:
1. Selalu sukses 100%
2. Terbiasa dan selalu berani mengambil risiko
3. Hanya mengandalkan intuisi
Ketiga anggapan di atas merupakan anggapan yang mungkin
cenderung harus melekat di dalam diri seorang negosiator. Namun
demikian, keberhasilan seorang negosiator sangatlah ditentukan
berbagai persiapan yang dapat dilakukan, didukung teknik-teknik
negosiasi yang sudah dikuasasi, pengalaman melakukan negosiasi,
serta yang terpenting sikapnya sepanjang proses nego berlangsung.
Kegagalan dalam negosiasi sering kali bukanlah karena masalah
harga atau mutu barang yang tidak sesuai, tapi lebih kepada tidak
adanya niat baik pada satu pihak untuk bernego, sikap egois, tidak
kooperatif dan akomodatif. Hal-hal lainnya yang bisa menyebabkan
kegagalan negosiasi adalah kesenjangan hubungan, kekhawatiran
kalah, agenda tersembunyi dan ketidakterbukaan, konflik pribadi
antara peserta nego, masalah budaya atau bahasa, dan kurangnya
atau tidak adanya wewenang untuk melakukan negosiasi.
Nego yang Baik
1. Menciptakan Kondisi yang Tepat
Kondisi tepat yang harus dibangun di tahap-tahap permulaan
ini amat penting untuk bisa menciptakan iklim. Pembahasan
29Nego
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
menyangkut hal ini akan dikemukakan secara lebih jelas dalam
pembahasan tentang tahap pembukaan nego.
2. Mengusahakan Skala Waktu yang Tepat
Sepanjang dialog berlangsung di antara kedua pihak, terdapat
skala waktu tertentu yang oleh kedua belah pihak diakui dapat
diterima. Negosiasi sudah dimulai pada waktu kedua belah pihak
menentukan waktu dan tempat untuk melakukan negosiasi.
3. Menyiapkan dan Mengemukakan Informasi secara Efektif
Pembicara perlu memberikan prioritas pada aspek efektivitas
komunikasi, karena komunikasi memerlukan partisipasi pihak-
pihak yang terlibat dalam interaksi. Keterbukaan guna memberi
informasi secara lengkap akan membantu pihak lain dalam
memahami apa yang menjadi tujuan serta keinginan seluruh
pihak yang terlibat. Informasi yang tidak lengkap serta tidak
sempurna akan menimbulkan adanya dugaan dan prasangka.
4. Mendengarkan secara Efektif
Menjadi pendengar yang baik merupakan syarat utama untuk
menjadi seorang negosiator yang baik. Dalam hal ini, seseorang
akan mengetahui secara pasti kehendak dari lawan bicaranya
apabila dapat menjadi pendengar yang baik. Di sini, dibutuhkan
konsentrasi penuh dan konsistensi untuk memperhatikan
ucapan lawan bicara. Pendengar yang tidak efektif hanya terikat
pada pikiran dan perspektifnya sendiri sehingga akan kesulitan
memperoleh pandangan yang tepat tentang situasi pihak lain.
5. Mengatasi Hambatan Bahasa Kedua
Pengalaman menunjukan jika terdapat dua pihak yang berbicara
dengan bahasa asing yang mereka tidak familiar, maka terdapat
30Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
kecenderungan orang tersebut akan memberikan konsentrasi
ekstra untuk memahami maksud pembicaraan. Oleh karena itu,
negosiasi yang prosesnya menggunakan bahasa asing justru
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan menggunakan
bahasa yang sama-sama dimengerti oleh kedua belah pihak.
PROSES NEGO
Nego ialah proses di mana terdapat dua pihak yang mempunyai
keinginan dan kepentingan berbeda tapi sama-sama mempunyai
keinginan untuk duduk bersama untuk mendapatkan kesepakatan.
Tahap-tahap nego, yang meliputi eksplorasi, tahap penawaran,
tahap tawar-menawar, tahap penyelesaian dan tahap pengesahan,
harus dimulai dengan tahapan pembukaan. Nego sebaiknya tidak
langsung dimulai dengan agenda pokok. Dalam hal ini, lima persen
dari waktu nego digunakan untuk mencairkan suasana (memecah
kebekuan). Tahap pembukaan dalam nego merupakan momen yang
menentukan dalam menciptakan suasana nego.
Sebaiknya kita bisa menyiapkan penampilan dan kenyamanan
perasaan kita. Jika kita pihak yang diundang, kita bisa pergi ke kamar
kecil terlebih dulu untuk memastikan bahwa penampilan kita layak
dan segar. Penampilan kusut dan tidak segar menimbulkan sebuah
keadaan tidak menyenangkan dan tampak tidak menghargai pihak
mitra
Pembukaan sebaiknya dilakukan berdiri, sebab keterampilan
sosial lebih mudah dilakukan sambil berdiri daripada duduk, seperti
saling memperkenalkan diri dan berjabatan tangan. Jika anggota
nego sedikit, dapat dibuat lingkaran kecil, sementara jika anggota
31Nego
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Membangun (Mencairkan) Suasana Tahap Awal Nego dalam Rapat Bisnis
lebih dari lima orang maka bisa dibuat dua kelompok. Perkenalan
dapat berlangsung natural dan membantu percepatan pencairan
suasana jika perkenalan awal dilakukan sambil berdiri.
Kesan Pertama saat Pembukaan NEGO
1. Kontak Mata atau Gerakan Mata
Kontak mata dengan pihak mitra memperlihatkan bahwa kita
fokus kepada materi yang dibicarakan. Kontak mata dilakukan
sedemikian rupa tanpa terlihat mengancam. Gerakan mata yang
tak fokus (melihat kiri-kanan) menunjukkan bahwa kita tidak
fokus dan memerhatikan materi yang dibicarakan. Kontak mata
dan gerakan mata ini dapat mencerminkan keterbukaan atau
sembunyi-sembunyi (kepercayaan atau kecurigaan).
32Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Sikap Badan
Sikap badan yang perlu diperhatikan adalah kepala, punggung,
bahu serta pakaian. Sewaktu masuk ke tempat nego, punggung
dan bahu sebaiknya tegak. Posisi tegak dan bahu yang terbuka
(tidak membungkuk atau tangan bersedekap) memperlihatkan
bahwa kita mempunyai minat serta perhatian tinggi terhadap
mitra nego.
3. Gerakan Sentuhan
Jabatan tangan dapat ditafsirkan sebagai bentuk dukungan yang
kuat, licik atau wajar. Usahakan untuk tetap melakukan kontak
mata ketika bersalaman dan hindari mata mengarah ke tempat
lain ketika bersalaman; hal ini untuk menghindari kesan tidak
menghargai. Bagaimanapun juga, perasaan tidak dihargai yang
hadir di awal proses nego akan mengganggu proses selanjutnya.
Hati-hati dengan gerakan spontan, seperti menepuk punggung
Kontak Mata Menunjukkan Fokus pada Pembicaraan
33Nego
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
pihak mitra pada saat bersalaman, karena ada sebagian budaya
menganggap menepuk punggung sebagai tanda superioritas.
4. Cepat dan Cekatan
Cepat dalam segi ini adalah kecepatan bergerak ketika memberi
salam, memasuki ruangan dan kecepatan kedua pihak pada saat
berbicara satu sama lain. Waktu lenggang kerap menyebabkan
melambatnya seluruh proses nego.
TUJUAN NEGO
Tujuan nego ialah untuk memperoleh suatu keputusan bersama
mengenai suatu masalah yang diperdebatkan. Tujuan lainnya dari
nego adalah sebagai berikut.
1. Guna menyelesaikan konflik dan perdebatan sebab perbedaan
pendapat dalam proses nego;
2. Untuk mendapatkan kesepakatan dan jalan keluar dari hal-hal
yang dinegosiasikan;
3. Untuk menghindari hal-hal negatif yang bisa timbul dari proses
nego seperti perbedaan pendapat dan pertikaian karena setiap
pihak mempertahankan pendapatnya masing-masing;
4. Untuk meleburkan dan menyatukan perbedaan pendapat.
34Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KARAKTERISTIK NEGO
Proses nego mempunyai beberapa karakteristik penting untuk
membentuk komponen-komponen nego. Beberapa karakteristik
dalam nego antara lain adalah:
1. Terdiri dari Minimal Dua Orang atau Lebih
Nego tidak akan berjalan apabila pesertanya hanya satu orang;
diperlukan minimal dua orang atau lebih. Nego bisa berlangsung
di antara penjual dan pembeli, seorang ayah dengan anaknya,
pemilik perusahaan dengan investor, dan lain sebagainya.
Dua Individu Berusaha Mencapai Kesepakatan atas Suatu Persoalan
35Nego
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Ada Hal atau Masalah yang Dinegokan
Nego tidak bisa disebut nego apabila tidak ada hal atau masalah
yang dinegokan antarkedua belah pihak. Masalah yang muncul
biasanya disebabkan tidak dicapainya kesepakatan bersama.
Masalah dan konflik dapat saja muncul karena tidak ada pihak
yang mau mengalah dengan pendapat pihak lainnya.
3. Melibatkan Barang atau Jasa
Proses nego biasanya melibatkan sebuah barang atau jasa yang
dirundingkan atau didiskusikan kedua belah pihak. Barang atau
jasa tersebut adalah poin penting yang menjadi alasan penting
atau utama mengapa sebuah nego perlu dilakukan.
4. Melibatkan Orang Lain
Nego terkadang juga memerlukan bantuan pihak ketiga yang
disebut negosiator, terutama ketika pihak pertama dan kedua
yang melakukan nego tidak menemui titik temu kesepakatan.
Seorang negosiator biasanya memiliki kemampuan atau skill
nego yang baik.
5. Menggunakan Bahasa Lisan, Ekspresi Wajah, dan Gerak Tubuh
Nego dilakukan dengan penuturan dan penyampaian kata-kata
yang jelas agar maksud yang ingin dicapai itu dapat disampaikan
dengan baik. Penyampaian kata-kata tersebut menggunakan
bahasa lisan yang mudah dipahami, tak berbelit-belit dan jelas.
Nego biasanya memanfaatkan ekspresi wajah dan gerak tubuh
yang sesuai untuk mendukung penyampaian maksud yang ingin
disampaikan.
36Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6. Adanya Kesepakatan di antara Kedua Belah Pihak
Nego pada akhirnya menghasilkan keputusan bersama di antara
kedua pihak, meskipun pada prosesnya tak jarang timbul konflik
dan pertentangan di antara kedua belah pihak yang bersikukuh
dengan pendapatnya masing-masing. Keputusan didapatkan
sesudah salah satu pihak mengalah dan menyepakati keputusan
yang diutarakan pihak lainnya.
7. Pengambilan Keputusan Kelompok
Nego tidak hanya dilakukan secara perorangan (antarindividu).
Nego juga bisa dilakukan dalam suatu kelompok atau organisasi.
Nego pada kelompok dilakukan dalam rangka untuk mengambil
keputusan kelompok.
TAKTIK NEGO
Taktik merupakan “siasat” atau “akal” yang dirancang dan akan
dilaksanakan dalam permainan baik itu secara perorangan maupun
kelompok untuk memenangkan suatu persaingan bisnis .
1. Membuat Agenda
Taktik ini harus digunakan untuk memberikan waktu kepada
pihak-pihak yang berselisih sehingga setiap persoalan yang ada
dapat diselesaikan secara berurutan. Teknik ini juga digunakan
untuk mendorong pihak-pihak yang berselisih supaya mencapai
kesepakatan
37Nego
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Bluffing
Taktik klasik yang digunakan negosiator guna mengelabui lawan
berundingnya dengan mendistorsi kenyataan dan membangun
gambaran yang tidak benar.
3. Membuat Tenggat Waktu (Deadline)
Taktik ini dipakai apabila salah satu pihak yang berunding ingin
mempercepat penyelesaian perundingan dengan memberikan
tenggat waktu pada lawan agar segera mengambil keputusan.
4. Good Guy Bad Guy
Taktik ini digunakan lewat cara menciptakan tokoh “jahat” dan
“baik” kepada salah satu pihak. Tokoh “jahat” berfungsi menekan
lawan supaya pandangan-pandangannya selalu ditentang pihak
lawan, sedangkan tokoh “baik” ini yang akan menjadi pihak yang
dihormati lawan; pendapat-pendapat yang dikemukakannya
dapat menetralisir pendapat tokoh “jahat” sehingga bisa diterima
lawan berundingnya.
5. The Art of Concession
Taktik ini diterapkan dengan selalu meminta konsesi dari lawan
berunding atas setiap permintaan pihak lawan berunding yang
akan dipenuhi.
6. Intimidasi
Taktik ini digunakan jika salah satu pihak menciptakan ancaman
terhadap lawan berundingnya untuk menerima penawaran yang
ada, serta menekankan konsekuensi yang akan diterima apabila
tawaran tersebut ditolak
38Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Strategi Nego
Dalam proses melakukan nego, diperlukan strategi yang tepat
supaya hasil yang dicapai maksimal. Berikut ini adalah empat strategi
nego yang dipilih.
1. Win-Win
Strategi ini dipilih jika pihak-pihak yang berselisih menginginkan
penyelesaian masalah bisa menguntungkan kedua belah pihak.
Strategi ini juga dikenal juga sebagai integrative negotiation.
2. Win-Lose
Strategi ini dipilih karena pihak-pihak yang bertentangan hendak
mendapatkan hasil sebesar-besarnya dari penyelesaian masalah.
Dengan menerapkan strategi ini, pihak-pihak yang berselisih
saling berkompetisi mendapatkan hasil yang mereka inginkan.
3. Lose-Lose
Strategi ini pada umumnya dipilih sebagai akibat kegagalan dari
pemilihan strategi yang “tepat” dalam sebuah nego. Akibatnya,
para pihak yang berselisih tak mendapat hasil yang diharapkan.
4. Lose-Win
Srategi ini dipilih jika salah satu pihak sengaja mengalah untuk
mendapatkan manfaat dengan kekalahan mereka.
Empat Jenis Negosiator
1. Negosiator Curang
Seorang negosiator yang curang hanya memikirkan bagaimana
memenangkan nego serta mengalahkan lawannya. Baginya,
39Nego
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
yang terpenting adalah memenangkan nego. Oleh sebab itu,
segala cara dapat digunakannya (menghalalkan segala cara).
2. Negosiator Profesional
Negosiator profesional dapat mengetahui apa yang sedang
dinegosiasikan serta bagaimana dapat memperoleh apa yang
diinginkan. Negosiator profesional memiliki pengetahuan serta
keterampilan bernego yang baik, dan juga mengetahui berbagai
hal tentang lawan negonya.
3. Negosiator Bodoh
Negosiator bodoh cenderung menghendaki kekalahan untuk
kedua belah pihak. Tidak peduli apa pun yang dilakukan lawan,
negosiator bodoh akan berusaha sekuat tenaga agar tidak ada
yang bisa keluar sebagai pemenang; yang terpenting baginya
adalah tidak ada pemenang dalam nego.
4. Negosiator Naif
Negosiator naif adalah negosiator yang tak siap untuk bernego.
Ia tidak tahu pokok persoalan yang akan dinegosiasikan. Bahkan
ia cenderung percaya begitu saja terhadap lawan negonya. Jika
perlu, negosiator naif akan bersedia memberikan apa pun yang
diminta musuhnya. Oleh karena itu, pihak lawan dapat menang
dengan mudah.
Tim Nego
Apabila dua atau tiga negosiator bersama-sama mewakili satu
pihak, mereka memerlukan keterampilan khusus bekerja sebagai
satu tim. Berikut adalah hal penting dalam tim.
40Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Menjamin kerja sama
2. Komunikasi antaranggota tim
3. Mempunyai unsur yang memuaskan dalam nego
Memuaskan anggota tim bisa jauh lebih penting dari persoalan
bernego dengan pihak lain. Kesukaran dengan rekan satu tim dapat
mengganggu dibandingkan kesulitan bernego dengan pihak lain.
Apabila dibutuhkan beberapa ahli lagi, kehadiran mereka haruslah
sebagai penasihat anggota tim, tidak sebagai anggota penuh. Tim
penasihat yang terdiri dari para spesialis akan menjadi pendukung
yang efektif jika mendapatkan pelatihan berupa:
1. Penyajian informasi;
2. Taktik-taktik dalam nego;
3. Kerja sama tim;
4. Persiapan.
Berapa Jumlah Anggota Tim nego?
1. Besarnya Kelompok
Jika tidak dibatasi, kelompok kerja akan menjadi sangat besar;
karena itu, tim tidak mungkin melibatkan seluruh orang. Dalam
nego, kita berurusan dengan sebuah kelompok yang terdiri dari
dua tim dan maksimal beranggota empat orang.
41Nego
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Pengendalian Tim
Jumlah empat anggota dalam tim memudahkan pengendalian.
Pemimpin tim dapat mengkoordinir serta bertanggung jawab
sekaligus memiliki rentang kendali yang terjangkau.
3. Tingkat Keahlian
Pada negosaisi yang berlangsung lama serta rumit, dibutuhkan
tingkat keahlian atau perspektif yang bermacam-macam dari
setiap tim. Akan tetapi, dalam pertemuan nego mana pun tidak
mungkin mengambil lebih dari empat pespektif yang berlainan.
4. Perubahan Keanggotaan
Tidak perlu mempertahankan keanggotaan tim yang sama dari
awal sampai akhir. Saat nego berkembang, terjadi perubahan
kebutuhan akan bentuk-bentuk keahlian tertentu.
POSISI TAWAR NEGO
Berikut ini adalah tiga posisi tawar untuk dapat meningkatkan
posisi nego dan memberikan keuntungan dalam proses nego.
1. Memiliki Keunggulan Daya Saing
Dengan memiliki bargaining power yang tinggi, negosiator bisa
memengaruhi jalannya nego ke arah yang diinginkan. Contoh:
apabila kita adalah seorang penjual, kita minimal harus memiliki
dua atau lebih pembeli. Dalam prinsip persuasi hal ini disebut
prinsip validasi sosial dan prinsip kelangkaan yang membuat
produk kita menjadi berharga tinggi karena terlihat laku dan
terasa terbatas untuk dapat memilikinya. Daya saing unggul juga
bisa didapatkan dari nilai tambah yang memang tidak dimiliki
42Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
oleh pesaing, kelebihan posisi atau sumber daya, keterbatasan
jangkauan dan waktu yang ditetapkan sebelum menerapkan
suatu ancaman. Menciptakan urgensi bisa dibuat sebagai suatu
implementasi dari prinsip kelangkaan. Selanjutnya, negosiator
harus menggunakan prinsip rasa suka sehingga dapat menjalin
keakraban dan juga membangun rasa kepercayaan sehingga
memperlancar proses nego. Kesepakatan dapat diraih lebih
cepat apabila menerapkan prinsip persuasi, misalnya mencari
kesamaan atau menonjolkan kedekatan.
2. Keyakinan Diri yang Kuat
Prinsip persuasi yang dipakai ialah otoritas di mana negosiator
harus memiliki kepercayaan tinggi dan bersikap selayaknya ahli
tanpa menunjukkan rasa takut atau mengekspos kelemahan.
Kepakaran yang dipersepsikan pada proses nego dapat berupa
kepemilikan wawasan yang luas serta pengetahuan yang lebih
banyak dari pihak lawan. Negosiator juga perlu mengembangkan
kemampuannya di bidang psikologi, meningkatkan keahlian
sosial dan interpersonal, mempelajari prinsip-prinsip persuasi.
Negosiator bisa memperoleh dukungan dari orang atau pihak
yang dianggap sebagai otoritas berpengaruh bagi lawan nego.
Penggunaan simbol-simbol, aksesoris, busana, bahasa lisan dan
tubuh bisa dimanfaatkan untuk menambah kekuatan karisma
sang negosiator.
3. Kreativitas yang Fleksibel
Negosiator yang baik harus siap mengaplikasikan exit strategy
apabila proses nego menemui jalan buntu. Namun, negosiator
ulung dapat berinovasi dengan menyiapkan atau mempunyai
banyak solusi potensial tanpa perlu mengorbankan banyak poin
43Nego
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
penawaran dengan berpikir kreatif. Tetapi, sekali lagi ditekankan
bahwa persiapan ialah kunci penting dalam nego. Pengumpulan
data intelijen dan informasi dini memang mutlak diperlukan.
Segala kemungkinan harus dapat diprediksi serta dipersiapkan
supaya arah nego tidak keluar jalur dan bisa diselaraskan sesuai
tujuan awal. Perencanaan kerangka pembicaraan sebagai haluan
beserta jalan-jalan pembicaraan alternatif memang mesti ditulis
sebelum pertemuan dilangsungkan. Hal ini membutuhkan riset
intensif dan keahlian mendengar yang sangat fokus.
Proses Penciptaan Suasana Nego
Setiap proses nego memiliki suasana yang khas dan tidak sama.
Suasana pada satu nego bisa saja tegang, tak mengenal kompromi,
dan kaku, sementara proses nego yang lainnya mungkin suasanya
lamban, membosankan, dan banyak menghabiskan waktu. Suasana
nego yang lainnya dapat saja hangat, ramah, dan kreatif, sementara
yang lainnya bisa jadi dingin, resmi, dan sangat ketat.
Dalam waktu yang pendek, seluruh pihak yang bertemu pada
tahap awal nego akan membangun suasana yang dapat bertahan
lama, dan hampir tak mungkin diperbaiki lagi setelah itu. Suasana
yang telah tercipta bisa menjadi hangat atau dingin, kooperatif atau
curiga, kerja sama atau sikap bertahan diri. Nego kemudian dapat
berlangsung cepat atau lambat. Pola yang diutamakan pun telah
dijelaskan: siapa yang bicara, berapa banyak, dan seterusnya. Bahkan
taktik yang digunakan mungkin saja telah diakui pihak lawan. Aspek-
aspek suasana ini tidak saja dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada
saat-saat awal nego, namun juga oleh apa yang telah terjadi selama
masa persiapan sebelum kedua pihak bertemu. Suasana nego juga
44Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
mungkin akan dipengaruhi oleh apa yang akan terjadi kemudian
selama berlangsungnya nego. Tetapi, kesan yang muncul pada saat-
saat pembukaan nego mampu bertahan lebih kuat daripada yang
muncul sesudahnya.
CIRI-CIRI SUASANA NEGO
Untuk mencapai suasana yang penuh kerja sama, dibutuhkan
waktu. Sebab itu, tidak ada gunanya langsung membahas aspek-
aspek bisnis dari pertemuan. Kedua belah pihak memerlukan waktu
yang cukup untuk ada pada gelombang suasana yang sama untuk
dapat menyesuaikan pemikiran dan perilaku mereka satu sama lain.
Sebelum mempertimbangkan cara yang ingin digunakan untuk
memengaruhi suasana, pertama kita harus mempertimbangkan
suasana apa yang hendak diciptakan. Namun terdapat ciri-ciri pokok
suasana yang seharusnya dapat diciptakan, yaitu:
1. Ramah
2. Penuh kerja sama
3. Lancar
4. Bersifat bisnis
Karena pertimbangan empat hal di atas, sebaiknya topik-topik
yang dibahas pada sesi permulaan bersifat netral atau nonbisnis,
misalnya:
1. Pengalaman langsung dari perjalanan yang sudah dilakukan,
wilayah atau daerah yang sudah dikunjungi, orang yang sudah
ditemui, dan seterusnya.
45Nego
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Topik-topik dari luar, seperti permainan sepak bola, hockey, golf
atau mungkin berita-berita utama dari surat kabar selama tidak
terlalu muram.
3. Perhatian pribadi, menunjukkan perhatian sungguh-sungguh,
seperti lewat sapaan “Apa kabar?” Atau, “Saya merasa sangat
santai. Saya benar-benar dapat menikmati liburan akhir pekan
dengan memancing. Bagaimana dengan akhir pekan Anda?”
4. Pengalaman bersama. Para perunding yang sebelumnya sudah
pernah bertemu, tentunya dapat bertukar pengalaman sosial
atau sukses yang pernah dialami bersama.
Pembicaraan selama tahap awal ini memungkinkan masing-
masing pihak untuk menyesuaikan diri secara verbal dan mulai
mempertemukan pemikiran mereka. Selama hal ini berlangsung
serangkaian pesan nonverbal juga sekaligus sudah disampaikan
dengan sama kuatnya.
Kesan Pertama mengenai Sikap Tubuh
Sikap tubuh merupakan tanda (pesan nonverbal) yang dapat
mengungkapkan rasa percaya pada diri sendiri atau ketidakpastian,
gairah hidup atau kelesuan, santai atau ketegangan. Unsur-unsur
dari sikap tubuh yang penting dalam menyampaikan kesan-kesan
tersebut ialah kepala, punggung dan bahu. Pakaian yang dikenakan
juga berperan penting: terang atau gelap, konformis atau tidak,
bersih atau kumal.
46Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tiga Hal yang Memberi Arah
1. Sebagai pengusaha, saya hasus berpakaian necis dan bersih.
2. Sebagai pengusaha, saya diharapkan dapat berpakaian sesuai
cita rasa dan kepribadian nasional.
3. Sebagai tamu bagi negara yang memiliki tradisi budaya formal
(Norwegia, Prancis), sebagian besar pengusaha mengharapkan
saya bersikap resmi. Karena itu, saya akan berusaha berpakaian
baik dan rapi. Sebaliknya, meskipun negara yang saya kunjungi
tidak memiliki tradisi budaya berpakaian yang formal (Swedia
atau Denmark), penampilan (dalam berpakaian) yang baik tetap
penting sekalipun pakaian santai dapat diterima.
Sikap Tubuh dan Berpakaian Rapi dalam Pertemuan Bisnis
47Nego
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Meningkatkan Komunikasi Efektif untuk Proses Nego
1. Menciptakan kondisi yang tepat
Kondisi tepat yang harus dibangun di tahap-tahap permulaan
ini penting guna menciptakan iklim.
2. Mengusahakan agar skala waktunya tepat
Sepanjang dialog berlangsung di antara kedua pihak, terdapat
skala waktu tertentu yang oleh kedua belah pihak diakui dapat
diterima. Negosiasi sudah dimulai ketika kedua belah pihak
menentukan waktu dan tempat untuk melakukan negosiasi
3. Menyiapkan dan mengemukakan informasi secara efektif
Pembicara perlu memberikan prioritas pada aspek efektivitas
komunikasi, karena komunikasi memerlukan partisipasi pihak-
pihak yang terlibat dalam interaksi. Keterbukaan guna memberi
informasi secara lengkap akan membantu pihak lainnya dalam
memahami apa yang menjadi tujuan serta keinginan seluruh
pihak yang terlibat. Informasi tidak lengkap serta tidak sempurna
akan menimbulkan adanya dugaan dan prasangka.
4. Mendengarkan secara efektif
Menjadi pendengar yang baik merupakan syarat utama untuk
menjadi seorang negosiator yang baik. Dalam hal ini, seseorang
akan mengetahui secara pasti kehendak dari lawan bicaranya
apabila dapat menjadi pendengar yang baik. Di sini, dibutuhkan
konsentrasi penuh dan memerhatikan ucapan dari lawan bicara.
Pendengar yang tidak efektif hanya terikat kepada pikiran dan
perspektifnya sendiri sehingga ia akan kesulitan memperoleh
pandangan yang tepat tentang situasi pihak lain.
48Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5. Mengatasi hambatan bahasa kedua
Pengalaman memperlihatkan apabila terdapat dua pihak yang
berbicara dengan bahasa asing yang mereka tidak familiar,
terdapat kecenderungan jika orang tersebut akan memberikan
konsentrasi ekstra untuk bisa memahami maksud pembicaraan.
Karena itulah, negosiasi yang prosesnya menggunakan bahasa
asing justru memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan
menggunakan bahasa yang sama-sama dimengerti.
KESIMPULAN
Ketika proses lobi tidak berhasil, kita bisa masuk ke tahapan negosiasi
untuk memperoleh "sesuatu" yang belum menjadi milik kita. Dalam
lingkungan bisnis, yang dimaksud dengan "sesuatu" itu bisa berupa
kontrak bisnis, kemudahan dalam urusan bisnis, akses bagi kegiatan
bisnis, dan lain sebagainya.
Keberhasilan proses nego ditandai dengan tercapainya suatu
kesepakatan bersama (win-win). Tanpa ada kesepakatan bersama,
tujuan utama dari nego tidaklah tercapai. Untuk bisa mencapai win-
win solution, dibutuhkan adanya keinginan bersama untuk mencari
titik temu alih-alih mempertajam perbedaan.
Sebagaimana lobi, nego juga cenderung berlangsung secara tak
resmi (informal) di mana komunikasi persuasif juga sangat berperan
penting saat negosiasi berlangsung. Kita mungkin sering mendengar
bagaimana sebuah keputusan bisnis penting dilahirkan di lapangan
golf alih-alih di meja dewan direksi.
Beberapa hal lain yang juga sangat berperan dalam mendukung
keberhasilan nego dalam lingkungan bisnis adalah kemampuan
49Nego
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
menjadi pendengar yang baik, menjaga penampilan agar senantiasa
menarik, dan mengendalikan sikap tubuh (gerak-gerik tubuh dan
kontak mata) selama nego berlangsung.
Kita juga perlu mengetahui taktik dan strategi nego yang tepat.
Artinya, diperlukan persiapan yang matang dan memadai sebelum
memulai negosiasi. Selain itu, sebelum memulai negosiasi, kita juga
perlu mengenali bargaining power yang kita miliki.
Selain setiap persiapan yang diperlukan suasana berlangsungnya
nego juga perlu diupayakan sedemikian rupa supaya berlangsung
kondusif (santai tapi serius). Para eksekutif bisnis papan atas atau
politisi lebih menyukai suasana santai ketika bernegosiasi, misalnya
di lapangan golf, rumah makan, atau bahkan di dalam pesawat jet
pribadi.
51. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB IVDIPLOMASI
PENGERTIAN DIPLOMASI
Diplomasi adalah komunikasi yang dilakukan antara berbagai pihak,
termasuk juga negosiasi di antara wakil-wakil (representasi) yang
sudah diakui. Praktik-praktik (di tingkat negara) seperti itu sudah
melembaga sejak dahulu dan kemudian menjelma pada aturan-
aturan hukum internasional. Jadi, diplomasi juga merupakan cara-
cara yang dilakukan oleh pemerintahan sebuah negara untuk bisa
mencapai tujuannya dan mendapat dukungan mengenai prinsip-
prinsip yang diambilnya. Hal ini juga merupakan bagian dari proses
politik dalam rangka membina kebijakan luar negeri yang dianut
dan ditujukan guna memengaruhi kebijakan dan sikap pemerintah
negara lain. Diplomasi juga dianggap sebagai pengetahuan, mutu
serta kepandaian untuk membendung dan mengurangi konflik
internasional.
52Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Diplomasi bisa dikatakan juga sebagai seni dan praktik nego
yang dilakukan seseorang (diplomat) yang mewakili suatu negara
atau organisasi. Kata diplomasi sendiri biasanya langsung berkaitan
dengan diplomasi internasional yang mengurus berbagai aspek:
budaya, ekonomi, perdagangan. Diplomasi juga merupakan cara
yang diambil untuk membina hubungan atau berkomunikasi satu
sama lain, atau melakukan transaksi politik dan hukum, yang dalam
setiap hal dilakukan melaui wakil-wakil yang mendapat otorisasi.
Praktik diplomasi dipengaruhi berbagai hal, antara lain:
1. Revolusi teknologi informasi;
2. Meningkatnya peran media massa;
3. Meningkatnya partisipasi masyarakat pada konteks hubungan
internasional.
Markas PBB di New York sebagai Organisasi Diplomasi Internasional
53Diplomasi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pada hakikatnya, diplomasi juga merupakan kegiatan nego dan
hubungan antarnegara yang dilakukan atau diwakili oleh pejabat-
pejabat pemerintah. Karena itu, diperlukan seni, kemampuan serta
kepandaian untuk memengaruhi seseorang untuk mencapai suatu
tujuan. Kemampuan untuk berunding itu harus dilakukan secara
maksimal agar hasilnya pun maksimal.
Diplomasi juga merupakan kebiasaan guna membangun suatu
hubungan antarnegara melalui wakil resmi dan dapat melibatkan
seluruh proses hubungan luar negeri, perumusan kebijakan, dan
termasuk juga pelaksanaannya. Dalam artian yang luas, diplomasi
dan politik luar negeri adalah sama. Namun, dalam arti yang sempit
(lebih tradisional), proses diplomasi ini melibatkan cara-cara dan
mekanisme, dan dalam politik luar negeri ada dasar atau tujuannya.
Dalam arti lebih terbatas lagi, diplomasi meliputi teknik operasional
di mana sebuah negara mencari kepentingan di luar yurisdiksinya.
1. Diplomasi dapat pula diartikan sebagai “perundingan” seperti
terlihat dalam suatu pernyataan: “Masalah Timur Tengah hanya
bisa diselesaikan melalui diplomasi”. Jadi, ungkapan diplomasi
di sini menjadi satu-satunya mekanisme dalam menyelesaikan
persoalan di Timur Tengah, yaitu melalui perundingan.
2. Diplomasi dapat pula diartikan “dinas luar negeri”, seperti dalam
ungkapan: “Selama ini ia bekerja untuk diplomasi”.
3. Ada juga yang menggunakan istilah ini secara kiasan, misalnya
saja ungkapan: “Ia pandai berdiplomasi” , yang berarti pandai
bersilat lidah.
54Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
TUGAS DAN FUNGSI DIPLOMASI
Tugas diplomasi tidak terlepas dari tugas para pelaku diplomasi
beserta institusinya sebagaimana para diplomat serta perwakilan
diplomatiknya yang berada di sebuah negara (Konvensi Wina 1961
mengenai Hubungan Diplomatik). Para diplomat dianggap sebagai
corong pemerintah dan saluran resmi komunikasi di antara negara
pengirim dan negara penerima pesan. Terdapat keyakinan bahwa
keberhasilan diplomasi suatu negara tergantung pada bagaimana
negara tersebut memilih para diplomatnya, termasuk kemampuan
dan kewenangan yang dimilikinya dalam menjalankan tugas.
Tugas utama diplomat adalah menyangkut keterwakilannya
(representation) di negara lain. Ada yang menganggap bahwa para
duta besar adalah mata dan telinga dari negaranya. Tugas mereka
meliputi keterwakilan diplomatik, mengadakan pertukaran nota
Perjanjian Nuklir ( JCPOA) antara Iran, AS, Jerman, Inggris, Tiongkok, Rusia, dan PerancisSumber: http://www.xinhuanet.com/english/2019-07/29/c_138265285.htm
55Diplomasi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
terkait masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama,
melakukan suatu perundingan yang bersifat strategis dan politis,
melindungi kepentingan warga negaranya di negara penerima, serta
memberikan perlindungan dan memajukan kepentingan negara
pengirim di negara penerima.
Dalam menyelesaikan konflik atau permasalahan, duta besar
tidak memiliki kapal perang dan tidak pula mempunyai infanteri
yang besar atau banteng; senjata utamanya hanya kata-kata dan
kesempatan. Dalam berbagai transaksi yang penting, kesempatan
berlalu sangat cepat; jika sudah hilang maka hal itu sukar ditemukan
kembali.
Aspek lainnya dalam Konvensi Wina 1961 adalah perundingan
(negotiation) yang dilakukan dengan pemerintah negara penerima.
Perundingan dapat timbul karena adanya persoalan yang berkaitan
dengan perdagangan, komunikasi, atau mengenai masalah militer.
Demikian juga perundingan bisa dilakukan karena adanya tuntutan
negaranya tehadap negara penerima atau sebaliknya.
Empat (4) Tugas Diplomasi
1. Diplomasi harus membentuk tujuan dalam kerangka kekuatan
yang sebenar-benarnya guna mencapai tujuan tersebut. Suatu
negara yang ingin menciptakan tujuan-tujuannya yang belum
dicapai harus berhadapan dengan risiko untuk perang. Karena
itu diperlukan diplomasi guna mencoba meraih tujuan tersebut
sesuai dengan kekuatannya.
56Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Di samping melakukan penilaian tentang tujuan-tujuannya dan
kekuatannya sendiri, diplomasi juga harus mengadakan suatu
penilaian tujuan dan kekuatan dari negara lainnya. Dalam hal
ini, suatu negra harus dapat menghadapi risiko akan terjadinya
peperangan apabila diplomasi yang dilakukan itu salah menilai
tujuan dan kekuatan negara-negara lainnya.
3. Diplomasi haruslah menentukan dalam hal apa perbedaan
dalam tujuan-tujuan itu dapat cocok satu sama lain. Diplomasi
haruslah dilihat apakah kepentingan negaranya sendiri dengan
negara lain cocok. Jika jawabannya “tidak”, maka harus dicari
jalan keluar guna merujukan kepentingan tersebut.
4. Diplomasi harus menggunakan cara yang pantas dan sesuai,
misalnya dengan kompromi atau bujukan (persuasi); diplomasi
sebisa mungkin mengindari tindakan ancaman dan kekerasan
dalam mencapai tujuan-tujuannya .
Strategi diplomasi adalah strategi bernego yang dilakukan
oleh seseorang yang mewakili suatu negara atau organisasi. Strategi
adalah rencana global untuk melaksanakan upaya tertentu dalam
rangka mencapai keputusan, dilakukan lewat serangkaian metode
dan munuver untuk mencapai sebuah tujuan.
Tugas Pokok Diplomasi
1. Bidang pertama yang dianggap penting adalah keterwakilan,
yang mencakup keterwakilan murni, seperti penyerahan surat-
surat kepercayaan, protokol dan keikutsertaan pada kegiatan-
kegiatan diplomatik yang diselenggarakan di ibukota atau di
57Diplomasi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
lembaga-lembaga pemerintahan negara setempat. Dalam hal
ini, aspek yang paling penting adalah keterwakilan yang bersifat
substantif, yang meliputi usaha-usaha untuk menjelaskan dan
mempertahankan kebijakan nasional yang disalurkan melalui
perwakilan-perwakilan diplomatik atau saluran-saluran luar
lainnya, termasuk juga untuk melaksanakan perundingan dan
penafsiran menyangkut kebijakan dalam dan luar negeri dari
pemerintah negara penerima.
2. Tugas melakukan tindakan sebagai bagian dari mendengarkan
atau memantau merupakan kelanjutan dari keterwakilan yang
bersifat substantif. Apabila berfungsi dengan benar, Kedutaan
Besar harus mengidentifikasi masalah-masalah kunci, pola-pola
dari dalam dan luar negeri yang muncul, termasuk juga berbagai
implikasinya sehingga bisa memberikan saran atau peringatan
kepada negara pengirim.
Humphrey Trevelyan menyatakan bahwa selain melakukan
perundingan, tugas pokok atau utama dari seorang duta besar
ialah melaporkan kondisi politik, ekonomi dan sosial di negara
di mana ia ditempatkan, tentang kebijakan pemerintahannya,
serta mengenai berbagai pembicaraan yang dilakukannya
dengan pemimpin politik, pejabat pemerintahan, atau siapa pun
yang telah menjelaskan mengenai situasi negara di mana ia
ditempatkan.
Oleh karena itu, peringatan yang tepat dan pada waktunya
tentang perkembangan yang kurang menguntungkan menjadi
salah satu tugas utama dari Kedutaan Besar.
3. Meletakkan dasar atau menyiapkan dasar bagi suatu kebijakan
atau prakarsa-prakarsa baru.
58Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4. Dalam hal terjadinya konflik bilateral yang meluas dan potensial
maka diplomasi diupayakan untuk mengurangi ketegangan atau
melicinkan hubungan bilateral atau multilateral.
Untuk memperluas tujuan-tujuan itu, diplomasi juga berfungsi
menyumbangkan perubahan-perubahan yang aman dan tertib.
Seperti yang disarankan oleh Adam Watson, bahwa tugas pertama
diplomasi adalah mengelola tatanan, mengelola perubahan, dan
pembinaan yang dilakukan secara persuasif dan terus menerus.
Akan tetapi, perbedaan atau konflik amat mungkin tetap berlanjut.
Jadi, upaya diplomasi yang dilakukan melalui berbagai prakarsa, baik
secara langsung maupun tidak, baik resmi maupun tidak resmi, baik
dengan kontak rahasia maupun pihak ketiga, adakalanya tidak
dapat menjembatani penyelesaian konflik.
Pada tingkatan yang lebih umum, tugas penting diplomasi adalah
menciptakan, merumuskan, mengadakan perubahan-perubahan
terhadap perangkat aturan-aturan internasional yang luas tentang
jenis peraturan dan norma-norma yang bisa memberikan bentuk/
warna dalam sistem internasional.
Membangun Citra Diri Positif dalam Diplomasi
1. Memperhatikan pentingnya kesan awal;
2. Melakukan pendekatan awal yang memengaruhi;
3. Jangan membuat orang lain menunggu;
4. Sapalah pelanggan dengan menyebut namanya;
5. Usahakan selalu bersikap ramah;
59Diplomasi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6. Tataplah mata lawan bicara ketika sedang berbicara;
7. Tersenyum setiap saat dengan ikhlas;
8. Kegembiraan dapat menampilkan wajah berseri;
9. Berbicara dengan jelas (kata-kata mudah dimengerti);
10. Hindari beban pikiran yang bisa menyebabkan hilangnya fokus
terhadap materi pembicaraan.
KESIMPULAN
Selain berkaitan dengan aspek politik, diplomasi dapat digunakan
untuk mengurus berbagai aspek dalam perdagangan (bisnis). Hanya
saja, konteks lingkungannya cenderung dilakukan pada tingkat
internasional. Misalnya saja rencana pembelian pesawat Sukhoi SU-
35 yang setengah dari pembiayaannya akan dibayar dengan imbal
dagang, atau perang dagang yang terjadi di antara Amerika Serikat
dengan Tiongkok.
Diplomasi, selain mempermudah urusan perdagangan (bisnis)
dan mempererat kerja sama perdagangan yang sudah terbangun,
bisa juga digunakan untuk membuka berbagai peluang baru dalam
hal menciptakan pasar tujuan ekspor. Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, lobi dan negosiasi kembali berperan penting.
Sebagaimana pada lobi dan nego, diplomasi bertitik tumpu pada
upaya mencari penyelesaian atas berbagai perbedaan yang ada (win-
win). Oleh karena itu, praktik diplomasi harus menggunakan cara
yang pantas serta sesuai, sekaligus menghindari tindakan ancaman
atau kekerasan.
61. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lobi, nego, dan diplomasi y