Upload
pangalerang
View
55
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
case
Citation preview
+
Case Vertigo
Oleh : Beachi tiatira pangalerang1061050054
Dokter Pembimbing:Dr. Tumpal Siagian, Sp.S
Pendahuluan
Vertigokata latin vertere yang berarti memutar.
Vertigo ilusi bergerak / halusinasi gerakan
Gowers (1893)setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang bersangkutan dengan kelainan sistem keseimbangan (ekuilibrium).
Patofisiologi
Yang berperan dalam mengadakan orientasi ruangan (mengatur keseimbangan):
Sistem vestibular (statokinetik)
Sistem penglihatan (visual/optik)
Rasa dalam (proprioseptik).
Ada yang menambah lagi satu indera yaitu, rasa raba (taktil)
Patofisiologi
Untuk bekerja secara wajar, unit ini memerlukan normalitas fungsi fisiologi indera-indera tersebut sehingga infomasi yang ditangkap dari sekitarnya adalah proposional dan adekuat.
Informasi ini dari sisi kanan dan kiri masing-masing indera dipertukarkan dan diproses lebih lanjut di dalam oleh suatu unit pemroses sentral dan selanjutnya proses yang berlangsung di dalam sistem saraf pusat akan bekerja secara reflektorik.
Apabila segalanya berjalan dengan normal, hasil akhir yang didapat ialah timbulnya adaptasi tonus otot-otot, yaitu: Otot mata menyesuaikan diri, menyesuaikan
lapangan pandang (visiual field) agar bayangan benda yang dilihat selalu berada di bintik terang mata bilamana kepala dalam keadaan bergerak.
Otot ekstremitas menyesuaikan diri mempertahankan keseimbangan tubuh bilamana tubuh bergerak atau berdiri.
Bila abnormalpemroses sentral tidak lagi dapat memproses informasi-informasi secara wajar/ biasa
Hasil akhir yang didapat selain ketidaksempurnaan adaptasi otot-otot tersebut di atas juga akan memberikan tanda/ peringatan kegawatan
Yang disadari :
Bersumber dari pusat vertibular ialah vertigo.
Bersumber dari sistem saraf otonom ialah mual, muntah, berpeluh dll.
Bersumber dari sistem motorik ialah rasa tidak stabil.
Yang tidak disadari:
Terutama bersumber dari otot mata yaitu timbulnya nistagmus.
Etiologi
Berdasarkan anatomi : Vertigo non-sistematis Vertigo yang sistematis
Berdasarkan klinis: Vertigo yang paroksismal Vertigo yang kronis Vertigo yang serangannya mendadak/ akut
berangsur-angsur mengurang.
PERBEDAAN VERTIGO PERIFER DAN SENTRAL
Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral
Lesi Sistem vestibuler (telinga dalam, saraf perifer)
Sistem vertebrobasiler dan gangguan vaskular (otak, batang otak, serebelum)
Penyebab Vertigo posisional paroksismal jinak (BPPV), penyakit maniere, neuronitis vestibuler, labirintis, neuroma akustik, trauma
Iskemik batang otak, vertebrobasiler insufisiensi, neoplasma, migren basiler
Gejala gangguan SSP Tidak ada Diantaranya : diplopia, parestesi, gangguan sensibilitas dan fungsi motorik, disartria, gangguan serebelar
Masa laten 3-40 detik Tidak ada
Habituasi ya Tidak
Jadi cape ya Tidak
Intensitas vertigo berat Ringan
Telinga berdenging dan atau tuli
Kadang-kadang Tidak ada
Nistagmus spontan + -
Sumber : Hauser L Stephen, MD, Harrison’s Neurology in clinicall medicine, 2006
Anamnesa
Suruh penderita melukiskan keluhannya dengan kata-katanya sendiri apa yang ia maksudkan dengan pusing tersebut.
Anamnesis khusus mengenai vertigonya :
Adakah kekhususan sifat vertigo yang timbul, keparahan vertigonya
Intensitas timbulnya vertigo
Pengaruh lingkungan atau situasi
keluhan dari telinga
Anamnesis umum
menilai bentuk kepribadian, keluhan-keluhan lain (drop-attack, gangguan penglihatan, disartria, disfagia, gangguan pergerakan atau sensibilitas)
Bilamana keluhan ini ada dan bersama-sama dengan penurunan kesadarankelainan serebrovaskular.
Anamnesis intoksikasi/ pemakaian obat-obatan :0 Streptomisin/ dihidrostreptomisin0 Antikonvulsan0 Gentamisin/ garamisin0 Anti hipertensi0 Kanamisin0 Penenang0 Neomisin0 Alkohol0 Fenilbutason/ Salisilat0 Kinin0 Asam etakrinik0 Tembakau
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan mata: mata bergerak/dalam posisi netral.
Mencari adanya strabismus, bila ada keluhan diplopia perlu diperiksa dengan kaca maddox.
Mencari adanya nistagmus
Pemeriksaan dengan rangsangan perubahan posisi kepala dan tubuh
Manuver Hallpike : ialah pemeriksaan untuk mencari adanya vertigo/ nistagmus posisional paroksismal oleh karena itu untuk membangkitkannya diperlukan rangsangan perubahan posisi secara cepat
Tes gerakan halus mata.
Tes nistagmus optokinetik.
Pemeriksaan dengan E.N.G (Elektronistagmografi).
Pemeriksaan Keseimbangan
Pemeriksaan Pendengaran
Pemeriksaan neurologi rutin
Pemeriksaaan kardiovaskular rutin
Mencari adanya nistagmus
Pada saat mata dalam posisi netral, bila ada nistagmus disebut Nistagmus spontan.
Pada saat mata melirik ke kiri, kanan, atas dan bawah, bila ada nistagmus disebut nistagmus tatapan.
Nistagmus yang disebabkan oleh kelainan sistem saraf pusat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Nistagmus pendular Nistagmus vertikal yang murni Nistagmus rotatori yang murni Gerakan nistagmoid Nistagmus tatapan yang murni
Pemeriksaan dengan rangsangan perubahan posisi kepala dan tubuh
Cari kemungkinan adanya posisi tertentu yang membangkitkan nistagmus atau vertigo.
Test baring terlentang, baring miring ke kiri, ke kanan dan test baring terlentang dengan kepala menggantung
Tiap-tiap tes dilakukan selama satu menit, dengan kecepatan gerakan perubahan posisi 900 dalam 5 detik sehingga pengaruh daya gravitasi ditiadakan.
Ada tiga jenis nistagmus yang dapat ditimbulkan oleh test tersebut di mana nistagmusnya disebut nistagmus posisional :
Tipe I : Nistagmus berubah arah (Direction-changing nystagmus), nistagmus yang arahnya selalu berubah pada setiap ada perubahan posisi kepala.
Tipe II : Nistagmus arah tetap (Direction-fixed nystagmus), arah nistagmus tetap saja meskipun ada perubahan-perubahan posisi kepala.
Tipe III : Nistagmus tak menentu (Irregular nystagmus), respons nistagmus yang timbul pada tipa-tiap perubahan posisi kepala berubah-ubah, bergantian tipe I dan tipe II, meskipun rangsangannya tetap sama.
Kelainan SSPTipe I atau Tipe III
Perifer Tipe II
Manuver Hallpike
Penderita duduk di meja periksa kemudian disuruh cepat-cepat berbaring terlentang dengan kepala tergantung (disangga dengan tangan pemeriksa) di ujung meja dan cepat-cepat kepala disuruh menengok ke kiri (10-20o). Pertahankan sampai 10-15 detik. Lihat adanya nistagmus, kemudian kembali ke posisi duduk dan lihat adanya nistagmus (10-15 detik).
Ulangi pemeriksaan tersebut tetapi kali ini kepala menengok ke kanan.
Orang normal tidak timbul vertigo atau nistagmus.
Pemeriksaan Keseimbangan
Membedakan gangguan keseimbangan akibat kelainan labirin dan serebelum:
Penderita disuruh berdiri dengan mata tertutup, lengan ke depan, bila ada gangguan labirin kiri akan terjadi suatu posisi sebagai berikut :
Mata melirik ke arah kiri (perlahan-lahan = fase lambat), kemudian diikuti dengan gerakan cepat bola mata ke arah kanan. Ini merupakan suatu nistagmus kekanan.
Kepala terputar ke arah kiri.
Tubuh terpilin ke kiri.
Deviasi kedua lengan ke kiri, bersamaan dengan kenaikan lengan kanan ke atas dan lengan kiri ke bawah.
Cenderung untuk jatuh ke kiri.
Berjalan deviasi ke kiri.
Tes Romberg, baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup. Pada kelainan serebelum tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan dengan mata terbuka atau tertutup. Kelainan labirin dipengaruhi oleh mata.
Berdiri dengan satu kaki diangkat (mata terbuka kemudian tertutup): penderita tetap tegak selama waktu tertentu, maka fungsi keseimbangan adalah normal.
Tes berjalan :
Disuruh berjalan lurus ke depan dan ke belakang dengan mata tertutup dan terbuka.
Pada kelainan labirin bilateral terjadi sempoyongan ke semua arah.
Tes menulis vertikal : penderita duduk di depan meja, tangan dan tubuhnya tidak boleh menyentuh meja, tangan yang satu di atas lutut yang lain disuruh menulis A-B-C-D disusun ke arah bawah mula-mula dengan mata terbuka kemudian tertutup.
Bila ada deviasi deretan huruf-huruf dari yang paling atas terhadap yang paling bawah lebih besar dari 10o berarti ada kelainan labirin unilateral.
Bila tulisannya tidak karuan (atau bila kian lama huruf yang ditulis kian besar : makrografi berarti ada kelainan serebelum).
Medikamentosa
1. Antikolinergik/ parasimpatolitik
2. Antihistamin
3. Penenang minor dan mayor
4. Simpatomimetik
5. Antagonis kalsium
6. Campuran tersebut di atas
Nama kelompok Nama generik Dosis sekali
Interval pemberian ulangan
Antikolinergik Skopolamin
Atropin
0,2 – 0,4 mg 3 – 6 jam
3 – 6 jam
Antihistamin Difenihidramin
Dimenhidrinat
Sinarizin
50 – 100 mg 6 jam
6 jam
24 jam
Simpatomimetik d-Amfetamin
Efedrin
10 mg
25 – 50 mg
12 jam
4 – 6 jam
Penenang
Minor
Mayor
Fenobarbital
Diazepam
Prometazin
Klorpromazin
15 – 60 mg
5 – 10 mg
25 – 50 mg
10 - 25 mg
6 - 8 jam
4 – 6 jam
4 – 6 jam
4 – 6
Fisioterapi
Tujuan fisioterapi mempercepat tumbuhnya mekanisme kompensasi/ adaptasi atau habituasi sistem vestibular yang mengalami gangguan
Mekanisme kompensasi ini dapat dipacu tumbuhnya dengan jalan memberikan rangsangan terhadap alat keseimbangan di telinga bagian dalam (vestibuli), rangsangan terhadap visus dan juga proprioseptik.
Rangsangan dilakukan secara bertahap namun intensif setiap kali latihan sehingga timbul gejala nausea, dan dilakukan secara berulang-ulang. Beberapa cara latihan untuk penderita vertigo yang dapat dikemukakan antara lain : Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi tetap
(stasioner). Mata dan kepala bergerak mengikuti obyek penglihatan yang
bergerak. Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus. Latihan keseimbangan tubuh di atas papan dinamis.
+Identitas pasien
Nama Pasien : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : Kramat jati rt 13 rw 011 Jakarta Timur
+Anamnesa
Anamnesa : Autoanamnesa
Tanggal/jam : 04- september- 2014
Keluhan Utama : Pusing Berputar
Keluhan Tambabahan : Mual, muntah, telinga berdenging
+ Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan pusing berputar, pusing berputar disertai rasa sakit kepala dan muntah. Hal ini terjadi sudah sejak 1 minggu yang lalu disertai , namun hilang timbul. Nyeri kepala yang dirasakan semakin hebat kurang lebih 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Hari ini pasien sudah muntah 3x, nyeri kepala tidak berubah walaupun sudah merubah posisi. Pasien juga mengeluhkan sulit tidur dalam 3 hari terakhir, sering merasa kram dan kebas pada kaki dan mulutnya
+ Riwayat Penyakit dahulu
• Pasien post. Op vesika felea tahun 1995
• Hipertensi
• Riwayat hernia nukleus pulposus
+ STATUS PRESENS :Kesadaran : Compos Mentis GCS : E4 V5 M6
Tekanan darah : Lka 110/70 mmHg Lki 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Bising Arteri : Tidak ditemukan
Pulmo : Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal Fremitus Kanan = kiri
Perkusi : Sonor Kanan = kiri
Auskultasi : BND vesikuler kanan = kiri
+ Cor : Bunyi jantung I dan II murni
gallop : -
murmur : -
Abdomen : Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus + 4 x/menit
Palpasi : Supel, nyeri tekan -, nyeri lepas –
Perkusi : Tympani, nyeri ketuk –
KGB : Tidak teraba membesar
+ STATUS NEUROLOGIS Rangsang meningens :
kaku kuduk : -
brudzinski I : -
brudzinski II : -/-
kernig : -/-
lasaque : >70 / >70
Rangsang fisiologis :
biceps : ++/++
triceps :++/++
APR : ++/++
KPR : ++/++
+ Rangsangan patologis :
babinski :
chaddock :
oppenheim :
gordon :
schaeffer :
rossolimo :
mendel bechtrew :
klonus kaki :
klonus lutut :
hoffman tromner :
+Nervus cranialis
N.I
cavum nasi :
Test penghidu :
N.II
Lapang pandang :
Visus kasar :
Test buta warna :
Funduskopi :
N.III, IV, VI
Pergerakan bola mata :
+ Sikap bola mata :
Ptosis :
Strabismus :
Enoftalmus :
Eksoftalmus :
Diplopia :
Deviasi konjungae :
Pupil :
RCL : RCTL :
N.V
Sensorik rasa raba :
rasa nyeri :
+ Motorik ger.rahang :
buka tutup mulut :
Reflek maseter :
kornea :
N.VII
Mimik :
Sikap wajah :
Kerut dahi :
Angkat alis :
Menyeringan :
Kembung pipi :
Chovstek :
Rasa kecap 2/3 dpn lidah :
+ N. VIII
Nistagmus :
Vertigo :
Gesekan jari :
Test berbisik :
Test rhine :
Test weber :
Test swabach :
N. IX, X
Arcus faring :
Uvula :
+ Pallatum mole :
Disfoni :
Disfagia :
Disatria :
R. Occulocardiac :
R. Sinus carotikus :
R. Faring :
N. XI
Menoleh :
Angkat bahu :
+ N. XII
Sikap lidah :
Julur lidah :
Tremor :
Fasikulasi :
Kekuatan otot lidah :
KOORDINASI
Duduk :
Berdiri :
Berjalan :
Test romberg :
+ Tumit - lutut :
Telunjuk – telunjuk :
Telunjuk – hidung :
MOTORIK
Derajat kekuatan otot :
Tonus otos :
Trofi otot :
Gerakan spontan abnormal :
SENSIBILITAS
Rasa raba :
Rasa nyeri :
+ Rasa suhu :
Rasa getar :
FUNGSI VEGETATIF
Miksi :
Defekasi :
FUNGSI LUHUR
Bahasa ;
Afek & emosi :
Memori :
Kognitif :
+Diagnosis
Diagnosis
Klinik : Vertigo
Etiologi : Benign Paroksismal Postural Vertigo
Topis : Sistem vestibular
+Therapy :
Diet : Biasa
IVFD : Kaen IB / 24 jam
Mm/ : Acran 2x1 amp.
Ondavell 2x1 tab
Stugeron 3x1 tab
Neurosanbe Plus 1x1 tab.
Anjuran Pemeriksaan : Periksa factor resiko stroke
+Follow Up
Follow up tanggal 25 Oktober 2008
Subjektif:
Pusing sudah berkurang, mual dan muntah sudah tidak ada, sudah bisa melakukan aktifitas ringan.
+ Objektif
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis E4 V5 M6
Tek. Darah : LKa 110/70mmHg
Lki 120/70mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,4 °C (axilla dextra)
Respiration Rate : 20x/menit